40
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ADALAH PROGRAM YANG SALAH KONSEP DAN 90% PASTI GAGAL Ikatan Guru Indonesia (IGI) HENTIKAN PROGRAM SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONALADALAH PROGRAM YANG SALAH KONSEP

DAN 90% PASTI GAGAL

Ikatan Guru Indonesia (IGI)

HENTIKAN PROGRAM SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

(SBI)

Page 2: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

MENGAPA PROGRAM SBI HARUS DIHENTIKAN?

Jika kita cermati ternyata program SBI ini mengandung banyak kekurangan mencolok. Alih-alih menghasilkan kualitas bertaraf internasional seperti yang diinginkan, kualitas pendidikan kita justru akan merosot.Mengapa? Ada beberapa kelemahan mendasar dari program SBI sehingga program ini memang harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu untuk dihentikan sampai hal-hal mendasar tersebut ditangani.

Page 3: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KONSEPNYA LEMAH• Pertama, program ini jelas tidak didahului

dengan riset yang mendalam dan konsepnya lemah. Dengan menyatakan bahwa SBI = SNP + X, maka sebenarnya konsep SBI ini tidak memiliki bentuk dan arah yang jelas. Tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam, dll tersebut. Apakah “X’ ini sistem Cambridge, IGCSE, atau IB? Dengan memasukkan TOEFL/TOEIC, ISO dan UNESCO sebagai “X” juga menunjukkan bahwa Dikdasmen juga tidak begitu paham dengan apa yang ia maksud dengan “X” tersebut. Sampai saat ini tak ada penjelasan akademik apa yang dimaksud dengan “X” tsb.

Page 4: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

APA ITU ‘BERTARAF INTERNASIONAL’?

• Program ini sudah SALAH KONSEP sejak dari awalnya. UU yang mencantumkan tentang program ini harus di judicial review. Coba perhatikan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi,  "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional." Apa sebenarnya yang dimaksud dengan satuan pendidikan yang bertaraf internasional tersebut? Istilah ini tidak pernah dikenal sebelumnya dan tidak jelas apa acuan, kriteria dan apalagi rujukan akademiknya. Istilah ini muncul begitu saja dalam UU Sisdiknas. Bagaimana mungkin sebuah UU memuat sebuah rumusan yang sama sekali tidak memiliki acuan, kriteria, dan rujukan akademik?

Page 5: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

APA RUJUKAN AKADEMIK ‘SNP + X’?

• Apakah sebenarnya satuan pendidikan yang bertaraf internasional itu? Apakah kalau menggunakan bahasa Inggris, berbasis IT, berfasilitas wah, dlsbnya maka sekolah tersebut bisa disebut satuan pendidikan yang bertaraf internasional? Apa rujukan akademik yang digunakan ketika menyatakan bahwa SNP + X = bertaraf internasional? Apa sebenarnya yang dimaksud dalam UU istilah ‘bertaraf internasional’ tersebut? Rumusan “SNP + X” adalah rumusan yang tidak jelas maksudnya.

Page 6: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SALAH MODEL• Kedua, Dikdasmen membuat rumusan 4 model pembinaan

SBI tersebut yaitu : (1) Model Sekolah Baru (Newly Developed), (2) Model Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (Existing School), (3) Model Terpadu, dan (4) Model Kemitraan. Padahal kalau dilihat sebenarnya hanya ada dua model yaitu Model (1) Model Sekolah Baru dan Model (2) Model Sekolah yang Telah Ada. Dari dua model tersebut Dikdasmen sebenarnya hanya melakukan satu model rintisan yaitu Model (2) Model Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (existing School) dan tidak memiliki atau berusaha untuk membuat model (1) Model Sekolah Baru. Anehnya, buku Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dikeluarkan sebenarnya lebih mengacu pada Model (1) padahal yang dikembangkan saat ini semua adalah Model (2). Jelas bahwa sekolah yang ada tidak akan mungkin bisa memenuhi kriteria untuk menjadi sekolah SBI karena acuan yang dikeluarkan sebenarnya ditujukan bagi pendirian sekolah baru atau Model (1).

Page 7: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SALAH MODEL• Sebagai contoh, jika sekolah yang ada sekarang ini diminta

untuk memiliki guru berkategori hard science seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi (dan nantinya diharapkan kategori soft science-nya juga menyusul) menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, atau memiliki tanah dengan luas minimal 15.000 m, dll persyaratan seperti dalam buku Panduan, maka jelas itu tidak akan mungkin dapat dipenuhi oleh sekolah yang ada. Ini ibarat meminta kereta api untuk berjalan di jalan tol!

• Sebagai ilustrasi, sedangkan guru bahasa Inggris di sekolah-sekolah ‘favorit’ kita saja hanya sedikit yang memiliki TOEFL > 500, apalagi jika itu dipersyaratkan bagi guru-guru mata pelajaran hard science. Maka itu jelas tidak mungkin. Ini berarti Dikdasmen tidak mampu untuk menerjemahkan model yang ditetapkannya sendiri sehingga membuat Dikdasmen berresiko gagal total dalam mencapai tujuannya.

Page 8: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

TEMPO Interaktif, Mojokerto -

Nilai TOEFL para guru yang mengajar di sekolah menengah atas (SMA) yang menyandang status Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di Mojokerto, Jawa Timur, masih di bawah standar.

Seharusnya nilai standar TOEFL para guru RSBI ini adalah 450. ”Tapi saya akui saat ini rata-rata di bawah itu. Saya yang tertinggi saja hanya 430,” kata Ali Ismail, Kepala SMU Negeri 1 Sooko, Mojokerto, Kamis (15/07).

Page 9: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SALAH ASUMSI• Ketiga, Penggagas mengasumsikan bahwa untuk dapat

mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris maka guru harus memiliki TOEFL> 500. Padahal tidak ada hubungan antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bhs Inggris. Skor TOEFL yang tinggi tidak menjamin kefasihan dan kemampuan orang dalam menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris. Banyak orang yang memiliki nilai TOEFL<500 yang lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan orang yang memiliki nilai TOEFL > 500 . Singkatnya, menjadikan nilai TOEFL sebagai patokan keberhasilan pengajaran hard science bertaraf internasional adalah asumsi yang keliru. TOEFL lebih cenderung mengukur kompetensi seseorang, padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual adalah performance- nya, dan performance ini banyak dipengaruhi faktor-faktor non-linguistic. TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogik. 

Page 10: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KETIDAKPAHAMAN• Keempat, penggagas ide ini nampaknya juga tidak

paham bahwa tidak semua orang bisa ‘dijadikan’ fasih berbahasa Inggris (apalagi mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris) meskipun orang tersebut diminta untuk tinggal dan hidup di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Sebagai ilustrasi, bahkan masih banyak guru-guru kita di daerah-daerah yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih dalam mengajar! Sebagian dari guru kita di tanah air ini masih menggunakan bahasa daerahnya dalam mengajar meski tinggal dan hidup di lingkungan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini menunjukkan bahwa adalah tidak mungkin ‘menyulap’ para guru hard science agar dapat fasih berbahasa Inggris (apalagi memperoleh nilai TOEFL>500 seperti persyaratan dalam buku Panduan Penyelenggaran Rintisan SBI tersebut) meski mereka dikursuskan di sekolah bahasa Inggris terbaik.

Page 11: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KEMUSTAHILAN• Berdasarkan pendapat para guru bahasa Inggris senior susah

sekali untuk menjadikan orang dewasa yang tidak berbahasa Inggris sama sekali untuk menguasai bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari apalagi untuk meminta mereka untuk mentransfer konsep pengajaran dalam bahasa Inggris. Jadi untuk mengubah guru yang tidak berbahasa Inggris untuk mengajar dalam bahasa Inggris dengan mengirimkan mereka ke institusi/kursus bahasa Inggris yang terbaik sekalipun adalah HAL YANG MUSTAHIL. Ini menyangkut teori otak juga dimana Bahasa akan mudah dipelajari oleh otak dari usia dini 0-6 tahun. Di usia 6-12 untuk mempelajari suatu bahasa akan memakan waktu lebih lama dan sulit, sedangkan diatas 12 tahun lebih sulit lagi untuk menguasai suatu bahasa. Banyak Master dan PhD lulusan luar negeri kita yang kemampuan bahasa Inggrisnya masih rendah dan masih terbata-bata dalam menyampaikan pendapat. Padahal mereka telah hidup dan belajar menggunakan bahasa Inggris selama mereka belajar di luar negeri.

Page 12: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Mungkinkah Guru Indonesia Menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar?

Jim Cummins, ahli bahasa dari University of Toronto. dalam proses akusisi bahasa kedua kita harus membedakan antara Basic Interpersonal Communication Skills (BICS) dengan Cognitive Academic Language Proficiency (CALP). BICS adalah kemampuan bahasa yang diperlukan dalam konteks sosial, misalnya percakapan dengan teman, transaksi jual beli di pasar, jamuan makan di restoran, dsb. Percakapan sosial ini banyak memiliki petunjuk-petunjuk non-verbal (seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan objek acuan) dan tidak begitu memerlukan aspek kognitif secara dominan. Sedangkan CALP lebih mengacu kepada bahasa yang digunakan pada konteks pembelajaran akademik formal, yang meliputi kegiatan membaca, menulis, mendengar dan berbicara dalam sesuai dengan kaidah keilmuan tertentu, misalnya ilmu fisika, biologi, sosiologi, seni suara, dsb.

Page 13: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Jim Cummins PhDUniversity of Toronto.

Hasil riset menunjukkan bahwa waktu untuk menguasai BICS dan CALP tidaklah sama. BICS dapat dikuasai dalam waktu relatif singkat, enam bulan hingga dua tahun, sedangkan CALP memerlukan waktu sekitar lima hingga sepuluh tahun. Konteks Indonesia berbeda dari AS dan Kanada karena bahasa Inggris tidak dipergunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga waktu untuk penguasaan bahasa tentunya lebih lama. Selain itu penguasaan bahasa akademik bukan hanya penghafalan kosakata dan struktur bahasa, namun juga pada keluwesan dalam bertutur lisan dan tulisan, dan kemahiran dalam mendengar dan membaca serta berpikir dengan bahasa tersebut.

Page 14: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SSururya Dharmaya Dharma MMPPA, PhDA, PhDDirektur Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)23/6/2009

Test of English for International Communication (ToEIC), dari sekitar 600 guru dan Kepala Sekolah SMP, SMA, dan SMK Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di seluruh Indonesia pada umumnya rendah, Sebanyak 60 % nya berada pada level kemampuan berbahasa paling rendah (novice)

Page 15: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KEGAGALAN DIDAKTIK

• Kelima, dengan penekanan pada penggunaan bahasa Inggris sebagai medium of instruction di kelas oleh guru-guru yang selain tak mampu berbahasa Inggris juga masih diragukan kemampuan penguasaan materi dan metode pembelajarannya, jelas akan membuat proses KBM menjadi kacau balau. Program ini jelas merupakan eksperimen yang beresiko tinggi yang belum pernah diteliti dan dikaji secara mendalam dampaknya tapi sudah dilakukan di seribu lebih sekolah yang sebetulnya merupakan sekolah-sekolah berstandar “A”. Program ini sangat beresiko. Ratusan sekolah-sekolah berstatus Mandiri yang diikutkan program ini beresiko besar untuk mengalami kekacauan dalam proses KBM-nya.

Page 16: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Hywel ColemanHonorary Senior Research Fellow, School of Education, University of Leeds, UK

The purpose of these schools is ambiguous.The purpose of teaching other subjects through

English is unclearMany teachers do not possess the English

language competence they need to teach core subjects.

The consequences for other languages in Indonesia are potentially serious : competence in the national language (Bahasa Indonesia) is likely to decline

The international standard schools appear to give rise to negative social attitudes between their pupils and those who study in mainstream schools.

Page 17: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KEGAGALAN DIDAKTIKBerharap target yang tinggi dari guru yang tidak kompeten

(atau kompetensinya merosot karena harus menggunakan bahasa asing) adalah kesalahan yang sangat fatal. Resiko kegagalannya sangat besar untuk ditanggung. Program SBI ini bakal menghancurkan best practices dalam proses KBM yang selama ini telah dimiliki oleh sekolah-sekolah Mandiri yang dianggap telah mencapai standar SNP tersebut.

FAKTA : Hasil Ujian Nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah berstatus RSBI ternyata hasil UN-nya lebih rendah daripada sekolah-sekolah reguler lainnya. Banyak siswa RSBI yang bahkan tidak lulus dalam Ujian nasional tahun 2010. Ini adalah fakta keras yang menunjukkan bahwa program RSBI ini telah menghancurkan best practice dan menurunkan mutu sekolah-sekolah terbaik yang dijadikan sekolah RSBI.

Page 18: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Kisah MalaysiaKisah Malaysia Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan

Matematik dalam Bahasa Inggeris

Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) ialah nama program pendidikan Malaysia yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mata pelajaran Sains dan Matematika di semua peringkat pendidikan.

Program ini dimulai oleh Dr Mahathir pada tahun 2003. Akhirnya pada 8 Juli 2009 setelah kajian mendalam dilakukan diputuskan bahwa program ini akan dihapuskan sepenuhnya pada tahun 2012 karena dianggap gagal.

PPSMI ini memang tidak menghasilkan apa yang diharapkan pencetusnya. Yang bisa survive hanya sekolah yang berada di kota besar dan sekolah berasrama di kota; pada jenis sekolah lainnya nyaris tanpa ampun terjadi degradasi penurunan mutu

Page 19: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KESALAHAN ASUMSI (LAGI)• Ketujuh, kritik paling mendasar barangkali adalah

kesalahan asumsi dari penggagas sekolah ini bahwa Sekolah BERTARAF internasional itu harus diajarkan dalam bhs asing (Inggris khususnya) dengan menggunakan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD . Padahal negara-negara maju seperti Jepang, Perancis, Finlandia, Jerman, Korea, Italia, dll. tidak perlu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar jika ingin menjadikan sekolah mereka BERTARAF internasional.Kita tidak perlu harus mengajarkan materi hard science dalam bhs Inggris supaya dapat dianggap bertaraf internasional. Kurikulumnyalah yang harus bertaraf internasional atau dalam kata lain tidak dibawah kualitas kurikulum negara lain yang sudah maju. Jadi fokus kita adalah pada penguatan kurikulumnya. Penguatan kemampuan berbahasa Inggris bertaraf internasional bisa dilakukan secara simultan dengan memberi pelatihan terus menerus kepada guru-guru bhs Inggris yang mempunyai beban untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris.

Page 20: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

Gila Bahasa Inggris

Page 21: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KESALAHAN ASUMSI (LAGI)Selama ini siswa-siswa kita yang melanjutkan

pendidikannya di luar negeri tidak pernah diminta untuk mempunyai persyaratan berstandar Cambridge, umpamanya. Jika mereka memiliki tingkat penguasaan yang tinggi dalam bidang studi dan mereka mampu memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang baik maka mereka selalu bisa masuk ke perti di luar negeri. Bukankah selama ini mereka tidak pernah ditest masuk dengan menggunakan materi Matematika, Fisika, kimia, Biologi, dll dalam bhs Inggris? Lantas mengapa mereka harus dilatih sejak awal untuk memahami materi bidang studi tersebut dalam bhs Inggris (oleh guru yang tidak memiliki kompetensi memadai untuk itu)?

Page 22: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

PROSES, DAN BUKAN ALAT• Kedelapan, Penekanan pada penggunaan piranti

media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah tanpa itu maka sebuah sekolah tidak bisa bertaraf internasional. Sebagian besar sekolah hebat di luar negeri masih menggunakan kapur dan tidak mensyaratkan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD sebagai prasyarat kualitas pendidikan mereka. Program ini nampaknya lebih mementingkan alat ketimbang proses. Padahal pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat.Pendidikan yang berorientasi ke hasil adalah paradigma lama dan telah digantikan oleh pendidikan yang berorientasikan pada proses karena pendidikan itu sendiri adalah sebuah proses.

Page 23: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

PENDIDIKAN BERMUTU BUKAN HANYA UNTUK ANAK CERDAS

BERBAKAT• Kesembilan, kesalahan mendasar lain adalah

asumsi dan anggapan bahwa Sekolah Bertaraf Internasional hanyalah bagi siswa yang memiliki standar kecerdasan tertentu. Sekolah yang bertaraf internasional dianggap tidak bisa diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata. Ini juga mengasumsikan bahwa SNP (Standar Nasional Pendidikan) hanyalah bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan ‘rata-rata’. Ini adalah asumsi yang berbahaya dan secara tidak sadar telah ‘mengkhianati’ SNP itu sendiri karena menganggap SNP ‘tidak layak’ bagi siswa-siswa cerdas Indonesia. Lantas untuk apa Standar Nasional Pendidikan jika dianggap belum mampu untuk memberikan kualitas yang setara dengan standar internasional? Ini juga paham yang diskriminatif dan eksklusif dalam pendidikan dan menganggap kecerdasan intelektual yang menonjol merupakan segala-galanya sehingga perlu mendapat perhatian dan fasilitas lebih daripada siswa yang tidak memilikinya.

Page 24: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KEUNGGULAN AKADEMIK SEMATA

Kesalahan konseptual (R)SBI adalah terutama pada penekanannya pada segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala yang non-akademik. Semua keunggulan yang hendak dicapai oleh program SBI ini adalah keunggulan akademik semata dan tak ada lain. Seolah tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan siswa untuk menjadi seseoarang yang cerdas akademik belaka. Tak ada dibicarakan tentang keunggulan di bidang Seni, Budaya, dan Olahraga. Padahal paradigma keunggulan akademik adalah pandangan yang sudah sangat kuno. Seolah ‘bertaraf internasional’ adalah keunggulan akademik padahal justru Seni, Budaya, dan Olahragalah yang akan lebih mampu mengantarkan kita untuk bersaing dan tampil di dunia internasional.

Page 25: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

BERTARAF INTERNASIONAL HANYA 2%

Sekolah yang dirancang untuk menjadi SBI hanyalah sekitar 2% dari jumlah sekolah yang ada di tanah air. Artinya, jika kita menganggap bahwa sekolah-sekolah SBI-lah sekolah yang nantinya akan dianggap bertaraf internasional dan SETARA dengan sekolah-sekolah di negara maju secara umum maka itu sama artinya dengan menyatakan bahwa hanya 2% dari sekolah kita yang mutunya setara dengan sekolah-sekolah di dunia internasional (meskipun yang paling buruk). Ini jelas ‘menghinakan’ sistem pendidikan kita dan program SBI ini jelas merendahkan sistem pendidikan kita secara nasional.

Page 26: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SBI = PEMBOHONGAN PUBLIK

• Kesepuluh, dengan program SBI ini pemerintah memberikan persepsi yang keliru kepada para orang tua, siswa, dan masyarakat bahwa sekolah-sekolah yang ditunjuknya menjadi sekolah Rintisan tersebut adalah sekolah yang ‘akan’ menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai atau bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada. Dan ini adalah sama dengan menanam “bom waktu’.  Masyarakat akan merasa dibohongi dengan program ini dan pada akhirnya akan menuntut tanggungjawab pemerintah yang mengeluarkan program ini.

Page 27: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

MENCIPTAKAN KESENJANGAN SOSIAL

• Kesebelas, Program SBI ini di lapangan ternyata menciptakan kesenjangan sosial pada siswa. Program SBI menjadikan sekolah yang mengikutinya menjadi eksklusif dan menciptakan kastanisasi karena hanya bisa dimasuki oleh anak-anak kalangan menengah ke atas. Tingginya pembiayaan yang dikenakan pada orang tua siswa membuat sekolah-sekolah SBI ini tidak dapat dimasuki oleh anak-anak dari kalangan bawah. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial di sekolah.

• Hal ini juga akan menimbulkan kekecewaan dan kemarahan dalam hati para orang tua kalangan bawah yang tidak mampu masuk ke dalam sekolah eksklusif ini. Mereka akan merasa sengaja dipinggirkan dalam sebuah sistem pendidikan yang dianggap ‘terbaik’ dan yang akan menjamin masa depan anak-anak mereka. Kekecewaan dan rasa frustrasi yang menumpuk akan dapat meledak jika telah mencapai kulminasinya juga.

Page 28: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KOMERSIALISASI PENDIDIKAN

Keduabelas, Salah satu kritik terbesar dari masyarakat tentang SBI ini adalah bahwa program ini telah memberi legitimasi kepada sekolah untuk melakukan komersialisasi pendidikan. Pendidikan diperdagangkan justru oleh pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan pendidikan kepada rakyatnya secara gratis dan juga bermutu. Komersialisasi pendidikan ini adalah pengkhianatan terhadap tujuan pendirian bangsa dan negara. Saat ini sekolah-sekolah publik RSBI bahkan telah menjadi lebih swasta dari swasta dalam memungut biaya pada masyarakat. Hampir semua sekolah RSBI menarik dana dari masyarakat dengan biaya tinggi yang sebenarnya sungguh tidak layak mengingat mereka adalah sekolah publik yang semestinya dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah dan ‘haram’ sifatnya menjadi komersial.

Page 29: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

BERTARAF INTERNASIONAL UJIANNYA NASIONAL?

Ketigabelas, Sungguh ganjil jika sebuah UU Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) tiba-tiba memunculkan sebuah istilah ‘bertaraf internasional’ ! Mau dimasukkan ke mana dan dengan konstelasi bagaimana sebuah sistem pendidikan yang ‘bertaraf internasional’ dalam sebuah Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), apalagi dianggap sebagai standar tertinggi?  

Selain itu, Meski menyandang nama ‘bertaraf internasional’ tapi siswanya masih harus ikut ujian nasional. Alangkah ganjilnya jika sebuah sekolah yang bertaraf INTERNASIONAL tapi kemudian masih harus mengikuti sebuah UJIAN NASIONAL!

Tidak mungkin sekolah harus mempersiapkan siswa untuk mengikuti DUA SISTEM UJIAN yang berbeda (nasional dan internasional) karena itu SANGAT MEMBERATKAN guru dan siswa serta tidak bermanfaat.

Page 30: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

BAGAIMANA DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN?

• Keempat belas, Pemerintah telah menetapkan Wajib Belajar 9 Tahun sebagai programnya. Maka sebagai konsekuensinya SEMUA pembiayaan pendidikan bagi siswa mulai dari pendidikan dasar maupun menengah HARUS dipenuhinya dan tidak boleh ada pungutan pada siswa. Pungutan pada orang tua siswa, meski melalui komite, adalah bertentangan dengan Undang-Undang Sisdiknas itu sendiri.Pasal yang memuat aturan tentang diperbolehkannya pungutan bagi siswa sekolah bertaraf internasional HARUS DIAMANDEMEN karena bertentangan satu sama lain.

Page 31: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SISWA BUKAN GLADIATOR!Kelimabelas, salah satu tujuan dari dicetuskannya

program SBI ini adalah agar pendidikan kita mampu menelurkan siswa-siswa yang akan mampu mewakili dan mampu menjadi pemenang dalam berbagai olimpiade bidang studi dan adu kecerdasan tingkat regional dan internasional. Ini jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dan sama artinya dengan membuat sekolah-sekolah gladiator yang akan menghasilkan para gladiator untuk diadu ke sana kemari demi menutupi kelemahan sistem pendidikan pemerintah secara umum.Ini bisa dianggap sebagai penyalahgunaan tujuan pendidikan atau education abuse. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan siswa sebagai manusia seutuhnya dan bukan untuk menjadi gladiator di bidang ilmu pengetahuan.

Page 32: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

HENTIKAN PROGRAM SBI• Mari kita hentikan program SBI yang

konsepnya asal-asalan ini karena justru akan merugikan kualitas pendidikan kita. Program ini tidak akan mungkin berhasil meski diguyur dengan dana seberapa pun dan dalam jangka waktu berapa pun karena memang sudah SALAH DESAIN dan juga telah TERBUKTI GAGAL di negara lain. Dalam prakteknya program SBI ini juga mengkhianati rakyat kecil yang justru lebih membutuhkan pendanaan dan perhatian yang lebih besar ketimbang anak-anak cerdas kita. Anak-anak cerdas kita SELALU bisa menunjukkan kehebatan maupun kompetensinya di mana pun dan kapan pun tanpa harus dijadikan ‘gladiator’ di sekolah.

Page 33: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

APA GANTINYA?• Program SBI jelas salah konsep, tidak sesuai dengan

semangat nasionalisme, dan tidak sesuai untuk semua kalangan. Untuk itu bangsa kita hanya memerlukan SATU standar yaitu SSN (Sekolah Standar Nasional) yg bermutu tinggi dan GRATIS. Pemerintah perlu mengembangkan SSN menjadi sebuah standar pendidikan yang terbaik yang bisa dicapai oleh bangsa Indonesia yang tidak kalah mutunya dengan pendidikan di negara lainnya. Kita tidak memerlukan LABEL ‘internasional’ hanya untuk sekedar menunjukkan bahwa kita dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain

Page 34: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

USULANJika istilah ‘bertarf internasional’ tidak bisa dihapus dan

dihindari maka perlu adanya suatu REINTERPRETASI dan REFORMULASI dari rumusan sekolah bertaraf internasional yang ada selama ini. Usulan rumusan dasar tersebut adalah sbb :

“Satuan Pendidikan yang bertaraf Internasional adalah sekolah yang dapat memberikan pelayanan pendidikan berkualitas tinggi kepada siswa-siswa yang memiliki potensi akademik dan non-akademik yang sangat menonjol sehingga siswa-siswa tersebut dapat memiliki bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap pribadi serta kompetensi dan prestasi akademik dan non-akademik yang menonjol dan memiliki kemampuan untuk berkolaborasi secara internasional.”

Page 35: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

PENDIDIKAN BERTARAF INTERNASIONAL

Pelayanan pendidikan yang bertaraf internasional di sini mencakup 8 SNP dan ditambah dengan pelayanan pendidikan tambahan yang akan dapat memunculkan kompetensi terbaik dari siswa agar dapat memiliki daya saing internasional.

Ada tiga komponen penting yang mencakup pengertian ‘bertaraf internasional’ di sini, yaitu :

Pelayanan sekolah yang bermutu tinggi Input siswa yang memiliki potensi akademik dan

non-akademik yang sangat menonjol Prestasi akademik dan non-akademik di bidang

Seni, Budaya, dan Olahraga serta kemampuan untuk bekerjasama dan berkolaborasi secara internasional dengan lulusan dari mana pun.

Page 36: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SUBSTANSI DAN BUKAN KOSMETIK

Dengan konsep seperti ini maka tidak diperlukan lagi segala macam aksesori dan kosmetik yang tidak perlu pada program ini agar berbau internasional seperti : Standar ISO, Ujian Cambridge, IBO, TOEFL, Sister School, Studi Banding ke luar negeri, kelas ber AC, menggunakan laptop dan LCD, dll. Sekolah dapat memusatkan perhatiannya pada program-program dan proses pembelajaran yang benar-benar dapat merangsang siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal melalui program-program yang sudah diketahui efektifitasnya. Pendidikan harus benar-benar diarahkan pada proses dan bukan pada alat dan aksesori

Page 37: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

BUKAN HANYA AKADEMIKKonsep SBI yang lama yang hanya menonjolkan

kemampuan akademik siswa semata hendaknya direinterpretasikan ulang dan kemudian haruslah memberikan porsi yang sama besarnya kepada bakat menonjol siswa yang bersifat non-akademik seperti Seni, Budaya, dan Olahraga karena pada hakikatnya dalam kehidupan nyata bakat di bidang non-akademik dan kecerdasan-kecerdasan lain yang tercakup dalam multiple intellegencies justru sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka di dunia nyata kelak. Pengagungan kepada bakat akademik semata menunjukkan ketidakpahaman kita akan dimensi pendidikan itu sendiri yang memang tidaklah semata akademik.

Page 38: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

GUNAKAN BAHASA NASIONALUntuk itu semua bidang studi (kecuali bahasa

asing) harus diajarkan dalam bahasa Indonesia yang baku dan standar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa nasional tersebut. Dengan dihapuskannya kewajiban menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas maka guru dapat kembali memfokuskan persiapannya pada proses pembelajaran yang efektif dan tidak perlu berjibaku menggunakan bahasa Inggris yang samasekali tidak dikuasainya tersebut. Kita tidak perlu mengikuti kesalahan yang sama yang telah dilakukan oleh pemerintah Malaysia.

Page 39: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

KOMPETENSI BAHASA INGGRIS

Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bekal untuk hidup di dunia global maka pelajaran bahasa Inggris mesti ditambah porsinya baik itu jumlah jam belajarnya mau pun efektifitas pembelajarannya. Pembelajarannya juga harus lebih variatif agar dapat mendukung berkembangnya kemampuan siswa dalam 4 ketrampilan berbahasa Inggris yang mencakup : Listening, Speaking, Reading dan Writing. Berbagai program dapat sidusun untuk meningkatkan kompetensi siswa ini. Ada banyak program dari lembaga-lembaga internasional yang dapat diadopsi untuk mencapai tujuan ini.

Page 40: Hentikan Program Sekolah Bertaraf Internasional

SK. Menkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009, tertanggal 26 November 2009

TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA