27
Makalah Ekonomika SDM, SDA, dan Lingkungan “Pengangguran Terdidik di Perkotaan” Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika SDM, SDA, dan Lingkungan Dosen Pembimbing : Ngadiyono, S.Pd. Disusun Oleh : Nama : Wurdiyanti Yuli Astuti NIM : 12804244014 Prodi : Pendidikan Ekonomi PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

Pengangguran terdidik di perkotaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Pengangguran terdidik di perkotaan

Makalah Ekonomika SDM, SDA, dan Lingkungan

“Pengangguran Terdidik di Perkotaan”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika SDM, SDA, dan Lingkungan

Dosen Pembimbing : Ngadiyono, S.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Wurdiyanti Yuli Astuti

NIM : 12804244014

Prodi : Pendidikan Ekonomi

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: Pengangguran terdidik di perkotaan

DAFTAR ISI

1. Halaman Judul....................................................................................i

2. Daftar Isi............................................................................................. ii

3. Kata Pengantar...................................................................................iii

4. Bab I, Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................1

1.3. Tujuan.........................................................................................1

5. Bab II, Pembahasan

2.1. Pengertian Pengangguran dan Pengangguran Terdidik............2

2.2. Fenomena Pengangguran Terdidik di Perkotaan......................3

2.3. Penyebab Pengangguran Terdidik di Perkotaan.......................5

2.4. Cara Mengatasi Pengangguran Terdidik di Perkotaan..............8

6. Bab III, Penutup

3.1. Kesimpulan.................................................................................12

7. Daftar Pustaka....................................................................................13

Page 3: Pengangguran terdidik di perkotaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya atas selesainya Makalah

‘Pengangguran Terdidik di Perkotaa’ ini. Makalah ini ditulis untuk

menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ekonomika SDM, SDA, dan

Lingkungan dan juga agar para pembaca dapat mempelajari tentang

pengertian pengangguran dan pengangguran terdidik, fenomena

pengangguran terdidik di perkotaan, penyebab pengangguran terdidik di

perkotaan, dan cara mengatasi pengangguran terdidik di perkotaan.

Makalah ini kami persembahkan kepada :

1. Bapak Ngadiyono, S.Pd.

2. Serta teman – teman yang telah mendukung terselesaikannya

makalah ini.

Walaupun dalam penyusunan Makalah ini sudah berusaha maksimal,

namun kami menyadari Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak

kekurangan. Maka kritik, saran, petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari

berbagai pihak sangat kami harapkan.

Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat Ridho

dari Allah SWT. Amin

Yogyakarta, Maret 2014

Penyusun

Page 4: Pengangguran terdidik di perkotaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengangguran adalah salah satu masalah yang dihadapi

semua negara di dunia sebagai akibat dari adanya kesenjangan

antara jumlah penduduk usia kerja yang masuk dalam angkatan

kerja dengan ketersediaan kesempatan kerja. Pengangguran selalu

menjadi salah satu dari prioritas masalah yang harus dihadapi

dalam setiap perencanaan pembangunan.

Pengangguran sendiri tak hanya dialami oleh angkatan kerja

yang memiliki pendidikan rendah, dewasa ini pengangguran juga

dialami oleh angkatan kerja terdidik yaitu lulusan akademi dan

universitas. Dan yang menjadi sorotan paling tajam adalah adanya

pengangguran terdidk di perkotaan. Untuk itu, dalam bab

selanjutnya akan dibahas lebih mendalam tentang pengangguran

terdidik di perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian pengangguran dan pengangguran terdidik?

2. Bagaimana fenomena pengangguran terdidik di perkotaan?

3. Apakah penyebab adanya pengangguran terdidik di

perkotaan?

4. Bagaimana cara mengatasi pengangguran terdidik di

perkotaan?

Page 5: Pengangguran terdidik di perkotaan

1.3 Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah agar pembaca

dapat mengetahui tentang :

1. Pengertian pengangguran dan pengangguran terdidik.

2. Fenomena pengangguran terdidik di perkotaan.

3. Penyebab adanya pengangguran terdidik di perkotaan.

4. Cara mengatasi pengangguran terdidik di perkotaan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengangguran dan Pengangguran Terdidik

Pengangguran atau adalah istilah untuk orang yang tidak

bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua

hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha

mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya

disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja

tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang

mampu menyerapnya.

Menurut BPS (2003), tingkat pengangguran terdidik

merupakan rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SMA ke

atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja

pada kelompok tersebut. Selain itu, menurut Elwin Tobing (2003),

pengangguran tenaga terdidik yaitu angkatan kerja yang

berpendidikan menengah ke atas (SMA, Diploma, dan Sarjana) dan

tidak bekerja. Pengangguran tenaga kerja terdidik adalah salah satu

masalah makroekonomi. Faktor-faktor penyebab tenaga kerja

terdidik dapat dikatakan hampir sama di setiap negara, krisis

Page 6: Pengangguran terdidik di perkotaan

ekonomi, struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah

dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak

seimbang, dan jumlah angkatan kerja yang lebih besar dibandingkan

dengan kesempatan kerja (Sriyanti, 2009).

Pengangguran terdidik adalah seorang yang telah lulus

pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat

memperolehnya. Para penganggur terdidik biasanya dari kelompok

masyarakat menengah keatas yang memungkinkan adanya jaminan

kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran terdidik

sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di Negara berkembang

pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan,

kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat.

Pada masyarakat yang sedang berkembang, pendidikan

dipersiapkan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan

melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain

tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa

pendidikan.

2.2 Fenomena Pengangguran Terdidik di Perkotaan

Jumlah penganggur terdidik di Indonesia setiap tahun terus

bertambah,seiring dengan diwisudanya sarjana baru lulusan

berbagai perguruan tinggi (PT). Para sarjana pengangguran itu tidak

hanya lulusan terbaik PT swasta, tetapi juga PT negeri kenamaan.

Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah sarjana (S-1)

pada Februari 2007 sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian,

tepatnya Februari 2008 jumlah pengangguran terdidik bertambah

216.300 orang atau sekitar 626.200 orang. Jika setiap tahun jumlah

kenaikan rata-rata 216.300, pada Februari 2012 terdapat lebih dari 1

Page 7: Pengangguran terdidik di perkotaan

juta pengangguran terdidik. Belum ditambah pengangguran lulusan

diploma (D-1, D-2, D-3) terus meningkat. Dalam rentang waktu 2007-

2010 saja tercatat peningkatan sebanyak 519.900 orang atau naik

sekitar 57% (Media Indonesia/22/2010).

(12 September 2013). REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -

Asisten Deputi Bidang Kepeloporan Pemuda Kementerian Pemuda

dan Olah Raga, Muh Abud Musa'ad, mengatakan angka

pengangguran pemuda terdidik mencapai 41,81 persen dari total

angka pengangguran nasional. "Ada fenomena semakin tinggi

jenjang pendidikan semakin tinggi ketergantungan pada lapangan

kerja," kata Muh Abud Musa'ad. Muh Abud Musa'ad menjadi salah

satu pembicara pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) TNI

Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-89 Tahun 2012 di Kantor

Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta Pusat.

Ketergantungan terhadap lapangan kerja itu, kata Musa'ad,

disebabkan pemuda-pemuda terdidik memilih-milih pekerjaan yang

sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya.

"Karena terlalu memilih-milih itu, mereka justru jadi

pengangguran sehingga angka pengangguran terdidik menjadi

tinggi," katanya. Jumlah pengangguran terdidik terbanyak adalah

lulusan perguruan tinggi, yaitu 12,78 persen. Posisi berikutnya

disusul lulusan SMA (11,9 persen), SMK (11,87 persen), SMP (7,45

persen) dan SD (3,81 persen). Angka pengangguran pemuda

Indonesia pun termasuk yang tertinggi bila dibandingkan dengan

negara-negara lain. Pemuda yang menganggur di Indonesia

mencapai 25,1 persen dari total angkatan kerja. "Angka

pengangguran pemuda Indonesia tertinggi kedua setelah Afrika

Selatan. Karena itu, harus ada upaya serius untuk mengurangi

angka pengangguran pemuda," katanya.

Dan data terbaru berdasarkan data Kementerian Tenaga

Kerja, jumlah pengangguran sarjana hingga Februari 2013 mencapai

Page 8: Pengangguran terdidik di perkotaan

360 ribu orang atau 5,04 persen dari total pengangguran yang 7,17

juta orang (Koran Jakarta, 14/11/2013).

Dari pie chart di atas diketahui bahwa hampir seperempat

(24%) dari angkatan kerja kita adalah ‘pengangguran terdidik’, yaitu

yang mengecap jenjang pendidikan tinggi (diploma/sarjana).

Page 9: Pengangguran terdidik di perkotaan

Data Pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan di perkotaan

Dari dagram diatas terlihat tingkat pengangguran yang

tertinggi adalah berasal dari lulusan SMA dan yang lebih tinggi. Hal

itu mengindikasikan masih sangat tinggimya tingkat pengangguran

terdidik di perkotaan saat ini.

2.3 Penyebab Pengangguran Terdidik di Perkotaan

Menurut Moelyono dalam Sutomo, dkk (1999), menyatakan

bahwa meningkatnya pengangguran tenaga kerja terdidik

disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan maka makin

tinggi pula aspirasinya untuk mendapatkan kedudukan atau

kesempatan kerja yang lebih sesuai dengan keinginan, sehingga

proses untuk mencari kerja lebih lama pada kelompok pencari kerja

terdidik disebabkan tenaga kerja terdidik lebih banyak mengetahui

Page 10: Pengangguran terdidik di perkotaan

perkembangan informasi di pasar kerja, dan lebih berkemampuan

untuk memilih pekerjaan yang diminati dan menolak pekerjaan yang

tidak disukai.

Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang

selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan

berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan

mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan

atas baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat

terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada. Faktanya lembaga

pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja, bukan

pencipta kerja. Padahal, untuk menjadi seorang lulusan yang siap

kerja, mereka perlu tambahan keterampilan di luar bidang akademik

yang mereka kuasai. Penyebab lainnya yaitu :

1. Para pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang

formal dan mereka maunya bekerja di tempat yang langsung

menempatkan mereka di posisi yang enak, dapat banyak

fasilitas, dan maunya langsung dapat gaji besar.Padahal

dewasa ini lapangan kerja di sektor formal mengalami

penurunan,hal itu disebabkan melemahnya kinerja sektor riil

dan daya saing Indonesia, yang menyebabkan melemahnya

sektor industri dan produksi manufaktur yang berorientasi

ekspor. Melemahnya sektor riil dan daya saing Indonesia

secara langsung menyebabkan berkurangnya permintaan

untuk tenaga kerja terdidik, yang mengakibatkan 

meningkatnya jumlah pengangguran terdidik. Dengan kata

lain, persoalan pengangguran terdidik muncul karena adanya

informalisasi pasar kerja. Sebenarnya Sektor pertanian,

kelautan, perkebunan, dan perikanan adalah contoh bidang-

bidang yang masih membutuhkan tenaga ahli. Namun para

sarjana tak mau bekerja di tempat-tempat seperti itu dan

mereka umumnya juga tidak mau memulai karier dari bawah.

Page 11: Pengangguran terdidik di perkotaan

2. Ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang

memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan

kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga

kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis

pekerjaan, orientasi status, atau masalah keahlian khusus.

3. Semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada

jenis pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai tinggi

pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang beresiko tinggi

sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih

besar daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh

hasil studi Clignet (1980), yang menemukan gejala

meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara lain

disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman

dari resiko. Dengan demikian angkatan kerja terdidik lebih

suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang

tidak sesuai dengan keinginan mereka.

4. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal (tenaga

kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan

yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang

jumlahnya relatif kecil).

5. Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor

kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga

kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan

banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Kemudian

faktor gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau

universitas memilih menganggur karena tidak sesuai dengan

bidangnya.

6. Rendahnya kualitas lulusan baik dari tingkat akademi ataupun

universitas. Lulusan yang memiliki kualitas tidak terlalu bagus

menyebabkan ketika seorang lulusan tidak mampu

mendapatkan pekerjaan sesuai harapan dan tingkat

pendidikan maupun jurusan keilmuan yang diambilnya maka

Page 12: Pengangguran terdidik di perkotaan

ia tidak mampu mendirikan atau menciptakan sebuah usaha

yang mampu menyerap dirinya maupun orang lain ke dalam

lapangan pekerjaan.

7. Budaya malas juga sebagai salah satu factor penyebab

tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia.

8. Meningkatnya angka pengangguran terdidik di perkotaan juga

disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan

angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya

kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja

tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja

(migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara

sektoral. Selain itu, lulusan sarjana dari daerah pedesaan juga

banyak yang berurbanisasi ke kota besar untuk mencari

pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya namun faktanya

tidak semua lulusan sarjana tersebut mendapat pekerjaan

sesuai yang ia inginkan dan akhirnya hanya menambah

jumlah pengangguran terdidik di perkotaan.

9. Banyak pemuda “menggantungkan” nasibnya pada CPNS,

padahal menjadi PNS bukanlah udara segar menjamin

kemakmuran hidup. Karena kenyataanya, banyak PNS miskin

dan belum mampu memenuhi kehidupan layak bagi keluarga

mereka.

2.4 Cara Mengatasi Pengangguran Terdidik di Perkotaan

Sebenarnya, langkah pemerintah mengurangi pengangguran

sudah maksimal. Seperti contoh dengan adanya penerimaan calon

pegawai negeri sipil (CPNS) yang digelar belum lama ini. Akan

tetapi, seharusnya pemuda harus berdikari dan tidak mengutamakan

Page 13: Pengangguran terdidik di perkotaan

menjadi PNS. Terbukti, menjadi PNS sangat sulit, penuh

kecurangan, dan tidak bisa mengurangi jumlah pengangguran

intelektual di Indonesia.

Secara serentak di seluruh Indonesia, pada Minggu 3

November 2013 lalu, sebanyak 1.612.854 peserta mengikuti Tes

Kompetensi Dasar (TKD) CPNS dari semua formasi. Sebanyak

648.982 peserta di antaranya merupakan tenaga honorer kategori II

(Kompas, 4/11/2013).

Dari institusi pendidikan, hal-hal yang dapat dilakukan untuk

mengatasi pengangguran terdidik di perkotaan adalah :

1. Pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan

dan perguruan tinggi harus merevolusi kurikulum. Artinya,

semua kurikulum dan materi pendidikan harus sesuai kondisi

zaman. Karena, selama ini banyak sekali materi kurikulum tidak

sesuai kebutuhan. Kampus juga harus membuat konsep

pendidikan kerja agar kompetensi lulusan sesuai kebutuhan

lapangan kerja dan siap bekerja.

2. kampus harus tegas dan mampu menutup fakultas/jurusan

yang tidak sesuai konteks global. Artinya, selama ini banyak

kampus membuka fakultas yang lulusannya tidak laku kerja

seperti jurusan sastra Inggris, Arab, dan sebagainya, serta

fakultas yang lulusannya terlalu banyak seperti jurusan

kependidikan, hukum, bahasa dan jurusan lain yang sudah

banyak alumninya. Maka, kampus harus membuka fakultas

(jurusan) yang sesuai lapangan kerja saja.

3. Perguruan tinggi harus peduli terhadap lulusannya. Artinya,

selama ini kampus terkesan “lepas tangan” dan tidak peduli

terhadap alumnusnya. Padahal, lulusan membawa nama

almameter kampus di masyarakat. Peran kampus sebenarnya

tidak sekadar mendidik dan meluluskan mahasiswa, tetapi juga

Page 14: Pengangguran terdidik di perkotaan

bertugas mengusahakan, mencarikan, dan menyalurkan

lulusannya untuk mendapat pekerjaan layak. Karena itu,

kampus harus giat bekerja sama dengan perusahaan, lembaga

usaha, baik di dalam maupun luar negeri.

4. Peningkatan pendidikan kejuruan dan keterampilan kerja

dengan dibekali karakter dan etos juang dan etos kerja secara

mapan. Mengapa saat ini banyak SMA berkonversi menjadi

SMK? Karena lapangan kerja membutuhkan ilmuan teknis,

cekatan, fokus di bidangnya, serta berketrampilan dan siap

pakai.

5. Kampus harus mewajibkan semua mahasiswanya

berwirausaha. Tidak peduli fakultasnya apa, yang penting ada

aturan tegas dari kampus mewajibkan mahasiswanya bekerja

dan memiliki penghasilan sendiri tanpa mengandalkan uang

dari keluarga. Jadi, paradigma “ilmuan pekerja” harus

ditanamkan ketika mahasiswa, karena hakikatnya bekerja tidak

perlu menunggu lulus kuliah atau mendapat ijazah.

6. Atau cara lain yaitu dengan menaikkan status indeks prestasi

komulatif (IPK) dan menambah pelajaran keterampilan seperti

bahasa Inggris.  Artinya perlu standarisasi nilai IPK dan test

bahasa Inggris (TOEFL) yang memadai untuk siap diterima di

perusahaan. Misalnya, dengan standar IPK minimal rata-rata

2,9 dari skala 1-4 dan TOEFL minimal 550, maka dapat

diperoleh standar ke depan bahwa lulusan S1 dengan nilai

tersebut sudah mampu dan siap bekerja di perusahaan. Lain

halnya dengan yang lulus hanya “sekadar”nya saja, tentu sulit

untuk diterima bekerja di perusahaan.

Selain hal-hal di atas, upaya lain selain melalui lembaga atau

institusi pendidikan untuk mengatasi adanya pengangguran terdidik

di perkotaan adalah :

Page 15: Pengangguran terdidik di perkotaan

1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral.

Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan

memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan

melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi

tuntutan kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal

dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya) ke

wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara

ini baik digunakan untuk mengatasi msalah pengangguran

structural.

2. Pengelolaan Permintaan Masyarakat.

Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal

melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan

masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah

yang melimpah.

3. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja.

Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya

pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat

mana yang sedang memerlukan tenaga kerja.

4. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja.

Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah

tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih

menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan

atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di

Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur adalah

orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.

Page 16: Pengangguran terdidik di perkotaan

5. Wiraswasta.

Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja

di perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi

masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila

muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri

atau berwiraswasta yang berhasil.

6. Pengembangan usaha agro-bisnis di pedesaan.

Upaya ini juga ditujukan untuk mengurangi pengangguran

yang diarahkan untuk masyarakat pedesaan. Terbatasnya

lahan pertanian di pedesaan dan jenis pekerjaan sektor

pertanian yang hanya bersifat musiman, merupakan salah satu

kontribusi tersebar penyebab munculnya pengangguran di

perkotaan. Dengan demikian, diperlukan kegiatan atau usaha

yang tidak dipengaruhi oleh luas lahan pertanian maupun

musim. Pengembangan usaha agrobisnis ini dapat bersifat

skala kecil maupun menengah. Meskipun lahan pertanian

jumlahnya terbatas dan jenis pekerjaan di sektor pertanian

sifatnya musiman, tetapi perluasan kesempatan kerja pada

sektor ini masih sangat dibutuhkan. Dengan pengembangan

usaha agrobisnis maka penduduk desa tak perlu pergi ke kota

untuk mencari pekerjaan karena lapangan kerja di kota pun

masih sangat kecil.

Page 17: Pengangguran terdidik di perkotaan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengangguran terdidik disebabkan oleh ketidakcocokkan

antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi

penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi

permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat

geografis, jenis pekerjaan, orientasi status, atau masalah keahlian

khusus. Dan Pengangguran terdidik di perkotaan disebabkan oleh

sempitnya lapangan pekerjaan di daerah sehingga mereka

berbondong-bondong ke kota dengan maksud mencari pekerjaan

yang sesuai padahal lapangan pekerjaan di kota pun sempit,

akhirnya mereka menjadi pengangguran terdidik di perkotaan.

Setiap orang lulusan Perguruan Tinggi belum tentu bisa

langsung bekerja,karena dalam bidang pekerjaan yang dibutuhkan

bukan hanya pendidikan saja. Untuk mengurangi pengangguran

seharusnya dalam pembelajaran tidak hanya pemberian pendidikan

akademik saja melainkan pendidikan enterpreneurship

(kewirausaan) agar setelah lulus dari perguruan tinggi lulusan dapat

mendapat nilai plus dalam mencari pekerjaan, dan juga sebagai ilmu

tambahan agar mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri bahkan mampu menyerap tenaga kerja.

Page 18: Pengangguran terdidik di perkotaan

DAFTAR PUSTAKA

Diana Sarawati, Pengangguran Menyebabkan Kemiskinan,

http://dianasarawati.blogspot.com/2013/03/penganguran-

menyebabkan-kemiskinan-dan.html. Diakses pada tanggal 15

Maret 2014.

Hamidulloh Ibda, Mencari Solusi Pengangguran Terdidik,

http://www.kompi.org/2013/12/mencari-solusi-pengangguran-

terdidik.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

Margawiratama, Pengangguran Terdidik,

http://margawiratama.blogspot.com/2013/01/pengangguran-

terdidik.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

Martarizal, Menghindari Pengangguran Terdidik,

http://martarizal.wordpress.com/2008/02/12/menghindari-

penganggur-terdidik/. Diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

Mitha Filandari, Faktor Penyebab Pengangguran Terdidik di Kota,

http://mithafilandari.blogspot.com/2013/05/faktor-yang-

menyebabkan-terjadinya.html. Diakses pada tanggal 15 Maret

2014.

Neraca.co, 2013, Atasi Pengangguran Terdidik,

http://www.neraca.co.id/article/25422/Atasi-Pengangguran-

Terdidik . Diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

Republika.co, Kualitas Sarjana di Indonesia Masih Mentah,

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/

12/03/megijz-sarjana-indonesia-dinilai-masih-mentah. Diakses pada

tanggal 15 Maret 2014.

Page 19: Pengangguran terdidik di perkotaan

Sudarsono, dkk. 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Karunia

Jakarta