View
8.183
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yg benerr
2.2 SUBDISIPLIN LINGUISTIK
Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin). Demikian
pula dengan linguistik. Di sini kita akan mencoba mengelompokkan nama-nama subdisiplin
linguistik itu berdasarkan :
2.2.1 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat
dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus
Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara
umum. Pertanyaan-pertanyaan teoretis yang dihasilkan akan menyangkut bahasa pada umumnya,
bukan bahasa tertentu.
Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada
bahasa tertentu, seperti bahasa inggris, bahasa jawa, atau bahasa Indonesia.
2.2.2 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada
sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa terbatas. Misalnya mengkaji bahasa
Indonesia pada tahun dua puluhan. Studi linguistik sinkronik ini biasa disebut juga linguistik
deskriptif. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahaasa (atau bahasa-bahasa) pada masa
yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa
tersebut. Kajian linguistik diakronik ini biasanya bersifat historis dan komperatif.
2.2.3 Berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam
hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan
linguistik makro
Linguistik mikro mengarahkan pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau pada
umumnya. Linguistik mikro mempunyai sudisiplin antara lain:
Fonologi menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam sistem
kebahasaan secara keseluruhan. Morfologi menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta
cara pembentukannya. Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain diatas
kata, hubungan satu dengan lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran.
Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual.
Sedangkan leksikologi menyelidiki leksikon atau kosa kata suatu bahasa dari berbagai aspeknya.
Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitan-kaitannya dengan faktor-faktor di luar
bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur internal bahasa.
Dalam berbagai buku biasanya terdapat subdisiplin linguistik makro antara lain:
Sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan
pemakaiannya di masyarakat. Psikolinguistik mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dan
akal budi manusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa itu dapat diperoleh.
Antropolinguistik mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia.
Stilistika mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra. Finologi
mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam
bahan-bahan tertulis. Filsafat bahasa mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai
kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Dialektologi mempelajari
batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu.
2.2.4 Berdasrkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa di kenal adanya
linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif
semantik, linguistik relasional, dan linguistik semantik.
Karena luasnya cabang atau bidang linguistik ini, maka jelas tidak akan bisa menguasai
semua bidang linguistik itu. Tapi meskipun cabang atau bidang linguistik itu sangat luas, yang
dianggap inti dari ilmu linguistik hanyalah yang berkenaan dengan struktur internal bahasa, atau
cabang-cabang yang yang termasuk linguistik mikro.
2.3 ANALISIS LINGUISTIK
Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa, atau lebih tepat terhadap semua tataran
tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, dan semantik. Semua tataran
sistematika itu akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
2.3.1 Struktur, Sistem, dan DistribusiMenurut F. De Saussure ada dua jenis hubungan atau relasi
yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi
sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret
tertentu; sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa namun tidak
tampak susunan suatu kalimat.
Hubungan yang terjadi di antara satuan-satuan bahasa itu, baik antara fonem yang satu
dengan yang lain, maupun antara kata yang satu dengan yang lain, disebut bersifai sigmantis.
Jadi hubungan sintagmantis ini bersifat linear, atau horison antara satuan yang satu dengan
satuan yang lain yang berada di kiri dan kanannya.
Struktur dapat dibedakan menurut tataran sistematik bahasanya, yaitu menurut susunan
fonetis, menurut susunan alofonis, menurut susunan morfemis, dan menurut susunan sintaksis.
Mengenai semuanya akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi. Distribusi, yang merupakan istilah
utama dalam analisis bahasa menurut model strukturalis L. Bloomfield adalah menyangkut
masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan
konstituen lainnya.
2.3.2 ANALISIS BAWAHAN LANGSUNG
Analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis unsur langsung atau analisis
bawahan terdekat (Immediate Constituent Analysis) adalah suatu teknik dalam menganalisis
unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata,
satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat.
Teknik analisis bawahan langsung bermanfaat untuk menghindari keambiguan karena
satuan-satuan bahasa yang terikat pada konteks wacananya dapat dipahami dengan analisis
tersebut.
2.3.3 Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur
Analisis rangkaian unsur (item and arrangement) mengajarkan bahwa setiap satuan
bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain. Misalnya satuan tertimbun terdiri dari ter – +
timbun. Jadi, dalam analisis rangkaian unsur ini setiap satuan bahasa “terdiri dari . . .”, bukan
“dibentuk dari . . .” sebagai hasil dari suatu proses pembentukan.
Analisis proses unsur (item and process) menganggap setiap satuan bahasa adalah
merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi bentuk tertimbun adalah hasil dari proses
prefiksasi ter- dengan dasar timbun.
2.4 MANFAAT LINGUISTIK
Lingustik akan memberikan manfaat langsung bagi mereka yang berkecimpung dalam
kegiatan yang berhubungan dengan bahasa.
Bagi linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat
membantu dalam menyelesaikan tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik
akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik.
Bagi guru, terutama guru bahasa, penetahuan linguistik sangat penting. Dengan
menguasai linguistik, maka mereka akan dapat dengan lebih mudah dalam menyampaikan mata
pelajarannya.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan
dengan morfologi, sintaksis, dan semantik, tetapi juga berkenaan dengan sosiolinguistik dan
kontrastif linguistik.
Bagi penyusun kamus atau leksikografer menguasai semua aspek linguistik mutlak
diperliukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan
tugas.
Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku
teks. Pengetahuan linguistik akan memberi tuntutan bagi penyusun buku teks dalam meyusun
kalimat yang tepat, memilih kosa kata yang sesuai dengan jenjang usia pembac
(http://cakrabuwana.wordpress.com/2008/10/15/rochmat-zaenuri-noor-bab-2-linguistik-sebagai-ilmu/)
a. Linguistik Sinkronik dan Diakronik
Ferdinand de Saussure, peletak dasar linguistik modern, dalam bukunya Cours de
linguistique générale menyatakan bahwa bahasa dapat dipelajari dari waktu ke waktu
atau pada waktu tertentu. Berdasarkan perbedaan waktu tersebut De Saussure
membedakan linguistik menjadi linguistik sinkronik dan linguistik diakronik.
De Saussure menjelaskan perbedaan antara linguistik sinkronik dan diakronik sebagai
berikut:
Secara sinkronik artinya, mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya pada waktu
atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Pada bagian (b) sebelumnya Saussure
menerangkan tentang tipologi. Pendekatan yang digunakan dalam mengelompokkan
bahasa-bahasa sintesis, analitis, fleksi, aglutinasi, dan ton tersebut bersifat sinkronik
karena bahasa-bahasa tersebut dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya saat itu,
bukan berdasarkan sejarah munculnya bahasa-bahasa tersebut atau hal-hal yang
berkaitan dengan sejarah bahasa-bahasa tersebut. Misalnya, mengkaji bahasa
Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris
pada zaman William Shakespare. Secara sinkronik, umpamanya, kita dapat bertanya
bagaimana sekarang ini hubungan antara awalan ber- dan men-, tanpa memperdulikan
tentang awalan yang dulu (dalam bahasa Melayu Kuno) pernah menjadi sumber dari
kedua awalan tersebut, yaitu awalan mar-. Demikian pula, untuk bahasa Inggris bila
diteliti secara sinkronik, tidak perlu dihiraukan tiadanya akhiran untuk ajektiva,
meskipun ada banyak akhiran yang demikian dalam bahasa Inggris kuno, sebelum
tahun 1000 Masehi. Studi sinkronik ini bersifat deskriptif karena linguistik hanya
mencoba memberikan keadaan bahasa itu menurut apa adanya pada suatu masa
tertentu.
Sedangkan linguistik diakronik mengkaji evolusi bahasa (atau bahasa-bahasa). Kajian
linguistik diakronik ini biasanya bersifat historis dan komparatif. Sebagai contoh
adalah bahasa-bahasa di wilayah Baltic dan bahasa-bahasa di wilayah Pasifik secara
genetik tidak berkaitan tetapi secara tipologi dikelompokkan sama. Kajian linguistik
diakronik terhadap tipologi bahasa-bahasa ini dikenal dengan istilah filologi (ilmu
yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana
terdapat dalam bahan-bahan tertulis (Kridalaksana, 2002, 60). Pakar-pakar dalam
bidang filologi adalah Verner, Rask, Bopp, dan Schleicher. Schleicher adalah orang
yang merekonstruksi bahasa Proto-Arya, yang oleh Jespersen disebut dengan “Indo-
German”. Pakar di bidang filologi disebut filologis, yaitu orang-orang yangprofesional
dalam bidang kajian genealogis linguistik (hubungan secara genetik “keluarga” dari
kelompok-kelompok bahasa).
(http://docs.google.com/doc+linguistik+diakronik+dan+sinkronik.)