18
Ustadz Abu Unaisah Syahrul Fatwa bin Lukman

Hasrat jiwa yang tercela

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hasrat jiwa yang tercela

Ustadz Abu Unaisah Syahrul Fatwa bin Lukman

Page 2: Hasrat jiwa yang tercela

• Terkadang seoran muslim teperdaya oleh ajakan jiwanya yang tercela, sehingga dengan sadar atau tidak sadar dia telah keluar dari rel syar'i.

• Bagaimanakah hakikat hasrat yang tercela tersebut? Sudahkah kita menyadari dan mawas diri terhadapnya? Temuilah jawabannya dalam pembahasan berikut ini.

Page 3: Hasrat jiwa yang tercela

• Sesungguhnya mendidik jiwa dan membersihkannya adalah perkara penting yg banyak dilalaikan oleh manusia. Hingga orang2 baik yg telah menempuh jalan hidayah, jalan dakwah, dan kebaikan pun banyak melalaikannya karena emosi dan hasrat jiwa terkadang mengalahkan ilmu yg telah dimiliki. Kalau sudah begitu maka perasaan, hasrat, dan keinginan yg jelek terkadang dituruti tanpa terasa. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi yang telah menimba ilmu dan juga bagi orang awam semuanya. Agar perasaan riya', ingin tenar, dan seabrek hasrat tercela lainnya tidak menjadi bumerang dan petaka bagi pelakunya.

• Imam Ibnul Qayyim mengatakan, "Amalan2 hati adalah pokok dari semua perkara, sedangkan amalan anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyempurnanya. Niat dalam hati ibarat roh dlm jasad, sedangkan amal perbuatan ibarat jasadnya. Apabila roh berpisah dari jasad maka akan membawa kepada kematian.Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dg niat maka amalannya sia2 belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum2 hati lebih utama daripada mengetahui hukum2 anggota badan, karena hati adalah asasnya, sedangkan anggota badan adalah cabang darinya."

Page 4: Hasrat jiwa yang tercela

• Untuk menepis hasrat jiwa yang jelek dan tercela harus dengan upaya dan usaha yang ekstra kuat. Yaitu dengan cara menanamkan niat ikhlas yang kokoh dalam diri. Ikhlas perkaranya tidak samar bagi kita, namun praktiknya begitu sulit bahkan tanpa sadar kita sendiri malah terjatuh dalam perkara yg merusak keikhlasan seperti riya'. Padahal ikhlas merupakan hakikat agama Islam, inti peribadatan seorang hamba, syarat diterimanya amal, dan dakwahnya para rasul. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

• Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah [98]: 5)

• Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. al-Mulk [67]: 2)

• Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya beliau mengatakan, "Maksudnya ialah yang paling ikhlas dan paling benar." Kemudian ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar, beliau menjawab, "Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak benar maka tidak diterima, demikian pula apabila benar tetapi tidak ikhlas maka tidak diterima pula, sampai amalan tersebut ikhlas dan benar. Orang yang ikhlas adalah yang beramal semata-mata karena Allah SWT.

Page 5: Hasrat jiwa yang tercela

• Pertama: Senang kepada pujian dan sanjungan dari manusia. • Kedua: Lari dari celaan dan cemoohan. • Ketiga: Tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia berupa harta,

kedudukan, dan lain-lain• Penyakit ini sangat berbahaya bagi seorang manusia, bahkan bisa menjadi

sebab su'ul khatimah jika keadaannya terus demikian, karena lahirnya berbeda dg apa yg ada di dlm batinnya; kita berlindung kepada Allah SWT darinya.

• "Sesungguhnya perkara ikhlas merupakan amalan hati yang paling penting dan termasuk dalam keimanan. Ikhlas sangat tinggi kedudukannya, bahkan amalan hati secara umum lebih penting dan lebih besar perkaranya daripada amalan anggota badan. Hendaknya seorang muslim tidak tertipu bahwasanya amalan ketaatan tanpa diiringi rasa ikhlas dan niat yang jujur kepada Allah tidak ada nilai dan pahalanya. Bahkan pelakunya berhak mendapat ancaman yang keras, sekalipun amalan ketaatan yang ia kerjakan amalan yang tinggi seperti sedekah dan jihad di jalan Allah dan selainnya."

Page 7: Hasrat jiwa yang tercela

• Maka engkau akan melihat orang yang seperti ini merasa senang jika ada orang yang memujinya. Jiwanya akan melayang dan merasa tinggi dengan pujian. Relung hatinya selalu terpenuhi dengan keinginan untuk mendapat pujian manusia. Dirinya selalu berusaha mencari muka di hadapan manusia walaupun harus berkorban dengan harta.Husain bin Ziyad berkata, "Setan tidak akan membiarkan manusia hingga dia mampu menipunya dari segala penjuru. Setan akan membujuknya agar mau membeberkan amalan yang ia kerjakan."

• Orang semacam ini, jika tersanjung dengan pujian dan merasa nyaman, ibaratnya berada di sebuah tepi lautan yang akan membinasakannya. Maka tidak kita ragukan lagi bahwa perbuatan tersebut termasuk bentuk riya' yang dilarang.

• "Apabila seorang hamba ikhlas se-mata2 karena Allah ,Allah akan memilih, menghidupkan hati, dan menyelamatkannya, hingga dia berpaling dari hal2 yg dapat merusak keikhlasan, berupa kejelekan dan perbuatan yang keji. Berbeda dg hati yang tidak ikhlas karena Allah sesungguhnya ia senantiasa berkeinginan, berkehendak dan kecintaan yang mutlak. Senang dg sesuatu yg menyenangkan hati, menekuni apa yg dicintai, bagaikan ranting yg tertiup angin maka ia akan condong ke arahnya. Kadang pula menariknya kepemimpinan, dan kedudukan, sebuah kalimat membuatnya ridha dan benci. Orang yg memuji memperbudaknya sekalipun dg kebatilan, ia memusuhi orang yg mencelanya sekalipun ia berada dalam kebenaran, kadang kala dinar dan dirham memperbudaknya pula atau perkara2 lain yg menjadikan hati bagaikan seorang budak, hati senang kepada-nya, maka ia pun menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah, mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah

Page 8: Hasrat jiwa yang tercela

• Faedah: Bagaimana jika mendapat pujian manusia bukan karena keinginannya?

• Apabila seorang hamba mengerjakan amalan shalih ikhlas karena Allah SWT dan ketika selesai ibadah dia pun masih ikhlas, kemudian Allah menampakkan kebaikannya berupa pujian dari manusia, hingga dia senang atas keutamaan dan karunia Allah SWTmaka hal ini bukan termasuk riya'. Allah SWT berfirman : Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus [10]: 58)

• "Ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, ada seseorang yang berbuat kebaikan kemudian manusia memujinya.' Rasulullah menjawab, 'Itu adalah berita gembira yang disegerakan bagi seorang yg beriman.‘

Page 9: Hasrat jiwa yang tercela

• Orang semacam ini selalu berhasrat untuk menceritakan amalan yang telah ia kerjakan dari kepayahan, berat dan susahnya. Sekilas, orang seperti ini cinta agama dan amalan kebajikan, padahal yang mengurat dalam hati adalah keinginan menonjolkan amalannya di depan orang lain, berhasrat untuk mendapatkan hati manusia, kedudukan yang mulia, dan pujian yang banyak.

• "Hakikat riya' adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah dan asal niatnya adalah mencari kedudukan di dalam hati manusia.“

Page 10: Hasrat jiwa yang tercela

• Engkau akan melihat bahwa orang yang seperti ini hasrat dan keinginannya adalah menonjolkan diri di hadapan ketua, mudir, atau lainnya bahwa dirinya adalah orang yang telah melakukan pekerjaan semuanya, ingin dilihat bahwa dia adalah orang yang punya ide cemerlang hingga terwujud pekerjaan. Hasrat seperti ini kadang-kadang membawanya sampai pada perbuatan mengaku-aku telah mengerjakan sesuatu padahal kenyataannya tidak seperti itu. Sangat tepat gambaran al-Qur'an akan orang semacam ini dalam firman-Nya:

• Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (QS. Ali 'Imran [3]: 188)

Page 11: Hasrat jiwa yang tercela

• Semisal dengan menampakkan badan yang kurus dan pucat, agar orang menyangkanya se-bagai ahli ijtihad dan ibadah, orang yang selalu sedih memikirkan agama dan takut akhirat. Seperti ini pula orang yang pura-pura berbicara dengan suara yang serak, mata sayup, badan seolah-olah lemas agar menunjukkan kepada manusia bahwa dia orang yang banyak puasa dan ibadah!!

• "Alangkah sedikitnya orang yang beramal ikhlas karena Allah Karena kebanyakan manusia cinta untuk menampakkan ibadahnya. Ketahuilah, meninggalkan pandangan manusia dan menghilangkan hasrat mendapat hati dari manusia dengan amalan, dan membersihkan niat serta menutup keadaan dialah orang yang terangkat kedudukannya."

Page 12: Hasrat jiwa yang tercela

• 'Ujub termasuk kotoran yang dapat merusak amalan seorang hamba, menafikan keikhlasan dan membatalkannya, mendatangkan kerendahan di sisi Allah menjauhkan seseorang dari introspeksi (mawas diri), membutakan mata hati hingga lupa terhadap aib dan kekurangan sendiri.

• "'Ujub adalah engkau merasa pada irimu ada sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain.“

• "'Ujub adalah engkau memperlihatkan ibadah dan membanggakannya di hadapan orang lain.”

• Rasulullah saw bersabda : "Ada tiga perkara yang membinasakan: kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan bangganya seorang hamba terhadap dirinya sendiri.“

• "Riya' termasuk syirik terhadap makhluk, sedangkan 'ujub termasuk syirik terhadap diri sendiri dan inilah keadaan orang yg sombong. Maka orang yg riya' tidak merealisasikan ayat Allah SWTHanya kepada-Mu aku beribadah, sedangkan orang yang 'ujub tidak merealisasikan ayat Allah SWT Hanya kepada-Mu kami meminta tolong. Maka barangsiapa yang merealisasikan ayat Hanya kepada-Mu kami beribadah akan keluar dan selamat dari riya', dan orang yang merealisasikan ayat Hanya kepada-Mu kami meminta tolong akan keluar dan selamat dari 'ujub."

Page 13: Hasrat jiwa yang tercela

• "Di antara sebagian manusia ada yang memoles ghibah (gunjingan) dalam bentuk yang indah dan beragam. Kadangkala karena alasan agama dan kebaikan ia berkata: 'Saya tidak menyebutkan orang kecuali kebaikan, saya tidak suka ghibah dan dusta, hanya saja saya mengabarkan kepada kalian keadaan yang sebenarnya, demi Allah swt ّ dia orang yang baik tetapi sayang dia begini dan begitu.' Tujuan dari hal ini tiada lain adalah memojokkannya, beralasan demi kebaikan dan agama.

• Sebagian yang lain berbuat ghibah karena hasad. Maka orang yang semacam ini telah mengumpulkan dua perkara yang sangat keji. Sebagian yang lain lagi berbuat ghibah dalam bentuk kekaguman. Semisal dia berkata: 'Saya kagum dengan dia, tetapi bagaimana mungkin dia tidak melakukan ini dan itu.' Atau ia berkata: 'Saya heran dengan dia, bagaimana bisa ia terjatuh dalam perkara semacam ini!' Melakukan ghibah dengan bentuk keheranan dan kagum, inilah penyakit hati yang paling besar dan penipuan terhadap Allah swt serta para makhluk-Nya."

Page 14: Hasrat jiwa yang tercela

• Adakalanya seseorang merendahkan diri dan mencela dirinya sendiri di hadapan orang banyak. Dengan begitu dia berharap agar manusia menilainya sebagai orang yang rendah diri sehingga terangkatlah pamornya, yang kemudian mereka memujinya. Perkara semacam ini termasuk pintu-pintu riya' yang sangat halus.

• Mutharrif bin Abdullah رحمه هللاmengatakan, "Cukuplah seseorang dikatakan memuji dirinya dengan mencela dirinya sendiri pada khalayak ramai. Seolah-olah dia menghendaki kebaikan padahal di sisi Allah merupakan kejahilan."

Page 15: Hasrat jiwa yang tercela

• Untuk menonjolkan diri, Anda akan dapati sebagian orang mengaku sebagai orang yang sibuk. Pengakuannya ini dia jadikan tameng untuk menolak tugas atau amanat—sekalipun itu hanya sebuah amalan ringan—sehingga pamornya terangkat di mata manusia, bahkan kabarnya sebagai orang sibuk tersebar di khalayak manusia.

• Orang yang semacam ini bisa jadi niatnya hanya ingin riya' atau hanya dusta belaka. Termasuk cerita yang menggelikan berkaitan dengan hal ini, diceritakan ada seorang laki2 yg melamar seorang wanita. Ketika lamaran, laki 2 tersebut berkata kepada calon istrinya: "Saya adalah orang yg sibuk dlm medan dakwah dan kegiatan lainnya, bisa jadi saya tidak punya waktu untuk memberikan sebagian hak anti sebagai istri nanti."

• Maka wanita itu pun menolak lamarannya seraya berkata, "Bisa jadi orang ini hanya dusta belaka atau orang yang riya'. Dusta karena pengakuannya atau riya' karena ingin martabatnya naik di mataku, karena bagaimana dia bisa demikian, mana dirinya (dibandingkan) dengan Rasulullah saw mana dirinya (dibandingkan) dengan para ulama yang tetap bekerja?!!"

Page 16: Hasrat jiwa yang tercela

• Saudaraku, seluruh amalanmu yang telah engkau kerjakan adalah sedikit di sisi Allah swt meski menurut pandanganmu sebesar gunung. Tanamkan dalam dirimu perasaan takut dan harap. Ingatlah ucapan Ibnu Auf "Janganlah engkau merasa percaya diri dengan banyaknya amalan karena sesungguhnya engkau tidak tahu apakah amalanmu diterima ataukah tidak. Amalanmu tidak engkau ketahui hakikatnya."

• Wahai saudaraku, jagalah amalanmu dengan keikhlasan, sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekanmu. Berbahagialah dengan kebaikan yang besar jika engkau telah berbuat ikhlas karena Allah Ta’ala semata.

• "Satu jenis amalan terkadang seorang hamba mengerjakannya dengan sempurna, ikhlas karena Allah maka Allah mengampuni dosanya sampai dosa besar sekalipun, sebagaimana hadits bithagah (kartu). Ini adalah keadaan orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan ikhlas. Karena para penduduk neraka yang mengerjakan dosa besar mereka juga mengucapkan kalimat tauhid, tetapi ucapan mereka tidak bisa mengalahkan dosa dan kejelekan mereka, berbeda dengan pemilik bithaqah yang ucapannya bisa mengalahkan amalan-amalan jelek.

• Maka amalan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan iman dan pengagungan yang ada di dalam hati."

Page 17: Hasrat jiwa yang tercela

• Ahmad bin Qudamah berkata, "Ketahuilah, bahwasanya Allah swt telah memberikan nikmat, berbuat baik dan membaguskan amalanmu, maka tidaklah layak bagi seseorang untuk bangga terhadap amalannya, tidak pula orang yg alim terhadap ilmunya, karena semua itu keutamaan dari Allah swt semata.“

• Berkata Sahabat yang mulia Zubair bin Awwam "Barangsiapa di antara kalian yang mampu merahasiakan amalannya yg shalih maka hendaklah ia mengerjakannya.“

• Umar bin Khaththab tatkala berkata, "Barangsiapa yang niatnya ikhlas di dalam kebenaran maka Allah akan cukupkan di antara manusia, dan barangsiapa yang berhias dengan apa yang tidak ia miliki, maka Allah swt akan jelekkan.“

Page 18: Hasrat jiwa yang tercela