57
BAB I KRISTALOGRAFI Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat- sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat- sifat fisis lainnya. a) Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya. b) Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. c) Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. d) Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang- bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara

Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Akhir Kristalografi dan Mineralogi Teknik Pertambangan Universitas Palangkaraya

Citation preview

Page 1: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

BAB I

KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama

perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis

lainnya.

a) Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun

suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.

b) Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk

dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk

kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti

kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.

c) Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung

parameter dan parameter rasio.

d) Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal

tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal

2 zat yaitu kristalin dan non kristalin

Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola

difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan

dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal

secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau

molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang

datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang

muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu

tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh

perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis

bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut

mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.

A. Kristal

Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi penurunan

suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang

elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi,

kimia, fisika yang mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat

mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada

Page 2: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-

atom penyusun kristal / mineral.

Komposisi kimia kerak bumi :

a. Kerak

b. Mantel, dan

c. Isi bumi

Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak samudra

berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal dengan Mohorovicic

discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X, penyelidikan kristalografi sinar X telah

mengembangkan pengertian kita tentang hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis kristal.

2. Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi struktur

kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.

Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua macam ikatan yaitu

ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.

a. Isomorfisme

Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta keamanan dari pada

kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.

b. Polimorfisme

Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam kristal.

perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai morfic,

trimorficdan seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal tidak hanya

ditentukan oleh unsur kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh unsur dari susunan

atom yang dibangaun kristal.

1. Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik

2. Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal balik

Contoh : Markasit menjadi pyrite

c. Pseudomorfisme

Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya proses ini

dikenal sebagai proses pseudomorfisme.

Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :

1. Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan sistem dari pada

kristalografinya.

2. Unsur lama diganti unsur baru.

Page 3: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang baru.

B. Daya Ikat dalam Kristal

Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah bersifat

listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengansifat-sifat fisik dan kimia dari mineral.

Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal

berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.

Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi

dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi

4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.

Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air serta menuruti

hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan

kedudukan dan bidangnya tertentu dan teratur.

Bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air, mengandung pengertian:

a) Tidak termasuk didalamnya cair dan gas

b) Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses proses fisika.

Menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti - hukum geometri,

mengandung pengertian :

a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap

b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap

c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

C. Klasifikasi kristal

Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokan ini

berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari

lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal

mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.

Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang

sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenfies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).

D. Bentuk – bentuk kristl

Bentuk Tunggal

Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang kristal dengan bentuk dan ukuran yang

soma. Sering disebut sebagai bentuk dasar.

Contoh:- 4 bidang kristal → Tetrahedron (111)

- 6 bidang kristal → Hexahedron (100)

Page 4: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

- 8 bidang kristal → Oktahedron (111)

- 12 bidang kristal → Tetrahedron (110)

Bentuk Kombinasi

Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk tunggal yang tidak

sama, sehingga pada bentuk tersebut didapatkan dup atau lebih simbol bidang yang dipakai sebagai

simbol bentuk. Bentuk ini hanya terjadi pada sistem kristal yang sama.

Contoh :

- Kombinasi hexahedron (100) + Octahedron (111)

- Kombinasi Rhomben dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)

Bentuk Pertumbuhan

Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau kombinasi dari bentuk

yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri persekutuan yang sama.

Tetapi apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut kedudukannya tidak beraturan maka kumpulan

bentuk kristal tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Aggregate)

Contoh :

- Tetrakishexahedron (210)

- Triakisoktahedron (211)

Maksud dan tujuan dari kristalografi :

- Menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan

jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.

- Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.

- Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan

posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal, baik dalam bentuk

proyeksi orthogonal maupun stereografis.

Peralatan praktikum yang digunakan, yaitu :

- Jangka

- Busur derajat

- Penggaris segitiga (1 set)

- Pensil warna

- Pensil

- Spidol warna

- Drawing Pen 0,1, 0,3, dan 0,5

Sumbu dan Sudut Kristalografi

1. Sumbu Kristalografi

Page 5: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Sumbu Kristalografi, ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai

bentuk 3 (tiga) dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya

dibuat dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal.

- Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.

- Sumbu b : sumbu horizontal pada bidang kertas.

- Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas.

2. Sudut Kristalografi

Sudut Kristalografi, adalah sudut yang dibentuk oelh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada

titik potong (pusat kristal).

- Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.

- Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.

- Sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

Sistem Kristalografi

Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 (tujuh) sistem, ini didasarkan kepada :

a. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristaligrafi

b. Letak atau posisi sumbu kristalografi

c. Jumlah sumbu kristalografi

d. Nilai sumbu C atau sumbu vertikal

Sistem-sistem tersebut ialah :

1. Sistem Reguler

2. Sistem Tetragonal

3. Sistem Triklin

4. Sistem Monoklin

5. Sistem Orthorombik

6. Sistem Hexagonal

7. Sistem Trigonal

Namun didalam praktikum Kristalografi dan mineralogi ini hanya dibahas mengenai 4 sistem

kristal, yaitu :

1. Sistem Reguler

2. Sistem Tetragonal

3. Sistem Triklin

4. Sistem Monoklin

1.1. Sistem Reguler

( Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular )

Page 6: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c. untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c

bernilai 4 atau bernilai 2.

1. Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder), karena contoh bentuk

kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.

2. Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (tetraeder), karena contoh bentuk

kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk tetrahedron.

Bagian kedua : menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut

mempunyai :

1) Bidang simetri horizontal (h)

2) Bidang simetri vertikal (v) dinotasikan h

3) Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

Bidang simetri horizontal (h) dinotasikan h

Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

Bidang simetri vertikal (v) dinotasikan v

Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

Bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d

Contoh :

Klas hexoctahedral…………..………………….. Oh

Klas pentagonal icostetrahedral ……….....……. O

Page 7: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 1.1

Sistem Reguler

(cubic = isometric = tesseral = tessular)

Ketentuan :

Sumbu a = b = c

Sudut α=β=γ=90 °

Karena sumbu a = sumbu b = sumbu c

Disebut juga sumbu a

Page 8: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 1.2

Cara menggambar :

A+^ b- = 30º

A : b : c = 1 : 3 : 3

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :

Sistem Regular

Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu a (sumbu a, b, c) mungkin bernilai 4 atau 2

dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan :

4m,4 , 4

−,

2m,2

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘,’ menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus

sumbu a tersebut.

Bagian kedua : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang

bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.

Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3−

Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri diagonal bernilai 2 dan ada

tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.

Bagian ketiga dinotasikan dengan

2m,2 ,m

atau tidak ada.

Contoh :

1 klas hexoctahedral ……………………….

4m,3−,

2m ---

4m,3−,

2m

2 klas hextetrahedral ………………………. 4 3 2 --- 4 3 2

3 klas tetratohedris ………………………… 2 3 --- 2 3 -

Menurut Schoenflissh

1. Menerangkan nilai sumbu c. Untuk itu ada dua kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai

2.

- Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (ortaeder), karena contoh bentuk kristal

yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.

- Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (Tetraeder), karena contoh bentuk

kristal yang paling ideal unutk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedon.

2. Menerangkan kandunganbidang simetrinya,apabila kristal tersebut mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h)

Page 9: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

- Bidang simetri vertical (v) Dinotasikan h

- Bidang simetri diagonal (d)

Apabila mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertical (v)

Apabila mempunyai :

- Bidang simetri vertical (v) Dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Apabila mempunyai :

- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan d

Contoh:

1. Klas Hexoctahedral……………………………………………………...Oh

2. Klas Pentagonal Icostetrahedral………………………………………...O

3. Klas Hextetrahedral……………………………………………………...Td

4. Klas Dyakisdodecahedral……………………………………………….Td

5. Klas Tetrahedral Pentagonal Dodecahedral……………………………T

Tabel 1.1 Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Reguler

System

(1)Class Name (2)

AXES

Plan

es

Cent

er

Herman-

Maugin

Symbols (3)

2-

Fold

3-Fold 4-

Fold

6-

Fold

Isom

etric

Tetartoidal 3 4 - - - - 23

Diploidal 3 4 - - 3 yes 2/m 3

Hextetrahedral 3 4 - - 6 - 4 3m

Gyroidal 6 4 3 - - - 432

Hexocahedral 6 4 3 - 9 Yes 4/m 3 2/m

1.2. SISTEM TETRAGONAL (Quadratic)

Bagian pertama :menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan

ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.

Bagian ini dinotasikan dengan :

4m,4 , 4

Page 10: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Bagian kedua : menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan :

2m,2 ,m

atau tidak ada

Bagian ketiga : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2,2,m atau tidak ada

Contoh :

1)klas ditetragonal bipyramidal………….

4m,

2m,

2m

4m,

2m,

2m

2)klas tetragonal trapezohedral …………..4 2 2 4 2 2

3)klas ditetragonal pyramidal ……………4 m m 4 m m

Gambar 1.3

Ketentuan :

Sb a = b ≠ c

Sudut α = β = γ = 90°

Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a

Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari atau b.

Page 11: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar (Panjang), sumbu c lebih

pendek dari sumbu a b disebut bentuk stout (gemuk).

Gambar 1.4

Cara Menggambar :

a= ^ b- = 30°

a : b : c = 1 : 3 : 6

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :

Bagian Pertama : Menerangkan nilai sumbu c, munkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada

tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.

Page 12: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Bagian ini dinotasikan dengan : 4m

, 4 , 4

Bagian kedua : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2m

, 2 , m atau tidak ada

Bagian Ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simtri imtermediet dan ada tidaknya

bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2, 2, m atau tidak ada

Contoh :

1. Klas Ditetragonal bipyramidal......................4m

, 2m

, 2m

4m

, 2m

, 2m

2. Klas Tetragonal trapezohedral ....................4 2 2 4 4 2

3. Klas Ditetragonal pryramidal........................4 m m 4 m m

4. Klas Tetragonal scalenohedral....................4 2 m 4 2 m

5. Klas Tetragonal bipyramidal.........................4 4 - -

6. Klas Tetragonal pramidal............................. 4 4 - -

7. Klas Tetragonal bisphenoidal.......................4 4 - -

Menurut Schoenfish:

1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu

intermediate.

Ada dua kemungkinan

a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Diedrish.

b. Kalau sumbu tersebut tdak bernilai dinotasikan dengan C dari kata Cyklich.

2. Menerangkan nilai sumbu c, nilai sumbu c ini dituliskan sebelah kanan agak

kebawah dari notasi D atau C.

Misal D2, C2, D3, C3, dan sebagainya.

3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

- Bidang simeteri diagonal (d)

Kalau mempunyai :

Page 13: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan h

- Bidang simeteri diagonal (d)

Kalau mempunyai

- Bidang simeteri diagonal (d) Dinotasikan d

Contoh :

1. Klas Ditetragonal pyramidal……………………………………………C4v

2. Klas Ditetragonal bipyramidal…………………………………………D4h

3. Klas Tetragonal scalenohedral………………………………………..D2d

4. Klas Tetragonal trapezohedral………………………………………...D4

5. Klas Tetragonal bipyramidal…………………………………………...C4h

6. Klas Tetragonal pyramidal…………………………………………......C4

7. Klas Tetragonal bispeonidal…………………………………………...S4

Tabel 1.2 Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Tetragonal

Syste

m (1)Class Name (2)

AXES

Plan

es

Cent

erHerman-

Maugin

Symbols (3)

2-

Fold

3-Fold 4-

Fold

6-

Fold

Tetra

gona

l

Dispheoidal 1 - - - - - 4

Pyramidal - - 1 - - - 4

Dipyramidal - - 1 - 1 yes 4/m

Scalenohedral 3 - - - 2 - 4 2m

Ditetragonal

Pyramidal- - - - 4 - 4mm

Trapezohedral 4 - 1 - - - 422

Ditetragonal-

Dipyramidal4 - 1 - 5 yes 4/m 2/m 2/m

Page 14: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

1.2. Sistem Triklin

(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohidral)

Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.

Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

Gambar 1.5

Ketentuan :

Sumbu a ≠ b ≠ c

Sudut α = γ = 90° β = 90°

Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar.

Page 15: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Sb a disebut Sb Brachy

Sb b disebut Sb Macro

Sb c disebut Sb Basal/Vertikal

Gambar 1.6

Cara Menggambar :

a+ ^ b- = 45°

b+ ^ c- = 80°

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :

Sistem ini hanya mempunyai 2 (dua) klas simetri, yaitu :

1. Mempunyai titik simetri........................................... Klas pinacoidal 1

2. Tidak Mempunyai unsur simetri............................. Klas asymmetric 1

Menurut Schoenfish :

1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, c) atau

sumbu intermediate.

Page 16: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Ada dua kemungkinan :

a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan d dari kata Diedrish.

b. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.

2. Menerangkan nilai sumbu c,nilai sumbu c ini dituliskan sebelah kanan agak ke bawah dari notasi

D atau C.

Misal D2, C2, D3, C3, dan sebagainya.

3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertical (v)

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau Mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri vertical (v) Dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Contoh :

1. Klas Picoidal……………………………………………...Ci

2. Klas Asymmetric………………………………………….Ci

Tabel 1.3 Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Triklin

Syste

m (1)Class Name (2)

AXES

Plan

es

Cent

er

Herman-

Maugin

Symbols

(3)

2-Fold 3-Fold 4-

Fold

6-

Fold

TricliniPedial - - - - - - 1

Pinacoidal - - - - - yes 1

1.3. Sistem Monoklin

(Oblique= Monosymetric = Clonorhombic = Hemiprismatik Manacionihedral)

Page 17: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang

dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c

tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak

sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.

Gambar 1.7

Ketentuan:

Sumbu a ≠ b ≠ c

Sudut a = y = 90o β ≠ 90 o

Sb a disebut sb clino

Sb b disebut sb ortho

Sb c disebut sb Basal / vertikal

Page 18: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 1.8

Cara Menggambar:

a + Δ b- = 45o

a : b : c : sembarang

Sb c adalah sumbu terpanjang

Sb a adalah sumbu terpendek

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang

tegak lurus sumbu b tersebut.

Contoh :

1. Klas prismatic..........................................................................2m

2. Klas Sphenoidal ..................................................................... 2

3. Klas domatik ........................................................................... m

Menurut Schoenfish :

1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, c) atau

sumbu intermediate.

Ada dua kemungkinan :

Page 19: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

a. Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan d dari kata Diedrish.

b. Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata Cyklich.

2. Menerangkan nilai sumbu c,nilai sumbu c ini dituliskan sebelah kanan agak ke bawah dari

notasi D atau C.

Misal D2, C2, D3, C3, dan sebagainya.

3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertical (v)

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau Mempunyai:

- Bidang simetri horizontal (h) Dinotasikan h

- Bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri vertical (v) Dinotasikan v

- Bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Contoh :

1) Klas Prismatik………………………………………………C2h

2) Klas Spenoidal……………………………………………..C2

3) Klas Domatic……………………………………………….C1h

Tabel 1.4 Bentuk-Bnetuk Kristal Sistem Monoklin

System (1) Class Name (2)

AXES

Plan

es

Cent

er

Herman-

Maugin

Symbols

(3)2-

Fold

3-Fold 4-

Fold

6-

Fold

Mon

oclin

ic

Domatic - - - - 1 - m

Sphenoidal 1 - - - - - 2

Prismatic 1 - - - 1 yes 2/m

Page 20: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

BAB II

MINERALOGI FISIK

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik

dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan

kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai

pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan bukan

ormanik (anorganik).

Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dan

kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.

Gambar 2.1 Beberapa contoh mineral

Definisi mineral menurut beberapa ahli :

1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara

anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom

yang tersusun secara teratur.

2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi

kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Page 21: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu

dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil

dari suatu kehidupan.

Definisi mineral komplikasi :

Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat

berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen,

dapat berupa padat, cair dan gas.

Batasan-batasan definisi mineral :

1. Suatu bahan alam

Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di

laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun kadang-kadang pembuatan suatu zat atau

bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit

dibedakan dengan kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral.

NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida.

2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :

a) Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan kristal, gores, belahan.

b) Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api oksidasi, api

reduksi, pelentingan, pengarangan.

3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :

- Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C) Native Silver (Ag).

- Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Bait (BaSOa), Zircon (ZrSi04), Cassiterite

(Sn02), Magnetite (FesOa)

- Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek, misalnya : Epistalite (NaCa)

(CbTiMgFeMn) SiO4 (OH), Polymignyte (CaFeYZrTh) (CbTiTa)O4

4. Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral yang lebih luas :

- Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang merupakan hasil

kehidupan atau disebut juga mineral organik.

Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.

5. Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain

yang Jebih sederhana oleh proses fisika.

6. Dapat berupa padat, cair dan gas.

- Berupa zat padat : Quartz (Si02), Barite (Ba S04)

- Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H2O)

Dalam buku “minerals and Mining in Indanesia” compiled Soetarjo Sigit, M. M. Purbo

Hadiwidjojo, Bambang Sularsmoro, Suharsono Wirjosudjono, 1969, ditulis bahwa Petrolium (minyak bumi)

dikelompokkan dalam Mineral Fuels bersama dengan Naturan Gas, Coal, Natural Steam

Page 22: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Maksud dan Tujuan Praktikum Mineralogi Fisik

1. Mengamati secara fisik dari mineral

2. Mengetahui sifat-sifat dari mineral

Bahan yang dipergunakan :

1. Skala kekerasan Mohs.

2. Keping porselin

3. Loupe

4. Timbangan analitik

5. Piknometer

6. Magnit

Sifat-sifat fisik dari mineral :

1 Warna (Colour)

2 Perawakan kristal (Crystal habit)

3 Kilap (Luster)

4 Kekerasan (Hardness)

5 Gores (Streak)

6 Belahan (Cleavage)

7 Pecahan (Fracture)

8 Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

9 Berat jenis (Specific gravity)

10 Rasa dan bau (Tasteand odour)

11 Kemagnetan

12 Derajat ketransparanan

13 Nama mineral dan rumus kimia

2.1. Warna (colour)

Page 23: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.2 Hex dipyramidal

Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai

permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).

Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang

berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut.

Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut

dengan nama idochromatic.

Misal : Sulfur warna kuning.

Magnetite Hitam

Pyrite warna kuning loyang

Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga

memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama

allochromatic.

Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah

a) Abu-abu

b) Kuning

c) Coklat gelap

d) Merah muda

e) Biru bervariasi

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah menjadi :

a) Merah muda

b) Coklat – hitam

c) Violet

Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral

disebut dengan nama chromophroses.

Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses dalam mineral Cu

sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Page 24: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

a. Komposisi kimia

Chlorite - Hijau..............Cholor (greak)

Albite - Putih...............Albus (latin)

Melanite - Hitam.............Melas (greek)

Erythrite - Merah ............Erythrite (greek) (sel darah merah)

Rhodonite - Merah Jambu...Erythrite (greek)

b. Struktur kristal dan ikatan atom

Intan – tak berwarna – hexagonal

Graphite – hitam – hexagonal

c. Pengotoran dari mineral

Mineral : Silica tak berwarna

Jasper – merah

Chalsedon – coklat hitam

Sagate – asap/putih

2.2. Perawakan kristal (crystal habit)

Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan

mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak

berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem

kristalografi.

Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang

membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal

dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.

Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).

Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Elongated habits (meniang/berserabut)

2. Flattened habits (lembaran tipis)

3. Rounded habits (membutir)

4. Elongated Habits

5. Meniang (Columnar)

Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.

Contoh : - Tourmaline

- Pyrolusite

- Wollastonite

A. Elongated Habits

Page 25: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

1. Meniang (Columnar)

Bentuk kristal prismatic yang menyurupai bentuk tiang.

Contoh : - Tourmaline

- Pyrolusite

- Wollastonite

2. Menyerat (fibrous)

Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.

Contoh : - Asbestos

- Gypsum

- Silimanite

- Tremolite

- Pyrophyllite

3. Menjarum (acicular) :

Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.

Contoh : - Natrolite

- Glaucophane

4. Menjaring (Reticulate) :

Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring

Contoh : - Rutile

- Cerussite

5. Membenang (filliform) :

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.

Contoh : - Silver

6. Merabut (capillary)

Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.

Contoh : - Cuprite

- Bysolite (variasi dari Actionalite)

7. Mondok (stout, stubby, equant) :

Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih

pendek dan sumbu yang lainnya.

Contoh : - Zircon

8. Membintang (stellated):

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang

Contoh: - Pirofilit

9. Menjari (radiated) :

Page 26: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.

Contoh : - Markasit

- NatroHt

B. Flattened Habits

1. Membilah (bladed) :

Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar

dengan tebal sangat jauh

Contoh :

- Kyanite

- Glaucophane

- Kalaverit

2. Memapan (tabular)

Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.

Contoh: - Barite

- Hematite

- Hypersthene

3. Membata (blocky) :

Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir

sama.

Contoh: - Microline

4. Mendaun (foliated) :

Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas / dipisahkan.

Contoh : - Mica

- Talc

- Chlorite

5. Memencar (divergent)

Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.

Contoh : - Gypsum

- Millerite

6. Membulu (plumose) :

Bentuk kristal yang tersu5un membentuk tumpukan bulu.

Contoh : - Mica

C. Rounded Habits

1. Mendada (mamilary)

Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like)

Page 27: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Contoh : - Malachite

- Opal

- Hemimorphite

2. Membulat (colloform):

Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.

Contoh: - Glauconite

- Cobaltite

- Bismuth

- Geothite

- Franklinite

- Smallite

3. Membulat jari (colloform radial)

Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.

Contoh : - Pyrolorphyte

4. Membutir (granular)

Contoh :

- Olivine - Niveolite

- Anhydrite - Cryollite

- Chromite - Cordirite

- Sodalite - Cinabar

- Alunite - Rhodochrosite

5. Memisolit (pisolitic)

Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.

Contoh: - Opal (variasi Hyalite)

- Gibbsite

- Pisolitic Limestone

6. Stalaktif (stalactitic)

Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping

Contoh : - Geothite

7. Mengginjal (reniform) :

Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal.

Contoh : - Hematite

2.3. Kilap (luster)

Page 28: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.3 Beberapa contoh kilap dalam mineral

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang erat

hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap

tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar

pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari kilapnya

contohnya batubara.

1. Macam-macam kilap :

a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama

dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.

b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias antara

2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)

c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan

dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak

berwarna atau berwarna muda.

2. Macam-Macam Kilap bukan logam :

a) Kilap Kaca (Vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.

Contoh : - Quartz - Carbonates - Sulphates

- Spinel - Silicates - Fluorite

- Garnet - Leucite - Corondum

- Halite yang segar

b) Kilap intan (adamantile luster)

Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.

Page 29: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile

1. Kilap Lemak (greasy luster)

Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi.

- Halite yang sudah terkena udara.

2. Kilap Lilin (waxy luster)

Merupakan kilap seperti lilin yang khas

Contoh : - Serpentine

- Cerargyrenite

Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses

oksidasi.

a. Kilap Sutera (silky luster)

Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau berserabut

(parallel fibrous structure)

Contoh: - Asbesto

- Selenite (Variasi gypsum)

- Serpentine

- Hematite

b. Kilap Mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk lembaran dan

menyerupai mutiara.

Contoh : - Talc

- Mica

- Gypsum

c. Kilap Tanah (earthy luster) Kilap buram (dull luster)

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak

dippntulkan kembali.

Contoh : - Kaoline

- Diatoea

- Montmorilonite

- Pyrolusite

- Chalk

- variasi ochres

Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam,

perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis kilap bukan logam

akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi

mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.

Page 30: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

2.4. Kekerasan (hardness)

Gambar 2.4 Beberapa contoh tingkat kekerasan mineral

Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan

(straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan

mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahui kekerasannya.

Skala kekerasan relatif mineral dari mohs :

1 Talc Mg3Si4O10(OH)2

2 Gypsum CaSO2 2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite Ca5(PO4)3F

6 Orthoclase K(AlSi3O8)

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO4(FOH)2

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C

Misal suatu mineral digores dengan calsite (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi

dapat tergores dengan fluorite (H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.

Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat sederhana yang

terdapat disekitar kita.

Misal :

1 kuku jari manusia H = 2,5

Page 31: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

2 kawat tembaga H = 3

3 pecahan kaca H = 5,5

4 pisau baja H = 6

5 kikir baja H = 6,5

6 lempeng baja H = 7

Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga,

maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

2.5. Gores (streak)

Gambar 2.5 Beberapa contoh warna goresan permukaan mineral

Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai

halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk membedakan dua

mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.

Page 32: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin,

tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk

sampai halus menjadi tepung.

1) Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.

Contoh : Quartz - putih/ tak berwarna

2) Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada

warna mineralnya sendiri.

Contoh : Luecite - warna abu-abu dan gores putih

3) Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih

gelap daripada warna mineralnya sendiri.

Contoh : Pyrite - warna kuning dan gores hitam

4) Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.

Contoh : Cinnabar - warna dan gores merah

2.6. Belahan (cleavage)

Gambar 2.6 Contoh belahahan dari Tetadoidal

Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastis dan plastisitasnya,

maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang

permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.

Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang setiap bagian

kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari kualitas permukaan bidang belahannya,

belahan dapat dibagi menjadi :

1. Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang

merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya.

Page 33: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Contoh : calcite

2. Baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi

dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya.

Contoh : feldspar

3. Jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral

tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.

Contoh : staurolite

4. Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan

untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.

Contoh : beryl

5. Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan

mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

Contoh : apatite

2.7 . Pecahan (fracture)

Gambar 2.7 Beberapa contoh bentuk pecahan mineral

Apabila suatu mineralmendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan

elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.

1 Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.

Contoh : quartz

2 Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan

atau seperti bergerigi.

Contoh : copper

Page 34: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

3 Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung

pecahan masih mendekati bidang dasar.

Contoh : muscovite

4 Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya kasar dan

tidak teratur.

Contoh : calcite

5 Splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

Contoh : kaoline

2.8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan,

penghancuran dan pemotongan.

Macam-macam tenacity :

1 Brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.

Contoh : calcite

2 Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.

Contoh : gypsum

3 Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.

Contoh : gold

4 Ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka

mineral akan kembali seperti semula.

Contoh : silver

5 Flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

Contoh : olivine

2.9. Berat jenis (Specific gravity)

Berat jenis merupakan berat dari suatu zat yang terkandung didalam suatu mineral

tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara uji sample di laboraturium terhadap mineral

tertentu dengan cara mengukur kadar zat yang terkandung di dalam mineral tersebut.

Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-

unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk

batuan, ,e,punyai berat jenis sekitar 2,7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal

didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19,3 dalam

skala MOHS.

Page 35: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Gambar 2.8 Mineral Emas (Au)

2.10. Kemagnetan

Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam beberapa,jenis

mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1. Paragmagnetik

Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak menyeluruh).

Contoh : Limonit (FeOz).

2. Diagmagnetik

Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat kemagnetan.

Contoh : Batubara (C).

3. Magnetik

Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan.

Contoh : Hematite (Fez 03).

2.11. Derajat ketransparanan

Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah mineral-mineral

yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya.

Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya :

1) Opaque

Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki system

kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang),

2) Gelas

Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai system kristal, sehingga

bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila dipandang dari bagian depan

mineral (trasparan).

Page 36: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang

jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam

jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang

biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa,

yaitu:

(a) Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama,

isometrik.

(b) Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila prisma

tersebut memanjang dan halus, dikatakan mempunyai struktur brus atau berserat.

(c) Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini

dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.

(d) Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular,

liformis,membilah.

Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan,

pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi

menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable),

kenyal/lentur (elastic), dan eksibel (exible).

Page 37: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

BAB III

PENUTUP

3 . 1. Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah penulis kemukakan dalam penulisan sebagai berikut :1. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama

perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-

sifat fisis lainnya. Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari

tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan,

kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Suatu

kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi

tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard, 2002).

Sistem kristalografi dibagi menjadi 4 sistem, ini didasarkan kepada :

- Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi

- Letak atau posisi sumbu kristalografi

- Jumlah sumbu kristalografi

- Nilai sumbu C atau vertikal

Sistem Sumbu Kristalografi :

1. Sistem Reguler

2. Sistem Tetragonal

3. Sistem Triklin

4. Sistem Monoklin

2. Mineralogi adalah salah satu cabang imu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik

dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan antara lain mempelajari sifat-sifat

fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Mineralogi

terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian

berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan bukan

Page 38: Laporan akhir kristalografi dan mineralogi

ormanik (anorganik). Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli

geologi perlu diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum

untuk definisinya.

Didalam mineralogi sifat-sifat mineralogi terbagi menjadi 13 bagian yaitu :

1 Warna (Colour)

2 Perawakan kristal (Crystal habit)

3 Kilap (Luster)

4 Kekerasan (Hardness)

5 Gores (Streak)

6 Belahan (Cleavage)

7 Pecahan (Fracture)

8 Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)

9 Berat jenis (Specific gravity)

10 Rasa dan bau (Tasteand odour)

11 Kemagnetan

12 Derajat ketransparanan

13 Nama mineral dan rumus kimia

3. 2. Saran

Diharapkan para pengajar dalam penyampaian atau memberikan penjelasan dapat lebih

mudah lagi dalam praktikum, serta waktu dan tempat praktikum supaya lebih disesuaikan lagi,

sehingga dapat menjalani kegiatan praktikum dengan baik.