View
5.303
Download
1
Embed Size (px)
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
A. Pendahuluan
Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan
social di sekolah kami.
“ Hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita”,
kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya
memandang kami satu per satu, seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang
sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam
pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. “Coba, menurut kamu Andri, masalah
apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini?” Pak Kusoy menyuruh Andri yang
kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak.
“Anu… pak! Masalah pengangguran… pak!” kata Andri sambil membetulkan
rambutnya.
“Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual?
Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi?”
Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya belum seluruhnya hilang dari
matanya yang kecil berlindung di bawah bulu alisnya yang tebal.
“Bagaimana meniritmu Bia?” kata Pak Kusoy menunjuk Bia yang baru saja
memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi itu juga merasa gerah. Sama
seperti kami. Memang panas siang ini.
“”Menurut saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan
tetapi masih tetap aktual, sebab sampai sekarang belum di temukan solusinya…!”
“Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk dipecahkan,
selain masalah pengguran?”
Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto si kutu buku mengacungkan tangannya. “Ada,
pak! Sekarang ini kota kita dihadapkan kepada permasalahan sampah. Berdasarkan
informasi pemerintah kota sulit membuang sampah karena tidak ada tempat
pembuangan yang layak, akhirnya sudut-sudut kota kita dihiasi oleh tumpukan
sampah yang menggunung dan baunya sangat menyengat…!”
“Mengapa kamu menganggap masalah sampah merupakan masalah aktual?”
“Jelas pak. Sebab, masalah sampahselain mengganggu lingkungan masyarakat, juga
sudah menjadi isu politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah itu kota kita
dinobatkan sebagai kota terkotor.”
Pak Kusoy mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak terkesan dengan argumentasi
si kutu buku. “Apakah kamu setuju dengan pendapat Donto, Ria?”
“Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan Kota Terkotor itu mengusukan harga diri
saya sebagai penduduk kota ini!”
Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya pengkapnya mengena; dan kami tidak
menyadarinya.
“Nah, kalau begitu topic yang akan kita bicarakan hari ini adalah tentang sampah.
Bagaimana, apakah kalian setuju?
“Setuju, pak..!”
“Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini?”
Lagi-lagi kami terdiam.
“Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus dibagaimanakan sampah yang
menumpuk itu?” kata Ria.
“Ya, dibuang …!” kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut.
Kali ini benar-benar tidak ada diantara kami yang mengantuk.
“Bagus…! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas?”
“Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu, tetapi
bagaimana cara menaggulangi tumpukan sampah,” kata Denok yang dari tadi tampak
serius mengikuti diskusi.
“Bagus…!” kata Pak Kusoy sambil menulis di papan tulis. “Apakah selain masalah
ini, ada masalah lain yang perlu kalian bahas?”
“Ada pak…! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimna seharus nya
masyarakat memberlakukan smpah,” kata Donto.
“Mengapa kamu merasa hal itu dianggap penting?”
“Sebab, Bagimanapun adanya tumpukan sampah itu, dikarenakan ulah atau hasil dari
pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian kita harus memberikan solusi, apasaja
yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah yang merka hasilkan itu.”
Cerita diatas merupakan dari contoh penerapan strategi pembelajaran yamg
bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM). Dalam penerapan strategi ini,guru meberikan kesempatan kepada siswa
untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan
apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berngkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses menghafal
sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan
lingungannya.melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara
utuh.artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif,tetapi juga
aspek efektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yng
dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang funsi sekolah ebagai arena atau wadah
untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM
merupakan strategi yang meumngkiknkan dan sangat penting untuk I kembangkan.hal
ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada
masalah. dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks;
SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu
untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran
B. Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM Dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah. Terdapat tiga ciri
utama dari SPBM.
1. SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinyadalam implementasi
pembelajaran SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM
tidak mengaharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetpi melalui SPBM siswa aktif berfikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa maslah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
alamiah. Yaitu proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini disecara
sistematis dan empiris.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permaalahan yang dapat dipecahkan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan
masalah dapat diterapkan:
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat
materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional
siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara
objektif.
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
serta membuat tantangan intelektual siswa.
Jika gguru inin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajarnya.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari
dengan kenyataan dalam kehidupannya ( hubungan antara teori dengan
kenyataan).
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahin dan Nur,2004) telah
mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai
dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan
disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran
berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau
masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna
bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun SPBM mungkin berpusat pada
mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa
untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah
mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. SPBM menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun
program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-
temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan
suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir.
C. Hakikat Masalah SPBM
SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut
belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban.
Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkkan masalah yang
dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemamuan siswa untuk berpikir kritis,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat maslah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan
kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dibawah ini diberikan criteria
pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.
1. Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue)
yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2. Bahan yang dipilih adlah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga siwsa
dapat mengikuti dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak ( universal ), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimilki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) pertanyaan dan masalah yang
diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa
daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah
baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa.
Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan
dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh
materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang
tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
5. Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik
bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah.
Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar
siswa.
D. Tahap-tahapan SPBM
Menurut John Dewey ada 6 langkah SPBM yang dinamakan dengan metode
pemecahan masalah ( problem solving ), yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu dengan langkah siswa menentukan maslah yang akan
dipecahkan.
2. Menganalisis maslah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hiporesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan maslah.
5. Pengujian hipotesis, Yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang di ajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa untuk
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM Melalui kegiatan
kelompok.
1. Mengidentifikasi masalah, Yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-
isuhangnat yang menarik untuk dipecahkan.
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor
yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan
dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan
tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba
yang diperkirakan.
3. Menurumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap
tindakan yang dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi
hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang di terapkan.
Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:4), penerapan model pembelajaran
berbasis masalah terdiri dari lima langkah. Kelima langkah itu adalah
(1) mengorientasikan siswa pada masalah;
(2) mengorganisasikan siswa untuk belajar;
(3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok;
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan
(5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Tahap tahap Pengajaran berbasis masalah yang lain terdiri dari lima tahap, seperti
dijelaskan tabel berikut ini;
Tahapan Kegiatan guru
Tahap 1 :
Orientasi siswa terhadap
masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan perangkat
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 :
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikan
individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan serta
pemecahan masalahnya.
Tahap 4 :
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model serta
membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
Tahap 5 :
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan
refleksi atau evaluasi teerhadap
penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara
umum SPBM dapat dilakukan dengan lngkah-langkah:
1. Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan.Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai siswa pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa
dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa
agar menentukan satu atau dua kesenjanganyang pantas untuk dikaji baik melalui
kelompok besar maupun kelompok kecil atau bahkan individual.
2. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan maslah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan an kesamaan persepsi tentang
masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang haru dikumpulkan untuk
menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam hal ini adalah siswa
dapat menentukan proiritas masalah.Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapt dipecahkan.
3. Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah, yang merupakan perpaduan berpikir dedukatif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan siswa yang diharapkan dari siswa pada tahap ini adalah siswa
dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis
sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan agar dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadan data dalam proses berpikir ilmiah
meruakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Proses berpikir
ilmiah bukan proses berimajinasi tetapi proses yang didasarkan pengalaman. Oleh karena
itu, dalam tahap ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan
yang diharapkan pada tahap ini aalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan
memilah data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga
mudah dipahami.
5. Menguji hipotesis
Berdasakan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis yang mana
yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam
tahap ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat
hubungannya dengan maslah yang dikaji. Di samping itu, siswa diharapkan dapat
mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan piliihan penyelesaian.
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan proses akhir dari proses SPBM.
Kemampuan yyang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan memilih alternatif
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilih nya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
E. Keungulan dan Kelemahan serta Manfaat SPBM
1. Keunggulan
Sebagai sesuatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di
anatara.
a. Pemecahan masalah (Problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan bagi siswa.
c. Pemecahan masalah (Problem solving) Dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
e. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan malah itu juga
dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun
proses belajarnya.
f. Pemecahan masalah (Problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari buku atau dari
buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah (Problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
h. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengaplikasi pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Pemecahan masalah (Problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
j. Realistis dengan kehidupan siswa.
k. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
l. Memupuk sifat inquiri siswa.
m. Retensi konsep jadi kuat.
2. Manfaat
Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Dengan pembelajaran berbasis masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu
mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk
tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir
terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
3. Kelemahan
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui (problem solving) membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
d. Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.
e. Sulitnya mencari problem yang relevan.
f. Sering terjadi miss-konsepsi.
Kekurangan-kekurangan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini bukan
berarti SPBM merupakan model pembelajaran yang kurang efektif untuk deterapkan
dalam proses pembelajaran, akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan di atas, menuntut guru sebagai
pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut.
Simpulan
Dalam penerapan strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), guru meberikan
kesempatan kepada siswa untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru
sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa
mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Pada hakikatnya SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari
masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan
kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa
untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah
kemamuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), banyak memberikan manfaat,
serta keunggulan yang yang dapat diambil siswa maupun guru. Namun selain memilki
banyak manfaat serta keunggulan strategi pembelajaran model ini juga tak luput dari
kekurangan. akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model pembelajaran
ini, menuntut guru sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha
mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut.
Daftar pustaka
Sanjaya, wina (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana.
http://podcas.unm.ac.id/component/pembelajaran.html.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Oleh:
Oleh:
Leny Marlina
Miftahul Ilmi
Putri Qadariah
Sintia Minandar
Wulan Gustiany
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Seni
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Riau
2012