14
1 LAPORAN PRAKTIKUM DASAR AGROTEKNOLOGI ACARA II PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMANOleh : Abdul Mufti Putra 13011037 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

1

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR AGROTEKNOLOGI

ACARA II

“PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP

INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN

TANAMAN”

Oleh :

Abdul Mufti Putra

13011037

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

2

I. JUDUL ACARA

“PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS

PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI”

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap

penerimaan cahaya dan pertumbuhan tanaman kedelai

2. Agar mahasiswa mengamati intensitas sinar yang masuk, tinggi tanaman, dan

jumlah daun tanaman kedelai.

3. Agar mahasiswa dapat menentukan bobot segar dan bobot kering tanaman

kedelai.

III. LANDASAN TEORI

Kedelai (Glycine max) merupakan terna dikotil semusim dengan

percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium.

Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam

keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah

subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13

jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari

kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena

tanaman terlalu dini berbunga. Menurut (Tjitrosoepomo,1989) kedelai mempunyai

klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan Berpembuluh )

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Kedelai berperan penting sebagai sumber protein, karbohidrat dan minyak

nabati. Setiap 100 g biji kedelai mengan- dung 18% lemak, 35% karbohidrat, 8%

air, 330 kalori, 35% protein dan 5,25% mineral (Suprapto 1985). Kedelai

Page 3: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

3

merupakan bahan makanan penting, dan telah digunakan sebagai bahan dasar

pembuatan tempe, tahu, tauco, kecap, tauge dan sebagai bahan campuran

makanan ternak. Tepung kedelai merupakan bahan bakuuntuk membuat susu,

keju, roti,kue dan lain-lain. Dari industri berbahan dasar kedelai bisa dihasilkan

produk-produk non makanan, seperti kertas, cat cair, tinta cetak, tekstil dan

mikrobiologi (Suhaeni 2007).

Penentuan kerapatan tanam pada suatu areal pertanaman pada hakekatnya

merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil tanaman secara maksimal.

Dengan pengaturan kepadatan tanaman sampai batas tertentu, tanaman dapat

memanfaatkan lingkungan tumbuhnya secara efisien. Kepadatan populasi

berkaitan erat dengan jumlah radiasi matahari yang dapat diserap oleh tanaman.

Disamping itu, kepadatan tanaman juga mempengaruhi persaingan diantara

tanaman dalam menggunakan unsur hara (Atus’sadiyah, 2004).

Pengaturan kerapatan tanam didalam satu areal penanaman sangat

diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya kompetisi diantara

tanaman dan untuk memperoleh peningkatan hasil dari tanaman budidaya, yaitu

dengan menambah kerapatan tanaman atau populasi tanaman (Susilowati, 2002).

Kepadatan tanaman mempunyai hubungan erat dengan hasil tanaman.

Kepadatan tanaman dapat diartikan sebagai jumlah tanaman yang terdapat dalam

satuan luas lahan. Peningkatan kepadatan tanaman mempunyai arti meningkatkan

jumlah tanaman. Bila jumlah tanaman meningkat dan diikuti dengan luas daun

serta ILD-nya yang meningkat sehingga akan menigkatkan berat kering total

tanaman (Gardner, Pearce, Mitchell, 1991).

Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat

menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan

tanaman ini, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetatif dan

menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan

daun (Gardner, et al, 1991).

Pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya

meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang

mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses

pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu

Page 4: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

4

rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur

hara dan intensitas matahari (Kartasapoetra 1985). Tingkat kerapatan tanaman

berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan hasil tanaman.

Kerapatan tanaman akan meyebabkan terjadinya kompetisi diantara

tanaman. Masing-masing tanaman akan saling memperebutkan bahan-bahan yang

dibutuhkan seperti cahaya, air, udara dan hara tanah. Moenandir (1988)

menjelaskan bahwa kompetisi akan terjadi bila timbul interaksi antar tanaman

lebih dari satu tanaman. Terjadinya kompetisi tergantung dari sifat komunitas

tanaman dan ketersedian faktor pertumbuhan. Tanaman yang mempunyai sifat

agresivitas dan habitus yang tinggi akan mempunyai daya saing yang kuat.

Pengaruh terjadinya kompetisi ada dua faktor, pertama adalah hadirnya

suatu individu atau kelompok tanaman lain disekitar individu tersebut, faktor

kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia. Ketersedian faktor-

faktor pertumbuhan akan memperkecil terjadinya kompetisi. Pada kondisi lapang,

kompetisi biasanya terjadi setelah tanaman mencapai tingkat pertumbuhan

tertentu, kemudian kompetisi semakin besar sesuai dengan pertumbuhan ukuran

dan fungsi pertumbuhanya. Daya kompetitif tanaman tergantung pada kapasitas

organ akar dan daun dalam melaksanakan fungsi untuk pertumbuhan (Sitompul

dan Guritno, 1995).

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh

makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya

matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar

pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan

menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya

fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat

berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Setiap jenis

tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya

penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Kekurangan cahaya matahari

akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan

cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat

perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang

kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil,

Page 5: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

5

tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh

kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat

bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi

karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya

yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya

sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel – sel

tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan

tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih

lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.

Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar

terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor

genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatau tanaman

merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui

pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok

tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya

merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman secara optimal.

Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau

antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi).

Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan

yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam

jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat

pertumbuhan individu-individu yang terlibat.

Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama

(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang

berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya

terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan

persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.

Page 6: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

6

IV. METODE PELAKSANAAN

a. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 November – 26 Desember

2013 di Kebun Percobaan Gunung Bulu dan Laboratorium Agronomi

Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

b. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain :

1. Lahan

2. Benih tanaman kedelai

3. Cangkul

4. Garu

5. Patok

6. Tali raffia

7. Meteran

8. Pupuk kandang

9. Luxmeter

10. Alat tulis

11. Penggaris

c. Cara Kerja

Penanaman

1. Membuat petak pertanaman dengan ukuran 1 x 1 m.

2. Mengolah tanah hingga siap ditanami

3. Memberi pupuk kandang sebanyak 1kg

4. Menanam benih tanaman kedelai dengan jarak 15 x 15 cm

5. Memelihara pertanaman dengan baik, dengan melakukan penyiraman

sesuai keperluan dan mencabuti rumput yang tunbuh disekitar tanaman.

6. Memilih 2 tanaman sebagai sampel pengamatan setelah satu minggu

tanam

7. Mengamati intensitas sinar yang masuk, tinggi tanaman, dan jumlah

daun tanaman sampel secara periodik sekali seminggu sampai umur

tanaman 4 minggu.

8. Mencatat hasil pengamatan

Page 7: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

7

Penimbangan bobot basah dan bobot kering

1. Mengambil 2 tanaman korban dari petak pertanaman

2. Membersihkan sisa-sisa tanah yang masih menempel pada tanaman

3. Menimbang tanaman untuk mengetahui bobot segar tanaman

4. Mengoven tanaman pada suhu 90˚C selama 4-5 jam untuk mengetahui

bobot kering tanaman

5. Mencatat hasil penimbangan

V. HASIL PENGAMATAN

Tanaman Sampel 1

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 16 22 30 53

2 Jumlah daun 7 9 8 18

3 Intensitas cahaya daun atas 837 804 581 295

4 Intensitas cahaya daun tengah 573 542 498 54

5 Intensitas cahaya daun bawah 236 185 388 21

Tanaman Sampel 2

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 9 12 20 48

2 Jumlah daun 4 5 6 9

3 Intensitas cahaya daun atas 798 790 667 234

4 Intensitas cahaya daun tengah 265 240 261 45

5 Intensitas cahaya daun bawah 278 295 118 20

Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)

No. Tanaman Korban Bobot Segar

(gr)

Bobot Segar + Bobot

Koran (0,6g) (gr)

Bobot

Kering (gr)

1 Sampel 1 52,5 53,1 14,8

2 Sampel 2 45,9 46,5 14

Page 8: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

8

VI. ANALISIS HASIL

a. Pertanaman kedelai dengan jarak 5 x 5 cm

Tanaman Sampel 1

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 22 34 39 85

2 Jumlah daun 5 7 7 12

3 Intensitas cahaya daun atas 469 664 210 745

4 Intensitas cahaya daun tengah 192 153 31 135

5 Intensitas cahaya daun bawah 89 45 15 17

Tanaman Sampel 2

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 18 37 49 95

2 Jumlah daun 5 7 7 13

3 Intensitas cahaya daun atas 912 784 245 944

4 Intensitas cahaya daun tengah 340 559 77 651

5 Intensitas cahaya daun bawah 269 168 12 27

Tanaman Sampel 3

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 25 33 51 63

2 Jumlah daun 6 88 8 12

3 Intensitas cahaya daun atas 949 640 235 337

4 Intensitas cahaya daun tengah 229 218 33 397

5 Intensitas cahaya daun bawah 50 78 11 8

Tanaman Sampel 4

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 10 20 34 70

2 Jumlah daun 2 6 8 7

3 Intensitas cahaya daun atas 846 664 206 598

4 Intensitas cahaya daun tengah 191 194 60 112

5 Intensitas cahaya daun bawah 65 370 45 13

Tanaman Sampel 5

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 8 29 32 99

2 Jumlah daun 2 5 7 11

3 Intensitas cahaya daun atas 109 576 180 283

4 Intensitas cahaya daun tengah 88 479 35 60

5 Intensitas cahaya daun bawah 68 175 27 27

Page 9: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

9

Tanaman Sampel 6

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 5 20 33 70

2 Jumlah daun 2 6 6 6

3 Intensitas cahaya daun atas 779 557 142 659

4 Intensitas cahaya daun tengah 462 100 15 513

5 Intensitas cahaya daun bawah 172 58 21 27

Tanaman Sampel 7

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 12 31 35 75

2 Jumlah daun 4 7 6 6

3 Intensitas cahaya daun atas 1046 624 140 351

4 Intensitas cahaya daun tengah 93 106 39 110

5 Intensitas cahaya daun bawah 580 181 15 22

Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)

No. Tanaman Korban Bobot Segar

(gr)

Bobot Segar + Bobot

koran (0,6g) (gr)

Bobot

Kering (gr)

1 Sampel 1 13,9 14,5 13,4

2 Sampel 2 20 20,6 15,2

Rata-rata 16,95 17,55 14,3

b. Pertanaman kedelai dengan jarak 15 x 15 cm

Tanaman Sampel 1

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 16 22 30 53

2 Jumlah daun 7 9 8 18

3 Intensitas cahaya daun atas 837 804 581 295

4 Intensitas cahaya daun tengah 573 542 498 54

5 Intensitas cahaya daun bawah 236 185 388 21

Tanaman Sampel 2

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 9 12 20 48

2 Jumlah daun 4 5 6 9

3 Intensitas cahaya daun atas 798 790 667 234

4 Intensitas cahaya daun tengah 265 240 261 45

5 Intensitas cahaya daun bawah 278 295 118 20

Page 10: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

10

Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)

No. Tanaman Korban Bobot Segar

(gr)

Bobot Segar + Bobot

Koran (0,6g) (gr)

Bobot

Kering (gr)

1 Sampel 1 52,5 53,1 14,8

2 Sampel 2 45,9 46,5 14

Rata-rata 49,2 49,8 14,4

c. Pertanaman kedelai dengan jarak 25 x 25 cm

Tanaman Sampel 1

No. Pengamatan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

1 Tinggi tanaman 13 21 47 51

2 Jumlah daun 6 9 12 13

3 Intensitas cahaya daun atas 150 145 168 174

4 Intensitas cahaya daun tengah 520 290 450 336

5 Intensitas cahaya daun bawah 278 160 118 145

Penimbangan Bobot Tanaman (4 Minggu Setelah Tanam)

No. Tanaman Korban Bobot Segar

(gr)

Bobot Segar + Bobot

koran (0,6g) (gr)

Bobot

Kering (gr)

1 Sampel 1 51 51,6 15,8

2 Sampel 2 26 26,6 10,3

Rata-rata 38,5 39,1 13,05

VII. PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukan bahwa ada

interaksi yang nyata antara jarak tanam dengan penerimaan intensitas cahaya dan

laju pertumbuhan tanaman kedelai.

Menurut Harjadi (1991), penggunaan jarak tanam yang ideal bagi tanaman

akan memperkecil terjadinya kompetisi bagi tanaman, sehingga dapat

memberikan hasil yang optimal. Pengurangan kerapatan tanaman per hektar akan

mengakibatkan perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan hasil tanaman. Oleh karena itu kerapatan yang optimum beragam pada setiap

jenis kedelai. Sudadi (2003) menyatakan bahwa selain faktor genetik, faktor

lingkungan terutama kelembaban dan suhu di sekitar tanaman sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Bey & Las (1991) menyatakan

bahwa setiap tanaman membutuhkan suhu optimal dalam kisaran tertentu sesuai

dengan prinsif reaksi kimia, demikian juga dalam proses metabolisme. Oleh sebab

itu penggunaan berbagai jarak tanam menghasilkan hasil yang berbeda.

Page 11: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

11

Pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting dalam upaya

meningkatan hasil tanaman kedelai. Jarak tanam yang terlalu jarang

mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses

pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu

rapat menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur

hara dan intensitas matahari (Kartasapoetra 1985)

Jarak tanam yang lebih rapat akan menghasilkan tanaman yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini dapat dilihat dari

pertanaman 5x5 cm tanaman kedelai tumbuh lebih tinggi dibandingkan

pertanaman 15x15 cm dan 25x25 cm. Hal ini dikarenakan persaingan dalam

penggunaan cahaya dan unsur hara lebih besar oleh tanaman pada tanaman yang

lebih rapat dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Hal ini sesuai

dengan pendapat Salisbury & Ross (1995) bahwa persaingan antar tanaman

menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar

memperoleh cahaya lebih banyak. Sebaliknya jarak tanam yang lebih

renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan

memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan ke arah

samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang.

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh

makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya

matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar

pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan

menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya

fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat

berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Setiap jenis

tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya

penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Kekurangan cahaya matahari

akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan

cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat

perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang

kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil,

tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ).

Page 12: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

12

Meskipun tanaman dengan pertanaman 5x5 cm tumbuh lebih tinggi, namun

daunnya berwarna hijau pucat dan cabangnya sedikit. Ini disebabkan oleh

kurangnya cahaya yang didapatkan oleh daun untuk berfotosintesis karena daun-

daun begitu rapat sehingga sinar matahari sulit untuk menyinari daun-daun bawah

yang dikarenakan dau tersebut tertutup oleh daun-daun diatasnya. Pada

pertanaman 15x15 cm, tanaman juga tumbuh tinggi, namun tak setinggi tanaman

pada pertanaman 5x5 cm. Tanaman pada pertanaman ini memiliki tinggi yang

ideal, daun yang banyak dan hijau, dan percabangan yang banyak. Ini disebabkan

penerimaan cahaya matahari yang optimal, penerimaan intensitas cahaya matahari

menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan

pertumbuhan ke arah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang. Pada

pertanaman 25x25 cm tanaman juga tumbuh tinggi, namun daunnya berwarna

hijau kekuningan dan percabangan sedikit sekali. Ini disebabkan oleh terlalu

banyaknya cahaya yang masuk sehingga daun terlalu banyak melakukan

transpirasi dalam proses fotosintesis.

Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang

lebih besar daripada berat kering pada penanaman pada jarak tanam yang rapat.

Hal ini terjadi karena pada jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam

penggunaan cahaya matahari yang berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur

hara, air maupun udara (Kartasapoetra, 1985).

Pada praktikum ini bobot segar dan kering tanaman dengan pertanaman

15x15 cm lebih besar dari pertanaman 25x25cm dan 5x5cm. Ini disebabkan

optimalnya penerimaan cahaya pada daun sehingga pertumbuhan vegetatif

tanaman itu sendiri tumbuh dengan maksimal. Pada urutan kedua bobot segar dan

bobot kering yang besar adalah tanaman pada pertanaman 25x25cm, sedangkan

pertanaman 5x5cm memiliki bobot segar dan kering yang paling kecil.

Page 13: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

13

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kerapatan tanaman berpengaruh terhadap intensitas cahaya dan laju

pertumbuhan tanaman kedelai

2. Semakin rapat jarak tanam semakin berkurang penerimaan intensitas cahaya

pada tanaman

3. Semakin rapat jarak tanam, tanaman akan tumbuh semakin tinggi.

4. Jarak tanam yang ideal untuk budidaya tanaman kedelai adalah 15x15 cm

5. Bobot segar tanaman sampel 1 dan 2 pada pertanaman 15x15 cm berturut-

turut adalah 52,5g dan 45,9g.

6. Bobot kering tanaman sampel 1 dan 2 pada pertanaman 15x15 cm berturut-

turut adalah 14,8g dan 14g.

7. Tanaman kedelai pada pertanaman 15x15cm memiliki bobot segar dan kering

paling besar.

Page 14: PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP INTENSITAS PENERIMAAN CAHAYA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

14

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan

Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

BALITKABI. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.

Malang.

Bey, A. & I. Las. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta

dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Kartasapoetra, G. 1985. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.

Mangoendidjodjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta.

Martodireso & Suryanto. 2001. Pemupukan Organik Hayati. Kanisius. Yogyakarta.

Sadjad, S. 1993. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia, Jakarta.

Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Plant Physiology.Wadsworth Publishing Com-

pany Bellmount. California.

Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di

Indonesia. Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta

Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. NUANSA. Bandung.

Suprapto, 1985. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.