Upload
sulistia-rini
View
607
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Dosen Pengampu : Ns Yuni Sapto E R, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Siti Karina (108114012)2. Mey Ferdita (108114017)3. Eka Mailina I (108114030)4. Ahmad Faqih F (108114039)5. Desy Ika P (108114041)6. Sumintri (108114048)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul “Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit” dengan
sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar
II untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada narasumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam taraf belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan
saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Cilacap, 09 Desember 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of ContentsKATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.............................................................................................................iv
A. Latar Belakang......................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah................................................................................................iv
C. Manfaat Penulisan................................................................................................iv
BAB II.................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.................................................................................................................1
A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.................................................1
B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH.....................................1
C. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit..........3
D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA......................................................................5
E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................................................................................11
F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT....................14
G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................................................................................18
BAB III..............................................................................................................................23
PENUTUP.........................................................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................................23
B. Saran.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
iii
A. Latar BelakangCairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang
mengandung partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup.
Elektrolit tubuh mengandung komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang
bermuatan positif (kation) dan negative (anion). Elektrolit sangat penting bagi
fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?
2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh?
3. Apa saja sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
4. Bagaimana kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam
dan basa?
5. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit?
6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan
elektrolit
4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan
asam dan basa
5. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit
6. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH
1. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, Pada dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah
intraseluler, sama sekitar 25 L pada pria dewasa (70kg). Pada bayi,
setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler. Komposisi
intraseluler : Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na)
berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x
konsentrasi dlm plasma.
2. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Ukuran relatif dari CES
menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½
cairan tubuh terkandung dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume
relatif dari CES menurun kira-kira sepertiga dari volume total.
Komposisi cairan ekstrasellular (CES): Plasma darah & cairan
interstisial memiliki isi yg sama, ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-)
serta ion bikarbonat (HCO3-) dlm jumlah besar. Ion Kalium (K+),
Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-),
& asam organik. Protein pd plasma > protein pd cairan interstisial
CES dibagi menjadi:
a. Cairan interstisial (CIT)
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.
Cairan limfe termasuk dalam CIT.
b. Cairan intravaskular (CIV)
Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Rata-rata
volume darah pada dewasa sekitar 5-6 L. 3 L dari jumlah tersebut
adalah plasma. Sisanya terdiri dari sel darah merah (SDM atau
eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai buffer
tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit) ; dan trombosit.
2
NO Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma1. Kation :
Natrium (Na+)Kalium (K+)Kalsium (Ca++)Magnesium (Mg ++)
144,0 mEq5,0 mEq 2,5 mEq1,5 mEq
137,0 mEq4,7 mEq2,4 mEq1,4 mEq
10 mEq141 mEq031 mEq
2. Anion :Klorida (Cl-)Bikarbonat (HCO3-)Fosfat (HPO42-)Sulfat (SO42-)Protein
107,0 mEq27,0 mEq2,0 mEq0,5 mEq1,2 mEq
112,7 mEq28,3 mEq2,0 mEq0,5 mEq0,2 mEq
4 mEq10 mEq11 mEq1 mEq4 mEq
C. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN PADA KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan
cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring ke luar. Cairan yang
tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1
ml/kg/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan
3
vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara
penguapan.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran,
yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut
berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan
panas ke benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu
mengalirkan udara yang panas ke permukaan yang lebih dingin.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan
kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang
melakukan olah raga berat.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaranair. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme
rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti
diuretic hormone (ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan
glukokortikoid.
a. ADH
ADH memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosterone
4
Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron
diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
system angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan
yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada
ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga retensi natrium.
D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
1. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian
tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu,
sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,
presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan
tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa
57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan,
dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase
jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak
dalam tubuh danjenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka
cairan tubuh lebih besar.
No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1. 3 hari/ 3 kg 250-300
2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300
3. 2 tahun/11,8 kg 1350-1500
4. 6 tahun/ 20 kg 1800-2000
5
5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500
6. 14 tahun/45 kg 2200-2700
7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700
2. Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti
karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya,
NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit
tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion
yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif
disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan
magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan
fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:
a. Natrium: 135-145 mEq/lt,
b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,
c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,
d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,
e. Klorida: 100-106 mEq/lt,
f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an
g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan
tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut
merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam
molekul.
a. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur
osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat
pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur
6
oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks
suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi
natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH
mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari
tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah
natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya
bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur
keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
b. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan
ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron
juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma
(cairan ekstrasel).
System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosterone.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun.
c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan
impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu
beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan
keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone
paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun,
7
kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid
yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Pengaturan Keseimbangan Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak
dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia
merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah,
sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.
Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-
108 mEq/lt.
e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang
terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh
kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.
Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5
mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum
meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga)
dalam tubuh.
g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk
gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan
dikeluarkan melalui urine.
Jenis cairan elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki
sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan
saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik.
8
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl,
Ca2+, HCO3
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
3. Keseimbangan Asam Basa
Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-
basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat
keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh
pernafasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam
sistem larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan
buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri
atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan
asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui
pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat
menigkatkan pH hingga kondisi standard (normal)). Ventilasi dianggap
memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2
agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat
mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya
dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan
metabolisme memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi
paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal
ini menunjukan jumlah C02 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel.
9
Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan
mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan
pH, sebaliknya pO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi
alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. Sebaliknya,
konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus
(umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang
tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion
H+ yang rendah disebut alkalosis.
1. Jenis Asam-Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis.
Keadaan asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma
diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan
natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang
dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman
(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang
mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem
pernafasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa
yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan
membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH
plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan
bikarbonat dibentuk kembali.
2. Masalah Keseimbangan Asam-Basa
a. Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh kegagalan sistem pernafasan dalam membuang
karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada
pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan
penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya
penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
b. Asidosis Metabolik
10
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa
atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya
penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22
mEq/1t.
c. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2
dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35
mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan,
emboli paru, dan lain-lain.
d. Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion
hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya
peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/1t dan pH arteri >
7,45 , atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat
sebagaimana table berikut :
E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT
a. Umur
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di maasa
pertumbuha memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan
anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta
kondisis ginjal mereka yang belum matur dibandingka ginjal orang
dewasa. Kehilanga cairan dapat terjadi akibat pebgeluaran yang besar
11
HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-BasaMeningkatmenurunmenurunmeningkat
menurunmenurunmeningkatmeningkat
Meningkatmenurunmenurunmeningkat
asidosis respiratorikasidosis metabolikalkalosis respiratorikalkalosis metabolik
dari kulit dan pernafaasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau
gangguan ginjal.
Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam3 hari 3,0 250-3001 tahun 9,5 1150-13002 tahun 11,8 1350-15006 tahun 20,0 1800-200010 tahun 18,7 2000-250014 tahun 45,0 2200-270018 tahun (dewasa)
54,0 2200-2700
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran
cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat
b. Iklim
Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolism, dan usia.
Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di
daerah engan tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.
c. Diet
12
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang,
tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan
tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan
onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah
dari intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.
d. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme
ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat
mengurangi produksi urine.
e. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh
ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh
akan melakukan “penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi
retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hypervolemia). Lebih
lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru-paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan
memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehinngga
produksi urine meningkat.
13
f. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam
tubuh. Akibanya, terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan
diuretic meyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.
h. Pembedahan
Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak
darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormone ADH
selama masa stress akibat obat-obatan.
F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT1. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume Atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan
cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam
kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang
lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
14
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
1) Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
Mata cekung
otot lemahsilau melihat sinar
Nadi cepat dan lemah
Turgor kulit kering, membran mukosa kering
Pengeluaran urien berkurang
Suhu tubuh meningkat
3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai
5% BB atau 1,5 – 2 L.
turgor kulit normal
denyut jantung meningkat
mata terlihat cekung
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia
Anderson):
a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )
b) Obat-obatan anti diare
Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-
obat anti diare serta dapat diberikan oralit.
c) Pemberian air minum
15
Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup
memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.
d) Pemberian cairan intravena
Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan
pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%)
merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan
kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah
volume plasma. Segera setelah pasien mencapai
normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%)
diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu
pembuangan produk-produk sisa metabolisme.
e) Pemberian bolus cairan IV
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban
cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan
meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan
yaitu,
1) Hipervolume (peningkatan volume darah),
a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh.
Penyebabnya jika asupan cairan lebih besar daripada
pengeluaran cairan. Ini terjadi jika ada kerusakan di hipofise,
jantung dan ginjal.
(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang
dan koma.
(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik
dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium
yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini
selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium
16
tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan
air tubuh total.
(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi
arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan
beban cairan.
2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD
(penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles
(rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab,
takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air yang
berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan
mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal
berikut :
a) Pembatasan natrium dan air.
b) Diuretik.
c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal
ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
2. Gangguan elektrolit
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium
plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria,
17
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering, dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium
dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat.
Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar,
penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan
adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam
perut, kejang,bingung.
f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium
dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih
dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram
pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan
kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT1. PEMBERIAN CAIRAN SECARA PARENTERAL
Jenis Cairan Infus
a. Asering
Indikasi:
18
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
1) Na 130 mEq,2) K 4 mEq,
3) Cl 109 mEq,
4) Ca 3 mEq
5) Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada
pasien yang mengalami gangguan hati
2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis
laktat lebih baik dibanding RL pada neonates
3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh
sentral pada anestesi dengan isofluran
4) Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 %
sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas
larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral
b. KA-EN 1B
Indikasi:
1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit
pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)< 24 jam pasca operasi
19
2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.
Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100
ml/jam pada anak-anak
3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan
lebih dari 100 ml/jam
c. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
1). Larutan rumatan nasional untuk memenuhi
kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2). Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3). Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4). Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
d. KA-EN MG3
Indikasi :
1)Larutan rumatan nasional untuk memenuhi
kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
1) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
2) Mensuplai kalium 20 mEq/L
3) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan
400kcal/L
e. KA-EN 4A
Indikasi :
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai kadar konsentrasi K serum normal
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
20
Komposisi (per 1000 ml):
1) Na 30 mEq/L
2) K 0 mEq/L
3) Cl 20 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 40 gr/L
f. KA-EN 4B
Indikasi:
1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi
dan anak usia kurang 3 tahun
2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien
sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
1) Na 30 mEq/L2) K 8 mEq/L
3) Cl 28 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 37,5 gr/L
g. Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal
diare
Sindrom yang berkaitan
dengan kehilangan
natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka
bakar)
h. Otsu-RL
21
Indikasi:
1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
i. MARTOS-10
Indikasi:
1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetic
2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi
protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 kcal/L
j. AMIPAREN
Indikasi:
1) Stres
metabolik
berat
2) Luka
bakar
3) Infeksi
berat
4) Kwasiokor
5) Pasca operasi
6) Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
k. AMINOVEL-600
22
Indikasi:
1) Resusitasi
2) Suplai ion bikarbonat
3) Asidosis metabolik
Indikasi:
1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat
(misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
4) Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30
l. PAN-AMIN G
BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ
yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.
23
Indikasi:
1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2) Penderita GI yang dipuasakan
3) Kebutuhan metabolik yang meningkat
(misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
4) Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30
Indikasi:
1) Suplai asam amino pada hiponatremia
dan stres metabolik ringan.
2) Nitrisi dini pasca operasi.
B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih
saja, melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air.
Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi
air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula,
kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan
daElektrolit.Jakarta: Buku Kedokterab EGC
http://digilib.fk.umy.ac.id
24