14
EXCHEL CORP

"Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Embed Size (px)

DESCRIPTION

#Pers #Pendudukan #Jepang #ExchelCorp

Citation preview

Page 1: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

EXCHEL CORP

Page 2: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan Jepang ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941. Keesok harinya, yakni tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda mengumumkan perang kepada Jepang sehingga berkobarlah Perang Asia Pasifik.

Jepang yang sebelumnya telah menyerbu Cina (1937) dan Indocina dengan taktik gerak cepat melanjutkan serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma, Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).

Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.

Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang.

Page 3: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Suasana penyerahan kekuasaan dari Hindia Belanda kepada Jepang di Kalijati 8 Maret 1942

Page 4: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Pada masa pendudukan Jepang, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdirisendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, pada zaman pendudukan Jepang persmerupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepangsemata.

Gambaran suasana saat tentara Jepang memasuki Indonesia

Page 5: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Tiga A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia 2 yaitu "Jepang Pemimpin Asia", "Jepang Pelindung Asia" dan "Jepang Cahaya Asia". Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 April 1942. Pelopor gerakan Tiga A ialah Shimizu Hitoshi.

Ketua Gerakan Tiga A dipercayakan kapada Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia. Gerakan ini lahir semata - mata untuk memikat hati dan menarik simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang.

Gerakan ini kurang mendapat perhatian rakyat, karena bukan gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena kurang berhasil menggerakkan rakyat Indonesia dalam membantu Usaha tentara Jepang, maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan oleh PuTeRa.

Page 6: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Beberapa bentuk propaganda Jepang melalui media pamflet dan poster.

Page 7: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Jepang mendirikan Jawa Shinbun Kai dan cabang kantor berita Domei dengan menggabungkan dua kantor berita yang ada di Indonesia yakni Aneta dan Antara.

Selama masa pendudukan jepang, terbit beberapa media (harian), yaitu:

1. Asia Raya di Jakarta

2. Sinar Baru di Semarang

3. Suara Asia di Surabaya

4. Tjahaya di Bandung

Page 8: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Beberapa surat kabar di era pendudukan Jepang

Page 9: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Edisi pertama Asia Raja, dengan total empat halaman, diterbitkan pada tanggal 29 April 1942.

Koran ini diterbitkan setiap hari, kecuali Minggu dan hari libur, namun edisi khusus yang mengulas peristiwa penting bisa diterbitkan kapan saja. Gelombang cetakan pertama sebanyak 15.000 eksemplar terjual dengan harga masing-masing 10 sen Hindia Belanda.

Pada bulan Februari 1943, biro penyensoran mengeluarkan keputusan bahwa Asia Raja tidak diizinkan lagi terbit empat halaman setiap hari. Karena kelangkaan kertas akibat upaya perang Jepang, surat kabar ini terbit dua halaman setiap harinya, dengan edisi empat halaman seminggu sekali; dewan redaksi juga mengusulkan kenaikan tarif langganan.

Kenaikan ini diberlakukan pada Maret 1943. Tahun 1944, biaya tambahan diterapkan untuk membantu membayar gaji pekerja paksa dan tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Pada tanggal 12 Maret 1945, Asia Raja mengadakan konferensi meja bundar di Hotel Miyako di Batavia. Sejumlah pembicara dari Gerakan Hidoep Baroe yang dipimpin Soekarno dan Mohammad Hatta mendiskusikan cara memperkuat gerakan kemerdekaan.

Page 10: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Asia Raja terus terbit. Harian ini lebih membahas pemerintahan baru yang dijalankan pribumi dan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.

Harian ini terus terbit sampai 7 September 1945, ketika mereka menulis judul besar "Asia Raja Minta Diri" yang serta merta mengakhiri masa terbitnya karena bergantinya pemerintahan.

Page 11: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

8 Maret 1942 pemerintah Belanda dengan seluruh angkatan perangnya menyatakan menyerah kalah di Bandung kepada balatentara Jepang. Sebagai konsekuensinya, segalanya dikuasai oleh tentarapendudukan.

Demikain pula radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dimatikan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Pusat Jawatan Radio (放送管理局 Hoso Kanri Kyoku), yang merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya yang dinamakan Jawatan Radio (放送局 Hoso Kyoku) terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang.

Di samping stasiun siaran tadi, setiap Hoso Kyoku mempunyai cabang kantor bernama Shodanso yang terdapat di kabupaten-kabupaten. Kantor ini mempersatukan semua bengkel atau service radio setempat, sehingga semua reparasi pesawat radio langsung di bawah pengawasan balatentara.Semua pesawat disegel, sehingga rakyat tidak bisa mendengarkan radio siaran luar negeri kecuali ke 8 Hoso Kyoku di Jawa tadi.

Dalam pemerintahan militer tentu semua radio siaran diarahkan kepada kepentingan propaganda militer Jepang semata-mata.

Page 12: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Pada tanggal 17 Agustus 1945, sekitar pukul 18.30 Syahruddin wartawan Domei (sekarang kantor berita Antara) berhasil memasuki ruang siaran Radio Hoso Kanri Kyoku. Tepat pukul 19.00 WIB teks proklamasi berhasil disiarkan. Peristiwa penting itu dapat diketahui di seluruh pelosok tanah air, bahkan hingga keluar negeri berkat tokoh-tokoh yang menyebarkan berita proklamasi.

Pada era kemerdekaan Hoso Kanri Kyoko diambil alih oleh pemerintah RI dan diganti dengan nama Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945

Illustrasi seorang tokoh nasional yang memakai radio untuk menyebarkan beritaProklamasi ke seluruh pelosok tanah air hingga luar negeri.

Page 13: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"

Pers nasional masa pendudukan Jepang memang mengalami penderitaan dan pengekangan kebebasan yang lebih daripada zaman Belanda. Namun, ada beberapa keuntungan yang didapat oleh para wartawan atau insan pers di indonesia yang bekerja pada penerbitan Jepang, antara lain sebagai berikut:

Pengalaman yang diperoleh para karyawan pers Indonesia bertambah. Fasilitas dan alat-alat yang digunakan jauh lebih banyak daripada masa pers zaman Belanda. Para karyawan pers mendapatkan pengalaman banyak dalam menggunakan berbagai fasilitas tersebut.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin seering dan luas. Penjajah Jepang berusaha menghapus bahasa Belanda dengan kebijakan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai kesempatan. Kondisi ini sangat membantuk perkembangan bahasa Indonesia yang nantinya juga menjadi bahasa nasional.

Adanya pengajaran untuk rakyat agar berfikir kritis terhadap berita yang disajikan oleh sumber-sumber resmi Jepang. Selain itu, kekejaman dan penderitaan yang dialami pada masa pendudukan Jepang memudahkan para pemimpin bangsa memberikan semangat untuk melawan penjajah.

Page 14: "Pers Pada Masa Pendudukan Jepang"