20
Kelompok : 1. Ari Ratnaningsih 2. Frestiany Regina Putri 3. Purwaning Puspitasari 4. Reza Bayu Widiono 5. Tri Herlina Sari Rahayu Materi 3 Sejarah

Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Kelompok :

1. Ari Ratnaningsih2. Frestiany Regina Putri3. Purwaning Puspitasari4. Reza Bayu Widiono5. Tri Herlina Sari Rahayu

Materi 3 Sejarah

Page 2: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

a. Kemenangan Jepang atas RusiaSelama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.

Faktor Ekstern dalam Mendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Page 3: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

b . Partai Kongres IndiaDalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.

c . Filipina di bawah Jose RizalFilipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.

Page 4: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

d . Gerakan Nasionalisme CinaDinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.

e . Gerakan Turki MudaGerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.

Page 5: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

a.  Sejarah Masa Lampau yang Gemilang

Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.

Faktor Intern dalam Mendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Page 6: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

b. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan

Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis hingga colonial Belanda. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.

Page 7: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

c. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di IndonesiaPerkembangan sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer.

Page 8: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

d. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Ada tiga macam jenis pendidikan  Islam di Indonesia saat itu; pendidikan di surau/langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh.

e. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di IndonesiaTokoh-tokoh pribumi  yang mendirikan  sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan  Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).

Page 9: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

f. Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia

Kebijakan Belanda menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia diantaranya keturunan Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya  kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu pembangkitkan persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang Cina.

 g. Peranan  Bahasa  Melayu

Bahasa Melayu sudah lama menjadi  bahasa pergaulan umum  (Lingua Franca). Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.

Page 10: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

h. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional

Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India  = Hindia dan kata nesos =   kepulauan, sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan  seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje dll.

Page 11: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Pelaksanaan Politik Etis terutama dalam bidang edukasi membawa dampak bagi perubahan masyarakat Indonesia. Politik Etis adalah kebijakan pemerintah Kolonial Belanda sebagai balas budi terhadap kemakmuran yang berasal dari Indonesia. Penganjuran Politik Etis adalah C. Th. Van Deventer. Ia menulis karangannya dalam mmajalah De Gids pada tahun 1899 dengan judul Een Ereschuld (Hutang Budi). Dalam karangannya Van Deventer menyebutkan bahwa Belanda telah memperoleh kekayaan yang cukup banyak dari Indonesia sebagai hasil dari jerih payah bangsa Indonesia. Salah satu caranya dengan melaksanakan Trilogi Van Deventer, yang isinyaa. Irigasi (Pengairan)b. Emigrasi (perpindahan penduduk)c. Edukasi (pendidikan)

Peran Pendidikan dalam Mendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan

Nasionalisme

Page 12: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Walaupun Belanda telah melaksanakan Trilogi Van Deventer, tetapi belum dapat mengubah nasib bangsa Indonesia. Politik Etis lebih menguntungkan Belanda dibanding Indonesia. Namun, di bidang edukasi bangsa Indonesia memperoleh sedikit kemajuan. Misalnya, diperbolehkannya bangsa Indonesia belajar di perguruan tinggi, walaupun ketentuan ini hanya berlaku bagi golongan tertentu. Namun, kesempatan yang hanya sedikit ini telah melahirkan Golongan Terpelajar (intelektual) atau Elite Nasional.

Golongan terpelajar dapat mengetahui bahwa tujuan politik Belanda semata-mata untuk memperoleh keuntungan bagi Belanda sendiri. Bahkan, mereka juga mengetahui bahwa penjajahan yang dilakukan Belanda ternyata bertentangan dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu, golongang terpelajar semakin menyadari bahwa bangsa Indonesia dapat mencapai kesejahteraan apabila merdeka, bebas dari penjajahan, dan mengatur pemerintahan sendiri.

Page 13: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Golongan terpelajar yang pertama-tama menyadari buruknya nasib bangsanya adalah para pelajar di lingkungan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) di Batavia, dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, dan dr. Gunawan Mangunkusumo.

Dengan kesadaran yang tinggi, golongan terpelajar merasa terpanggil untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan. Mereka tampil sebagai pelopor, penggerak dan pemimpin pergerakan nasional dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

Page 14: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Dalam mencapai cita-cita perjuangan nasional, pers mempunyai peranan penting. Hal ini karena pers menjadi sarana untuk menggalang persatuan dan kesaruan bangsa, serta sarana berjuang untuk menuntut kemerdekaan.Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang, khususnya pada masa pergerakan nasional adalah bagaimana mengkomunikasikan perjuangan itu pada pihak lain. Kurangnya komunikasi ini dapat memberikan dampak negatif dalam sebuah perjuangan. Komunikasi sangat bermanfaat dalam upaya mengkoordinasikan perjuangan. Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan perjuangan itu adalah melalui pers. Ketajaman “pena” pers itu dapat memberikan motivasi pada para pejuang, sebab bagaimanapun sebuah terbitan pasti memiliki “warna” dan nuansa yang subjektif.

Peran Pers dalam Penguatan Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Page 15: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Secara umum, pers harus mampu memeperjuangkan objektivitas, menjadi alat pendidikan, alat penyalur aspirasi, sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya untuk penggalangan opini umum. Dengan demikian, pers dapat berfungsi sebgai alat perjuangan bangsa. Bagi bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional itu, pers dapat berfungsi sebagai alat propaganda demi kepentingan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kedudukan pers amat penting.

Surat kabar pertama di Indonesia adalah “Bataviase Nouvelles” (1744). Kemudian berturut-turut terbit surat kabar “Batavia Courant” (1817), “Bataviasche Handelsblad” (1829), “Soerabajasche Courant” (1813), dan “Semarangsche Advertemtieblad” (1845).

Page 16: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

a. Jakarta : Dini Hari, Sinar Terang, Bintang Betawi,

Bintang Johar, Bianglala, dan Bintang Baratb. Semarang : Sinar Jawa dan Sinar Hindiac. Yogyakarta : Retnodoemilahd. Surakarta : Bromartani dan Jawi Kondoe. Surabaya : Bintang Timur dan Cahaya Muliaf. Makassar : Mataharig. Manado : Cahaya Siangh. Ambon : Penghantar

Sejak tahun 1850 di berbagai kota di Indonesia, telah terbit beberapa surat

kabar antara lain :

Page 17: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

Tumbuhnya pers nasional dan perjuangan tidak dapat dipidahkan dengan pertumbuhan pergerakan nasional, sebab orang-orang yang menjadi pemimpin surat kabar sekaligus juga tokoh-tokoh pergerakan nasional. Oleh karena itu, hampir semua organisasi pergerakan nasional punya media massa sendiri sebagai pembawa suatu organisasi agar bisa menarik massa, bahkan ada yang memiliki lebih dai satu media massa.

Page 18: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

a) Budi Utomo, memiliki surat kabar Darmo Kondo dan

Retnodoemilah.b) Sarekat Islam, memiliki surat kabar Oetoesan Hindia,

Pantjaran Warta, dan Saroetomoc) Indische Partij, memiliki surat Kabar De Express, Het

Tijdschrift, Tjahaja Timur, dan Kaoem Moedad) Perhimpunan Indonesia, memiliki surat kabar Hindia

Poetra yang terbit di Belanda tahun 1916. Pada tahun 1924, surat kabar ini diubah namanya menjadi Indonesia Merdeka

Contoh beberapa organisasi pergerakan nasional yang mempunyai media massa yaitu :

Page 19: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

1. Dr. Wahidin Sudirohusodo

redaktur surat kabar “Retnodoemilah”2. Ki Hajar Dewantara

redaktur tiga majalah De Bewending, Persatuan Hindia dan Pengunggah.

3. Abdul Muis dan H. Agus Salimpimpinan surat kabar “De Express”.

4. E.F.E Douwes Dekkerpemimpin surat kabar “De Express”

5. Dja Endar Mudapemimpin redaksi Perca Barat di Padang (1903) dan Pewarta Deli di Medan

Tokoh-tokoh Pers Zaman Pergerakan Nasional, antara lain :

Page 20: Faktor Pendorong Munculnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme