43
KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dosen Pengampu : Ns Yuni Sapto E R, M.Kep Disusun Oleh : Kelompok 1 1.Siti Karina (108114012) 2.Mey Ferdita (108114017) 3. Eka Mailina I (108114030) 4. Ahmad Faqih F (108114039) 5. Desy Ika P (108114041) 6.Sumintri (108114048) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016 i

Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

KONSEP KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Dosen Pengampu : Ns Yuni Sapto E R, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Siti Karina (108114012)2. Mey Ferdita (108114017)3. Eka Mailina I (108114030)4. Ahmad Faqih F (108114039)5. Desy Ika P (108114041)6. Sumintri (108114048)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

i

Page 2: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun

makalah dengan judul “Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit” dengan

sebaik-baiknya.

Penyusunan makalah ini atas dasar tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar

II untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada narasumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan

makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan

dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam taraf belajar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah

wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini

masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan

saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 09 Desember 2015

Penulis

ii

Page 3: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

DAFTAR ISI

Table of ContentsKATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I..................................................................................................................................iv

PENDAHULUAN.............................................................................................................iv

A. Latar Belakang......................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah................................................................................................iv

C. Manfaat Penulisan................................................................................................iv

BAB II.................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.................................................................................................................1

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.................................................1

B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH.....................................1

C. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit..........3

D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA......................................................................5

E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................................................................................11

F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT....................14

G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.............................................................................................................18

BAB III..............................................................................................................................23

PENUTUP.........................................................................................................................23

A. Kesimpulan...........................................................................................................23

B. Saran.....................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

iii

Page 4: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

A. Latar BelakangCairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan

tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi

fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang

mengandung partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup.

Elektrolit tubuh mengandung komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang

bermuatan positif (kation) dan negative (anion). Elektrolit sangat penting bagi

fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?

2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh?

3. Apa saja sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit?

4. Bagaimana kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan asam

dan basa?

5. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit?

6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?

C. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit

2. Untuk mengetahui komposisi cairan dan elektrolit

3. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan

elektrolit

4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh dan keseimbangan

asam dan basa

5. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap cairan dan elektrolit

6. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit

iv

Page 5: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi

tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan

cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai

cairan tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat

terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan

elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan

intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan

dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan

elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan

elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu

terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH

1. Cairan intraseluler (CIS ) adalah cairan yang berada di dalam sel di

seluruh tubuh, Pada dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah

intraseluler, sama sekitar 25 L pada pria dewasa (70kg). Pada bayi,

setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler. Komposisi

intraseluler : Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na)

berkonsentrasi rendah. Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x

konsentrasi dlm plasma.

Page 6: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

2. Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang berada di dalam sel di

seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang

berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan

intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan

intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan

intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan

traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,

cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Ukuran relatif dari CES

menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½

cairan tubuh terkandung dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume

relatif dari CES menurun kira-kira sepertiga dari volume total.

Komposisi cairan ekstrasellular (CES): Plasma darah & cairan

interstisial memiliki isi yg sama, ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-)

serta ion bikarbonat (HCO3-) dlm jumlah besar. Ion Kalium (K+),

Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-),

& asam organik. Protein pd plasma > protein pd cairan interstisial

CES dibagi menjadi:

a. Cairan interstisial (CIT)

Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.

Cairan limfe termasuk dalam CIT.

b. Cairan intravaskular (CIV)

Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Rata-rata

volume darah pada dewasa sekitar 5-6 L. 3 L dari jumlah tersebut

adalah plasma. Sisanya terdiri dari sel darah merah (SDM atau

eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai buffer

tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit) ; dan trombosit.

2

Page 7: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

NO Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma1. Kation :

Natrium (Na+)Kalium (K+)Kalsium (Ca++)Magnesium (Mg ++)

 144,0 mEq5,0 mEq 2,5 mEq1,5 mEq

137,0 mEq4,7 mEq2,4 mEq1,4 mEq

10 mEq141 mEq031 mEq

2. Anion :Klorida (Cl-)Bikarbonat (HCO3-)Fosfat (HPO42-)Sulfat (SO42-)Protein

107,0 mEq27,0 mEq2,0 mEq0,5 mEq1,2 mEq

112,7 mEq28,3 mEq2,0 mEq0,5 mEq0,2 mEq

4 mEq10 mEq11 mEq1 mEq4 mEq

C. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN PADA KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam

pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi

ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam

darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan

ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh

kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaringan

cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang

mengalir melalui glomerulus, 20% nya disaring ke luar. Cairan yang

tersaring, kemudian mengalir melalui renalis yang sel-selnya menyerap

semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal

dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1

ml/kg/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang

terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat

pengatur panas yang disarafi oleh yasamotorik dengan kemampuan

mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan

3

Page 8: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh

darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.

Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara

penguapan.

Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran,

yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut

berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan

panas ke benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu

mengalirkan udara yang panas ke permukaan yang lebih dingin.

c. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan

menghasilkan insensible water loss ± 400 ml/hari. Proses pengeluaran

cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan

kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang

melakukan olah raga berat.

d. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan

dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan

pengeluaranair. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam

system ini sekitar 100-200 ml/hari.

Selain itu, pengaturan kesimbangan cairan dapat melalui mekanisme

rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti

diuretic hormone (ADH), system aldosterone, prostaglandin, dan

glukokortikoid.

a. ADH

ADH memilki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH dibentuk oleh

hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH

dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosterone

4

Page 9: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan

berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron

diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan

system angiotensin renin.

c. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan

yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah,

kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada

ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Glukokortikoid

Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga retensi natrium.

D. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH DAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

1. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia

secara fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian

tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu,

sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,

presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan

tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa

57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan,

dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Selain itu, presentase

jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak

dalam tubuh danjenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh sedikit, maka

cairan tubuh lebih besar.

No Umur / BB (Kg)  Kebutuhan cairan (mL/24 jam)

1. 3 hari/ 3 kg                        250-300

2. 1 tahun/ 9,5 kg                       1150-1300

3. 2 tahun/11,8 kg                   1350-1500

4. 6 tahun/ 20 kg                       1800-2000

5

Page 10: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

5. 10 tahun/ 28,7 kg               2000-2500

6. 14 tahun/45 kg                       2200-2700

7. 18 tahun/ 54 kg                       2200-2700

2. Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh

mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti

karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis

garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya,

NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit

tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion

yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif

disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan

magnesium. Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan

fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:

a. Natrium: 135-145 mEq/lt,

b. Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt,

c. Kalsium: 4-5 mEq/lt,

d. Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt,

e. Klorida: 100-106 mEq/lt,

f. Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an

g. Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan

tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut

merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam

molekul.

a. Pengaturan Keseimbangan Natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur

osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat

pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur

6

Page 11: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks

suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangankonsentrasi

natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH

mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari

tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah

natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya

bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur

keeseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan

melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.

b. Pengaturan Keseimbangan Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan

intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit.

Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan

ion natrium dalam tubulsu ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron

juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma

(cairan ekstrasel).

System pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah yaitu:

1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang

menyebabkan peningkatan produksi aldosterone.

2) Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium

yang dikeluarkan melalui ginjal.

3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan

ekstrasel menurun.

c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan

impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah dan membantu

beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan

keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur oleh hormone

paratiroid dalam reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun,

7

Page 12: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid

yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

d. Pengaturan Keseimbangan Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi tidak

dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida

biasanya bersatu dengan natrium, yaitu mempertahankan

keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia

merupakan siatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah,

sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah.

Normalnya, kadar klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95-

108 mEq/lt.

e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang

terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh

kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan.

Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.

Hipmagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5

mEq/ltd dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta seum

meningkat menjadi > 2,5 mEq/lt.

f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga)

dalam tubuh.

g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat

Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk

gigi dan tulang. Posfat diserap dari saluran pencernaan dan

dikeluarkan melalui urine.

Jenis cairan elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki

sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan

saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik.

8

Page 13: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak

dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+

b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl,

Ca2+, HCO3

c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

3. Keseimbangan Asam Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-

basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat

keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses

metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh

pernafasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam

sistem larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan

buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri

atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan

asam karbonat (H2CO3).

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui

pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat

menigkatkan pH hingga kondisi standard (normal)). Ventilasi dianggap

memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2.

Pembuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan Co2

agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat

mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya

dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan

metabolisme memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi

paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal

ini menunjukan jumlah C02 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel.

9

Page 14: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan

mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan

pH, sebaliknya pO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi

alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H+. Sebaliknya,

konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus

(umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang

tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion

H+ yang rendah disebut alkalosis.

1. Jenis Asam-Basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis.

Keadaan asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma

diabetika. Contoh cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan

natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang

dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman

(asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang

mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain sistem

pernafasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa

yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan

membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH

plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan

bikarbonat dibentuk kembali.

2. Masalah Keseimbangan Asam-Basa

a. Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan

oleh kegagalan sistem pernafasan dalam membuang

karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada

pernafasan, peningkatan pCO2 arteri di atas 45 mmHg, dan

penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya

penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.

b. Asidosis Metabolik

10

Page 15: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa

atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya

penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22

mEq/1t.

c. Alkalosis Respiratorik

Alkalosis Respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2

dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri < 35

mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan,

emboli paru, dan lain-lain.

d. Alkalosis Metabolik

Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion

hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya

peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/1t dan pH arteri >

7,45 , atau secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat

sebagaimana table berikut :

E. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a. Umur

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,

usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,

kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di maasa

pertumbuha memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang

diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan

anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta

kondisis ginjal mereka yang belum matur dibandingka ginjal orang

dewasa. Kehilanga cairan dapat terjadi akibat pebgeluaran yang besar

11

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-BasaMeningkatmenurunmenurunmeningkat

menurunmenurunmeningkatmeningkat

Meningkatmenurunmenurunmeningkat

asidosis respiratorikasidosis metabolikalkalosis respiratorikalkalosis metabolik

Page 16: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

dari kulit dan pernafaasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau

gangguan ginjal.

Usia Berat badan Kebutuhan (ml)/24 jam3 hari 3,0 250-3001 tahun 9,5 1150-13002 tahun 11,8 1350-15006 tahun 20,0 1800-200010 tahun 18,7 2000-250014 tahun 45,0 2200-270018 tahun (dewasa)

54,0 2200-2700

b. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses

metabolism dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan haluaran

cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang

dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yan tidak

disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat

peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringat

b. Iklim

Normalnya, individu yan tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak

terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem

melalui kulit dan pernafasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar

umumnya tidak dapat diobservasi sehingga disebut sebagai kehilangan

cairan yang tidak disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL

pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,

tingkat metabolism, dan usia.

Individu yang tinggal di lingkunan yang berrsuhu tinggi atau di

daerah engan tingkat kelembaban yang rendah akan lebih sering

mengalami kehilangan cairan dan elektrolit.

c. Diet

12

Page 17: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan

elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tida seimbang,

tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih dahulu

memecah glikogen dan lemak. Kondisi ini mengakibatkan penurunan

kadar albumin. Dalam tubuh, albumin penting untuk mempertahankan

tekanan onkotik plasma. Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan

onkotik plasma dapat menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah

dari intravaskuler ke interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.

d. Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit

tubuh. Saat stress, tuubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,

peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glkolisis otot. Mekanisme

ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Di samping itu, stress juga

menyebabkan peningkatan produksi hormone antidiuretic yang dapat

mengurangi produksi urine.

e. Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan

elektrolit dari sel/jaringan yang rusak (misalnya luka robek atau luka

bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami peningkatan

kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran

gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat

menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sat aliran darh

ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung menurun, tubuh

akan melakukan “penimbunan”cairan dan natrium sehingga terjadi

retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hypervolemia). Lebih

lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru-paru.

Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup

untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan

basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan

memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehinngga

produksi urine meningkat.

13

Page 18: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

f. Tindakan medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekubder terhadap

kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan

lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

g. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara

berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilanagn cairan dalam

tubuh. Akibanya, terjadi deficit cairan tubuh. Selain itu, penggunaan

diuretic meyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan

meningkat. Penggunaan kortiosteroid dapat pula menyebabkan retensi

natrium dan air dalam tubuh.

h. Pembedahan

Kilen yang mengalami pembedahan beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak

darah selama periode operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru

mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih

melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormone ADH

selama masa stress akibat obat-obatan.

F. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT1. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan

a. Hipovolume Atau Dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan

cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam

kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:

1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan

elektrolitnya yang seimbang.

2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang

lebih banyak daripada elektrolitnya.

3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan

elektrolitnya daripada air.

14

Page 19: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :

1) Dehidrasi berat

Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L

Serum natrium 159-166 mEq/L

Hipotensi

Turgor kulit buruk

Oliguria

Nadi dan pernapasan meningkat

Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

2) Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB

Serum natrium 152-158 mEq/L

Mata cekung

otot lemahsilau melihat sinar

Nadi cepat dan lemah

Turgor kulit kering, membran mukosa kering

Pengeluaran urien berkurang

Suhu tubuh meningkat

3) Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai

5% BB atau 1,5 – 2 L.

turgor kulit normal

denyut jantung meningkat

mata terlihat cekung

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia

Anderson):

a) Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )

b) Obat-obatan anti diare

Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat-

obat anti diare serta dapat diberikan oralit.

c) Pemberian air minum

15

Page 20: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup

memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi.

d) Pemberian cairan intravena

Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan

pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%)

merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan

kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah

volume plasma. Segera setelah pasien mencapai

normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%)

diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu

pembuangan produk-produk sisa metabolisme.

e) Pemberian bolus cairan IV

Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban

cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan

meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

b. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan

yaitu,

1) Hipervolume (peningkatan volume darah),

a) Overhidrasi adalah kelebihan cairan dalam tubuh.

Penyebabnya jika asupan cairan lebih besar daripada

pengeluaran cairan. Ini terjadi jika ada kerusakan di hipofise,

jantung dan ginjal.

(1) Tanda dan gejala: sesak nafas, kekacauan mental, kejang

dan koma.

(2) Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik

dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium

yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama

dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini

selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium

16

Page 21: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan

air tubuh total.

(3) Penatalaksanaan : Diuretik, Dialisi atau hemofiltrasi

arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan

beban cairan.

2) Edema (kelebihan cairan pada interstisial).

Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD

(penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles

(rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab,

takikardia, irama gallop, protein rendah, anemia, retensi air yang

berlebihan, peningkatan natrium dalam urin.

Penatalaksanaan

Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan

mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal

berikut :

a) Pembatasan natrium dan air.

b) Diuretik.

c) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal

ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.

Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik

Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik

Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik

Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik

2. Gangguan elektrolit

a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium

dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium

plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.

b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma

tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria,

17

Page 22: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit

kemerahan, lidah kering, dll.

c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium

dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat.

Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.

d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam

darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar,

penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan

adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.

e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma

darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam

perut, kejang,bingung.

f. Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium

dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami

pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara

berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang,

relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih

dari 4,3 mEq/L.

g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam

darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram

pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang

dari 1,3 mEq/L.

h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah.

Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan

kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

G. PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT1. PEMBERIAN CAIRAN SECARA PARENTERAL

Jenis Cairan Infus

a. Asering

Indikasi:

18

Page 23: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:

gastroenteritis akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok

hemoragik, dehidrasi berat, trauma

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

1) Na 130 mEq,2) K 4 mEq,

3) Cl 109 mEq,

4) Ca 3 mEq

5) Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1) Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada

pasien yang mengalami gangguan hati

2) Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis

laktat lebih baik dibanding RL pada neonates

3) Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh

sentral pada anestesi dengan isofluran

4) Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 %

sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas

larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema

serebral

b. KA-EN 1B

Indikasi:

1) Sebagai larutan awal bila status elektrolit

pasien belum diketahui, misal pada kasus

emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak

memadai, demam)< 24 jam pasca operasi

19

Page 24: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

2) Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV.

Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100

ml/jam pada anak-anak

3) Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan

lebih dari 100 ml/jam

c. KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

1). Larutan rumatan nasional untuk memenuhi

kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti

ekskresi harian, pada keadaan asupan oral

terbatas

2). Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

3). Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

4). Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

d. KA-EN MG3

Indikasi :

1)Larutan rumatan nasional untuk memenuhi

kebutuhan harian air dan elektrolit dengan

kandungan kalium cukup untuk mengganti

ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

1) Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

2) Mensuplai kalium 20 mEq/L

3) Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan

400kcal/L

e. KA-EN 4A

Indikasi :

1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

2) Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada

pasien dengan berbagai kadar konsentrasi K serum normal

3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

20

Page 25: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

Komposisi (per 1000 ml):

1) Na 30 mEq/L

2) K 0 mEq/L

3) Cl 20 mEq/L

4) Laktat 10 mEq/L

5) Glukosa 40 gr/L

f. KA-EN 4B

Indikasi:

1) Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi

dan anak usia kurang 3 tahun

2) Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien

sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

3) Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

1) Na 30 mEq/L2) K 8 mEq/L

3) Cl 28 mEq/L

4) Laktat 10 mEq/L

5) Glukosa 37,5 gr/L

g. Otsu-NS

Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na > Cl, misal

diare

Sindrom yang berkaitan

dengan kehilangan

natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka

bakar)

h. Otsu-RL

21

Indikasi:

1) Resusitasi

2) Suplai ion bikarbonat

3) Asidosis metabolik

Page 26: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

i. MARTOS-10

Indikasi:

1) Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita

diabetic

2) Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen

seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi

protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

j. AMIPAREN

Indikasi:

1) Stres

metabolik

berat

2) Luka

bakar

3) Infeksi

berat

4) Kwasiokor

5) Pasca operasi

6) Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

k. AMINOVEL-600

22

Indikasi:

1) Resusitasi

2) Suplai ion bikarbonat

3) Asidosis metabolik

Indikasi:

1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

2) Penderita GI yang dipuasakan

3) Kebutuhan metabolik yang meningkat

(misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

4) Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30

Page 27: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

l. PAN-AMIN G

BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik

karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam

berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Ginjal merupakan organ

yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel dengan

mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel

dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut

berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan

mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam

cairan tubuh.

23

Indikasi:

1) Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

2) Penderita GI yang dipuasakan

3) Kebutuhan metabolik yang meningkat

(misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

4) Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30

Indikasi:

1) Suplai asam amino pada hiponatremia

dan stres metabolik ringan.

2) Nitrisi dini pasca operasi.

Page 28: Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit

B. Saran

Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih

saja, melainkan juga dari makanan dan minuman yang mengandung air.

Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi

air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula,

kalori, kafein dan zat-zat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri,Anas.(2009).Klien Gangguan Keseimbangan Cairan

daElektrolit.Jakarta: Buku Kedokterab EGC

http://digilib.fk.umy.ac.id

24