Upload
abdul-mufti-putra
View
3.310
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR AGROTEKNOLOGI
ACARA II
“PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP
INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN”
Oleh :
Abdul Mufti Putra
13011037
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
2
I. JUDUL ACARA
“PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS
PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI”
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap
penerimaan cahaya dan pertumbuhan tanaman kedelai
2. Agar mahasiswa mengamati intensitas sinar yang masuk, tinggi tanaman, dan
jumlah daun tanaman kedelai.
3. Agar mahasiswa dapat menentukan bobot segar dan bobot kering tanaman
kedelai.
III. LANDASAN TEORI
Kedelai (Glycine max) merupakan terna dikotil semusim dengan
percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium.
Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam
keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah
subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13
jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari
kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena
tanaman terlalu dini berbunga. Menurut (Tjitrosoepomo,1989) kedelai mempunyai
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan Berpembuluh )
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Kedelai berperan penting sebagai sumber protein, karbohidrat dan minyak
nabati. Setiap 100 g biji kedelai mengan- dung 18% lemak, 35% karbohidrat, 8%
air, 330 kalori, 35% protein dan 5,25% mineral (Suprapto 1985). Kedelai
3
merupakan bahan makanan penting, dan telah digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan tempe, tahu, tauco, kecap, tauge dan sebagai bahan campuran
makanan ternak. Tepung kedelai merupakan bahan bakuuntuk membuat susu,
keju, roti,kue dan lain-lain. Dari industri berbahan dasar kedelai bisa dihasilkan
produk-produk non makanan, seperti kertas, cat cair, tinta cetak, tekstil dan
mikrobiologi (Suhaeni 2007).
Penentuan kerapatan tanam pada suatu areal pertanaman pada hakekatnya
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil tanaman secara maksimal.
Dengan pengaturan kepadatan tanaman sampai batas tertentu, tanaman dapat
memanfaatkan lingkungan tumbuhnya secara efisien. Kepadatan populasi
berkaitan erat dengan jumlah radiasi matahari yang dapat diserap oleh tanaman.
Disamping itu, kepadatan tanaman juga mempengaruhi persaingan diantara
tanaman dalam menggunakan unsur hara (Atus’sadiyah, 2004).
Pengaturan kerapatan tanam didalam satu areal penanaman sangat
diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya kompetisi diantara
tanaman dan untuk memperoleh peningkatan hasil dari tanaman budidaya, yaitu
dengan menambah kerapatan tanaman atau populasi tanaman (Susilowati, 2002).
Kepadatan tanaman mempunyai hubungan erat dengan hasil tanaman.
Kepadatan tanaman dapat diartikan sebagai jumlah tanaman yang terdapat dalam
satuan luas lahan. Peningkatan kepadatan tanaman mempunyai arti meningkatkan
jumlah tanaman. Bila jumlah tanaman meningkat dan diikuti dengan luas daun
serta ILD-nya yang meningkat sehingga akan menigkatkan berat kering total
tanaman (Gardner, Pearce, Mitchell, 1991).
Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat
menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan
tanaman ini, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetatif dan
menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan
daun (Gardner, et al, 1991).
Pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya
meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang
mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu
4
rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur
hara dan intensitas matahari (Kartasapoetra 1985). Tingkat kerapatan tanaman
berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan hasil tanaman.
Kerapatan tanaman akan meyebabkan terjadinya kompetisi diantara
tanaman. Masing-masing tanaman akan saling memperebutkan bahan-bahan yang
dibutuhkan seperti cahaya, air, udara dan hara tanah. Moenandir (1988)
menjelaskan bahwa kompetisi akan terjadi bila timbul interaksi antar tanaman
lebih dari satu tanaman. Terjadinya kompetisi tergantung dari sifat komunitas
tanaman dan ketersedian faktor pertumbuhan. Tanaman yang mempunyai sifat
agresivitas dan habitus yang tinggi akan mempunyai daya saing yang kuat.
Pengaruh terjadinya kompetisi ada dua faktor, pertama adalah hadirnya
suatu individu atau kelompok tanaman lain disekitar individu tersebut, faktor
kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia. Ketersedian faktor-
faktor pertumbuhan akan memperkecil terjadinya kompetisi. Pada kondisi lapang,
kompetisi biasanya terjadi setelah tanaman mencapai tingkat pertumbuhan
tertentu, kemudian kompetisi semakin besar sesuai dengan pertumbuhan ukuran
dan fungsi pertumbuhanya. Daya kompetitif tanaman tergantung pada kapasitas
organ akar dan daun dalam melaksanakan fungsi untuk pertumbuhan (Sitompul
dan Guritno, 1995).
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar
pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat
berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Setiap jenis
tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya
penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Kekurangan cahaya matahari
akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan
cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat
perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil,
5
tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh
kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat
bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi
karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya
yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya
sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel – sel
tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan
tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih
lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor
genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatau tanaman
merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui
pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok
tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman secara optimal.
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau
antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi).
Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan
yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam
jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat
pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang
berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan
persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
6
IV. METODE PELAKSANAAN
a. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 November – 26 Desember
2013 di Kebun Percobaan Gunung Bulu dan Laboratorium Agronomi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
b. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain :
1. Lahan
2. Benih tanaman kedelai
3. Cangkul
4. Garu
5. Patok
6. Tali raffia
7. Meteran
8. Pupuk kandang
9. Luxmeter
10. Alat tulis
11. Penggaris
c. Cara Kerja
Penanaman
1. Membuat petak pertanaman dengan ukuran 1 x 1 m.
2. Mengolah tanah hingga siap ditanami
3. Memberi pupuk kandang sebanyak 1kg
4. Menanam benih tanaman kedelai dengan jarak 15 x 15 cm
5. Memelihara pertanaman dengan baik, dengan melakukan penyiraman
sesuai keperluan dan mencabuti rumput yang tunbuh disekitar tanaman.
6. Memilih 2 tanaman sebagai sampel pengamatan setelah satu minggu
tanam
7. Mengamati intensitas sinar yang masuk, tinggi tanaman, dan jumlah
daun tanaman sampel secara periodik sekali seminggu sampai umur
tanaman 4 minggu.
8. Mencatat hasil pengamatan
7
Penimbangan bobot basah dan bobot kering
1. Mengambil 2 tanaman korban dari petak pertanaman
2. Membersihkan sisa-sisa tanah yang masih menempel pada tanaman
3. Menimbang tanaman untuk mengetahui bobot segar tanaman
4. Mengoven tanaman pada suhu 90˚C selama 4-5 jam untuk mengetahui
bobot kering tanaman
5. Mencatat hasil penimbangan
V. HASIL PENGAMATAN
Tanaman Sampel 1
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 16 22 30 53
2 Jumlah daun 7 9 8 18
3 Intensitas cahaya daun atas 837 804 581 295
4 Intensitas cahaya daun tengah 573 542 498 54
5 Intensitas cahaya daun bawah 236 185 388 21
Tanaman Sampel 2
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 9 12 20 48
2 Jumlah daun 4 5 6 9
3 Intensitas cahaya daun atas 798 790 667 234
4 Intensitas cahaya daun tengah 265 240 261 45
5 Intensitas cahaya daun bawah 278 295 118 20
Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)
No. Tanaman Korban Bobot Segar
(gr)
Bobot Segar + Bobot
Koran (0,6g) (gr)
Bobot
Kering (gr)
1 Sampel 1 52,5 53,1 14,8
2 Sampel 2 45,9 46,5 14
8
VI. ANALISIS HASIL
a. Pertanaman kedelai dengan jarak 5 x 5 cm
Tanaman Sampel 1
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 22 34 39 85
2 Jumlah daun 5 7 7 12
3 Intensitas cahaya daun atas 469 664 210 745
4 Intensitas cahaya daun tengah 192 153 31 135
5 Intensitas cahaya daun bawah 89 45 15 17
Tanaman Sampel 2
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 18 37 49 95
2 Jumlah daun 5 7 7 13
3 Intensitas cahaya daun atas 912 784 245 944
4 Intensitas cahaya daun tengah 340 559 77 651
5 Intensitas cahaya daun bawah 269 168 12 27
Tanaman Sampel 3
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 25 33 51 63
2 Jumlah daun 6 88 8 12
3 Intensitas cahaya daun atas 949 640 235 337
4 Intensitas cahaya daun tengah 229 218 33 397
5 Intensitas cahaya daun bawah 50 78 11 8
Tanaman Sampel 4
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 10 20 34 70
2 Jumlah daun 2 6 8 7
3 Intensitas cahaya daun atas 846 664 206 598
4 Intensitas cahaya daun tengah 191 194 60 112
5 Intensitas cahaya daun bawah 65 370 45 13
Tanaman Sampel 5
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 8 29 32 99
2 Jumlah daun 2 5 7 11
3 Intensitas cahaya daun atas 109 576 180 283
4 Intensitas cahaya daun tengah 88 479 35 60
5 Intensitas cahaya daun bawah 68 175 27 27
9
Tanaman Sampel 6
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 5 20 33 70
2 Jumlah daun 2 6 6 6
3 Intensitas cahaya daun atas 779 557 142 659
4 Intensitas cahaya daun tengah 462 100 15 513
5 Intensitas cahaya daun bawah 172 58 21 27
Tanaman Sampel 7
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 12 31 35 75
2 Jumlah daun 4 7 6 6
3 Intensitas cahaya daun atas 1046 624 140 351
4 Intensitas cahaya daun tengah 93 106 39 110
5 Intensitas cahaya daun bawah 580 181 15 22
Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)
No. Tanaman Korban Bobot Segar
(gr)
Bobot Segar + Bobot
koran (0,6g) (gr)
Bobot
Kering (gr)
1 Sampel 1 13,9 14,5 13,4
2 Sampel 2 20 20,6 15,2
Rata-rata 16,95 17,55 14,3
b. Pertanaman kedelai dengan jarak 15 x 15 cm
Tanaman Sampel 1
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 16 22 30 53
2 Jumlah daun 7 9 8 18
3 Intensitas cahaya daun atas 837 804 581 295
4 Intensitas cahaya daun tengah 573 542 498 54
5 Intensitas cahaya daun bawah 236 185 388 21
Tanaman Sampel 2
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 9 12 20 48
2 Jumlah daun 4 5 6 9
3 Intensitas cahaya daun atas 798 790 667 234
4 Intensitas cahaya daun tengah 265 240 261 45
5 Intensitas cahaya daun bawah 278 295 118 20
10
Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)
No. Tanaman Korban Bobot Segar
(gr)
Bobot Segar + Bobot
Koran (0,6g) (gr)
Bobot
Kering (gr)
1 Sampel 1 52,5 53,1 14,8
2 Sampel 2 45,9 46,5 14
Rata-rata 49,2 49,8 14,4
c. Pertanaman kedelai dengan jarak 25 x 25 cm
Tanaman Sampel 1
No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
1 Tinggi tanaman 13 21 47 51
2 Jumlah daun 6 9 12 13
3 Intensitas cahaya daun atas 150 145 168 174
4 Intensitas cahaya daun tengah 520 290 450 336
5 Intensitas cahaya daun bawah 278 160 118 145
Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)
No. Tanaman Korban Bobot Segar
(gr)
Bobot Segar + Bobot
koran (0,6g) (gr)
Bobot
Kering (gr)
1 Sampel 1 51 51,6 15,8
2 Sampel 2 26 26,6 10,3
Rata-rata 38,5 39,1 13,05
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukan bahwa ada
interaksi yang nyata antara jarak tanam dengan penerimaan intensitas cahaya dan
laju pertumbuhan tanaman kedelai.
Menurut Harjadi (1991), penggunaan jarak tanam yang ideal bagi tanaman
akan memperkecil terjadinya kompetisi bagi tanaman, sehingga dapat
memberikan hasil yang optimal. Pengurangan kerapatan tanaman per hektar akan
mengakibatkan perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil tanaman. Oleh karena itu kerapatan yang optimum beragam pada setiap
jenis kedelai. Sudadi (2003) menyatakan bahwa selain faktor genetik, faktor
lingkungan terutama kelembaban dan suhu di sekitar tanaman sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Bey & Las (1991) menyatakan
bahwa setiap tanaman membutuhkan suhu optimal dalam kisaran tertentu sesuai
dengan prinsif reaksi kimia, demikian juga dalam proses metabolisme. Oleh sebab
itu penggunaan berbagai jarak tanam menghasilkan hasil yang berbeda.
11
Pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya
meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang
mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu
rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur
hara dan intensitas matahari (Kartasapoetra 1985)
Jarak tanam yang lebih rapat akan menghasilkan tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini dapat dilihat dari
pertanaman 5x5 cm tanaman kedelai tumbuh lebih tinggi dibandingkan
pertanaman 15x15 cm dan 25x25 cm. Hal ini dikarenakan persaingan dalam
penggunaan cahaya dan unsur hara lebih besar oleh tanaman pada tanaman yang
lebih rapat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Salisbury & Ross (1995) bahwa persaingan antar tanaman
menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar
memperoleh cahaya lebih banyak. Sebaliknya jarak tanam yang lebih
renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan
memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan ke arah
samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang.
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya
matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar
pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat
berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Setiap jenis
tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya
penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Kekurangan cahaya matahari
akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan
cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat
perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil,
tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ).
12
Meskipun tanaman dengan pertanaman 5x5 cm tumbuh lebih tinggi, namun
daunnya berwarna hijau pucat dan cabangnya sedikit. Ini disebabkan oleh
kurangnya cahaya yang didapatkan oleh daun untuk berfotosintesis karena daun-
daun begitu rapat sehingga sinar matahari sulit untuk menyinari daun-daun bawah
yang dikarenakan dau tersebut tertutup oleh daun-daun diatasnya. Pada
pertanaman 15x15 cm, tanaman juga tumbuh tinggi, namun tak setinggi tanaman
pada pertanaman 5x5 cm. Tanaman pada pertanaman ini memiliki tinggi yang
ideal, daun yang banyak dan hijau, dan percabangan yang banyak. Ini disebabkan
penerimaan cahaya matahari yang optimal, penerimaan intensitas cahaya matahari
menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan
pertumbuhan ke arah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang. Pada
pertanaman 25x25 cm tanaman juga tumbuh tinggi, namun daunnya berwarna
hijau kekuningan dan percabangan sedikit sekali. Ini disebabkan oleh terlalu
banyaknya cahaya yang masuk sehingga daun terlalu banyak melakukan
transpirasi dalam proses fotosintesis.
Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang
lebih besar daripada berat kering pada penanaman pada jarak tanam yang rapat.
Hal ini terjadi karena pada jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam
penggunaan cahaya matahari yang berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur
hara, air maupun udara (Kartasapoetra, 1985).
Pada praktikum ini bobot segar dan kering tanaman dengan pertanaman
15x15 cm lebih besar dari pertanaman 25x25cm dan 5x5cm. Ini disebabkan
optimalnya penerimaan cahaya pada daun sehingga pertumbuhan vegetatif
tanaman itu sendiri tumbuh dengan maksimal. Pada urutan kedua bobot segar dan
bobot kering yang besar adalah tanaman pada pertanaman 25x25cm, sedangkan
pertanaman 5x5cm memiliki bobot segar dan kering yang paling kecil.
13
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kerapatan tanaman berpengaruh terhadap intensitas cahaya dan laju
pertumbuhan tanaman kedelai
2. Semakin rapat jarak tanam semakin berkurang penerimaan intensitas cahaya
pada tanaman
3. Semakin rapat jarak tanam, tanaman akan tumbuh semakin tinggi.
4. Jarak tanam yang ideal untuk budidaya tanaman kedelai adalah 15x15 cm
5. Bobot segar tanaman sampel 1 dan 2 pada pertanaman 15x15 cm berturut-
turut adalah 52,5g dan 45,9g.
6. Bobot kering tanaman sampel 1 dan 2 pada pertanaman 15x15 cm berturut-
turut adalah 14,8g dan 14g.
7. Tanaman kedelai pada pertanaman 15x15cm memiliki bobot segar dan kering
paling besar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan
Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
BALITKABI. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Malang.
Bey, A. & I. Las. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta
dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kartasapoetra, G. 1985. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.
Mangoendidjodjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta.
Martodireso & Suryanto. 2001. Pemupukan Organik Hayati. Kanisius. Yogyakarta.
Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia, Jakarta.
Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Plant Physiology.Wadsworth Publishing Com-
pany Bellmount. California.
Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di
Indonesia. Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta
Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. NUANSA. Bandung.
Suprapto, 1985. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.