34
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SINONIM DAN ANTONIM DENGAN MENERAPKAN METODE TEAMS GAMESTOURNAMENT PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 KABUPATEN SEKADAU HILIR TAHUN AJARAN 2014/2015 RENCANA PENELITIAN DI SUSUN OLEH DANI APRIYANTO NIM 511100009 PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK 2014

Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Embed Size (px)

DESCRIPTION

UNTUK MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH DANI APRIYANTO

Citation preview

Page 1: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SINONIM DAN ANTONIM

DENGAN MENERAPKAN METODE TEAMS GAMESTOURNAMENT

PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 KABUPATEN SEKADAU

HILIR TAHUN AJARAN 2014/2015

RENCANA PENELITIAN

DI SUSUN

OLEH

DANI APRIYANTO

NIM 511100009

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat-Nya

peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Menentukan Sinonim dan Antonim dengan Menerapkan Metode Teams Games

Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 01 kabupaten sekadau kecamatan

sekadau hilir Tahun Ajaran 2014/2015”. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal ini, khususnya

kepada:

1. Muhammad Lahir, M. Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan bimbingan selama peneliti menyusun proposal ini.

2. Adisti Primi Wulan, M. Pd. sebagai Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak selaku dosen pembimbing

kedua yang telah memberikan bimbingan selama peneliti menyusun proposal

ini.

3. Prof. Dr. H. Samion H. A.R, M. Pd. sebagai Ketua IKIP PGRI Pontianak yang

telah memberikan motivasi selama peneliti menempuh perkuliahan.

4. Adisti Primi Wulan, M. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan-arahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI

Pontianak beserta staf yang telah memberikan semangat dalam penyusunan

proposal ini.

6. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, dorongan, dukungan

kepada peneliti.

7. Kepala sekolah smp 01 sekadau hilir dan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia beserta siswa kelas VII yang telah memberikan bantuan selama

melaksanakan penelitian.

Page 3: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Peneliti sudah berusaha dalam penulisan proposal ini, apabila terdapat

kesalahan peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas

perhatian semua pihak, peneliti mengucapkan terima kasih, semoga proposal ini

memberikan manfaat.

Pontianak, Mei 2014

Peneliti

Page 4: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAGIAN I RENCANA PENELITIAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Masalah Penelitian .......................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 6

F. Metodologi Penelitian ..................................................... 7

G. Data dan Sumber Data .................................................... 8

H. Teknik dan alat pengumpul data ...................................... 10

I. Teknik analisis data ......................................................... 11

J. Waktu Kegiatan Penelitian ..............................................

Page 5: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

BAGIAN II KAJIAN TEORI ................................................................... 17

A. Pengertian Kemampuan .................................................. 17

B. Pengertian Sinonim ......................................................... 17

C. Pengertian Antonim ......................................................... 19

D. Pengertian Metode .......................................................... 24

E. Pengertian Metode Teams Games Tournament (TGT) ..... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29

Page 6: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik

seseorang melakukan aktivitas sendiri maupun secara berkelompok. Belajar

merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan

bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Belajar

juga tidak pernah dibatasi dengan usia, tempat maupun waktu karena aktivitas

belajar tidak pernah berhenti. Teori-teori yang dikembangkan dalam

komponen belajar, meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi

kurikulum, isi kurikulum dan modul-modul pengembangan kurikulum.

Kegiatan atau tingkah laku belajar psikhis dan fisis yang saling bekerja sama

secara terpadu supaya mendapatkan suatu kepandaian. Menurut Arthur T.

Jersild (dalam Syaiful, 2013: 12) belajar adalah perubahan atau membawa

akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan

latihan atau karena mengalami latihan. Burton (dalam Aunurrahman, 2009:

35) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri

individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu

dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah tindakan atau perilaku individu melalui latihan dan pengalaman

tertentu. Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau

hubungan timbal balik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar. Tujuan utama mengajar adalah terjadinya proses nilai

tambah dalam mengajar. Proses pengajaran dengan berinteraksi antara guru

dengan siswa tidak terlepas dari bahasa yang digunakan.

Bahasa digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat

komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan lancar,

1

Page 7: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

apalagi dalam memecahkan masalah yang dihadapi setiap hari karena bahasa

merupakan alat komunikasi manusia yang utama. Bahasa digunakan

seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk menjelaskan ide dan

saling mencurahkan perasaan, serta memahami pikiran dan gagasan.

Kemampuan berbahasa itu sangat penting bagi manusia dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Pembinaan bahasa harus dimulai sejak kecil hingga dewasa

baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Pemakai

Bahasa Indonesia pada suasana formal dituntut penerapan kaidah bahasa

dalam berkomunikasi, maka mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi

pengajaran Bahasa Indonesia dilakukan dengan tujuan agar penutur memiliki

empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening

skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca

(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan

tersebut berhubungan sangat erat dengan proses-proses berpikir yang menjadi

dasar bahasa.

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagaimana yang

dikatakan Laccoutere (dalam Sarwiji, 2011: 21) bahwa bahasa adalah alat

manusia untuk menyampaikan pengalaman, perasaan, pikiran, kehendak,

dengan perantara sistem yang terdiri dari lambang-lambang berupa bunyi yang

dihasilkan oleh alat bicara manusia. Menurut Kridalaksana (dalam Sarwiji,

2011: 21) bahasa adalah sistem lambang yang bersifat arbitrer dipakai para

anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan

mengidentifikasi diri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diketahui bahwa bahasa

merupakan alat untuk berkomunikasi yang paling penting, tanpa bahasa orang

akan sulit melakukan interaksi satu dengan lainnya. Oleh karena itu, bahasa

yang kita gunakan haruslah mempunyai aturan. Kita tidak bisa berbahasa

sesuka hati bila ingin bahasa yang kita pakai dapat dimengerti orang lain.

Seseorang yang menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi kepada

orang lain harus menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami,

sehingga tidak terdapat makna ganda yang dapat membingungkan pendengar.

Page 8: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Siswa ketika praktik berkomunikasi dalam keseharian, kenyataannya

masih banyak yang kurang memahami penggunaan sinonim dan antonim

dalam sebuah wacana baik yang mereka dengar ataupun yang mereka baca.

Kesalahan penafsiran dapat dibuat antara pembicara dan pendengar maupun

pembaca apabila mereka tidak memahami mengenai sinonim dan antonim

yang dipengaruhi karena faktor ketidaktahuan. Sikap pemakai bahasa terhadap

bahasanya sangat berpengaruh dalam memahami sinonim dan antonim. Oleh

karena itu, peneliti mencoba menerapkan salah metode pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan para siswa dalam memahami makna kata, yaitu

menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT). Metode Teams

Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP

Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya nilai yang diperoleh siswa

sangat rendah maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan

Menerapkan Metode Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah proses menentukan sinonim dan antonim dengan

menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran

2014/2015?

2. Bagaimanakah kemampuan menentukan sinonim dan antonim dengan

menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran

2014/2015?

Page 9: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

C. Tujuan Penelitian

Tujuan sangat penting dirumuskan sebelum suatu kegiatan mulai

dilaksanakan, hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1990: 32)

mengatakan bahwa setiap penelitian harus berisi lebih dahulu tentang tujuan.

Penulis mampu mengarahkan pemikiran pembaca serta menempatkan uraian-

uraian itu dalam proporsi yang wajar. Ali (1982: 9) menyatakan bahwa tujuan

penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen ataupun elemen

penelitian lain terutama metode teknik, alat ataupun generalisasi yang

diperoleh. Oleh karena itu, ketajaman seseorang dalam merumuskan tujuan

penelitian sangat memengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan.

Tujuan penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dari setiap

penelitian dan berfungsi sebagai pemandu terhadap kegiatan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan secara umum dalam

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan

menentukan sinonim dan antonim dengan menerapkan metode Teams Games

Tournament (TGT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Raya

Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan umum tersebut dapat

diuraikan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses menentukan sinonim dan antonim menerapkan

metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Menjelaskan kemampuan menentukan sinonim dan antonim dengan

menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran

2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Segala sesuatu yang kita kerjakan, terutama dalam masalah penelitian

secara sederhana akan selalu membawa manfaat. Penelitian pendidikan juga

diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan sistem pendidikan

Page 10: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

yang ada. Ali (1982: 9) menyatakan bahwa penelitian pendidikan sangat besar

sekali manfaatnya bagi pengembangan sistem pendidikan maupun untuk

kepentingan praktis dalam penyelenggaraan dan hal-hal yang berhubungan

dengan berbagai faktor, baik yang menghambat maupun yang menunjang

pengembangan pendidikan.

Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan manfaat praktis,

diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sinonim dan

antonim serta penerapan metode Teams Games Tournament (TGT) dalam

proses belajar mengajar.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Manfaat yang dapat diperoleh oleh peneliti dari penelitian ini adalah

untuk menambah pengetahuan dan pemahaman yang mendalam

tentang sinonim dan antonim serta penerapan metode Teams Games

Tournament (TGT) dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan yang perlu

diketahui dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru

Bahasa Indonesia serta dapat menjadi alternatif materi pengajaran,

khususnya di bidang bahasa dan sastra.

c. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan minat dan prestasi

belajar berkomunikasi siswa, memudahkan dalam pengembangan

kreativitas dalam memahami sinonim dan antonim, agar mempunyai

variasi pengalaman belajar melalui metode Teams Games Tournament

(TGT) dan meningkatkan kemampuan intelektual siswa.

d. Bagi sekolah

Page 11: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal,

yaitu:

a. Kemampuan menentukan sinonim dan antonim.

b. Metode Teams Games Tournament (TGT).

2. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan

dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian.

Penelitian ini terdapat definisi operasional, yaitu:

a. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha

dengan diri sendiri (Muhammad Zain dalam Milman Yusdi, 2010: 10).

b. Sinonim adalah hubungan atau persamaan makna (Wijana, 2008: 20).

c. Antonim adalah ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau kalimat) yang

maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain Verhaar

(dalam Abdul Chaer, 2009: 89).

d. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,

sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan,

2003: 24).

e. Metode Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau

model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan reinforcement (Slavin, 2008: 13).

f. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya

yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 160 orang, yaitu 100 siswa

perempuan dan 60 siswa laki-laki.

Page 12: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

F. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Menurut Sarwiji (2011: 84) metode adalah suatu cara, jalan,

petunjuk pelaksaan atau petunjuk praktis suatu penelitian dilakukan. Agar

penelitian memperoleh hasil yang valid dan sesuai dengan tujuan, maka

diperlukan data yang objektif. Mendapatkan data yang objektif ini

diperlukan metode penelitian yang tepat. Menurut Narbuko dan Ahmadi

(2013: 3) metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati

untuk mencapai pemahaman. Moh. Nasir (dalam Mahmud, 2011: 98)

menyatakan bahwa ada empat metode yang dapat digunakan dalam sebuah

penelitian, yaitu metode historik studi, metode deskriptif, metode

eksperimental dan metode grounded research. Oleh karena itu, sesuai

dengan bingkai masalah dalam penelitian ini, maka metode yang dipakai

adalah metode deskiptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Cara utama itu digunakan setelah

penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan serta

penyelidikan.

Pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Mahmud (2011: 100)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang

diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat

mengenai fakta dan objek tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan

dengan menyimpulkan klasifikasi, analisis pengolahan data, membuat

kesimpulan dan laporan bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu

keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Berdasarkan

beberapa pendapat pakar penelitian di atas, maka metode penelitian yang

sesuai digunakan dengan penelitian ini adalah metode deskriptif, karena

dianggap relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Bentuk penelitian

Page 13: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk

penelitian yang mengadakan kerja sama antara peneliti dan guru.

Penggunaan bentuk penelitian tindakan kelas terhadap Peningkatan

Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan Menerapkan

Metode Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP

Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015

bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil dan proses pembelajaran

menentukan sinonim dan antonim.

3. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini akan membahas mengenai prosedur, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan releksi. (Arikunto, 2010: 138-140)

a. Penelitian Awal (pra siklus)

Penelitian kelas diawali dengan proses belajar mengajar tanpa

menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT) dalam

pembelajaran sinonim dan antonim, penelitian awal ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan sinonim dan

antonim, sebagai titik tolak penelitian dan perbandingan terhadap hasil

yang diperoleh setelah menggunakan metode latihan dalam

pembelajaran menentukan sinonim dan antonim.

Penelitian tes awal ini kita harus membuat perencanaan

pembelajaran yang berupa RPP yang nantinya akan dipakai sebagai

acuan dalam proses belajar mengajar khususnya pembelajaran

menentukan sinonim dan antonim kemudian dilanjutkan dengan

pengolahan data dari tes awal tersebut dari hasil tes awal yang

diperoleh dalam penelitian kualitatif sesuai dengan apa yang

dikemukakan dalam latar belakang penelitian ini maka perlu diadakan

perbaikan karena siswa belum optimal dalam proses belajar

mengajar bahasa Indonesia khususnya menentukan sinonim dan

Page 14: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

antonim. Hasil penelitian awal berdasarkan hasil tes menentukan

sinonim dan antonim diperoleh skor standar keseluruhan dari 160

siswa, yaitu skor yang diperoleh rata-rata mencapai 51,62 sedangkan

ketuntasan klasikal tergolong sangat kurang karena telah mencapai

6,45%.

b. Siklus I

Penelitian yang dilakukan pada siklus I meliputi:

1) Perencanaan

a) Penyusunan persiapan pengajaran siswa dengan pokok bahasan

yang akan disajikan tiap pertemuan (RPP).

b) Menyajikan media pembelajaran dengan pokok bahasan yang

diajarkan menentukan metode pengajaran.

c) Menyiapkan alat evaluasi.

2) Pelaksanaan Tindakan

a) Siswa mendengarkan penjelasan tentang sinonim dan antonim.

b) Pembagian lembar kerja pada siswa.

c) Siswa menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah wacana

dan ditulis di lembar kerja yang dibagikan. Metode Teams

Games Tournament (TGT) ini diberikan pada saat siswa

menentukan sinonim dan antonim secara berkelompok.

d) Secara berkelompok siswa maju ke depan kelas menempelkan

kata yang mengandung sinonim dan antonim di papan tulis

yang sudah ditulis di kertas karton secara bergantian.

e) Penguatan dan kesimpulan.

f) Kegiatan evaluasi.

3) Observasi

Tahap observasi ini dilakukan selama proses belajar

mengajar berlangsung untuk mengetahui berjalanya siklus sesuai

dengan yang direncanakan. Kegiatan belajar mengajar

berlangsung, observasi diarahkan pada proses itu sendiri, aktivitas

Page 15: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

menentukan sinonim dan antonim siswa serta evaluasi. Seluruh

hasil observasi dianalisis oleh peneliti setelah pelaksanaan siklus.

4) Refleksi

Tahap ini dilakukan setelah semua informasi tindakan

terkumpul, informasi tersebut berupa kualitas langkah-langkah

yang dilakukan serta perolehan nilai siswa berdasarkan langkah-

langkah tersebut dalam refleksi dilakukan analisis yang mendalam

terhadap kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil refleksi berupa

temuan siklus yang harus ditindaklanjuti. Adapun yang menjadi

acuan kriteria keberhasilan penelitian pada siklis I ini, yaitu:

a) Rata-rata kelas mencapai standar minimal sekitar 70 dengan

ketentuan sebagian besar (75%) siswa mampu memperoleh

nilai 70-100 pada kemampuan menentukan sinonim dan

antonim.

b) Sebagian siswa 75% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

di kelas. Apabila siklus pertama dikatakan gagal atau tidak

berhasil, maka peneliti mengambil tindakan, yaitu melanjutkan

ke siklus II.

c. Siklus II

Siklus ini ditentukan oleh hasil siklus I. Siklus II

berdasarkan hasil refleksi siklus I maka hambatan yang ditemui

akan diperbaiki dalam siklus II lebih lengkapnya akan disusun

rencana sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil

refleksi pada siklus I.

2) Tahap Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran menentukan sinonim

dan antonim menggunakan metode Teams Games Tournament

Page 16: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

(TGT) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada

siklus I dan pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi ini

guru menggunakan lembar kerja siswa. Pengamatan (observasi)

pada penelitian ini melakukan pengamatan terhadap siswa di

dalam proses belajar mengajar berlangsung, adapun hal yang

diamati, yaitu:

a) Selama proses belajar mengajar berlangsung diamati

tingkah laku siswa.

b) Penilaian terhadap hasil belajar dengan menggunakan tes

dilakukan pada akhir proses belajar mengajar.

3) Refleksi

Refleksi terhadap tindakan siklus II untuk memberikan

arti dan menyimpulkan hasil penelitian pada tindakan yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan

Antonim dengan Menerapkan Metode Teams Games

Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015”.

G. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa hasil observasi

pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi aktivitas siswa perindividu,

hasil angket kepada siswa untuk mendapatkan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menerapkan metode Teams Games Tournament

(TGT) serta hasil tes menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah

wacana.

2. Sumber data

Loflan (dalam Moleong, 2004: 154) mengatakan sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal

itu, sumber data dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan

Page 17: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang

terdiri dari 35 orang, yaitu 20 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

3. Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang penulis tetapkan, yaitu

Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan

Menggunakan Metode Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa

Kelas VII B SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya maka

dipilih lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Jalan Adisusipto, Km. 12,1

Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan

Barat.

H. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini,

yaitu:

a. Observasi langsung dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung.

b. Komunikasi langsung dengan wawancara dan percakapan.

c. Dokumenter.

d. Pengukuran melalui tes.

2. Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam

mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data

adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang

diperlukan.

a. Pengamatan atau observasi

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta

secara pasif. Pengamatan ini dilakukan terhadap guru ketika

memberikan materi pelajaran menentukan makna kata dalam wacana

di kelas dan mengamati kinerja siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung. Hasil observasi ditulis di lembar observasi.

Page 18: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

b. Wawancara atau diskusi

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan

metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkrit tentang

kemampuan menentukan sinonim dan antonim pada siswa kelas VII

SMP 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Peneliti akan mengadakan

wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia.

c. Kajian dokumen

Kajian dokumen yang peneliti lakukan adalah mengkaji hasil

nilai, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kurikulum serta

materi pelajaran.

4. Tes

Menurut Sarwiji (2012: 64) pemberian tes bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan

pemberian tindakan. Jadi, dalam penelitian ini peneliti memberikan tes

kepada subjek peneliti setelah mereka mengikuti proses pemberian

tindakan. Pemerolehan hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti

memberikan lembar tugas yang berisi perintah kepada siswa untuk

menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah wacana.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Berdasarkan rumusan di atas, dapat menarik garis besar bahwa analisis data

bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul

banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar,

foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya. Data dari

lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas,

Page 19: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan

menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif, tanpa menggunakan teknik

kuantitatif.

Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu tehnik yang

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul

dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi

yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki. Analisis data yang dilakukan, yaitu:

1. Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data di lokasi studi dengan

melakukan observasi dan mencatat dokumen menentukan strategi

pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta

pendalaman data pada proses pengumpulan data.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi data mentah menjadi data yang bermakna. Data yang diseleksi

untuk digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil

observasi sikap siswa dan hasil belajar siswa sebelum tindakan, hasil

wawancara dari guru dan beberapa siswa, dan hasil observasi terhadap

kegiatan guru dan siswa serta hasil keterampilan setelah siklus I dan siklus

II.

3. Penyajian data

Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan

dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya makna

peristiwanya lebih mudah dipahami. Sajian data dalam penelitian ini

disajikan dalam bentuk paparan deskriptif, tabel dan grafik.

4. Penarikan kesimpulan

Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan penyajian

data. Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari

Page 20: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

dan penyajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk

pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian

yang luas.

4. Waktu Kegiatan Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan

Januari 2014 sampai bulan Juni 2014. Rincian waktu penelitian tersebut dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

TABEL 1.1

RINCIAN WAKTU PENELITIAN

No. Jenis

Kegiatan

Bulan atau Minggu ke

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan

judul

2. Pembahasan

3. Konsultasi

4. Rencana

seminar

5. Pengumpulan

data

6. Persiapan

pendaftaran

ujian

7. Rencana ujian

skripsi

Page 21: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

BAGIAN II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kemampuan

Istilah kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang mendapat

konfiks “ke-an”. Menurut Poerwadarminta (1984: 682) dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia “mampu” berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu,

sedangkan “kemampuan” berarti kesanggupan, kecekatan dan kekuatan untuk

melakukan sesuatu. Menurut Muhammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:

10) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha

dengan diri sendiri. Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001: 34)

mendefinisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan

sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat

berhasil. Robbin (2007: 57) menyatakan bahwa kemampuan berarti kapasitas

seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai

keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Tiap individu

mempunyai kemampuan sendiri, kemampuan itu bisa datang sendiri atau

pembawaan dari lahir dan faktor lingkungan adalah apabila seseorang diasuh

atau dididik terampil dalam suatu bidang atau lapangan, maka ia mampu

melakukan kegiatannya dalam bidang tersebut. Kemampuan dalam hal ini

adalah kesanggupan menentukan makna kata dalam sebuah wacana.

B. Pengertian Sinonim

Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

onoma berarti nama sedangkan syn berarti dengan. Maka secara harfiah kata

sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik

Verhaar (dalam Abdul Chaer, 2009: 83) menyatakan bahwa sinonim adalah

17

Page 22: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau kalimat) yang maknanya kurang lebih

sama dengan makna ungkapan lain. Menurut Wijana (2008: 20) sinonim

adalah hubungan atau persamaan makna. Keraf (2005: 34) menyatakan bahwa

sinonim adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai telaah kata-kata yang

memiliki makna sama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya sama dengan bentuk

lain. Kesamaan itu berlaku untuk kelompok kata, frasa atau kalimat. Prof.

W.E. Collinson membedakan antara sinonim-sinonim ada sembilan

kemungkinan sebagai berikut:

1. Satu kata lebih umum daripada yang lain, yaitu bandingkan kata binatang

dengan hewan.

2. Satu kata lebih khusus dari yang lain, yaitu bandingkan kata mengamati

dengan memandang.

3. Satu kata lebih emotif dari yang lain, yaitu bandingkan kata memohon

dengan meminta.

4. Satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral sedangkan

yang lain netral, yaitu bandingkan kata sedekah dengan pemberian.

5. Satu kata lebih profesional daripada yang lain, yaitu bandingkan kata riset

dengan penelitian.

6. Satu kata lebih literer daripada yang lain, yaitu bandingkan dengan kata

puspa dengan bunga.

7. Satu kata lebih bersifat keseharian daripada yang lain, yaitu bandingkan

kata aku dengan saya.

8. Satu kata lebih bersifat dialek daripada yang lain, yaitu bandingkan kata lu

dan gua (Jakarta) dengan kamu dan saya.

9. Salah satu sinonim termasuk bahasa anak-anak, yaitu bandingkan kata

mama dengan ibu.

Jadi, memang benar bahwa sinonim hanya sedikit yang dapat

dipertukarkan dalam segala konteks tanpa ada perubahan sedikit pun dari

makna objektifnya, rasa dengan nada dan nilai yang terkandung di dalamnya.

Page 23: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Sinonim bukan hanya dalam bidang kata tetapi juga mencakup pada morfem,

yaitu:

1. Sinonim antara morfem bebas dengan morfem terikat.

Contoh : bukan teman saya

bukan temanku

2. Sinonim antara kata dengan kata.

Contoh : rumahnya buruk

rumahnya jelek

3. Sinonim antara kata dengan frasa atau sebaliknya.

Contoh : nenek telah meninggal

nenek telah tutup usia

4. Sinonim antara frasa dengan frasa.

Contoh : adik menggunakan sepeda baru

adik menggunakan sepeda yang baru

5. Sinonim antara kalimat dengan kalimat.

Contoh : Ibu membeli sayur.

Sayur dibeli ibu.

C. Pengertian Antonim

Kata antonim berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu onoma yang

artinya nama dan anti artinya melawan. Maka secara harfiah antonim berarti

nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik Verhaar (dalam Abdul

Chaer, 2009: 89) menyatakan bahwa ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau

kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Istilah

antonim kadang-kadang dipertentangankan dengan istilah sinonim, tetapi

status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan dapat

diidentifikasikan secara tepat. Contoh kata-kata yang antonim.

Besar x kecil bodoh x pandai

Lebar x sempit mudah x sukar

Page 24: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Ciri-ciri antonim yang dirumuskan Cruse tersebut jelas bahwa istilah

antonim mengacu hanya kepada oposisi yang bergradasi. Pasangan kata

antonim menunjukkan gradasi makan yang dinyatakan oleh pasangan kata

yang berantonim tersebut. Pasangan kata panjang-pendek misalnya,

menunjukkan adanya gradasi ukuran linier (kepanjangan) suatu objek yang

ditunjuk, mulai dari ukuran pendek terus bergradasi sampai ke panjang atau

sebaliknya. Apabila gradasi keberlawanan pasangan sinonim kata panjang-

pendek menjadi dua ranah menjadi ranah panjang dan ranah pendek. Ukuran

seberapa yang menjadi batas referen yang ditunjuk oleh ranah panjang dan

pendek tidak dapat ditentukan. Ukuran panjang dan pendek bersifat relative

dan konteks tuturan menentukkan apakah sebuah objek itu termasuk pendek

atau panjang.

1. Antonim dan Pengembangan Kosakata

Telaah antonim merupakan suatu cara yang efektif untuk

meningkatkan perbendaharaan serta keterampilan kosakata. Pada dasarnya

murid-murid sekolah dasar kelas satu dan kelas dua telah memahami

konsep lawan kata, seperti:

Atas >< Bawah

Besar >< Kecil

Antonim dapat pula di urutkan dari yang mudah (seperti yang tertera di

atas) menuju yang lebih sulit, seperti:

Moral >< a moral

Internal >< Eksternal

Seperti juga halnya bahwa tidak ada dua sinonim yang sama benar-

benar maknanya, maka sedikit sekali antonim yang benar-benar

merupakan lawan dari kata-kata lain. Tetapi seperti juga halnya kita dapat

mengelompokkan sinonim dengan tepat berdasarkan makna umumnya,

maka kita pun dapat pula mengklasifikasikan istilah-istilah tertentu

sebagai lawan atau hampir berlawanan dengan makna. Maka, kata pria

harus diajarkan serentak dengan kata wanita, begitu pula halnya:

Ayah dengan Ibu

Page 25: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Paman dengan Bibi

Pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih sulit kita pun dapat mengajarkan

sebagai berikut:

Optimis dengan Pesimis

Alfa dengan Omega

Menelaah antonim dapat merupakan suatu bagian dari analisis kata.

b. Antonim yang terbentuk dari prefiks:

Progresif − Regresi

Pretes − Postes

c. Sufiks yang menyatakan perbedaan atau pertentangan jenis kelamin:

Wartawan − Wartawati

Sastrawan − Sastrawati

Mempergunakan antonim-antonim sebagai bagian dari analisis

kata, jelas melibatkan penggunaan pergantian dan peninjauannya, satu

konsep dengan konsep lain, mengadakan asosiasi-asosiasi, membangun

serta membentuk pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama. Salah

satu latihan dalam bidang sastra, misalnya para siswa dapat mencatat

perbedaan antara:

Fiksi dengan Fakta

Denotasi dengan Konotasi

Antonim dapat pula ditelaah sebagai adjektif atau kata keadaan, misalnya:

Kuat dengan Lemah

Pandai dengan Bodoh

Dari pembicaraan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para siswa, maka

sepantasnyalah sang guru membuat latihan-latihan yang teratur dan

terpimpin mengenai konsep-konsep yang sama dan yang tidak sama. Para

guru dapat memanfaatkan penggunaan sinonim dan antonim sebagai suatu

metode telaah kosakata dengan menyajikan kepada para siswa contoh-

contoh yang cukup banyak dan beraneka ragam. Penggunaan metode

tersebut dapatlah diharapkan kosakata para siswa bertambah kaya baik

Page 26: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

secara kuantitas maupun kualitasnya. Sebelum sampai dapat mengenal

antonim dalam konteks, maka terlebih dahulu kita mengenal secara

khusus “ragam antonim”.

1. Ragam Antonim

Fromkin dan Rodman (1983: 193) serta Heatherington (1980: 139-

140) membedakan antonim menjadi lima macam, yaitu antonim

komplementer, antonim perbandingan (gradable), antonim relasional dan

antonim resiprokal.

a. Antonim komplementer

Antonim berkomplementer, yaitu pasangan yang saling

melengkapi.

Contoh: Hidup = tidak mati

Mati = tidak hidup

b. Antonim gradable (perbandingan)

Suatu antonim dapat disebut sebagai antonim gradable apabila

penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain.

Contoh: Tidak senang ≠ sedih

Tidak sedih ≠ senang

Namun, satu hal yang perlu diperhatikan dan juga dianggap benar

mengenai antonim-antonim yang merupakan pasangan gradable ini

ialah bahwa kelebihan sesuatu adalah merupakan kekurangan yang

lainnya.

Contoh: Lebih besar adalah kurang kecil

Lebih tinggi adalah kurang rendah

Ciri lain pasangan antonim gradable ialah bahwa berciri atau

bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota

pasangan yang tidak berciri atau bertanda itu biasanya dipakai dalam

petrtanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan kadar atau tingkat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari kita biasanya bertanya, yaitu:

Page 27: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Berapa tingginya? bukan Berapa rendahnya?

Berapa jauh? bukan Berapa dekatnya?

Atas pertanyaan diatas kita bisa menjawab:

Tingginya lima meter.

Jauhnya sepuluh kilometer.

Perlu kita perhatikan benar-benar bahwa makna kata-kata

keadaan tersebut dan juga yang sejenis dengan itu bersifat relasional.

Kata-kata itu sendiri tidaklah memberikan atau menyatakan suatu

informasi mengenai ukuran yang pasti karena pengetahuan kita

mengenai bahasa, dan juga mengenai benda-benda atau hal-hal di

dunia, maka hal-hal ini pada hakikatnya tidaklah menimbulkan

kebingungan atau keragu-raguan.

c. Antonim relasional

Antonim yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna

anggota pasangannya disebut antonim relasional, karena antara

anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang sangat erat.

Contoh: Guru dengan Murid

Pengajar dengan Pelajar

d. Antonim resiprokal

Antonim resiprokal adalah sejenis antonim yang mengandung

pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga

secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan

timbal balik.

Contoh: Saya menjual kepada kamu dan kamu membeli dari saya.

Perlu kita sadari bahwa pembagian ragam antonim atas pasangan-

pasangan komplementar, gradable, relasional, resiprokal itu tidaklah

bersifat mutlak, artinya lebih bersifat relatif. Suatu pasangan antonim tidak

harus hanya termasuk pada satu jenis antonim tertentu saja, tetapi

mungkin saja dimasukan kedalam dua atau lebih ragam antonim.

Page 28: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

D. Pengertian Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Sarwiji (2011: 84) metode adalah

suatu cara, jalan, petunjuk pelaksaan atau petunjuk praktis suatu penelitian

dilakukan. Menurut Rosdy Ruslan (2003: 24) metode merupakan kegiatan

ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami

suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban

yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk

keabsahannya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah

teknik atau cara yang berkaitan dengan cara kerja untuk melakukan suatu

kegiatan supaya mendapatkan sebuah jawaban yang ilmiah.

E. Pengertian Metode Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

David DeVries dan Keith Edwards. Para siswa dikelompokkan dalam tim

belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan

pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa

semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008: 13). Secara umum,

pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas

siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament

dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim.

Siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk

menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama

tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja

turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama.

Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil.

Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin

untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya.

Page 29: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah

juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi)

kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan

tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim

lainnya.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri

untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan

masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam

game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung

jawab individual. Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah

kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka

yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan

skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan

sebagai review materi pelajaran.

Menurut Slavin (2008: 170-171) ada empat langkah utama dalam

pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas

pembelajaran, yaitu:

1. Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.

2. Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka

untuk menguasai materi.

3. Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan

yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga

peserta).

4. Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim,

dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 30: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan

prosedur, sebagai berikut:

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja

turnamen (3 orang dengan kemampuan yang setara). Setiap meja terdapat

1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar

skor permainan.

2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan

yang lain menjadi penantang I dan II.

3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.

4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba

menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu

dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.

5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat

mengajukan jawaban secara bergantian.

6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu

jawaban yang benar (jika ada).

7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang

sama.

8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi

dengan semua tim.

9. Penghargaan sertifikat, tim super untuk kriteria atas, tim sangat baik

(kriteria tengah) dan tim baik (kriteria bawah)

10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat

siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran

telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di

sekolah. Terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-

metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan

tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa dari

tinjuan psikologis. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif

adalah teori motivasi dan teori kognitif. Menurut Slavin (2008: 34) perspektif

Page 31: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada

penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (dalam

Slavin, 2008: 34) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi

konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.

2. Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak

memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-

satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika

kelompok mereka sukses dari pespektif motivasional. Oleh karena itu, mereka

harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun agar kelompok

berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha

maksimal.

Menurut Slavin (2008: 36) pembelajaran kooperatif menekankan pada

pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi

dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para

siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan

mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen

mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan

perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif

menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan

berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang

belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif atau

elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah

menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk

semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki

Page 32: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan

sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis,

lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa

sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif

dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek

psikologis bagi siswa.

Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang

secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,

sebagai berikut:

1. Para siswa di kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman

yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada

siswa yang ada dalam kelas tradisional.

2. Meningkatkan perasaan atau persepsi siswa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa

harga diri akademik mereka.

4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal

dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau

perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran

TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual

siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk

mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Page 33: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

DAFTAR PUSTAKA

Suwandi, Sarwiji. (2011). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta:

Media Perkasa.

Mulyana. (2005). Kajian Wacana Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip

Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Rohmadi, Muhammad dan Aninditya Sri Nugraheni. (2011). Belajar Bahasa

Indonesia. Surakarta: Cakrawala Media.

Zuldafrial dan Muhammad Lahir. (2011). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Suwandi, Sarwiji. (2011). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Ismawati, Esti. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. (2008). Semantik: Teori dan

Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Keraf, Gorys. (2005). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Subroto, Edi D. (2011). Pengantar Studi Sementik dan Pragmatik. Surakarta:

Cakrawala Media.

Ullmann, Stephen. (2011). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

29

Page 34: Peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )

Chaer, Abdul. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.

Bandung: Nusa Media.

Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.