71
BAB I PETA TOPOGRAFI I.1 Pengenalan Peta Topografi Secara umum peta merupakann gambar atau dimensi dari suatu objek yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu : a. Garis Kontur , adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian yang sama pada suatu permukaan bumi b. Garis hachures , yaitu garis lurus yang ditarik dari titik- titik ketinggian tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam garisnya makin merapat ) c. Pewarnaan (Tinting) ,daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya atlas. d. Bayangan (shading) , topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat serta pendek, 1

Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

BAB I

PETA TOPOGRAFI

I.1 Pengenalan Peta Topografi

Secara umum peta merupakann gambar atau dimensi dari suatu objek

yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan

melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan

hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan

suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu :

a. Garis Kontur, adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian

yang sama pada suatu permukaan bumi

b. Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik- titik ketinggian

tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam

garisnya makin merapat )

c. Pewarnaan (Tinting),daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya

makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya

atlas.

d. Bayangan (shading), topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat

serta pendek, sebaliknya daerah landai diberi garis bayangan tipis,

panjang dan renggang.

e. kombinasi, dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna

dan lain-lainnya.

1

Page 2: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

I.2 Elemen Peta Topografi

Unsur-unsur penting dalam peta topografi meliputi :

a. Relief, menggambarkan beda tinggi suatu tempat ke tempat lain di suatu

daerah misal bukit, dataran, pegunungan, lembah, lereng dan lain

sebagainya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warna

coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi warna

disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin

tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan

terhadap proses erosi dan pelapukan juga dipengaruhi gejala-gejala asal

dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya.

b. Pola Aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan-

jalan pengaliran di dalam suatu kawasan, tanpa memperhatikan apakah

jalan-jalan pengaliran itu mempunyai sungai permanen atau tidak. Pola

aliran dapat dikelompokan ke dalam pola dasar yakni :

1. Derinitik, bentuk sungai berupa cabang-cabang pohon dimana

cabang-cabang sungai berhubungan dengan induk sungai

membentuk sudut-sudut yang meruncing.Biasanya terbentuk pada

batuan yang himogen dengan sedikit atau tanpa pengendalian

struktur.

2. Pararel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mencuram,

dapat pula pada daerah dengan morfologi yang pararel dan

memanjang. Pola ini mempunyai kecendrungan berkembang kea rah

dendritik atau trellis.

3. Trellis, menyerupai bentuk tangga, dimana sungai-sungai sekunder

(cabang sungai) membentuk sudut siku-siku dengan sungai utama

2

Page 3: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

mencirikan daerah sungai pegunungan lipatan (antiklin, sinklin) dan

kekar.

4. Rectangular, pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai-

sungai yang membentuk sudut siku-siku, lebih banyak dikontrol

oleh factor kekar-kekar yang saling berpotongan dan juga sesar.

5. Redial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar

dari satu titik pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan atau

kubah.

6. Annular, pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saja yang

membedakan jika pada pola radial jaringan sungai memancar keluar

dari suatu titik sedangkan pada pola annular jaringan sungai

berkumpul pada suatu daerah.

7. pola pengaliran multi basinal Disebut juga sink hole, adalah pola

pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilangyang

disebut sebagai sungai bawah tanah, pola ini bekembang pada

daerah karst atau batu gamping

8. pola pengaliran contorted adalah pola pengaliran yang arah

alirannya berbalik dar arah semula, pola ini terdapat pada daerah

patahan.

3

Page 4: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar I.1 Pola Pengairan Umum

4

Page 5: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar I..2. Modifikasi Pola Pengaliran, dalam Skal yang Luas

5

Page 6: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

6

Page 7: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar I.3 Modifikasi pola pengaliran-pengaliran

c. Kebudayaan (culture), yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia,

misalnya perkampungan, jalan, persawahan, dan sebagainya. Culture

sangat membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada

peta topografi relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage

dengan warna biru dan culture dengan warna hitam. Hal ini sangat

membantu dalam hal penentuan lokasi.

I.3 Kelengkapan Peta Topografi

Pada peta topografi yan baik harus terdapat unsure atau keterangan yang

dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran yakni:

a. Skala

Merupakan perbandingan jarak horizontal yang sebenarnya dengan

jarak peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah

jarak horizontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai pada peta

topografi.

1. Representative Feaction Scale (Scala R. F.)

Ditunjukan dengan pecahan contoh 1:10000. Artinya 1 cm

di peta sama dengan 10000 cm di lapangan atau sama dengan

100 m di lapangan. Kelemahan penggunaan skala ini yaitu jika

peta mengalami pemuaian maka skala tidak akan berlaku lagi.

2. Grafik Scale ( Skala Grafik)

Yaitu perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan

jarak pada peta yang ditunjukan dengan sepotong garis. Skala ini

adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian

maupan penciutan dari peta.

3. Verbal Scale (Skala Verbal)

Dinyatakan dalam ukuran panjang, contah 1 cm = 10 km.

Skala ini hampir sama dengan skala R. F.

7

Page 8: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

b. Arah Utara Peta

Salah satu perlengkapan peta yang tidak kalah pentingnya adalah

arah utara, karena tiap peta dapat digunakan dengan baik haruslah

diketahui arah urtaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian

dengan antara utara peta dngan arah utara jarum kompas. Ada 3

macam arah utara jarum kompas yaitu:

- arah utara magnetik

- Grid North

- True North

c. Legenda

Peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-

macam keadan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian

bawah peta.

d. Judul Peta

Judul peta meruapakan nama daerah yang tercakup didalam peta

dan berguna unuk pencairanpeta bila suatu waktu diperlukan. Sumber

pembagian nomor lembar peta tersebut disebut Quadrangle.

e. Converage Diagram

Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metode yang

bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana

kebaikan atau ketelitian peta. Misalnya dibuat berdasarkan foto udara

atau dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan.

f. Indeks Administrasi

Pembagian Daerah berdasarkan hokum administrasi, hal mini

penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan

atau mengadakan penelitian pemetaan.

8

Page 9: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

g. Indeks Adjoing Sheet

Menunjukan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-

lembar peta di sekitarnya.

h. Edisi Peta

Edisi peta dapat dipakai untuk mengetahui mutu dari pada peta

atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.

I.4 Peta Topografi dan Garis Kontur

Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang

garis kontur. Beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut:

a. Garis Kontur

Merupakan garis-garis yang menghubungkan titik yang

mempunyai ketinggian sama yang diukur dari suatu bidang

perbandingan. Bidang pembanding ini biasanya diambil dari

permukaan air laut rata-rata.

b. Intrval Kontur

Jarak vertical antara garis kontur satu dengan garis yang lainnya

yang berurutan.

c. Indeks Kontur

Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan

kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur.

d. Kontur Setengah

Garis kon tur yang harga ketinggiannya adalah setengah dari

interval kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus.

I.5 Penentuan Interval Kontur

Untuk hal-hal yang umum dapat menggunakan rumus:

9

Page 10: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

IK = x N

Di mana:

IK = interval kontur

N = skala peta

Misal peta dengan skala 1 : 50.000, sehingga interval konturnya

adalah 25 m. Tetapi penentua interval kontur dengan rumus seperti di atas

tidaklah mutlak tergantung daripada kebutahan atau tujuan pembuatan peta

tersebut. Misal peta untuk daerah petambangan dengan luasan yang kecil

tentunya menggunakan interval kontur yang lebih kecil sehingga relief daerah

dapat dilihat dengan jelas.

I.6 Sifat-sifat garis Kontur

1. Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.

2. Garis kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang

memiliki ketinggian berbeda.

3. Garis kontur akan meregang jika landai dan rapat jika curam.

4. Garis kontur yang memotong sungai meruncing kearah hulu.

5. Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.

6. Garis kontur setngah digambarkan degan garis putus-putus.

I.7 Penentuan Titik Ketinggian dan Jarak

Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan jarak yakni:

a) Pada indeks kontur langsung dapat diketahui.

b) Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur

dengan mesmperhatikan interval kontur.

c) Pada intermediate kontur cara interpolasi.

10

Page 11: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

d) Titik triangulasi.

I.8 Sistem Quadrangle

Sistem Quadrangle adalah suatu cara dalam penataan pembuatan

registrasi pada peta topografi. Sistem Quadrangle di Indonesia ada 2 macam

yaitu system lama dan system baru. Perbedaan keduanya terletak pada

perbandingan luas peta , notasi, dan pembagian derajat busurnya.

a) Sistem Quadrangle Lama

Adalah sisa peninggalan jaman pendudukan Belanda.

Ketentuan-ketentuan yang ada dam sisitem ini adalah:

Pembagian kotak dengan luas 20’ x 20’ berskala 1 : 100.000

Titik 0o bujur ada di Jakarta dan titik 00 lintang ada di

equatorial.

Penomoran garis lintang dengan angka Romawi sedang

penomoran garis bujur dengan angka akrab.

Notasi lembar peta dan skala ditulis, missal L

Peta no.40/XX, skala 1 :100.000

Peta no.40/XX-A, skala 1 : 50.000

Peta no.40XX-a, skala 1 : 25.000

40

11

A B C d

E F G h

I J K l

M N O p

XX

Page 12: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

b) Sistem Quadrangle Baru

Notasinya semua ditulis dengan angka Arab. Pembagian kotak-

kotaknya mempunyai luas 30’ x 20’ dengan 0 derajat dihitung dari

Greenwich. Cara penulisanya adalah missal 5018 angka 50 merupakan

angka perubahan secara horizontal dan angka 18 merupakan perubahan

secara vertical.

Peta no.5019 berskala 1 : 100.000 sedangkan peta no.5019-IV

berskala 1 : 50.000

I.9 Profil Topografi

Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan sturktur

geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu digambarkan suatu

penampang tegak atau profil. Penampang tegak atau sayatan tegak adalah

gambaran yang memperlihatkan profil atau bentukan dari permukaan bumi.

Profil ini diperoleh dari line of section.

12

5019 5119

5018 5118

IV I

II II 5019

Page 13: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar I.4 Profil Topografi suatu daerah

I.10 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi

Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan

relief suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang

relative datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang

terjal atau curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak

diperhadapkan degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan

suatu tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab

pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas cara-

cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu daerah.

Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi:

d(m) = panjang sayatan x skala peta

h(m) = (n kontur – 1) x IK

hr =

13

Page 14: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

kr =

Keterangan:

d = jarak datar (m)

h = ketinggian (m)

hr = beda tinggi (m)

kr = kelerengan (%)

14

Page 15: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

BAB II

BATUAN BEKU

II.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")

adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan

mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan

ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair

ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.

Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses

berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan

komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan,

sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Berdasarkan

teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik

dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral

penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari

pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral

penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,

diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan

beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat

cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya

lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi

rumah), dan dacite 

15

Page 16: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar II.1.batuan beku ; jalur yang berwarna lebih muda

menunjukkan arah aliran larva.

Batuan beku terbagi atas batuan beku dalam dab batuan beku luar:

a) Batuan Beku Dalam 

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,

pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),

memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna

bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan

beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,

tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma

dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui

rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk

batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut

diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan

jenjang volkanik. 

1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling

besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong

lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan

batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-

tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini

mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit.

Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya

dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian

singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara

16

Page 17: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang

menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang

sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat

mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang

diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak

ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang

bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen

batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.

Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma

yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-

fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma.

Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur

magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh

magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.  

2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan

dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak

lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh

batholit atau bagian atas batholit.

3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi

yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil.

Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya

sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang

diterobosnya.

4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah

yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah

batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan

beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol

dari topografi disekitarnya.

17

Page 18: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di

sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan

lopolit. 

 Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar

terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk

tabular dan sisi-sisinya sejajar.

 Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah

bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya

melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai.

Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat

proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya

eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. 

Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian

atas dan bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh

intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada

komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara

tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 

b) Batuan Beku Luar

Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui

rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi,

mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif.

Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut

sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang

viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,

menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi

yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan

erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran

18

Page 19: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai

piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis

tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.

Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah

lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena

pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan

beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan

beku afanitik. 

II.2 Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan

menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya

akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan

tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap

merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan

inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku

ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang

memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat

pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan

yang terlihat seragam.

2. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat

sebagai lapisan

19

Page 20: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

3. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan

terpisah poligonal seperti batang pensil.Pillow lava, yaitu struktur

yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini

diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

4. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-

lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan

gas pada saat pembekuan.

5. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi

oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

6. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya

kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan

kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur

tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan

diskordan.

a) Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan

disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan

perlapisan batuan disekitarnya.

2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),

dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi

melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan

20

Page 21: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2

sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.

3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari

laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.

Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,

yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman

ribuan meter.

4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau

antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith

berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

b) Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan

batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya

dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari

beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang

ratusan meter.

2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat

besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang

besar.

3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi

ukurannya lebih kecil.

21

Page 22: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar II. 2. Struktur Batuan Beku Intrusif

II.3 Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan

temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan

magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut

pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang

memilki tekstur yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan

yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama

maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem

22

Page 23: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada

kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah,

mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem

kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki

sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.

Gambar II.3 Tekstur Batuan Beku

Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)

2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus hanya dapat dilihat

dengan mikroskop

3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga

komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.

23

Page 24: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran

antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang

lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut

Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut

massadasar.

Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel.II.1 klasifikasi batuan beku

Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal

dan ukuran kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapa

macam berdasarkan :.

1. Derajat Kristalisasi

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun

oleh kristal.

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan

gelas

c. Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun

oleh gelas.

2. Granularitas

24

Page 25: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh

mineral-mineral yang berukuran kasar.

b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

mineral berukuran halus.

3. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk

pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk

terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak

sempurna.

Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya

a. Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi

oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya

berbentuk euhedral dan subhedral.

c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan

kristal yang berbentuk anhedral.

5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya

Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang

lainnya dalam batuan. Secara garis besar dibagi dua yaitu:

25

Page 26: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya

hampir sama

b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya

tidak sama

II.4 Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup

mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan

mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun

batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama

dari mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit.

2. Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap,

terutama biotit, amphibol, dan olivin.

Gambar II.4 Skoria

26

Page 27: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar II.5 Rhyolit

BAB III

BATUAN SEDIMEN

III.1 Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi

dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi

27

Page 28: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

kompaksi, autigenik, diagnesa yaitu prises terubahnya material pembentuk

batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Batuan ini juga

dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh

Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lioma

golongan.

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat

yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar

kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari

daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat

gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut

akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya

sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan

dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak

sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak

disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang

dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya

patahan.

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :

1) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang

sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu

diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

2) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti

pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada

aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-

partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai

pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran

pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut

bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong

sedimen yang satu dengan lainnya.

28

Page 29: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

3) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya

terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada

mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya

karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen

pasir tersebut ke dasar.

Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar

dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan

jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu

proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah

sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang

menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan

sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami

proses pengerasan.

Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan

atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan

(compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-

ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Mengandung

fosil, (3) Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen

butiran hasil transportasi.

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua

cara, yaitu:

1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau

dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen

ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam

29

Page 30: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit

(halit) dan batugamping. 

2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan

kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport

dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan

sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen

ini adalah Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik.

Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat

dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses

pembentukkannya, yaitu :

1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik

merupakan batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian

tertransportasi dan diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: a).

Konglomerat atau Breksi; b). Batupasir; c). Batulanau; d).

Lempung  

2. Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical). Batuan

sedimen kimiawi / biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari

proses kimiawi suatu larutan, atau organisme bercangkang atau

yang mengandung mineral silika atau fosfat. Batuan yang termasuk

dalam kumpulan ini adalah: a). Evaporit ; b). Batuan sedimen

karbonat (batugamping dan dolomit) ; c). Batuan sedimen bersilika

(rijang) ; d). Endapan organik (batubara)

3. Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan

volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu

dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang

lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah: Batupasir

tufa dan Aglomerat

Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi

dua, yaitu : Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik.

30

Page 31: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Batuan sedimen klastik

Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada

(batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh

media (air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses

pengendapan sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya

waktu sehingga endapan sedimen semakin lama semakin bertambah tebal.

Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan endapan sedimen

mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami

proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi

(pembatuan) menjadi batuan sedimen.

Batuan sedimen Non-klastik

Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal

dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme

yang telah mati.

Gambar III.1 Batu Pasir

31

Page 32: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar III.2 Batubara

32

Page 33: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar III.4Konglomerat

Gambar III.5 Contoh Batuan Sedimen

III.2 Batuan sedimen klastik

Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran

butir yang relatif kasardibedakan atas tiga bagian yakni:

33

Page 34: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

1. Komposisi

Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya

didasarkan atas:

Fragmen

Yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling

besar, fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil.

Matrik

Yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang

berukuran lebih kecil dari fragmen, biasanya mempunyai

komposisi yang sama dengan fragmen.

Semen

Yakni bahan pengikat antara matrik dan semen.

2 Tekstur

Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur

dalam batuan sedimen:

a. Ukuran Besar Butir (Grain Size)

Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman

ukuran berdasarkan skala Wentworth, yaitu:

34

Page 35: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Table III.1 Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir

Nama Butir Besar Butir (mm)

Bongkah Boulder 256

Brangkal Couble 256-64

Kerakal Pebble 64-4

Kerikil Granule 4-2

Pasir Sangat Kasar Very Coarse Sand 2-1

Pasir Sedang Medium Sand ½ -1/4

Pasir Halus Fine Sand ¼ -1/8

Pasir Sangat Halus Very Fine Sand 1/8-1/16

Lanau Silt 1/16-1/256

Lempung Clay 1/256

3. Derajat Pemilahan/ Sortasi

Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah

tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen.

Derajat pemilahan ini pun hanya dapat diamati secara megaskopis

pada batuan yang bertekstur kasar, tingkat derajat pemilahan terdiri

dari pemilahan baik (well sorted), pemilahan sedang (moderately

sorted), dan pemilahan buruk (poorly sorted).

4. Derajat Pembundaran (Roundness)

35

Page 36: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness

adalah nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan

sedimen, yang dapat dikategorikan kedalam menyudut (angular),

menyudut tanggung (subangular), membulat (rounded) membulat

tanggung (subrounded), dan membulat baik (well rounded).

5. Struktur

Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-

contoh batuan di laboratorium. Macam-macam astruktur batuan

sedimen yang penting antara lain Struktur Perlapisan, dimana

struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik

yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses

pengendapan.

III.3. Batuan Sedimen Non-klastik

1. Batuan Sedimen Organik

Batuan sedimen organik adalah yang dihasilkan olek aktifitas

organisme yang terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap

tinggal di tempatnya. Contohnya dari batuan sedimen semacam ini

adalah batu gamping koral, diatomea, dll. Pada batuan sedimen

organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas

walaupun seringkali terdapat rekristalisasi.

2. Batuan Sedimen Kimia

Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses

penguapan. Contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain.

36

Page 37: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Batuan sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam

mineral saja yang jelas walaupan bersifat berhablur tetapi kilapnya

adalah non-metalik.

BAB IV

BATUAN METAMORF

IV.1 Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses

metamorfose pada batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfose

sendiri adalah proses perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam

keadaan padat akibat perubahan tekanan (P) dan suhu yang tinggi /

temperature (T) dalam kerak bumi tanpa perubahan pada komposisi kimia.

Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat

tanpa melalui fase cair. Dimana komposisi kimia batuan tidak berubah tetapi

yang berubah hanya susunan mineraloginya. Kondisi-kondisi yang harus

terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah:

Terjadi dalam suasana padat

Bersifat isokimia

Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa

Terbentuknya tekstur dan struktur baru.

Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu

Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber

utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh

beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial

sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress).

37

Page 38: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat

reaksi kima yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat

menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di

setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah

kovergensi lempeng.

IV.2 Tipe-tipe Metamorfose

1. Metamorfose sentuh / termal / kontak

Metamorfose yang terjadi akibat intrusi magma atau

ekstrusi lava. Perubahan yang terjadi akibat temparatur (T) yang

tinggi.

2. Metamorfose dinamik

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang mengalami

dislokasi intensif. Biasanya didapatkan di daerah sempit, misal

akibat patahan. Metamorfose yang terjadi diakibatkan oleh

kenaikan tekanan (P).

3. Metamorfose regional

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang luas akibat

pembentukan pegunungan atau orogenesa. Batuan yang

termetamorfose diakibatkan terutama oleh kenaikan tekanan (P)

dan temperatur (T) secara bersama-sama. Biasanya didapatkan di

daerah geosinklin yang dasarnya mengalami penurunan.

Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan

mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu

disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara

lain:

Staurolite: intermediate high-grade metamorphism

38

Page 39: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Actinolite: low intermediate metamorphism

Kyanite: intermediate high-grade

Silimanite: high grade metamorphism

Zeolite: low grade metamorphism

Epidote: contact metamorphism

IV.3 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mengenai rekristalisasi

dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat

metamorfose. Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh

ukuran dan bentuk butir penyusun.

Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam yaitu

Kristaloblastik dan Palimpsest.

1. Kristaloblastik

Yaitu mineral-mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi

kembali seluruhnya pada waktu terjadi metamorfose. Terjadi pada saat

tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak

tampak lagi), dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada

suasana cair. Penamaannya biasanya diakhiri dengan kata blastik.

a. Lepidoblastik

Terdiri dari mineral-mineral

tabular/pipih, misalnya mineral mika

(muskovit, biotit).

39

Page 40: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar IV.1 Lepidoblastik

b. Nematoblastik

Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral

plagioklas, k-felspar, piroksen.

Gambar IV.2 Nematoblastik

c. Granoblastik

Terdiri dari mineral-mineral granular

(equidimensional), dengan batas-batas sutura

(tidak teratur), dengan bentuk mineral

anhedral, misalnya kuarsa.

Gambar IV.3 Granoblastik

d. Porfiroblastik

Tekstur pada batuan metamorf

dimana suatau kristal besar (fenokris)

40

Page 41: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

tertanam pada massa dasar yang relatif

halus.

Gambar IV.4 Porfiroblastik

e. Idioblastik

Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-

mineral penyusunnya berbentuk euhedral.

f. Xenoblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-

mineral penyusunnya berbentuk anhedral.

Gambar IV.5 tektur dari kristaloblatik

2. Relict texture (tekstur sisa) atau Palimpsest

Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur

batuan asalnya. Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.

41

Page 42: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

a. Blastoporfiritik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.

b. Blastoopitik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.

IV.4 Struktur

Struktur batuan metamorf merupakan hubungan antar butir-butir

penyusun dalam batuan metamorf. Struktur dalam batuan metamorf

dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur foliasi dan nonfoliasi.

a) Struktur Foliasi

Struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya

penjajaran mineral-mineral penyusun batuan. Dibedakan lagi menjadi :

a) Slaty cleavage

yaitu kenampakan (kesejajaran) pada batuan metamorf

yang berbutir halus ditunjukkan oleh kehadiran bidang-bidang belah

yang sangat rapat. Keteraturan bidang-bidang belah tersebut

merupakan percerminan susunan mineral-mineral yang sangat halus.

Nama batuannya disebut slate (batu sabak).

b) Phyllitic

 yaitu struktur yang hampir sama dengan slaty cleavage, tapi

tingkatannya lebih tinggi, ditunjukkan oleh kahadiran kilap sutra

yang disebabkan olehh kehadiran mika yang sangat halus. Nama

batunnya disebut phillit  (filit).

c) Schistosic

42

Page 43: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran

mineral-mineral pipih. Kenampakan belahannya lebih jelas dari

filit sehingga lebih mudah dibelah. Nama batuannya disebut sekis.

d) Gneissic

yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan, oleh penjajaran

mineral-mineral.granular atau berbutir kasar, umumnya berupa

kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali memperlihatkan

belahan-belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur

yang putus-putus). Nama batuannya disebut gneis (genis).

b) Struktur Nonfoliasi

Yaitu struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak

adanya penjajaran mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf

tersebut. Dibedakan lagi menjadi :

a) Hornfelsik (hornfels)

yaitu struktur batuan motamorf dimana butlr-butirnya

equidimensional dan tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.

Nama batuannya disebut hornfels.

b) Kataklastik

yaitu struktur yang terdiri dari pecahan -pecahan atau

fragmen-fragmen batuan atau mineral. Kelompok batuan/ mineral

tersebut tidak menunjukkan arah. Misalnya breksi patahan yang

biasanya dijumpai pada zona-zona patahan atau sesar.

c) Milonitik

struktur hampir sama dengan kataklastik, tetapi butirannya

lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti schistose. Struktur

43

Page 44: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

milonitik ini disebabkan oleh sesar yang sangat kuat, sehingga

fragmennya lebih halus dan biasanya menunjukkan foliasi.

Komposisi mineral.

Dalam mendeskripsikan batuan metamorf secara megaskopis

komposisi mineral batuan ini akan mengalami sedikit kesulitan sehingga

harus dilakukan pengamatan lebih lanjut di laboratorium dengan

menggunakan alat perbesaran sehungga dapat teliha kandungan mineral

pambentuk batuan metamoef tersebut.

a) Mineral-mineral yang biasa di batuan metam9orf dan batuan beku

kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin, dan

bijih besi.

b) Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen

kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, kalsit dan dolomit.

Gambar IV.6 Proses Metamorfosa Kuarsit

44

Page 45: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar IV.7 Proses Metamorfosa Marmer

Gambar IV.8 Gneiss

Gambar IV.9 Sekis

45

Page 46: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar IV.10

Batusabak (slate)

BAB V

DASAR STRATIGRAFI

V.1 Pengertian strarigrafi

Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi yang

berarti gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentan pemerian lapisan batuan dalam kulit bumi.

Secara luas dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu geologi yang

mempelajari tentang urutan-urutan , hubungan dan kejadian batuan di alam

dalm konsep ruang dan waktu geologi.

V.2 Hukum Dasar Stratigrafi

a. Hukum Superposisi

Dalam keadaan normal( belum mengalami gangguan) dalam suatu

urutan batuan yang diendapkan maka lapisanyang berada paling bawah

umurnya paling tua.

b. Hukum Kesinambungan Lateral

46

Page 47: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara

lateral dan hanya membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada

masa proses cekungan tersebut terbentuk.

c. Hukum Horizontalitas

Lapisan sedimen yang pada mulanya diendapkan pada keadaan

mendatar, sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal.

d. Hukum Cross Cutting

Suatu intrusi adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan

batuan yang diterobos.

e. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succestion)

Dalam urutan-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat

mengandung sekumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan

yang ada di atasnya ataupun yang ada di bawahnya.

f. Strata Identified by Fossil

Urutan Lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan

mengenali kumpulan fosilnya.

V.3 Pemanfaatan Dasar Stratigrafi

a) Kepentingan Ilmiah

Mempelajari bagaimana keadaan lapisan batuan misalkan, tebal

lapisan batuan atau kemiringan lapisan batuan, dan lain-lain sebagainya.

.

b) Kepentingan Teknik

Dalam mempelajari stratigrafi biasanya kita akan membuat sesuatu

penampang stratigrafi, kegunaan daripada kolom stratigrafi tersebut

antara lain mempelajari secara keseluruhan urutan-urutan vertikal dari

suatu perlapisan, mempelajari secara detail litologi batuan, mengetahui

47

Page 48: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

tebal lapisan, mengetahui hubungan antar lapisan, megetahui sejarah

geologinya dan lin sebagainya.

V.4 Keselarasan dan Ketidakselarasan.

1. Keselarasan

Merupakan pengendapan yang berlangsung secara terus

menerus tanpa ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain di

bawah lapisan yang berada di atasnya.

2. Ketidakselarasan

Merupakan tidak menerusnya proses pengendapan atau

sedimentasi disebabkan adanya proses erosi. Ketidakselarasan ini

di bagi tiga, yaitu:

1. Ketidakselarasan menyudut (Angular Unconformity)

Yaitu kelompok batuan yang berada di bawah

ketidakselarasan membentuk sudut dengan kelompok

batuan lain yang berada di atasnya.

2. Ketidakselarasan sejajar (Disconformity)

Lapisan batuan yang berada di atas dan di bawah

dibang ketidakselarasan saling sejajarsatu sama lainnya

tetapi jelas nampak suatu bidang erosi.

3. Nonconformity

48

Page 49: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Merupakan bidang erosi antara batuan sedimen

yang berada di atas batuan kristalin di bawahnya.

V.5 Korelasi antar Batuan

Dalam pengembangan ilmu geologi terutama untuk mengetahui

bagaimana penyebaran statigrafi batuan dalam skala yang cukup besar,

perlu dilakukan korelasi antar batuan , dimana korelasi tersebut bertujuan

menujukan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili

lithologi ang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Dalam

melakukan korelasi batuan tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Harus menghubungkan batuan ng mempunya lithologi yang sama.

2) Dapat menggunakan tampilan dua dimensi.

3) Dapat melakukan korelasi 3 dimensi.

Gambar V.1 Keselarasan

49

Page 50: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar V.2 Nonconformity

Gamabar V.4 Angular Unconformity

50

Page 51: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Gambar V.5 Kolerasi Antar Batuan

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Peta Topografi adalah gambaran atau dimensi dari suatu objek

yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi daerah sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor unsur-unsur penting yang meliputi: relief, pola aliran,

serta kebudayaan(culture). Semua itu tidak pernah terlepas dari keadan

topogafi suatu wilayah. Dimana peta topografi pada hakekatnya adalah peta

yang menggambarkan keadaan topografi suatu wilayah atau daerah yang

dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.

51

Page 52: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Namun topogarfi sendiri harus memiliki kelangkapan-kelengkapan tertentu,

diantaranya: skala, arah utara peta, legenda, judul peta, converage diagram,

indeks administrasi, indeks adjoing sheet, serta edisi peta.

Batuan baku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang

mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di

bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas

permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal

dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel

ataupun kerak bumi. yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan

magma. Magma adalah cairan sislikat pijar di dalam bumi yang bersuhu

tinggi (900-13000C) terbentuk secara alamiah dan berasal dari bagian bawah

kerak bumi atau bagian atas selubaung bumi. Struktur batuan beku

sebagaimana besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya pillow

java, jointing structure, sheeting joint, dan hanya beberapa saja yang dapat

dilihat dalam sample setangan. Dan batuan beku mempunyai tekstur yang

unik seperti derajat kristalisai, granularitas, bentuk kristal, serta memiliki

hubungan antar kristal.

Batuan sedimen adalah batuan yang proses pembentukannya

terbentuk akibat prises litifikasi dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan

adalah proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas

menjadi batuan yang kompak. Dan Batuan sedimen di bedakan menjadi lima

golongan utama, yaitu: golongan detritus, golongan karbonat, golongan

evaporasi, golongan sedimen silika dan golongan batubara. Batuan sedimen

juga dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonklastik. Bauan

sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali

dari batuan pecahan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan

sedimen, batuan metamorf. Sedangkan batuan sedimen nonklastik adalah

batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia reduksi atau bisa juga dari

hasil kegiatan organisme.

52

Page 53: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses

perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada

sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan

sebelumnya. Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase

padat tanpa melalui fase cair akan berubah tektur dan strukturnya sehingga

membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh

batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu

lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu

kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-

batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk

magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi

batuan-batuan baru lagi. Tipe metamorfose ada tiga yaitu : metmofose

thermal, metamorfose dinamo, serta metamorfose regional

Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi

yang berati gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan

sebagai suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang pemerian

lapisan batuan dalam kulit bumi. Secara luas dapat diartikan sebagai salah

satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan-urutan,

hubungan, dan kejadian batuan di alam dalam konsep ruang dan waktu

geologi. Stratigrafi memiliki enam hukum –hukum dasar stratigrafi, yaitu :

Hukum Superposisi, Hukum Kesinambungan Lateral, Hukum

Horizontalitas, Hukum Cross Cutting(Potong Memotong), Hukum Urutan

Fauna,(Law of Fauna Succestion), serta Hukum Strata Identified by Fossil.

VI.2 Saran

53

Page 54: Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya

Dalam praktikum Geologi Fisik saya merasa ada beberapa

kendala dalam mendeskripsikan batuan, untuk kedepannya agar

asisten dosen lebih membimbing mahasiswa agar bisa

mendeskripsikan batuan. Tapi untuk asisten dosen Geologi Fisik

saya semuanya baik dan dalam menerangkan atau menjelaskan

sudah baik.

54