63
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh : Asni PSW.B.2013.IB.0054 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2016

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

i

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPAPADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO

TAHUN 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh :

AsniPSW.B.2013.IB.0054

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA2016

Page 2: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

ii

Page 3: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

iii

Page 4: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

iv

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Asni

2. Nim : PSW. 2013. IB. 0054

3. Tempat/ tanggal lahir : Lasehao, 03 April 1995

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia

6. Alamat : Jl. Sangia Kaendea

B. IDENTITAS ORANG TUA

1. Nama Ayah/Ibu : La Sani A.Ma.Pd/Wa Ode Saida

2. Alamat : Kelurahan Laimpi

3. Pekerjaan : Guru

C. PENDIDIKAN

1. SD : SD Negeri 01 Kabawo Tahun 2001 - 2007

2. SMP : SMP Negeri 01 Kabawo Tahun 2007 - 2010

3. SMA : SMA Negeri 01 Kabawo Tahun 2010 - 2013

4. Sejak tahun 2013 mengikuti pendidikan D III Kebidanan di Akademi

Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai

tahun 2016.

Page 5: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada

Balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Tahun 2016” yang merupakan

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program D-III Kebidanan Akbid

Paramata Raha Kabupaten Muna.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan

terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Sitti Dhia Ulhaq, SST.,M.Kes

selaku pembimbing I dan Ibu Andi Asniati, SKM selaku pembimbing II atas segala

kesediaan, kesungguhan, dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan

penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berupa waktu, bimbingan,

motivasi, petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril materil yang sangat

berharga.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Olehnya pada kesempatan ini dengan penuh

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Sowite Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

Page 6: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

vi

untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten

Muna.

2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha

Kabupaten Muna.

3. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan ujian Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak H. Marudin, SKM. MM.Kes selaku kepala Puskesmas Kabawo

Kabupaten Muna yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di

wilayah kerja Puskesmas Kabawo.

5. Seluruh jajaran petugas kesehatan Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna yang

telah membantu selama proses penelitian.

6. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten

Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti

pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda La Sani A.ma.Pd dan

Ibunda Wd Saida yang telah mendidik, membesarkan dengan penuh cinta dan

kasih sayang yang begitu tulus, serta doa restu dan pengorbanan yang tiada

henti-hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

8. Orang yang tercinta Rahman Amd.Kep yang telah memberikan segala dukungan

dan doa serta memberi warna dihidupku baik suka dan duka.

Page 7: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

vii

9. Buat sahabat-sahabatku yang kusayang teruntuk Ilawati, Fitriani, Rahmaningsih,

Wiwin Winarsih, Sitti Andriyani, yang selalu setia menemani, dan selalu

memberi semangat agar Karya Tulis ini selesai pada waktu yang seharusnya

serta seluruh temanku tingkat III dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi selama mengikuti

pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna baik

dari segi materi maupun penulisannya karena “ Tak Ada Gading yang Tak Retak.

Olehnya itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini Akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan dan semoga kebaikan serta

bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan diberikan balasan yang setimpal

oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Raha, Juli 2016

Penulis

Page 8: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i

Lembar Persetujuan....................................................................................... ii

Lembar Pengesahan...................................................................................... iii

Riwayat hidup............................................................................................... iv

Kata Pengantar.............................................................................................. v

Daftar Isi........................................................................................................ viii

Daftar Tabel.................................................................................................. x

Pernyataan..................................................................................................... xi

Intisari........................................................................................................... xii

Bab I Pendahuluan...................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................ 7

A. Telaah Pustaka................................................................................ 7

1. ISPA........................................................................................... 7

2. Balita.......................................................................................... 13

3. Riwayat Pemberian ASI Esklusif.............................................. 13

4. Kebiaasaan Anggota Keluarga Merokok Dalam Rumah........... 16

5. Puskesmas.................................................................................. 17

B. Landasan Teori............................................................................... 18

C. Kerangka Konsep........................................................................... 21

D. Hipotesis Penelitian........................................................................ 21

Bab III Kerangka Penelitian...................................................................... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 22

C. Subjek Penelitian............................................................................ 23

D. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... 24

Page 9: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

ix

E. Variabel dan Defenisi Operasional................................................. 24

F. Instrumen Penelitian....................................................................... 25

G. Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 25

H. Metode Pengumpulan Data............................................................ 25

I. Jalannya Penelitian......................................................................... 28

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................ 29

A. Hasil Penelitian............................................................................... 29

B. Pembahasan.................................................................................... 36

Bab V Kesimpulan dan Saran.................................................................... 39

A. Kesimpulan..................................................................................... 39

B. Saran............................................................................................... 39

Daftar Pustaka............................................................................................. 40

Lampiran-Lampiran

Page 10: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif........................................ 23

Tabel 2 Luas Wilayah dan Presentase Tiap Desa/Kelurahan......................... 28

Tabel 3 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Jenis Kelamin dan Kepadatan

Penduduk Menurut Desa/Kelurahan................................................... 29

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA pada Balita 7-36 Bulan di

Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Tahun 2016.......................... 31

Tabel 5 Distrubusi Frekuensi Balita Berdasarkan Riwayat ASI Esklusif

pada Balita 7-36 Bulan di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Tahun 2016.......................................................................................... 31

Tabel 6 Distrubusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan anggota keluarga

merokok dalam rumah di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Tahun 2016.......................................................................................... 32

Tabel 7 Hubungan antara Riwayat ASI Esklusif dengan Kejadian ISPA di

Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Tahun 2016.......................... 33

Tabel 8 Hubungan Kebiasaan Anggota Keluarga Merokok Dalam Rumah

dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan

Kabawo Tahun 2016........................................................................... 34

Page 11: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

xi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, disepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Raha, Juli 2016

ASNI

Page 12: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

xii

INTISARI

Ilawati, Psw.B.2013.IB.0070 “Faktor–Faktor yang Berhubungan denganKejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan Laimpi Kec. Kabawo Tahun 2016 ”.Dibawah Bimbingan Sitti Dhia Ul Haq dan Andi Asniati.

Latar belakang : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluranpernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yangberlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran atas laring,tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian atas dan bawah secara stimulandan berurutan. Di Puskesmas Kabawo kejadian ISPA pada tahun 2016 periodejanuari-juni sebanyak 36 orangMetode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahanalitik dengan menggunakan pendekatan Cross SectionalHasil penelitian : Hasil uji statistik Chi Square yang telah diakukan pada setiapvariabel peneitian, untuk riwayat ASI eskusif nilai p value 0,516 > ɑ (0,05) artinyatidak ada hubungan antara riwayat ASI Eskusif dan kejadian ISPA pada balita,kebiasaan merokok anggota keluarga nilai p value 0,04 < ɑ (0,05) artinya adahubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dan kejadian ISPA padabalitaKesimpulan : Tidak ada hubungan antara riwayat ASI Eskusif dengan KejadianISPA Pada Balita di Kelurahan Laimpi Kec. Kabawo Tahun 2016, ada hubunganantara kebiasaan merokok dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan LaimpiKec. Kabawo Tahun 2016

Kata Kunci : Balita, ISPA

Literatur : 12 Kepustakaan (2007-2014)

Page 13: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. (Depkes RI, 2009).

Pembangunan kesehatan didasarkan atas dasar perikemanusiaan, pemberdayaan

dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan

perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia

(lansia), dan keluarga miskin. (Kemenkes RI, 2010).

Di negara berkembang penyakit Pneumonia menyumbang kematian pada

anak sebesar 25%, terutama pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, 60 % kasus

pneumonia disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju umumnya

disebabkan oleh virus. (Depkes RI, 2009, Widoyono, 2008).

Tingkat kesakitan suatu negara dapat mencerminkan situasi derajat

kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. ISPA merupakan penyakit yang

menempati urutan teratas pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

rumah sakit tahun 2006, dengan presentase 9,32%. ISPA merupakan penyebab

kematian pada kelompok bayi dan balita. Survei mortalitas yang dilakukan oleh

subdit ISPA tahun 2005 menempatkan pneumonia sebagai penyebab kematian

bayi terbesar di Indonesia dengan presentase 22,30% dari seluruh kematian bayi,

dan 23,6% dari seluruh kematian balita. (Depkes RI, 2008).

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

1

Page 14: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

2

kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama

pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta

anak balita. Penyakit yang sering terjadi pada balita diantaranya yaitu diare,

demam,

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena

menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4

kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA

setiap tahunnya.

Penyakit ISPA sebetulnya meliputi beberapa penyakit yang sebagian besar

infeksinya hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik. Keadaan demikian apabila dibiarkan anak akan

menderita radang paru (pneumonia) yang bisa mengakibatkan kematian. Salah

satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan

angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA adalah melalui Program

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2. ISPA), dimana

program P2. ISPA ini menitikberatkan upaya pemberantasan penyakit infeksi

saluran pernafasan akut pada penyakit pneumonia.

Word Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian Pneumonia di

Negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran

hidup adalah 15 % sampai 20 % per tahun pada golongan balita. Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak

dibawah 5 tahun. Sebuah penelitian melaporkan 62% dari semua kematian

Page 15: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

3

disebabkan oleh ISPA tetapi kebanyakan dari mereka berhubungan dengan

campak. (Cherian T, 2011).

Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun

2011, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi tertinggi

terjadi pada bayi dua tahun (> 35 %). Jumlah balita dengan ispa di indonesia pada

tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita

meninggal pertahun atau sebanyak 125.000 balita perbulan atau 416 kasus sehari

atau 17 balita perjam atau seorang balita perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa

prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4 %.

Berdasarkan data surveilans terpadu penyakit berbasis Puskesmas, kasus

kejadian penyakit ISPA di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 jumlah

kasus ISPA pada balita sebanyak 8.736 (41,04 %) dan pada tahun 2009 jumlah

kasus ISPA sebanyak 9.674 (44,51 %), pada tahun 2010 jumlah kasus ISPA pada

balita sebanyak 3.675 orang, pada tahun 2011 jumlah kasus ISPA pada balita

sebanyak 2.755 orang, pada tahun 2012 kabupaten Muna penderita ISPA pada

balita sebanyak 2.525 orang, pada tahun 2013 Kabupaten Muna penderita ISPA

pada balita sebanyak 1.912 orang, tahun 2014 Kabupaten Muna penderita ISPA

pada balita sebanyak 1.805 orang, dan pada tahun 2015 Kabupaten Muna

penderita ISPA pada balita sebanyak 1.700 orang.

Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat

ISPA berat, paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru –

paru atau pneumonia. Sebagian besar keadaan ini terjadi karena penyakit ISPA

ringan yang diabaikan. Jika penyakitnya telah menjalar keparu – paru dan anak

Page 16: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

4

tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang tepat, anak tersebut bisa

meninggal. Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak–anak dapat

pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Ditemukan adanya hubungan

dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease.

Dari data yang peneliti peroleh, ada banyak kasus kejadian ISPA di

Kelurahan Laimpi yaitu 36 orang untuk periode Januari – Juni. Dan menempati

posisi pertama dari 5 penyakit yang sering terjadi pada balita. Kita ketahui

bersama bahwa ISPA sangat mudah proses penularannya, yaitu antara lain kontak

secara langsung dengan penderita, makanan dan lewat udara. Apabila tidak segera

dilakukan pencegahan maka akan mengakibatkan kematian. Penyebab yang sering

mengakibatkan ISPA yaitu kebiasaan anngota kelurga dalam rumah dimana rokok

merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat membahayakan pada

perokok aktif maupun perokok pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja

terkontak asap rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya

masuk kesaluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran

pernapasan. Kemudian penyebab yang kedua adalah ibu tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya dimana ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat

kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,

virus, parasit dan jamur. Bayi ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang

sakit dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Faktor-

Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 7–36 Bulan

Di Kelurahan Laimpi Tahun 2016”.

Page 17: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

5

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah yang berhubungan

dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo tahun

2016”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak

balita usia 7 – 36 Bulan di Kelurahan Laimpi Kecamatan KabawoTahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

ISPA pada balita Usia 7 – 36 Bulan di Kelurahan Laimpi Kecamatan

KabawoTahun 2016.

b. Mengetahui hubungan kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah

dengan kejadian ISPA pada balita usia 7 – 36 Bulan di Kelurahan Laimpi

Kecamatan KabawoTahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.

Page 18: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

6

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan faktor – faktor yang

menyebabkan penyakit ISPA pada balita. Selanjutnya hasil penelitian

diharapkan menjadi acuan bagi penyusunan program pencegahan ISPA.

Sebagai salah satu sumber info bagi penentu kebijakan di Pemerintah daerah

Kabupaten Muna yang terkait sebagai prioritas pendanaan program kesehatan

khususnya dalam penanggulangan penyakit ISPA.

3. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Akademi

Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dan juga merupakan pengalaman

yang sangat berharga, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama

mengikuti pendidikan.

Page 19: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. ISPA

a. Pengertian ISPA

ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau

lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli)

termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura (Depkes RI, 2009).

ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas dengan perhatian khusus

pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan

tenggorokan (Widoyono, 2008).

ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme di

struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,

termasuk rongga hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA

antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laringitis dan influenza

tanpa komplikasi. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan

inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang

terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus

yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat,

sputum berlebihan, dan rabas hidung (pilek). Sakit kepala, demam ringan

dan malaise juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi (Carwin, 2009).

7

Page 20: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

8

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat

ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumonia bila infeksi

paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak,

karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit

batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun,

yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek

sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya yaitu :

1) Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2) Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3) Infeksi akut

Adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

berlangsung lebih dari 14 hari.

Page 21: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

9

b. Tanda dan Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul

karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya

karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa

panas, yang diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus

encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak

merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi

kental dan sumbatan dihidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,

gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin

terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran

tuba eustchii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2

bulan sampai 5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan :

1) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

a) pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada

saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak

menangis/merontah).

b) Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah untuk

umur 2 bulan <12 bulan sama dengan 50 kali permenit atau lebih,

untuk umur1-5 tahun sama dengan 40 kali permenit atau lebih.

c) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

Page 22: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

10

2) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan

a) Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada bagian

bawah atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur

kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali permenit atau lebih.

b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda

tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

c. Penyabab ISPA

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti

bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas

umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah

disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang

disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang

berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus,

stapilococus, pneumococus, hemofillus, Bordetella dan corinebacterium.

Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus (termasuk

didalamnya virus influenza, dan virus campak), Adenovirus, Koronavirus,

Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. ISPA akibat populasi adalah

ISPA yang disebabkan oleh populasi udara yang terjadi diluar ruangan

(indoor) dan dalam ruangan (outdoor). (Depkes RI, 2009).

d. Penularan ISPA

Penularan penyakit ISPA terjadi melalui udara, bibit penyakit

masuk ketubuh melalui pernapasan, oleh karena itu ISPA termasuk dalam

Page 23: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

11

salah satu penyakit golongan air borne disease. Penularan melalui udara

yang dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak

dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi. Sebagian

besar penularan melalui udara dapat menular juga melalui kontak

langsung, namun dengan menghirup udara yang telah terkontaminasi oleh

bibit penyakit menjadikan resiko penularan penyakit. Manusia merupakan

reservoir utama dan diperkirakan seluruh umat manusia memiliki bakteri

penyebab ISPA pada saluran pernafasannya. Oleh sebab itu, dalam

keadaan daya tahan menurun penyakit ini bisa berkembang dengan baik

pada anak –anak maupun orang tua.

e. Pencegahan ISPA

Pencegahan ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan

tubuh yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang dengan sistem kekebalan

tubuh yang lemah akan sangat rentan terhadap serangan sehingga

pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka yang memiliki

sistem kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau Infeksi Saluran

Pernapasan Akut sangat rentan kepada anak-anak, itulah mengapa kasus

ISPA sebagai penyakit dengan prevalensi sangat tinggi di dunia juga

menunjukkan angka kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan

penyakit lainnya.

Pencegahan ISPA yang dilakukan adalah upaya yang dimaksudkan

agar seseorang terutama anak-anak dapat terhindar baik itu infeksinya,

maupun melawan dengan sistem kekebalan tubuh, karena vektor penyakit

Page 24: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

12

ISPA telah sangat meluas di dunia, sehingga perlu kewaspadaan diri untuk

menghadapi serangan infeksi, bukan hanya dalam hal pengobatan ISPA.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit

ISPA pada anak antara lain :

1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya

dengan cara memberikan makanan yang mengandung cukup gizi

kepada anak.

2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan

tubuh terhadap penyakit baik.

3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satunya adalah

memakai penutup hidung dan mulut ketika kontak langsung dengan

anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

f. Penatalaksanaan ISPA

Dalam melakukan penatalaksanaan ISPA sebelumnya harus

menentukan klasifikasi dan tindakan. Pertama yang harus dilakukan dalam

klasifikasi adalah mengetahui usia anak, karena dalam tindakan

pelaksanaan ISPA berbeda antara umur anak dibawah 2 bulan dan anak

umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Secara garis besar ada tiga

macam tindakan walaupun ada sedikit perbedaan tergantung pada umur

anak, adanya wheezing atau demam, serta mungkin tidaknya rujukan

dilaksanakan. (Kemenkes RI, 2010).

Page 25: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

13

2. Balita

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3 – 5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada

orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti, mandi, buang air dan

makan . Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

masuisa. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak diperiode selanjutnya.

Masa tumbuh kembang diusia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan

tidak akan pernah terulang, karena itu disebut golden age atau masa kemasa.

Anak usia 1-5 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi

demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan

makanan. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut

yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih

besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan

frekuensi sering. .

3. Pemberian ASI Eksklusif

Menyusui adalah proses alamiah. ASI esklusif adalah bayi hanya diberi

ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

Page 26: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

14

air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biscuit, bubur nasi dan tim untuk jangka waktu 6 bulan. (Roesli, 2009).

Pemeberian ASI esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan, tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan

tanpa bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi dan tim kecuali vitamin, mineral, dan obat. (Prasetyono, 2009). Air Susu

Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi akan faktor antibodi

untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu

pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal

mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus

factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari

infeksi.

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena merupakan makanan

alamiah yang sempurna, mudah dicerna, mengandung zat gizi yang sesuai

kebutuhan untuk pertumbuhan kekebalan dan mencegah dari berbagai penyakit

serta dapat meningkatkan kecerdasan. ASI selain memiliki nilai gizi yang

tinggi, ASI juga memiliki anti bodi yang dapat melindungi bayi terhadap

bebagai macam infeksi. (Soetjiningsih, 2012).

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan.

Manfaat ASI adalah sebagai berikut :

Page 27: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

15

a. Manfaat untuk bayi

ASI sebagai nutrisi mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan

enzim yang dibutuhkan oels bayi, mengandung asam lemak penting untu

otak, mata dan pembuluh darah.

1) Meningkatkan daya tahan tubuh.

2) Selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi

3) ASI lebih steril dibandingkan susu formula dan tidak terkontaminasi

oleh bakteri dan kuman penyakit lainnya.

4) Mencegah terjadinya anemia.

5) Menurunkan terjadinya resiko alergi.

6) Menurunkan terjadinya penyakit pada saluaran cerna.

7) Menurunkan resiko gangguan pernapsan seperti batuk dan flu.

8) Menurunkan resiko terjadinya infeksi telinga.

9) Mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penaykit alergi,

obesitas, kurang gizi, asma dan eksem.

10) ASI dapat meningkatkan IQ dan EQ anak atau kecerdasan anak.

11) Kaya akan AA / DHA yang mendukung kecerdasan anak.

12) Mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora

usus.

13) Memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang.

14) Dapat menciptakan ikatan psikologis dan jalinan kasih sayang yang

kuat antar ibu dan bayi.

Page 28: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

16

b. Manfaat bagi ibu

1) Mempercepat pengecilan rahim sehungga mencapai ukuran normalnya

dalam waktu singkat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.

2) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.

3) Mengurangi terjadinya anemia.

4) Mengurangi resiko kehamiklan sampai 6 bulan setelah persalinan atau

menjarangkan kehamilan.

5) Mengurangi resiko kangker payudara dan indung telur.

6) Menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama

kehamilan atau lebih cepat langsing kembali.

7) Lebih ekonomis atau murah.

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu.

9) Portabel dan praktis, mudah dibawah kemana.

10) Memberikan kepuasan bagi ibu.

4. Kebiasaan Anggota Keluarga Merokok Dalam Rumah

Kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah dapat berdampak

negatif bagi anggota keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan negara

dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6 % dengan jumlah 65 Juta perokok

atau 225 miliar batang per tahun. Rokok merupakan benda beracun yang

memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok aktif maupun perokok

pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok . Nikotin

dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk kesaluran pernapasan

bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.

Page 29: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

17

Sumber pencemar kimia yang dapat menyebabkan pencemaran udara

dari dalam rumah yang dihasilkan oleh asap rokok adalah Sulfur Dioksida

(SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida

(CO2). Asap rokok (ETS) adalah gas beracun yang dikeluarkan dari

pembakaran produk tembakau yang biasanya mengandung Polycyclic

Aromatic Hydrocarbo (PAHs) yang berbahaya bagi kesehatan manusia

(KemnKes RI, 2011). ETS dapat memperparah gejala pada balita yang

menderita asama, dapat menyebabkan kangker paru. Bayi dan anak – anak

yang orang tuanya perokok mempunyai risiko lebih besar terkena gangguan

saluran pernapasan dengan gejala sesak napas, batu dan lendir berlebihan.

Upaya untuk penyehatan adalah merokok di luar rumah yang asapnya

dipastikan tidak masuk kembali kedalam rumah, merokok ditempat yang telah

disediakan apabila berada di fasilitas atau tempat – tempat umum, penyuluhan

kepada para perokok, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya

nmenghirup asap rokok. (Kemenkes RI, 2011).

5. Puskesmas

Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya.

Page 30: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

18

Tujuan puskesmas adalah pembanguan kesehatan yang diselenggarakan di

Puskesmas bertujuan untuk mewujutkan :

a. Memiliki perlaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

c. Hidup dalam lingkungan yang sehat.

d. Memiliki derajat kesahatan yang ootimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Tugas dan fungsi puskesmas.

Tugas puskesmas adalah mnelaksanankan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat.

Fungsi puskesmas adalah :

a. Penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah

kerjanya.

b. Penyelenggaraan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertam di wilayah

kerjanya.

B. Landasan Teori

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih terpengaruh kepada orang

tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun

kemampuan lain masih terbatas. (Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, 2010).

Page 31: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

19

ISPA adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih

dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk

jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. (Depkes

RI, 2009).

Pemeberian ASI esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan,

tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

dan tanpa bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi dan tim kecuali vitamin, mineral, dan obat. (Prasetyono, 2009). Bayi

ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah dapat berdampak

negatif bagi anggota keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan negara

dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6 % dengan jumlah 65 Juta perokok

atau 225 miliar batang per tahun (WHO, 2008). Rokok merupakan benda

beracun yang memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok aktif

maupun perokok pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap

rokok. Nikotin dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk

kesaluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran

pernapasan. Bayi dan anak-anak yang orang tuanya perokok mempunyai resiko

lebih besar terkena gangguan saluran pernapasan dengan gejala sesak napas,

batu dan lendir berlebihan. Upaya untuk penyehatan adalah merokok di luar

rumah yang asapnya dipastikan tidak masuk kembali kedalam rumah, merokok

ditempat yang telah disediakan apabila berada di fasilitas atau tempat – tempat

Page 32: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

20

umum, penyuluhan kepada para perokok, penyuluhan kepada masyarakat

tentang bahaya nmenghiru asap rokok (KemenKes RI, 2011)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1 : Kerangka Konsep

Keterangan :

: Hubungan antar variabel

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nihil (H0)

a. Tidak ada hubungan antara pemberian ASI Esklusif dengan kejadian ISPA

pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo tahun 2016.

b. Tidak ada hubungan antara kebiasaan anggota keluarga merokok dalam

rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan

Kabawo tahun 2016.

Kebiasaan Anggota KeluargaMerokok Dalam Rumah

Riwayat Pemberian ASIEsklusif

ISPA

pada Balita (7-36Bulan)

Page 33: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

21

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pemberian ASI Esklusif dengan kejadian ISPA pada

balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo tahun 2016.

b. Ada hubungan antara kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah

dengan kejadian ISPA di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo tahun

2016.

Page 34: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

22

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang digunakan dalam waktu

bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda (Arikunto yang dikutip

Siswanto, 2013).

Populasi

(Sampel)

Faktor risiko (+) Faktor risiko (-)

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini rencana akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kabawo

Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna

2. Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016.

22

Page 35: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

23

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita usia 7-36 bulan di Kelurahan

Laimpi yaitu sebanyak 73 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro dan

Ismael yang dikutip Siswanto, 2013). Menurut Taro Yamane dan Slovin,

apabila jumlah populasi (N) diketahui maka teknik pengambilan sampel

dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Siswanto, 2013) :

= NN. d + 1Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

= 7373(0,05) + 1= 7373(0,0025) + 1= 730,1825 + 1= , = 61,733

Jadi, n = 62 orang

Page 36: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

24

a. Tekhnik Pengambilan Sampel

Simple random sampling yaitu dalam pengambilan sampelnya, peneliti

mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subyek

dianggap sama (Arikunto yang dikutip Siswanto, 2013).

D. Identifikasi variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independent variabel) merupakan variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat). : riwayat pemberian

ASI eksklusif dan kebiasaan anggota keluarga merokok dalam rumah.

2. Variabel terikat (variabel dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi:

ISPA pada balita.

E. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Defenisi operasional adalah penjelasan defenisi dari variabel yang telah dipilih

oleh peneliti.

Tabel 2 : Defenisi operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel Defenisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Kriteria Objektif Skala

1 DependentInfeksi saluranpernapasanakut

(ISPA)

Infeksi akut yangmenyerang salah satubagian atau lebihsaluran pernapasanberlangsung sampaidengan 14 hari atauakut dengan gejalabatuk, pilek ataudisertai demam,sampai ditemukanadanya sesak napas.

Wawancara Berdasarkanhasildiagnosadokter

- Menderita ISPA : Jika balitamenderita batuk, pilek dandemam yang disertai atautidak disertai sesak napasserta berdasarkan diagnosadokter dinyatakan menderitaISPA.

- Tidak menderita ISPA : jikabalita tidak menderita batuk,pilek dan demam dan disertaisesak napas dan berdasarkandiagnosa dokter dinyatakantidak menderita ISPA

Nominal

Page 37: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

25

2 Independena. Riawayat

ASIeksklusif

b. Kebiasaanmerokokanggotakeluarga

Pemberian ASI sajakepada bayi sampaiumur 6 bulan tanpapemberian makanantambahan atau cairan.

Kebiasaan merokokanggota keluargadapat berdampaknegatif bagi anggotakeluarga khususnyabalita. Indonesiamerupakan negaradengan jumlahperokok aktif sekitar27,6 % denganjumlah 65 Jutaperokok atau 225miliar batangpertahun.

Wawancara

Wawancaradanobservasi

.

Kuesioner

Kuesioner

- Tidak : Jika bayimendapatkan ASI eksklusif.

-Ya : Jika bayi tidakmendapatkan ASI eksklusif.

.- Tidak : jika tidak ada anggota

keluarga yang mempunyaikebiasaan merokok.

- Ya : jika anggota keluargamempunyai kebiasaanmerokok

Nominal

Nominal

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah wawancara secara langsung

dan lembar chek list.

G. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data primer

dan data sekunder.

1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan

pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner melalui wawancara dan observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder didapat dari Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Provinsi

Sulawesi Tenggara untuk mendapatkan status penderita ISPA atau tidak ISPA.

Page 38: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

26

H. Pengolahan dan Cara Analisa Data

1. Pengolahan data

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Pengeditan (Editing)

Yaitu dengan melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah

terkumpul. Setelah dilakukan pengecekan tidak terdapat kesalahan dan

kekeliruan dalam pengumpulan data.

b. Pengkodean (coding)

Data yang telah diedit dirubah dalam bentuk angka (kode) yaitu nama

responden dirubah dengan kode responden.

c. Pemberian Skor (Tabulating)

Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria dihitung dan disesuaikan

dengan variabel yang dibutuhkan lalu di masukkan kedalam tabel distribusi

frekuensi.

2. Analisa Data

Analisa dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Analisa data dengan uji Univariat

Analisa ini dilakukan pada masing – masing variabel untu mengetahui

gambaran umum secara distribusi frekuensi= x 100 %

Page 39: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

27

Keterangan :

f = frekuensi setiap variabel yang diteliti

p = presentasi

n = jumlah populasi

b. Analisa data dengan uji Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dan terikat.

Perhitungan mulai hubungan variabel dengan menggunakan rumus uji Chi

Square. Dan rumus Chi square nya adalah sebagai berikut := ∑( )Keterangan :

X2 : Ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi yang

diobservasi dan diharapkan.

O : Frekuensi yang diobservasi (observasi)

E : Frekuensi yang diharapkan (expected)

Kesimpulan yang diambil dari pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Jika X2 hitung ≥ X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan taraf

kepercayaan 95 % (α = 0,05)

2. Jika X2 hitung ≤ X2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05)

Page 40: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

28

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan mengurus surat

izin penelitian kepada institusi dan melapor kepada kepala badan

KESBANGPOL Kabupaten Muna, kemudian mengantar surat tembusan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muna dan Kepala Pukesmas

Kabawo Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan penelitian dilapangan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaannya dimulai dengan menghubungi bidan koordinator

puskesmas lasalepa untuk memperoleh data dilapangan. Pengambilan data

dilakukan dengan wawancara secara langsung pada setiap ibu yang memiliki

bayi usia 7-36 bulan yang ada di wilayah Kelurahan Laimpi saja . Setelah

memperoleh data dari sampel berjumlah 62 orang kemudian di sajikan dalam

tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah dalam menghubungkan

antarvariabel.

3. Tahap Pengelolaan dan Analisa Data

Data yang di kumpulkan kemudian diolah, dianalisis dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

4. Tahap Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Pada tahap ini disusun suatu laporan dari penelitian ini.

Page 41: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Geografi

Secara astronomis, Kecamatan Kabawo terletak dibagian barat

Kabupaten Muna. Kecamaan Kabawo merupakan salah satu kecamatan dari

33 Kecamatan yang ada di Kabupaten. Kecamatan Kabawo yang beribukota

di Lasehao memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut

1) Sebelah Utara : Kec. Kontukowuna

2) Sebelah Selatan : Kec. Parigi

3) Sebelah Timur : Kec. Tongkuno

4) Sebelah Barat : Kec. Kabangka dan Selat Spelman

Kecamatan Kabawo terdiri dari 1 Kelurahan dan 10 Desa, yaitu Kelurahan

Laimpi, Desa Kawite-wite, Lamanu, Wantiworo, Kasaka, Lamaeo,

Kontumere, Kambawuna, Bente, Rangka dan Bea. Luas wilayah Kecamatan

Kabawo sekitar 204,94 Km2. Desa terluas saat ini adalah Desa Tanjung Batu

(Lamanu) dengan luas 58,13 Km2 atau sebesar 28,38% dari total luas

wilayah Kecamatan. Desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa

Kambawuna dengan luas hanya sebesar 5,54 Km2 atau 2,7% dari total luas

Kecamatan Kabawo. Secara rinci, luas masing-masing Desa/Keluarahan

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3Luas wilayah dan presentase tiap Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan Luas (Km2)

1. Kawite-wite 24,52

2. Lamanu 58,13

3. Wantiworo 20,46

4. Kasaka 13,89

5. Lamaeo 7,96

6. Kontumere 9,09

29

Page 42: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

30

7. Kambawuna 5,54

8. Laimpi 28,71

9. Bente 8,66

10. Rangka 6,95

11. Bea 21,03

Jumlah 204,94

Sumber : Data Sekunder, 2014

b. Demografi

1) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertubuhan penduduk adalah angka yang menujukan tingkat

pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Rasio

jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki

dengan banyak penduduk perempuan penduduk berdasarkan jenis

kelamin menurut Desa/Kelurahan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk

Menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan Rumah Tangga Jenis Kelamin Penduduk

(Jiwa)Laki-laki Perempuan

1. Kawite-wite 222 550 559 1.109

2. Lamanu 191 458 457 915

3. Wantiworo 375 853 1.008 1.861

4. Kasaka 180 331 447 778

5. Lamaeo 253 547 596 1.143

6. Kontumere 573 1.267 1.378 2.645

7. Kambawuna 115 219 268 487

8. Laimpi 366 820 951 1.771

9. Bente 204 438 496 934

10. Rangka 121 281 280 561

11. Bea 149 349 335 684

Jumlah 2.749 6.133 6.775 12.888

Sumber : Data Sekunder, 2014

2) Suku, Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian Kecamatan Kabawo

Kabupaten Muna.

Page 43: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

31

Suku Kecamatan Kabawo terdiri dari Suku Muna, Bugis, dan Suku

Tolaki dan yamg paling banyak yaitu Suku Muna. Tingkat Peendidikan

masyarakat Kabawo Kabupaten Muna terdiri daari Sarjana, SMA, SMP,

SD dan TK. Sedangkan mata pencaharian yaitu berkebun, berdagang,

pegawai dan pengusaha.

2. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Kabupaten Muna. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional

study untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

ISPA pada balita 7-36 bulan di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Kabupaten Muna periode Juli 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara langsung pada responden. Besar sampel pada penelitian ini adalah

62 responden yaitu semua Balita usia 7-36 bulan.

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam

bentuk tabel frekuensi dan crosstab (tabulasi silang) sesuai dengan tujuan

penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel. Adapun hasil

penelitian yang telah dilakukan diuraikan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi

frekuensi dari variabel dependen dan independen yaitu :

Page 44: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

32

a. Kejadian ISPA

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA pada Balita 7-36 Bulan diKelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Tahun 2016

Kejadian ISPA Frekuensi Persentase (%)

Ya 36 58,1

Tidak 26 41,9

Jumlah 62 100

Sumber : Data Sekunder, 2016

Tabel 5 menunjukan bahwa dari 62 balita yang menderita ISPA sebanyak

36 orang (58,1 %) dan balita yang tidak menderita ISPA sebanyak 26

orang (41,9 %).

b. ASI Esklusif

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Riwayat ASI Esklusifpada Balita 7-36 Bulan di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Tahun 2016

ASI Esklusif Frekuensi Persentase (%)

Ya 21 33,9

Tidak 41 66,1

Jumlah 62 100

Sumber : Data Primer, 2016

Tabel 6 menunjukan bahwa dari 62 balita yang riwayat ASI esklusif

sebanyak 21 orang (33,9%) dan balita yang riwayat tidak ASI esklusif

sebanyak 41 orang (51,6%).

Page 45: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

33

c. Kebiasaan Merokok

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok AnggotaKeluarga di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Tahun 2016

Kebiasaan MerokokAnggota Keluarga

Frekuensi Persentase (%)

Ya 47 75,8

Tidak 15 24,2

Jumlah 62 100

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 7 menunjukan bahwa dari 62 balita yang memiliki kebiasaan

merokok anggota keluarga sebanyak 47 orang (75,8%) dan balita yang

tidak memiliki kebisaan merokok anggota keluarga sebanyak 15 orang

(24,2%).

2. Analisis Bivariat

Analisis statistik dengan menggunakan rumus uji Chi Square

terhadap hubungan riwayat ASI esklusif dan kebiasaan merokok dengan

kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Kabupaten Muna tahun 2016 adalah sebagai berikut :

a. Hubungan antara Kejadian ISPA dengan riwayat ASI Esklusif

Berdasarkan hasil olahan SPSS, maka secara ringkas hasil perhitugan

Chi Square dapat di sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Page 46: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

34

Tabel 8 Hubungan antara Kejadian ISPA dengan riwayat ASI Esklusif

NoKejadian

ISPA

ASI EsklusifTotal

x² Hit x² Tab ΡYa Tidak

n % N % N %

1 Ya 11 17,74 25 40,32 36 58,10,421 3,841 0,516

2 Tidak 10 16,12 16 25,8 26 41,9

Total 22 35,5 40 64,5 62 100

Tabel 8 menunjukan bahwa dari 62 balita yang mendapat ASI esklusif

dan menderita ISPA sebanyak 11 orang (17,74%), balita yang tidak

mendapatkan ASI esklusif dan menderita ISPA sebanyak 25 orang (40,32%).

Balita yang mendapat ASI esklusif dan tidak menderita ISPA sebanyak 10

orang (16,12%), balita yang tidak mendapat ASI esklusif dan tidak menderita

ISPA sebanyak 16 orang (25,8%).

Berdasarkan hasil pengujian keterkaitan antar dua variabel melalui uji

Chi-Square, dimana diperoleh nilai 2hitung sebesar 0,421 dengan nilai

signifikansi (Asymp.sig.(2-sided)) sebesar 0,516. Berdasarkan hasil yang telah

diperoleh, terlihat bahwa nilai 2hitung (0,421) < 2

tabel (3,841) serta nilai

signifikansi 0,516 > ɑ (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima

dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan bermakna antara riwayat ASI

esklusif dengan kejadian ISPA pada balita.

Page 47: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

35

b. Hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadianISPA pada balita.

Tabel 9 Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga denganKejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Laimpi

Kecamatan Kabawo Kabupaten MunaTahun 2016

NoKejadian

ISPA

Kebiasaan MerokokAnggota Keluarga

Total x² Hit x² Tab ΡYa Tidak

N % N % N %

1 Ya 27 43,54 9 14,51 10 16,128.376 3,841 0,04

2 Tidak 10 16,12 16 25,8 21 33,87

Total 48 77,41 15 24,19 31 100

Tabel 9 menunjukan bahwa dari 62 balita yang memiliki kebiasaan

merokok dan menderita ISPA sebanyak 27 orang (43,54%), balita yang tidak

memiliki kebiasaan buruk anggota keluarga dan menderita ISPA sebanyak 9

orang (14,51%). Balita yang memiliki kebiasaan buruk anggota keluarga dan

tidak menderita ISPA sebanyak 10 orang (16,12%), balita yang tidak memeliki

kebiasaan buruk anggota keluarga dan tidak menderita ISPA sebanyak 16

orang (25,8%).

Berdasarkan data diatas di dukung oleh hasil analisis statistic dengan

menggunakan uji Chi-Square serta sesuai dengan dasar pengambilan

keputusan penelitian hipotesis bahwa jika di peroleh nilai x2hitung 8.376 dan

pvalue= 0,04 dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Karena x2hitung (8.376)

> x2tabel (3,841) dan pvalue (0,04) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

Page 48: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

36

ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian

ISPA pada balita.

B. Pembahasan

Setelah di lakukan uji Chi-Square terhadap variabel independent maka

didapatkan tidak ada hubungan antara riwayat ASI esklusif dengan kejadian ISPA

pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna tahun

2016, data tersebut telah dibuktikan dengan hasil uji Chi-Square X2 hitung 0,421

< X2 tabel 3,841, sehingga di simpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak

artinya tidak ada hubungan antara riwayat ASI esklusif dengan kejadian ISPA

pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna tahun

2016. Sedangkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga

dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan Kabawo

Kabupaten Muna tahun 2016, data tersebut telah dibuktikan dengan hasil uji

Chi-Square X2 hitung 8,376 > X2 tabel 3.841, sehingga di simpulkan bahwa Ho

ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota

keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Laimpi Kecamatan

Kabawo Kabupaten Muna tahun 2016.

1. Hubungan antara Riwaya ASI Esklusif dengan kejadian ISPA pada balita

Dari analisa univariat menunjukkan bahwa dari 62 balita yang riwayat

ASI esklusif sebanyak 21 orang (33,9%) dan balita yang riwayat tidak ASI

esklusif sebanyak 41 orang (51,6%). dan bila dikaitkan dengan kejadian

ISPA, maka balita yang mendapat ASI esklusif dan menderita ISPA sebanyak

11 orang (17,74%), balita yang tidak mendapatkan ASI esklusif dan menderita

Page 49: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

37

ISPA sebanyak 25 orang (40,32%). Balita yang mendapat ASI esklusif dan

tidak menderita ISPA sebanyak 10 orang (16,12%), balita yang tidak

mendapat ASI esklusif dan tidak menderita ISPA sebanyak 16 orang (25,8%).

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena merupakan

makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna, mengandung zat gizi yang

sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan kekebalan dan mencegah dari berbagai

penyakit serta dapat meningkatkan kecerdasan. ASI selain memiliki nilai gizi

yang tinggi, ASI juga memiliki anti bodi yang dapat melindungi bayi terhadap

bebagai macam infeksi (Soetjiningsih, 2012).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Widarini di .

hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi ISPA pada balita

seperti status imunisasi, status gizi, BBLR, dll.

2. Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada

Balita

Dari analisa univariat menunjukkan bahwa dari 62 balita yang

memiliki kebiasaan merokok dan menderita ISPA sebanyak 27 orang

(43,54%), balita yang tidak memiliki kebiasaan buruk anggota keluarga dan

menderita ISPA sebanyak 9 orang (14,51%). Balita yang memiliki kebiasaan

buruk anggota keluarga dan tidak menderita ISPA sebanyak 10 orang

(16,12%), balita yang tidak memeliki kebiasaan buruk anggota keluarga dan

tidak menderita ISPA sebanyak 16 orang (25,8%).

Kebiasaan merokok anggota keluarga dapat berdampak negatif bagi

anggota keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan negara dengan

Page 50: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

38

jumlah perokok aktif sekitar 27,6 % dengan jumlah 65 Juta perokok atau 225

miliar batang per tahun (WHO, 2008). Rokok merupakan benda beracun yang

memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok aktif maupun perokok

pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok . Nikotin

dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk kesaluran pernapasan

bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yuli

trisnawati di puskesmas rembang kabupaten purbalingga tahun 2012 yang

mengatakan bahwa ada hubungan signifikan antara kebiasaan merokok anggota

keluarga dengan kejadian ISPA. Hal ini dapat dipahami karena asap rokok

orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan

pencemaran dalam ruang tempat tinggal yan serius serta akan menambah risiko

kesakitandari bahan toksik pada anak-anak. paparan yang terus menerus

menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi

saluran pernapasan. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga

semakin besar memberikan risiko terhadap kejadian ISPA.

Page 51: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan bermakna antara riwayat ASI esklusif dengan kejadian

ISPA pada balita.

2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian

ISPA pada balita.

B. Saran

1. Diharapkan kepada ibu yang memiliki balita agar anak memperoleh gizi

yang baik dengan cara memberikan makanan yang mengandung cukup gizi

kepada anak.

2. Diharapkan kepada anggota keluarga yang merokok agar tidak merokok

didekat balita, untuk mencegah terjadinya ISPA.

39

Page 52: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi (2008). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.

Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Buku panduan karya tulis ilmiah akbid paramata raha kab. Muna tahun 2016.

Depkes RI (2009). Pedoman pengendalian penyakit infeksi saluran pernapasan

akut. Dirjen Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan, Depkes RI

Jakarta.

Fidiani (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada

balita.

Karlinda, Tri dan Warni Susilawati. Hubungan Keberadaan Anggota Keluarga

Yang Merokok Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu, Jurnal Akademi Kesehatan Sapta

Bakti Bengkulu, 2012.

Kementrian Kesehatan RI (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran

Pernapasan Akut. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian kesehatan RI (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKEDES) 2013.

Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI , Pneumonia Balita, Buletin Jendela Epidemiologi,

Volume 3 September 2010.

Prabu (2009). Infeksi Saluran Pernapasan Pernapasan Akut. Terdapat pada

http://prabu.wordpress.com/2009/04/infeksi-saluran-pernapasan-akut-

ISPA.

Probowo, sony (2012). Penyakit yang Paling Umum pada Anak, Majalah

Kesehatan (online) http://majalah kesehatan.com/penyakit-yang-paling-

umum-pada-anak-bag-1/diakses tanggal 29 juni 2016.

Page 53: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

Siswanto, susila & suyanto (2013). Metodologi penelitian kesehatan dan

kedokteran. Yogyakarta : Bursa Ilmu.

Page 54: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Balita di KelurahanLaimpi Kec. Kabawo Tahun 2016

No Nama Umur ISPA ASI esklusif Kebiasaan merokok

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1 An. S 32 bulan

2 An. T 32 bulan

3 An. M 32 bulan

4 An. A 32 bulan

5 An. J 32 bulan

6 An. P 32 bulan

7 An. F 31 bulan

8 An. C 30 bulan

9 An. A 29 bulan

10 An. A 28 bulan

11 An. S 28 bulan

12 An. I 24 bulan

13 An. H 29 bulan

14 An. A 20 bulan

15 An. S 20 bulan

16 An. N 25 bulan

17 An. O 23 bulan

18 An. S 23 bulan

19 An. Mu 31 bulan

20 An. Ah 29 bulan

21 An. D 20 bulan

22 An. K 21 bulan

23 An. C 22 bulan

24 An. M 24 bulan

25 An. A 24 bulan

26 An. H 21 bulan

27 An. J 19 bulan

28 An. A 22 bulan

Page 55: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

29 An. S 24 bulan

30 An. A 16 bulan

31 An. N 13 bulan

32 An. L 24 bulan

33 An. A 24 bulan

34 An. F 14 bulan

35 An. W 23 bulan

36 An. R 17 bulan

37 An. O 19 bulan

38 An. M 24 bulan

39 An. A 23 bulan

40 An. N T 23 bulan

41 An. F 21 ulan

42 An. N 24 bulan

43 An. Q 25 bulan

44 An. L 22 bula

45 An. V 30 bulan

46 By. N 11 bulan

47 By. B 10 bulan

48 By. A 9 bulan

49 By. K 11 bulan

50 By. R 12 bulan

51 An. F 13 bulan

52 An. T 17 bulan

53 An. F 18 bulan

54 An. H 19 bulan

55 An. Al 17 bulan

56 An. N 16 bulan

57 An. A 27 bulan

58 An. H 28 bulan

59 An. M 31 bulan

60 An. A 30 bulan

Page 56: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

61 An. M 33 bulan

62 An. N 12 bulan

Page 57: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah
Page 58: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

KUISIONER

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita

di Puskesmas Kabawo Tahun 2016 Periode Januari-Juni

Nomor responden :

Nama ibu :

Umur :

Petunjuk pengisian :

Memiliki KMS : Ya / Tidak

1. Kepada responden di harapkan untuk menjawab semua pertanyaan dengan

jujur dan obyektif

2. Berikan tanda ( X ) pada jawaban yang diangap benar dan tepat

Soal

1. Apakah bayi ibu nendapatkan imunisasi dasar lengkap ?

a. Ya

b. Tidak

2. Pada usia 0-6 bulan apakah bayi/anak ibu hanya minum ASI saja tanpa

makanan tambahan kecuali obat ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok di dalam

rumah ?

a. Ya

b. Tidak

Page 59: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawa ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian

yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA

pada Balita di Kelurahan Laimpi Kec. Kabawo Tahun 2016 ” Yang

dilakukan oleh :

Nama : ASNI

Nim : PSw.B.2013.IB.0054

Sesuai dalam prosedur penelitian, maka saya memberikan jawaban

sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diberikan dan tidak akan menuntut

terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk

digunakan sebagaimana mestinya.

Raha, Juli 2016

Responden

(....................................)

Page 60: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah
Page 61: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA Pada Balitadi Kelurahan Laimpi Kec. Kabawo Tahun 2016

1. Riwayat ASI esklusif

kejadian ispa * riwayat ASI esklusif Crosstabulation

riwayat ASI esklusif

Totalya tidak

kejadian ispa ISPA Count 11 25 36

Expected Count 12,2 23,8 36,0

% within kejadian ispa 30,6% 69,4% 100,0%

% within riwayat ASI

esklusif52,4% 61,0% 58,1%

tidak ISPA Count 10 16 26

Expected Count 8,8 17,2 26,0

% within kejadian ispa 38,5% 61,5% 100,0%

% within riwayat ASI

esklusif47,6% 39,0% 41,9%

Total Count 21 41 62

Expected Count 21,0 41,0 62,0

% within kejadian ispa 33,9% 66,1% 100,0%

% within riwayat ASI

esklusif100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square ,421a 1 ,516

Continuity Correctionb ,142 1 ,706

Likelihood Ratio ,419 1 ,517

Fisher's Exact Test ,592 ,352

Linear-by-Linear

Association,414 1 ,520

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,81.

Page 62: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

2. Kebiasaan Merokok

kejadian ISPA * Kebiasaan Merokok Crosstabulation

Kebiasaan Merokok

Totalmerokok

tidak

merokok

kejadian

ISPA

ISPA Count 27 9 36

Expected Count 21,5 14,5 36,0

% within kejadian

ISPA75,0% 25,0% 100,0%

% within Kebiasaan

Merokok73,0% 36,0% 58,1%

tidak

ISPA

Count 10 16 26

Expected Count 15,5 10,5 26,0

% within kejadian

ISPA38,5% 61,5% 100,0%

% within Kebiasaan

Merokok27,0% 64,0% 41,9%

Total Count 37 25 62

Expected Count 37,0 25,0 62,0

% within kejadian

ISPA59,7% 40,3% 100,0%

% within Kebiasaan

Merokok100,0% 100,0% 100,0%

Page 63: FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN LAIMPI KEC. KABAWO TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8,376a 1 ,004

Continuity Correctionb 6,926 1 ,008

Likelihood Ratio 8,478 1 ,004

Fisher's Exact Test ,008 ,004

Linear-by-Linear

Association8,241 1 ,004

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,48.

b. Computed only for a 2x2 table