72
dari redaksi 1 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II energi hemat Penanggung Jawab Ir. Rida Mulyana, MSc Redaktur Ir. Maritje Hutapea Andriah Feby Misna ST. MT. Msc. Ir. Mustofa Said Harris, ST. Ir. Edi Sartono Dr. Ir Arief Heru Kuncoro, MT. Editor Rahadian F. Arafat, ST, M.Ak Ani Wiyanti, ST Awang Riyadi, ST,MBA Catur Wahyu Prasetyo,ST Kunaefi, ST, M.SE Devi Laksmi, ST Supriyadi, SE Qatro Romandhi, ST,M.Sc Gita Lestari, ST,MBA Tianni Lisdawati Sihotang, ST Desain & Layout Trubus Swadaya Fotografer Adhi Devawijaya Fajar Zawa Tri Mulya Sekretariat Ayu Fitriana Putri Anggraeni Asep R. Media Riski F. Awaliah Penerbit Direktorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Alamat Redaksi dan Perpustakaan Jalan Pegangsaan Timur no 1A Menteng, Jakarta 10320 Telp (021) 39830077 Faksimili : 021-31901087 Website : www.ebtke.esdm.go.id Email : [email protected] D i tengah kenaikan harga energi yang semakin meningkat akibat pengurangan/ penghapusan subsidi, isu energi semakin menjadi topik hangat di kalangan pelaku industri. Upaya penghematan energi yang tengah diupayakan pemerintah tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama baik sektor industri, komersial, maupun perbankan. Penghematan energi yang memerlukan biaya rendah biasanya tidak menghadapi kendala pembiayaan berarti. Namun, investasi peralatan pendukung efisiensi energi yang berhubungan dengan proses produksi dalam sebuah industri umumnya memerlukan dana yang tidak sedikit. Tak jarang sektor industri menunda investasi efisiensi energi karena masalah pembiayaan. Untuk itu, pengembangan bisnis jasa yang berperan dalam melayani kebutuhan energi industri dan komersial menjadi salah satu solusi cerdas menjawab tantangan pembiayaan proyek. Bisnis yang dikenal dengan ESCO (Energi Services Company) itu berperan sebagai perpanjangan tangan sektor industri yang menghadapi kendala terkait faktor jaminan pinjaman sebagai jaminan persyaratan pihak perbankan atau lembaga keuangan. Dengan bantuan ESCO, akses sektor industri terhadap pendanaan proyek efisiensi energi diharapkan lebih terbuka. Jepang merupakan salah satu negara panutan dalam hal penerapan ESCO. Negara Matahari terbit itu mempelajari skema pembiayaan ESCO dari Amerika Serikat pada 1979. Sekitar tahun 1983, Jepang mulai mengaplikasikan skema pembiayaan ESCO. Di mulai pada gedung dan fasilitas pemerintah, ESCO di Jepang berkembang merambah sektor swasta seperti industri dan perusahaan komersial. Di Indonesia, ESCO belum berkembang. ESCO masih memerlukan dukungan pemerintah dari sisi kebijakan dan pihak perbankan untuk mendukung pendanaan. Padahal potensi investasi efisiensi di Indonesia cukup tinggi. Secara keseluruhan dari laporan hasil audit energi 2004—2012, potensi nilai investasi dari 579 obyek diperkirakan hampir mencapai Rp 1-triliun. Dengan peran aktif berbagai pihak, ESCO diharapkan terus berkembang di tanah air dan menjadi harapan bagi sektor industri dan sektor lainnya untuk menjalankan upaya efisiensi energi.*** Salam Redaksi

Hemat energi edisi_2015_1

Embed Size (px)

Citation preview

dari redaksi

1Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

energihemat

Penanggung JawabIr. Rida Mulyana, MSc

RedakturIr. Maritje HutapeaAndriah Feby Misna ST. MT. Msc.Ir. Mustofa Said Harris, ST.Ir. Edi SartonoDr. Ir Arief Heru Kuncoro, MT.

EditorRahadian F. Arafat, ST, M.AkAni Wiyanti, STAwang Riyadi, ST,MBACatur Wahyu Prasetyo,STKunaefi, ST, M.SEDevi Laksmi, STSupriyadi, SEQatro Romandhi, ST,M.ScGita Lestari, ST,MBATianni Lisdawati Sihotang, ST

Desain & LayoutTrubus Swadaya

FotograferAdhi DevawijayaFajar Zawa Tri Mulya

SekretariatAyu Fitriana Putri Anggraeni Asep R. Media Riski F.Awaliah

PenerbitDirektorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKEKementerian ESDM

Alamat Redaksi dan PerpustakaanJalan Pegangsaan Timur no 1AMenteng, Jakarta 10320Telp (021) 39830077Faksimili : 021-31901087Website : www.ebtke.esdm.go.idEmail : [email protected]

Di tengah kenaikan harga energi yang semakin meningkat akibat pengurangan/ penghapusan subsidi, isu energi semakin menjadi topik hangat di kalangan pelaku

industri. Upaya penghematan energi yang tengah diupayakan pemerintah tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama baik sektor industri, komersial, maupun perbankan. Penghematan energi yang memerlukan biaya rendah biasanya tidak menghadapi kendala pembiayaan berarti. Namun, investasi peralatan pendukung efisiensi energi yang berhubungan dengan proses produksi dalam sebuah industri umumnya memerlukan dana yang tidak sedikit. Tak jarang sektor industri menunda investasi efisiensi energi karena masalah pembiayaan.

Untuk itu, pengembangan bisnis jasa yang berperan dalam melayani kebutuhan energi industri dan komersial menjadi salah satu solusi cerdas menjawab tantangan pembiayaan proyek. Bisnis yang dikenal dengan ESCO (Energi Services Company) itu berperan sebagai perpanjangan tangan sektor industri yang menghadapi kendala terkait faktor jaminan pinjaman sebagai jaminan persyaratan pihak perbankan atau lembaga keuangan. Dengan bantuan ESCO, akses sektor industri terhadap pendanaan proyek efisiensi energi diharapkan lebih terbuka.

Jepang merupakan salah satu negara panutan dalam hal penerapan ESCO. Negara Matahari terbit itu mempelajari skema pembiayaan ESCO dari Amerika Serikat pada 1979. Sekitar tahun 1983, Jepang mulai mengaplikasikan skema pembiayaan ESCO. Di mulai pada gedung dan fasilitas pemerintah, ESCO di Jepang berkembang merambah sektor swasta seperti industri dan perusahaan komersial.

Di Indonesia, ESCO belum berkembang. ESCO masih memerlukan dukungan pemerintah dari sisi kebijakan dan pihak perbankan untuk mendukung pendanaan. Padahal potensi investasi efisiensi di Indonesia cukup tinggi. Secara keseluruhan dari laporan hasil audit energi 2004—2012, potensi nilai investasi dari 579 obyek diperkirakan hampir mencapai Rp 1-triliun. Dengan peran aktif berbagai pihak, ESCO diharapkan terus berkembang di tanah air dan menjadi harapan bagi sektor industri dan sektor lainnya untuk menjalankan upaya efisiensi energi.***

Salam Redaksi

2 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

energihemat

dari redaksi 1

fokus utama 44 Potensi investasi efisiensi energi8 kisah sukses Proyek investasi efisiensi energi11 selayang Pandang Potensi Penghematan energi14 investasi melalui alih teknologi

kamPusiana 1818 smPn 13 tangerang : “PenghematanEnergiAdalahSuatuKeniscayaan”

anjangsana 2424 Badan Pengawas keuangan dan Pembangunan (BPkP): solusi Cerdas irit energi28 konservasi energi di ujung jawa

tiP 3333 satu Liter Cahaya

3Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

daftar isi

Prestasi 3434 the Breeze : Pusat Perbelanjaan tropis tanpa dinding38 konservasi energi ala Cheil jedang42 melebur energi di Pemurnian tembaga46 apresiasi Hemat Berkat energi alternatif

jejak 5151 Workshop Konsultasi & Pengarahan Asean Energy Award 51 Training Investement Grade Audit Untuk ESCO51 Jadwal Pelaksanaan Capacity Building Manajer Energi dan Auditor Energi

teknoLogi 5252 smart grid : teknologi Pintar atur Listrik

inovasi 5656 energi Pemasok rolas

efisiensi 6262 grha telkom Bsd: strategi efisiensi via retrofit67 graha indonesia Wifi : sebarkan gelombang Hemat energi

manCanegara 7070 Biodiversity Conservation india Pvt Ltd: karya emas Zero energy

Dok

. Rin

a Ira

wat

i

4 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Potensi Investasi Efisiensi Energi

Secarakeseluruhandarilaporanhasilauditenergi2004—2012terdapatsejumlahobyek

yang memiliki potensi investasi efisiensi energi. total potensi nilai investasi dari 579 obyek

diperkirakanhampirmencapai1triliunrupiah.dari obyek dengan high investment potential

sebanyak 47 obyek, 41 obyek diantaranya berada di sektor industri dengan nilai investasi rp 255,8 miliar. sisanya berupa obyek bangunan gedung

dengan nilai investasi rp 15,6 miliar .

5Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Sumber: Market Feasibility Report For Assessing the need for an Energy Efficiency Fund in South-East Asia (ReEx Capital Asia 2010)

Studi mengenai potensi penghematan energi di wilayah pasar Asia Tenggara pada 2011 yang dilakukan ReEx

Capital Asia—sebuah lembaga konsultasi dan pembiayaan investasi energi bersih di wilayah Asia Pasifik—menyebutkan potensi Indonesia sebagai pasar efisiensi energi terbesar kedua dengan nilai keseluruhan US$6,7-milyar. Dari sisi potensi investasi, posisi Indonesia berada tepat di bawah Malaysia disusul Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina.

Menurut Dr. Ir. Arief Heru Kuncoro, MT, Kasubdit Tekno Ekonomi Energi, Direktorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, potensi investasi untuk proyek efisiensi energi di Indonesia mencapai USD1,4 miliar—USD9,7 miliar. Studi potensi investasi serupa juga pernah dilakukan Asian Development Bank (ADB). Angka investasi yang muncul sekitar USD3 miliar—USD4 miliar.

“Potensi kita memang cukup besar,” ujar Arief. Sebagai gambaran, berbagai sektor yang ada di Indonesia hampir seluruhnya membutuhkan upaya konservasi energi. Mulai dari sektor industri, transportasi, bangunan atau gedung komersial, rumah tangga, hingga sektor lainnya seperti pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Kementerian ESDM dalam hal ini Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menetapkan target elastisitas energi kurang dari 1% pada tahun 2025 dan mengurangi intensitas energi sebesar 1% per tahun. Untuk itu diperlukan upaya penghematan energi di berbagai sektor.

Berbicara mengenai potensi investasi konservasi energi di Indonesia, maka sebenarnya upaya penghematan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara. Di sektor industri misalnya dengan revitalisasi dan retrofitting peralatan hemat energi serta pengembangan beragam teknologi irit energi. Sebagai contoh, di bidang industri kini telah banyak ditemui chiller, boiler, steamer, dengan teknologi yang membutuhkan energi minim. Bentuk investasi lainnya, implementasi sistem pengoperasian seluruh peralatan secara otomatis dan pengontrolan secara terpusat. Contohnya di sektor Penerangan Jalan Umum (PJU) kini telah

dikenal sistem pengontrolan lampu PJU secara otomatis, penggunaan metering, dan retrofit lampu LED.

Sayangnya, walau terdapat potensi besar untuk menghasilkan penghematan dan konservasi energi serta ketersediaan teknologi pendukung, masih sedikit tindakan investasi yang dilakukan. Ada sejumlah faktor yang memperlambat implementasi dan rendahnya investasi efisiensi energi. Di antaranya peralatan dengan teknologi terkini harganya relatif mahal, keterbatasan pengetahuan tentang teknik konservasi energi, dan minimnya informasi.

Banu Anang Priyanto, Sekretaris Umum Asosiasi Perusahaan Penunjang Konservasi Energi Indonesia (Apkenindo) berpendapat, pelaku industri cenderung fokus pada investasi untuk meningkatkan penjualan daripada investasi pada peralatan untuk menunjang program penghematan energi di perusahaannya. Hal itu dimaklumi karena perusahaan umumnya mengejar tujuan bagimana agar perusahaan berkembang.

“Rata-rata mereka fokus pada kenaikan produksi untuk menaikan sales, sedangkan investasi untuk penghematan energi itu investasi pada utilitas energi yang tidak akan langsung mempengaruhi sales,” jelasnya. Itu sebabnya, banyak perusahaan hanya melakukan upaya efisiensi energi pada investasi yang rendah biaya (low cost) seperti mengganti lampu boros listrik menjadi LED. Alasan yang kedua, listrik yang bersumber dari pemerintah masih murah. “Listrik kan mahal akhir-akhir ini saja, sebelumnya masih murah jadi mereka merasa masih bisa bayar,” papar Banu.

6 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Chiller pada gedung maupun bangunan komersial yang membutuhkan investasi besar menjadi salah satu potensi obyek pendanaan ESCO

Peran ESCO tidak berhenti pada pelaksanaan proyek penghematan energi melainkan juga turut andil dalam melakukan perawatan peralatan efisiensi energi

Kendala lainnya, keterbatasan menganalisa secara ekonomi pelaksanaan konservasi energi dan minimnya instrumen atau modalitas serta akses terhadap pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud termasuk pembiayaan non komersial, semi komersial, dan komersial yang dapat diakses oleh pengembang, pemilik proyek dan sebagainya. Celah pembiayaan yang selama ini menjadi kendala dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi ESCO (Energy Service Company).

Peluang ESCOESCO merupakan bentuk usaha

komersial berbasis pada kontrak kinerja penghematan energi (energy contracting model). Peran ESCO yang paling utama yakni menyediakan solusi energi secara lengkap dan menyeluruh termasuk merancang dan mengimplementasikan proyek konservasi dan penghematan energi, pembangkitan dan pemasokan energi (energy supply). ESCO juga membantu klien mendapatkan akses pembiayaan proyeknya dan mengelola risiko proyek efisiensi energi dimana kontrak kerja (performance contract) maupun metodologi pengukuran dan verifikasi (measurement and verification) menjadi acuan pokok untuk memastikan tercapainya kinerja teknis proyek selama periode kontrak.

Demi meninimalisasi siklus biaya suatu proyek, ESCO akan berupaya memberikan layanan antara lain mengembangkan dan merancang proyek efisiensi energi, membuka akses pembiayaan untuk proyek tersebut, dan melakukan pemasangan teknologi efisiensi energi. Sebagai tindak lanjut langkah tersebut, ESCO melakukan pengukuran, pengawasan, dan verifikasi penghematan energi sekaligus melakukan perawatan peralatan efisiensi energi.

Pihak yang terlibat dalam model ESCO yaitu perusahaan ESCO, investor, lembaga keuangan, dan klien. ESCO dapat terlibat dalam proyek investasi penghematan energi lewat dua model pembiayaan. Yang pertama, ESCO bertindak sebagai pelaksana proyek tanpa berhubungan langsung dengan institusi keuangan atau investor. Artinya, klien yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan sebagai pemberi pinjaman dana.

Foto

: Lok

asi R

S Ka

nker

Dha

rmai

sFo

to: L

okas

i Grh

a W

ono

koyo

7Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Teknologi penghematan energi untuk sektor gedung atau bangunan komersial lebih mudah dikendalikan dibandingkan teknologi sektor industri yang lebih spesifik

Kedua, ESCO bertindak sebagai jembatan penghubung antara klien dengan institusi keuangan atau investor. Untuk perusahaan yang relatif kecil, masalah pembiayaan kerap menjadi kendala dalam berinvestasi termasuk dalam hal investasi untuk penghematan energi. Untuk itu, model pembiayaan melalui ESCO dapat menjadi alternatif. Selain itu, ESCO juga yang bertindak sebagai pelaksana proyek.

Peluang Sektor Industri

Sektor industri merupakan sektor “basah” target ESCO dalam bisnis konservasi energi. Potensi penghematan energi yang dapat disumbang sektor industri melebihi sektor transportasi dan sektor bangunan. Sayangnya, menurut Banu, ESCO lebih banyak menyasar sektor bangunan komersial dibandingkan sektor industri karena teknologi pada sektor bangunan lebih mudah dikendalikan untuk penghematan energi. Padahal sektor industri memiliki potensi besar yang belum tergarap.

Upaya konservasi energi yang direkomendasikan umumnya berupa penggunaan perangkat atau mesin hemat energi, optimalisasi proses, dan retrofit. Setiap jenis industri memiliki spesifikasi mesin dan peralatan khusus yang lebih bervariasi dibandingkan teknologi pada sektor bangunan. Pada beberapa jenis industri seperti tekstil, logam, semen, kimia, agrokimia, keramik, dan baja yang mengacu pada industri menengah hingga besar, investasi penghematan energi tentu memerlukan dana yang relatif besar. Program penghematan yang memakan dana kecil biasanya sudah dilakukan perusahaan sehingga menyisakan celah penghematan yang membutuhkan anggaran biaya besar bagi ESCO.

Mesin sebagai sarana produksi umumnya memiliki porsi besar dalam komposisi penggunaan energi bagi sebuah industri. Berdasarkan audit energi yang dilakukan pada 2011 melalui Program Kemitraan Kementerian ESDM, komposisi konsumsi energi pabrik Aqua Mambal Bali milik PT Tirta Dewata Semesta yang merupakan perusahaan afiliasi dari PT Tirta Investama pada pos produksi botol dan air mencapai 70,36% dari total konsumsi listrik. Pada PT

Indo Porcelain yang memproduksi keramik perabotan rumah tangga, proses produksi menyerap energi hingga 83,4%.

Sedangkan industri tekstil seperti PT Delta Merlin Sandang Textile Unit II menyerap 56,65% energi untuk keperluan mesin tekstil. Menurut Banu, perusahaan ESCO yang tergabung dalam Apkenindo memiliki jangkauan produk maupun pelayanan bisnis ESCO meliputi pencahayaan, retrovit HVAC, sistem kontrol gedung, peningkatan kemampuan chiller dan boiler, thermal storage/load shaping, generation efficieny improvement, on-site power generation, power quality, dan optimalisasi proses industri. Itu artinya, peluang ESCO masuk di Indonesia meliputi proyek investasi besar maupun kecil.

Meski peluangnya besar, ESCO diakui belum berkembang pesat di tanah air. ESCO di Jepang berjalan sukses karena perusahaan pemakai ESCO mau bekerjasama dalam jangka waktu relatif panjang. Misalnya, pabrik Komatsu dengan ESCO Hitachi, mereka kerjasama dalam jangka waktu 6 tahun. “Beda dengan di Indonesia yang kebanyakan terhadap paybacknya kurang dari setahun. Mindset itu tidak bisa kita hilangkan kecuali ada contoh kisah sukses yang bagus,” kata Banu. Ia berpendapat kerjasama berbagai pihak diperlukan agar kegiatan efisiensi energi di tanah air dapat berkembang. Pembuat kebijakan, supplier energi milik negara, institusi finansial domestik, supplier peralatan serta layanan-layanan pendukung lainnya seperti badan audit energi dan ESCO perlu bersinergi.***

Foto

: Lok

asi M

all P

acifi

c Pl

ace

8 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Kisah Sukses Proyek

Investasi Efisiensi Energi

Pt Pupuk sriwidjaya Palembang (Pusri Palembang) menggelontorkan dana rp 34-miliar untuk investasi pengembangan PurgeGasRecoveryUnit 3 (Pgru-3) dengan teknologi

membran.Penghematanyangdicapaidenganinvestasisalahsatuunitprosesamoniakitusebesar rp 29.868.000.000 per tahun. dengan upaya tersebut, hanya butuh waktu 14 bulan

untuk mengembalikan modal yang digelontorkan untuk investasi.

9Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Mesin dan peralatan di industri besar umumnya menyumbang pemakaian energi terbesar bagi perusahaan

Dalam memproduksi urea, produsen pupuk yang berlokasi di Palembang itu membutuhkan gas amonia dan

karbon dioksida sebagai bahan bakunya. Amonia diperoleh dari gas alam yang terdapat pada ladang-ladang gas yang ada. Gas alam berupa purge gas yang mengandung inert harus dipisahkan dari amonia dan hidrogen. Pemisahan amonia dari gas-gas lain dikerjakan dengan sistem penyerapan air dan destilasi. Setelah memperoleh amonia, awalnya PT Pusri membuang sebagian gas yang tak termanfaatkan ke atmosfer. Hanya saja tindakan tersebut sangat mencemari lingkungan. Setelah dicermati, sebagian gas-gas sisa itu masih memiliki nilai ekonomis. Contohnya, gas hidrogen yang merupakan bahan baku amonia, demikian juga dengan metana yang berpotensi sebagai gas bakar.

Dengan potensi tersebut, akhirnya pabrik pupuk tertua di Indonesia itu mengolah kembali gas sisa yang terintegrasi dalam satu unit proses, yakni Purge Gas Recovery Unit (PGRU) yang terdapat di pabrik amonia. PGRU tidak hanya beroperasi memproses purge gas yang dikeluarkan pabrik amoniak PT Pusri Palembang tetapi juga purge gas yang dikeluarkan pabrik PUSRI-III, PUSRI-IV, dan PUSRI-IIB.

Dari teknologi pengambilan hidrogen (hydrogen recovery) yang tersedia yaitu teknologi membran, cryogenic, dan pressure swing absorption process, PT Pusri Palembang memiliki PGRU dengan teknologi cryogenic yang terdapat di pabrik PUSRI-IV. PGRU yang dinamakan PGRU-IV itu beroperasi sejak 1981. Pada 2002, PGRU-III dibangun dengan menggunakan teknologi membran dan mulai beroperasi setahun kemudian. Teknologi membran dianggap memiliki tingkat keandalan tinggi dan kemudahan operasional dibandingkan teknologi pressure swing absorption process. Sedangkan teknologi cryogenic ditinggalkan karena dianggap boros energi.

Investasi untuk pembangunan PGRU-III pada 2002 memakan dana Rp 34.770.865.599. Keputusan manajemen untuk melakukan upaya tersebut ternyata sangat tepat. Pasalnya terjadi penghematan yang luar biasa. Sebagai contoh, penggunaan steam berkurang signifikan. Mulanya steam yang diperlukan sebesar 320—350 ton per jam untuk menggerakkan turbin sintesis gas.

Dengan teknologi membran, kebutuhan steam menurun hingga 285 ton per jam. Penurunan 35 ton per jam setara dengan Rp 20 miliar per tahun. Itu baru penghematan dari steam saja.

Di sisi lain, pembangunan PGRU-III berimbas pada peningkatan amoniak yang dihasilkan dan penurunan konsumsi energi. Indeks efisiensi energi pabrik PUSRI-III dimana PGRU-III beroperasi rata-rata mencapai 2,4 mmbtu/ton NH3/tahun. Dengan produksi sebesar 262.000 ton per tahun, penghematan gas alam per tahunnya mencapai 628.800 mmbtu/tahun.

Artinya, dengan asumsi harga gas $5/mmBtu maka penghematan yang dicapai dengan investasi salah satu unit proses amoniak itu sebesar Rp 29.868.000.000 per tahun. Investasi yang tidak sedikit itu pun memberikan pengembalian dana investasi yang relatif cepat yakni 14 bulan. Selain itu, dengan beroperasinya PGRU-III, PT Pusri Palembang berkontribusi terhadap penurunan emisi CO2 hingga 30,18% dan peningkatan produksi H2 hingga 29% pada 2011.

Selain PT Pusri, proyek investasi efisiensi energi juga sukses dilakukan oleh manajemen PT Pacific Place Jakarta. Hal itu dilakukan dengan melakukan investasi 5 unit perangkat penghemat energi CTL (Current Torque Limit) energy saver sebesar Rp 240-juta menyumbang efisiensi listrik Rp29.245.440 per bulan. Periode pengembalian pun tidak sampai setahun, hanya 8,21 bulan.

Foto

: Lok

asi P

T Pu

puk

Sriw

idja

ja

10 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Investasi besar untuk mesin-mesin industri menjadi peluang besar bagi ESCO

Mall Pacific PlaceMall Pasific Place merupakan pusat

perbelanjaan 6 lantai yang berdiri di atas lahan seluas 30.859,55 m2 dengan luas bangunan 25.842,66 m2. Berbeda dengan pusat perbelanjaan lainnya yang penuh pada saat akhir pekan, mall ini memiliki tingkat kepadatan pengunjung justru pada hari kerja dengan puncaknya pada hari Jumat. Setiap harinya penggunaan listrik yang mengalami peningkatan mulai pukul 10.00 hingga pukul 22.00.

Sekitar 60% biaya operasional mall digunakan untuk membayar listrik. Dalam satu bulan, biaya listrik dapat mencapai Rp5-miliar lebih. Puncak beban rata-rata 7,58 MW dengan beban dasar (base load) 1,33 MW. Penggunaan listrik terbesar pada mall yang resmi dibuka pada 2007 itu diserap oleh chiller yaitu sebesar 35% dari total penggunaan listrik sedangkan pemakaian listrik tenant 42% dan penerangan 24%. Dengan upaya penghematan energi, pada 2012, Mall Pacific Place mampu mencapai Indeks Efisiensi Energi (IEE) sebesar 191,92 kWh/m2/tahun. Bandingkan dengan standar IEE untuk mal sebesar 240 kWh/m2/tahun.

Mengingat konsumsi listrik untuk pemakaian chiller terbilang tinggi, salah satu bentuk efisiensi yang diupayakan yaitu pemasangan perangkat hemat energi CTL energy saver pada chiller. Pada 2011, pemasangan energy saver dilakukan pada 1

(satu) unit chiller berkapasitas 1.450 TR. Setelah pemantauan operasional chiller selama satu bulan, penghematan listrik diperoleh sekitar 12%. Hasil positif itu akhirnya memantapkan pemasangan 4 energy saver pada empat buah chiller lainnya yang berkapasitas 1.450 TR sebanyak 2 unit dan 600 TR sebanyak 2 unit.

Dengan biaya efisiensi CTL per unit Rp 48-juta, total investasi yang dikeluarkan sebesar Rp240-juta. Besar penghematan yang dicapai yaitu mencapai 1.752.000 kWH/tahun atau setara Rp 29.245.440/bulan. Selain pemasangan CTL, penghematan

juga disumbang dari penggantian lampu TL T8 36 Watt menjadi TL 25 26 Watt sebanyak 6.500 unit yang ada di area parkir dan bagian dalam mall. Penggantian lampu berkontribusi terhadap penghematan 450.775 kWh/tahun.

Langkah lainnya, melakukan pemasangan VSD pada escalator, pompa, dan blower yang beroperasi 12 jam/hari. Hasilnya, penghematan 577.503 kWH/tahun dapat dicapai. Ketiga program efisiensi energi yang dilakukan pihak manajemen Mall Pasific Place itu mampu menurunkan biaya operasional untuk listrik sebesar 13% per tahun.

Untuk chiller, biaya investasi CTL per unit sebesar Rp 48-juta. Dengan investasi peralatan CTL sebanyak 5 buah, maka besar penghematan yang dapat dilakukan sebesar Rp 29,2 juta per bulan. Melalui upaya tersebut, besaran efisiensi yang dicapai sebesar 13,55%. Jadi dengan nilai investasi sebesar Rp 240-juta, waktu pengembalian investasi yang dibutuhkan hanya 8—9 bulan saja.

Itulah sekelumit cerita kesuksesan proyek investasi yang dilakukan 2 perusahaan. Masih banyak cerita lain yang juga memperoleh banyak manfaat dari proyek investasi yang dilakukan. Mereka merasakan manfaat dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari investasi dan penerapan efisiensi energi. ***

11Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

PT Indonesia Asahan Alumunium Lokasi : Kabupaten Batubara, Sumatera UtaraJenis usaha : Produsen alumunium batangan dengan kualitas 99,7% dan 99,9%Pelaksana audit : PT Indra KaryaTahun audit : 2011Langkah konservasi : 1. Pemasangan kapasitor bank 2. Pemasangan filter harmonic pada panel SDP Green Plant 3. Pemasangan ballast elektronik 4. Pemasangan soft start-stop pada kompresor 5. Perubahan kontrol frequency induction furnance 6. Penggantian impeller main fan 7. Pemanfaatan temperatur gas buang furnace dan pemasangan air

preheaterPotensi penghematan : 30.345.300 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp19.424.917.152/tahunTotal investasi : Rp20.330.000.000

PT Semen BaturajaLokasi : PalembangJenis usaha : Produksi Semen Portland Tipe I dan Semen Portland KompositPelaksana audit : PT Miranthi Konsultan PermaiTahun audit : 2013Langkah konservasi : 1. Perbaikan moda operasi raw mill 2. Perbaikan moda operasi kiln 3. Penurunan kandungan air batubara 4. Pemanfaatan teknologi inverter pada raw mill fan 5. Pemanfaatan VSD pada grate coolerPotensi penghematan : 11.526.472 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp7.889.400/tahunTotal investasi : Rp19.076.250.000

Investasi besar menjadi peluang emas bagi ESCO untuk masuk bila disertai potensi penghematan besar yang mampu

menarik sektor industri. Berikut beberapa gambaran potensi energi sektor industri berdasarkan audit energi yang dilakukan Kementerian ESDM bekerjasama dengan pihak swasta pada periode 2010—2012.

Selayang Pandang Potensi Penghematan Energi

12 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

PT Antam (Unit Industri)Lokasi : Bogor, Jawa BaratJenis usaha : Pertambangan emas dan perakPelaksana audit : PT Indra KaryaTahun audit : 2011Langkah konservasi : 1. Pemasangan Energy Management System 2. Penggantian transformator 3. Pemasangan filter harmonis 4. Pemasangan VSD 5. Perbaikan sistem kontrol 6. Perbaikan isolasi pipaPotensi penghematan : 2.770.485,7 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp1.783.861.913/tahunTotal investasi : Rp2.060.000.000

PT Indo PorcelainLokasi : Tangerang, BantenJenis usaha : Keramik perabotan rumahtanggaPelaksana audit : PT Tigapena Sigma EnergiTahun audit : 2012Langkah konservasi : 1. Perbaikan firing zone BK-1 2. Perbaikan unit glost kiln 3. Pemanfaatan gas buang 4. Penghematan penggunaan VVVF pada ekstruder 5. Perbaikan sistem penerangan 6. Penggantian kabel ditribusi 7. Penghematan sistem tata udaraPotensi penghematan : 497.550,6 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp1.647.948.186/tahunTotal investasi : Rp4.469.930.000

PT Citra TurbindoLokasi : Batam Jenis usaha : Pemrosesan pipa baja dan jasa penunjang industri minyak dan gas

bumiPelaksana audit : PT Rekadaya Sentra MandiriTahun audit : 2012Langkah konservasi : 1. Pemasangan VSD pada pompa 2. Pemasangan organic rankine cycle 3. Desain ulang bukaan furnacePotensi penghematan : 10.001.650 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp6.801.121.942/tahunTotal investasi : Rp15.930.000.000

13Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

PT Bhinneka Karya ManunggalLokasi : Karawang, Jawa BaratJenis usaha : TekstilPelaksana audit : PT Energy Management IndonesiaTahun audit : 2011Langkah konservasi : 1. Produksi steam dan panas dengan pemanfaatan kembali kondensat

pada proses pengeringan 2. Produksi steam dan panas dengan pemanfaatan panas dari air

buangan bleaching 3. Mengganti mesin stenter 4. Mengoptimalkan udara segar di air washer 5. Pemasangan variable speed drive di fan cooling tower chiller 6. Menurunkan tekanan discharge kompresor 7. Pemasangan variable speed drive di fan cooling tower kompresor 8. Mengganti nozzle di mesin weavingPotensi penghematan : 4.730.150 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp2.646.064.327/tahunTotal investasi : Rp11.154.808.580

PT Pancaprima Eka BrothersLokasi : Tangerang, BantenJenis usaha : TekstilPelaksana audit : PT Lemtek Konsultan IndonesiaTahun audit : 2011Langkah konservasi : 1. Pemasangan light tube dan atap transparan 2. Penggantian ballast induktif dengan ballast elektronik 3. Penggantian lampu fluoresen dengan LED 4. Penggantian motor konvensional dengan motor servo 5. Retrovit air conditioning 6. Penggantian AC dengan AC inverterPotensi penghematan : 1.828.489 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp1.249.575.964/tahunTotal investasi : Rp 7.147.010.000

PDAM Tirta Tuah BenuaLokasi : Kutai Timur Jenis usaha : Perusahaan Daerah Air MinumPelaksana audit : PT Indra KaryaTahun audit : 2012Langkah konservasi : 1. Pemasangan VSD motor 2. Penyeimbang pembagian beban pada MDP 3. Pemasangan ballast dan penggunaan lampu TLPotensi penghematan : 1.574.326 kWh/tahunPotensi penghematan : Rp1.258.764.192/tahunTotal investasi : Rp1.507.400.0

Sumber : Buku Profil Investasi Efisiensi Energi 2013

14 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Investasi Melalui Alih Teknologi

VRV chiller

Setsuden Satu kata yang menjadi solusi Jepang bertahan dalam kondisi krisis energi sejak Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi terpaksa berhenti beroperasi akibat gempa yang melanda Jepang pada 11 Maret 2011. Kata yang berarti “menghemat listrik” itu kemudian menjadi gerakan nasional yang dipropagandakan pemerintah Jepang mulai Juli 2011 untuk mencegah kurangnya pasokan tenaga listrik di beberapa tempat.

PLTN memegang peranan penting karena memasok 30% kebutuhan listrik di Jepang. Ketika bencana terjadi, setsuden diberlakukan pada semua sektor mulai rumah tangga, bisnis, hingga industri. Sosialisasi gencar diberitakan melalui media cetak dan elektronik. Pemakaian lampu hemat energi dan anjuran minimalisasi penggunaan AC di sektor rumah tangga disosialisasikan pada seluruh masyarakat. Gedung dengan pemakaian listrik 500 kW ke atas diminta berhemat listrik hingga 15% sedangkan perusahaan bisnis diperintahkan menurunkan pemakaian listrik hingga 30%. Industri pun beroperasi dengan mesin-mesin yang ditekan untuk sebisa mungkin menghemat penggunaan energi.

Langkah-langkah itu efektif menyelamatkan Jepang dari kekurangan listrik hingga akhirnya September 2011 kebijakan itu dicabut. Dibandingkan tahun sebelumnya, Jepang mampu menghemat konsumsi listrik pada beban puncak hingga 20%. Ada kalanya krisis energi dapat terjadi secara tidak terduga. Berkaca dari

Penggunaan teknologi dan beragam perangkat hemat energi sudah menjadi isu global untuk dapat bertahan dalam kondisi krisis energi seperti saat ini. Pengaplikasianya dilakukanmulaidariskalarumahtanggahinggaindustribesar.Inilahsalahsatucara

berinvestasi yang tepat dalam proyek efisiensi energi.

Inte

llect

ac.c

om

15Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Lampu LED

Absorption chiller

kasus di Jepang, penggunaan teknologi dan perangkat hemat energi tampaknya menjadi bagian dari investasi penting untuk konservasi energi dan kelangsungan usaha di berbagai sektor.

Perangkat Hemat EnergiTeknologi dan perangkat hemat energi

semakin berkembang seiring dengan kondisi global yang berada di tengah ancaman krisis energi, baik disebabkan hal yang terduga seperti berkurangnya persediaan sumber energi tidak terbarukan maupun hal tidak terduga seperti bencana alam. Penggunaan teknologi dan perangkat hemat energi sebagai bagian investasi penting di berbagai sektor telah disadari para pelaku bisnis, industri, hingga level rumah tangga. Beragam inovasi yang menghasilkan teknologi ramah lingkungan dan hemat energi telah diadopsi secara luas.

Untuk bangunan komersial misalnya, teknologi yang dapat diadopsi antara lain penggunaan lampu hemat energi seperti

gtec

hgro

upbd

.com

reac

habl

etek

.com

16 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Magnetic bearing chiller

Keluaran Cahaya Lampu LED

Keluaran (lumen)

Lampu LED

(Watt)

Lampu Swabalast

(Watt)

450 4—5 9—13

800 6—8 13—151.100 9—13 18—25

1.600 16—20 23—30

2.600 25—28 30—35

Sumber: Buku Profil Investasi Efisiensi Energi 2013 (2014)

LED (Light Emitting Diode). Dibandingkan lampu fluoresen (CFL), konsumsi energi LED lebih rendah 45—55% untuk luminitas yang sama. Dengan frekuensi lampu dimatikan dan dinyalakan yang tinggi, lampu LED lebih awet sehingga umur ekonomisnya lebih panjang. Lampu CFL pun kerap sensitif pada suhu di atas atau di bawah 100F dan memerlukan sedikit waktu pemanasan agar lampu menyala normal.

Harga lampu LED sekitar 3 kali lipat dari lampu fluoresen. Walaupun periode pengembalian investasi lampu LED relatif lebih lama dibandingkan lampu fluoresen, penghematan yang diperoleh sebanding dengan investasinya. Sebagai gambaran, analisis yang dilakukan pada PT Pancaprima

Eka Brothers (PEB) yang berlokasi di Tangerang Banten menghasilkan perhitungan payback periode 4,8 tahun untuk investasi penggantian lampu fluoresen dengan lampu LED. Dilihat dari perkiraan konsumsi energinya, penggunaan 9.982 buah lampu LED menggantikan lampu fluoresen berpotensi menghemat listrik 917.142 kWh per tahun.

Chiller Hemat EnergiPenghematan lainnya dapat bersumber

dari penggunaan sistem pendingin hemat energi. Biaya pendinginan udara gedung komersial biasanya mencapai 50—60% dari total biaya energi yang dikeluarkan. Biaya tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi pendingin yang efisien energi. Beberapa teknologi pendingin udara yang efisien antara lain VRV (Variable Refrigerant Volume) chiller, magnetic bearing chiller, dan absorption chiller.

Pada VRV, chiller dilengkapi dengan CPU (Central Processing Unit) dan kompresor inverter yang secara otomatis mengendalikan volume refrigeran yang disirkulasikan sesuai dengan beban yang harus didinginkan. Efisiensi yang dihasilkan sekitar 0,9 kW/TR. Berbeda dengan VRV chiller, magnetic bearing chiller mampu meningkatkan efisiensi chiller karena mampu meringankan beban kompresor. Efeknya, chiller dapat mencapai efisiensi 0,55 kW/TR.

Ytim

a.co

m

17Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

fokus utama

Once through boiler. Kunci sistem pemanas berbahan bakar gas ini ada pada desain ruang bakar dan sistem pembakarannya

Berbeda dengan VRV, absorption chiller tidak menggunakan energi listrik sebagai sumber energi melainkan menggunakan panas yang berasal dari uap atau air panas untuk menghasilkan siklus pendinginan lithium bromide. Potensi penghematan dengan memasang absorption chiller yang dianalisis pada PT Smart Agro, Surabaya, menghasilkan potensi penghematan listrik 220.248,8 kWh per tahun. Dengan perkiraan investasi sebesar Rp500.000.000, periode pengembalian investasi pemasangan absorption chiller berada pada kisaran 2,64 tahun. Meski lebih banyak digunakan pada gedung komersial, mesin absorption chiller juga tersedia untuk skala rumah tangga yang efisien untuk rumah yang besar.

Untuk menghemat energi, sistem pemanas air dapat dibuat dengan memanfaatkan panas buang (sistem kogenerasi). Panas buang yang berasal dari pembangkit listrik skala kecil seperti mikroturbin yang berkapasitas 60 kW contohnya, dapat menghasilkan panas setara 60 kW termal. Panas buang yang berasal dari kompresor chiller juga dapat dimanfaatkan sebagai pemanas air. Chiller berkapasitas 400 TR dapat menghasilkan panas sekitar 6-juta BTU. Namun, untuk mendapatkan suhu panas melebihi 300C diperlukan tambahan heat pump yang berfungsi menaikkan temperatur kondensat lebih tinggi.

Teknologi pemanas lainnya yakni once through boiler. Sistem pemanas berbahan bakar gas itu tidak membutuhkan drum. Kuncinya ada pada desain ruang bakar dan sistem pembakar yang dapat menguapkan air. Tipe pemanas yang cocok digunakan pada gedung komersial yang memiliki kebutuhan air panas tidak konstan dan cenderung fluktuatif itu memiliki tingkat efisiensi hingga 95%. Investasi untuk beragam teknologi dan perangkat hemat energi memang memerlukan dukungan dana yang tidak sedikit. Periode pengembalian setiap investasi yang dipilih juga bervariasi. Namun, manfaat penghematan yang diraih diharapkan mampu menjadi tabungan positif bagi para pelaku konservasi energi.***

18 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

“Penghematan Energi Adalah Suatu

Keniscayaan”Berkat HomeandSchoolEnergyEfficiencyChampion (HseeC) pada 2014, ageiliana tri Pamilih bersama 29 siswa smPn 13 tangerang lainnya punya tugas tambahan di sekolah:membasmi“vampirenergi”.Hasilnya,terjadipenghematansebesar37.900

kWh dalam satu bulan.

SMPN 13 Tangerang :

Para pemenang penghargaan kategori HSEEC 2014 termasuk diantaranya SMPN 13 Tangerang yang diwakili Ageiliana Tri Pamilih (kedua dari kiri) berfoto bersama dengan Direktur Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Maritje Hutapea

Foto

: Dok

. SM

PN 1

3 Ta

nger

ang

19Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

Setiap hari, baik saat kegiatan belajar mengajar berlangsung hingga jam pulang sekolah,

Age—panggilan akrab Ageiliana—dan rekan-rekannya punya aktivitas baru. Mereka tergabung dalam energy warrior alias pahlawan energi yang tidak henti-hentinya menyuarakan dan melakukan tindakan nyata memberantas vampir energi di lingkungan sekolah. Vampir yang dimaksud tentu bukan makhluk imajinasi yang kerap muncul dalam film melainkan vampir penghisap energi.

Istilah vampir penghisap energi mengacu pada kiasan metafora tenaga listrik yang disedot alat elektronik dan perangkat pengguna listrik lainnya ketika dalam keadaan dimatikan tetapi masih dalam posisi siaga (standby). Ibarat vampir pengisap darah, alat elektronik yang dimatikan tanpa putus kontak atau mencabut kabel dari sumber energinya tetap memakan energi walau dalam jumlah kecil.

Ya, siswa-siswi sekolah di bilangan Cipulir, Tangerang Selatan, Banten itu pernah ambil bagian dalam kompetisi penghematan listrik di sekolah ala Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Home and School Energy Efficiency Champion (HSEEC) pada 2014. Salah satu wujud kegiatan lomba itu yakni memberantas sumber-sumber pemakan energi listrik di lingkungan sekolah yang tidak disadari menghabiskan energi listrik secara percuma.

Mulanya, masalah vampir energi tidak pernah jadi perhatian para murid di SMPN 13 Tangerang. Namun, kini mereka berbalik sangat peduli terhadap penggunaan energi, terutama terhadap peralatan

Ajang HSEEC sejalan dengan SMPN 13 Tangerang yang memiliki visi “Inovatif berfikir, cerdas berkarya, peduli lingkungan, dan berakhlak mulia”

Piala juara pertama The Best Sister School dari Kementerian ESDM diraih SMPN 13 Tangerang dalam ajang Home and School Energy Efficiency Champion (HSEEC) 2014

elektronik. Para murid itu jadi mengerti benar arti “gigitan” kecil yang mampu menambah 10% tagihan listrik. Kesadaran itulah yang membuat para siswa menjadi lebih hemat dalam menggunakan energi

Basmi Vampir EnergiDi lingkungan sekolah, vampir

energi berkeliaran di ruang kelas, laboratorium, ruang guru, maupun tempat lain yang menggunakan tenaga listrik. Sebut saja, kipas angin atau alat pendingin ruangan (air conditioning) dan lampu ruangan. Keduanya kerap dinyalakan tanpa memperhatikan kebutuhan dan penggunaanya dalam ruangan. Kini, tak ada lagi lampu ruangan dan kipas angin yang dibiarkan menyala pada jam pelajaran olahraga ataupun saat kegiatan siswa di luar ruang. Kabel listrik penyambung tenaga untuk kipas pun dilepaskan dari stop kontak. Pahlawan energi tidak hanya bertindak nyata melakukan penghematan tetapi juga menegur dan mengingatkan rekan sesama siswa yang lalai melakukan penghematan energi di lingkungan sekolah.

20 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

Satu ruang kelas memiliki 1—3 kipas dengan daya beragam 46—70 Watt. Selama jam

pelajaran olahraga yang memakan waktu 1,5 jam, satu kipas angin berdaya 46 Watt dimatikan dan dilepas dari stop

kontak. Upaya itu mampu menyumbang

penghematan sebesar 0,069 kWh. Dalam sebulan, aktivitas olahraga satu kelas setidaknya menghabiskan

waktu 6 jam. Artinya, energi listrik sebesar 0,276 kWh

per bulan selamat dari penggunaan sia-sia. Bila dikalikan dengan banyaknya ruang kelas yakni 27 kelas maka penghematan ditotal

sebesar 7,452 kWh per bulan untuk satu kipas angin saja.

Itu pun hanya saat jam olahraga. Belum lagi saat upacara atau acara bersama di luar ruangan.

Penggunaan alat pendingin ruangan/AC saat ini juga diatur

pada kisaran 23oC—250C,bandingkan pada penggunaan sebelumnya yang minimal 180C. Selain itu, pintu ruangan juga dipastikan tertutup agar kinerja pendingin ruangan menjadi maksimal. Mematikan AC pada saat ruangan kosong juga menjadi salah satu upaya membasmi vampir energi.

Lampu luar ruangan dinyalakan saat malam menjelang dan hari benar-benar gelap yakni pukul 18.00 bukan lagi pukul 17.00. Lampu itu dimatikan saat 05.30 hari mulai terang yakni pukul 06.00. Komputer yang biasanya ditinggal dalam keadaan kabel masih tersambung ke stop kontak mulai rutin dicabut usai pemakaian. Menurut informasi yang dikeluarkan Lawrence Berkeley National Library mengenai Standby Power Data, satu komputer desktop menyedot listrik sebesar 25 Watt per jam dalam kondisi siaga. Di SMPN 13 Tangerang setidaknya ada 8 unit komputer di bagian staf dan administrasi dan 40 unit komputer di ruang laboratorium komputer. Hanya dengan melepaskan kabel dari sumber listrik, penghematan energi dalam satu jam mencapai 1,2 kWh. Jika sehari diasumsikan komputer tidak digunakan selama

Label kreasi siswa berupa ajakan hemat energi diletakkan di dekat saklar lampu ruangan sebagai pengingat bagi para pengguna ruangan

Para pahlawan energi yang berjumlah 30 orang menjadi salah satu pilar keberhasilan SMPN 13 Tangerang menjadi jawara pada HSEEC 2014

21Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

para pahlawan energi dan pihak sekolah. Berdasarkan hasil pemetaan, penggunaan energi per hari terbesar di SMPN 13 Tangerang terdapat pada kegiatan aktivitas belajar mengajar sebesar 62%, diikuti kegiatan administratif (34%), kegiatan bersama (2%), dan kegiatan teknis (2%).

Dlihat dari penggunaan energi listrik per sektor didominasi kelompok lain-lain yang mencakup pemakaian alat musik, alat proyektor, dan sound system untuk acara internal maupun eksternal di lingkungan sekolah. Besarnya mencapai 76% dari seluruh penggunaan listrik di sekolah. Sedangkan pencahayaan sekolah secara umum menghabiskan listrik total sebesar 4% dan pendingin ruangan 12%.

Berdasarkan kondisi itu dan terkait dengan lomba HSEEC

2014, sekolah menetapkan target untuk menurunkan penggunaan kWh listrik sebesar 10% melalui efisiensi listrik di ruang kegiatan belajar dan administrasi. Utamanya penghematan dari sektor AC, kipas angin dan lampu selama 3 bulan yaitu September-November 2014.

Selain itu, sekolah juga berupaya meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Kepala sekolah yang saat itu dijabat oleh Munasir SPd, MSi kemudian membentuk tim inti manajemen energi. Tim tersebut terdiri dari 10 guru dan pahlawan energi yang terdiri dari 30 siswa. Selain itu juga dilibatkan anggota ekstrakurikuler Lingkungan Hidup (LH) dan ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) untuk berperan aktif dalam sosialisasi hemat energi.

Sebagai sekolah yang menyandang predikat Sekolah Adiwiyata Nasional 2011, kegiatan kepedulian terhadap lingkungan bukan hal baru lagi. Para siswa dan para pendidik terbiasa mengelola kebersihan lingkungan sekolah dan berbagai usaha dalam menghemat sumber daya alam seperti efisiensi penggunaan listrik yang sudah menjadi hal yang kerap digaungkan di kalangan siswa. Dengan adanya, ajang HSEEC, sosialisasi hemat energi makin gencar dilakukan.

Setiap pulang sekolah, pahlawan energi menyisihkan waktu mengecek ruangan untuk mengurangi pemborosan listrik. “Terkadang ada teman yang menganggap remeh sosialisasi hemat energi karena sudah sering mendengar. Tapi kami,

12 jam, maka penghematan satu hari menjadi 14,4 kWh. Dalam sebulan, sekolah bisa menghemat 432 kWh.

Wajar bila berdasarkan data, biaya penggunaan listrik pada November 2014 mengalami penurunan sebesar Rp343.917 dibandingkan Oktober 2014. Angka itu merupakan selisih perbedaan penggunaan listrik sebesar 37.900 kWh. Dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, penurunan penggunaan listrik pada Oktober 2014 bahkan mencapai 130.000 kWh dan 70.470 kWh pada November 2014.

Pemetaan EnergiPenggunaan AC, kipas angin,

lampu, dan perilaku mencabut kabel listrik dari stop kontak memang menjadi prioritas penghematan. Hal itu ditetapkan setelah kegiatan pemetaan energi yang dilakukan

Kepala sekolah SMPN 13 Tangerang periode jabatan 2015—2017, Mulyono Sobar SPd (ketiga dari kanan ) memimpin SMPN 13 Tangerang menjadi mother school untuk ajang HSEEC selanjutnya

22 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

tim pahlawan energi tetap semangat menjalankan tugas,” kata Age yang menjabat sebagai ketua pahlawan energi.

Harap maklum, sosialisasi tidak hanya dilakukan saat upacara bendera tetapi juga saat pengajian sekolah setiap Jum'at pagi. Mereka tidak bosan menyuarakan slogan 3M: mematikan lampu, mencabut stop kontak, dan menurunkan suhu AC menjadi 250C. Setiap bulan, perwakilan kelas pun mendapat laporan evaluasi dari tim manajemen energi agar kegiatan hemat energi dapat terus ditingkatkan.

Meski dilakukan penghematan di berbagai sektor, ada saat kondisi penghematan tidak bisa dilakukan. Contohnya ketika digelar acara antarsekolah yang kerap menggunakan tempat pertemuan. Di antaranya, acara pertemuan kepala sekolah se-kota Tangerang atau diklat Kurikulum 2013 yang diikuti guru-guru se-kota Tangerang. Saat seperti itu konsumsi listrik bakal membengkak lantaran banyak digunakan untuk laptop, komputer, printer, infokus dan sound system. Selain itu, “Saat musim hujan atau hari mendung, konsumsi listrik juga

meningkat karena lampu di kelas-kelas dinyalakan,” tambah Sulastri, M.Pd, yang menjabat sebagai manajer energi.

Hemat Di Rumah Orangtua siswa pun turut

berpartisipasi aktif dalam HSEEC. Ya, salah satu kategori yang dilombakan yakni home-sister school melibatkan peran orang tua untuk melakukan aktivitas hemat energi sebagai komitmen bersama dalam keluarga. Adalah Divia Nur Amirawati, peraih juara 2 best home-sister school. Siswi beserta kedua orangtuanya itu melakukan penghematan di rumah dengan cara mengurangi penggunaan energi listrik pada jam beban puncak berlangsung yakni pukul 17.00—22.00.

“Biasanya menonton, mencuci pakaian, mendekati maghrib (sekitar pukul 18.00), sekarang jadi pagi hari bahkan kadang tidak menggunakan mesin cuci lagi,” tutur Divia. Murid kelas 9 itu juga membiasakan menonton televisi bersama ketimbang menonton tivi sendiri di kamar. Tidak ada lagi komputer yang dibiarkan menyala tanpa digunakan. Kabel charger baterai telepon genggam yang biasa ditinggalkan di stop kontak, selalu dicabut usai tak digunakan. Pendingin ruangan pun diatur pada suhu 250C. Semua penghematan itu nyatanya mampu menurunkan biaya listrik bulanan di rumah hingga 20%.

62%

34%

2% 2%

Penggunaan Energi per Hari

Kegiatan belajar mengajar62%

Kegiatan administratif 34%

Kegiatan bersama 2%

Kegiatan teknis 2%

Munasir SPd, MSi, (ketiga dari kiri) kepala sekolah yang menjabat hingga 2014, berfoto bersama usai memperoleh penghargaan dalam HSEEC 2014

Data Audit Energi

23Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

kampusiana

Selama lomba berlangsung, informasi tentang hemat energi menginspirasi Aisyah Putri Alifia menulis artikel berjudul “Hemat Energi Siapa Takut.” Tantangan bulanan HSEEC itu berhasil ditaklukkan Aisyah dengan menjadi juara 2 kategori karya jurnalistik. Selama 3 bulan mengikuti ajang lomba HSEEC, SMPN 13 Tangerang berhasil meraih penghargaan lainnya berupa juara 1 kategori best sister school, juara 2 kategori best energy manager yang diwakili Sulastri M.Pd, serta juara 2 kategori best group diraih bersama dengan

Untuk menekan biaya penggunaan listrik, pihak sekolah memberlakukan Standard

Operational Procedure (SOP) penggunaan listrik di ruang kelas serta ruang Administratif, Perpustakaan, dan Laboratorium TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). SOP berlaku bagi semua pengguna ruangan baik guru, staf sekolah, maupun siswa.

I. SOP untuk Ruang Administratif, Perpustakaan, dan Laboratorium TIK

1. Penggunaan AC:Dinyalakan mulai jam 07.00 dengan suhu • 250CMenutup pintu dan jendela agar • pendinginan maksimalMenggunakan 1 buah AC jika hanya ada 1 • atau 2 orang yang beraktivitasMematikan AC jika aktivitas telah berakhir • atau umumnya pada jam 16.00 WIB

2. Penggunaan lampuLampu dimatikan jika sinar matahari • telah menerangi ruangan dan kain gordin dibukaLampu di Ruang Tata Usaha pada malam • hari dimatikan jika tidak ada aktivitasLampu di Ruang Tamu pada malam hari • cukup dinyalakan 2 lampu

Standard Operational Procedure (SOP) ala SMPN 13 Tangerang

3. Penggunaan komputer:Setelah kegiatan selesai semua peralatan • dimatikan dan kabel dicabut

4. Penggunaan kipas angin:Menyalakan kipas dalam kondisi • dibutuhkanMematikan kipas setelah selesai kegiatan • atau meninggalkan ruangan dalam waktu cukup lama/setengah jam lebih

II. SOP untuk Ruang Kelas1. Kipas dimatikan saat :

Upacara bendera • Apel pagi• Pengajian • Olah Raga/Belajar di luar kelas• Pulang sekolah•

2. Lampu dimatikan jika sinar matahari sudah menyinari kelas

3. Infocus dimatikan jika telah selesai digunakan dan setelah pulang sekolah bittingnya (kabel) dicabut

4. Laptop dicabut kabelnya jika baterai telah terisi penuh

5. Selesai kegiatan belajar semua peralatan listrik sudah dalam posisi mati***

SMK Al-Muslim, dan SMPN 2 Tambun Selatan.

Menurut H. Mulyono Sobar, SPd, yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SMPN 13 Tangerang sejak Januari 2015, penghematan energi adalah suatu keniscayaan. Sumber energi yang berasal dari batubara, minyak bumi, dan gas tidak dapat dipungkiri semakin menipis sehingga penghematan energi mau tidak mau harus dilakukan. Ajang HSEEC menjadi salah satu upaya kreatif menumbuhkan kepedulian hemat energi sejak usia dini.

Ia berpendapat keberhasilan penghematan energi yang dicapai dalam HSEEC 2014 bukan semata-mata efisiensi dalam hal biaya. “Yang terpenting adalah bagaimana kepedulian anak untuk menghemat energi di sekolah tertanam dalam pola kehidupan sehari-hari di rumah,” tuturnya. Dengan demikian, siswa tumbuh menjadi pribadi dewasa yang sadar akan pentingnya menghemat energi dimana pun mereka berada. Seperti yang dirasakan Divia, “Sekarang jadi lebih peduli untuk hemat energi.” ***

24 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mampu menerapkan Indeks Konsumsi

Energi (IKE) 73,56 kWh/m2/tahun. Penghematan terbesar berhasil dilakukan pada pengkondisian udara buatan (AC). Bandingkan dengan standar ASEAN untuk gedung perkantoran, 240 kWh/m2/tahun. Nilai yang sungguh sangat efisien.

BPKP yang berkantor di Jalan Pramuka, Jakarta Timur, dalam melaksanakan tugas pengawasannya mempunyai kantor perwakilan di 33 provinsi seluruh Indonesia. Himbauan penghematan yang dilakukan di kantor BPKP Pusat juga disuarakan ke kantor-kantor perwakilan. Untuk pemantauan konservasi energi, setiap kantor perwakilan mengirimkan laporan triwulan ke kantor BPKP Pusat. Jadi dalam setahun, ada 4 (empat) laporan yang diterima. Adapun yang dilaporkan yaitu mengenai target pelaksanaan penghematan energi listrik gedung berupa data pemakaian listrik dan biaya yang dikeluarkan.

Bila terdapat kenaikan, pihak kantor perwakilan juga menyertakan alasan kenaikan tersebut dalam laporan. Misalnya, bila dalam bulan bersangkutan terdapat pemakaian ruang rapat dan aula lebih banyak dari sebelumnya, termasuk di dalamnya laporan mengenai pemakaian listrik gedung seperti

Solusi Cerdas Irit Energi

Satulagicontohgedungpemerintahyangsuksesmenerapkanupayahematenergi.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP):

BPKP Pusat menjadi teladan bagi kantor perwakilan

25Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

penggunaan AC dalam tingkat efisien atau tidak. Laporan juga mencakup penghematan BBM pada kendaraan dinas dan penghematan air. Data yang ditampilkan yaitu jumlah pemakaian BBM dan air rata-rata per bulan disertai lampiran dokumen pendukung. “Mulai 2014, semua pelaporan dilakukan secara online sehingga memudahkan kantor-kantor perwakilan melakukan pelaporan,” kata Tanusi SE Akt MM, Kepala Bagian Rumahtangga Biro Umum, Kantor Pusat BPK.

Berdasarkan laporan tersebut, kantor BPKP Pusat dapat mengetahui

besar penghematan yang dilakukan. Pada 2014, pemakaian listrik rata-rata gedung BPKP Pusat yang terdiri dari 12 lantai sebesar 314.740 kWh/bulan setara Rp344.531.019/bulan. Dengan demikian, Gedung BPKP Pusat memiliki indeks konsumsi energi 6,13 kWh/m2/bulan untuk ruangan ber-AC, sedangkan ruangan tidak ber-AC memiliki indeks energi 1,01 kWh/m2/bulan. “Itu termasuk kategori sangat efisien,” kata Tanusi.

Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2012, standar IKE (Intensitas Konsumsi Energi) yang efisien untuk gedung perkantoran ber-AC adalah 102kWh/m2/tahun s.d kurang dari 168kWh/m2/tahun atau 8,5 kWh/m2/bulan sampai dengan kurang dari 14 kWh/m2/tahun. IKE merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWh/m2/tahun. Pada 2014, kantor-kantor perwakilan di daerah pun rata-rata memiliki indeks energi dalam kategori sangat efisien. Hanya ada 2 (dua) kantor perwakilan yang masuk kategori cukup efisien.

Efisiensi PeralatanLangkah penghematan yang

dilakukan merupakan implementasi Inpres No.13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air. Salah satu cara untuk melakukan penghematan energi adalah dengan memperhatikan pengaturan tata udara. AC yang digunakan di lingkungan kantor menggunakan teknologi inverter yang hemat energi dengan suhu yang dipertahankan 250C di ruang kerja sedangkan di bagian lobi dan koridor, AC diatur sekitar 270C—300C. AC sentral dioperasikan 30 menit sebelum jam kerja dimulai. Itu pun hanya unit fan/AC saja. Satu jam kemudian unit kompresor AC baru dinyalakan.

Sekitar 30 menit sebelum jam kerja berakhir, unit kompresor AC dimatikan kemudian disusul unit fan AC sentral. Refrigeran AC pun dipilih jenis hidrokarbon yang ramah lingkungan. Untuk mencegah kerusakan, unit kompresor AC diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Dalam operasionalnya, satuan tugas (satgas) konservasi energi setiap harinya mengecek dan mematikan AC di ruangan saat jam kantor berakhir. “Sebanyak 80%

Kepala Biro Umum BPKP Pusat, Sudiro Ak, MM, (tengah) bersama dengan tim konservasi energi BPKP Tanusi SE Akt MM (Kepala Bagian Rumahtangga Biro Umum) dan Ade Ijudin (anggota tim konservasi energi).

26 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

energi terserap untuk pemakaian AC. Untuk itu pada 2013 dibuat peraturan mengenai penggunaan AC. Sebelumnya AC dihidupkan 6.30 WIB, sekarang jam 7 pagi. AC kemudian dimatikan jam 9 malam sekarang hanya sampai jam 6 sore. Listrik pun tadinya dinyalakan jam 6 pagi, lalu diubah menjadi 6.30 pagi,” jelas Tanusi.

Ke depan, untuk mengoptimalkan AC, seluruh bagian gedung yang memiliki kaca pada 2015 akan dilapisi lapisan film. Tujuannya, untuk mengurangi panas matahari yang membuat suhu ruangan mudah naik. Meski demikian, lapisan tersebut tetap tidak mengurangi pencahayaan alami. Dengan pemakaian lapisan pelindung itu, pencahayaan di dalam ruangan khususnya meja kerja dapat mengoptimalkan sumber cahaya alami. “Dengan cara itu, lampu yang satu titik terdiri dari dua buah lampu akan diganti dengan satu lampu saja,” kata Tanusi.

Lampu yang digunakan adalah jenis lampu TL hemat energi yang dikombinasikan dengan reflektor yang memiliki pantulan cahaya tinggi. Pengaturan lampu di beberapa tempat sedikit berbeda menyesuaikan kebutuhan pencahayaan. Di ruangan resepsionis misalnya, menggunakan pencahayaan berdaya 13 Watt/m2. Sedangkan untuk ruang kerja, ruang arsip aktif, dan ruang rapat 12 Watt/m2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 300—350 lux. Untuk gudang arsip diatur pencahayaan dengan daya 6 Watt/m2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 150 lux, ruang tangga darurat 4 Watt/m2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 150 lux, dan tempat parkir 4 Watt/m2 dengan tingkat pencahayaan paling rendah 100 lux.

Partisi yang digunakan di ruang kantor sebagian dibuat transparan sehingga ruangan tampak lebih terang. Ruangan yang salah satu sisinya berupa kaca pun membantu

pencahayaan alami pada siang hari. Sekat antar ruang yang dibuat setengah berbahan kaca pun membuat koridor tidak memerlukan lampu pada siang hari. Cahaya yang ada di sisi kiri dan kanan cukup menerangi koridor.

Semua unit saklar otomatis terhubung dengan Building Automation System di ruang kendali energi listrik. Bila dibutuhkan, jaringan listrik dimatikan melalui ruang kendali. Contohnya, saat jam kerja usai, satgas yang bertugas mengecek ruangan akan berkeliling untuk mendata bagian yang akan melakukan kerja lembur. Listrik di bagian yang akan digunakan hingga malam dibiarkan menyala. Sedangkan daya untuk ruangan yang tidak dipakai sama sekali akan dimatikan dari bagian ruang kendali. “Itu untuk mencegah vampir energi menghabiskan tanpa disadari,” kata Tanusi. Walaupun karyawan sudah dihimbau untuk melakukan pencabutan kabel saat barang elektronik seperti komputer, printer, dan mesin fotokopi dimatikan, terkadang ada yang lupa mencabut kabel.

Untuk pengaturan peralatan pendukung seperti lift, penggunaanya dibatasi pada jam tertentu. Lift berjumlah 5 (lima) buah. Sekitar setengah jam setelah jam pulang kantor, pukul 17.30, lift

yang beroperasi hanya satu buah. “Rencananya tahun mendatang lift akan diatur pembagian lantainya sehingga lebih hemat,” tambah Tanusi.

Untuk penerangan di malam hari, tidak semua lampu dinyalakan hingga pagi hari. Penerangan jalan umum pada jalan protokol menyala 100% pada pukul 18.00—24.00 WIB. Sedangkan pada pukul 01.00—05.30 WIB daya dikurangi menjadi hanya 50% dari daya total. Untuk lampu hias pun hanya dinyalakan pada pukul 18.00—24.00 kecuali pada event tertentu bila dibutuhkan akan dinyalakan hingga pukul 05.30. Lampu papan reklame hanya dinyalakan pada pukul 18.00—24.00 WIB.

Hemat Energi Sebagai Kebiasaan

Untuk memperlancar upaya konservasi energi, BPKP membentuk tim khusus untuk melakukan pengawasan dalam hal konservasi energi di lingkungan kantor. Berdasarkan surat keputusan Sekretaris Utama nomor 16/SU.05/2015 tentang pembentukan gugus tugas konservasi energi, BPKP membentuk gugus tugas konservasi energi yang terdiri dari 5 orang tim inti dan 16 orang anggota tim.

Anggota tim bertugas memantau pelaksanaan hemat

Ruang kerja pimpinan biro cukup terang tanpa penerangan di siang hari

27Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

Komitmen BPKP terhadap penghematan energi dibuktikan dengan keluarnya sejumlah surat

edaran pada kantor pusat BPKP. Ini sebagai wujud konsistensi kebijakan lembaga plat merah ini akan kepedulian terhadap lingkungan. Adapun isi dari surat edaran itu adalah :

• Surat Edaran No.: SE-17/SU05/2/2014 tentang perubahan pengaturan peralatan yang menggunakan energi :1. AC (air conditioning) akan dinyalakan pada

pukul 07.00—17.00 WIB.2. Lampu akan dinyalakan pada pukul 06.30—

18.15 WIB.3. Lift akan beroperasi 1 (satu) unit mulai

pukul 17.30 WIB.

• Surat Edaran No.: SE-1037/SU05/2013 tentang monitoring suhu ruangan1. Suhu diatur sesuai ketentuan yakni 25oC. 2. Penggunaan AC di luar jam kerja (setelah

pukul 17.00 WIB) dan hari libur harus mendapat izin khusus dari Biro Umum.

• Surat Edaran No.: SE 888/SU/05/2014 tentang himbauan hemat energi dan air :1. Mengatur kembali rencana pembayaran

iklan, pembangunan gedung kantor, pengadaan kendaraan operasional, belanja bantuan sosial, dan lain-lain.

2. Mengurangi kegiatan rapat di luar jam kerja (RDK) yang akan berdampak pada penggunaan listrik dan air. Apabila kegiatan rapat di luar jam kerja tidak dapat dihindarkan, maka pemakaian ruangan tidak menggunakan pendingin ruangan (AC). Setiap kegiatan lembur, rapat di luar jam kerja (RDK) harus melapor ke Biro Umum.***

Bukti Sayangi Energi

energi dan air. Tindakan nyata yang mereka lakukan antara lain mensosialisasikan kepada pengguna ruangan untuk turut berperan aktif dalam penghematan. Juga melaporkan hal-hal yang berpotensi menyebabkan pemborosan energi seperti penggunaan kendaraan dinas untuk kepentingan pribadi ataupun penggunaan komputer dan fasilitas

kantor untuk keperluan pribadi. Selain itu, kebocoran keran air atau kerusakan lampu juga dipantau.

“Dengan beragam himbauan, harapannya rekan-rekan kerja dapat mempertahankan aktivitas penghematan dan menjadikannya kebiasaan sehari-hari. Kami sebagai pembina juga berharap kantor perwakilan dapat mengikuti jejak

kantor pusat dalam penghematan energi. Untuk pelaksanaannya, kami pantau melalui laporan triwulanan,” kata Sudiro Ak, MM, Kepala Biro Umum BPKP Pusat. Demikian, contoh nyata BPKP Pusat menjadi teladan bagi kantor-kantor perwakilannya di daerah hingga mampu meraih Pengghargaan Efisiensi Energi Nasional 2014. ***

28 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

Kebutuhan energi di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring

dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Semakin menjamurnya industri besar di wilayah tersebut juga mendongkrak konsumsi energi. Sehingga, upaya pengelolaan energi menjadi sangat penting untuk dilakukan agar pasokan energi tetap stabil dan ketahanan energi dapat terwujud.

Konservasi Energidi Ujung Jawa

upaya berkesinambungan Provinsi jawa timur dalam menerapkan konservasi energi membuahkan hasil yang membanggakan. Provinsi paling timur di Pulau jawa ini

berhasil menjadi pemenang Penghargaan efisiensi energi nasional selama 3 tahun berturut-turut sejak 2012. Prestasi membanggakan yang diperoleh Pemerintah

Provinsi jawa timur dari kementerian energi dan sumber daya mineral.

Upaya menjaga ketahanan energi itu disadari benar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Terlebih dengan adanya Peraturan yang dikeluarkan pemerintah tentang Konservasi Energi, yaitu Undang-Undang RI No. 30 tahun 2007 tentang Energi; Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan; Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi Energi; Instruksi Presiden No. 13 tahun 2011

tentang Penghematan Energi dan Air; dan Peraturan Menteri ESDM No. 13 tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.

Untuk menjalankan amanat dari peraturan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya konservasi energi seperti membuat peraturan dan kebijakan hemat energi dan air, membentuk gugus tugas penghematan energi dan air,

Ir. Dewi J. Putriatni, MSc, Kepala Dinas ESDM, Jawa Timur mengusulkan agar penyerahaan PEEN agar dapat disatukan dengan penghargaan piala adipura di Istana Negara agar para calon peserta lebih terpacu untuk berpartisipasi

29Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

melakukan implementasi program dan kegiatan penghematan energi dan air, melakukan rencana aksi, melakukan monitoring, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan dan program penghematan energi dan air, serta melakukan pelaporan pelaksanaan rangkaian kegiatan tersebut.

Bekerja Efektif

“Penghematan itu tidak perlu bicara banyak tentang efisien. Intinya bagaimana seluruh masyarakat di Jawa Timur itu hingga lapisan terbawah melakukan sesuatu yang kecil dengan efektif. Itu kalau kita sudah terbiasa nanti outputnya pasti efisien,” kata Imam Asy`ari MT, Kepala Seksi Pengawasan Energi dan Ketenagalistrikan, Dinas ESDM, Jawa Timur. Bila melakukan tugas dan pekerjaan dengan efektif sudah menjadi kebiasaan maka siapapun akan mulai melakukan inovasi dalam melakukan berbagai kegiatan agar hasilnya efisien.

Sebagaimana sikap pemerintah daerah di wilayah lainnya, sosialisasi penghematan energi dimulai dari kegiatan yang memberikan

pemahaman tentang esensi hemat energi. “Pertama, kita memberikan pemahaman terhadap masyarakat dan industri penghematan itu seperti apa. Walaupun kecil, penghematan itu harus dimulai dari sekarang,” jelas Ari—panggilan Imam Asy`ari. Misalnya, mematikan komputer bila minimal 30 menit tidak akan dipergunakan atau mematikan AC bila ruangan kosong dan tidak digunakan.

Himbauan itu terus disampaikan agar dapat dipahami dan dipraktekan

setiap hari sehingga tercipta budaya hemat energi. Himbauan menjadi semakin mengena ketika terjadi kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang berdampak pada beban biaya yang semakin tinggi. Dampaknya, kesadaran masuarakat untuk berhemat semakin kuat.

Di tingkat rumah tangga, himbauan pada masyarakat didukung dengan ajakan untuk menunjuk “Kapten Energi” dalam keluarga. Bila di sekolah ada guru yang menjadi manajer energi, di tingkat rumah tangga ada anak-anaklah yang menjadi kapten energi. Tugas kapten energi adalah memberikan pengetahuan tentang penghematan listrik serta mengingatkan seluruh anggota keluarga untuk menghemat listrik. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghemat listrik di rumah tangga cukup sederhana, misalnya mematikan lampu ruangan yang tidak dipergunakan, mencabut kabel listrik dari plug bila peralatan elektronik tidak dipakai, dan menghemat air.

Untuk memotivasi kapten energi, kepala keluarga dapat memberitahukan kapten energi bahwa pengeluaran listrik di rumah adalah sebesar x. Selanjutnya, kapten energi bertugas menjaga agar

Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur berperan sebagai tombak sosialisasi penghematan energi dan air di lingkungan Provinsi Jawa Timur

Ir Hasbi Mudjtaba MT, Imam Asy`ari MT, dan Berlian Sirait, melakukan pengawasan hemat energi dan air dengan memanfaatkan beragam peralatan

30 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

pengeluaran rumah tangga untuk biaya listrik menjadi lebih rendah dari x selisih perbedaan biaya itu akan diberikan kepada kapten energi sebagai tabungan.

“Mulanya, anak yang belum mengerti akan melakukan pengawasan pemakaian energi di rumah karena ingin mendapatkan uang tetapi lambat laun ketika biaya listrik menurun akan ada edukasi bagi anak-anak mengapa hemat energi diperlukan. Itu mindset yang

perlu ditanamkan dalam keluarga,” jelas Ari. Dua tahun kemudian, Ari mendengar cerita dari salah satu kepala rumah tangga yang menerapkan hal itu bahwa tabungan anaknya telah mencapai Rp3-juta. “Bila hal itu terjadi di seluruh rumah tangga di Jawa Timur, output dan income-nya bagi penghematan energi pasti memuaskan,” tambahnya.

Sesekali sosialisasi juga diselingi dengan praktek membetulkan barang elektronik. Cara itu ternyata efektif

menarik minat masyarakat. “Bila berhasil memperbaiki alat elektronik, biasanya penduduk target sosialisasi menjadi tertarik untuk tahu lebih lanjut tentang penghematan energi yang bisa dilakukan dari pemakaian barang-barang elektronik,” kata Ari membeberkan kiatnya bersosialiasi. Menurut Ari, membeli perlengkapan hemat energi itu mudah tetapi kalau perilaku pemakainya tidak hemat itu menjadi masalah. AC hemat energi tidak akan berfungsi sebagai perantara menghemat jika digunakan secara sembarangan tanpa memikirkan kebutuhan.

Audit Energi

Proses sosialisasi hemat energi melalui brosur, pamflet, banner, spanduk, seminar hingga FGD (Focus Group Discussion) diakui Ari memang relatif lama. Setiap tahun, dinas, kabupaten, dan provinsi memiliki anggaran untuk sosialisasi. “Kita juga akan mencoba untuk sosialisasi melalui lomba di sekolah-sekolah di masing-masing kabupaten dengan menggandeng CSR (Corporate Social Responsibility),” kata Ari. Pembinaan di sekolah sudah sampai tahap audit energi tahap awal yaitu mengategorikan sekolah efisien atau tidak dalam pemakaian energi. Sedangkan di gedung pemerintahan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melakukan audit energi tahap lanjut akan mendapat penghargaan untuk gedung yang hemat.

Dinas ESDM melakukan audit energi pada gedung-gedung vital di Surabaya. Salah satunya adalah Gedung Grahadi yang menjadi ikon Kota Surabaya sekaligus kantor gubernur dan kompleks perkantoran kantor Sekretaris Daerah dimana ada 11 SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang berkantor di wilayah tersebut. Salah satu aspek yang diaudit adalah pemeriksaan terhadap peralatan elektronik yang digunakan. Hasilnya, ditemukan banyak peralatan elektronik yang

Sebagian dinding Gedung Sekretariat Daerah yang diganti dengan bahan kaca untuk menghemat penggunaan energi listrik

31Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

tidak lagi efisien pemakaiannya. “AC 1 PK ternyata daya yang terpakai 1,5 PK. Itu karena maintenance yang buruk,” jelas Ari.

Selain itu, bangunan kantor Sekretariat Daerah yang dahulu berupa tembok dengan jendela kecil diubah menggunakan dinding kaca untuk memaksimalkan pencaayaan alami, sehingga konsumsi listrik untuk penggunaan lampu dapat dikurangi. “Sebulan sekali kita ada pertemuan untuk sumbang saran mengenai penghematan gedung. Yang paling utama dalam penghematan adalah mengubah budaya para pegawai untuk berperilaku hemat energi,” terang Supadi, Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah.

Pendataan luas bangunan untuk bagian gedung ber AC dan tanpa AC pun dilakukan untuk mengetahui Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada masing-masing bangunan gedung. Bila ditemukan pemborosan, pemerintah Jawa Timur melalui Dinas ESDM akan mengusulkan dilakukannya audit

Inilah sejumlah peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan sehubungan dengan gerakan

penghematan energi. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 54 Tahun • 2012 tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa TimurPeraturan Gubernur Jawa Timur No. 50 Tahun • 2012 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar MinyakPeraturan Gubernur Jawa Timur No. 58 Tahun • 2012 tentang Penghematan Penggunaan Air TanahSurat Edaran Gubernur Jawa Timur No. • 671/1154/119.2/2011 tanggal 18 November 2011 tentang Pelaksanaan Penghematan Energi dan Air kepada Seluruh Instansi Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Perguruan Tinggi Negeri/BHMN di Wilayah Jawa Timur

Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. • 670/5684/023/2012 tanggal 26 Maret 2012 tentang Pelaksanaan Penghematan Energi dan Air kepada Seluruh Instansi Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Perguruan Tinggi Negeri/BHMN di Wilayah Jawa TimurSurat Edaran Gubernur Jawa Timur No. • 670/10924/023/2012 tanggal 6 Juni 2012 tentang Pelaksanaan Penghematan Energi dan Air kepada Seluruh Instansi Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Perguruan Tinggi Negeri/BHMN di Wilayah Jawa TimurBuku Pedoman Pelaksanaan Penghematan • Energi dan Air pada Bangunan Gedung Instansi Pemerintah tahun 2012, tahun 2013, dan tahun 2014Standard Operasional Prosedur (SOP) Hemat • Energi dan Air

Peraturan dan Kebijakan

Bagian lobby Gedung Sekretariat Daerah pada siang hari tidak membutuhkan cahaya lampu

energi pada bangunan itu. Untuk menunjang kegiatan itu, Dinas ESDM didukung perlengkapan dan peralatan lengkap. “Kami memiliki perlengkapan untuk mengukur luas bangunan, kelembapan dan temperatur, hingga alat untuk mengetahui daya terpakai saat alat

elektronik dipakai,” kata Ir Hasbi Mudjtaba MT, Kepala Bidang Energi dan Ketenagalistrikan, Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur.

Disinggung mengenai praktek penghematan, gedung Dinas ESDM Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Tidar, Surabaya, pun telah melakukan

32 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

anjangsana

langkah-langkah penghematan energi. Sebagian lampu sudah diganti dengan lampu LED yang lebih hemat energi. “Tahun ini kita menganggarkan Rp30-juta untuk lampu LED untuk penghematan energi,” kata Ir. Supoyo MT, Sekretaris Dinas ESDM. Siang hari, di ruang kerja pun hanya dinyalakan beberapa lampu jika sinar matahari cerah. Itu karena beberapa ruangan dilengkapi jendela kaca yang mampu meneruskan sinar matahari. Pompa air untuk kebutuhan toilet yang sebelumnya menggunakan pompa otomatis diubah menjadi pompa dengan tampungan air agar listrik lebih hemat.

AC di ruang tamu pun diganti dengan 2 (dua) buah standing AC yang lebih efektif mendinginkan ruangan dan ditambah kipas angin di sudut depan. Sebelumnya, ruangan seluas 5 m x 10 m itu menggunakan 5 (lima) buah AC kecil. AC di ruangan kantor pun dinyalakan ketika beberapa orang pemakai ruangan sudah datang . “Ketika saya baru datang sendiri, AC belum dinyalakan. Satu jam kemudian ketika rekan-rekan lengkap, AC baru dinyalakan. Itu pun 250C,” kata Paulina Bura, Kasubag Tata Usaha Dinas ESDM Jawa Timur yang bertindak sebagai Ketua Gugus Tugas Penghematan Energi. Setiap pagi, CD-MP3 berisi himbauan hemat energi dan air diperdengarkan kepada seluruh pegawai untuk mengingatkan pentingnya hemat energi. “Pemutaran CD-MP3 juga dilakukan setiap pagi di setiap SKPD dan Pemda Kabupaten/Kota,” kata Ari.

Meski terbilang sukses menyuarakan penghematan energi dan air, upaya kampanye dan tindakan nyata penghematan energi dan air di lingkungan Provinsi Jawa Timur masih terus berjalan. “Kita harus makin intensif melakukan sosialisasi agar semakin banyak orang yang bertindak nyata melakukan penghematan energi,” kata Ir. Dewi

J. Putriatni, MSc, Kepala Dinas ESDM, Jawa Timur. Dewi berharap penilaian lomba hemat energi tingkat nasional dapat melibatkan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), wartawan, dan perguruan tinggi sehingga gaung lomba lebih luas lagi menyebar di masyarakat. Ia pun berpendapat bahwa pembinaan hemat energi dari pemerintah pusat perlu lebih intensif.

“Penghargaan PEEN pun disarankan agar bisa disatukan dengan penghargaan Adipura atau

Kalpataru yang penyerahannya dilakukan di Istana Negara agar pelaku-pelaku penghematan energi semakin terpacu berusaha,” tambah Dewi. Disinggung mengenai kriteria lomba, ia juga mengusulkan bahwa pemenang yang sudah berkali-kali juara tetap dapat mengikuti lomba tetapi kriterianya ditingkatkan agar kinerja para pemenang hemat energi itu lebih baik lagi. Itulah kisah nyata Provinsi Jawa Timur menyuarakan program dan kegiatan hemat energi dan air.***

Pompa otomatis di kantor Dinas ESDM Jawa Timur diganti dengan pompa yang dilengkapi tangki penampung agar hemat energi

33Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

tip

Kini kondisi berubah lebih baik. Beberapa sudut rumah tampak terang di siang hari. Itu berkat

“lampu” yang terbuat dari satu liter air. Cahayanya hampir setara dengan lampu pijar bertenaga 40 Watt. Hebatnya, lampu solar bottle bulb yang memperoleh energi dari sinar matahari itu diklaim penggagasnya mampu bertahan hingga 5 tahun.

Solar bottle bulb yang dipasang di atap rumah bekerja membiaskan sinar matahari di atas atap untuk menerangi ruangan yang berada

Satu Liter Cahaya

Gelaptanpacahaya.Itulahkesanpertamayangdahuluterlihat ketika masuk ke dalam rumah-rumah di sebuah perkampungan sederhana di manila, filipina, pada siang

hari. Padahal kondisi kontras terang benderang terlihat di luar rumah. Ya, saat sinar matahari bersinar terik sekalipun,

rumah-rumah beratap seng itu tetap terlihat gelap di bagian dalam. itu karena para pemilik rumah yang sebagian kaum miskin tidak memiliki akses jaringan listrik. kalaupun akses

tersedia, mereka tidak mampu membayarnya. dalam keadaan mendesak, penerangan sekadarnya diperoleh dari alat

penerangan berbahan baku minyak tanah ataupun lilin.

di bawahnya. Cara pembuatannya sederhana dan mudah. Perangkat sederhana itu dibuat dengan memanfaatkan sebuah botol bekas minuman transparan berkapasitas 1,5—2 liter. Botol diisi penuh dengan air destilasi agar air yang dipakai benar-benar jernih. Air dalam botol itu nantinya mendapat paparan sinar matahari.

Untuk mencegah timbulnya lumut, air destilasi dicampur dengan 10 ml cairan pemutih alias klorin. Ada juga yang menggunakan ammonia. Tutupnya diberi perekat untuk menekan penguapan. Sebagai pelindung, tutup dilapisi dengan penutup kedua dan direkatkan juga.

Sebagai penangkap sinar, botol disematkan pada lembaran seng gelombang selebar 26 cm x 26 cm yang dilubangi di bagian tengah sesuai diameter botol. Botol kemudian dimasukkan ke lubang di tengah lembaran seng. Sepertiga bagian atas botol berada di bagian atas, sedangkan 2/3 bagian botol

berada di bagian bawah lembaran seng. Dengan bantuan perekat, botol tersangkut kuat pada lembaran seng itu. Dengan bahan-bahan yang tersedia secara luas, pembuatan solar bottle bulb memungkinkan untuk diaplikasikan pada masyarakat miskin perkotaan.

Penggagasnya tidak lain Alfredo Moser asal Brasil yang menciptakan teknologi itu pada 2002. Teknologi sederhana itu pertama kali dipopulerkan Illac Diaz di Filipina pada April 2011 melalui Yayasan MyShelter. Gerakan menyebarkan lampu sederhana itu dinamakan Liter of Light. Liter of Light merupakan gerakan open source global yang bertujuan menciptakan sumber cahaya di dalam rumah yang ramah lingkungan dan hemat biaya pada kontruksi rumah beratap tipis seperti seng.

Dalam setahun, sebanyak 200.000 lampu botol telah dipasang di daerah-daerah marginal. Targetnya, sejuta lampu botol terpasang pada 2015. Teknologi itu juga dimodikasi dengan menggunakan lampu LED untuk menerangi rumah pada malam hari. Sumber energinya berasal dari tenaga solar cell. Sayangnya, untuk teknologi dengan menggunakan solar cell masih relatif mahal. Sekitar US$20 per lampu. Namun, dengan botol lampu, setidaknya, siang tidak lagi gelap bagi para penduduk miskin yang jauh dari akses listrik.***

Botol disematkan di langit-langit

Botol siap diletakkan di atap

34 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

The Breeze :Pusat Perbelanjaan

Tropis Tanpa Dindingkonsep taman kota berpadu dengan nuansa alam tropis terbuka dalam sebuah pusatperbelanjaanmenjadicirikhasTheBreeze.IndeksEfisiensiEnergiThe

Breeze mampu ditekan menjadi 72,5 kWh/m2/tahun.

Upaya konservasi energi acapkali bersinggungan dengan urusan kenyamanan.

Namun, konsep The Breeze yang menggabungkan gaya hidup modern yang menyatu dengan alam terbukti dapat mewujudkan keduanya dalam kesinambungan. “The Breeze dibangun dengan memanfaatkan kondisi alam yang ada,” kata Ir Ignesjz Kemalawarta, MBA, selaku Direksi PT Sinarmas Land. Itu sebabnya danau kecil yang ada tetap dipertahankan. Alih-alih berfungsi sebagai obyek pemandangan bagi pengunjung pusat perbelanjaan, perannya sebagai penambah kesejukkan pun berjalan. Adanya aliran udara/angin yang berhembus menuju kawasan melewati danau membantu menurunkan suhu di dalam kawasan.

The Breeze yang berlokasi di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang, dirancang oleh JERDE, perusahaan arsitek asal Amerika yang terkenal dengan desain berkonsep luar ruang. Tim arsitek yang sukses merancang Namba Parks di Osaka, Jepang itu menghadirkan konsep pusat perbelanjaan open air lifestyle pertama di Indonesia. Desain yang dimiliki The Breeze

Bangunan gym yang memiliki jeda ruang di bagian tengah yang berfungsi sebagai celah untuk aliran udara

35Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

diharapkan tetap mendapat kenyamanan berjalan kaki menaiki bangunan 3 lantai tanpa eskalator. Aspek kepedulian lingkungan memang diutamakan dalam rancangan mall “tanpa dinding” itu.

Rancangan AktifPenggunaan vegetasi yang ada di

The Breeze Mall terdiri dari beraneka ragam, mulai dari permukaan air danau (aquatic bed), pinggiran danau (emergent), area tanah

rawa (wet meadow), semak belukar tanah basah (shrub wetland), hutan tanah basah, dan tanah penahan dataran tinggi. Juga terdapat sejumlah pohon besar disekitarnya yang berfungsi sebagai penahan angin, pengarah, dan penghasil oksigen. Selain itu, vegetasi juga berperan sebagai penyaring debu, pengurang panas, dan mengurangi dampak iklim mikro. Penggunaan paving block, concrete, dan batu alam dipilih karena memiliki nilai albedo yang rendah sehingga dapat mengurangi efek heat island. Albedo yakni besaran yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara intensitas sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah dengan yang dipantulkan kembali ke angkasa. Semakin besar nilai albedo semakin tinggi suhu dan temperatur udara.

Terkait dengan upaya konservasi energi, sebagian besar bangunan The Breeze tidak menggunakan penyejuk ruangan (air conditioning). “Persentase area ber-AC hanya 38% sedangkan area non-AC 62%,” jelas Ignesjz. Ruang ber-AC tetap ada untuk mengakomodir keinginan tenant. Namun, setiap tenant pasti memiliki ruang outdoor bagi pengunjungnya. Kapasitas pendinginan per equipment

sangat unik karena terintegrasi dengan danau serta pemandangan alami sungai Cisadane.

Menempati luas area sekitar 135.000 m2, The Breeze yang diresmikan pada Juli 2013 memiliki beberapa bangunan utama. Lima bangunan utamanya yakni waterfront building, pavilion building, batik building, seafood building, dan fitness/gym building yang terpusat dalam satu kawasan. Total area bangunan hanya 31.768 m2.

Bangunan tersebut didesain secara khusus agar dapat memberikan kenyamanan alami, seperti pada batik building. Posisi di lantai 2 gedung itu menggunakan konsep atap terbuka dan untuk melindungi dari terik matahari dan hujan terdapat giant canopy. Posisi kanopi yang cukup tinggi memberikan aliran udara yang cukup sejuk di bawahnya. Selain itu, adanya danau di bagian depan, mampu meredam suhu udara awal 36°C menjadi 32°C.

Komitmen mengusung konsep ramah lingkungan dan hemat energi juga diterapkan pada tinggi bangunan. “Bangunan bervariasi antara 1—3 lantai,” jelas Ignesjz. Dengan tinggi bangunan yang terbatas, maka pengunjung

Ruang drop off bagi pengunjung luas dan nyaman.

Giant canopy, dibuat dengan atap 100% polyester yang aman bagi kesehatan karena tidak mengeluarkan gas volatile organic compound yang berbahaya

36 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Salah satunya diterapkan pada bentuk atap bangunan The Breeze. Bagian puncak bangunan itu memiliki variasi unik yang bertujuan memberikan kenyaman termal bagi pengunjung. Contohnya bentuk atap menyerupai huruf V pada pavilion dan waterfront building. Bentuk V memiliki fungsi alami membuat aliran udara yang masuk ke dalam bangunan tidak tertahan di dalam. Selain itu, atap yang berbentuk huruf V berguna sebagai penangkap air hujan dan mereduksi panas dari radiasi matahari. Bangunan yang berbentuk trapesium memiliki fungsi sebagai ventilasi natural. Dengan demikian aliran angin dapat menembus dinding pada gedung dari

Ignesjz Kemalawarta MBA, Regulation Watch and Sustainable Programme Director Sinarmas Land, The Breeze mengusung open-air lifestyle yang berkelas dan nyaman

Setiap sudut tenant dikelilingi dengan tanaman hijau yang membuat suasana nyaman

bervariasi antara 1 PK hingga 5 PK (Paard Kracht) dengan total beban pendinginan dari seluruh bangunan adalah sebesar 7.303.299 Btu/h atau setara dengan 609 TR (811 PK). Suhu dipertahankan pada 24°C —25°C dengan RH 47—55%.

Karena konsepnya terbuka, sistem pencahayaan lebih banyak mengandalkan sinar matahari sehingga beban sistem pencahayaan area tenant rata-rata hanya 13 W/m2. Siang hari rata-rata area di dekat jendela mendapat pencahayaan alami sekitar 600 lux. Bahkan di area tengah ruangan pencahayaan diperoleh sekitar 380 lux. Itu karena dinding bangunan dominan kaca sehingga mampu meneruskan cahaya. Dengan kondisi tersebut, konsumsi energi listrik keseluruhan rata-rata per tahun adalah 72,5 kWh/m2/tahun.

Agar menghemat penggunaan air bersih, toilet di kawasan The Breeze menggunakan water closet type fixture yang hemat air. Kemampuan dual flush 4,5/3 liter/flush (eco flush) dan urinal 2,5 liter/flush. Air buangan atau limbahnya pun diolah melalui STP (sewage treatment plant). Air hasil olahan limbah itu digunakan kembali untuk keperluan

siram taman yang memiliki kapasitas 400 m3/hari.

Rancangan PasifSebelum membangun The

Breeze, analisis mendalam terkait iklim dan temperatur lingkungan dilakukan dengan menggunakan CFD (Computational Fluid Dynamic). CFD berperan penting dalam rancangan bangunan lestari berkelanjutan. Informasi yang diberikan CFD antara lain dapat digunakan untuk menganalisis dampak sistem aliran udara keluar, memprediksi resiko asap dan api di sekitar gedung, mengukur kualitas lingkungan dalam ruangan, melihat aliran udara dan transfer panas, serta merancang sistem ventilasi alami.

37Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

dua arah karena adanya bukaan di kedua dindingnya.

Rasio dinding transparan dan bukaan terhadap bangunan adalah sebesar 0,74 atau sekitar 74% terhadap total selubung bangunan.

Dengan adanya penghubung antar gedung, pengunjung tetap dapat berjalan nyaman di bawah peneduh. Bahan yang digunakan sebagai peneduh sepanjang koridor pun dipilih yang bebas dari volatile organic compound (voc). VOC diketahui dapat menimbulkan sick building syndrome yang merusak kesehatan tanpa disadari para pengguna bangunan. Untuk bahan giant canopy misalnya, dibuat dari bahan 100% polyester.

Setiap bangunan memiliki teritisan selebar 2 meter dari perimeter bangunan. Dalam cuaca panas ataupun hujan, pengunjung pun tidak perlu ragu berpindah dari satu tenant ke tenant lainnya. The Breeze juga dilengkapi dengan lot parkir yang dapat menampung 592 unit mobil dan 124 unit motor.

Konsep UnikKonsep pusat perbelanjaan di

tanah air umumnya identik dengan gedung bertingkat yang dilengkapi dengan teknologi modern. Tujuannya

untuk memudahkan mobilitas pengunjung seperti lift, escalator, dan travelator. Pengunjung juga terbiasa dimanjakan dengan pendingin ruangan yang berlebihan. Berbeda dengan umumnya, The Breeze menawarkan konsep pusat perbelanjaan yang ramah lingkungan dan mengedepankan konservasi energi tanpa mengesampingkan faktor kenyamanan pengunjung.

Menghadirkan pusat perbelanjaan dengan konsep hemat energi memang membutuhkan usaha

lebih dari sekedar membangun bangunan biasa. Diperlukan konsep tata ruang yang tepat dan cermat untuk memperhitungkan efeknya bagi kenyamanan pengunjung. Toh, Sinarmas Land mampu menjawab tantangan itu dengan menghadirkan The Breeze.

Ignesjz mengakui masalah penghematan energi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Pihak swasta pun harus turut serta dalam melakukan konservasi energi termasuk di antaranya membangun gedung-gedung ramah lingkungan dan hemat energi. Diharapkan ke depannya, bidang konservasi energi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga level terbawah.

“Kita kan dianjurkan untuk saving energy, beberapa komponen hemat energi seperti solar cell itu kalau diaplikasikan dalam bangunan rumah bisa dapat payback periode 30 tahun. Karena harganya masih relatif mahal maka penggunaannya kurang populer di masyarakat. Bila pemerintah mendukung dalam penyediaan komponen-komponen hemat energi dengan harga murah, masyarakat dan industri pasti menyambut baik,” pungkasnya.***

Tangga menuju pemandangan danau yang terbuka luas sebagai salah satu spot bersantai yang sejuk di siang hari

Atap berlekuk membantu aliran udara lebih dinamis

38 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Cheil Jedang Corp (CJ Corp). merupakan perusahaan multinasional berpusat di Korea

Selatan yang telah mengembangkan bisnisnya di lebih dari 69 negara di seluruh dunia melalui Cheil Jedang Group dengan 32 cabang. CJ Corp. mengawali investasinya di Indonesia pada 1989 dengan dibangunnya pabrik pertama CJ di Pasuruan, Jawa Timur, yaitu PT. Cheil Jedang Indonesia (CJI).

PT CJI didirikan di lahan seluas 36 ha di Desa Arjosari, Kecamatan

Konservasi Energi Ala Cheil Jedang

dari delapan kegiatan optimalisasi proses produksi, total penghematan energi yang dilakukan Pt Cheil jedang indonesia (Cji) Pasuruan Plant pada 2013 yakni sebesar

48.607.253 gj/tahun.

Rejoso, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Bisnis utama PT CJI yakni mengembangkan bakteri menguntungkan melalui proses fermentasi untuk memproduksi asam amino dengan bahan dasar raw sugar, tetes tebu, dan tepung tapioka. Pada 1990, produk pertama berupa MSG (monosodium glutamate) dihasilkan dengan produksi sebesar 10.000 ton per tahun.

Pada 1991, produk kedua diluncurkan. Produk tersebut adalah L-Lysine, sejenis asam amino

feed additive untuk campuran pakan ternak. Selanjutnya pada tahun 1998, PT CJI membuka unit produksi baru yaitu L-Threonine yang diikuti pembukaan unit produksi L-Tryptophan pada 2010. Pada tahun 2012, pihak manajemen memutuskan untuk memindahkan unit produksi L-Threonine ke China mengingat tingginya permintaan pasar di regional tersebut.

Pada tahun 2013, PT CJI pun memutuskan untuk memindahkan unit produksi MSG ke Jombang, Jawa

(Ki-ka) Wily Satria, Warih Prabowo, dan Imam Nachrowi, mewujudkan komitmen bersama untuk melakukan konservasi energi

39Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Timur. Saat itu kapasitas produksi MSG PT CJI, sebelum unit produksinya dipindah ke pabrik Jombang, mencapai 42.000 ton per tahun. Pemindahan dilakukan karena PT CJI memutuskan fokus memproduksi suplemen pakan ternak yang ditandai dengan rencana produksi valine dan lysine sulfat yang saat ini masih dalam tahap pengurusan Izin Usaha Terbatas.

Bisnis asam amino yang dijalankan PT CJI berkembang sangat cepat.

proses baik dengan cara mengubah proses maupun menambahkan alat. “Prinsipnya dengan sumber daya yang ada bagaimana caranya meningkatkan produktivitas. Lalu yang kedua, bagaimana pemakaian energi diturunkan,” jelas Warih. Dalam proses produksi, steam yang membutuhkan konsumsi energi tinggi menjadi salah satu fokus utama penghematan. Penurunan konsumsi energi steam dilakukan melalui 4 (empat) kegiatan.

Pertama, kegiatan menurunkan konsumsi unit steam dengan menggunakan MVR (Mechanic Vapor Recompression) evaporator. Efeknya, penggunaan MVR mampu menghemat dari 98 ton steam/hari menjadi 5 ton steam/hari. Dari keempat kegiatan yang bertujuan menurunkan konsumsi steam, pemakaian MVR menyumbang penghematan energi terbesar yaitu 33.328.127 GJ/tahun.

Kedua, untuk proses pengolahan gula hidrolisa, optimalisasi dilakukan dengan menurunkan temperatur sebesar 15oC. Penurunan

PT Cheil Jedang Indonesia meraih juara III Penghargaan Efisiensi Energi Nasional untuk kategori manajemen energi pada industri besar

Dalam tahun mendatang, PT CJI akan terus melakukan upaya penghematan lewat diversifikasi produk dengan memodifikasi mesin yang ada

Sebut saja produksi L-Lysine yang saat ini mencapai 180.000 ton per tahun. Angka itu melonjak sebanyak 7.000 ton per tahun dibandingkan pada 1991. Seiring berkembangnya bisnis, konsumsi energi dalam proses produksi turut menjadi perhatian. “Biaya energi menyumbang 20%—30% dari harga pokok produksi (HPP) sehingga kita pandang perlu melakukan penghematan,” kata Warih Prabowo, Manajer Energi PT CJI. Langkah pertama yang

dilakukan yakni membuat mesin berjalan dengan stabil. Proses cleaning mesin-mesin produksi benar-benar dikontrol sehingga mesin mampu bekerja optimal. “Selanjutnya, optimalisasi dilakukan pada proses poduksi,” tambahnya.

Optimalisasi Proses Inti kegiatan

konservasi energi yang telah dilakukan PT CJI pada 2013 yaitu

dengan optimalisasi

40 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

temperatur mampu menghemat energi sebesar 1.225.843 GJ/tahun. Ketiga, memasang preheater air panas pada proses fermentasi lysine. Pemasangan preheater mampu menaikkan temperatur air untuk proses sterilisasi sehingga mengurangi penggunaan steam sekaligus menurunkan temperatur kondensat air yang dibuang ke lingkungan dari 60oC ke 40oC.

Dari target efisiensi energi sebesar 5.785.977 GJ/tahun, kegiatan itu ternyata mampu melebihi target penghematan hingga 186% atau setara 10.761.917 GJ/tahun. Terakhir, mengurangi konsumsi steam dengan menurunkan temperature dan durasi proses sterilisasi. “Penurunan temperature ini dapat dilakukan tanpa menimbulkan kontaminasi pada produk,” kata Wily Satria, Supervisor Manajemen Energi PT CJI. Kegiatan itu mampu menghemat energi sebesar 2.260.304 GJ/tahun.

Langkah penghematan lainnya yaitu mengganti lampu merkuri 250 Watt dengan lampu LED HiBay 80 Watt. Lampu-lampu itu dipasang di bagian luar pabrik. Pada 2013, jumlah lampu yang diganti baru berjumlah 50% dari target penghematan sehingga penghematan yang dicapai sekitar 51.001 GJ/tahun atau hanya 47% dari target yang ditetapkan. Efisiensi turbo compressor juga ditingkatkan dengan cara mengganti intercooler. Efeknya, temperatur saat kegiatan proses berlangsung turun 10oC. Kegiatan hanya berimbas kecil pada penghematan listrik. Namun, kuantitas produk yang dihasilkan meningkat dari 342 Nm3/menit menjadi 369 Nm3/menit.

Perubahan kemiringan baling-baling dari kemiringan 80 menjadi 120 pada cooling tower pun mampu meningkatkan efisiensi. Peningkatan evaporasi dan penurunan temperatur juga menghemat penggunaan listrik pada unit chiller pada tahapan proses selanjutnya. “Penghematannya sekitar 17 kWh per jam,” jelas Wily Satria. Dalam setahun, penghematan energi yang diperoleh dari kegiatan menaikkan efisiensi cooling tower sebesar 155.897 GJ.

Terkait penghematan air, langkah yang dilakukan PT CJI yakni melakukan daur ulang air bilasan proses sterilisasi. “Dalam sekali proses, air yang dibuang sekitar 12 kiloliter. Itu yang kita gunakan kembali ke tangki preparasi setelah melalui proses daur ulang,” jelas Wily Satria. Dari delapan kegiatan penghematan yang dilakukan PT CJI pada 2013, total penghematan energi yang dicapai yakni sebesar 48.607.253 GJ/tahun.

Komitmen Bersama PT CJI sangat menekankan

komitmen perusahaan dalam konservasi energi. Meski pabrik PT CJI berlokasi di Jawa Timur, seluruh

pabrik dan perusahaan di bawah naungan Cheil Jedang Corp. saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dalam hal penghematan energi dan produktivitas. Itulah wujud komitmen PT CJI yang selalu mengedepankan konservasi energi dalam proses produksinya.

Lebih lanjut lagi, Imam Nachrowi, Departemen Head GA and Administration PT CJI, berpendapat konservasi energi bukan hanya kebutuhan operasional dalam PT CJI, tetapi juga kebijakan manajerial. Dalam hal kelembagaan, PT CJI memiliki manajer energi khusus yang berbeda dengan posisi lainnya. Dari sisi pola kerja, tim di lapangan itu juga ikut mengontrol pemakaian energi. Wujud kegiatan konservasi energi ada yang sifatnya mengontrol untuk pengurangan loss (kehilangan), juga memberikan motivasi yang berhubungan dengan penghematan energi.

Dalam hal upaya penghematan, keterlibatan karyawan mencakup seluruh level manejemen. “Jadi karyawan yang memberikan ide, perusahaan yang berinvestasi. Tidak hanya level manajer tetapi semua level pekerja. Idenya itu dihargai,” kata Warih Prabowo. Sebagai motivasi, PT CJI memberikan reward bagi karyawan yang mengusulkan penghematan dan karyawan yang melakukan penghematan.

Sebagai contoh, penghematan untuk satu kegiatan diusulkan oleh kelompok karyawan atau individu. Usulan penghematan yang telah lulus dalam pengkajian biaya akan dilakukan pada bagian yang bersangkutan. Kegiatan penghematan itu akan dipantau selama setahun untuk melihat nilai penghematan energi yang menjadi keuntungan perusahaan. “Sebanyak 1% dari keuntungan itu akan menjadi hak pemberi usul dan pelaku penghematan,” jelas Warih.

Cara yang diterapkan sejak 2006 itu efektif meningkatkan peran

Produk utama PT Cheil Jedang Indonesia berupa L-lysine

41Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

karyawan dalam memunculkan ide dan kreativitas dalam hal penghematan.

Salah satu kendala aplikasi penghematan energi yakni ketika melakukan pemberhentian suatu proses produksi. Ketika ide untuk penghematan akan diaplikasikan, proses yang sedang berjalan biasanya harus diberhentikan beberapa saat. Walaupun hanya sebagian mesin yang dimatikan sementara, proses perijinannya harus melalui perhitungan matang.

“Itu karena proses mengacu pada hitungan detik. Proses fermentasi memerlukan aktivitas berkelanjutan tanpa henti. Bila dimatikan, perlu diperhitungkan kerugian (loss) yang terjadi dan keuntungan yang nantinya diperoleh. Hal itu kerap menjadi kendala bagian produksi dengan bagian manajemen energi,” jelas Warih. Karena itu, kegiatan terkait penghematan energi aplikasinya terkadang mengalami sedikit penundaan.

Dalam tahun mendatang, PT CJI akan terus melakukan upaya penghematan lewat diversifikasi produk. Caranya dengan membuat produk sampingan untuk meningkatkan nilai tambah. Selain

Kegiatan Konservasi Energi Tahun 2013

Kegiatan Penghematan Target Realisasi Persentase Realisasi

PenghematanSatuan Energi (GJoule)

Energi (GJoule)

Menurunkan unit konsumsi steam dengan menggunakan MVR (mechanic vapor recompression) evaporator

32.270.026 33.238.127 103%

Mengurangi konsumsi steam dengan menurunkan temperatur hidrolisa gula 4.086.142 1.225.843 30%

Mengurangi konsumsi steam dan temperatur buangan ke lingkungan dengan pemasangan preheater

5.785.977 10.761.917 186%

Mengurangi konsumsi steam dengan menurunkan temperatur dan durasi proses sterilisasi

2.825.380 2.260.304 80%

Penggantian lampu mercuri dengan LED 108.513 51.001 47%

Menaikkan efisiensi turbo compressor dengan mengganti intercooler 2.185.224 1.136.317 52%

Menaikkan efisiensi cooling tower dengan setting fan blade 239.842 155.897 65%

Menghemat konsumsi air media dengan menggunakan kembali air bilasan proses sterilisasi

1.106.153 1.106.153 100%

yang lebih hemat energi. Produk yang sebelumnya hanya diproduksi dalam bentuk powder diubah menjadi produk granule. “Produk dalam bentuk granule itu minim limbah. Proses produksinya pun lebih kompleks bentuk powder karena perlu evaporasi,” tutur Imam.

Untuk menunjang upaya konservasi energi, PT CJI berharap kebijakan pemerintah dalam hal konservasi energi turut mendukung. Suplai energi seperti dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) diharapkan tidak terputus tiba-tiba. “Satu detik listrik terhenti, proses untuk menyalakan mesin kembali membutuhkan waktu berjam-jam. Belum kerugian produksi akibat prosesnya terhenti. Untuk itu diharapkan suplai energi stabil dengan harga kompetitif,” ujar Imam.***

itu diversifikasi juga ditunjukan melalui varian produk yang lebih beragam dengan proses produksi

Keperluan pasokan listrik sebagian masih disupply dari PLN

Sumber: PT CJI (2014)

42 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Melebur Energi di Pemurnian Tembaga

Pt smelting mampu menghemat energi 290.624,18 gigajoule (gj) pada 2013. sementara hinggaSeptember2014,penghematantelahmencapai199.322,72GJ.

PT Smelting adalah perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga pertama dan satu-

satunya di Indonesia dengan produk utama katoda tembaga. Awalnya produksi hanya dirancang dengan kapasitas desain 200.000 ton/tahun. Seiring dengan tingginya kebutuhan, produksipun melonjak secara bertahap menjadi 300.000 ton/tahun. Keberhasilan PT Smelting

Smelting menggunakan proses peleburan kontinu dengan teknologi Mitsubishi yang efisien dan ramah lingkungan. “Proses peleburan kontinu yang kami lakukan termasuk teknologi terbaru yang ramah lingkungan. Emisi gas beracun dapat ditekan di udara. Material sisa atau waste yang tidak bisa diuraikan lebih sedikit. Kami menerapkannya sejak pertama kali berdiri. Dibandingkan

mencapai produksi tinggi itu membawa perusahaan yang berdiri sejak 1996 itu menjadi salah satu pemain besar dalam pasar tembaga dunia.

Sebagai produsen pemasok tembaga katoda di pasar dunia, praktek bisnis PT Smelting selalu mengedepankan komitmen untuk melestarikan sumber daya alam. Dalam proses produksinya, PT

Gas buang dialirkan melalui saluran untuk dimanfaatkan menjalankan turbin

43Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

peleburan di Eropa yang memakai teknologi lama, teknologi kami lebih ramah lingkungan,” jelas Prihadi Santoso, Executive Vice President & Director PT Smelting.

Kegiatan manajemen energi meliputi audit energi, inovasi, dan pengawasan. Upaya penting lainnya yaitu pemeliharaan keberlangsungan program-program penghematan energi dan air yang telah dilaksanakan. Kegiatan penghematan energi di PT Smelting terbagi menjadi 5 bidang yaitu pemanfaatan gas buang, optimalisasi proses, konversi bahan bakar, efisiensi energi listrik, dan efisiensi air.

Salah satu langkah penghematan energi yang dilakukan PT Smelting yakni memanfaatkan gas buang. Pada teknologi peleburan itu, bahan mentah yang masuk tanur peleburan mengalami proses berulang hingga hanya menghasilkan limbah yang minim. Setelah masuk tanur satu

proses dilanjutkan ke tanur dua hingga tanur tiga.

Dengan proses itu, energi panas yang dihasilkan terus berlanjut. Berbeda pada teknologi lama yang tidak menghasilkan gas kontinu. “Karena proses produksi dalam PT Smelting banyak melibatkan furnace maka gas panas yang dihasilkan pun berlimpah. Gas itulah

yang dimanfaatkan kembali untuk

menghasilkan steam pada boiler dan digunakan untuk memutar turbin,” jelas Bouman Tiroi Situmorang, Technical Manager PT Smelting.

Gas buang dari tanur

peleburan menghasilkan listrik yang dipergunakan untuk operasional PT Smelting. Aksi hemat itu mampu menghasilkan energi yang termanfaatkan sebesar 279.629,97 GJ pada 2013. Berkat pemanfaatan gas buang, PT Smelting dapat dikatakan hampir mencapai kondisi mandiri energi. Itu karena pemanfaatan gas buang mencapai 99,6% dari total seluruh penghematan energi.

“Kebutuhan listrik perusahaan sekitar 90% di suplai sendiri, sisanya 10 % dipasok PLN untuk backup. Itu pun baru 2011 karena perusahaan ekspansi. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, lahan terbatas. Sudah tidak ada lagi lahan yang bisa dimanfaatkan untuk membangun pembangkit listrik sehingga PLN digunakan sebagai cadangan bila suatu ketika turbin ada yang mati,” ungkap Bouman.

Sementara gas panas yang diperoleh dari heat exchanger pabrik asam sulfat dipakai untuk mengeringkan bahan baku konsentrat tembaga dan reused material dari c-furnace kemudian berlanjut untuk proses pengeringan di bagian pabrik peleburan. Selain itu, gas panas dari heat exchanger juga dipakai untuk menghasilkan low pressure steam.

Prihadi Santoso, Executive Vice President & Director PT Smelting, PT Smelting menggunakan teknologi ramah lingkungan

Turbin yang dijalankan untuk menggerakkan generator pembangkit tenaga listrik

44 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Optimalisasi Proses Langkah efisiensi lainnya yakni

melakukan optimalisasi proses seperti mereduksi konsumsi gas alam pada launder. Launder—saluran panjang untuk menghubungkan furnance dan furnance—yang dipakai dalam proses produksi katoda tembaga setiap jarak sekitar 1,5 m dilengkapi lubang untuk burner berbahan gas alam. Tujuannya untuk memanaskan agar material logam cair tidak tersendat membeku dalam saluran.

Untuk penghematan, pengoperasian burner kini diselang-seling. Jadi jaraknya kini sekitar 3 m. “Untuk melihat efektivitasnya tetapi tidak langsung selang-seling tetapi dimatikan bertahap satu per satu dengan tetap melakukan monitoring,” kata Bouman. Sekarang baru 3 (tiga) burner yang sukses dimatikan tetapi terlihat tidak mengganggu proses produksi. Itu pun cukup menyumbang penghematan energi. Bahan bakar yang diperlukan untuk satu burner sekitar 200 m3 natural gas per bulan. Artinya, ada 600 m3 yang dapat dihemat.

Penghematan energi juga dilakukan lewat konversi bahan bakar dari HSD atau solar menjadi gas alam di tanur peleburan. Harga solar diketahui terus mengalami peningkatan sehingga PT Smelting memutuskan mencari energi alternatif untuk bahan bakar. Penggantian gas alam untuk bahan baku burner tanur peleburan memerlukan modifikasi mesin.

Konversi bahan bakar menggunakan gas alam pada burner mampu menghemat rata-rata 270 GJ per tahun atau setara 6,985 liter HSD per tahun. Selain penghematan bahan bakar, konversi energi itu pun mampu mengurangi emisi CO2 karena gas alam memiliki pembakaran lebih sempurna dibandingkan solar. Dengan begitu, otomatis emisi karbon dioksida yang dihasilkan lebih sedikit.

Efluen limbah sanitari di PT Smelting rata-rata mencapai 10 m3/jam atau sekitar 240 m3/hari. Itu setara dengan 48 mobil tangki air berkapasitas 5.000 liter dalam sehari. Efluen limbah ini kemudian diproses dalam fasilitas pengolahan air limbah sehingga menghasilkan kualitas air yang hampir sama dengan air proses. Air limbah sanitari yang telah diolah kemudian dimanfaatkan sebagai air proses pada sistem granulasi terak tembaga di pabrik peleburan. Dengan adanya pemanfaatan efluen limbah sanitari ini, kebutuhan konsumsi air proses mampu diturunkan hingga 12%.

Efisiensi ListrikUntuk efisiensi listrik, PT

Smelting melakukan penggantian lampu merkuri dengan lampu LED secara bertahap. Penggantian lampu merkuri dengan lampu LED akan dilaksanakan selama empat tahun. Pada tahun 2014, penggantian lampu LED dilakukan di area perkantoran dan pabrik pemurnian. Sedangkan pada 2015 direncanakan

mulai merambah laboratorium, dan sebagian pabrik peleburan tembaga. Hasil penghematan energi dari pemasangan lampu LED pada tahun 2014 menunjukkan adanya penghematan sebesar 68,572 kWh terhitung sejak Januari 2014 hingga September 2014.

Sejak awal tahun 2014, PT Smelting juga melaksanakan program penggantian refrigeran pendingin ruangan R-22 dengan R417D. Upaya itu guna mengurangi konsumsi energi dan emisi gas perusak ozon. Kegiatan ini ditargetkan dapat menurunkan 50,000 kWh konsumsi listrik dan bahan perusak ozon

sebesar 80 kg pada tahun 2014. Hasilnya, pada September 2014, penghematan dicapai sebesar 41.288 kWh.

Seluruh langkah penghematan energi yang dilakukan memiliki kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dioksida. Berturut-turut pada periode 2011—2014, total pengurangan emosi karbon dioksida mencapai 56.562,44 ton, 53.729,38 ton, 58.340,22 ton. Dan terakhir untuk periode Januari—September 2014 pengurangan emisi mencapai 39.696,88 ton.

Penggantian refrigerant ACR-22 dengan R417D dilakukan guna mengurangi konsumsi energi dan emisi gas perusak ozon

Ruang refinery menggunakan lampu-lampu LED yang hemat energi

45Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

“Perusahaan smelter khususnya tembaga harus beroperasi dengan cost efficiency tinggi sebab marjinnya pre determined atau sudah ditentukan sejak kontrak sehingga ruang gerak untuk memperoleh laba sangat terbatas. Dibandingkan perusahaan tambang, perusahaan peleburan dan pemurnian memiliki margin jauh lebih rendah. Setidaknya 93% margin sudah diambil pertambangan. Itu karena tingkat resiko di pertambangan jauh lebih tinggi. Di bagian peleburan sendiri sekitar 4%—5%, refining atau pemurnian sedikit lebih kecil

Ruang kantor menggunakan lampu LED untuk menggantikan lampu merkuri

Sumber : PT Smelting (2014)

Program Efisiensi Energi Periode 2011—2014

No Kegiatan Efisiensi EnergiTahun Satuan

2011 2012 2013 2014

1 Pemanfaatan Gas Buang

Pemanfaatan panas gas buang tanur peleburan untuk menghasilkan listrik 280.469,48 266.644,04 279.629,97 186.576,17 Giga Joule = GJ

Pemanfaatan gas panas untuk mengeringkan bahan baku konsentrat tembaga 128,70 142,03 146,76 89,54 GJ

Melanjutkan pemanfaatan panas gas buang untuk proses pengeringan 48,55 48,55 48,51 36,38 GJ

Pemanfaatan gas panas untuk menghasilkan low pressure steam - - 9.889,06 11.350,00 GJ

2 Optimalisasi proses Peningkatan efisiensi pemakaian batubara untuk proses peleburan 525,15 678,02 585,22 517,65 GJ

Reduksi konsumsi gas alam pada launder - - - 3,38 GJ

Reduksi konsumsi gas alam pada anode furnace - - 39,35 166,52 GJ

3 Konversi bahan bakar

Konversi bahan bakar burner dari HSD menjadi gas alam di tanur peleburan 228,02 232,00 232,04 174,03 GJ

Konversi bahan bakar burner di roof burner 33,50 31,76 53,26 16,65 GJ

4 Efisiensi energi listrik Penggantian lampu merkuri dengan LED - - - 246,80 GJ

Penggantian AC refrigeran R-22 dengan R-417D - - - 145,60 GJ

5 Efisiensi air Pemanfaatan limbah sanitari untuk air proses - - - 4.047,00 m3

Total penghematan energi 281.433,40 267.776,40 290.624,18 199.322,72 GJ

Total penghematan air 4.047,00 m3

lagi,” jelas Prihadi. Jelas untuk bertahan di industri peleburan dan pemurnian, efisiensi operasional perusahaan harus tinggi.

Untuk upaya itu, pihak manajemen puncak sangat mendukung para karyawan untuk melakukan inovasi dalam berbagai bidang. “Karyawan diberikan kesempatan untuk memberi masukan dalam lingkup pekerjaan mereka baik dalam hal energi, bahan baku, ataupun metode kerja sehingga tercipta efisiensi yang berkesinambungan,” kata Prihadi. ***

46 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

Perkembangan pasar industri minuman dalam kemasan kian marak dari tahun ke tahun.

Data International Tea Committee menyebutkan Indonesia menempati posisi ke-46 di jajaran konsumen teh dunia. Wajar bila beragam merek baru bermunculan setiap tahunnya. Sebagai pasar potensial minuman non-alkohol, Indonesia menjadi ladang subur bagi para investor asing untuk melakukan joint venture dengan perusahaan lokal ternama dalam meluncurkan produk teh dalam kemasan. PT Sinar Sosro sebagai pelopor produsen teh dalam kemasan kini bukan lagi pemain tunggal dalam produk teh.

Salah satu strategi bertahan di tengah persaingan ketat, PT Sinar Sosro senantiasa menjaga kualitas dan keamanan produk untuk menjaga loyalitas konsumen. Untuk menjamin dihasilkannya produk yang berkualitas dan aman, dilakukan proses produksi sesuai standar Cara Produksi Minuman yang Baik (CPMB). Komitmen yang tinggi terhadap

Apresiasi Hemat

Berkat Energi Alternatif

Totalkonsumsienergibatubaracair,solar,danlistrikdalam proses produksi di Pt sinar sosro, yang berlokasi di Pandeglang,Banten,mampuditekandari264.591kcal/tonprodukpada2012menjadi209.218kcal/tonprodukpada

2014 melalui serangkaian penghematan. Wajar bila apresiasi Penghargaan efisiensi energi nasional kategori manajemen EnergipadaIndustriKecildanMenengahberhasildiraih.

Akrom (QC Manager) Yayan Supriyanto (Vice General Manager), dan Ibrahim Budi (Production Manager PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang), berkomitmen untuk melakukan penghematan energi di berbagai lini (dari ki-ka).

47Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

standar kualitas produk dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat SMM ISO 9001-2008, SNI 3143:2011, SM HACCP dan Sistem Jaminan Halal LPPOM-MUI. Produk pun dihasilkan dengan kepedulian akan nilai-nilai ramah lingkungan. Untuk itu, PT. Sinar Sosro Pabrik Pandeglang selalu mendukung segala upaya untuk melakukan penghematan dan optimalisasi penggunaan energi serta penggunaan energi alternatif lainnya.

Disadari bahwa pemakaian energi akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya perusahaan. Upaya yang terus dilakukan adalah mengefisiensikan pemakaian energi

per ton produk yang dihasilkan. “Penghematan yang paling terasa itu sejak dilakukan perubahan pemakaian bahan bakar dengan batu bara cair,” kata Yayan Supriyanto, Vice General Manager PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang. Sebagai wujud komitmen manajemen puncak terhadap upaya penghematan energi, proses produksi di PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang kini melibatkan penggunaan coal water mixture (CWM) sebagai pengganti bahan bakar minyak solar yang digunakan untuk operasional boiler. Upaya itu sekaligus wujud dari implementasi Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batu Bara yang Dicairkan sebagai Bahan Bakar Lain.

CWM dikenal juga dengan nama coal water slurry yang merupakan batu bara dalam bentuk cair. Karena wujudnya cair dan bersifat stabil, CWM mudah dalam hal pengangkutan dan pendistribusian. Likuiditas dan stabilitasnya pun baik serta tidak mudah terbakar. Jadi resiko terjadi ledakan lebih minim. Sebagai bahan bakar untuk boiler, CWM memiliki keunggulan dibandingkan bahan bakar minyak. Di antaranya mampu menghasilkan pembakaran lebih baik.

Viskositasnya di bawah bahan bakar minyak, efisiensi pembakarannya dapat mencapai 96%—99%, suhu pembakaran CWM pun berada pada 1.2000C —1.3000C. Bandingkan pada batu bara atau minyak yang suhunya lebih rendah 1500C.

CWM memiliki sifat rendah kadar belerang dioksida, nitrogen dioksida, dan kadar abu. Tingkat kebisingan dan debu yang dihasilkan juga rendah. Itu sebabnya CWM dikatakan ramah lingkungan. Soal harga, jenis cair ini juga lebih murah ketimbang dengan harga batu bara. “Penghematan energi dengan mengganti pemakaian solar menjadi CWM tentu menyumbang kontribusi besar dalam penghematan biaya produksi. Selain sisi biaya, penghematan juga berarti menekan limbah sehingga lebih ramah lingkungan,” jelas Yayan.

Optimalisasi PeralatanSelain CWM, energi yang dipakai

pada proses produksi adalah solar dan listrik. Solar masih digunakan pada beberapa aktivitas produksi, seperti untuk bahan bakar forklift. Namun, efektivitas penggunaan peralatan itu selalu dikaji untuk mencapai efisiensi. Misalnya, penggunaan

Produk PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang lebih banyak dalam kemasan botol kaca

PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang, efisiensi energi diterapkan dengan tetap mengedepankan kualitas produk di tengah persaingan usaha yang ketat

48 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

forklift untuk pengangkutan produk yang mulanya berjumlah 7 unit setiap harinya mulai dikurangi hanya menjadi 4 unit. Bahan bakar solar yang dihemat secara tidak langsung mengurangi polusi karbondioksida yang dihasilkan.

Optimalisasi peralatan juga dilakukan pada mesin produksi seperti mesin cooling (pendingin) botol dengan memasang inverter. Inverter yang dipasang pada panel kontrol berfungsi sebagai konverter listrik yang mengubah arus DC (direct current) menjadi AC (alternating current). Penambahan inverter sangat bermanfaat lantaran peralatan elektronik menjadi lebih hemat dan tak mudah panas.

Upaya penghematan lain yang dilakukan adalah modifikasi jalur konveyor, dari 7 jalur menjadi 1 jalur. Konveyor yang membawa barisan botol yang telah terisi teh itu bermuara pada titik yang sama. Banyaknya cabang yang bermuara pada satu titik ternyata membutuhkan energi listrik jauh lebih rendah. Penggunaan satu konveyor nyatanya masih tetap mampu mengejar angka produksi yang diinginkan. Dalam setahun, penggunaan satu konveyor dapat menyumbang penghematan hingga Rp6.564.960.

Untuk pencahayaan ruang produksi dan ruang gudang, PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang melakukan penggantian lampu TL menjadi lampu hemat energi LED. Ruang gudang yang memiliki luas 36 m x 36 m sebelumnya didukung pencahayaan yang bersumber dari lampu yang diletakkan di bagian langit-langit. Satu ruangan dengan tinggi sekitar 9—10 m itu membutuhkan 12 lampu TL. Kini sebagai penggantinya, hanya satu buah lampu sorot LED berkekuatan 120 Watt. Ruang produksi yang menjadi tempat pemrosesan botol pun hanya menggunakan 4 lampu

sorot LED berkekuatan sama untuk kebutuhan pencahayaan di malam hari. Sebelumnya, lampu TL yang digunakan sebanyak 16 buah lampu.

Pada siang hari, ruangan-ruangan itu tidak lagi menggunakan cahaya lampu untuk penerangan. Sinar matahari yang masuk cukup terang dengan adanya penggantian solar tuff pada beberapa titik di bagian atap. Itu artinya, energi listrik untuk pemakaian lampu dapat dihemat. Penghentian pemakaian pompa agitator pada proses pengolahan limbah juga mampu menghemat biaya hingga Rp10.476.000 per tahun. Pompa agitator digantikan perannya oleh pompa transfer yang tetap memiliki daya dorong.

Pemanfaatan Gas LimbahPemanfaatan limbah bagi PT

Sinar Sosro Pabrik Pandeglang juga merupakan wujud upaya penghematan. Gas metan yang selama ini dibuang dengan cara dibakar ternyata dapat menjadi sumber energi untuk beberapa aktivitas pendukung. “Limbah itu sebelumnya hanya dibuang dengan cara dibakar,” kata Akrom, Quality Control Manager PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang. Dari produksi gas

Gudang menggunakan atap solar tuff

Boiler berbahan bakar solar kini diganti dengan boiler menggunakan batubara cair

49Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

metan hasil proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) pabrik, dihasilkan energi panas sebagai alternatif. Energi pengganti itu lalu digunakan pada proses pembuatan aquadest di laboratorium dan proses analisa COD (Chemical Oxygen Demand).

Untuk mengakomodasi hal itu, perusahaan berinvestasi dengan membuat heater aquadest dan heater COD yang kompatibel dengan penggunaan gas metan sebagai bahan bakarnya. Pembuatan heater COD hanya membutuhkan dana Rp1.383.500 sedangkan untuk heater aquadest Rp798.500. Penambahan alat modifikasi itu mampu menambah penghematan sebesar Rp7.711.038 per tahun. Sisa gas metan yang dihasilkan juga digunakan untuk menyuplai kebutuhan gas dalam aktivitas memasak di dapur sehari-hari yang sebelumnya menggunakan gas tabung LPG. Caranya dengan membuat saluran gas menuju dapur dan membuat kompor modifikasi yang sesuai dengan bahan bakar gas metan.

Dengan serangkaian penghematan itu, PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang mampu menekan konsumsi energi dari 264.591 kcal/ton produk pada 2012 menjadi 209.218 kcal/ton produk pada 2014. Dibanding tahun 2012, efisiensi energi per ton produk untuk tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 20,42% atau setara dengan 54.033 kcal/ton. Sedangkan tahun 2014 efisiensi energi per ton produk mengalami kenaikan sebesar 0,64% atau setara dengan 1.340 kcal/ton dibanding tahun 2013.

Dengan pencapaian itu, perusahaan peraih Penghargaan Efisiensi Energi Nasional 2014 untuk kategori Manajemen Energi pada Industri Kecil dan Menengah itu menargetkan efisiensi pemakaian energi per ton produk sebesar 13,5 % pada tahun 2015. Untuk mencapai target, strategi utama yang dilakukan adalah memproduksi minuman teh dalam kemasan botol

Nilai Investasi Periode Tahun 2012—2014

Investasi Program Efisiensi Energi

Penghematan (Rp/tahun)

Nilai Investasi (Rp)

Pelaksanaan Payback periode

1. Pembuatan heater COD

1.201.720 1.383.500 Selesai 2013 13 bulan

2. Pembuatan heater Aquadest

6.509.318 798.500 Selesai 2013 1,5

bulan

3. Pembuatan kompor gas metan untuk kantin

3.840.000 505.500 Selesai 2013 2 bulan

4. Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

1.780.000 1.248.000 Selesai 2014 11 bulan

5. Pembuatan Pompa Air Tanpa Aliran Listrik (PATAL)

291.000 612.000 Selesai 2014 24 bulan

6. Pemanfaatan dorongan pompa transfer untuk menggantikan pompa agitator

10.476.000 0 Selesai 2013 0 bulan

7. Modifikasi jalur konveyor dari 7 menjadi 1 jalur

6.564.960 220.000 Selesai 2013 0,5

bulan

8. Penggantian pompa filter press

4.656.000 9.000.000 Selesai 2013 24 bulan

9. Penggantian atap dengan solar tuff

8.799.840 10.800.000 Selesai 2014 15 bulan

Sumber : PT Sinar Sosro, (2014)

Jenis Energi dan Pemakaian Per Tahun

Jenis Energi SatuanTotal Pemakaian per Tahun

2012 2013 2014Carbon Water Mix (batubara cair)

kcal 7.364.593.800 5.574.953.400 3.022.208.400

Solar kcal 178.812.990 77.706.162 18.126.000

Listrik kcal 732.989.430 626.943.633 313.399.839Total Energi kcal 8.276.396.220 6.279.603.195 3.353.734.239

Total Produksi ton 31.280 29.824 16.030

Pemakaian Energi per ton produk

kcal per ton

264.591 210.558 209.218

Sumber : PT Sinar Sosro, (2014)

50 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

prestasi

plastik polietilen toluene (PET). “Proses produksi minuman dalam

kemasan botol kaca melibatkan banyak energi panas dalam tahapannya,” ujar Ibrahim Budi, Manajer Produksi yang sekaligus bertugas sebagai Manajer Energi PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang. Ya, proses dimulai dari pencucian botol, pencairan gula, pemasakan teh, sterilisasi botol, perendaman dalam larutan kaustik, hingga proses pembilasan dengan air panas bertekanan tinggi. Semua proses

ada upaya penghematan cukup signifikan. Yang pasti, tidak ada proses pencucian botol yang memakan energi cukup tinggi untuk memanaskan air. Botol plastik hanya membutuhkan proses pembilasan, bukan pencucian seperti botol kaca. Selain itu, air hasil pendinginan produk PET yang bersuhu 550C dapat dimanfaatkan dalam proses produksi lainnya. Caranya, dengan memanaskan kembali air hasil proses pendinginan produk PET hingga bersuhu 1000C untuk keperluan di mesin pencucian botol kaca. “Jadi tidak butuh waktu lama memanaskan air ke suhu 1000C,” jelas Yayan.

Sebagai industri yang ramah lingkungan, PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang telah melaksanakan beberapa usaha pengelolaan dampak lingkungan. Hal itu dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan semua departemen untuk selalu mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Para karyawan di bagian kantor dan operasional pabrik juga diajak untuk melakukan penghematan mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas, air, dan lampu ruangan. Setiap 6 bulan, pertemuan rutin dilakukan tim manajemen untuk menampung masukan dari para karyawan. Dari pertemuan itu, ide penghematan yang sebelumnya tidak terpikirkan banyak bermunculan. Salah satu yang paling sederhana yakni penggunaan kertas form untuk cuti. “Jika biasanya form cuti memakai satu lembar kertas untuk sekali perijinan, kini satu lembar dipergunakan untuk setahun,” ujar Tubagus Endar Musniandar, Bagian Personalia PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang.

Itulah serangkaian resep hemat yang ditekankan PT Sinar Sosro Pabrik Pandeglang. Efisiensi tidak hanya mampu menekan biaya semata melainkan menjadi salah satu upaya terus bertahan di industri yang semakin kompetitif.***

Konveyor yang kini beroperasi hanya satu buah

itu membutuhkan air dengan suhu mencapai 850C —1000C.

Pada proses pembuatan produk kemasan botol plastik, proses penggunaan panas dapat diminimalisir sehingga penggunaan energi diharapkan dapat ditekan. Selama ini, perusahaan yang telah beroperasi selama 18 tahun itu hanya memproduksi minuman Teh Botol, Es-Tee, dan Fruit Tea kemasan botol kaca.

Bila proses produksi produk teh dalam botol plastik berjalan,

51Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

jejak

Contact Person: Primaldi Anugrah Utama 085659284235

Workshop Konsultasi & Pengarahan Asean Energy Award

Bertempat di Aula Direktorat Jenderal EBTKE Lantai 1 telah diselenggarakan “Workshop Konsultasi dan Pengarahan ASEAN Energy Award (AEA)". Kegiatan tersebut merupakan

ajang konsultasi dan pengarahan bagi para calon peserta AEA 2015. Workshop tersebut diikuti oleh 15 perusahaan yang telah berhasil memenangkan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2014.

Sesi pada kegiatan itu terbagi atas kategori Best Practices for Energy Efficient in Building Competition dengan sub kategori Tropical Building; Retrofitted Building; New and Existing Building; Green Building; Special submission for building dan kategori Best Practices for Energy Management in Building and Industry Competition dengan sub kategori Management Energy for Small and Medium Building; Management Energy for Large Building; Management Energy for Small and Medium Industry; Management Energy for Large Industry; Management Energy Special Submission for Industry; Management Energy Special Submission for Building. Workshop menghadirkan sejumlah narasumber yakni John Budi Hardjanto Listijono, M.Eng Sc dari Green Building Council Indonesia (GBCI); Kunaefi,ST, MSEE dari DJETBKE; Andriah Feby Misna, ST,MT.,M.Sc dari DJEBTKE ; Ir. Titovianto Widyantoro, M.Si; Ir. Parlindungan Marpaung; dan Ir. Gunawan Wibisono dari Himpunan Ahli Konservasi Energi (HAKE).

Jadwal Pelaksanaan Capacity Building Manajer Energi Dan Auditor Energi

No. Kegiatan Tempat Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan 1 Capacity Building Manajer Energi untuk Sentul, Bogor 28 April - 29 April (Training) National Expert (NE) 30 April - 1 Mei (Ujian) 2 Capacity Building Auditor Energi di Industri Sentul, Bogor 8 - 9 Juni (Training) 10 - 11 Juni (Ujian) 3 Capacity Building Manajer Energi di Industri Sentul, Bogor 4 - 5 Agustus (Training) 6 - 7 Agustus (Ujian) 4 Training Assesor Manajer Energi Sentul, Bogor 25 - 28 Mei 5 Training Assesor Auditor Energi Sentul, Bogor 31 Agustus - 3 September

Training Investment Grade Audit Untuk ESCO

Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan dukungan Environmental Support Programme (ESP3)- Danida telah menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan

Audit Energi Peringkat Investasi atau Invetsment Grade Audit (IGA). Training diadakan di dua wilayah yaitu di Jakarta pada 10-12 Februari 2015 dan Surabaya pada 15-17 Februari 2015.

Sebanyak 16 perusahaan Jasa Konservasi Energi atau Energy Service Company (ESCO) yang diwakili oleh para manajer teknis dan keuangan ikut serta dalam program pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini. Pemateri dalam pelatihan tersebut adalah praktisi dengan pengalaman internasional yang luas dari perusahaan ESCO, EPS Capital Corp.

Fokus dari pelatihan tersebut adalah langkah-langkah efisiensi energi di industri tekstil, baja, dan bahan kimia. Dalam pelatihan, para peserta mendapatkan pengetahuan dalam membuat struktur IGA untuk memfasilitasi kerja sama komersial di antara penyelenggara proyek, perusahaan jasa efisiensi energi dan institusi keuangan. Direktorat Jenderal EBTKE berharap bahwa pelatihan ini dapat membantu perusahaan ESCO yang berpartisipasi untuk melakukan IGA dengan lebih baik.

52 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

teknologi

Teknologi Pintar Atur Listrik

Inilahcarapintarmengaturpenggunaanlistrik.Dengansmart grid, konsumen bakal bisa mengukur kebutuhan listrik yang diinginkannya. atau malah mengurangi pasokan listrik

ke rumah pada jam-jam tertentu. teknologi masa depan ini memungkinkan konsumen memiliki kendali penuh atas

pemakaian energi listrik.

Pada bulan Februari 2015, berita nasional dikejutkan kabar Pulau Dewata Bali tengah mengalami

krisis listrik. PLN Distribusi Bali, seperti yang diberitakan dalam Republika dan BeritaBali pada 25 Februari 2015, menghentikan permohonan pasang baru dan

penambahan daya. General Manager PLN Bali, Syamsul Huda mengatakan pemicunya lantaran cadangan daya yang dimiliki PLN sangat kritis. Ia mengungkapkan pulau yang menjadi tujuan wisata domestik dan mancanegara itu hanya memiliki kemampuan daya 850 MW saja.

Terbagi atas, 340 MW dari jaringan kabel bawah laut Jawa-Bali dan selebihnya dari beberapa pembangkit seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran.

Komponen-komponen untuk perakitan pembangkit tenaga surya masih impor dari luar negeri dan harganya relatif mahal

Salah satu komponen untuk pembangkit listrik tenaga angin

Smart Grid

Foto

-foto

: Dok

. Rin

na Ir

awat

i

53Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

teknologi

Menurutnya, cadangan listrik Bali hanya 69,1 MW. Dengan catatan dalam kondisi normal dan beban puncak hanya 780,9 MW. Itu belum termasuk bila terjadi kerusakan. Ketika ada kerusakan, pemadaman bergilir tidak dapat ditawar lagi. Seperti saat PLTGU Gilimanuk dengan daya 130 MW memasuki waktu pemeliharaan rutin. Bali defisit listrik 40—70 MW per hari. Untuk menjaga kenyamanan para pengguna listrik, Syamsul Huda pun terpaksa menghentikan pelayanan permohonan sambung baru.

Kondisi pemadaman bukan hanya berisiko terjadi di Bali. Sebagian besar wilayah di Indonesia berada dalam status siaga dimana cadangan operasi yang dimiliki lebih kecil dibandingkan unit pembangkit terbesar. Data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pada Februari 2013 menyebutkan beberapa wilayah sudah berada dalam kondisi harus dilakukan pemadaman bergilir seperti di wilayah Sumatera bagian Selatan dan Tengah, Tanjung Pinang, Mahakam, Bontang, Kendari, dan Kupang.

Lebih lanjut data tersebut menyebutkan sampai dengan akhir tahun 2013 kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik di Indonesia mencapai 50.989,51 MW yang terdiri dari pembangkit PLN sebesar 35.946,63 MW dan Non PLN sebesar 15.042,87 MW dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 45.253,47 MW. Itu artinya kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik naik sebesar 5.736,04 MW atau 11%. Rencana pemerintah seperti yang dilontarkan Presiden untuk membangun pembangkit listrik 35.000 MW dalam waktu 5 tahun mendatang tentu tidak bisa menjadi sandaran untuk berdiam diri. Meskipun kapasitas ditingkatkan, kebutuhan listrik setiap tahunnya pun meningkat mengingat industri terus bertumbuh. Untuk itu, langkah-langkah penghematan harus segera dilakukan.

Jaringan Pintar“Indonesia sangat potensial

untuk mengembangkan energi terbarukan, karena dekat dengan garis katulistiwa dimana sumber daya sinar matahari melimpah.

Secara geografis, Indonesia yang terdri dari kepulauan juga memiliki potensi angin yang bagus. Belum lagi potensi biogas di daerah-daerah yang belum termanfaatkan,” ujar Rina Irawati, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3T KEBTKE) .

Selama ini penyediaan tenaga listrik oleh PLN masih didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Padahal masih ada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Bayu) yang masih bisa dikembangkan di daerah-daerah potensial.

Untuk mendukung keberadaan pembangkit listrik itu, teknologi smart grid hadir sebagai jembatan penghubung antara jaringan listrik konvensional dan jaringan listrik energi terbarukan. Smart grid merupakan suatu konsep tata kelola energi listrik yang mampu mengakomodir peran pembangkit listrik kecil berbahan bakar energi

Rina Irawati ST MT, peneliti smartgrid dari P3T KEBTKE

Sistem smart grid yang dibuat dalam skala penelitian di Mochtar Riady Plaza Quantum, Universitas Indonesia, Depok

54 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

teknologi

terbarukan secara optimal. Dengan penggunaan smart grid, transfer energi listrik yang dihasilkan pembangkit listrik energi terbarukan tidak hanya satu arah.

Bila pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan mengalami kelebihan pasokan dari yang dibutuhkan konsumennya, ia dapat mengirimkan kelebihan pasokan itu kepada jaringan listrik konvensional. Sebaliknya, saat pembangkit energi terbarukan kekurangan daya maka jaringan konvensional yang memasok kekurangannya. “Energi terbarukan pasti bersifat intermittent naik turun, saat turun maka bisa diatur masuk grid dari PLN, atau kalau dari PLN tidak masuk, jaringan pintar bisa mengambil dari baterai,” jelas Rina.

Smart grid juga mampu bereaksi cepat dengan kondisi penurunan

daya. “Misalnya, pembangkit energi terbarukan memiliki kapasitas 50 kW. Dalam kondisi lingkungan tidak mendukung, turun menjadi 30 kW. Sistem terprogram dengan cepat terhubung dengan grid PLN sehingga tidak sempat ada jeda terputus,” tambahnya.

Mengatur PemakaianSmart grid memiliki 4

(empat) komponen utama yakni pembangkit, kontrol, komunikasi, dan aplikasi. Pembangkit diperlukan sebagai sumber pemasok energi, sedangkan kontrol smart grid melibatkan teknologi sensor dan pengukuran yang informatif. Untuk mengaplikasikan smart grid, jaringan komputer dan komunikasi data memainkan peranan penting dalam sistem. Termasuk di antaranya data real time yang menjadi sumber informasi berharga pada

kontrol otomatik untuk menjaga kestabilan sistem. Smart grid juga membutuhkan aplikasi dan piranti real time yang membuat operator dapat membuat keputusan dengan cepat.

Dengan sistem yang dirancang sedemikian rupa, maka jaringan terintegrasi penuh dengan pengguna. Dalam prakteknya, keempat komponen itu bersinergi sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara pembangkit atau perusahaan utilitas dan konsumen. Bandingkan dengan jaringan listrik konvensional sebelumnya yang hanya dapat berkomunikasi satu arah.

Dengan kelebihan itu, smart grid juga dapat diaplikasikan pada konsumen rumah tangga. Teknologi smart grid memungkinkan konsumen memiliki kendali atas pemakaian energi listrik di

Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM

55Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

teknologi

rumah mereka. Teknologi sensor dan kendali otomatis pada smart grid memungkinkan pengaturan pengaktifan peralatan listrik konsumen seperti televisi, mesin cuci, alat penyejuk ruangan secara otomatis. Pengaturan dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan jumlah energi listrik yang ada. Misalnya, ketika pembangkit memperoleh energi listrik yang cukup besar di siang hari, maka peralatan elektronik yang membutuhkan daya besar dapat digunakan.

“Manfaatnya terutama karena bisa melakukan keseimbangan antara permintaan dan pasokan. Jadi berapa kebutuhan yang diinginkan konsumen, itu yang dibangkitkan oleh pembangkit. Keuntungan pelanggan, pelanggan bisa memperoleh jumlah yang diinginkan, pembangkit juga tidak memerlukan energi besar untuk mengirimkan, “ papar Rina. Pengaturan bisa juga dilakukan bila konsumen ingin mengatur pemakaian energi termasuk saat beban puncak terjadi.

Dengan demikian konsumen rumah tangga yang terhubung dengan smart grid dapat memilih menggunakan energi listrik dalam jumlah tinggi saat harganya murah atau sebaliknya menghentikan pemakaian listrik berlebih ketika harga mahal atau saat beban puncak. Kestabilan sistem smart grid mampu diandalkan. Bahkan dengan penggunaan smart grid, kerusakan bakal cepat terdeteksi dan diantisipasi.

Belum PopulerTeknologi smart grid telah

banyak diterapkan di negara maju seperti Jerman dan Jepang. Di negara-negara tersebut, komponen-komponen untuk membangun jaringan pintar dapat diperoleh dengan harga terjangkau. Penggunaannya di kalangan rumah tangga di Jerman bahkan sangat populer. World Economic Forum 2010

juga mengungkapkan bahwa smart grid ini mampu mengurangi emisi karbon sebesar 25% di negara itu.

Di Indonesia, teknologi smart grid masih berada dalam tahap pengembangan. Aplikasinya belum dipergunakan secara luas di masyarakat. Salah satu aplikasi smart grid yang ada memanfaatkan teknologi pembangkit tenaga sinar matahari, pembangkit diesel, dan mikro hidro yakni Plant Smart Micro Grid yang berlokasi di Sumba Barat Daya, NTT.

Plant Smart Micro Grid yang dirancang oleh BPPT untuk mengendalikan PLTS dan pembangkit listrik lainnya hampir 100% buatan dalam negeri. Daya yang dihasilkan sekitar 500 kWh. Seperti yang tercantum dalam website Kementerian Riset dan Teknologi, Plant Smart Micro Grid Sumba yang berada di Desa Billa Cenge, Sumba Barat Daya, itu mengintegrasikan pembangkit surya berkapasitas 500 kWh ke dalam sistem jaringan 20kV milik PLN.

Plant Smart Micro Grid ini dibangun di lahan seluas 2 hektar, yang terbesar dan yang pertama kali terhubung dengan jaringan listrik milik PLN di Indonesia. Smart Micro Grid menambah kapasitas

Jerman merupakan salah satu negara yang sukses mengaplikasikan smart grid pada industri besar hingga konsumen rumah tangga.

Salah satu contohnya, penerapan program “Model Kota Mannheim”. Dengan adanya program tersebut, semua rumah di kota itu terhubung ke jaringan pintar yang memanfaatkan energi terbarukan. Pengguna energinya tak kurang dari 1.500 pelanggan. Penggunaannya dipantau secara terpusat oleh kotak ajaib yang disebut “energy butler” . Pelanggan diajak memahami pengaturan konsumsi energi dengan teknologi baru dan program peralatan yang terkontrol, seperti mesin pencuci piring yang hanya beroperasi ketika pasokan tertinggi dan harga terendah.

Penggunaan smart grid untuk mendistribusikan energi terbarukan menjadi hal lumrah di Jerman. Negara maju itu memang sedang mengejar target yang ambisius dalam hal pengembangan energi terbarukan. Hingga 2020 mendatang, target energi terbarukan mereka setidaknya mencapai 35% dari total konsumsi listrik. Pada tahun 2050, angkanya ditingkatkan menjadi 80%.***

Kota Pintar Kelola Energi

jaringan listrik 20kV PLN di Sumba bagian barat dimana beban listrik di pulau Sumba selama ini didominasi oleh penggunaan pembangkit diesel. Pusat kontrol itu memiliki fungsi untuk memantau naik turunnya keluaran daya PLTS dan pasokan listrik dari sumber lain di Sumba bagian barat,sekaligus untuk mempertahankan kestabilan jaringan listrik. Sementara itu, storage digunakan untuk menyimpan kelebihan listrik yang dihasilkan PLTS pada siang hari sehingga dapat dipakai untuk memasok kebutuhkan listrik pada malam harinya.

Smart grid mulai mengemuka sejak 2011 di Indonesia. Penelitian dan pengembangan dalam skala kecil sedang gencar-gencarnya dilakukan. Untuk aplikasi smart grid skala luas, Rina berharap penggunaannya di masa mendatang dapat memasyarakat di seluruh wilayah nusantara. “Jangan menggantungkan diri ke PLN. Smart grid sangat bagus untuk diterapkan di daerah terpencil. Daripada membangun transmisi dengan biaya besar lebih baik menggunakan potensi yang ada didukung dengan smart grid,” ujar Rina. Smart grid diyakini bak angin segar bagi solusi permasalahan ketenagalistrikan di Indonesia.***

56 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

Energi PemasokRolas

Kebun Blawan yang berlokasi di Bondowoso, Jawa Timur, merupakan salah satu kebun produksi kopi arabika milik PTPN XII.

Padaperiode2006—2007,PTPerkebunanNusantara(PTPN)XIImembangun12unitinstalasi PLtmH (Pembangkit Listrik tenaga mikro Hidro) yang tersebar di 6 kebun yang

berada di wilayah jawa timur. Pengoperasian PLtmH berimbas pada penghematan konsumsi solarpertahun.Pada2012,PTPNXIImampumenghematRp7,9-milyar.SalahsatuupayapenghematanenergiitumembawaPTPNXIImenjadijuaradalamajangPenghargaan

efisiensi energi nasional (Peen) 2014.

57Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

Salah satu penstock mikro hidro yang dipasang di Kebun Blawan

Perumahan karyawan di Kebun Blawan termasuk konsumen tetap pasokan listrik asal mikro hidro

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik

Negara) yang salah satu unit usahanya bergerak dalam bidang budidaya sekaligus pengolahan tanaman perkebunan. Perusahaan yang berdiri sejak 11 Maret 1996 itu memiliki 35 unit kebun produksi yang berada dalam lingkup wilayah Jawa Timur. Selain kebun produksi, PTPN XII memiliki 25 unit pabrik pengolahan komoditi perkebunan. Komoditi yang diusahakan antara lain kopi, karet, kakao, dan teh.

Kebutuhan energi bagi pabrik pengolahan merupakan faktor penting yang tidak dapat ditawar. Sebagai unit pengolahan hasil, pabrik pengolahan yang berada tidak jauh dari kebun produksi membutuhkan pasokan energi relatif besar terutama ketika proses pengolahan berjalan.

Beberapa pabrik pengolahan milik PTPN XII berada di lokasi dengan keterbatasan akses terhadap listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara). Sebagai alternatif, digunakan sumber energi berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berbahan bakar solar. Dalam pengoperasiannya, kebutuhan

BBM solar tergolong tinggi. Data pemakaian BBM yang digunakan untuk menggerakkan genset atau mesin penggerak berbahan bakar bisa mencapai 925 liter bahkan lebih. Melihat kebutuhan yang cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya, maka diperlukan upaya-upaya penghematan energi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Langkah itu

kemudian dicanangkan sebagai salah satu program yang digaungkan PTPN XII.

Kebun Blawan merupakan salah satu kebun dari 7 kebun produksi milik PTPN XII yang memiliki PLTMH. Kebun yang menjadi salah satu basis produksi kopi arabika itu terletak di ketinggian 800—1.500 m dpl (di atas permukaan laut), berdekatan dengan kawasan wisata kawah belerang Ijen. Letaknya berada di selatan ibukota Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Wilayah di sekitarnya memang masih didominasi perbukitan yang berbatu. Secara alami, kondisi alam itu menyebabkan aliran air yang berasal dari sumber mata air di atas bukit turun menuju sungai, melewati bebatuan sehingga menghasilkan debit yang cukup besar. Sumber daya alam itulah yang berpotensi dimanfaatkan untuk membangun PLTMH.

Debit TinggiMenurut Ir Ardi Iriantono,

Manajer Kebun Blawan, posisi Kebun Blawan berada di daerah cekungan yang dikelilingi sumber mata air. “Letaknya di ketinggian 1.100 m

58 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

Menurut Ir Dudiek Polli, Kepala Bagian Teknik dan Pengolahan PTPN XII , pasokan listrik bersumber dari PLTMH Kebun Blawan stabil memasok kebutuhan pabrik dan perumahan karyawan di sekitarnya

Mesin pengolah kopi di Kebun Blawan beroperasi dengan pasokan listrik dan PLTMH

dpl, contohnya sumber air di Sempol dan Kampong Malang,” tuturnya. Berada di posisi hulu otomatis menempatkan Kebun Blawan sebagai muara bagi beberapa mata air di sekitarnya. Itu jelas menguntungkan dari sisi besarnya debit air sungai yang melewati kebun kopi itu.

Data Bagian Teknik dan Pengolahan PTPN XII , sampai dengan Agustus 2013 menunjukkan debit air maksimum yang mengalir ke wilayah kebun seluas 4.751,45 Ha itu mencapai 1.200 liter per detik. Perbedaan ketinggian (head) tercatat 24 m. Adanya terjunan atau beda ketinggian (head) dan debit air besar itulah pintu masuk yang dimanfaatkan PTPN XII untuk membangun PLTMH.

Pada Juni 2007, perusahaan BUMN itu membangun 2 (dua) unit instalasi PLTMH berkapasitas daya masing-masing 125 kVA di Kebun Blawan. Rumah PLTMH dibangun berdekatan dengan pabrik pengolahan kopi. Sejak masa pengoperasiannya, energi listrik yang dihasilkan mampu memasok kebutuhan listrik untuk pabrik pengolahan kopi

dan bangunan pendukung lainnya seperti perkantoran, gudang, penerangan jalan serta 2 afdeling yang berdekatan dengan pabrik. Satu afdeling berisi sekitar 200 rumah para pekerja.

Afdeling yang dialiri listrik asal PLTMH terdekat, berjarak sekitar 5 km dari pabrik. “Masih ada 7 (tujuh) afdeling lagi yang masih dipasok daya dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan genset. Itu karena lokasinya mencapai 12 km dari pabrik,” jelas Ardi. Selain pemeliharaan mesin, pembersihan bak penampungan juga dilakukan secara rutin. Pada musim kemarau, pembersihan bak dilakukan sebulan sekali. Sedangkan pada musim hujan, seminggu sekali atau bahkan 3 (tiga) hari sekali. Tujuannya agar

Foto

-foto

: Dok

. PTP

N X

II

59Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

PLTMH di Lingkungan PTPN XII

UraianKebun

Bantaran Renteng Blawan Kalisat/Jampit Kalirejo Kaliselogiri

Daya (kVA) 60 dan 160 70 125 dan 125 20 dan 40 125 dan 125 16, 23, dan 50

Unit MHP (Unit) 2 1 2 2 2 3

Debit air (liter/detik) 250 450 1.200 150 1.250 150

Head (m) 112 17 24 12 12 12

Tanggal beroperasi Okt 2007 Agt 2007 Juni 2007 Mei 2007 Juli 2007 Sep 2006

Penggunaan - Penerangan

- Pengolahan teh- Penerangan

- Penerangan

- Pengolahan

kopi

Arabica

- Penerangan

- Penerangan

- Pengolahan

karet

- Penerangan

- Pengolahan

kopi robusta

PLTMH Kebun Blawan berkapasitas total 250 kVA

Sumber: PTPN XII (2013)

η

lumpur tidak merusak komponen mesin.

Turbin yang digunakan untuk PLTMH Kebun Blawan adalah turbin crossflow buatan Bandung. Adapun generator yang digunakan yakni stamford berdaya 140 kVA dengan kekuatan 1.500 rpm. Tahap perencanaan pembangunan PLTMH meliputi proses survey, pemilihan lokasi, desain, perkiraan biaya pembangunan, dan studi kelayakan. Serangkaian tahap itu

memakan waktu sekitar 2—3 bulan. Sedangkan tahap pembangunan beberapa PLTMH memakan waktu bervariasi antara 4 hingga 8 bulan.

Sebelumnya, salah satu pasokan listrik dipenuhi dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang membutuhkan bahan bakar solar untuk menggerakkan turbin. Berkat pengoperasian PLTMH, penghematan solar di Kebun Blawan pada 2012 mencapai 262.504 liter. Bila operasional PLTMH kerap

menghadapi kendala di musim kemarau karena turunnya debit air, pasokan air yang dibutuhkan PLTMH Kebun Blawan selalu dicukupi oleh sumber mata air tidak pernah surut. Itu sebabnya, hingga kini pasokan listrik selama 24 jam yang berasal dari PLTMH Kebun Blawan relatif stabil.

Menuju Kemandirian EnergiKemandirian energi berperan

penting, mengingat banyak kebun-

60 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

kebun produksi PTPN XII berada di lokasi yang relatif jauh dari sumber pembangkit listrik PLN. Listrik PLN maupun solar non-subsidi yang menjadi bahan bakar untuk PLTD pun diperkirakan akan mengalami kenaikan bertahap pada tahun-tahun mendatang. Pihak manajemen puncak dalam hal ini Direktur PTPN XII memantapkan komitmennya terkait kebijakan penghematan energi melalui pembangunan PLTMH dengan dasar hukum Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 13 tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air, Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor SE-01/MBU.WK/2012, dan Surat Edaran Direksi PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) nomor 23/SE/045/2012 perihal Penghematan Energi dan Air.

PLTMH Kebun Blawan hanya salah satu contoh pemanfaatan energi putih yang ramah lingkungan di wilayah PTPN XII . Masih ada 10

PLTMH lainnya yang berdiri di Kebun Bantaran (Blitar), Renteng (Jember), Kalisat/Jampit (Bondowoso), Kalirejo (Banyuwangi), dan Kaliselogiri (Banyuwangi). “Langkah pembangunan PLTMH itu merupakan upaya kemandirian energi listrik bagi pemenuhan kebutuhan operasional kebun dan penerangan bagi rumah tinggal karyawan di kawasan tersebut,” kata Ir Dudiek Polii, Kepala Bagian Teknik dan Pengolahan PTPN XII.

Dari keenam lokasi kebun tersebut, besaran daya terbesar dihasilkan dari Kebun Blawan. Pada 2012, besaran dayanya mencapai 495.290 kWh. Sedangkan Kebun Bantaran, Renteng, Kalisat/Jampit, Kalirejo, dan Kaliselogiri berturut-turut sebesar 467.091 kWh, 18.065 kWh, 3.330 kWh, 298.400 kWh, dan 81.800 kWh. Dibandingkan pembangkit tenaga diesel, PLTMH lebih ramah karena tidak menghasilkan emisi karbon dioksida.

Bila 1 kWh setara 0,891 kg CO2 maka dapat dikatakan bahwa pada 2012 pengoperasian seluruh PLTMH di PTPN XII telah berkontribusi terhadap penurunan gas karbon dioksida sebesar 1.215.303 kg.

Pengoperasian seluruh PLTMH juga berdampak signifikan pada penurunan pemakaian solar. Pada 2012, total penghematan solar dengan pengoperasian PLTMH mencapai 797.540 liter atau setara Rp7.905.303.047. Sejak dibangun pada 2006—2007, total penghematan yang diperoleh yakni sebesar Rp5.189.400.000.

Adapun nilai investasi untuk pembangunan PLTMH total mencapai Rp9.434.300.000. Berdasarkan perhitungan dalam analisis kelayakan proyek, masa pengembalian investasi (payback period) proyek PLTMH di 7 (tujuh) kebun tersebut berada di kisaran periode 1—3 tahun. Melihat contoh sukses PLTMH yang ada, PTPN XII berencana membangun PLTMH

PLTMH dibangun dekat dengan lokasi pabrik pengolahan

61Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

inovasi

Investasi Pembangunan PLTMH Tahun 2006/2007

Kebun kVAInvestasi Penghematan

dalam rupiah Dalam USD dalam rupiah Dalam USD

Bantaran 60 dan 160 3.754.500.000 411.452 1.659.000.000 181.808Renteng 70 534.900.000 58.619 326.100.000 35.737Blawan 125 dan 125 1.992.500.000 218.356 1.458.800.000 159.868

Kalisat/Jampit 40 dan 20 1.071.500.000 117.425 968.800.000 106.170

Kalirejo 125 dan 125 1.736.000.000 190.247 545.700.000 59.803

Kaliselogiri 16, 23, dan 50 344.900.000 37.489 231.000.000 25.109

Sumber: PTPN XII (2013)

baru di Kebun Renteng 1 (satu) unit dengan daya 80 kVA pada 2015, Kebun Gunung Gambir 1 (satu) unit berdaya 125 kVA pada 2016, dan Kebun Jatirono 1 (satu) unit berdaya 150 kVA pada tahun 2017.

Gugus TugasUntuk mendukung upaya

konservasi energi di lingkungan PTPN XII, pihak manajemen PTPN XII membentuk organisasi baru khusus untuk menangani manajemen energi. Peran gugus tugas manajemen energi di antaranya menyempurnakan tugas yang berkaitan dengan manajemen energi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Tim gugus tugas Program Kebijakan Penghematan Energi dan Air yang dibentuk bertugas melakukan monitoring

p e l a k s a n a a n p r o g r a m penghematan energi dan air serta melakukan pelaporan kepada pihak Direksi PTPN XII, melakukan langkah-langkah dan inovasi penghematan energi dan air, dan menghimpun data-data hasil program penghematan energi dalam rangka evaluasi.

Sebagai upaya mengubah perilaku karyawan dan para pekerja dalam hal penghematan energi, pemasangan gambar maupun poster berupa himbauan untuk menghemat energi dan air dipasang di tempat strategis seperti di ruang kerja karyawan dan mushola. Untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi karyawan, perusahaan memfasilitasi karyawan untuk mengikuti pelatihan dan seminar antara lain pelatihan untuk

operator PLTMH serta pelatihan dan uji kompetensi teknisi instalasi listrik.

Karyawan pun diberikan keleluasaan untuk memberikan sumbangan pemikiran terkait ide dan inovasi penghematan energi. Ide tersebut diwujudkan dalam bentuk inovasi kreatif seperti pembuatan mini PLTMH menggunakan pompa limbah pengolahan kopi seperti yang dilakukan di Afdeling Rayap, Kebun Renteng, pemasangan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM) untuk penyiraman tanaman kopi dan kakao di Afdeling Rayap dan Kedaton, Kebun Renteng, serta pemasangan lampu penerangan jalan tenaga surya di Kebun Wonosari. Pantas kiranya upaya PTPN XII melakukan langkah-langkah penghematan energi melalui PLTMH mendapat juara II dalam ajang Penghargaan Efisiensi Energi Nasional 2013.***

62 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Grha Telkom BSD Tangerang merupakan salah satu gedung perkantoran yang

dikelola PT. Graha Sarana Duta (GSD). Sejak didirikan pada 1981, PT GSD memfokuskan bisnisnya pada jasa pemeliharaan dan perawatan gedung. Pada April 2001, kepemilikan perusahaan dengan brand Telkom Property itu diakuisisi PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sejak itulah PT GSD mengambil alih fungsi pengelolaan gedung dan aset milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tersebut.

Gedung 9 lantai tersebut dibangun pada tahun 1995 berlokasi di kawasan perkantoran dan bisnis Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang, Banten. Gedung itu mewakili kantor Telkom untuk wilayah Tangerang, Serang, Cilegon, Rangkasbitung dan Pandeglang. Meski identik dengan industri yang akrab dengan energi listrik, tetapi manajemen Telkom justru menerapkan berbagai upaya kepedulian terhadap penggunaan energi yang minim.

Konstruksi gedung yang memiliki total luas bangunan mencapai 10.721 m2 itu sangatlah menunjang untuk upaya penghematan energi. Terlihat dari pemilihan konstruksi kaca di salah satu sisi gedung sebagai implementasi tindakan menekan penggunaan energi.

Pada siang hari, ruangan yang berada di dekat dinding kaca terlihat

Strategi Efisiensi via Retrofit

Dalamperiode2011—2013,GrhaTelkomBSDmampumelakukanpenghematanlistriksekitar47,33kWh—210,45kWhpertahun.Itusemuaberkatupaya retrofit

gedung dan mengubah perilaku penghuni gedung.

Grha Telkom BSD:

Gedung Grha Tekom BSD yang berusia 20 tahun melakukan langkah-langkah retrofit guna mengefisienkan pemakaian listrik

63Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

cukup terang dari sisi dalam gedung. Lantai dasar dan lobi yang menjadi salah satu ruang pelayanan publik pun didesain menggunakan dinding kaca sehingga ruangan mampu mengoptimalkan pencahayaan alami di siang hari.

Tiga unit lift dalam gedung pun diposisikan bersebelahan dengan tangga darurat. Dengan demikian penghuni kantor dapat menggunakan tangga darurat sebagai akses alternatif naik dan turun. Terutama, bila akan naik satu lantai atau sebaliknya.

Retrofit Gedung“Pemakaian AC mencapai 60%

konsumsi listrik gedung,” kata Jimmy Rusdiyanto, Supervisor Mechanical Electrical Grha Telkom BSD. Sebagai bangunan yang ditujukan untuk perkantoran, Grha Telkom BSD memakai pendingin ruangan dengan 2 buah chiller berdaya masing-masing 200 TR (ton of refrigerant). Ruangan kecil dilengkapi dengan AC split bertenaga 1—2 PK. Sementara ruangan yang beroperasi selama 24 jam dipasangi AC (air conditioning) tipe cassette

yang dioperasikan pada pukul 17.00 hingga pukul 08.00.

Mengingat tingginya pemakaian listrik untuk operasional gedung, PT GSD selaku pengelola gedung melakukan penghematan energi melalui program manajemen energi yang difokuskan pada upaya retrofit. “Program dikelompokkan menjadi dua kelompok aktivitas yaitu aktivitas yang tidak menggunakan investasi dengan cara optimalisasi manajemen peralatan yang ada dan aktivitas yang memerlukan inventasi,” jelas Riyanto, Facility Manager PT GSD Area Tangerang, Banten, sebagai pimpinan pengelola gedung Grha Telkom BSD.

Aktivitas yang tidak melibatkan investasi antara lain melakukan pemeliharaan cubicle dan trafo “Pemeliharaan cubicle dan trafo sifatnya preventif. Bila tidak dilakukan pemeliharaan dan terjadi kerusakan pada trafo misalnya, itu berimbas pada perbaikan trafo yang memerlukan biaya tidak sedikit. Selain itu pemakaian genset sebagai penggantinya akan menambah biaya operasional untuk bahan bakar solar,” jelas Jimmy. Selain itu, setiap 2 jam dilakukan checklist penggunaan kWh listrik untuk mengontrol penggunaan listrik.

Pada 2013, aktivitas program manajemen energi yang menggunakan investasi dilakukan dengan penggantian lampu konvensional dengan lampu LED (Light Emitting Diode), pemasangan timer kontrol untuk lampu taman, dan pemasangan instalasi pengolahan air limbah. Jumlah lampu yang diganti dengan lampu LED yaitu sebanyak 2.617 buah lampu.

“Ada 10 buah lampu yang belum diganti untuk area taman dan tangga darurat. Itu karena belum ada bentuk lampu yang sesuai untuk lokasi tersebut. Untuk lampu taman misalnya, kami membutuhkan lampu bentuk jantung sedangkan yang tersedia bentuk bulb dan neon panjang,” jelas Jimmy. Untuk investasi penggantian lampu, Grha Telkom BSD mengucurkan investasi hingga Rp.434.705.453.

Lampu taman pun dipasang dengan pengatur waktu yang memakan biaya investasi Rp1juta. Timer diatur agar lampu taman mati dan menyala otomatis pada jam 05.00—18.00. “Sebelumnya lampu taman terkadang masih menyala di siang hari tetapi tidak terlihat,” kata Jimmy. Melalui langkah-langkah penghematan itu, Grha Telkom BSD mampu menekan pemakaian

(Ki-Ka) Ruslan Apandi, Suwandi, Julia, Rukmansyah, dan Jimmy Rusdiyanto, tim manajemen energi gedung Grha Telkom BSD

Pemeliharaan cubicle dan trafo berkala dilakukan untuk meminimalisir risiko kebakaran dan memantau penggunaan listrik pada gedung

64 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

listrik secara signifikan per tahun. Pada periode 2011 hingga 2013, pemakaian listrik berturut-turut tercatat sebesar 3.100.000 kWh, 2.680.000 kWh, dan 2.586.000 kWh. Dengan penghematan itu, indeks efisiensi energi pada 2013 mencapai 221 kWh/m2/tahun.

Mengolah Limbah AirDalam hal penghematan air,

pihak pengelola Grha tekom BSD juga melakukan pengolahan limbah grey water untuk keperluan penyiraman kebun. Pengolahan limbah grey water yang berasal dari toilet dan kantin dilakukan melalui sistem pengolahan limbah standar yaitu melewati 4 tahapan bak pengolahan. Setelah melewati bak pengolahan keempat, limbah langsung dibuang ke saluran kota.

Melihat potensi air yang masih bisa termanfaatkan, Telkom Property selaku pengelola gedung Grha Telkom BSD memutuskan untuk menambah satu tahapan pengolahan limbah lagi agar air dapat terus digunakan untuk keperluan penyiraman taman. Investasi yang dilakukan berupa penambahan tangki, filter, dan pompa pada instalasi pengolahan limbah yang sudah ada.

Air yang sedianya akan dibuang ke saluran kota lantas diolah kembali agar layak digunakan untuk menyiram tanaman. “Investasi tambahan itu nilainya Rp6-juta,” kata Jimmy. Agar air hasil pengolahan limbah diyakini keamanannya, sebelum dipergunakan telah dipastikan melalui uji laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berdasarkan data manajemen gedung, input penggunaan air bersih di lingkungan gedung Grha Telkom BSD per harinya mencapai sekitar 72—75 m3. Biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran air bersih di wilayah Tangerang khususnya di lokasi gedung berdiri relatif tinggi karena pengelolaannya dilakukan pihak swasta. “Biayanya sekitar

Air hasil pengolahan grey water yang digunakan untuk penyiraman taman mampu menekan penggunaan air bersih secara signifikan

65Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Rp10.000 untuk 1 m3,” kata Jimmy. Dengan pengolahan air limbah, biaya penggunaan air bersih dapat dihemat.

Penghematan penggunaan air terlihat pada angka pemakaian air yang menurun pada 2014 ketimbang tahun sebelumnya. Pada 2013, pemakaian air tercatat 25.432 m3. Pemakaian air pada 2012 pun tidak jauh berbeda sekitar 26.393 m3.

Namun, pada 2014, angka pemakaian air berhasil ditekan menjadi 18.130 m3.

Tahap LanjutUpaya penghematan yang

dilakukan manajemen gedung Grha Telkom BSD terus berlanjut dengan langkah retrofit lainnya. Untuk

rencana pada 2015, Grha Telkom BSD berencana melakukan pemasangan Be Next pada 2 (dua) unit chiller yang ada. “Hingga saat ini, masih dalam tahap survei pemasangan dari pihak pemasang peralatan,” kata Jimmy. Be Next itu akan dipasang pada kontrol panel chiller.

Fungsi Be Next sebagai timer—pengatur waktu—pada chiller yakni untuk menyalakan dan mematikan kompresor. “Ketika temperatur mencapai titik yang diinginkan, kompresor akan otomatis mati dengan proses yang lebih cepat, sedangkan pada saat menyala pertama kali prosesnya lebih lambat atau bertahap. Efek akhirnya dapat menghemat penggunaan listrik,” tambahnya.

Untuk efisiensi, temperatur yang dihasilkan chiller diatur maksimal pada titik 25oC. Dengan menggunakan Be Next, chiller akan melakukan proses menghidupkan kompresor di temperatur 270C. Kompresor otomatis mati pada suhu 17oC.

Selain itu, langkah lainnya yakni memasang alat tambahan berupa aircosaver pada perangkat AC dalam ruangan. Pada 2014, aircosaver dipasang pada 21 unit AC terdiri

Pemasangan filter beserta tangki dan pompa untuk mengolah limbah grey water agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air untuk penyiraman tanaman

Ruang kantor hingga ruang pelayanan publik menggunakan lampu LED ramah lingkungan dan hemat energi

66 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

dari 8 unit aircosaver yang dipasang pada AC cassette dan 13 unit pada AC split. Fungsi aircosaver dalam hal ini untuk menghemat penggunaan listrik sehingga pemakaian daya AC hemat energi.

Namun alat itu hanya dipasang pada AC split berkapasitas minimal 2 PK. Alasannya, karena dari hasil percobaan dan pengamatan sebelum pemasangan dilakukan, pemakaian aircosaver efektif pada AC berkapasitas di atas 2 PK.

“Penghematannya sekitar 20% pada AC split dan 30% pada AC cassette. Pada AC berkapasitas 1 atau 1,5 PK, penghematannya terlalu rendah sehingga tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan,” kata Rukmansyah, Supervisor Mechanical Electrical Grha Telkom BSD. Selain itu, AC 2 PK yang sudah memakai teknologi inverter tidak perlu dipasang aircosaver.

Himbauan Harian

Tim manajemen energi yang bertugas di Grha Telkom BSD berjumlah 13 orang dipimpin Riyanto, Facility Manager Grha Telkom BSD. Selain pihak Telkom, gedung berlantai 9 itu juga dihuni oleh sejumlah penyewa seperti Infomedia

dan Telkomsel. Jimmy mengaku tidak ada kendala teknis yang berarti dalam upaya penghematan energi. Semua pengadaan investasi hemat energi untuk kebutuhan gedung dipasok dari PT GSD yang berpusat di gedung Menara Multimedia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Hanya saja, faktor kelalaian manusia masih menjadi kendala. Karena itu diupayakan untuk selalu melibatkan karyawan secara aktif dalam penghematan energi sehari-hari. Untuk itu, himbauan hemat energi selalu diinformasikan lewat announcer.

Himbauan biasanya dilakukan setiap pagi hari sebelum aktivitas kerja dimulai dan sebelum jam kantor berakhir. Tujuannya agar para penghuni gedung tidak lupa mematikan lampu dan alat elektronik sebelum meninggalkan ruangan. Sebagai langkah untuk menjaga agar upaya penghematan energi berkelanjutan dan mencapai target lebih baik, Jimmy bersama tim inti manajemen energi Grha Telkom BSD yang berjumlah 3 orang melakukan pertemuan dua minggu sekali untuk evaluasi dan sumbang saran terkait penghematan energi. Dengan sederet strategi itulah, Grha Telkom BSD mampu meraih juara III dalam ajang PEEN (Penghargaan Efisiensi Energi Nasional) 2014 untuk kategori manajemen energi pada industri dan bangunan gedung kecil dan menengah. Menurut Jimmy, ajang PEEN memberikan nilai positif bagi pihak pengelola gedung-gedung perkantoran. “Ajang PEEN melibatkan penilaian tentang pencapaian penghematan yang telah dilakukan sehingga pihak manajemen gedung menjadi termotivasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan maupun inovasi baru dalam manajemen energi dan gedung secara keseluruhan agar pengelolaan gedung semakin baik di tahun mendatang,” pungkasnya.***

Aircosaver yang berfungsi untuk menghemat penggunaan listrik dipasang pada AC split berkapasitas 2 PK

Pada 2015, chiller akan dilengkapi dengan Be Next sebagai timer untuk mengatur operasional chiller

67Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Graha Indonesia Wifi merupakan gedung perkantoran PT Telkom Indonesia Tbk untuk wilayah

Jakarta Pusat. Gedung 5 (lima) lantai dengan total luas bangunan 4.913,58 m2 itu berdiri sejak 1996. Seiring dengan perubahan kondisi, manajemen gedung diserahkan pada PT Graha Sarana Duta (GSD). Manajemen gedung anyar itu memandang perlu dilakukan perubahan yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi. Program yang dilakukan antara lain aplikasi teknologi efisiensi energi, pengubahan manajemen operasional pada sistem peralatan, penjadwalan perawatan peralatan secara rutin, serta memberikan pelatihan dan informasi secara rutin dan berkelanjutan kepada para teknisi dan penghuni gedung.

Langkah awal menuju efisiensi energi dimulai pada 2013. PT GSD atau yang lebih dikenal dengan Telkom Property memutuskan untuk mengganti lampu konvensional yang ada di lingkungan gedung Graha Indonesia Wifi dengan lampu LED. Jumlah lampu yang diganti sebanyak 1.546 buah. Dana yang dihabiskan untuk program penggantian

Sebarkan Gelombang Hemat Energi

satu lagi prestasi berhasil diukir oleh telkom Property. melalui manajemen barunya, graha indonesia Wifi milik Pt telkom indonesia tbk sukses memperoleh gelar dari ajang Penghargaan efisiensi energi nasional 2014. itu semua berkat upaya berhemat melalui

penggantian lampu konvensional dengan lampu Led (light emitting diode) serta mengubah jadwal pengoperasian chiller. dampaknya, gedung tersebut mampu menekan penggunaan

listrik sebesar 471.079 kWh pada 2013.

Graha Indonesia Wifi :

lampu mencapai Rp330.668.467. Nyatanya, upaya tersebut berbuah manis. Penggantian lampu mampu menyumbang penghematan sebesar Rp18.015.242/bulan. Dengan penghematan yang diraih, periode pengembalian untuk investasi lampu LED diperkirakan hanya sekitar 19 bulan.

Celah penghematan lain yang dilirik Telkom Property yakni mengubah jadwal pengoperasian

chiller. Tujuannya, mengurangi daya listrik yang terpakai tetapi tetap tidak mengurangi kenyamanan penghuni ruangan. Sistem pendingin ruangan gedung yang berlokasi di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat itu menggunakan 2 unit chiller dengan 6 kompresor. Mulanya, semua kompresor beroperasi penuh setiap hari. Kini, dalam sehari, pengoperasian kompresor disesuaikan pada jam-jam tertentu.

Didit Sulistyo, Vice President Property Management Operation PT Graha Sarana Duta (Telkom Property)

68 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Jadwal Pengoperasian Sistem Pendingin Ruangan

Jam operasionalPengoperasian sistem pendingin

Pukul 07.00—10.002 unit chiller

(6 kompresor)

Pukul 10.00—15.00 1 unit chiller

(4 kompresor)

Pukul 15.00—17.001 unit chiller

(2 kompresor)

Pukul 17.00—20.00

Ac split yang

d i g u n a k a n

kondisional

Sumber: Telkom Property (2014)

Pada pagi hari, sekitar pukul 07.00—10.00, sistem pendingin yang beroperasi berupa 2 unit chiller dengan 6 kompresor. Setelah tiga jam, satu unit chiller dimatikan dan hanya 4 kompresor yang masih beroperasi. “Suhu diatur pada tingkat yang diinginkan yakni sekitar 25oC plus minus 1oC. Ketika kondisi ruangan sudah cukup nyaman, penghentian pemakaian 1 unit chiller dan 2 kompresor tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan penghuni,” jelas Vela Alhena, Manager Technical Support Telkom Property.

Mendekati jam pulang kantor, sekitar pukul 15.00—17.00, dua kompresor yang beroperasi dimatikan. Di luar jam kantor, penghuni tetap dapat menyalakan pendingin ruangan berupa AC split. Dengan mengubah jadwal pengoperasian chiller, penghematan sebesar Rp13.001.513 per bulan dapat dicapai.

Dilihat dari total konsumsi listrik per tahun, penurunan signifikan terlihat pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2012, konsumsi listrik gedung mencapai 1.100.368 kWh. Angka mengalami penurunan pada 2013 menjadi 1.031.464 kWh dengan perkiraan penghematan sebesar 471.079 kWh. Dengan penghematan tersebut, Graha Indonesia Wifi mampu meraih Indeks Efisiensi Energi (IEE) sebesar 194,79 kWh/m2/tahun pada 2013.

Modifikasi AlatTim manajemen energi Graha

Indonesia Wifi berjumlah 13 orang. Tim yang dipimpin Gita Syahriwati—selaku Facility Manager Telkom Property untuk wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara—selalu melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap berbagai langkah penghematan energi yang telah dilakukan. Harapannya, kualitas layanan kepada penghuni gedung semakin baik termasuk mengakomodasi ide-ide kreatif dari para anggota tim. Seperti ide salah satu teknisi tim manajemen energi untuk memodifikasi instalasi perpipaan pada menara air yang diterapkan pada 2014.

Menara air yang terpasang dilengkapi dengan pompa booster yang berfungsi menambah tekanan air 3 lantai dari atas. Tanpa menggunakan pompa booster, tekanan air di lantai atas menjadi lebih kecil. Namun, dengan melakukan by pass saluran tanpa melalui pompa booster, tekanan air yang kecil ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kenyamanan penghuni. “Tekanan air untuk kebutuhan cuci tangan standarnya sekitar 0,7 kg/cm2. Tanpa menggunakan booster, tekanan turun menjadi sekitar 0,4 kg/cm2. Penurunan itu ternyata masih dapat ditolerir sehingga tidak mengganggu kenyamanan penghuni,” tutur Vela.

Dengan memotong jalan saluran menuju pompa booster, air yang berasal dari tangki penampungan langsung menuju kran air. Untuk memodifikasi sistem perpipaan, pihak manajemen hanya mengeluarkan biaya Rp305.000. Angka investasi itu jauh lebih murah dibandingkan dengan penghematan yang diperoleh yakni sebesar Rp1.040.121 per bulan.

Pada tahun 2014, pihak manajemen Graha Indonesia Wifi juga menggulirkan dana

investasi untuk pemasangan alat tambahan penghemat energi AC (Air Conditioning) berupa Aircosaver dan timer—pengatur waktu—lampu taman. Aircosaver dipasang pada AC split berkekuatan 2 PK. “Di bawah 2 PK, penghematan yang didapat tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan,” kata Arif Caesar, Senior Officer Technical Support Telkom Property.

Pemasangan Aircosaver terbukti mampu mengoptimalkan kerja kompresor AC sehingga penghematan energi listrik 20% dapat diraih. Sebanyak 33 unit Aircosaver dipasang pada 2014 dengan nilai investasi sebesar Rp66.000.000. Nilai penghematan yang diraih mencapai Rp2.276.062 per bulan. Pemasangan timer lampu taman yang memakan biaya investasi sebesar Rp1.445.000 pun dapat menyumbang penghematan sebesar Rp502.725 per bulan. Dengan timer otomatis, lampu taman menyala pada jam 18.00—04.00. Untuk menjaga kelancaran program penghematan energi, aktivitas berkenaan dengan perawatan dan kontrol terhadap penggunaan energi listrik dan perangkat gedung lainnya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

Jadwal pengoperasian chiller dibuat untuk mengefisienkan penggunaan listrik

69Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Rencana InvestasiKesuksesan program penghematan

yang diterapkan Telkom Property pada Graha Indonesia Wifi tidak terhenti pada 2014. Pada 2015, pihak manajemen Telkom Property berencana melakukan pemasangan CTL (Current Torque Limit) saver, melakukan retrofit pada 2 unit chiller, sekaligus memasang Building Automation System (BAS) untuk mengontrol penggunaan seluruh perangkat elektronik secara terpusat.

CTL saver merupakan perangkat yang dipandu Electronic Control Unit (ECU) dan Proportional Control Unit (PCU) yang bekerja otomatis terhadap respon yang diberikan motor listrik dan peralatan elektrik lainnya. Dengan demikian, porsi energi yang diberikan dapat diatur secara akurat dan beban palsu (loosing) dapat dihilangkan. CTL juga berfungsi untuk menurunkan load (Amphere), kW, kVA, sehingga Watt yang terukur pada kWh meter PLN berkurang tetapi daya yang dibutuhkan beban tetap. Pihak manajemen gedung pun berencana

melakukan retrofit pada 2 unit chiller yang saat ini dipergunakan. “Itu karena standar konsumsi energi untuk chiller sekitar 0,7 kW per ton refrigerasi. Saat ini, chiller yang dipakai sudah melewati batas konsumsi energi,” kata Vela. Demikian pula dengan rencana otomatisasi kontrol penggunaan listrik gedung dengan menggunakan BAS. “Saat ini masih dalam tahap pengadaan, program itu diharapkan selesai pada 2015,” tambah Didit Sulistyo, Vice President Management Operation Telkom Property.

Menurut Didit, keberhasilan program efisiensi energi yang

Penghargaan yang diraih Graha Indonesia Wifi pada kompetisi Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2014 bukan satu-satunya penghargaan

yang diraih Telkom Property. Pada malam penganugerahan PEEN 2014 yang berlangsung pada 18 November 2014 di Jakarta, Ahmad Kordinal sebagai Direktur Utama Telkom Property mewakili Telkom Property menerima penghargaan dalam Kategori Bangunan Gedung Hemat Energi untuk Bangunan Gedung Retrofitted (Graha Merah Putih) Jakarta; Kategori Energi Gedung Kecil Menengah untuk Graha Merah Putih Telkom BSD Tangerang dan Graha Indonesia Wifi Jakarta; serta Kategori Manajemen Energi Gedung Besar untuk lokasi Gedung Menara Multimedia Jakarta.

Komitmen Telkom Property dalam program penghematan energi yang diberlakukan pada gedung dan aset di bawah pengelolaan Telkom Property tertuang dalam Nota Dinas VP (Vice President) Property Service Management No.C.Tel.18/UM.000/JVC-D1033100/2012 tanggal 2 Juli 2012 tentang implementasi budaya kerja dan efisiensi energi listrik dan Surat Internal No. 072/UM.000/GSD-054-03/2013 tanggal 6 Februari 2013 tentang rapat koordinasi program kerja Saving Energy. Menurut Ahmad Kordinal, program penghematan mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan bila dijalankan dengan baik. Untuk itu, Telkom Property akan terus berusaha menjalankan program efisiensi energi pada gedung-gedung di bawah pengelolaannya.***

Program Penghematan Energi

Aktifitas Investasi (Rp)

Penghematan (Rp/bulan)

Periode Pengembalian

(bulan)Penggantian lampu konvensional dengan lampu LED

330.668.467 18.015.242 19 bulan

Penjadwalan Pengoperasian kompressor chiller

0 13.001.513 0

Modifikasi pompa booster 305.000 1.040.121 1 bulan

Pemasangan Aircosaver 66.000.000 2.276.062 29 bulan

Pemasangan timer lampu taman 1.445.000 502.725 3 bulan

Sumber: Telkom Property (2014)

Inilah Empat Bukti Nyata

dilakukan Telkom Property merupakan bentuk dukungan penuh sumber daya manusia sebagai ujung tombak pelaksana. Untuk itu, Telkom Property pun mengupayakan peningkatan sumber daya manusia dengan melakukan berbegai pelatihan, sosialisasi, dan workshop hemat energi di lingkungan Graha Indonesia Wifi. Langkah-langkah itu diharapkan mampu menyebarkan gelombang perubahan positif untuk pelayanan manajemen gedung yang lebih baik tetapi juga menimbulkan kesadaran bagi para penghuninya agar bersama-sama mengaplikasikan perilaku hemat energi.***

Gedung Graha Indonesia Wifi yang berdiri sejak 19 tahun yang lalu merupakan gedung perkantoran 5 (lima) lantai yang digunakan untuk operasional Telkom wilayah Jakarta Pusat

70 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

efisiensi

Mamata Krishna tinggal di sebuah apartemen ramah lingkungan. Rumah milik

wanita yang berprofesi guru itu dilengkapi dengan smart meter—alat meteran listrik yang terintegrasi dengan satelit dan bisa dihubungkan dengan jaringan internet pemakainya. Dengan alat itu, Mamata dapat menyalakan atau mematikan lampu maupun peralatan elektronik lain di rumahnya melalui telepon genggam.

Karya Emas Zero Energy

ketika developer berlomba-lomba membangun gedung hemat energi, Biodiversity Conservation india Pvt Ltd (BCiL) lantang menyuarakan pembangunan gedung zero energy

hingga lahirlah t-Zed. jangankan membayar lebih untuk biaya listrik, warga penghuni apartemen dan perumahan kelas platinum itu malah mendapat rs12.000 setara rp2,5-juta

dalam bentuk kredit karbon setiap tahunnya.

Biodiversity Conservation India Pvt Ltd:

Air panas untuk kebutuhan mandi diperoleh dari pemanas tenaga surya. Udara sejuk mengalir bebas ke dalam rumah berkat desain yang mengutamakan ventilasi alami. Pendingin ruangan dipilih yang memakai refrigeran ramah lingkungan. Biaya operasional untuk penyejuk ruangan itu hanya Rs4—Rs5 atau setara Rp800—Rp1.000. Bandingkan dengan penggunaan AC yang boros sekitar Rs9—Rs10 per jam atau Rp1.900—Rp2.100.

Dengan kecanggihan teknologi yang tersemat di rumah dan desain ramah lingkungan, tagihan listrik bulanan yang harus dibayar relatif rendah. Itulah salah satu kelebihan tinggal di kompleks apartemen T-ZED Homes.

T-ZED Homes merupakan salah satu karya kebanggaan Biodiversity Conservation India Pvt Ltd (BCIL). Kompleks perumahan dan apartemen seluas 6 acre setara 2,43 ha itu dibangun kelompok developer yang berkomitmen dalam menyediakan

foto

-foto

: aga

tein

dia.

com

71Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

mancanegara

solusi bangunan dan perumahan ramah lingkungan. Mereka fokus pada metode berkelanjutan dalam menciptakan rumah dan bangunan zero energy yang tidak akan merusak lingkungan. Kompleks T-ZED sendiri memiliki 80 ruang apartemen dan 15 rumah tingkat dua. Mayoritas penghuninya yang bekerja di sektor IT (informasi dan teknologi) berpendapatan sekitar Rs 60 laksh hingga Rs 2 crore atau setara Rp1,2-miliar—Rp4,2-miliar.

Energi NolPrinsip yang ditekankan dalam

setiap konsep bangunan BCIL yakni ZED (Zero Energy Development) atau Pengembangan Energi Nol. Contohnya, T-ZED Homes, komplek apartemen platinum di India yang rampung dibangun pada 2009. BCIL tidak menggunakan batu bata, blok beton, cat kimia, ubin vitrifikasi atau keramik di dalam konstruksinya. Mereka tidak menggunakan batu bata maupun keramik yang dibuat pada 1.200oC. Pilihan jatuh pada soil stabilised block yang dikeringkan

secara alami dengan sinar matahari serta puing konstruksi yang dipakai ulang. Bahkan bahan untuk keperluan pembangunan T-ZED dipenuhi dari pemasok lokal.

Bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, dan perumahan tumbuh pesat di India. Sebagian besar gedung dibangun dengan cara konvensional dengan beban operasional listrik dan energi tinggi. Limbah rumahtangga juga membuat beban pemerintah semakin berat. Proyek yang mulai dikerjakan pada 2004 itu membuahkan hasil sangat

memuaskan dari sisi konservasi lingkungan. Pembangunan T-ZED menjawab permasalahan yang dihadapi Pemerintah India sekaligus memuaskan harapan para penghuni T-ZED yang memimpikan rumah idaman ramah lingkungan.

Taman yang tersedia di setiap rumah dilapisi dengan jalinan sabut kelapa. Tujuannya untuk mencegah erosi sekaligus membantu vegetasi di atasnya serta berfungsi menyimpan air dan kelembapan. Bagi penghuni yang ingin berkebun, pengembang menyediakan tempat di atap untuk dijadikan roof garden. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari warga 30% dipenuhi dari kota Banglore. Sisanya dipenuhi dari 44 sumur resapan yang dibangun saling berhubungan lalu dialirkan ke tangki air berkapasitas 400.000 liter yang berada di bawah jalan di belakang kompleks perumahan. Air dimurnikan dengan sistem osmosis balik. Selanjutnya, air disalurkan menggunakan pompa air.

Air limbah rumahtangga (grey water) didaur ulang untuk keperluan penyiraman kebun, pembasuhan toilet, dan mencuci mobil. Proses pengolahan grey water dilakukan di rumah masing-masing. Sedangkan limbah biodegradable masuk dalam instalasi biogas berkapasitas 150 kg. Karena limbah yang dihasilkan warga perumahan T-ZED hanya 60 kg per hari, warga memutuskan

Di siang hari, bangunan memperoleh pencahayaan alami

Bagian dari perumahan Town`s End

72 Hemat Energi | Edisi 04 - Maret 2015 | II

mancanegara

mengundang perumahan terdekatnya untuk membuang sampah dapur ke instalasi biogas yang sama. Pengolahan 100 kg limbah basah per hari mampu menghasilkan 4,5 kg biogas yang digunakan untuk bahan bakar dapur umum.

Selain itu kekuatannya juga terletak pada topografi alami dan segala lika-likunya yang dibiarkan tanpa perubahan. Jalanan dibangun tanpa aspal melainkan ubin permeabel yang diselingi dengan vegetasi. Pohon kelapa, manga, dan nangka yang tumbuh di sekitar perumahan dipelihara dengan baik. Di siang hari, warga tidak perlu menyalakan lampu di dalam ruangan karena desain rumah mengakomodasi pencahayaan alami masuk. Semua lampu yang dipakai adalah lampu hemat energi dan LED (light emitting diode). Pemakaian bahan alami diaplikasikan juga pada arena bermain anak yang dibuat beratap dan berpilar bambu.

Komitmen BCILKarya BCIL tidak hanya T-ZED.

Trans Indus yang berlokasi di Desa Tataguni, Bangalore rampung pada 2000. Komplek perumahan yang hanya terdiri dari 12 rumah permanen itu terintegrasi dengan pusat tempat bersantai keluarga, amphitheatre, dan kolam renang. Proyek lainnya, Town`s End selesai dibangun pada 2002. Perumahan yang berlokasi di Off Yelahanka-Doddaballapur Road, Bangalore itu dibangun di atas lahan seluas 13 acre setara 5,3 ha. Sederet proyek lainnya yakni ZED Acre, ZED Collective, dan ZED Wildgrass. Semuanya dibangun dengan konsep green building.

Sesuai namanya BCIL berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati dalam berbagai bentuk di luar vegetasi dan hutan menjadi keanekaragaman budaya dan gaya hidup perkotaan. Menurut Chandrasekhar Hariharan, founder BCIL, tujuan misi BCIL adalah

untuk mendukung keberlanjutan namun tetap diikuti penerimaan pasar dalam industri bangunan.

Perusahaan yang memiliki tagline “zero energy driven” itu menawarkan perumahan dan bangunan dengan desain yang memiliki efisiensi energi tinggi. Mereka menargetkan klien-klien dari berbagai segmen ekonomi bak perorangan maupun perusahaan yang ingin membuat bangunan “hijau”. Semua tenaga kerja yang mendukung BCIL dibekali wawasan tentang pedoman membangun gedung “hijau”.

Selain dari sisi efisiensi, manfaat green building juga diharapkan berdampak pada sisi kesehatan penghuninya. Itu karena green building didirikan dengan pemakaian materi bangunan yang bebas VOC (volatile organic compound)—penyebab sick-building syndrome. Dengan desain yang tepat, emisi karbon yang ditimbulkan pun dapat ditekan. Warga penghuni T-ZED misalnya, mereka mendapat Rs12.000 setara Rp2,5-juta dalam bentuk kredit karbon setiap tahunnya.

Dalam wawancaranya dengan yourstory.com, Chandrasekhar mengatakan setiap bangunan yang didirikan BCIL diciptakan dengan memperhatikan implikasi 6 faktor yaitu energi, air, udara, limbah,

material alami, dan biomassa atau perencanaan landscape. Rekayasa struktural BCIL jauh lebih efisien daripada bangunan lain pada umumnya. Mereka mengurangi penggunaan beton pada bangunan. Dengan demikian, beban pembuatan dan operasional bangunan dapat ditekan semaksimal mungkin. Upaya itu berimbas pada pengurangan emisi karbon pada bangunan hasil karya BCIL sebanyak 50%.

Pada mulanya BCIL dibangun dengan modal pinjaman. Namun, Chandrasekhar sebagai pendiri BCIL berkeyakinan nilai-nilai konservasi yang ditawarkan akan mampu menggaet orang-orang berwawasan lingkungan yang bercita-cita memiliki rumah idaman ramah lingkungan. Kini BCIL tumbuh menjadi perusahaan besar yang proyeknya tersebar di Bangalore, Goa, Chennai, Mangalore, dan Mysore.

Dengan komitmen dan kepeduliannya tersebut, dalam kurun waktu 6 tahun, BCIL telah memenangkan 14 penghargaan dari berbagai negara antara lain Confederation of Indian Industry (India), Lembaga Studi Ekonomi, Asia Development Bank (Manila), Institute for Global Environmental Strategies (Jepang), ADEME (Paris).***

Taman dan tempat bersantai di Town`s End