Upload
canangb
View
1.598
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Cool Po
Citation preview
Kondom Bocor, Sobek Ujungnya Copyright 2011, 10 Penyair Wanna Be
isbn 123-456-789012-3-4
Sampul Ilustrasi
Umpu Prahara & Reski Kuantan
Editing Abjad
Reski Kuantan & Jhon Pello
Susun Letak
Umpu Prahara & Jhon Pello
Penerbit Magenta Publishing
Cetakan Pertama Banget, Oktober 2011
x + 89 hlm, 14x20 cm
Hak Cipta Puisi ditangan Penulis Puisi,
silahkan diperbanyak sebanyak-banyaknya
isi diluar tanggungjawab orang yang tidak bertanggungjawab
SENI DAN SASTRA UNTUK PEMBEBASAN
Dipungkiri atau tidak, terlepas dari teori-teori, lepas dari
aturan-aturan dan terlepas dari perkembangan zaman dan perada-
ban, berseni bagi kami pada dasarnya adalah suatu kesenangan
dan sekaligus salah satu bentuk pembebasan atau membebaskan
diri dari segala macam tekanan yang datang dari dalam maupun
luar, serta adalah media penyampaian dan bahwa seni adalah
milik semua orang tanpa terkecuali. Begitu pula dengan bersastra
atau menulis suatu karya satra, salah satunya adalah puisi.
Misalnya Wiji Thukul dengan puisi-puisinya yang bahkan
mampu menjadi motivasi serta semangat tersendiri pada aksi-aksi
kawan aktivis dan mahasiswa serta semua orang yang bergerak
menentang dan meruntuhkan pemerintahan Orde Baru dengan
“Hanya ada satu kawan: Lawan!” (Puisi Peringatan), atau WS.
Rendra yang kemudian dikenal dengan puisi-puisi pamfletnya.
William Shakespeare dengan romantismenya dan masih banyak
lagi penyair-penyair Tanah Air maupun luar dari latar belakang
yang berbeda-beda yang berseni merangkai kata untuk menyam-
paikan sesuatu hal, baik dari dalam diri sendiri mau pun dari luar
atau lingkungan sebagai makhluk sosial dengan berbagai tema,
kondisi dan situasi.
Mereka adalah segelintir contoh orang-orang yang berhasil
membebaskan diri, terutama untuk berseni merangkai kata atau
berpuisi dan bahkan berhasil membebaskan orang lain secara
batiniah, seperti mampu memberi semangat, motivasi dan kepua-
san ketika menikmati karya-karya mereka.
Lantas apa hanya penyair yang menulis puisi? Pertanyaan-
pertanyaan sederhana seperti inilah yang terkadang membelenggu
dan membatasi kreatifitas seseorang dalam berkarya, seseorang
seringkali terjebak dalam pemikirannya sendiri, sebab bukan pen-
yair maka tidak menulis puisi, sebab bukan pematung maka tidak
membuat patung, sebab bukan pelukis maka tidak melukis, dan
cenderung membuat batasan-batasan bagi diri sendiri. Selain itu
pola pikir yang dididik dan dipengaruhi lingkungan dengan per-
sepsi-persepsi yang terkadang memandang suatu bentuk hasil
suatu karya adalah subyektif yang sebenarnya adalah obyektif.
Dan kembali pada hakekatnya, berseni dan bersastra itu be-
bas, bebas memaknai dan bebas berkarya. Dari itu semua orang
wajib bebas dari batasan-batasan dari dalam mau pun luar diri un-
tuk berseni dan berkarya.
Berangkat dari pemahaman sederhana ini, kami dengan
segala kekurangan dan dengan segenap keberanian serta rasa per-
caya diri yang mungkin sebenarnya terlalu berlebihan dan dengan
keyakinan yang umum sebab yang terpenting adalah proses,
maka kami memulai, maka kami berkarya, kami bebaskan diri
kami, dan bersepakat untuk membukkukan kumpulan puisi-puisi
kami yang kami beri judul “Kondom Bocor Sobek Ujungnya”.
Mengapa “Kondom Bocor Sobek Ujungnya”?
Begini sedikit penjelasannya : Kondom adalah alat kon-
trasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet dan pe-
makaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin
laki-laki ketika akan bersenggama. Kondom di sini adalah bata-
san-batasan yang kami sarungkan dan kami ciptakan pada diri
sendiri yang sebenarnya justru menghancurkan rencana-rencana
kami, seringkali karena sangat elastisnya tanpa kami sadari telah
membunuh kreatifitas kami sendiri. Sehingga alat kontrasepsi ini
harus dibuka alias tidak disarungkan lagi pada kuasa nafsu ke-
bodohan dan ketololan pada diri kami semua, yang seharusnya
bebas bersenggama dengan kreatifitas dalam kehidupan kami se-
cara berkeadilan tentu saja. Atau adalah untuk menerabas batasan
-batasan dan tidak membatas-batasi diri sendiri.
Bocor adalah pertama, berlubang sehingga air dan udara da-
pat keluar atau masuk; atau tiris, kedua tersiar sedikit-sedikit
(tentang rahasia dan sebagainya), ketiga, adalah kerap kali buang
air; keempat adalah mengeluarkan darah. Dan kami tentu saja me-
mang sengaja membocorkan atau menjadi bocor agar kami tidak
sakit perut, sesak nafas dan sakit kepala dalam berkreatifitas dan
menyampaikan sesuatu hal. Sehingga kami bebas dan merdeka
tanpa adanya pengkotak-kotakan atau apalagi sampai memenjara-
kan kreasi dan agar kami terus dapat bersirkulasi dan berproses.
Sedangkan Sobek adalah cabik, robek, atau koyak. Dan
Ujung yaitu bagian penghabisan, puncak, akhir atau maksud dan
tujuan. Yang di sini adalah sebuah harapan atau keinginan agar
dengan buku kumpulan puisi ini kami dapat turut membantu
menyobek batasan-batasan pada orang lain atau dengan keinginan
bisa sedikit memotivasi bahwa untuk melakukan sesuatu, teru-
tama berkreatifitas, semua orang tanpa terkecuali memiliki hak
dan kebebasan yang sama, dan itu harga mati. Titik!.
Akhirnya, menjadi penting atau tidak penjelasan ini, semoga
bisa dinikmati. Jika berkenan dan berlapang dada silahkan dibaca,
dikritik habis-habisan, disimpan dan disebarkan. Jika tidak berk-
enan, silakan buku antologi puisi ini dikilokan sebagai barang
loakan, didaurulang atau setidak-tidaknya diwariskan kepada
orang lain yang mungkin penasaran, meskipun akhirnya juga
akan bersikap sama, sakit perut, sakit kepala dan barangkali mun-
tah. Maka, mari berkondom bocor sobek ujungnya, berseni dan
bersastra untuk pembebasan diri dan berkeadilan sosial!
MaGenTa
PUISI RUANG DOKUMENTASI YANG MENERIMA
KEBEBASAN
Maira Eka Sari
Setiap orang, melalui rangkaian peristiwa yang berbeda-
beda dalam menjalani hidup. Mau tidak mau, secara tidak lang-
sung mereka menuntut untuk dimengerti apapun itu. Akan tetapi,
keadaan alam kadang sering, bahkan lebih dominan memaksa
mereka untuk tidak bersikap sesukanya. Terbatas lebih tepatnya.
Menjalani hal yang seperti itu menghadirkan ekspresi yang ber-
beda pula dalam menanggapinya. Salah satu yang merupakan ek-
spresi mereka adalah keinginan untuk suatu hal yang dinamakan
kebebasan.
Saat menjalani tuntutan alam yang terkadang mengukung
terkadang tidak, kebebasan itu sering diteriakan orang-orang –
siapapun dia– pada apapun, kapanpun, dimanapun, tanpa terkec-
uali. Bebas berfikir, bebas berbicara, bebas bergerak, bebas
berkeingin, dan masih banyak lagi yang ingin dibebaskan dari
dalam maupun luar diri mereka. Hal itu tidak bisa dipungkiri dan
itu bukan suatu hal yang tidak wajar apalagi suatu kesalahan. Ke-
bebasan itu hak semua, dan wajib diberikan oleh semua
Seni kata atau lebih akrab dikenal dengan sastra menjadi
wadah untuk kebebasan itu bersuara. Baik itu dalam bentuk puisi
maupun prosa. Adapun peranan dari sastra adalah meneruskan
tradisi suatu bangsa kepada masyarakat se-zamannya dan kepada
masyarakat yang akan datang, antara lain berupa cara berpikir,
kepercayaan, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan,
bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaannya (Semi, 1984: 14)
Melalui puisi, penulis bebas menuangkan apapun, baik itu
pikiran, perasaan, harapan, caci-maki, penghinaan dan lainnya
yang akan disampaikan pada orang lain ataupun hanya pada dir-
inya sendiri. Dalam antologi ini, puisi merupakan salah satu dari
sekian banyak bentuk yang bisa digunakan untuk mengekspresi-
kan sesuatu yang dinamakan kebebasan itu. Puisi adalah artefak
yang bisa menumpu suara, gerak, perasaan, bau, dan apapun ke-
jadian alam semesta ini dalam bentuk untaian kata, baik memiliki
keindahan ataupun tidak. Puisi berhak lahir dan menemui takdir
dan caranya masing-masing. Hal ini juga ada pada karya dan hal
yang lainnya.
Dalam antologi puisi ini, para penyair wanna be mencoba
menghadirkan warna baru yang merupakan wujud keinginan
mereka dengan yang namanya kebebasan. Berbagai hal yang ber-
beda disajikan oleh mereka yang berlatarbekang berbeda pula
hingga secara tidak sengaja telah membatu memenuhi peran sas-
tra untuk meneruskan tradisi. Hal itu telah menjadi sumbangan
berharga dalam khasanah kesusastraan Indonesia.
Hadir tanpa sebuah tema, mereka berani menyuguhkankan
dokumentasi berharga untuk artefak berharga pada mereka yang
akan datang dan berada di masa-masa berikutnya.
Padang, Oktober 2011
Daftar Puisi
Alfikri Ilmi
• Pada Tanah Kelahiran
• Nostalgia Ramadhan
• Aku Ingin Tua Bersamamu
• Permintaan
• Jadi Cleopatra Semalam
• Cepat Bangun, Nak
• Menjahit Nasib
• Ibu
Amanike Liza Fitra
• Hidupku
• Kekecewaanku
• Kepergianmu Sobat
Gilank Ralicha
• Garuda di Dadaku
• Titip Surat Untuk Ayah
• Surat Kepada Kawan
• Hanya Sepotong Kata Untuk Bangsa Yang Merdeka
• Negeri Para Kesatria
• Logika Kosong (Anjing)
Holy Adibz
• Seorang Ibu Berbisik Pada Calon Bayinya
• Sajak Seorang Pelacur
• Laut Kota Jakarta
• Anakku Akan Kuliah
• Ayo Bayar Pajak
• Seorang Penyair dan Cangkulnya
1
2
3
4
5
7
9
11
12
13
14
15
17
19
21
23
25
26
28
29
30
31
32
• Labuhan Kerbau Kampungku
Jhon Pello
• Debu Cinta Palsu
• Keegoan
Joey Rose
• Sajak Mabuk
• Al Faiz : Dengan Subuh dan Dibawah Gerimis Aku
Bersaksi
• Tiga Perempuan Dalam Kehidupanku
• Dari Asrama Ke Jalur Gaza
• Sajak Untuk Nenek (Selamat Jalan Nek)
• Pagi Ini Seorang Mahasiswiku Kirim SMS
• Kami Selalu Siap Berperang!
• Mungkin Kita Lupa
• Ah, Revolusi Kok Ditakuti
• Aku Menangis Ketika Menggali Kubur Untuk Putriku,
Dia Maju dan Kemudian Menyisir Janggutku
• Jika Semua Sempurna
• Bagaimana Mungkin Aku Bisa Diam, dan Kau?
Lismomon Nata
• Negeri Parewa
• Mau ke Mana Kau Indonesiaku
• Korupsi
• Bupala
• Wahai Penyair
• Tanah
• Apnea Masa Muda
Reski Kuantan
• Penyair Tolol dan Perempuan Gila
• Aku Melihat Langit
34
36
37
38
39
41
42
43
44
46
47
48
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
• Cicak
• Aku Denganmu
• Puisi-puisian
• Menuai Hampa
• Taplau Tujuh Tiga Puluh
• Aku dan Ibuku, Tuan.
• Ke Rumahmu Aku Hendak Pulang
Rizki Firdaus
• Mengulum Biru
• I Sweep The Floor
• Antonimisme
• Author
• Perjalanan ke Kota Besar Perdanaku
• Tawa Fatamorgana
Umpu Prahara
• Kau 1
• Kau 2
• Untuk Ibu
• Seorang Gadis di Sebuah Ruangan
• Ahh...
• Malam
• Satu Hari
• Untukmu
• Perempuan
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
76
77
78
79
81
82
83
85
86
1
Pada Tanah Kelahiran
pada suatu waktu yang entah
aku akan pergi menghapus segala jejak kaki di tubuhmu
ijinkan aku menempuh ribuan kilo jauh dari pandangmu
ijinkan aku menjadi lelaki
ijinkan aku tepati janji
ijinkan mencoba peruntungan dari beberapa kemungkinan
dan ijinkan aku mengingatmu dalam kenang
karena kelak jika sudah sampai waktu
aku akan kembali lagi ke pelukanmu
membawa nyala api atau ditikam sepi berkali-kali
Padang, 6 Mei 2011
Alfikry Ilmi
2
Nostalgia Ramadhan
Tidurlah.
Besok sehabis Shubuh
kita bakar petasan
di samping orang pacaran
Pariaman, 1 Agustus 2011
Alfikry Ilmi
3
Aku Ingin Tua Bersamamu
: Rahma Welly
Aku ingin tua bersamamu
menghabiskan waktu dalam rentang umur yang beruban
Berpetak umpet di keriput kulitmu
Bernostalgia ciuman pertama di bibirmu yang sudah kemarau
Berkaca pada matamu yang masih menyimpan masa lalu.
Aku ingin tua bersamamu
Menikmati early reggae atau soul di beranda
sambil memandangi kepulangan burung-burung dalam formasi
menuju sarang
atau menikmati sunset,
sunset yang selalu membuatmu kagum atau gemetar.
Karena kau pikir masa depan tak pernah datang.
Aku ingin tua bersamamu
berdua kita tertawai masa sekarang.
Dan saat itu barangkali kita sudah pikun
tak terlalu ingat kapan pertama kali pandang kita bertemu.
Aku ingin tua bersamamu
masihkah kau ingin main ayunan di jenggotku?
Padang, 1 Juli 2011
Alfikry Ilmi
4
Permintaan
nyamuk tidurlah
masih ada malam lain
bagimu mencoba peruntungan
menghisap darah
malam ini jangan
aku sudah terlalu lelah
dihisap
seharian
Padang, 22 Juni 2011
Alfikry Ilmi
5
Jadi Cleopatra Semalam
Malam ini bulan ketakutan
bersembunyi di balik bangunan hotel bintang lima.
Kita di dalamnya
menikmati semangkuk kencan
setelah seribu panah rayuan kau lepaskan ke dadaku
usai makan malam.
Cleopatra-lah aku seketika
pasca mahkota janji-janji surga
kau letakkan di atas kepala.
Bangga atau mungkin juga tak sengaja
kau sempat bisikan
bahwa kita bisa berpesta berkat hasil penggelapan dana.
Tak ada yang merasa kehilangan
sebab fakta seketika dialihkan isu yang lebih menarik untuk disi-
mak.
Melebihi candu sinetron rumah tangga dengan cerita mem-
bosankan penuh peran antagonis.
Kita pun lalu sama-sama tertawa
atas kemenangan.
Atas kepecundangan.
Serupa aku yang menertawai nasib sendiri
karena nikmat materi berlimpah begini
belum tentu kutemukan esok hari.
Jadi, kucumbui saja kemewahan ini sampai pagi
sampai gelas tak mau lagi dituangi vodka
sampai tubuh tak sanggup lagi dipacu
dan napas kita yang memburu
sama-sama membisu berhimpitan.
Alfikry Ilmi
6
Bulan gigil yang ketakuan semalam sudah digusur garangnya
matahari.
Kita berpisah di depan sebuah gang
setelah perempatan.
Barangkali kau langsung menuju pelukan anak istri yang setia
menanti
kepulanganmu dari rapat luar kota.
Dan aku juga kembali pada kenyataan kontrakan 4x4 meter
dengan beberapa lembar uang ratusan
untuk menghapus semua bekas ciuman dan biaya perawatan
badan.
Padang, 12 Januari 2011
Alfikry Ilmi
7
Cepat Bangun, Nak
Bangun, nak.
Lekas mandi
sebelum didahului matahari.
Hari tak sudi menanti
waktu tak mau menunggu.
Kita harus segera pergi
mencari remah roti
penyambung hidup pagi ini.
Mari, nak.
Mari keluar
Dari pengap rumah yang kita dirikan di pinggir kali
mereka selalu bilang tak layak huni
sementara janji membumbung tinggi
belum juga ditepati.
Cepat, nak.
Percepat gerakmu
kita kejar mimpi-mimpi yang tak terbeli
barangkali ada yang tercecer di jalanan
atau nyangkut di tali jemuran.
Perhatikan, nak.
Tajamkan matamu
Begitu banyak masa depan yang kita temui pada sampah-sampah
itu
kau pungutlah satu persatu
plastik, kaleng, besi, kardus, sepatu, kertas, baju
jika beruntung kita dapat buku
kau bisa peroleh ilmu
meski tak sebanyak anak-anak gedongan
yang sekolah untuk mendapatkan pengakuan.
Alfikry Ilmi
8
Sekarang matahari bermahkota di atas kepala
Badan kita dipanggang di bawahnya.
Istirahatlah, nak
di bawah beringin itu.
Tapi jangan terlalu nyaman
apalagi sampai ketiduran.
nanti kita diseret paksa keamanan.
Kota ini butuh keindahan!
Padang, 28 Desember 2010
Alfikry Ilmi
9
Menjahit Nasib
Kerja ini tak mampu membeli mimpi tinggi menjulang
menantang matahari.
Harga yang melambung seperti balon membuat diri semakin
sangsi.
Gempapun membuat jarum dan benang pisah ranjang
menganggur tanpa kerjaan.
Serupa di-PHK keadaan lem membeku dalam gumpalan gelisah.
Istri tak bosan menyanyikan sumpah serapah karena tak tahu apa
yang mau dimasak.
Anak mengeluh meminta uang jajan tanpa pemahaman bahwa
harga makanan ringan tak seringan namanya.
Mengganti pekerjaan demi kesejahteraan sempat terlintas dalam
pikiran.
Syaraf otak sering tegang dipaksa berpacu memutar ide
cemerlang tak kunjung datang.
Ijazah SD membuat tubuh tak punya banyak pilihan masa depan.
Alam memang memberikan banyak pelajaran tanpa biaya
pungutan.
Tapi kita hidup bukan di negri dongeng sebelum tidur dengan
akhir mengharukan.
Menjahit nasib tak segampang menjahit sepatu yang tinggal
menarik benang.
Hidup memang terus berjalan bahkan berlarian.
Dengan atau tanpa keluh kesah meratapi kenyataan.
Semakin pahit ditelan semakin sehat pikiran.
Bugarkan badan tanpa suplemen kimia pabrikan.
Warna aspal masih sama dengan iklim berbeda.
Nasib sepertinya bukan roda yang berputar begitu saja.
Alfikry Ilmi
10
Banting tulang berulang-ulang tinggal belulang.
Putar otak menderu laju tak maju-maju.
Padang, 29 Oktober 2010
Alfikry Ilmi
11
Ibu
Mengecup heningmu dalam doa air mata
peristiwa yang tak bisa kutuangkan lewat kata.
Cinta adalah keikhlasan menerima segala nyata
bukan sebatas kata berujung sia-sia.
Berkaca pada setiap peristiwa ;
tak semua kata sanggup ku eja.
Padang, 14 November 2010
Alfikry Ilmi
12
Hidupku
Aku berdiri diam-diam tiada bergerak
Aku takut apa yang terjadi nanti
Aku telah dapat merasakannya
Tetapi seperti biasa aku tetap mengharap
Meskipun hatiku mengharap penuh ketakutan
Dan tahu, bahwa apa yang ku harap takkan datang
Dan dadaku terasa sesak
Bukan karena berlari keras
Tetapi menahan perasaan hatiku
Amanike Liza Fitra
13
Kekecewaanku
Aku perjuangkan semua yang kuimpikan
Hanya sekarang aku tidak tahu,
Bahwa penderitaan dan kekecewaan mengorek di bawah jiwa
sadarku
Mengubah pandangan hidupku, pikiranku dan sikapku kepada
hidup di sekelilingku
Ibarat api yang membakar Cinta pada Hati
Hebat laksana hembusan Taufan
Semua derita jiwaku, harapan-harapan hatiku
Yang melambung kemudian terbanting dan melambung kembali,
Terbanting lebih kejam,
Was-was hatiku, keraguan hatiku, ketakutanku
Sedih hatiku, pilu mengharapkan bahagia
Amanike Liza Fitra
14
Kepergianmu Sobat
Kalau aku lukis dahan dan ranting itu
Kamu paham betapa kering perasanku
Hujan Cuma membasuh rumput
Tidak menyegarkan kebun sukmaku
Dengar sobat, aku tak seperti yang dulu
Saat kamu tahu semangatku
Dan aku fasih bahasa matamu
Kertas putih yang kotor, bergambar di sisinya
Kau menarik batas, tapi milikku nyata
Ini bukan valentine dan rinciannya..
Semua akan jadi abu
Terimakasih untuk bintang emas dan kepergianmu
Aku akan selalu mengenangmu
Kau tetap sahabatku
Puisi ini tercipta setelah kepergian sahabatku untuk selamanya
For Erick Nova Prima HI07 UNAND
Amanike Liza Fitra
15
Garuda di Dadaku
Garuda di dadaku
Bukan hanya sepetak lapangan rumput
Bukan hanya nyanyian heroik kepada bachdim dan gonzales
Dan tak berbataskan GBK ataupun Bukit Jalil
Garuda di dadaku
Adalah simbol tekad dan ukiran kebanggaan
Semiotika semangat dan kekaguman
Garuda di dadaku
Adalah janji akan sebuah pengabdian
Yang selalu meminta kepalan
Memaksaku terus mempertanyakan semuanya
Hinggap apa menjadi makna dan nyata
Garuda di dadaku juga merupakan peringatan
Jangan coba membangun menara di bawah rakyat yang kelaparan
Jangan mencoba membanyol tentang keadilan dengan kokangan
senapan
Dan jangan pernah berkata peduli
Bila masih dalam nyanyian untung dan rugi
Mungkin garuda di dadaku juga merupakan teguran
Jangan pernah berhenti menziarahi lembaran masa lalu
Jangan pernah berhenti mengkhatabkan alfabet penyamarataan
Jangan berhenti teriakkan perubahan
Meski engkau tidak lagi didengarkan
Garuda di dadaku juga lambang kepedulian
Akan saudara-saudaraku yang dilewati derap langkah pemban-
gunan
Yang sesak bernafas akibat kemiskinan dihirup setiap hari
Dan tak lagi dapat bergerak, lantaran tanah adalah milik para tuan
Gilank Ralicha
16
tanah
Garuda di dadaku adalah sebuah ajakan
Jangan hanya diam melihat pembodohan
Jangan hanya menyatakan ironi melihat pemelaratan
Dan lakukan apapun
Meski hanya teriakan
Meski hanya mengacungkan kepalan
Selama garuda masih ada di dada kita
Gilank Ralicha
17
Titip Surat Untuk Ayah
Kepada yth
:Ayahanda
Melalui surat ini kusampaikan permintaan maafku pada ayah.
Maaf aku tidak pernah bisa jadi anak baik seperti manifesto don-
geng yang ayah ceritakan sebelum tidurku, aku masih saja men-
jadi begundal yang mencoreng muka ayah, dan bukan bahan yang
menarik untuk dibicarakan di komunitas orang tua kebanyakan.
Maafkan aku yang mengambil aksi berbeda dengan provokasi
ayah, yang selalu berkata coba lihat anak sifulan, sekarang dia
bekerja di koorporasi kapitalis ini, baru bekerja beberapa bulan
saja sudah bisa membeli ini, memberikan pada ayahnya ini dan
itu. Maafkan aku ayah bila megambil arah yang selama ini ayah
katakan merupakan jalan mereka yang telah kehilangan akal se-
hat.
Bagiku ada yang lebih berharga daripada kemapanan, yaitu kebe-
basan
Ada yang lebih berharga daripada kekayaan, yaitu kesamarataan
Ada yang kebih berharga daripada kemasyuran, yaitu kebenaran
Ada yang lebih berharga daripada kemenangan untuk diri sendiri,
yaitu keikhlasan
Ada yang lebih berharga daripada hidup aman dan berkecukupan,
yaitu pembangkangan terhadap ketidak adilan
Ada yang berharga daripada hidup dalam dikte penguasa arus,
yaitu gairah liar dari perjuangan kelas
Ada yang lebih berharga daripada menciptakan menara gading
dan hidup aman di atasnya, yaitu kepedulian akan menjaga ling-
kungan
Ada yang lebih berharga daripada mengumpulkan sebanyak-
banyaknya harta, yaitu mengumpulkan sebanyak-banyaknya cinta
dan membaginya keseantero dunia
Gilank Ralicha
18
Agar mereka yang dimarjinalkan merasa diperhatikan,
Agar mereka yang dimelaratkan tidak lagi merasa kesepian,
Agar mereka yang kelaparan merasakan sedikit kekuatan
Agar mereka yang dinafikan merasakan arti harapan
Dan agar mereka yang selama ini dibohongi penipu yang mereka
pilih sendiri merasakan arti kasih sayang
Maafkan aku ayah, karena aku tidak hidup dalam dikte rumus
kalkulator yang menghitung semuanya berdasarkan besarnya
angka yang bisa kita dapatkan, menghitung kebahagiaan berdas-
rkan konsumtifitas barang yang sebanyak mungkin bisa mereka
banggakan, mengukur rasa syukur berdasarkan berapa banyak
makanan yang mereka hidangkan, mengukur arti teman dengan
seberapa bagus topeng yang bisa mereka kenakan, mengukur arti
diri dari seberapa jengkal tanah dan tinggi pagar yang mereka
bangun.
Maafkan aku ayah bila aku tidak bisa menggunakan standar-
satandar moral yang kebanyakan itu. Bagiku hidup adalah pen-
carian akan kebenaran, dan teman adalah kejujuran dalam persa-
habatan.
Gilank Ralicha
19
Surat Kepada Kawan
Ini adalah sebuah jalan sulit kawan
Saat hidup ini semakin dihadapkan pada pilihan-pilihan berat
Akankah engkau akan menjadi militan atau anak baik bagi pen-
guasa arus
Menjadi anjing liar yang hidup bebas meski tak terurus
Atau setia menggonggong tiap pagi dan menjilat untuk sekedar
bertahan hidup
Dan mesti sabar diikat dan jadi permainan
Jalan ini semakin sulit untuk ditempuh teman
Saat pilihan hanyalah tunduk atau bangkit melawan
Akankah engkau akan melebur dalam barisan
Mereka yang merasa tak berdaya diperdaya oleh para pemodal
Ataukah berbaris bersama yang muak dengan pembodohan ini
Apakah jawabmu teman?
Tetap diam berkalang dendam atas ketidakadilan ini
Dan melanjutkan hidup dengan mengutuk ketidak mampuanmu
menguasai hidupmu
Karena hidup itu sendiri telah tergadai bersama surat kontrak
Karena setiap deru waktu adalah target produksi yang harus dica-
pai
Hingga bahkan keringatpun tak sempat lagi diseka
Dan jerih payah hanya dihargai sekedar roti penyambung nafas
Jadi,di mana barisanmu kawan?
Akankah kita akan mencoba mengakhiri ketidakadilan ini
Meski harus mati dalam mencoba?
Ataukah tetap menerima kenyatan yang ada
Dengan doktrin " suratan takdir" sebagai pelipurlara
Beritahu aku kawan,waktu sudah semakin dekat
Gilank Ralicha
20
Dan genderang telah terlalu lama dia tabuh
Dan hanya masalah waktulah
Revolusi ini akan mengetuk setiap pintu rumah kita
Dan mereka butuh kita.
Gilank Ralicha
21
Hanya Sepotong Kata Untuk Bangsa Yang Merdeka
Apakah kita memang harus merayakan kemerdekaan ini?
Disaat kita belum merdeka sepenuhnya.
Berjuta rakyat indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan
Dan mereka belum merdeka dari kemiskinan.
Berjuta rakyat indonesia
Masih belum mengecap pendidikan
Mereka belum merdeka dari kebodohan.
Apakah harus kita rayakan kemerdekaan ini?
Saat berjuta rakyat indonesia merasa was-was di rumah mereka
sendiri
Saat harus hidup berdampingan dengan bom berwarna hijau se-
berat 3kg
Mereka belum merdeka dari ketakutan
Saat berjuta rakyat indonesia
Mesti dihadapkan pada kenaikan harga
Yang semakin tidak terjangkau dari tahun ke tahun
Mereka belum merdeka dari tekanan.
Kawan
Cobalah lihat indonesia ini lebih dalam
Melintasi gemerlap kota dan cakrawala manja
Jauh menuju tempat yang tak tersentuh riuh pembangunan
Perlintasan bagi deru perubahan
Menuju dataran tak beraspal
Mereka belum merdeka dari keterasingan
Kenapa kita mesti merayakan kemerdekaan ini kawan?
Saat berjuta generasi muda indonesia
Menghambakan diri
Pada blackberry, apple dan nokia keluaran terbaru
Gilank Ralicha
22
Saat sukarno telah tergantikan oleh artis emo mtv
Dan semangat perjuangan telah dikooptasi oleh sinetron sedu na-
mun sarat kekerasan
Mereka belum merdeka dari pembodohan
Masihkah perlu kita rayakan kemerdekaan ini kawan
Karena bagiku itu adalah sebuah pengkhianatan
Gilank Ralicha
23
Negeri Para Kesatria
Aku ingi bercerita, tentang negeri para kesatria
yang membentang dari khandahar hingga gaza
daerah yang tidak mengenal kata takut dan kalah
karena takut adalah suatu yang memalukan
aku ingin menceritakan kepada kalian
negeri para kesatria dan kisah para pemberani
mereka yang menentang meski goliath bersenjatakan matahari
dan david hanya memegang segenggam batu
negeri yang tetap tegar berdiri
dari kelam malam dan teror matahari
dari ancaman kelaparan
dan deruderu senapan
negeri yang semua laki-lakinya adalah syuhada
yang merindukan kematian demi sebuah kebebasan
yang tak menyerah meski dihadapan ketidak berdayaan
setiap helaian nafas adalah perjuangan
dan setiap degupan adalah sebuah perlawanan
negeri yang tak pernah mengeluh.
meski peluh telah lama mengering
meski kematian adalah bayang-bayang
mereka tidak sedetikpun mengeluh
karena hidup adalah pengabdian
dan masa depan
adalah kemenangan yang telah dijanjikan
demi rahim ibu yang lahirkan para kesatria
demi makam syuhada yang membentang dari khandahar hingga
gaza
Gilank Ralicha
24
demi lemparan-lemparan batu para intifada
demi lantunan suci yang menjadi kidung tidur mereka
aku inging mengisahkan sebuah kisah negeri para kesatria
agar kalian semua percaya.
bahwa di dunia ini
masih ada kebaikan dan kesetiaan
dan tuhan, berdiri tepat di samping para pejuang
Gilank Ralicha
25
Logika Kosong (Anjing)
Aku melihat kelebatan hitam
mengitari jiwa dan hati semua orang
memangkas nurani dengan deru kehidupan
yang berputar kencang,lukiskan sembraut
aku merasa kini tuhan
tak lagi beri hati pada manusia
melainkan logika kosong dan jiwa serigala
kelamkan cahaya, samarkan langkah
Wahai….
di manakah dia kini?
dongeng suci yang kita eja kasih sayang
logika bodoh yang kita sebut cinta
impian buta yang kita sebut saudara
Apa yang terjadi kini?
apakah tuhan mulai bosan sendiri?
sehingga ia butuh teman tuk berdialog
ataukah ia telah pasrah
melihat manusia bergerak lebih cepat daripada kuasanya
entahlah teman......
Gilank Ralicha
26
Seorang Ibu Berbisik Pada Calon Bayinya
anakku
jika nanti kau keluar dari rahimku
jangan menangis
simpan air matamu untuk esok hari
aku takut kau kehabisan air mata
untuk menangisi nasi yang tak ada dalam tudung
sebab kita tidak lagi mendapat beras miskin
yang dibagi kepala desa untuk sanak keluarganya
yang berkarung beras dalam gudangnya
jika nanti kau keluar dari rahimku
tahan tangisanmu
air matamu lebih berguna untuk menangisi korban bencana alam
yang bantuannya tertahan di saku-saku para dermawan
dan di kantor-kantor urusan kemanusiaan
jika nanti kau keluar ke dunia
diam saja
setelah umurmu genap enam tahun
menangislah sekeras-kerasnya
untuk pemimpin bangsa yang gemar studi banding ke luar negeri
memakai uang bangsa atas nama tugas negara
sementara ribuan anak-anak terlempar ke jalan raya
karna tidak ada biaya untuk sekolah
saat kau lahir nanti
jangan menangis anakku sayang
air matamu sangat berguna sekali
untuk diminum para tenaga kerja di luar negeri
yang haus perlindungan dari negara yang mereka beri devisa
bila kau menangis saat lahir nanti
Holy Adibz
27
maka air matamu akan menyatu dengan air mataku
air mata kita akan menjadi samudera
yang memeluk air mata para buruh yang diberhentikan
karna menanyakan gaji yang tidak pernah berkecukupan
membiayai anak istri dan berbagai keperluan
yang tidak sepadan dengan peluh yang berceceran di pabrik-
pabrik
Padang, 1 November 2010
Holy Adibz
28
Sajak Seorang Pelacur
kau membumbung ke surga
dengan sorbanmu yang berkilau
sementara aku berjalan menuju neraka
dengan berjuta dosa dari kitabmu
malam, waktumu mengaji
bermesraan dengan tuhan
malam, waktuku mencari gaji
bermesraan dengan tuan-tuan
di atas sajadah panjang
kau sujud tanpa memikirkan periuk esok siang
di atas empuk ranjang
aku sujud di kelamin panjang demi periuk terjerang
demi tuhan yang memberi aku kehidupan
sungguh aku tak suka menanggalkan pakaian
tapi pekerjaan hanya ada di saku pemerintahan
yang akan menggusur lahan tempat aku cari makan
Padang, 5 November 2010
Holy Adibz
29
Laut Kota Jakarta
di laut kota ini
air tawar dan asin menyatu
di dalamnya ikan-ikan terombang-ambing
oleh ombak yang dipermainkan angin
di laut ibukota ini
angin menjadi selimut orang-orang
yang tidur di kolong jembatan
dan panas matahari menjadi tudung
para pedagang yang mendayung nasib
di pintu kemacetan
Jakarta adalah muara
dari segala suara
impian, jeritan dan kebahagiaan
yang tenggelam dalam samudera zaman
Jakarta adalah dermaga
kapal-kapal besar datang dan pergi
membawa semua harta yang tersimpan di dasarnya
kapal-kapal kecil yang sekedar mengail ikan kecil
makin terpinggirkan, tak dapat bagian
kota ini adalah lautan dalam dan luas sepanjang pandang
siapa yang tak punya kapal harus kuat berenang
agar tak tenggelam dan disantap ikan-ikan
yang tak pernah kenyang
siapa yang terjun ke kota ini
tak bisa kembali pulang
karna ia adalah laut tanpa daratan
Jakarta, 29 Januari 2011
Holy Adibz
30
Anakku Akan Kuliah
jangan belajar sastra anakku
nanti kau diberi tugas
keluar rumah malam-malam
menulis puisi
tentang bulan dan bintang
jangan belajar agama anakku
nanti kau disuruh menghafal kitab suci
berdiam diri di rumah ibadah
dan menutup telinga dari bisingnya jalan raya
jangan belajar sejarah anakku
nanti kau diajari
menghormati para pahlawan
yang menghabisi nenek moyangmu
jangan sekali-sekali
mempelajari ekonomi
nanti kau jadi mentri
yang mengakali rakyat sendiri
apalagi belajar politik
jangan anakku
pulang-pulang kau bisa saja membodohi
ayah ibu yang membesarkanmu
jangan juga belajar matematika
nanti matamu buta dari tanda-tanda
selain angka-angka
yang terjebak di buku-buku kuliah
kau ingin belajar teknik
Holy Adibz
31
aku mohon jangan anakku
nanti kau dirikan industri
yang membangun mimpi para buruh
lalu menghancrukannya kembali
lewat upah kecil dan pemutusan hubungan kerja
belajar olahraga saja anakku
jadi pemain sepak bola
atau atlit bulu tangkis
badanmu sehat jiwamu kuat
biar tidak ditangkap saat unjuk rasa
sebab kau akan sibuk berlatih
untuk kejuaraan melambungkan nama negara
Padang, 18 November 2010
Holy Adibz
32
Ayo Bayar Pajak
ayo bayar pajak
untuk menyemir aspal
biar kendaraan orang-orang besar
berselancar di jalan raya
menuju restoran-restoran mewah
ayo bayar pajak
untuk pembangunan gedung-gedung
biar kota kita indah
tanpa gubuk kardus para gelandangan
yang mengganggu pandangan mata
ayo bayar pajak
biar pejabat kita di atas sana
bisa berlibur ke luar negeri
setelah lelah memikirkan nasib rakyat
ayo bayar pajak
biar kantong negara gemuk
biar koruptor tak susah lagi
mencari lahan garapan baru
ayo bayar pajak
tunda dulu membeli beras itu
dahulukan kepentingan negara ketimbang perutmu
nanti kita akan kenyang dengan kenyataan-kenyataan sesudahnya
Padang, 12 November 2010
Holy Adibz
33
Seorang Penyair Dan Cangkulnya
seorang penyair
membawa parang
pergi ke hutan
mencari sebatang kayu
untuk tangkai cangkulnya
kayu ditebang
diperhalus
diukir
dicocokkan
dengan mata cangkul
cangkul siap berkubang di sawah
namun
cangkul mengkilap itu
diletakkan di ruang tamu
bersama boneka
dari dapur
istrinya menjerit
“padi tinggal sesudut karung”
Padang, 8 November 2010
Holy Adibz
34
Labuhan Kerbau Kampungku
labuhan kerbau kampungku
tempatku berkubang siang malam
menyendiri dengan bangau, lumpur dan daun nipah
bila aku pergi merantau
kutitipkan ibuku pada genang pasang bulanmu
asinkan doa beliau untukku sepanjang malam
labuhan kerbau kampungku
di bawah jembatan tuamu
ikan-ikan kecil menunggu cahaya bulan purnama
malam hari ayahku biasanya pulang dari kedai kopi
bila aku pergi merantau
kepada suara gemericik airmu aku berharap
lumuri kaki ayahku pada ingatan tentang rumah
yang kerap pulang setelah malam beruban
labuhan kerbau kampungku
di depan kubanganmu, sungai melarungkan kenangan masa
kecilku
dan di samping kananmu, laut senantiasa bercerita
bagai suara rabab dan tukang kaba
yang tak pernah punah dalam kenanganku
suatu saat, adik perempuanku akan menulis puisi
tentang riwayat para petani dan nelayan
yang terbakar di atas kemarau tanahmu
bila aku pergi merantau
tolong jaga adik perempuanku
saban hari, kera-kera yang bersembunyi di balik rimbun nipah
dan kelelawar yang bersarang di pucuk kelapa
mengintainya berkereta pulang sekolah
labuhan kerbau kampungku
Holy Adibz
35
tempatku berkubang siang malam
seperti kerbau-kerbau yang terusir dari kandangnya
aku akan mengembara ke ladang orang
mencari rumahku yang hilang
bila aku pergi merantau
tikamkan jejak-jejakku di tubuhmu
biar rinduku terpaku di jantungmu
katakan pada ibuku
aku akan pulang
bila abu di atas tungku sudah membatu
Padang, 28 Februari 2011
Holy Adibz
36
Debu Cinta Palsu
hanya luka terpahat
tak kan mati di hati
buana raya buat jiwa
yang terlena, tersandar dan terkapar
lusuhku tak terbasuh
perihku tak sanggup merintih
inilah jiwa yang terluka
bersama asa yang terlupa
di atas fana yang nyata
dihembus bayu semu dan debu cinta palsu
Kamarku, 25 Mei 2009
Jhon Pello
37
Keegoan
Kadang aku berpikir
Kenapa kau dan aku
Tak pernah bertemu
Pada satu ujung jalan
Adahkah karna aku berlari kearah yang salah
Atau memang jalan ini masih terlalu panjang untuk kutemui se-
buah ujung
Bukan suatu kerelaan ketika aku mencoba berlari
Dari sebuah kenyataan
Bahwa kau tak pernah tulus menyayanggiku
Tapi keterpaksaan telah membawa aku
Pada kelokkan yang bercabang pada ujung yang tak kelihatan
Mungkin sebenarnya tak perlu kutanya
Mungkin juga tak pelu kau jawab
Karena di dasar jiwamu dan jiwaku
Ada keegoan yang terpaksa harus kita akui
Hanya aku menunggu waktu yang tepat
Di mana aku harus berhenti melepaskan lelahnya perjalanan ini
Sebuah rasa keegoan tanpa pernah lagi menoleh ke belakang
Kamarku, 14 Juni 2009
Jhon Pello
38
Sajak Mabuk
...semua orang sibuk...
...aku malah ngantuk...
...semua orang suntuk...
...aku malah sumuk...
...semua orang ngamuk...
...aku malah mabuk...
Aku mabuk Engkau,
datanglah,
rengkuh aku sekarang juga!
Bukit Karamunting, 23082010, 12:43
Joey Rose
39
Al Faiz: Dengan Subuh dan Di bawah Gerimis Aku Bersaksi (Razaq Akbar Faiz, sebab aku selalu merindukanmu)
Al Faiz…
dengan subuh,
dan di bawah gerimis,
aku bersaksi:
Subuh adalah kesadaran
segala permulaan
rentang kehidupan
rancang kemenangan
bangun kekuatan
raih kemerdekaan.
Dengan subuh
bangunkan tubuh
sekaligus rubuh
lawan keluh
nyalakan suluh.
Refuge in the Lord of mankind
The Sovereign of mankind
The God of mankind
From the evil of the retreating whisperer
Whispers [evil] into the breasts of mankind
Among the jinn and mankind*.
Di bawah gerimis
hamburkan tangis
cinta kukais
perkuat baris
lawan iblis
tantang bengis
Joey Rose
40
kezaliman terkikis
Menjadi Al Faiz.
Padang, 11 September 2011, 05.00-06.00
*Surat Annas dari Al Quran.
Untuk kedua orangtuaku, untuk istriku dan anak-anakku, untuk
keluarga besarku, untuk sahabat-sahabat spiritualku, untuk ka-
wan-kawan seperjuanganku, untuk seluruh manusia dan kemanu-
siaanku, dan untuk Tuhanku.
Joey Rose
41
Tiga Perempuan Dalam Kehidupanku
Satu
Dari rahimMu aku dibuai-diasuh
Dalam dekap-kasihMu aku tumbuh
Engkau kupanggil Ibu
Dua
Dari rahimMu aku tanamkan generasi
Dalam dekap-cintaMu akulah laki-laki sejati
Engkau kupanggil Istri
Tiga
Dari rahimMu akan Kau lahirkan kelak
Dalam dekap-revolusionerMu generasi baru bergerak
Engkau kupanggil Anak
Padang, Jum'at, 16 Juli 2010, 12.30,
Merayakan Lima Tahun Hidup Bersama 16 Juli 2005-16 Juli
2010 dan Sampai Mati. (Mengenang Ibu Sri, disebabkan Welly,
dan untuk Rara-Ku).
Joey Rose
42
Dari Asrama Ke Jalur Gaza :untuk saudara-saudaraku di Palestina
Aku sangka, begitu susah untuk tinggal di asrama
Ternyata, tidak ada artinya dibanding kehidupan di Jalur Gaza
30 September 2009 asrama terguncang gempa
Namun sepanjang waktu Jalur Gaza diterpa bencana
Lihatlah dengan mata, dengarkan dengan telinga dan rasakan
dengan hati
Kesaksian-kesaksian dari Jalur Gaza yang belum sepi
Tentang ribuan manusia-manusia kehilangan nyawa setiap hari
Tentang rintihan anak-anak muda kehilangan masa depan pasti
Tentang jeritan dan tangisan bayi-bayi tak berdosa tiada henti
Tentang kehidupan yang terayun terombangambing tak bertepi
Ketika pesawat-pesawat meluncurkan rudal memburu mangsa
ketika peluru-peluru dimuntahkan membabi buta
Ketika buldoser-buldoser menggilas rumah-rumah bahkan manu-
sia dengan paksa
Ketika pengkhianatan nilai-nilai kemanusiaan nyaris sempurna
Dilakukan dengan penuh keangkuhan oleh para Zionis durjana
Tidak ada
...
Joey Rose
43
Sajak Untuk Nenek (Selamat Jalan Nek)
I Aku bosan dengan keluhan
Takkan selesai persoalan
Sebab hidup mencari jawaban
II Meski mati harus temukan
Titik sempurna keabadian
Satukan manusia dengan Tuhan
Padang, 14 November 2010.
Joey Rose
44
Pagi Ini Seorang Mahasiswiku Kirim SMS
"Selamat hari guru ya bapak"
Aku tidak sempat lagi berpikir
apa beda guru dengan dosen
aku hanya tahu, sama-sama mengajar
itu saja, Nak!
"semoga bapak semakin sukses, selalu sabar dan semangat
dalam mengajar kami"
Nak, aku masih bingung dengan kata sukses
tapi untuk sabar, mungkin aku masih kurang
dan untuk semangat, paling tidak aku lebih memilih
bertemu kalian dibanding bertemu Rektor, Menteri, atau Presiden
sekalipun
Aku ingin mendidik, bukan hanya mengajar
jika itu mungkin, Nak!
"makasih buat semua ilmu dan kasih sayang yang bapak kasih
untuk kami selama ini"
Semua ilmuku adalah untukmu, Nak!
aku mengasihi kalian karena kemanusiaan
aku menyayangi kalian seperti anakku sendiri
selama ini dan selamanya
terimakasih juga untukmu
atas keseriusan kamu dalam belajar, Nak!
"sampai kapanpun jasa bapak nggak akan bisa kami balas den-
gan apapun"
Nak, semangat dan keseriusanmu dalam belajar
adalah balasan yang luar biasa bagiku
tidak menunggu kapan pun, tapi sekarang juga
aku pikir jasaku sebatas gaji bulananku
namun, engkau mengingatkanku
Joey Rose
45
kapitalisasi pendidikan harus dilawan!
Terimakasih, Nak!
"doakan kami supaya sukses ya Pak!"
doakan saya juga,
bisa jadi guru atau dosenmu
yang baik dan benar, Nak!
Padang, 25 November 2010, 13:20.
Terimakasih untuk Fina Resty Fauthrisna, dan semua mahasiswa-
mahasiswiku,
"Ayo terus belajar untuk berani berpikir kritis!, berani bersikap
tegas!!, berani bertindak nyata!!!...untuk Indonesia, untuk Kita
Semua".
Joey Rose
46
Kami Selalu Siap Berperang!
Malam yang senang.
Barisan sadar berkembang.
Berpikir bersikap matang.
Makin jalang makin garang.
Kehidupan kerontang.
Membangun pantang.
Dunia tak tergoyang.
Siap terus menerjang.
Menang tak terjelang.
Siap tuk berkalang.
Pasti, suara takkan hilang.
Yakin, gema akan terngiang.
Ada sebutan pembangkang.
Tidak butuh disebut pejuang.
Anak-cucu saja mengenang.
Kami selalu siap berperang!
Padang, 01 Desember 2010; 12.10.
Untuk "barisan sadar" (Iki, Reski, Gilank, Iko, Fiky, dan semua
orang yang siap masuk barisan membentuk pasukan)...dan untuk
Yogyakarta-ku tercinta..."Apa kabar Rakyat Berserak dari Pun-
cak Merapi sampai Pinggiran Parangtritis?!"
Joey Rose
47
Mungkin Kita Lupa
Obrolan santai tanpa tikai
dalam terpaan angin basah pantai
membuat kita semakin pandai
berlompatan seperti tupai
tanpa terjebak ocehan kedai
semakin membuat lalai
dan lebih tolol dari keledai
Padang, 20 Desember 2010
Pagi sampai siang yang suntuk dengan kepura-puraan, obrolan
membosankan seolah tanpa beban, "demi generasi masa depan
atau demi sesuapan?'"
Joey Rose
48
Ah, Revolusi Kok Ditakuti
Revolusi itu resolusi pergantian tahun.
Revolusi itu setelah lulus kuliah menerima gaji.
Revolusi itu nama yang anda cari tidak ada, meskipun demikian,
nama revolusi tersedia untuk didaftarkan.
Revolusi itu tidak hanya berupa tulisan dan semangat saja, tapi
nanti pada akhirnya terbukti melalui tindakan nyata.
Revolusi itu potong generasi tua yang sudah kronis dengan
korupsi.
Revolusi itu menguasai diri untuk menguasai dunia.
Revolusi itu monyet nyengir melihat model perempuan bugil di
atas puncak gunung meletus.
Revolusi itu sepakbola yang menjadi penyakit pada tubuh seo-
rang gadis mengelus dada.
Revolusi itu nafsu purba manusia yang diumbar ke dunia nyata
melalui dunia maya.
Revolusi itu aneka resep remeh temeh kehidupan manusia yang
bisa menjadi urusan gawat darurat bagi petualang kesepian.
Revolusi itu kerusuhan sosial yang bukan dipicu oleh seorang
pemimpin negara tapi oleh bahan penghilang lapar perut rakyat.
Revolusi itu bukan soal agama tapi tangisan untuk kehidupan
yang layak, pekerjaan, ketahanan pangan, kebebasan, dan marta-
bat untuk semua.
Revolusi itu soal harga soal gambar soal asuransi dan soal-soal
kehidupan lainnya yang semoga kau menikmatinya.
Revolusi itu agen bola yang menyamar dan sebenarnya agen judi
yang menjanjikan kekayaan sampai mati.
Revolusi itu sebuah bisnis networking dengan produknya sebuah
software website yang berulang-ulang bisa mendapatkan pengha-
silan tanpa batas.
Revolusi itu ketidakpercayaan akan merembet karena tidak ada
alasan soal lawannya banyak atau soal ada yang suka dan ada
yang tidak suka.
Joey Rose
49
Revolusi itu doa seorang gadis tentang tercapainya cita-cita seba-
gai status dalam jejaring sosial di dunia maya.
Revolusi itu sebuah peristiwa besar di negeri nun jauh di sana
yang bisa ditonton dari sebuah kampung relijius.
Revolusi itu ekspresi muka lucu dukun gondrong dengan celen-
gan koin berciuman untuk orgasme hebat di titik tersensitif dan
termahal di dunia.
Revolusi itu menonton, browsing, ngobrol di satu layar harganya
diperkirakan milyaran.
Revolusi itu sebuah puisi memaksa tentang sebuah karya dari co-
mot sana comot sini penyair gadungan yang rindu eksis.
...ah, revolusi kok ditakuti...
Padang, 01 Februari 2011, 23:15
Joey Rose
50
Aku Menangis Ketika Menggali Kubur Untuk Putriku. Dia
Maju dan Kemudian Menyisir Janggutku
:sajak untuk Zahra Faiza Fitria
Seringkali kesadaran begitu cair namun tidak jarang sangat beku.
Ketika merasa sebagai pembuka jalan terang justru menyilaukan
mata sendiri, maka air mata akan menetes perlahan dan terus
menerus menganak sungai. Kuburan bagi yang hidup itu justru le-
bih menyiksa daripada mengubur yang mati. Bahkan yang
matipun akan membusuk dengan sendirinya dihantam terik
matahari, dihajar hujan deras yang mengguyur bumi, ditiup angin
yang menghempaskan apapun ke udara.
Dia yang selalu berharap aku pulang ketika kepergianku. Dia
yang selalu berharap aku ninabobokan menjelang lelapnya. Dia
yang benar-benar menyentuh, mengelus, menarik, dan akhirnya
benar-benar menyisir jenggotku. Dia yang begitu berarti untukku.
Hidup dan matiku sebagiannya untukmu, Bunga-ku.
Padang, 29 Juli 2009, 14:04.
Joey Rose
51
Jika Semua Sempurna
Jika semua sempurna
maka selesai sudah hidup dan dunia
bebas
maka bukan sudah benar atau masih salah
maka bukan sudah baik atau masih buruk
hanya belajar dan bekerja
menerabas batas-batas
yang dikonstruksi wajar dan pantas
yang semestinya besar dan luas
yang sesungguhnya bebas
sempurna
apakah sempurna mensyaratkan bebas
apakah bebas mensyaratkan sempurna
mungkin
Padang,8/5/2011
Joey Rose
52
Bagaimana mungkin Aku bisa diam, dan Kau?
:untuk mereka yang tidak pernah diam
Bagaimana mungkin aku bisa diam jika kebodohan dipelihara
oleh manusia-manusia,
bagaimana mungkin aku bisa diam jika ketidakberpihakan kepada
yang harus dibela merajalela,
bagaimana mungkin aku bisa diam jika kita semua hanya berkata-
kata bahkan diam saja.
Padang, 16092010; 09.45
Joey Rose
53
Negeri Parewa
Negeri parewa
Negeri Galau
Galau Hati nan tak Terkatakan
Resah membayang dalam mimpi yang tak berkesudahan
Malang sudah dilahirkan di tanah yang tak berarah
Sudah dan tak sudah
Bhatin perih
Jiwa sesak
Ingin terteriak
Takut tak makan
dan ditembak
Hanya menyaksikan dengan telanjang segala basa- basi
Jilatan liar atas semua kepalsuan yang disusun nyata
Pura- pura bertepuk tangan
Dalam sepi di Negeri Parewa
Bertanya dalam hati
Kapan akan kembali
atau hanya mimpi
Lismomon Nata
54
Mau Ke Mana Kau Indonesiaku
Kisah potret negeri kusam
dan tak pernah pasti
berjalan terseok
hilang dan menunggu mati
Sekolah untuk menjadi bodoh
bekerja untuk menjadi bodoh
pengangguran untuk menjadi bodoh
mau ke mana kau negeriku
kumencarimu
Kau tampak pilu
Arahmu kian gontai
Semangatmu padam
Wahai Indonesiaku
Mana suara- suara yang kau teriakan lantang dulu
Kokoh menatap hari esok
Tak takut akan badai
Menantang masa sekalipun
Mau ke manakah kau Indonesiaku
Tubuhmu kian kusam
Wajahmu kian legam
Bukan karena kedewasaan tapi sepertinya kau lupa ingatan
Lismomon Nata
55
Korupsi
Korupsi kata populer
Di mana- mana ada hingga di balik besi
Siapapun pasti suka
Virus bizurai negeri
Congkak
Merasa aman dan bisa dibeli
Bising dalam berita
Saling cakar
Gundik
Dalalah
Mall dan Hotel
Cilok
Burai sumpah serapah
Lismomon Nata
56
Bupala
Oh....
Bupala, kami akan cium tanganmu
Hingga jilati pantatmu
Bapala, kami akan cuci tapak kakimu
Hingga kau senang kegirangan karenanya
Tak mengapa
Pembantu di rumah sendiri
Budian di kampung sendiri
Buruh
Tak apa- apa asalkan kau senang
Oh...
Bupala
Ekor kami akan bergoyang- goyang
Sabar menanti titahmu
Lismomon Nata
57
Wahai Penyair
Penyair, apakah syairmu mampu mengubah dunia
Penyair, syairmu bukan lah kata sakti seperti memo yang bisa
menundukan kepala manusia atau mengesahkan anggaran belanja
negara
Penyair, untuk apa kau habiskan waktu dan tinta
Berkelahi siang malam, memutar kepala untuk merangkai kata-
kata
Sementara mereka tak juga mau mendengarnya
Penyair untuk apa, saat manusia kini tak perlu estetika, etika,
matematika, fisika
mati rasa
Semuanya telah digadaikan dengan mulut yang mengeluarkan
kata- kata namun bukan sastra, puisi, nasehat, dan cerita
Bermain kata, membolak- balik kata
Merubah putih menjadi hitam
Hitam menjadi putih
Itu sudah biasa
Penyair, apa yang kau bisa
Ketika manusia tak butuh lagi dan mempertanyakan untuk apa
Lismomon Nata
58
Tanah
Tanah
Tidak ada lagi yang kami miliki hanya tanah
Tanah air ini tanah
Tempat lahir dan mati ini tanah
Tempat kami bermain kelereng, galah, ucak
Adalah tanah
Kami adalah anak tanah
Tanah ibu Pertiwi
Tempat kami bertanam padi
Namun kini di manakah kau tanah
Kau semakin sempit bahkan tak terlihat lagi
Berganti dengan beton- beton paku bumi
Menjadi gedung- gedung
Tempat parkir mesin- mesin beroda
Tanah
Kau semakin mahal saja dan tak terbeli
Lismomon Nata
59
Apnea Masa Muda
Aku seperti santri bersarung dan berkutat dengan kitab tanpa
tanda baca
Terbata- bata membaca tanda hari esok
Akan datang dan tak sempat untuk kubaca
Menbaca kehidupan
Mencari suatu makna
Ghaib
Lantas berjalan dalam sesak nafas cinta
Waktu terus saja berjalan, entah kapan kan bersua
Kuhancurkan menara yang telah dibangun dengan peluh dan air
mata
Kuracuni kesempatan hanyut dalam derasnya cadai
Tertawa terbahak- bahak
Ke sana ke sini
Mondar mandir
Dan layu
Kini apa yang dikata
Senja kian mendekat, kusesal....
Tapi apa yang hendak dikata
Aku Apnea
Lismomon Nata
60
Penyair Tolol Dan Perempuan Gila
Aku ini penyair tolol dengan perempuan gila (tapi paling catik
sedunia) memegang urat leherku, aku mau jadi harimau tapi ia
menolak jadi kijang, katanya ia tidak mau ditindas tapi ditindih.
Ia lebih suka kata-kata, ia suka gombal-gombal, tapi ia tidak suka
dipolygami. Sesekali aku mengajaknya makan pecel, duduk di
pinggir jalan atau pulangpergi cari utang naik becak sembari
kubacakan puisi paling cinta.
Ketika ia lapar, aku akan cubit pipinya sampai merah, kuciumi
kelopak matanya,kukunyah telinganya, selalu ia setelah itu
menggigit pundakku dan berkata “kapan puisimu bakalan laku
dijual? Cinta”. Kukecup kening dan kuseduh aroma segala
macam bunga dirambutnya “nanti, aku janji, akan kuajak kau
makan di restoran mewah, kemudian nginap dan bercinta di hotel
bintang lima, cinta”. Selalu ia akan tertawa “cinta, kau pendusta
tapi aku suka” berbisik manja dan mengajakku bermain kucari
kau sampai lelah, kadang aku sembunyi di dadanya kadang pula
di pangkal paha dan bahasanya, bahasaku lalu adalah nafas
terburu, peluh, lenguh "aduh" serta sendi-sendi yang mendadak
ngilu.
Padang; 23/12/2010
Reski Kuantan
61
Aku Melihat Langit
Aku melihat langit,
kudengar anak-anak menangis
suara-suara perut lapar
burung-burung membisu
putik-putik bunga layu
mereka sakit
mereka kedinginan
mereka tersiksa
semua dirampas.
Aku berdoa,
orang-orang bertanya
di mana keadilan
semua terdiam
semua hilang
kini cuma derak ranting-ranting patah
derit di bibir-bibir luka
daun-daun detik diputus duka.
Oh, kuteguk air mata mereka
agar badai di dadaku
agar gemuruh di jantungku
agar runtuh, agar luluh
agar remuk batu hatiku.
Aku melihat langit
kemudian menunduk dan menciumi tanah,
orang-orang bertanya
siapa di atas sana?
Padang; 15/06/2011
Reski Kuantan
62
Cicak
Aku ingin jadi cicak yang menempel di langit-langit kamarmu,
dengan sepasang mata liarku, aku ingin menyimak gerak gerik
tidurmu, dengan harapan barangkali nanti di suatu malam kau
bakalan membaca namaku dari dalam mimpimu.
Aku selalu membayangkan dapat menyusup ke dalam piyamamu,
menggetarkan bulu-bulu halus di susumu, kemudian perlahan-
lahan kudengar degup jantungmu, mungkin saja kau sedang
bermimpi buruk dan aku akan bersegera siaga
membangunkanmu, barangkali dengan doaku.
Hampir di tiap kapan kau mulai mematikan lampu dan
menyembunyikan diri ke dalam selimutmu, selalu kulantunkan
doa-doa pengantar kebahagian terhadap Tuhan, agar kau
senantiasa diberikan kenyenyakan dan betapa di kehidupanmu
agar aku senantiasa dapat berjaga di luar tidurmu, berjaga serupa
udara yang ikhlas kau seduh ke dalam paru-paru.
Padang; 18/02/2011
Reski Kuantan
63
Aku Denganmu
Aku, denganmu, selalu takut sendiri-sendiri, semisal pohon
mangga di depan rumah, “Apa sekarang musim berbuah?” kau
selalu pura-pura tidak tahu dan pura-pura mencari jawaban ke
segenap bahasaku.
Tak ada yang lebih ajaib ketimbang kita yang senantiasa
berjumpa, meski telah saling tumbuh di lain dahan dan terkadang
retak di lain cabang.
Kau tak jarang menggantung-gantung sepi semacam angin di sela
ranting dan aku cerita yang tak sudah-sudah kau bawa ke semua
cuaca, seperti pula kau kusenbunyikan dari segala patah.
Di pucuk paling hingga, serupa doa dan airmata, kita sama
memeram kecemasan, “Apa hari ini kita telah tanak?” selalu
sembari kugenggam gemetar penempuhanmu dan kau seduh
debar kehidupanku, kita sama mendekap usia yang jatuh satu-
satu.
Padang; 14/02/2011
Reski Kuantan
64
Puisi-puisian
I
Aku ke laut
kau ke bukit
dan yang lain menatap langit
sementara kita sibuk saling berbohong
di perut orang-orang lapar
para penguasa berbagi tiket ke neraka.
II Jangan cium di sana,
di sana geli,
aku tak mau kita cuma sekedar saling menertawai,
aku tertawa karena kau karena aku,
Indonesia.
III Pohon itu tumbuh tinggi sekali
aku dengar,
ada seseorang di puncaknya
ingin menangkap bulan.
Padang; 17/05/2011
Reski Kuantan
65
Menuai Hampa
Seusai padi kutanam aku hendak menuai
ilalang malah kiranya
seperti berladang pada yang tak mungkin
aku mesra memeluk angin
hampa nan dingin, sakit yang tak mengenal musim
Patahnya di pangkal paling bawah
kuncup-kuncup mengecup tanah
tak sempat menjadi bunga
duh, ada luka
katup-katupnya menganga
menelaga di ceruk mata
Padang; 10/04/2010
Reski Kuantan
66
Taplau tujuh tiga puluh
Melempar bola mata
dan sepasang dukacita tergelak tibatiba
ini bukan gelombang yang sama
tanpa koran pagi atau halaman puisi
Pukul tujuh tiga puluh,
tentang pantai, buih, pasir, dan aroma rambut
yang diamdiam menata simak
di bebatuan dan segumpal penantian
Siapa saja pernah salah kira
ini laut jantan atau betina
tapi, rindu tak faham angka merah
juga dermaga yang memisah badan
di ujung muara
Tuhan, aku ingin jadi angin
aku ingin jadi awan atau hujan
aku ingin jadi hari libur sepanjang musim
Padang; 03/10/2010
*Taplau:Tapi Lauik - Pantai Padang
Reski Kuantan
67
Aku dan Ibuku, Tuan.
Ibu menanak mimpi di dalam kepalaku, aku belanga di atas
tungku, api menjadi guru, api mencairkan apa saja yang beku,
mengabukan apa saja yang bisa menjadi abu, menelan apa saja
yang bisa ditelan, memakan apa saja yang bisa dimakan, aku dan
ibuku punya banyak tuntutan.
Tapi, dari atas sana, di atas entah itu kursi penuh beban atau
malah kasur idaman, keringat ibuku disedot, darah ibuku disedot,
doa dan airmata ibuku disedot, aku dan ibuku disedot, kami
disedot seperti tambang, disembelih kebijakan, dibuat akrab
dengan kecemasan.
Dari tubuh ibuku, dari rahim ibuku, dari seluruh luka dan duka
ibuku, bakalan terus kalian lahirkan ketidakadilan, benarkah
tuan?
Padang; 20/06/2011
Reski Kuantan
68
Ke Rumahmu Aku Hendak Pulang
Aku hendak pulang ke tubuhmu menjengkal belai. Meski tak
begitu kuhafal lagi musim-musim di matamu. Tapi aku ingat
sempat pernah dulu sembari menyimak kumbang bak lenggok
anak gadis memotret gerimis melubangi palang pitu, kita tulis
puisi tentang urat leher dan jabat di saku baju.
"Pantas saja lubang-lubang di kayu rumah ini kian berjumlah,
kelak mungkin saja bakalan patah atau runtuh" katamu.
"Tapi itu bukan aku!" kataku.
"Kau yakin? kenapa tapi aku ragu? tibatiba wajahmu batu.
.....................
Entah bagaimana kemudian aku telah di luar mencari pintu. Aku
tahu kau sedang di dalam menumbuhkan ulang paru-paru.
Padang; 02/09/2010
Reski Kuantan
69
Mengulum Biru
binar matamu merayap terang
sambut untaian cahaya retoris benderang
dalam lebam hati yang lelah mengerang
kurungan berbatas jasad menjadi derau
bak birokrat menjaga rakyat tetap terpantau
cita membuka hanya mengigau
pusat harap pada tangan tak terlihat
meski nuansa takdir dan ayat
nyata menuai laba berlipat
ketika tali sebab terputus
membunuh logika determinasi
alih alih untuk bereksistensi
namun kau tak mesti rela memupus
tuk setia selalu menghampiri konklusi
Batu Taba, 240811
to: my tough sister, if only I could find the concrete help...
Rizki Firdaus
70
I Sweep The Floor
I sweep the floor
not because my mom told me to
or conform to what people think
of dirtiness and tidiness
I sweep the floor
on my own bliss
for the process I love between
I sweep the floor
to pick any worth thing
out of awareness to be expelled
to check every corner of the room
as it might be some important things
are enclosed
at least
to figure out everything
need to be thrown out
I guess it will be delightful
to sweep the floor everyday
hoping for every new synthesis to get
Batu Taba, 010811
Rizki Firdaus
71
Antonimisme
ragam kemudi terlontar menyapa. isyarati hati mulai pelayaran.
satu pandu nyatanya mesti digenggam. sebentuk pilihan menurut
berita. atau hanya turunan sekedar menelan. selain mau bertanya
pada gerak periode alam.
kemudian ambisi meluap terus ke atas. melupakan dimensi ber-
nama masa. jatuh itu mudah. tanpa topangan dari bawah.
setiap mulut kini serempak bilang benar. sedikit tenar berpeluang
didengar. suara sayup bisa tersulut. berulang kali dituding salah.
menjadi pemenang tak lebih dari adu kuat. singkirkan dulu tang-
gung jawab. putar otak buat pertahanan. karena kalah bukan ber-
arti menyerah.
dan ketika air memberi dingin . bisa bimbing panas mereda. se-
makin deras mampu padamkan api kebenaran.
maka hitam hanya akan kembali menjadi gelap. dalam terang
figura putih. demikian juga sebaliknya.
adapun jika mati telah jadi pilihan menutup gusar. terse-
bab hidup cuma bermacam kepentingan. hanya Tuhan
yang punya kuasa. pada pahala yang mengurai hidayah
menuai pamrih. atau dosa yang memecah ikhlas.
cinta anugerah semesta. bukan dunia satu dua. berkawan tanpa
halangan perbedaan. melawan tembok sekat penyeragaman.
Batu Taba 090311
Rizki Firdaus
72
Author
a comfort zone fade away from my sight
together with millions groan of defeat
whose really suffer of no link up to the might
should I feel it?
they keep calling me a blockhead
for sliding the gold bargaining over
by refusing to get employed in the day to day linear
then spending my life in the taboo of insubordinate
must I notice that?
Come on man, never think to regret that
Cinderella shall find her happy ending faster
when she gets courage with the step mother
the sleeping princess ought to meet more than just a handsome
prince
if only she had bored to wait for the kiss
despite of a certain magic upon that
everyone has their right to be an author
thank God for letting me battle on my own
Batu Taba 010211
Rizki Firdaus
73
Perjalanan ke Kota Besar Perdanaku
baru kali pertama kulihat tembok-tembok dipaksa memanjat
memandangi riuh para kerabat bersusun rapi bersaing hebat
pikirku sang pemilik segala bakalan bangga
mengamati buah-buah pikiran ciptaannya
pantang kehabisan upaya manfaatkan sumber daya
lebar bumi sudah habis dipalu besi
langit tempat bersemayam matahari kan masih luas
terus bersemilah pembangunan mandiri abaikan proporsi
tengoklah variasi jajanan impor
mungkin ini keutamaan perdagangan bebas
seperti wibawa bicara mereka di monitor
usah jauh berkunjung
agen kami setia melayani
selera luar negri akan siap segera datang menemani
merata ke semua lini
coba kau bayangkan kesetaraan juga begitu terasa
jumlah beruang dan yang terawang sama banyak
mengalahkan jamaah kere di desa
hingga partisipasi mereka kelak ikut merebak
semoga ku tak salah langkah
palingkan mimpi usang pada koar kehidupan baru di pintu ger-
bang
puaskan mata berkaca ayah ibu yang penuh amanah
sampai nanti kuminta burung mengabarkan
perjalanan ke kota besar perdanaku
Batu Taba 200111
Rizki Firdaus
74
Tawa Fatamorgana
tegukan teh pahit penghabisan
dingin melukis waktu langit perhentian
lelaki tanggung
mengingat dalam lamunan
rute barisan itik tiap petang
siang tadi ditempuh seorang teman
saat istri dan hidangan dalam rantang
semua pada lesehan
hingar bingar kabar bin impian
tak merupa wajahnya
gemerlap dasi
pantulan kilat sepatu kulit
tak urungkan lelah jantung raga
di jeruji
tumpukan kartal menjelma dewa, balik mendakwa
bangga apa jika buat merana
tertumpah sia perasan keringat demi dangkalnya label harga
segera bangunkan tuan pemberani
reinkarnasi awal revolusi
cicipi sederhana hakiki yang kau ajari
kawan
iringan senyumku antar harapan
pada pusaran fatamorgana tawa
hingga luka lama kembali mengelupas
pada binar mata yang meredup
pada detik menutupnya kesempatan
Rizki Firdaus
75
pada hati tertahan korban keadaan
pada teriakan sayup berjumlah jutaan
pencuri api,
Bukittinggi 12: 31, 101210
terinspirasi dari sinopsis Babbitt yang disampaikan ‘pak dosen’
Rizki Firdaus
76
Kau 1
Apakah wanita yang terbalut kain sari itu bercelana dalam ?
Apakah wanita yang berjilbab itu mempunyai telinga ?
Apakah wanita dengan kaca mata hitam itu buta ?
Apakah aku?
Apakah cinta sebuah hambatan
Untuk mencapai tingkat spiritual yang tinggi
Lepas Bramu
Lepas celana dalammu
Lepas semuanya
Kita susuri tubuh ini dengan sentuhan halus
Dan jilatan-jilatan liar
Sampai terdengar lengguhan-lengguhan
Melengking dalam tempo riuh rendah
Kenikmatan kenikmatan
Ini jujur
Karena,
Keperawanan adalah kebohongan
Dan,
Keperjakaan adalah kesombongan
Aku?
Lagi-lagi keluhan ?
Akh
Cherry House. 12 Okt 2003. 21.37 WIB
Umpu Prahara
77
Kau 2
Tak kudengar lagi beritanya
Bukan seperti Legian, Timur Tengah atau WTC
Bukan pula seperti ESPN dengan Tiger Wood
Atau MTV dengan Christina Aguileranya
Tapi cuma dirimu
Yang tak kunjung datang
Dengan wajah yang sumringah
Senyum dikulum permen
Manis di dalam
Dan lesung pipit di luar
Cherry House. 05 Nov 03. 21.56 WIB
Umpu Prahara
78
Untuk Ibu
Semburat kemilau matahari pagi belum lagi muncul
Cericit burung-burung kecil belum lagi terdengar
Kokok ayam jantan belum lagi lantang
Celoteh serangga malam belum lagi usai
Tapi kau telah terbangun
Kau telah terjaga
Kau telah meninggalkan peraduanmu yang hangat
Meninggalkan tilam emasmu
Bagaikan dewi kau memelukku
Bagaikan ibu pertiwi kau melindungiku
Tak cukup tinta untuk menggoreskan segala kebaikanmu
Tak cukup kertas untuk mencatat semua yang telah kau berikan
Tak cukup mutiara untuk membalas semua hutangku padamu
Tetapi aku bukan milikmu seorang
Aku adalah milik anak bangsa
Aku adalah milik semua umat manusia
Maafkan aku Ibu
.
Turi, 00.00, 02 Apr 03.
Umpu Prahara
79
Seorang Gadis di Sebuah Ruangan
Di suatu senja yang temaram
Di penghujung bulan September
Bulan yang terkatung-katung diantara dua musim
Bulan yang tanggung kata orang
Seorang gadis yang sedang duduk mematung
Di sebuah kursi panjang disudut sebuah ruangan
Yang tak terlalu luas, tetapi terlihat lapang
Yang dipenuhi oleh bunga-bunga hidup yang berwarna-warni
Sesekali dia mendesah
Sesekali dia menggumam
Sesekali dia menengok kearah pintu masuk
Sepertinya ada yang di tunggu
Di suatu senja yang temaram
Di penghujung bulan September
Bulan yang terkatung-katung diantara dua musim
Bulan yang tanggung kata orang
Seorang gadis yang sedang duduk mematung
Menunggu kasihnya yang tak kunjung datang
Lama dia menatap kearah sebuah pintu
Yang menghubungkannya dengan dunia luar
Dunia yang hiruk pikuk oleh ramai manusia
Di suatu senja yang temaram
Di penghujung bulan September
Yang telah berganti dengan malam yang hampa
Tanpa bulan dan tanpa bintang menghiasinya
Seorang gadis yang sedang duduk mematung
Umpu Prahara
80
Di sebuah kursi panjang disudut sebuah ruangan
Yang tak terlalu luas, tetapi terlihat lapang
Yang dipenuhi oleh bunga-bunga hidup yang berwarna-warni
Perlahan dia beranjak pergi
dengan membawa kegundahan dan kegelisahan hatinya
Setelah lama menunggu kekasih hatinya
Yang tak juga muncul
Setelah sekian lama sang gadis menunggu
Cherry House, 15 Sep 03. 01.00 WIB
Umpu Prahara
81
Ahh...
Seperti pelukis dalam absurditas
Seperti filsuf dalam pencarian “tidak ada”
Seperti politikus dalam arena retorika
Seperti ekonom dalam dansa di lantai bursa
Dan seperti aku yang mencari “Mu”
Menangis di atas bangkai mayat
Tertawa dalam hari indah
Itu bohong
Justru menangis harus di hari yang indah
Dan, tertawa di atas bangkai mayat
Itu baru benar…. Ha…ha…haaaa…
Pintu ditutup
Hari telah malam
Melolonglah di siang hari serigalaku
Cherry House. 5 Nov 03. 21.16 WIB
Umpu Prahara
82
Malam
Keheningan malam bagaikan sebuah senjata
yang mengoyak senja
merobek mayapada
menodai cakrawala
Dalam keheningan malam tergambar kisah tentang duka
Tentang bayi yang menangis lapar
Tentang anak yang terlantar
Tentang kemanusian yang semakin memudar
Dalam keheningan malam tercipta sebuah berita
Tentang rakusnya penguasa
Tentang matinya sebuah cita-cita
Tentang hancurnya tatanan negara
Dalam keheningan malam terwujudlah sebuah cita-cita
Tentang rakyat yang merdeka
Tentang rakyat yang sejahtera
Tentang rakyat yang berkuasa
Painan, 28 Desember 2010
Umpu Prahara
83
Satu Hari
Subuh,
Tuhan tolong kami,
Ampuni kami,
Selamatkan kami,
Tanpamu kami tak berarti
Pagi,
Seorang gadis mengambil pisau
Memotong kentang, memotong wortel
Mengaduk bumbu dan mencampurnya
Lalu kemudian memasaknya
Siang,
Seekor teri bercerita tentang anaknya
Tentang kakap, tentang paus
dan juga gurita yang meraja lela
Sambil dikelilingi lalat
Sore,
Si gadis menangis ditinggal pacarnya
Ibu tiri memarahi anak tirinya
Ayah berselingkuh dengan sekretarisnya
Seorang gadis kaya senang menjadi pemulung
Malam,
Dor, suara tembakan terdengar
Suara tembakan saling bersahutan
Penjahat tersungkur dan mati
Sang jagoan berdiri sambil berlumuran darah
Tengah malam,
Orang kesurupan
Umpu Prahara
84
Orang meracau
Orang disembuhkan doa
Ada dunia selain dunia kita
Begitulah seterusnya dan seterusnya...
Padang, 24 Januari 2011
Umpu Prahara
85
Untukmu
Yang pernah kuajak merenda jeda
Tapi kau kata, tidak!
Kataku tak berbisa
Tak meliuk serampai
Mengapit helai tiada
Meski kata ini memang tumbuh dari lukaku
Namun ia tetap bersemi
Berharap takkan layu
Setelah kutinggalkan
Tak kubawa cakrawala
Kudapan sepi hanya
Lantas siapa yang akan menyiraminya?
Di saat panas menggoda
Kaupun tahu
Kabut dan hujan tidak datang bersamaan
Begitupun matahari
Kadang terbit dari arah yang berbeda
Tapi itu mereka, dan bukan kita
Siapa kan menyangka
Pada sebuah waktu
Kita akan bersua
Pada ruang yang sama
Cherry House. 01 Nov 03
Umpu Prahara
86
Perempuan
Perempuan itu
Tidak sekalipun pernah kulihat rinai rambutnya
Apakah ia berambut ekor kuda ?
ataukah ia berambut kepang dua ?
atau. Gadis berambut ular?
Yang pasti
Di matanya ada dua kerlip bintang
Perempuan tadi
Betisnyapun jarang terlihat
Entah padi bunting ?
Gading gajah ?
atau
Tiang penyangga menara Pisa
Yang ku tau Senyumnya adalah bunga
Perempuan yang lalu
Beraroma minyak kasturi
Bergaun ala burung Kaswari
Ia lahir di Manokwari
Dan menyusu pada puting bidadari
Kaulah Dinda Bestari
“Kan kuajak kau menikmati senja di kedai Singosari
tempat Ken Arok dan Ken Dedes memadu janji.
Dan kita bersama belajar mengaji, karena Ramadhan telah
menanti”
“Untuk ia yang datang menemaniku pada suatu malam di
Gamping pada saat bulan Ramadhan”
Cherry House. 05 Nov 03. 21.30 WIB
Umpu Prahara
87
Alfikry Ilmi
Lahir di Pariaman, Sumatera Barat tanggal 21 Febru-
ari 1989. Seorang mahasiswa pendidikan Biologi
UNP yang mencintai seni dan sastra sejak kecil. Pe-
cinta musik Jamica yang biasa menghabiskan waktu
luang dengan membaca buku sambil mendengarkan
musik early reggae dan ska. Selain itu juga suka membaca, menulis,
diskusi dan nonton film. Beberapa puisi pernah dimuat media
online. Aktivitas kesehariannya adalah bergiat di organisasi MaGenTa
(Masyarakat Gerilyawan Kota). Email : [email protected]
Amanike Liza Fitra
Lahir tanggal 15 Maret 1988 di Padang. Saat ini se-
dang menuntut ilmu di Program Studi Hubungan In-
ternasional, FISIP Universitas Andalas. Seorang yang
memiliki minat yang tinggi terhadap seni dan sastra.
Gilank Ralicha
Lahir di Padang 20 September 1989. Seorang pecinta
musik Punk Rock dan Folk serta penggiat filsafat
Marxis dan Anarkisme. Menempuh studi di Program
Studi Hubungan Internasional Universitas Andalas
Padang. Saat ini bergiat di organisasi MaGenTa
(Masyarakat Gerilyawan Kota) sebagai Koordinator Umum, namun
pernah menjadi staf pengajar Bahasa Inggris di LSM PAKU (Padang
kota tercinta Bersatu) selama 3 tahun dan menjadi Leading Officer
Hong Kong Red Cross dalam operasi tanggap bencana gempa 30
September di Sumatera Barat pada tahun 2009
88
Holy Adibz
Nama saya Holy Adib. Lahir 10 September 1988 di
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Berkuliah
di STKIP PGRI Padang mengambil jurusan Bahasa
Inggris. Saya gemar membaca, menulis puisi dan cer-
pen. Beberapa puisi saya pernah dimuat di Suara
Pembaruan, Harian Singgalang (harian lokal di padang), oase kom-
pas.com dan blog penyair Nusantara. Aktivitas kesehariannya adalah
bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota). Saya
bisa dihubungi di 081363827775 dan di [email protected].
Jhon Pello
Bernama lengkap Faizul Azmi. Kelahiran Tanjung
Balai Karimun, Kepulauan Riau pada 11 September
1988. Saat ini menuntut ilmu di bidang Komputer
salah satu universitas swasta di kota Padang dan ter-
gabung di dalam organisasi MaGenTa (Masyarakat
Gerilyawan Kota).
Joey Rose
Lahir di Ambarawa 20 Mei 1980, menulis puisi sejak
kecil dan pada saat kelas 5 SD puisinya pernah
dimuat dalam tabloid anak "Citra". Puisinya juga per-
nah dimuat dalam antologi bersama "Dian Sastro for
President! : End of Trilogy" (Februari 2005). Selain
menulis puisi juga menulis esai, salah satu esainya yang berjudul
"Berpuisi adalah Bekerja untuk Pembebasan : Apresiasi Buku Puisi
Tempurung Tengkurap" (karya Mahatma Muhammad dan Yori Ka-
yama) dimuat dalam http://horisononline.com (02 Agustus 2011). Se-
lain itu juga mempublikasikan puisi serta esai nya dalam media jejar-
ing sosial Facebook dengan akun : Joey VS Rose (Joey Rose). Ak-
89
tivitas kesehariannya bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat
Gerilyawan Kota)
Lismomon Nata
Lahir di Kota Sawahlunto 30 Agustus 1984. Alumnus
Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Padang.
Seorang penyuka sastra dan seni. Menyelesaikan
studinya dengan menulis “Makna Kesurupan
Pertunjukan Kuda Kepang Pada Etnik Jawa di Kota
Sawahlunto”. Beberapa tulisannya pernah dimuat Harian Padang
Ekspress dan Harian Singgalang. Selain tulisan, puisinya juga pernah
dimuat di Majalah Ganto. Pernah menjadi juara penulisan ilmiah
tentang Bung Hatta dengan judul “Bung Hatta dalam Catatan Anak
Bangsa”. Bergiat pada Forum Lingkar Pena (FLP) Sumbar. Bekerja
pada Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat.
Reski Kuantan
Lahir 7 Mei 1988 di sebuah kota kecil Teluk Kuantan,
Kab. Kuantan Singingi, Riau. Memiliki apresiasi
tinggi terhadap kesenian dan kesastraan sejak masih
kecil. Beberapa puisinya terhimpun dalam buku kum-
pulan puisi bersama : Indonesia Berkaca (2011) dan
Sepuluh Kelok Di Mouseland (Kendi Aksara, 2011) Serta dipublika-
sikan di media cetak maupun cyber. Aktivitas kesehariannya bergiat
di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota)
90
Rizki Firdaus
Lahir di Bukittinggi 15 Desember dua puluh tiga ta-
hun yang lalu, pemuda asli Ampek Angkek, Agam ini
kini masih bertempat tinggal di kediaman orang tua
di sebuah desa bernama Batu Taba. Selama menem-
puh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Andalas
hanya berkecimpung pasif di HIMA jurusan, bergiat di komunitas
tanpa basis ‘Pencuri Api’ dalam diskusi dan karya cipta terkait
fenomena budaya, menulis lepas di ‘BAHAS’ sebuah jurnal online lin-
guistik dan sastra http://www.bahas.multiply.com, serta tergabung
sekarang di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota)
mengkampanyekan wacana alternatif. Belakangan mengisi kesehar-
ian sebagai guru Bahasa Inggris pada salah satu Bimbingan Belajar di
Bukittinggi sembari terus belajar menulis dan memperkaya referensi
bacaan.
Umpu Prahara
Lahir pada 1 November di Yogyakarta. Seorang pe-
cinta seni dan sastra. Sejak kecil telah sering mengi-
kuti lomba baca dan tulis puisi baik antar sekolah
maupun antar madrasah. Pernah mewakili sekolah
dalam lomba pidato karangan sendiri saat SD namun
sayangnya tidak mendapatkan juara. Seorang pecinta keindahan alam
dan pecinta musik. Saat ini bermukim di kota Padang dan bekerja se-
bagai seorang pelayan publik di sebuah lembaga pemerintah di salah
satu daerah di Sumatera Barat. Saat ini bergiat di organisasi Ma-
GenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota) Memiliki alamat dunia maya :
91