128
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat TUHAN Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan book report yang berjudul pengantar pendidikan. Book report ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga book report ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Book report ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya book report ini. Semoga book report ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Kupang, … November 2014 Penulis I

Pengatar Pendidikan Book report

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengatar Pendidikan Book report

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat TUHAN Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan book report yang berjudul pengantar pendidikan. Book

report ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

book report ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Book report ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi sempurnanya book report ini. 

Semoga book report ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Sekian dan terima kasih.

Kupang, … November 2014

Penulis

I

Page 2: Pengatar Pendidikan Book report

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................I

DAFTAR ISI .................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. IDENTITAS BUKU ........................................................................................... 1

B. GAMBARAN ISI BUKU ................................................................................... 1

C. ALASAN PEMILIHAN BUKU ......................................................................... 2

D. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................... 3

E. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 3

F. TUJUAN ............................................................................................................. 4

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN BUKU ..................................................................... 5

A. BAB I: HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN ....................................... 5

B. BAB II: LANDASAN PENDIDIKAN ................................................................ 9

C. BAB III: LINGKUNGAN PENDIDIKAN ....................................................... 14

D. BAB IV: AGERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN ....................................... 26

E. BAB V: KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA ....................................... 38

F. BAB VI: ANTROPOLOGI PENDIDIKAN ...................................................... 48

G. BAB VII: PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN ................................ 50

H. BAB VIII: SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL ............................................ 56

I. BAB IX: INOVASI PENDIDIKAN .................................................................. 65

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 80

A. SIMPULAN ....................................................................................................... 80

B. SARAN .............................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 81

II

Page 3: Pengatar Pendidikan Book report

BAB I

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS BUKU

Pengarang : 1. Drs. Din Wahyudin, M.A

2. Dra. Kurniasih, M.Pd

3. Drs. Tatang Saripudin, M.Pd

4. Dra. Ocih Setiasih, M.Pd

Judul buku : Pengantar Pendidikan

Tahun terbit :2008

PENERBIT : PT. Rajagrafindo Persada

Kota : Jakarta

Halaman : 384

B. GAMBARAN ISI BUKU

Adapun gambaran isi buku tersebut yaitu :

1. BAB 1 : HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia

Kegiatan Belajar 2: Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

Kegiatan Belajar 3: Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia

2. BAB II : LANDASAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Landasan Yuridis dan Landasan Filosofis

Pendidikan

Kegiatan Belajar 2: Landasan Ilmiah Pendidikan

3. BAB III : LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Lingkungan Pendidikan Tripusat Pendidikan:

Keluarga, Sekolah, & Masyarakat.

Kegiatan Belajar 2: Pendidikan sebagai Suatu Proses

4. BAB IV : AGERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Progresivisme dan Esensialisme

Kegiatan Belajar 2: Perenialisme dan Konstruktivisme

5. BAB V : KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kegiatan Belajar 1: Kondisi Pendidikan di Indonesia

1

Page 4: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 2: Aliran Pendidikan di Indonesia

6. BAB VI : ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Kebudayaan, Kepribadian dan Pendidikan

Kegiatan Belajar 2: Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya

Indonesia

Kegiatan Belajar 3: Impian Karakteristik Manusia Indonesia terhadap

Pendidikan

7. BAB VII : PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Aspek-aspek Penyebab Perubahan Sosial

Kegiatan Belajar 2: Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia

8. BAB VIII : SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Kegiatan Belajar 1: Sistem dan Sistem Pendidikan

Kegiatan Belajar 2: Sistem Pendidikan Nasional

9. BAB IX : INOVASI PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Inovasi dan Difusi Inovasi Pendidikan

Kegiatan Belajar 2: Adopsi dan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan

C. ALASAN PEMILIHAN BUKU

Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia,bahkan

pendidikan menjadi prioritas yang utama setelah kebutuhan primer. Pendidikan yang

seharusnya, tidak mungkin berjalan dengan baik tanpa adanya unsur-unsur yang terlibat

didalamnya untuk mengantar manusia lebih cerdas dengan adanya pendidikan.

Mengingat pentingnya hal diatas, sehingga dirasakan perlu untuk mengkaji buku

yang membahas hal tersebut. Penulis memilih buku ini sebagai book report untuk mata

kuliah”Pengantar Pendidikan”yang dibimbing oleh bapak Drs.S.P.Taneo S.Pd,M.Si.

2

Page 5: Pengatar Pendidikan Book report

D. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan pendidikan semakin lama semakin berkembang,hal tersebut sesuai

dengan majunya dan meningkatnya kualitas pendidkan pada saat ini. Hal ini memicu agar

pendidikan tetap berjalan dengan baik. Oleh sebab itu diperlukan cara dan tindak yang

efektif untuk membangun pendidikan dimasa sekarang.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia

menurut ukuran normatif. Dalam pengertian umum pendidikan adalah proses budaya oleh

generasi yang mengambil peran penting dalam sejarah,walaupun pendidikan merupakan

proses budaya masa kini yang akan mengantar ke budaya pendidikan masa depan.

Pengantar pendidikan bertujuan menyajikan berbagai konsep esensial tentang

pendidikan yang berkembang dalam dunia modern baik secara langsung dan tidak

langsung mempengaruhi teori-teori dan prakteknya pendidikan di Indonesia dewasa ini.

Bagaimanapun, pengantar pendidikan sebagai proses menghantar manusia untuk

mengembangkan kemampuan potensi individu,sehingga bisa hidup optimal baik sebagai

pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan social

sebagai pedoman hidup.

E. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas,adapun rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa dan bagaimana hakikat manusia yang mengharuskan aktif menyelenggarakan

pendidikan?

2. Bagaimana menyatakan karakteristik sosial manusia Indonesia sebagai manusia

berkualitas dan kompetitif?

3. Bagaimana mengintegrasikan landasan dan asas-asas pendidikan?

4. Apa itu pendidikan sebagai proses?

5. Apa itu situasi pendidikan dan unsur-unsurnya?

6. Apa itu pendidikan sebagai system?

7. Apa itu Sistem Pendidikan Nasional?

8. Apa itu pengertian perubahan social dan pembangunan?

3

Page 6: Pengatar Pendidikan Book report

9. Apa itu kebijaksanaan pembangunan pendidikan dan hasil-hasilnya?

10. Apa itu pengertian dan perlunya pendidikan?

11. Apa itu ruang lingkup inovasi pendidikan?

12. Bagaimana cara melakukan inovasi pendidikan?

F. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yaitu sebagai berikkut:

1. Mendeskripsikan hakikat manusia yang mengharuskan aktif menyelenggarakan

pendidikan

2. Menyatakan karakteristik sosial manusia Indonesia sebagai manusia berkualitas dan

kompetitif.

3. Mengintegrasikan landasan dan asas-asas pendidikan

4. Menjelaskan pendidikan sebagai proses

5. Menjelaskan situasi pendidikan dan unsur-unsurnya

6. Menjelaskan pendidikan sebagai system

7. Menjelaskan Sistem Pendidikan Nasional

8. Menjelaskan pengertian perubahan social dan pembangunan

9. Menjelaskan kebijaksanaan pembangunan pendidikan dan hasil-hasilnya

10. Menjelaskan pengertian dan perlunya pendidikan

11. Menjelaskan ruang lingkup inovasi pendidikan

12. Melakukan inovasi pendidikan

4

Page 7: Pengatar Pendidikan Book report

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN BUKU

A. BAB I: HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia

a. Pengertian Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala

sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang

berbagai hal yang di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri, ia

mempelajarinya melalui berbagai pendekatan (commonsense, ilmiah, filosofis,religi)

atau melalui sudut pandang (biologo, sosiologi, antropologi, psikologi, politik). Sebab

itu, kita dapat menemukan berbagai ragam pengetahuan dengan karakteristiknya

malam-malam khazanah pengetahuan tentang manusia.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian hakikat manusia adalah seperangkap

gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia

di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya “ (principe

de’etre) manusia. Hakikat manusia adalah seperangkap gagasan tentang “sesuatu

yang olehnya” manusia menjadi apa yang terwujud, manusia memiliki karakteristik

yang khas, ia merupakan sebuah nila yang unik, yang memiliki suatu martabat khusus

(Louis Leahy, 1985).

b. Aspek-aspek Hakikat Manusia

1. Manusia sebagai makhluk Tuhan

Manusia adalah subjek memilki kesadaran (consciousness) dan

penyadaran diri (self-awarness). Selain mempertanyakan asal-usul alam semesta

manusiapun mempertanyakan asal-usul keberadaannya.

Terdapat dua pandangan filsafat tentang asal-usul alam semesta, yaitu

a) Evolusionisme, alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh Sang

pencipta atau Prima Causa, melainkan ada dengan sendirinya sebagi hasil

evolusi. Dianut oleh Herbert Spencer (S.E. Frost Jr. 1957) dan Konosuke

Matsushita(1997).

5

Page 8: Pengatar Pendidikan Book report

b) Kreasionisme, adanya alam semesta sebagai suatu ciptaan suatu Creative

Cause atau Personality atau Tuhan Yang Maha Esa. (J. Donal Butler, 1968).

Dianut oleh Thomas Aquinas (S.E. Frost Jr.,1957) dan Al-Ghazali (Ali Issa

Othman, 1987).

Dari pandangan di atas memang tidak dapat dipungkiri tentang adanya

proses evolusi namun atas dasar keyakinan agama tentu saja kita tak dapat

menerima bahwa keberadaan manusia di alam semesta sebagai hasil evolusi tanpa

pencita.

2. Manusia Sebagai Kesatuan Badan-Roh.

Terdapat empat paham mengenai permasalahan aspek yang esensial pada diri

manusia, yaitu materialisme, idealisme, dualisme, dan paham yang menyatakan

bahwa manusia adalah kesatuan badan-roh.

a) Materialisme; manusia merupakan bagian dari alam semsta sehingga manusia

tidak berbeda dari alam itu sendiri.

b) Idealisme; esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohani. Dalam

hubungannya dengan badan, jiwa berperan sebagai pemimpin badan, badan

mempunyai ketergantungan kepada jiwa.

c) Dualisme; pandangan pihak pertama bersifat monis-materialis, sedangkan pihak

kedua bersifat monis-spiritualis.

d) E.F. Schumacher (1980) memandang manusia sebagai kesatuan dari hal yag

bersifat badani dan rohani.

Jelaslah bahwa manusia itu adalah kesatuan badani-rohani. Implikasinya maka

manusia itu berinteraksi atau berkomunikasi, memiliki historisitas dan dinamika.

3. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualisme

manusia. Manusia sebagai individu merupakan kanyataan yang paling rill dalam

kesadran manusia, dan sebagai individu manusia adalah kesatuan yang tak dapat

dibagi antara aspek badani dan rohaninya. Setiap manusia mempunyai dunianya

sendiri dan secara sadar berupaya menunjukan eksistensinya. Theo Huijbers

menyatakan “manusia mempunyai kesendirian yang ditunjukan dengan kata pribadi”.

6

Page 9: Pengatar Pendidikan Book report

4. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk individual namun tak mungkin hidup sendirian. Manusia

hidup dalam dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dengan

sesamanya (masyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu dan

mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama. Aritoteles menyebut manusia

sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Adanya hubungan tibal balik

antara individu dengan sesama maka hubungan itu merupakan hubungan antar subjek

dengan subjek. Maka hendaknya terdapat keseimbangan antara individualitas dan

sosialitas.

5. Manusia Sebagi Makhluk Berbudaya

Kebudayaan bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan

menyakut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia

tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan

bersama kebudayaannya (C.A. Van Peursen, 1957).

Adanya dampak positif dan negatif dari kebudayaan masyarakat kadang-kadang

terombang-ambing diantara dua relasi. Disatu pihak ada yang melestarikan bentuk-

bentuk lama (tradisi), sedangkan dilain pihak ada yang menciptakan hal-hal baru

(inovasi)

6. Manusia Sebagai Makhluk Susila

Manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis

yang memberikan printah mutlak “categoricalimperative”, (Immanuel Kant). Adapun

kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nila-

nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan

memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian

moral atau tuntutan pertangggung jawaban atas perbuatannya.

7. Manusia Sebagai Makhluk Beragama

Aspek keberagamaan merupakan karakteristik esensial eksistensi manusia yang

terungkap dalam bentu7k pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama. Ini

terdapat pada manusia dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang), dan dalam

rentang geografis. Agama ialah; “satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan)

atas adanya suatu yang mutlak diluar manusia.

7

Page 10: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 2: Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

a. Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia

1. Manusia sebagai makhluk yang belum selesai

Manusia secara aktif “mengadakan” dirinya, tetapi bukan dalam arti

menciptakan dirinya sebagaimana Tuhan menciptakan manusia, ia harus

bertanggung jawab atas keberadaan dirinya dan bertanggung jawab menjadi apa

atau menjadi siapa nantinya. Manusia memiliki historisitas dan hidup bertujauan

karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya dan sekaligus

menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam

perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia,

tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan diri sebagai manusia.

2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia

Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, namun kesadaran akan

tujuan hidupnya, kemampuan untuk hidup sesuai individualitas, sosialitanya,

tidak dibawa sejak kelahirannya, melainkan harus diperoleh manusia melalui

bantuan berupa pengajaran.

b. Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan

1. Asas Potensialitas

Manusia memiliki potensi untuk berbuat baik, potensi yang ada pada

manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, untuk itu

manusia memerlukan pendidikan.

2. Asas Dinamika

Pendidikan dilakukan dalam rangka membantu manusia (peserta didik)

agar menjadi manusia ideal.

3. Asas Individualitas

Individu memiliki kesendirian (subjektivitas) yang bebas dan aktif untuk

berupaya mewujudkan dirinya.

4. Asas Sosialitas

Sebagai insan sosial, setia individu akan menerima pengaruh dari individu

yang lainnya ini memberikan kemungkinan bagi manuisa untuk dapat dididik.

8

Page 11: Pengatar Pendidikan Book report

5. Asas Moralitas

Manusia memiliki kemampuan untuk berperilaku baik atas dasar

kebebasan dan tanggung jawab (aspek moralitas).

Kegiatan Belajar 3: Pendidikan, Martabat dan Hak Asasi Manusia

a. Pendidikan Sebagai Humanisasi

Hakikat tugas dan tujuan hidup manusia adalah menjadi manusia. Tugas dan

tujuan hidup manusia adalah membangun atau “mengadakan” dirinya mendekati

manusia ideal. Manusia bertugas dan bertujuan untuk menjadi manusia melalui

pendidikan. Maka pendidikan didefinisikan sebagai humanisasi (upaya

memanusiakan manusia) agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Sebagai humanisasi pendidikan mempunyai arti yang cukup luas dan

komprehensif yang meliputi berbagai pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan

mono disipliner. Sebagai hamunisasi pendidikan berarti sebagai upaya pengembangan

potensi manusia (sudut pandang psikologi).

b. Pendidikan dan Hak Asasi Manusia

John locke menyatakan bahwa hak adlah milik manusia karena naturanya,

namun karena natura ini adalah natura sosial maka dengan apa yang saya anggap

sebagai hak saya, saya juga diwajibkan mengakui adanya hak orang lain (Henderson,

1959). Hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok (KBBI, 1959). Hak asasi

merupakan hak-hak alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini adalah karunia

Tuhan.

Hak-hak tersebut antara lain hak hidup, kebebasan, pengejaran,

kebahagiaan, kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan berkumpul,

berserikat dan hak perlindungan. Kesempatan pendidikan yang memadai harus

menjadi hak bawaan setiap anak (United States Information Agency,1991).

Pendidikan sebagai upaya agar manusia memperoleh hak-haknyanyang asasi.

B. BAB II: LANDASAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Landasan Yuridis dan Landasan Filosofis Pendidikan

1) Landasan Pendidikan

Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik

tolak dalam rangka praktik praktik pendidikan. Fungsi landasan pendidikan adalah

9

Page 12: Pengatar Pendidikan Book report

memberikan dasar pijakan atau titik tolak bagi seseorang, sekelompok orang atau

lembaga dalam rangka praktik pendidikan.

2) Landasan Yuridis Pendidikan

Landasan yuridis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai titik tolak dalam rangka

pengelolaan, penyelengaraan dan kegiatan pendidikan dalam suatu sistem pendidikan

nasional.

Landasan yuridis sistem pendidikan nasional Indonesia, anatara lain berbentuk

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, beserta berbagai

Peraturan Pemerintah (PP) yang berkenaan dengan pendidikan yang menyertainya.

Landasan yuridis pendidikan bersifat ideal dan normatif, artinya merupakan

sesuatu yang diharapkan dilaksanakan dan mengikat untuk dilaksanakan oleh setiap

pengelola, penyelenggara dan pelaksana pendidikan di dalam sistem pendidikan

nasional.

3) Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat asumsi pendidikan yang

dideduksi dari asumsi-asumsi filsafat umum (metafisika, epistemologi, dan aksiologi)

yang bersifat prekskriptif dari suatu aliran filsafat tertentu.

Metafisika (Hakikat Realitas)

Sebagaimana diyakini, realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan

sendrinya, melainkan sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa.

Epistemologi (Hakikat Pengetahuan)

Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan

telah menurunkan pengetahuan baik melalui utusan-Nya (berupa wahyu) maupun

berbagai hal yang ada di alam semesta termasuk hukum-hukumnya. Manusia dapat

memperoleh pengetahuan melalui berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan

intuisi dalam konteks interaksi/ komunikasi dengan segala yang ada dalam

hidupnya.

10

Page 13: Pengatar Pendidikan Book report

Aksiologi (Hakikat Nilai)

Sumber segala nilai hakikatnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Manusia

adalah makhluk ciptaan Tuhan, insan pribadi/ individual sekaligus insane sosial

maka hakikat nilai diturunkan dari Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat dan

individu. Nilai-nilai individual dan nilai-nilai sosial tidak boleh bertentangan satu

sama lain, dan juga kedua-duanya tidak boleh bertentangan dengan nilai dari

Tuhan (nilai-nilai agama) sesuai keyakinan agama masing-masing.

Kegiatan Belajar 2: Landasan Ilmiah Pendidikan

1) Landasan Psikologi Pendidikan

Landasan psikologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil

studi disiplin psikologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

a) Perkembangan Individu dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Dalam perjalanan hidup, setiap individu mengalami perkembangan

(development), yaitu proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak

terjadinya pembuahan (conception) hingga meninggal dunia.

Yelon dan Weinstein (1977) mengemukakan lima prinsip perkembangan

individu, yaitu:

Perkembangan individu berlangsung terus-menerus sejak perubahan hingga

meninggal dunia.

Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda tetapi pada umumnya

mempunyai perkembangan yang normal.

Semua aspek perkembangan yang bersifat fisik, sosial, mental dan emosional

satu sama lainnya saling berhubungan atau saling mempengaruhi.

Arah perkembangan individu dapat diramalkan.

Perkembangan berlangsung secara bertahap. Tahap perkembangan berlangsung

terus-menerus dan bersifat over-laping.

Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai

keadaan fisik, sosial, emosional, moral, dan mentalnya. Implikasi dari konsep

perkembangan individu terhadap pendidikan, yaitu

Perkembangan individu semenjak lahir tidak mengalir ibarat aliran air

melainkan berlangsung secara bertahap.

11

Page 14: Pengatar Pendidikan Book report

Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Perkembangan peserta didik mengandung tugas-tugas perkembangan yang

harus diselesaikannya.

Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas

perkembangan individu akan berakibat negatif bagi perkembangan selanjutnya.

Prinsip dan arah perkembangan individu.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu dan Implikasinya

terhadap Pendidikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat dikelompokkan

menjadi 3 yaitu:

Nativisme

Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia

dengan membawa factor-faktor heredity (hereditas) yang berasal dari orang tuanya,

hereditas inilah faktor penentu perkembangan individu.

Empirisme

Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia dalam

keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi (as a blank slate atau tabula

rasa).

Konvergensi

Penganut teori ini berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh

faktor hereditas maupun oleh faktor lingkungan (pengalaman).

c) Teori Belajar dan Implikasinya terhadap Pendidikan

Teori belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aliran yaitu:

Behaviorisme

Teori belajar ini didasarkan pada asumsi bahwa hasil belajar berupa

perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan dimodifikasi oleh kondisi-

kondisi lingkungan, komponen teori behaviorisme berupa stimulus, respon, dan

konsekuensi dan kondisi lingkungan sebagai faktor pendukung.

Kognitif

12

Page 15: Pengatar Pendidikan Book report

Teori belajar ini didasarkan pada asumsi bahwa individu mempunyai

kemampuan memproses informasi tergantung pada faktor kognitif, belajar adalah

proses internal yang kompleks, hasil belajar berupa perubahan struktur kognitif,

cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap

perkembangannya.

Humanisme

Teori belajar ini didasarkan pada asumsi bahwa individu yang mempunyai

kebebasan memilih untuk menentukan hidupnya, mepunyai hasrat untuk

mengetahui, hasrat untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalamn-

pengalamannya, belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu, dan belajar

melibatkan aspek intelektual dan emosional individu.

2) Landasan Sosiologis Pendidikan

Landasan sosiologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber

dari hasil studi disiplin sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik

pendidikan.

a) Individu dan Masyarakat serta Implikasinya terhadap Pendidikan

Kesatuan yang tak dapat dibagi, unik, dan otonom. Masyarakat

didefinisikan Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup

dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial degan batas-batas

yang dirumuskan Individu adalah manusia perseorangan yang mempunyai

karakteristik bahwa ia sebagai dengan jelas”.

b) Pendidikan masyarakat

Sudarja Adiwikarta (1988) mengemukakan terdapat hubungan pendidikan

dan masyarakat, yaitu

o Hubungan yang tetap dan positif antara derajat pendidikan dengan

kehidupan ekonomi, dalam arti makin tinggi derajat pendidikan suatu

masyarakat makin tinggi pula derajat ekonominya.

o Di dalam masyarakat terdapat stratifikasi sosial (pelapisan sosial).

o Pendidikan berpengaruh terhadap mobilitas sosial.

o Pendidikan mempunyai peranan dalam rangka perubahan sosial.

13

Page 16: Pengatar Pendidikan Book report

3) Landasan Antropologis Pendidikan

Landasan antropologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang

bersumber dari hasil studi disiplin antropologi yang dijadikan titik tolak dalam

rangka praktik pendidikan.

Ditinjau dari antroplogi pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi dilakukan

masyarakat karena kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa sejak lahir,

dan demi mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri.

4) Landasan Historis Pendidikan

Landasan historis pendidikan merupakan seperangkat konsep dan praktik

pendidikan masa lampau sebagai titik tolak sistem pendidikan masa kini yang

terarah ke masa depan. Pendidikan ditinjau dari sudut pandang historis adalah

enkulturasi khusus, yaitu suatu proses pembudayaan yang selaras dengan warisan

sosial.

5) Ladasan Ekonomik Pendidikan

Ekonomika merupakan studi tentang kemakmuran materil manusia. Ditinjau

dari sudut pendidikan ekonomi, pendidikan adalah human investment atau upaya

penanaman modal pada diri manusia (Odang Muchtar, 1976).

Hubungan antara pendidikan dan ekonomi, antara lain melalui pendidikan

tenaga kerja prokduktif dapat dihasilkan. Sebaliknya, pelaksanaan pendidikan

memerlukan sejumlah dana yang harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif.

C. BAB III: LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Lingkungan Pendidikan Tripusat Pendidikan: Keluarga,

Sekolah dan Masyarakat.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang di luar diri individu. Lingkungan dapat

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Lingkungan alam, dan

Lingkungan sosial budaya.

Dalam arti yang luas, pendidikan adalah hidup atau kehidupan itu sendiri, artinya

semua pengalaman hidup yang berlangsung di dalam lingkungan dan berpengaruh positif

bagi perkembanagan individu (pribadi) adalah pendidikan. Di dalam lingkungannyalah

14

Page 17: Pengatar Pendidikan Book report

setiap indidvidu mendapatkan pendidikan. Sebab itu, lingkungan tempat individu hidup

merupakan lingkungan pendidikan baginya.

Hakikatnya pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks ini, pendidikan

dapat berlangsung di dalam berbagai lingkungan, yaitu dalam lingkungan pendidikan

informal (keluarga), di dalam lingkungan formal (sekolah), dan di dalam lingkungan

pendidikan nonformal (masyarakat). Berkenaan dengan ketiga lingkungan pendidikan ini

Ki Hajar Dewantara mengemukakan konsep yang di kenal sebagai Tri pusat pendidikan.

Adapun dalam pasal 13 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “sistem pendidikan nasional”

dinyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,informal, dan

nonformal”. Karena itu, dalam konteks sistem pendidikan nasional bahwa keluarga,

sekolah, dan masyarakat merupakan komponen sistem pendidikan.

a. Keluarga (Lingkungan Pendidikan Informal)

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya

terdapat disetiap tempat di dunia (universe). Keluarga adalah unit sosial berdasarkan

hubungan darah atau keturunan, yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti

sempit.

1. Bentuk Keluagra

Ada berbagai jenis bentuk keluarga, menurut Komato Sunarto (1993)

Berdasarkan keanggotaannya, keluarga di bedakan menjadi keluarga adalah

keluarga batih (nuclear family ) dan keluarga luas (extended family).

Selain itu,berdasarkan pemegang kekuasaannya, keluarga dibedakan

menjadi: keluarga patriarhat (patriarchal), keluarga matriarhat (matriarchl)

dan kelurga equilitarian.

2. Fungsi Keluarga

Kelurga memiliki berbagai fungsi, fungsi keluarga antara lain fungsi

biologis, fungsi ekonomis, fungsi edukatif, fungsi religius, fungsi sosialisasi,

fungsi rekreasi, fungsi orientasi. Menurut ahli antropologi ada fungsi- fungsi

kelurga yang bersift universal, George Peter Murdock (Sudardja Adiwikarta,

1988) mengemukakan empat fungsi kelurga yang bersifat universal, yaitu

sebagai berikut.

15

Page 18: Pengatar Pendidikan Book report

Sebagai perantara yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan

wanita dewasa berdasarkan pernikahan.

Mengembankan keturunan

Melaksanakan pendidikan.

Sebagai kesatuan ekonomi.

3. Penanggung Jawab Pendidikan Dalam Kelurga

Sebagai satu fungsi kelurga adalah melaksanakan pendidikan. Dalam hal

ini orang tua (ibu dan ayah) adalah pengemban tanggung jawab atas pendidikan

anak. Secara kodrati orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas

kasih sayangnya orang tua mendidikan anak. Orang yang berperan sebagai

pendidik bagi anak di dalam keluarga utamanya adalah ayah dan ibu. Dalam

kelurga luas (extended family), kakek, nenek, paman, bibi, bahkan pembantu

rumah tangga pun turut serta bergaul dengan anak, mereka juga akan turut

mempengaruhi atau mendidik anak.

4. Kelurga merupakan Lingkungan Pendidikan yang Bersifat Wajar atau

Informal

Pendidikan dalam kelurga dilaksanakan atas dasar tanggung jawab kodrati

dan atas dasar kasih sayang yang secara naluriah muncul pada diri orang tua.

Sejak anak itu lahir orang tua sudah terpanggil untuk menolongnya,

melindunginya, dan membantunya. Pelaksanan pendidikan berlangsung tidak

dengan cara- cara yang arti fisial, melainkan secara alamiah atau berlansung

secara wajar. Karena itu, pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan

informal.

5. Tujuan dan Isi Pendidikan Dalam Keluarga

Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan di dalam keluarga yang di rumuskan

secara tersurat, tetapi secara tersirat di pahami bahwa tujuan pendidikan dalam

keluarga pada umumnya adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap,

beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik.

6. Situasi Keluarga Mempengaruhi Pendidikan Anak

16

Page 19: Pengatar Pendidikan Book report

Berbagai faktor yang ada dan terjadi di dalam keluarga akan turut

menentukan kualitas hasil pendidikan anak. Jenis kelurga, gaya kepemimpinan

oang tua, kedudukan anak dalam urutan keanggotaan keluarga, fasilitas yang ada

dalam keluarga, hubungan keluarga dengan dunia luar, status sosial ekonomi

orang tua, dan sebagainya akan turut mempengaruhi situasi pendidikan dalam

kelurga, yang pada akhirnya akan turut pula mempengaruhi pribadi anak.

7. Karasteristik Lingkungan Pendidikan Informal (Kelurga)

Lingkungan pendidikan tergolong jalur pendidikan informal, adapun

karakteristik antara lain:

Tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan karakter;

Peserta didiknya bersifat heterogen;

Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/ tidak ada kurikulum

tertulis;

Tidak berjenjang;

Waktu pendidikan terjadwal secara ketat, relatif lama;

Cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar;

Evaluasi pndidikan tidak sistematis dan tidak sistematis dan insidental;

Credentials tidak ada dan tidak penting.

b. Sekolah (Lingkungan Pendidikan Formal)

Sekolah adalah suatu satuan (unit) sosial atau lembaga sosial yang secara sengaja

dibangun dengan kekhususan tugasnya untuk melaksanakan proses pendidikan

(Odang Muchtar, 1991 ).

1. Bentuk Sekolah

Sebagai lingkungan pendidikan informal, sekolah dibagi atas tiga jenjang

pendidikan (sekolah), yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

2. Tujuan Pendidikan Sekolah

Sekolah mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan jenjang bentuk dan

jenisnya. Tujuan sekolah dapat anda temukan di dalam sekolah yang

bersangkutan. Tujuan sekolah umumnya adalah memberikan bekal kemampuan

peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

17

Page 20: Pengatar Pendidikan Book report

masyarakat, warga negara, makhluk Tuhan, serta memprsiapkan peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

3. Fumgsi Sekolah

Sekolah memiliki fungsi konservasi dan fungi inovasi. Fungsi konservasi,

yaitu upaya- upaya sekolah dalam melestarikan nilai- nilai sosial- budaya

masyarakat. Sedangkan fungsi inovasi adalah upaya- upaya sekolah dalam rangka

melakukan pembruan di dalam masyarakat. Selain itu sekolah juga memiliki

fungsi personalisasi (individualisasi), sosialisasi, nasionalisasi, universalisasi, dan

profesionalisasi.

4. Kurikulum Sekolah

Di dalam Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa kurikulum di susun dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

Peningkatan iman dan takwa;

Peningkatan akhlak mulia;

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

Keragaman potensi daerah dan lingkungan;

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

Tuntutan dunia kerja;

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

Agama;

Dinamika perkembangan global;

Persatuan nasional dan nilai- nilai kebangsaan.

Selanjutnya, pada pasal 37 dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar

dan menengah wajib memuat:

Pendidikan agama;

Pendidikan kewarganegaraan;

Bahasa;

Matematika;

Ilmu pengetahuan alam;

Ilmu pengetahuan sosial;

18

Page 21: Pengatar Pendidikan Book report

Seni dan Budaya;

Pendidikan jasmai dan olahraga;

Ketrampilan dan Kejuruan;

Muatan lokal

Sedangkan pendidikan tinggi wajib memuat;

Pendidikan agama;

Pendidikan kewarga negaraan;

Bahasa, ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana di maksud di atas diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Guru perlu memahami latar belakang kelarga peserta didiknya, melalui

jalinan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua anak didik, guru akan

memperoleh berbagai masukan sebagai dasar pertimbangan dalam membantu

peserta didik mengembangkan kepribadiannya. Sebab pada dasarny antara

pendidikan sekolah dan di dalam keluarga tidak boleh ada pertentangan yang akan

merugikan perkembangan anak.

5. Karakteristik Sekolah

Lingkungan pendidikan sekolah tergolong jalur pendidikan formal, adapun

karakteristiknya, antara lain:

Secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada perkembangan

intelektual;

Peserta didiknya bersifat homogen;

Isi pendidikannya terprogram secara formal/ kurikulumnya tertulis;

Terstruktur, berjenjang dan bersinambungan;

Waktu pendidikan terjadwal secara ketat, dan relatif lama;

Cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artificial ;

Evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis;

Credentials ada dan penting.

c. Masyarakat (Lingkungan Pendidikan Nonformal)

19

Page 22: Pengatar Pendidikan Book report

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang berintegrasi secara

terorganisasi, menenpati daerah tertentu, dan mengikuti suatu cara hidup atau budaya

tertentu. Masyarakat dapat dibedakan dalam berbagai jenis. Jenis masyarakat, antara

lain masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban

community).

1. Masyarakat Sebagai Lingkungan Pendidikan Nonformal

Di dalam lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman

tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan

sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Di dalam lingkungan setiap orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya

mendidik dari orang- orang yang di sekitarnya, baik dari teman sebaya maupun

orang dewasa melalui interaksi sosial secara langsung atau tatap muka.

2. Bentuk Lingkungan Pendidikan Nonformal

Masyarakat sebagai lingkungan nonformal hendaknya kita pahami sebagai

lingkungan pendidikan di luar keluarga dan di luar sekolah. Pendidikan

nonformal dapat terselenggara secara tidak terstruktur dan tidak terjenjang, dapat

pula di selenggarakan secara terstuktur dan berjenjang.

3. Tanggung Jawab dan Fungsi Lingkungan Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal selain menjadi tanggung jawab pemerintah, juga

menjadi tanggung jawab bersama para orang dewasa (masyarakat) yang ada di

lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Pendidika dalam lingkungan

masyarakat dapat berfunfsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah, dan

mungkin juga pengembang pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah.

4. Karakteristik Lingkungan Pendidikan Nonformal

Lingkungan pendidikan masyarakat, seperti kursus,kelompok belajar dan

lainnya, tergolong jalur pendidikan nonformal, adapun karakteristiknya antara

lain:

Secara faktualtujuan pendidikannyan lebih menekankan pada pengembangan

ketrampilan praktis;

Peserta didiknya bersifat heterogen;

20

Page 23: Pengatar Pendidikan Book report

Isi pendidikannya terprogram secara tertulis, dan ada pula yang tidak

terprogram secara tertulis;

Dapat terstruktur, berjenjang dan bersinambungan dan dapat pula tidk

terstruktur, tidak berjenjang dan tidak bersinambungan;

Waktu pendidikan secara terjadwal dan tidak terjadwal , dan relatif singkat;

Cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artificial mungkin pula

bersifat wajar ;

Evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak

sistematis;

Credentials mungkin ada dan mungki pula tidak ada.

d. Hubungan Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat

Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup di lingkungan masyarakat saja.

Akan tetapi dalam masyarakat modern, kelurga tidak dapat lagi memenuhi semua

kebutuhan dan inspirasi pendidikan bagi anak- anaknya, baik menyangkut

pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan utuk melaksanakannya di dalam

masyarakat.

Kegiatan Belajar 2: Pendidikan sebagai Suatu Proses

a. Pengertian Pendidikan

1. Unsur- unsur Pendidikan

Menurut Suatn Zanti Arbi dan Syahniar Syahrun, 1992/ 1993, Pendidikan

memiliki berbagai unsusr- unsur pendidikan antara lain;

Tujuan pendidikan

Pendidik

Anak didik atau peserta didik

Isi atau materi pendidikan

Metode dan alat pendidikan, serta

Lingkungan pendidikan

2. Proses Pendidikan

Proses pendidikan merupakan interaksi antaraberbagai unsur pendidikan

dalam rangkai mencari tujuan pendidikan. Maksudnya proses pendidikan itu

merupakan kegiatan sosial atau pergaulan antara pendidikan denga peserta didik

21

Page 24: Pengatar Pendidikan Book report

dengan menggunakan isi atau materi pendidikan, metode, dan alat pendidikan

tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

3. Proses Pendidikan Bukan Proses Pembentukan Seseorang

Proses pendidikan berlangsung dalam suatu kegiatan sosial atau pergaulan

antara pendidikan dengan peserta didik. Karena itu, proses pendidikan tidak boleh

disamakan dengan proses reaksi kimiawi atau proses produksi yang bersifat

mekanistik.

Atas dasar kekuasaannya, memang orang dewasa (pendidik) dapat saja

kehendak hatinya, menentukan tujuan tertentu bagi siswa peserta didik (peserta

didik) dan metode tertentu seorang pendidik dapat memaksa peserta didik untuk

mencapai tujuan tersebut.

4. Proses Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Potensis Peserta Didik

Atas Dasar Kedaulatan Peserta Didik dan Kewibawaan Pesertadidik

Dalam proses pendidikan, pendidik harus memberi kebebasan kepada

peserta didik untuk tumbuh dan mengembangkan kodrat alamnya. Dalam proses

pendidikan, peranan pendidikan bukanlah membentuk pribadi peserta didik

melainkan memberikan bantuan atau memberikan tuntutan agar peserta didik

tumbuh dan perkembangan sesuai dengan kekuatan lahir batinnya atau kodrat

alamnya. Kewibawaan merupakan syarat mutlak pendidikan sebab hanya atas

dasar hubungan kewibawaan, peserta didik akan mengikuti atau menurut kepada

pendidik. Dasar hubungan sesuai dengan kodrat alamnya.

b. Proses Pendidikan Berlangsung Dalam Pergaulan (Interaksi Sosial)

1. Pergaulan dan Jenis- jenisnya

Ada berbagai jenis pergaulan di tinjau berdasarkan pelakunya, pergaulan

dapat dibedakan menjadi 3 jenis yakni :

Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa

Pergaulan orang dewasa denga anak atau orang yang belum dewasa

Pergaulan anak dengan anak

22

Page 25: Pengatar Pendidikan Book report

Dalam setiap pergaulan akan mencipta situasi tertentu yaitu suatu keadaan,

bentuk, dan tujuan tindakanyang terdapat dalam pergaula, pergaulan secara umum

dapat membedakan menjadi 2 macam sebagai berikut :

Situasi pendidikan bisa atau situasi pergaulan bukan pendidikan.

Situasi pendidikan.

Menurut pernyataan M.J. Langeveld. 1980 mengemukakan 2 ciri karakteristik

pergaulan yang mengandung situasi pendidikan dalam rangka proses pendidikan

yaitu :

Bahwa dalam pergaulan orang berusaha mempengaruhi

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau di ciptakan pleh orang

dewasa, seperti sekolah, buku, peraturan, pola hidup sehari-hari yang

ditunjukan kepada anak agar mencapai kedewasaan.

Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau di ciptakan pleh orang dewasa,

seperti sekolah, buku, peraturan, pola hidup sehari-hari yang ditunjukan kepada

anak agar mencapai kedewasaan.

2. Sifat- sifat yang Harus Diperhatikan dalam Mengubah Situasi Pergaulan

Biasa Menjadi Situasi Pendidikan

Menurut Langaveld, 1980 mengemukakn dua sifat yang herus di perhatikan

apabila pendidik akan mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi

pendidikan. Yaitu :

Kewajaran (wajar)

Mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan

hendaknya dilakukan secara wajar agar tidak tanpak jelas kesengajaan

oleh anak peserta didik sekalipun sesungguhnya mengubah setuasi

pergaulan itu sengaja diciptakan oleh pendidik.

Ketegasan (tegas)

Pergaulan setuasi seperti ini dapat memberikan kejelasan bagi anak

didik tentang apa yang positif di kehendaki oleh pendidik, agar anak

menyadari bahwa ia melakukan hal hal yang sifat negatif tidak bleh

dilakukan.

23

Page 26: Pengatar Pendidikan Book report

3. Kepercayaan sebagai Syarat Teknik Proses Pendidikan

Dalam pengubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan

sebagaimna di kemukakan berbagai hal yang baik dan berguna bagi anak didik

“dimasukan” kedalam pergaulan oleh pendidik dikeluarkan dan mengawasi.

Semua ini merupakan indikasi bahwa anak didik tidak lagi percaya bahwa

pendidikan merupakan orang yang menyayanginya, orang yang baik, orang yang

dapat memberikan bantuan dan sebagainya.

Pergaulan antara orang dewasa dengan anak atau atau orang yang belum atau

orang yang belum dewasa mengandung kemungkinan untuk memunculkan setuasi

pendidikan. Pergaulan anak dengan anak akan tetapi akan di tinggalkan sebagai

pergaulan biasa.

c. Hubungan Kewibawaan Dalam Proses Pendidikan

Kewibawaan (kewibawaan pendidikan) adalah suatu kekuatan atau kelebihan

pribadi pendidik yang di akui dan diterima secara sadar dan tulus oleh anak didik

sehingga anak didik dengan kebebasannya mau menuruti pengaruh pendidik.

Menurut M.J. Langeveld (1980) dalam hubungan kewibawaan ada beberapa

faktor :

Kasih sayang terhadap anak

Kepercayaan bahwa anak akan mampu dewasa

Kedewasaan

Identitas terhadap anak

Tanggung jawab pendidikan

Ada faktor kepenurutan dan menurutnya anak peserta didik kepada pendidik yakni:

Kemampuan anak dalam memahami bahasa

Kepercayaan anak kepada pendidik

Kebebasan anak untuk menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya

Identifikasi

Imitasi dan simpati

24

Page 27: Pengatar Pendidikan Book report

Pendidkan seharusnya orang dewasa adalah orang dewasa artinya orang yg

menentukan diri atas tanggung jawab sendiri. Kedewasaan ini mempunyaidua arti

kedewasaan yaitu :

Individu artinya bahwa orang dewasa itu telah menjadi manusia tertentu

Sebagai kesatuan nilai-nilai dan norma-norma yang di identifikasikan oleh

manisia

Orang dewasa adalah orang yang sudah jelas siapa sesungguhnya dya; ia

mempunyai kelebihan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan norma di banding

anak, yang sudah di realisasikan dari setiap perbuatannya.

Hasil dasi kepenurutan yang bersifat aktif inilah yang disebut sebagai hasil upaya

pendidikan yang sesungguhnya, sebab dengan demikian anak mencapai

kedewasaannya. Kewibaan sangat diperlukan dan harus ada dalam pendidikan. Ada

dua alasan mengenai harus adanya kewibawaan dalam pergaulan pendidikan:

Apabila kewibawaan tidak ada maka suatu perintah, ajakan, petunjuk, dan

tindakan- tindakan lainnya dari pendidik akan di turuti oleh anak hanya atas

dasar “ pengaruh keterikatan anak kepada pendidiknya”.

Apabila kewibawaan tidak ada maka kepenurutan anak akan terjadi berkat

pemhaman anak atas pengalamanya sendiri.

Tanggung Jawab Pendidikan. Dari semua uraian di atas, dapat kita pahami bahwa

dalam situasi pendidikan yang terjadi dalam pergaulan antara orang dewasa

(pendidik) dengan anak didik (orang yang belum dewasa atau peserta didik) pada

awalnya tanggung jawab berada pada orang dewasa (pendidik). Dapat dipahami pula

bahwa kewibawaan itu bersifat bipolaritet atau berada pada keeganagan polair (M. J.

Lavengeveld, 1980), yaitu di satu pihak pendidik menuntut kepenurutan dari anak

didik, di pihak lain pendidik mengakui bahwa anak didik harus mampu berdiri

sendiri. Namun demikian, hal ini dalah wjar adanya dan dapat di selesaikan denagn

syarat adanya percaya mempercayai antara pendidik dan anak didik yang muncul atas

dasar kasih sayang.

D. BAB IV: AGERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN

25

Page 28: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 1: Progresivisme dan Esensialisme

a. Progresivisme

1. Latar Belakang

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan oleh suatu

perkumpulan yang dilandasi konsep-knsep filsafat tertentu, dan sanagt

berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.

Perkumpulan Pendidikan Progresivisme (The Progressive Education Association)

didirikan pada tahun 1918, selama 20 tahun atau lebih Progresivisme merupakan

“jiwa” yang merasuki pendidikan bangsa Amerika.

Progresivisme memberikan perlawan terhadap formalisme yang berlebihan

dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contohnya,

progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas

disiplin yang keras, menolak cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan

cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan

masyarakat kepada generasi muda dan berbagai hal lainnya. Progresivisme anti

terhadap otoritarianisme dan absolutism dalam berbagai bidang kehidupan.

Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya

dengan penekanan pada perkembangan individual dan mencakup cita-cita seperti

cooperation, sharing, dan adjustment. Sebab itulah Progresivisme menjadi

popular, banyak para guru di Amerika pada saat itu menjadi pendukungnya.

Pada awal tahun 1944 The Progressive Education Association diusulkan

untuk berubah nama menjadi The American Education Fellowship. Progresivisme

mengalami kemunduran setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik. Namun

demikian, gerakan ini tidaklah mati, sebab masih terus dilanjutkan melalui kerja

individual oleh para pendukungnya seperti dilakukan oleh ; George Axtelle,

WWilliam O. Stanley, Ernest Bayles, Lawrence G. Thomas, dan Frederich C.

Neff.

2. Filsafat Pendukung yang Melandasi

Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat Pragmatisme dari John

Dewey(1859-1952). Dewey memang merupakan orang yang paling dikenal

mempengaruhi dan berperan dalam rangka pendirian serta perkembangan

26

Page 29: Pengatar Pendidikan Book report

Progresivisme. Apabila ditelusuri, konsep-konsep filsafat yang mendasari

progresivisme bahkan berasal dari para filsuf yang hidup pada zaman Yunani

Kuno dan para filsuf lainnya yang hidup kemudian, seperti Heraklitos (536-470

SM), Socratos(470-399 SM), Phitagoras (480-410 SM), W. James (1842-1910),

Francis Bacon (1561-1626), Jean Jascues Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant

(1724-1804), Hegel (1770-1831). Selain itu tokoh-tokoh pelopr bangsa Amerika,

seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine, dan Thomas Jefferson pun telah

mempengaruhi perkembangan Progresivisme.

3. Pandangan Ontology

a. Evolusionistis dan Pluralistis

Progresivisme bersifat anti metafisika. Alam semesta yang disebut

dunia memang diakui adanya sebagai suatu realita, teatapi hal ini tidak

dipandang sebagai sesuatu yang bersiafat substansial. Realitas tidak

ditafsirkan sebagai spirit, atau ide, atau atom, atau tanah yang tergolong

kedalam doktrin metafisika melainkan ditafsirkan sebagai suatu kenyataan

dimana manusia berada, hIdup, dan proses kehidupan terus berlangsung.

Progresivisme memandang eksistensi alam atau dunia dari sudut prosesnya.

b. Manusia

Progresivisme memandang manusia sebagai subyek yang bebas dan

memiliki potensi inteligensi (akal dan kecerdasan) sebagai instrument untuk

mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga ia memiliki

kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang

multikompleks berubah dan berkembang. Intelegensi adalah alat untuk hidup,

untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.

c. Pengalaman sebagai realitas

Pengalaman adalah cirri dinamika hidup, sedangkan hidup adalah

perjuangan, tindakan dan perbuatan, oleh sebab itu maka pengalaman adalah

perjuangan pula. Oleh karena hakikat realitas pada hakikatnya terus berubah,

hidup pun selalu berubah. Dalam konteks ini bahwa kesempatan, sesuatu

yang tidak terduga-duga, sesuatu yang baru dan sesuatu yang tak teramalkan

selalu ikut peran dalam berbagai peristiwa kehidupan. Hidup penuh

27

Page 30: Pengatar Pendidikan Book report

tantangan dan masalah yang harus diselesaikan. Manusia, sebagaimana juga

makhluk lain, akan tetap hidup dan berkembang jika ia mampu berjuang

mengatasi tantangan dan masalh yang dating silih berganti dalam proses

perubahan yang sering terjadi. Asas ontology ini jelas didasarkan ats

pengalaman karena itu jelas bersumber dari teori evolusi.

Pengalaman manusia mempunyai 4 karakteristik yaitu :

1) Pengalaman itu spatial : pengalaman selalu terjadi di suatu tempat

tertentu dalam lingkungan hidup manusia.

2) Pengalaman itu temporal: sebagaimana alam, kebudayaan,

pengalamanpun selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari

waktu ke waktu.

3) Pengalaman itu dinamis: hidup selalu dinamis menuntut adaptasi dan

readaptasi dalam sebuah variasi perubahan yang terjadi terus-menerus.

4) Pengalaman itu pluralistis: pengalaman itu terjadi seluas adanya

hubungan dan antaraksi dalam mana individu terlibat.

d. Pengalaman dan pikiran

Manusia memiliki fungsi-fungsi jiwa yang dikenal sebagai pikiran

(mind) sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi seperti

kecerdasan,kemampuan mengingat, imajinasi, membuat lambang atau symbol,

menghbung-hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, mempunyai

gambaran masa depan. Semua itu memberikan kemungkinan ia dapat

berkomunikasi atau dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan lain

yang lebih luas. Dalam kegiatan sehari-hari, pikiran memberikan isi dan

kemungkinan untuk berbuat.

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, pengalaman terjadi bila

berlangsung interaksi antara individu dengan lingkungannya. Pengalaman

merupakan bagian perjuangan untuk hidup karena itu pengalaman menjadi

berarti bagi manusia apabila dapat memberikan sumbangan bagi perjuangan

tersebut. Untuk itu pengalaman harus diolah oleh pikiran. Sebaliknya, pikiran

bukanlah sesuatu yang atang dengan sendirinya, melainkan harus diuji dalam

pengalaman.

28

Page 31: Pengatar Pendidikan Book report

4. Pandangan Epistemologi

a. Sumber pengetahuan

Progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh

melalui pengalaman di mana manusia kontak langsung dengan segala realita

dalam lingkungan hidupnya atau juga melalui pengalaman secara tidak

langsung yaitu melalui catatan-catan yang diwariskan seperti buku atau

literature lainnya.

b. Kriteria “kebenaran”

Suatu pengetahuan dikatakan benar apanila dapat diverifikasi dan

diaplikasikan atau diimplementasikan dalam kehidupan, adapun criteria

kebenaran adalah workability (dapat dipraktikan, satisfaction (memuaskan)

dan result (memberikan hasil).

c. Sifat pengetahuan: relatif dan berubah

Penegtahuan diperoleh melalui pengalaman tentang fenomena karena

fenomena realitas hakikatnya adalah berubah maka pengetahuan dan

kebenaran pengetahuan pun akan berubah dan ini berarti juga bersifat relative.

Bagaimanapun, pengetahuan dan kebenaran pengetahuan hari ini harus juga

dipertimbangkan mungkin berubah esok hari.

5. Pandangan Aksiologi

a. Sumber nilai: kondisi riil manusia/pengalaman

Progresivisme menafsirkan hakikat nilai (etika) secara empiris, yaitu

berdasarkan pengalaman atau kondisii riil manusia. Nilai tidak diturunkan dari

sesuatu yang bersifat nonempiris atau yang bersifat super natural, seperti

Wahyu Tuhan.

b. Sifat nilai : berada dalam proses, relative, kondisiona, memiliki kualitas

social, dan idifidual, serta dinamis.

Nilai tidak bersifat eksklusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dan

selalu ada dalam proses, yaitu dalam perbuatan manusia. Oleh karena

perbuatan manusia selalu di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya

untuk survive maka progresifisme tidak membedakan dan tidak memisahkan

antara nilai intristik dengan nilai instrumental.

29

Page 32: Pengatar Pendidikan Book report

Nilai memiliki kualitas social: pada dasarnya semua nilai merupakan

produk dari kenyataan social. Contohnya : nilai kesehatan di pahami indifidu

berkat antar hubungan dengan indifidu-indifidu lainnya di dalam masyarakat.

Dalam konteks inilah nilai-nilai memiliki kualitas individual, dan hal ini

mengimplikasikan adanya sifat perubahan dan perkembangan nilai karena itu

nilai bersifat dinamis.

c. Kriteria nilai: Berguna adalah baik

Sesuatu dikatakan baik apabila berguna dalam praktik hidup dan

kehidupan, adapun sesuatu di katakana berguna jika bermakna untuk

kehidupan yang intelligent, yaitu hidup yang sukses, produktif dan bahagia

(Callahan and Clark, 1983)

d. Demokrasin Sebagai Nilai

Progresivisme memandang demokrasi sebagai nilai ideal yang wajib

dilaksanakan dalam semua bidang kehidupan.. Secara axiologis, demokrasi

terutama merupakan nilai instrumental dari nilai intrinsic. Dalam arti ideal,

demokrasi adalah jalan menuju kebahagiaan. Demokrasi adalah nilai

individual sekaligus nilai social. Dengan demokrasi tiap individu memiliki

hak asasi, kemerdekaan dan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian,

Self Realizasion. Sekaligus dengan demokrasi tiap indifidu mengemban

kewajiban untuk menghormati individu lain, untuk memikul tanggung jawab

social. Nilai pelaksanaan asas demikian akan di nikmati baik oleh indiviu

maupn oleh masyarakat (Negara, bangsa) bahkan oleh umat manusia (M.

Noor Syam, 1984)

6. Pandangan tentang Pendidikan

a. Pendidikan

Menurut progresivisme pendidikan selalu dalam

prosesperkembangan.kualitas khusus pendidikan bukan ditentukan oleh

aplikasi standar-standar yang menetap mengenai kebaikan, kebenaran dan

keindahan, melainkan memandang pendidikan sebagai suatu rekontruksi

pengalaman yang terus-menerus.

30

Page 33: Pengatar Pendidikan Book report

Progresivist memandang education as cultural transition. Pendidikan

adalah lembaga yang mampu membina manusia untuk dapat menyesuaikan

diri dengan perubahan-perubahan cultural dan tantangan-tantangan zaman

demi survive-nya manusia (M. Noor Syam,1984)

b. Tujuan pendidikan

Tujuan dalam progressive adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan social atau

dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses

perubahan dan membantu peserta didik menjadi warga Negara yang

demokratis.

c. Sekolah

Progresivisme menentang pemisah antara sekolah dan masyarakat

karna manusia dan lingkungan saling berpengaruh satu sama lain. Dewey

memandang sekolah sebagai suatu masyarakat demokratis dalam ukuran kecil

yang murid-muridnya dapat belajar dan mempraktikan ketrampilan yang

diperlukan untuk hidup dalam suasana demokrasi.

d. Kurikulum : child center, community centered, experience centered,

flexible, interdisipliner.

Kurikulum tidak ada yang universal, melainkan berbeda-beda sesuai

kondisi yang ada, sesuai sifat-sifat peserta didik. Kurikulum hendaknya

bersumber dari kehidupan yang riil dan wajar yaitu dari lingkungan.

Kurikulum bersifat fleksible, statis, mungkin berubah atau dapat direvisi.

Kurikulum yang ideal hendaknya interdisipliner yang dihasilkan dalam bentuk

pertanyaan dan pengalaman anak didik. Dengan demikian, mata pelajaran

hanyalah alat untuk memecahkan berbagai masalah dan buku sebagai alat

proses belajar.

e. Metode

Yang diutamakan adalah metode pemecahan masalah, metode

penyelidikan dan penemuan. Guru harus memberi kesempatan,bersahabat,

membimbing,berpandang terbuka, kreatf, bermasyarakat, antusias,

cooperative dan sincere.

31

Page 34: Pengatar Pendidikan Book report

f. Peranan guru dan peserta didik

Guru berperan sebagai penyedia berbagai pengalaman yang akan

memunculkan motivasi belajar,pemandu, perencana tujuan individual atau

kelompok untuk memecahkan masalah,memimpin dan membimbing

pengalaman belajar tanpa terlalu ikut campur terlalu jauh atas minat dan

kebutuhan peserta didik. Peserta didik memiliki kemampuan berpikir,

menjelajahi kebutuhan, masalah dan minatnya.

b. Essensialisme

1. Latar Belakang

Essensial berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial yaitu

suatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental. Essensialisme tergolong

tradisionalisme. Menurut Essensialisme pendidikan harus bersendikan nilai-nilai

yang dapat mendatangkan kestabilan. Essensialisme berakar pada dua aliran

filsafat yaitu idealisme dan realisme.

2. Filsafat pendukung/yang melandasi

Essensialisme didukung oleh filsafat idealisme dan realisme. Contoh filsuf

besar realisme yaitu Aristoteles pada zaman klasik dan David Hume pada zaman

modern. Contoh filsuf idealism yaitu plato pada zaman klasik dan Leibniz pada

zaman modern. Essensialisme adalah konsep yang meletakan sebagaian dari cirri-

ciri pikiran modern.

3. Pandangan Ontologis

Pandanga ontologism essensialisme merupakan suatu konsepsi bahwa dunia

atau relita dikuasai oleh tata tertentu yang mengatur dunia beserta isinya. Konsep

tata atau orde menurut realisme dan idealisme diuraika sebagai berikut :

a. Ontology Idealisme. Plato meyakini adanya dunia ideal yang abadi dan dunia

material yang temporal serta fana. Realitas adalah pikiran yang mutlak yang

mengekspresikan dirinya dalam dunia luar karena itu hukum pikiran adalah

hukum realitas.

b. Ontology Realisme. Ralisme pendukung essensialisme adalah realism objektif

artinya berada diluar subyek atau manusia dan independen dari pikiran

32

Page 35: Pengatar Pendidikan Book report

manusia. Manusia memiliki intelegensi. Dalam keevolusi kehidupan

intelegensi adalah alat adaptasi manusia terhadap perubahan lingkungan.

4. Pandangan Epistemologis

a. Epistemology Idealisme

Sumber pengetahuan. Kemampuan manusia untuk berpikir logis,

dalam mengambil kesimpulan yang valid adalah suatu perwujudan proses

yang sistematis yang juga kita temukan dalam makrosmos. Sekalipun

kesadaran manusia kesadaran manusia bersifat terbatas jika manusia tak dapat

mengetahui hokum universal makrosmos, ia sesungguhnya dapat memahami

melalui mikrosmos.

b. Epistemology Realisme

Sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan adalah dunia luar subjek,

pengetahuan diperoleh dari pengalaman atau pengamatan. Criteria kebenaran.

Suatu pengetahuan dikatakan benar jika pengetahuan itu sesuai dengan

realitas eksternal dan independen.

5. Pandangan aksiologis

a. Aksiologis idealisme

Idealisme nilai hakikatnya diturunkan dari realitas absolute, karena

itu nilai-nilai adalah abadi. Idealisme mungkin melandasi totalitarianisme,

mungkin juga mendukung demokrasi.

b. Aksiologi realisme

Para filsuf percaya bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh

hukum alam dan pada taraf yang lebih rendah diatur melalui konvensi atau

kebiasaan, adat-istiadat di dalam masyarakat. Moral berasal dari adat istiadat,

kebiasaan atau kebudayaan masyarakat.

6. Pandangan tentang pendidikan

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan.

Pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada

sejak awal peradaban umat manusia.

b. Tujuan pendidikan

33

Page 36: Pengatar Pendidikan Book report

Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin

solidaritas social dan kesejahteraan umum.

c. Sekolah

Sekolah yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat

“society centered school”, yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan

minat masyarakat.

d. Kurikulum

Kurikulum direncanakan dan diorganisasikan oleh orang dewasa atau

guru sebagai wakil masyarakat, society centered. Kurikulum terdiri atas

berbagai mata pelajaran yang dipandang esensial.

e. Metode

Pendidikan Essensialisme menyarankan agar sekolah mempertahankan

metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental.

f. Peranan guru dan peserta didik

Guru berperan sebagai mediator antara dunia masyarakat atau orang

dewasa dengan dunia anak. Peranan peserta didik adalah belajar, bukan untuk

mengatur pelajaran.

Kegiatan Belajar 2: Perenialisme dan Konstruktivisme

a. Perenialisme

1. Latar Belakang

Watak umum Perenialisme terkandung dalam makna asal katanya

“perenis”(bahasa latin) atau “perenial”(bahasa inggris) yang berarti tumbuh terus

melalui waktu, hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Perenialisme muncul

atau berkembang sebagai reaksi dan solusi yang diajukan atas terjadinya suatu

keadaan yang disebut krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern.

2. Filsafat Pendukung/yang Melandasi

Perenialisme dilandasi atau didukung oleh Idealisme (Plato), Realisme

(Aristoteles), Humanisme Rasional dan Supernaturalisme (Thomas Aquinas).

3. Pandangan Ontologis

34

Page 37: Pengatar Pendidikan Book report

Menurut Perenialisme manusia terutama membutuhkan jaminan bahwa

realitas bersifat universal, realitas bertujuan akhir kepada Tuhan (asas

supernatural), mempunyai bentuk dan materi (hylemorphisme). Dalam

pengalaman, ditemukan individual thing dan di dalam individual thing, ditemukan

hal-hal yang kebetulan (accident). Di dalam realitas terdapat sifat asasi sebagai

identitas (esensi),yaitu wujud hakiki dari suatu realita yang membedakan

jenisnya.

4. Pandangan Epistemologi

Pengetahuan diperoleh manusia melalui berpikir deduktif sehingga harus

bersandar pada self-evidence. Perenialisme mengakui adanya hubungan antara

science dengan filsafat, tetapi filsafat mempunyai kedudukan lebih tinggi karena

science mempunyai ketergantungan kepada filsafat untuk mendapatkan asas-asas

mendasar yang diperlukan

5. Pandangan Aksiologi

Hal yang Absolut atau Ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dab oleh karena itu

nilai selalu bersifat teologis.

6. Pandangan tentang Pendidikan

a. Pendidikan

Perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural

regression(pendidikan sebagai jalan kembali. Prinsip-prinsip pendidikan

bersifat universal dan abadi dan pendidikan dipandang sebagai suatu

persiapan untuk hidup.

b. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyingkap dan

menginternalisasikan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai

kebijakan dan kebaikan dalam hidup.

c. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elit intelektual yang

mengetahui kebenaran dan msuatu waktu akan meneruskannya kepada

generasi pelajar yang baru.

d. Kurikulum

35

Page 38: Pengatar Pendidikan Book report

Kurikulum pendidikan bersifat subject centered atau berpusat pada

materi pelajaran yang bersifat uniform, universal, dan abadi.

e. Metode

Metode yang biasa digunakan dalam pendidikan, yaitu membaca dan

diskusi.

f. Peranan guru dan peserta didik

Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih sebagai perantara antara

dunia dengan jiwa anak.

b. Konstruktivisme

1. Latar Belakang

Konstruktivisme adalah aliran filsafat yang tema utamanya adalah berkenaan

dengan hakikat pengetahuan. Konstruktivisme berimplikasi terhdap pendidikan,

khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Ada 3 jenis

Konstruktivisme, yaitu a) Konstruktivisme Psikologis Personal yang menekankan

bahwa pribadi sendiri yang mengonstruksikan pengetahuan; b) Konstruktivisme

Sosiologis yang lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan;

dan c) Sosiokulturalisme yang mengakui baik peranan aktif personal maupun

masyarakat dan lingkungan dalam pembentukan pengetahuan.

2. Filsafat Pendukung/yang Melandasi

Gagasan pokok konstruktivisme dimulai oleh Giambatista Vico, seorang

epistemolog dari Italia, yang merupakan cikal bakal konstruktivisme.

3. Pandangan Ontologi

Menurut Konstruktivisme, manusia tidak pernah dapat mengerti realitas yang

sesungguhnya secara ontologis karena konstruktivisme memang tidak bertujuan

mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana manusia menjadi tahu

akan sesuatu.

4. Pandangan Epistemologi

a. Sumber pengetahuan

Bagi Konstruktivisme, sumber pengetahuan berasal dari dunia luar

tetapi dikonstruksikan dari dalam diri individu. Pengetahuan bukanlah suatu

36

Page 39: Pengatar Pendidikan Book report

gambaran dunia kenyataan yang ada, melainkan hasil konstruksi atau

bentukan kenyataan melalui kegiatan subjek.

b. Kriteria kebenaran

Kebenaran pengetahuan diletakkan pada viabilitas. Dengan kriteria ini

maka pengetahuan manusia ada taraf atau tingkatannya.

c. Sifat pengetahuan

Pengetahuan memiliki sifat :

1) Pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia itu

sendiri

2) Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada

orang lain

3) Pengetahuan adalah suatu proses yang terus berkembang

4) Pengetahuan bersifat relative

5. Pandangan tentang Pendidikan

a. Pendidikan (mengajar)

Mengajar bukan memindahkan pengetahuan dari guru kepada murid,

melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri

pengetahuannya.

b. Tujuan Pendidikan (pengajaran)

Tujuan pengajaran konstruktivisme lebih menekankan pada

perkembangan konsep dan pengertian (pengetahuan) yang mendalam sebagai

hasil konstruksi aktif pelajar.

c. Kurikulum

Kurikulum adalah program aktivitas di mana pengetahuan dan

keterampilan dikonstruksikan atau permasalahn yang perlu dipecahkan oleh

siswa untuk lebih mengerti

d. Metode

Berbagai metode harus dipertimbangkan dan digunakan untuk

membantu pelajar untuk belajar.

e. Peranan Guru dan Peserta Didik

37

Page 40: Pengatar Pendidikan Book report

Guru dan pelajar (peserta didik) lebih sebagai mitra uang bersama-

sama dalam membangun pengetahuannya.

E. BAB V: KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kegiatan Belajar 1: Kondisi Pendidikan di Indonesia

a. Kondisi Pendidikan sebelum Kemerdekaan

Dalam pembelajaran ini akan mengkaji kondisi pendidikan sebelum

kemerdekaan, yang meliputi zaman purba, zaman kerajaan Hindu-Buddha, zaman

kerajaan Islam, pengaruh Portugis dan Spayol, zaman kolonial Belanda, zaman

pendukung Jepang, kondisi pendidikan periode 1945-1969 serta kondisi pendidikan

pada PJP I (1969-1983).

1. Zaman Purba

Latar Belakang Sosial Budaya. Pada zaman ini kebudayaan yang

berkembang pada penduduk asli disebut kebudayaan Paleoliti(kebudayaan lama

atau tua), seperti suku Kubu, Wedda, dan Negrito. Sedangkan kebudayaan nenek

moyang bangsa Indonesia pada kurang lebih 1500 SM disebut kebudayaan

Neolitis (kebudayaan baru), seperti di pedalaman Kalimantan dan Sulawesi. Ciri-

ciri kebudayaannya adalah tergolong kebudayaan maritim.

Kondisi Pendidikan. Tujuan pendidikan adalah agar generasi muda dapat

mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat, yaitu mempunyai

semangat gotong royong, menghormati para empu, dan taat terhadap adat.

Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan

mengenai keagamaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka

menyembah nenek moyang. Keterampilan mencari nafkah (laki-laki) dengan cara

mengikutsertakan mereka dalam memburu, menangkap ikan, mencari buah atau

umbi-umbian, dan hidup bermasyarakan serta bergotong royong melalui

kehidupan riil dalam kehidupan masyarakatnya.

2. Zaman Kerajaan Hindu-Buddha

Latar Belakang Sosial Budaya. Sejarah Indonesia bahwa nenek moyang

kita pada umumnya tinggal di daerah subur dekat pesisir pantai. Mereka pada

akhirnya melakukan hubungan perdagangan dengan orang-orang dari India yang

singgah dari perjalanannya. Hubungan dagang mereka semakin meningkat.

38

Page 41: Pengatar Pendidikan Book report

Kondisi Pendidikan. Pada zaman ini sebagaimana di kerajanaan

Tarumanegara, Kutai, selain telah dilangsungkannya pendidikan informal di

dalam keluarga masing-masing, juga sudah berkembang pendidikan yang

lembaganya berbentuk Perguruan atau Pesantren.

Pada awalnya yang menjadi pendidik (guru atau pandita) adalah kaum

Brahmana, kemudian lama-kelamaan para empu menjadi guru menggantikan

kedudukan para Brahmana. Ada tingkatan guru pertama, guru (perguruan)

keraton, yang menjadi murid-muridnya adalah para anak raja dan bangsawan,

kedua adalah guru (perguruan) pertapa, yang menjadi murid-muridnya berasal

dari kalangan rakyat jelata.

Tujuan pendidkan umumnya agar para peserta dididik menjadi penganut

agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai tatanan masyarakat yang

berlaku pada saat itu, mampu membela diri dan membela negara. Kurikulum

pendidikannya meliputi agama, bahasa sansekerta, keterampilan.

Pada zaman berkembangnya agama Buddha yang berpusat di kerajaan

Sriwijaya, Palembang, telah terdapat “Perguruan Tinggi Buddha”. Selain dalam

negeri, murid-muridnya juga berasal dari Tiongkok, Jepang dan Indocina.

Darmapala sangat terkenal sebagai maha guru Buddha. Perguruan-perguruan

Buddha meyebar ke seluruh wilayah kekuasaan pusat-pusat pendidikan agama

Buddha

3. Zaman Kerajaan Islam

Latar Belakang Sosial Budaya. Dengan berlangsungnya perdagangan

bertaraf internasional berdatanganlah ke negeri kita para saudagar beragama

Islam. Melalui mereka para raja dan masyarakat pesisir memeluk agama Islam.

Sama halnya dengan zaman Hindu-Buddha, pemerintahan dipimpin oleh

raja. Umumnya masyarakat tidak menganut stratifikasi sosial berdasarkan kasta.

Sesuai ajaran islam masyarakat tidak membedakan manusia berdasarkan kasta

atau keturunan. Sekalipun zaman ini masih terdapat kelompok raja dan para

bangsawan disatu pihak, dan kelompok rakyat jelata dipihak lain, namun

feodalisme dikalangan masyarakat pada umumnya sudah mulai terkikis.

39

Page 42: Pengatar Pendidikan Book report

Kondisi Pendidikan. Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk

menghaslkan manusia yang taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui

pelaksanaan iman dan amal. Selain berlangsung di dalam keluarga, pendidikan

berlangsung di lembaga-lembaga lainnya, yaitu di langgar-langgar, mesjid dan

pesantreen.

Pendidikan adalah hak semua orang, bahkan semua orang wajib mendidik

diri (bekajar). Jadi pendidikan saat ini bersifat demokratis, tidak otokratis, seperti

zaman kerajaan Hindu. Metoode atau cara-cara pendidikan dilakukan dengan

metode yang bervariasi, tergantung dengan sifat materi pendidikan, tujuan, dan

peserta didiknya. Contohya metode yang sering digunakan adalah ceramah atau

tabligh (wetonan) untuk menyampaikan materi ajar bagi orang banyak. Cara-cara

belajar dilakukan pula melalui nadoman atau lantunan lagu.

4. Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol

Latar Belakang Sosial Budaya. Pada awal abad ke-16 yang datang ke

negeri kita adalah bangsa Portugis, kemudian disusul dengan bangsa

Spanyol.selain untuk berdagang kedatangan mereka juga disertai oleh

missionaris yang bertugas menyebarkan agama katolik. Pada akhir abad ke-16

mereka meninggalkan negeri ini karena sering mendapatkan pemberontakan

terutama dari sultan Ternate karena perdagangan rempah-rempah sudah tidak

menguntungkan lagi, dan karena kalah dalam peperangan melawan Belanda.

Kondisi Pendidikan. Pengaruh bangsa portugis dalam bidang pendidikan

utamanya berkenan dengan penyebaran agama katolik. Demi kepentingan

tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (seminari) di Ternate.

Kurikulum pendidikannya adalah pelajaran agama katolik, membaca, menulis

dan berhitung.

5. Zaman Kolonial Belanda

Latar Belakang Sosial Budaya. Bangsa Belanda datang di negeri kita pada

tahun 1596. Mereka datang dengan tujuan untuk berdagang, mereka mendirikan

VOC pada tahun 1602. Oleh karena VOC merupakan badan perdagangan milik

orang-orang Belanda yang beragama pprotestan, maka selain berusaha

menguasai daerah untuk berdagang, juga untuk menyebarkan agama

40

Page 43: Pengatar Pendidikan Book report

Protestan.kekuasaan VOC akhirnya diserahkan pada pemerintah negeri Belanda,

implikasinya sejak tahun 1800-1942 dan negara kita menjadi jajahan Belanda.

Karakteristik kondisi sosial budaya pada zaman ini, antara lain:

a. berlangsungnya penjajahan, kolonialisme.

b. berlangsung monopoli perdagangan

c. terdapat stratifikasi sosial berdasarkan ras atau suku bangsa.

Sejak berkuasanya bangsa Belanda, bangsa kita ditindas dan diiadu domba,

kekuasaan kerajaan dirampas, kekayaan Indonesia diangkut. Sesungguhnya

bangsa Indnesia telah berjuang melawan penjajahan, perlawanan dan

pemberontakan dilakukan oleh berbagai kelompok bangsa kita di berbagai

daerah perdagangan rempah sudah tidak menguntungkan lagi, dan karena kalah

dalam peperangan melawan Belanda.

Kondisi Pendidikan. Implikasi dari kondisi politik, ekonom dan sosila

budaya di Indonesia, secara umum dapat kita membedakan dua garis pelaksanaan

pendidikan, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintal kolonial

Belanda sesuai kepentingan penjajahannya, dan pendidikan yang dilaksanakan

oleh kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan.

Pendidikan Pemerintahan Kolonial Belanda Zaman VOC. Pendidikan di

bawah kekuasaan Kolonial Belanda diawali dengan pelaksanaan pendidikan

yang dilakukan oleh VOC. VOC menyelenggarakan sekolah dengan tujuan untuk

misi keagamaan (Protestan), bukan untuk misi intelektualitas, adapun tujuan

lainnya adalah untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan di

pemerintahan dan gereja.

Ciri-ciri kondisi pendidikan zaman ini, antara lain : (a) minimnya

partisipasi pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, (b) pendidikan bertujuan

untuk untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.

6. Zaman Pendudukan Jepang

Kondisi sosial budaya. Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda berakhir

pada tanggal 8 maret 1942, ketika mereka menyerah kepada militer kekaisaran

Jepang, dan bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan kependudukan

mliterismeJepang selama hampir 3,5 tahun. Ada dua kebijakan pemerintah

41

Page 44: Pengatar Pendidikan Book report

pendudukan militer Jepang: (1) menghapuskan semua pengaruh Barat di

Indonesia melalui penjepangan, dan (2) memobilisasi segala kekuatan dan

sumber yang ada untuk mencapai kemenangan perang Asia Timur Raya.

Keadaan Pendidikan. Implikasi kekuasaan pemerintahan pendudukan

militer Jepang dalam bidang pendidikan di Indonesia yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan Perang Asia Timur

Raya.

b. Hilangnya sistem dualisme dalam pendidikan.

c. Sistem pendidikan menjadi lebih merakyat.

b. Kondisi Pendidikan Periode 1945-1969

1. Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus

1945 PPKI menetapkan UUD 1945 yang memuat Pancasila sebagai dasar

negara. Sejak saat ini jenjang dan jenis pendidikan mulai disempurnakan dan

disesuaiikan dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Contoh : sekolah menengah

zaman Jepang (Skoto Cu Dakko dan Coto Cu Gakko) diubah menjadi SMTP dan

SMTA.

2. Peletakkan Dasar Pendidikan Nasional

Mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945

sebagai konstitusi negara yang didalamnya memuat Pancasila, implikasinya

bahwa sejak saat itu dasar sistem pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan

UUD 1945. Namun setelah Konferensi Meja Bundar, tahun 1949, terbentuklah

Republik Indonesia Serikat (RIS) yang memberlakukan UUD RIS. Pada saat RIS

kembali ke negara Kesatuan RI, UUD RIS diganti dengan UUD Sementara RI

atau UU no. 7 tahun 1950. Setelah pemilu tahun 1955 karena konstituante gagal

menyusun UUD maka pada tanggal 5 Juli 1959 keluarlah Dekrit Presiden yang

menyatakan bahwa bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia kembali

kepada UUD 1945.

3. Demokrasi Pendidikan

Sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU RI No. 4 Tahun 1950, meskipun

menghadapi berbagai kesulitan, pemerintahan mengusahakan terselenggaranya

42

Page 45: Pengatar Pendidikan Book report

pendidikan yang bersifat demokratis, yaitu kewajiban belajar sekolah dasar bagi

anak-anak yang berumur 8 tahun. Rencana kewajiban belajar sekolah dasar ini

derencanakan selama 10 tahun (1950-1960) pelaksanaan program ini didukung

dengan PP No. 65 Tahun 1951, oleh karenaa pelaksanaan kewajiban belajar ini

menghadapi masalah kekurangan guru dan jumlah sekolah maka berdasarkan

keputusan Menteri Pendidikan No. 5033/F tanggal 5 Juli 1950. Didirikan kursus

pengajar untuk kursus pengantar kepada kewajiban belajar (KPKPKB). Pada

tahun 1952 jumlah KPKPKB (Kursus Pengantar Kewajban Belajar) sebagai

embrio SD atau SD kecil telah mencapai 3.372 dengan jumlah siswa sekitar

setengah juta orang. Pada saat ini demokrasi pendidikan (kewajiban belajar)

tampak sudah dilaksanakan. Selanjutnya KPKPKB ditingkatkan menjadi SGB

dan SGA, selain itu didirikan pula kursus-kursus persamaan SGB dan SGA.

4. Lahirnya LPTK Pada Tingkat Universiter

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka atas dorongan Prof.

Moh. Yamin pada tahun 1954 didirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru

(PTPG) di 4 tempat, yaitu di Batu Sangkar, Bandung, Malang dan Tondano. Atas

dasar konferensi antar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) negeri

seluruh Indonesia di Malang tanggal 21-2 Agustus 1960 maka berbagai lembaga

pendidikan tenaga guru (PGSLP, Kursus BI, BII, dan PTPG) diintegrasikan ke

dalam FKIP pada Universitas. Selanjunya pada tahun 1960-an didirikan IKIP

yang berdiri sendiri sebagai perpindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No.

22 Tahun 1961 sekalipun demikian dibeberapa Universitas FKIP tetap berdiri.

5. Lahirlah Perguruan Tinggi

Pada taggal 4 Desember 1961 lahir UU No. 22 Tahun 1961 tentang

Perguruan Tinggi. Pokok-pokok yang menonjol dalam UU ini sampai sekarang

masih dipertahankan adalah prinsip Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu

pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

c. Kondisi Pendidikan Pada PJP I: 1969-1993

1. UU tentang Sistem Pendidikan Nasional

43

Page 46: Pengatar Pendidikan Book report

Dalam rangka membangun sistem pendidikan nasional yang mantap,

keberadaan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(UUSPN) merupakan acuan penting yang patut dicatat. UUSPN yang disahkan

pada tanggal 27 Maret 1989 mengatur berbagai aspek dan bidang pendidikan,

yaitu dasar, fungsi dan tujuan pendidikan; hak warga negara dalam pendidikan:

jalur satuan, jenis dan jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan,

sumber daya pendidikan, peran serta masyarakat Badan Pertimbangan

Pendidikan Nasional (BPPN); pengelolaan; pengawasan; dilengkapi ketentuan

pidana dan ketentuan peralihan, jadi cakupannya cukup komprehensif.

2. Taman Kanak-Kanak

Masyarakat khususnya orang tua harus menyadari akan pentingnya

pendidikan prasekolah sebagai wahan untuk menyiapkan anak dari segi sikap,

pengetahuan dan keterampilan funa memasuki sekolah dasar.

3. Pendidikan Dasar

Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama Pembangunan Jangka

Panjang Pertama (PJP I) ialah melonjaknya jumlah peserta didik pada Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang merupakan penggal pertama

pendidikan dasar 9 tahun.

Namun keberhasilan yang dicapai masih dihadapkan terhadap berbagai

kendala, antala lain masih tingginya angka putus sekolah dan angka tinggal

kelas. Mutu pendidikan tingkat SD belum begitu tinggi disamping terdapat

keragaman yang luas pada mutu pendidikan antar sekolah-sekolah yang beada di

lokasi geogrfis yang berbeda-beda.oleh sebab itu tantangan utama yang dihadapi

bukan lagi mrnyangkut peningkatan angka partisipasi, melainkan peningkatan

mutu dan kesangkilan pendidkan.

4. Pendidikan Menengah

Persoalan yang menonjol pada SLTA Umum adalah tentang mutu lulusan

yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang pendidikan

tinggi. Nilai ebtanas murni dan skor ujian masuk perguruan tinggi (UMPTN)

menunjukkan adanya keragaman yang lebar dalam mutu SLTA antara sekolah

dan lokasi geografis yang berbeda-beda. Perbedaan ini mengakibatkan akses ke

44

Page 47: Pengatar Pendidikan Book report

perguruan tinggi, terutama ke perguruan tinggi yang memiliki reputasi yang naik,

menjadi tidak merata. Itulah sebabnya, upaya memperbanyak jumlah SLTA

Umum yang bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU plus yang

dilakukan melalui pengerahan peran serta masyarakat.

5. Pendidikan Tinggi

Baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

sama-sama menghadapi tantangan mengeenai masih rendahnya proporsi

mahasiswa yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA (Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam), sementara sebagian besar mahasiswa berada pada

jurusan/program studi ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.keadaan ini kurang

mengutungkan dan dapat menimbulkan bernagai dampak negatif pada saat para

lulusan terjun ke dunia kerja.

6. Pendidikan Luar Sekolah

Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan

buta aksara melalui perluasan jangkauan Kejar Paket A. Usaha ini merupakan

kelanjutan dari pelita-pelita sebelumnya. Hasilnya dalah semakin menurunnya

jumlah warga masyarakat yang buta huruf.

7. Tantangan, Kendala, dan Peluang

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pembangunan pendidikan

Indonesia, yaitu : (a) belum mampunya pendidikan mengimbangi perubahan

struktur ekonomi dari pertanian tradisional ke industri dan jasa; (b) mesih

rendahnya relevansi pendidikan; (c) masih rendah dan belum meratanya mutu

pendidikan; (d) masih tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas, dll.

Ada juga kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan

nasional, yaitu (a) dari pihak masyarakat, kendala tersebut adalah kemiskinan

dan keterbelakangan; (b) terbatasnya jumlah guru yang bermutu; (c) terbatasnya

sarana dan prasarana; dll.

Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional, yaitu (a)

keberhasilan wajib belajar 6 tahun; (b) semakin meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya pendidikan; (c) semakin luasnya sarana komunikasi;

dll.

45

Page 48: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 2: Aliran Pendidikan di Indonesia

a. Muhammadiyah

Latar belakang muhammadiyah: didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, ia

juga menyiarkan agama dan mengajar dimana-mana. Sebelum mendirikan

Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan mengajar agama kepada anak-anak sekolah

negeri .

Atas dasar kesadarannya pendidikan yang diberikan oleh pemerintahan

kolonial Belanda tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat, melainkan dilaksanakan

hanya untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda, melihat gejala ini maka pada

tanggal 18 November 1912, K.H Ahmad Dahlan mendrikan organisasi perkumpulan

Muhammadiyah di Yogyakarta. Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi

yang memiliki asas :

1. Gerak amalnya : Islam

2. Tujuannya : mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya

3. Perjuangannya : Dakwah Islamiah

4. Usahanya : mencakup semua bidang kegiatan dan kehidupan masyarakat.

Dasar atau Asas Pendidikan. Pendidikan Muhammadiyah berasaskan Islam

dan berpedoman Alquran dan Hadits. Adapun dasar-dasar pendidikan

Muhammadiyah adalah sebagai berikut :

1. Kemasyarakatan

2. Tajdid pembaruan

3. Aktvitas

4. Kreativitas

5. Optimisme

Tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah membentuk

manusia muslim berakhlak mulia, cakap, percaya diri dan berguna bagi masyarakat.

Penyelenggaraan Pendidikan. Untuk mencapai tujuan, Muhammadiyah mendirikan

sekolah-sekolah yang tersebar dari sabang sampai merauke. Semboyan

Muhammadiyah adalah: sediit bicara, banyak bekerja.

b. Taman Siswa

46

Page 49: Pengatar Pendidikan Book report

Latar Belakang Taman Siswa : didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada

tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Lembaga pendidikan ini pada awalnya bernama

National Onderwijs Institud Taman Siswa yang kemudian menjadi Perguruan

Nasional Taman Siswa.

Dasar atau Asas Pendidikan. Tujuh asas pendidikan Taman Siswa sebagai

berikut :

1. Hak seseorang yang akan mengatur dirinya sendiri dengan wajib mengingat

tertibnya kehidupan umum.

2. Pengajaran

3. Pendidikan hendaknya berasaskan kebudayaan

4. Pendidikan harus diberikan kepada seluruh rakyat umum

5. Bekerja menurut kekuatan sendiri

6. Hidup dengan berdiri sendiri

7. Mempunyai hak.

Asas Taman siswa 1922 pada tahun 1947 diubah menjadi Panca Dharma

Taman Siswa yaitu sebagai berikut :

a. Kebebasan atau kemerdekaan

b. Kebudayaan

c. Kodrat Alam

d. Kebangsaan

e. Kemanusiaan

Tujuan Pendidikan. Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak. Maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang

ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

c. Institut Nasional Sjafei (INS) Kayutanam

Latar belakang Indonesisch Nederland School (INS): didirikan oleh

Muhammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Sumatera Barat.

Pada tahun 1950 kepanjangan INS diubah menjadi Indonesia Nasional School, dan

selanjutnya menjadi Institut Nasional Sjafei.

47

Page 50: Pengatar Pendidikan Book report

Dasar Pendidikan. Sebagaimana dikemukan oleh Ag. Soejono (1979) pada

awal didirikannya INS mempunyai dasar pendidikan sebagai berikut :

1. Berpikir secara logis atau rasional

2. Kektifan atau kegiatan

3. Pendidikan kemasyarakatan

4. Memperhatikan bakat anak

5. Menentang intelektualisme

Tujuan Pendidikan. Tujuan pendidikan INS Keyutanam sebagaimana

dikemukakan Umar Tirtarahadja dan La Sulo (1994) adalah sebagai berikut :

1. Mendidik rakyat kearah kemerdekaan.

2. Memberi peendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.

4. Menanamkan keprcayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggrung jawab.

5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

Penyelenggaraan Pendidikan. Terdapat berbagai usaha yang dilakukan

dalam mengembangkan gagasan dan upaya mewujudkannya. Baik yang berkaitan

dengan Ruang Pendidik INS maupun tentang pendidikan serta

perjuangan/ppembangunan bangsa indonesia pada umumnya. Beberapa usaha yang

dilakukan Ruang Pendidik INS Kayutanam seperti Ruang Rendah (7 tahun, setara

Sekolah Dasar), Ruang Dewasa (4 tahun sesudah Ruang Rendah, setara sekolah

menengah, dan sebagainya.

F. BAB VI: ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Kebudayaan, Kepribadian dan Pendidikan

Dalam arti sempit kebudayaan ditafsirkan orang sama dengan kesenian,

sedangkan dalam arti luas, kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya dan hasil

karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya karena itu hanya bisa dicetuskan oleh

manusia sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1984). Dalam masyarakat

majemuk, kebudayaan dapat digolongkan ke dalam kebudayaan suku bangsa

(kebudayaam daerah), kebudayaan umum lokal, dan kebudayaan nasional. Kebudayaan

berfungsi sebagai dasar atau alat bagi manusia dalam menghadapi realita kehidupan dan

menangani permasalahan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan demi

48

Page 51: Pengatar Pendidikan Book report

kelangsungan hidupnya. Kebudayaan memiliki karateristik organik dan super organik,

overt dan covert, ideal dan aktual, serta stabil dan berubah.

Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan, pendidikan merupakan

bagian dari kebudayaan. Terdapat hubungan komplementer antara kebudayaan dan

pendidikan. Kebudayaan menjadi input bagi pendidikan, sebaliknya pendidikan memiliki

funngsi konservasi dan inovasi bagi kebudayaan. Dalam perubahan kebudayaan kadang

terjadi cultural lag yang mengimplikasikan munculnya masalah sosial budaya.

Kegiatan Belajar 2: Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia

Manusia atau masyarakat Indonesia bersifat mejemuk, tetapi tetap satu, yaitu

bagsa Indonesia.kemajemukan bangsa Indonesia meiputi karakteristik fisiknya,

karakteristik lingkungan fisiknya, dan sosial-budayanya. Karakteristiknya, yakni bahwa

suku-suku bangsa masyarakat Indonesia secara fisik dapat digolongkan ke dalam 3 ras,

yaitu negroid (kulit hitam), vedoid (kulit sawo matang), dan mongoloid (kulit agak

kuning). Sulit untuk menentukan ras mana yang dominan di Indonesia, tetapi dapat

dikatakan bahwa masyarakat Indonesia merupakan campuran dari ketiga ras di atas.

Lingkungan fisik Kepulauan Nusantara di mana masyarakat (bangsa) Indonesia

tinggal juga bersifat majemuk. Kemajemukan tersebut baik ditinjau secara topografi

maupun hidrologi.

Kemajemukan terwujud juga dalam realitas sosial – budaya Indonesia. Ada 3

golongan kebudayaan, yaitu (1) kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah, (2)

kebudayaan umum lokal, dan (3) kebudayaan nasional. Masing – masing kebudayaan

tersebut bukan hanya menjadi landasan bagi corak pranata – pranata sosialnya, tetapi juga

mewarnai corak dari berbagai situasi – situasi sosial yang secara keseluruhan merupakan

suasana-suasana (spheres) kehidupan sosial yang dapat digolongkan ke dalam (1) suasana

suku bangsa, (2) suasana umum lokal, dan (3) suasana nasional. Kemajemukan

masyarakat dan kebudayaan Indonesia tampak pula dalam unsur-unsur kebudayaan

universal berbagai suku bangsa yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia, yaitu

berkenaan dengan pola perkampungan /desa, sistem kemasyarakatan, sistem kekerabatan,

mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian, dan agama/religi.

49

Page 52: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 3: Implikasi Karakteristik Manusia Indonesia terhadap

Pendidikan

Pancasila dan UUD 1945 tergolong wujud ideal kebudayaan nasional. Pancasila

berfungsi sebagai falsafah hidup bangsa, serta jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

Adapun wujud ideal dari kebudayaan berfungsi sebagai dasar dan alat bagi manusia

untuk dapat mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi lingkungannya,

dalamramngka memenuhi kebutuhan hidupnya dan bagi kelangsungan hidupnya.

Implikasinya bahwa Pancasila dan UUD 1945 menjadi dasar bagi pendidikan nasional

sebagai salah satu pranata kebudayaannya.

Profil karakteristik fisik, lingkungan fisik dan kemajemukan sosial budaya

Indonesia anatara lain berimplikasi terhadap sifat pengelolaan pendidikan, wajib belajar

pendidikan dasa sembilan tahun, gerakan nasional orang tua asuh, dan kurikulum

pendidikan. Adapun karakteristik kebudayaan akan berimplikasi bagi praktik pendidikan

khususnya terhadap pendidik dalam rangka melaksanakan peranannya dalam konteks

konservasi dan melakukan perubahan kebudayaan. Selain itu juga terhadap peranan

pendidik dalam rangka menyelaraskan antara kebudayaan aktual dengan kebudayaan

ideal.

G. BAB VII: PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Aspek-aspek Penyebab Perubahan Sosial

Dalam pandangan orang awam, sering terjadi kerancuan antara istilah perubahan

sosial denga istilah perubahan budaya. Hal in di sebabkan adanya kenyataan bahwa setap

terjadi proses perubahan budaya mengakibatkan stuktur dan fungsi masyarakatnya akan

berubah juga sehingga kita sering mengatakan dengan istilah perubahan sosial budaya.

Namun demikian, para ahli ilmu sosial termasuk antropologi secara tegas membedakan

pengertian perunbahan sosial dengann perubahan budaya. Pada perubahan budaya, hal

yang berubah itu adalah unsur-unsur budayanya, sedangkan pada perubahan sosial hal

yang berubah adalah struktur dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan

masyarakat ( Yad Mulyadi, 1999 ).

a. Demokratisasi

Gelombang reformasi total yang melanda kehidupan masyarakat dan berbangsa

Indonesia dewasa inni telah menimbulkan berbagai perubahan yang mendasar daam

50

Page 53: Pengatar Pendidikan Book report

segala aspek kehidupan manusia yang meliputi biang politik, ekonomi, hukum,

kebudayaan dan pendidikan.

Sebelum kita terkungkunng oleh kehidupan yang seba seragam, paradigma yang

sentralistik atau terpusat yang tampak dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam

penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Dalam kehidupan yang otokratis,

manusia tidak memiliki kebebasan berpikir kebebasan menyampaikan dan

menyatakan pendapat, apalagi pendapat yang berbeda.

Demokrasi bukan hanya masalah prosedur atau susunan pemerintahan, akan tetapi

merupakan masalah internalisasi nilai-nilai. Nilai-nilai dalam demokrasi adalah nilai-

nilai yang mengakui kehormatan dan martabat manusia (human dignity). Pendidikan

bukan hanya sekadar meghidupi peserta didik tetapi juga mengembankannya sebagai

manusia (human being).

b. Globalisasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan manusia

memasuki gerbang kehidupan masyarakat global. Globalisasi terjadi dalam berbagai

bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya, dan teknologi. Sunaryo

Kartadinata (2000) mengemukakan kehidupan masyarakat global ditandai dengan

kehidupan yang interdependent, interconnected, dan networking. Interdependent

artinya kehidupan yang saling tergantung, saling membutuhkan antarnegara yang satu

dengan yang lainnya; Interconnected artinta adanya saling berhubungan antara

negara/bangsa dalam berbagai aspek kehidupan, dan networking artinya

negara/bangsa yang satu dengan yang lain memiliki jaringan yang sangat erat

sehingga menghilangkan batas-batas negara tersebut.

Globalisasi dapat menguntungkan, tetapi juga sekaligus merugikan terutama

bagi individu atau masyarakat yang belum siap mengahadapi tuntutan global tersebut.

Dalam kaitannya dengan dampak positif kehidupan global, Sunaryo Kartadinata

(2000) mengemukakan, “kehidupan global telh berdampak positif karena telah

meningkatkan harapan manusia akan status dan mutu kehidupan yang lebih baik serta

menempatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan setra kemampuan

berkomunikasi sebagai peranti utama untuk mewujudkan harapan tersebut.”

51

Page 54: Pengatar Pendidikan Book report

Globalisasi juga menimbulkan dampak negatif, terutama bagi individu atau

masyarakat yang belum siap untuk menghadapi kehidupan tersebut, globalisasi

mungkin akan menimbulkan berbagai persoalan yang lebih kompleks serta sulit

dihadapi.

Emil Salim (1990) mengemukakan terdapat empat kekuatan gelombang

globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya. Beberapa kecendrungan

globalisasi dari keempat bidang tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin cepat, utamanya

dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.

2. Bidang ekonomi yang mengakar pada ekonomi regional dan atau ekonomi global

tanpa mengenal batas-batas negara.

3. Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai

pertemuan internasional, yang puncaknya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

Bumi atau nama resminya Konferensi PBB Mengenai Lngkungan Hidup dan

Pembangunan (UNCED) pada awal Juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brazil.

4. Bidang pendidikan dengan kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk budaya

nasional dan budaya nusantara.

Memperhatikan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa arus globalisasi

sangat kuat mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Pengaruh

tersebut ada yang positif, tetapi ada juga yang negatif.

c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Temuan-temuan baru hasil riset secara langsung atau tidak merupakan

kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia salah satunya sangat

bergantung pada ilmu dan teknologi.

Metode ilmiah pun telah mengalami perkembangan yang demikian pesat.

Dalam kaitannya dengan perkembangan metode ilmiah berdasarkan tonggak-tonggak

tersebut, Redja Mudyahardjo (1998) mengemukakan karakteristik metode ilmiah

sebagai berikut.

52

Page 55: Pengatar Pendidikan Book report

1. Tonggak Aristoteles

Aristoteles sebagai bapak ilmu mmandan penyelidikan ilmiah sebagai gerak maju

dari kegiatan observasi, menuju pada penyusunan prinsip umum dan kembali

pada observasi.

2. Tonggak Francis Bacon

Francis Bacon menerima teori Aristoteles tentang prosedur ilmiah, namun

sekaligus ia mengkritik secara keras prosedur ilmiah tersebut. Menurunya,

Aristoteles dan pengikutnya mempraktikkan suatu pengumpulan data yang

serampangan, tidak cermat, cara menggeneralisasikan yang dilakukan kaum

Aristoteles terlampau teruru-buru berdasarkan sedikit observasi dan mendasarkan

induksi pada penjumlahan sederhana. Atas dasar itu, Bacon menekankan

pentingnya penggunaan instrumen-instrumen ilmiah dalam pengumpulan data.

3. Tonggak Ketiga (Perkembangan dalam abad XIX)

Tokoh dari abad ini, antara lain John Stewart Mill (1806-1873). Mill

merumuskan teknik-teknik induktif untuk menilai hubungan antara kesimpulan

dengan evidensi (bukti-bukti) atau hal-hal yang menjadi sumbernya.

Penyelidikan ilmiah adalah generalisasi induktif dari hasil-hasil observasi dan

eksperimen. Sebuah hukum atau teori dikatakan benar hanya apabila evidensi

sesuai dalam mendukung skema induktif.

4. Tonggak Keempat (perkembangan abad XX)

Tokoh dari perkembangan abad XX, antara lain Percy Williams Bridgeman

(1882-1961). Ia memperjuangkan sebuah orientasi metodologis yang dikenal

sebagai operasionalisme, yaitu metode yang lebih menekankan kecenderungan

penelitian yang menggunakan pengukuran secara operasional. Sebuah konsep

ilmiah yang daoat dipercaya harus dihubungkan, betapapun hubungan itu bersifat

tidak langsung dengan prosedur pengkuran.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berdampak positif

maupun negatif, bergantung pada kesiapan individu atau masyarakat beserta kondisi

sosial budayanya untuk menerima karena pada prinsipnya ilmu pengetahuan dan

teknologi bersifat netral. Berpengaruh positif atau negatifnya bergantung pada

pemakainya (user).

53

Page 56: Pengatar Pendidikan Book report

Kegiatan Belajar 2: Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia

a. NasionalismePerkembangan nasionalisme berkembang sesuai dengan zamannya.

Nasionalisme menyatakan bahwa Negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya

bentuk sah organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari tenaga

kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. Pendapat lain mengemukakan tentang

pengertian nasionalisme ada yang didasarkan atas manusia dan yang didasarkan atas

perpaduan politik ekonomi dan social budaya.

Redja Mudyahardjo (2002) mengemukakan ciri-ciri nasionalisme Indonesia

sebagai berikut:

1. Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang anti penjajahan.

Pernyataan kemerdekaan yang dirumuskan oleh bangsa Indonesia adalah

pernyataan kemerdekaan bangsa dan bukan pernyataan kemerdekaan

perseorangan.

2. Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang patriotik yang religius

Nasionalisme Indonesia lahir dari perjuangan gerakan kemerdekaan

Indonesia dan bersumber dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan keinginan

luhur untuk membentuk kehidupan kebangsaan yang bebas.

3. Nasionalisme kerakyatan/persatuan yang berdasarkan Pancasila

Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang bersendikan kedaulatan

rakyat yang berdasarkan pancasila yang dalam pelaksaannya bertujuan

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk

mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan perdamaian dunia yang abadi dan yang berkeadilan sosial.

Mengingat kegagalan masa lampau, maka sejak tahun 1908 bangsa Indonesia

berjuang dengan cara baru, yaitu melalui organisasi pergerakan. Gerakkan nasional

yang dilakukan mencakup berbagai bidang kehidupan antara lain bidang politik,

ekonomi, sosial budaya, agama dan pendidikan.

Suparman mengemukakan bahwa timbuknya nasionalisme di Indonesia pada

zaman penjajahan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain sebagai berikut:

a. Pendidikan

54

Page 57: Pengatar Pendidikan Book report

b. Diskriminasi

c. Pengaruh Paham Baru

Sejak merdeka, masyarakat Indonesia dapat menikmati kebebasan yang asalnya

terbelenggu oleh penjajah meskipun beberapa kali terjadi pemberontakkan yang

ditimbulkan oleh orang-orang Indonesia yang tidak bertanggung jawab. Sebagai

Negara kesatuan, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke merasa bersatu

di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.

b. Otonomi DaerahSalah satu hasil dari gelombang reformasi total di Indonesia adalah lahirnya 2

undang-undang yaitu UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Dua undang-undang di atas merupakan dasar hokum bagi

pelaksanaan otonomi daerah sehingga dalam penyerahan kewenangan pusat pada

pemerintah daerah, daerah memiliki keluasan untuk merencanakan dan melaksanakan

sendiri urusan-urusan yang disarankan pemerintah pusat.

Undang-undang Pemerintah Daerah pada dasarnya mengatur pembagian

wewenag kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan penyerahan wewenang beberapa

urusan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, antara lain agar penyelenggaran

pemerintah dapat dilaksanakan lebih demokratis, layanan pemerintah terhadap

masyarakat dapat dilakukan secara cepat, mendorong peran serta masyarakat dalam

pembangunan sehingga dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sekaligus

memberikan perhatian dan peluang bagi pembangunan potensi dan keanekaragaman

daerah.

Salah satu kewenangan pemerintah pusat yang diserahkan kepada daerah adalah

yang menyangkut urusan di bidang pendidikan. Keberhasilan pembangunan di bidang

pendidikan akan sangat bergantung dan dipengaruhi oleh factor-faktor baik potensi

maupun kendala-kendala yang ada di daerah itu sendiri akan bergantung pada sejauh

mana pemerintah daerah mampu menggali potendi dan memanfaatkan sumber daya

serta mendorong partisipasi masyarakat. Dalam kondisi seperti sekarang ini,

55

Page 58: Pengatar Pendidikan Book report

kabupaten dan kota memegang peranan yang sangat penting, karena dengan otonomi

daerah diharapkan layanan di bidang pendidikan akan lebih efisien dan efektif.

H. BAB VIII: SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Kegiatan Belajar 1: Sistem dan Sistem Pendidikan

a. Sistem

Pengertian system menunjuka kepada 2 hal pokok yaitu (1) kepada suatu wujud

(entity) atau benda tertentu dan (2) kepada suatu tata cara atau metode pemecahan

masalah, yang dikenal sebagai pendekatan system. Pendekatan system digunakan

orang dalam rangka memahami sesuatu sebagai keseluruhan yang terpadu dan atau

dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalahan tertentu, misalnya tentang

pendidikan, pendidikan nasional.

Oleh karena konsep system (system concept) merupakan dasar untuk munculnya

pandangan system (system view) dan pendekatan system (system approach) maka

sebelum kita membahas pendidikan sebagai suatu system.

1. Konsep Sistem

Terdapat empat hal pokok yang perlu dipelajari dalam rangka memahami

konsep system yaitu definisi system, jenis-jenis system, cirri-ciri system, dan

model system.

a. Definisi Sistem

Istilah system berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti

sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur

dan merupakan satu keseluruhan. Selanjutnya, system dapat didefinisikan

sebagai satu keseluruhan dari sejumlah komponen yang saling berhubungan

dan berfungsi dalam mengubah masukan (input) menjadi hasil (output) sesuai

tujuan yang telah ditetapkan. Contohnya, mobil, sepeda motor, computer, jam

tangan, tubuh manusia, organisasi kemahasiswaan, pendidikan, perusahaan,

ilmu, filsafat, masing-masing wujud tersebut dapat dipandang sebagai system.

b. Jenis-jenis system

Ragam wujud system dibedakan menjadi jenis-jenis system. Berdasarkan

pengelompokan jenis system menurut Gordon B. Davis, William A. Shrode

56

Page 59: Pengatar Pendidikan Book report

dan Dan Voich (Tatang M. Amirin, 1996:59-61), kita dapat mengenal jenis-

jenis system sebagai berikut.

1) Berdasarkan wujudnya, system dapat dibdakan menjadi 4 jenis, yaitu:

a) System fisik, contohnya : mobil, computer televise, tap rcorder, jam

tangan,

b) System konseptual, contohnya: ideology,filsafat, ilmu,

c) System biologi, contohnya: manusia(tubuh mansia), sebatang pohon,

seeko hewan,

d) System social, contohnya: keluarga, sekolah dan berbagai organisasi.

2) Berdasarkan asal-usul kejadiannya system dapat dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu:

a) System alamiah, misalnya system tata surya,

b) System buatan manusia a man made system, misalnya pendidikan,

computer, sepeda motor, organisasi kemahasiswaan.

3) Berdasarkan daya gerak yang ada di dalamnya system dibedakan menjadi

2 jenis,yaitu:

a) System mekanistik(deterministik), seperti jam tangan, sepeda motor,

b) System organismik (probabilistic), seperti hewan, organisasi.

4) Berdasarkan hubungan dengan lingkungannya, system dibedakan menjadi

2 jenis, yaitu:

a) System terbuka, yaitu system yang berinteraksi dan memiliki

ketergantungan kepada lingkungan atau sstem-sistem lain yang ada

didalam suprasistemnya, menganmbil input dari lingkungannya dan

memberikan output kepada lingkungannya.

b) System tertutup (kebalikan dari system terbuka), yaitu system yang

tidak berhubungan dengan lingkungan.

c. Ciri-ciri system

Dalam kehidupan sehari-hari secara faktal kita dapat menemukan berbagai

ragam wujud system,tetapi karena semuanya adalah system maka setiap

system mempunyai sejumlah cirri umum yang sama. Adapn cirri-ciri umum

system adalah sebagai berikut.

57

Page 60: Pengatar Pendidikan Book report

1) Hierarchy. Suatu system terdiri dari sejumlah subsistem atau komponen.

2) Differentiation. Setiap subsistem atau komponen yang membentuk system

melakukan fungsi khusus.

3) Interrelated and interpendence. Setiap komponen pembentuk system saling

berhubungan dan saling tergantung satu sama lainnya.

4) Wholism. Semua komponen yang membentuk sistem merupakan

keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

5) Goal seeking. Setiap system memiliki tujuan karena itu setiap kegiatan

atau perilakunya mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut.

6) Transformation. Untuk mencapai tujuan, setiap system melakukan

transformasi, yaitu mengubah input menjadi output.

7) Feedback and correction. Untuk kelangsungan hdup dan mempertahankan

prestasinya setiap system melakukan fungsi control yang mencakup

monitoring dan koreksi berdasarkan umpan balik.

8) Equifinality. Pada setiap system terbuka keadaan akhir yang sama dapat

dicapai dari berbagai macam titik tolak, hasil yang sama dapat dicapai

melalui cara-cara atau aneka macam sebab yang berbeda.

9) Setiap sstem berada di dalam suatu lingkungan berupa suprasistem yang

terdiri atas berbaga system yang secara keseluruhan membangun suatu

system besar.

10) System boundaries. Setiap system memiliki batas-batas pemisah dari

lngkungannya atau sstem lainnya.

11) Sekalipun system memiliki batas-batas pemisah dari lingkungannya,

namun ada sstem yang bersifat terbuka dan ada pula yang bersifat tertutup.

d. Model Sistem

Suatu system biasanya disajikan dalam bentuk model. Menurut Elias M.

Awad, model adalah suatu representasi system yang nyata atau yang

direncanakan, sedangkan Murdick dan Ross menjelaskan bahwa model

merupakan abstraksi realitas, namun karena model tidak mampu menyajkan

realitas secara rinci atau detail maka model hanya menyajikan bagian-bagian

58

Page 61: Pengatar Pendidikan Book report

atau ciri-ciri tertentu yang penting saja dari realitas (Tatang M.

Amirin,1996:78).

2. Pendekatan Sistem

Apabila kita telah memahami konsep system (system concept)

sebagaimana telah dikemukakan terdahulu dan diintegrasikan kedalam pemikiran

kita maka kita akan memiliki suatu pandangan system (system view or system

thinking), adapun aplikasi pandangan system dalam upaya memahami sesuatu

atau memecahkan permasalahan tertentu disebut pendekatan system(system

approach). Hal ini sebagaimana dikemukakan Blla H. Banathy (1968:13) bahwa “

the system approach appears to be the application of the systems view or system

thinking to human endeavors”.

Analisis system erat sekali hubungannya dengan metode ilmiah karena ia

meliputi: kesadaran akan adanya masalah, identifikasi variable yang berhubungan

analisis dan sintesis berbagai factor dan berakhir dengan penentuan tindakan

pemecahan masalah yang terbaik. Adapun manajemen system merupakan aplkasi

teori system dalam rangka mengelola system oganisasi. Hal ini, antara lain

pengenalan atas model umum transformasi, input menjadi output dengan jalan

mengetahui arus tenaga, energy, informasi, selain itu diperhatikan pula saling

hubungan antara subsistem dengan subsistem lainnya maupun antara system

dengan suprasistemnya.

b. Pendidikan Sebagai Sistem

Apabila kita menggunaka pendekatan system dalam mempelajari pendidikan

maka dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu system. Pendidikan

dapatdidefinnisikan sebagai keseluruhan yang terpadu dari sejumlah komponen yang

saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi fungsi tertentu dalam rangka membantu

anak didik agar menjadi manusia terdidik sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari asal usul kejadiannya, pendidikan tergolong kepada system buatan

manusia (a man made system) ditinjau dari wujudnya, pendidikan tergolong kepada

system social, sedangkan jika ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya

pendidikan meruoakan system terbuka.

59

Page 62: Pengatar Pendidikan Book report

System pendidikan berada di dalam suatu suprasistem, adapun yang dimaksud

suprasistem bagi pendidikan adalah masyarakat. Selain system pendidikan, didalam

suprasistem tersebut terdapat pula berbagai system lainnya seperti system ekonomi,

system politik, system social budaya. Oleh karena system pendidikan merupakan

system terbuka maka system pendidikan memiliki ketergantungan dan saling

berhubungan dengan lingkungan atau system-sistem lainnya yang ada di dalam

suprasistemnya.

System Pendidikan

Di Dalam Suprasistemnya

Sebagai system terbuka, system pendidikan mengambil masukan (input) dari

masyarakat dan memberikan hasilnya (output) kepada masyarakat. Philip H. Coombs

(Odang Muchtar, 1976:8) mengelompokan 3 jenis sumber input utama bagi system

pendidikan, yaitu sebagai berikut :

1. Ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan tujuantujuan yang berlaku di dalam masyarakat.

2. Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia

3. Factor ekonomi.

Terhadap ketiga sumber utama input system pendidikan diatas dilakukan seleksi

berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi, dan relevansinya bagi pendidikan.

Disamping itu, seleksi dilakukan pula berdasarkan norma-norma tertentu dengan

alasan karena pendidikan bersifat normative. Hasil seleksi tersebut selanjutnya masuk

atau dimasukkan ke dalam system pendidikan (menjadi input). Input system

pendidikan dibedakan dalam 3 jenis yaitu:

a. Input mentah(raw input), yaitu anak didik atau siswa,

b. Input alat (instrumental input), seperti kurikulum, pendidik atau guru,gedung

peralatan, kegiatan belajar-mengajar, metode;

c. Input lingkungan (environmental input),seperti keadaan cuaca, keamanan

masyarakat. Input lingkungan ini secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi proses pendidikan.

60

Page 63: Pengatar Pendidikan Book report

Berbagai jenis input system pendidikan hasil seleksi sebagaimana telah

dikemukakan diatas, selanjutnya akan membentuk komponen-komponen atau

berbagai subsistem pendidikan. Phillip H. Coombs (Depdikbud,1984/1985:68)

mengidentifikasi adanya 12 komponen pokok system pendidikan yaitu:

a. Tujuan dan prioritas. Fungsinya adalah untuk mengarahkan kegiatan system.

b. Anak didik (siswa). Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuan pendidikan.

c. Pengelolaan. Fungsinya adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan

dan menilai system.

d. Struktur dan jadwal. Fungsinya adalah mengatur waktu dan mengelompoa anak

didik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.

e. Isi(kurikulum). Fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak-anak.

f. Pendidik (guru). Fungsinya untuk menyediakan bahan, menciptakan kondisi

belajar, dan menyelenggarakan pendidikan.

g. Alat bantu belajar. Fungsinya memungkinkanproses belajar mengajar sehingga

menarik, lengkap dan bervariasi.

h. Fasilitas. Fungsinya sebagai tempat terselenggaranya pendidikan.

i. Teknologi. Fungsinya mempermudah atau memperlancar pendidikan.

j. Pengawasan mutu. Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar

pendidikan (peraturan penerimaan anak didik, pemberian nilai ujian, criteria

buku).

k. Penelitian. Fungsinya mengembangkan pengetahuan, penampilan system, dan

hasil kerja system

l. Biaya. Fungsinya sebagai petunjuk efisiensi system.

Dalam system pendidikan terjadi proses transformasi, yaitu proses mengubah raw

input (anak didik) agar menjadi manusia terdidik sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini, semua omponen pendidikan melaksanakan fungsinya masing-masing

dan berinteraksi satu sama lain yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.

Pelaksanaan fungsi komponen ini dalam proses transformasi akan menghasilkan

umpan balik yang digunakan untuk melaksanakan koreksi atau perbaikan untuk

proses transformasi berikutnya. Dengan adanya control kualitas yang menghasilkan

feddback untuk melakukan perbaikan dalam proses transformasi berikutnya, ini

61

Page 64: Pengatar Pendidikan Book report

diharapkan agar system pendidikan mampu mengatasi entropi atau mampu

mempertahankan eksistensi dan meningkatkan prestasinya. System pendidikan

sebagaimana telah diuraikan diatas dapat digambarkan dalam bentuk model berikut

Model Sistem Pendidikan

Kegiatan Belajar 2: Sistem Pendidikan Nasional

a. Pendidikan Nasional Sebagai Sistem

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai

agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman.

62

Masyarakat

Ilmu pengetahuan Penduduk dan tenaga kerja Ekonomi/penghasilan masyarakat

Feedback

Output

Lulusan(manusia terdidik)

ProsesInteraksi antar komponenTujuan dan prioritasPeserta didikPengelolaanStruktur dan jadwalIsi kurikulumPendidikAlat bantu belajarFasilitasControl kualitasTeknologiPenelitianBiaya

InputRaw inputInstrumentalInputEnvironmentalInput

Page 65: Pengatar Pendidikan Book report

Pendidikan nasional sebagai sistem atau system pendidikan nasional adalah

“keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk

mencapai tujuan nasional.

Terdapat sumber input utama sistem pendidikan nasional, yaitu terdiri atas (1)

Ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dajn tujuan-tujuan yang berlaku di masyarakat; (2)

penduduk dan tenaga kerja yang tersedia; (3) factor ekonomi.

Dari berbagai sumber input yang ada, dibentuk berbagai komponen sistem

pendidikan nasional. Komponen-komponen system pendidikan nasional terdiri atas :

(1) Tujuan dan prioritas, (2) Anak didik (siswa), (3) Pengelolaan, (4) Struktur dan

jadwal, (5) Isi (kurikulum), (6) Pendidik (guru), (7) Alat bantu belajar, (8) Fasilitas,

(9) Teknologi, (10) Pengawasan mutu, (11) Penelitian, dan (12) Biaya pendidikan.

Transformasi sistem pendidikan nasional dilakukan sebagai upaya mencapai tujuan

pendidikan nasional dan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional. Secara umum

terdapat dua bentuk transformasi di dalam sistem pendidikan nasional, yaitu (1)

pengelolaan pendidikan dan (2) proses pendidikan.

Selain input sistem pendidikan nasional, terdapat output sistem pendidikan

nasional. Output sistem pendidikan nasional yaitu manusia terdidik, yaitu manusia

yang lebih mampu memnuhi kebutuhan baik untuk dirinya sendiri maupun

masyarakatnya.

b. Deskripsi Sistem Pendidikan Nasional

1. Landasan Yuridis Sistem Pendidikan Nasional

Landasan yuridis sistem pendidikan nasional merupakan seperangkat

undang-undang, peraturan atau keputusan yang harus dijadikan titik tolak dalam

rangka pengelolaan, penyelenggaraan dankegiatan pendidikan dan kegiatan di

dalam sistem pendidikan nasional. Landasan yuridis ini bersifat ideal dan

normatif

2. Jalur, Jenjang, Jenis, dan Satuan Pendidikan

a. Jalur dan jenjang pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidkan yang

63

Page 66: Pengatar Pendidikan Book report

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam sistem pendidikan

nasional diselenggarakan melalui tiga jalur,yaitu :

1. Jalur pendidikan formal

2. Jalur pendidikan nonfomal

3. Jalur pendidikan informal

b. Jalur pendidikan

Jenis pendidikan mencakup, antara lain :

1) Pendidikan umum;

2) Pendidikan kejuruan;

3) Pendidikan akademik;

4) Pendidikan profesi;

5) Pendidikan vokasi;

6) Pendidikan keagamaan;

7) Pendidikan khusus;

c. Satuan pendidikan

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

d. Satuan pendidkan pada jalur pendidikan formal

Pada jalur pendidikan formal terdapat berbagai satuan pendidikan, mulai

dari satuan pendidikan untukpendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan

dasar, menengah dan tinggi. Bentuk satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, poloteknik, sekolah tinggi,

institute, atau universitas.

c. Kegiatan Dan Pengelolaan Pendidikan

1. Kegiatan Pendidikan

Kegiatan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

64

Page 67: Pengatar Pendidikan Book report

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pengelolaan Pendidikan

Pengelolaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional bersifat

dekonsentrasi. Dalam hal ini pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan

tanggung jawab Menteri (Menteri Pendidikan Nasional).

3. Pengelolaan Satuan Pendidikan

Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksananakan berdasarkan prinsip

otonomi akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang transparan. Pengelolaan

satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat.

I. BAB IX: INOVASI PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1: Inovasi dan Difusi Inovasi Pendidikan

a. Pengertian dan Ciri-ciri Inovasi

Banyak buku tentang kegiatan inovasi yang memuat berbagai definisi tentang

inovasi. Ihwal inovasi dan difusi inovasi, termasuk ivonasi pendidikan, sudah banyak

dirumuskan oleh para ahli. Keragaman definisi tersebut merupakan hal yang wajar.

Everret M. Rogers (1983) mendefinisikan inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktik

atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh

seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Kata kunci dari definisi tersebut adalah

gagasan, benda, atau proses adopsi yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok

masyarakat terhadap inovasi yang ditawarkan, termasuk di bidang pendidikan.

Dalam kadar tertentu, ada kesan dimana ada persamaan antara pembaharuan

(inovasi) dengan perubahan. Namun, tidak semua perubahan dapat dikatakan

pembaharuan atau inovasi. Perubahan dikatakan sebagai inovasi apabila perubahan

tersebut dilakukan dengan sengaja, untuk memperbaiki suatu keadaan menjadi lebih

baik. Perubahan itu diawali dengan adanya suatu ide, gagasan atau praktik untuk

memperbaiki suatu keadaan atau untuk memecahkan suatu masalah , kemudian

dilakukan berbagai usaha dan penelitian, hingga menghasilkan produk atau hasil baru

yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.

65

Page 68: Pengatar Pendidikan Book report

Hal yang kedua adalah produk dan jasa, yaitu hasil langkah lanjutan dari

adanya gagasan baru yang ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian,

penelitian, dan percobaan sehingga terbentuk konsep yang lebih konkret, dalam

bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan termasuk hasil inovasi di bidang

pendidikan.

Hal yang ketiga dalah usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan

melakukan perbaikan (improvement) yang terus-menerus sehingga buah inovasi itu

dapat dirasakan manfaatnya.

Karya inovatif sebagai inofasi dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

upaya sengaja untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang

pendidikan, baik dalam bentuk ide, praktik, ataupun produk baru untuk mecapai

tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Sementara itu, Mattew B. Miles (1973) dalam bukunya Innovation in

Education mendefinisikan inovasi sebagai spesies dari jenis perubahan. Inovasi

adalah perubahan yang sifatnya khusus (specific), memiliki nuansa kebaruan (novel),

dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu

(planned and deliberate), serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dari suatu sistem tertentu (goals of the system). Menurut Mile, (1973) terdapat empat

ciri utama inovasi, termasuk inovasi di dalam pendidikan. Keempat ciri utama

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekhasan/khusus. Artinya suatu inovasi memiliki cirri khas dalam arti

ide, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.

2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki

karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orosinalitas

dan kebaruan.

3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Artinya inovasi

dilakukan melalui suatu proses yang dipersiapkan secara matang atau

direncanakan terlebih dahulu.

4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Program inovasi yang dilakukan harus

memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai

tujuan tersebut dengan kaitan untuk memperbaiki suatu keadaan.

66

Page 69: Pengatar Pendidikan Book report

Huberman seperti dikutip Ishak Abdulhak (2000) membagi sifat perubahan

dalam inovasi kedalam enam kelompok berikut :

1. Penggantian (substitution), misalnya inovasi dalam penggantian jenis sekolah

atau sistem ujian yang lama diganti dengan yang baru.

2. Perubahan (alternation), sebagai contoh mengubah kurikulum sekolah

menengah umum yang semula bercorak teoretis akademis, menjadi

kurikulum dan mata pelajaran yang berorientasi bernuansa keterampilan

hidup praktis.

3. Penambahan (addition). Dalam inovasi yang bersifat penambahan ini tidak

ada penggantian atau perubahan. Contohnya pengenalan cara penyusunan dan

analisis item tes objektif di kalangan guru sekolah dasar dengan tidak

mengganti atau mengubah cara penilaian yang sudah ada.

4. Penyusunan kembali (restructuring), yaitu upaya penyusunan kembali

berbagai komponen yang ada dalam sistem dengan maksud untuk

menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan. Contoh, upaya penyusunan

kembali urutan mata-mata pelajaran atau keseluruhan sistem pengajaran

dalam upaya pengembangan keseluruhan sumber daya manusia dalam sistem

pendidikan.

5. Penghapusan (elimination), adalah upaya pembaharuan dengan cara

menghilangkan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan, atau pengurangan

komponen-komponen tertentu dalam pendidikan, atau penghapusan pola atau

cara-cara lama. Contohnya, upaya menghapuskan mata-mata pelajaran

tertentu, dan menghapus fasilitas tertentu.

6. Penguatan (reinforcement), yaitu upaya peningkatan untuk memantapkan

kemampuan atau pola dan cara-cara yang sebelumnya terasa lemah.

Misalnya, upaya pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga

berfungsi optimal.

b. Difusi Inovasi Pendidikan

Everett M. Rogers (1983) mendefinisikan difusi inovasi sebagai suatu proses

untuk mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui

saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu.

67

Page 70: Pengatar Pendidikan Book report

Oleh karena difusi adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan,

ide, karya sebagai suatu produk inovasi maka aspek komunikasi menjadi sangat

penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk tersebut. Jadi, difusi

inovasi merupakan penyebarluasan suatu inovasi untuk kemudian diadopsi oleh

kelompok masyarakat tertentu.

Sebelumnya telah dibahas bahwa inovasi termasuk inovasi pendidikan

merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru atau berupa praktik

tertentu dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui

tahapan tertentu yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan dan memperbaiki

suatu keadaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.

Sementara itu, difusi inovasi pendidikan diartikan sebagai penyebarluasan dari

gagasan inovasi pendidikan melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan saluran tertentu dalam rentang waktu tertentu diantara anggota sistem

sosial masyarakat. Dengan demikian difusi inovasi pendidikan adalah proses untuk

mengkomunikasikan suatu inovasi dalam bidang pendidikan kepada anggota suatu

sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Difusi Inovasi

Dalam kaitan dengan proses difusi inovasi, Rogers (1983) mengemukakan

empat ciri penting yang mempengaruhi difusi inovasi termasuk inovasi pendidikan,

yaitu :

1. Esensi Inovasi itu Sendiri

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, inovasi merupakan hal baru yang

diadopsi oleh seseorang atau kelompok. Namun, proses adopsi inovasi ini tidak

dating serentak dan tiba-tiba. Dalam kaitannya dengan esensi inovasi, paling

tidak ada tiga hal yang barkaitan erat yaitu, teknologi, informasi pertimbangan

ketidakpastian, dan reinovasi.

Secara sederhana, reinvention adalah penemuan kembali, setelah melalui

proses modifikasi. Rogers (1983) menyebut reinvention mengacu kepada tingkat

dimana inovasi berubah atau dimodifikasi oleh penggunanya selama dalam

proses adopsi dan implementasi. Itulah sisi lain dari proses difusi, yaitu proses

penyebarluasan inovasi.

68

Page 71: Pengatar Pendidikan Book report

Proses penemuan kembali (reinvention) ini lazim dilakukan dalam inovasi

pendidikan yang dilaksanakan. Misalnya pada tahun 1980-an, dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia, diujicobakan pendekatan

pembelajaran melalui Sistem Pembinaan Cara Belajar Siswa Aktif (SP-CBSA).

Pada tahun 2000, melalui program peningkatan mutu pendidikan dasar

digulirkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, dan modifikasi dari SP-CBSA. Program

ini merupakan hasil dari proses reinvention CBSA .

Perjalanan dan proses difusi inovasi ini, tak sedikit memunculkan

penyimpangan dalam arti proses inovasi tersebut ditolak ataupun tidak

dilanjutkan. Persepsi masyarakat terhadap inovasi juga beragam. Hal ini

dikarenakan latar belakang situasi, masalah yang dihadapi, ataupun kebutuhan

individu dan kelompok.

2. Saluran Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan berbagi informasi untuk

mencapai pengertian satu sama lain. Dari pengertian tersebut tampak bahwa kata

kunci komunikasi adalah diperolehnya saling pengertian. Lasswell (1948)

menyatakan bahwa komponen dasar komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan

dengan “siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi

apa, kepada siapa, dan apa dampaknya (hasil yang dicapai).

Dengan kata lain, komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan

dari pengirim pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Hal ini

menunjukan betapa erat hubungan antara difusi inovasi sebagai proses

penyebarluasan ide, dengan proses komunikasi dimana suatu ide disampaikan

kepada pihak lain. Komponen saluran komunikasi merupakan medium untuk

menyebarluaskan gagasan ide agar bisa diadopsi oleh masyarakat sebagai

adopter.

Ragam komunikasi, baik komunikasi satu arah maupun multi arah

merupakan proses saling mempengaruhi dan menyampaikan informasi sehingga

pada akhirnya diperoleh saling pengertian.

69

Page 72: Pengatar Pendidikan Book report

Ciri utama dari komunikasi konvergen adalah adanya informasi

(information), ketidakmenentuan (uncertainty), konvergen (convergence),

adanya saling pemahaman (mutual understanding), adanya saling persetujuan

(mutual agreement), kegiatan bersama (collective action), dan hubungan jaringan

(network relationship).

Proses komunikasi tersebut sangat mempengaruhi proses difusi inovasi yang

dilakukan. Saluran komunikasi selain linier dan konvergen diklasifikasikan pada

dua bentuk, yaitu (a) komunikasi homofil, dan (b) komunikasi heterofil.

Komunikasi homofil adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua

individu atau kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama lain.

Lazarsfeld dalam Rogers (1983) menyebut komunikasi homofil sebagai suatu

proses komunikasi yang berlangsung antara dua pasangan atau kelompok

individu, dimana keduanya memiliki ciri yang sama. Ciri itu antara lain

kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan sejenisnya. Hasil komunikasi ini

dapat berupa diperolehnya saling pengertian yang mendalam antara keduanya.

Jenis komunikasi lainnya disebut komunikasi heterofil, yaitu proses

komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, di mana pengirim pesan

dan penerima pesan memiliki latar belakang yang berbeda.

Karena proses komunikasi yang dilakukan bersifat heterofil maka proses

difusi inovasi tidak senantiasa berjalan mulus karena perbedaan latar belakang

tersebut. Disini tampak bahwa difusi inovasi tidak serta merta mudah

dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh adanya pemisah antara dua pihak yang

berkomunikasi termasuk perbedaan pandangan tentang produk inovasi, dan

kemungkinan implementasinya di masyarakat.

3. Faktor Waktu dan Proses Pengambilan Keputusan

Waktu adalah hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Proses

keputusan inovasi pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilalui individu atau

kelompok, mulai dari pertama kali adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan

keputusan sikap terhadap inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi atas

70

Page 73: Pengatar Pendidikan Book report

keputusan inovasi yang dipilih. Berikut adalah tahapan dari model proses

keputusan inovasi.

a. Tahap Pengetahuan (knowledge)

Tahap ini berlangsung pada saat individu/kelompok membuka diri terhadap

suatu inovasi serta ingin mengetahui bagaimana fungsi dan peran inovasi

tersebut memberi kontribusi perbaikan di masa mendatang.

b. Tahap Bujukan (persuasion)

Tahap ini berlangsung pada saat individu atau kelompok mulai membentuk

sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi.

c. Tahap Pengambilan Keputusan (decision making)

Tahap ini berlangsung pada saat seseorang atau kelompok melakukan

aktivitas yang mengarah kepada keputusan untuk menerima atau menolak

inovasi tersebut.

d. Tahap Implementasi (implementation)

Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau

menggunakan inovasi itu dalam kegiatan organisasinya.

e. Tahap Konfirmasi (confirmation)

Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok mencari penguatan

terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya.

4. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan dalam

tatanan masyarakat dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang

dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan,

meliputi individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal,

kelompok tertentu dalam masyarakat.

a. Struktur Sosial

Struktur sosial pada dasarnya merupakan susunan yang terpola dari

berbagai unit dalam suatu sistem. Adanya struktur sosial, menghasilkan

beberapa keuntungan dalam perkembangan menghadapi dinamika sosial

kemasyarakatan.

b. Norma Sosial dan Difusi

71

Page 74: Pengatar Pendidikan Book report

Norma merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi.

Norma yang dianut oleh masyarakat dapat dipandang sebagai pengikat dan

pengukuh pola perilaku masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan

kaidah sistem sosial yang berlaku.

Berikut ini merupakan beberapa sistem sosial yang melaksanakan

kegiatan inovasi pendidikan :

1) soperation), yaitu suatu sistem sosial dalam garapan pendidikan yang

secara nyata membatasi (melalui in dan out) dari pelaksanaan suatu

perubahan pendidikan yang dilakukan. Contohnya pelaksanaan

sertifikasi guru yang mempersyaratkan batasan tertentu.

2) Ukuran dan kewilayahan (size and territoriality), yaitu suatu sistem

sosial yang secara jelas mempersyaratkan kelompok orang ataupun

geografis untuk melaksanakan suatu inovasi. Misalnya, konsolidasi

atau pelaksanaan penggabungan sekolah (school merger) di tingkat

kecamatan.

3) Fasilitas fisik (physical facilities), yaitu sistem sosial yang mengaitkan

berbagai fasilitas dan teknologi termasuk sumber daya manusia yang

akan terlibat untuk melaksanakan suatu proyek inovasi pendidikan.

Misalnya, terdapat laboratorium bahasa sebagai salah satu fasilitas

untuk siswa.

4) Penggunaan waktu (time use), yaitu suatu sistem sosial yang

mempersyaratkan faktor waktu sebagai ciri dominan suatu inovasi

pendidikan. Misalnya, program kuliah trisemester per tahun.

5) Tujuan yang ingin dicapai (goals), yaitu suatu sistem sosial yang

mempersyaratkan faktor tujuan sebagai ciri dominan. Misalnya,

reformasi kurikulum melalui metode pembelajaran tertentu, memiliki

tujuan untuk meningkatkan relevansi, serta efektivitas dan efisiensi

pendidikan.

6) Prosedur yang digunakan (procedure), yaitu suatu sistem sosial yang

mengaitkan berbagai prosedur dan teknologi untuk melaksanakan

72

Page 75: Pengatar Pendidikan Book report

suatu proyek inovasi pendidikan yang dilakukan. Misalnya,

pembelajaran dengan menggunakan multi media.

7) Definisi peran (role definition), yaitu suatu sistem sosial yang

mengaitkan berbagai peran sosial, sesuai dengan tugas dan

kewenangannya untuk melaksanakan sesuai proyek inovasi. Misalnya,

pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang melibatkan guru sebagai

mitra ataupun pengamat.

8) Kondisi normatif (normative beliefs), yaitu sistem sosial mengaitkan

mempersyaratkan perlunya norma dan ciri normatif lainnya untuk

melaksanakan suatu proyek inovasi. Misalnya, kegiatan yang berkaitan

dengan disiplin di sekolah/kelas.

9) Sistem struktur sosial (structure), yaitu sistem sosial yang mengaitkan

berbagai struktur dan hubungan antarmanusia dalam organisasi atau

sistem sosial lainnya untuk melaksanakan suatu proyek inovasi.

Misalnya, dibentuknya Komite Sekolah ataupun Dewan Pendidikan di

tingkat kabupaten/kota.

10) Metode sosialisasi (socialization method), yaitu suatu sistem sosial

yang menghubungkan berbagai metode sosialisasi atau prosedur

tertentu untuk melaksanakan suatu proyek inovasi. Misalnya, program

penyetaraan guru MI dan MTS.

Keterkaitan dengan sistem/instansi lain (linkage with other system), yaitu

suatu sistem sosial yang mengaitkan berbagai sistem lain atau instansi lain dalam

implementasi inovasi yang akan dilakukan. Misalnya, proyek community

colleges melibatkan berbagai pihak termasuk LSM dan masyarakat.

Kegiatan Belajar 2: Adopsi dan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan

a. Adopsi Inovasi

Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu :

1. Tahap pengetahuan (knowledge), yaitu tahapan dimana individu/ kelompok

membuka diri terhadap adanya suatu inovasi;

2. Tahap bujukan (persuasion), yaitu tahap pada saat individu atau kelompok

mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi;

73

Page 76: Pengatar Pendidikan Book report

3. Tahap pengambilan keputusan (decision making), yaitu tahap dimana

seseorang/kelompok melakukan aktivitas yang mengarah kepada keputusan

untuk menerima atau menolak inovasi;

4. Tahap implementasi (implementation), yaitu ketika seseorang atau kelompok

menerapkan atau menggunakan inovasi;

5. Tahap confirmasi (confirmation), yaitu tahap dimana seseorang atau

kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya.

Dengan demikian, proses adopsi inovasi dipengaruhi oleh sistem internal

organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan. Organisasi atau tatanan

kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu inovasi memenuhi

syarat-syarat berikut :

1. Memiliki tujuan yang jelas.

2. Memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas.

3. Memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan.

4. Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum.

5. Memiliki pola hubungan informasi yang teruji.

Namun dalam adopsi inovasi paling tidak ada lima kategori perbedaan, individu

atau kelompok yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Para pembaharu atau pioneer/perintis (innovators), yaitu mereka yang paling

cepat mengadopsi inovasi dalam masyarakat.

2. Para adopter awal (early adopters), yaitu orang-orang yang tergolong cepat

mengikuti kelompok innovator, mereka adalah kelompok rasional yang telah

melihat beberapa perubahan ke arah yang lebih baik.

3. Para kelompok mayoritas awal (early majority), yaitu kelompok kebanyakan

yang mau meniru cara baru apabila hal tersebut telah benar-benar

menunjukan hasil yang diharapkan. Mereka tidak mau mengambil resiko.

4. Kelompok mayoritas akhir (late majority). Kelompok ini merupakan

kelompok massal yang umumnya ragu-ragu terhadap pengetahuan baru.

Mereka cenderung skeptis.

5. Adopter akhir (late adopters), yaitu kelompok yang sangat skeptis, dan

senantiasa menolak perubahan. Mereka sangat tradisional dalam berpikir

74

Page 77: Pengatar Pendidikan Book report

serta cenderung menolak dan mengadakan perlawanan terhadap inovasi yang

ditawarkan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi dan Inovasi

Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adopsi inovasi adalah

pemimpin yang berpengaruh (opinion leaders) dan agen perubahan.

Selain faktor agen perubahan, tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi juga

tergantung pada karakteristik atau ciri dari inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi,

yang sangat mempengaruhi cepatnya adopsi inovasi adalah sebagai berikut :

1. Adanya keuntungan relatif (relative advantages), artinya sampai sejauh mana

suatu inovasi yang diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi

perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya. Semakin tinggi

kemungkinan peluang keuntungan relatif yang akan diperoleh dari adopsi suatu

inovasi, semakin tinggi pula kemungkinan percepatan adopsi oleh masyarakat.

2. Memiliki kekompakan dan kesepahaman (compatibility), artinya sampai sejauh

mana suatu inovasi dapat sejalan dan sesuai dengan sistem nilai yang ada, atau

sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang akan mengadopsi.

3. Memiliki derajat kompleksitas (complexity), artinya sampai sejauh mana derajat

kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh

masyarakat. Hal ini artinya, semakin kecil derajat kerumitan atau semakin

gampang dicerna dan dipahami suatu hasil inovasi maka akan semakin besar

kemungkinan inovasi yang diajarkan diadopsi oleh perorangan atau masyarakat.

4. Dapat dicobakan (trialability), artinya sampai sejauh mana suatu inovasi dapat

diujicobakankeandalan dan manfaatnya. Suatu hasil inovasi dapat dengan mudah

diadopsi, apabila hal tersebut dapat dilihat dan diujicobakan melalui pengalaman

lapangan.

5. Dapat diamati (observability), yaitu sampai sejauh mana suatu hasil inovasi

dapat diamati. Semakin mudah suatu hasil inovasi diamati maka akan semakin

tinggi peluang inovasi tersebut diadopsi.

c. Hambatan dalam Adopsi Inovasi

Proses adopsi inovasi bisa juga terhambat oleh berbagai faktor. Ada 3 hambatan

utama, yang berpotensi timbul dalam setiap adopsi inovasi.

75

Page 78: Pengatar Pendidikan Book report

Pertama, Mental block barriers, yaitu hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap

mental, seperti :

1. Salah persepsi atau asumsi,

2. Cenderung berpikir negatif,

3. Dihantui oleh kecemasan dan kegagalan,

4. Tidak mau mengambil resiko terlalu dalam,

5. Malas,

6. Sudah merasa berada pada daerah nyaman dan aman, serta

7. Cenderung resisten/menolak terhadap setiap perubahan.

Kedua, hambatan yang sifatnya culture block (hambatan budaya). Hal ini lebih

dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut, seperti :

1. Adat yang sudah mengakar dan mentradisi,

2. Ketaatan terhadap tradisi setempat, dan

3. Ada perasaan berdosa bila mengubah tradisi yang sudah berlaku.

Ketiga, hambatan social block (hambatan sosial), yaitu hambatan inovasi sebagai

akibat dari faktor sosial dan pranata masyarakat sekitar. Hambatan tersebut, antara

lain disebabkan oleh :

1. Perbedaan suku dan agama ataupun ras,

2. Perbedaan sosial ekonomi,

3. Nasionalisme yang sempit,

4. Arogansi primordial, serta

5. Fanatisme daerah yang kurang terkontrol.

d. Pelaksanaan dan Kontribusi Inovasi Pendidikan

Pada umumnya pembaruan pendidikan tersebut mempunyai kecenderungan

mengemban misi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya dalam

bidang pendidikan. Permasalahan tersebut antara lain meliputi pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,

serta efektivitas dan efisien pendidikan.

Poensoen dalam Santoso S. Hamidjojo (1974) mengungkap secara gamblang

tentang tiga kecenderungan kontribusi dan misi difusi inovasi, khususnya dalam

bidang pendidikan, sebagai berikut.

76

Page 79: Pengatar Pendidikan Book report

Pertama, difusi inovasi pendidikan cenderung mengembangkan dimensi

demokratis. Artinya difusi inovasi yang dilaksanakan mengemban misi atau

kecenderungan untuk meninggalkan konsepsi pendidikan yang terbatas bagi

kepentingan elite tertentu, menuju pada konsepsi pendidikan yang lebih demokratis.

Kedua, inovasi pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari

konsepsi pendidikan yang berat sebelah dalam peningkatan kemampuan pribadi di

antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan, menuju pada konsepsi pendidikan yang

mengembangkan pola dan isi yang lebih komprehensif dalam rangka pengembangan

seluruh potensi manusia secara menyeluruh dan utuh.

Ketiga, pendidikan mengemban misi yang cenderung bergerak dari konsepsi

pendidikan yang bersifat individual perorangan, menuju ke arah konsepsi pendidikan

yang menggunakan pendekatan yang lebih kooperatif. Dari konsepsi pendidikan

yang boros menuju pada konsepsi yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan

kebutuhan pembangunan.

Menoleh pada beberapa pengalaman pembaharuan yang sudah dan sedang

berjalan, pada dasarnya upaya pembaharuan pendidikan tersebut tertuju pada

peningkatan mutu proses dan produk sistem pendidikan nasional kita, yang

menyangkut peningkatan pemerataan kesempatan belajar. Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa perhatian utama pembaharuan pendidikan yang dilaksanakan di

Negara kita tertuju pada upaya mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik

dalam arti meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan.

Dalam kenyataanya, berhasil tidaknya gagasan baru disebarluaskan akan

bergantung pula pada situasi dan kondisi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan

budaya di mana sistem yang akan dikenai pembaharuan berada.

Dalam praktiknya banyak para agen pembaharuan yang mengkombinasikan

inovasi yang bersumber dari bawah dengan yang bersunber dari atas. Penggunaan

kombinasi sumber inovasi antara atas dan bawah secara seimbang dan bijaksana,

menunjukkan hasil yang lebih efektif.

Dalam inovasi pendidikan, unsur strategi merupakan suatu hal penting. Salah satu

dimensi strategi yang digunakan adalah Tipologi Strategi Inovasi Pendidikan

77

Page 80: Pengatar Pendidikan Book report

(Miler.1983) yang pada dasarnya membedakan antara target system dan other

system.

1. Target system, yaitu sistem target yang menjadi sasaran inovasi dilaksanakan.

Misalnya, sekolah atau kelompok masyarakat tertentu.

2. other system, yaitu sistem lain diluar yang menjadi target. Misalnya, lembaga

swadaya masyarakat atau institusi pemerintahan (dari luar).

Baik dalam strategi target system dan other system, terdapat empat tahapan yang

dilakukan dalam menghadapi inovasi. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Design, yaitu tahap perencanaan atau perancangan.

2. Wareness-interest, yaitu tahap komunikasi untuk penyadaran terhadap

masyarakat yang diharapkan dapat mengadopsi inovasi yang ditawarkan.

3. Evaluation, yaitu melakukan kajian atau evaluasi terhadap kemungkinan pro-

kontra ataupun kajian terhadap masyarakat yang menerima atau menolak.

4. Trial, yaitu uji coba atas produk inovasi untuk melihat sampai sejauh mana

kemungkinan diterima atau ditolaknya inovasi kepada target sistem.

Sementara itu, pada sisi yang lain penerapan strategi target system ataupun sistem

lain dalam penyebarluasan inovasi, menuntut dua struktur sosial, berikut :

1. Existing structure, yaitu struktur sosial ataupun struktur organisasi

kemasyarakatan yang sudah ada.

2. New structure, yaitu struktur kemasyarakatan yang baru sebagai konsekuensi

atas adanya inovasi.

Dengan diluncurkan slogan struggle for national survival (berjuang untuk

kemajuan bangsa) di AS, semua komponen bangkit termasuk bidang pendidikan

melalui program inovasi di berbagai bidang. Hal tersebut menjadikan AS maju pesat

dalam kurun waktu beberapa decade berikutnya. Ini pelajaran bagi Indonesia, bahwa

berikhtiar untuk mencari yang terbaik bagi perbaikan sistem pendidikan nasional kita

perlu dilakukan.

Mengingat pentingnya inovasi dalam bidang pendidikan, sebagai guru kita

merupakan salah satu agen perubahan. Melalui gurulah, suatu inovasi dapat

disebarluaskan dan dilaksanakan. Guru dituntut untuk menemukan inovasi baru,

78

Page 81: Pengatar Pendidikan Book report

khususnya dalam bidang pendidikan, dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran sehingga proses dan hasil belajar siswa menjadi optimal. Guru

juga dituntut mendatangkan pembaruan yang positif terhadap sikap dan perilaku

anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi

dengan anggota masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan di Indonesia saat ini sudah meluas.oleh karena itu teori-teori

pendidikan perlu dikembangkan dan dipahami. Pendidikan merupakan faktor utama

79

Page 82: Pengatar Pendidikan Book report

dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik

atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pengantar pendidikan

diperlukan untuk menghantar masyarakat mengetahui pendidikan itu yang sebenarnya

dan komponen-komponen pendidikan.

B. Saran

Pengantar pendidikan sebaiknya ditanam dari sejak dini agar masa depan bangsa

kita bisa lebih maju lagi dari pada sekarang ini. 

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Din dkk.2008.materi pokok pengantar pendidikan.Jakarta: Universitas

Terbuka

80