11
1 INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE LAPANGAN “GL-GANI” TIMOR LESTE Dirce Silvina Gaio Nicolau ST 1 , Ardian Novianto, ST. MT 1 ,Ir. Teguh Jatmiko, MT 2 1 )Teknik Geofisika, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta 2 )Teknik Geologi, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta Jl.SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Metoda seismik merupakan metoda penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang pada material bumi. Interpretasi penampang seismik merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika yang terdapat dalam penampang seismik menjadi fenomena geologi. Lapangan ―gl-gani berada pada cekungan Bonaparte terletak diantara paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia (Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area kira-kira 270.000 m 2 di bagian Utara margin continent Australia. Hasil Interpretasi Data Seismik terdapat tiga bidang refleksi kuat (strong reflection) yang equivalen Top Basement, Top Plover, dan Top A. Pada peta Time Structure Top Basement mempunyai elevasi (- 3400ms sampai dengan -3800 ms) pada Top Plover (- 3000ms sampai dengan -3300 ms) dan Top A (- 1850ms sampai dengan -2000 ms) . Pada daerah penelitian tersebut di bentuk oleh struktur lipatan antiklin dan sesar yang terdiri dari empat buah (4) patahan norma berarah baratdaya-timurlaut. Konsep Petroleum sistem pada daerah penelitian berupa batuan induk adalah Formasi Malita Garben , sebagai batuan resevoar adalah Formasi Plover berupa pasir dan sebagai batuan tudung adalah intraformational shale dengan jenis struktur antiklin di kontrol oleh patahan arah migarasi dari struktur rendah ke tinggian. Kata kunci : Interpretasi Data , Cekungan Bonaparte, Struktur, Petroleum System. 1. PENDAHULUAN Minyak dan gas bumi hingga saat ini masih memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energi alternatif lainnya sudah banyak ditemukan. Mengingat masih besarnya peranan tersebut maka eksplorasi dan eksploitasi masih terus di lakukan. Kebutuhan dunia terhadap minyak dan gas bumi yang masih tinggi menjadikan peranan eksplorasi sangat penting untuk menutupi berkurangnya cadangan tiap waktunya. Metoda seismik merupakan metoda penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang pada material bumi. Interpretasi penampang seismik merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika yang terdapat dalam penampang seismik menjadi fenomena geologi. Sebelum melakukan interpretasi sebaiknya seorang interpreter mengetahui kondisi geologi daerah penelitian baik stratigrafi maupun struktur, sehingga akan mempermudah pekerjaannya maupun untuk pencarian suatu prospek. Cekungan Bonaparte terletak diantara paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia (Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area kira-kira 270.000 m 2 di bagian Utara margin continent Australia. Dan luas cekungan berkisar 15 kilometer pada umur Phanerozoic, sedimen carbonat dan siliciclastic dan lingkungan pengendapan laut ( marine dan fluvial). Penelitian ini menggunakan Interpretasi data seimik untuk mengetahui area yang berpotensi sebagai zona resevoir. Struktur yang berkembang pada

INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

INTERPRETASI DATA SEISMIK

Citation preview

Page 1: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

1

INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER

CEKUNGAN BONAPARTE LAPANGAN “GL-GANI”

TIMOR LESTE

Dirce Silvina Gaio Nicolau ST1, Ardian Novianto, ST. MT1,Ir. Teguh Jatmiko, MT2

1)Teknik Geofisika, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta 2)Teknik Geologi, UPN ―Veteran‖ Yogyakarta

Jl.SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Metoda seismik merupakan metoda

penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan

sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya

berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang

pada material bumi. Interpretasi penampang seismik

merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik

dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika

yang terdapat dalam penampang seismik menjadi

fenomena geologi. Lapangan ―gl-gani berada pada

cekungan Bonaparte terletak diantara paparan kontigen

Australia dengan paparan Eurasia (Sundaland), berada

dilepas pantai (offshore) luas area kira-kira 270.000 m2

di bagian Utara margin continent Australia.

Hasil Interpretasi Data Seismik terdapat tiga

bidang refleksi kuat (strong reflection) yang equivalen

Top Basement, Top Plover, dan Top A. Pada peta

Time Structure Top Basement mempunyai elevasi (-

3400ms sampai dengan -3800 ms) pada Top Plover (-

3000ms sampai dengan -3300 ms) dan Top A (-

1850ms sampai dengan -2000 ms) . Pada daerah

penelitian tersebut di bentuk oleh struktur lipatan

antiklin dan sesar yang terdiri dari empat buah (4)

patahan norma berarah baratdaya-timurlaut.

Konsep Petroleum sistem pada daerah

penelitian berupa batuan induk adalah Formasi Malita

Garben , sebagai batuan resevoar adalah Formasi

Plover berupa pasir dan sebagai batuan tudung adalah

intraformational shale dengan jenis struktur antiklin di

kontrol oleh patahan arah migarasi dari struktur rendah

ke tinggian.

Kata kunci : Interpretasi Data , Cekungan Bonaparte,

Struktur, Petroleum System.

1. PENDAHULUAN

Minyak dan gas bumi hingga saat ini masih

memiliki peranan penting dalam pemenuhan

kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber

energi alternatif lainnya sudah banyak ditemukan.

Mengingat masih besarnya peranan tersebut maka

eksplorasi dan eksploitasi masih terus di lakukan.

Kebutuhan dunia terhadap minyak dan gas bumi yang

masih tinggi menjadikan peranan eksplorasi sangat

penting untuk menutupi berkurangnya cadangan tiap

waktunya.

Metoda seismik merupakan metoda

penyelidikan bawah permukaan dengan memanfaatkan

sifat rambatan gelombang seismik buatan. Prinsipnya

berdasarkan pada sifat dari perambatan gelombang

pada material bumi. Interpretasi penampang seismik

merupakan tahap akhir dalam penyelidikan seismik

dengan tujuan untuk menerjemahkan fenomena fisika

yang terdapat dalam penampang seismik menjadi

fenomena geologi. Sebelum melakukan interpretasi

sebaiknya seorang interpreter mengetahui kondisi

geologi daerah penelitian baik stratigrafi maupun

struktur, sehingga akan mempermudah pekerjaannya

maupun untuk pencarian suatu prospek.

Cekungan Bonaparte terletak diantara

paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia

(Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area

kira-kira 270.000 m2 di bagian Utara margin continent

Australia. Dan luas cekungan berkisar 15 kilometer

pada umur Phanerozoic, sedimen carbonat dan

siliciclastic dan lingkungan pengendapan laut (marine

dan fluvial). Penelitian ini menggunakan Interpretasi

data seimik untuk mengetahui area yang berpotensi

sebagai zona resevoir. Struktur yang berkembang pada

Page 2: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

2

daerah penelitian serta konsep petroleum system pada

cekungan Bonaparte.

2. TINJAUAN GEOLOGI

Gambar 1. Lokasi dan struktur Geologi Cekungan

Bonaparte (Cadman dan Temple, 2003)

2.1 Tektonik dan Struktur Geologi Cekungan

Bonaparte

Cekungan Bonaparte terletak diantara

paparan kontigen Australia dengan paparan Eurasia

(Sundaland), berada dilepas pantai (offshore) luas area

kira-kira 270.000 m2 di bagian Utara margin continent

Australia. Dan luas cekungan berkisar 15 kilometer

pada umur Phanerozoic, sedimen carbonat dan

siliciclastic dan lingkungan pengendapan laut (marine

dan fluvial). Cekungan Bonaparte mengalami dua

proses yaitu umur Paleozoic mengalami fase ekstensi

dan fase kedua umur akhir Triassic mengalami fase

kompressi. Batas - Batas Cekungan Bonaparte terdiri

dari : Utara berbatasan dengan Timor Gap (offshore)

Selatan berbatasan dengan Darwin Australia, Barat

berbatasan dengan laut lepas Indonesia.

Cekungan Bonaparte didominasi oleh

patahan ekstensional (extensional faulting) sedikit

sekali dijumpai struktur kompresional. Cekungan

didominasi oleh rift yang berhubungan dengan patahan

yang membentuk beberapa struktur deposenter, antara

lain deposenter utamanya yaitu Sub-Cekungan Petrel

dan Sub-Cekungan Sahul syncline, juga deposenter

yang lain seperti : dalaman Malita Graben, dalaman

Sahul platform, dalaman Laminaria High. Struktur

yang penting pada cekungan tersebut yaitu terdiri dari

bermacam-macam area tinggian yang membatasi satu

sub cekungan dengan cekungan lainnya, berupa

antiklin yang terpatahkan dan blok tinggian (horst

block), lipatan pada bagian yang turun pada patahan

utama dan mengenal pada tinggian batuan dasar.

Struktur kompresional hanya terjadi pada awal

pembentukan rift pertama yang berarah relative timur

laut-tenggara pada periode Jurassic. Sesar ini akan

aktif kembali pada Createceous dan Neogene

(Shuster,et,al 1998).

Cekungan Bonaparte secara struktur sangat

komplek terdiri dari umur Paleozoic dan Mesozoic

pada sub cekungan daerah Platform. Depocentres

utama cekungan Bonaparte terjadi di lepas pantai

(offshore) sub cekungan Petrel dari ekstensi luar,

cekungan bagian Timor gap merupakan depocentres

orthogonal pada Sahul syncline dan Malita Graben.

Bagian selatan cekungan Bonaparte dibatasi oleh

Darwin dan Plover Shelves. Cekungan margin utara

dari Timor gap (Timor Trough) dimana kedalaman air

laut sekitar 3000 meter termasuk Laminaria dan

Flamingo high, Flamingo Syncline terpisah dengan

Sahul Platform dari Flamingo high, Sahul platform

merupakan regional konstituen (constituents), Klep

dan Thoubadour highs dan terpisah dengan Sikatan

Trough, rendah di bagian Platform.

(Shuster,et,al,1998) ( I.F,Young, T,M. Schmedje, W,F.

Muir 1995).

Terjadinya struktur cekungan Bonaparte

meliputi :

a. Late Jurassic sampai awal Cretaceous

terjadi struktur pengangkatan patahan

b. Cretaceous dan Neogene pengaktifan

kembali (Re activation ) di bawah obligue,

Left lateral, strongly strike - slip domain.

c. Miocene Precent day, patahan esktensional

(extensional faulting ) signifikan Stike -slip

assosiasi dengan palung Timor bagian utara

Malita Graben sampai selatan.

d. Rift, pengankatan terkait dengan patahan

selama akhir Jurassic sampai awal

Createceous, trend Timor sampai barat

adanya patahan dari northeast sampai

southeast,( Menurut Shuster,et,al, 1998,

Keep,et, al, 2003 ).

Page 3: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

3

Menurut, Barret,et al, 2004, cekungan

Bonaparte sangat komplek terdiri dari struktur

Paleozoic sampai Mesozoic terdiri dari dua fase

extensi pada umur Paleozoic :

a. Tren dari Northwest sampai umur (akhir) Late

Devonian - (awal) Early Carboniferous pada

sistem pengangkatan ( cekungan Sub Petrel)

b. Tren Northeast dari umur (akhir ) Late

Carboniferous - (awal) Early Permian pada

sistem pengangkatan ( Cekungan sub Proto

Vulcam dan Proto Malita Graben).

c. Regional Late Triassic north - south kompressi.

Struktur antiklin, erosi inversi,dan

pengangkatan (Uplift ).

d. Ekstensi pada umur akhir Jurrassic berhubungan

tren northeast (cekungan sub Vulkam, Malita

dan Calder graben ) dan tren southeast graben

(cekungan Sahul Syncline).

e. Umur Late Miocene sampai Pliocene konvergen

lempengan Australia dan Eurasia mengalami

penurunan pada palung Timor, patahan aktif

kembali dan meluas.

Stratigrafi cekungan Bonaparte berturut -

turut dari umur tua sampai umur muda dari

Precambrian sampai Quaternary (Williamson &

Lavering) sebagai berikut :

Batuan sedimen tertua .

Secara umum terbentuk pada umur

Permian, Triassic, Jurassic, Creataceous sampai

umur muda Tertiary. umur Permian dibagi lagi yaitu

: Lower dan Upper (umur bawah dan

atas). Kemudian Umur Triassic dibagi

menjadi: umur Lower, Middle, Upper.

Formasi Johnson (Base Eocene)

Satuan endapan formasi Johnson ini

pembentukan dominan mengandung batulempung

interbended, Calcilutities, napal dan batulempung

gampingan.

Formasi Wangarlu (Turonian MFS)

Satuan endapan formasi Wangarfu adalah :

terdiri dari batulempung(Claystone) yang cukup

konsisten, juga mengandung batulempung silika.

Formasi Echuca Shoal (Base Aptian )

Satuan formasi Echuca shoal pembentukan pada

umur Barrimian terdiri dari material batulempung dan

jejak material karbonat.

Formasi Elang (Base Flamingo)

Formasi Elang Callovian selaras dengan Formasi

Flamingo tersusun batulempung batulempung

agillaceous dan batupasir ,(sandy sandstone) batuan

berpasir.

Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Bonaparte (Charton

2002).

3. DASAR TEORI

3.1. Metode Seismik Pantul

Keunggulan metode seismik atas metode

geofisika yang lain disebabkan banyak faktor, yang

paling penting diantaranya adalah akurasi tinggi,

resolusi tinggi dan daya tembus kuat yang mampu

dihasilkan olehnya (Telford, 1976).

Metode seismik pantul digunakan secara

luas terutama oleh kegiatan eksplorasi minyak. Teknik

dasar metode ini terdiri atas pembangkitan gelombang

seismik dan pengukuran waktu yang dibutuhkan oleh

gelombang untuk menjalar dari sumber ke geophone

setelah dipantulkan oleh reflector. Dengan

pengetahuan tentang waktu tempuh dan kecepatan

gelombang, seorang geophycisist dapat merekonstruksi

Page 4: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

4

penjalaran gelombang pantul yang membawa

informasi mengenai struktur bawah permukaan.

Tujuan dari metode seismik pantul adalah untuk

menarik kesimpulan tentang batuan, terutama tentang

perlapisannya, dari waktu tiba yang terukur dan (dalam

penggunaan yang terbatas) dari variasi amplitude dan

frekuensi (Telford, 1976).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

gelombang seismik sangat membantu dalam

memahami penyebab variasi nilai kecepatan yang

berkaitan dengan gejala geologi bawah permukaan.

Faktor-faktor tersebut antara lain: litologi, densitas,

tekanan, kedalaman, temperatur, kandungan fluida,

dan beberapa faktor lainnya. Litologi, porositas, dan

tekanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

kecepatan, sedangkan faktor lainnya diperhitungkan

berkaitan dengan evaluasi formasi batuan (Sheriff.,

1982).

3.2. Jenis Jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang

dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya

yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures)

dan Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan

(3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur

tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis

unsur struktur, yaitu:

a. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan

terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja

pada batuan tersebut dan belum mengalami

pergeseran. Banyak teori yang dikemukan untuk

menjelaskan terjadinya kekandasan pada batuan bila

mengalami suatu gaya tekanan, terutama dalam hal

pembentukan rekahan-rekahan gerus (shear fracture)

dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka

bentuk di alam.

b. Patahan/Sesar (Faults)

Sesar atau patahan adalah rekahan pada

batuan yang telah mengalami ―pergeseran yang

berarti‖ pada bidang rekahnya. Suatu sesar dapat

berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan

tunggal. Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai

semacam jalur yang terdiri dari beberapa sesar minor.

Jalur sesar atau jalur penggerusan, mempunyai

dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala

minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang

memperlihatkan pergeseran bisa juga disebut sebagai

sesar minor.

Dalam hal ini patahan pada perangkap dapat

dibagi atas beberapa macam yaitu:

Patahan Normal

Patahan normal biasa sekali terjadi sebagai

suatu unsur perangkap.Biasanya minyak lebih sering

terdapat didalam hangging wall dari pada di

dalam foot wall , terutama dalam kombinasi

dengan adanya lipatan.

Patahan Naik

Patahan naik juga dapat bertindak sebagai

suatu unsur perangkap dari biasanya selalu berasosiasi

dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan

naik itu dapat dibagi lagi dalam dua asosiasi, yaitu

patahan naik dengan lipatan asimetris dan patahan naik

yang membentuk suatu sesar sungkup atau suatu

mappe.

Patahan Tumbuh

Patahan tumbuh adalah suatu patahan

normal yang terjadi secara bersamaan dengan

akumulasi sedimen, dibagian foot wall, sedimen tetap

tipis sedangkan dibagian hangging wall selain terjadi

penurunan, sedimentasinya berlangsung terus sehingga

dengan demikian terjadi suatu lapisan yang sangat

tebal. Sering kali patahan tumbuh ini menyebabkan

adanya suatu roll over . Dalam patahan tumbuh roll

over ini sangat penting karena asosiasinya dengan

terdapatnya minyak bumi.

Patahan Transversal

Patahan transversal atau horisontal yang

disebut pula wrench -faults atau strike - slipe fault

dapat juga bertindak sebagai perangkap. Harding

(1974) menekankan pentingnya unsur patahan

transversal sebagai pelengkap perangkap struktur.

Pada umumnya perangkap patahan transversal

merupakan pemancungan oleh penggerakan patahan

terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan

struktur pada bagian penunjang yang terbuka.

Page 5: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

5

Gambar 3. Klasifikasi sesar, Anderson (1951) dalam G.H Davis dan S.J. Reinold, 1996

C. Lipatan (Folds)

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan

yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan

bergerak dari kedudukan semula membentuk

lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya

lipatan dapat dibagi dua, yaitu:

1. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang

cekung ke arah atas.

2. Lipatan antiklin adalah lipatan yang

cembung ke arah atas.

3. 3. Fasies Seismik

Karakter unik dari rekaman seismik refleksi

memungkinkan dilakukannya penerapan langsung

konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik

stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer

gelombang seismik terjadi akibat perbedaan impedansi

akustik permukaan batuan yang umumnya berupa

permukaan lapisan dan atau bidang bidang

ketidakselarasan. Oleh karenanya, pola rekaman

seismik refleksi mencerminkan pola perlapisan batuan

dan ketidakselarasan..

Seismik hanya mampu mendeteksi batas

litologi bila terdapat perubahan impedansi akustik

sepanjang batas 2 batuan yang berbeda yang tebalnya

lebih dari batas deteksi gelombang seismik.

Analisis fasies seismik yaitu delineasi dan

interpretasi geometri, kontinuitas, amplitudo,

frekuensi, kecepatan interval, bentuk eksternal pola

refleksi sekaligus asosiasi fasies seismik tersebut

dalam kerangka sekuen pengendapan. Analisis fasies

seismik adalah deskripsi dan interpretasi geologi dari

parameter refleksi yang meliputi konfigurasi,

kontinuitas, amplitudo, frekuensi dan kecepatan

interval. Satu unit fasies seismik adalah suatu unit

seismik 3 dimensi yang tersusun atas kumpulan pola

refleksi yang parameternya berbeda dengan unit fasies

di sekitarnya (Mitchum, 1977 dalam Sukmono, 1999).

a. Konfigurasi Internal

Jenis konfigurasi internal seismik meliputi

konfigurasi parallel dan subparallel yang menunjukkan

kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu

paparan yang subside secara seragam atau pada basin

plain yang stabil. Umumnya konfigurasi internal

berasosiasi dengan bentuk eksternal sheet, sheet drape,

fill.

Konfigurasi divergen mengindikasikan penebalan

lateral lebih disebabkan oleh pnebalan dari refleksi itu

sendiri, bukan karena onlap, toplap atau erosi.

Konfigurasi Chaotik diakibatkan oleh sistem

pengendapan energi tinggi atau akibat deformasi kuat

sedangkan konfigurasi reflection-free dapat

mencerminkan tubuh batuan beku yang masif, kubah

garam, tubuh batupasir atau shale yang homogen dan

tebal Untuk batugamping, konfigurasi reflection-free

mengindikasikan proses sementasi yang baik sehingga

batuan tersebut bersifat sangat padat.

Gambar 4. Konfigurasi internal fasies seismik

Mitchum, 1997 dalam Sukmono 1999)

Page 6: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

6

b. Bentuk Esternal

Pemahaman mengenai bentuk eksternal tiga dimensi

dan asosiasi daerah dari fasies seismik adalah penting

untuk analisa fasies seismik tersebut. Bentuk sheet,

wedge, banks umumnya terbentuk pada fasies paparan.

Sheet drape mencerminkan pengendapan yang

seragam dan berenergi rendah pada laut dalam. Bentuk

lensa umumnya berasosiasi dengan progradasi

clinoform, sedangkan bentuk mound umumnya

berasosiasi dengan deep sea fans, lobes, slump masses,

contourite, carbonate buildup, reefs, volcanic mound,

sedangkan bentuk fill dicirikan oleh lapisan yang

mengisi permukaan dibawahnya yang mempunyai

relief negatif dan berasosiasi dengan erosional

channels, canyon fills, structural-trough fills, fan,

slumps dan lain-lain

3.4. Petroleum System

Dalam Petroleum system ini masih melalui

suatu proses dimana proses ini meliputi proses

Generation, Migration, Accumulation , Preservation

dan Timing. Dalam mencari minyak dan gas bumi

diperlukanya suatu eksplorasi. Eksplorasi merupakan

kegiatan mencari dan menemukan sumberdaya

hidrokarbon dan memperkirakan potensi hidrokarbon

dialam sebuah cekungan. Namun untuk melakukan

suatu eksplorasi perlu adanya suatu sistem. System ini

disebut dengan Basic Petroleum System yaitu proses

untuk menemukanya kandungan hidrokarbon dibawah

permukaan.

Didalam Basic Petroleum

System terdapat komponen-komponen penting yang

harus ada. Komponen komponen tersebut adalah:

Batuan Induk (Source Rock)

Batuan Resevoar (Reservoir Rock)

Migrasi (Migration)

Batuan Tudung (Seal Rock)

Perangkap (Trap)

4. METODOLOGI

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis

membuat suatu rencana kerja yang meliputi beberapa

tahapan, dapat dilihat pada diagram alir :

Gambar 5. Diagram Alir

4.1 Data Penelitian

Data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah data seismik 2D Post-stack terdiri dari 72 lines

data sumur berupa sumur Makikit, Baleia dan Kurita.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi Data Seismik

Penelitian ini menginterpretasi masing-

masing penampang seismic section sebanyak 72 lines

bertujuan untuk mengetahui struktur serta geometri

pada Formasi Plover Cekungan Bonaparte Lapangan

―GL-GANI‖ ini di lakukan menggunakan perangkat

lunak (software) Petrel 2009. Interpretasi seismik di

lakukan untuk mengetahui struktur geologi bawah

permukaan dan jenis perangkap reservoir sebagai

tempat akumulasi hidrokarbon. kegiatan yang

dilakukan dalam tahap ini meliputi perencanaan

interpretasi, penelusuran refleksi dan penyajian hasil

interpretasi.

5.2 Data Seismik

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data seismik 2D Post-stack terdiri dari 72 lines

data sumur berupa sumur Makikit, Baleia dan Kurita.

Page 7: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

7

Gambar 6. Base Map lintasan seismik daerah

penelitian

Lintasan seismik yang dilalui oleh sumur

Kurita, Makikit dan Baleia yaitu pada seismik 2D line

59 , seismik 2D line 38 ,seismik 2D line 35 , seimik

2D line 9 dan seismik 2D line 41 .

Gambar 7. Lintasan seismik melalui sumur Makikit,

Baleia dan Kurita

5.3 Data Sumur

Data sumur pada daerah penelitian sebanyak

tiga 3 sumur, yaitu sumur Makikit, Baleia dan Kurita.

Semua well menggunakan satu 1 checkshot yang

berguna sebagai korelasi antara waktu kedalaman.

Gambar V.2 menampilkan korelasi struktur Top

Plover dan Bottom Plover antara sumur Makikit,

Baleia dan Kurita.

KET: Data Marker = Sumur Makikit, Baleia dan Kurita

Gambar 8. Korelasi struktur pada sumur Makikit,

Baleia dan Kurita

Pada sumur Makikit, Baleia dan Kurita.

Semua well menggunakan satu 1 checkshot yang

berguna sebagai korelasi antara waktu kedalaman.

Gambar V.3 menampilkan korelasi stratigarfi Top

Plover dan Bottom Plover antara sumur Makikit,

Baleia dan Kurita.

KET: Data Marker = Sumur Makikit, Baleia dan Kurita

Sumur Makikit

Suur Kurita

Sumur Baleia

NW SE

NW SE

Page 8: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

8

Gambar 9. Korelasi stratigrafi pada sumur Makikit,

Baleia dan Kurita

5.4 Interpretasi Horizon

Interpretasi horizon pada penampang

seismik dilakukan pada bagian – bagian seismik yang

mempunyai refleksi seismik atau bidang reflektor yang

jelas (strong reflection) kemenerusan litologi di

penampang seismik. Penarikan horizon seismik yang

di interpretasi dimulai dengan horizon pertama sebagai

Basement horizon kedua sebagai Top Plover dan

horizon ketiga sebagai Top A. Berarah baratdaya-

timurlaut.

Gambar 10. Penampang seismik interpretasi patahan

pada line 28.

Berdasarkan penampang seismik line 28 dan

line 35 (Gambar.V.4 dan Gambar V.5) terdapat dua

konfigurasi refleksi yaitu:

1. Konfigurasi subparalel, mengindikasikan adanya

pengendapan secara seragam.

2. Konfigurasi chaotic, mengindikasikan adanya

perubahan permukaan refleksi dimana terjadi

deformasi sedimen halus secara tiba-tiba.

5.5 Interpretasi Struktur

Berdasarkan penerapan Picking fault Pada

Lapangan ―GL-GANI‖ line 28 dan line 30 terdapat

tiga refleksi yang kuat (strong reflection) yaitu horizon

pertama Basement horizon kedua Top Plover dan

horizon ketiga Top A. Terdapat empat (4) struktur

sesar yang dapat di interpretasikan sebagai sesar

normal (Normal fault) dengan arah relatif utara-selatan

dan baratdaya-timurlaut yang merupakan sesar mayor

dan sesar minor yang terdapat pada daerah penelitian.

Serta struktur lipatan yaitu antiklin. Di dalam

petroleum system sesar-sesar tersebut berperan sebagai

perangkap struktur (structure trap), dimana

hidrokarbon yang mengalami migrasi akan terjebak

didalam perangkap struktur tersebut. Adanya

perangkap struktur di daerah penelitian menyebabkan

hidrokarbon yang terakumulasi di dalamnya. adanya

sesar-sesar mayor serta sesar-sesar minor yang

terbentuk akibat rifting ekstensi yang telah terjadi pada

daerah penelitian. Proses rifting pada daerah penelitian

ini membentuk sesar-sesar mayor dan sesar minor.

Sesar mayor pada umumnya adalah normal fault yang

relatif berarah baratdaya-timurlaut. Akibat adanya

kompresi pada daerah tersebut memungkinkan

terbentuknya suatu struktur perangkap hidrokarbon

yang baik.

5. 7 Peta Time Struktur

Peta Time Structure Top A

Gambar 11. Peta Time Strukur pada Top A

Gambar V.11 adalah peta Time Structure

pada Top A. Peta ini terlihat bahwa daerah dengan

warna kedudukan paling tinggi adalah warna Merah -

Hijau dan warna biru - unggu di interpretasikan

sabagai rendahan. Terdapat keberadaan sesar normal

(normal faulted) dan struktur perangkap hidrokarbon

berupa lipatan antiklin yang mepunyai arah tegasan

dari bagian utara. . Pada Time Structure Top A

mempunayai elevasi -1850 sampai dengan -2050 ms

berada pada sumur Makikit yang berwarna kuning

kemerahan di interpretasikan sebagai struktur lipatan

antiklin.

SW NE Horizon 3

Horizon 2

Horizon 1

Page 9: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

9

Peta Time Structure pada Top Plover

Gambar 12. Peta Time Strukur Pada Top Plover

Gambar V.12 merupakan peta Time

structure Top Plover. Peta ini terlihat bawah daerah

dengan struktur kedudukan paling tinggi adalah daerah

bagian barat laut dan semakin rendah dibagian timur

laut dan barat daya, serta adanya sesar normal (normal

faulted) dan perangkap hidrokarbon berupa lipatan

antiklin yang mempunyai arah tegasan dari bagian

utara dan selatan. Pada Time Structure Top Plover

mempunayai kedalaman -3200 sampai dengan -2900

ms berada pada sumur Makikit yang berwarna kuning

kemerahan di interpretasikan sebagai daerah tinggian.

Peta Time Structure pada Basement

Gambar 13. Peta Time Strukur pada Basement

Gambar 13. merupakan peta Time structure

Basement. Peta ini menunjukan daerah dengan

struktur kedudukan paling tinggi adalah

daerah bagian barat laut dan semakin

rendah dibagian timurlaut dan barat

daya. Sesar normal (normal faulted) dan perangkap

hidrokarbon berupa lipatan antiklin yang mepunyai

arah tegasan dari bagian utara. Pada time structure

Basement mempunayai kedalaman -3800 sampai

dengan -3400 ms berada pada sumur Makikit yang

berwarna kuning kemerahan di interpretasikan sebagai

daerah tinggian berupa lipatan antiklin.

Peta Time (Isocrone)

Gambar 14. Peta Isocrone Top Plover

Gambar 14. Merupakan peta isocrone Top

Plover terdapat kecenderungan ketebalan di bagian

selatan yang mempunyai niali ketebalan dari -60

sampai dengan 900 ms. Peta ini mempunyai lipatan

anticline di bagian tengah dan telah mengalami

deformasi atau pengakatan pada daerah tersebut.

Peta Time (Isocrone)

Gambar 15. Peta Isocrone pada Top A

Gambar V.15. Merupakan peta isocrone

Top A. Peta ini menunjukkan adanya ketebalan di

bagian selatan yang mempunyai nilai ketebalan dari -

1300 sampai dengan -1600 ms. Pada arah timur laut-

barat daya mempunyai nilai ketebalan yang sangat

tebal. Terdapat lipatan anticline di bagian tengah dan

mengalami deformasi atau pengakatan pada bagian

tersebut.

Page 10: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

10

5.6. Petroleum System

Konsep petroleum system pada daerah

penelitian terdiri dari petroleum sistem secara lokan

maupun secara regional.

Gambar 16. Petroleum System secara Lokal pada

daerah penelitian cekungan Bonaprte

Gambar 16. menunjukkan petroleum system

secara lokal pada daerah penelitian. Adanya reaktivitas

sesar berupa sesar mayor dan sesar minor yang relatif

berah SW dan NE. Terdapat lipatan antiklin serta

sinklin dan perangkap hidrokarbon berupa lipatan

antiklin.

Gambar V.17. Petroleum system secara Regional

pada daerah penelitian Cekungan Bonaparte

Gambar.17. menunjukkan petroleum system

pada daerah penelitian secara regional. Terdapat

struktur lipatan sinklin di Malita Garbe sebagai jalur

migrasi menuju ke Flamingo High. Terdapat struktur

tinggian akibat rifting ekstensi akibat konvergensi

Lempeng Eurasia dan Lempeng Australia yang

mengakibatkan adanya reaktifitas sesar-sesar dan

lipatan. Petroleum system di di daerah penelitian yang

terdiri dari batuan induk, reservoar dan tudung (cap).

Untuk batuan induk terdapat pada Formasi Malita

Graben, sedangkan batuan resevoar termasuk kedalam

Formasi Plover yaitu batupasir dan batuan tudung

(cap) adalah intraformational shale. Jenis struktur

antiklin di kontrol oleh patahan yang termigrasi dari

struktur rendah ke tinggian.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada hasil

data sumur dan data seismik pada Lapangan ―GL-

GANI‖, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Pada hasil interpretasi seismik terdapat tiga bidang

refleksi kuat (strong reflection) yang equivale Top

Basement, Top Plover, dan Top Top A. Pada peta Time

Structure Top Basement mempunyai elevasi (-3400 ms

sampai dengan -3800 ms) pada Top Plover (-3000ms

sampai dengan -3300 ms) dan Top A (-1850ms sampai

dengan -2000 ms) .

2. Pada daerah penelitian tersebut di bentuk oleh

struktur lipatan antiklin dan sesar yang terdiri dari

empat buah (4) patahan normal dengan relatif berarah

dari barat daya-timurlaut. Arah tegasan dari selatan

dan utara.

3. Formasi Plover terbentuk pada zaman Jurasik

tengah dengan rezim tektonik Rifting (Pemekaran).

Pada Basement terjadi dinamika tumbukan antara tiga

lempeng Eurasia, Lempeng Australia dan lempeng

pasifik.

4. Konsep Petroleum sistem pada daerah penelitian

berupa batuan induk adalah Formasi Malita Garben ,

sebagai batuan resevoar adalah Formasi Plover berupa

pasir dan sebagai batuan tudung adalah

intraformational shale dengan jenis struktur antiklin di

kontrol oleh patahan arah migarasi dari struktur rendah

ke tinggian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Bapak Dr.Ir.H.Suharsono, MT selaku Kepala Jurusan

Program Studi Teknik Geofisika, Bapak Ardian

Page 11: INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE

11

Novianto, ST. MT selaku dosen pembimbing 1 dan

Bapak Ir. Teguh Jatmiko, MT selaku pembimbing 2,

Ibu Giyanti, Bapak Parja dan Pak Joko selaku Staf

Tata Usaha Program Studi Teknik Geofisika serta

Geofisika 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, atas kebersamaannya selama ini, dukungan

dan motivasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. M. 1951.The Dynamics of

Faulting.Oliver and Boyd: Edinburgh.

Ainsworth, R. B., 2006. Sequence Stratigrafi-based

analysis of reservoir Connectivity influence of sealing faults-a case study from a

marginal marine depositional

setting.petroleum Geosience, Vol 12, pp

127-141. Baillie, P.W., Fraser, T. H., Hall Robert and Myers

Keith., 2004. Geological Development of

Eastern Indonesia And The Northern

Australia Collision Zone Page 542. Baillie P.W., Duval Gregor, Milne Christian,

Geological Development of the Western End

of the Timor Trough Barrett, A.G., Hinde, A.L. and Kennard, J.M., in press.

Undiscovered resource Assessment

methodologies and application to the

Bonaparte Basin Cadman, S.J. and Temple, P.R., 2003. Bonaparte

Basin, NT, WA, AC & JPDA, Australian

Petroleum Accumulations Report 5, 2nd

Edition, Geoscience Australia, Canberra. Cadman, S.J. and Temple, P.R., 2004. Bonaparte

Basin, NT, WA, AC & JPDA, Australian

Petroleum Accumulations Report 5, 2nd

Edition, Geoscience Australia, Canberra. Charlton, T.R., 2002. The Petroleum Potentential of

East Timor, Appea Journal page 356.

Davis, G. H. and Reynolds, S. J., 1996, Structural

Geology of Rock and Regions, 2nd edition, John and Wiley and Sons, Inc., 776 p.

Gunn, P.J., 1988. Bonaparte Basin Evolution and

struktur framework. In Purcell, P.G. and

Purcell, R.R. (editors), The North West Shelf Australia, Proceedings of Petroleum

Exploration Society of Australia

Symposium, Perth, 275-285.

Hilterman, F.J., 1997. Seismik Amplitude Interpretation, Distinguished Instructor

Shourt Course, EAGE

Herman Darman., 2012. Timor and Arafura Sea

Number, The Indonesian Sedimentologists Forum (FOSI) The Sedimentology

Commission – The Indonesian Association

of Geologists (IAGI).

Katili, J.A. & J.A. Reinemund 1984. Southeast Asia: Tectonic Framework, Earth and Regional

Geological Problems. Int. Union Geol. Sci.,

Publ. 13, p. 1-68.

Kennard, J.M., Deighton, I., Edwards, D.S., Colwell, J.B., O’brien,G.W. and Boreham, C.J., 1999.

Thermal history modeling and transient heat

pulses: new insights into hydrocarbon

expulsion and ‘hot flushes’ in the Vulcan Sub-basin, Timor Sea. The APPEA Journal,

39 (1), 177-207.

Koesoemadinata, 1980. Geologi Minyak dan Gasbumi.

Edisi kedua, Jilid 2. Penerbit ITB MacDaniel, R.P., 1988—The Geological Evolution

and Hydrocarbon potential of the Western

Timor Sea Region. In: Petroleum in

Australia: The First Century. Australia Petroleum Exploration Association, 270-

284.

Magoon, L. B. and Dow,W. G.,eds. 1994. The

Petroleum System—from Source to trap: AAPG Memoir 60

Mavko G, Tapan Mukerji, and Jack Dvorkin 1998. The

Rock Physics Handbook, First Edition, Rock

Physics Laboratory Stanford University. Mory, A.J., 1988—Regional geology of the offshore

Bonaparte Basin. In: Purcell, P.G. and

Purcell, R.R. (eds), The North West Shelf

Australia, Proceedings of Petroleum

Exploration Society of Australia Symposium, Perth, 1988, 287–309.

Mory, A.J., 1991—Geology of the Offshore Bonaparte

Basin, Northwestern Australia.

Geological Survey of Western Australia Report, 29.

Rahadinata, T., 2006. Pengolahan Data Seismik 2D

Lintasan UGM_2D_NOV06 Dengan

Menggunakan Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta: 72 hal.

Ramsay,J.G.,Huber,M.I.,1987, The Techniques of

Modern Structural Geology-Volume 2: Folds and Fractures, 1987, Academic

Press, London

Russel, B. H., 1996. Instalation and Tutorials.

Hampson-Russel Software Service Ltd. USA.

Sismanto, 1996. Pengolahan Data Seismik,

Laboratorium Geofisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sukmono, S., 1999. Diktat Kuliah Interpretasi Data

Seismik, ITB, Bandung.

Telford, W.M., dan Sheriff, R.E., (1982), Applied Geophysics, Cambridge:

Cambridge University Press.

Telford, W., Geldart, L., Sheriff, R., and Keys, D.,

(1976). Applied Geophysics, Cambridge. University Press, New York.

Twiss, R. J., dan Moores, E. M. 1992. Structural

Geology. New York: W.H. Freeman and

Company. Twiss, R. J. and Moores, E. M., 1992, Tectonics, W.

H. Freeman and Company, New York, 532 p.

Veevers, J.J., Sedimentary Sequences of The Timor Trough, Timor, And The Sahul Shelf, 567-

569.