53
GEOPOLITIK NASIONAL INDONESIA KEWARGANEGARAAN DOSEN PEMBIMBING KHAMIM, S.HI, S.H, M.H. Disusun oleh : KELOMPOK X Rusdiman 4201314044 Lutfiyah 4201314014 POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Geopolitik Nasional Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Makalah

Citation preview

Page 1: Geopolitik Nasional Indonesia

GEOPOLITIK NASIONAL INDONESIA

KEWARGANEGARAAN

DOSEN PEMBIMBING KHAMIM, S.HI, S.H, M.H.

Disusun oleh :

KELOMPOK X

Rusdiman 4201314044

Lutfiyah 4201314014

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

1A ASP

D IV Th 2013/2014

Page 2: Geopolitik Nasional Indonesia

KATA PENGANTARAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan karunia-Nya yang telah memberikan kami nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’ GEOPOLITIK NASIONAL INDONESIA‘’

Kemudian Shalawat beserta Salam tidak lupa kami panjatkan kepada Nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah KEWARGANEGARAAN di jurusan AKUNTANSI prodi ASP . Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak KHAMIM, S.HI, S.H, M.H selaku dosen pembimbing mata kuliah KEWARGANEGARAAN dan kepada segenap pihak yang telah memberikan sumber refrensi dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dalam penulisannya, baik dari materi maupun teknik penyajiannya.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapakan,

Wabillahi Taufik Walhidayah Tsummassalamu’alaikum WarahmatullahiWabarakatuh.

Pontianak, 29 Oktober 2013

i

Page 3: Geopolitik Nasional Indonesia

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Geopolitik ............................................................................................. 3

B. Geopolitik Indonesia ............................................................................................... 7

1. Wawasan Nasional ........................................................................................... 7

2. Wawasan Nusantara ......................................................................................... 7

3. Kedudukan Wasan Nusantara ........................................................................... 11

4. Wajah Wawasan Nusantara .............................................................................. 11

C. Implementasi Wawasan Nusantara ......................................................................... 12

1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila .............................. 12

2. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional ..................... 12

3. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Kewilayahan ...................................... 13

4. Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda .................................... 17

D. Geopolitik dan Hukum Kewilayahan...................................................................... 17

1. Hukum Laut dan Perkembangannya ................................................................. 17

2. Beberapa Perhatian Manusia terhadap Laut .................................................... 20

3. Hukum Dirgantara dan Perkembangan ............................................................. 21

4. Geostationery Satelite Orbit (GSO) .................................................................. 22

5. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia ................................. 22

E. Geopolitik dan Otonomi Daerah ............................................................................. 23

1. Hakikat Otonomi Daerah ................................................................................. 23

2. Undang- Undang Pelaksanaa Otonomi Daerah ................................................ 24

3. Pembagian Daerah ............................................................................................ 24

ii

Page 4: Geopolitik Nasional Indonesia

4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi .............................................. 24

5. Rencana Tata Ruang ......................................................................................... 25

6. Daerah Frontier ................................................................................................. 25

7. Pendaftaran Wilayah Maritim ( Marine Cadastre) .......................................... 26

8. Upaya Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran ......................... 26

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 28

B. SARAN & PENDAPAT.......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 5: Geopolitik Nasional Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan

hidupnya ikut dipengaruhi oleh negara-negara lain, terutama Negara-negara tetangga atau

negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Untuk itulah diperlukan satu sistem

perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan diatas

permukaan bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan Geopolitik yang mutlak dimiliki dan

diterapkan oleh setiap Negara di sekitanya tak terkecuali Indonesia. Indonesia pun harus

memiliki sistem Geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi kepulauannya yang unik

dan letak geografis negara Indonesia diatas permukaan planet bumi.

Geopolitik Indonesia tiada lain adalah wawasan nusantara. Wawasan nusantara tidak

mengandung unsur-unsur kekerasan, cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan

lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi pancasila dan UUD 1945 yang

merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat serta

menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaanya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan

nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara

bertindak, berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses

psikologis.

Konsep Wawasan Bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada

akhir abad XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai Geopolitik, yang pada mulanya

membahas geografi dari segi politik negara (State). Selanjutnya berkembang konsep politik

dalam arti distribusi kekuatan pada hamparan geografi negara, sehingga tidaklah berlebihan

bahwa geopolitik sebagai ilmu “baru” dicurigai sebagai upaya pembenaran pada kosepsi

ruang (Sunardi. 2004 : 157). Oleh karena itu dalam membahas masalah Wawasan Nasional

bangsa, disamping membahas sejarah terjadinya konsep Wawasan Nasional akan dibahas pula

teori Geopolitik dan Implementasinya pada negara kita.

1

Page 6: Geopolitik Nasional Indonesia

B. Rumusan Masaalah

1. Apa pengertian Geopolitik itu sendiri ?

2. Bagaimanakah kedudukan Wawasan Nusantara sebagai Landasan Geopolitik

Indonesia ?

3. Bagaimanakah Penerepan Wawasan Nusantara di Indonesia ?

4. Bagaimana Hukum Kewilayahan di Indonesia ?

5. Apa hubungan Geopolitik dengan Otonomi Daerah ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Geopolitik itu sendiri.

2. Untuk mengetahui kedudukan Wawasan Nusantara sebagai Landasan Geopolitik

Indonesia.

3. Untuk mengetahui Penerapan Wawasan Nusantara di Indonesia.

4. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Kewilayahan di Indonesia.

5. Untuk mengetahui hubungan Geopolitik dan Otonomi Daerah di Indonesia.

2

Page 7: Geopolitik Nasional Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Geopolitik

Kata geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi dan “Politik”

berasal dari bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara)

dan teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian

asas (prinsip), keadaan, cara, danalat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan

tertentu. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan

umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,

jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.

Secara umum Geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai

diri, lingkungan, yang berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Berikut beberapa pendapat dari pakar-pakar Geopolitik Dunia :

1. Pandangan Ajaran Frederich R (1844-1904)

Pada abad ke-19 Frederich Ratzel merumuskan untuk pertama kalinya Ilmu Bumi Politik

sebagai hasil penelitiannyayang ilmiah dan universal.Pokok-pokok ajaran Frederich Ratzel

adalah:

Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan

pertumbuhan organism yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir,

tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut dan mati.

Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik

dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut,makin besar

kemungkinan kelompok politik itu tumbuh.

Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas

dari hukum alam.Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup

terus dan langgeng.

Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan

sumber daya alam. Apabila wilayah hidup tidak mendukung bangsa tersebut

akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya

(ekspansi).

3

Page 8: Geopolitik Nasional Indonesia

Hal ini melegitimasikan hukum ekspansi yaitu perkembangan atau dinamika budaya

dalam bentuk gagasan,kegiatan(ekonomi,perdagangan, perindustrian) harus diimbangi oleh

pemekaran wilayah,batas-batas suatu Negara pada hakikatnya bersifat sementara. Apabila

ruang hidup Negara sudah tidak dapat memenuhi keperluan, ruang itu dapat diperluas dengan

mengubah batas-batas Negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang.

Ilmu bumi politik berdasarkan aaran Ratzel tersebut justru menimbulkan dua aliran, dimana

yang satu berfokus pada kekuatan di darat, sementara yang lainnya berfokus pada kekuatan di

laut. Ratzel melihat adanya persaingan antara kedua aliran itu,sehingga ia mengemukakan

pemikiran yang baru,yaitu dasar-dasar suprastruktur geopolitik kekuatan total/ menyeluruh

suatu negara harus mampu mewadahi pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya.

Pemikiran Ratzel menyatakan bahwa ada kaitan antara struktur atau kekuatan politik serta

geografi dan tuntutan perkembangan atau pertumbuhan Negara yang dianalogikan dengan

organisme.

2. Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen (1864-1922)

Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen menegaskan

bahwa Negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai “prinsip dasar”. Pokok ajaran

Kjellen adalah :

Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup yang memiliki

intelektual. Negara di mungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luas agar

kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.

Negara merupakan suatu system politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang

geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik dan politik memerintah.

Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus mampu

berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk

meningkatkan kekuatan nasionalnya: ke dalam, untuk memperoleh batas-batas

Negara yang lebih baik. Sementara itu, kekuasaan imperium kontinental dapat

mengontrol kekuatan di laut.

3. Pandangan Ajaran Karl Haushofer (1869-1946)

Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang meramalkan bahwa Jepang

akan menjadi negara yang jaya di dunia. Untuk men-jadi jaya bangsa harus mampu benua-

4

Page 9: Geopolitik Nasional Indonesia

benua di dunia. Ia berpen-dapat bahwa pada hakikatnya dapat dibagai atas empat kawasan

benua (Pan Region) dan dipimpin oleh negara unggul. Teori Ruang dan Kekuatan, merupakan

hasil penelitiannya serta dikenal pula sebagai Teori Pan Regional :

1.) Lebensraum (ruang hidup) yang “cukup”

2.) Autarki (swasembada).

3.) Dunia dibagi 4(empat) Pan Region, tiap region dipimpin satu bangsa (nasion)

yang unggul. Pan region : Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, Pan

Eropa Afrika. Dari pemba-gian daerah inilah kita dapat segera tahu percaturan

politik masa lalu dan masa depan.

Pengaruh Haushofer menjelang Perang Dunia II sangat besar di Jerman maupun di

Jepang. Semboyan Macht und Erde di Jerman serta doktrin Fukoku Kyohei melandasi

pembangunan kekuatan angkatan perang kedua negara menjelang Perang Dunia II.

Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut: Geopolitik adalah doktrin

Negara yang menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan tekanan-

tekanan kekuasaan dan social yang rasial mengharuskan pembagian baru kekayaan alam di

dunia. Pokok-pokok teori Karl Haushofer pada dasarnya menganut teori Rudolf Kjellen dan

bersifat ekspansif.

4. Pandangan Ajaran Sir Halford Mackinder (1861-1947)

Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut “konsep kekuatan” dan mencetuskan

wawasan benua, yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan barang siapa dapat

menguasai “Daerah Jantung” yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) ia akan dapat menguasai “Pulau

Dunia” yaitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya barang siapa dapat menguasai pulau dunia

akhirnya dapat menguasai dunia.

5. Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred Thyer Mahan

(1840-1914)

Kedua ahli ini mempunyai gagasan “Wawasan Bahari” yaitu kekuatan di lautan.

Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”.

Menguasai perdagangan berarti menguasai “Kekayaan Dunia” sehingga pada akhirnya

menguasai dunia.

5

Page 10: Geopolitik Nasional Indonesia

Teori Kekuatan Maritim yang dicanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan

kebangkitan armada Inggris dan Belanda yang ditandai de-ngan kemajuan teknologi

perkapalan dan pelabuhan serta semangat perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan

sutera di Timur (Simbolon.1995 : 425). Pada masa ini pula lahir tentang pemikiran hukum

laut internasional yang berlaku sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui

SU PBB).

1.) Sir W. Raleigh : Siapa yang kuasai laut akan menguasai perda-gangan

dunia/kekayaan dunia dan akhirnya menguasai dunia, oleh karena itu harus

memiliki armada laut yang kuat. Sebagai tindak lanjut maka Inggris berusaha

menguasai pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya.

2.) Alfred T. Mahan : Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat di

laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya.

Menurut Mahan disamping hal tersebut juga perlu diperhatikan juga, masalah akses

ke laut, dan jumlah penduduk karena faktor ini juga akan memungkinkan

kemampuan industri untuk kemandiran suatu bangsa dan negara.

6. Pandangan Ajaran W.Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederik

Charles Fuller (1869-1936)

Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang paling

menentukan. Mereka melahirkan teori “Wawasan Dirgantara” yaitu konsep kekuatan di

udara. Kekuatan di udara hendaknya mempunyai daya yang dapat diandalkan untuk

menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan menghancurkannya

dikandangnya sendiri agar lawan tidak mampu lagi menyerang.

7. Pandangan Ajaran Nicholas J. Spykman (1893-1943)

Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan teori Daerah Batas (Rimland) yaitu

teori wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat, laut dan udara. Dalam

pelaksanaanya, teori ini disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu negara.

Dalam teorinya tersirat :

1.) Dunia menurutnya terbagi 4 yaitu daerah Jantung (Heartland), Bulan Sabit Dalam

(Rimland), Bulan Sabit Luar dan Dunia Baru (Benua Amerika).

2.) Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk ku-asai dunia.

6

Page 11: Geopolitik Nasional Indonesia

3.) Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar penga-ruhnya dalam

percaturan politik dunia daripada daerah jantung.

4.) Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.

B. Geopolitik Indonesia

Cara pandang suatu bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya

menghasilkan wawasan nasional. Wawasan Nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau

visi bangsa dalam menuju tuannya. Namun tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional

Inggris adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki wawasan nasional yang berbunyi”

Britain rules the waves”. Ini berarti tanah inggris  bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga

lautnya. Adapun bangsa Indonesia memiliki wawasan nasional yaitu  wawasan nusantara.

1. Wawasan Nasional

Wawasan dari kata wawas yang berarti meninjau, memandang, mengamati. Dengan

demikian wawasan dapat diartikan konsepsi cara pandang (KBBI, 2002 : 1271). Pada awal era

reformasi menjadi kurang populer, sehingga para politisipun enggan menggunakan istilah ini

(tidak lagi tersurat dalam GBHN 1999 sebagai wawasan bangsa).

Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa tinggal dalam suatu wilayah yang

diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa

akan terkait pula masalah : sejarah diri dan budaya, falsafah hidup serta tempat tinggal dan

lingkungannya. Dari ketiga aspek tercetus aspirasi bangsa yang kemu-dian dituangkan dalam

perjanjian tertulis konstitusi maupun tidak tertulis namun tetap menjadi catatan hidup

motivasi yang semuanya dituangkan menjadi ajaran doktrin dasar untuk membangun negara

yang berupa wawasan nasional.

2. Wawasan Nusantara

Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang secara umum

didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka,

dan lingkungan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

7

Page 12: Geopolitik Nasional Indonesia

a. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara

Latar belakang yang mempengaruhi tumbuhnya konsespi wawasan nusanatara adalah

sebagai berikut :

1.) Aspek Historis

Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu

dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :

Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah,

kehidupan sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan,

kemiskinan dan kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri

bangsa Indonesia. Politik Devide et impera. Dengan adanya politik ini orang-

orang Indonesia justru melawan bangsanya sendiri. Dalam setiap perjuangan

melawan penjajah selalu ada pahlawan, tetapi juga ada pengkhianat bangsa.

Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis  wilayah

Indonesia adalah wialayah bekas jajahan Belanda . Wilayah Hindia Belanda ini

masih terpisah-pisah berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut

territorial Hindia Belanda adalah sejauh 3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi

tersebut , laut atau perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan

bebas dan berlaku sebagai perairan internasional. Sebagai bangsa yang

terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas merupakan kerugian besar bagi

bangsa Indonesia.Keadaan tersebut tidak mendudkung kita  dalam

mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.Untuk bisa keluar

dari keadaan tersebut kita membutuhkan semangat kebangsaan yang

melahirkan visi bangsa yang bersatu.

Upaya untuk mewujudkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh 

tidak lagi terpisah  baru terjadi 12 tahun kemudian setelah Indonesia merdeka

yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan pernyataan yang

selanjutnya disebut sebagai  Deklarasi Djuanda pada  13 Desember 1957. Isi

pokok dari deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut territorial Indonesia tidak

lagi sejauh 3 mili melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam

Ordonansi 1939. Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun

1960 tenatang perairan Indonesia yang berisi :

8

Page 13: Geopolitik Nasional Indonesia

a.) Perairan Indonesia adalah laut  wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia.

b.) Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut.c.) Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada

sisi dalam dari garis dasar.

2.) Aspek Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan Sosial Budaya,  Indonesia meruapakan negara bangsa dengan

wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan dan

heterogenitas menjadikan bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu

dan utuh .

Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :

Indonesia bercirikam negara kepulauan atau maritim

Indonesia terletak anata dua benua dan dua sameudera(posisi silang)

Indonesia terletak pada garis khatulistiwa

Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim

Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkumpasifik dan

Mediterania

Wilayah subur dan dapat dihuni

Kaya akan flora dan fauna dan sumberdaya alam

Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam

Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868 juta jiwa

3.) Aspek Geopolitik dan Kepentingan Nasional

Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia  memanndang wikayahnya sebagai ruang

hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai

ruang hidup (lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan

menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan utuh. Kepentingan

nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi

nasional

Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan

penekanan bahwa wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh

laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero

9

Page 14: Geopolitik Nasional Indonesia

khatulistiwa. Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang

memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut)

termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan,

yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang

kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi

pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV

tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara

kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.

b. Peranan Wawasan Nusantara

Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dikembangkan peranannya untuk :

1.) Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras,

segenap aspek kehidupan nasional.

2.) Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-nya.

Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan

ketergantungan antara bangsa dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu

pemanfaatan lingkungan harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan

menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan bangsa

itu sendiri.

3.) Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.

Ke-pentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila satu

bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel dengan kepentingan

nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu akan mu-dah terjalin hubungan

persahabatan.

4.) Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

c. Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-

rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan bagi

penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.

10

Page 15: Geopolitik Nasional Indonesia

d. Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek

kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan nasional dari pada

kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut bukan

berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, suku bangsa,atau

daerah.

3. Kedudukan Wawasan Nusantara

Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan perilaku

bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama, bahasa,

dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan pancasila

dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi atau status wawasan nusantara menempati urutan

ketiga setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia adalah :

1.) Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara

2.) UUD 1945 sebagai konstitusi negara

3.) Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia

4.) Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia

5.) Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam

pembangunan nasional.

4. Wajah Wawasan Nusantara

Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia hanya satu, tetapi wajah

itu memiliki beberapa roman muka dan tiap roman muka berbeda satu dengan yang lain

sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Dalam hubungan itu dapat dikatakan bahwa geopolitik Indonesia hanya satu yaitu

Wawasan Nusantara (Wasantara). Tetapi wajahnya lebih dari satu yaitu ada 4 wajah

meliputi :

1. Wajah Wasantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi Ketahanan

Nasional.

2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.

3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.

4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.

11

Page 16: Geopolitik Nasional Indonesia

C. Implementasi Wawasan Nusantara

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir,

pola sikap, dan pola tindak yangsenantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan nusantara menjadi

pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi

berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara.

Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan

wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut :

1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila

Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang

sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan

bangsa Indonesia sejak awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik

Indonesia sampai sekarang. Dengan demikian wawasan nusantara menjadi pedoman

bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin

kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban

dan perdamaian dunia.

2. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional

Menurut UUD 1945, MPR wajib membuat GBHN. GBHN masa Orba

menegaskan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pem-bangunan nasional

adalah Wawasan Nusantara, yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan

UUD’45. Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia

mengenai diri dan ling-kungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan

bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang mencakup :

a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik

Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban

dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif.

Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan

iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak

12

Page 17: Geopolitik Nasional Indonesia

dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun

sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.

b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi

Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan

menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan

peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di

samping itu, implementasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung jawab

pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar

daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya

Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan

menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan

sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan

menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa

membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan,serta golongan

berdasarkan status sosialnya.

d. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan

Keamanan

Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan

keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih

lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.

Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi

modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia

dalam menghadapi setiap bentuk ancaman.

3. Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan

Sebagai faktor eksistensi suatu negara wilayah nasional perlu ditentukan

batas-batasnya agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Oleh karena itu

pada umumnya batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan dalam konstitusi

negara (baik tertulis maupun tidak tertulis). Namun UUD’45 tidak memuat secara

jelas ketentuan wilayah negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan maupun

dalam pasal-pasalnya menyebut wilayah/daerah yaitu :

13

Page 18: Geopolitik Nasional Indonesia

1. Pada Pembukaan UUD’45, alinea IV disebutkan “…..seluruh tumpah darah

Indonesia…..”

2. Pasal 18, UUD’45 : “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan

kecil ……………”

Untuk dapat memahami manakah yang dimaksudkan dengan wilayah atau

tumpah darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba-hasan-pembahasan yang

terjadi pada sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI), pada bulan Mei – Juni1945, yang ditetapkan oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indone-sia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan

tanggal 17 Agustus 1945, adalah bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam

Jakarta yang dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI

bulan Mei – Juni 1945, telah dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka

yang lebih populer disebut tanah air atau juga “Tumpah Darah” Indonesia.

Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat : Dr. Supomo, SH dan

Muh. Yamin, SH pada tanggal 31 Mei 1945 serta Ir. Sukarno tanggal 1 Juni 1945.

1.) Supomo mennyatakan :

“Tentang syarat mutlak lain-lainya, pertama tentang daerah, saya mufakat dengan

pendapat yang menga-takan : pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi batas

Hindia Belanda…” (Setneg RI, tt : 25)

2.) Muh Yamin menghendaki :

“….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil,

Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan semenanjung Malaya, Timor dan Papua.

….Daerah kedaulatan Negara Republik Indonesia ialah daerah yang delapan yang

menjadi wilayah pusaka bangsa Indonesia”. (Setneg RI, tt : 49)

3.) Sukarno dalam pidatonya :

“ ….. Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dipisahkan rakyat dari

bumi yang ada di bawah kakinya. … Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu adalah

satu kesatuan. Allah SWT membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita

14

Page 19: Geopolitik Nasional Indonesia

melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan dimana “kesatuan-ke-satuan” disitu.

Seorang anak kecilpun, jikalau ia meli-hat dunia, ia dapat menunjukkan bahwa

kepulauan In-donesia merupakan satu kesatuan. ….” (Setneg RI, tt : 66)

Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah

Hindia Belanda. Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan

PPKI tentang UUD 1945, ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak

dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh ketua PPKI Ir. Sukarno bahwa : dalam UUD

yang modern, daerah (wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI, tt : 347).

Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah bahwa wilayah atau tanah

air atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas Wilayah Hindia Belanda.

Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan

kepentingan nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas

wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan

hak bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud geomorfologi

Indonesia berdasarkan Pancasila dalam arti persatuan dan kesatuan menuntut suatu

konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta udara angkasa

diatasnya, sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar inilah laut bukan lagi sebagai

alat pemisah wilayah.

Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada

Aturan peralihan UUD 45, pasal II “Segala badan negara dan peraturan yang ada

masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang

dasar ini” yang memberlakukan undang-undang sebelumnya. Pemerintah Hindia

Belanda telah menge-luarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat

dalam Ordomantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26 Agustus 1939 yang

dimuat dalam Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang “Territoriale Zee en Maritieme

Kringen Ordonantie”. Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut

wilayah sepanjang 3 mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasar garis air

pasang surut, yang dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian

itu mempunyai konsekwensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan

bagian wilayah negara Republik Indonesia mempunyai laut teritorial sendiri-sendiri.

15

Page 20: Geopolitik Nasional Indonesia

Sedangkan disisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut teritorial

dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang menjadi bagian

wilayah negara Republik Indonesia “dipi-sahkan” oleh adanya kantong-kantong laut

yang berstatus sebagai laut bebas yang berada diluar yuridiksi nasional kita. Dengan

demikian dalam kantong-kantong laut nasional tidak berlaku hukum nasional.

Berdasar itulah pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan pengumuman

Pemerintah Republik Indonesia tentang wilayah perairan Negara Republik Indonesia

yang dikenal sebagai “Deklarasi Juanda” Ir. Juanda pada periode itu sebagai Perdana

Menteri Republik Indonesia yang pada hakekatnya melakukan perubahan terhadap

ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) no. 422 tahun 1939 sebagai

berikut :

a.) Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut

(low water line), tetapi didasarkan pada sistem pe-narikan garis lurus (straight

base line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang

terluar dari pada pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk kedalam wilayah

negara Republik Indonesia (= point to point theory).

b.) Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut. Deklarasi

Juanda pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas

nusantara. Didalam deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa

Indonesia ialah keutuhan wilayah negara di lautan.

Deklarasi ini selanjutnya diakomodasikan dalam rangkaian peraturan perundang-

undangan, sebagai berikut :

1.) Undang-undang no. 4 PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Dalam UU

ini diberikan penjelasan dan kejelasan tentang :

a.) Alasan atau argumentasi perlunya meninjau kembali peraturan tentang

penentuan batas laut wilayah.

b.) Makna dan pengertian : perairan Indonesia, laut wilayah Indo-nesia,

perairan pedalaman Indonesia.

2.) Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1960 tentang lalu-lintas laut damai perairan

Indonesia. Peraturan ini menentukan aturan-aturan, antara lain tentang : lalu

lintas laut damai kendaraan air asing di perairan pedalaman, pengertian dan

16

Page 21: Geopolitik Nasional Indonesia

makna lalu lintas damai kendaraan asing, bentuk dan luas kedaulatan wilayah

Nusantara sejak “Deklarasi Juanda 1957”.

4. Tantangan Bangsa Indonesia Akibat Deklarasi Juanda

Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal negara kita menjadi

utuh tidak terpecah lagi. Hal ini menimbulkan reaksi bebe-rapa negara yang beragam

dan dapat dikatagorikan menjadi 4 (Kusuma-atmaja, 2002 : 26)

1.) Negara-negara ASEAN termasuk Australia dan kini Timor Leste.

2.) Negara-negara yang berepentingan terhadap usaha perikanan laut.

3.) Negara-negara maritim yang memiliki armada angkutan niaga besar.

4.) Negara maritim besar terutama negara adidaya dalam rangka memcapai global

strataegi.

Tidak kalah penting adalah tantangan ke dalam yakni : mema-hami makna

negara kepulauan, makna “benua maritim” (Zen, 2005), menghilangkan faham

bahwa batas wilayah tidak lagi berdasarkan garis pantai atau “contour/coastline”

base, tetapi atas dasar base line.

D. Geopolitik dan Hukum Kewilayahan

Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan mannusia

memanfaatkan wilayah laut dan dirgantara.Bertambahnya jumlah penduduk,harus di imbangi

dengan kenaikan produksi, khususnya dari sumber kekayaan laut dan kini manusia berupaya

memanfaatkan wilayah dirgantara.Bagi bangsa Indonesia wilayah laut dan dirgantaraa untuk

menjamin keutuhan wilayah merupakan sarana penghubungan dan transportasi serta salah

satu sumber penghidupan. Sudah barang tentu bagi pertahanan untuk pengamanan militer

dalam artian Military Security.

1. Hukum Laut dan PerkembangannyaPerkembangan sejarah hukum laut tidak terlepas dari kemajuan teknologi maritim

perkapalan dan perlabuhan belanda dan inggris,serta orientasi komoditi perdagangan

dunia.Setelah perang salib sampai bagian akhir zaman pencerahan,laut praktis hanya milik

Spanyol dan Portugal sehingga ada pembagian wilayah yuridiksi dari kedua negara tersebut.

17

Page 22: Geopolitik Nasional Indonesia

Hukum laut banyak di tentukan oleh polemik bangsa Belanda dan Inggris karena pada

bagian akhir zaman pencerahan,teknologi maritime Belanda dan Inggris melampau spanyol

dan portugal. Oleh karena itu hukum laut banyak ditentukan oleh polemik bangsa Belanda dan

Inggris.

Namun sebelum membahas polemik yang menghasilkan regim hukum laut, ada

baiknya kita bahas lebih dahulu hakekat laut. Hakekat laut adalah :

1.) Bebas, merdeka dan bergerak serta relatif tetap dan tidak mudah dirusak.

2.) Datar dan terbuka, tidak dapat dipakai sembunyi.

3.) Tidak dapat dikuasai secara mutlak (tidak dapat dikapling, sulit diberi tanda).

4.) Media macam-macam alat angkut, terutama yang bervolume besar.

Dari hakekat tersebut timbul falsafah hukum laut yang berbuntut pada perebutan wilayah laut,

yakni :

1.) Res Nullius : Laut tidak ada yang memiliki, oleh karenanya dapat diambil dan dimiliki

masing-masing negara.

2.) Res Communis : Laut milik masyarakat dunia, oleh karena itu tidak dapat

diambil/dimiliki oleh masing-masing negara.

Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang lebih

“primitif”. Oleh karena itu para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling berpolemik

mengeluarkan argumentasi ten-tang hak atas laut.

1.) Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda membe-rikan teori “Mare

Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat dikuasai suatu negara dengan jalan “okupasi”

(menduduki), oleh karena itu laut menjadi bebas.

2.) John Selden, seorang Inggris seorang ahli hukum Inggris pada tahun 1635 menulis

tentang hukum laut dengan judul, “Mare Clausum” (hak kuasai laut), sebagai jawaban

atas teori Grotius. Setiap negara dapat menguasai laut.

Sebagai koreksi atas tulisan tersebut diatas, Grotius membuat argumen bahwa, laut

wilayah dapat dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya milik negara

pantai. Selanjutnya Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi kapal-kapal dengan

alasan untuk membeli suplai segar dari negara pantai.

18

Page 23: Geopolitik Nasional Indonesia

Cornelis Bijenkershoek (seorang Belanda), berpendapat bahwa laut wilayah adalah 3

mil laut dari pantai pada saat pasang surut. Ar-gumentasi ini didasari bahwa jangkauan

meriam + 3 mil. Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994 yaitu dengan adanya pengesahan

melalui Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut dari United Nations Convention

on the Law of the Sea dikenal UNCLOS 1982 berdasarkan persetujuan 118 negara di

Montego Bay, Jamaica tahun 1982.

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Dekla-rasi tanggal 13

Desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari

Garis Pangkal/Garis Dasar (Base Line) atas dasar “Point to point theory”. Dengan demikian

laut antar pu-lau menjadi Perairan Pedalaman (internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan

laut pedalaman dikenalkan sebagai laut Nusantara.

Sebagai akibat konvensi hukum laut timbul bermacam tipe per-airan, hal ini tidak

terlepas karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah

yang menyangkut hukum laut :

1.) Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea) : wilayah laut yang le-barnya tidak

melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis

yang menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar.

2.) Perairan Pedalaman (Internal waters) : wilayah laut sebelah dalam dari

da-ratan/sebelah dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.

3.) Zona Tambahan (Contiguous Zone) : wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh melebihi

12 mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk melakukan

pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.

4.) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone) : wilayah laut yang tidak

melebihi 200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk

keperluan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan

hayati perairan.

5.) Landas Kontinen (Continental Shelf) : wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut

dan tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan

alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100

mil dari kedalaman 2.500 m.

6.) Laut Lepas (High Seas) dikenal pula sebagai laut bebas/laut Inter-nasional : Wilayah

laut > 200 mil dari Garis Pangkal.

19

Page 24: Geopolitik Nasional Indonesia

Dengan adanya ketentuan di atas negara lain menuntut beberapa hak yang sebenarnya adalah

jaminan dari negara kepulauan :

1.) Lintas : berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar

perairan pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan.

2.) Lintas Damai : bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjang tidak

merugikan kedamaian, ketertiban, atau keamananan negara yang bersangkutan.

3.) Lintas Transit : bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan untuk pelayaran

internasional antara laut lepas/ZEE yang satu dan laut lepas/ZEE yang lain.

4.) Alur Laut Kepulauan :

a.) Alur yang ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur

penerbangan diatasnya yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat

terbang asing.

b.) Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta, kapal dan pesawat

terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dari garis sumbu

5.) Laut Lepas :

a.) Semua bagian laut yang tak termasuk laut territorial, perairan pedalaman maupun

ZEE.

b.) Laut terbuka untuk semua negara baik berpantai maupun tidak berpantai.

c.) Dalam laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang, riset ilmiah dan

menangkap ikan.

2. Beberapa Perhatian Manusia terhadap Laut

a. Laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat.

b. Perlu pengaturan bersama pemanfaatan laut dan lingkungan untuk bangsa-

bangsa.

c. Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia dalam

memanfaatkan laut.

d. Bertambahnya jumlah penduduk harus di imbangi dengan kenaikan

produksi,khususnya dari sumber kekayaan laut.

e. Bagi bangsa indonesia laut untuk menjamin integrasi,sarana penghubungan dan

transportasi,serta menjadi salah satu penghidupan,di tinjau dari segi militer

merupakan wahana pertahanan.

20

Page 25: Geopolitik Nasional Indonesia

3. Hukum Dirgantara dan Perkembangannya

Ruang dirgantara dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ruang Udara dan Ruang

Antariksa. Ruang udara berada di atas suatu wilayah Negara dikatagorikan sebagai ruang

Udara Nasional atau wilayah kedaulatan Negara kolong, yang pemanfaatannya dikendalikan

oleh Negara tersebut. Adapun Ruang Antariksa pe-manfaatannya diken-dalikan secara

internasional dan tidak boleh dijadikan subyek negara kolong.

Beberapa teori yang menjadi polemik para hukum adalah :

a. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory).

Bahwa ruang udara be-bas, dapat digunakan siapa saja, timbul perbedaan

persepsi : kebebasan udara tanpa ba-tas dan kebebasan udara terbatas.

b. Teori Negara Berdaulat di Udara (Air Sovereignty Theory).

Bahwa Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas keatas, timbul perbedaan

persepsi : kedaulatan negara kolong dibatasi oleh ketinggian ter-tentu, negara kolong

berda-ulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai.

c. Masalah Ketinggian.

Sampai kini masih belum ada kesepakatan (1910) ditentukan + 500 km. Teori

Penguasaan Cooper, bahwa batas ketinggian ditentukan kemampuan teknologi

masing-masing negara. Sedangkan Teori Udara Schacter, bahwa ketinggian s/d 30 km

atau s/d balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan diterbangkan.

d. Batas Wilayah Udara.

Cara menentukan wilayah udara ada perbe-daan yaitu : apabila ditarik garis

tegak lurus dari permukaan bumi keatas, luas daratan dan lautan = luas udara, ada

daerah yang lowong dan dapat menimbulkan masalah. Disepakati menarik garis dari

“pusat bumi” sampai batas ruang angkasa/antariksa membentuk kerucut terbalik. Oleh

karenanya luas daerah udara lebih luas dari-pada luas daratan dan lautan.

e. Perjanjian Ruang Antariksa (Space Treaty) 1967 menyepakati :

Penggunaan damai bagi antariksa. Antarariksa dan benda-bendanya menjadi

wilayah internasional. Namun dalam perjanjian ini juga berlaku pemanfaatan ruang

antariksa berdasarkan “first come, first serve” yang merugikan negara sedang

berkembang. Indonesia memi-liki ruang dirgantara yang luas, apalagi di bawah

Khatulistiwa yang memiliki jalur GSO. Sementara batas ruang udara dan ruang anta-

riksa ditetapkan 100/110 km.

21

Page 26: Geopolitik Nasional Indonesia

Seperti halnya dengan hukum laut Indonesia juga menuntut perla-kuan yang sama

seperti hukum laut. Dalam hal ini Indonesia menuntut berlakunya kedaulatan Negara kolong

terhadap ruang Dirgantara. Paling sedikit tujuan yang ingin dicapai ialah ruang udara

Indonesia sebagai wilayah udara (air souverignty) nasional dan ruang antariksa Indonesia

sebagai wilayah kepentingan (air juridiction) yang diperlakukan serupa dengan ZEE atau

landas kontinen, yang meliputi pemanfaatan wilayah Geo-stationary Satelite Orbit (GSO),

Medium Earth Orbit (MEO), Low Earth Orbit (LEO).

4. Geostationary Satellite Orbit (GSO)

Geostationary Satelit Orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cincin terletak pada

enam radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk menempatkan satelit komunikasi

agar satelit tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi. Ketinggian

GSO + 36.000 km di atas permukaan bumi. Tiga keunikannya :

1.) GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa.

2.) Ukuran terbatas : tebal + 30 km dan lebar 150 km.

3.) Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timur dengan masa

orbit + 24 jam (23 jam, 56 menit, 4 detik).

Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5 %

keliling GSO. GSO menjadi Sumber daya alam terbatas.

5. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia

a. Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang)

Dasar : Ordonansi Laut Teritur dan Lingkungan Maritim no 442/1939

(Territoriale Zee en Maritiem Kringen Ordonantie no. 442/1939)

Ukuran : 3 mil dari garis pantai pada saat pasang surut (low water)

Luas Wilayah : + 2 juta km2

b. Setelah Proklamasi s/d 13 Desember 1957

Dasar : Ketentuan Peralihan UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, tetap

berlaku Ordonansi no 442/1939.

c. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 13 Desember 1957 (Deklarasi Juanda)

Dasar : Pengumuman Pemerintah RI tanggal 13 Desember 1957

PEPERPU no 4/1960 tentang Perairan Indonesia

22

Page 27: Geopolitik Nasional Indonesia

Ukuran : 12 mil dari garis pangkal (point to point theory)

Luas Wilayah : bertambah + 3,9 juta km2, menjadi 5,9 juta km2

d. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 17 Februari 1969 (Landas Kontingen)

Dasar : Deklarasi Pemerintah RI tanggal 17 Februari 1969

UU no 1/1973 tentang Landas Kontingen

Luas Wilayah : Bertambah + 0,8 juta km2, menjadi + 6,7 juta km2

e. Pengumuman Pemerintah R.I. tahun 1980 (Zona Ekonomi Eksklusif)

Dasar : Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif

UU no 5/1983 tentang Zone Ekonomi Ekslusif (Pembenahan Kekayaan Alam

dan Potensi Alam)

Luas Wilayah : Bertambah + 2,5 juta km2, menjadi + 9,2 juta km2

E. Geopolitik dan Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom

adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam NKRI.

1. Hakikat Otonomi Daerah

a. Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri sesuai

kebutuhan daerah masing-masing.

b. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Beberapa istilah yang berhubungan erat dengan otonomi daerah, sebagai berikut:

1.) Pemerintahan Pusat

2.) Desentralisasi

3.) Pemerintah Daerah

4.) Dekonsentralisasi

5.) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

6.) Tugas pembantuan

7.) Daerah Otonom

8.) Peraturan Daerah.

23

Page 28: Geopolitik Nasional Indonesia

2. Undang-Undang Pelaksanaan Otonomi Daerah

1.) Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonomi.

2.) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3.) Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Pembagian Daerah

Wilayah NKRI di bagi atas daerah provinsi,lalu di bagi atas kabupaten dan kota

masing-masing mempunyai pemerintah daerah.Pemmerintah provinsi yang berbatasan dengan

laut memiliki kewenangan laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai ke arah laut lepas

dan ke arah perairan kepulauan.

Globalisasi yang menyebabkaan adanya Global Parados jangan sampai menyemangati

pemekaran wilayah atas dasar pendekatan kebudayaan sehingga menimbulkan benturan

budaya yang berakibat pecahnya negara nasional.Oleh sebab itu,perlu adanya perhatian

khusus pada wilayah yang di lalui alur laut Kepulauan Riau,Kalimantan Barat,Banten,Bangka

Belitung,Sulawesi Tengah,Sulawesi Barat,serta Maluku dan Maluku Utara yang beberapa saat

lalu hingga kini tetap bergejolak.

4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi

Untuk mendukung jalannya pemerintahan di daerah diperlukan dana, namun tidak

semua daerah mampu mendanai sendiri jalannya roda pemerintahan. Oleh karenanya

Pemerintah harus mampu membagi adil dan merata hasil potensi masyarakat. Agar adil dan

merata diperlukan aturan yang baku. Dari ketentuan tersebut dikeluarkan beberapa istilah

tentang dana untuk keperluan pembinaan wilayah :

1.) Pendapatan asli daerah

2.) Dana Perimbangan Daerah

3.) Pinjaman Daerah,baik dari dalam negeri maupun luar negeri

4.) Lain-lain penerimaan yang sah termasuk dana darurat,berasal dari pinjaman

APBN

24

Page 29: Geopolitik Nasional Indonesia

5. Daerah Frontier

Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling tergantung, baik dengan

manusia maupun alam sehingga terjadi sim-biose. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan

masyarakat negara jiran menjadi saling pengaruh mempengaruhi. Sebagai akibatnya terjadi

pergeseran batas negara secara imajiner.

Daerah Frontier terjadi karena:

1.) Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidup

2.) Dorongan Sosial Budaya, berupa kesamaan subkultur dan kemudahan

mendapatkan fasilitas perlindungan masa depan,seperti sekolah,kesehatan.

3.) Dorongan Politik,yaitu adanya kepastian hukum dan tidak menutup

kemungkinan adanya tuntunan referendum.

6. Rencana Tata Ruang Wilayah

Berkaitan dengan diundangkannya UU no 32/2004 perlu ditinjau kembali rencana tata

ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat mengacu UU

no. 22/1999 ttg Peme-rintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai, dan telah menjadi

Perda. Namun RTRW Kabupaten dan Kota masih dibawah 50 % yang telah menjadi Perda

(dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU no. 32/2004, ternyata perlu mengubah RTRW.

Pengubahan RTRW hendaknya meng-acu pada Kepentingan Nasional, tidak hanya mengacu

pada kepentingan daerah semata (UU no. 24/1992). Oleh karena itu perlu standarisasi

penataan ruang, dan sudah barang tentu mengacu pada asas negara kepulauan. Selama ini

sering RTRW lebih berorientasi pada negara kontinen, sehingga upaya pembenahan pantai

kurang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Kurangnya pemahaman akan makna

hakekat negara nusantara menyebabkan meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di

darat tetapi di daerah maritim. Reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan

bakau menimbulkan banjir yang tidak saja di DKI Jakarta tetapi juga provinsi lain.

Dari gambaran tersebut diatas, jelaslah bahwa kita sering mengabaikan baku mutu

lingkungan, terabaikannya salah satu sektor. Wajib memiliki analisa dampak lingkungan

(amdal) sering terabaikan karena kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal kita

hen-daknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya yaitu :

25

Page 30: Geopolitik Nasional Indonesia

1.) Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdayaguna dan

berhasil guna, serasi, selaras,dan berkelanjutan.

2.) Keterbukaan,persamaan,keadilan,dan perlindungan hukum.

Dengan menyadari akan filsofi ini maka akan didapat hal-hal antara lain :

1.) Tercapai kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.

2.) Terwujud manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang miliki sikap

untuk melindungi dan membina lingkungan hidup.

3.) Terjamin generasi masa kini dan generasi masa depan.

4.) Tercapai kelestarian lingkungan hidup.

5.) Terkendali pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

6.) Terlindung NKRI terhadap dampak usaha kegiatan di luar wilayah NKRI yang

menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena

itu penyusunan RTRW perlu benar-benar terpadu.

7. Pendartaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)

Tanah air Indonesia memiliki sebanyak 17.504 pulau dan yang bernama hanya 5.703

pulau dan sisanya sebanyak 11.802 belum bernama.Akibatnya dokumentasi nasional tentang

konfigurasi kepulauan Indonesia tidak jelas.Untuk itu perlu berdirinya jawatan pencatatan

pullau yang di kenal sebagai Marine Cadastre.Adapun keuntungan yang di dapat dari Marine

Cadastre adalah:

1.) Dapat menuntut hak atas pulau tersebut di wilayah Indonesia apabila di duduki

secara diam-diam oleh negara tetangga.

2.) Jangan sampai Indonesia kehilangan pulau,tetapi tidak tabu apa atau pulau

mana yang hilang.

3.) Memberikan batas wewenang bagi daerah otonom tentang batas laut

berdasarkan koordinat .

8. Upaya Mernghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Jiran

Menghadapi ASEAN dan Australia tindakan kita paling tidak :

1.) Mewaspadai “silent occupation” dengan pemantapan pembinaan ke-kuatan

maritim.

26

Page 31: Geopolitik Nasional Indonesia

2.) Menghadapi Australia dengan proyek Australia Maritime Identi-fication Zone

(AMIZ), kita harus segera mengidentifikasikan pulau-pulau yang tersebar

lauas.

3.) Menghadapi Malaysia dan Singapura dengan kekerasan perlu me-waspadai

adanya “Five Power Defence Agreement” yang masih berlaku.

4.) Tentunya kunjungan Presiden dan Wakil Presiden keperbatasan akan

meningkatkan rasa nasionalisme rakyat.

Menghadapi Negara Yang Berkepentingan dengan Perikatan :

1.) Meningkatkan kemampuan nelayan dari nelayan pantai menjadi nelayan laut,

nelayan belajar membaca peta laut dan menggunakan peralatan navigasi lebih

baik.

2.) Pembangunan desa pantai, yang diisi oleh keluarga nelayan/pelaut tidak seperti

sekarang ini yang masih dibangun oleh petani gunung.

3.) Nelayan dijadikan monitor terhadap pengganggu negara terhadap pencurian

ikan, pencemaran lingkungan dan perusakan alat navigasi laut.

Menghadapi Negara yang memilik armada angkutan laut besar yang ingin

tetap berperan dalam Era Globalisasi :

1. Penambahan ALKI sesuai dengan permintaan International Maritime

Organization tetap ditolak karena pada hakekatnya membuat wilayah kita

terbuka sehingga merupakan contra productive dari Deklarasi Juanda.

2. ALKI perlu diinforemasikan lebih intensif kepada masyarakat maritim

Indonesia, dengan ditindak lanjuti proaktif pengawasan.

Dalam menghadapi negara adidaya yang sejak semula menentang negara nusantara,

hendaknya Indonesia tetap menolak penambahan ALKI. Penambahan ALKI dapat

mengakibatkan wilayah Indonesia terbuka kembali. Dengan demakian laut nusantara menjadi

“HIGH SEAS”.

27

Page 32: Geopolitik Nasional Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud

kebijaksanaan dan Strategi Nasional.

Geopoliltik di dorong oleh aspiraasi nasional geografik (kepentingan yang titik

beratnya terletak pada pertimbangan geografi,wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu

negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada sistem

politik suatu negara. Sebaliknya, politik negara itu secara langsung akan berdampak pada

geografis negara yang bersangkutan.

Geopolitik bertungku pada geografi sosisal (hukum geografis), mengenai situasi,

kondisi, atau kontelasi geografi dan segala sesuatu yang di anggap relevan dengan

karakteristik suatu negara.

B. SARAN & PENDAPAT

Konsep Geopolitik hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar dapat

mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah di terapkan, yaitu mewujudkan

kesejahteraan, ketentraman dan keamanan bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian ikut serta

juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.

28

Page 33: Geopolitik Nasional Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.com/2012/12/pengertian-geopolitik-dan-wawasan.html

http://belajarkampus.wordpress.com/2013/05/19/paham-kekuasaan-dan-geopolitik/

http://id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik_di_Indonesia

http://books.google.co.id/books?id=mFhDVYWB7zIC&pg=PA147&lpg=PA147&dq=wawasan+nusantara+sebagai+landasan+konsepsi+pembangunan+nasional&source=bl&ots=-2z9AxkqM&sig=0J2TgB2TUTxKe0eIgn4S7CRtfWY&hl=en&sa=X&ei=kmmkUsupO8LVrQexxYHwBA&redir_esc=y#v=onepage&q=wawasan%20nusantara%20sebagai%20landasan%20konsepsi%20pembangunan%20nasional&f=false

http://mahasiswa-tpb-ipb.blogspot.com/2011/02/geopolitik-indonesia_20.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah

Basrie, Chaidir Drs., M.Si., 1995. Wawasan Nusantara, Wawasan Nas-ional Indonesia. Serpong, Lembaga Ilmu Humaniora ITI,

Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka

Djalal, Hasyim, 1995. Indonesia and the Law of the Sea. Jakarta, CSIS

Hardjasumantri, Kusnadi, 1989. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta, UGM Pres

Kusumatmadja, Prof. DR. Mochtar, 2003, Konsep Hukum Negara Nusantara Pada Konvensi Hukum Laut III. Bandung, Alumni.

Mirhad, R.P. Purnomo, 1973. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Ja-karta, Lemhannas (diktat untuk KRA)

Naisbitt, John (terjemahan), 1994. Global Paradox, Semakin Besar Eko-nomi Dunia Semakin Kuat Perusahaan Kecil.Jakarta, Binarupa Aksara

Sekretariat Negara RI, tt. Himpunan Risalah Sidang-sidang BPUPKI dan PPKI yang berhubungan dengan Penyusunan UUD-45. Jakarta, Setneg

Soewarso (1981), Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional. Hak Cipta.

Sunardi, R. M. (2004), Pembinaan Ketahanan Bangsa, dalam rangka memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: PT. Kuadernita Adidarma.