337
Ensiklopedi Pendidikan rulam Ensiklopedi Pendidikan on Jul, 05, 2014 No Comments. [definisi]Akhlakul karimah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, syukur, tawadlu (rendah hati), husnudzdzon (berperasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain (Aminuddin, dkk., 2002:153). [definisi]Aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan dan pikiranpikirannya dalam tindakan yang spontan. Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, aktivitas merupakan perilaku yang aktif dalam melakukan tindakan yang merupakan penjelmaan dari perasaan (Suryabrata, 2002:72). [definisi]Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Aktivitas yang dimaksud adalah keaktifan atau partisipasi langsung dalam suatu kegiatan (Ali, 1996:26). [definisi]Akuntansi ditinjau dari sudut pemakaiannya adalah disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sudut pandang yang kedua ditinjau dari kegiatannya akuntansi adalah proses pencatatan, pengelolaan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi (Haryono, 1994:23). [definisi]Akuntansi merupakan bahan kajian mengenal suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan (Depdiknas, 200:07). [definisi]Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan penjaran guna memberi pengertian atau gambaran yang jelas tentang pelajaran yang diberikan (Subari, 1994:95). [definisi]Alat peraga matematika adalah seperangkat benda kongkrit yang dirancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep atau prinsip dalam matematika (Estiningsi dalam Pujiati, 2004:3). [definisi]Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih dalam Asyhar, 2011:12).

Ensiklopedi pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ensiklopedi pendidikan

Ensiklopedi Pendidikan rulam

Ensiklopedi Pendidikan

on Jul, 05, 2014

No Comments.

[definisi]Akhlakul karimah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah

yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti

sabar, jujur, ikhlas, syukur, tawadlu (rendah hati), husnudzdzon (berperasangka baik),

optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain (Aminuddin, dkk.,

2002:153).

[definisi]Aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan

perasaan dan pikiranpikirannya dalam tindakan yang spontan. Sesuai dengan beberapa

pendapat di atas, aktivitas merupakan perilaku yang aktif dalam melakukan tindakan

yang merupakan penjelmaan dari perasaan (Suryabrata, 2002:72).

[definisi]Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Aktivitas yang dimaksud adalah

keaktifan atau partisipasi langsung dalam suatu kegiatan (Ali, 1996:26).

[definisi]Akuntansi ditinjau dari sudut pemakaiannya adalah disiplin ilmu yang

menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien

dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sudut pandang yang kedua

ditinjau dari kegiatannya akuntansi adalah proses pencatatan, pengelolaan,

peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi (Haryono,

1994:23).

[definisi]Akuntansi merupakan bahan kajian mengenal suatu sistem untuk

menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan (Depdiknas, 200:07).

[definisi]Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau

mendemonstrasikan bahan penjaran guna memberi pengertian atau gambaran yang

jelas tentang pelajaran yang diberikan (Subari, 1994:95).

[definisi]Alat peraga matematika adalah seperangkat benda kongkrit yang dirancang,

dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan

atau mengembangkan konsep atau prinsip dalam matematika (Estiningsi dalam Pujiati,

2004:3).

[definisi]Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau

membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih dalam Asyhar, 2011:12).

Page 2: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawa

ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsi dalam Pujiati, 2004:3).

[definisi]Alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan oleh peserta didik

untuk memperagakan materi pelajaran (Sanaky dalam Asyhar, 2011:12).

[definisi]Alat perekam pita magnetik (kaset tape recorder) adalah alat perekam yang

menggunakan pita dalam kaset. Pita tersebut digulung-gulung pada kumparan yang

berada dalam kotak yang disebut kaset. Pita yang digunakan untuk cassete recorder itu

adalah pita magnetik, berupa pita plastik yang tipis dan elastis (Asnawir & Usman,

2002:90).

[definisi]Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-

hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:140).

[definisi]Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia

ketahui (Arikunto, 2002:128).

[definisi]Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahui (Arikunto, 1998:124).

[definisi]Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden

(Margono,2004:167).

[definisi]Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan

orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh

peneliti (Mardalis, 2006:67).

[definisi]Angket atau questionnaire merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2006:135).

[definisi]Bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara diagramatik

dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk mendapat sejumlah informasi

yang menunjukkan perkembangan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari

sudut waktu dan ruang (Asnawir & Usman, 2002:33).

[definisi]Bahan belajar adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya

proses pembelajaran di sekolah guna membentuk siswa seutuhnya (Komariah & Triatna,

2006: 3).

[definisi]Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan

dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.

Sedangkan bahan belajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang

disimpan dalam berbagai bentuk alat komunukasi elektronik yang biasanya berfungsi

Page 3: Ensiklopedi pendidikan

sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk video, kaset, computer, CD, dan

lain sebagainya (Sanjaya, 2009:147-149).

[definisi]Bahan-bahan operasional adalah sumber-sumber yang dipergunakan sebagai

pelancar proses transformasi (Mudyahardjo, 2001: 44).

[definisi]Bahan-bahan produksi adalah bahan-bahan olahan yang akan dijadikan hasil

produksi (Mudyahardjo, 2001:44).

[definisi]Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Syah, Muhibbin, 2004:136).

[definisi]Balajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau

pengetahuan baru, sehingga menyababkan perubahan perilaku (Hudojo, 2005:71).

[definisi]Belah ketupat adalah jajar genjang dengan sisi-sisi yang berdekatan kongruen.

Belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Semua sisinya sama panjang. b)

Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri. c) Sudut-sudut yang berhadapan

sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. d) Kedua

diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus

(Raharjanto, 2010:73).

[definisi]Belajar adalah merupakan proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau

pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Hudojo, 2005:71).

[definisi]Belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, suatu kegiatan, untuk mencapai

tujuan (Hamalik, 2005:36).

[definisi]Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi dari hasil

latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap

suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang.

Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah,

kedewasaan atau keadaan organisme yang bersifat temporer melainkan perubahan

dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau gabungan dari kesemuanya

(Morgan dkk dalam Soekamto dan Winataputra, 1997:14).

[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya, 2006: 89).

[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya

interaksi individu dengan lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2007:112).

[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya 2006:86).

[definisi]Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik

latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah dengan mengabaikan

perubahan selain dari faktor-faktor latihan (Hilgard dalam Sanjaya, 2006:89).

[definisi]Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan

artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

Page 4: Ensiklopedi pendidikan

pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme

atau pribadi (Djamarah, 2002:11).

[definisi]Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik menuju perkembangan

pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai hasil dari aktifitas belajar akan dapat dilihat

dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Thomas Gordon dalam

Purwanto, 1996:83).

[definisi]Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah,

2002:141).

[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan

bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Purwanto,

1993:84).

[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian (Witherington dalam Purwanto,

1993:84).

[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Sagala,

2010:13).

[definisi]Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman

(Purwanto, 1990:9).

[definisi]Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi

lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Skinner dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9).

[definisi]Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau

pengetahuan baru, sehingga menyebabkan perubahan perilaku (Hudojo, 2005:71).

[definisi]Belajar adalah suatu proses di mana pengalaman-pengalaman menghasilkan

suatu perubahan permanent dalam pengetahuan atau tingkah laku (Learning is the

process through which experiences causes permanent of change knowledge or behavior)

(Woolfolk, 1996:196).

[definisi]Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Page 5: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai ke liang lahat (Sadiman dalam

Warsita, 2008:62).

[definisi]Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan,

jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian disusun dan dibentuk

dengan cara yang unik oleh setiap individu (Hamalik, 2001:36).

[definisi]Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif (Syah, 2006:92).

[definisi]Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan

baru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku (Hudojo, 1998:1).

[definisi]Belajar dalam arti luas, yaitu sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, yaitu sebagai usaha

pengusaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2007:20).

[definisi]Belajar diartikan sebagai perubahan dalam kelakuan seseorang sebagai akibat

pengaruh usaha pendidikan (Nasution, 2001:91).

[definisi]Belajar diartikan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabalitas baru (Gagne dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006:10).

[definisi]Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003:28).

[definisi]Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan

melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga (James O. Whittaker dalam

Djamarah, 2002:12).

[definisi]Belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen (Slavin dalam Isjoni, 2009:12).

[definisi]Belajar kooperatif/Secara sederhana pembalajaran kooperatif berarti

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

sebagai satu tim (Isjoni, 2007:6).

[definisi]Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru

dan lain sebagainya (Sardiman, 2005:22).

[definisi]Belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi

antara individu dengan lingkungannya (Uno, 2007:22).

[definisi]Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan

atau pengalaman dimana perubahan yang terjadi relatif menetap serta menyangkut

kepribadian baik fisik maupun psikis (Purwanto, 2003:85).

Page 6: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Belajar pada dasarnya sebagai titipan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa (Syah,

2001:90).

[definisi]Belajar sebagai aktivitas untuk mendapatkan atau menguasai pengetahuan

melalui pengalaman, mengingat, menguasai dan mendapatkan informasi atau

menemukan sesuatu. Belajar dianggap sebagai aktivitas dan penguasaan sesuatu

(Hilgard dan Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13).

[definisi]Belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman (James O. Whittaker dalam Djamarah, 2002:12).

[definisi]Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan dalam tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman (Learning is shown by a change in behaviour as a

result of experience) (Sardiman, 2005:20).

[definisi]Belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman (Cronbach dalam Djamarah, 2002:13).

[definisi]Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau

memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Dalam cara

berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang

pernah dialaminya pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-

48).

[definisi]Berpikir kritis adalah berpikir secara alasan dan reflektif dengan menekankan

pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (R. H.

Ennis dalam Zaleha, 2004: 86-87).

[definisi]Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir secara logis, reflektif, dan

produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan

keputusan yang baik (Desmita, 2009:153).

[definisi]Berprestasi adalah mencapai prestasi, kesuksesan atau keberhasilan dibidang

tertentu (McClelland dalam Djiwandono, 2002:135).

[definisi]Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu

atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-

kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan inndividu-inndividu

itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Bimo Walgito (1982: 11) dalam Soetjipto

dan Kosasi, 2009:62).

[definisi]Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada indivdu yang dilakukan

secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga

ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan

keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan

hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Rochman Natawidjaja

(1978) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:62).

Page 7: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program

pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan dengan pribadi dan layanan-

layanan petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan

dan kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen Schmuller,

1964z:3).

[definisi]Buletin supervisi ialah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang

dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-

guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar (Sahertian, Piet A., 2000:31).

[definisi]Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:15).

[definisi]Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi, dalam

demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu

(Moeslichatoen R., 2004:27).

[definisi]Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh.

Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan,

pendengaran, perabaan, penciuman, danperasaan. Deskripsi memberikan suatu

gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu

deskripsi yang baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah

dengan semua pancaindera (Parera, 1993:5).

[definisi]Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertahan dengan usaha para

penulis untuk memberikan perincian dan objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi

berasal dari kata Latin describera yang berarti menulis tentang atau membeberkan

sesuatu hal, sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang

berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal (Keraf, 1981:93).

[definisi]Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam jiwa seseorang yang memberikan

dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku

(Pangab dalam Wijaya & Rusyan, 1991:18).

[definisi]Diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan

terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu

pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Maidar G.

Arsjad dan Mukti U.S. dalam Arsjad & Mukti, 1991:37).

[definisi]Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, notulen

rapat dan sebagainya (Arikunto, 1998:132).

[definisi]Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,

dan sebagainya (Arikunto, 2005:206).

Page 8: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Editing adalah setelah daftar pertanyaan yang sudah diisi diterima kembali,

maka perlu dibaca kembali, yang kurang jelas diperbaiki, kalau masih ada yang belum

sesuai dan belum konsisten jawaban dengan pertanyaan dikembalikan kepada peneliti

atau penyidik untuk diperbaiki atau diisi kembali (Nasir, 2003:348).

[definisi]Editing adalah setelah daftar pertanyaan yang sudah diisi diterima kembali,

maka perlu dibaca kembali, yang kurang jelas diperbaiki, kalau masih ada yang belum

sesuai dan belum konsisten jawaban dengan pertanyaan dikembalikan kepada peneliti

atau penyidik untuk diperbaiki atau diisi kembali (Nasir, 2003:348).

[definisi]Efektifitas/Makna dari efektifitas itu sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna,

menunjang tujuan (Partanto dan al-Barry, 128).

[definisi]Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan

informasi tentang sesuatu (Semi, 1993:36).

[definisi]Energi atau tenaga adalah gerak dari alat-alat kerja yang dipergunakan dalam

proses transformasi atau semua operasi yang terjadi dalam transformasi (Mudyahardjo,

2001:44).

[definisi]Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-

dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan

hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar

(Roestiyah N.K. dalam Djamarah & Zain, 2006:50).

[definisi]Evaluasi adalah penilaian, yang merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat

efektifitas dan efesiensi program kagiatan-kegiatan organisasi dalam kaitannya denga

tujuan yang telah ditetapkan dan ketetapan-ketetapan lain yang dijadikan pedoman

oleh organisasi yang bersangkutan. Evaluasi juga merupakan kegiatan pengambilan

keputusan untuk menetukan apakah sesuatu organisasi itu telah berjalan dengan baik

melalui kegiatan yang telah diwujudkan (Ahmadi dan Rohan, 1991:41).

[definisi]Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu rangkaian keputusan yang mengukur

secara terus menerus dan sistematis keefektifan seluruh program bimbingan (Donald G.

and Allen, 1996:417).

[definisi]Evaluasi merupakan pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam

hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai (Tyler (1950) dalam Arikunto,

2001:3).

[definisi]Evaluasi merupakan proses penentuan pencapaian tujuan pembelajaran yang

telah dikuasai siswa (Gronlund, 1973:21).

[definisi]Evaluasi program adalah kumpulan data yang tersusun secara sistematik dan

kegiatan analisis yang dipergunakan untuk menjelaskan nilai dari suatu program untuk

membantu manajemen, perencanaan program, latihan staf, pertanggung jawaban

publik, dan promosi. Kegiatan evaluasi membuat keputusan yang masuk akal mungkin

tentang kemajuan, keefektifan, kecukupan, efisiensi, dan perbandingan nilai

pilihanpilihan program (Hagedon, et al. (1976:3) dalam Gibson dan Mitchell 1981:374-

375).

Page 9: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Evaluasi/Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan, dan

penentuan nilai (Partanto & al-Barry, 1994:163).

[definisi]Gambar/foto adalah media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini

merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan

dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis (Asnawir & Usman, 2002:47).

[definisi]Generalisasi induktif yaitu proses penalaran memperoleh kesimpulan umum

berdasarkan data empiris (hurter dan Pierce dalam Sumarmo, 1987: 41).

[definisi]Generalisasi/Bahwa generalisasi menyatakan pola, menentukan

struktur/data/gambaran/suku berikutnya dan memformulasikan keumuman secara

simbolis (Trisnadi, 2006:11).

[definisi]Generalisasi/bahwa membuat generalisasi adalah membuat perkiraan atau

terkaan berdasarkan kepada pengetahuan (pengalaman) yang dikembangkan melalui

contoh-contoh khusus (Ruseffendi, 1991:267).

[definisi]Generalisasi/Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum

dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi (Soekadijo,

1999:134).

[definisi]Grafik adalah gambar sederhana yang disusun menurut prinsip matematika,

dengan menggunakan data berupa angka-angka (Asnawir & Usman, 2002:38).

[definisi]Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik

(Jamarah, 2000:55).

[definisi]Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menegah (Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

[definisi]Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik disekolah

ataupun diluar sekolah (N. A. Ametembun dalam Djamarah, 2000:32).

[definisi]Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti

mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal

mendidik (Syah, Muhibbin, 2008:256).

[definisi]Guru adalah tenaga professional, yang karena tugas kependidikannya berkaitan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka harus tanggap atas

keadaan pribadi maupun keadaan masyarakat (Drost, 1998: 48).

[definisi]Guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang

bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat (Isa, 1994:64).

[definisi]Guru dalam bahasa jawa adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh

semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya

senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu

pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang

tidak perlu dibuktikan dan diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru yang artinya

Page 10: Ensiklopedi pendidikan

seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara

bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan

ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid

(Nurdin, 2008:17).

[definisi]Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik

dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar,

2007:46-47).

[definisi]Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan

guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah

berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar (Hamalik, 2006:27).

[definisi]Guru profesional/Menurut Moh Uzer Usman bahwa guru profesional adalah

orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal

(Usman. 2006:15).

[definisi]Hadiah (reward) adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh guru atas

keberhasilan siswa dalam melakukan sesuatu (Mahmud, 1998:58).

[definisi]Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi

(Sardiman, 2002:89).

[definisi]Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari pengalaman-

pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa

keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono 2006:55).

[definisi]Hasil belajar adalah keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan

(inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009:38).

[definisi]Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah peserta

didik menerima pengalaman belajar (Sugono, 2008:23).

[definisi]Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22).

[definisi]Hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan

yang berupa informasi (Romizowski, Keller dalam Abdurrahman, 2009:38).

[definisi]Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif, kognitif, maupun

psikomotor (Sudjana, 2001:22).

[definisi]Hipotesis adalah pernyataan mengenai sesuatu hal yang harus diuji

kebenarannya/dugaan sementara (Djarwanto dan Subagyo, 1996:183).

[definisi]Hipotesis berasa dari penggalan kata “hypo” yang artinya di bawah dan “Thesa”

yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah anggapan dasar mengenai suatu teori

yang bersifat sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji di bawah kebenaran

(Arikunto, 2005:1080).

Page 11: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2002:64).

[definisi]Humas adalah kegiatan public relation, yang dilakukan dengan cara

mempublikasikan kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui pihak luar secara luas.

Dan kegiatannya dengan menyebarluaskan informasi dan memberikan penerangan-

penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya dikalangan

masyarakat (Nawawi, 1993:25).

[definisi]Humas adalah kegiatan public relation, yang dilakukan dengan cara

mempublikasikan kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui pihak luar secara luas.

Dan kegiatannya dengan menyebarluaskan informasi dan memberikan penerangan-

penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya dikalangan

masyarakat (Nawawi, 1993:97).

[definisi]Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan (Partanto & Al Barry,

1994:247).

[definisi]Informasi adalah keterangan yang disampaikan kepada pihak lain

(Mudyahardjo, 2001:43).

[definisi]Informasi operasional adalah keterangan tentang bahan-bahan yang

dipergunakan untuk memproses bahan olahan (Mudyahardjo, 2001:44).

[definisi]Informasi produk adalah keterangan tentang bahan olahan, bahan yang akan

diproses menjadi suatu produk (Mudyahardjo, 2001: 43).

[definisi]Istilah kinerja berasal dari kata “Job Performance“ atau “Actual Performance“

yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Kinerja

merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegoro, 2004:67).

[definisi]Istilah konseling (conseling) diaartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan

dalam kegiataan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang

lebih tepat adalah konseling karena kegiatan kegiatan konseling ini sifatnya lebih

khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan dalam bidang pertanian dan

penyuluhan dalam keluarga berancana. Untuk menekankan kekhususannya itulah maka

dipakai istilah Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian

khusus, sehinngga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu

memberikan jenis layanan konseling ini (Winkel (1978) dalam Soetjipto dan Kosasi,

2009:63).

[definisi]Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran, yang berarti:

cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan

mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai usaha

untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti

yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara

Page 12: Ensiklopedi pendidikan

sadar dan disengaja oleh guru untuk membuata siswa belajar dengan jalan

mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar (Gino, Suwarni,

Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan, 1998:30).

[definisi]Jajar genjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan

sama panjang. Jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Sisi yang

berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Sudut-sudut yang berhadapan adalah sama

besar. (c) Jumlah dua sudut yang berdekatan adalah 1800. (d) Diagonal-diagonalnya

saling membagi dua sama panjang (Raharjanto, 2010:73).

[definisi]Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan benar atau

salahnya karena masih memuat variabel (Aminulhayat, 2004:119).

[definisi]Karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan atau lapangan atau gagasan

pemikiran ke dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu

pengetahuan. Sehingga menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan

disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta di dokumentasikan diperpustakaan

sekolah (Depag, 2001:30).

[definisi]Kebijakan (wisdom) adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda

dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adanya alasan yang

dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku (Imran, 2008:17).

[definisi]Kebijakan adalah ”wisdom” sedangkan kebiksanaan adalah ”policy” (Imran,

2008:1).

[definisi]Kebijakan adalah seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peratutan-

peraturan yang membimbing sesuatu organisasi. Dengan demikian kebijakan mencakup

keseluruhan petunjuk organisasi (Murphy dalam Syafaruddin, 2008:2).

[definisi]Kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai

kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa

pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia

dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan kelas yang berkaitan

dengan kurikulum dan perkembangan murid (Hadari Nawawi dalam Djamrarah dan

Zain, 2006:177).

[definisi]Kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah, sehingga berperan sebagai

pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia ditempatkan pada tempat

yang paling tinggi (Subroto, 1994:7).

[definisi]Kepala sekolah adalah manajer pendidikan yang mewujudkan pendayagunaan

setiap personil secara tepat agar mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal

untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya, baik dari segi jumlah maupun dari segi mutu

dan proses belajar mengajar (Nawawi, 1996:90).

[definisi]Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu sekolah (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1997: 480).

Page 13: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Kepemimpinan adalah suatu proses di mana individu mempengaruhi kelompok

untuk mencapai tujuan umum (Northouse, 2003:3).

[definisi]Kepemimpinan berarti kemampuan menggerakkan memberikan motivasi dan

mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah

pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan

yang harus dilakukan (Nawawi, 1998: 81; Burhanuddin, 1994:63).

[definisi]Kepemimpinan merupakan suatu proses yang mengandung unsur

mempengaruhi, adanya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan tujuan bersama

dalam sebuah organisasi (Arifin, 2004:23).

[definisi]Kepemimpinan pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses kegiatan usaha

mempengaruhi, menggerakkan, dan mengkoordinasikan personal di lingkungan

pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui kerjasama mau bekerja dengan

penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya demi tercapainya tujuan pendidikan

yang telah dirumuskan (Rohani, 1991:88).

[definisi]Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi,

mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan dengan

pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran agar

kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif demi mencapai

tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran (Soetopo et al., 1984:4).

[definisi]Kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dan

menetukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, dan

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya (Rivai, 2003:2).

[definisi]Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada

tugas-tugas bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang menentukan pekerjaan beserta

mekanismenya, sedangkan staf hanya melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan

dan keahliannya serta tugas dan perannya (Komariah, 2006:75).

[definisi]Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik

individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan

lingkunganya (Gordon W. Alport dalam Baharuddin, 2007:210).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk menganalisis dan

mendiagnosa situasi rumit (Robbins, 2006:7).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasi,

memecahkan masalah, membuat keputusan, dan membuat rencana (Kadarman dan

Udaya, 1996:9).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk menganalisis dan

mendiagnosa situasi rumit (Robbins, 2006:7).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk membuat konsep, gagasan

demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut dijabarkan menjadi

suatu rencana kegiatan. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang

konkret itu sebagai proses perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konseptual

Page 14: Ensiklopedi pendidikan

menciptakan kemampuan untuk membuat rencana kerja (Gitosudarmo dan Mulyono,

1999:26).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk membuat konsep, gagasan

demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut dijabarkan menjadi

suatu rencana kegiatan. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang

konkret itu sebagai proses perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konseptual

menciptakan kemampuan untuk membuat rencana kerja (Gitosudarmo dan Mulyono,

1999:26).

[definisi]Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk menganalisis, menafsirkan,

dan memecah kan masalah-masalah (Winardi, 1993:12).

[definisi]Keterampilan personal adalah kemampuan atau keterampilan berkomunikasi

yang komunikatif dengan individu/manusia lainnya (Gitosudarmo dan Mulyono,

1999:26).

[definisi]Keterampilan personal adalah kemampuan bekerja sama, memahami, dan

memotivasi orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok Robbins, 2006: 6).

[definisi]Keterampilan personal adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain,

memahami orang lain, dan mendorong orang lain, baik secara perorangan maupun

kelompok agar dapat bekerja sama dengan anggota organisasi lainnya dan memimpin

kelompok kerjanya sendiri (Stoner, 1996:21).

[definisi]Keterampilan personal merupakan kemampuan untuk bekerja sama secara

efektif yang dilakukan oleh anggota dalam kelompok dan berusaha membangun

kerjasama tim, keterampilan personal meliputi kesadaran diri, komunikasi, motivasi,

dan memahami hakikat manusia secara individu maupun kelompok (Herbert, 1981:34).

[definisi]Keterampilan tehnikal adalah pengetahuan dan kemahiran dalam kegiatan-

kegiatan yang menyangkut metode, proses dan prosedur, hal itu termasuk bekerja

dengan alat-alat, dan supervisor harus memiliki kemampuan untuk mengajarkan

keterampilan tehnikal ini kepada bawahannya (Konntz, dkk. dalam Munfaat, 2001:26-

27).

[definisi]Ketrampilan teknis adalah kemampuan mengaplikasikan pengetahuan atau

keahlian khusus, sedangkan keterampilan personal adalah kemampuan bekerja sama,

memahami, dan memotivasi orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok,

adapun keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk menganalisis dan

mendiagnosis situasi rumit (Robbins, 2006:6-7)

[definisi]Kinerja identik dengan performance yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawab masing- masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral etika

(Prawirosentono, 1999:2).

[definisi]Kinerja sebagai seperangkat

perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang tenaga kependidikan pada

Page 15: Ensiklopedi pendidikan

waktu ia sedang melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya

(Natawijaya, 1994:22).

[definisi]Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang di capai oleh seseorang atau

sekumpulan orang didalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Sentono

dalam Setiadi, 2001:31).

[definisi]Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau

kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk

mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu (Tika, MP., 2006:121).

[definisi]Kinerja adalah prestasi kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Kemampuan

melaksanakan tugas atau kinerja (performance) adalah sesuatu hal yang dapat

meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus. Dengan demikian, kinerja guru

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Rahardja, 2004:4).

[definisi]Kinerja atau unjuk kerja adalah proses perilaku konselor sehingga

menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya (Wibowo, 1998:5).

[definisi]Kinerja diartikan sebagai tingkah laku ketrampilan atau kemampuan seseorang

dalam menyelesaikan suatu kegiatan (As’ad, 2001:47).

[definisi]Kinerja merupakan hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu

selama suatu periode waktu tertentu (Bernandin dan Russel dalam Sianipar, 2000:5).

[definisi]Kinerja sebagai catatan yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu.

Kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dicapai oleh seseorang atau

suatu organisasi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan- batasan

yang telah ditetapkan sebagai tujuan. Hal ini dapat dimaknai sebagai

kemampuan kerja yang dilihat dari tingkat pencapaian atau penyelesaian

tugas yang menjadi tanggungjawabnya, apakah sesuai dengan syarat yang telah

ditetapkan dari suatu bidang pekerjaannya (Bernadian dan Russel, 1993:41).

[definisi]Kinerja, jika dilihat dari asal katanya, adalah terjemahan dari kata performance,

yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan

Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “Entries” yaitu: (1)

melakukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban

kewajiban suatu niat atau nazar; (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung

jawab; dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin

(Mangkuprawira, 2007:1).

[definisi]Kinerja/Istilah kinerja berasal dari kata “Job Performance“ atau “Actual

Performance“ yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai o leh

Page 16: Ensiklopedi pendidikan

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegoro, 2004:67).

[definisi]Kinerja/Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh

seseorang). Pengertian kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai yang melaksanakan tugasnya sesuai

denagn tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000:67).

[definisi]Komik adalah media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami.

Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang informatif dan edukatif

(Asnawir & Usman, 2002:55).

[definisi]Kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau

kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif (Usman, 1994:1).

[definisi]Kompetensi pedagogik adalah kemapuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28

ayat (3) butir a dalam Mulyasa, 2008:75).

[definisi]Kompetensi sosial

adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

d dalam Mulyasa, 2008:173).

[definisi]Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan

kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying

characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada

kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan.

Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku

dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar

memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria

atau standar tertentu (Spencer & Spencer, 1993:9).

[definisi]Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Syah, 2000:229).

[definisi]Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau

memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah,

dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak (Syah,

2000:230).

Page 17: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab

yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan

tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai

kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus

ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,

teknologi maupun etika (Muhaimin, 2004:151).

[definisi]Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat

melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya

(McAhsan (1981:45) dalam Mulyasa, 2003:38).

[definisi]Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional

Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dalam Mulyasa, 2008:117).

[definisi]Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi: a. Kemampuan dalam memahami peserta

didik. b. Kemampuan dalam membuat perencanaan pembelajaran. c. Kemampuan

melaksanakan pembelajaran. d. Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar. e.

Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya (Yasin, 2008:73-75).

[definisi]Kompetensi Pedagogik/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal

28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya (Mulyasa, 2008:75).

[definisi]Kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar

dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi

kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus

diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa

kebersamaan dengan sejawat guru lainnya (Surya, 2003:138).

[definisi]Kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Mulyasa, 2008:175).

[definisi]Kompetensi sebagai kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu

dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

Page 18: Ensiklopedi pendidikan

mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan

keterampilan (Robbins, 2001:37).

[definisi]Kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004:7).

[definisi]Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap,

dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Finch & Crunkilton

(1979:222), dalam Mulyasa, 2003:38).

[definisi]Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi, bergaul dan bekerjasama secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, sesama tenaga kependidikan, dengan orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar (Yasin, 2006: 78-79).

[definisi]Kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar

berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk

keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial (Surya,

2003:138).

[definisi]Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: a. Berkomunikasi

lisan, tulisan, dan/atau isyarat. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi

secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan d. Bergaul secara santun dengan

masyarakat sekitar (Wina, 2006: 20).

[definisi]Kompetensi Sosial/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28

ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008:173).

[definisi]Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara

konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami

sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

oleh klien (Prayitno, Erman Amti, 1999:104).

[definisi]Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana

yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dapat lebih baik

memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada

waktu itu dan pada waktu yang akan datang (James P. Adam yang dikutip oleh

Depdikbud (1976:19a) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:63).

[definisi]Konseling adalah: bantuan yang diberikan kepada individu ddalam

memecahkan masalah kehiddupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang

sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya

(Bimo Walgito (1982: 11) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 3).

Page 19: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling, yang memiliki

kewenangan dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan

konseling” (Prayitno, 2004:6).

[definisi]Konselor adalah tenaga ahli konseling yang memiliki kewenangan melakukan

pelayanan konseling pada bidang tugas pekerjaannya (Prayitno, 2004:3-4).

[definisi]Konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh

pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada

pelayanan Bimbingan dan Konseling” (Winkel, 2005:167).

[definisi]Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga

dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Kenyataannya

konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda, semakin dekat konsep

pada realita, maka akan semakin mudah konsep tersebut diukur dan diartikan

(Singarimbun, 2001:45).

[definisi]Konsep adalah suatu ide atau gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang

dapat mengaplikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan

contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut (Bell dalam Abidin, 2004:59).

[definisi]Konsep belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai

perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam siswa, melainkan

pemberian makna oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara

pada pemutahkiran struktur kognitifnya Kegiatan belajar lebih dipandang dalam segi

prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas

(Budiningsih, 2008:58).

[definisi]Konsep diri adalah pendapat seseorang tentang dirinya sendiri atau

pemahaman seseorang tentang dirinya, baik menyangkut kemampuan mental mapun

fisik, prestasi mental maupun fisik, ataupun menyangkut segala sesuatu yang menjadi

miliknya bersifat material (William James dan Gilmore, Mudjiran, 2007:133).

[definisi]Konsep Matematika itu sendiri merupakan suatu ide abstrak yang

memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa serta

mengklasifikasikan apakah objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau

tidak termasuk ke dalam ide abstrak tersebut (Hudojo, 2005:20).

[definisi]Konsep merupakan dasar bagi proses- proses untuk memecahkan suatu

masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-

contoh (Abidin, 2004:60).

[definisi]Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala,

2005:61).

[definisi]Kooperatif adalah adalah mengelompokkan siswa dalam kelas ke dalam suatu

kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang

Page 20: Ensiklopedi pendidikan

mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Johnson dan

Johnson dalam Isjoni, 22).

[definisi]Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru,

sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-

hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999:33).

[definisi]Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi dengan sebuah ideide yang

baru yang merupakan esensial dalam pemecahan masalah (Wena, 2009:138).

[definisi]Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang

harus dikerjakan dengan baik (Supranta, 1997:228).

[definisi]Kurikulum adalah sebuah pengetauhan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-

pengalaman belajar yang diatur secara sistematis metodis yang diterima anak untuk

mencapai suatu tujuan (Zuhairini dan Ghofir, 2004:28-30).

[definisi]Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU

No. 20 Tahun 2003).

[definisi]Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau

pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan dan memberikan pedoman serta

pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan (Sukmadinata,

2006:3-7).

[definisi]Kurikulum/Istilah kurikulum berasal dari kata Curriculum yang mempunyai arti

a curse of study in school or universty. Istilah kurikulum pada mulanya dipakai oleh

bangsa yunani dalam bidang atletik dengan pengertian jarak tempuh (Zuhairini dan

Ghofir, 2004:28-30).

[definisi]Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan

berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan

sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa siswa duduk sendiri-sendiri pada bilik akuistik

dan kotak suara yang telah tersedia (Asnawir & Usman, 2002:93).

[definisi]Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk dari gabungan dua segitiga

sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpitan. Layang-layang memiliki sifat-

sifat sebagai berikut: (a) Dua pasang sisi yang berdekatan sama panjang. (b) Sepasang

sudut yang berhadapan sama besar. (c) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu

simetri. (d) Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lainnya. (e)

Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus (Raharjanto, 2010:74).

[definisi]Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap

suatu titik tertentu pada bidang datar. Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran dan

jaraknya disebut jari-jari lingkaran (Junaidi dkk., 2006:166).

[definisi]Lingkungan adalah keseluruhan atau setiap aspek dan gejala fisik dan sosial

kultural yang memengaruhi individu. Kerja adalah aktifitas manusia baik fisik maupun

Page 21: Ensiklopedi pendidikan

mental yang didasarkan adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan

kepuasan (As’ad, 2003:47).

[definisi]Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang

dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan (Alex S

Nitisemito dalam Nitiseminto S., 2000:183).

[definisi]Manajemen pendidikan diartikan sebagai upaya seseorang untuk mengerahkan

dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan pekerjaan secara

efektif, dan menerima pertanggungjawaban pribadi untuk mencapai hasil yang

ditetapkan (Hestrop, 1975:168).

[definisi]Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

(James A.F. Stonner dalam Atmodiwirio, 2000:5).

[definisi]Manajemen adalah suatu proses dari pada pimpinan membimbing atau

memberikan fasilitas-fasilitas dari usaha-usaha orang-orang yang terorganisir di dalam

organisasi format guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Soenarko,

1986:4).

[definisi]Manajemen berarti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggerakan organisasi lainnya

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dalam Handoko,

1997:8).

[definisi]Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak

berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Yang dimaksud

sumber disini ialah mencakup orang-orang, alat-alat media, bahan-bahan, uang dan

sarana. Semuanya diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka

menyelesaikan tujuan (Pidarta, 2002:3).

[definisi]Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan

dalam proses belajar mengajar (Usman, 2010:97).

[definisi]Manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat

terhadap problem dan situasi kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan

memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan

kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Made Pidarta

dalam Djamarah, 2000:172).

[definisi]Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah

laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak

diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang

positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan

produktif (Mulyadi, 2009:4).

Page 22: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Manajemen kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang

ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan

pembelajaran (Djamarah, 2000:173).

[definisi]Manajemen kelas merupakan upaya mengelola siswa di dalam kelas yang

dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang

menunjang program pembelajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan

motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di

sekolah. Jadi manajemen kelas harus mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi

kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat Pengelolaan kelas/belajar

dengan efektif (Mulyadi, 2009:2).

[definisi]Manajemen pendidikan adalah sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya

pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Usman,7).

[definisi]Manajemen pendidikan adalah suatu aktifitas dalam memadukan sumber-

sumber pendidikan agar terpusat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditentukan sebelumnya (Pidarta, 1988:3).

[definisi]Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang

sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang

(Gaffar (1989) dalam Mulyasa, 2004:19-20).

[definisi]Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama

sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses

pengendalian kegiatan tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penggerakan (actualiting) dan pengawasan (controlling), sebagai suatu

proses untuk menjadikan visi menjadi aksi (E. Mulyasa (2004) dalam Mulyasa, 2005:7).

[definisi]Manajemen pendidikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber

pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan

sebelumnya (Pidarta, 1988:4).

[definisi]Manajemen program pengajaran adalah keseluruahan progran pengajaran

proses penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar kegiatan

terlaksana secara efesien dan efektif. Manajemen kurikulum dan program pengajaran

mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum (Mulyasa,

2004:27).

[definisi]Manajemen/Kata Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus dan

agree yang berarti malakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere

yang artinya menangani. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk

Page 23: Ensiklopedi pendidikan

kata kerja to manage, dengan kata benda dengan management, dan manager untuk

orang yang melakukan kegiatan Manajemen. Akhirnya Manajemen diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia menjadi Manajemen atau pengelolaan (Usman, 2006:3).

[definisi]Manajer adalah orang yang bertanggung jawab atas tugas-tugas bawahannya

dan mempunyai kekuasaan atas bawahannya (Atmodiwirio, 2000:104).

[definisi]Manajer adalah orang yang mengawasi kegiatan-kegiatan orang lain dan yang

bertanggung jawab atas pencapaian tujuan dalam organisasi tersebut (Robbins,

2006:4).

[definisi]Manajer adalah salah satu unsur organisasi yang bertanggung jawab atas

keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditentukan (Kadarman dan Udaya,

1996:7).

[definisi]Masa pendidikan adalah jangka waktu berlangsungnya keseluruhan kegiatan

di sebuah satuan pendidikan atau keseluruhan kegiatan semua satuan-satuan

pendidikan (Mudyahardjo, 2001:66).

[definisi]Masalah adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang

mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban (Santyasa,

2005:10).

[definisi]Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu diselesaikan

tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980: 216).

[definisi]Masalah sebagai suatu pertanyaan yang hanya jika seseorang tidak mempunyai

aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban

pertanyaan tersebut (Hudojo, 1979:157).

[definisi]Masukan adalah sumber-sumber yang ada dalam lingkungan atau suprasistem

yang masuk dalam sebuah sistem (Mudyahardjo, 2001:43).

[definisi]Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruangan, sedangkan fungsi

teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Johnson dan Myklebust dalam

Abdurrahman, 2009:252).

[definisi]Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang

logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas, dan akurat, respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi (Johnson dan Rising

dalam Suherman, dkk, 2003:17).

[definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Di dalam

matematika terdapat alat berupa bahasa dengan simbol-simbol yang

kreatif, jadi kecerdasan dan ketelitian siswa dapat terasah dengan baik (Hudojo,

2005:35).

[definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena itu

matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

menghadapi kemajuan IPTEK (Hudojo, 2005:35).

Page 24: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah

yang dihadapi manusia. Dan untuk menemukan jawaban atas segala masalah yang di

hadapinya, manusia akan menggunakan: 1) informasi yang berkaitan dengan masalah

yang dihadapinya, 2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, 3)

kemampuan untuk menghitung, dan 4) kemampuan untuk mengingat dan

menggunakan hubungan-hubungan (Paling dalam Abdurrahman, 2009: 252).

[definisi]Matematika ialah sebagai berikut: 1) Matematika adalah cabang ilmu

pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah

pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan

tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah

pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5)

Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika

adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat (Soedjadi, 2000:11).

[definisi]Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-

bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal itu

(Hudojo, 2005:103).

[definisi]Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat terangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi

(Sadiman, 1996:6).

[definisi]Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang untuk belajar (Gagne dalam Sadiman et al 1996:6).

[definisi]Media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Media adalah

kata jamak dari medium yang dalam arti umum dipakai untuk menunjukkan alat

komunikasi. Istilah ini menunjukkan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan

informasi antara sumber dan penerima, karena itu film, televisi, radio, rekaman, photo,

alat visual yang dipoyeksikan, barang cetakan, dan lain – lain sejenis itu adalah media

komunikasi untuk menyampaikan pesan, gagasan atau ide (Gerlach & Ely dalam Arsyad,

2002:3)

[definisi]Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang

siswa untuk belajar (Briggs (1970) dalam Sadiman, 1996:6).

[definisi]Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan

pesan atau informasi. Sedangkan menurut Heinich apabila dikaitkan dengan kegiatan

pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan

dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar kepeserta didik

(Association Of Education And Communication Technology (AECT) dalam Uno,

2007:113).

Page 25: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai

rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih

baik dan lebih menarik (Sanjaya, 2007:172).

[definisi]Media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan

perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang

dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar (Rohani, 1997:97).

[definisi]Media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena

berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pembelajaran

(Notoamodjo, 2003:71).

[definisi]Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai

perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi

dalam mencapai tujuan pengajaran (Sanaky, 2009:4).

[definisi]Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk

mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan

diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran (Rossi dan Breidle

dalam Sanjaya, 2007:163).

[definisi]Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau informasi yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs mendefenisikan media

pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran

(Schramm dalam Suwarna, 2005:128).

[definisi]Media pembelajaran sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,

didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik

dalam kegiatan belajar mengajar, dapat dipengaruhi efektifitas program instruksional

(Education Association (NEA) dalam Asnawir, 2002:11).

[definisi]Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam

rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1994:12).

[definisi]Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan , perhatian

dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim &

Syaodih, 2003:112).

[definisi]Media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca

atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan

belajar mengajar, dapat dipengaruhi efektifitas program instruksional (Education

Association (NEA) Asnawir & Usman, 2002:11).

Page 26: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Media secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media

sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan

anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Djamarah dan Zein, 1996:136).

[definisi]Media Video cassette adalah sistem penyimpanan dan rekaman video di mana

signal audio visual direkam pada disk plastik, bukan pada pita magnetic (Arsyad,

2002:36 ).

[definisi]Media/Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

tenga, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam pengertian ini, guru,

buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Dalam proses belajar mengajar,

media cenderung didefinisikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis

untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

(Arsyad, 2008:3).

[definisi]Memahami diartikan sebagai usaha merenggut makna secara jelas dan lengkap

terhadap apa yang telah dijelaskan. Pemahaman menurut Gilmore juga merupakan

kemampuan merenggut makna dan atau kemampuan untuk memprediksi, sebagai tugas

yang amat sulit (Tyler dalam Awalya, 1995:31).

[definisi]Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data kedalam tabel-tabel, dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori

(Nasir, 2003:355).

[definisi]Mengajar adalah mengusahakan terciptanya suatu situasi yang memungkinkan

berlangsungnya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen

yang saling mempengaruhi, antara lain: tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi

yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam

hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana

belajar-mengajar yang tersedia (Arifin, 1970:85).

[definisi]Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta

mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku

maupun pertumbuhan sebagai pribadi (Raka Joni dalam Sardiman , 2003:54).

[definisi]Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi

kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan (Ali, 1996:12).

[definisi]Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar

(Nasution, 1967:15).

[definisi]Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur

lingkungan sebaik-baiknya da menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses

belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif

untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 2003:45).

Page 27: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa

dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hudojo, 2005: 71).

[definisi]Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di

sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses

belajarnya. (Sudjana 1997:15-16).

[definisi]Mengkode jawaban adalah menaruh angka pada tiap jawaban atau kode

tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana (Nasir, 2003: 348).

[definisi]Metode adalah a way in achieving something, dengan kata lain metode adalah

cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi (Sanjaya, 2007: 127).

[definisi]Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk

mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam

mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran (T. Raka Joni dalam Soli Abimanyu, 2008: 2-

5).

[definisi]Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan (Nawawi,

2005: 4).

[definisi]Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal (Sanjaya, 2007: 147).

[definisi]Metode adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu (Saliwangi,

1994: 4).

[definisi]Metode adalah cara yang diterapkan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam keadaan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal (Sanjaya, 2006:145).

[definisi]Metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang

memuaskan (Sunaryo, 1995: 73).

[definisi]Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui/dipergunakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pendidikan, metode

adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mentransformasikan isi atau bahan

pendidikan dari guru kepada peserta didik (Yasin, 2008: 1131).

[definisi]Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui/dipergunakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pendidikan, metode

adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mentransformasikan isi atau bahan

pendidikan dari guru kepada peserta didik (Yasin, 2008: 131).

[definisi]Metode ceramah adalah .teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah

lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara

penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan (M. Basyiruddin

Usman dalam Usman, 2002: 34).

[definisi]Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan

cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002: 135-136).

Page 28: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan

oleh guru di depan kelas atau kelompok (Sholahuddin, 1986: 43).

[definisi]Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan

informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya

mengikuti secara pasif (Syah, 2002: 203).

[definisi]Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran

dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekan

suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan atau bagaimana mengerjakan sesuatu

perbuatan atau tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan

(Syah, 2007: 152).

[definisi]Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2002: 208).

[definisi]Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelaja ran

(Djamarah, 1997: 102).

[definisi]Metode deskriptif dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subjek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarkat) pada masa sekarang berdasarkan fakta yang ada (Hadi,

1997: 200).

[definisi]Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan

memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi

kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation) (Syah, 2002:

205).

[definisi]Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengutip

sumber catatan yang telah ada. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2002:

135).

[definisi]Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2008: 179).

[definisi]Metode interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakapdan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti

(Mardalis, 2006: 64).

[definisi]Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara

membawa langsung anak ke objek di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata agar

siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung. Metode ini menjadikan bahan

Page 29: Ensiklopedi pendidikan

yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di

masyarakat (Djamarah (1997: 105-106).

[definisi]Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui upaya

penanaman terhadap kebiasaa-kebiasaan tertentu. Melalui penanaman terhadap

kebiasaan-kebiasaan tertentu ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara lebih

optimal (Djamarah, 1997: 108).

[definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan

kelas pada umumnya atau menyajukan pelajaran pada khususnya (Sagala, 2006: 169).

[definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan

kelas pada umumnya atau menyajikan pelajaran pada khususnya (Sagala, 2006:169).

[definisi]Metode mengajar merupakan caracara yang digunakan guru untuk

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan

mengajar makin tepat metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien kegiatan

mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa pada akhirnya akan menunjang dan

mengantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan

oleh guru (Syah, Darwin (2007:133).

[definisi]Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan,

misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta

alat-alat tertentu (Surakhmad, 1990:131).

[definisi]Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu

pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998: 1).

[definisi]Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana yang

dikutip Syah, 2007: 133).

[definisi]Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam

mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada

khususnya (Sagala, S., 2003:169).

[definisi]Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri suatu yang dipelajari (Djamarah, 2006: 95).

[definisi]Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa penyajian pelajaran

yang bertitik tolak dari suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang

relevan sehingga diperolah pemecahan secara menyeluruh dan bermakna. Prinsip

metode ini adalah membahas suatu materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang

pelajaran lain. Metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh anak didik,

menyalurkan minat dan melatih siswa menganalisis suatu materi dengan wawasan yang

luas (Djamarah, 1997: 94).

[definisi]Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru menmberikan

tugas tertentu agar siswa melalukan kegiatan belajar. Kelebihan metode resitasi sebagai

berikut : a) Membina tanggung jawab dan disipilin siswa. b) Dapat mengembangkan

Page 30: Ensiklopedi pendidikan

kreativitas siswa. c) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru

(Djamarah, 2006: 98).

[definisi]Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa Yunani “Metados” kata

ini terdiri dari dua suku kata yaitu: “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan

“Hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai tujuan.10 Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia “Metode” adalah cara yang teratur dan berp ikir baik untuk mencapai

maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui

untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1995: 52).

[definisi]Metode simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan menggunakan

situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh suatu pemahaman

tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Suyatno dkk, 2008:

32).

[definisi]Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari

siswa kepada guru. Penggunaan metode ini mengembangkan keterampilan mengamati,

menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, menerapkan dan

mengomunikasikan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi anak

mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran (Djamarah, 1997: 107).

[definisi]Metode wawancara menurut Moh. Nazir adalah: “Proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

anatara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan Ingterviw Guide (Pedoman wawancara) (Nazir, 1988:

234).

[definisi]Metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar-

mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru (Nababan, 1993: 3).

[definisi]Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik

pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel,

1996: 24).

[definisi]Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa

orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan

wujud dari rasa senang pada sesuatu (Djaali, 2007:121).

[definisi]Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1988:182).

[definisi]Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu (Syah, Muhibbin, 2004:151).

Page 31: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas.

Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara

konsisten dengan rasa senang (Djamarah, 2008:166).

[definisi]Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal

atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya (Witherington dalam Buchori, 1991:135).

[definisi]Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan

apa yang mereka inginkan, semakin kuat keinginanya semakin kuat dan bertahan minat

tersebut (Hurlock, 1990:114).

[definisi]Minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus

yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur

perasaan senang yang menyertai minat seseorang (Slameto, 1995:57).

[definisi]Minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir

dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pernyataan

tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian (Sujanto (2004:92)

[definisi]Minat/Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 1999:136).

[definisi]Minat/Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan

untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang

menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Shaleh & Wahab,

2004:262-263).

[definisi]Motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu

(S. Nasution, 1995:73).

[definisi]Motif/Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990:73).

[definisi]Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif

pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau

dihayati (Winkel, 1986:71).

[definisi]Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang, yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitasaktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, jadi motif bukanlah

hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu

yang kita saksikan (Suryabrata, 1998:78).

[definisi]Motivasi adalah kebutuhan pribadi seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan

(Reksohadiprojo dan Handoko, 2000:252).

[definisi]Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang

menimbulkan dan mengarahkan perilaku, untuk mendorong pegawai supaya

berprestasi diperlukan pula motivasi inspirasional (Gibson, 1996:185).

Page 32: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Motivasi adalah keseluruh proses pemberian motif bekerja kepada bawahannya

sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan

organisasi (Siagian, 1992: 47).

[definisi]Motivasi adalah kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi

yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi

ketidak seimbangan (Sedarmayanti, 2001: 45).

[definisi]Motivasi adalah merupakan sesuatu kekuatan penggerakan dalam perilaku

individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan (peristence) tiap perilaku

manusia yang didalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insane yang

bersangkutan (Surjono trimo dalam Rusyan, 1989: 98).

[definisi]Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang agar mereka mau bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala

daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan,2003: 95).

[definisi]Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala

upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 1999: 65).

[definisi]Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari

adanya suatu kebutuhan (Rusyan, dkk. 1994:99).

[definisi]Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederik J. MC. Donald dalam Rusyan,

1989:98).

[definisi]Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang

menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Sabri, 2001:90).

[definisi]Motivasi adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang

bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Armstrong, 1994:174).

[definisi]Motivasi adalah suatu keadaan yang melatarbelakangi individu untuk mencapai

tujuan tertentu. Batasan pengertian ini memandang motivasi dari sudut kepentingan

individual (Wexley dan Yuki, 1992:113)

[definisi]Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk

memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat) (Wayne F.

Cascio dalam Hasibuan, 2003:95).

[definisi]Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan

motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam drii individu yang mendorong

tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Rohani,

2004:11).

[definisi]Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan

yang ingin di kehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya

(Poerwadarminta, 1995:85).

Page 33: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk menjadikan atau mengelakkan perasaan tidak

suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi itu adalah di

dalam seseorang (Sardiman, 2001:3).

[definisi]Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau

tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Poerwadarminto,

1995:705).

[definisi]Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata,

1984: 70).

[definisi]Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena

adanya perangsang dari luar (Sardiman, 1988: 90).

[definisi]Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari

luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan

persaingan yang bersifat negative ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman (Hamalik, 2007:

162-163).

[definisi]Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar

situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan

persaingan. Yang bersifat negative adalah sindiran tajam, cemoohan, dan hukuman.

Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya

menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya (Rusyan, 1994: 120-

121).

[definisi]Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar

situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan

persaingan. Yang bersifat negative adalah sindiran tajam, cemoohan, dan hukuman.

Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya

menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya (Rusyan, dkk, 1994:

120-121).

[definisi]Motivasi ialah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku

manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar (Biggs dan Tufler yang dikutip dari Sutama, 2000:36).

[definisi]Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok

daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 2008: 136).

[definisi]Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada

dalam diri siswa yang memulai dan mengarahkan perilaku” (Gibson, 1995: 94).

[definisi]Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar (Muhibbinsyah, 2002: 136).

Page 34: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari luar tetapi di dalam diri individu tersebut sudah terdapat dorongan untuk

melakukan sesuatu, model sebagai strategi pengajaran, model sebagai alat pencapai

tujuan (Djamarah, 2002: 82-84).

[definisi]Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau

motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami

suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya (Sabri, 1996: 85).

[definisi]Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan

memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi

murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri. Misalnya

keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, menyenangi

kehidupan dan keinginan diterima orang lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh

dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna

dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya

tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk

mendapatkan pujian atau hadiah itu (Hamalik, 2007: 162).

[definisi]Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan

memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi

murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri. Misalnya

keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, menyenangi

kehidupan dan keinginan diterima orang lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh

dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna

dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya

tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk

mendapatkan pujian atau hadiah itu (Hamalik, 2007:162).

[definisi]Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan

dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Amirullah dkk,

2002: 146).

[definisi]Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan

dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerjanya

(Mangkunegoro, 2000:93-94).

[definisi]Motivasi merupakan dorongan yang terbentuk di dalam individu, tetapi

munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar.

Artinya, motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari

luar individu (Majid, 2008: 131).

[definisi]Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan,

motivasi yang diberikan bisa menjadi dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan

motivasi negatif (Reksohadiprodjo, 1990: 79).

Page 35: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam

pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk

memuaskan beberapa kebutuhan individu (Stephen P.Robbins dalam Hasibuan, 2003:

96).

[definisi]Muallim/Kata mu’allim berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap

hakikat sesuatu. Dalam setiap ‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi amaliah .

Jadi, seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang

diajarkannya, serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha

membangkitkan peserta didik untuk mengamalkannya (Muhaimin, 2005: 44-45).

[definisi]Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian

peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan

yang bersifat menyejarah sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu

(Semi, 1993:32).

[definisi]Nilai adalah realitas abstrak yang merupakan prinsip-prinsip yang menjadi

pedoman hidup seseorang (Kaswardi, 1993:20).

[definisi]Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem

kepercayaan di mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau

mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan (Ekosusilo, 2003:22).

[definisi]Nilai juga dapat didefinisikan sebagai ide-ide mendasar yang sesuai dengan

yang diinginkan, yang benar, dan yang baik oleh sebagian besar anggota organisasi.

Sekolah sebagai organisasi mempunyai nilai-nilai yang diyakini oleh anggota organisasi

yang termanifestasi pada cara berpikir, bertindak, dan menyikapi hal-hal yang terkait

dengan sekolah (Asrin, 2006:56).

[definisi]Observasi adalah pengamatan dan pencatatan objek dengan sistematika

fenomena yang diselidiki (Sukandas, 2002:6).

[definisi]Organisasi merupakan gabungan sekelompok orang yang terikat secara formal

dan hierarkis, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya (Siagian, 20021:35).

[definisi]Organisasi sosial yaitu sebuah sistem yang terpadu dari kelompok-kelompok

psikologis yang saling berhubungan yang terbentuk untuk mencapai suatu tujuan yang

dirumuskan (misalnya: Negara, partai politik,perusahaan, dan sebagainya)

(Mudyahardjo, 2001:55).

[definisi]Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan

produktivitasnya makin lama makin tinggi (Sondng P. Siagian dalam Syafaruddin,

2002:97).

[definisi]Pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill

dan pengetahuan (Good dalam Marzuki, 1992:5).

[definisi]Pemahaman adalah keadaan pengetahuan ketika informasi matematika baru

dihubungkan tepat dengan pengetahuan yang telah ada (Hiebert dalam Usman,

2001:11).

Page 36: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,

menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan

yang diterimanya (Uno, 2007:140)

[definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan

memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Hamzah,

2009:36).

[definisi]Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang

telah dipelajari (Bloom dalam Abidin, 2004:57).

[definisi]Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya

sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya (Uno, 2007:140).

[definisi]Pemahaman konsep adalah pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau

jaringan ide (Hiebert dan Lefevre (Walle, 2006:29).

[definisi]Pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu pada hakikatnya adalah

didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan

perubahan itu terjadi karena usaha (Sumadi Suryabrata, 1981:2).

[definisi]Pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai proses, cara

menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007:17).

[definisi]Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala, 2010:62).

[definisi]Pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk

mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan

perbedaan yang dimiliki siswa (Sanjaya, 2005:78).

[definisi]Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan

latihan (Djamarah, 1997:11).

[definisi]Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses

pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati, 1999:156).

[definisi]Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Dalam kegiatan pembelajaran memqang tidak dapat dilepaskan dari apa

yang dikatakan dengan belajar dan mengajar. Tujuan mengajar adalah agar

pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh pesrta didik, karena pengajar yang

baik yaitu pengajar yang mampu membuat peserta didiknya paham pada materi (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2005:17).

[definisi]Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Birggs, dan Wager dalam

Udin S Winata Putra, 2007:119).

Page 37: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membuat

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses

yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks

kegiatan belajar kegiatan. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola

pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik

dalam proses pembelajaran (Sagala, 2007:64-65).

[definisi]Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan belajar (Hamalik, 2003: 57).

[definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus

untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Nyimas Aisyah,

2007:1.3).

[definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2005:61).

[definisi]Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayananterhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar

terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno,

2004:1).

[definisi]Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan

subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara

sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien (Suprapto, 2003:9).

[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan

memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip dan konsep materi

pelajaran serta memberikan contoh soal dan pembahasannya dalam bentuk ceramah,

demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (Sunarto, 2009:1).

[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal

(Depdiknas, 2008:30).

[definisi]Pembelajaran generatif adalah suatu pembelajaran di mana peserta didik

belajar aktif berpartisipasi dalam proses mengkonstruksi makna dari informasi yang ada

di sekitarnya berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta

didik (Osborne dan Wittrock dalam Sudyana, dkk, 2007:1080).

[definisi]Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan kelompok

kecil, sehingga siswa dapat bekerjasama untuk memaksimalkan pembelajaran mereka

(Utomo, 2004:131).

Page 38: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang secara sadar

dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, dan silih asuh antar sesama

siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata (Abdurrahman & Bintoro dalam

Nurhadi dkk, 2004:61).

[definisi]Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan

bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga

konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang

berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003:60).

[definisi]Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada

peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo,

2006:03).

[definisi]Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivistik adalah

membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika

dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu

terbangun kembali, transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru

(Hudojo, 2005:20).

[definisi]Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru (Sagala,

2006:61).

[definisi]Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

oleh pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (Sagala, 2010: 61).

[definisi]Pembelajaran merupakan suatu proses sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui

tahapan perancangan pembelajaran (Knirk dan Gustafson dalam Sagala, 2007:64).

[definisi]Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa

Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan

demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah

secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008:265).

[definisi]Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa

Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan

demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah

secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008:265).

[definisi]Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pemberdayaan sumber-

sumber belajar guna membantu siswa agar dapat belajar sesuatu dengan kebutuhan

dan minatnya. Dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran

diperlukan berbagai perangkat atau komponen seperti materi (bahan), cara (metode),

alat (sarana), dan untuk membuktikan tercapai tidaknya tujuan diperlukan kegiatan

evaluasi (Sardiman 1986:63).

Page 39: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pembelajaran pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan

disintesis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001:52).

[definisi]Pembelajaran pemecahan masalah merupakan kegiatan seorang guru yang

membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan oleh guru kemudian guru membimbing siswa untuk sampai pada

penyelesaian masalah (Hudojo, 2005: 124).

[definisi]-Pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995: 2).

[definisi]Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction

(dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat

eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teacing atau pengajaran. Dalam

pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan

menjadi prinsip-prinsip pembelajaran (Sugandi, dkk., 2004: 9).

[definisi]Pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan

masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha

mencari pemecahan/ jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001: 52).

[definisi]Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan

jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki

sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik

dan Rudnick (1996) dalam Santyasa, 2005: 10).

[definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan

untuk menyelesaikan masalah tersebut (Hudojo, 1979:160).

[definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian dari masalah (Ruseffendi,

1980: 218).

[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari

penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang

sudah dimiliki (Rudianto, 2009: 24).

[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari

penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang

sudah dimiliki (Dahar, 1996: 190 dalam Rudianto, 2006: 23).

[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari

penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang

sudah dimiliki (Rudianto, 2009:24).

[definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia untuk menerapkan

konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar, 1996: 190) dalam Rudianto,

2006:23).

Page 40: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu

kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera dicapai (Polya dalam

Roebyanto, dkk. 2009:23).

[definisi]Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan

mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat dicapai (Polya dalam

Hudojo 1979:96).

[definisi]Pemimpin adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok

yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Usman, 2006:250).

[definisi]Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan

khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi

orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi

pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono, 1990:20).

[definisi]Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan

atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika (Jacobs dalam

Shadiq, 2004:6).

[definisi]Penalaran induksi merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas

berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang

bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar

(Shadiq, 2004:4).

[definisi]Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-

premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi (Soekadijo, 1999: 134).

[definisi]Penalaran/Istilah penalaran sebagai proses berpikir yang berusaha

menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada

suatu kesimpulan (Keraf dalam Shadiq, 2004:2).

[definisi]Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi

tertentu (Muhibbinsyah, 2002:139).

[definisi]Pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan

konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah (Mudyahardjo,

2001:40).

[definisi]Pendidik adalah seseorang yang mempribadi (personifikasi pendidik), yaitu

mempribadinya keseluruhan yang diajarkan, bukan hanya isinya, tapi juga nilainya

(Noeng Muhadir dalam Toto, 2006:119).

[definisi]Pendidik/Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab

untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan islam

adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi

afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam (Samsul,

2002:41).

Page 41: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk

mengalihkan pengetauhan, pengalaman, kecakapan, serta keterampilan (orang

menamakan hal ini juga mengalihkan kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai

usaha untuk menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baikjasmani maupun

rohaniah (Soegarda Poerbakawatja dalam Zuhairini dkk. 1994:17).

[definisi]Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang

dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar

mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita (Amin, 1992:1).

[definisi]Pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama islam, serta menjadikanya sebagai jalan kehidupannya (Abd.

Rahman Saleh dalam Zuhairini, 1993:10).

[definisi]Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam

membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam (Zuhairini, dkk.

1983: 27).

[definisi]Pendidikan agama islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum agama islam kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran

islam (Marimba, 1989: 23).

[definisi]Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan

agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat (Deajat, 1984: 82).

[definisi]Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh

peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya. Lalu

menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam

sebagai pandangan hidup (Majid & Andatani, 2004: 130-131).

[definisi]Pendidikan agama islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan

ajaran islam, agar terwujud atau tercapai kehidupan manusia yang makmur dan bahagia

(Zain, 1986: 3).

[definisi]Pendidikan Agama Islam/Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pengertian lain

menyatakan bahwa pendidikan agama berarti usaha untuk membimbing kea rah

pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akhirat

(Zuhairini & Ghofir, 2004: 2).

Page 42: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pendidikan dalam bahasa arab berarti “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata

pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”.

Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan

pendidikan islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah islamiyah” (Darajat dkk, 2006:

25).

[definisi]Pendidikan formal/pendidikan disekolah yang teratur, sistematis mempunyai

jenjang yang dibagi-bagi dalam waktu tertentu yang langsung dari Taman Kanak-Kanak

sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Informal: proses yang diperoleh dengan

pengalaman sehari-hari, dengan tidak sadar dari keluarga, tetangga, pekerja, hiburan,

pasar atau didalam pergaulan. Sehingga tergantung pada kemampuan yang ada yang

mereka miliki dengan demikian diharapkan dapat mengubah dirinya sendiri. Pendidikan

Non Formal : pendidikan luar sekolah sama bentuk pendidikannya yang diselenggarakan

dengan sengaja tertib, terarah dan berlaku diluar kegiatan persekolahan, sedangkan

pembagian jenjang formal menurut tingkatannya dapat dibagi sebagai berikut:

1). Pendidikan Pra-Sekolah, 2). Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Dasar, 3). Pendidikan

Menengah Tingkat Menengah Pertama, 4). Pendidikan Tinggi Tingkat Menengah Atas,

5). Pendidikan Tingkat Perguruan Tinggi (Philip H. Comb dalam Zakaria, 1981: 58).

[definisi]Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat yang

terjadi secara alamiah disebut sebagai pendidikan informal (UU SPN Nomor 20 Tahun

2003).

[definisi]Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur yang berkenaan

dengan pengalaman sehari-hari yang tidak terencana dan tidak terorganisir (belajar

incidental). Jika pengalaman-pengalaman diinterpretasikan atau dijelaskan oleh orang-

orang yang lebih tua atau teman sejawat pengalaman itu merupakan pendidikan

informal (Kleis, 1973: 3-4).

[definisi]Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadiannya yang utama (Insan Kamil) (Marimba, 1989:19).

[definisi]Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan

yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan

kemampuan dasr (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar) (M.

Arifin dalam Aat Syafaat, 2008:15-16).

[definisi]Pendidikan Islam adalah, pendidikan yang melatih perasaan murid-murid

dengan cinta begitu rupa, sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan

pendekatan mereka-mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka sangat

dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai-nilai etis Islam (Ramayulis,

2008:20).

[definisi]Pendidikan Islam/Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

kepada term at-Tarbiyah, at-Ta.dib dan at-Ta.lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang

Page 43: Ensiklopedi pendidikan

paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term at-tarbiyah,

sedangkan term at-ta.dib dan at-ta.lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah

tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam (Nizar, 2002:25).

[definisi]Pendidikan Islam/Sedangkan menurut istilah, pendidikan Islam adalah suatu

sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh

hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia

muslim baik duniawi maupun ukhrawi (Arifin, 1995:10).

[definisi]Pendidikan itu merupakan suatu proses membawa perubahan yang diinginkan

ke dalam perilaku manusia. Pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses

menanamkan atau memperoleh pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui

pembelajaran atau studi (Dahama & Bhatnagar, 1980:3-4).

[definisi]Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam yaitu upaya mendidikkan

agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan

dan sikap hidup) seseorang (Muhaimin, 2005:7-8).

[definisi]Pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang terorganisasi yang

berhubungan langsung dengan persiapan individu untuk bekerja mendapatkan upah

ataupun bekerja tanpa upah atau persiapan tambahan suatu karier yang memerlukan

(Thomas H. Arcy dalam Soeharto, 1998:2).

[definisi]Pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta

didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik,

peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan.

Ketiganya membentuk suatu triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang

pulalah hakikat pendidikan. Namun demikian dalam situasi tertentu tugas guru dapat

diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain seperti media teknologi, tetapi tidak dapat

digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu guru sebagai pelaku

utama pendidikan merupakan pendidik profesional (Nata, 2003:135).

[definisi]Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia,

terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian dan lain-lain

(Notoatmojo dalam Samsudin, 2003:10).

[definisi]Pendidikan nonformal merupakan usaha pendidikan yang disengaja yang

dilaksanakan di luar sistem persekolahan (Tight, 1983:6).

[definisi]Pendidikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia dalam

penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta. Pendidikan

merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi

manusia; moral, intelektual dan jasmani (panca indera), oleh dan untuk kepribadian

individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua

aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (Brubacher, 1962:371).

[definisi]Pendidikan/Kalau secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani

“paedagogike” ini adalah majmuk yang terdiri dari kata “paes” yang berarti “anak” dan

kata “ago” yang berarti “aku memberikan bimbingan”. Jadi paedagogike berarti aku

Page 44: Ensiklopedi pendidikan

membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud

membawanya ketempat belajar, dalam bahasa yunani disebut “paedagogis”. Jika kata

diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing seperti dikatakan diatas itu,

merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya membimbing saja, dan

kemudian pada saat itu harus melepaskan anak itu kembali (kedalam masyarakat)

(Ahmadi, 1991:70).

[definisi]Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan ilmiah

dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan faktor-faktor atau prinsip-prinsip

guru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu

serta teknologi (Margono, 1996:1).

[definisi]Penelitian adalah suatu usaha untuk membuka, mengembangkan, dan menguji

kebenaran suatu pengetahuan usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan

metode-metode ilmiah, ilmu yang membicarakan tentang ilmiah untuk penelitian (Hadi,

1997:3).

[definisi]Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang

diteliti (Kuntor, 2003:95).

[definisi]Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah

atau bidang-bidang tertentu (Ismiyanto, 2003: MP/III/ 3).

[definisi]Penelitian desktiptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan secara sisematis, faktual, dan aktual mengenai faktafakta dan sifat

populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara tetail (Yusuf,

1997:80).

[definisi]Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat sebab

akibat (Ruseffendi, 1994:32).

[definisi]Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variable (Arikunto,

2005:247).

[definisi]Penelitian korelasional adalah hubungan dua atau lebih variabel yang

berpasangan, hubungan antara dua perangkat data atau lebih, yang mana derajat

hubungannya bisa diukur dan digambarkan dengan koefisien korelasi (Faisal,

1982:293).

[definisi]Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang

berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003:14).

[definisi]Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Suhardjono dalam

Arikunto, 2007:58).

[definisi]Penelitian/Penelitian Deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata

Page 45: Ensiklopedi pendidikan

cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-

proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena

(Whitney dalam Nasir, 2003: 55).

[definisi]Pengajaran artinya bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan

ajar (Karo-Karo, dkk., 1979:3).

[definisi]Pengajuan soal diartikan sebagai perumusan atau pembentukan soal atau

pertanyaan soal dari situasi (informasi) yang disediakan (Siswono, 1999:28).

[definisi]Pengajuan soal/Istilah “Menanyakan soal” biasanya diaplikasikan pada tiga

bentuk aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu: (a) Menanyakan pre-solusi, di

mana seorang siswa membuat soal dari soal yang diadakan. (b) Menanyakan di dalam

solusi, di mana seorang siswa merumuskaqn ulang soal seperti yang telah diselesaikan.

(c) Menanyakan setelah solusi, di mana siswa memodifikasi tujaun dan kondisi soal yang

baru (Silver dalam Mas’ud, 1997:04).

[definisi]Pengawasan adalah kegiatan mengukur tingkat efektivitas dan tingkat efesiensi

penggunaan tertentu dalam usaha pencapaian tujuan metode dan alat (Nawawi,

1993:43).

[definisi]Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai

dengan yang semestinya atau tidak (Soejamto, 1989: 53).

[definisi]Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang, 2005:173).

[definisi]Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga

dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan (Arikunto,

1992:67).

[definisi]Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menata kehidupan

kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber

belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi, memantau

kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul (Johanna

Kasim Lemlech dalam Wijaya dan Rusyan, 1994:113).

[definisi]Pengelolaan kelas dapat dairtikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas

dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang

seluasluasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif

dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien

untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan

perkembangan murid (Hadari Nawawi dalam Djamarah dan Zain, 1996:198).

[definisi]Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku

anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik,

Page 46: Ensiklopedi pendidikan

dan mencegah tingkah laku anak didik yang kurang baik (Bahri, Syaiful & Aswan Zain,

1996:201-202).

[definisi]Pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru sebagai

berikut: 1) Pengertian lama, pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban

kelas. 2) Pengertian baru, pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan

alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas

menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat

memanfaaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual

(Pidarta, 1970:11).

[definisi]Pengelolaan kelas merupakan rangkaian tingkah laku kompleks yang

digunakan oleh guru untuk memelihara suasana kelas, sehingga memungkinkan siswa

belajar dengan hasil yang efisien dan berkualitas tinggi. Pengelolaan kelas yang efektif

merupakan prasyarat utama untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif.

Pengelolaan kelas dapat dianggap sebagai tugas yang paling pokok dan sekaligus paling

sulit yang harus dilakukan oleh guru (Suparno dan Efendy, 1988:74-5).

[definisi]Pengelolaan kelas/Classroom management is the orchestration of classroom

life: planning curriculum, organizing procedures and resources, arranging the

environment to maximize efficiency, monitoring student progress, anticipating potential

problems (Johanna Kasin Lemlech dalam Wijaya & Rusyan, 1994:113).

[definisi]Pengelolaan kelas/Definisi lain mengetengahkan bahwa pengelolaan kelas

merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai

penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alatalat belajar yang tepat sesuai

masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas

sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai

komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya (Fathurrohman dan

Sutikno, 2007:104).

[definisi]Pengertian bimbingan yang unsur-unsur pokoknya diawali oleh huruf-huruf

yang ada dalam istilah bimbingan itu sendiri, yaitu: B = Bantuan. I = Individu. M =

Mandiri. B = Bahan. I = Interaksi. N = Nasihat. G = Gagasan. A = Alat dan N = Norma

(Prayitno, 1987: 36)

[definisi]Pengetahuan konseptual/Pemahaman konseptual adalah pengetahuan yang

berisi banyak hubungan atau jaringan ide (Walle, 2006:29).

[definisi]Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang perlambang yang

digunakan dalam matematika dan aturan serta prosedur yang digunakan dalam

mengerjakan atau menyelesaikan tugas matematika (Muhsetyo, 2001:24).

[definisi]Pengorganisasian dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pengelompokan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa,

sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Atmodiwirio, 2000:100).

Page 47: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pengorganisasian merupakan aktifitas menyunsun dan membentuk hubungan-

hubungan kerja antara orang-orang, sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam

mencapai tujuan yang telah dicapai (Purwanto, 1991:15).

[definisi]Pengorganisasian merupakan kegiatan menyunsun struktur dan membentuk

hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam mencapai tujuan bersama

(Sutrisno, 205).

[definisi]Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal

ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap

tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feet

back) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan

ataupun koreksi (Usman, 2001:80).

[definisi]Penilaian kinerja adalah membandingkan antara hasil yang sebenarnya

diperoleh dengan yang direncanakan (Ruky, 2001:158).

[definisi]Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang

dilakukan oleh pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang

ditugaskan kepadanya (Mangkunegara (2001: 69).

[definisi]Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya

berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau

tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 2002:66)

[definisi]Perasaan adalah peryataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subyektif dalam

merasakan senang atau tidak senang (Ahmadi, 1991:36).

[definisi]Perasaan/Gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan

dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang

dalam berbagai taraf. Penilaian subjek terhadap sesuatu objek membentuk perasaan

subjek yang bersangkutan. Karena itu perasaan pada umumnya bersangkutan dengan

fungsi mengenai, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap,

membayangkan, mengingat atau memikirkan sesuatu (Suryabrata, 2002:66).

[definisi]Perencanaan atau planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

pemikiran dan penentu secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian,

1989:108).

[definisi]Perencanaan pada hakikatnya adalah aktivitas pengambilan keputusan tentang

sasaran apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambildalam rangka mencapai

tujuan atau sasaran tersebut dan siapa yang akan melaksanakn tugas-tugas tersebut

(Burhanudin, 1994:167).

[definisi]Perencanaan sebagai keseluruhan proses permikiran dan penentuan secara

matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Y. Dior berpendapat bahwa yang

disebut perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk

Page 48: Ensiklopedi pendidikan

dilaksanakan pada waktu yang akan datang, yang diarahkan untuk mencapai tujuan

tertentu (SP. Siagian dalam Usman, 2006:48).

[definisi]Perencanaan/A simple definition of educational planning is the process of

preparing decisions for action in the future in the field of educatioinal development is

the function of educational planning (Guruge (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin

Syamsuddin Makmun, 2006:8).

[definisi]Perencanaan/Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses

kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa,

keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi,

ekstensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya) (Udin

Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun (2006:3-4).

[definisi]Perencanaan/Planning is future thinking; planning is controlling the future;

planning is decision making; planning is integrated decision making.” (Anen dalam Sa’ud

dan Makmun, 2006:5).

[definisi]Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek atau

banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan

(Suryabrata, 2002:14).

[definisi]Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas

individu yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek (Baharudin, 2009:178).

[definisi]Permainan bahasa adalah jenis permainan yang menimbulkan kegembiraan,

dan ada ketrampilan bahasa yang terlatih (Soeparno, 1980:60).

[definisi]Pernyataan (proposisi/deklarasi/statemen) adalah kalimat yang memiliki nilai

kebenaran benar saja atau salah saja tetapi tidak sekaligus benar dan salah (Tampomas,

2004:183).

[definisi]Persegi adalah persegi panjang dengan sisi-sisi yang berdekatan kongruen.

Persegi memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Semua sisinya sama panjang.

(b) Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku. (c) Diagonal-diagonalnya sama

panjang dan berpotongan saling tegak lurus. (d) Diagonal-diagonalnya saling membagi

dua sama besar. (e) Diagonal-diagonalnya membagi sudut menjadi dua sama besar

(Raharjanto, 2010:72).

[definisi]Persegi panjang adalah bangun segiempat yang memiliki dua pasang sisi yang

sejajar dan keempat sudutnya siku-siku. Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai

berikut : (a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Sudut-sudutnya sama

besar dan siku-siku. (c) Diagonal-diagonalnya sama panjang. (d) Diagonal-diagonalnya

saling membagi dua sama panjang (Raharjanto, 2010: 72).

[definisi]Pola deduktif yang dimaksudkan dalam berpikir matematika yaitu dari aksioma

yang bersifat umum dapat diturunkan hinggga memperoleh aksioma yang bersifat

khusus (Hudojo, 2005: 37).

Page 49: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang

bersifat khusus (Soedjadi, 2000:16).

[definisi]Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Singarimbun, 2001:98).

[definisi]Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dapat

berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek,

peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara

spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009:253).

[definisi]Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dapat

berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek,

peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara

spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009:253).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari menusia, benda-

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian

(Nawawi, 2005:141).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto, 2002:108).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006:130).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2005:130).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 130).

[definisi]Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2001:108).

[definisi]Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72).

[definisi]Populasi/Menurut Hermawan Wasito menyatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang

mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Tarsito, 1995:47).

[definisi]Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik yang secara khusus diseleksi

untuk menunjukkan keadaan secara khusus keadaan peserta didik (Mueller dalam

Burhan, 2008: 260).

[definisi]Poster adalah gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang

memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok, poster dibuat dengan gambar

dekoratif dan huruf yang jelas (Asnawir & Usman, 2002: 43-44).

[definisi]Prestasi adalah hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah

sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa (Syah, 2001: 192).

Page 50: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Prestasi adalah hasil belajar yang merupakan penekanan dari kecakapan-

kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang, sedangkan indikasinya

dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan

berpikir, maupun ketrampilan motorik (Sukmadinata, 2003: 102).

[definisi]Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik

secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama

sesorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan

prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai

tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan

optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah

pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja (Djamarah, 1994: 19-20).

[definisi]Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual

maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu ((Djamarah, 1994: 21).

[definisi]Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang

dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil

yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 2001: 43).

[definisi]Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan

dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai (Winkel 1989: 102).

[definisi]Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan oleh guru (Purwodarminto 1976:70).

[definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai “hasil yang dicapai oleh siswa

didalam belajar, hasil tersebut biasanya harus dilakukan dengan mengadakan penilaian

atau pengukuran yang dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan (Dwi, 2008: 29).

[definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Dimyati & Mujiono, 2002: 79).

[definisi]Prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses

belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data

yang objektif dan memadai (Rusyan, 1994: 21).

[definisi]Prestasi belajar/Sedangkan menurut Tu’u prestasi belajar siswa dapat

dirumuskan sebagai berikut: a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai

siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah. b.

Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai dari aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan

ditunjukan melalui nilai atau angka dari ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u

dalam Dwi, 2008: 30).

Page 51: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Problem posing berasal dari dua kata yaitu problem yang berarti masalah atau

soal dan posing dari to pose yang berarti mengajukan, membentuk. Pengajuan soal

dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, karena pengajuan soal merupakan

sarana untuk merangsang kemampuan tersebut dengan membuat soal, siswa perlu

membaca infomasi yang diberikan dan mengondisikan pertanyaan secara verbal

maupun tertulis (Iskandar dalam Ariyanti, 2007: 9).

[definisi]Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan

mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena merasa terpanggil

untuk pekerjaan itu (Sikun Pribadi dalam Hamalik, 2004: 2).

[definisi]Profesi guru/Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian dan

kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni

untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang

bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan

kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat

melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna

(Kunandar, 2007: 46).

[definisi]Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang

mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan

akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45).

[definisi]Profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan

berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas

(Yamin, 2007: 3).

[definisi]Profesi/Arifin profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation

atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau

latihan khusus.2 (Arifin, 1995: 105).

[definisi]Profesi/Jasin Muhammad menjelaskan bahwa profesi adalah .suatu lapangan

pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah,

memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yng berorientasi pada

pelayanan yang ahli.. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu

pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan

intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli (Namsa, 2006:29).

[definisi]Profesional berasal dari kata dasar “profesi” adalah suatu jabatan atau

pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya pekerja- an yang

disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak

disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu Prayitno (2004:

338).

[definisi]Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan

para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai criteria standar ideal dari

penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu (Danim, 2002:23).

Page 52: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Profesionalisme/Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa

setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional (Tafsir, 2005:107).

[definisi]Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman dalam

Suryosubroto, 1997:9).

[definisi]Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan

keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik (Willis, 2004:46).

[definisi]Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah instrumen dapat

mengukur sesuatu yang dapat diukur secara konsisten (Nurgiyantoro dkk, 2004:339).

[definisi]Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2002:154)

[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2005:131).

[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Menurut Sugiyono (2006:56)

“sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Arikunto, 2006:130).

[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109).

[definisi]Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian

(Mardalis, 2006:55).

[definisi]Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel

(Subagyo, 1997:111).

[definisi]Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan (Mudyahardjo, 2001: 67).

[definisi]Secara epistimologi, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk

mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu

merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau

kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya sehingga dengan belajar manusia menjadi

tahu, memahami, mengerti dan dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu

(Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13).

[definisi]Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan dengan ide- idea tau

konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif

(Mustangis, 2002: 4).

[definisi]Seni adalah mempersatukan keindahan yang tersebar pada alam. Kapasitas

yang menentukan keindahan adalah selera, sedangkan kapasitas yang membawanya

dalan satu keseluruhan adalah artistik jenius. Menurutnya keindahan berpadu dengan

Page 53: Ensiklopedi pendidikan

kebaikan, jadi keindahan adalah kebaikan yang terwujud, dan kebaikan adalah kebaikan

batin (Pagano dalam Kadir, 1975:14).

[definisi]Seni adalah pertumbuhan keindahan yang dengan samar-samar diketahui oleh

perasaan sehingga menjadi suatu hal yang benar dan baik (Mendelssohn dalam Abdul,

1975:12).

[definisi]Seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia. Dalam

pengertian ini, seni merupakan produk keindahan, berkaitan dengan pembuatan benda

untuk kepentingan estetis, lazimnya seni indah (Fine art) dilawankan dengan seni terap

(Applied art), Soedarso, 1988: 2).

[definisi]Seni rupa adalah cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik

manusia lewat obyekobyek dua dan tiga dimensional yang memakan tempat dan tahan

akan waktu ini yang menjadikan kelebihan cabang seni rupa dibanding dengan seni lain

(Sudarso, 1976: 6).

[definisi]Seni/Kaitannya dengan pengertian seni sebagai suatu kemahiran, hal ini bisa

dengan asal usul katanya yaitu berasal dari kata ars yang berarti kemahiran atau

ketangkasan, sehingga secara etimologi kata ars dapat diartikan sebagai suatu

kemahiran atau ketangkasan seseorang dalam menciptakan atau mengerjakan benda-

benda atau sesuatu barang (Sudarso, 1976: 15).

[definisi]Seni/Pengertian seni dijelaskan seperti: kemahiran, kegiatan manusia, karya

seni, seni indah, dan seni penglihatan (seni rupa) (Gie, 1976: 60).

[definisi]Seorang profesional adalah seorang yang terus menerus berkembang atau

trainable (Tilaar, 2000:137).

[definisi]Siasat/Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ’siasat’, ’kiat’,’trik’, atau

’cara’. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:3).

[definisi]Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan

fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek (Thursthoen dalam

Walgito, 1990:108).

[definisi]Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan

untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negative

(Syah, 1999:135).

[definisi]Sikap adalah kecenderungan untuk beraksi dengan berbagai faktor lingkungan.

Azwar (1995: 5) menyatakan bahwa sikap sebagai keteraturan perasaan (affection)

pemikiran (cognition) dan predesposisional tindakan (conation) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Bogardus dalam Muller, 1995:2-3).

[definisi]Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara

tertentu (Bruno dalam Syah 2003:120).

[definisi]Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai obyek orang

atau peristiwa (Robbins 2001:138).

Page 54: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau ojek (Notoatmojdo, 2003:130).

[definisi]Sikap sebagai tingkat pengaruh positif atau negatif dalam hubungannya dengan

beberapa objek psikologis (Thurstone dalam Edward, 1957:2).

[definisi]Simulasi berasal dari kata “simulate” yang memiliki arti pura-pura atau berbuat

seolah-olah. Dan juga “simulation” yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya

berpura-pura saja (Arief, 2002:182).

[definisi]Skala sikap adalah berupa kumpulan pernyataan pernyataan mengenai suatu

obyek sikap. Dari respons subyek pada setiap

pernyataan kemusian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap

seseorang. (Azwar 1995 : 95)

[definisi]Strategi juga dapat diartikan istilah, teknik dan taktik mengajar. Teknik adalah

cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode. Taktik

adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

Sedangkan mengenai bagaimana menjalankan strategi, dapat ditetapkan berbagai

metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat

menentukan tehnik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan tehnik

guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang

lain (Sanjaya, 2007:128).

[definisi]Strategi/Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang

berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Sedangkan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah dinamakan

dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,

sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi

(Sanjaya, 2007:126).

[definisi]Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat

dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk

kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

tujuan pembelajaran. Pengertian sumber belajar secara sempit adalah daya yang bisa

dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar – mengajar, baik secara langsung

maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan (Sudjana dan Rivai, 1989:76).

[definisi]Supervisi adalah bantuan yang diberikan pada seluruh staf sekolah untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih Baik (Sukardi, 2000:240).

[definisi]Supervisi adalah usaha memberi layanan pada guru-guru baik secara individual

maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (Sahertian, 2000:19)

[definisi]Supervisi bimbingan konseling adalah usaha untuk mendorong,

mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan petugas bimbingan konseling/guru

pembimbing secara berkesinam bungan baik secara individual maupun secara kelompok

Page 55: Ensiklopedi pendidikan

agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam melaksanakan

layanan bimbingan konseling (Abimanyu, 2005:1).

[definisi]Supervisi dapat diartikan sebagai penyelenggaraan pengawasan dengan

mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh, dan saran

kepada guru pembimbing didalam melaksanakan tugasnya (Prayitno, 2001:24).

[definisi]Supervisi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mendorong,

mengkoordinasikan, dan membimbing perkembangan guru baik secara perseorangan

maupun secara kolektif agar mereka mendapatkan pengertian yang lebih baik dan

secara efektif melaksanakan semua fungsi-fungsi mengajar sehingga mereka lebih

dimungkinkan untuk mendorong dan membimbing perkembangan siswa

(Sardjonopriyo, 1992:3).

[definisi]Supervisi ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan

yang direncanakan sebelumnya, maka pekerjaan itu efektif (Handayaningrat, 1994:17).

[definisi]Supervisi ialah satu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu

guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara

efektif (Purwanto, 1998:76).

[definisi]Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang

bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar

melalui observasi dan analisis data secara obyektif, teliti sebagai dasar untuk usaha

mengubah perilaku mengajar guru (Sahertian, 2000:37).

[definisi]Supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan

kepada guru-guru agar kemampuan profesional makin berkembang, sehingga situasi

belajar semakin efektif dan efisien (Soewadji, 1988:33).

[definisi]Supervisi pendidikan merupakan usaha-usaha berupa bantuan dan pelayanan

pendidikan yang diberikan oleh supervisor kepada supervisee (yaitu para guru) untuk

memperbaiki dan meningkatkan situasi belajarmengajar menjadi lebih baik. Selanjutnya

situasi belajar-mengajar yang makin menjadi lebih baik itu akan lebih menyempurnakan

tercapainya tujuan pendidikan (Soepardi, 1988:63).

[definisi]Supervisi pendidikan yaitu “Semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk

memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran (Soetjipto dan Raflis

Kosasi, 1994:233).

[definisi]Supervisi sebagai kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju

pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam

mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan tersebut berupa dorongan, bimbingan,

dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti

bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam

pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, metode-metode mengajar

yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses

pengajaran (Purwanto, 2002:76).

Page 56: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Supervisi yaitu setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan

perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervisi (Neagley dalam

Pidarta, 1992:2).

[definisi]Supervisi/Pengertian supervisi meliputi tiga unsur, yaitu: a) unsur proses

pengarahan, b) unsur bantuan atau pertolongan dari pihak atasan atau pihak yang lebih

memahami, dan c) unsur guru-guru dan personalia sekolah lainnya yang berhubungan

langsung dengan belajar para siswa sebagai pihak yang diberi pertolongan, unsur

proses belajar mengajar sebagai obyek yang diperbaiki (Pidarta, 1992:4).

[definisi]Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah

olehnya (Arikunto, 2005:100-101).

[definisi]Terdapat tiga fase proses pemahaman yang dapat dilakukan konselor. Proses

pemahaman dapat dilakukan dengan tiga tahapan yang dijelaskan sebagai berikut: a.

Fase I/ Data Input, yaitu konselor menerima informasi verbal dan non verbal. b. Fase II/

Data Processing, yaitu informasi yang telah diperoleh kemudian diproses melalui sistem

konstruk konselor, diorganisir dan disimpan. c. Fase III/ Data Output, yaitu melakukan

koreksi, konfirmasi, dan kemudian tindakan lanjutan terhadap informasi yang telah

diperoleh konselor (Gilmore dalam Awalya, 1995:32)

[definisi]Transformasi adalah proses pengubahan masukan olahan menjadi hasil

produksi atau jasa, yang dilakukan manusia atau mesin-mesin, atau manusia dengan

mesin-mesin (Mudyahardjo, 2001: 45).

[definisi]Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai satu dan hanya satu

pasang sisi yang sejajar. Trapesium memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Pada setiap

trapesium, jumlah besar sudut yang berdekatan di antara dua sisi yang sejajar adalah

1800 (b) Trapesium siku-siku mempunyai ciri khusus, yaitu memiliki tepat dua sudut

siku-siku. (c) Trapesium sama kaki mempunyai ciri khusus, yaitu dua pasang sudut yang

sama besar dan diagonalnya sama panjang (Raharjanto, 2010: 75).

[definisi]Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid

yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan

(Roestiyah dalam Djamarah, 2002: 48).

[definisi]Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu

temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara guru dan siswa

(Ahmadi dan Supriyono, 2004: 184).

[definisi]Unjuk kerja adalah kegiatan yang ditampilkan oleh konselor dalam rangka

pelaksanaan tugas dan/atau pengembangan profesional bimbingan konseling (Prayitno,

1994:374).

[definisi]Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut

dapat mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2003:267).

Page 57: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah

(Arikunto, 2002 : 144).

[definisi]Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang

ingin diukur (Singarimbun & Effendi,1995:124).

[definisi]Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Sutrisno Hadi dalam Arikunto,

2002: 94).

[definisi]Variabel adalah proses pemberian angka terhadap obyek atau fenomena

menurut aturan tertentu (Nazir, 1998: 143).

[definisi]Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan di jadikan obyek

pengamatan penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai factor yang

berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti dalam hal ini terdapat variable

yaitu : tingkat perlayanan (X) dan tingkat kepentingan (Y) (Suryabrata, 1989: 73 ).

[definisi]Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003: 31).

[definisi]Visi adalah apa yang didambakan organisasi untuk dimiliki atau diperoleh di

masa depan (what we do we want to have). Sedangkan misi adalah dambaan tentang

kita akan menjadi apa di masa depan (what we do we want to be). Agar efektif dan

powerful, maka visi dan misi harus jelas, harmonis, dan compatible (Ekosusilo, 2003:

45).

[definisi]Wacana adalah ungkapan kebahasaan yang selesai dan bermakna. Soeparno

(1980:19) unsur pembangaun sebuah wacana meliputi 1) unsur bahasa seperti kata,

frasa, klausa, dan kalimat; 2) konteks yang terdapat disekitar wacana; 3) makna dan

maksud; 4) koherensi; dan 5) kohesi (Supomo dalam Purwo, 1993: 30).

[definisi]Wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan

atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan

penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya pengalaman

yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca atau pendengar merasa

seolah-olah ia mengalami atau mengetahuinya secara langsung (Sumarlam, 2003: 210).

[definisi]Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2005: 132).

[definisi]Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan, secara lisan, untuk menjawab secara lisan pula. Ciri utama dari

wawancara adalah langsung dengan tatap muka antara si pencari data informasi dengan

sumber informasi (Nawawi, 2011: 111).

[definisi]Wawancara sering juga disebut sebagai metode kuesioner lisan, yaitu sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (Arikunto, 1998: 145).

Page 58: Ensiklopedi pendidikan

[definisi]Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari

petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapai melalui

percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan (Sahertian, 2000:

104).

Ada sembilan dimensi yang terkait dengan proses pendidikan, yaitu: 1) Significance,

yaitu tingkat kebermaknaan perencanaan. 2) Feasibillity, yaitu kelayakan teknis dan

perkiraan biaya dilihat secara relistik. 3) Relevance, yaitu diperlukan dalam

implementasi rencana. 4) Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk

menjalankan rencana dengan data model buatan, untuk meminimalkan hal yang tidak

diharapkan. 5) Parsimoniousness, yaitu perencanaan harus digambarkan secara

sederhana. 6) Adaptability, yaitu perencanaan harus dinamis dan dapat berubah sesuai

dengan perkembangan informasi. 7) Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada

perencanaan, dan merubah siatuasi yang tidak dapat dilakukan akibat keterbatasan-

keterbatasan dalam meramalkan masa depan. 8) Monitoring, yaitu untuk menjamin

bahwa berbagai unsur rencana berjalan secara efektif. 9) Subject matter, yaitu pokok

bahasan yang akan direncanakan mencakup sasaran dan tujuan,

program dan pelayanan, sumber daya manusia, sumber daya fisik, penganggaran,

struktur pemerintahan, dan konteks sosial (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin

Makmun, 2006: 53-54).

Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan

dengan siswa disuatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan

selama siswa berada disekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya

melalui penciptaan suasan yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar

mengajar yang efektif (Kosasi, 19999:165).

Administrasi pendidikan itu berjalan di dalam rangkaian proses-proses tertentu yang

meliput: 1) Perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3) Pengkoordinasian; 4) Komunikasi; 5)

Supervisi; dan 6) Evaluasi (Purwanto, 1998:25).

Akhlak/Ciri dalam perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut: 1. Perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi

kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah

dan tanpa pemikiran. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri

orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4. Perbuatan

akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau

bersandiwara. 5. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas

semata-mata karena Allah (Abuddin, 2006:1).

Akuntansi/Pelajaran akuntansi diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang mampu

bekerja pada bidang pekerjaan/jabatan yang dapat diisi oleh tamatan program studi

akuntansi antara lain adalah: 1) pemegang buku, 2) kasir teller, 3) juru penggajian, 4)

operator mesin hitung, 5) operator komputer, 6) administrasi gudang, 7) menyusun

laporan keuangan (Dikmenjur, 1996: 8).

Page 59: Ensiklopedi pendidikan

Alat peraga/Dengan menggunakan alat peraga maka: a) Proses belajar mengajar

termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan

senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran

matematika. b) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan

karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-

tingkat yang lebih rendah; c) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan

benda-benda di alam sekitar akan dapat dipahami. d) Konsep-konsep abstrak yang

tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dapat

dipakai sebagai objek penelitian maupun sebgai alat untuk meneliti ide-ide baru dan

relasi baru menjadi bertambah banyak (Sulianto, 2010: 4).

Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Memperkenalkan suatu masalah atau unit

atau suatu pokok baru kepada anak-anak. 2) Mengembangkan atau memperjelas suatu

masalah atau pokok persoalan. 3) Menafsirkan suatu masalah atau pokok persoalan

yang dikemukakan atau diterangkan. 4) Menyingkat atau menyederhanakan suatu

pokok persoalan atau masalah yang diterangkan. 5) Mengadakan hubungan atau

korelasi antara dua atau lebih keadaan atau keterangan. 6) Mengidentifikasi suatu

situasi. 7) Memindahkan suatu pikiran kedalam situasi yang nyata. 8) Meningkatkan

minat dan mendorong siswa untuk memperhatikan sesuatu (Subari, 1994:102).

Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Sebagai media dalam, 2) menanamkan

konsep-konsep matematika. 3) Sebagai media dalam memantapkan pemahaman

konsep. 4) Sebagai media untuk mewujudkan hubungan antara konsep metematika

dengan dunia disekitar aplikasi konsep dalam kehidupan nyata (Pujiati, 2004: 4).

Alat peraga/Penggunaan alat peraga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain: (pengajaran itu sendiri, bahan pengajaran, keadaan siswa, tujuan yang akan

dicapai, waktu berlangsungnya pelajaran dan alat peraga itu sendiri) (Subari, 1994:102)

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan, hasil

observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang kasus yang

diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Muhajir 1989:171).

Analisis data/Proses analisis data ditempuh melalui proses redukdi data, penyajian data,

dan penarikan suatu kesimpulan hasil penelitian. Proses reduksi data meliputi:

pemilihan dan penyederhanaan data-data kasar yang diperoleh di lapangan. Kemudian

data diseleksi, diringkas, dan dikelompokkan dalam satuan-satuan pokok pikiran.

Datadata yang tidak perlu dan tidak banyak berkaitan dengan masalah penelitian

dibuang dan kemudian digantikan dengan data-data yang sesuai (Rohidi, 1990: 16).

Analisis data/Siddel proses berjalannya tehnik analisis data adalah sebagai berikut: 1.

Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu di beri kode agar sumber

datanya dapat diproses. 2. Mengumpulkan dan memilah-milah, mengklasifikasi,

mensintesiskan membuat ikhtiar dan membuat indeksnya. 3. Berfikir, dengan jalan

menemukan pola hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum (Siddel,

1998: 64).

Page 60: Ensiklopedi pendidikan

Analisis pekerjaan adalah .menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang harus

dikerjakan itu harus dikerjakan. Menurutnya pula bahwa analisis pekerjaan bermanfaat

untuk memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan,

persyaratan personalia, prilaku manusia, dan alat-alat yang akan dipergunakan

(Hasibuan, 2002:28).

Analisis pekerjaan/Tujuannya adalah untuk menentukan karakteristik personalia: * Latar

belakang pendidikan. * Pengalaman; * Pelatihan kejuruan (Panggabean, 2002:24).

Angket yang digunakan adalah angket dalam bentuk pilihan yaitu meminta responden

untuk memilih salah satu jawaban dari sekian banyak jawaban-jawaban alternatif yang

sudah disediakan (Hadi, 1987: 160).

Audio visual/Beberapa prinsip tentang penggunaan alat audio visual sebagai berikut: 1.

Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik. 2. Alat-alat tertentu lebih tepat daripada

yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan. 3.

Audio visual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang integral dari

pengajaran. 4. Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai

alat audio visual. 5. Siswa menyadari tujuan alat audio visual dan merespon data yang

diberikan. 6. Perlu diadakan lanjutan. 7. Alat audio visual dan sumber-sumber yang

digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi memungkinkan belajar lebih luas

karena adanya hubungan-hubungan (Kenneth H. Hoover dalam Usman, 1992: 28).

Audio visual/Beberapa prinsip tentang penggunaan alat audio visual sebagai berikut: 1.

Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik. 2. Alat-alat tertentu lebih tepat daripada

yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan. 3.

Audio visual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang integral dari

pengajaran. 4. Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai

alat audio visual. 5. Siswa menyadari tujuan alat audio visual dan merespon data yang

diberikan. 6. Perlu diadakan lanjutan. 7. Alat audio visual dan sumber-sumber yang

digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi memungkinkan belajar lebih luas

karena adanya hubungan-hubungan (Kenneth H. Hoover dalam Usman, 1992: 28).

Audio visual/Karakteristik media audio visual diantaranya mempunyai kelebihan yaitu:

1) selain bergerak dan bersuara, film ini dapat menggambarkan suatu proses, 2) dapat

menimbulkan kesan tentang ruang dan waktu, 3) tiga dimensional dalam

penggambarannya, 4) suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar

dalam bentuk impresi yang murni, 5) jika film itu suatu pelajaran, dapat menyampaikan

suara seorang ahli dan sekaligus memperlihatkan penampilannya, 6) kalau film itu

berwarna, jika autentik dapat menambahkan realitas kepada medium yang sudah

realistis itu, 7) dapat menggambarkan teori sains dengan teknik animasi (Sulaeman,

1981:191).

Audio visual/Kekurangan media audio visual diantaranya yaitu: 1) film bersuara tidak

dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang diucapkan selagi film berputar.

Memang film dapat dihentikan sementara waktu untuk memberi penjelasan, namun hal

Page 61: Ensiklopedi pendidikan

itu akan mengganggu keasikan penonton, 2) jalan film terlalu cepat; tidak semua orang

dapat mengikutinya dengan baik. Lebih-lebih kalau film dipertunjukkan kepada orang

yang kurang pendidikan. Mereka tidak dapat mencernakan apa yang berlalu dihadapan

mata mereka dalam tempo yang begitu cepat, 3) apa yang sudah lewat tidak dapat

diulang kalau ada bagian film yang harus mendapat perhatian kembali. Atau seluruh

film harus diputar kembali (Sulaeman, 1981:192).

Audio visual/Kekurangan Media Audio Visual. a. Kelemahan media ini, terutama terletak

dalam segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana

dan prasarana tertentu seperti listrik serta peralatan atau bahan-bahan khusus yang

tidak selamanya mudah diperoleh ditempat-tempat tertentu. b. Pengadaan maupun

pemeliharaannya cenderung menuntut biaya yang mahal. c. Kurang mampu

menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna. d. Memerlukan

peralatan yang mahal dan kompleks (Ibrahim dan Syaodih, 2003: 118).

Audio visual/Kelebihan Media Audio Visual. a. Kelebihan dari media ini pada umumnya

ialah dapat memberikan suasana yang lebih hidup penampilannya lebih menarik, dan

disamping itu dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara

lebih nyata. b. Penggunaannya tidak menggunakan ruangan yang gelap. c. Menghemat

waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. d. Penggunaan media ini

memecahkan aspek verbalisme pada diri siswa (Ibrahim dan Syaodih, 2003: 118).

Audio visual/Macam-Macam Media Audio Visual. Media ini dibagi menjadi beberapa

macam yaitu: 1. Audio Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara. 2. Audio

Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang

bergerak seperti film suara dan video-cassete. Pembagian lain dari media ini adalah: a.

Audio Visual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu

sumber seperti film video-cassete. b. Audio Visual Tidak Murni, yaitu unsur suara dan

unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang

unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari

tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara (Djamarah, dkk.

1996: 141).

Audio visual/Manfaat Media Audio Visual. Media audio visual menurut Encyclopedia of

Educational Research memiliki nilai atau manfaat sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-

dasar yang kongkret untuk berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah

tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya). b. Memperbesar perhatian

siswa. c. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan. d. Memberikan

pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di

kalangan para siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu. f. Membantu

tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Manfaat

selain yang tersebut di atas adalah: a. Sangat menarik minat siswa dalam belajar. b.

Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih

Page 62: Ensiklopedi pendidikan

banyak. c. Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan

banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang

sebenarnya atau alat lain (Usman, 1992: 55).

Audio visual/Media audio visual menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki

nilai atau manfaat sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk

berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu

nama tetapi tidak tahu bendanya). b. Memperbesar perhatian siswa. c. Membuat

pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan. d. Memberikan pengalaman yang

nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa. e.

Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu. f. Membantu tumbuhnya pengertian

dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Manfaat selain yang tersebut di

atas adalah: a. Sangat menarik minat siswa dalam belajar. b. Mendorong anak untuk

bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak. c. Menghemat waktu

belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan

memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain (Usman, 1992:

27).

Audio visual/Media ini dibagi menjadi beberapa macam yaitu: 1. Audio Visual Diam,

yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound

slides), film rangkai suara, cetak suara. 2. Audio Visual Gerak, yaitu media yang dapat

menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-

cassete. Pembagian lain dari media ini adalah: a. Audio Visual Murni, yaitu baik unsur

suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-cassete. b.

Audio Visual Tidak Murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber

yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides

proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film

strip suara dan cetak suara (Djamarah, 1996: 141).

Audio visual/Penekanan utama dalam pengajaran audio visual adalah pada nilai belajar

yang diperoleh melalui pengalaman kongkret, tidak hanya didasarkan atas kata-kata

belaka (Sudjana, 1989: 58 ).

Bahan ajar/Bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a) Bahan

cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, foto/gambar,

brosur, model, leaflet, dll. b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan

hitam, dan compact disk audio. c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video

compact disk, film,dll. d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti

compact disk interaktif (Rohani, 2004: 174).

Belajar aktif informasi, keterampilan dan sikap terjadi lewat suatu proses pencarian. Para

peserta didik lebih berada dalam suatu pencarian daripada sebuah bentuk reaktif

(Sibarman, 2001:101).

Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: dimensi pertama

berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran dikasihkan pada siswa

Page 63: Ensiklopedi pendidikan

melalui penerimaan atau penemuan, dimensi yang kedia menyangkut cara bagaimana

siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1989:

111-117).

Belajar dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran guru terutama

melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif

untuk mencapai sesuatu tujuan yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah

laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan ditekankan

pada daya-daya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad: 74-75).

Belajar kooperatif/Agar kreativitas dapat tumbuh pada diri peserta didik, maka dalam

proses pendidikan harus melibatkan peserta didik secara aktif. Karena anak didik

merupakan subyek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat (Djamarah,

2002: 46).

Belajar kooperatif/Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi. Belajar belum

selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran

(Trianto, 2007: 41-42).

Belajar kooperatif/Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam

kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang

mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya yang

kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang berlebihan, tanpa ada rasa minder.

Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi

belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan

mandiri (Djamarah & Zain, 1997: 63).

Belajar kooperatif/Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative learning tidak

hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat

berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu

teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang

berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Djamarah

& Zain, 1997: 63).

Belajar kooperatif/Belajar secara individualities dan kompetitif jika disusun dengan baik,

maka belajar tersebut akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk

melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar

kompetitif dan individualitif seperti kompetisi siswa yang kadang tidak sehat. Untuk

menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk

mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif (Trianto, 2009:

55).

Belajar kooperatif/Berdasarkan pemahaman ini, maka peranan guru di kelas haruslah

jelas tampak. Misalnya, dalam menjamin terlaksananya pembelajaran kooperatif

Page 64: Ensiklopedi pendidikan

seyogyanya guru harus membantu siswa memahami dinamika dalam bekerja sama

dalam kelompok, membantu siswa agar memahami bahwa mereka menghadapi

kepentingan serta tujuan sama, terampil untuk berpartisipasi atau berbagi tugas,

bertanggung jawab dan saling menghargai dalam pembelajaran kooperatif (Isjoni dkk.,

2007: 68).

Belajar kooperatif/Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:15).

Belajar kooperatif/Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan

pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik

bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kompetitif ini adalah sebagai alternatif pilihan

dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagaian siswa saja yang akan

bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam kompetisi, yakni hanya

lainnya semakin tenggelam dalam ketidak tahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang

pengetahuannya merasa malu bila kekurangannya diekspose. Kadang-kadang motivasi

persaingan akan menjadi kurang sehat bila tidak mampu, katakanlah dalam menjawab

soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yangn dirasa perlu untuk mengalami

improvement (perbaikan) (Djamarah, 2000: 7).

Belajar kooperatif/Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang dapat

diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw,

Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, berikut

penjelasannya: 1. Student Team Achievement Division (STAD) Pada proses

pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: a.

Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator

yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari. b. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar

tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi

tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat

memahami materi yang akan dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja

kelompok. c. Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yangn akan

dibahas. d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu, dimaksudkan untuk

memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Perhitungan skor

kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing (Isjoni, 2009: 50).

Belajar kooperatif/Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif

dan kreatif secara optimal. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing

sedangkan anak aktif dan kreatif dan belajar (Djamarah, 2000: 62-63).

Belajar kooperatif/Dalam model cooperative learning, terdapat beberapa ciri dari

cooperative learning: Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi

langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas

Page 65: Ensiklopedi pendidikan

belajarnya dan juga teman sekelompoknya. d. Guru membantu keterampilan-

keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan (Isjoni, 2009: 20).

Belajar kooperatif/Dalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan lebih akan

membantu dalam proses pemahaman materi bagi siswa yang berkemampuan rendah

dan siswa yang berkemampuan sedang. Interaksi dalam setiap kelompok, kemampuan

tiap anggotanya heterogen (Sapriya, 2009: 43).

Belajar kooperatif/Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model belajar ini

dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang

berbeda (Suherman, 2001: 217).

Belajar kooperatif/Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh

kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk

mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap

kesetiakawanan sosial di kelas. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan

seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan. Tidak ada makhluk hidup yang terus

menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung,

disadari tidak disadari, makhluk lain ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk

tertentu (Djamarah, 2000:7).

Belajar kooperatif/Hasil penelitian yang diperoleh oleh As’ari (2007) menyatakan bahwa

siswa merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, karena mereka

dapat berdiskusi dengan teman mereka sendiri yang sudah ditentukan. Dari rasa senang

tersebut mengakibatkan pemahaman matematika siswa meningkat (As’ari, 2007:80).

Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing kelompok

harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena

suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktifitasnya (Isjoni, 2007: 55).

Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing kelompok

harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena

suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktifitasnya (Isjoni, 2010: 78).

Belajar kooperatif/Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan

kemampuan yang heterogen, maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran

kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku, hal ini bermanfaat untuk melatih siswa

menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakang (Isjoni,

2007:16-17).

Belajar kooperatif/Kelemahan dalam pemebelajaran kooperatif adalah: 1) Guru harus

mempersiapkan pemebelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak

tanaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka

dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama

kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic masalah yang sedang

dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Page 66: Ensiklopedi pendidikan

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa

yang lain pasif (Isjoni, 2007: 25).

Belajar kooperatif/keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai

berikut: a. Saling ketergantungan yang positif. b. Adanya pengakuan dalam merespon

perbedaan indivu. c. Siswa dilibatkan dalm pengeloalaan dan perencanaan kelas. d.

Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan

bersahabat antara siswa dengan guru, dan f. Memiliki banyak kesempatan untuk

mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Jarolimek dan Parker dalam

Isjoni, 2007: 39).

Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:

1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan

individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas

yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat

antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang meneyenangkan (Parker dalam Isjoni, 2007: 24).

Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:

1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan

individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas

yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinya hubungan yang hangat dan bersahabat

antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan

pengalaman emosi yang menyenangkan (Parker dalam Isjoni, 2007:24).

Belajar kooperatif/Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif dari peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar merupakan konsekuensi logis dari pengajaran

yang sebenarnya. Bahkan merupakan faktor penting dalam hakikat kegiatan belajar

mengajar. Sebab, suatu pengajaran tidak akan berlangsung dengan berhasil tanpa

keaktifan peserta didik (Subadijah, 1996:32).

Belajar kooperatif/Metode pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat tahapan-tahapan

dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topic atau materi dan

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. 2) Merencanakan tugas belajar (para

siswa menyusun rencana bersama). 3) Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan

laporan akhir. 5) Menyajikan laporan akhir. 6) Evaluasi (Utomo, 2004:138).

Belajar kooperatif/Model ini (cooperative learning) didasari falsafah homo homini

socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

berkecenderungan untuk hidup bersama (Djamarah, 1996:17).

Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil

yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama (Suherman,

2001:218).

Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar peserta didik

dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

Page 67: Ensiklopedi pendidikan

menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk

menggemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok (Isjoni, 2009:21).

Belajar kooperatif/Oleh karena itu, para peserta didik untuk mengubah paradigma

dalam proses pembelajaran, dari yang bersifat “teacher centered” menjadi “student

centered instruction”. Dimana dalam sistem pengajaran ini peranan dan partisipasi yang

tinggi dari peserta didik sangat ditonjolkan (Nurdin, 2002:115-116).

Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan yang penting, yaitu: 1) hasil belajar akademik. 2)

penerimaan terhadap perbedaan individu. 3) pengembangan keterampilan social

(Ibrohim dalam Isjoni, 2007:27).

Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan yang penting, yaitu: 1) Hasil belajar akademik –

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beberapa tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli

berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-

konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu – Tujuan lain metode

pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

berdasarkan ras, budaya, kelas, sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan

kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan

melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan social – Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif

adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan-keterampilan sosial penting akan dimiliki siswa, sebab saat ini masih

banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim dalam Isjoni,

2007:27).

Belajar kooperatif/Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

merupakan kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil, dimana setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas

kolektif yang telah ditentukan dengan jelas (Ibrahim, 2000:6).

Belajar kooperatif/Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi

dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat

meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong

dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar

cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memperbaiki

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara

berkelompok (Isjoni, 2009:21).

Page 68: Ensiklopedi pendidikan

Belajar kooperatif/Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait, elemen-elemen tersebut antara lain: 1)

Saling Ketergantungan Positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan

suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang

saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling

ketergantungan positif dapat dicapai melalui: a) Saling ketergantungan mencapai

tujuan, b) Saling ketergantungan menyelesaikan tugas, c) Saling ketergantungan bahan

atau sumber, d) Saling ketergantungan peran, e) Saling ketergantungan hadiah. 2)

Interaksi Tatap Muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka

dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. 3) Akuntabilitas Individual.

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap

anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian

kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara

individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas Individual. 4) Keterampilan menjalin

hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan

terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman dan berbagai sifat lain

yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship)

tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya akan memperoleh teguran dari

guru tetapi juga dari sesama siswa (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004:

61-62).

Belajar kooperatif/Pemberian penghargaan anggota kelompok berdasarka peroleha skor

rata-rata. Adapun criteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan

terhadap kelompok juga disajikan pada table (Isjoni dkk, 2000: 62).

Belajar kooperatif/Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan

aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagi interaksi dan pengalaman belajar.

Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan

kretivitas peserta didik (Mulyasa, 2007:164).

Belajar kooperatif/Salah satu model pembelajarann untuk mengantisipasi kelemahan

model pembelajaran yang sering dipakai oleh seorang guru pada umumnya adalah

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share. Model

pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk mampu menyelesaikan masalah mendengar

pendapat orang lain dan bersosial (Suprijono, 2009:62).

Belajar kooperatif/Secara sederhana pembelajaran “kooperatif” berarti mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sebagai satu

tim (Isjoni, 2007:6).

Belajar kooperatif/Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat

membantu meningkatkan pemahaman. “Pemahaman”, proses belajar sangat perlu

Page 69: Ensiklopedi pendidikan

memahami, pemahaman merupakan salah satu target yang ingin dicapai membaca

(belajar) (Sapriya, 2009:158).

Belajar kooperatif/Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam

kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya,

seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan

baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan.

Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan

materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompoknya untuk

mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok

ada yang belum menguasai materi pelajaran (Trianto, 2009:57).

Belajar kooperatif/Slavin mengemukakan, “In cooperation learning method, students

work together in four member teams to master material initially presented by the teacher

(dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam

kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan

disampaikan oleh guru) (Slavin, 2005:8).

Belajar kooperatif/Slavin menyebutkan bahwa cooperative learning merupakan model

pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para

siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi

atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar

mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa

dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar

mengajar sesama mereka (Isjoni, 2009:17).

Belajar kooperatif/Terdapat dua aspek penting yang mendasari keberhasilan

cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif (Slavin (1995:16).

Belajar kooperatif/Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif: 1. Pertama,

Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa

merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat

satu sama lain. Seoranng tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya

sukses. 2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seoranng siswa akan

membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan

bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam

kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. 3. Ketiga, Tanggung jawab individual.

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa

dalam hal: a. Membantu siswa yang membutuhkan bantuan. b. Siswa tidak hanya

sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif,

selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk

belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. 5. Kelima, Proses

Page 70: Ensiklopedi pendidikan

kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses

kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik (Johnson &

Johnson dan Sutton dalam Trianto, 2009: 60).

Belajar kooperatif/Tiap anggota kelompok terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen (Nurhadi dkk., 2004: 65).

Belajar kooperatif/Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning (Lie,

2004: 31).

Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif: 1) Penghargaan kelompok. 2) Pertanggung jawaban individu. 3) Kesempatan

yang sama untuk mencapai keberhasilan (Salavin dalam Isjoni, 2007: 21- 22).

Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif: 1) Penghargaan kelompok – Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-

tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. 2) Pertanggung

jawaban individu – Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainya secara mandiri tanpa bantuan teman

sekelompoknya. 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan –

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang

terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi

rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya (Slavin dalam Isjoni, 2007: 21-22).

Belajar kooperatif/Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative learning adalah tiga

sampai lima orang (Suherman, 2001: 220).

Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning adalah sebagai

berikut : a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang

bersama”. b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari

materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya

memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung

jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. e. Para siswa akan diberikan suatu

evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh

anggota kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Para siswa akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Lundgren

dalam Isjoni, 2009).

Page 71: Ensiklopedi pendidikan

Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan bersama”. 2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3) Siswa haruslah melihat bahwa semua

anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4) Siswa haruslah membagi

tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5) Siswa

dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk

semua anggota kelompoknya. 6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 7) Siswa berbagi

kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selam

proses belajarnya (Ibrohim, 2000:6).

Belajar kooperatif/Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja

kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar

terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning (Lie, 2008:32 35).

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa

sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa

belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan

(Gadne yang dikutip Purwanto, 1993:84).

Belajar/Ada beberapa prinsip untuk mengaktifkan cara belajar siswa, antara lain: a.

Prinsip Motivasi, artinya pemberian dorongan agar terangsang perhatianya untuk

berbuat sesuatu. Baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik, seperti perintah,

teguran, celaan, hukuman, dan sebagainya. b. Prinsip Konteks, artinya mengasosiasikan

pengetahuan baru, dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dengan

demikian memudahkan siswa untuk memahaminya. c. Prinsip Focus, artinya

merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak

dijawab, dan merupakan konsep yang hendak ditemukan. d. Prinsip Sosialisasi, artinya

siswa diberikan kepercayaan untuk bekerjasama dengan teman-temannya. e. Prinsip

belajar sambil bekerja, artinya siswa diberikan kepercayaan untuk bekerja sendiri untuk

berbuat sesuatu dalam rangka memperoleh pengalaman langsung (Miranu Triantono

dalam Triantoro, 1993:69).

Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: 1) Faktor Internal,

berupa faktor belajar yang bersumber dari dalam diri siswa tersebut di antaranya

kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi. 2 ) Faktor Eksternal, berupa faktor

belajar yang bersumber dari luar diri siswa di antaranya lingkungan sekolah, keluarga,

dan masyarakat (Purwanto, 1990:19).

Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor Intern – Faktor intern

adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. 2) Faktor Ekstern – Faktor

ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar (Slameto, 2002:54-

71).

Page 72: Ensiklopedi pendidikan

Belajar/Aktivitas dalam belajar antara lain mendengarkan, memandang, meraba,

membau, menulis, membaca, mengamati, mengingat, berfikir, dan latihan (Ahmadi dan

Supriyono, 2004:123).

Belajar/Belajar ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

di sekolah, secara garis besarnya dapat dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu: a. Faktor

Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologis), dan

kondisi rohani (psikologis). b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari

faktor lingkungan, baik social dan non social dan faktor instrumental (Sabri: 1996:59).

Belajar/Ciri-ciri belajar antara lain: 1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah

laku. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu

adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil

menjadi terampil. 2) Perubahan perilaku relatif permanen. Artinya, bahwa perubahan

tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak

berubah-ubah. 3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar sedang berlangsung. Perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. 4)

Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5) Pengalaman atau

latihan dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat akan memberikan

semangat untuk mengubah tingkah laku (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 15-16).

Belajar/Ciri-ciri proses belajar adalah: 1) Perubahan terjadi secara sadar, 2) Perubahan

dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, 3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif

dan positif, 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) Perubahan dalam

belajar bertujuan atau terarah, dan 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(Slameto, 2003: 3).

Belajar/Dalam kegiatan belajar siswa akan selalu dituntut untuk berfikir, pemahaman

dan keterampilan sosial. “Berpikir” seperti yang dinyatakan Philip L. Harriman berfikir

adalah angan-angan, pertimbangan, kreatifitas, tingkah laku, pembicaran yang lengkap,

aktivitas idaman, pemecahan masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya;

aktivitas dalam menanggapi situasi yang tidak objektif yang menyerang organ

pancaindra (Shaleh, 2008: 22).

Belajar/Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman

atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat

memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu dalam

belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak

hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif

dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997:153-154).

Belajar/Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar

individu (Slameto, 2003:54).

Page 73: Ensiklopedi pendidikan

Belajar/Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga

macam diantaranya: a. Faktor internal (factor dari dalam diri siswa). b. Faktor eksternal

(faktor dari luar diri siswa), yakni faktor lingkungan siswa. c) factor pendekatan belajar,

yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Syah, 1995:132).

Belajar/Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sacara garis besar dapat dibagi dalam

klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar)

diri si subjek belajar (Sardiman, 2007:39).

Belajar/Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu: Seorang siswa

dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 65% dari

total skor atau nilai 65. Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas

tersebut telah terdapat minimal 65% dari jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya

serap lebih besar atau sama dengan 65% (Suryosubroto (1997:77).

Belajar/Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi

tertentu (Muhibbinsyah, 2002:139).

Belajar/Prinsip-prinsip belajar itu adalah: 1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan

akan menuntutnya dalam belajar. untuk mencapai harapan-harapan; 2) Belajar

memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku pelajaran itu sendiri;

3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh

pengertian-pengertian; 4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang

telah dipelajari dapat dikuasainya; 5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi

saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya; 6) Belajar harus

disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan; 7) Belajar dikatakan

berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari (Aqib,

2002: 44-45).

Belajar/Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar antara lain: 1) Belajar pada

hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya, 2) Belajar memerlukan

proses dan penahapan serta kematangan diri para peserta didik, 3) Belajar akan lebih

mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam, lain

halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita, 4)

Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat

keliru) dan conditioning atau pembiasaan, 5) Kemampuan belajar seorang siswa harus

diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran, 6) Belajar dapat melakukan cara

yaitu: diajar secara langsung, control, kontak, penghayatan, pengalaman langsung

(seperti anak belajar bicara, sopan santun dan lain-lain), pengenalan dan atau peniruan,

7) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu

membina sikap, ketrampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan

belajar hafalan saja, 8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak

mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan, 9) Bahan pelajaran yang

Page 74: Ensiklopedi pendidikan

bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, dari pada bahan yang

kurang bermakna, 10) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta

keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar, 11) Belajar

sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak

melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri (Sardiman, 2002: 24).

Belajar/Proses belajar terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik

faktor yang berasal dari dalam atau faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor faktor

tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Faktor dari luar. Kondisi ini mencakup:

a) Bahan ajaran – Bahan yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu

terjadi, dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapkan. Belajar tentang keterampilan

berbeda dengan belajar tentang pemecahan masalah. Demikian juga taraf kesukaran

besar pengaruhnya terhadap proses belajar. b) Faktor-faktor lingkungan – Terdiri dari:

– Lingkungan alami, Belajar dalam keadaan udara segar misalnya, akan lebih baik

hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan

social, Lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu-lintas,

gemuruhnya pasar dan lain sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar. c) Faktor-faktor instrumental – Adalah faktor yang adanya dan penggunaanya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan

dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

dirumuskan. Termasuk dalam faktor ini adalah perangkat keras (hardware), misalnya:

kurikulum, program, pedoman belajar, dan sebagainya. 2) Faktor dari dalam (Intern) –

Kondisi ini mencakup: a) Kondisi fisiologis, Misalnya: gizi, kesehatan, dan panca indera,

terutama indera pendengaran, dan penglihatan sangat berpengaruh terhadap proses

belajar. b) Kondisi psikologis – Meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi (Soeharto

dkk (2003:109).

Belajar/Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita

bedakan menjadi tiga macam yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa). Faktor

yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu: a) Aspek fisiologis yaitu

kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran

organ tubuh dan sendi-sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk

aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

pembelajaran siswa, namun pada umumnya yang dipandang lebih esensial yaitu: 1)

tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, 5)

motivasi siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa). Faktor yang berasal dari luar

diri siswa yaitu: a) Lingkungan sosial siswa seperti para guru, para staf administrasi, dan

teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. b)

Lingkungan non sosial siswa yang meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat

tinggal keluarga siswa dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan

siswa (Syah, 2006:132-139).

Page 75: Ensiklopedi pendidikan

Belajar/Seorang dikatakan belajar jika membawa perubahan, baik aktual maupun

potensial berupa kecakapan baru yang terjadi karena usaha secara sengaja (Suryabrata,

2004:249).

Belajar/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-

harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan

dari kurikulum dan kurikuler (Partowisastro, H. K. dan Hadisuparto (1986:46).

Belajar/Tujuh Keyakinan Utama dalam Pola Pendidikan dan Belajar yang Sedang

Berubah. 1) Belajar yang berorientasi pada peserta didik daripada belajar yang

berorientasi pada pendidik (guru). 2) Mendorong keragaman, bukan homoginitas:

mencakup intelegensi banyak dan pola-pola belajar yang beragam. 3) Memahami

sebuah dunia saling bergantung dan berubah, daripada menghafal fakta-fakta dan

berusaha untuk jawaban-jawaban yang benar. 4) Mengeksplorasi secara konstan teori-

teori dalam penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses pendidikan. 5)

Mengintegrasikan kembali pendidikan dalam jaringan-jaringan (webs) hubungan sosial

yang menghubungkan teman sejawat, sahabat, famili, organisasi, dan masyarakat. 6)

Mengatasi fragmentasi pengetahuan terutama model pencerahan pertama tentang

pemahaman sesuai dengan cara-cara mengetahui yang bersifat holistik dan integral.

7) Menganekaragamkan peranan yang meningkat pada belajar non-formal dan informal

(Valdés-Cotera, 2011:10).

Bentuk reaksi yang terjadi akibat frustasi diantaranya adalah perilaku kekerasan yang

dilakukan untuk menyakiti diri atau orang lain, yang sering disebut dengan agresi”

(Koeswara, E. 1989:5).

Bepikir kritis/Berkenaan dengan perilaku dalam aspek berfikir, menurut Benjamin ada 6

(enam) tingkatan dalam domain kognitif, diantaranya: a. Pengetahuan/ingatan

(Knowledge), aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi

yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. b.

Pemahaman (Comprehension), aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk

mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atu diingat dan

memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. c. Penerapan/aplikasi

(Application), aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan

pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, dan

sebagainya. d. Analisis (Analysis), aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau

menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau bagian-

bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang

satu dengan yang lain. e. Sintesis (Synthesis), aspek ini mengacu kepada kemampuan

memadukan berbagai konsep atau komponen, sahingga membentuk suatu pola struktur

atau bentuk baru. f. Evaluasi (evaluation), aspek ini mengacu pada kemampuan

memberikan pertimbangan atau penilaianterhadap gejala atau peristiwa berdasarkan

norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu (Sagala, 2009:157).

Page 76: Ensiklopedi pendidikan

Bermakna/Teori pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana

informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang

yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh

menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan

subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-

konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-

benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat

dalam kegiatan pembelajaran (Djamarah, 2002: 22-26).

Berpikir kritis/Beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu: a. Basic Operations of

Reasoning. Untuk berfikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk

menjelaskan, mengeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan

langkah-langkah logis lainnya secara mental. b. Domain-Specific Knowledge. Dalam

mengahadapi suatu problem seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau

kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki

pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut. c.

Metacognitive Knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk

memonitor ketika dia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari

kapandia memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan

mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. d. Values, Beliefs, and

Dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif.

Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada

solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten and reflektif ketika berfikir

(Saifer dan Hoffnung dalam Zaleha, 2004: 154).

Berpikir kritis/Beberapa Macam Cara Berfikir: a. Berpikir Induktif. Berpikir induktif adalah

suatu proses dalam berpikir yang berlangsung, dari khusus menuju kepada yang umum.

Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian

menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa cirri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua

jenis fenomena tadi. b. Berpikir Deduktif. Sebaliknya dari berpikir induktif, maka berpikir

deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam

cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip atau kesimpulan yang

dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ ia menerapkan kepada

fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku

bagi fenomena tersebut. c. Berpikir Analogis Analogi berarti persamaan atau

perbandingan. Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau

memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Dalam cara

berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang

pernah dialaminya pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-

48).

Page 77: Ensiklopedi pendidikan

Berpikir kritis/Bentuk kecenderungan berpikir kritis adalah: a. Mencari pernyataan yang

jelas dari setiap pertanyaan. b. Mencari alasan. c. Berusaha mengetahui informasi yang

baik. d. Memiliki sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkan. e.

Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. f. Berusaha tetap relevan dengan

ide utama. g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. h. Mencari alternatif. i.

Bersikap dan berpikir terbuka. j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk

melakukan sesuatu. k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

l. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan

masalah. m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain (R. H. Ennis dalam

Zaleha, 2004: 91-92).

Berpikir kritis/Dari beberapa penelitian yang diadakan oleh Lan Wright dan C. L. Bar

menyatakan hal-hal berikut ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

diantaranya: 1. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seseorang harus

membaca dengan kritis pula. Ada beberapa langkah yang harus dikuasai untuk

membaca dengan kritis, langkah-langkah ini adalah: a) Amati dan baca sekilas sebuah

teks sebelum membacanya secara keseluruhan. b) Hubungkan teks dan konteksnya,

yaitu dengan meletakkan pada konteks sejarah atau budaya atau sejarah yang betul. c)

Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat membaca. d) Refleksikan kandungan teks

yang berhubungan dengan pendapat dan pendirian sendiri. e) Buat ringkasan

kandungan teks dengan menggunakan kata-kata sendiri. f) Evaluasi teks dari segi

logika, kredibilitas dan reabilitasnya. g) Bandingkan teks yang dibaca dengan teks lain

dalam hal persamaan dan perbedaan. h) Meningkatkan daya analisis. Dalam diskusi

kelompok, cari cara penyelesaian/solusi yang baik untuk suatu permasalahan, kemudian

diskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi. Dalam menjalankan diskusi, anda

dapat mengarahkan pembicaraan untuk mendapatkan beberapa tindakan preventif. 2.

Mengembangkan kemampuan observasi/mengamati. Meningkatkan kemampuan

mengamati, berarti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dengan mengamati,

seseorang akan dapat menyelesaikan masalah yang menimpa seseorang. Untuk

meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus: a) Peka/tanggap terhadap

lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan pemakaian indera. c) Bisa

langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran (Zaleha,

2004: 95-100).

Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan pada siswa dengan

memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan

yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal, sehingga mereka

dapat memahami diri, mengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan

tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (Murniati,

1992:40).

Page 78: Ensiklopedi pendidikan

Bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru–guru agar kemampuan profesional

makin berkembang, sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien (Soewadji,

1988:33).

Bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara

lain dalam hal: 1) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang

gterbuka bagi mereka. 2) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya.

Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan

orangtuua/keluarga, dan sebagainya (Winkel (1978) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:

68).

Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang

garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan

pendidikan ddan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan mmelalui layanan

secara khusus terhadap siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan

kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969) (Soetjipto dan Kosasi,

2009:64).

Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya di setiap

sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh

Koestoer Partowisastro (1982), sebagai berikut: 1) Sekolah merupakan lingkungan hidup

kedua sesudah rumah, di mana anak dalam waktu sekian jam (+ 6 jam) hidupnya berada

di sekolah. 2) Para siswa yang usianya relatif asih sangat muda sangat membutuhkan

bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun

dalam mengatasi berbagai kesulitan (Soetjipto dan Kosasi, 2009:65).

Bimbingan dan konseling yang mendahului tercapainya efek atau hasil sedangkan

evaluasi hasil memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan atau dampak dari

program bimbingan dan konseling, sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. (Winkel,

1997:728).

Bimbingan ini (belajar) dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang

berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Bimbingan ini antara lain meliputi: 1) Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun

individual. 2) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar. 3) Efisiensi

dalam menggunakan buku-buku pelajaran. 4) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang

berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. 5) Cara, proses, dan prosedur tentang

mengikuti pelajaran (Soetjipto dan Kosasi, 2009:67).

Bimbingan ini (pribadi) dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi

masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang

mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung terganggu

konsentrasi dalam belajarnya, dan akibatnya prestasi belajar yang dicapainya rendah

(Soetjipto dan Kosasi, 2009:68).

Bimbingan konseling bertugas memperhatikan pembulatan (perkembangan sikjap dan

perilaku) siswa serta mengetahui perbedaan individu pada diri siswa (Winkel, 1984:33).

Page 79: Ensiklopedi pendidikan

Bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang berkesinambungan, (b) suatu proses

membantu individu, (c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang

bersangutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai

kemampuan/potenssinya, dan (d) kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan

agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan

lingkungannya (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 62).

Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan

mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga

terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977)

bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh kelompok belajar dan bermain

yang sesuai. 2) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai. 3) Membantu

mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu (Soetjipto dan

Kosasi, 2009: 68).

Bimbingan/Ada delapan fungsi dan peranan konselor di dalam pendekatan

multikultural, yaitu sebagai: 1) komunikator antar budaya (intercultural communicator).

Menunjukkan dan berbagi kesadaran budaya. Membantu pengembangan pemahaman

antar kelompok. Memudahkan komunikasi lintas budaya dan pekerjaan melawan

pengasingan; 2) advokat mahasiswa (student advocate). Memahami dan

menginterpretasikan kebutuhan, pengalaman, dan situasi para mahasiswa dan

melindungi mereka dari hal-hal yang tak bereaksi, tak realistis, dan tidak beralasan,

atau aspek yang berbahaya menyangkut lingkungan pendidikan dan belajarnya; 3)

intervensi krisis (crisis intervention). Membantu mengambil resiko bijaksana di dalam

melakukan apa yang penting dan yang terbaik untuk pengembangan mahasiswa di luar

lingkungan bidang pendidikan; 4) fasilitator pengembangan (developmental facilitator).

Menciptakan dan menerapkan aktivitas dan pengalaman yang akan membantu para

mahasiswa dengan isu yang kebanyakan bagian bersama-sama. Beberapa hal

berhubungan dengan, bahwa banyak mahasiswa menghadapi permasalahan di

perguruan tinggi, hubungan panutan dan tekanan, hubungan keluarga dan orang tua,

hubungan wanita pria, orangtua, konflik generational, dan konsep diri. Beberapa

perhatian yang dihadapi oleh kaum muda adalah juga yang memantulkan cahaya untuk

isu sekarang di dalam masyarakat yang demokratis, seperti penggunaan obat dan

tanggung jawab yang berhubungan dengan pengguguran kandungan; 5) pengolah

informasi (information processor). Mengumpulkan, menganalisis dan

menginterpretasikan, serta menggunakan informasi yang berhubungan dengan data

mahasiswa tentang motivasi mereka, kekuatan, dan sumber daya setimbang dengan

kelemahan mereka, permasalahan, dan mengarah pada peningkatan; 6) Pedoman karier

(career guide). Menggunakan dan menerapkan model yang sesuai, dan informasi yang

tidak menyimpang dengan suatu sikap optimis ke arah mahasiswa yang membantu di

dalam mengembangkan pencapaian tujuan karier di berbagai kemungkinan bagi mereka

yang terbaik memenuhi kepribadian dan potensi mereka; 7) interpreter yang

Page 80: Ensiklopedi pendidikan

menyangkut sistem birokratis (interpreter of the bureaucratic system). Membantu di

dalam memecahkan kode sosial, politis, dan faktor kelas menempelkan baik dalam

sistem pendidikan dan di dalam masyarakat yang luas. Fungsi sebagai tipe perantara

(intermediary) yang menekankan kebutuhan individu dan kelompok budaya di dalam

suatu sistem bukan perseorangan; 8) staf konsultan dalam layanan jabatan ( in-service

staff consultant). Menginterpretasikan kebutuhan jangka panjang dan segera dan

pengalaman para mahasiswa di dalam interaksi dengan tujuan staff melalui konseling

konsultatif dengan individu anggota staf dan staf kelompok. Dengan beberapa fungsi

konselor ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam merencanakan karier

mereka, sehingga dapat mencapai IP tinggi dan studi tepat waktu (Axelson, J.A, 1999:

235-236).

Bimbingan/Ada tiga etika dasar konseling yaitu kerahasiaan, kesukarelaan, dan

keputusan diambil oleh klien sendiri (kemandirian) (Munro, dkk. dalam Prayitno,

2004:5).

Bimbingan/Adanya keragaman etnisitas dapat menumbuhkan kesadaran pengajar untuk

menangani permasalahan yang timbul secara wajar, dan akan berpengaruh pada proses

pembelajaran, memodifikasi strategi untuk menyesuaikan latar belakang

siswa/mahasiswa, serta dapat berkomunikasi secara efektif (Partington G. dan

McCudden V., 1993: 209).

Bimbingan/asas alih tangan/Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjaddinya

pemberian layanan yang tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan

serba tahu, sehingga dalam pemberian layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan

keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut di luar bidang keahliannya,

maka konselor henddaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain. Setiap masalah

henddaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu (Soetjipto dan Kosasi, 2009:

79).

Bimbingan/asas keahlian/Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional, oleh

karena tu tidak mungkin dilakssanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih

atau dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus.

Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar

profesional (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78).

Bimbingan/asas kedinamisan/Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya

perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai

dengan sifat keunikan manusiamaka konselor harus memberikan layanan seirama

dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya

sekadar berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan

perubahan menuju pada suatu kemajuan (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78).

Bimbingan/asas kegiatan/Usaha layanan bimbingan dan konseling akan

dapat berlangsunng baik, bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah

dibahas dalam layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi

Page 81: Ensiklopedi pendidikan

klien untuk melaksanakan semua saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan

layanan bimbingan dan konseling tidklah terwujud dengan sendirinya, tetapi harus

diusahakan oleh klien itu sendiri (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 77).

Bimbingan/asas kekinian/Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya

berfokus pada masalah-masalah yang dialami oleh klien saat ini. Apa yang dirasakan

dan dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam

mencarikan pemecahannya. Konselor jangan terperangkap dalam pembicaraan tetang

masalah-masalah yang tidak lagi menjadi persoalan bagi klien. Bila hal ini terjadi,

maka kegiatan layanan tersebut tidak akan memecahkan persoalan yang sedang

dihadapi oleh klien. Misalnya: Klien mengeluh bahwa prestasi belajarnya rendah.

Pembicaraan hendaknya berorientasi padda masalah-masalah yang berkaitan dengan

rendahnya prestasi belajar tersebut, dan bukan hal-hal lain yang tidak ada lagi kaitannya

dengan masalah tersebut (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 77).

Bimbingan/asas kenormatifan/Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan

dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma

yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan dari individu yang dibimbing. Baik

penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam

konseling (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78).

Bimbingan/Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha BK, dan harus benar-

benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab (Mugiarso, 2004:24).

Bimbingan/Asas Kerahasiaan/Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam

layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilmana asas ini

disebut dengan asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan

layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan

keadaan dirinya sampai masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa

konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan

memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab

timbulnya masalah, yang selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau

mendapatkan jalan pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut (Soetjipto dan

Kosasi, 2009: 76).

Bimbingan/asas kesukarelaan/Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan

asas kesukarelaan ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima

kehadiran klien. Bilaman konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu hal

dan hal lain, seperti tidak cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan ada

acara lain; badan atau perasaan tidak enak; sedang punya masalah yang agak serius,

dan sebagainya. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan

ini tidak terwujud., kalau mereka paksakan untuk melakukan konsultasi. Sebaliknya,

bila klien tidak mau dengan sukarela mengemukakakn permasalahannya, maka

konsultasi itu tidak mngkin berlangsung secara efektif. Hal ini bisa terjadi mungkin

disebabkan oleh kesan klien yang kurang baik terhadap koselornya, sehinngga

Page 82: Ensiklopedi pendidikan

masalah-masalah yang dihadap enggan disampaikan kepada konselor (Soetjipto dan

Kosasi, 2009: 76-77).

Bimbingan/Asas Keterbukaan/Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana

keterbukaan daam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan

perasaan, pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya

permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya, dan konselor pun

dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan

terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh klien. Namun demikian, suasana keterbukaan

ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat terlaksanakan dengan baik.

Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukug terciptanya keterbukaan klien

dalam menyampaikan persoalannya (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 76).

Bimbingan/Asas keterpaduan/Kepribadian klien merupaka suatu kesatuan dari berbagai

macam aspek. Dalam pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan

aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau

keterpaduan. Bila tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan

masalah baru. Di samping keterpaduann layanan yang diberikan, konselor juga harus

memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, jangan sampai

terjadi timbulnya ketidakserasian atau pertentangan dengan aspek layanan lainnya

(Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78).

Bimbingan/asas tut wuri handayani/Setelah klien mendapatkan layanan, klien

merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan

persoalannya. Di luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap

dapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dan

kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan

itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien

sendirilah yang harus membuat keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya

bila dalam pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi

(Soetjipto dan Kosasi, 2009: 79).

Bimbingan/Berkonsultasi meliputi tiga pihak yaitu melibatkan seorang konsultan,

konsulti, dan konseli) (Dougherty dalam Sciarra, 2004:55).

Bimbingan/Bila bertemu dengan konseli untuk pertama kali: menyambut kedatangan

konseli dengan sikap ramah, misalnya berjabatan tangan, mempersilakan duduk, dan

menyisihkan berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya (Winkel, 2005:473).

Bimbingan/Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan

bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan pembimbingan

kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konnseling. Beberapa ahli menyatakan

bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pila

yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan.

Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalam nya kegiatan

konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa

Page 83: Ensiklopedi pendidikan

terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan

saja (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 61)

Bimbingan/Bimbingan murid/Pelayanan Bimbingan kepada murid ini dilakukan dengan

tujuan supaya murid dapat: 1) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri. 2)

Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya yang meliputi lingkungan

sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial ekonomi, kebudayaan. 3) Mengatasi kesulitan dan

mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya. 4) Mengatasi kesulitan dalam

menyalurkan kemampuan, minat, bakatnya, dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. 5)

Memperoleh bantuan secara tepat dari fihak-fihak di luar sekolah untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah (Soetjipto dan Kosasi, 2009:

66).

Bimbingan/Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan

bmbingan di sekolah addalah membantu siswa: 1) Mengatasi kesulitan dalam

belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi. 2) Mengatasi terjadinya

kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar-

mengajar berlangsung dan ddalam hubungan sosial. 3) Mengatasi kesulitan-kesulitan

yang berhubungan dengan kesehatan jasmani. 4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang

berkaitan dengan kelanjutan studi. 5) Mengatssi kesulitan-kesulitan yang berhubungan

dengan perrencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat. 6) Mengatasi

kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di sekolah

yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap

lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas (Soetjipto dan Kosasi,

2009: 66).

Bimbingan/Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan

dan Penyuluhann dinyatakan ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan

konseling, yaitu masalah akibat konflik antara: 1) Perkembangan intelektual dengan

emosionalnya. 2) Bakat dengan aspirasi lingkungannya. 3) Kehendak siswa dengan

orangtua atau lingkungannya. 4) Kepentingan siswa dengan orangtua atau

lingkungannya. 5) Situasi sekolah dengan situasi lingkungan. 6) Bakat dan pendidikan

yang kurang bermutu dengan kelemahan keengganan mengambil pilihan (Soetjipto dan

Kosasi, 2009: 69).

Bimbingan/Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri

dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya

toleransi/tenggang rasa, saling memberi dan menerima (take and give),tidak mau

menang sendiri, atau kalau mempunyai pendapat harus diterima dalam mengambil

keputusan. Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas atau di

sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang berssangkutan. Hal

ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 68).

Bimbingan/Dari sudut konselor ada tiga tujuan pada wawancara permulaan dalam kaitan

dengan proses konseling ialah: 1) menimbulkan suasana bahwa proses konseling

Page 84: Ensiklopedi pendidikan

dimulai, 2) membuka aspek-aspek psikis pada diri klien seperti kehidupan perasaan dan

sikapnya, 3) menjelaskan struktur mengenai proses bantuan yang akan diberikan (Tyler

dalam Gunarsa, 2007:93).

Bimbingan/Delapan langkah konseling yang dibagi menjadi dua fase. Fase

pertama, membangun hubungan- hubungan terdiri dari empat langkah: a.

Memasuki konseling, yang ditujukan untuk membuka wawancara

melalui penciptaan kepercayaan dan membantu klien agar mampu

menyatakan kebutuhannya untuk dibantu secara jelas dengan tingkat penolakan yang

minimal. b. Klarifikasi, yakni merumuskan masala atau kepedulian dan alasan- alasan

untuk meminta bantuan. c. Struktur, yang

ditujukan untuk merumuskan kontrak dan struktur hubungan.

d. Hubungan, yaitu membangun hubungan-hubungan yang bersifat membantu. Fase

kedua, Facilitating Posiyive Action, yang ditujukan untuk menciptakan kondisi-kondisi

fasilitatif yang membantu klien melakukan tindakan-tindakan positif. Fase ini dibagi

menjadi empat langkah, sebagai berikut;

a. Eksplorasi, yaitu menjelajah masalah, merumuskan tujuan, merencana-

kan strategi, mengumpulkan informasi yang diperlukan, meng- ekspresikan perasaan-

perasaan dan belajar ketrampilan baru. b. Konsolidasi, yang meliputi penjelajahan alternatif

pilihan dan perasa- anperasaan yang lebih dalam serta merencanakan atau melakukan

ketrampilan yang baru dipelajari. c. Perencanaan, yaitu kegiatan untuk mengembangkan

suatu rencana tin- dakan dengan mempertimbangkan berbagai strategi untuk memecah-

kan masalah-masalah yang dihadapinya, agar klien mampu melajukan kegiatan-kegiatan

yang tertuju kepada perkembangan yang optimal. d. Penutupan, terdiri atas penilaian hasil-

hasil yang dicapai dan pemutusan hubungan (Bremmer, 1982:241).

Bimbingan/Di samping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat

melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar

sekolah (Downing, 1978) (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 68).

Bimbingan/Fungsi guru pembimbing adalah: 1) fungsi pemahaman yaitu, mem- berikan

pemahaman tentang sesuatu hal yang menjadi kepentingan atau

kebutuhan peserta didik tentang diri sendiri, lingkungan dan informasi lain yang

dibutuhkan; 2) fungsi pencegahan yaitu, memberikan pencegahan atau terhindarnya

individu dan atau kelompok peserta didik dari berbagai per- masalahan yang mungkin

timbul; 3) fungsi pengentasan yaitu, mengentaskan

atau mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan dan atau perkembangan

yang dialami oleh peserta didik; 4) fungsi pemeliharaan dan pengembangan

yaitu,memelihara dan mengembangkan potensi dan kondisi positif peserta didik.

(Depdiknas 2004:16).

Page 85: Ensiklopedi pendidikan

Bimbingan/Fungsi kepengawasan layanan bimbingan antara lain memantau, menilai,

memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di

sekolah (Depdikbud, 1994: 20).

Bimbingan/Fungsi utama konselor adalah mengimplementasikan berbagai layanan

program bimbingan (Miller dalam Awalya, 1995:10).

Bimbingan/Guidance is the help given by one person to another in making choice and

adjustments and in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud

bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu

membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan berakhir tergantung kepada individu

yang dibimbing (klien) (Jones (1963) dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009:62).

Bimbingan/Guru BK dapat membentuk konsep diri peserta didik yang positif melalui

iklim sosioemosional yang menyenangkan dan memotivasi serta menyokong peserta

didik, melalui 3 aspek konsep diri sebagai berikut: 1. Pengetahuan Adalah apa yang kita

ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan

gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk

citra diri. 2. Harapan. Adalah dimensi harapan atau diri yang dicita–citakan di masa

depan. 3. Penilaian. Adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri

merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi (Calhoun

dan Acocella, 1990:67).

Bimbingan/Guru sebagai tenaga ahli pengajaran dan/atau pelatihan dalam mata

pelajaran tertentu atau program latihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari-hari

langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru mata pelajaran dan pelatih dalam

layanan bimbingan adalah sebagai berikut: 1) Membantu memasyarakatkan pelayanan

bimbingan kepada siswa. 2) Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi

siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan. 3) Mengalihtangankan siswa yang

memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing/konselor. 4) Menerima siswa

alihtangan dari pembimbing/konselor yaitu siswa yang menurut guru

pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajaran khusus (seperti pengajaran

perbaikan, program pengayaan). 5) Memantu mengembangkan suasana kelas,

hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan

pelayanan bimbingan dan konseling. 6) Memberikan kesempatan dan kemudahan pada

siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan untuk mengikuti/menjalani

layanan kegiatan yang dimaksudkan itu. 7) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus

penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus. 8) Membantu pengumpulan

informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan dan upaya tindak

lanjutnya (Sukardi, 2000: 56-57).

Bimbingan/Keberhasilan pelayanan bimbingan kepada murid dapat dilihat dari

perubahan tingkah laku atau sikap murid yang telah mendapat pelayanan, ialah bahwa

murid yang bersangkutan dapat: 1) Menerima diri sendiri, baik mengenai kekuatan-

kekuatannya, maupun kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat membuat rencana,

Page 86: Ensiklopedi pendidikan

menentukan cita-cita, dan membuat keputusan-keputusan yang realistis. 2)

Memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai dunia sekitarnya,

sehingga dapat memperoleh tingkah sosial dalam pergaulan dalam kehidupan

masyarakat. 3) Memahami dan memecahkan masalahnya sendiri. 4) Memilih secara tepat

dan menyelesaikan program studi secara berhasil, sesuai dengan kemampuannya. 5)

Memilih pendidikan lanjutan secara tepat sesuai dengan kemampuan bakat, dan

minatnya. 6) Memilih lapangan kerja secara tepat, sesuai dengan kemampuan, bakat,

dan minatnya. 7) Memperoleh bantuan dan pelayanan dari orang-orang atau badan-

badan di luar sekolah untuk memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkannya

dengan pelayanan langsung dari sekolah (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 97).

Bimbingan/Kegiatan bimbingan dan konselinng tersebut berbeda dengan kegiatan

mengajar. Perbedaan itu antara lain: 1) Tujuan yang ingin dicapai ada kegiatan mengajar

sudah dirumuskan terlebih dahulu dan target pencapaian tujuan tersebut sama untuk

seluruh siswa dalam satu kelas atau satu tingkat. Dalam kegiatan bimbingan dan

konseling target pencapaian tujuan lebih bersifat individual atau kelompok. 2)

Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan pada pemberian

informasi, atau pembuktian dalam suatu masalah, seangkan pembicaraan dalam

konseling lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien. 3)

Dalam kegiatan mengajar, para siswanya belum tentu mempunyai masalah yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan, seddangkan dalam kegiatan bimbingan dan

konseling pada umumnya klien telah/sedang menghadapi masalah. 4) Untuk

melaksanakan bimbingan ddan konseling, bagi konselor dituntut suatu ketrampilan

khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi guru/pengajar (Soetjipto dan Kosasi, 2009:

64).

Bimbingan/Kegiatan konseling akan selalu terkait dengan pendidikan, karena

keberadaan konseling dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari upaya

pendidikan itu sendiri. Konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan

pendidikan di sekolah (Natawidjaja, 1978:30).

Bimbingan/Kerjasama antara konsultan dan konsulti menjadi yang terpenting di sekolah

sebab dapat meringankan beban konsultan) (Sciarra, 2004:55).

Bimbingan/Keterampilan yang perlu dikuasai konsulti dan diterapkan terhadap pihak

ketiga adalah aplikasi alat-alat pendidikan, tiga-m, pertanyaan terbuka, dorongan

minimal, refleksi, serta teknik khusus pengubahan tingkah laku, seperti pemberian

informasi dan contoh, latihan sederhana, dan pemberian nasihat secara tepat (Prayitno,

2004:19).

Bimbingan/Konselor yang profesional perlu memiliki latar belakang dalam hal ―

educational preparation, employment, counseling orientation, and theoretical

eclecticism” . Di samping itu secara personal, konselor memiliki beberapa dimensi yang

ada pada dirinya secara pribadi, yaitu: ― self-identity, values, and stereotypes”. Ada

empat katagori pertanyaan sebagai titik dasar kesadaran untuk meningkatkan

Page 87: Ensiklopedi pendidikan

bimbingan dan konseling dalam masyarakat saat ini, yaitu: 1) kesadaran kultur secara

total ( culture-total awareness); 2) kesadaran diri (self-awareness); 3) kesadaran klien

(client awareness); dan 4) kesadaran dalam prosedur konseling (counseling procedure

awareness). Untuk itulah pendekatan multikultural diperlukan dalam upaya pemecahan

masalah (Axelson John A., 1999:35).

Bimbingan/Konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak

merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (klien), tetapi secara tidak

langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan oleh orang lain (Brow dkk.

dalam Marsudi, 2003:124)

Bimbingan/Langkah-langkah kegiatan pengawas bimbingan dan konseling secara

umum meliputi: 1) menyusun program; 2) Mengumpulkan data dan mengolah/ menilai;

3) menganalisis hasil penilaian; 4) melaksankan pembinaan; 5) menyusun laporan dan

evaluasi hasil pengawasan (Prayitno, 2001:33).

Bimbingan/Layanan konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaku- kan oleh

konselor/ guru pembimbing terhadap seorang pelanggan, disebut konsulti yang

memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu

dilaksanakannya dalam menangani permasalahan pihak ketiga. (Prayitno 2004:1).

Bimbingan/Layanan bimbingan dan konseling mempunyai sejumlah fungsi. Fungsi-

fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,

fungsi pemeliharaan dan pengembangan dan fungsi advokasi. 1) Fungsi Pemahaman.

Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihakpihak tertentu sesuai dengan kepentingan

pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi : pemahaman tentang diri

peserta didik, pemahaman tentang lingkungan peserta didik dan pemahaman tentang

lingkungan yang lebih luas. 2) Fungsi Pencegahan. Fungsi pencegahan yaitu fungsi

bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya

peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat

mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian

tertentu dalam proses perkembangannya. 3) Fungsi Pengentasan. Istilah fungsi

pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik

dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan

bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang

dialami oleh peserta didik. 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan. Fungsi

pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi

positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan

berkelanjutan. 5) Fungsi Advokasi. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik

dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal (Hallen, 2002:60-

62).

Page 88: Ensiklopedi pendidikan

Bimbingan/Layanan bimbingan dan konseling yang baik merujuk pada proses dan hasil

layanan yang mampu memenuhi harapan peserta didik, masyarakat dan pemerintah.

Baik tidaknya layanan tersebut menunjukkan bagaimana seorang

guru pembimbing sebagai petugas utama melaksanakan tugas-tugasnya. Seorang

guru pembimbing didalam memberikan layanan harus sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan peserta didik yang akan dilayani. Oleh karena itu kinerja sorang guru

pembimbing dikatakan baik apabila mampu me- laksanakan tugas pokoknya

melaksanakan kegiatan layanan yang mendukung fungsi pemahaman, fungsi

pencegahan, fungsi pemeliharaan dan pengembang- an, pengentasan, serta kegiatan

pengelolaan (Dediknas 2004:16).

Bimbingan/Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor terhadap

pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman

dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga (Prayitno,

2004:1).

Bimbingan/Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri

dapat menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hal

ini pihak ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga

permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga itu setidaknya sebahagian menjadi

tanggung jawab konsulti. (2) Tujuan khusus. Kemampuan sendiri yang dimaksudkan

diatas dapat berupa wawasan, pemahaman dan cara-cara bertindak yang terkait

langsung dengan suasana dan atau permasalahan pihak terkait itu (fungsi pemahaman).

Dengan kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk

langsung dari hasil konsultasi) terhadap pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses

konsultasi yang dilakukan konselor di sisi yang pertama, dan proses pemberian bantuan

atau tindakan konsulti terhadap pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud

mengentaskan masalah yang dialami pihak ketiga (fungsi pengentasan) (Prayitno,

2004:2).

Bimbingan/Layanan konsultasi mengandung beberapa aspek, yaitu: 1) Konsultan, yaitu

seseorang yang secara profesional mempunyai kewenangan untuk memberikan bantuan

kepada konsulti dalam upaya mengatasi masalah klien. 2) Konsulti, yaitu pribadi atau

seorang profesional yang secara langsung memberikan bantuan pemecahan masalah

terhadap klien. 3) Klien, yaitu pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah

(Marsudi, 2003:124-125).

Bimbingan/Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau

pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu

dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik (Badan Standar

Nasional Pendidikan, 2006:6)

Bimbingan/Layanan Orientasi. Hakikat layanan ini adalah membantu “mengantarkan”

individu atau peserta didik untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Individu

mampu menyesuaikan diri dan atau mendapatkan manfaat tertentu dari berbagai

Page 89: Ensiklopedi pendidikan

sumber yang ada pada suasana lingkungan, dan obyek-obyek yang ada atau

terkait dengan apa yang dianggap baru oleh individu yang bersangkutan (Prayitno,

2004:256).

Bimbingan/Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula melaksanakan berbagai

fungsi dalam manajemen sebagai berikut: a. Pengambilan keputusan, yakni proses

tindakan secara sadar dipilih dari berbagai variabel yang ada, dimaksud untuk mencapai

hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yakni proses struktur dan alokasi pekerjaan

ditentukan. c. Staffing, yakni proses seorang manajer memilih, melatih, mengangkat

dan memberhentikan bawahannya. d. Planning, yakni proses manajemen

mengantisipasi masa yang akan datang dan merumuskan alternatif terbaik dengan

serangkaian tindakan. e. Kontrol, yakni proses mengukur pelaksanaan yang sedang

berjalan dan merupakan petunjuk terhadap beberapa tujuan yang sebelumnya telah

ditetapkan. f. Komunikasi, yakni proses ide (gagasan) disampaikan kepada orang lain

dengan maksud tercapainya hasil yang diinginkan secara efektif. g. Pengarahan, yakni

proses pelaksanaan kerja nyata seorang bawahan dibimbing untuk mencapai tujuan

umum (Massie dalam Atmodiwirio, 2000:14 -15).

Bimbingan/Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-

mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di

sekolah sangat bermanfaat, terutama dalam membantu: 1) Menciptakan suasana

hubungan sosial yang menyenangkan. 2) Menstimulasi siswa agar mereka

meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar-mengajar. 3) Menciptakan atau

mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna. 4) Meningkatkan motivasi

belajar siswa. 5) Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar ((Soetjipto dan

Kosasi, 2009:69).

Bimbingan/Menghentikan konseling (terminasi) bisa dilakukan untuk sementara dan

selama itu konseli masih bisa berhubungan kembali kalau dibutuhkan atau dihentikan

sama sekali karena tujuan konseling sudah tercapai (Gunarsa, 2007:99).

Bimbingan/Menghentikan konseling (terminasi) bisa dilakukan untuk sementara dan

selama itu klien masih bisa berhubungan kembali kalau dibutuhkan atau dihentikan

sama sekali karena tujuan konseling sudah tercapai (Gunarsa, 2007:99).

Bimbingan/murid/Ruang lingkup pelayanan bimbingan kepada murid sebagai berikut:

1) Pelayanan bimbingan diberikan kepada semua murid, jadi tidak terbatas kepada nurid

yang mempunyai kesulitan nyata. 2) Pelayanan diberikan dalam rangka mebantu murid

untuk membuat rencana dan mengambil keputusan sendiri, dan bukan dalam rangka

membuatkan rencana serta nasehat-nasehat bagi murid untuk dikerjakannya. 3)

Bimbingan tidak melakukan pelayanan yang menuntut keahlian di luar wewenang

seorang penyuluh sekolah. 4) Masalah yang ditangani dalam pelayanan bimbingan

kepada murid ialah masalah-masalah yang timbul dalam, atau ada hubungannya

dengan kerangka belajar-mengajar di sekolah. 5) Dalam penempatan, baik pendidikan

ataupun jabatan penyuluh tidak melakukannya sendiri, pelayanan yang dilakukan dalam

Page 90: Ensiklopedi pendidikan

hal ini bersifat memperlancar penempatan itu. 6) Masalah-masalah yang timbul di luar,

atau tidak ada hubungannya dengan kerangka belajar-mengajar di sekolah, serta

masalah yang tidak dapat dipecahkan di sekolah, disalurkan kepada orang-orang atau

lembaga-lembaga di luar sekolah yang berwenang dan sanggup menanganinya

(Soetjipto dan Kosasi, 2009: 98).

Bimbingan/Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap

kemandirian berikut: 1) memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan

dinamis, 2) memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis,

3) mengambil keputusan secara positif dan tepat, 4) mengarahkan diri sesuai dengan

keputusan yang diambil, 5) mewujudkan diri sendiri (Prayitno, 2004:8-9).

Bimbingan/Pada periode tertentu satu wilayah dapat menjadi lebih sentral bagi

keberadaan seseorang, atau ketiga wilayah itu bertautan menjadi suatu kombinasi

aktivitas, atau menjadi kompleks secara terus-menerus diantara aktivitas-aktivitas

dalam satu wilayah dan tuntutan-tuntutan dari wilayah lain (Awalya, 1995:32).

Bimbingan/Pada tahap pelaksanaan, pernyataan masalah diungkapkan, hubungan

konsultan dan peranannya dirumuskan dan peraturan pokok dikembangkan” (Marsudi,

2003:125).

Bimbingan/Pekerjaan bimbingan sekolah umumnya sebagian besar terdiri dari hal-hal

berikut ini: 1) Mengumpulkan, mengatur, memanfaatkan informasi yang berhubungan

dengan lapangan-lapangan yang telah disebutkan di muka dan menafsirkannya untuk

siswa, guruu, orangtua dan lain-lainnya. 2) Mengembangkan pada siswa ketrampilan

dan pengertian yang dibutuhkan untuk memenuhi informasi-informasi semacam itu

bagi mereka sendiri yang pada dasarnya melanjutkan serta mempraktekkannya

sekarang secara terus menerus terhadap masalah yang berkembang di lapangan

semacam itu (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 69).

Bimbingan/Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dalam satu kesatuan yang

disebut dengan BK pola 17 yang terdiri dari empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan

pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, tujuh jenis layanan yaitu

layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok dan layanan

konseling kelompok, lima kegiatan pendukung yaitu: aplikasi instrumentasi, himpunan

data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus (Prayitno dkk.,

1994:40-41).

Bimbingan/Pelayanan murid/Masalah-masalah yang perlu ditangani dalam pelayanan

bimbingan kepada murid meliputi: 1) Masalah kesulitan belajar yang meliputi: a) metode

belajar; b) fasilitas belajar. 2) Masalah kelanjutan sekolah. 3) Masalah penentuan

program studi. 4) Masalah pemilihan jabatan. 5) Masalah penyesuaian diri yang meliputi:

a) penyesuaian diri kepada sekolah; b) penyesuaian diri kepada keluarga. c) penyesuaian

diri kepada masyarakat. d) penyesuaian diri kepada diri sendiri. 6) Masalah sosial

Page 91: Ensiklopedi pendidikan

Ekonomi. 7) Masalah Kesehatan. 8) Masalah penggunaan waktu terluang. 9) Masalah

kepribadian (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 96).

Bimbingan/Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan

konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien

sendiri dan oleh pihak-pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman

tentang lingkungan diri klien (Mugiarso, 2004:28).

Bimbingan/Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang

memberikan mimbingan: 1) Konselor disekolah dipilih atas dasar kualifikasi

kepribadian,pendidikan, pengalaman, dan kemampuannya. Karena pekerjaan

bimbingan merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan-

ketrampilan tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua

orang. Dengan demikian, orang yang akan bertugas sebagai pembimbing di sekolah

harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, penglaman,

dan kemmampuannya, karena kualfikasi tersebut dapat mendukung kenerhasilan

pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Banyak masalah-masalah yang dalam

pemecahannya diperlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan

maupun kemampuan lainnya. 2) Konselor harus mendapat kesempatan untuk

mengembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai latihan penataran. Karena

ilmu tentang bimbingan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan lainnya. Agar pembimbing dapat mengikuti dan menguasai perkembangan

tersebut, pembimbing hendaknya mencari/mendapatkan kesempatan untuk mengikuti

berbagai latihan dan penataran, sehingga potensi yang dimiliki pembimbing itu jauh

lebih berkembang lagi. Dengan demikian teknik-teknik bimbignan yang dikuasai

pembimbing akan lebih kaya, dan wawasannya tentang bimbingan akan lebih luas. 3)

Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu

yang dibimbing beserta lingkungannya., sebagai bahan untuk membantu individu yang

bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih baik. Untuk efektifnya pemberian

bantuan kepada anak didik, pembimbing perlu mengetahui informasi tentang anak didik

serta lingkungannya. Penguasaan informasi tersebut akan memudahkan pembimbing

untuk membantu anak didiknya dalam mencarikan alternatif-alterrnatif pemecahan

masalah yang dihadpinya erta dalam mengembangkan kemampuannya untuk

melakukan penyesuaian diri secara baik. 4) Konselor harus menghormati dan menjaga

kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya. Informasi yang diperoleh

dari individu yang dibimbing itu ada yang perlu dirahasiakan. Kalau hal itu tidak

dilaksanakan oleh pembimbing, maka individu tersebut tidak akan percaya pada

pembimbing. Sebagai akibatnya jka pada masa datang dia mengalami masalah, ia tidak

akan mau menyampaikannya secara jujur kepada pembimbing. Bila klien merasa yakin

bahwa rahasia pribadinya terjamin, maka ia akan mau membukakan denga terus terang

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pembimbing

dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang klien, sehingga

Page 92: Ensiklopedi pendidikan

mempermudah mengetahui sumber penyebab timbulnya masalah dan mempercepat

pemecahan masalah itu. 5) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode

dan teknik yang tepat dalam melakukan tugasnya. Karena keunikan masalah yang

dialami oleh individu dan latar belakangnya maka dalam pemberian layanan,

pembimbing dituntut untuk menguasai berbagai metode dan teknik bimbingan.

Disamping itu, pembimbing juga harus menggunakan berbagai metode untuk

mengatasi masalah yang dialami oleh inndividu, karena ada masalah yang dapat

diselesaikan dengan satu teknik saja dan ada pula yang memerlukan lebih dari satu

teknik atau metode. 6) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil

penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk

kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Dengan

menggunakan data yang tepat maka kegiatan bimbingan akan lebih bermakna bagi

individu yang dibimbing khususnya dan pengembangan kurikulum sekolah pada

umumnya (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 73-74).

Bimbingan/Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan

Administrasi Bimbingan: 1) Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

2) Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi

setiap individu (siswa). Hal ini sangat diperlukan untuk mencatat data pribadi individu

secara sistematik yang dapat digunakan untuk membantu kemajuan individu yang

bersangkutan. Dengan demikian, pembimbing dapat dengan mudah mengetahui

perkembangan masalah klien dan pembimbing mempunyai data yang lengkap tentang

keadaan kliennya. 3) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan

sekolah yang besangkutan. Karena pelaksanaa bimbingan terintegrasi dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, maka dalam penyusunan program

bimbingan juga harus sesuai engan program sekolah itu agar layanan bimbingan

mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah. 4) Pembagian waktu

harus diatur untuk setiap petugas secara baik. Ini untuk menghindari penumpukan

tugas-tugas dari para pembimbing. Disamping itu, juga untuk menghindari

kekecewaan siswa yang merasa senang pada pembimbing tertentu, tetapi pembimbing

tersebut tidak ada. 5) Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam

situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang diperunakan dalam

memecahkan masalah itu. 6) Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga

diluar seklah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan

dan penyuluhan pada umumnya. 7) Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi

dalam pelaksanaan bimbingan (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 75).

Bimbingan/Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing: 1)

Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa. Maksudnya bahwa pebimbing

dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa tertentu saja, tetapi semua siswa

perlu mendapatkan bimbingan, baik yang mempunyai masalah ataupun belum. Bagi

siswa yang belum bermasalah, mereka perlu memperoleh bimbingan yang bersifat

Page 93: Ensiklopedi pendidikan

pencegahan (preventive), apakah dalam bentuk pemberian informasi pendidikan,

jabatan, dan/atau informasi cara belajar yang baik. 2) Harus ada kriteria untuk mengatur

prioritas layanan kepada siswa tertentu. Karena tidak memungkinkan bagi pembimbing

untuk memberikan layanan kepada semua siswa secara bersamaan, dan masalah-

masalah yang dialami oleh siswa juga ada yang perlu mendapatkan layanan sesegera

mungkin, maka untuk menentukan siswa mana yang perlu dilayani dengan sesegera

perlu ada kriteria tertentu. Kriteria itu misalnya berupa hasil belajar yang mereka

peroleh. Semakin rendah hasil belajar siswa, atau semakin jauh turun hasil

belajarnya dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, maka mereka itu perlu

diprioritaskan untuk mendapat bantuan, sebab kalau layanannya tertunda akan

menimbulkan kesulitan yang lebih besar, baik yang menyangkut kemajuan belajarnya

maupun keadaan emosionalnya. 3) Program bimbingan harus berpusat pada siswa.

Program yang disusun harus berdasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu,

sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa. 4)

Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang

bersangkutan secara serba ragam dan serba luas. 5) Keputusan terakhir dalam proses

bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan,

pembimbing tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing.

Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serta berbagai

kemungkinannya, dan keputusan mana yang diambil dierahkan sepenuhnya kepada

individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunnyai tanggung jawab penuh

terhadap keputusan yang diambilnya. 6) Individu yang mendapat bimbingan harus

berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan

diharapkan tidak hanya berguna pada waktu layanan itu saja, tetapi jika individu

mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri,

sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembimbing semakin berkurang.

Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang dibimbing (klien) dalam

mengatasi masalah yang dihadapinya (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 71-73).

Bimbingan/Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih

terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan

ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-prinsip umum ini

antara lain: 1) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku

individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala

aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi

oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu, dalam pemberian layanan perlu

dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah

tersebut. 2) Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang

dibimbing. 3) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu

yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam

Page 94: Ensiklopedi pendidikan

mmenghadapi kesulitan-kesulitannya. 4) Program bimbingan harus sesuai dengan

program pendidikan di sekolah yang bersangkutan. 5) Pelaksanaan program bimbingan

harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan

dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia

mempergunakan sumber-sumebr yang berguna di luar sekolah. 6) Terhadap program

bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk mengetahui sampai

mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta persesuaian antara pelaksanaaan dan

rencana yang dirumuskan terdahulu (Soetjipto dan Kosasi, 2009:70-71).

Bimbingan/Proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi

makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien) agar proses konseling

berjalan dengan lancar dibutuhkan keterampilan khusus secara bertahap yang dibagi

dalam tiga tahapan: (1) tahap awal konseling, (2) tahap pertengahan /tahap kerja, dan

(3) Tahap akhir konseling/tahap tindakan (Brammer dalam Wilis, 2004:50).

Bimbingan/Putusan dibuat untuk menunda aktivitas, mendesain kembali dan

melaksanakan ulang atau berhenti secara penuh (Marsudi, 2003:126).

Bimbingan/Salah satu dari sub bidang pembinaan peserta didik di sekolah adalah

pelayanan bimbingan dan konseling dengan

tujuan memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi mereka

secara optimal (Depdiknas 2004:6)

Bimbingan/Sekarang BK 17 berkembang dan dikenal dengan istilah BK 17 plus, dimana

ada penambahan pada bidang pelayanan yaitu bidang pengembangan kehidupan

berkeluarga dan pengembangan kehidupan keberagamaan, serta penambahan pada

jenis layanan yaitu layanan konsultasi dan mediasi (Afinibar, 1995:3).

Bimbingan/Selain tujuan yang telah disampikan, (layanan bimbingan kelompok) juga

sebagi pengembangan sikap, keterampilan sosial yang bertenggang rasa. Dengan

demikian, selain dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota

kelompok, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan,

juga dapat untuk mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk

mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap didalam

kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan

kelompok ialah fungsi pemahaman dan pengembangan (Prayitno, 1995:25).

Bimbingan/Seorang guru pembimbing yang memiliki sikap negatif terhadap bidang

tugasnya, maka ia tidak akan dapat bekerja dengan iklas dan baik. Artinya

sikap mencerminkan bagaimana seorang merasakan sesuatu. Apabila

seseorang menyatakan senang dengan pekerjaannya, maka orang tersebut

telah mengungkapkan sikapnya tentang kerja yang kemudian bisa diikuti dengan

perilaku akan pekerjaannya (Robbins 2001: 138).

Bimbingan/Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang dibahas dalam

layanan konsultasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan

dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung (BSNP, 2006:24).

Page 95: Ensiklopedi pendidikan

Bimbingan/Sikap dasar konselor meliputi penerimaan, pemahaman, dan kesejatian dan

keterbukaan”. Ketiganya dijelaskan sebagai berikut: 1) Penerimaan, yaitu penerimaan

konselor terhadap keunikan pribadi orang lain. 2) Pemahaman, yaitu kesadaran konselor

untuk memahami tingkah laku, fikiran, dan perasaan orang lain. 3) Kesejatian dan

keterbukaan, yaitu keselarasan antara pikiran dengan apa yang diucapkan, konselor

juga harus jujur dengan semua hal yang menyangkut hubungan konselor dengan

kliennya (Mappiare, 2004:98-116).

Bimbingan/Siswa yang mengalami kesulitan belajar kaang-kadang ada yang mengerti

bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga

ynag mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan

masalahnya. Apabila masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar

dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu (Soetjipto dan Kosasi, 2009:67).

Bimbingan/Supervisor bimbingan dan konseling (kepala sekolah) dalam

melakukan tugasnya harus bersifat membimbing dan mengatasi masalah,

bukan mencari kesalahan, maka supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah harus

menfokuskan perhatian kepada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi oleh

guru pembimbing, dan tidak semata- mata untuk mencari kesalahan. Kegiatan

supervisi seyogyanya dilakukan secara

periodik artinya pengawasan yang dilakukan tidak menunggu sampai terjadi

hambatan. Jika tidak hambatan, sebenarnya kehadiran supervisor (kepala sekolah) akan

dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru yang sedang me-ngerjakan tugas

(Sukardi, 2003:151-152).

Bimbingan/tugas guru pembimbing/wali kelas/Wali kelas merupakan personel sekolah

yang ditugasi untuk menangani masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi

binaanya. Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan

tanggungjawab wali kelas adalah: 1) Mengumpulkan data tentang siswa. 2)

Menyelenggarakan bimbingan kelompok. 3)Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa

(akademik, sosial, fisik, pribadi). 4) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari. 5)

Mengobservasi kegiatan siswa di rumah. 6) Mengadakan kegiatan orientasi. 7)

Memberikan penerangan. 8) Mengatur dan menempatkan siswa. 9) Membantu

hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi, seperti frekuensi

pergaulan, intensitas pergaulan dan popularitas pergaulannya. 10) Bekerjasama dengan

konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram. 11) Bekerjasama dengan knselor

dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim ahli. 12)

Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan. 13) Ikut serta menyelenggarakan

sendiri pertemuan kasus (case conference) (Partowisastro, 1985:102-103).

Bimbingan/tugas guru/pengajar/Guru merupakan personel sekolah yang memiliki

kesempatan untuk bertatap muka lebih banyak dengan siswa di sekolah dibanding

personel sekolah lainnya. Oleh sebab itu, peran dan tanggung jawab gurudalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diharapkan. Adapun tugas dan

Page 96: Ensiklopedi pendidikan

tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah: 1) Turut serta aktif dalam membantu

melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling. 2) Membrikan informasi

tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling. 3) Memberikan layanan

instruksional (pengajaran). 4) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus. 5) Memberikan

informasi kepada siswa. 6) Meneliti kesulitan dan kemajuan sisa. 7) Menilai hasil belajar

siswa. 8) Mengadakan hubungan dengan orangtua siswa. 9) Bekerjasama dengan

konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha unntuk mengidentifikasikan masalah

yang dihadapi siswa. 10) Membantu memeccahkan masalah siswa. 11) Mengirimkkan

(referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada konselor. 12)

Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat (Partowisastro, 1985:103-104).

Bimbingan/tugas kepala sekolah/Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling

di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Membuat

rencana/program sekolah secara menyeluruh. 2) Mendelegasikan tanggung jawab

tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. 3) Mengawasi pelaksanaan

program. 4) Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasillitas bimbingan dan

penyuluhan. 5) Mempertanggungjawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah)

maupun keluar (masyarakat). 6) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga

diluar sekolah dalam rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan. 7) Mengkoordinasikan

kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya (Partowisastro, 1985:100-101).

Bimbingan/tugas penyuluh pendidikan (konselor sekolah)/Dala pelaksanaan kegiatan

bimbingan dan konseling di sekolah, konselor sekolah sangat berperan. Adapun

peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling, adalah:

1) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah. 2)

Memberikan garis-garis kebijaksanaan ummum mengenai kegiatan bimbingan dan

konseling. 3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program. 4) Mengkoordinasikan

laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari. 5) Memberikan laporan kegiatan

kepada kepala sekolah. 6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian

kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin

berkembang. 7) Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi

lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.

8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan

positif terhadap siswa. 9) Menyelenggarakan pertemuan staf. 10) Melaksanakan

bimbingan kelompok dan konseling individual. 11) Memberikan informasi pendidikan

dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan

jabatan. 12) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan

dengan program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survei dalam

masyarakat sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.

13) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan ko-

kurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat, dan kebutuhannya. 14) Membantu

guru menyusun pegalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang

Page 97: Ensiklopedi pendidikan

sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa. 15)

Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan

terhadap siswa putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain ynag berhubungan

dengan program bimbingan secara tetap. 16) Mengadakan konsultasi dengan orangtua

siswa dan mengadakan kunjungan rumah (home visit). 17) Menyelenggarakan

pembicaraan kasus (case conference). 18) Mengadakan wawancara latihan bagi para

petugas bimbingan. 19) Menyelneggarakan program latihan bagi para petugas

bimbingan. 20) Melakukan alihtangan (refeal) masalah siswa kepada lembaga atau ahli

lain yang lebih berwenang (Partowisastro, 1985: 101-102).

Bimbingan/tugas petugas administrasi/Keberhasilan kegiatan bimbinngan dan

konseling di sekolah juga memrlukan keterlibatan dari petugas administrasi di sekolah

ynag bersangkutan. Mengenai tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam

kegiatan bimbingan dan konseling adalah: 1) Mengisi kartu pribadi siswa. 2) Menyimpan

catatan-catatan (record) dan data lainnya. 3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan

data tentang siswa. 4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat

pemberitahuan. 5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data

siswa, seperti angket, observasi wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram,

kunjungan rumah, panggilan orangtua, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan

psikologis (Partowisastro, 1985: 104).

Bimbingan/Tujuan dari bimbingan adalah supaya setiap siswa berkembang sejauh

mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah

mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntutan kehidupan masyarakatnya sekarang

(Wingkel, 1997:35).

Bimbingan/Tujuan diberikannya bantuan yaitu supaya orang-perorangan atau

kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas

perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas (Winkel, 2005:32).

Bimbingan/Tujuan konsultasi, yaitu : (1) The goal of all consulting is to solve problems

(2) Another goal of consulting is to improve the consultee’s work with the client and, in

turn, improve the welfare of the clien’. Dari ungkapan tersebut dijelaskan bahwa tujuan

konsultasi adalah mengatasi masalah dan konsultasi untuk meningkatkan kerja konsulti

kepada konseli yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan konseli (Dougherty dalam

Sciarra, 2004:55).

Bimbingan/Tujuan layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan

terhadap diri sendiri, yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhhan sosial psikologis mereka, merealisasikan keinginannya, serta

mengembangkan kemampuan atau potensinya. Sebagai pertanda bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti

dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut: 1) Hasil belajarnya rendah, di bawah

rata-rata kelas. 2) Hasil yang diccapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.

3) Menunjukkan sikap yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak mau

Page 98: Ensiklopedi pendidikan

menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya. 4) Menunjukkan tingkah laku ynag

berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu, dan sebagainya (Downing (1968)

dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 65).

Bimbingan/Tujuan layanan konsultasi sebagai bagian tujuan bimbingan di sekolah

adalah sebagai berikut: 1) Mengambangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar

bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah. 2) Menyempurnakan komunikasi

dengan mengembangkan informasi di antara orang yang penting. 3) Mengajak bersama

pribadi yang memiliki peranan dan fungsi bermacam-macam untuk menyempurnakan

lingkungan belajar. 4) Memperluas layanan dari para ahli. 5) Memperluas layanan

pendidikan dari guru dan administrator. 6) Membantu orang lain bagaimana belajar

tentang perilaku. 7) Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen

lingkungan belajar yang baik. (8) Menggerakkan organisasi yang mandiri (Fullmer dan

Bernard dalam Marsudi, 2003:124-125).

Bimbingan/Tujuan program bimbingan di sekolah: 1) Membantu siswa untuk mengenal

sekolahnya, untuk mengenal kesempatan-kesempatan pendidikan yang berguna

baginya dan pertanggungjawaban yang harus dipikulnya diatur kedua-duanya

sedemikian rupa sehingga ia dapat merasakan suasana sekolah seperti dirumahnya,

dapat memilih mana yang berguna di antara program-program, kursus-kursus, subyek-

subyek, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler serta berada dalam posisi yang berguna

untuk berbuat sebaik-baiknya dalam pekerjaannya sekarang, ialah sebagai “siswa”. 2)

Menyadarkan siswa akan pentingnya perencanaan dan perancanaan kembali yang luas

tentang suatu karier pada suatu waktu ketika pekerjaan, ketrampilan serta pengertian

siswa yang dibutuhkan untuk “membuat rencana jabatan” yang sebagian besar

didasarkan atas kekuatannya sendiri. 3) Menunjukkan dan menguji kekuatan-kekuatan

yang menyebabkan perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan dewasa ini

serta memikirkan bersama-sama dengan siswa itu bagaimana perubahan-perubahan

semacam itu dapat mempengaruhi masa depannya. 4) Membantu dan memberi

semangat kepada siswa agar berangsur-angsur sampai pada pilihan tentatif suatu

pekerjaan, sekelompok pekerjaan atau susunan pekerjaan, suatu karya atau lapangan

studi, sehingga ia mempunyai tujuan-tujuan hidup yang berarti yang merupakan arah

perencanaa dan arah usahanya. 5) Mendiskusikan dengan siswa dan pada waktu yang

tepat dengan orantua tentang rencana-rencana karier pribadi sesuai dengan

perkembangan-perkembanganya agar supaya dapat membantu siswa untuk mendapat

kepastian yang cukup beralasan bahwa program, kursus-kursus, subyek-subyek, dan

sebagainya yang dipilihnya itu adalah sejalan dengan pembawaannya yang nampak,

kemampuannya dan minatnya serta sejalan dengan persyaratan-peersyaratan

pekerjaan, persyaratan-persyaratan masuk dan persyaratan-persyaratan lainnya. 6)

Membantu siswa dalam menentukan, mengukur dan memahami kapasitasnya sendiri

yang khusus, kemampuannya, agar supaya ia dapat menggunakan sebagian besar

kesempatan yang ada dengan cara lebih baik dan dapat merencanakan secara bijaksana

Page 99: Ensiklopedi pendidikan

untuk masa depannya. 7) Membantu siswa dalam mengembangkan secara seksama

metodhe-metodhe penyelidikan, sesuatu jalan studi atau lembaga pendidikan yang

setiap waktu dapat dipertimbangkannya dalam hubungan dengan rencana-rencananya

untuk masa depannya. 8) Menyadarkan siswa terutama mengenai kursus-kursus latihan

yang agaknya patut mendpat pertimbangan dengan dukungan-dukungan kekuatan-

kekuatan dan kelemahan-kelemahan siswa yang riil. 9) Menunjukkan bagaimana

pekerja-ppekerja dalam suatu jawatan atau industri bergantung kepada pekerja-pekerja

di semua lapangan lainnya dan karena itu menjelaskan perlunya terdapat pengertian,

appresiasi dan kerja sama antara semua orang yang bekerja bagi kehidupannya. 10)

Mengantarkan siswa sampai pada realisasi nilai-nilai pendidikan dan latihan yang

berguna, baik di dalam maupun di luar sekolah, serta membuktikan adanya kebutuhan-

kebutuhan ntuk melanjutkan pendidikan seseorang di dunia yang sedang berubah atas

dasar yang direncanakan seumur hidupnya. 11) Membuat informasi tentang pendidikan

yang dialami oleh mereka sekarang menjadi tepat guna dan “up to date”. Dalam hal ini

termasuk informasi tentang kursus-kursus, uang sekolah dan perbelanjaan lainnya,

bantuan-bantuan keuangan seperti beasiswa, tunjangan belajar, dana-dana pinjaman

dan sebagainya pada lembaga yang setaraf dengan atau diluar sekolah sekarang. 12)

Membantu siswa dalam memilih sebagai bagian daripada keseluruhan rencana

kariernya, ialah jalannya pendidikan yang agaknya memadai untuk dicoba. 13)

Membawa siswa sampai pada realisasi tentang pentingya menggunakan waktu luang

secara bijaksana dan membantu dia memilih dan mengembangkan minat-minat dalam

bentuk “hobby” yang dibenarkan serta usaha-usaha penghematan waktu lainnya. 14)

Menunjukkan mengapa kadang-kadang rencana karier yang pantas itu dapat gagal

dalam memberikan hasil yang diinginkan dan memperjelas faktor-faktor tertentu yang

rupanya lebih dapat memberikan sukses rencana kariernya. 15) Membantu siswa agar

memperoleh pengertian lebih baik tentang kwalitas dan pentingnya methode-methode

belajar serta bekerja sehingga ia dapat menyelesaikan lebih banyak dengan

menggunakan waktu & usaha lebih sedikit, dalam kedudukannya sekarang sebagai

“siswa” maupun dalam jabatannya sebagai sumber nafkah hidup dikemudian hari,

apapun gerangan kedudukannya. 16) Membantu siswa untuk memperoleh pengertian

lebih baik tentang kwalitas perbedaan individuil, tentang bagaimana corak kepribadian

yang berkembang dan tentang mengapa orang-orang (termasuk ia sendiri) berlaku

bagaimana mereka lakukan. 17) Menunjukkan pentingnya dapat mengerti oranglain dan

dirinya sendiri sebaik-baiknya di dunia seperti sekarang ini serta memperkembangkan

langkah-langkah yang dapat ditempuh agar dapat mengembangkan kemampuan-

kemampuan semacam itu. 18) Berusaha menemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang

tidak mendapat perhatian dan engan pemikiran ini menyarankan perubahan-perubahan

dalam kebijaksanaan di bidang kurikuler sekolah dan pelayanan-pelayanan khusus;

bilamana kebutuhan-kebutuhan seorang siswa tertentu tidak dapat dipenuhi melalui

program pendidikan sekolahyang ada sekarang maka membantu dia untuk menemukan

Page 100: Ensiklopedi pendidikan

kemungkinan-kemungkinan pada lembaga-lembaga pendidikan lain atau diluar sistim

formal. 19) Membantu orangtua, guru dan lain-lainnya untuk memperoleh pengertian

lebih baik tentang kebutuhan-kebutuhan daripada remaja, tentang kwalitas perbedaan

individuil para remaja , tentang kesempatan-kesempatan yang aada bagi pendidikan,

latihan dan pekerjaan serta tentang cara kerja-sama antara orangtua guru, siswa dan

lain-lain untuk kemanfaatan semua pihak. 20) Menyadarkan siswa, orangtua, guru dan

lain-lain perihal bimbingan, tentang diterimanya tidaknya program bimbingan sekolah

yang tulus dan memadai serta memberikan iinformasi yang dapat membuat jenis kerja

sama dianggap essensiil bagi tercapainya hasil-hasil bimbingan secara maksimal

(Soetjipto dan Kosasi, 2009: 69).

Bimbingan/Tujuan supervisi bimbingan dan konseling di sekolah adalah: 1)

Mengendalikan kualitas, dalam hal ini supervisor BK bertanggung

jawab memonitor pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan hasil-

hasilnya yang berupa kehidupan dan perkembangan peserta didik/klien yang

lebih baik; 2) Mengembangkan profesionalisme guru pembimbing, yaitu

supervisor BK membantu guru pembimbing un- tuk tumbuh dan berkembang

secara profesional, sosial dan personal; 3)

Memotivasi guru pembimbing agar dapat secara ber- kelanjutan

melaksanakan kegiatan-kegiatan bombingan dan konseling, menemukan dan

memperbaiki kesalahan dan kekurangan (Abimanyu, 2005:3).

Bimbingan/Untuk lancarnya penyelenggaraan dan tingginya tingkat keberhasilan

kegiatan bimbingan konseling di sekolah, kegiatan fungsional-profesional-keahlian

guru pembimbing perlu terus menerus dibina dan dikembangkan searah dan sejalan

dengan perkembangan iptek yang mendasari kegiatan atau pelayanan bimbingan

konseling yang dimaksudkan (Sukardi, 2003:152).

Ceramah/Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta

percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip iktisar

ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih

lanjut oleh guru yang bersangkutan (Daradjat, 1992: 289).

Ceramah/Kelebihan Metode Ceramah: a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena

murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus

secara komfrehensif. b. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama,

dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara

bersamaan. c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang

sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. d. Melatih para pelajar untuk menggunakan

pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan

isi ceramah dengan cepat dan tepat (Arief, 2002:139).

Ceramah/Kelemahan Metode Ceramah: a. Interaksi cenderung bersifat centered

(berpusat pada guru). b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa

telah menguasai bahan ceramah. c. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep

Page 101: Ensiklopedi pendidikan

lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru. d. Siswa kurang menangkap apa

yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak

dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme. e. Tidak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan

untuk mengikuti fikiran guru. f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat. g. Guru lebih

aktif sedangkan murid bersikap pasif. h. Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-

banyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau

pemaksaan terhadap kempuan penerimaan siswa. i. Cenderung membosankan dan

perhatian siswa berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis

siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur (Arief, 2002:139-40).

Ceramah/Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut (ceramah) seorang guru

harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk menghilangkan kesalahpahaman

siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-

keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya

menggunakan media yang refresentatif. b. Selingilah metode ceramah dengan metode

lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik. c. Susunlah ceramah secara

sistematis. d. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat

membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya. e. Carilah

umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung (Basyiruddin dkk., 3536).

Cerita adalah sastra yang yang berbentuk tulisan (yang dikonsumsi melalui bacaan) atau

berbentuk lisan (yang dikonsumsi melalui audiensi) (Majid, 2003:19-20).

Cerita/Dengan demikian, metode cerita sangatlah penting dalam menumbuhkan dan

menanamkan rasa keagamaan kepada anak (Tafsir, 2001:140-141).

Cerita/Memberi pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita

memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun

psikomotorik masing masing anak. Bila anak terlatih mendengarkan dengan baik, maka

ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif

mampu malakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya.

Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar

dengan apa yang dipahami (Moeslichatoen, 1999:157-168).

Crossword Puzzle/Langkah pertama, peserta didik mendengarkan penjelasan tentang

beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan materi Sistem Periodik

Unsur. Kemudian peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari

dua sampai empat orang. Masing-masing kelompok dibagi Crossword Puzzle (Teka-

teki Silang) yang terkait dengan materi Sistem Periodik Unsur untuk dikerjakan, dan

waktu mengerjakan dibatasi kemudian hasilnya dicocokkan bersama (Silberman,

2006:256).

Page 102: Ensiklopedi pendidikan

Crossword Puzzle/Metode Crossword Puzzle ini digunakan untuk menyusun tes

peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang, metode ini dapat mengundang minat

dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran (Silberman, 2006:256).

CTL/Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran,

yaitu sebagai berikut: a) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada

aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. b) CTL memandang bahwa

belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. c)

Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,

akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. d)

Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain

(Sanjaya, 2006: 256-270).

CTL/Contextual Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan

peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan

menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa,

2004:137).

CTL/Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi & Senduk, 2004:4).

CTL/Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus

mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak

dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada

filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada abad 20-an yang menekankan

pada pengembangan siswa (Johnson, 2002:26).

CTL/Lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai

berikut. a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh

peserta didik. b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju

bagianbagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). c. Pembelajaran harus

ditekankan pada pemahaman, dengan cara: 1) Menyusun konsep sementara; 2)

Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; 3)

Merevisi dan mengembangkan konsep. d. Pembelajaran ditekankan pada upaya

mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. e. Adanya refleksi terhadap

strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari (Zahorik

(1995) dalam Nurhadi dkk., 2003:138).

CTL/Menurut Zahhorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek

pembelajaran kontekstual. a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating

learning) b) Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan

Page 103: Ensiklopedi pendidikan

cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. c)

Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)

hipotensi (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi)

dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. d)

Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge) e)

Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut

(Johnson, 2002:27-29).

CTL/Pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1)

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru

acting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya, guru

mengarahkan”. 2) Pembelajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara siswa

menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan

dibandingkan hasilnya. 3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari

proses penilaian (assessment) yang benar. 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam

bentuk kerja kelompok itu Penting (Nurhadi dkk., 2003:15).

CTL/Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa

melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian

mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson,

2002:67).

CTL/Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala

menggunakan pendekatan CTL. a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang

sebagai individu yang yang sedang berkembang. b. Setiap anak memiliki kecenderungan

untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. c. Belajar bagi siswa adalah

proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-

hal yang sudah diketahui. d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema

yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan

demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu

melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi (Sanjaya, 2006:271-272).

Cycle 5E/Efektivitas implementasi Learning Cycle 5E biasanya diukur melalui observasi

proses dan pemberian tes. Jadi pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan sebuah

proses pendidikan yang bertujuan agar para siswa berperan aktif untuk menggali dan

memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari melalui

praktikum. Proses pembelajaran ini bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke

siswa secara aktif dan langsung. Metode Learning Cycle 5E mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, pembelajaran lebih bermakna karena

siswa terlibat langsung melalui kegiatan praktikum (Fajaroh, 2007:96-105).

Cycle 5E/Pembelajaran dengan metode Learning Cycle 5E mewadahi siswa untuk secara

aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan

Page 104: Ensiklopedi pendidikan

lingkungan fisik maupun sosial. Tahap-tahap Learning Cycle 5E meliputi fase

engagement, fase exploration, fase explanation, fase elaboration dan fase evaluation.

Proses pembelajaran dengan metode Learning Cycle 5E dapat meningkatkan kinerja

ilmiah siswa, termasuk pengetahuan dan tingkat pemahaman. Persepsi siswa terhadap

kegiatan belajar juga berdampak positif (Liu, 2009:334-358).

Dana dari sember masyarakat, berupah bantuan yang sifatnya berkala baik yang

dihimpun melalui badan pembantu penyelenggara pendidikan (PB3) maupun yang

langsung disampaikan pada sekolah oleh para donator (Nawawi, 1993:97).

Dana/Sumber-sumbernya yang dapat dibedakan sebagai berikut; 1. Sumber dari

pemerintahan, yang dapat berupah dana pembangunan yang rutin. Dana ini disediakan

melalui anggaran pendapatan dan belajar negara bagi SMP dan seterusnya, anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD). Dana APBN disalurkan melaui kantor wilayah

Departemen Pendidikan untuk SMP, SMU dan sebagaian untuk SD, untuk perguruan

tinggi langsung kepada Universitas/Institut/Sekolah Tinggi masing-masing. Sedang

dana dari APBD khusus untuk Sekolah Dasar disalurkan melalui Dinas Pendidikan dan

kebudayaan dari sumber pemerintah terutama sekali untuk sekolah negeri, sedang

untuk sekolah swasta jika diperoleh dari sumber ini pada dasarnya bersifat. 2. Dana dari

sumber sekolah sendiri berupah uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang

diperoleh dari setiap siswa, yang besarnya tergantung pada kategori pada setiap

sekolah. Demi tertibnya pengelolahan dana ini bagi sekolah negeri termasuk perguruan

tinggi disetorkan lebih dahulu kepada pemerintah, yang kemudian disalurkan kembali

ke sekolah oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Sedang untuk sekolah swasta

dikelolah sendiri, baik langsung oleh kepala sekolah maupun badan penyelenggara

sekolah. 3. Dana dari sember masyarakat, berupah bantuan yang sifatnya berkala baik

yang dihimpun melalui badan pembantu penyelenggara pendidikan (PB3) maupun yang

langsung disampaikan pada sekolah oleh para donator (Nawawi, 1993:97).

Demonstrasi/Ada beberapa dasar pertimbangan dalam pemilihan metode demonstrasi

sebagai berikut : a) Mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berkaitan

dengan mengatur sesuatu proses, membuat sesuatu, atau menggunakan komponen-

komponen sesuatu. b) Membandingkan suatu cara dengan cara lain. c) Mengetahui atau

melihat kebenaran sesuatu. d) Ingin menunjukkan suatu keterampilan (Syah, 2007:152).

Demonstrasi/Agar metode demonstrasi dapat menjadi efektif, maka guru harus: 1)

merumuskan keterampilan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah

demonstrasi dilakukan: 2) mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi,

supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; 3) memperkirakan jumlah siswa

apakah memungkinkan diadakan metode demonstrasi; 4) menetapkan garis besar

langkah yang akan dilaksanakan; 5) memperhitungkan waktu yang dibutuhkan

(Hasibuan, 2002:31).

Page 105: Ensiklopedi pendidikan

Demonstrasi/Demonstrasi menjadi tidak efektif bila: benda yang didemonstrasikan

tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk mencoba, dan

bila tidak dilakukan di tempat yang sebenarnya (Hasibuan, 2002:30).

Demonstrasi/Dengan demonstrasi sebagai metode mengajar dimaksudkan bahwa

seorang pengajar atau pemimpin, memperlihatkan sesuatu proses pada seluruh

kelompok anak didik misalnya proses tentang cara bekerjanya sebuah computer

(Surakhmad, 1994:110-111).

Demonstrasi/Kelebihan metode demonstrasi adalah: 1) Perhatian siswa dapat

dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang

penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dippusatkan pada

proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain. 2) Dapat mengurangi beragam

kesalahan apabila dibandingkan dengan halnya membaca didalam buku, karena siswa

telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. 3) Apabila siswa turut

aktif bereksperimen, maka anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman

praktik untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan

penghargaan dari teman dan gurunya (Nasih & Kholidah, 2009:64).

Demonstrasi/Kelebihan Metode Demonstrasi antara lain: 1) Siswa dapat menghayati

dengan sepenuh hati mengenai pelajaran yang diberikan. 2) Perhatian anak dapat

terpusat pada hal penting yang didemonstrasikan. 3) Mengurangi kesalahan dalam

mengambil kesimpulan dari apa yang diterangkan guru secara lisan maupun tulisan

karena siswa memperoleh gambaran melalui pengamatan langsung terhadap suatu

proses. 4) Masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung terjawab dan

dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Roestiyah, 1985:138).

Demonstrasi/Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1) Apabila sarana

peralatan kurang memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak bisa diamati

dengan jelas oleh para siswa, maka metode ini kurang efektif. 2) Tidak semua hal dapat

didemonstrasikan di dalam kelas sedangkan kelemahan guru tidak mampu mengontrol

sejauh mana siswa memahami uraiannya (Roestiyah, 1985:138).

Demonstrasi/Kelemahan metode demonstrasi adalah: 1) Demonstrasi merupakan

metode yang kurang tepat apabila alat yang didemonstrasikan tidak diamati dengan

seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil, atau penjelasan-penjelasan tidak

jelas. 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah

aktifitas dimana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktifitas itu

sebagai pengalaman yang berharga. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di

dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang

jauh dari kelas. 4) Kadang-kadang, apabila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas

kemudian didemonstrasikan, siswa melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika

berada dalam situasi yang sebenarnya (Nasih & Kholidah, 2009:64).

Demonstrasi/Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi: 1) Tahap persiapan

– Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: a) Menetapkan tujuan

Page 106: Ensiklopedi pendidikan

demonstrasi. b) Menetapkan langkah-langkah demonstrasi. c) Menyiapkan alat atau

benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi. 2) Langkah pelaksanaan demonstrasi a )

Mendemonstrasikan sesuatu dengan tujuan yang disertai dengan penjelasan lisan. b)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab. c) Memberi

kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan. 3) Tahap mengakhiri

demonstrasi – a) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan apa

yang telah diperagakan. b) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan

dalam bentuk karya atau perbuatan (Darwyn Syah, 2007:152).

Demonstrasi/Manfaat metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga

berpendapat, bahwa metode ini dapat : a) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia

turut melakukan kegiatan peragaan. b) Menghemat waktu belajar di kelas. c) Menjadikan

hasil yang mantap dan permanen. d) Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa.

e) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas (S. Nasution dalam Muhibbin

Syah, 2002:210).

Demonstrasi/Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah: a) Perhatian siswa

dapat lebih dipusatkan. b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri

siswa (Syah, 2002:209).

Demonstrasi/Pelaksanaan Penerapan Metode Demonstrasi: a. Mengusahakan agar

demonstrasi dapat diikuti, diamati oleh seluruh kelas. b. Menumbuhkan sikap kritis pada

siswa sehingga terjadi tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang

didemonstrasikan. c. Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba

sehingga siswa merasa yakin tentang suatu proses. d. Membuat penilaian dari kegiatan

siswa dalam eksperimen tersebut (Sanjaya, 2000:84).

Demonstrasi/Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat

memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan

kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya (Yamin, 2007:154).

Demonstrasi/Perencanaan Penerapan Metode Demonstrasi: a. Menentukan tujuan

demonstrasi. b. Menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi. c. Menyiapkan alat-

alat yang diperlukan (Sudjana, 2000:84).

Demonstrasi/Sedangkan dalam buku Ahmad Munjid Nasih dan Lilik Nur Kholidah

kelebihan metode demonstrasi adalah: 1) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-

hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati

seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dippusatkan pada proses belajar dan tidak

tertuju pada hal-hal lain. 2) Dapat mengurangi beragam kesalahan apabila

dibandingkan dengan halnya membaca didalam buku, karena siswa telah memperoleh

gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. 3) Apabila siswa turut aktif

bereksperimen, maka anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik

untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan

dari teman dan gurunya (Nasih & Kholidah, 2009:64).

Page 107: Ensiklopedi pendidikan

Demonstrasi/Sedangkan dalam buku Ahmad Munjid Nasih dan Lilik Nur Kholidah

kelebihan metode demonstrasi adalah: 1) Demonstrasi merupakan metode yang kurang

tepat apabila alat yang didemonstrasikan tidak diamati dengan seksama oleh siswa.

Misalnya alat itu terlalu kecil, atau penjelasan-penjelasan tidak jelas. 2) Demonstrasi

menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktifitas dimana siswa

sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktifitas itu sebagai pengalaman yang

berharga. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat

yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas. 4) Kadang-

kadang, apabila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa

melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang

sebenarnya (Nasih & Kholidah, 2009: 64).

Demonstrasi/Setelah demonstrasi selesai, hendaknya guru memberikan tugas kepada

siswa, baik secara tertulis maupun secara lisan, seperti membuat karangan laporan dan

lain-lain. Dengan demikian guru dapat menilai sejauh mana hasil demonstrasi telah

dipahami siswa (Sudjana, 2000: 84).

Demonstrasi/Tahap perencanaan meliputi: a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh

siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti

aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), atau keterampilan tertentu (psikomotorik).

b. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-

garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari

kegagalan. c. Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang

diperlukan (Sanjaya, 2007:153).

Deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu deskripsi eksposition dan deskripsi

impresionistik. 1. Deskripsi eksposition. Deskripsi ini pada umumnya bersifat logis, ia

disusun seperti satu katalog dalam urutan yang logis, umpamanya orang

mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan.

Pilihan detail-detail untuk menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan

deskripsi ini ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat,

mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu. 2. Deskripsi impresionistik Tujuan

deskripsi ini adalah membuat pembaca memancainderakan dan membuat ia bereaksi

secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin

mendapatkan jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus

menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak

mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis (Keraf, 1993:10).

Dewasa/Pertama, orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup

(philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi

pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang yang telah dewasa yang tidak mudah

terombang-ambing karena telah mempunyai pegangan yang jelas, kemana akan pergi

dan dengan cara mana ia mencapainya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu

melihat segala sesuatu secara obyektif. Mampu melihat dirinya dan orang lain secara

Page 108: Ensiklopedi pendidikan

obyektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga orang lain. Lebih dari itu

ia mampu bertindak sesuai dengan cara mana ia mencapainya. Ketiga, orang dewasa

adalah orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah

memliki kemerdekaan, kebebasan tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung

jawab. Ia bebas menentukan arah, hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah berbuat ia

dituntut tanggung jawab. Guru harus terdiri dari orang-orang yang bertanggunga jawab

atas segala perbuatannya. Perbuatan yang bertanggung jawab adalah perbuatan

berencana, yang dikaji terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Sukmadinata, 2005:254-

255).

Disiplin/Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi

guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak akan

terbentuknya peserta didik yang disiplin dari guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan

kurang beribawa. Oleh karena itu sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta

didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus

ditunjukkan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah

timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang

ditetapkan (Mulyasa, 2007:122-123).

Disiplin/Patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh

guru (Wijaya & Rusyan, 1991: 21).

Diskusi/Keberhasilan diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsure yaitu:

pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan saling menghormati (Tobing, 1979:85).

Diskusi/Kelebihan metode diskusi sebagai berikut: a) Merangsang kreativitas anak didik

dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. b)

Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. c) Memperluas wawasan. d)

Membiasakan untuk bermusyawarah unutk mufakat dalam memcahkan masalah

(Djamarah, 1997:99).

Diskusi/Kelebihan Metode Diskusi. Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar

Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa

diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain: a. Suasana kelas lebih hidup,

sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang

didiskusikan. b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi,

demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. c. Kesimpulan hasil diskusi

mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai

kepada suatu kesimpulan. d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan

dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. e. Membantu murid untuk mengambil

keputusan yang lebih baik. f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-

kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat

mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain (Arief, 2002:148-149).

Page 109: Ensiklopedi pendidikan

Diskusi/Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi

Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara

lain: a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah

yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga

memerlukan waktu yang panjang. b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis,

yang tidak terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan

atau coba-coba saja. c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. d. Biasanya

orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Roetiyah, 1988:6).

Diskusi/Metode diskusi ..ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau

menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat

menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid (Zuhairini dkk., 1983:89).

Diskusi/Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini (diskusi), maka

perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pimpinan diskusi diberikan kepada

murid dan diatur secara bergiliran. b. Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid,

perlu bimbingan dari guru. c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut

berpartisipasi dalam diskusi. d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran

berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. e.

Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (Arief,

2002:149).

Ekspositori/Dalam penggunaan metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip

pembelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap guru antara lain: a. Berorientasi pada

Tujuan – Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam metode

ini, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru

tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini

(Sanjaya, 2008:181).

Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1) pembelajaran ini hanya

mungkin dapat dilakukan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan

menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan

menyimak secara baik perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak

mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,

perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3) sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan

interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena pembelajaran ini banyak

menggunakan ceramah, (4) keberhasilan pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa

yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,

antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan

kemampuan mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi lebih banyak

terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan

yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang diberikan guru (Depdiknas, 2008:35-36).

Page 110: Ensiklopedi pendidikan

Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1) pembelajaran ini hanya

mungkin dapat dilakukan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan

menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan

menyimak secara baik perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak

mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,

perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3) sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan

interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena pembelajaran ini banyak

menggunakan ceramah, (4) keberhasilan pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa

yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,

antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan

kemampuan mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi lebih banyak

terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan

yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang diberikan guru (Depdiknas, 2008:35-36).

Ekspositori/Langkah-langkah dalam pembelajaran ini adalah: 1) Persiapan. Hal yang

harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: a) Memberikan sugesti yang positif.

contoh: guru menyampaikan bahwa dimensi tiga merupakan materi yang sangat penting

dalam bidang perencanaan bangunan atau konstruksi bangunan. b) Mengemukakan

tujuan yang harus dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang akan dicapai

adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. c) Mengingatkan siswa terhadap

materi yang telah dipelajari. d) contoh: siswa diingatkan tentang dalil Pythagoras,

proyeksi titik terhadap garis, garis tinggi suatu segitiga, luas segitiga serta aturan sinus

dan kosinus (Depdiknas, 2008:33-34).

Ekspositori/Langkah-langkah pembelajaran ekspositori secara lebih sederhana yaitu: 1)

guru memberikan informasi tentang suatu konsep, mendemonstrasikan

keterampilannya tentang pola, aturan atau dalil tentang suatu konsep. Siswa bertanya

dan guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti, 2) guru memberikan contoh soal

dan juga pembahasannya, 3) siswa mengerjakan latihan soal (Ruseffendi, 1980:171-

172).

Ekspositori/Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada guru (teacher centered approach)” (Sanjaya, 2008:179).

Ekspositori/Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan

memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip dan konsep materi

pelajaran serta memberikan contoh soal dan pembahasannya dalam bentuk ceramah,

demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (Sunarto, 2009:1).

Ekspositori/Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional (Sagala,

2009: 79).

Ekspositori/Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional (Sagala,

2009:79).

Page 111: Ensiklopedi pendidikan

Ekspositori/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan

penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009:78).

Ekspositori/Peran guru dalam pembelajaran ini (pembelajaran ekspositori) antara lain

sebagai penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, pemberi

fasilitas belajar yang baik, serta pembimbing siswa dan penilai dalam pemerolehan

informasi yang benar (Nasution, 2000:158-159).

Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori diantaranya:

1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal yang

artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam pembelajaran ini, 2) materi

pelajaran yang disampaikan merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data

atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa

untuk berpikir ulang, 3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan materi

pelajaran (Nasution, 2000:158).

Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori diantaranya:

1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal yang

artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam pembelajaran ini, 2) materi

pelajaran yang disampaikan merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data

atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa

untuk berpikir ulang, 3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan materi

pelajaran yang menurut Nasution (2000: 158), tujuan pembelajaran ekspositori adalah

memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Depdiknas

2008:31):

Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Nasution, 2000:158).

Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Depdiknas 2008:31).

Evaluasi akhir atau post-test, dengan menggunakan tes yang sama atau setara dengan

yang digunakan pada evaluasi awal. Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran

tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir

kita bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat diketahui seberapa jauh efek atau

pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping sekaligus dapat pula kita

ketahui bagian-bagaian mana dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh

sebagian besar siswa (Ibrahim dan Syaodih, 2003:131).

Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses

untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik,

yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir

satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur kinerja yang

sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan),

serta penilaian program (Mulyasa, 2008:108).

Page 112: Ensiklopedi pendidikan

Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi

yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan

evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi

dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat

mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut

hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan (Commite dalam Wirawan,

2002:22).

Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat

penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode produk atau benda

dengan menggunakan kriteria tertentu (Haryati, 2008:24).

Evaluasi merupakan suatu tahapan dan kegiatan yang amat penting dalam suatu proses

rangkaian kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dengan evaluasi akan dilihat derajat

ketercapaian tujuan yang dirumuskan. Sehubungan dengan itu pula dalam kegiatan

evaluasi diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan data serta pelaporan

yang benar. Jika hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya maka

tujuan dan sasaran pembelajaran yang dirancang sebelumnya boleh jadi tidak tampak

ketercapaiannya (Syafii dalam Hastu, 2006: 30).

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau

manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan / atau pengukuran.

Evaluasi pembelajaran mencakup pembuatan. pertimbangan tentang jasa, nilai atau

manfaat program, hasil, dan proses pembelajaran (Dimyanti dan Mudjiono, 2006:221).

Evaluasi/Agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi

yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostic-edukatif,

penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis (Zainal

Machmoed dalam Nurgianto, 2001:305).

Evaluasi/Beberapa tahap penyusunan instrumen, antara lain: (1) tahap menyusun tes

objektif: persiapan, memilih elemen-elemen untuk diteskan, dan membangun butir tes,

(2) tahap menyusun assessment esai dengan langkah-langkah: menetapkan prosedur

penyusunan, penyekoran, dan umpan- balik, dan (3) assessment performan dengan

langkah: menyusun terminology performan, merancang latihan performan, penyekoran

dan pencatatan hasil (Stiggins, 1994:109-175).

Evaluasi/Bloom membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes

tentang aplikasi antara lain: 1) Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai

untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan

dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang

sesuai. 2) Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip

atau generalisasi mana yang sesuai. 3) Dapat memberikan spesifikasi batas-batas

relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4) Dapat mengenali hal-hal khusus yang

terpampang dari prinsip dan generalisasi. 5) Dapat menjelaskan suatu gejala baru

berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah

Page 113: Ensiklopedi pendidikan

melihat hubungan sebab-akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses

terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala. 6) Dapat

meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.

Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditujukan berdasarkan perubahan

kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif. 7) Dapat menentukan

tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan

prinsip dan generalisai yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini banyak diperlukan

oleh ahli-ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan. 8) Dapat menjelaskan alasan

menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi (Sudjana,

1995:26-27).

Evaluasi/Dalam proses belajar mengajar disekolah saat ini, tipe hasil belajar kognditif

lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar efektif dan psikomotorik,

karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran (Sudjana, 2006:31).

Evaluasi/Fungsi dan tujuan evaluasi hasil belajar diantaranya: a) Untuk diagnostik dan

pengembangan, jika alat yang digunakan dalam penelitian cukup memenuhi persyaratan

dengan melihat hasilnya guru dapat menemukan kelemahan siswa dan mengetahui

sebab-sebab kelemahan siswa. b) Untuk seleksi, dengan mengadakan penelitian,

seorang guru melakukan seleksi terhadap siswa dengan memilih siswa yang dapat

diterima di sekolah tertentu, untuk mendapat beasiswa, dan menentukan siswa yang

berhak lulus. c) Untuk kenaikan kelas, dengan mengadakan penelitian, guru

mendapatkan informasi tentang siswa yang berhak naik kelas dan guru dapat memilih

secara tepat siswa yang dapat meneruskan belajar dan siswa yang harus mengulang. d)

Untuk penempatan, masing-masing individu berbeda dalam hal potensi, bakat, dan

yang lain maka dengan hasil penilaian seorang guru dapat mengidentifikasi potensi

siswa dan menempatkan dalam kelompok belajar, kegiatan ekstrakulikuler, dan

sebagainya (Rosjidan dkk. dalam Supriati, 2007: 22-23).

Evaluasi/Fungsi evaluasi adalah untuk: a) menyetujui atau menolak praktek melalui

penyediaan/pemberian bukti seperti apa yang dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan

atau tingkat kegiatan yang tampak menjadi efektif, b) mengukur kemajuan melalui

pemberian bukti pada suatu dasar berkelanjutan sehingga keduanya rata-rata dan

tingkat dari kemajuan yang diinginkan, c) mempertinggi kemungkinan pertumbuhan

melalui penyedia an dasar untuk perbaikan dalam pelaksanaan dan kegiatan, d)

Membangun kredi bilitas, (e) Mengambil tindakan untuk peningkatan pemahaman, f)

meningkatkan dan memperbaiki partisipasi dalam pembuatan keputusan, g)

menempatkan tang gung jawab, h) mengambil tindakan yang rasional untuk keberanian

berusaha melalui perbaikan keseluruhan akuntabilitas, termasuk bukti dari prestasi dan

pertumbuhan (Gibson & Mitchell, 1981:381-382).

Evaluasi/Fungsi evaluasi program untuk: a) meneliti secara berkala hasil pelaksanaan

program bimbingan dan konseling, b) mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari

Page 114: Ensiklopedi pendidikan

layanan bimbingan dan konseling, c) mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum

dilaksanakan dan/atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan, d) menge tahui

sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan

pelaksanaan program bimbingan dan konseling, e) memperoleh gambaran sejauh mana

peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konse ling, f)

mengetahui sampai sejauh mana konstribusi program bimbingan dan konseling

terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khususnya,

g) mendapatkan informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan langkah-langkah

pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya, h) Membantu

mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dengan kebutuhan (Sukardi,

2000:186).

Evaluasi/Fungsi penilaian adalah sebagai berikut: a) Alat untuk mengetahui tercapai-

tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada

rumusan-rumusan tujuan instruksional. b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar

mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar

siswa, strategi mengajar guru, dll. c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar

siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan

kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi

yang dicapai (Sudjana (2008:4).

Evaluasi/Fungsi penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran. b) Untuk

mengetahui keefektifan PBM yang telah dilakukan guru (Armai, 2002: 89-92).

Evaluasi/Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai

setiap kelompok memilki nilai sama dalam kelompok. Hal ini disebabkan nilai kelompok

adalah nilai bersama dalam kelompokknya yang merupakan hasil kerja adalah nilai

bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggotanya

kelompok (Sanjaya, 2009: 248-249).

Evaluasi/Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari pengalaman-

pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa

keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono 2006:55).

Evaluasi/Hasil belajar adalah keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs)

(Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009:38).

Evaluasi/Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006:22).

Evaluasi/Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat proses

pembelajaran berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah

pengajaran diberikan) dalam praktik kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas,

lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa

sebab secara langsung mempengaruhi perilakunya (Sudjana, 2008:33).

Page 115: Ensiklopedi pendidikan

Evaluasi/Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut,

yaitu: 1) Pengetahuan, 2) Pengertian, 3) Kebiasaan, 4) Keterampilan, 5) Apresiasi, 6)

Emosional, 7) Hubungan sosial, 8) Jasmani, 9) Etis atau budi pekerti, dan 10) Sikap

(Yasin, 2008:30).

Evaluasi/Hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1) Informasi Verbal

– Informasi Verbal adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat

diungkapkan melalaui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus

mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun

teoritis. 2) Kemahiran Intelektual – Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill) menununjuk

pada”Knowing How”, yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri. Kemahiran intelektual dibagi menjadi empat

kategori, yaitu: a) Diskriminasi jamak (Multiple Discrimination), yaitu kemampuan

seseorang dalam membedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam

pemersepsi ,seseorang akan menanggapi suatu benda ciri-ciri yang khas , misalnya

warna, bentuk, panjanglebar, kasar-halus, bau dan sebagainya. Berdasarkan persepsi

itu seseorang dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain. b) Konsep

(consept),yaitu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama.

Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu.Konsep

dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.konsep konkret

adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan. Konsep

yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili realitas hidup tetapi bukan lingkungan

hidup fisik, misalnya lingkaran adalah yang garis yang berbentuk bundar yang

mempunyai jari-jari sama panjang. c) Kaidah (Rule), yaitu dua konsep atau lebih yang

jika dihubungkan satu sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu

keteraturan, misalnya besi jika dipanaskan akan memuai. d) Prinsip (Higher-Order rule)

yaitu kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih

tinggi dan kompleks. Kaidah tersebut disebut “prinsip”. Berdasarkan prinsip, orang

mampu menyelesaikan soal. 3) Pengaturan Kegiatan Kognitif – Pengaturan kegiatan

kognitif (Cognitive Strategy), yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Khususnya bila sedang belajar dan berpikir.

Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktifitas mentalnya sendiri dalam

bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah

dipelajari jauh lebih efisien dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan

demikian. 4) Sikap – Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek .

Misalnya, siswa bersikap positif terhadap sekolah, karena sekolah berguna baginya.

Sebaliknya dia bersikap negatif terhadap pesta-pesta karena merasa tidak ada gunanya,

hanya membuang waktu dan uang saja. 5) Keteampilan Motorik – Keterampilan motorik

yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam

uraian tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak –gerik berbagai anggota

badan secara terpadu. Misalnya, Supir mobil dengan terampil mengendarai

Page 116: Ensiklopedi pendidikan

kendaraannya, sehingga konsentrasinya tidak hanya pada kendaraannya, tetapa juga

pada arus lalu lintas di jalan (Gagne dalam Djiwandono (2002: 217).

Evaluasi/Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif, kognitif, maupun

psikomotor (Sudjana, 2001:22).

Evaluasi/Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa

yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan (Hamalik, 2005:155).

Evaluasi/Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau

suatu proses untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi

peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,

penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk

mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu

keunggulan yang memuaskan), serta penilaian program (Mulyasa, 2008:108).

Evaluasi/Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam

6 tipe: 1) Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen.

2) Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antar asumsi, evidensi, dan kesimpulan,

juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang

mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya. 3) Dapat memahami nilai serta

sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil keputusan. 4) Dapat

mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang

relevan. 5) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah

ditetapkan. 6) Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan

sejumlah kriteria yang eksplisit (Sudjana, 1995:29).

Evaluasi/Klasifikasi hasil belajar secara garis besar ada 3 ranah , yaitu: (1) Ranah

Kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi;

(2) Ranah afektif, meliputi penghayatan nilai dari objek-objek yang dihadapi melalui

perasaan, baik orang, benda maupun kejadian; dan (3) Ranah psokomotorik, meliputi

penanaman metode ilmiah disertai dengan usaha peningkatan mutu intelektualitas yaitu

misalnya cerdas, kritis, serta sistematis dalam berpikir (Bloom dalam Sudjana, 2008:22-

23).

Evaluasi/Langkah-langkah penyusunan instrumen: sintesis teori, menyusun konstruk,

pengembangan indikator, menetapkan parameter kontinum, analisis butir, validasi

teoretik dan empirik, validasi pakar, revisi, penggandaan terbatas, uji coba, uji validasi

internal dan eksternal, kesimpulan sortir, reliabilitas, dan perakitan. Langkah-langkah

ini diarahkan untuk penyusunan instrumen yang digunakan untuk penelitian

(Djaali, 2000:89-90).

Evaluasi/Lima kategori hasil belajar, yakni: a) informasi verbal, b) keterampilan

intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan motoris (Gagne dalam

Sujana, 2005:22).

Page 117: Ensiklopedi pendidikan

Evaluasi/Manfaat menilai prestasi kerja adalah memberikan kepada yang dinilai dan

penilai informasi tentang kinerja yang di capai (Gibson, J.L . dkk., 1996:280).

Evaluasi/Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang

dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku

yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil

belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garisgaris besar

indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang

hendak diukur (Syah, Muhibbin, 1999:150).

Evaluasi/Penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi

kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan

karyawan (Simamora, 1997: 415).

Evaluasi/Penilaian yang dilakukan pada karangan siswa biasanya bersifat holistik,

impresif, dan selintas. Maksudnya adalah penilaian tersebut bersifat menyeluruh

berdasarkan kesan yang diperoleh dari pembaca karangan secara selintas. Guru

cenderung melakukan penilaian yang bersifat analisis karena guru memerlukan

penilaian secara lebih objektif dan terinci mengenai kemampuan siswa untuk keperluan

diagnosikedukatif (Nurgiantoro, 2001:305).

Evaluasi/Prinsip evaluasi meliputi: a) evaluasi yang efektif memerlukan perumusan

tujuan program, b) evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang valid, c)

evaluasi program yang efektif tergantung pada penerapan yang valid dari kriteria

pengukuran, d) evaluasi program harus meliputi semua yang dipengaruhi, e) evaluasi

yang bermakna memerlukan feed back dan tindak lanjut, f) evaluasi yang paling efektif

jika melalui proses perencanaan, berkelanjutan, g) evaluasi menekankan pada hal yang

positif (Gibson dan Mitchell, 1981:382-383).

Evaluasi/Prinsip evaluasi yaitu: a) Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap

tujuan-tujuan program, b) evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang

jelas, c) evaluasi melibatkan beberapa unsure yang profesional, d) menuntut umpan

balik dan tindak lanjut, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membuat kebijakan

atau keputusan, e) evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan

(Sukardi, 2001:191-192).

Evaluasi/Proses konstruksi berbagai tes dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)

mengidentifikasi tujuantujuan utama untuk skor yang digunakan, 2) mengidentifikasi

perilaku yang mewa- penelikili konstruk atau domain, 3) menyiapkan spesifikasi butir,

proporsi butir yang akan difokuskan pada tiap perilaku, 4) menyusun butir-butir utama,

5) meninjau ulang butir dan merevisinya, 6) persiapan ujicoba dan merevisinya, 7) tes

lapangan pada sampel yang representatif, 8) menentukan alat-alat statistik skor butir,

kesesuaian, eleminasi butir yang tidak memenuhi kriteria, 9) merancang dan

mengondisikan reliabilitas dan validitas pada bentuk akhir tes, 10) mengembangkan

Page 118: Ensiklopedi pendidikan

panduan administrasi, penyekoran, dan interpretasi skor tes (menyiapkan tabel norma

standar performan) (Crocker dan Algina, 1986:66-86).

Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu: a) Ranah

kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam espek yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b)

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek, yakni penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c) Ranah psikomotori

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam

aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan reseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,

dan gerakan ekspresir dan interpretatif (Benyamin Bloom dalam Sudjana, 2005:22).

Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotoris (Benyamin Bloom dalam Sudjana, 2005:22).

Evaluasi/Suatu manajemen tidak dapat melupakan evaluasi. Sesuatu kegiatan akan

efektif apabila disertai evaluasi yang tepat agar dapat dikembangkan suatu manajemen

interakasi belajar mengajar yang tepat (Roestiyah, 1989: 76-77).

Evaluasi/Tingkat prestasi hasil belajar pada akhir proses pembelajaran dapat dilihat dari

hasil penilaian seorang guru, dimana penilaian ini mencakup dalam program pokok

bahasan dalam suatu tatap muka pembelajaran. Untuk dapat melakukan penilaian, kita

mengadakan pengukuran terlebih dahulu. Menilai adalah mengambil suatu keputusan

terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian adalah evaluation (Arikunto,

2001:3).

Evaluasi/Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman.

(Sudjana, 2008:24).

Evaluasi/Tujuan evaluasi ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus. a. Tujuan Umum dari

Evaluasi adalah: 1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid

dalam mencapai tujuan yang diharapkan. 2) Memungkinkan pendidik/guru menilai

aktivitas/pengalaman yang didapat. 3) Menilai metode mengajar yang digunakan. b.

Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah: 1) Merangsang kegiatan siswa. 2) Menemukan

sebab-sebab kemajuan atau kegagalan. 3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan

kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan. 4) Memperoleh bahan

laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga

pendidikan. 5) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar

(Djamarah, 2006:50-51).

Evaluasi/Tujuan evaluasi program adalah untuk: a) Mengetahui kemajuan program

bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan

konseling, b) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program

bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (Sukardi,

2000:185).

Page 119: Ensiklopedi pendidikan

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang

sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,

lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat

mempengaruhi belajar adalah “faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan

masyarakat (Slameto, 1988:62).

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran,

media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar

yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Sabri, 1996:59-

60).

Faktor kemampuan seseorang tidak cukup hanya dilihat dari segi pendidikan dan latihan

saja, namun dapat juga dilihat dari segi pengalaman atau pengalaman kerja seseorang

selama bekerja pada organisasi/lembaga tertentu (Samsudin, 2003:33).

Faktor pemicu terjadinya perubahan secara umum ialah: a) konfigurasi tenaga kerja, b)

terobosan di bidang teknologi, c) ketidak pastian di bidang ekonomi, d) persaingan yang

makin ketat, e) gejala-gejala sosial, f) pergeseran nilai-nilai moral dan etika, dan g)

situasi politik (Siagian (2002:207).

Faktor penentu mutu pendidikan selain mutu guru sebagai pengajar, juga sarana,

lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar, kualitas peserta didik, dan jalannya

proses pendidikan (Thantawy, 1999:6).

Faktor/Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi

dalam diri individu (Azwar, 1995:30).

Faktor-faktor yang dapat dijadikan kriteria untuk menilai kinerja seseorang dalam

melaksanakan suatu pekerjaan di institusi, yaitu sebagai berikut: a)

Kualitas pekerjaan yang meliputi aspek akurasi, ketelitian, penampilan, dan

penerimaan keluaran, b) Kuantitas pekerjaan yang mencakup aspek vo-

lume keluaran dan kontribusi, c) kehadiran yang terdiri atas aspek regulari- tas, dapat

dipercaya/diandalkan, dan ketepatan waktu, d) konservasi, meliputi aspek

pencegahan pemborosan, kerusakan, pemeliharaan peralatan (Handoko, 1999:56).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu: 1) Ability/kemampuan yang

terdiri dari kemampuan potensi atau IQ dan Keterampilan (skill), artinya pegawai yang

mempunyai IQ diatas rata-rata 110 – 120 dan terampil dalam melaksanakan tugasnya,

maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. 2) Motivasi merupakan sikap

pegawai dalam menghadapi situasi kerja, yang mana motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (Mangkunegoro,

2004:67-68).

Field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi

pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.

Page 120: Ensiklopedi pendidikan

Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru

mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar (Sagala, 2006:214).

Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran

dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip yaitu cara mengajar

yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar

sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu,

suatu bengkel mobil, took serba ada, dan sebagainya (Roestiyah, 2001:85).

Field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah 1) anak didik dapat

mengamati kenyataan-kenyataan yang beragam dari dekat, 2) anak didik dapat

menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu

kegiatan, 3) anak didik dapat menjawab masalahmasalah atau pertanyaan-pertanyaan

dengan melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung, 4) anak

didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau

mendengarkan ceramah yang diberikan on the spor dan, 5) anak didik dapat

mempelajari sesuatu secara interna l dan komprehensif (Sagala, 2006:215).

Field trip merupakan pesiar (ekskursi) yang digunakan oleh para peserta didik untuk

melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum

sekolah (Sagala, 2006:214).

Field trip/Adapun tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan

siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut

menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin

dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam

pembelajaran (Roestiyah, 200:85).

Fieldtrip bertujuan agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang

dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat

bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan

persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ini akan

membuat siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat

melatih siswa untuk menggunakan waktu secara efektif (Roestriyah, 2001:85).

Fieldtrip memiliki keunggulan antar lain sebagai berikut: a. Siswa dapat berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek karyawisata itu, serta

mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. b. Siswa dapat melihat

berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati

secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka. c.

Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang

pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi. d. Dengan objek yang

ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacammacam pengetahuan dan pengalaman

yang terintegrasi (Roestiyah, 2001:87).

Formal/Fungsi dan tujuan pendidikan formal sebagai berikut: 1) Pendidikan sekolah

ialah salah satu tangga dari keseluruhan proses pendidikan yang berlangsung sepanjang

Page 121: Ensiklopedi pendidikan

hidup. 2) Pendidikan sekolah ialah pendidikan untuk mengembangkan semua aspek

kepribadian, baik kognitif dan afektif maupun keterampilan. 3) Pendidikan sekolah

merupakan suatu sistem terbuka. 4) Pendidikan sekolah merupakan sekelompok paket

belajar atau program belajar yang menyediakan jalur belajar dan pengalaman belajar,

yang memungkinkan siswa dapat menggunakan hasil belajarnya untuk belajar sendiri

atau self-learning, dan membina dirinya sendiri atau self-direction. 5) Tujuan

pendidikan sekolah tidak hanya menguasai bahan belajaran, tetapi dapat menggunakan

apa yang telah dipelajari itu untuk mampu belajar sendiri dan membina diri kapan pun

dan di mana pun juga, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seumur hidup

mencapai kualitas hidup pribadi, sosial, dan profesional seoptimal mungkin

(Mudyahardjo, 2012:176-177).

Formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1) Pendidikan formal mulai

kerangka teoritis atau konsepual dan pengarah pada pekerjaan praktis atau lapangan

aktual. 2) Terdapat kurikulum yang mapan atau ditentukan sebelumnya. 3) Para peserta

didik dalam tipe pendidikan ini homogen dengan tujuan umum. 4) Pembelajaran adalah

vertikal dan berpusat pada kurikulum. 5) Ketaatan pada norma-norma lembaga yang

ketat dan tidak ada pilihan bebas bagi peserta didik. 6) Pendidikan ini bersifat spesialis,

misalnya berorientasi pada kelas, berorientasi pada matapelajaran dan berorientasi pada

gelar. 7) Para peserta didik diajar langsung oleh para guru (Dahama dan Bhatnagar,

1981:27).

Formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1) Biasanya dalam latar kelas

sekolah, walaupun tidak tidak hanya berbasis-sekolah. 2) Isi biasanya ditetapkan

sebelumnya oleh guru atau orang/kelompok lain yang memiliki otoritas (barang kali

bahkan sukarelawan). 3) Hirarki yang mapan antara guru dan murid. 4) Sering berakhir

dengan tes formal atau pembuktian pengetahuan (Dalam Literacy Watch Bulletin (2001-

No.17).

Formal/Pendidikan formal (sekolah) memiliki program pendidikan dengan karakteristik

program sebagai berikut: 1) Kegiatan pendidikan hendaknya terdiri atas kegiatan

kurikuler dan ekstrakurikuler. 2) Kegiatan sekolah hendaknya campuran antara studi

dan bekerja. 3) Kegiatan sekolah hendaknya makin tertuju dan mengutamakan

kegiatanbelajar sendiri dan membina diri sendiri. 4) Proses pendidikan atau

kegiatanbelajar-mengajar hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman belajar,

tetapi lebih merupakan gabungan dari berbagai pengalaman belajar dan bervariasi. Hal

ini dapat dicapai dengan: 1) Menggunakan berbagai sumber belajar. 2) Guru

memposisikan diri sebagai contoh, fasilitator dan motivator. 3) Menggunakan berbagai

alat bantu mengajar (Mudyahardjo, 2012:177-178).

Formal/Pendidikan formal itu terstruktur secara hirarkis, sistem pendidikan yang

bergelar secara kronologis yang berlangsung mulai sekolah dasar hingga universitas

dan termasuk, hingga pada studi-studi akademik umum, ragam program-program dan

Page 122: Ensiklopedi pendidikan

lembaga-lembaga khusus untuk pelatihan teknik dan profesional penuh waktu (Combs

& Ahmed, 1973:11).

Formal/Pendidikan formal pada dasarnya merupakan suatu aktivitas institusional,

seragam dan berorientasi pada matapelajaran, waktu belajarnya penuh, terstruktur

secara hirarkis, mengarah pada perolehan sertifikat )ijasah), gelar dan diploma (Dahama

dan Bhatnagar, 1981:6).

Formal/Tujuan pendidikan formal (sekolah) adalah sebagai berikut: 1) Menyadari

perlunya belajar seuur hidup dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas

hidupnya dalam masyarakat. 2) Meningkatkan kemampuan belajar atau educability. 3)

Memperluas daerah belajar. 4) Memadukan pengalaman belajar di sekolah dengan

pengalaman belajar di luar sekolah (Mudyahardjo, 2012:177).

Gambar/Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran

yang mingkin akan menjadi karangan – karangan (Purwanto dan Alim (1997: 63).

Gambar/Peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu: 1. Dapat membantu guru

dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar. 2. Menarik

perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar. 3. Dapat membantu daya

ingat siswa (retensi). 4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada

saat yang lain (Sudirman et al, 1991:220).

Gaya ini diimplementasikan bagi bawahan yang sudah menjadi “orang kepercayaan”.

Directive dan supportive tidak banyak diberikan. Oleh karenanya, pemimpin lebih

banyak menyerahkan pengambilan keputusan dan tanggung jawab kepada bawahan

(Maulana, 1992:30).

Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu

dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi (Soekadijo,

1999: 134).

Generalisasi induktif/Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga disebut

generalisasi, generalisasi dalam arti ini berupa suatu proporsi universal (Soekadijo,

1999:134).

Generalisasi memuat beberapa syarat di antaranya adalah: 1) generalisasi harus tidak

terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat jumlah tertentu; 2)

generalisasi harus tidak terbatas secara spasio temporal, artinya tidak boleh terbatas

dalam ruang dan waktu (Soekadijo, 1999:134).

Generalisasi/Faktor-faktor probabilitas yang berhubungan dengan generalisasi

memiliki sifat-sifat berikut: 1) makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasarpenalaran,

makin tinggi probabilitas konklusinya; 2) makin besar jumlah faktor kesamaan di dalam

premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya; 3) makin besar jumlah

faktor disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitas konklusinya dan

sebaliknya; 4) semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya

(Soekadijo, 1999:136).

Page 123: Ensiklopedi pendidikan

Generatif/Intisari dari pembelajaran generatif adalah otak tidak menerima informasi

dengan pasif melainkan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut

dan kemudian membuat kesimpulan (Waluya, 2005:5).

Generatif/Kelebihan pembelajaran generatif adalah: Pembelajaran generatif

memberikan peluang kepada siswa untuk belajar secara kooperatif; Merangsang rasa

ingin tahu; Pembelajaran generatif cocok untuk meningkatkan ketrampilan proses;

Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan siswa

yang lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk

mempresentasikan hipotesisnya. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke dalam

memori jangka panjang (Sutarman dalam Syarifah, 2010:37).

Generatif/Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu: a) Eksplorasi – Tahap

pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap

eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan,

ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh

dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu

melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa

aktivitas/tugas-tugas seperti melalui demonstrasi/penelusuran terhadap suatu

permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi

yang dipelajari. Dalam aktivitas ini, gejala, data, fakta yang didemonstrasikan sebaiknya

dapat merangsang untuk berfikir kritis, mengkaji fakta, data dan gejala, serta

memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang dipecahkan. Dengan demikian, pada

akhirnya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktivitas

demonstrasi/penelusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala dan fakta. Dengan

kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa,

mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa

untuk berdiskusi tentang gejala atau fakta yang baru diselidiki atau diamati. Guru harus

mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya

dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Pada proses

pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan

memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat/ide/hipotesis. b)

Pemfokusan – Pada tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau

intervensi. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis. Pengujian

hipotesis dilakukan untuk mencoba membuktikan konsep atau rumus yang telah mereka

rumuskan sebelumnya di tahap eksplorasi. Dalam hal ini materi yang di uji hipotesisnya

adalah luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pada tahap ini guru bertugas

sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan

arahan. Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa

sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan

caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak

seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas

Page 124: Ensiklopedi pendidikan

haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan caranya sendiri

atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok

sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan.

Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat, membantu dalam kerja

kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan

keberanian bertanya. c) Tantangan – Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga

tahap pengenalan konsep. Pada tahap ini siswa mulai mengetahui konsep yang benar

dari materi yang sedang dipelajari. Para siswa diminta mempresentasikan temuannya

melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman

diantara siswa sehinggan konsep yang benar akan mulai diketahui peserta didik. Dalam

tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai

pendapat teman, dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Pada

saat diskusi, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi

dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa siswa memperoleh kesimpulan dan

pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya

proses mental disebut asimilasi dan akomodasi. Terjadi proses asimilasi apabila

konsepsi siswa sesuai dengan konsep yang benar menurut data eksperimen, terjadi

proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris. Pada tahap ini

sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal

dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut. Pemberian soal

latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju yang sukar. Dengan soal-soal

yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian besar siswa akan mampu menyelesaikan

dengan benar, hal ini akhirnya akan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Sebaliknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi maka

sebagian besar siswa tidak akan mampu menyelesaikannya dengan benar maka akan

dapat menurunkan motivasi belajar siswa. d) Penerapan – Tahap keempat adalah tahap

penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan

menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan

dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas

proyek yang dikerjakan siswa diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang

baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihan-latihan soal.

Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran)

secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan

masuk ke memori jangka panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik. Dari

uraian di atas mengenai tahap-tahap dari pembelajaran generatif, dari tahap eksplorasi

sampai dengan tahap penerapan. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan

serta ketrampilan untuk mengkontruksi/membangun pengetahuannya sendiri secara

mandiri. Dengan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya

dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa akan mampu

Page 125: Ensiklopedi pendidikan

mengkonstruksi pengetahuan baru. Dengan begitu konsep yang didapat akan tersimpan

dalam memori jangka panjang (Osborne dan Cosgrove dalam Wena, 2010:177-180).

Group Investigation/Enam langkah pendekatan Group Investigation: 1) Pemilihan Topik.

Siswa memilih subtopik tertentu dalam bidang permasalahan umum tertentu, yang

biasanya diterangkan oleh guru. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-

kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggotakan dua sampai enam orang.

Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis. 2) Cooperative

learning. Siswa dan guru merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu

dengan sub-sub topik yang dipilih dalam langkah a. 3) Implementasi. Siswa

melaksanakan rencana yang diformulasikan dalam langkah b. Pembelajaran mestinya

melibatkan beragam kegiatan dan keterampilan dan seharusnya mengarahkan siswa ke

berbagai macam sumber di dalam maupun diluar sekolah.Guru mengikuti dari dekat

perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan. 4)

Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh

selama langkah c dan merencanakan bagaimana informasi itu dapat dirangkum dengan

menarik untuk dipertontonkan atau dipresentasikan kepada teman-teman sekelas. 5)

Presentasi produk akhir. Beberapa atau semua kelompok dikelas memberikan presentasi

menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu samalain saling

terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih luas tentang

sebuah topic. Presentasi kelompok dikoordianasikan oleh guru. 6) Evaluasi. Dalam

kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek yang berbeda dari topik

yang sama, siswa dan guru mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok ke

hasil pekerjaan secara keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan asesmen individual

atau kelompok atau dua-duanya (Sharan (1984) et al. dalam Arends, 2008:14):

Guru adalah titik sentral suatu kurikulum. Berkat usaha guru, maka timbulah kegairahan

belajar siswa, sehingga memacunya belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar

mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum (Hamalik, 1992:95).

Guru bertanggung jawab untuk memberikan sejumlah norma kepada peserta didiknya

agar tahu mana perbuatan susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan

amoral (Djamarah, 2000:34-35).

Guru perlu menciptakan suasana kelas yang membuat siswa antusias terhadap

persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya, guru

perlu menciptakan siswa berfikir, hal ini membuat siswa akan lebih aktif dan menjadikan

suasana kelas tidak menjenuhkan (Yamin, 2008:13).

Guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai

guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

d. Memiliki mental yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah

seorang warga negara yang baik. 32 (Hamalik dalam Yamin, 2007:5-7).

Page 126: Ensiklopedi pendidikan

Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar, dan pembimbing dituntut memiliki

kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani. Minimal ada

tiga cirri kedewasaan (Sukmadinata, 2005:254).

Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, mempunyai

pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang mencakup: 1) memiliki

keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati,

penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, 2) menjalin hubungan yang baik

dengan peserta didik, 3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik

secara ikhlas, 4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, 5)

mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan

antar kelompok peserta didik, 6) mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir

dan merencanakan kegiatan pembelajaran, 7) mampu mendengarkan peserta didik dan

menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, 8) mampu meminimalkan

friksi-friksi di kelas. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen

pembelajaran, yang mencakup: 1) mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan

menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan

perhatian, dan mampu memberikan transisi substansi bahan. Agar dalam proses

pembelajaran; 2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan

berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik. Ketiga, mempunyai kemampuan yang

terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan (reinforcement), yang

terdiri atas: 1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta

didik; 2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap peserta didik

yang lamban dalam belajar; 3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban

peserta didik yang kurang memuaskan; 4) mampu memberikan bantuan profesional

kepada peserta didik jika diperlukan. Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait

dengan peningkatan diri yang mencakup: 1) mampu menerapkan kurikulum dan metode

mengajar secara inovatif; 2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan

mengenai metode-metode pembelajaran; 3) mampu memanfaatkan perencanaan guru

secara berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran

yang relevan (Menurut Davis dan Thomas dalam Suyanto, 2001:3).

Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan

mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya

konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini

membelokkan konsentrasi peserta didik (Mulyasa, 2007:121).

Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab

sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan

agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual,

moral, dan spiritual.33 (Surya dalam Kunandar, 2007:47).

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu.

Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan

Page 127: Ensiklopedi pendidikan

mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan

pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat

luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Sholeh, 2006:9).

Guru/Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan

tugasnya yaitu:1). Kepemimpinan kepala sekolah,

2). Fasilitas kerja, 3). Harapan-harapan, dan 4.) Kepercayaan personalia sekolah. Dengan

demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja akan ikut

menentukan baik buruknya kinerja guru (Pidarta dalam Lamatenggo, 2001:35).

Guru/Ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru; 1) masih banyak guru yang

tidak menekuni profesinya secara total, 2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru

terhadap norma dan etika profesi keguruan, 3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan

dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat.

Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan

dan kependidikan, 4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi

materi ajar yang diberikan kepada calon guru, 5) masih belum berfungsi PGRI sebagai

organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme

anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan,

terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan

anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai

mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-

faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk

mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru (Akadum, 1999:17).

Guru/Agar dapat memantu perkembangan siswa secara optimal maka ada lima langkah

yang harus dilakukan oleh guru pembimbing, yaitu: 1. Guru pembimbing

memperhatikan butir-butir tugas perkembangan siswa sesuai dengan usianya. 2.

Tugas-tugas perkembangan tersebut diorientasikan pada keenam bidang bimbingan. 3.

Tugas perkembangan yang sudah diorientasikan pada bidang bimbingan dijabarkan

kedalam kompetensi-kompetensi yang relevan. 4. Kompetensi-kompetensi yang telah

terpilih dijadikan acuan untuk menetapkan materi yang akan dijadikan isi layanan dan

kegiatan bimbingan konseling lainnya. 5. Melaksanakan materi layanan yang telah

ditetapkan, disertai dengan evaluasi, baik itu penilaian segera, penilaian jangka pendek

maupun penilaian jangka panjang (Afinibar, 2005:6 ).

Guru/Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan

tugasnya yaitu: 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Iklim sekolah, 3) Harapan-harapan,

dan 4) Kepercayaan personalia sekolah (Pidarta (1995) dalam Saerozi, 2005:2).

Guru/Beberapa poin yang menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain: mematuhi

norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi

dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan

akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan penghargaan

kepada orang lain termasuk kepada peserta didik, bersikap arif dan bijaksana serta

Page 128: Ensiklopedi pendidikan

rendah hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas

berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Wens Tanlain, dkk, dalam Sagala,

2009:13).

Guru/Ciri-ciri profesional guru dalam tiga ketegori yakni: a. Kemampuan guru

menguasai bahan bidang studi. Yang dimaksud dengan kemampuan menguasai bahan

bidang studi adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, menyintesiskan, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang

akan diajarkannya. b. Kemampuan guru merencanakan program belajar mengajar

Kemampuan merencanakan program belajar mengajar adalah kemampuan membuat

satuan pelajaran dan bahan cetakan lainnya (software) seperti dalam petunjuk

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, lembaran kegiatan membaca, lembaran tugas

dan kerja, dan kemampuan menciptakan alat peraga media guna kepentingan

pengajaran. c. Kemampuan guru melaksanakan program belajar mengajar. Kemampuan

melaksanakan program belajar mengajar adalah kemampuan menciptakan interaksi

belajar mengajar dengan situasi dan kondisi dan program yang dibuatnya (Wijaya &

Rusyan, 1994:30).

Guru/Dalam hal ini guru harus kreatif, professional dan menyenangkan dengan

memposisikan diri sebagai berikut: 1. Orang tua yang penuh kasih saying pada peserta

didik. 2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta didik sesuai

minat, kemampuan dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang

tua untk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran

pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6.

Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (silaturahim) dengan orang lain

secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik,

orang lain dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. 9. Menjadi pembantu

ketika diperlukan (Mulyasa, 2006:36).

Guru/Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek

Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar

seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut: a. Menguasai bahan yakni

menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan

pengayaan/penunjang bidang studi. b. Mengelola program belajar mengajar yakni

merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar,

memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar

dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi

kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil

belajar. c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan

menciptakan iklim belajar yang efektif. d. Menggunakan media yakni memilih dan

menggunakan media, mebuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan

mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan

Page 129: Ensiklopedi pendidikan

perpustakaan dalam proses belajar mengajar. e. Menguasai landasan-landasan

kependidikan. f. Merencanakan program pengajaran. g. Mengelola interaksi belajar

mengajar. h. Menguasai macam-macam metode mengajar. i. Menilai kemampuan

prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. j. Mengenal fungsi dan program layanan

bimbingan dan penyuluhan di sekolah. k. Mengenal penyelenggaraan administrasi

sekolah. l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang

sederhana guna kemajuan pengajaran (Hamalik, 2006:44-45).

Guru/Dalam mengembangkan kreativitas, guru dapat melatih ketrampilan bidang,

dengan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus seperti bahasa,

matematika atau seni; mengajarkan ketrampilan kreatif dalam batas tertentu, seperti

cara berpikir menghadapi masalah secara kreatif, teknik memunculkan gagasan orisinal,

yang diajarkan secara langsung dengan contoh; dan motivasi intrinsik, dengan guru

menjadi model dengan mengungkapkan secara bebas minatnya, dan tantangan pribadi

untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas, dan memungkinakn siswa untuk

bisa otonom sampai batas tertentu di kelas (Amabile dalam Munandar, 2002:156).

Guru/Dalam proses belajar mengajar hubungan antara guru dan siswa haruslah terjalin

dengan baik. Karena cara belajar siswa dipengaruhi oleh hubungannya dengan gurunya

(Slameto, 1988:68).

Guru/Dalam proses belajar mengajar, guru harus memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk aktif. Keaktifan siswa bisa berbentuk aktivitas jasmaniah maupun aktivitas

mental. Aktivitas belajar murid dapat di golongkan ke dalam beberapa hal, yaitu: a.

Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperiman, dan

demonstrasi. b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya

jawab, diskusi, menyanyi. c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti

mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan. d. Aktivitas gerak (motor

activities) seperti senam, atletik, menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities)

seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat (Uzer, 1995: 22).

Guru/Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu

pengetahuan, tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai serta membangun karakter

peserta didik secara berkelanjutan (Sholeh, 2006: 3).

Guru/Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang

pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama

pengambil kebijakan; 1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena

rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; 2) profesionalisme guru

masih rendah (Akadum, 1999:16).

Guru/Efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa

yang diajarkan guru itu (Nasution dalam Subroto, 1997:11).

Guru/Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam perencanaan dan

melaksanakan pengajaran. Tugas dan tanggungjawab guru sebagai pembimbing

Page 130: Ensiklopedi pendidikan

memberi tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada peserta didik dalam

memecahkan masalah yang di hadapinya (Saud, Udin Syaefudin, 2009:34).

Guru/Intensitas dan kualitas pembinaan kepala sekolah kepada guru bergantung pada

kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor, selain

sebagai administrator dan motivator (Dirjen Dikdasmen, 2000:15).

Guru/Jadi guru yang bijaksana dan sederhana dalam bertindak adalah seorang guru

yang selalu menggunakan akal budinya dalam bertindak dan tidak berlebihlebihan.

Kebijaksanaan dan kesederhanaan dalam bertindak, akan menjalin keterkaitan batin

guru dengan siswa. Dengan adanya keterikatan tersebut, guru akan mampu

mengendalikan proses belajar mengajar yang diselenggarakan (Wijaya & Rusyan,

1991:20).

Guru/Kedudukan dan fungsi pendidik: pendidik sebagai model, pendidik sebagai

perencana, pendidik sebagai peramal, pendidik sebagai pemimpin dan, pendidik

sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat-pusat belajar (Yasin,

81-82).

Guru/Kemampuan personal guru, mencakup: 1) penampilan sikap yang positif terhadap

keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan

beserta unsur-unsurnya, 2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang

seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan

dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya

(Johnson dalam Anwar, 2004:63).

Guru/Kemampuan pribadi guru meliputi hal-hal berikut: 1. .Mengembangkan

kepribadian. 2. Berinteraksi dan berkomunikasi. 3. Melaksanakan bimbingan dan

penyuluhan. 4. Melaksanakan administrasi sekolah. 5. Melaksanakan penelitian

sederhana untuk keperluan pengajaran (Usman, 1995:16).

Guru/Kemampuan yang harus dimiliki guru diantaranya: mempunyai pengetahuan

tentang belajar dan tingkah laku manusia dalam belajar, mempunyai pengetahuan dan

menguasai bidang studi yang dibinanya dengan baik, mempunyai sikap yang tepat

dengan memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri sebagai tenaga pendidik, dan

mempunyai keterampilan mempunyai teknik dan pendekatan dalam kegiatan mengajar

(Yamin, 2008:12).

Guru/Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadai pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau pengahancur

bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah

dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah) (Syah,

2004:225-226).

Guru/Kesejahteraan guru sebenarnya tidak hanya diukur dari gaji yang diterima seperti

dikemukakan diatas. Mengapa tidak dipikirkan pemberian insentif, insentif adalah

pendorong, dorongan atau perangsang. Insentif tidak ditawarkan terlebih dahulu.

Insentif diberikan karena suatu prestasi yang baik, pada akhir suatu kegiatan, dengan

Page 131: Ensiklopedi pendidikan

tujuan untuk memberikan dorongan dan semangat kerja bagi penerimanya (Moedjiarto,

2002:115).

Guru/Kualitas guru tercermin pada kinerja profesionalnya sebagai guru. Kinerja guru

merupakan variabel yang fluktuatif, eksistensinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, di

antaranya pembinaan kepala sekolah (Zahera, 1998:118).

Guru/Maka tugas dan fungsi guru agama lebih banyak dan lebih luas, yaitu: a) Guru

agama sebagai pengajar. b) Guru agama sebagai pendidik. c) Guru agama sebagai da’i.

d) Guru agama sebagai konsultan. e) Guru agama sebagai pemimpin dalam

kepramukaan. f). Guru agama sebagai masyarakat (Mohammad, 1992:45-46).

Guru/Mengingat tugas dan tangungjawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi

ini memberikan persyaratan khusus antara lain: 1. Menuntut adanya ketrampilan yang

berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada

suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut

adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepakaan terhadap

dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan. 5. Memungkinkan

perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Usman, 1996:15).

Guru/Menurut Sahal Mahfudh secara umum paling tidak seorang guru harus memiliki

beberapa sifat, yaitu: zuhud, ikhlas, suka memaafkan, memahami tabiat murid,

berkepribadian yang bersih, bersikap sebagaimana bapak terhadap anaknya, dan

menguasai mata pelajaran yang menjadi bidangnya (Mahfudh, 1994: 319).

Guru/Mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan

product yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Kriteria presage (tanda-tanda

kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Latar belakang

pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan

pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar. 2. Kriteria process

(kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri

dari: a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP). b.

Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas. c.

Kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai

murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan

oleh guru tersebut. Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau

di madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut

sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut

kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode,

media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses

belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau

membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya

(Sabri, 1992:16-18).

Guru/Nilai kompetensi seorang guru dipupuk melalui program pendidikan,

pengembangan dan pelatihan (Iriyanto dalam Samsudin, 2003:11).

Page 132: Ensiklopedi pendidikan

Guru/Paling sedikit ada enam tugas dan tanggungjawab guru dalam mengembangkan

profesinya, yakni: a. Guru bertugas sebagai pengajar. b. Guru bertugas sebagai

pembimbing. c. Guru bertugas sebagai administrator kelas. d. Guru bertugas sebagai

pengembang kurikulum. e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi. f. Guru

bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat (Saud, 2009:32).

Guru/Pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar,

yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial

dibidang pembangunan (Slameto, 2003:123).

Guru/Pendidik, selain bertugas melakukan transfer of knowledge, juga seorang

motivator dan fasilitator bagi proses belajar peserta didiknya. Menurut Hasan

Langgulung, dengan paradigma ini, seorang pendidik harus dapat memotivasi dan

memfasilitasi peserta didik agar dapat mengaktualisasikan sifat-sifat tuhan yang baik,

sebagai potensi yang perlu dikembangkan (Toto, 2006:120).

Guru/Peningkatan, pengembangan dan pembentukan guru dapat dilakukan melalui

upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan (Hamalik dalam Samsudin, 2003:11).

Guru/Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi, peran guru

tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar, karena guru di sini sebagai sebagai

pendidik, pembentuk kepribadian dan yang menentukan keberhasilan siswa (Dimyati,

1999:33).

Guru/Peranan guru sebagai pendidik profesional mulai hari ini harus dipertanyakan

eksistensinya secara fungsional dalam dunia pendidikan. Hal ini di sebabkan oleh

munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral

cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki

lapangan kerja (Nata, 2003:136).

Guru/Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar

kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga situasi belajar mengajar

makin efektif dan efisien (Supervisi dalam Lazaruth, 1988: 33).

Guru/Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan

masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam

bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya

(Setjipto dan Kosasi, 1999:54-55).

Guru/Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut31: 1) Peserta didik akan bekerja keras

kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya. 2) Memberi tugas yang jelas

dan dapat dimengerti. 3) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi

peserta didik. 4) Menggunakan hadiah atau hukuman, hukuman secara efektif dan tepat

guna; serta 5) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan (Mulyasa, 2008:59).

Guru/Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Peserta didik akan bekerja keras

kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjannya. 2. Memberikan tugas yang

Page 133: Ensiklopedi pendidikan

jelas dan dapat dimengerti. 3. Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan

prestasi peserta didik. 4. Menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat

guna. 5. Memberikan penilaian dengan adil dan transparan (Mulyasa, 2008: 59).

Guru/Sebagai pendidik maka guru wajib: 1. Menemukan pembawaan yang ada pada

peserta didik yang ada, dengan jalan: observasi, wawancara, pergaulan, angket dan

sebagainya. 2. Berusaha menolong peserta didik dalam perkembangannya. 3.

Menyiapkan jalan terbaik dan menunjukkan arah perkembangan yang tepat. 4. Setiap

waktu mengadakan evaluasi apakah perkembangan peserta didik dalam usaha

pencapaian tujuan pendidikan sudah berjalan seperti yang diharapkan. 5. Wajib

memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada peserta didik. 6. Dalam menjalankan

tugasnya, pendidik wajib selalu ingat bahwa peserta didik sendirilah yang berkembang

berdasarkan bakat yang ada padanya, namun mengembangkan bakat yang tidak ada

padanya. 7. Pendidik senantiasa mengadakan penilaian atas diri sendiri untuk

mengetahui apakah ada hal-hal tertentu dalam diri pribadinya yang harus diperbaiki. 8.

Memilih metode yang tidak hanya sesuai dengan dengan bahan dan isi pendidikan yang

akan disampaikan tetapi juga disesuaikan dengan kondisi peserta didik (Darmadi, 2009:

50).

Guru/Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan

dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), diantaranya: 1)

Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan

kenyakinan agama yang dianutnya. 2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai

antar-umat beragama. 3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan,

dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat. 4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji

sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tatakrama. 5) Bersifat demokratis dan

terbuka terhadap pembaruan dan kritik (Wina, 2006: 18).

Guru/Secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya mempunyai beberapa syarat

seperti bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmaninya, baik akhlaknya, bertanggung

jawab dan berjiwa sosial (Daradjat dkk, 1992: 40-41).

Guru/Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya,

mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji,

menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya. Di samping itu,

pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar,

sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis

(Samsul, 2002: 43).

Guru/Selain itu istilah mu’allim lebih menekankan guru sebagai pengajar, penyampai

pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) (Tabrani, 2008: 107).

Guru/Seorang guru dikatakan telah mempunyai kemampuan profesional jika pada

dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap

mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha

Page 134: Ensiklopedi pendidikan

memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan

tuntutan jaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah

tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan

datang (Muhaimin, 2001:63).

Guru/Seorang guru harus simpatik karena dengan sifat ini akan disenangi oleh para

siswa, dan jika siswa menyenangi gurunya, sudah barang tentu pelajarannyapun mereka

senangi pula. Demikian pula dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus

menarik, karena dengan daya tarik yang diungkapkan atau ditunjukkan oleh guru, maka

akan memberikan pengaruh tertentu pada siswa yaitu kesemangatan belajar siswa terus

meningkat (Wijaya & Rusyan, 1991:20).

Guru/Seorang guru juga harus bersikap luwes terhadap siapapun termasuk peserta

didiknya. Keluwesan merupakan faktor pendukung yang disenangi para siswa dalam

proses belajar mengajar, karena dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan

berkomunikasi dengan baik dengan teman sejawat maupun dengan peserta didik, dan

juga orang tua wali murid (Wijaya & Rusyan, 1991:20).

Guru/Seorang pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaannya yang menjadi

kepribadiannya. Di antara sifat-sifat tersebut adalah: a. Sabar dalam menanggapi

pertanyaan murid. b. Senantiasa bersifat kasih, tanpa pilih kasih (objektif). c. Duduk

dengan sopan, tidak riya atau pamer. d. Tidak takabur, kecuali terhadap orang yang

dzalim dengan maksud mencegah tindakannya. e. Bersikat tawadhu’, dalam setiap

pertemuan ilmiah f. Sikap dan pembicaraannya hendaknya tertuju pada topic

permasalahan. g. Memiliki sifat bersahabat dengan semua murid-muridnya. h.

Menyantuni dan tidak membentak orang-orang bodoh. i. Membimbing dan mendidik

murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-baiknya. j. Berani berkata tidak tahu

terhadap masalah yang anda persoalkan. k. Menampilkan hujjah yang benar, apabila dia

dalam kondisi yang salah, ia bersedia merujuk kembali kepada rujukan yang benar (Al-

Ghazali dalam Nizar, 2002: 88).

Guru/Setiap guru berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang pengajaran);

b. Manager of intruction (pengelola pengajaran); c. Evaluator of student learning (penilai

prestasi belajar siswa) (Gagne dalam Syah, Muhibbin, 2007:250).

Guru/Setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini, yaitu: 1)

identifiaksi masalah pembelajaran; 2) mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa

dilakukan; 3) memilih alternatif model pembelajaran yang digunakan; 4) merancang

rencana pembelajaran; 5) mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model

pembelajaran yang dipilih; 6) melaksanakan pembelajaran; 7) mengobservasi proses

pembelajaran; 8) mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar

siswa di kelas; 9) melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas;

serta (10) mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk

kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya (Hendayana

dkk., 2006:10).

Page 135: Ensiklopedi pendidikan

Guru/Setidaknya ada 7 (tujuh) ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru yaitu: a. Guru

bekerja semata-mata hanya memberi pelayanan kemanusiaan bukan usaha untuk

kepentingan pribadi b. Guru secara hukum dituntut memenuhi berbagai persyaratan

untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi

anggota profesi keguruan. c. Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan

yang tinggi. d. Guru dalam organisasi profesional memiliki publikasi yang dapat

melayani para guru sehingga tidak ketinggalan bahkan selalu mengikuti perkembangan

yang terjadi. e. Guru selalu diusahakan mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar,

konvensi dan terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service. f. Guru diakui

sepenuhnya sebagai suatu karir hidup (a live carier). g. Guru memiliki nilai dan etika

yang berfungsi secara nasional maupun secara local (Sagala, 2000: 216-217).

Guru/Sifat-sifat guru muslim adalah sebagai berikut: hendaknya tujuan, tingkah laku

dan pola pikir guru bersifat Rabbani; ikhlas; sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu

kepada peserta didik; jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya; senantiasa

membekali diri dengan ilmu dan bersedia mengkaji dan mengembangkannya; mampu

menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi; mampu mengelola peserta

didik; mempelajari kehidupan psikis peserta didik selaras dengan masa

perkembangannya; tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang

mempengaruhi jiwa, kenyakinan, dan pola pikir peserta didik; dan bersikap adil diantara

para peserta didik (Abdurrahman Al-Nahlawy dalam Muhaimin, 2002:95-96).

Guru/Sifat-sifat guru muslim sebagai berikut: a. Kasih sayang pada murid. b. Senang

memberi nasihat. c. Senang memberi peringatan. d. Senang melarang murid melakukan

hal yang tidak baik. e. Bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan

lingkungan murid. f. Hormat pada pelajaran lain yang bukan pegangannya. g. Bijak

dalam memilih bahan pelajaran yang sesuia dengan taraf kecerdasan murid. h.

Mementingkan berfikir dan berijtihad. i. Jujur dalam ilmu. j. Adil (Mahmud Yunus dalam

Ahmad, 1992:84).

Guru/Syarat guru adalah sebagai berikut: a. Tentang umur, harus sudah dewasa. b.

Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani. c. Tentang kemampuan mengajar,

ia harus ahli. d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi (Soejono dalam Ahmad,

1992:80).

Guru/Syarat untuk menjadi pendidik atau guru yaitu: a. Dia harus beragama. b. Mampu

bertanggung jawab atas kesejahteraan agama. c. Dia tidak kalah dengan guru-guru

sekolah umum lainnya dalam membentuk warga negara yang demokratis dan tanggung

jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air. d. Dia harus memiliki perasaan

panggilan nurani (roeping)( H. Mubangkit dalam Hamdani & Fuad, 2007:102).

Guru/Syarat-syarat untuk menjadi guru ialah: a. Syarat fisik: 1) Bentuk badannya bagus.

2) Manis mukanya (berseri-seri). 3) Lebar dahinya. 4) Dahinya tidak tertutup oleh

rambutnya (bermuka bersih). b. Syarat psikis: 1) Berakal sehat. 2) Hatinya beradab. 3)

Tajam pemahamannya. 4) Adil. 5) Bersifat perwira. 6) Luas dada. 7) Bila berbicara lebih

Page 136: Ensiklopedi pendidikan

dahulu terbayang dalam hatinya. 8) Dapat memilih perkataan yang mulia dan baik. 9)

Perkataannya jelas, mudah dipahami dan berhubungan satu sama lain. 10) Menjahui

segala sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tidak jelas (Al-Qoliqosadi –

sorang pendidik Islam pada zaman khalifah Fatimah di Mesir – dalam Hamdani & Fuad,

2007:102-103).

Guru/Tanggungjawab seorang guru sebagai guru yang professional menurut Oemar

Hamalik antara lain yaitu: a. Guru harus menuntut murid-murid belajar. b. Turut serta

membina kurikulum sekolah. c. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian,

watak, dan jasmaniah). d. Memberikan bimbingan kepada murid; melakukan diagnosis

atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar. e.

Menyelenggarakan penelitian; mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. f. Menghayati,

mengamalkan, dan mengamankan pancasila. g. Turut serta membantu terciptanya

kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. h. Turut menyukseskan

pembangunan. i. Tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru (Hamalik,

2001:127-133).

Guru/Tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang turut

mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang

berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku,

kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya.

Tingkat kualitas kinerja guru ini selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan

yang dihasilkan serta pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan

sekolah secara keseluruhan (Lamatenggo, 2001:98).

Guru/Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat, bahkan guru pada

hakikatnya merupakkan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam

menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor

condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam

kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini (Usman, 1990:4).

Guru/Tugas dan tanggungjawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat

berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari

masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat (Saud, 2009:34).

Guru/Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi

pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta

didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau

tindakan yang kurang disiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka

mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau

teladan, pengawas dan pengendali seluruh perilaku peserta didik (Mulyasa, 2007:126).

Guru/Tugas guru pembimbing adalah: a. assesment of the individual’s and other

characterictics; b. counseling the individual; c. group counseling and guidance activities;

d. Career guidance, including the providing of occupational education information,

eplecement, follow up, and accountability evaluation, and ; f. Consultation with teacher

Page 137: Ensiklopedi pendidikan

and other school personnel,parent,pupils, in group and appropriate community

agencies (Gibson and Mitchell, 1987:67).

Guru/Tugas guru secara garis besar, yaitu: a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk

kecakapan, kepandaian, dan pengalaman empirik kepada peserta didik. b. Membentuk

kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai dasar negara. c. Mengantarkan peserta

didik menjadi warganegara yang baik. d. Mengarahkan dan membimbing peserta didik

sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak, dan bersikap. e.

Memfungsikan diri antara sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. f. Harus

mampu mengawal dan menegakkan disiplin, baik kepada dirinya sendiri, peserta didik

serta orang lain. g. Memfungsikan diri sebagai manager dan administrator yang

disenangi. h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai anamat profesi. i. Guru di

beri tanggungjawab paling besar dalam hal perencanaan dan pelaksanaan kurikulum

serta evaluasi keberhasilannya. j. Membimbing peserta didik untuk belajar memahami

dan menyelesaikan yang dihadapi peserta didiknya. k. Guru harus merangsang peserta

didik untuk memiliki semangat yang tinggi dalam membentuk kelompok studi serta

dalam mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya

pengalaman (Roestiyah N. K dalam Sagala, 2009: 12).

Guru/Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,

mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarrub ila Allah. Sementara An-

Nahlawi menyatakan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah

tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik

kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada

pada fitrah-Nya yang hanif (Imam Al-Ghazali dalam Samsul, 2002: 44).

Guru/Tugas pokok guru antara lain: 1. Guru sebagai pengajar. Ia harus menampilkan

pribadinya sebagai cendekiawan (scholar) dan sekaligus juga sebagai pengajar (teacher).

Dengan demikian yang bersangkutan itu harus menguasai: a. Bidang displin ilmu

(scientific discipline) yang akan diajarkannya, baik aspek substansinya maupun

metodologi penelitian dan pengembangannya. b. Cara mengajarkannya kepada orang

lain atau bagaimana cara mempelajarinya. 2. Guru sebagai pengajar dan juga sebagai

pendidik Ia harus menampilkan pribadinya sebagai ilmuan dan sekaligus sebagai

pendidik, sebagai berikut: a. Menguasai bidang disiplin ilmu yang diajarkannya b.

Menguasai cara belajar dan mengadministrasikannya. c. Memiliki wawasan dan

pemahaman tentang seluk beluk kependidikan, dengan mempelajari: filsafat

pendidikan, sejarah pendidikan, dan psikologi pendidikan 3. Guru sebagai pengajar,

pendidik dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat. Yang diharapkan

dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan pendidik peserta didiknya dalam

berbagai situasi (individual, kelompok, di dalam dan di luar kelas, formal dan non

formal, serta informal) (Saud, 2009: 36).

Page 138: Ensiklopedi pendidikan

Guru/Tugas pokok guru pembimbing meliputi: 1) penyusunan program, 2)

melaksanakan program, 3) melaksanakan evaluasi program, 4) melaksanakan analisis

hasil evaluasi program, 5) melakukan tidak lanjut hasil analisis (Depdikbud, 1997:84).

Guru/Tugas utama guru menurut DEPDIKBUD adalah: a. Tugas profesional yaitu

mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian, mengajar dalam rangka

menyeimbangkan kemampuan berpikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina

keterampilan. b. Tugas manusiawi yaitu membina peserta didik dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan manusia yang

optimal serta pribadi yang mandiri. c. Tugas kemasyarakatan, yaitu dalam rangka

mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 (Darmadi, 2009: 56).

Guru/Tujuh sifat yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: a. Memiliki sifat zuhud, tidak

mengutamakan materi dan mengajar karena mencari ridhaan Allah SWT semata. b.

Seorang guru memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk. c. Seorang

guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. d. Seorang guru harus bersifat pemaaf

terhadap murid-muridnya. e. Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai

seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru. f. Seorang guru harus mengetahui

bakat, tabiat dan watak muridmuridnya. g. Seorang guru harus menguasai bidang yang

akan diajarkannya (Muhammad Athiyah al-Abrasy dalam Abuddin, 1997: 71-76).

Guru/Unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johnson

mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c)

kemampuan personal (pribadi). Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi: a.

Kemampuan profesional mencakup: 1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas

penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan

yang diajarkannya itu. 2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan. 3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan

pembelajaran siswa. b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan

diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya

sebagai guru. c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup: 1) Penampilan sikap yang

positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi

pendidikan beserta unsur-unsurnya. 2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan

nilai-nilai seyogianya dianut oleh seseorang guru. 3) Penampilan upaya untuk

menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya (Yamin, 2007: 4-

5).

Guru/Unjuk kerja guru pembimbing meliputi: 1. Memberikan layanan dalam BK. 2.

Mengorganisasikan program BK. 3. Menyusun program BK. 4. Memasyarakatkan

pelayanan BK. 5. Mengungkapkan masalah klien. 6. Menyelenggarakan pengumpulan

data, tentang minat, bakat dan kepribadian. 7. Menyusun dan mengungkapkan

himpunan data (Cummulatif Record). 8. Menyelenggarakan konseling perorangan. 9.

Menyelenggarakan BK Kelompok. 10. Menyelenggarakan orientasi studi siswa. 11.

Page 139: Ensiklopedi pendidikan

Penyelenggaraan kegiatan ko dan ekstrakurikuler 12. Membantu guru bidang studi

dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan dan program pengayaan. 13.

Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar. 14. Menyelenggarakan pelayanan

penempatan dan penyaluran siswa. 15. Menyelenggarakan bimbingan karir. 16.

Menyelenggarakan konferensi kasus. 17. Menyelenggarakan terapi perpustakaan. 18.

Melakukan kunjungan rumah. 19. Menyelenggarakan konseling keluarga. 20.

Merangsang perubahan lingkungan klien. 21. Menyelenggarakan konsultasi khusus. 22.

Mengantar dan menerima alih tangan kasus (referal). 23. Menyelenggarakan diskusi

profesional BK. 24. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam BK. 25.

Menyelenggarakan dan memahami hasil penelitian dalam BK. 26. Menyelenggarakan

kegiatan BK pada lembaga/lingkungan kerja yang berbeda (Wibowo, 1995).

Guru/Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru

adalah sebagai berikut: 1). Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk

menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh

kesabaran dan tanggung jawab. 2). Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang

dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

diberikan kepadanya. 3). Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan

seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas

keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang

karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya (Siswanto

dalam Lamatenggo, 2001: 34).

Guru/Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru

atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses

dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni: a. Merencanakan

program belajar mengajar. b. Menguasai bahan pelajaran. c. Melaksanakan dan

memimpin/mengelola proses belajar mengajar. d. Menilai kemajuan proses belajar

mengajar (Sudjana, 1998: 20-22).

Guru/Untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki

kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi: a.

Menguasai bahan meliputi: 1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;

2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi; b. Mengelola program belajar

mengajar, meliputi: 1) Merumuskan tujuan intsruksional; 2) Mengenal dan dapat

menggunakan prosedur instruksional yang tepat; 3) Melaksanakan program belajar

mengajar; 4) Mengenal kemampuan anak didik; c. Mengelola kelas, meliputi: 1)

Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran; 2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang

serasi; d. Menggunakan media atau sumber, meliputi: 1) Mengenal, memilih dan

menggunakan media; 2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana; 3)

Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar; 4) Menggunakan micro

teaching untuk unit program pengenalan lapangan; e. Menguasai landasan-landasan

Page 140: Ensiklopedi pendidikan

pendidikan. f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa

untuk kepentingan pelajaran. h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan

penyuluhan: a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan; b.

Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; i. Mengenal dan

menyelengarakan administrasi sekolah; j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan

hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.21 (Ahmad Sabri dalam Namsa,

2006: 37-38).

Guru/Untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa

diantaranya ialah: a. Harus memiliki bakat sebagai guru. b. Harus memiliki keahlian

sebagai guru. c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental

yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g.

Guru adalah manusia berjiwa pancila. h. Guru adalah seorang warga neraga yang baik

(Departemen Agama, 2005: 205).

Guru/Untuk menjadi profesional seorang guru di tuntut untuk memiliki lima hal: a. Guru

mempunyai komitmen pada peserta didik dan PBM. b. Guru menguasai secara mendalam

mata pelajaran yang diajarkannya. c. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar

melalui berbagai cara evaluasi. d. Guru mampu berfikir sistematis. e. Guru seyogyanya

merupakan bagian dari masyarkat belajar dalam lingkungan profesinya (Suriyadi dalam

Alma dkk., 2009: 133).

Guru/Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:

Pertama, guru mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti

bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa; Kedua, guru

menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara

mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan, Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil

belajar; Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa apa yang akan

dilakukannya , dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk

guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk

bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan

buruk dampaknya pada proses belajar siswa; Kelima, guru seyogianya merupakan

bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita,

PGRI dan organisasi profesi lainnya (Supriadi, 1998: 98).

Guru/Yang termasuk dalam persyaratan pribadi, diantaranya: a. Berbudi pekerti luhur

dan berbadan sehat. b. Memiliki kecerdasan yang cukup. c. Memiliki temperamen yang

tenang. d. Kesetabilan dan ketenangan emosional. Sementara itu yang termasuk dalam

persyaratan jabatan adalah: a. Pengetahuan tentang manusia dan masyarakat seperti

antroplogi, sosiologi, sosiologi pendidikan, dan psikologi. b. Pengetahuan dasar

fundamental jabatan profesi seperti ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. c. Pengetahuan

keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, seperti matematika,

Page 141: Ensiklopedi pendidikan

sejarah, biologi, dan sebagainya. d. Keahlian dalam kepemimpinan pendidikan yang

demokratis seperti human public relation yang luas dan baik. e. Memiliki filsafat

pendidikan yang pasti dan tetap, serta dapat dipertanggungjawabkan (Hasbullah, 2005:

20-21).

Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi

(Sardiman, 2002: 89).

Hadiah/Macam-macam reward adalah sebagai berikut: 1) Pemberian angka atau nilai,

2) Pemberian hadiah, 3) Pemberian pujian, 4) Pemberian penghargaan (Sardiman, 2002:

89).

Hambatan-hambatan Manajemen Kelas: a. Faktor guru, faktor penghambat yang datang

dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar

mengajar yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik,

pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta didik yang

kurang (Rohani & Ahmadi, 151-152). b. Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah

peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas,

besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya,

ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya

(Rohani & Ahmadi, 151-152). c. Faktor sekolah sebagai lembaga pendidikan. Faktor ini

meliputi: pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan, pengaturan

upacara bendera pada setiap hari Senin dan masalah-masalah yang bertalian dengan

disiplin (Wijaya & Rusyan, 135).

Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga disebut generalisasi, generalisasi

dalam arti ini berupa suatu proporsi universal (Soekadijo, 1999:134).

Hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural adalah aturan dan proses dari

pengetahuan prosedural mempunyai dasar atau konsep bermakna, serta perlambangan

yang digunakan mewakili konsep yang sesuai Prosedur yang tanpa dasar konseptual

menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan hafalan (Muhsetyo, 2001:21).

Hukum perkembangan rohani yang dianggap penting, seperti: (1). Hukum bertahan dan

berkembang sendirii, adanya hukum inio mendorong anak untuk makan dan minum dan

mempertahankan diri juga ingin mencari kepandaian dan pengetahuan baru. Dorongan

ini kelihatan dalam kegiatan bermain, ingin tahu dan bergerak (2). Hukum tempo

perkembangan, perkembangan anak tidak sama waktunya, tiap anak mempunyai tempo

perkembangannya sendiri, ada anak yang cepat pandai dan ada yang lambat. (3). Hukum

konvergensi, perkembangan anak ditentukan oleh kerjasama antar faktor pembawaan

dan faktor millieu (lingkungan) atau dengan kata lain oleh pendidikan dan bakat. (4).

Hukum irama perkembangan, perkembangan fungsi-fungsi itu berjalan tidak lurus ke

atas tetapi liku-liku, melompat, diam dan penuh kegoncangan kadang-kadang maju,

kadang-kadang berhenti, kadang-kadang mundur, jadi perkembangan jiwa anak

seolah-olah mengikuti suatu irama. (5). Hukum masa peka, dalam masa perkembangan

ada suatu waktu dimana suatu fungsi muncul dan meminta dikembangkan. Waktu

Page 142: Ensiklopedi pendidikan

munculnya itu disebut masa peka dan merupakan waktu yang palikng baik untuk

dikembangkan sedangkan timbulnya masa peka pada setiap anak berbeda-beda

(Kartono, 1992: 41-42).

Index card matc/Kemudian index card matc (mencari pasangan jawaban). Yaitu suatu

cara yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk

menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan (Fatah,

2008:184).

Index card matc/Tujuan penerapan strategi index card match ini, yaitu untuk melatih

peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi

pokok (SM, 2008:82).

Induksi merupakan suatu kegiatan budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang

kita ketahui benar untuk kasus-kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus yang

serupa dengan yang tersebut tadi untuk hal-hal tertentu (Mill dalam Shadiq, 2004: 4).

Induktif/Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka makin tinggi

probabilitas kebenaran konklusinya dan sebaliknya (Soekadijo, 1999:134).

Informal/Begitu pula dengan suasana rumah, situasi rumah yang gaduh/ramai dan

semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anakyang belajar (Slameto, 1988:

65).

Informal/Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak.

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dapat

menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya,dan nilai atau hasil

belajar yang anak dapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya

(Slameto, 1988: 64).

Informal/Hubungan antar anggota keluarga yang terpenting adalah hubungan antar

anak dengan orang tua, begitu juga hubungan antar anak dengan anggota keluarga

lainnya, semua itu turut mempengaruhi belajar anak (Slameto, 1988: 64).

Ingkaran dari disjungsi p v q adalah ~(p v q) @ (~p Ù ~q) (Aminulhayat, 2004:136).

Ingkaran dari biimplikasi “p Û q” adalah ~( pÛ q) @ (p Ù ~q) v (q Ù ~p) (Tampomas,

2004:194).

Ingkaran dari implikasi “p Þ q” adalah ~( p Þ q) @ p Ù ~q (Tampomas, 2004: 194).

Ingkaran dari konjungsi p Ù q adalah ~(p Ù q) @ (~p v ~q) (Aminulhayat, 2004:136).

Inkuiri/Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode inkuiri yaitu: a. Metode inkuiri

menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,

artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti

dari materi pelajaran itu sendiri. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan

demikian, metode inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi

Page 143: Ensiklopedi pendidikan

sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. c. Tujuan dari penggunaan metode

inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,

atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya

(Sanjaya, 2007: 196-197).

Inkuiri/Dalam inquiry, sesorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist),

melakukan demonstrasi, dan mampu melakukan proses mental berinquiry, adalah

sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami. b.

Merumuskan masalah-masalah. c. Merumuskan hipotesis-hipotesis. d. Merancang

pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen. f.

Mensistensikan pengetahuan. g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu,

keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung

jawab (Hamalik, 2007: 219-220).

Inkuiri/Dalam pendekatan inquiry berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa

sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli

penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-

langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan

penjelasan yang menunjang pengalaman (Nuryani R, 2005: 95).

Inkuiri/Inquiry berasal dari bahasa inggris “Inquiry”, yang secara harfiah berarti

penyelidikan (Mulyasa, 2007: 108).

Inkuiri/Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berarti

membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan

dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang dilakukan oleh para ahli

penelitian. Untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan

langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuatramalan, dan

penjelasan yang menunjang pengalaman (Nuryani, 2005: 95).

Inkuiri/Metode ini (inkuiri) merupakan suatu bentuk instruksional kognitif, yang

memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara aktif menggunakan konsep-

konsep dan prinsip dan melakukan demonstrasi yang memberi kesempatan siswa untuk

menemukan konsep dan prinsipprinsip sendiri (Arifin dkk, 2005: 61).

Inkuiri/Metode inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,

manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu

tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui

indrah pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan inderaindera lainnya. Hingga

dewasa keingintahuan manusia secara terusmenerus berkembang dengan

menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna

(meaningfull) manakala didasari keingintahuan itu. Dalam rangka itulah pendekatan

inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2007: 196).

Page 144: Ensiklopedi pendidikan

Inkuiri/Metode inkuiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) inkuiri terpimpin (guided

inquiry) dan (2) inkuiri bebas atau terbuka (openended inquiry). Perbedaan antara

keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari

kegiatannya. Pada inkuiri terpimpin guru membimbing siswa melakukan kegiatan

dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri

terpimpin dapat dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa,

untuk kemudian dapat diikuti oleh open ended inquiry atau inkuiri terbuka. Pada inkuiri

terbuka guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan

pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan. mungkin mengarah

pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah sebelumnya

(Nuryani, 2005: 95).

Inkuiri/Metode inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai

berikut: a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada

kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik)

dan sesuai dengan nalar siswa. b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar

siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. c. Adanya fasilitas dan

sumber belajar yang cukup. d. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya,

dan berdiskusi. e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar f. Guru tidak

banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa (Sudjana, 2007: 154-

155).

Inkuiri/Prinsip-prinsip Metode Inkuiri adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada

pengembangan intelektual. Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan

kemampuan berpikir. Dengan demikian, pendekatan inkuiri ini selain berorientasi

kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip interaksi. Proses

pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa

maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.

c. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode

inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. d. Prinsip

belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi

belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan

potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbic,

maupun otak neokortek. e. Prinsip keterbukaan. Belajar adalah proses mencoba

berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak

perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan

logika dan nalarnya (Sanjaya, 2007: 199-201).

Inkuiri/Proses inquiry adalah proses berpikir bila seseorang terlibat dalam kegiatan yang

meliputi: mengobservasi, meramalkan, menyarankan, merencanakan penelitian,

merumuskan hipotesis, mengiterpretasikan data, mengontrol variabel, melakukan

percobaan, dan mengkomunikasikan (Mulyati, 2005: 63).

Page 145: Ensiklopedi pendidikan

Inkuiri/Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat

dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Orientasi.

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu: 1)

Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,

mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. 3)

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka

memberikan motivasi belajar siswa. b. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah

merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir

memecahkan teka-teki. Dikatakan, teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji

disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari

jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,

diantaranya: 1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki

motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang

hendak dikaji 2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang

jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan

masalah yang menuntut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan

mendapatkan jawabannya secara pasti 3) Konsep-konsep dalam masalah adalah

konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum

masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu

bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam

rumusan masalah. c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari

suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu

diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya

sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan

setiap individu untuk menebak atau mengira-mengira (berhipotesis) dari suatu

permasalahan. d. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring

informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru

dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis. Menguji

hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan

data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting

Page 146: Ensiklopedi pendidikan

dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang

diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan

berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah

proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering

terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang

dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa

data mana yang relevan (Sanjaya, 2007: 202-205).

Instrumen dikatakan reliabel apabila harga r yang diperoleh paling tidak mencapai

0,60 (Nurgiyantoro dkk, 2004:350).

Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam suatu penelitian (Djaali, 2000: 87).

Instrumen dikatakan valid apabila mampu menggali apa yang diinginkan dan

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto (1993:135).

Instrument pengumpul data dikatakan valid bila mampu dan dapat mengungkap data

atau informasi dari suatu variable yang diteliti secara tepat dan mampu mengukur apa

yang diinginkan atas penelitian tersebut. Tinggi rendahnya koefisien validitas

menggambarkan kemampuan mengungkap data atau informasi dari variabel tersebut

(Sugiyono, 2004: 110).

Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah

kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih

sukses (Syah, Muhibbin, 2004: 134).

Interaksi merupakan bentuk komunikasi guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas. Interaksi yang terjadi haruslah interaksi edukatif (Rohani,

2004: 93).

Interaksi siswa-siswa penting untuk mengontruksi pengetahuan matematis,

mengembangkan kompetensi pemecahan masalah dan penalaran,mendorong rasa

percaya diri dan memperoleh keterampilan sosial (Jacob, 2002:378).

Interaksi/Dalam interaksi edukatif baik siswa maupun guru menjalankan tugasnya

masing-masing. Guru sebagai salah satu sumber dan yang mengorganisir, menfasilitasi,

serta memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan siswa

melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan

adanya perubahann tingkah laku kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan bantuan

dan bimbingan guru (Syah, Darwyn, 2007: 113).

Interview (wawancara) dapat dikatakan pula sebagai bentuk komunikasi verbal semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2006: 107).

Page 147: Ensiklopedi pendidikan

IPS/Ada beberapa tujuan lain yang hendak dicapai melalui pengajaran IPS di sekolah.

Menurut ’the social science education frame work for california school’, tujuan IPS

adalah: a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian berdasarkan data

generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun bersifat interdisipliner/ komprehensif

dari berbagai cabang ilmu sosial. b. Membina siswa ke arah nilai-nilai kemasyarakatan

serta dapat mengembangkan dan menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya c.

Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, dan menghayati adanya

keanekaragaman dan kesamaan kultur maupun individu. d. Membina siswa agar dapat

mengembangkan dan mempraktekkan keanekaragaman ketrampilan studi, kerja, dan

intelektualnya secara pantas sebagaimana diharapkan oleh ilmu-ilmu sosial e. Membina

siswa berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, baik sebagai individu maupun

sebagai warga masyarakat (Zuhri, 2004: 9).

IPS/Bidang studi IPS mencakup pengetahuan, sikap, dan nilai yang harus dikembangkan

dalam diri siswa. Menurut Waney, semuanya itu harus dikembangkan berdasarkan

dimensi siswa sebagai pribadi dan makhluk sosial serta sebagai warga negara Indonesia

yang berkepribadian Pancasila. Untuk itu perlu dikembangkan kepribadian siswa melalui

(Zuhri, 2004: 10).

IPS/Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan

siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas

ia mengatakan ’to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic

society’. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan

siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang

dihadapinya (Solihatin & Rahardjo, 2007: 14).

IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari

beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora (humanities), yang

mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat (Suderadjat,

2004: 49).

IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS merupakan bagian dari

kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi,

sejarah, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial (Tim Pustaka

Yustisia, 2007: 336).

IPS/Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuh dan berkembang

sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan

terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin

Page 148: Ensiklopedi pendidikan

mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih Djahiri dalam

Solihin & Rahardjo, 2007: 14).

IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja dalam Trianto. 2007:121).

IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja yang dikutip dalam Trianto,

2007: 121).

IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental

positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja dalam Trianto, 2007: 121).

IPS/Pembelajaran IPS adalah diharapkan mampu membina suatu masyarakat yang baik,

dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional

dan bertanggung jawab yang dapat menciptakan nilai-nilai budaya kemanusiaan yang

baik di kemudian hari (Kosasih Djahiri dalam Zuhri, 2004: 9).

IPS/Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek ‘pendidikan’ daripada

‘transfer konsep’, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih

sikap, nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya

(Martorella dalam Solihatin & Raharjo, 2007:14).

Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif jenis jigsaw siswa belajar kelompok kecil yang

terdiri dari 4-6 orang, heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri (Yuzar dalam Isjoni, 2010:79).

Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapan-tahapan

penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap pembentukan kelompok dan pembagian submateri. 2)

Tahap mempelajari, memahami, dan diskusi dengan kelompok ahli. 3) Tahap kembali

dikelompok asal, untuk saling menjelaskan atau menerangkan dengan anggota

kelompoknya. 4) Tahap evaluasi atau tes. 5) Tahap pemberian penghargaan kelompok

(Isjoni, 2007:54).

Jigsaw/Dalam penyelenggaraan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok belajar yang heterogen, dengan menggunakan pola

kelompok asal dan kelompok ahli.jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-

masing kelompok harus dibatasi agar kegiatan balajar dapat berlangsung secara efektif.

Page 149: Ensiklopedi pendidikan

Kelompok yang terdiri dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam Isjoni,

2004:55).

Jigsaw/Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya dikembangkan oleh

Aronson dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh Slavin dkk di Universitas John

Hopkin (Lie, 2002:73).

Jigsaw/Pembelajaran koooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajar

kooperatif yang mendorong siswa aktif dansaling membantu dalam menguasai materi

pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007:54).

Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010:77).

Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007:54).

Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya dikembangkan oleh Aronsok

dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh Slavin dkk di Universitas Johan Hopkin (Lie,

2002:73)

Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapan-tahapan penyelenggaraan

yaitu: a). Tahap pembentukan kelompok dan pembagian submateri. b). Tahap

pembelajari, memahami, dan diskusi dengan kelompok ahli. c). Tahap kembali

dikelompok asal, untuk saling menjelaskan atau menerangkan dengan anggota

kelompoknya. d). Tahap evaluasi atau tes. e). Tahap pemberian penghargaan kelompok

(Isjoni, 2007: 54).

Kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: a. Kebijakan yang

berkenaan dengan fungsi esensial, seperti: kurikulum, penetapan rekuitmen dan

penerimaan peserta didik. b. Kebijakan mengenai lembaga individual dan keseluruhan

siswa kependidikan. c. Kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan penarikan

tenaga kerja, promosi, pengawasan, dan penggantian keseluruhan staf. d. Kebijakan

berkaitan dengan pengalokasian sumber daya non manusia, seperti sumber finansial,

gedung dan perlengkapan-perlengkapan (Sagala, 2009: 121).

Kebijakan/Adapun tiga tahapan kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Formulasi

kebijakan. Formulasi kebijakan adalah perumusan atau pembuatan. Jadi, formulasi

kebijakan adalah pembuatan/perumusan suatu kebijakan dalam pendidikan. Berikut

adalah tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan: a) Penyusunan

agenda, yakni menempatkan masalah pada agenda pendidikan. b) Formulasi kebijakan

yakni merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. c) Adopsi kebijakan

yakni kebijakan alternatif tersebut diadopsi/diambil untuk solusi dalam menyelesaikan

suatu masalah. d) Implementasi kebijakan yakni kebijakan yang telah diambil dan

dilaksanakan dalam pendidikan. e) Penilaian kebijakan yakni tahap ini tahap penilaian

dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebijakan pendidikan

Page 150: Ensiklopedi pendidikan

(Syafaruddin, 2008:81-82). (2) Implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pada

intinya adalah cara yang dilaksanakan agar sebuah kebijakan tersebut dapat mencapai

tujuan. Implementasi kebijakan adalah serangkaian aktifitas dan keputusan yang

memudahkan pernyataan kebijakan dalam pembuatan kebijakan terwujud ke dalam

prakteknya/realisasinya. Terdapat empat faktor penting dalam mengimplementasikan

kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana kebijakan dan struktur

birokrasi.Untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan ada dua cara, yaitu: yang

pertama, secara langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program

pendidikan, yang kedua dapat melalui kebijakan turunan dari kebijakan pendidikan

nasional tersebut (Syafaruddin, 2008:88). (3) Evaluasi kebijakan. Setelah adanya

pelaksanaan kebijakan kemudian diadakan pengevaluasian dalam kebijakan pendidikan,

karena akan dapat diketahui sejauh mana pelaksanaan tersebut dapat tercapai. Menurut

Putt dan Springer bahwa evaluasi adalah langkah menerima umpan balik yang utama

dari proses kebijakan (Syafaruddin, 2008:88).

Kebijakan/Dalam suatu kebijakan pendidikan ini terdapat tiga tahap kebijakan yaitu:

formulasi, implementasi, dan evaluasi. Kepala madrasah sebagai petugas yang

profesional dituntut untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan

mengevaluasikan dari kebijakan pendidikan tersebut (Syafaruddin, 2008:117).

Kebijakan/Terdapat lima jenis kebijakan pendidikan yang mencakup: a.

Penataan/penyusunan tujuan dan sasaran lembaga pendidikan. b. Mengalokasikan

sumber daya untuk pelayanan pendidikan. c. Menentukan tujuan pemberian pelayanan

pendidikan. d. Menentukan pelayanan pendidikan yang hendak diberikan. e.

Menentukan tingkat investasi dalam mutu pendidikan untuk memajukan pertumbuhan

ekonomi (Beare dan Boyd dalam Syafaruddin, 2008:117-118).

Kebutuhan/Empat dasar kebutuhan manusia, yaitu: a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu

demi kegiatan itu sendiri. b. Kebutuhan untuk menyenangkan hati orang lain. c.

Kebutuhan untuk mencapai hasil. d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan (Nasutiion,

1982:77).

Kebutuhan/Macam-macam kebutuhan sebagai berikut: a. Kebutuhan akan afeksi, di

mana seseorang ingin memperoleh respon atau perlakuan hangat dari orang lain,

misalnya dari guru, orang tua, atasan dan lain-lain. b. Kebutuhan untuk diterima di

lingkungan kawan-kawan yang sebaya, atau dalam kelompoknya sehingga ia tidak

merasa disisihkan atau terkucil dari lingkungannya. c. Kebutuhan untuk diterima oleh

tokoh-tokoh otoriter, dalam arti dimengerti pendapat-pendapatnya, kemampuan-

kemampuannya, maupun prestasi-prestasinya. d. Kebutuhan akan rasa bebas dan tidak

terkekang dalam tingkah laku, sejauh tidak bertentangan dengan norma-norma yang

berlaku. e. Kebutuhan akan harga diri, yang sangat diperlukan untuk menumbuhkan

kepercayaan diri (Cronbach Singgih Dirgagunarsa dalam Nasution, 1982:80).

Kecerdasan tidak dapat dilihat atau dihitung (Gardner dalam Sariolghalamin, 2010:162).

Page 151: Ensiklopedi pendidikan

Kelompok yang terdiri dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam Isjoni,

2004:55).

Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses sosialisasi belajar bagi anak, di

dlam keluarga anak akan belajar bergaul, menghargai orang lain, menerima norma-

norma, sikap, dan sebagainya. Sikap dan tingkah laku anak banyak dipengaruhi oleh

keluarga dimana ia dilahirkan dan dimana ia tumbuh (Elizabeth, dalam Martensi

1980:96).

Keluarga/Fungsi keluarga secara umum menurut ST. Vembraiato seperti dikutip oleh

Alisuf Sabri mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya denga si anak yaitu: 1) fungsi

biologik: yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak

berasal dari orang tuanya. 2) Fungsi afektif: yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya

hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan

rasa aman). 3) Fungsi sosialisasi: yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian

anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku,

sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka

pengembangan kepribadiannya. 4) Fungsi pendidikan: yaitu keluarga sejak dahulu

merupakan institusi pendidikan dalam keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk

mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial ekonomi di masyarakat.

Sekarangpun keluarga dikenal dengan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama

dan utam dalma mengembangkan kepribadian dasar anak. 5) Fungsi rekreasi: yaitu

keluarga merupkan tempat atau medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh

afeksi, ketenangan, dan kegembiraan. 6) Fungsi keagamaan: yaitu keluarga merupakan

pusat pendidikan upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, dan samping peran

yang dilakukan oleh institusi agama. Fungsi ini penting artinya bai penanaman jiwa

agama pada si anak sayangya sekarang fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran

akibat pengaruh sekularisasi. 7) Fungsi perlindungan: yaitu keluarga berfungsi

memelihara, merawat, dan melindungi si anak baik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh

keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-badan

sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh, mental, anak yatim piatu,

anak-anak nakal dan perusahaan asuransi (Sabri, 1999:16).

Keluarga/Peranan agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar

karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya

sendiri (Gertrudge Jaeger dalam Muin, Idianto 2004:119).

Kemampuan inteligensi ganda memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan

persoalan nyata dalam situasi yang bermacam-macam (Gardner dalam Baharuddin dan

Wahyuni, 2009:146).

Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan seseorang dalam

melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan di atas, maka hal penting yang

Page 152: Ensiklopedi pendidikan

harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orang tua, dsb adalah mengatur faktor-faktor

tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin (Ahmadi & Prasetya, 2005: 111).

Kemampuan manajerial meliputi kemampuan konsepsional, kemampuan kemanu siaan,

dan kemampuan teknis. Kemampuan manajerial diperlukan untuk melaksa nakan tugas

manajemen secara efektif, tetapi jenis kemampuan yang diterapkan berbeda tergantung

pada tingkat manajer (Gitosudarmo dan Mulyono, 1999:25).

Kemampuan manajerial meliputi: kemampuan konseptual, kemampuan antar hubungan

manusia atau kemampuan antar perorangan, dan kemampuan teknikal (Winardi,

1993:11).

Kemampuan manajerial meliputi: keterampilan teknis (technical skill), keterampilan

manusiawi (human skill), dan ketrampilan konseptual (conceptual skill) (Stoner,

1996:21).

Kemampuan manajerial/Ketiga ketrampilan dalam kemampuan manajerial sangat

penting untuk manajemen yang efektif, pentingnya setiap kemampuan untuk manajer

tertentu tergantung pada tingkatannya dalam organisasi. Keterampilan teknis adalah

yang terpenting pada tingkatan manajemen yang terendah (first level manager),

keterampilan itu semakin berkurang kalau manajer itu naik ke jenjang perintah.

Keterampilan konseptual makin terasa semakin naik ke tingkatan puncak manajemen

(top manager). Keterampilan personal sangat penting pada setiap tingkatan organisasi.

Setiap manajer menyelesaikan pekerjaannya melalui orang lain. Keterampilan teknis

atau konseptual yang tinggi tidaklah berarti jika tidak dapat dimanfaatkan untuk

mengilhami dan mempengaruhi organisasi lainnya (Katz dalam Stoner, 1996:21).

Kepala madrasah adalah orang yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan perjalanan

sekolah sebagai orang yang berada di tataran paling atas, kepala madrasah dituntut

untuk mampu mengendalikan sekolah, baik ke dalam maupun keluar. Ke dalam artinya

kepala madrasah harus bertanggungjawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah

dan tenaga lainnya. Adapun keluar artinya kepala sekolah mampu berkomunikasi serta

melibatkan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah. Selain itu, juga

bertanggungjawab secara kedinasan ke atasnya (Sulhan, 2006:101).

Kepala sekolah adalah manajer pendidikan tingkat sekolah dan ujung tombak utama

dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Kepala sekolah memegang peran paling

penting untuk keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah, dan oleh karena

itu kepala sekolah harus mempunyai kemampuan manajerial yang profesional dalam

mengelola sekolahnya (Hadiyanto, 2004:55).

Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu sekolah (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1997:480).

Kepala sekolah aktif dan dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan

untuk sebagai pengantar menyamakan persepsi, aspirasi dan deskripsi mengenai dewan

sekolah dengan partisipasi masyarakat, sebagai aktivitas yang sinergi melalui interaksi

Page 153: Ensiklopedi pendidikan

yang dinamis dan proporsional untuk mencapai tujuan, yang melibatkan penduduk

setempat, pimpinan setempat, aparat pemerintah dan personil asing (Fattah, 2004:151).

Kepala sekolah berada di titik sentral dari kehidupan sekolah; keberhasilan atau

kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya tergantung pada kualitas

kepemimpinan kepala sekolah (Supriadi, 2001:346).

Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga (Slamet, 2000:46).

Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana prasarana ( Slamet, 2000:46).

Kepala sekolah dalam melakukan supervisi harus: a) mampu merencanakan supervisi,

b) mampu merumuskan tujuan supervisi, c) mampu merumuskan prosedur supervisi, d)

mampu menyusun format observasi untuk supervisi, e) mampu berunding dan bekerja

sama dengan guru pembimbing, (f) mampu melaksanakan supervisi berdasarkan format

yang ada, g) mampu menyimpulkan hasil supervisi, h) dan mampu mengkonfirmasikan

hasil supervisi untuk tindak lanjut (Imron, 1995:91).

Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan: Pertama: menetapkan

sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah menerima saran, kritik yang muncul

dari semua pihak lingkungan baik dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka

ini memberikan kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik

yang membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan pembagian

tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang terlibat lebih memahami

tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya kerjasama dalam rangka mencapai

tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu

kepala sekolah menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru

dan karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugas-tugas

dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan,

tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan pendekatan-pendekatan untuk

meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat

bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan program-program

kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing,

penghargaan bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan

SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara personel,

workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka diharapkan guru-guru

mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu menghasilkan output yang baik

sesuai program yang diselenggarakan. Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan

yang bersifat continue dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek

antara lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatan-hambatan.

Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada tujuan sekolah, agar

pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan rencana yang telah

Page 154: Ensiklopedi pendidikan

ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan ataupun kesalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan kegiatan Keenam: Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi

terhadap uraian tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung

terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian memberikan

masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan kriteria yang

diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatan-hambatan yang

dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya. (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000:26).

Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan: Pertama: menetapkan

sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah menerima saran, kritik yang muncul

dari semua pihak lingkungan baik dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka

ini memberikan kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik

yang membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan pembagian

tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang terlibat lebih memahami

tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya kerjasama dalam rangka mencapai

tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu

kepala sekolah menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru

dan karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugas-tugas

dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan,

tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan pendekatan-pendekatan untuk

meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat

bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan program-program

kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing,

penghargaan bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan

SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara personel,

workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka diharapkan guru-guru

mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu menghasilkan output yang baik

sesuai program yang diselenggarakan. Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan

yang bersifat continue dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek

antara lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatan-hambatan.

Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada tujuan sekolah, agar

pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan ataupun kesalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan kegiatan. Keenam: Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi

terhadap uraian tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung

terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian memberikan

masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan kriteria yang

diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatan-hambatan yang

dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya (Suyanto dan Hisyam, 2000: 26).

Kepala sekolah diharapkan dapat membangun nilai dan keyakinan sekolah yang kokoh

sebagai landasan untuk membangun sekolah yang baik (good school). Nilai dan

Page 155: Ensiklopedi pendidikan

keyakinan dapat menjadi landasan moral perilaku anggota organisasi sekolah. Kepala

sekolah membangun nilai dan keyakinan anggota didasarkan pada visi dan misi sekolah

tersebut (Asrin, 2006:58).

Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer,

administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala

sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator,

supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam

Mulyasa, 2004: 98).

Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer,

administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala

sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator,

supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam E.

Mulyasa, 2004:98).

Kepala sekolah harus memahami dan menggunakan berbagai asas organisasi yang

meliputi: 1) kejelasan tujuan, 2) pembagian kerja, 3) kesatuan perintah, 4) koordinasi,

5) reentangan kontrol, dan 6) kelentukan (Nawawi, 1982:93).

Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting. Dikatakan

sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan program

pelaksanaan pendidikan di setiap sekolah (Purwanto, 1998: 43).

Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pertama dan utama dalam peningkatan

mutu pendidikan di sekolah bersama dengan guru-guru sebagai fasilitator dan

motivator pembelajaran siswa. Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah merupakan

tumpuan keberhasilan manajemen sekolah (Suderadjat, 2005:18).

Kepala sekolah pada hakekat etimologisnya merupakan padanan dari school principal,

yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah

kekepalasekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan

tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting,

karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti

administrasi sekolah (school administrator), pimpinan sekolah (school leader), manajer

sekolah(school manajer), dan sebagainya (Sudarwan, 2003:56).

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif

berikut ini. a. Visi dan Simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-

nilai institusi kepada para staf, para pelajar, dan kepada komunitas yan lebih luas. b.

MBWA adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi. c. Untuk para

pelajar. Istilah ini sama dengan “dekat dengan pelanggan”. Ini memastikan bahwa

institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya. d. Otonomi,

eksperimentasi, dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus

melakukan inovasi di antara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan

yang mengiringi inovasi tersebut. e. Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus

menciptakan rasa kekeluargaan di antara para pelajar, orang tua, guru, dan staf institusi.

Page 156: Ensiklopedi pendidikan

f. Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme adalah sifat-sifat yang

merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan

(Petters dan Austin dalam Sallis, 2006:170-171).

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain

melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi

pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113).

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain

melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi

pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113).

Kepala sekolah sebagai supervisor memegang peranan yang sangat penting dalam: a).

Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan

dan kebutuhan murid, serta membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan. b).

Membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar. c). Memberi bimbingan

yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi. d). Membantu guru memperoleh

kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan berbagai metode mengajar

yang sesuai dengan sifat materinya. e). Membina moral kelompok, menumbuhkan moral

yang tinggi dalam pelaksanaan tugas sekolah pada seluruh staf. f). Memberikan

pimpinan yang efektif dan demokratis (Soetopo dan Soemanto, 1984:55).

Kepala sekolah yang profesional akan memberikan dampak positif antara lain terhadap

efektivitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tanaga

kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis,

kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi)

manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan

berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan

sustainabilitas (Mulyasa, 2003:89).

Kepala sekolah/4 tipe supervise kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu

supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat

konstruktif, supervise yang bersifat kreatif (Briggs dalam Lazaruth, 1988: 33).

Kepala sekolah/Ada enam kompetensi kepala sekolah yang dinyatakan sebagai berikut.

1. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran

yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah 2. Membantu,

membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pengajaran yang

kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan

staf. 3. Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya

sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien,

dan efektif. 4. Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat,

menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi

sumber daya masyarakat. 5. Memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas. 6.

Memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan

budaya yang lebih luas (Dharma (2003) diadaptasi dari CCSSO, 2002).

Page 157: Ensiklopedi pendidikan

Kepala sekolah/Adapun syarat kepala/madrasah adalah sebagai berikut: a. Memiliki

ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama disekolah yang sejenis dengan

sekolah yang dipimpinnya. c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap

dan sifatsifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan. d. Mempunyai

keahlian dan pengetahuan yang luas, terumata mengenai bidang-bidang pengetahuan

pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya. e. Mempunyai ide dan

inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya (Daryanto, 1998: 92).

Kepala sekolah/Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka kepala sekolah

sebagai supervisor ia harus memiliki ketrampilan dasar sebagai seorang supervisor

yaitu: 1) keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) keterampilan dalam

proses kelompok, 3) keterampilan dalam kepemimpinan kependidikan, 4) keterampilan

dalam mengatur personalia sekolah dan 5) keterampilan dalam evaluasi (Kimball Wiles

dalam Sehartian, 2000:18).

Kepala sekolah/Aspek penting peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan

dalam memberdayakan guru mengharuskan para kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan: a. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian

masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu statistik dan

kontrol proses. b. Memilih untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan

tentang bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan

bagaimana seharusnya mereka bersikap. c. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi

manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka. d.

Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi

mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan, pelajar, orang tua, dan partner

kerja. e. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai

dengan pendekatan manajemen top down. f. Memindahkan tanggungjawab dan kontrol

pengembangan tenaga professional langsung kepada guru dan pekerja teknis. g.

Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu di antara tiap orang

yang terlibat di sekolah. h. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta

negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik. i. Memiliki sikap membantu tanpa harus

mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rendah diri. j. Menyediakan

materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim, manajemen proses,

pelayanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan. k. Memberikan teladan yang

baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan

waktu untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan

guru dan pelanggan lainya. l. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai

bos. m. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko. n. Memberikan perhatian

yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orang

tua, dan lainnya), dan kepada para pelanggan internal (pengajar, guru, dan pekerja

lainnya) (Spanbauer dalam Sallis (2006: 176-177).

Page 158: Ensiklopedi pendidikan

Kepala sekolah/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik, tetapi

tidak ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek (Ronald Edmonds dalam

Permadi,1999: 30).

Kepala sekolah/Beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah untuk

mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu: 1). Kegiatan

yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan kegiatan perlu disusun dengan

jelas dan diinformasikan tentang hasil setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih

baik dari ada hukuman, maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4).

Memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah

memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan penghargaan

(Yunus, 2007: 40).

Kepala sekolah/Bentuk kegiatan kepala sekolah yang bersifat teknis adalah: 1) kepala

sekolah menjalankan supervisi kepada guru di kelas, 2) kepala sekolah mengevaluasi

dan merevisi program pengajaran guru, 3) kepala sekolah membuat program

pelaksanaan kegiatan pengajaran dengan menghubungkan kurikulum dengan waktu,

fasilitas, dan personil yang ada, 4) kepala sekolah mengelola program evaluasi siswa, 5)

mengkoordinasi penggunaan alat pengajaran, 6) membantu guru dalam perbaikan

pengajaran, 7) membantu guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 8)

mengatur dan mengawasi tata tertib siswa, 9) menyusun anggaran belanja sekolah, 10)

menetapkan spesifikasi dan inventarisasi pembekalan dan perlengkapan, 11)

melaksanakan administrasi sekolah berupa laporan kegiatan sekolah, 12) mengatur

fasilitas fisik sekolah, meliputi operasional pemeliharaan gedung, halaman,

pengendalian keamanan (Sutisna dalam Setiadi, 2001: 28-29).

Kepala sekolah/Dalam bidang pendidikan, kebijaksanaan desentralisasi harus dapat

menjawab masalah kemerosotan kualitas pendidikan yang disebabkan ketidakmampuan

organisasi sekolah guna menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan

lingkungan Karena itu agar wewenang dan tanggung jawab yang dilimpahkan dapat

dijalankan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompeten sehingga dapat

bekerja secara maksimal (Zamroni, 2003:85).

Kepala sekolah/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber

inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus menjadi data-data

dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus dihayati, dan pada akhirnya guru dan

kepala sekolah itu sendiri harus turut serta dalam membuat keputusan-keputusan

inovasi dalam menaikkan mutu pendidikan (Imat R. Amidjaya dalam Permadi, 1999:28).

Kepala sekolah/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber

inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus menjadi data-data

dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus dihayati, dan pada akhirnya guru dan

kepala sekolah itu sendiri harus turut serta dalam membuat keputusan-keputusan

inovasi dalam menaikkan mutu pendidikan (khususnya di sekolah dasar) (Imat R

Amidjaya dalam Permadi, 1999:28).

Page 159: Ensiklopedi pendidikan

Kepala sekolah/Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam

rangka memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah dituntut

untuk mampu berperan ganda, baik sebagai catalyst, solution givers, process helpers,

dan resource linker. a. Catalyst, berperan meyakinkan orang lain tentang perlunya

perubahan menuju kondisi yang lebih baik, b. Solution givers, berperan mengingatkan

terhadap tujuan akhir dari perubahan, c. Proces helpers, berperan membantu kelancaran

proses perubahan, khususnya menyelesaikan masalah dan membina hubungan antara

pihakpihak yang terkait, dan d. Resource linkers, berperan menghubungkan orang

dengan sumber dana yang diperlukan (Mulyasa, 2003:181).

Kepala sekolah/Dalam rangka profesionalisasi jabatan kepala sekolah, tersedianya

standar kompetensi kepala sekolah menjadi hal yang sangat pokok dan penting, di

samping beberapa prasyarat atau hal lain yang juga penting, yaitu yang berkaitan

dengan penyelenggaraan program sertifikasi dan mekanisme pengangkatan kepala

sekolah. Pentingnya standar kompetensi kepala sekolah tersebut tidak saja sebagai

dasar peningkatan kualifikasi kompetensi kepala sekolah akan tetapi juga sebagai alat

pengendalian mutu (quality control instrument). Tersedianya seperangkat kompetensi

kepala sekolah yang baku merupakan suatu keharusan dalam era otonomi di mana salah

satu pilar utama dalam membangun akuntabilitas adalah adanya standar kinerja di

setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya

(Nurdin, 2001: 6).

Kepala sekolah/Fungsi dan peran kepala sekolah: (1) Sebagai pendidik (educator): a)

Prestasi sebagai guru mata pelajaran. Seorang kepala madrasah dapat melaksanakan

program pembelajaran dengan baik. b) Kemampuan dalam membimbing guru dalam

melaksanakan tugas. c) Mampu memberikan alternatif pembelajaran yang efektif. d)

Kemampuan dalam membimbing karyawan dalam melaksanakan tugas sebagai tata

usaha, pustakawaan, laboratorium, dan bendaharawan. e) Kemampuan membimbing

stafnya lebih berkembang secara pribadi dan profesinya. f) Kemampuan membimbing

bermacam-macam kegiatan kesiswaan. g) Kemampuan belajar mengikuti

perkembangan IPTEK dalam forum diskusi, bahan referensi dan mengikuti

perkembangan ilmu melalui media elektronika. (2) Sebagai manajer: a) Kemampuan

menyusun program secara sistematis, periodik dan kemampuan melaksanakan program

yang dibuatnya secara skala prioritas. b) Kemampuan menyusun organisasi personal

dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada. c) Kemampuan menggerakkan

stafnya dan segala sumber daya yang ada serta lebih lanjut memberikan acuan yang

dinamis, dalam kegiatan rutin dan kontemporer. (3) Sebagai administrator: a)

Kemampuan mengelola semua perangkat KBM secara sempurna dengan bukti data

administrasi yang akurat. b) Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan,

ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan administrasi persuratan dengan baik

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Sebagai supervisor: a) Kemampuan

menyusun program supervisi pendidikan di lembaganya dan dapat melaksanakan

Page 160: Ensiklopedi pendidikan

dengan baik. b) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja

guru dan karyawan. c) Kemampuan memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. (5) Sebagai pemimpin (leader)38: a)

Memiliki kepribadian yang kuat. b) Memahami semua personalnya yang memiliki kondisi

yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lain. c) Memilki upaya

untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan. d) Mau mendengar

kritik/usul/saran yang konstruktif dari semua pihak yang terkat dengan tugasnya baik

dari staf, karyawan atau siswanya sendiri. e) Memiliki visi dan misi yang jelas dari

lembaga yang dipimpinnya. f) Kemampuan berkomuninikasi dengan baik, mudah

dimengerti, teratur, sistematis kepada semua pihak. g) Kemampuan menciptakan

hubungan kerja yang harmonis. membagi tugas secara merata dan dapat diterima oleh

semua pihak. (6) Sebagai innovator: a) Memiliki gagasan baru (proaktif) untuk inovasi

kemajuan dan perkembangan madrasah. b) Kemampuan mengimplementasikan ide

yang baru tersebut dengan baik, ide yang baik tersebut berdampak positif ke arah

kemajuan. c) Kemampuan mengatur lingkungan kerja sehingga kondusif (pengaturan

tata ruang kantor, kelas, perpustakaan, halaman, interior, musholla atau masjid) untuk

bertugas dengan baik (Marno, 2007:61-65).

Kepala sekolah/Fungsi kepala sekolah sebagai administrator pendidikan, yaitu: 1)

perencanaan, 2) organisasi, 3) bimbingan/pengarahan, 4) koordinasi, 5) pengawasan,

dan 6) komunikasi (Nawawi, 1991:14).

Kepala sekolah/Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sebagai

berikut: a. memiliki visi mutu terpadu bagi institusi; b. memiliki komitmen yang jelas

terhadap proses peningkatan mutu; c. mengkomunikasikan pesan mutu; d. memastikan

kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi; e. mengarahkan

perkembangan karyawan; f. berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain tanpa

bukti-bukti yang nyata; g. memimpin inovasi dalam institusi; h. mampu memastikan

bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikn tanggungjawab dan mampu

mempersiapkan delegasi yang tepat; i. memiliki komitmen untuk menghilangkan

rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural; j. mengembangkan

mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan (Sallis,

2006:173-174).

Kepala sekolah/Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit. Pada

satu pihak ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan. Tetapi pada lain pihak

ia adalah wakil guru-guru atau stafnya (Soewadji Lazaruth, 1988:20).

Kepala sekolah/Keefektifan kinerja manajemen kepala sekolah ditentukan oleh

kompetensi manajemen dan kemampuan manajerial, kompetensi menajemen adalah

kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan, yang meliputi:

profesionalisme, personal dan sosial. Sedangkan kemampuan manajerial meliputi

keterampilan konseptual, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan manusiawi

(Amidjaja dalam Setiadi, 2002:7)

Page 161: Ensiklopedi pendidikan

Kepala sekolah/Keefektifan kinerja manajemen kepala sekolah ditentukan oleh

kompetensi manajemen dan kemampuan manajerial, kompetensi menajemen adalah

kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan, yang meliputi:

profesionalisme, personal dan sosial. Sedangkan kemampuan manajerial meliputi

keterampilan konseptual, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan manusiawi

(Amidjaja dalam Setiadi, 2002:7)

Kepala sekolah/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak

sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian

tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004:126).

Kepala sekolah/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak

sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian

tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004:126).

Kepala sekolah/Kompetensi yang diperlukan dalam penerapan manajemen mutu

terpadu untuk pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah adalah sebagai berikut:

a. Visi, yaitu 1) kemampuan mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan sekolah,

2) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, 3)

kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, 4) menghasilkan keaslian,

mengungkapkan imajinasi untuk mengidentifikasi tugas, dan 5) kemampuan

mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap

tantangan asumsi. b. Keterampilan perencanaan, yaitu 1) kemampuan merencanaan

pencapaian target, 2) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum

pelaksanaan suatu rencana, 3) kemampuan menyadari jadwal yang sesuai, 4)

kemampuan menentukan prioritas, 5) kemampuan menganalisis elemen penting, dan 6)

kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk mencapai

sasaran. c. Berpikir kritis, yaitu: 1) kemampuan berpikir analitis dan kritis, 2)

kemampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan 3) kemampuan membedakan berpikir

rutin dan berpikir analitis. d. Keterampilan kepemimpinan, yaitu: 1) kemampuan

mengarahkan tindakan dari semua orang menuju sasaran yang disepakati, 2)

menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, 3) memimpin penyebaran secara

efektif semua sumber daya, 4) keinginan menerima tanggungjawab untuk tindakan

secara bersama dan untuk mencapai tujuan, dan 5) kemampuan bertindak secara

meyakinkan dalam situasi yang sesuai. e. Keteguhan hati, yaitu 1) kesiapan membuat

suatu urutan strategi untuk mencapai solusi masalah, 2) kemampuan untuk

mendemonstrasikan suatu komitmen terhadap tugas, dan 3) kamampuan untuk

mengenali kapan iklim yang diperlukan memberikan respon yang fleksibel. f.

Keterampilaan mempengaruhi, yaitu: 1) kemampuan untuk memberikan pengaruh atas

yang lain dengan tindakan atau keteladanan, 2) kemampuan untuk memperoleh

keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, 3) membujuk staf untuk

menyeimbangkan kebutuhan individual dan kebutuhan organisasi, dan 4) membujuk

personel untuk memperhatikan keluasan berbagai pilihan. g. Keterampilan hubungan

Page 162: Ensiklopedi pendidikan

interpersonal, yaitu : 1) kemampuan membangun dan memelihara hubungan positif, 2)

kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, 3)

kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, 4) kemampuan menggunakan

keterampilan dan mendengarkan secara efektif, 5) kemampuan memberitahukan,

menginterpratasi, merespon prilaku non-verbal, 6) kemampuan menggunakan secara

efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan 7) kemampuan memberikan umpan

balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif. h. Percaya diri, yaitu: 1) kemampuan

untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, 2) kemampuan

mendemonstrasikan prilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, 3) kemampuan

menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, 4)

kemampuan menyampaikan tantangan kepada orang lain agar menata sikap percaya diri

mereka, dan 5) kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan

percaya diri. i. Pengembangan, yaitu: 1) kemampuan untuk secara aktif menemukan cara

mengembangkan kemampuan pribadi, 2) kemampuan mendemonstrasikan suatu

pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri yang lain, 3) kemampuan secara aktif

menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang lain, 4)

kemampuan untuk memasuki pengembangan kebutuham. 5) kemampuan melakukan

rancangan, melaksanakan dan mengevaluasi program pengembangan, dan 6)

kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusf dan positif untuk

pertumnuhan dan pengembangan organisasi. j. Empati, yaitu: 1) kemampuan

mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan kebutuha seorang

anggota, 2) kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dalam suasana yang

konstruktif, dan 3) kemampuan menyatakan hal yang sensitif untuk mempengaruhi

keputusan bagi yang lain. k. Toleransi terhadap stres, yaitu 1) kemampuan menyatakan

prilaku yang sesuai dalam keadaan stres, 2) kemampuan mendemonstrasikan

ketabahan/ ulet dalam situasi tertekan, 3) kemampuan menyisakan secara efektif suatu

tingkat pekerjaan, 4) kemempuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas,

dan 5) kemampuan memperhitungkan tingkatan dari stres orang lain (Hoy, dkk.dalam

Syafaruddin 2002:63-66).

Kepala sekolah/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus dimiliki

kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam intelegensi, mampu memberikan

pertimbangan individu yang bagus, memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-

persoalan abstrak, kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain,

kesanggupan untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis

dan berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu memenuhi

tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari memerlukan kesehatan

prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan memiliki

daya tahan atau bersikap sabar terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial.

5) Kepribadian (personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila

pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir dan berbuat

Page 163: Ensiklopedi pendidikan

secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau asset yang dimilikinya

dengan segala keterbatasannya; selalu sadar, simpatik dan loyal dengan bawahannya;

cukup yakin untuk menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup

matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan atau kritik,

membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga merasa memperoleh

kemudahan, memberikan dorongan dan menerima bawahan, menciptakan satu

lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan dan rasa hormat terhadap individu

(Menurut Tracey (1999), seperti yang dikutip oleh Wahjosumidjo, 2004:387).

Kepala sekolah/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus dimiliki

kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam intelegensi, mampu memberikan

pertimbangan individu yang bagus, memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-

persoalan abstrak, kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain,

kesanggupan untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis

dan berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu memenuhi

tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari memerlukan kesehatan

prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan memiliki

daya tahan atau bersikap sabar terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial.

5) Kepribadian (personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila

pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir dan berbuat

secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau asset yang dimilikinya

dengan segala keterbatasannya; selalu sadar, simpatik dan loyal dengan bawahannya;

cukup yakin untuk menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup

matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan atau kritik,

membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga merasa memperoleh

kemudahan, memberikan dorongan dan menerima bawahan, menciptakan satu

lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan dan rasa hormat terhadap individu

(Tracey (1999) dalam Wahjosumidjo, 2004:387).

Kepala sekolah/Kualitas kepala sekolah (pengalaman kerja, pendidikan, kemampuan

profesional) memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Suryadi dan

Tilaar, 2004:126).

Kepala sekolah/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena berpeluang

besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di lingkungan sekolah

menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka profesionalisasi guru. Peranan

kepala sekolah yang amat esensial dalam penyelenggaraan inovasi atau upaya

pembaharuan pada tingkat institusi terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai

pemimpin daripada sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala

sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang dinamis (dynamic

equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah. Sedangkan tindak manajerial kepala

skeolah hendaknya tertuju pada sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk

Page 164: Ensiklopedi pendidikan

beradaptasi dengan berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan

kepala sekolah (Permadi, 1999:109).

Kepala sekolah/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena berpeluang

besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di lingkungan sekolah

menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka profesionalisasi guru. Peranan

kepala sekolah yang amat esensial dalam penyelenggaraan inovasi atau upaya

pembaharuan pada tingkat institusi terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai

pemimpin daripada sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala

sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang dinamis (dynamic

equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah. Sedangkan tindak manajerial kepala

skeolah hendaknya tertuju pada sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk

beradaptasi dengan berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan

kepala sekolah (Permadi, 1999:109).

Kepala sekolah/Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan

berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi

sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu

diketahui faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu.

Faktor-faktor itu meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor

eksternal yang bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat,

minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang

bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.

(Wahjosumidjo, 2001:42).

Kepala sekolah/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh

sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah (Mortimer J Adler dalam Dadi

Permadi, 1999:24).

Kepala sekolah/Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru adalah

membantu dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian pengajaran, pemenuhan

fasilitas belajar. Produktivitas akan meningkat jika guru-guru mendapatkan pembinaan

yang baik dan memiliki etos kerja yang kuat (Sucipto & Mukti (Zahera, 1998:118).

Kepala sekolah/Pengangkatan seseorang dalam jabatan kepala sekolah dilakukan

melalui seleksi yang ketat, adil (fair), dan transparan dengan mengutamakan kapasitas

kepemimpinan yang bersangkutan. Harus dihindari pengangkatan kepala sekolah yang

hanya didasarkan atas lamanya masa kerja atau pertimbngan-pertimbangan yang tidak

berkaitan dengan tujuan peningkatan mutu dan pemberdayaan sekolah (Jalal dan

Supriadi, 2001:286).

Kepala sekolah/Peran dan fungsi kepala sekolah ke dalam empat peran, yaitu: 1) kepala

sekolah sebagai pejabat formal, 2) kepala sekolah sebagai manajer, 3) kepala sekolah

sebagai pemimpin, dan 4) kepala sekolah sebagai pendidik.

Kepala sekolah/Peran dan fungsi kepala sekolah yaitu: 1) Merencanakan, menyusun,

membimbing, dan mengawasi kegiatan administrasi pendidikan sesuai dengan

Page 165: Ensiklopedi pendidikan

kebijaksanaan yang ditetapkan. 2) Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan

dari unit-unit kerja yang ada dilingkungan sekolah. 3) Menjalin hubungan dan

kerjasama dengan orang tua siwa, lembagalembaga pemerintah maupun bukan

pemerintah, dan masyarakat. 4) Melaporkan pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan

kegiatan administrasi disekolah kepada atasannya (Soetjipto dan Kosasi, 1994:220).

Kepala sekolah/Perilaku kepala sekolah yang berkaitan dengan keterampilan personal

dengan guru adalah: 1) menunjukkan semangat kerja dan memberikan bimbingan dan

bantuan dalam pekerjaan, 2) berperilaku menyenangkan, menghormati guru,

mempunyai integritas yang tinggi dan tegas dalam mengambil keputusan, 3) memberi

penghargaan pada guru yang berprestasi, 4) memberikan dukungan semangat/moral

kerja guru yang bersikap tegas kepada personel sekolah, 5) mengatur sekolah secara

baik, 6) menggunakan otoritasnya sebagai kepala sekolah dengan penuh keyakinan dan

teguh pendirian, 7) memberikan bimbingan secara individu kepada guru dalam

pekerjaan, 8) menjernihkan permasalahan, 9) mengikutsertakan guru dalam

merumuskan pengambilan keputusan, dan 10) menghormati peratuan sekolah,

mendisiplinkan siswa dan tidak membebani tugas yang berat kepada guru

(Campbell dalam Munfaat, 2003: 25).

Kepala sekolah/Persyaratan kepala sekolah yang berkualitas baik adalah flexibility in

autonomy and innovation (luwes dalam hal otonomi dan inovasi); cohesiveness within

organization (menyatu dalam organisasi); commitment to school mission (terikat kepada

misi sekolah); recognition of staff (menghargai staf); problem solving through

collaboration (pemecahan masalah melalui kerja sama); effective delegation (tepat

dalam mendelegasikan); dan focus on teaching and learning (tertuju pada belajar

mengajar) (Rouche dan Baker dalam Permadi,1999: 25-26).

Kepala sekolah/Persyaratan kepala sekolah yangi berkualitas baik adalah luwes dalam

hal otonomi dan inovasi; menyatu dalam organisasi; terikat kepada misi sekolah;

menghargai staf; pemecahan masalah melalui kerja sama; tepat dalam mendelegasikan;

dan tertuju pada belajar mengajar (Rouche dan Baker dalam Permadi, 1999: 25-26).

Kepala sekolah/Persyaratan kepala sekolah yangi berkualitas baik adalah luwes dalam

hal otonomi dan inovasi; menyatu dalam organisasi; terikat kepada misi sekolah;

menghargai staf; pemecahan masalah melalui kerja sama; tepat dalam mendelegasikan;

dan tertuju pada belajar mengajar (Rouche dan Baker dalam Permadi, 1999: 25-26).

Kepala sekolah/Satu tugas kepala sekolah adalah menjadi agen perubahan (change

agent) yang mendorong dan mengelola agar semua pihak termotivasi dan berperan aktif

dalam perubahan tersebut (Mulyasa, 2006:181).

Kepala sekolah/Sebagai tenaga professional sebelum melaksanakan tugasnya ia harus

terlebih dahulu mempelajari kurikulum sekolah itu dan memahami semua program

pendidikan yang sedang dilaksanakan (Hamalik, 2003:35).

Kepala sekolah/Secara garis besarnya kepemimpinan sekolah adalah sebagai berikut: a.

Dalam pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah bergantung pada

Page 166: Ensiklopedi pendidikan

pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam proses pembelajaran. Para

guru diberi wewenang untuk mengambil keputusan sehingga mereka memiliki

tanggungjawab yang besar. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi untuk bertindak. b.

Komitmen jauh lebih penting dari sekedar menyampaikan pidato tahunan tentang

betapa pentingnya mutu dalam sekolah. Komitmen menghendaki kemajuan dengan

metode dan cara yang baru. Komitmen memerlukan tinjauan ulang terhadap masing-

masing dan setiap tindakan. c. Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan

membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa, sehingga

melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. d. Pemimpin harus menjalankan dan

membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi

sedikit, bukan dengan serta merta. e. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting

dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerja sama dalam satu kelompok

tim (Spanbauer (Sallis 2006: 174-175)

Kepala sekolah/Seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan yang berhubungan

dengan administrasi sekolah yang meliputi: a. Kemampuan dalam bidang teknis

pendidikan dan pengajaran. b. Kemampuan dalam bidang tata usaha sekolah. c.

Kemampuan dalam pengorganisasian. d. Kemampuan dalam perencanaan. Berbagai

pelaksanaan, dan pengawasan. e. Kemampuan dalam bidang pengelolaan keuangan

(Ghozali, A et al., 1997:37).

Kepala sekolah/Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-

tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan

itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru (Purwanto,

1995:122).

Kepala sekolah/Setiap kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu

memilih dan mempersiapkan bentuk organisasi yang sesuai dengan kondisi sekolahnya

dan harus berusaha pula menerapkan asas-asas organisasi bilamana menghendaki

tujuan secara efektif (Nawawi, 1982:87).

Kepala sekolah/Sumberdaya pendidikan harus dikelola berdasarkan prinsip efisiensi,

transparansi, dan akuntabilitas publik. Karena itu, institusi pendidikan hendaknya

dikelola oleh pemimpin yang berkualitas dan mengetahui permasalahan pendidikan.

Dengan demikian, dalam desentralisasi pengelolaan pendidikan diperlukan kepala

sekolah yang berkualitas dalam arti mampu menciptakan transparansi dan akuntabel

dalam melaksanakan tugas (Arifin, 2003:19).

Kepala sekolah/Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah untuk

mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu: 1). Kegiatan

yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan kegiatan perlu disusun dengan

jelas dan diinformasikan tentang hasil setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih

baik dari ada hukuman, maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4).

Memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah

Page 167: Ensiklopedi pendidikan

memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan penghargaan

(Yunus, 2007: 40).

Kepala sekolah/Tugas pokok dan fungsi kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan

adalah: a. Perencanaan sekolah/madrasah dalam arti menetapkan sekolah atau

madrasah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan

strategi pencapaian. b. Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur

organisasi, menetapkan staf, dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf. c.

Menggerakkan staf dalam arti mmotivasi staf melalui internal markting dan memberikan

contoh eksternal marketing. d. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi,

mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga sekolah. e. Mengevaluasi proses

dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas,

serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan

masalah secara kreatif, dan menghindari serta menanggulangi konflik (Sudrajat, 2005:

121).

Kepala sekolah/Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah: 1) Kepala sekolah sebagai

pejabat formal: a) Diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai

kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

b) Secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi, dan memiliki

bawahan. c) Mempunyai hak kepangkatan, gaji, dan karier. d) Terikat oleh kewajiban,

peraturan, dan ketentuan yang berlaku. e) Berkewajiban dan bertanggung jawab atas

keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan. 3) Kelapa sekolah sebagai manajer.

Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan

mengendalikan anggota-anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber

daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Kepala sekolah sebagai

pemimpin: a) Bertindak arif, bijaksana, adil, dan tidak pilih kasih. b) Memberikan sugesti

atau saran. c) Memberikan dukungan. d) Sebagai katalisator. e) Menciptakan rasa aman.

f) Harus menjaga integritas penampilan, selalu percaya, dan dihormati. 4) Kepala

sekolah sebagai pendidik harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan

harkat, nilai-nilai mental, moral, fisik dan artistik 5) Kepala sekolah sebagai supervisor.

Supervisi merupakan bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih

baik. 6) Kepala sekolah sebagai staf. Keberadaan kepala sekolah di bawah pejabat lain,

baik langsung maupun tidak langsung berperan sebagai atasan kepala sekolah

(Departemen Pendidikan Nasional, 2000:4-6).

Kepala sekolah/Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin adalah mengatur situasi,

mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga dan menjadi juru bicara

kelompok (Rohani & Ahmadi, 1991:94).

Kepala sekolah/Tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator

pendidikan meliputi: 1) Bidang administrasi sekolah; 2) Bidang administrasi keuangan;

3) Bidang administrasi peralatan dan perlengkapan serta gedung; 4) Bidang pembinaan

kurikulum; 6) Bidang hubungan sekolah dan masyarakat (Lazaruth, 1994:22).

Page 168: Ensiklopedi pendidikan

Kepala sekolah/Tugas-tugas pokok kepala sekolah mencakup tujuh bidang, yaitu: 1)

Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan di luar

sekolah. 2) Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah. 3) Bidang kesiswaan. 4) Bidang

personalia. 5) Bidang gedung dan perlengkapan sekolah. 6) Bidang peralatan pelajaran.

7) Bidang hjubungan sekolah dan masyarakat (Nawawi, 1996:91).

Kepala sekolah/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan

sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk

menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan

kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan

belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha

menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,

kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan bermanfaat untuk memotivasi

para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. 3)

Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para

guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan,

serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran

(Mulyasa 2004:100).

Kepala sekolah/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan

sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk

menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan

kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan

belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha

menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,

kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan bermanfaat untuk memotivasi

para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. 3)

Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para

guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan,

serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran

(Mulyasa, 2004:100).

Kepala sekolah/Usaha-usaha yang dilakukan kepala sekolah sebagai administrator

pendidikan adalah: 1) Membentuk semacam ikatan keluarga sekolah yang bersifat

sosial; 2) Membentuk koperasi keluarga personel sekolah; 3) Mengadakan kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan profesi guru-guru atau pegawai

sekolah; 4) Memberi kesempatan dan bantuan dalam rangka pengembangan karier; 5)

Mengusulkan dan mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-guru dan pegawai tepat

pada waktunya sesuai dengan peraturan yang berlaku (Purwanto, 1998:112).

Kepala sekolah/Usaha-usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku peran dan

fungsinya sebagai supervisor adalah: a). Membangkitkan dan merangsang guru-guru

Page 169: Ensiklopedi pendidikan

dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-

baiknya. b). Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah

termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses

belajar mengajar. c). Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntuan kurikulum

yang sedang berlaku. d). Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-

guru dan pegawai sekolah lainnya. e). Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan

guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi

kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka mengikuti

penataran-penataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing. f). Membina

hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansi-instansi dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan para siswa (Purwanto, 2002:119).

Kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh

dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Dubrin, 2001:3).

Kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam dinamika kehidupan organisasi.

Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber

daya lain yang ada dalam organisasi (Arifin, 2004: 23).

Kepemimpinan merupakan perilaku untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk

melakukan sesuatu dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Secara lebih sederhana

dibedakan antara kepemimpinan dan Manajemen, yaitu pemimpin mengerjakan sesuatu

yang benar (people who do think right), sedangkan menejer mengerjakan sesuatu

dengan benar (people do right think). Landasan inilah yang menjadi acuan mendasar

untuk melihat peran pemimpin dalam suatu organiasi (Rusmianto, 2003:15).

Kepemimpinan positif yang diadopsi dari model-model kepemimpinan tokoh-tokoh

sukses yang memunculkan dua kesimpulan: pertama, pemimpin positif memiliki banyak

ciri pemimpin yang dalat mendorong untuk bekerja guna mencapai tujuan yang pasti.

Kedua, mereka dapat membangun tim kepemimpinan yang baik (Mike PEGG dalam

Suyoko, 1994:6).

Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh dengan

perubahan. Zaman yang dihadapai saat ini adalah zaman di mana manusia dapat

mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya sesuai dengan

kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan konsep Maslow yang menyatakan bahwa manusia

pada era ini memiliki kebutuhan yang berkembang hingga pada keinginan untuk dapat

mengaktualisasikan diri (Komariah, 2006:77).

Kepemimpinan yang efektif bukanlah sebuah ”idealisme” yang tak pernah tercapai.

Sebaliknya kepemimpinan yang efektif dapat dicapai dengan cara berpegang pada usaha

tertentu maupun faktor faktor kunci yang dapat memberikan dampak tertentu atas gaya

kepemimpinan yang dipilih. Karena kepemimpinan selalu berhadapan dengan faktor

manusia sebagai sentral bagi kelangsungan organisasi, maka ia semestinya berusaha

Page 170: Ensiklopedi pendidikan

memahaminya sebagai individu yang punya krakteristik berbeda-beda antara individu

yang satu dengan yang lainnya (Burhanudin, 1994: 124).

Kepemimpinan/Gaya kepemimpian yang berdasarkan pada kewenangan yang dimiliki

seorang pemimpin dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: 1) Gaya kepemimpinan

autokratik (otoriter), 2) Gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif, dan 3) Gaya

kepemimpinan bebas (laissez faire atau free rein) (Didi B. Djajamihardja dkk. 1994:32;

Winkel, 1987:117; Owens, 1981:149).

Kepemimpinan/Gaya kepemimpinan karismatis dapat terlihat mirip dengan

kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi

pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju (Irawanto, 2008:45).

Kepemimpinan/Gerungan menyatakan bahwa setiap pemimpin, sekurang-kurangnya

memiliki tiga ciri, yaitu: 1) penglihatan sosial, 2) kecakapan berfikir, 3) keseimbangan

emosi. Sedangkan menurut J. Slikboer, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: 1)

dalam bidang intelektual, 2) berkaitan dengan watak, 3) berhubungan dengan tugasnya

sebagai pemimpin. Ciri-ciri lain yang berbeda dikemukakan oleh ruslan Abdul Ghani

(1985) bahwa pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal (1) menggunakan

pikiran, (2) rohani dan jasmani (Fattah, 2004:88-87).

Kepemimpinan/Kajian tentang tipologi kepemimpinan pendidikan sejak dulu masih

terbatas pada tipe-tipe kepemimpinan klasik yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe,

yaitu:1) tipe otoriter/otokrasi; 2) tipe laissez faire; 3) tipe demokratis; dan 4) tipe pseudo

demokratis (Purwanto et al., 1991:46).

Kepemimpinan/Keahlian atau kemampuan dasar sebagai kelompok kemampuan yang

harus dimiliki oleh tingkat pemimpin yang mencakup: technical, human dan conceptual

skill (the basic and developable skills). 1) Technical skill yaitu kecakapan spesifik tentang

proses, prosedur, atau teknikteknik yang merupakan kecakapan khusus dalam

menganalisis hal-hal yang khusus. Technical skills menunjukkan kecakapan yang

berhubungan dengan barang, sedangkan 2) Human skills menunjukkan keterampilan

dengan orang atau manusia. Human skills yaitu kecakapan pemimpin untuk bekerja

secara efektif sebagai anggota kelompok yang dipimpinnya. 3) Conceptual skill yaitu

kemampuan pemimpin melihat organisasi sebagai satu keseluruhan (Tracey (1999)

dalam Wahjosumidjo, 2004:386).

Kepemimpinan/Kemampuan untuk membangkitkan, menggerakkan, dan mengarahkan

orangorang yang dipimpin, agar mengikuti kemauan pemimpinnya tergantung pada

gaya kepemimpinan dari pemimpin tersebut (Djajamihardja dkk. 1994:32).

Kepemimpinan/Laissez faire jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan saja

berjalan” atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ‘masa bodo’ (Rifai,

1986:36).

Kepemimpinan/Menjadi pemimpin lembaga pendidikan, terutama pendidikan Islam

tidak saja dituntut untuk menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus

terampil dalam menerapkan situasi praktis di lapangan dan memiliki etos kerja yang

Page 171: Ensiklopedi pendidikan

tinggi untuk membawa lembaga pendidikan yang dipimpinnya dan memiliki pengaruh

yang kuat (Syafrudin et al., 2004:2-3).

Kepemimpinan/Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang

berarti pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan

sendiri (Rifai, 1986:38).

Kepemimpinan/Siagian (1989), misalnya, ia mengklasifikasi tipe pemimpin menjadi

lima, yaitu: 1) tipe otokrasi; 2) tipe militeristis; 3) tipe paternalistik; 4) tipe karismatik;

dan 5) tipe demokratis (Siagian, 1989:141).

Kepemimpinan/Sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: a. Memiliki kecerdasan

melebihi orang-orang yang dipimpinnya. b. Mempunyai perhatian terhadap kepentingan

yang menyeluruh. c. Mantap dalam kelancaran berbicara. d. Mantap berpikir dan emosi.

e. Mempunyai dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin. f. Memahami

kepentingan tentang kerjasama (Koontz dan O’Donnell, 1990:21).

Kepemimpinan/Tidak semua pemimpin akan dapat mempengaruhi dan menggerakkan

orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, sebab orang

lain baru dapat dipengaruhi/digerakkan jika: a. Ada kemampuan pada pemimpin untuk

menggunakan teknik kepemimpinan. b. Ada sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu

sifat-sifat kepemimpinan yang mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga kagum dan

tertarik pada pemimpin tersebut (Abdulrachman, 2004:16).

Kepemimpinan/Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan

Otokratis, Demokratis, Laissez faire (Purwanto, 1992:48-50).

Kepemimpinan/Tipe Pseudo Demokatis. Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin

semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia

demokratis, sedangkan maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara

halus (Rifai, 1986:39).

Kepemimpinan]Gaya kepemimpinan yang diterapkan para pemimpin secara umum

terbagi menjadi dua hal, yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task

oriented) dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia (human relation oriented)

(Charles J. Keating dalam Mangunhardjana, 1986:11).

Kepribadian bahasa inggrisnya adalah “personality” yang berasal dari bahasa Yunani

“per” dan “sconare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang

berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut (Sukmadinata,

2005:136).

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina

yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari

depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan

mereka yang sedang mengalami keguncangan jiwa (tingkat menengah) (Zakiyah Darajat

dalam Syah, Muhibbin: 225-226).

Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan pada tiga hal yang

merupakan landasan gaya kepribadiannya: kebenaran, tanggungjawab, dan

Page 172: Ensiklopedi pendidikan

kehormatan. Senantiasa dalam segala hal, dia berusaha untuk melakukan apa yang

benar, untuk bertanggung jawab dan mendapat kehormatan dari keluarga, teman, dan

hubungan lainnya. Kepribadian ini memperjuangkan hal-hal yang diyakini benar secara

tenang, tapi ulet bahkan secara keras kepala. Namun demikian, kekeraskepalaan ini

dilunakkan oleh ketenangan dan kemampuannya untuk menyelami dan ikut serta

merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dia adalah orang yang dapat meyakinkan,

mahir dalam mendapatkan bantuan orang lain dan dalam mengejar cita-citanya,

sekalipun ia akan berusaha untuk menyadari kehadiran orang lain itu, perasaan, dan

kebutuhannya. Kepribadian ini menghendaki bersikap ramah tamah dan dalam

kebanyakan hal, ia memang ramah tamah; tindakan kasar dan ketidak perdulian

bukanlah gayanya. Ia dapat bersikap kompetitif, tapi dia melakukannya tidak berlagak

dan bernada merendahkan, hingga mengurangi sikap agresifnya dan memberi kesan

menyenangkan (George G. Young dalam Sunar P., 2008:215).

Kepribadian/Empat makna dari rumusan kepribadian menurut Allport, yaitu: a.

Kepribadian merupakan suatu organisasi. Pengertian organisasi merujuk kepada suatu

kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang

harus diorganisasi. Organisasi juga punya makna bahwa sesuatu yang diorganisasi itu

memiliki sesuatu cara atau sistem pengaturan, yang menunjukan sesuatu pola

hubungan fungsional. Didalam organisasi kepribadian itu memiliki sesuatu cara

pengaturan atau pola hubungan tersebut adalah cara dan pola tingkah laku.

Keseluruhan pola tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu

yang harmonis. b. Kepribadian bersifat dinamis. Kepribadian individu bukan sesuatu

yang statis, menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian tersebut berkembang secara

dinamis. Perkembangan manusia berbeda dengan binatang yang statis, yang megikuti

lingkaran tertutup, perkembangan manusia dinamis membentuk suatu lingkaran

terbuka atau spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu terbuka

kesempatan untuk pola-pola khusus baru. Dinamika kepribadian individu ini, bukan

saja dilator belakangi oleh potensi-potensi yang dimilikinya, tetapi sebagai makhluk

sosial mansuai selalu berinteraksi dengan lingkunganya, dengan manusia lain.

Lingkungan manusia juga selalu berada dalam perubahan dan perkembangan. c.

Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah. Kepribadian adalah suatu sistem

psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis. Kepribadian

bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk satu kesatuan. Kalau

individu berjalan, maka berjalan bukan hanya dengan kakinya tetapi dengan seluruh

aspek kepribadiannya. Bukan kaki yang berjalan tetapi individu. Demikian pula kalau

individu itu berbicara, berfikir, melamun, dan sebagainya, yang melakukan semua

perbuatan itu adalah individu. d. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri

yang unik dengan lingkungannya. Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri

sendiri, lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri

dengan lingkungannya. Ia adalah bagian dari lungkungannya dan berkembang

Page 173: Ensiklopedi pendidikan

bersama-sama dengan lingkungannya. Interaksi atau penyesuaian diri individu dengan

lingkungannya bersifat unik, atau khas, yang berbeda antara satu individu dengan

individu lainnya (Sukmadinata, 2005:138-139).

Kepribadian/Inti mengenai kepribadian adalah sebagai berikut: a. Bahwa kepribadian itu

merupakan suatu kebetulan yang terdiri dari aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah b.

Bahwa kepribadian seseorang itu bersifat dinamik dalam hubunganya dengan

lingkungan. c. Bahwa kepribadian seseorang itu berkembang dengan dipengaruhi

faktor-faktor yang berasal dari dalam dan luar (Baharuddin, 2007:209).

Kepribadian/Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan

atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan

aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspekaspek ini berkaitan secara fungsional

dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan

tetap (Syah, Muhibbin, 2008: 225).

Kepsek/Dalam dunia kerja, iklim profesional harus berdasarkan sistem “merit”, yaitu

sistem promosi, pengupahan, rekrutmen tenaga kerja didasarkan pada prestasi

(achievement) nyata tidak semata-mata pada “ijazah” atau simbol-simbol status lainnya.

Sistem promosi maupun kompensasi atas dasar prestasi kerja dapat memacu karyawan,

tidak terkecuali kepala sekolah dan guru untuk bekerja lebih kompetitif. Menyadari arti

penting kompensasi dalam meningkatkan kinerja (Suryadi dan Tilaar, 2004:155)

Kepsek/Mulyasa (2003:98-120) meramu peran kepala sekolah menjadi tujuh dengan

singkatan EMASLIM, yaitu kepala sekolah sebagai: 1) educator, 2) manager, 3)

administrator, 4) supervisor, 5) leader, 6) innovator, dan 7) motivator (Wahjosumidjo,

2001:84-123).

Kepsek/Tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor: Kepala sekolah sebagai

supervisor berarti bahwa kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari, dan

menemukan syarat-syarat mana sajakah yang dapat diperlukan bagi kemajuan

sekolahnya, sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah tersebut maksimal mungkin

dapat tercapai (Purwanto, 1998: 80).

Kepsek/Tujuh hal yang lebih berupa sikap/perilaku yang harus dimiliki kepala sekolah

agar tercipta kehidupan sekolah yang sehat, kondusif, dan menunjang kinerja sekolah,

yaitu: (1) memiliki visi yang jelas, (2) lebih mengandalkan pendekatan kolaboratif, (3)

responsif dan proaktif dalam menanggapi apa yang terjadi di luar sekolah, (4)

keteladanan dan konsisten dalam menegakkan aturan, (5) banyak aktif dan turun ke

bawah (management by walking around), (6) banyak memberikan “ganjaran sosial”

(social rewards), dan (7) menciptakan berbagai wahana ataupun kegiatan yang dapat

mengembangkan keterampilan pro-sosial (pro-social skills), keimanan dan ketaqwaan

siswa (Supriadi, 1999:349).

Keterampilan ialah aspek perilaku yang bisa dipelajari dan ditingkatkan melalui latihan

yang digunakan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan yang didak bisa diperoleh melalui

Page 174: Ensiklopedi pendidikan

pendidikan formal, karena dalam penerapannya pada tugas tertentu menuntut

kemampuan pribadi masing-masing (Dale, 2003:29).

Keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan

masalah (Gagne dalam Suherman, 2001:83).

Keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk menganalisis, menafsirkan, dan

memecah kan masalah-masalah. Keterampilan konseptual tidak sekadar merencanakan

tetapi juga menganalisis, menafsirkan, dan memecahkan masalah selama pelaksanaan

program agar program itu berjalan dengan baik. Dari sini terlihat bahwa ketrampilan

konseptual berhubungan dengan pengambilan keputusan (Winardi, 1993:12).

Keterampilan konseptual kepala sekolah meliputi: 1) kemampuan analisis, 2)

kemampuan berpikir rasional, 3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi, 4)

mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai

kecenderungan, 5) mampu mengantisipasi perintah, dan 6) mampu menganalisis

macam-macam kesempatan dan problem-problem social (Wahjosumidjo, 2003: 101).

Keterampilan konseptual merupakan kemampuan mental untuk menganalisis dan

mendiagnosis situasi rumit (Stephen P. Robbins, 2003:6).

Keterampilan manajemen/Tiga keterampilan manajemen yang mutlak diperlukan adalah

teknis,personal dan konseptual (Robbins, 2006:6-7).

Keterampilan manusiawi adalah kemampuan bekerja sama, memahami, dan memotivasi

orang lain, baik perorangan maupun dalam kelompok (Robbins, 1996:6).

Keterampilan manusiawi kepala sekolah meliputi: 1) kemampuan untuk memahami

perilaku manusia dan proses kerjasama, 2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap

dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, 3) kemampuan untuk

berkounikasi secara jelas dan efektif, (4) kemampuan menciptakan kerjasama yang

efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, dan 5) mampu berperilaku yang dapat

diterima (Wahjosumidjo, 2003: 101).

Keterampilan sosial/Life Skill merupakan pemberian keterampilan-keterampilan kepada

siswa sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk Tuhan. Seseorang yang

mempunyai life skill/ keterampilan sosial mempunyai kecakapan yang terdiri dari: 1.

Kecakapan Komunikasi. Kecakapan komunikasi adalah kecakapan hidup yang berkaitan

dengan keterampilan mengolah dan menyampaikan pesan kepada pihak yang diajak

berkomunikasi. Keterampilan ini meliputi: a) Keterampilan meremas atau meramu pesan

yang akan disampaikan. 2) Keterampilan menggunakan alat aatu media untuk

menyampaikan pesan. c) Keterampilan meyakinkan penerima pesan bahwa informasi

atau pesan yang diasampaikan penting dan berharga. Dalam menyampiakan pesan atau

informasi bias dilakukan melalui komunikasi lisan atau melalui komunikasi tertulis. 3.

Kecakapan Bekerjasama. Kecakapan bekerja sama merupakan kecakapan atau

keterampilan individu untuk dapat bekerjasama dan diterima oleh orang lain, baik dalam

kelompok kecil, maupun dalam kelompok besar serta ikut berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang diadakan secara kelompok (Syah, Darwin, 302-303).

Page 175: Ensiklopedi pendidikan

Keterampilan teknik meliputi kemampuan dalam menerapkan pengetahuan atau

keahlian spesialisasi (Stephen P. Robbins, 1998:5).

Keterampilan teknikal meliputi keahlian dalam hal menggunakan sesuatu aktivitas

spesifik yang meliputi suatu proses, prosedur, tehnik. Keterampilan teknikal

memungkinkan orang yang bersangkutan melaksanakan mekanisme yang diperlukan

untuk melakukan pekerjaan khusus (Terry, 1986:10).

Keterampilan teknis kepala sekolah meliputi: 1) menguasai pengetahuan tentang

metode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus, dan (2)

kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang

diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus (Wahjosumidjo, 2003:101).

Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu: 1. Seorang siswa dikatakan

telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 65% dari total skor

atau nilai 65. 2. Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah

terdapat minimal 65% dari jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya serap lebih

besar atau sama dengan 65% (Suryosubroto, 1997:77).

Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan tersebut proses belajar

mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan demikian

kewibawaan bukan berarti siswa harus takut kepada guru, melainkan siswa akan taat

dan

Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan atau

seluruh aktivitas pada periode tertentu (Kushadiwijaya, 1996:79).

Kinerja /performance adalah hasil kerja yang di capai oleh seseorang atau sekumpulan

orang didalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Sentono dalam Setiadi,

2001:31).

Kinerja atau unjuk kerja adalah proses perilaku konselor sehingga menghasilkan

sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya (Wibowo, 1998:5).

Kinerja dipengaruhi oleh faktor kemampuan, motivasi dan kejelasan peran (Buford dan

Bedeian, 1988:145).

Kinerja merupakan hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama suatu

periode waktu tertentu (Bernandin dan Russel dalam Sianipar, 2000:5).

Kinerja profesional guru pembimbing mengimplikasikan urgensi kebutuhan pembinaan

(supervisi) para guru pembimbing (konselor) dilapangan untuk dapat meningkatkan

profesiona- lisme mereka (Penelitian Furgon dkk (2001) dalam Taufik, 2003:3).

Kinerja/Adapun langkah-langkah dalam menilai kinerja adalah: 1). Mendifinisikan

pekerjaan berarti memastikan bahwa manajer dan bawahan sepakat tentang tugas-

tugas dan standar jabatan. 2). Menilai kinerja berarti membandingkan kinerja aktual

bawahan dengan standar-standar yang telah ditetapkan dalam beberapa jenis format

penilaian. 3). Umpan balik terhadap kinerja dan kemajuan bawahan dibahas dan

Page 176: Ensiklopedi pendidikan

dijadikan bahan masukkan untuk membuat rencana perkembangan selanjutnya (Desler

dalam Djumiati, 2003:20).

Kinerja/Hasil kinerja dapat ditindaklanjuti untuk kepentingan pelatihan dan

pengembangan (Ruky, 2001:163).

Kinerja/Kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1)

motivasi seseorang dalam memasuki pekerjaan, 2) aspirasi atau cara

pandang seseorang terhadap pekerjaan, 3) lngkungan pekerjaan, 4) fasilitas untuk

bekerja, 5) ketenangan dan semangat kerja, 6) tugas dan jabatan yang sesuai dengan

kemampuan dan minatnya, 7) kesempatan untuk berkarir, 8) keamanan dan

kenyamanan dalam bekerja, 9) rekan sekerja atau “Good working companion”,

10) kompensasi gaji atau imbalan, dan, 11) kepribadian dan kehidupan emosional

seseorang (Anoraga, 1998:14-19).

Kinerja/Kinerja deseorang dapat dilihat dari indikator-

indikator kegiatan yang dilakukannya. Untuk

tenaga pengajar atau guru di sekolah: 1) merencanakan proses belajar-

mengajar, 2) melaksanakan proses belajar-mengajar (mengorganisasikan kegiatan

interaksi belajar mengajar), 3) mengevaluasi proses belajar-mengajar, 4)

menganalisis hasil evaluasi proses belajar mengajar , dan 5) menindak- lanjuti atas

hasil analisis evaluasi PBM (Makmun, 1992:71).

Kinerja/Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan

pada 3 kelompok, yaitu kompetensi individu orang yang bersangkutan, dukungan

organisasi dan dukungan manajemen (Simanjuntak, 2005:2).

Kinerja/Masalahnya adalah bagaimana menjamin divaritas yang disebabkan oleh adanya

konteks lokalitas yang cenderung memunculkan kriteria lokal. Lebih lanjut perlu

dipikirkan pengembangan standar kinerja pendidikan yang memenuhi tuntutan

keunggulan kompetitif dan komparatif dalam konteks nasional bahkan internasional

(Mulyasa (2006:18).

Kinerja/n kinerja memberikan bahan bagi keputusan–keputusan yang mempengaruhi

gaji, promosi, pemberhentian, transfer dan kondisi–kondisi pegawai lainnya (Hakim,

99:315).

Kinerja/Pada dasarnya kinerja ditentukan oleh tiga faktor : kemampuan, motivasi dan

kejelasan peran. Untuk membentuk efektivitas kerja seseorang harus (a) mampu

mengerjakan tugasnya, (b) ada keinginan melaksanakan tugas dan (c) mengerti apa yang

menjadi tugasnya. Kinerja dapat mempengaruhi profesionalisme, sehingga dalam

perkembangannya kinerja selalu memiliki makna positif dalam arti normatif, seperti

kualitas kerja, disiplin, jujur, giat, produktif dan sebagainya (Buford dan Bedeian,

1988:145).

Kinerja/Pada dasarnya kinerja ditentukan oleh tiga faktor: kemampuan, motivasi dan

kejelasan peran. Untuk membentuk efektivitas kerja seseorang harus a) mampu

mengerjakan tugasnya, b) ada keinginan melaksanakan tugas dan c) mengerti apa yang

Page 177: Ensiklopedi pendidikan

menjadi tugasnya. Kinerja dapat mempengaruhi profesionalisme, sehingga dalam

perkembangannya kinerja selalu memiliki makna positif dalam arti normatif, seperti

kualitas kerja, disiplin, jujur, giat, produktif dan sebagainya (Buford dan Bedeian,

1988:145).

Kinerja/Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor utama

yang merupakan kebutuhan, yaitu: 1. Faktor-faktor Pemeliharaan: Merupakan faktor-

faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh

ketenteraman badaniah. Kebutuhan ini akan berlangsung terus-menerus, seperti

misalnya lapar-makan kenyang-lapar. Dalam bekerja, kebutuhan ini misalnya gaji,

kepastian pekerjaan dan supervisi yang baik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai

motivator, tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan. 2. Faktor Motivasi, faktor-

faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis

yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung

berkaitan dengan pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang

sesuai dan lain sebagainya. Kedua faktor tersebut disebut Teori Dua Faktor (Two Factors

Theory) (Herzberg dalam Hakim, 2008:44).

Kinerja/Penilaian kinerja adalah proses penilaian hasil kerja yang dapat digunakan oleh

pihak manajemen untuk memberikan informasi kepada para pegawai secara individual

tentang mutu hasil pekerjaannya dipandang dari sudut kepentingan perusahaan

(Sentono dalam Djumiati, 2003:18).

Kinerja/penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja, untuk memberikan umpan

balik tentang kualitas kinerja dan kemudian mempelajari kemajuan perbaikan yang

dikehendaki dalam kinerja (John F. Bach dalam Timpe, 1992:239).

Kinerja/Perbedaan kinerja orang tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik dari

seseorang seperti perbedaan kemampuan (Maier dalam As’ad, 2001:48).

Kinerja/Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau evaluasi kinerja

kelompok atau evaluasi kinerja organisasi membutuhkan tolok ukur sebagai alat

pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat berbeda sesuai dengan sifat pekerjaan

atau jabatan masing-masing. Beberapa jenis tolok ukur diuraikan di bawah ini: a.

Sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam rencana

kerja. b. Standar umum, baik yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh

instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional atau

international. c. Standar yang ditetapkan secara khusus. d. Uraian tugas atau jabatan

menggambarkan pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh pejabat yang

bersangkutan. e. Misi dan atau tugas pokok organisasi atau unit organisasi

menggambarkan apa yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu

tertentu (Simanjuntak, 2005:3).

Kinerja/Unjuk kerja adalah kegiatan yang ditampilkan oleh konselor dalam rangka

pelaksanaan tugas dan/atau pengembangan profesional bimbingan konseling (Prayitno,

1994:374).

Page 178: Ensiklopedi pendidikan

Kompensasi/Di dalam UU No. 8 tahun dan UU No. 43 tahun 1999 yang berkaitan dengan

kompensasi dikemukakan sebagai berikut: a. Setiap pegawai negeri berhak memperoleh

gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab. b. Gaji

yang diterima oleh pegawai negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin

kesejahteraannya. c. Berhak atas cuti. d. Berhak memperoleh perawatan apabila ditimpa

oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya. e. Berhak

memperoleh tunjangan cacat jasmani maupun rohani. f. Pegawai negeri sipil yang tewas

keluarganya berhak memperoleh uang duka. g. Berhak atas uang pension (pasal 7

sampai dengan 10) (Muhroji, 2004:35-36).

Kompensasi/Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan Depdiknas memberikan

rekomendasi kepada pemerintah sebagai berikut: a. Gaji guru perlu ditingkatkan hingga

mencapai standar yang wajar untuk hidup guru dan keluarganya, yakni paling tidak dua

kali lipat dari keadaan sekarang. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan

pada aspek-aspek kesejahteraan lainnya yang meliputi prosedur kenaikan pangkat,

jaminan rasa aman secara fisik dan psikologis dalam menjalankan tugas, kondisi kerja,

kepastian karier dan pola hubungan yang lebih menonjolkan kolegalitas dari pada pola

hubungan hierarkhis dalam lingkungan sekolah. b. Untuk memberikan kepastian kepada

upaya peningkatan gaji guru dan membuktikan kesungguhan pemerintah dalam upaya

tersebut, perlu dibuat peraturan gaji khusus untuk guru yang memungkinkan struktur

penggajian guru berbeda dengan PNS lainnya yang non TNI. c. Peningkatan

kesejahteraan guru yang dilakukan oleh pemerintah pusat harus diikuti pula dengan

peran serta pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha dan orang tua dalam

melakukan hal yang sama. d. Setelah dilakukan kenaikan gaji guru hingga mencapai

standar minimal sebagaimana dikemukakan dalam rekomendasi nomor 1 restrukturisasi

sistem insentif guru perlu dilakukan dengan memberikan tunjangan fungsional yang

sesuai dengan prestasi guru dalam melaksanakan tugas. e. Untuk memenuhi kebutuhan

guru di daerah terpencil, perlu diberlakukan sistem kontrak (constract teachers) dengan

struktur imbalan yang lebih baik dan menarik. Calon guru direkrut secara terpisah dari

rekrutmen untuk guru-guru di luar daerah terpencil, dengan mengutamakan motivasi

dan kesiapannya untuk bertugas di daerah terpencil dan serta kualifikasi pendidikannya

(Muhroji, 2004:36-37).

Kompensasi/Pembagian kompensasi yang digunakan dalam studi ini mengacu pada

pendapat Mondy & Noe yang mengemukakan bahwa kompensasi dapat dibedakan

menjadi dua, yakni kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi

finansial ada yang bersifat langsung (direct financial compensation), dan tak langsung

(indirect financial compensation). Kompensasi finansial langsung terdiri dari gaji, upah,

bonus, dan komisi. Kompensasi finansial tak langsung dikenal dengan tunjangan, yakni

segala tambahan pendapatan di luar kompensasi finansial langsung. Kompensasi

nonfinansial terdiri dari kepuasan yang diterima pegawai (guru) dari pekerjaannya itu

Page 179: Ensiklopedi pendidikan

sendiri atau dari lingkungan pisik dan atau psikologis di tempat seorang pegawai

tersebut bekerja (Mondy & Noe, 1993:374).

Kompetensi dan aspek psikologis yang harus dikuasai atau dimiliki oleh guru yang

efektif ke dalam tiga hal pokok, yaitu: 1) penguasaan aspek-aspek dikdatik-

paedogogik, 2) penguasaan bidang studi yang akan diajarkan, 3) penguasaan metodik

atau teknik mengajarkan bidang studi tersebut (Elliot, Kratochwill, Cook, dan Travers

dalam M. Furqon Hidayatullah, 2007:21).

Kompetensi ini (sosial) berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota

masyarakat dan sebagai makhluk sosial, melipti: 1) Kemampuan untuk berinteraksi dan

berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional. 2)

Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga

kemasyarakatan. 3) Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual

maupun secara kelompok (Wina, 2006: 18-19).

Kompetensi kepribadian (personality) adalah kemampuan yang melekat dalam diri

pendidik secara mantap, stabil, dewasa, afir, dan berwibawa menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi ini dapat disederhanakan menjadi 3

cakupan, yakni: a. Kompetensi yang berkaitan dengan penampilan sikap positif terhadap

keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan. b.

Kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-

nilai yang seyogyanya dimiliki oleh guru. c. Kompetensi yang berkaitan dengan upaya

untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi peserta didiknya (Yasin,

2008:76).

Kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan

(Surya, 2003:138).

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: a. Mantap

dan stabil, b. Dewasa, c. Arif dan bijaksana, d. Berwibawa, e. Berakhlak mulai, f. Menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, g. Secara objektif mengevaluasi kinerja

sendiri, dan h. Mengembangkan sendiri secara mandiri dan berkelanjutan (Wina,

2006:20).

Kompetensi kepribadian/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2008:117).

Kompetensi kepribadian/Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi

pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau

penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil

(tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat

menengah) (Zakiah Darajat dalam Syah, 2000:225-226).

Kompetensi kepribadian/Kompetensi pribadi meliputi: 1) pengetahuan tentang adat

istiadat baik sosial maupun agama, 2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, 3)

Page 180: Ensiklopedi pendidikan

pengetahuan tentang inti demokrasi, 4) pengetahuan tentang estetika, 5) memiliki

apresiasi dan kesadaran sosial, 6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan

pekerjaan, 7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru

secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung

jawab dan mampu menilai diri pribadi (Gumelar dan Dahyat, 2002:127) merujuk pada

pendapat Asian Institut for Teacher Education).

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi: a) Kemampuan dalam memahami peserta

didik, dengan indikator antara lain: 1) Memahami karakteristik perkembangan peserta

didik, seperti memahami tingkat kognisi peserta didik sesuai dengan usianya; 2)

Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik, seperti mengenali

tipe-tipe kepribadian peserta didik, mengenali tahapan-tahapan perkembangan

kepribadian peserta didik, dan lainnya; 3) Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal

peserta didik, mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik, dan lain

sebagainya. b) Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan

indikator antara lain: 1) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran,

seperti mampu menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam kurikulum,

mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi, mampu menggunakan sumber

belajar yang memadai, dan lainnya; 2) Mampu merencanakan pengelolaan

pembelajaran, seperti merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai, memilih jenis strategi/metode pembelajaran

yang cocok, menentukan langkahlangkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat

digunakan untuk memotivasi peserta didik, menentukan bentuk-bentuk pertanyaan

yang akan diajukan kepada pesera didik, dan lainnya; 3) Mampu merencanakan

pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat duduk peserta didik, mengalokasi

waktu, dan lainnya; 4) Mampu merencanakan penggunakan media dan sarana yang bisa

digunakan untuk mempermudah pencapaian kompetensi, dan lainnya; (5) Mampu

merencanakan model penilaian proses pembelajaran, seperti menentukan bentuk,

prosedur, dan alat penilaian. c) Kemampuan melaksanakan pembelajaran, dengan

indikator antara lain: 1) Mampu menerapkan ketrampilan dasar mengajar, seperti

membuka pelajaran, menjelaskan, pola variasi, bertanya, memberi penguatan, dan

menutup pelajaran; 2) Mampu menerapkan berbagai jenis model pendekatan, strategi/

metode pembelajaran, seperti aktif learning, pembelajaran portofolio, pembelajaran

kontekstual dan lainnya; 3) Mampu menguasai kelas, seperti mengaktifkan peserta didik

dalam bertanya, mampu menjawab dan mengarahkan pertanyaan siswa, kerja

kelompok, kerja mandiri, dan lainnya; 4) Mampu mengukur tingkat ketercapaian

kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung d) Kemampuan

dalam mengevaluasi hasil belajar, dengan indicator antara lain: 1) Mampu merancang

dan melaksanakan asesment, seperti memahami prinsip-prinsip asesment, mampu

menyusun macammacam instrumen evaluasi pembelajaran, mampu melaksanakan

Page 181: Ensiklopedi pendidikan

evaluasi, dan lainnya; 2) mampu menganalisis hasil assesment, seperti mampu

mengolah hasil evaluasi pembelajaran, mampu mengenali karakteristik instrumen

evaluasi; 3) Mampu memanfaatkan hasil asesment untuk perbaikan kualitas

pembelajaran selanjutnya, seperti memanfaatkan hasil analisisn instrumen evaluasi

dalam proses perbaikan instrumen evaluasi, dan mampu memberikan umpan balik

terhadap perbaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. e)

Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya, dengan indikator antara lain: 1) Memfasilitasi peserta didik

untuk mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan potensi akademik

peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan

mengembangkan potensi akademik peserta didik; 2) Mampu memfasilitasi peserta didik

untuk mengembangkan potensi non-akademik, seperti menyalurkan potensi non-

akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan

mengembangkan potensi non-akademik peserta didik (Yasin, 2008:73-75).

Kompetensi pedagogik/Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

mencakup kemampuan: 1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3) merencanakan pengelolaan

kelas, 4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan 5)

merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Depdiknas

(2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi 1)

mampu mendeskripsikan tujuan, 2) mampu memilih materi, 3) mampu mengorganisir

materi, 4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, 5) mampu menentukan

sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, 6) mampu menyusun perangkat

penilaian, 7) mampu menentukan teknik penilaian, dan 8) mampu mengalokasikan

waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan

proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran

berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan

bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber

belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan (Joni, 1984:12).

Kompetensi pedagogik/Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan

program mengajar adalah mencakup kemampuan: 1) memotivasi siswa belajar sejak

saat membuka sampai menutup pelajaran, 2) mengarahkan tujuan pengajaran, 3)

menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, 4)

melakukan pemantapan belajar, 5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan

baik dan benar, 6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, 7) memperbaiki

program belajar mengajar, dan 8) melaksanakan hasil penilaian belajar (Harahap,

1982:32).

Kompetensi pedagogik/Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi: 1)

membuka pelajaran, 2) menyajikan materi, 3) menggunakan media dan metode, 4)

menggunakan alat peraga, 5) menggunakan bahasa yang komunikatif, 6) memotivasi

Page 182: Ensiklopedi pendidikan

siswa, 7) mengorganisasi kegiatan, 8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, 9)

menyimpulkan pelajaran, 10) memberikan umpan balik, 11) melaksanakan penilaian,

dan 12) menggunakan waktu (Depdiknas, 2004:9).

Kompetensi pedagogik/Kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi 1) mampu

memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, 2) mampu memilih soal berdasarkan

tingkat pembeda, 3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid, 4) mampu memeriksa

jawab, 5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, 6) mampu mengolah dan

menganalisis hasil penilaian, 7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil

penilaian, 8) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, 9) mampu

mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, 10) mampu menyimpulkan dari hasil

penilaian secara jelas dan logis, 11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil

penilaian, 12) mengklasifikasi kemampuan siswa, 13) mampu mengidentifikasi

kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, 14) mampu melaksanakan tindak lanjut, 15)

mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan 16) mampu menganalisis hasil evaluasi

program tindak lanjut hasil penilaian. Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik

tercermin dari indikator 1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, 2)

kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan 3)

kemampuan melakukan penilaian (Depdiknas, 2004: 9).

Kompetensi pedagogik/Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk

mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun

dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik

organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud

yang telah ditetapkan (Sutisna, 1993: 212).

Kompetensi pedagogik/Ppersyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: 1) menggunakan metode

belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, 2)

mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, 3)

berkomunikasi dengan siswa, 4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan

5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar (Yutmini, 1992:13).

Kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga

menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa (Arikunto,

1993:239).

Kompetensi Profesioanal/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008: 135).

Kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal: 1) mengerti dan dapat

menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, 2) mengerti

dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta

Page 183: Ensiklopedi pendidikan

didik, 3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan

kepadanya, 4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, 5)

mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, 6)

mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, 7) mampu

melaksanakan evaluasi belajar dan 8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik

(Gumelar dan Dahyat, 2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher

Education).

Kompetensi profesional meliputi: 1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan

penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi 1) mengikuti

informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan

ilmiah, 2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, 3) mengembangkan

berbagai model pembelajaran, 4) menulis makalah, 5) menulis/menyusun diktat

pelajaran, 6) menulis buku pelajaran, 7) menulis modul, 8) menulis karya ilmiah, 9)

melakukan penelitian ilmiah (action research), 10) menemukan teknologi tepat guna,

11) membuat alat peraga/media, 12) menciptakan karya seni, 13) mengikuti pelatihan

terakreditasi, 14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan 15) mengikuti kegiatan

pengembangan kurikulum. Pemahaman wawasan meliputi 1) memahami visi dan misi,

2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, 3) memahami konsep

pendidikan dasar dan menengah, 4) memahami fungsi sekolah, 5) mengidentifikasi

permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, 6) membangun

sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah. Penguasaan bahan

kajian akademik meliputi 1) memahami struktur pengetahuan, 2) menguasai substansi

materi, 3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang

dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin

dari indikator 1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, 2) kemampuan penelitian

dan penyusunan karya ilmiah, 3) kemampuan pengembangan profesi, dan 4)

pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan (Depdiknas, 2004:9).

Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam

tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi

yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu

menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993:239).

Kompetensi profesional pendidik ini meliputi, antara lain: a. Penguasaan terhadap

keilmuan bidang studi, dengan indicator menguasai substansi materi pembelajaran

yang tercantum dalam kurikulum, seperti memahami konsep, struktur, dan isi materi,

serta mampu mengembangkannya sesuia dengan kebutuhan yang diperlukan. b.

Mampu menguasai langkah-langkah kajian kritis pendalam isi untuk pengayaan bidang

studi, dengan indikator; mampu menguasai metode pengembangan ilmu sesuai bidang

studi, mampu menelaah materi secara kritis, analisis, inovatif terhadap bidang studi,

mampu mengaitkan antara materi bidang studi dengan materi bidang studi lain yang

serumpun maupun yang tidak langsung (Yasin, 2008:75-76).

Page 184: Ensiklopedi pendidikan

Kompetensi profesional, antara lain: mengembangkan tanggungjawab, melaksanakan

peranan-peranannya, mampu bekerja dan berusaha mencapai tujuan pendidikan,

mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar di kelas (Hamalik,

2004:38:52).

Kompetensi profesional/Kemampuan profesional mencakup: 1) penguasaan pelajaran

yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar

keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, 2) penguasaan dan penghayatan atas landasan

dan wawasan kependidikan dan keguruan, 3) penguasaan proses-proses kependidikan,

keguruan dan pembelajaran siswa (Johnson sebagaimana dikutip Anwar, 2004:63).

Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan

untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang

akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus

memiliki kompetensi: 1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang

baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi

juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan

landasan dalam melaksanakan tugasnya, 2) pertimbangan sebelum memilih jabatan

guru, dan 3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan

masyarakat dan kemajuan pendidikan (Gumelar dan Dahyat, 2002:127) merujuk pada

pendapat Asian Institut for Teacher Education).

Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik

dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan

anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin

melalui indikator: 1) interaksi guru dengan siswa, 2) interaksi guru dengan kepala

sekolah, 3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa,

dan 5) interaksi guru dengan masyarakat (Arikunto, 1993:239).

Kompetensi sosial/Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya

sebagai guru (Johnson dalam Anwar, 2004: 63).

Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun

yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

diperlukan tersebut dalam pekerjaan (Sofo, 1999:123).

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam

mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan

dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru (Majid, 2005:6).

Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui

pendidikan formal maupun pengalaman (Diyakini Robotham, 1996:27).

Kompetensi/Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru

antara lain: a) Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang

harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang diajarkan

Page 185: Ensiklopedi pendidikan

serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih

metode dalam proses belajar mengajar. b) Kompetensi personal, artinya sikap

kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek.

Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu

melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu

“Ing Ngarsa Sung Thuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. c)

Kompetensi Sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial,

baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan

dengan masyarakat luas. d) Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-

baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material (Uno, 2007:66-

67).

Kompetensi/Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi

sebagai berikut: pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan

(skills), nilai (value), sikap (attitude) dan minat (interest), jadi KBK adalah suatu konsep

kompetensi yang sebagai konsep kurikulum dengan menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,

kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam

bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Gordon

dalam Mulyasa, 2006:39).

Komunikasi/Yang dimaksud dengan komunikasi yang harmonis dan efektif, dapat

memberikan manfaat sebagai berikut ; 1) Memudahkan mendapat informasi yang

diperlukan guna mewujudkan kerja sama yang menjadi beban organisasi. 2)

Mempermudah pelaksanaan konsepsi dan tugas-tugas yang memrlukan tanggung

jawab. 3) Mempermudah memberikan dorongan agar setiap personal berpikir dan

bekerja dengan penuh inisiatif, kreatif dan disertai dedika. 4) Memberikan kepuasan

kepada personal karena dapat memenuhi dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya

sesuai dengan posisinya masingmasing (Nawawi, 1993:47).

Konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah memiliki peranan

penting berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat

memanfaatkan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai

rangkaian upaya pemberian bantuan (Dahlan, 1988: 22).

Konseling tidak dapat lepas dan melepaskan diri dari keseluruhan rangkaian

pendidikan.. Konseling sebagai upaya pendidikan memberikan perhatian pada proses,

yaitu cenderung memperhatikan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan

pada anak mencapai suatu tingkat kehidupan yang berdasarkan pertimbangan

normative, antropologis (memperhatian anak selaku manusia) dan sosio kultural.

Dengan demikian, konseling tidak mungkin melepaskan diri dari keseluruhan rangkaian

Page 186: Ensiklopedi pendidikan

pendidikan. Dengan perkataan lain, pendidikan dapat memanfaatkan konseling sebagai

mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya (Dahlan, 1988:22).

Konseling/Hal-hal yang berhubungan dengan konseling: 1) Konseling dilakukan dalam

suasana hubungan tatap muka antara dua orang. 2) Konseling dilakukan oleh orang

yang ahli (memiliki kemampuan khusus dibidang konseling). 3) Konseling merupakan

wahana proses belajar bagi klien, yaitu belajar memahami diri sendiri, membuat rencana

untuk masa depan, dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. 4) Pemahaman diri

dan pembuatan rencana untuk masa depan itu dilakukan dengan menggunakan

kekuatan-kekuatan klien sendiri. 5) Hasil-hasil konseling harus dapat mewujudkan

kesejahteraan, baik bagi diri pribadi maupun masyarakat (Tolbert dalam Prayitno & Amti,

2004:103).

Konseling/Kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pada

umumnya dilaksanakan secara individual. 2) Pada umumnya dilakukan dalam suatu

perjumpaan tatap muka. 3) Untuk melksanakan konseling dibutuhkan orang yang ahli.

4) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi klien. 5) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu

memechkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri (Soetjipto dan Kosasi,

2009:63).

Konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli memiliki tugas sebagai berikut:

1) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan. 2) Merencanakan program bimbingan. 3)

Melaksanakan segenap layanan bimbingan. 4) Melaksanakan kegiatan pendukung

bimbingan. 5) Menilai proses dan hasilpelayanan bimbingan dan kegiatan

pendukungnya. 6) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian. 7)

Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang

dilaksanakannya. 8) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan

bimbingan kepada koordinator bimbingan (Sukardi, 2000:56).

Konselor/Karakteristik konselor yang diperlukan dalam pemahaman itu menurut

Brammer, mengarah pada efektifitas yang berwujud emphaty, hangat dan penuh

perhatian (warmth and caring), terbuka (openess), penghargaan secara positif (positive

regard), dan kekonkritan dan kekhususan (concreteness and specifity) (dalam Awalya,

1995:27).

Konselor/Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan

Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor sangat

membantu guru dalam hal: 1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru

tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.

2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi

proses belajar-mengajar. 3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses

belajar siswa lebih efektif. 4) Mengatasi masalah-masalahyang ditemui guru dalam

melaksanakan tugasnya (Soetjipto dan Kosasi, 2009:65).

Page 187: Ensiklopedi pendidikan

Konselor/Kualitas kepribadian konselor yaitu 1) mengenal diri sendiri (knowing oneself),

2) memahami orang lain (understanding others), 3) kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain (relating to others)’ (Belkin dalam Winkel, 2005:184)

Konselor/Kualitas pribadi konselor yaitu: 1) memahami dan melaksanakan etika

profesional, 2) mempunyai rasa kesadaran diri mengenai kompetensi, nilai, dan sikap,

3) memiliki karakteristik diri yaitu respek terhadap orang lain, kematangan pribadi,

memiliki kemampuan intuitif, fleksibel dalam pandangan dan emosional stabil, 4)

kemampuan dan kesabaran untuk mendengarkan orang lain dan kemampuan

berkomunikasi (Menne dalam Willis, 2004:80).

Konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia

mengetahui semua unsur dalam konsep itu, meliputi:1) nama, 2) contoh-contoh baik

yang positif maupun yang negatif, 3) karekteristik, baik yang pokok maupun tidak, 4)

rentangan Karekteristik, dan 5) kaidah (Brunner dalam Budiningsih, 2005:43).

Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan suatu masalah.

Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh

(Abidin, 2004:60).

Konsep/Suatu konsep memiliki 5 unsur seseorang dikatakan memahami suatu konsep

apabila ia menegtahui semua unsur darikonsep itu, meliputi: 1) Nama, 2) Contoh-

contoh baik yang positif maupun yang negative, 3) Karakteristik, baik yang pokok

ataupun tidak, 4) rentangan karakteristik, dan 5) Kaidah (Bruner dalam Budiningsih,

2005:43).

Kosakata/Semua tingkat kecakapan untuk memenuhi peningkatan kosakata dapat

dilakukan dengan media permainan (games) (Betteridge, 1994:113).

Kosakata/Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata akan

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status

sosial serta fator-faktor geografis. Seperti halnya dalam proses membaca yang

membimbing siswa dari yang telah diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak

diketahui. Oleh karena itu, telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah

yang sama atau tidak diketahui (Tarigan 1986:2-3).

Kosakata/Untuk dapat mencapai hasil pembelajaran kosakata yang optimal, guru perlu

membekali siswanya dengan kata-kata yang berkaitan dengan bidang tertentu. Dalam

setiap bidang ilmu dipergunakan kata-kata khusus. Upaya pemerkayaan koasakata

perlu dilakukan secara terus-menerus dan dapat diperoleh melalui bidang-bidang

tertentu (Depdikbud 2003: 35).

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan intelektual atau berfikir manusia. Meski

tidak menjamin seseorang untuk bertindak kreatif, namun dengan dasar-dasar suatu

pengetahuan, maka seseorang dapat melengkapi atau mengembangkan sistem

pengetahuan yang ada, membuat analogi-analogi untuk merencanakan pemecahan

suatu masalah atau mentransformasikan ke dalam situasi yang baru (Suharnan, 2005:

392-393).

Page 188: Ensiklopedi pendidikan

Kreativitas/Aspek perkembangan kreativitas meliputi: 1. dimensi pribadi (person),

tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan

lingkungannya. 2. definisi proses (prosess), meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah

mulai dari menemukan maalah sampai dengan menyampaikan hasil. 3. definisi

pendorong (press), baik dorongan dari internal maupun eksternal dari lingkungan sosial

dan psikologis. 4. definisi produk, fokus produk kreatif menekankan unsur orisinalitas,

kebaruan, kebermaknaan (Munandar, 2002: 26-28).

Kreativitas/Berbagai persyaratan dalam rangka pengembangan kreativitas: 1.

profesionalisme sebagai prasyarat kreativitas mengandung arti seseorang harus

menguasai secara tuntas bidang keahliannya, disertai komitmen dan dorongan untuk

mencapai prestasi yang setingginya 2. toleransi terhadap perbedaan pendapat, dengan

peningkatan kemampuan dalam penguasaan iptek hanya mungkin terjadi melalui

sintesis dan perpaduan antara perspektif dan argumentasi yang berbeda-beda. Tradisi

(budaya) yang dibangun di lingkungan pendidikan adalah bahwa suatu gagasan dan

pendapat hendaknya benar-benar didasari pemikiran yang jernih dan dudukung

buktibukti yang dapat diuji kebenarannya 3. keterbukaan, kesediaan dan kesiapan untuk

menerima informasi, gagasan dan nilai baru yang konstruktif. Dengan keterbukaan kita

akan terhindar dari perangkap wawasan sempit yang dapat menghambat perkembangan

kreativitas. Keterbukaan menuntut adanya aturan dan etika yang jelas sebagai pedoman

berpikir dan bertindak. Keterbukaan mensyaratkan adanya kekenyalan budaya yang

berpijak pada jati diri bangsa. Budaya yang kenyal adalah budaya yang terbuka bagi

masuknya unsur budaya yang positif dan konstruktif serta cukup kuat dalam mencegah

masuknya unsur budaya yang destruktif. Agar tidak menjurus budaya destruktif,

kreativitas harus senantiasa dibingkai nilai etika desertai keimanan dan ketaqwaan

sehingga memberi bobot yang seimbang dalam poses pembangunan nasional

(Wardiman Djojonegoro dalam Supriadi,1997: vii).

Kreativitas/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu: tersedianya

sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan;

penekanan pada becoming tidak semata-mata being; kesempatan bebas terhadap

media kebudayaan; kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai

tantangan; menghargai dan dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain;

toleransi dan minat terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi

yang berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan

penguatan (Arieti dalam Munandar, 2002: 197).

Kreativitas/Kemampuan berfikir kreatif sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas

sekolah, tetapi pada kenyataannya belum semua sekolah yang menyadari pentingnya

kreatifitas. Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru,

sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-

hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar,1999: 33).

Page 189: Ensiklopedi pendidikan

Kreativitas/Kreativitas merupakan kemampuan dalam menciptakan kombinasi baru

dalam hal-hal yang telah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (Munandar,

1992: 72).

Kreativitas/Langkah-langkah menuju budaya kreatif: 1. mendefinisikan kembali

problem yang dihadapi. Secara esensi cara ini bisa dimaknai sebagai pelepasan

seseorang dari belenggu pikirannya. Proses ini adalah bagian dari sintetis berpikir

kreatif. 2. bertanya dan menganalisis asumsi. Orang kreatif mempertanyakan asumsi

dan cepat menggerakkan orang lain melakukan hal yang sama. Mempertanyakan asumsi

adalah bagian dari kreativitas berpikir analisis. 3. menjual ide. Murid-murid dilatih

bagaimana mempengaruhi orang lain melalui gagasan-gagasan mereka. Menjual

gagasan adalah bagian dari aspek praktikal berpikir kreatif. 4. mendorong menghasilkan

ide. Orang kreatif mampu mendemonstrasikan gaya berpikir seorang legislatif. Seorang

legislatif suka menghasilkan ide. Siswa butuh banyak pengetahuan agar ide yang muncul

lebih baik. Guru dan murid harus bersamasama mengidentifikasi dan mengenali aspek

kreatif dari ide yang dihadirkan. 5. mengenali dua arah perolehan pengetahuan. Murid-

murid dikenalkan pada proses belajar dua arah, berpusat pada guru dan belajar dari diri

mereka sendiri. 6. mendorong siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya.

Siswa perlu tahu bahwa proses kreativitas berlangsung lama, agar nilai atau ide kreatif

bisa dikenal dan dihargai. 7. mendorong berpikir sehat dan berani mengambil resiko.

Apakah kesulitan, rintangan dan resiko harus dihindari? Tidak. Pertanyaan dan jawaban

ini harus ditanamkan secara kuat pada jiwa murid, agar sadar tentang semua resiko

yang akan dihadapi dari setiap pengambilan keputusan. Inilah bentuk berpikir sehat,

dan, itulah harga kerja kreatif. 8. mendorong toleransi ambigu. Menyadari adanya kodrat

hitam dan putih. Demikian pula, pemikiran dan perbuatan mempunyai dua dimensi,

baik-buruk. 9. membantu siswa membangun keyakinan meraih sukses (selfefficacy).

Semua siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan berkreasi atas pengalaman-

pengalamannya. Berada di kelompok yang menyenangkan, misalnya, mendorong siswa

mampu memunculkan sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, cara pertama adalah memberi

suasana kondusif pada siswa untuk bisa kreatif. 10. membantu siswa menemukan cinta

pada perbuatannya. Siswa disadarkan pentingnya mencintai apa yang sedang

dikerjakan. Hal ini mendorong siswa menampilkan kerja yang bagus, fokus dan penuh

dedikasi. 11. mengajarkan siswa pentingnya menunda kepuasaan. Siswa harus ditanam

kesadaran pentingnya kita mengerjakan suatu proyek dalam jangka waktu lama, tanpa

berharap cepat-cepat mendapatkan hasil. 12. memelihara lingkungan agar tetap kreatif.

Suasana kelas hendaknya dikondisikan untuk tetap terjaga kreativitasnya. Dengan

demikian siswa akan terdorong untuk selalu kreatif (Naqiyah, 2005).

Kreativitas/Pada akhirnya kreativitas dan inisiatif akan tumbuh subur bila didasari

komitmen yang kuat. Maka komitmen para anggota profesi keguruan, khusunya guru

pendidikan jasmani amat vital bagi terpenuhinya ke semua unsur profesi ideal. Jadi

tindak kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi pada faktor substansial dalam

Page 190: Ensiklopedi pendidikan

profesionalisasi guru pendidikan jasmani sebaiknya bergerak dalam penguatan

komitmen guru yang mampu menggerakkan daya kreativitas dan inisiatif untuk

senantiasa berusaha menambah pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan

khususnya yang langsung berkaitan dengan tugas profesionalnya (Permadi, 1999: 111).

Kreativitas/Pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreatifitas peserta didik.

Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar hendaknya memahami hal

ini, oleh karena itu harus mempunyai karakteristik dalam mengembangkan kreativitas

yaitu kompetensi dan minat belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak

memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan

penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian terhadap masalah anak, dan

penampilan dan sikap yang menarik (Munandar, 2002: 145).

Kreativitas/Pengembangan budaya kreatif tidak terlepas dari budaya yang berlaku di

sekolah bersangkutan. Kreatifitas merupakan kemampuan dalam menciptakan

kombinasi baru dalam hal-hal yang telah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru

(Munandar, 1992: 72).

KTSP memiliki 4 karakteristik yaitu: 1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan

satuan pendidikan, 2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, 3)

Kepemimpinan yang demokratis dan professional. 4) Tim kerja yang kompak dan

transparan (Mulyasa, 2006: 29).

KTSP/Dalam pelaksanaan KTSP, perlu pula memperhatikan tujuh prinsip dalam

pelaksanaannya antara lain: 1). Pelaksanaan kurikulum didasari pada potensi,

perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna

bagi dirinya. 2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar. 3).

Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat

perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap

perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan

pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,

kesosialan, dan moral. 4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta

didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka, serta dengan

prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha. 5).

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta memafaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6). Kurikulum dilaksanakan dengan

mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk

keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7).

Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran,

muatan lokal, dan pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan jenis serta

jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249).

Page 191: Ensiklopedi pendidikan

KTSP/Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan

pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber

belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian . Berdasarkan

uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:

pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat

dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta team

kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2007:29).

KTSP/Keberhasilan implementasi KTSP sangat ditentukan oleh faktor guru, karena

bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakannya tugas

dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan

(Mars dalam Mulyasa, 2006: 247).

KTSP/KTSP di kembangkan berdasarkan prinsip prinsip berikut: 1) Berpusat pada

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan. 2)

Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5) Menyeluruh dan

berkesinambungan. 6) Belajar sepankang hayat. 7) Seimbang antara kepentingan

nasional dan kepentingan daerah (Muslich, 2007:11).

KTSP/Masnur Muslich juga menyebutkan tentang acuan KTSP: “KTSP disusun dengan

memperhatikan acuan operasional sebagai berikut: 1) peningkatan iman dan takwa serta

akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik secara utuh. 2) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan minat

sesuai dengan tinkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Kurikulum disusun

agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan,

intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peeseta didik secara optimal sesuai

tingkat perkembangannya. 3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan

lingkungan. Daerah memiliki keragaman potensi potensi, kebutuhan, tantangan dan

keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat

keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan daerah. 4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

Pembangunan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan

daerah dan nasional. 5) Tuntutan dunia kerja. Kuirkulum harus memuat kecakapan

hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuaidengan tingkat

perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerj, khususnya bagi mereka yang

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6) Perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan

berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni. 7) Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan

kerukunan umat beragama, serta memperhatikan norma agama yang berlaku

dilingkungan sekolah. 8) Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus

dikembangkan agar persta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup

Page 192: Ensiklopedi pendidikan

berdampingan dengan bangsa lain. 9) Persatuan nasional dan nilai – nilai kebangsaan.

Kurikulum harus mendorong wawasan dan siakp kebangsaan dan persatuan nasional

untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10)

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang

kelestarian keragaman budaya. 11) Kesetaraan gender. Kurikulum harus di arahkan

kepada pendidikan berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan

gender. 12) Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai visi,

misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan satuan pendidikan (Muslich, 2007:11).

KTSP/Tujuan KTSP secara khusus meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatkan

mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan

kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2)

Meningkatakan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan kompetisi yang

sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa,

2007:22).

KTSP/Tujuan KTSP secara khusus meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatkan

mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan

kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2)

Meningkatakan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan kompetisi yang

sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa,

2007:22).

KTSP/Tujuan KTSP secara khusus meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatkan

mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan

kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2)

Meningkatakan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan kompetisi yang

sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa,

2007:22).

KTSP/Tujuan umum diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidkan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada

lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007:22).

KTSP/Tujuan umum diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidkan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada

lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007:22).

KTSP/Tujuan umum diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidkan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada

Page 193: Ensiklopedi pendidikan

lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan

secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2007:22).

Kualitas dalam konteks ‘hasil’ pendidikan mengacu pada hasil atau presentasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir

tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Presentasi yang dicapai atau hasil

pendidikan dapat berupa hasil test kemampuan akademis, dapat pula presentasi

dibadang lain seperti disuatu cabang olah raga atau seni tambahan tertentu. Bahkan

presentasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang seperti suasana

disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya (Umaedi, 1994: 4).

Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilar merupakan kemampuan

lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk

meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Didalam konteks pendidikan,

pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil

pendidikan (Suryadi & Tilaar, 159).

Kuesioner disebut mempunyai reliabilitas atau dapat dipercaya jika kuesioner itu stabil

dan dapat diandalkan sehingga penggunaan kuesioner berkali-kali tetap akan

memberikan hasil yang serupa (Nazir, 1998: 125).

Kultur sekolah diyakini oleh kepala sekolah, guru-guru, dan staf administrasi maupun

siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang

muncul di sekolah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa studi menyimpulkan kultur

sekolah yang “sehat” memiliki korelasi tinggi terhadap: (1) prestasi dan motivasi siswa

untuk berprestasi, (2) sikap dan motivasi kerja guru, dan (3) produktivitas dan kepuasan

kerja guru (Zamroni, 2003: 149).

Kurikulum adalah seluruh usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya

belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang

diberikan disekolah saja. Seluruh pengembangan aspek seseorang dijangkau dalam

kurikulum inni, baik aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional (Patmonodewo,

2000: 56).

Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran,

yang merupakan suatu rencana pendidikan dan memberikan pedoman serta pegangan

tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan (Sukmadinata, 2006:3-7).

Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar dan mengajar di dunia

pendidikan (Idi, 2007:1).

Kurikulum/Beberapa fungsi kurikulum antara lain: 1). Fungsi penyesuaian – Individu

hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan

lingkungannya secara menyeluruh. Oleh karena itu lingkungan akan senantiasa berubah

dan bersifat dinamis, sehingga setiap individu harus memiliki kemampuan untuk

bersifat dinamis pula. Disamping itu lingkungan juga harus disesuaikan dengan kondisi

perorangan. Disinilah terletak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan. 2). Fungsi

integrasi – Kurikulum berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh

Page 194: Ensiklopedi pendidikan

karena itu, individu-individu itu merupakan bagian integral dari masyarakat sehingga

akan dapat memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian

masyarakat. 3). Fungsi deferensiasi – Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap

perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan

mendorong orang untuk berpikir kritis dan kreatif sehingga akan dapat mendorong

kemajuan sosial dalam masyarakat. 4). Fungsi persiapan – Kurikulum berfungsi untuk

mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu

jangkauan yang lebih jauh. 5). Fungsi pemilihan – Kurikulum berfungsi memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik

minatnya. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut, maka kurikulum

perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel. 6). Fungsi diagnostic – Kurikulum

berfungsi untuk mengarahkan dan membantu para siswa agar mereka mampu

memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang

dimilikinya (Hamalik, 2006:10).

Kurikulum/Empat azaz kurikulum sebagai berikut: 1) Azas fisiologis. Suatu Negara pasti

mempunyai tujuan pendidikan sendiri, hal ini ditentukan oleh perbedaan filsafat dari

masing-masing Negara tersebut.filsafat yang di anut dicerminkan pada kurikulum yang

dijalankan suatu Negara tersebut . kurikulum senantiasa berhubungan erat dengan

filsafat pendidikan, karena filsafat merupakan induk dari semua pengetahuan. luasnya

fisafat dapat dirumuskan menjadi 6 kajian, a) Metafisika, yakni studi yang hakikat

kenyataan atau realitas, b) Epistemologi, yakni studi tentang hakikat pengetahuan, c)

Aksiologi, yakni studi tentang nilai, d) Etika, yakni studi tentang hakikat kebaikan, e)

Estetika, yakni studi tentang hakikat keindahan, f) Logika, yakni studi tentang hakikat

penalaran. Filsafat menetukan tujuan yang ingin dicapai dengan alat yang disebut

kurikulum. 2) Azas sosiologis. Dalam azas ini tentu saja hubungannya dengan

masyarakat, dalam dunia pendidikan tidak hanya terpaku pada lingkungan sekolah, tapi

juga dengan lingkungan masyarakat disekitar, atau di daerah tersebut.kurikulum dibuat

juga dengan melihat kondisi dari masyarakat di deaerah tersebut, hal ini agar siswa

dapat siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat sekitar, dan tidak

hanya terpaku pada dunia pendidikan saja. . disini harus dijaga keseimbangan antara

kepentingan anak sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. 3) Azas psikologis.

a) ilmu jiwa anak. Sekolah didirikan untuk anak, untuk itu kepentingan anak, yakni

memberi situasi belajar kepada anak –anak dimana mereka dapat mengembangkan

bakatnya. sebab itu sudah seharusnya anak itu sendiri merupakan faktor yang harus

dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Pendidikan seorang anak tentu saja

berbeda dengan pendidikan yang diterima oleh orang dewasa, hal ini dikarenakan oleh

kondisi dari kejiwaan dari seorang anak, jenis dan model pendidikan disesuaikan dari

umur anak tersebut, perbedaan jenjang umur tersebut mempengaruhi pola pikirnya,

suatu anak akan mengalami peningkatan pola pikir secara bertahap, maka dari itu anak

juga akan melewati kelas-kelas untuk mencapai suatu kedewasaan berpikir. dengan

Page 195: Ensiklopedi pendidikan

alasan tersebut maka kurikulum juga disusun melihat dari ilmu jiwa seorang anak. b)

ilmu jiwa belajar. Pendidikan disekolah diberikan dengan harapan agar tujuan

pendidikan dapat tercapai . tujuan itu akan tercapai jika pembelajaran yang dilakukan

dapat berhasil, keberhasilan dari belajar bukan hanya pengaruh dari guru, akan tetapi

bagaima model pembelajarannya juga mempengaruhi . pada saat ini dikenal suatu

Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan . Model pembelajaran

tersebut menentukan bahan pelajaran yang harus disajikan. Jadi terdapat hubungan

yang erat antara kurikulum dan ilmu jiwa belajar. 4) Azas Organisatoris. Azas ini

mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Azas ini

berhubungan erat dengan pendapat tersebut di atas. Pembentukan organisasi ini

dilakukan untuk menentukan materi pengajaran yang harus disampaikan kepada siswa

sesuai dengan jenjang pendidikannya. “Sebagai konklusi dari uraian azas organisatoris

tersebut, ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan yakni: a) tujuan bahan pelajaran, b)

sasaran bahan pelajaran, c) pengorganisasian bahan (Soedarminto (1986) dalam Idi,

2006:94).

Kurikulum/Fungsi (kurikulum) tersebut lebih kurang meliputi: 1) Fungsi kurikulum

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan suatu alat atau usaha

untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang di inginkan sekolah yang di anggap

cukup tepat dan penting untuk dicapai . Dengan kata lain bila tujuan yang diinginkan

tidak tercapai maka orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan

tersebut. 2) Fungsi kurikulum bagi anak. Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun

yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka.

Dengan begitu diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak

kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembanagan anak. 3) Fungsi

kurikulum bagi Guru atau pendidik. Fungsi kurikulum bagi guru mencakup beberapa

hal, yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman

belajar bagi anak didik, pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan

anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, dan pedoman

dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. 4) Fungsi kurikulum bagi kepala

sekolah dan pembina sekolah, yang pertama sabagai pedoman dalam rangka

mengadakan fungsi supervise yaitu memperbaiki situasi belajar, sebagai pedoman

dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang

situasi belajar anak kearah yang lebih baik, sebagai pedoman dalam melaksanakan

fungsi superevisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi

mengajar, sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut, yang

terakhir sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 5).

Fungsi kurikulum bagi orang tua murid, artinya orangtua dapat turut serta membantu

usaha sekolah dalam memejukan putra putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui

konsultasi langsung dengan sekolah, guru, dana dan sebagainya. 6) Fungsi kurikulum

bagi sekolah pada tingkatan diatasnya. Fungsi kurikulum bagi sekolah atasnya berkaitan

Page 196: Ensiklopedi pendidikan

dengan dua jenis fungsi yaitu keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga

guru. 7). Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Dalam hal ini

terdapat dua hal yang dapat dilakukan yaitu pemakai lulusan ikut memberikan bantuan

guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama

dengan pihak orangtua/ masyarakat. Berikutnya adalah ikut memberikan kritik atau

saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan progam pendidikan di sekolah

agar bias lebih serasi dengan kebutuhan masyakat dan lapangan kerja (Idi, 2007:205).

Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi sekolah yang

bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal

ini, kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses

pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka

kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3). Fungsi bagi

masyarakat – Kurikulum haruslah mengetahui dan mencerminkan hal-hal yang menjadi

kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988:6).

Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi sekolah yang

bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal

ini, kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses

pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka

kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3). Fungsi bagi

masyarakat – Kurikulum haruslah mengetahui dan mencerminkan hal-hal yang menjadi

kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988:6).

Kurikulum/Fungsi tersebut lebih kurang meliputi: 1) Fungsi kurikulum dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk

mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang di inginkan sekolah yang di anggap cukup

tepat dan penting untuk dicapai . Dengan kata lain bila tujuan yang diinginkan tidak

tercapai maka orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan tersebut.

2) Fungsi kurikulum bagi anak. Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang

disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan

begitu diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari

dapat dikembangkan seirama dengan perkembanagan anak. 3) Fungsi kurikulum bagi

Guru atau pendidik. Fungsi kurikulum bagi guru mencakup beberapa hal, yaitu sebagai

pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak

didik, pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam

rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, dan pedoman dalam mengatur

kegiatan pendidikan dan pengajaran. 4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan

pembina sekolah, yang pertama sabagai pedoman dalam rangka mengadakan fungsi

Page 197: Ensiklopedi pendidikan

supervise yaitu memperbaiki situasi belajar, sebagai pedoman dalam melaksanakan

fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak

kearah yang lebih baik, sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi superevisi dalam

memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, sebagai

pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut, yang terakhir sebagai

pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 5). Fungsi kurikulum

bagi orang tua murid, artinya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah

dalam memejukan putra putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi

langsung dengan sekolah, guru, dana dan sebagainya. 6) Fungsi kurikulum bagi sekolah

pada tingkatan diatasnya. Fungsi kurikulum bagi sekolah atasnya berkaitan dengan dua

jenis fungsi yaitu keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru. 7).

Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Dalam hal ini terdapat

dua hal yang dapat dilakukan yaitu pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna

memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan

pihak orangtua/ masyarakat. Berikutnya adalah ikut memberikan kritik atau saran yang

membangun dalam rangka menyempurnakan progam pendidikan di sekolah agar bias

lebih serasi dengan kebutuhan masyakat dan lapangan kerja (Idi, 2007:205).

Kurikulum/Fungsi/Abdullah Idi (Idi, 2007: 205) Fungsi tersebut lebih kurang meliputi:

1) Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan

suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang di inginkan

sekolah yang di anggap cukup tepat dan penting untuk dicapai . Dengan kata lain bila

tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka orang cenderung untuk meninjau kembali

alat yang digunakan tersebut. 2) Fungsi kurikulum bagi anak. Kurikulum sebagai

organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi

bagi pendidikan mereka. Dengan begitu diharapkan akan mendapat sejumlah

pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan

perkembanagan anak. 3) Fungsi kurikulum bagi Guru atau pendidik. Fungsi kurikulum

bagi guru mencakup beberapa hal, yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan

mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, pedoman untuk mengadakan

evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah

pengalaman yang diberikan, dan pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan

pengajaran. 4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah, yang

pertama sabagai pedoman dalam rangka mengadakan fungsi supervise yaitu

memperbaiki situasi belajar, sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise

dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik,

sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi superevisi dalam memberikan bantuan

kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, sebagai pedoman untuk

mengembangkan kurikulum lebih lanjut, yang terakhir sebagai pedoman untuk

mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. 5). Fungsi kurikulum bagi orang tua

murid, artinya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memejukan

Page 198: Ensiklopedi pendidikan

putra putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah,

guru, dana dan sebagainya. 6) Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan diatasnya.

Fungsi kurikulum bagi sekolah atasnya berkaitan dengan dua jenis fungsi yaitu

keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru. 7). Fungsi kurikulum bagi

masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Dalam hal ini terdapat dua hal yang dapat

dilakukan yaitu pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar

pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak

orangtua/ masyarakat. Berikutnya adalah ikut memberikan kritik atau saran yang

membangun dalam rangka menyempurnakan progam pendidikan di sekolah agar bias

lebih serasi dengan kebutuhan masyakat dan lapangan kerja (Abdullah Idi (Idi,

2007:205).

Kurikulum/Hal ini ditegaskan oleh E Mulyasa (Mulyasa, 2007) yang menyatakan bahwa

karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan

pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber

belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian . Berdasarkan

uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:

pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat

dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta team

kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2007:29).

Kurikulum/Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan

satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan

sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian .

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai

berikut: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi

masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan

professional, serta team kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2007:29).

Kurikulum/KTSP di kembangkan berdasarkan prinsip prinsip berikut: 1) Berpusat pada

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan. 2)

Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5) Menyeluruh dan

berkesinambungan. 6) Belajar sepankang hayat. 7) Seimbang antara kepentingan

nasional dan kepentingan daerah (Muslich, 2007:11).

Kurikulum/KTSP di kembangkan berdasarkan prinsip prinsip berikut: 1) Berpusat pada

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan. 2)

Beragam dan terpadu. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni. 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5) Menyeluruh dan

berkesinambungan. 6) Belajar sepankang hayat. 7) Seimbang antara kepentingan

nasional dan kepentingan daerah (Muslich, 2007:11).

Kurikulum/Masnur Muslich juga menyebutkan tentang acuan KTSP: “KTSP disusun

dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut: 1) peningkatan iman dan

Page 199: Ensiklopedi pendidikan

takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar

pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. 2) Peningkatan Potensi,

Kecerdasan, dan minat sesuai dengan tinkat perkembangan dan kemampuan peserta

didik. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi,

minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peeseta didik secara

optimal sesuai tingkat perkembangannya. 3) Keragaman potensi dan karakteristik

daerah dan lingkungan. Daerah memiliki keragaman potensi potensi, kebutuhan,

tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum harus

memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan

kontribusi bagi pengembangan daerah. 4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

Pembangunan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan

daerah dan nasional. 5) Tuntutan dunia kerja. Kuirkulum harus memuat kecakapan

hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuaidengan tingkat

perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerj, khususnya bagi mereka yang

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6) Perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan

berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni. 7) Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan

kerukunan umat beragama, serta memperhatikan norma agama yang berlaku

dilingkungan sekolah. 8) Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus

dikembangkan agar persta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup

berdampingan dengan bangsa lain. 9) Persatuan nasional dan nilai – nilai kebangsaan.

Kurikulum harus mendorong wawasan dan siakp kebangsaan dan persatuan nasional

untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10)

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang

kelestarian keragaman budaya. 11) Kesetaraan gender. Kurikulum harus di arahkan

kepada pendidikan berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan

gender. 12) Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai visi,

misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan satuan pendidikan (Muslich, 2007:11).

Kurikulum/Masnur Muslich juga menyebutkan tentang acuan KTSP: “KTSP disusun

dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut: 1) peningkatan iman dan

takwa serta akhlak mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar

pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. 2) Peningkatan Potensi,

Kecerdasan, dan minat sesuai dengan tinkat perkembangan dan kemampuan peserta

didik. Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi,

minat, kecerdasan, intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik peeseta didik secara

optimal sesuai tingkat perkembangannya. 3) Keragaman potensi dan karakteristik

daerah dan lingkungan. Daerah memiliki keragaman potensi potensi, kebutuhan,

tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan. Oleh karena itu, kurikulum harus

Page 200: Ensiklopedi pendidikan

memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan

kontribusi bagi pengembangan daerah. 4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.

Pembangunan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan

daerah dan nasional. 5) Tuntutan dunia kerja. Kuirkulum harus memuat kecakapan

hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuaidengan tingkat

perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerj, khususnya bagi mereka yang

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 6) Perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan

berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni. 7) Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan

kerukunan umat beragama, serta memperhatikan norma agama yang berlaku

dilingkungan sekolah. 8) Dinamika perkembangan global. Kurikulum harus

dikembangkan agar persta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup

berdampingan dengan bangsa lain. 9) Persatuan nasional dan nilai – nilai kebangsaan.

Kurikulum harus mendorong wawasan dan siakp kebangsaan dan persatuan nasional

untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10)

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kurikulum harus dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang

kelestarian keragaman budaya. 11) Kesetaraan gender. Kurikulum harus di arahkan

kepada pendidikan berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan

gender. 12) Karakteristik satuan pendidikan. Kurikulum harus dikembangkan sesuai visi,

misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan satuan pendidikan (Muslich, 2007:11).

Kurikulum/Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum antara lain: 1). Pelaksanaan

kurikulum didasari pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 2). Kurikulum dilaksanakan dengan

menegakkan lima pilar belajar. 3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik

mendapat layanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai

dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap

memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-

Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4). Kurikulum dilaksanakan dalam

suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai,

terbuka, serta dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa

sung tuladha. 5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta

memafaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6). Kurikulum dilaksanakan

dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk

keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7).

Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran,

muatan lokal, dan pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan,

Page 201: Ensiklopedi pendidikan

keterkaitan, dankesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan jenis serta

jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249).

Kurikulum/Yang sebelumnya kurikulum yang menjadikan kompeten dalam artian

memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu,

kurikulum itu disebut kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus

dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber

daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. KBK merupakan pernyataan

apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap

tingkatan kelas dan sekolah, sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai

secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten (Majid dan Andayani, 2004:

52).

Kursus/Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu alat yang

dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah

keterampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dengan mengikuti kursus guru

diarahkan ke dalam dua hal, pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu (Sahertian, 2000:

121).

Latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan

dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu (Jucius

dalam Moekijat, 1991: 2).

Layanan/Perhatian pada mutu layanan pendidikan yang menekankan pada kepuasan

siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan mempertahankan

mereka. Peningkatan mutu pendidikan termasuk di dalamnya mutu layanan akademik

dan mutu pengajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar kepuasan

pelanggan dapat diberikan secara optimal. Namun pada beberapa masalah layanan

pendidikan pada sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menjadi kendala

dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional (Greiner (2000) dan Riportela Couste

dan Torres (2001), (Tersedia :http/Google.pakguruonline).

Lingkungan/Dalam proses belajar-mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor

lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input). Berfungsi pula

sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input). Guna

tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) (Purwanto, 1993:106-107).

Lingkungan/Dalam setiap instansi hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan

kerja sebab selain hal ini memengaruhi kesehatan maka dengan lingkungan kerja yang

bersih akan dapat memengaruhi kesehatan kejiwaan. Kebersihan lingkungan bukan

hanya berarti kebersihan tempat kerja, tetapi jauh lebih luas dari pada itu misalkan

kamar kecil yang berbau tidak enak akan menimbulkan rasa yang kurang menyenangan

bagi para karyawan yang menggunakan. Untuk menjaga kebersihan ini pada umumnya

diperlukan petugas khusus tetapi kebersihan ini bukan semata-mata kewajiban dari

Page 202: Ensiklopedi pendidikan

petugas khusus. Setiap karyawan harus ikut bertanggung jawab untuk menjaga

kebersihan tempat mereka bekerja (Seminto; 1992:192).

Lingkungan/Faktor-faktor yang memengaruhi lingkungan kerja: 1) pewarnaan, 2)

kebersihan, 3) pertukaran udara, 4) penerangan, 5) keamanan, 6) kebisingan (Seminto;

1992:184).

Lingkungan/Hubungan antara lingkungan kerja dengan semangat kerja karyawan

dinyatakan oleh Manullang bahwa kondisi kerja yang menyenangkan terlebih lagi

semasa jam kerja akan memperbaiki moral pegawai dan kesungguhan kerja, peralatan

yang baik, ruangan kerja yang nyaman, perlindungan terhadap bahaya, ventilasi yang

baik, penerangan yang cukup dan kebersihan bukan saja dapat meningkatkan efisiensi

kerja, kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan akan menciptakan semangat kerja

dan dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Manullang, 2001: 46).

Lingkungan/Keuntungan dari penerangan yang baik adalah: 1) kualitas pekerjaan yang

baik; 2) mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah; 3) semangat kerja

karyawan yang lebih baik ; dan 4) prestise yang lebih baik untuk kantor/perusahaan (Niti

Seminto, S.; 1992:192).

Lingkungan/Lingkungan nonfisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang

tidak bisa diabaikan. Menurut Alex Nitisemito, perusahaan hendaknya dapat

mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan

maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang

hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,

dan pengendalian diri (Nitiseminto, S , 2000: 171-173).

Lingkungan/Moekijat menyatakan bahwa komponen-komponen dari kondisi kerja

kebanyakan adalah: 1) penerangan, 2) warna, 3) udara, 4) suasana, 5) tata ruang kantor

(Moekijat, 1995: 135).

Lingkungan/Pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan

suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan

bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif

dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk

bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan (Lee dalam Sentono, 2001:

19-21).

Lingkungan/Sadarmayanti lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi

yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti,

2001:31).

Lingkungan/Sedarmayanti, lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik

yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara

langsung maupun scara tidak langsung (Sedarmayanti, 2001:1).

Lingkungan/Sedarmayati mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut lingkungan

kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya,

Page 203: Ensiklopedi pendidikan

seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai

perseorangan maupun sebagai kelompok (Sedarmayanti, 2001:1).

Lingkungan/Tata ruang kantor adalah penyusuan/pengaturan dari pada perkakas dan

peralatan dalam ruang lantai yang tersedia. Penyusunan alat-alat kantor pada letak yang

tepat serta pengaturan tempat kerja yang menimbulkan kepuasan kerja bagi para

karyawan/pegawai disebut tata ruang (Gie, 1992: 76).

Lingkungan/Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti

adalah sebagai berikut: 1) Penerangan; 2) Suhu udara; 3) Suara bising; 4) Penggunaan

warna; 5) Ruang gerak yang diperlukan Keamanan kerja; 6) Hubungan karyawan

(Sedarmayanti, 2001: 46).

Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka makin tinggi

probabilitas kebenaran konklusinya dan sebaliknya (Soekadijo, 1999:134).

Management is concerned with the direction of this individuals and functions to achieve

ends previously determined (John M. Pfifner (Hadriyanus Suharyanto dan Agus Heruanto

Hadna, 2005:12).

Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan upaya serius yang rumit, yang

memunculkan berbagai isu kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam

pengambilan keputusan serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi

keputusan yang diambil bahkan MBS juga merupakan buah belajar pemerintah dari masa

lalu yang serba sentralistis dan tidak memberdayakan masyarakat (Irawan dkk.,

2004:23).

Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang memberikan otonomi lebih besar

kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan

secara lansung semua warga sekolah {guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua

siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah (stakeholder) berdasarkan

kebijakan pendidikan nasional (Mulyasa, 2005:33).

Manajemen berbasis sekolah juga memberikan fleksibilitas atau keluwesan lebih besar

kepada sekolah untuk mengelolah sumberdaya sekolah, dan mendorong sekolah

meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan

nasional. Karena itu, esensi MBS adalah otonomi sekolah + fleksibilitas + partisipasi

untuk mencapai sasaran mutu sekolah (Departemen Pendidikan Nasional Derektorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Buku

I, 2005:8).

Manajemen berbasis sekolah merupakan cara untuk memotivasi terhadap kepala

sekolah lebih bertanggung jawab terhadap kualitas peserta didik untuk itu, sudah

seharusnya kepala sekolah mengembangkan program-program kependidikan secara

menyeluruh untuk melayani segala kebutuhan peserta didik di sekolah (Fajar, 2005: 83).

Page 204: Ensiklopedi pendidikan

Manajemen pendidikan pada hakekatnya menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang

melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematik, serta sumbersumber yang

didayagunakan (Mulyasa, 2005: 9).

Manajemen selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial yang pada intinya

berkisar pada: (a) penentuan tujuan dan sasaran, (b) perumusan strategi, (c)

perencanaan, (d) penentuan program kerja, (e) pengorganisasian, (f) penggerakan

sumber daya manusia, (g) pemantuan kegiatan operasional, (h) pengawasan, (i)

penilaian, serta (j) penciptaan dan penggunaan system umpan balik (Siagian, 2001: 33).

Manajemen terpusat dalam pendidikan merupakan pengelolaan sekolah oleh pihak luar

sekolah. Sedangkan pengelolaan sekolah yang dijalankan dengan adanya kontrol adri

sekolah itu disebut External Control managemen atau manajemen kontrol eksternal,

yang disetiap pengambilan keputusan ditetapkan oleh pemerintah pusat atau

pemerintah daerah, tanpa melibatkan sekolah secara langsung (Nurkolis, 2003: 50).

Manajemen/Adapun fungsi dari setiap tahap proses manajemen terdiri dari sejumlah

unsur dasar sebagai berikut; a) Pengambilan keputusan, fungsi pokok dari setiap

manajer apabila pada setiap tahap proses manajemen mengadakan pilihan-pilihan

diantara altenatif tindakan yang harus diambil. b) Pemecahan masalah, yaitu bentuk

pengambilan keputusan yang lebih rumit, apabilah pilihan-pilihan diantara alternatif-

alternatif diadakan untuk mengatasi kesukaran-kesukaran kearah sasaran. c) Hubungan

antar manusia, yaitu apabila melalui motivasi dan mempergunakan kepemimpinan,

kerjasama dan partisipasi dari orang lain akan diperoleh. d) Komunitas yang mendorong

kekuatan dalam suatu organisasi, yang mengatur kerjasama kemajuan kolektif kearah

sasaran yang tidak ditetapkan (Sukiswa, 1986: 18-19).

Manajemen/Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekenisme pengaturan, yaitu

sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi (Mulyasa, 2002: 22).

Manajemen/Dalam pandangan Islam, manajemen lebih diartikan sebagai sebuah

tindakan yang digunakan untuk mengatur sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab,

sesuai dengan pembagian tugas yang dilakukan oleh pemimpin untuk seluruh staf

dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Harahap, 1992: 124).

Manajemen/Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efesien apabila

didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoprasikan sekolah,

dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana

prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan

masyarakat (orang tua) yang tinggi dan kepala sekolah yang berwibawa yang memiliki

pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, pandangan yang luas tentang sekolah dan

pendidikan, mempunyai sikap kepedulian (siswa, guru, staf/ karyawan, masyarakat),

semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan, hubungan manusiawi sebagai modal

perwujudan iklim kerja yang kondusif, sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan

PBM sekaligus superviser kelas, membina, memberikan saran-saran positif kepada guru,

tukar pikiran dan mengadakan studi banding (Mulyasa, 2005: 57-58).

Page 205: Ensiklopedi pendidikan

Manajemen/Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari School

Based Management. Istilah ini pertama kalinya muncul di Amerika Serikat ketika

masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan

perkembangan masyarakat. MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang

memberikan otonomi luas di tingkat sekolah maka dapat didefinisikan dan penyerasian

sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua

kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk

mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional (Irawan dkk., 2004: 24).

Manajemen/Jika digabungkan dengan istilah manajemen maka akan memiliki banyak

arti, tergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah seringkali

disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga

pandangan berbeda; pertama, mengartikan lebih luas dari pada manajemen

(manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat Manajemen lebih luas

dari pada administrasi dan ketiga, pandangan yang menggangap bahwa manajemen

identik dengan administrasi. Berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan

administrasi mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, perbedaan kedua istilah tersebut

tidak konsisten dan tidak signifikan (Mulyasa, 2004:19).

Manajemen/Kegiatan kepala sekolah yang bersifat teknis adalah 1) kepala sekolah

menjalankan supervisi kepada guru di kelas, 2) kepala sekolah mengevaluasi dan

merevisi program pengajaran guru, 3) kepala sekolah membuat program pelaksanaan

kegiatan pengajaran dengan menghubungkan kurikulum dengan waktu, fasilitas, dan

personil yang ada, 4) kepala sekolah mengelola program evaluasi siswa, 5)

mengkoordinasi penggunaan alat pengajaran, 6) membantu guru dalam perbaikan

pengajaran, 7) membantu guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa, 8)

mengatur dan mengawasi tata tertib siswa, 9) menyusun anggaran belanja sekolah, 10)

menetapkan spesifikasi dan inventarisasi pembekalan dan perlengkapan, 11)

melaksanakan administrasi sekolah berupa laporan kegiatan sekolah, 12) mengatur

fasilitas fisik sekolah, meliputi operasional pemeliharaan gedung, halaman,

pengendalian keamanan (Sutisna dalam Setiadi, 2001:28-29).

Manajemen/Kemampuan manajerial meliputi kemampuan konsepsional, kemampuan

kemanu siaan, dan kemampuan teknis. Kemampuan manajerial diperlukan untuk

melaksa nakan tugas manajemen secara efektif, tetapi jenis kemampuan yang

diterapkan berbeda tergantung pada tingkat manajer. Keterampilan teknis adalah yang

terpenting pada tingkatan manajemen yang terendah (first level manager), keterampilan

itu semakin berkurang kalau manajer itu naik ke jenjang perintah. Keterampilan

konseptual makin terasa semakin naik ke tingkatan puncak manajemen (top manager).

Keterampilan personal sangat penting pada setiap tingkatan organisasi. Setiap manajer

menyelesaikan pekerjaannya melalui orang lain. Keterampilan teknis atau konseptual

Page 206: Ensiklopedi pendidikan

yang tinggi tidaklah berarti jika tidak dapat dimanfaatkan untuk mengilhami dan

mempengaruhi organisasi lainnya (Gitosudarmo dan Mulyono, 1999:25).

Manajemen/Kemampuan manajerial meliputi: kemampuan konseptual, kemampuan

antar hubungan manusia atau kemampuan antar perorangan, dan kemampuan teknikal

(Winardi, 1993:11).

Manajemen/Kemampuan manajerial meliputi: keterampilan teknis (technical skill),

keterampilan manusiawi (human skill), dan ketrampilan konseptual (conceptual skill)

(Stoner, 1996:21).

Manajemen/Keterampilan teknikal meliputi keahlian dalam hal menggunakan sesuatu

aktivitas spesifik yang meliputi suatu proses, prosedur, tehnik. Keterampilan teknikal

memungkinkan orang yang bersangkutan melaksanakan mekanisme yang diperlukan

untuk melakukan pekerjaan khusus (Terry, 1986:10).

Manajemen/Management Strategy adalah metode untuk menata interaksi antara yang

belajar dan variable metode pembelajaran lainnya (Hamzah, 17-18).

Manajemen/Manajer membutuhkan kemampuan teknis yang cukup untuk

melaksanakan suatu pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya (Stoner,

1996:21).

Manajemen/Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar

pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting

adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid. Salah satu kunci MBS adalah

manajemen partisipatif, yang antara lain berintikan transparansi atau keterbukaan

informasi antar komunitas sekolah (Irawan dkk., 2004: 24).

Manajemen/Para manajer membuat keputusan, mengelola sumber daya, dan

melaksanakan kegiatan menuju tujuan yang sudah ditentukan. Semua yang terlibat

dalam kegiatan, saling mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tujuan yang telah

ditetapkan (Robins, 1996: 5).

Manajemen/Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya

mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan

tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, promosi

dan mutasi, pemberhentian tenaga kependidikan, kompensasi, dan penilaian tenaga

kependidikan (Mulyasa, 2006: 152).

Manajemen/Penerapan pendekatan manajemen ini di sekolah, harus diikuti dengan

upaya restrukturisasi dan deregulasi pendidikan, yang menurut Zamroni (2001)

mencakup empat aspek, yaitu: (1) orientasi pembelajaran siswa, (2) profesionalitas guru,

(3) akuntabilitas sekolah, dan (4) partisipasi orang tua peserta didik dan masyakarakat

sekitar dalam penyelenggaraan pendidikan (Zamroni, 2001:25).

Manajemen/Pengelolaan sekolah model baru ini disebut manajemen berbasis sekolah

(School Based Management) sebagai formula baru yang bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan sekolah. Dengan adanya

wewenang/ otonomi yang lebih besar dan lebih luas bagi sekolah untuk mengelolah

Page 207: Ensiklopedi pendidikan

urusannya, efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan akan lebih tinggi, karena

sekolahlah yang lebih tahu tentang kebutuhan dan kondisinya. Dengan adanya

kewenangan yang lebih besar, rasa memiliki dan tanggung jawab personil sekolah akan

lebih tinggi pula, yang berakibat kepada kinerja mereka yang lebih baik. Kondisi

demikian akan lebih mudah untuk meningkatkan mutu dan program sekolah (Subakir

dan Sapari, 2001:5).

Manajemen/Perilaku kepala sekolah yang berkaitan dengan keterampilan personal

dengan guru adalah (1) menunjukkan semangat kerja dan memberikan bimbingan dan

bantuan dalam pekerjaan, {2} berperilaku menyenangkan, menghormati guru,

mempunyai integritas yang tinggi dan tegas dalam mengambil keputusan, (3) memberi

penghargaan pada guru yang berprestasi, (4) memberikan dukungan semangat / moral

kerja guru yang bersikap tegas kepada personel sekolah, (5) mengatur sekolah secara

baik, (6) menggunakan otoritasnya sebagai kepala sekolah dengan penuh keyakinan dan

teguh pendirian, (7) memberikan bimbingan secara individu kepada guru dalam

pekerjaan, (8) menjernihkan permasalahan, (9) mengikutsertakan guru dalam

merumuskan pengambilan keputusan, dan (10) menghormati peratuan sekolah,

mendisiplinkan siswa dan tidak membebani tugas yang berat kepada guru (Campbell

dalam yang dikutip Stoops dan Johnson dalam Munfaat, 2003:25).

Manajemen/Secara umum administrator disamakan dengan manajer. Dalam bidang

pendidikan sering dipakai istilah administrator, sedangkan dalam bidang perusahaan

dan industri lebih banyak dipakai istilah manajer (Sutisna dalam Setiadi, 2001:18).

Manajemen/Sedangkan dalam pedidikan diartikan manajemen sebagai aktivitas

memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetukan sebelumnya (Pidarta, 2002:4).

Manajemen/Sifat kerja manajerial jelas diperlukan banyak sekali keterampilan.

Keterampilan yang paling penting adalah keterampilan yang memungkinkan manajer

bisa membantu orang lain sehingga menjadi lebih produktif ditempat kerja….

Ketrampilan dasar tersebut adalah keterampilan teknis (technical skills), keterampilan

kemanusiaan (human skills), dan keterampilan konseptual (Conceptual skills) (Katz

dalam Budiyono, 2004:22).

Manajemen/Studi di Jamaika menemukan bahwa manajemen yang berpusat di sekolah

tidak mendatangkan manfaat efisiensi yang diharapkan terutama karena kurangnya

pelatihan untuk para kepala sekolah dan kurangnya pengetahuan mereka tentang

bagaimana bekerja sama dengan masyarakat setempat (Fiske, 1998:50).

Manajemen/Termasuk manajemen sekolah, dibutuhkan karena tiga alasan utama, 1)

Untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi, 2) Untuk menjagan keseimbangan di

antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan

dalam organisasi, dan 3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan kelas

(Handoko, 2000:6-10).

Page 208: Ensiklopedi pendidikan

Manajemen/Tiga keterampilan manajemen yang mutlak diperlukan adalah teknis,

personal dan konseptual (Robbins, 2006:6-7).

Manajemen/Tiga pokok penting dalam definisi para ahli tentang manajemen, ada tiga

pokok penting yaitu pertama, adanya tujuan yang ingin dicapai; kedua tujuan dicapai

dengan mempergunakan kegiatan orang-orang lain; dan ketiga, kegiatan-kegiatan

orang lain itu harus dibimbing dan diawasi (Sigian (1977) dalam Manullang, 2005:4).

Manajemen/Unsur-unsur manajemen tenaga kependidikan adalah sebagai berikut : 1)

Perencanaan – Perencanaan tenaga kependidikan dilakukan untuk menentukan

kebutuhan tenaga kependidikan, baik dari segi jumlah maupun mutunya sesuai dengan

bidang kerja yang ada. 2) Pengadaan – Pengadaan tenaga kependidikan merupakan

kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga. Kegiatannya

melalui rekrutmen dan seleksi. Rekrutmen dimaksudkan untuk mencari calon sebanyak-

banyaknya yang memenuhi persyaratan, dan selanjutnya dilakukan pemilihan melalui

seleksi. 3) Pembinaan dan pengembangan - Pembinaan dan pengembangan tenaga

kependidikan dilakukan untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja

tenaga kependidikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan

in service training. 4) Promosi dan mutasi – Promosi dilakukan dalam rangka

menentukan calon tenaga kependidikan menjadi anggota organisasi yang sah, yaitu

melalui pengangkatan. Dengan promosi ini personel akan menjadi anggota yang sah

disertai dengan hak dan kewajibannya sebagai tenaga kependidikan. Sedangkan mutasi

dilakukan dengan tujuan agar personel yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja,

memberikan prestasi kerja, menghilangkan kejenuhan yakni melalui pemindahan

fungsi, dan tanggung jawab pada situasi yang baru. 5) Pemberhentian – Pemberhentian

personel dapat terjadi atas permintaan sendiri, pemberhentian oleh dinas, dan

pemberhentian karena sebab lain. 6) Kompensasi – Kompensasi yaitu balas jasa yang

diberikan kepada personel. Kompensasi yang diberikan harus seimbang dengan beban

dan prestasi kerja personel yang bersangkutan. Bentuk kompensasi ini dapat berupa

gaji, tujangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan sebagainya. Dengan adanya

kompensasi yang adil dan layak hal ini akan dapat mendorong semangat kerja dan

dedikasi para personil sekolah. 7) Penilaian – Penilaian biasanya difokuskan pada

prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilai personel penting

dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan berbagai hal seperti identifikasi

kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,

promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan

sumber daya manusia secara keseluruhan. Hasil-hasil dari penilaian dimanfaatkan

sebagai sumber data untuk perencanaan tenaga kependidikan, nasihat yang perlu

disampaikan kepada personel, alat untuk umpan balik, salah satu cara untuk

menetapkan kinerja yang diharapkan, dan bahan informasi dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan tenaga kependidikan (Mulyasa, 2006:153-158).

Page 209: Ensiklopedi pendidikan

Manajer berperan sebagai perencana, pengorganisasian, pemimpin dan pengendali

organisasi (Stoner, 1996:11).

Manajer membutuhkan kemampuan teknis yang cukup untuk melaksanakan suatu

pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya (Stoner, 1996: 21).

Manajer mengembangkan orang dengan memaksimalkan potensi manusia dalam

rangka mencapai hasil yang diinginkan, manajer adalah orang yang bertanggungjawab

langsung agar kegiatan itu dilaksanakan melalui dan dengan orang lain (Draker dalam

Law dan Golver, 2000:17).

Manajer/Secara umum administrator disamakan dengan manajer (Sutisna dalam Setiadi,

2001:18).

Manusia mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dirinya, kemampuan berpikir dan

merasanya, kehidupan dan budayanya, kemampuan untuk menambah dan menuasai

lingkungan serta menjangkau daerah-daerah yang semakin luas, serta kemampuan

spiritual sampai keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan yang Maha Esa, dapat

ditarik kesimpulan tentang hakikat manusia yang didalamnya terkadung harkat dan

martabat manusia,yaitu bahwa manusia adalah: mahluk yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, mahluk yang paling indah dan sempurna dalam

penciptaaan dan pencitraannya, mahluk yang paling tinggi derajatnya, khalifah di muka

bumi, dan pemilik hak-hak asasi manusia (HAM) (Prayitno, 2009:13-14).

Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya mempertahankan

kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang datang dari

lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini,

tidak serta merta meninggalkan tradisi yang telah ada (Sujarwa, 2010:198).

Manusia menurut ajaran Islam terdiri dari dua unsur, yaitu unsur ardhi dan unsur

samawi. Unsur ardhi adalah jasmaniah dan unsur samawi adalah rohaniah. Kenyataan

ini diakui oleh ahli filsafat sejak zaman Yunani sampai sekarang (Hasan, 2010:136).

Manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis (Kurt Lewin dalam Alwisol,

2005:376).

Manusia secara inheren, dalam dirinya memiliki sesuatu yang dinamakan “hasrat” atau

“keinginan” (ambition) walaupun dalam takaran yang berbeda-beda satu sama lain.

Bertautan erat dengan hasrat-hasrat, adalah “kepentingan”. Lazimnya, kepentingan

diartikan dengan segala daya upaya manusia untuk meraih hasrat dalam dirinya.

Kepentingan dalam perspektif sosial lebih berupa communal consciousness atau

“kesadaran komunal” untuk meraih keinginan bersama (Yaqin, 2005:xv).

Manusia/Dimensi kemanusiaan yang perlu dikembangkan melalui pendidikan adalah

dimensi kefitrahan, dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan,dan

dimensi keberagamaan. Kata kunci kandungan dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan

keluhuran, dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan

adalah komunikasi dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral, dan

dimensi keberagamaan adalah iman dan takwa. Kelima dimensi kemanusiaan saling

Page 210: Ensiklopedi pendidikan

terkait. Dimensi kefitrahan menduduki posisi sentral yang mendasar keempat dimensi

lainnya. Dimensi keindividualan, kesusilaan dan kesosialan saling terkait antara

ketiganya, dan ketiganya itu terkait dengan dimensi kefitrahan dan keberagamaan;

sedangkan dimensi keberagamaan merupakan bingkai dan sekaligus wajah dan

keseluruhan aktualisasi kehidupan individu dengan kelima dimensinya (Prayitno,

2009:15-17).

Manusia/Kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah sesuatu yang harus dibuktikan

atau diperdebatkan, melainkan sesuatu kenyataan yang harus dialami oleh manusia itu

sendiri. (Titus,1954:294).

Manusia/Pemikiran Jaspers juga sama dengan pemikiran Heiddegger tentang penemuan

makna yang tidak dapat dicapai melalui pemikiran positivistik belaka, melainkan harus

melalui spirit dan penerimaan bentuk-bentuk idealisme dan pengujian keberadaan

pribadi. Untuk sampai kepada keberadaan pribadi ini, sekurang-kurangnya ada tiga hal

yang harus dipertimbangkan manusia, yaitu kedirian, komunikasi dengan sesama dalam

kehidupan sosial, dan keragaman struktur kesejarahan masyarakat (Jaspers dalam Titus,

1959:301).

Manusia/Pendapat lain menayatakan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki

kebebasan dan tanggung jawab pribadi (Titus, 1959:294).

Manusia/Tafsiran ilmiah tentang manusia bervariasi, bergantung kepada sudut pandang

ilmu yang digunakan. Ilmu-ilmu fisis memandang manusia sebagai bagian dari

keteraturan alam filsafat, oleh karena itu manusia harus dipahami dari segi hukum-

hukum fisis dan kimiawi (Titus, 1959:143).

Manusia/Tafsiran klasik atau rasionalistik, yang bersumber pada filsafat Yunani dan

Romawi, yaitu Socrates, Plato, Aristoteles, dan Kant memandang manusia sebagai

mahluk rasional. Pandangan Socrates maupun Plato, manusia yang cerdas itu adalah

manusia yang berbudi atau manusia yang saleh; (”…the intelligent man is the virtuoes

man”) (Titus, 1959:142).

Manusia/Tiga aliran penafsiran terhadap hakikat manusia. Ketiga golongan itu ialah

tafsiran klasik atau rasionalistik, tafsiran teologis,dan tafsiran ilmiah (Titus, 1959:141-

145).

Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk menemukan

suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan

bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962:119).

Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk menemukan

suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan

bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962:119).

Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu diselesaikan tanpa

menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980:216).

Masalah/Ada dua macam masalah, yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk

menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk

Page 211: Ensiklopedi pendidikan

menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya,

1962: 119).

Masalah/Akan tetapi masalah terakhir yang menjadi polemik hangat dalam masyarakat

kita ialah apakah pendidikan itu “concern” dengan masalah pembangunan yang

memerlukan tenaga-tenaga yang inteligen dan terampil yang sebagai tantangan

kehidupan zaman, ataukah pendidikan itu khusus untuk menjadikan manusia itu pintar

saja. Sesungguhnya pendidikan itu mempunyai dua tujuan sekaligus. Sebagai suatu

kegiatan sosial, pendidikan itu ditunjukan pada perwujudan nilai-nilai sosial atau cita-

cita sosial, dan sekaligus realisasi-diri (self-realization) yaitu keinginan individu untuk

mengembangkan potensinya dalam rangka hidup yang lebih baik bagi dirinya dan bagi

sesamanya bagi masyarakat (Irawan dkk., 2004:148).

Masalah/Bagian utama dari masalah untuk menemukan adalah apa yang diketahui, apa

yang dicari, dan bagaimana syaratnya. Bagian utama dari masalah untuk membuktikan

adalah hipotesa atau konklusi dari suatu pernyataan yang harus dibuktikan

kebenarannya (Hudojo, 1979:158-159).

Masalah/Bahkan pemerintah dalam kaitannya dengan pendidikan, berbagai analisis

menunjukkan bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai

krisis yang perlu mendapat penanganan secepatnya, di antaranya berkaitan dengan

masalah relevansi, atau kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat

dan pembangunan. Dalam kerangka inilah pemerintah mengagas kurikulum terbaru

yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sebagai tindak lanjut kebijakan

pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi. KTSP merupakan

kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan

pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP ini pemerintah berharap jurang pemisah

yang semakin menganga antara pendidikan dan pembangunan, serta dunia kerja dapat

segera diatasi (Mulyasa, 2007:19).

Masalah/Beberapa strategi pemecahan masalah yaitu: mencoba-coba, membuat

diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan

pola, memecah tujuan, memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis,

bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin (Polya, 1973 dalam

Shodiq 2004: 13-14) dan Pasmep, 1989 dalam Shodiq 2004:13-14).

Masalah/Berbagai penelitian mengenai pembelajaran secara umum di sekolah-sekolah

bahwa kondisi objektif menunjukkan banyak para siswa datang di sekolah merasa

terintimidasi oleh sekolah, karena sistem pembelajaran cenderung menggunakan

pendekatan birokratik bukan pendekatan pedagogik. Peserta didik merasa terintimidasi

dalam kegiatan belajar, sebagai konsekuensi logisnya mereka selalu merasa tidak

mampu belajar dan belajar menjadi kurang menyenangkan, agar perasaan terintimidasi

dalam belajar tidak berlanjut, maka sekolah harus melakukan beberapa pergeseran

paradigma pembelajaran, yaitu perubahan-perubahan dalam rangka berfikir pendidik

Page 212: Ensiklopedi pendidikan

dan tenaga kependidikan lainnya, para siswanya dan juga orang tua siswa (Sagala,

2009:7).

Masalah/Dalam pelaksanaan problem posing dikenal beberapa jenis model problem

posing antara lain: a) Situasi problem posing bebas – Siswa diberikan kesempatan yang

seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa

dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk

mengajukan soal. b) Situasi problem posing semi terstruktur – Siswa diberikan situasi

atau informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan

mengaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat

berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. c) Situasi

problem posing terstruktur – Siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian

siswa diminta untuk mengajukan soal baru (Chairani, 2007:04).

Masalah/Dalam pustaka pendidikan matematika, pengajuan masalah materi oleh siswa

mempunyai tiga pengertian, yaitu: a) Pengajuan masalah adalah perumusan masalah

matematika sederhana atau perumusan ulang masalah yang telah diberikan dengan

beberapa cara dalam rangka menyelesaikan masalah yang rumit. b) Pengajuan masalah

adalah perumusan masalah matematika yang berkaitan dengan syarat-syarat pada

masalah yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang

relevan. c) Pengajuan masalah adalah merumuskan atau mengajukan pertanyaan

matematika dari situasi yang diberikan, baik diajukan sebelum pada saat atau sesedah

pemecahan masalah (Silver dalam Upu, 2003:17).

Masalah/Dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan

masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah

pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih orientasi

proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus

mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika

kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang

sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri,

perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung

menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai

generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral,

dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa (Syafaruddin, 2002:19).

Masalah/Indikator dari pemecahan masalah antara lain: a) Menunjukkan pemahaman

masalah; b) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam

pemecahan masalah; c) Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk;

d) Memilih pendekatan atau metode yang tepat; e) Mengembangkan strategi pemecahan

masalah; f) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah; g)

Menyelesaikan masalah atau soal tidak rutin (Shadiq, 009:14).

Masalah/Kekurangan pembelajaran pemecahan masalah yaitu: 1) menentukan suatu

masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan

Page 213: Ensiklopedi pendidikan

kemampuan dan keterampilan guru, 2) waktu yang dibutuhkan cukup lama, 3)

mengubah kebiasaan belajar siswa dari mendengarkan dan menerima informasi dari

guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri yang

kadang-kadang memerlukan sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa,

4) bagi siswa yang tidak terbiasa menghadapi masalah akan mengalami kesulitan untuk

memahami masalah yang ditugaskan, 5) siswa yang pandai akan mendominasi kegiatan

pemecahan masalah sedangkan yang kurang pandai tidak mendapat kesempatan dalam

pemecahan masalah (Hudojo (2005: 171) dan Mbulu, 2001:57).

Masalah/Kelebihan pembelajaran pemecahan masalah yaitu: 1) membuat pendidikan di

sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, 2) siswa menjadi terampil menyeleksi

informasi yang relevan kemudian menganalisanya kembali dan akhirnya meneliti

kembali hasilnya, 3) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, merupakan hadiah

intrinsik siswa, 4) merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif

dan menyeluruh sehingga potensi intelektual siswa meningkat, 5) siswa belajar

bagaimana melakukan penemuan dengan melakukan proses melakukan penemuan

(Hudojo, 2005: 170 dan Mbulu, 2001:56).

Masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah adalah 1) siswa

dihadapkan pada suatu masalah, 2) siswa merumuskan masalah tersebut, 3) siswa

merumuskan hipotesis, 4) siswa menguji hipotesis, dan 5) siswa mempraktekkan

kemungkinan pemecahan yang dipandang terbaik (John Dewey dalam Mbulu, 2001: 53

dan dalam Nasution, 2000:171).

Masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah yaitu: 1) guru memilihkan

masalah dan menyesuaikannya dengan minat siswa dan taraf kesulitan yang dapat

dihadapi siswa, 2) bekerja dalam kelompok kecil, 3) siswa diberi tugas menulis apa yang

diketahui, apa yang ditanya, dan informasi apa yang diperlukan untuk pemecahan, 4)

sajikan masalah sedemikian sehingga siswa paham apa yang harus dikerjakan, 5)

sediakan cukup waktu bagi siswa untuk memecahkan masalah, membahas hasil dan

mengevaluasi hasil, dan 6) kelas membahas cara lain yang mungkin untuk memecahkan

masalah (Hatfield, Edward, dan Bitter dalam Goni, 2002: 2425).

Masalah/Metode pengajuan soal (problem posing) dapat: a) Membantu siswa dalam

mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pengajaran. b) Membentuk siswa

bersikap kritis dan kreatif. c) Dapat mempromosikan semangat inkuri dan membentuk

pikiran yang berkembang dan fleksibel. d) Mendorong siswa untuk lebih

bertanggungjawab dalam belajarnya. e) Mempertinggi kemampuan pemecahan

masalah. f) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar. g)

Memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran. h) Memudahkan siswa dalam

memahami materi pelajaran. i) Membantu memusatkan perhatian pada pelajaran. (j)

Mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran (Tatag dalam Kholitatunnawa,

2007:17).

Page 214: Ensiklopedi pendidikan

Masalah/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan

penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009:78).

Masalah/Pembelajaran pemecahan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis

di dalam mengambil keputusan dalam kehidupan (Cooney (1975) dalam Hudojo,

1979:161).

Masalah/Pemecahan masalah dapat menciptakan ide baru, menemukan teknik atau

produk baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah

mempunyai arti khusus, istilah tersebut juga mempunyai interpretasi yang berbeda

(Utari, 1994:24).

Masalah/Pemecahan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam

mengambil keputusan dalam kehidupan (Cooney dalam Hudojo, 1979: 161).

Masalah/Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia untuk menerapkan

konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar (1996: 190 dalam Rudianto,

2006: 23).

Masalah/Pengajuan masalah matematika bukan hanya bertujuan untuk menantang

siswa untuk mengajukan pertanyaan, akan tetapi juga menjadi salah satu clue dalam

pemecahan masalah, soal, atau pertanyaan yang lebih rumit dari sebelumnya

(Upu, 2003: 18).

Masalah/Peran guru dalam pembelajaran ini antara lain sebagai penyusun program

pembelajaran, pemberi informasi yang benar, pemberi fasilitas belajar yang baik, serta

pembimbing siswa dan penilai dalam pemerolehan informasi yang benar (Nasution,

2000:158-159).

Masalah/Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan masalah adalah 1) membuat

siswa memahami masalah, 2) membantu siswa menghimpun pengalaman belajar dan

informasi yang relevan sehingga memudahkan siswa merencanakan penyelesaian, 3)

membuat siswa memeriksa kembali jawaban (Hudojo, 1988:175).

Masalah/Problem posing mempunyai beberapa arti: (a) Pengajuan soal ialah perumusan

soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar

lebih sederhana dan dapat dikuasai. (b) Pengajuan soal ialah perumusan soal yang

berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka

pencarian alternatif soal yang relevan. (c) Pengajuan soal ialah perumusan soal atau

pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau

setelah pemecahan suatu soal atau masalah (Suryanto dalam Siswoyo, 2003: 3-4).

Masalah/Prosedur yang efektif bagi siswa untuk dapat memahami masalah yaitu: a)

Membaca pernyataan masalah secara lengkap untuk memperoleh suatu ide umum dari

situasi dan memvisualisasikan situasi tersebut. b) Membaca pernyataan masalah untuk

memahami pernyataan dan hubungan-hubungannya. c) Membaca pernyataan masalah

sebagian-sebagian untuk mencatat konsep-konsep yang sulit dan belum terbiasa. d)

Membaca masalah untuk membantu mengorganisasikan langkah-langkah utama untuk

kemungkinan pemecahan. e) Membaca masalah lebih dari satu kali untuk memeriksa

Page 215: Ensiklopedi pendidikan

prosedur yang akan digunakan. f) Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan

masalah (Barnet (1980) dalam Priatna, 1994:20).

Masalah/Sebagian besar masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen yang lemah

atau tidak mencukupi. Mengetahui sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah

tugas kunci seorang manajer (Edward Sallis, alih bahasa Ahmad Ali Riyadi dan

Fahrurrozi, 2006:106).

Masalah/Sedikitnya terdapat enam permasalahan yang harus diantisipasi pada

paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi daerah, yakni

kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, perluasan dan

pemerataan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas (Fiska, Nurhadi, dan Satori dalam

Mulyasa, 2006:17).

Masalah/Strategi pemecahan masalah yaitu: mencoba-coba, membuat diagram,

mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola,

memecah tujuan, memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari

belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin (Polya (1973) dalam Shodiq 2004:

13-14); dan Pasmep (1989) dalam Shodiq 2004:13-14).

Masalah/Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang memotivasi seseorang

untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus

dikerjakan untuk menyelesaikannya (Suherman, 2001).

Masalah/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-

harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan

dari kurikulum dan kurikuler (Partowisastro dan Hadisuparto, 1986:46).

Masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada di bawah taraf perilaku

dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata pelajaran maupun perilaku sosial yang

dianggap penting oleh guru (Partowisastro, H. K. dan Hadisuparto, 1986: 47).

Masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada di bawah taraf perilaku

dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata pelajaran maupun perilaku sosial yang

dianggap penting oleh guru (Partowisastro dan Hadisuparto, 1986: 47).

Masalah/Tujuan pembelajaran pemecahan masalah yaitu melatih siswa berpikir menurut

cara-cara yang tepat sesuai dengan yang dilakukan secara alamiah (Simandjuntak,

1986:114).

Masalah/Untuk membantu siswa dalam memahami soal dapat dilakukan dengan

menulis kembali soal dengan kata-kata sendiri, menulis soal dalam bentuk lain atau

dalam bentuk yang operasional. Cara yang disarankan Russefendi merupakan istilah

yang dikenal dengan istilah pengajuan soal (problem posing) (Russefendi dalam

Siswono, 2000:03).

Masukan instrumental/Instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang

dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan

pengajaran, sarana, dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang

bersangkutan. Dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor

Page 216: Ensiklopedi pendidikan

yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang

dikehendaki karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses

belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar (Purwanto, 1993:107).

Masukan mentah/Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud

masukan mentah (raw input) adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki

karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah

bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya, sedangkan kondisi

psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan

kognitifnya, dan sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana proses dan

hasil belajarnya (Purwanto, 1993:107).

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Oleh karena itu

matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

menghadapi kemajuan (IPTEK) sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap

peserta didik sejak kecil. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam menanamkan

konsep-konsep matematika tersebut, karena peserta didik yang masih kecil berpikirnya

masih sangat terbatas, artinya berpikirnya dengan mengaitkan benda-benda konkret

ataupun gambar-gambar konkret (Hudoyo, 2005: 35).

Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai

elemen dan kuantitas (Lerner dalam Abdurrahman, 2009: 252).

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi

berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.

Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap-tahap permulaan

seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris

(Suherman, dkk., 2003:18).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

manusia (Chairani, 2007: 02).

Matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian yang

dikenal menuju arah yang tidak dikenal (Russel dalam Uno, 2007: 129).

Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-

operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasaran. Namun penunjukan kuantitas

seperti itu belum memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yang ditunjukan oleh

hubungan, pola, bentuk dan struktur (Tinggih dalam Hudoyo, 2005: 35).

Matematika/Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan

kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang

diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-

struktur. Selanjutnya Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya peserta

didik melewati tiga tahap belajar yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik (Bruner dalam

Suherman, dkk, 2003: 43).

Page 217: Ensiklopedi pendidikan

Matematika/Ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian

matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: (1) Memiliki objek kajian

abstrak – Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga

disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu

meliputi 1) fakta, 2) konsep, 3) operasi ataupun relasi dan 4) prinsip. Dari objek dasar

itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika. (2) Bertumpu pada

kesepakatan – Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.

Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma

diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan

konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian.

(3) Berpola pikir deduktif – Soedjadi (2000:16) mengemukakan pola pikir deduktif secara

sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum

diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Hal ini sejalan dengan

pemikiran Suherman, dkk. (2003:18) yang mengatakan matematika dikenal sebagai ilmu

deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif),

tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu

pemikiran, pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-

contoh khusus atau ilustrasi geometris. (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti –

Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf

ataupun bukan huruf rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk

suatu model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan,

bangun geometrik tertentu, dsb. Huruf-huruf yang dipergunakan dalam model

persamaan, misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan, demikian

juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan. Makna huruf dan

tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu.

(5) Memperhatikan semesta pembicaraan – Semesta pembicaraan adalah lingkup

pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada atau tidaknya penyelesaian suatu model

matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya. (6) Konsisten dalam

sistemnya.- Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai

kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama

lain. Misal dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan

sistem geometri tersebut dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam sistem

aljabar sendiri terdapat sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain

(Soedjadi, 2000:13).

Matematika/Dalam proses belajar matematika bahan yang dipelajari harus bermakana,

artinya bahan pelajaran harus bermakna sesuai dengan kemampuan dan struktur

kognitif yang dimiliki siswa (Uno, 2007: 132).

Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan majemuk

dengan menggunakan kata hubung “jika p maka q” yang dinamakan implikasi atau

pernyataan bersyarat (Aminulhayat, 2004: 130).

Page 218: Ensiklopedi pendidikan

Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan majemuk

dengan menggunakan kata hubung “…jika dan hanya jika…”, dinamakan biimplikasi

yang dilambangkan dengan notasi “p Û q” (dibaca: p jika dan hanya jika q), atau dapat

juga dibaca: a. Jika p maka q dan jika q maka p; b. p syarat perlu dan cukup bagi q; c. q

syarat perlu dan cukup bagi p. (Aminulhayat, 2004: 133).

Matematika/Dari dua pernyataan p dan q, dapat dibentuk pernyataan

majemuk menggunakan kata hubung “dan”, yang dinamakan konjungsi (Aminulhayat,

2004: 122).

Matematika/Dari suatu implikasi p Þ q dapat dibentuk tiga implikasi baru yaitu: a. q Þ p

disebut konvers. b. ~p Þ ~q disebut invers. c. c. ~q Þ ~p disebut kontraposisi (Kartini,

dkk, 2004: 19).

Matematika/Dari suatu pernyataan “p” dapat dibuat pernyataan lain dalam bentuk “tidak

benar bahwa p” atau “tidak p”, Pernyataan demikian disebut ingkaran dari pernyataan p

(Aminulhayat, 2004:120).

Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4 langkah yaitu:

analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali Utomo dan Kees Ruijhter

(1985: 90).

Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4 langkah yaitu:

analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali (Utomo dan Kees Ruijhter,

1985: 90).

Matematika/Didalam penyelesaian matematika diperlukan pengetahuan konseptual dan

pengetahuan prosedural. Pada umunya disepakati bahwa aturan yang bersifat

prosedural seharusnya jangan diajarkan tanpa disertai konsep meskipun pada

kenyataannya sangat sering dilakukan (Walle, 2006: 29).

Matematika/Gabungan dua pernyataan p dan q dengan menggunakan kata hubung

“atau”. Dalam bentuk lambang, disjungsi dari p dan q dinotasikan dengan “p v q” (dibaca

p atau q) (Aminulhayat, 2004: 125).

Matematika/Hakekat matematika dapat diketahui, karena objek penelaahan matematika

yaitu sasarannya telah diketahui sehingga dapat diketahui pula bagaimana cara berpikir

matematika itu (Hudojo, 2005: 35).

Matematika/Kebenaran matematika akan bisa diterima secara universal dan akan

mendukung teori-teori matematika yang lain, karena kebenaran matematika bersifat

konsisten. Hal ini dikarenakan matematika adalah suatu ilmu pasti yang kebenarannya

adalah bersifat mutlak dan tidak tergantung pada metode ilmiah yang cenderung

bersifat induktif (Sumardyono, 2004: 4).

Matematika/Kemampuan komunikasi matematika merupakan kesanggupan/kecakapan

seorang siswa untuk dapat menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam

menjelaskan gagasan (Shadiq, 2009: 12).

Page 219: Ensiklopedi pendidikan

Matematika/Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu

diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980:

216).

Matematika/Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan

penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika (Depdiknas dalam

Shadiq, 2004: 3).

Matematika/Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar

kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh

kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2001: 3).

Matematika/Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik adalah

membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika

dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu

terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru

(Nickson dalam Hudojo, 2005: 20).

Matematika/Sasaran atau objek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi,

dan prinsip (Begle dalam Hudoyo, 2005: 36).

Matematika/Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan dengan ide-ide

atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif

(Mustangin, 2002:4).

Matematika/Tujuan pembelajaran matematika bukan mematikan manusia tetapi

membuat matematika membahagiakan manusia, dilain pihak matematika tidak mudah

dipahami tetapi penting dalam kegiatan manusia, maka pembelajaran haruslah sedapat

mungkin seperti berikut: (a) Menyenangkan, sedikitnya tidak menegangkan. (b)

Menghargai perbedaan individual. (c) Menghormati pendapat siswa. (d) Dapat

menunjukkan makna matematika dalam kehidupan manusia (Marpaung, 2005: 08).

MBS berasal tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Menurutnya manajemen

berarti koordinasi dan penyerasian sumberdaya melalui sejumlah input manajemen

untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis artinya

“berdasarkan pada” atau “berfokus pada”. Sedangkan sekolah merupakan organisasi

terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas

memberikan “bekal kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-

ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik (Kualifikasi,

untuk sumber daya manusia) (Irawan dkk., 2004: 26).

MBS/Dalam bukunya Ade Irawan dkk, Menurut Nurkholis ada sembilan langkah strategi

yang bisa digunakan agar implementasi kebijakan MBS sukses, yaitu: 1. Sekolah harus

memiliki otonomi terhadap empat hal; kekuasaan dan kewenangan, pengembangan

pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala

bagian, serta penghargaan pada pihak yang berhasil. 2. Adanya peran serta masyarakat

secara aktif dalam pembiayaan, proses pengambilan kurikulum dan instruksional serta

Page 220: Ensiklopedi pendidikan

non-instruksional. 3. Adanya kepemimpinan sekolah yang kuat. 4. Proses pengambilan

keputusan yang demokratis. 5. Semua pihak memahami peran dan tanggungjawabnya

secara sungguh-sungguh. 6. Adanya guidelines (garis pedoman) dari departemen

pendidikan. 7. Sekolah memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal

diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban setiap tahunnya. 8. Penerapan MBS

harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah. 9. Implementasi diawali dengan

sosialisasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan

kelembagaan, pelatihan dan sebagainya (Fttah, 2004: 69-70).

MBS/Delapan Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam MBS: 1. Menyusun kelompok

guru sebagai penerima awal atas rencana program pemberdayaan. 2. Mengidentifikasi

dan membangun kelompok peserta didik di sekolah. 3. Memilih dan melatih guru dan

tokoh masyarakat yang terlibat secara langsung dalam implementasi manajemen

berbasis sekolah. 4. Membentuk dewan sekolah, yang terdiri dari unsure sekolah,

unsure masyarakat di bawah pengawasan pemerimtah daerah. 5. Menyelenggarakan

pertemuan-pertemuan para anggota dewan sekolah. 6. Mendukung aktivitas kelompok

yang telah berjalan. 7. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan

masyarakat. 8. Menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi (Mulyasa, 2005: 33).

MBS/Diluar berbagai keunggulan yang dimiliki, pelaksanaan manajemen berbasis

sekolah (MBS) bukan berarti tidak berhadapan dengan sejumlah kendala, adapun

kendala-kendala dalam implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di Indonesia

ini antara lain: a. Mutu guru yang kurang merata. b. Kualitas SDM masyarakat yang masih

rendah. c. Masih adanya asumsi bahwa tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya

merupakan tugas sekolah atau lembaga pendidikan, sehingga kerja sama antara sekolah

dengan masyarakat sulit terealisasi. d. Masih adanya penyelewengan dan keterbatasan

anggaran dana pendidikan yang dialokasikan kepada sekolah-sekolah. e. Salah satu

kendala utama yang hingga kini masih sulit dihilangkan adalah kebiasaan birokrasi masa

lalu yang sering kali menikmati berbagai fasilitas atau kemudahan dari sekolah (Fattah,

2004: 63-65).

MBS/Jelaslah di sini bahwa penerapan MBS bukan pekerjaan mudah, melainkan

memerlukan biaya, tenaga, waktu dan usaha yang besar serta perlu adanya dukungan

dari berbagai pihak yang peduli pada pendidikan di Indonesia ini (Nurkolis, 2003: 269-

271).

MBS/Oleh karena itu, faktor keberhasilan implementasi MBS di Indonesia sekurang-

kurangnya dapat dinilai dari kriteria dibawah ini: a. Apabila jumlah siswa yang mendapat

pelayanan pendidikan semakin meningkat. Masalah siswa yang tidak dapat mendaftar

sekolah karena masalah ekonomi akan dipecahkan bersama-sama oleh warga sekolah

melalui subsidi silang dari mereka yang tingkat ekonominya lebih mampu. Demikian

pula dengan masyarakat pedalaman dan daerah terpencil, mereka akan mendapat

layanan pendidikan setelah adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

pendidikan. b. Apabila kualitas pelayanan pendidikan menjadi lebih baik, karena

Page 221: Ensiklopedi pendidikan

pelayanan pendidikan yang berkualitas, mengakibatkan prestasi akademik dan prestasi

non akademik siswa meningkat. Secara keseluruhan jumlah pengangguran bisa ditekan,

intensitas kriminal dapat diturunkan dan rasa tanggung jawab sebagai warga Negara

semakin besar. c. Tingkat tinggal kelas menurun dan produktifitas semakin baik, dalam

arti rasio antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah siswa yang lulus menjadi

lebih besar. Tingkat tinggal kelas semakin menurun karena siswa semakin bersemangat

datang ke sekolah dan belajar dirumah dengan dukungan orang tua serta

lingkungannya. Pembelajaran siswa di sekolah semakin meningkat karena kemampuan

guru mengajar semakin menarik dan menyenangkan. Siswa menjadi lebih bergairah dan

bersemangat untuk belajar dan datang ke sekolah. d. Relevansi penyelenggaraan

pendidikan semakin baik, kondisi ini dikarenakan program-program sekolah dibuat

bersama-sama dengan warga dan tokoh masyarakat. Program-program sekolah yang

direncanakan, baik itu kurikulum maupun sarana dan prasarana sekolah disesuaikan

dengan situasi dan kebutuhan lingkungan masyarakat. e. Terjadinya keadilan dalam

penyelenggaraan pendidikan, karena penentuan biaya pendidikan tidak dilakukan

secara pukul rata, tetapi didasarkan pada kemampuan ekonomi masing-masing

keluarga. Kondisi ini dapat terwujud karena adanya kerjasama antara sekolah dengan

warga masyarakat (orang tua murid). f. Semakin terlibatnya orang tua dan masyarakat

dalam keputusan di sekolah baik yang menyangkut keputusan intruksional maupun

organisasional. Dengan demikian orang tua siswa dan masyarakat akan semakin peduli

dan rasa memiliki yang lebih besar pada sekolah. Bila hal ini terjadi, maka masyarakat

akan menyumbangkan tenaga dan hartanya untuk sekolah. g. Semakin baiknya iklim

dan budaya kerja di sekolah. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas

pendidikan, selanjutnya sekolah akan berubah dan berkembang lebih baik dan setiap

personil sekolah akan merasa lebih aman dan nyaman dalam menjalankan tugasnya

sehari-hari. h. Kesejahteraan staf guru dan sekolah membaik, karena adanya

sumbangan pemikiran, tenaga dan dukungan dari masyarakat luas. Semakin profesional

seorang guru atau staf sekolah maka masyarakat semakin berkeinginan untuk

memberikan dukungan dan sumbangan lebih besar. i. Terwujudnya demokratisasi

dalam penyelenggaraan pendidikan, indikator keberhasilan implementasi berupa

tercapainya demokratisasi pendidikan diletakkan pada posisi terakhir karena sasaran ini

jangka panjang dan paling jauh dari jangkauan (Fattah, 271-282).

MBS/Strategi adalah langkah-langkah yang sistematis dan sistemik dalam

melaksanakan rencana secara menyeluruh (makro) dan berjangka panjang dalam

pencapaian tujuan model MBS. Tujuan model MBS adalah perlu disediakan penghargaan

(reward) dan hukuman (punishment) terhadap sekolah yang berhasil dan tidak berhasil

melaksanakannya. Salah satu bentuk sanksi adalah pengurangan anggaran untuk

sekolah tersebut. Pencapaian tujuan model MBS akan terlaksana apabila Strategi yang

dipakai dalam konsep MBS dalam jangka panjang yang harus memfungsikan sekolah

dengan fokus kepada kemampuan dalam hal menyusun rencana sekolah dan rencana

Page 222: Ensiklopedi pendidikan

anggaran, mengelolah sekolah berdasarkan rencana sekolah dan rencana anggaran

tersebut, memfungsikan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelolah sekolah

(Fattah, 2004: 31-33).

Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau sikap. Dalam

pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih

khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

alat-alat grafis, photografis, atau elektronis, untuk menangkap, memproses dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal (Gerlach dan Ely dalam Arsyad, 2002: 3).

Media audio berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera

pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang

auditif, baik verbal (kedalam katakata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa

jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio antara lain: radio, alat

perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa (Sadirman dkk. 2003:

49-50).

Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi

materi pengajaran misalnya buku, tape-recorder, kaset, film, video, slide, dan lain-lain

(Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad, 2002: 4).

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya

diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Alasan media pengajaran

dapat mempertinggi proses belajar siswa adalah : (a) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar, (b) bahan pengajaran akan

lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dapat dipahami oleh para siswa, dan

memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran secara lebih baik, (c) metode

mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata oleh guru atau dosen sehingga siswa tidak mengalami kebosanan, (d) siswa

lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari

guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendengar,

melakukan/mendemonstrasikan dan lain-lain (Nana Sudjana, 1989: 2).

Media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector,

radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang

mengandung pesan seperti informasi yang terdapat transparasi atau buku dan bahan-

bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau meteri yang disuguhkan

dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya (Sanjaya, 2007: 163-164).

Media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media

grafis dalam arti menyajikan rangsangan- rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan

grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara

mereka adalah bila pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan

media yang bersangkutan pada proyeksi diam, pesan tersebut harus diproyeksikan

dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, terlebih dahulu. Ada kalanya media

Page 223: Ensiklopedi pendidikan

jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja (Sadiman dkk.,

2003: 55-56.

Media/Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu: a.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional

yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan

dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. b. Tepat untuk mendukung isi

pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda,

misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena

itu memerlukan proses dan ketrampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.

Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan

sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. c. Praktis,

luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya yang lainnya

untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu

lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini

menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau

mudah dibuat sendiri oleh guru. d. Guru trampil menggunakannya. Ini salah satu kriteria

utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang

menggunakannya. e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada

media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan

perorangan. f. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan

informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu

oleh elemen lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002: 72-74).

Media/Ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran: 1). Pengajaran akan

lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2). Bahan

pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa. 3).

Metode mengajar akan lebih bervariasi. 4). Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti

mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan (Sudjana, 2002: 2).

Media/Audio visual adalah media peraga sebagai alat bantu. Karna itu alat peraga dapat

diberi pengertian sebagai alat bantu pelajaran (Edgar Dale (Subari, 1994:95)

Media/Beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan di Indonesia

diantaranya: 1) Media pembelajaran visual dua dimensi tidak transparan, yang termasuk

dalam jenis media ini adalah: gambar, foto, poster, peta, grafik, sketsa, papan tulis,

flipchart, dan sebagainya. 2) Media pembelajaran visual dua dimensi yang transparan.

Media jenis ini mempunyai sifat tembus cahaya karena terbuat dari bahanbahan plastik

atau dari film yang termasuk jenis media ini adalah: film slide, film strip, dan sebagainya.

3) Media pembelajaran visual tiga dimensi. Media ini mempunyai isi atau volume seperti

benda sesungguhnya. yang termasuk jenis media ini adalah: benda sesungguhnya,

Page 224: Ensiklopedi pendidikan

speciment, mock-up, dan sebagainya. 4) Media pembelajaran audio. Media audio

berkaitan dengan alat pendengaran seperti misalnya: radio, kaset, laboratorium bahasa,

telepon dan sebagainya. 5) Media pembelajaran audio visual. Media yang dapat

menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan, seperti: Film, Compact

Disc (CD), TV, Video, dan lain sebagainya (Wibawa (1993:27-55).

Media/Benda asli merupakan alat paling efektif mengikutsertakan berbagai indera

dalam belajar (Sanaky (2009:109).

Media/Ciri-ciri umum media pembelajaran sebagai berikut: a. Media pendidikan

memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras),

yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra. b.

Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software

(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang

merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media pendidikan

terdapat pada visual dan audio. d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu

pada proses belajar baik didalam maupun diluar kelas. e. Media pendidikan digunakan

dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f.

Media pendidikan dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok

besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan

(misalnya:modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g. Sikap, perbuatan,

organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu

(Arsyad. 2002: 6-7).

Media/Dalam alat atau media mengajar dimasukkan juga segala permainan yang dapat

dimainkan oleh pelajar berkelompok, sekelas, atau berdua. Contoh-contoh yang

disajikan di sini ialah a) permainan teka-teki silang, b) permainan untuk melatih struktur

(pola kalimat), c) permainan untuk melatih kosakata, d) permainan untuk melatih

membaca dan menjawab pertanyaan secara tertulis, e) permainan untuk melatih

pendengaran untuk membedakan dan mengidentifikasikan kata-kata (Utama, 1993:

211).

Media/Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. meletakkan

dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, b.

memperbesar perhatian siswa, c. meletakkan dasar-dasar yang penting untuk

perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap, d. memberikan

pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri

dikalangan siswa, e. membantu tumbuhnya pengertian sehingga membantu

perkembangan kemampuan siswa, f. memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak

diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih

mendalam serta keragaman yang lebih banyak (Encyclopedia of Educational Research

dalam Hamalik, 1989: 15).

Media/Delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: a. Penyampaian

materi pelajaran dapat diseragamkan Guru mungkin mempunyai penafsiran yang

Page 225: Ensiklopedi pendidikan

beraneka ragam tentang suatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat

direduksi disampaikan kepada siswa secara seragam. b. Proses pembelajaran menjadi

lebih menarik Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan

dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep,

suatu proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas

dan lengkap. c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif Media harus dirancang

dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah

secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada

siswa saja. Namun dengan media guru dapat mengatur kelas mereka sehingga bukan

hanya kelas dominasi guru atau guru yang aktif, tetapi juga siswa yang lebih banyak

berperan. d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi Seringkali guru

menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan suatu materi. Padahal

waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media

pendidikan dengan baik. e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Penggunaan media

tidak hanya membuat proses belajar-mengajar lebih efisien, tetapi juga membantu

siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. f. Proses belajar

dapat terjadi dimana saja dan kapan saja Media pembelajaran dapat dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau,

tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. g. Sikap positif siswa terhadap bahan

pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan media,

proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan

dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif Pertama, guru tidak perlu

mengulang-ngulang penjelasan mereka bila media digunakan dalam pembelajaran.

Kedua, dengan mengurangi uraian verbal (lisan), guru dapat memberikan perhatian

lebih banyak kepada aspek-aspek lain dalam pembelajaran. Ketiga, peran guru tidak

lagi menjadi sekedar pengajar tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer

pembelajaran (Kemp dan Dayton Yasmin, 2007: 178-181).

Media/Fungsi media sebagai berikut: 1. Penggunaan media dalam proses belajar

mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai

alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2. Penggunana

media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3. Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran. 4. Penggunaan

media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar

supaya lebih menarik perhatian siswa. 5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih

dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap perhatian yang diberikan guru. 6. Pengunaan media dalam pengajaran

diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Nana Sudjana dalam

Djamarah, 1996: 152 ).

Page 226: Ensiklopedi pendidikan

Media/Gambar yang baik sebagai sumber belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut,

yaitu: 1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu. 2. Memberi kesan kuat dan

menarik perhatian. 3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan

tentang obyek – obyek dalam gambar. 4. Berani dan dinamis. 5. Ilustrasi tidak terlalu

banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami (Sudirman et al, 1991: 219).

Media/Klasifikasi media pembelajaran sebagai berikut: 1. Printed media (media cetak);

2. Display media (media pameran); 3. Overhead transparencies; 4. Audiotape recording

(rekaman pita audio); 5. Slide series dan filmstrips; 6. Multi image presentation; 7. Video

recordings and motion picture film (rekaman video dan film); 8. Computer based

instruction (pembelajaran berasaskan computer) (Jerold Kemp (1986) dalam Rohani,

1997: 16).

Media/Kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut: a. Ketepatan dengan

tujuan pengajaran. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan

pelajaran lebih mudah dipahami siswa. c. Media yang digunakan mudah diperoleh,

mirah, sederhan dan praktis penggunaannya. d. Keterampilan guru dalam menggunakan

media dalam proses pengajaran. e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga

media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.f. Sesuai

dengan tarap berpikir siswa (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam Djamarah dan Zein,

1996: 150).

Media/Manfaat lain dari media pembelajaran adalah: Pertama, media dapat mengatasi

keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, Kedua, media dapat mengatasi batas

ruang kelas Ketiga, dapat memungkinkan terjadinya iteraksi langsung antara peserta

dan lingkungan. Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamat. Kelima,

media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat. Keenam, media

dapat membangkitkan motifasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.

Ketujuh, media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. Kedelapan, media

dapat mengontrol atau kecepatan belajar peserta. Kesembilan, media dapat

memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang

abstrak (Sanjaya, 2007: 169-172).

Media/Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu: a. Pengajaran

akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b.

Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa

dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran; c. Metode

pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata–mata komunikasi verbal melalui

penuturan kata–kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak tidak

kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Siswa dapat

lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraioan guru

tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan,

memamerkan dan lain-lain (Sudjana dan Rivai, 2002: 2).

Page 227: Ensiklopedi pendidikan

Media/Media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama,

karena media yang dipilih harus sesuai dengan: 1). Tujuan Pembelajaran. 2). Bahan

pelajaran. 3). Metode pengajaran. 4). Tersedia alat yang dibutuhkan. 5). Pribadi

pengajar. 6). Minat dan kemampuan siswa. 7). Situasi pengajaran yang sedang

berlangsung (Sanaky (2009: 6).

Media/Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan

sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media

pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data

dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan

informasi (Hamalik dalam Arsyad, 2002: 15).

Media/Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa

(Hamalik dalam Arsyad, 2002: 15).

Media/Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa

(Hamalik dalam Arsyad, 2002: 15).

Media/Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan/pembelajaran apabila

mereka (media) itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional

atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Sedangkan media pendidikan adalah

alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi

dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Hamalik, 1985: 23).

Membaca mencari sesuatu konsep lebih mendorong motivasi siswa di banding dengan

membaca tanpa mencari sesuatu. Diyakini olehnya bahwa pembuatan peta konsep dapat

memotivasi siswa untuk berfikir tentang ranah isi. Siswa dituntut untuk dapat

mengenali, menguji konsep-konsep penting, mengklasifikasi konsep- konsep tersebut,

menggambarkan hubungan antara konsep satu dengan yang lain, dan menganalisis sifat

hubungannya (Dimyati dan Mudjiono (2004: 93).

Mengamati/Untuk meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus: a)

Peka/tanggap terhadap lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan

pemakaian indera. c) Bisa langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada

di dalam pikiran (Zaleha, 2004: 95-100).

Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu

tujuan (Surakhmad, W., 1979:75).

Page 228: Ensiklopedi pendidikan

Metode adalah teknik dan alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat atau

cara didalam pelaksanakan sesuatu strategi belajar mengajar (T Raka Roni dalam

Saputro, 1993: 90).

Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau

media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat

pengajaran yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien (Sudjana, 2000: 30).

Metode mengajar dapat menciptakan terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik,

efektif dan efisien. Karena dengan pemilihan metode mengajar yang baik dan tepat guna

serta tepat sasaran akan semakin menciptakan interaksi edukatif yang semakin baik

pula (Syah, 2007:134).

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak

baik pula, akibatnya siswa malas untuk belajar. Bahan pelajaran juga mempengaruhi

belajar siswa, kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar

siswa. Kurikulum yang kurang baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, diatas

kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa (Slameto,

1988:68).

Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar

siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru ialah memilih

metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Ketepatan

penggunaan metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan, isi proses belajar

mengajar dan kegiatan belajar mengajar (Suryosubroto, 43).

Metode pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru hendaknya dapat

mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran. Pertama, berpusat

pada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu

yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Suatu

kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style)

anak didik harus diperhatikan. Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing).

Supaya proses belajar menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan kepada

anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh

pengalaman nyata. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran

dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai

sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together). Keempat, mengembangkan

keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat

memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinasi anak

didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Kelima, mengembangkan kreativitas dan

keterampilan memecahkan masalah (Majid, A., 2005:136).

Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode ceramah,

metode ceramah paling efisien untuk menyampaikan informasi dengan cara guru

bercerita; b) Metode tanya jawab, metode ini dapat digunakan untuk menilai tingkat

Page 229: Ensiklopedi pendidikan

pemahaman siswa terhadap isi bacaan atau materi yang diberikan; c) Metode diskusi

kelompok, metode ini bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang

lain dalam mencapai tujuan bersama; d) Metode pemberian tugas, siswa diharapkan ikut

serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar; e) Metode studi kasus, metode

menganalisis masalah, menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari; f)

Metode brain storming (meramu pendapat), metode meramu pendapat merupakan

perpaduan antara teknik tanya jawab dengan teknik diskusi; g) Metode eksperimen,

yaitu guru mendemonstrasikan secara langsung dan siswa memperhatikannya pada

kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri; h) Metode simulasi, sebagai tiruan

dari keadaan yang sesungguhnya; i) Metode sosiodrama, suatu cara dimana siswa

mendramatisasikan sekaligus memecahkan masalah kehidupan di masyarakat

(Saliwangi, 1994: 56-62).

Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode diskusi,

merupakan proses interaksi dua atau lebih individu sating tukar pengalaman, informasi,

memecahkan masalah semua aktif; b) Metode kerja kelompok, yaitu cara mengajar di

mana siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok; c) Metode penemuan,

merupakan proses mental di mana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep; d)

Metode simulasi, adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang

dimaksud; e) Metode brain storming (sumbang saran), adalah suatu teknik atau cara

mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas, dengan cara melontarkan suatu masalah

kemudian siswa menjawab; f) Metode esperimen, yaitu cara mengajar di mana siswa

melakukan percobaan suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan nasil

percobaannya, kemudian disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru; g) Metode

demonstrasi, yaitu cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan suatu proses

siswa melihat, mengarnati, mendengar mungkin meraba dan merasakan proses yang

dipertunjukkan oleh guru tersebut; h) Metode karya wisata, yaitu cara mengajar yang

dilakukan dengan cara mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah untuk

mempelajari atau menyelidiki sesuatu; i) Metode bermain peran dan sosiodrama, yaitu

siswa mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang

dalam hubungan sosial antar manusia; j) Metode latihan dan driil, yaitu cara mengajar

di mana siswa melaksanakan kegiatan latihan, agar memiliki ketangkasan atau

keterampilan yang lebih tinggi dari pada yang telah dipelajari; k) Metode tanya jawab,

yaitu suatu metode untuk memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikirannya

untuk bertanya atau guna mengajukan pertanyaan, siswa menjawab; 1) Metode

ceramah, yaitu usaha menularkan pengetahuan kepada siswa secara lisan

(Roestiyah, 1998:1).

Metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut: a) Metode penugasan, yaitu suatu

cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan

petunjuk yang dipersiapkan guru; b) Metode eksperimen, yaitu suatu cara memberikan

kepada siswa secara perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu

Page 230: Ensiklopedi pendidikan

proses percobaan secara mandiri; c) Metode proyek, yaitu cara memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin

pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata pelajaran; d) Metode diskusi, yaitu

cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk

mecapai suatu kesepakatan; e) Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan

pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; f) Metode bermain peran,

yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi

dan penghayatan siswa; g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar dengan

mempertunjukkan suatu benda atau cara kerja sesuatu; h) Metode tanya jawab, yaitu

suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab

oleh siswa; i) Metode latihan, yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berlatih melakukan suatu keterampiian tertentu berdasarkan petunjuk guru; j)

Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar dengan penyajian melalui penuturan dan

penerangan lisan kepada siswa; k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang

telah dipelajari; l) Metode cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa

dengan mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda,

dongeng dan sejarah lokal; m) Metode simulasi, yaitu suatu cara penyajian bahan

pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan

pengetahuan dan keterampilan sehari-hari (Depdikbud, 1994:37-47).

Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki

kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian dan

eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi

masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik

(Nababan, 1993:150-151).

Metode pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi

saja, melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya

minat belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga

untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil

belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar (Hatimah,

I., 2000:10).

Metode problem solving adalah metode yang melibatkan sejumlah proses dan aktivitas

kognitif yang kompleks. Metode ini merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran

dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai permasalahan, baik secara

pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama

(Daneshamooz dkk., 2011:313).

Metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu: 1. Observasi

perilaku. Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang) misalnya

tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia

Page 231: Ensiklopedi pendidikan

tidak menyukai film Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih,

bukankah dia memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu bahkan

kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya.

Dengan demikian, perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap

dalam kontek situasional tertentu, tetapi interpretasi sikap warna sangat berhati-hati

apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh

seseorang. 2. Pertanyaan langsung. Asumsi yang mendasari metode pertanyaan

langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan

orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi

keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang

dirasakannya. 3. Pengungkapan langsung. Suatu metode pertanyaan langsung adalah

pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan

dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda.

Prosedur pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden

diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi

tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respondennya yang dilakukan

secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur.

Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang diberikan

pada objek (Azwar, 2000:90).

Metode yang digunakan seharusnya berpengaruh pada keberhasilan dalam proses

belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu

yang tidak efisien. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus

mempertimbangkan aspek efektifitas dan relefansinya dengan materi yang

disampaikan. Keberhasilan penggunaan metode merupakan suatu keberhasilan proses

pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai determanitas kualitas pendidikan (Arief,

2002:40).

Metode/Dalam proses penyampaian materi pendidikan kepada sasaran pendidikan, di

samping kurikulum maka metode dan alat pendidikan turut memegang peranan

penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah

tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan.

Metode dan alat bantu pendidikan yang baik akan mempermudah proses belajar dan

mengajar (Soekidjo, 2003:59).

Metode/Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah

metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan

salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang

sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih

media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa

menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk

karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama

Page 232: Ensiklopedi pendidikan

media pengjaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,

kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2002:15).

Metode/Dengan mengambil pendekatan elektrik, seorang guru bahasa tidak terpaku

pada suatu metode saja, tetapi ia dapat mengadakan penyesuaian yang lebih cocok bagi

situasi dan kondisi kelasnya dalam usahanya untuk meningkatkan mutu dan efektifitas

pengajaran bahasa (Utama, 1993:151).

Metode/Kedudukan metode pembelajaran sebagaimana diungkapkan Djamarah dan

Aswan Zain: 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik. 2) Metode sebagai strategi

pengajaran. 3) Metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan

Aswan Zain, 1997:82).

Metode/Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang serasi dengan

kebutuhan ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan

pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa, dan

karakteristik belajar (Riwajatna, J., 2003:51).

Metode/Lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran: 1)

Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya. 2) Anak didik yang bermacam-

macam tingkat kematangannya. 3) Situasi yang bermacam-macam. 4) Fasilitas yang

bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya. 5) Pribadi guru serta kemampuan

profesional yang berbeda-beda (Djamarah, 2006:78).

Metode/Metode adalah salah satu komponen dari proses pendidikan, alat untuk

mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan merupakan

kebulatan dalam sistem pendidikan (Zuhairini, 1981:68).

Metode/Model dalam pembelajaran kooperatif diantaranya Student Teams Achievement

Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Assisted

Individualisation (TAI), Group Investigation (GI), dan struktural (Abdurrahman & Bintoro

dalam Nurhadi dkk, 2004: 64-67).

Metode/Pengaruh metode pembelajaran terhadap pengalaman belajar seseorang. Edgar

Dale mengemukakan bahwa pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa

belajar memahami, mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan

belajar akan terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi

siswa ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya (Edgar Dale yang dikutip

oleh Basuki Wibawa, 1993:16).

Metode/Tidak ada satu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap situasi.

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dengan sifatnya polivalen dan

polipraemasi, guru perlu mengetahui kapan sesuatu metode tepat digunakan dan kapan

dia mengguankan kombinasi dari metode-metode tersebut. Guru hendaknya memilih

metode yang paling banyak mendatangkan hasil (Zuhairini dan Ghofir, 2004: 57-59).

Metode/Untuk menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode

yang beragam. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan tugas yang

beragam, berpasangan, berkelompok, atau seluruh kelas (Depdikbud, 2003:6).

Page 233: Ensiklopedi pendidikan

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap

suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya

tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merupakan

alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik

dalam kurun waktu tertentu (Djamarah, 2008:167).

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi

tertentu. Guru seyogyanya membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan

yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan

membangun sikap positif (Syah, 2002:129).

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat

yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk

mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar

cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi (Dalyono, 2001:56-57).

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari

(Dalyono, 2001:56-57).

Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau

situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai

suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian

terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian

di dalam minat seseorang terhadap sesuatu (Witherington yang dikutip oleh Buchori,

1991:135).

Minat/Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap

yang positif. Diantara kedua hal tersebut timbul lebih dahulu sukar ditentukan secara

pasti (Winkel (1983:30).

Misi/Sedangkan misi akan menggerakkan organisasi lebih baik.Keunggulan misi yaitu:

1) organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih efisien; 2) organisasi yang

digerakkan oleh misi akan lebih efektif dan baik; 3) organisasi yang digerakkan oleh

misi akan lebih fleksibel; dan 4) organisasi yang digerakkan oleh misi akan mempunyai

semangat lebih tinggi (Asrin, 2006:55).

Model dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar

mengajar. Dengan model ini diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar dengan guru

dalam proses pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut juga dengan

interaksi edukatif. Dalam memilih cara atau model ini guru dibimbing oleh filsafat

pendidikan yang dianut guru dan tujuan pelajaran yang hendak dicapai (Derajat,

1996:61).

Model herbart yaitu suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghubung-

hubungkan antara tanggapan lama dengan tanggapan yang baru sehingga

menimbulkan berbagai tanggapan dari siswa (Yusuf, 1995:92).

Model sebagai alat motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena dipengaruhi oleh

faktor-faktor dari luar diri individu tersebut (lingkungan) (Anwar, 2005:516).

Page 234: Ensiklopedi pendidikan

Model teori hierarki kebutuhan. Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja

identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materiil maupun non

materiil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya

tak terbatas atau tak henti, alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi

serta kebutuhannya berjenjang (Maslow dalam Robbins, 1996:127).

Model/Jadi model pembelajaran dapat di definisikan sebagai cara-cara yang digunakan

oleh seorang pendidik/ pengajar dalam penerapan sebuah materi belajar dalam

membentuk sebuah karakter pada siswa. Menurut Nana sudjana model pembelajaran

adalah, cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada

saat berlangsungnya pengajaran (Sudjana, 2004:76).

Model/Kedudukan model dalam pengajaran meliputi: model sebagai alat memotivasi

intrinsik (Syaiful Bahri Djamarah dalam Anwar, 2005:516).

Motif itu ada tiga golongan yaitu: a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif

yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti:

lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya. b. Motif-motif

yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) inilah motif yang

timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh:

motif melarikan diri dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan. Motif

Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu

di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (Woodwort dan

Marquis dalam Purwanto, 1998:64).

Motif/Satu motif adalah suatu kecenderungan yang meliputi suatu derajad kesadaran

terhadap tujuan. Ia dapat dipandang sebagai menandai suatu kondisi-kondisi atau

kekuatankekuatan internal yang cenderung mendorong individu menuju dicapainya

tujuan-tujuan tertentu (Crow and Crow dalam Sardiman, 1986:75).

Motif-motif itu ada dua golongan sebagai berikut: a. Psychological drive adalah

dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan

sebagainya. b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya

dengan manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik

(etika) dan sebagainya (Sartain dalam Purwanto, 1998:62).

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Donald dalam Sardiman, 2007:73).

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2007:75).

Motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar

(McCleland dalam Irawan, dkk., 1997:42).

Page 235: Ensiklopedi pendidikan

Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak positif

yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah (Wahjosumidjo,

2001: 42).

Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangan sumber

daya manusia (Surya, 2004:61-62).

Motivasi/Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kegiatan

belajar di sekolah, sebagai berikut: 1) Memberikan angka. 2) Hadiah. 3) Memberi

ulangan. 4) Mengetahui hasil. 5) Pujian. 6) Hukuman (Sardiman, 2002:89).

Motivasi/Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar

para siswa. Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang

bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi.

Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang akan

dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motif

untuk mempelajarinya. Ketiga, memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah

lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun. Keempat,

memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal-soal yang sulit hanya bisa

diterima atau dipecahkan oleh siswa pandai, siswa yang kurang pandai sukar menguasai

atau memecahkannya. Agar siswa yang kurang pandai juga bisa menguasai /

memecahkan soal, maka berikan bahan atau soal yang sesuai dengan kemampuannya.

Keberhasilan yang dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan kemudian

membangkitkan motif. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetesi yang sehat dapat

membangkitkan motivasi belajar (Ibrahim & Syaodih, 2003:28-29).

Motivasi/Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam

organisasi, yaitu: “(1), pemuas kerja (Job Satisfies) yang berkaitan dengan isi pekerjaan

dan (2). Ketidakpuasan kerja (Job Dissatisfies) yang berkaitan dengan suasana kerja.

Satisfies disebut motivators sedangkan Dissatisfies disebut faktor-faktor hygienis

(Hygienic Factors) (Herzberg (1959) dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 2000:259).

Motivasi/Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: 1)

Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan

membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan

kelakuan-kelakuan lain pada seseorang. 2) Menentukan karakter dengan melihat

petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya,

dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya

(Hamalik, 2007:158).

Motivasi/Ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu: a) Mendorong siswa untuk

berbuat dan bertindak. Motif itu sebagai penggerak atau motor yang memberi energi

atau kekuatan seseorang untuk melakukan suatu tugas. b) Motif itu menentukan arah

perbuatan, yakin kearah perwujudan cita-cita atau suatu tujuan. c) Motif itu dapat

menyelesaikan suatu berbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan yang

Page 236: Ensiklopedi pendidikan

harus dilakukan, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang

tidak bermanfaat bagi tujuan (Hamalik, 2007:161).

Motivasi/Ada tiga fungsi motivasi: a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai

penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan,

yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan

arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c)

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2007: 84).

Motivasi/Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan,

dan (3) tujuan (Dimyati, dkk. 2006: 80).

Motivasi/Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat,

jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah

perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan yakni

menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna

mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut (Sardiman, 1990:74).

Motivasi/Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar di sekolah, diantaranya: 1. Memberi angka. 2. Hadiah. 3. Saingan/kompetisi. 4.

Memberi ulangan. 5. Mengetahui hasil. 6. Pujian. 7. Hukuman. 8. Hasrat untuk belajar.

9. Minat. 10) Tujuan yang diakui (Sardiman A. M., 1990:92-95).

Motivasi/Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain: a)

Prinsip kompetisi. Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara

sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah

untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik. b)

Prinsip pemacu. Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada

pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan,

percontohan, dsb. c) Prinsip ganjaran dan hukuman. Ganjaran yang diterima oleh

seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan

ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai,

cenderung akan meningkatkan motivasi. d) Kejelasan dan kedekatan tujuan Makin jelas

dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa

memahami tujuan belajarnya secara jelas. e) Pemahaman hasil. Perasaan sukses yang

ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan

meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut. Untuk itu para pengajar seyogyanya selalu

memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa.

f) Pengembangan minat. Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang

dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang

Page 237: Ensiklopedi pendidikan

cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam

melakukan tindakannya. g) Lingkungan yang kondusif. Lingkungan kerja yang kondusif,

baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan

mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. h) Keteladanan. Guru

secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa yang

baik, yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar (Surya, 2004:65).

Motivasi/Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain: a)

Prinsip kompetisi – Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara

sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah

untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik. b)

Prinsip pemacu – Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada

pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan,

percontohan, dsb. c) Prinsip ganjaran dan hukuman – Ganjaran yang diterima oleh

seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan

ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai,

cenderung akan meningkatkan motivasi. d) Kejelasan dan kedekatan tujuan – Makin

jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk

melakukan tindakan sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa

memahami tujuan belajarnya secara jelas. e) Pemahaman hasil – Perasaan sukses yang

ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan

meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut. Untuk itu para pengajar seyogyanya selalu

memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa.

f) Pengembangan minat – Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang

dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang

cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam

melakukan tindakannya. g) Lingkungan yang kondusif – Lingkungan kerja yang

kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan

mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. h) Keteladanan – Guru

secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa yang

baik, yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar (Surya, 2004:65).

Motivasi/Behavioristik memandang bahwa motivasi utama manusia berperilaku adalah

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik (natural, alam)

maupun lingkungan sosial (budaya, norma-norma, politik dan lain-lain). Beda halnya

dengan aliran humanistik, dimana pada aliran behavioristik memandang motivasi

manusia muncul dari luar dirinya (motivasi eksternal) (Baharudin, 2001:311).

Motivasi/Cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar

diantaranya adalah: a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan

dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. b. Mengkaitkan materi pelajaran

Page 238: Ensiklopedi pendidikan

dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah. c. Menunjukkan antusias dalam

mengajar bidang studi yang dipegang. d. Mendorong siswa untuk memandang belajar

di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa

mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin. e.

Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa. f.

Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin. g. Menggunakan bentuk

.bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa. h. Menggunakan intensif seperti pujian,

hadiah secara wajar (Tadjab, 1994:103).

Motivasi/Cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kegiatan belajar di

sekolah adalah sebagai berikut: a) Memberikan angka, b) Hadiah, c) Memberi ulangan,

d) Mengetahui hasil, e) Pujian, f) Hukuman (Sardiman, 2002:89).

Motivasi/Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: a.

Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar

tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. b. Pengajaran yang bermotivasi pada

hakikatnya adalah pengajaran yang di sesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif,

minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan

demokrasi dalam pendidikan. c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan

imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang

relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru

senantiasa berusaha agar siswa-siswa akhirnya memiliki self motivation yang baik. d.

Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam

pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini

mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas. e. Asas motivasi menjadi

salah satu bagian yang integral dari pada asasasas mengajar. Penggunaan motivasi

dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor

yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah

sangat esensial dalam proses belajar mengajar (Hamalik, 2007:161-162).

Motivasi/Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari

dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang

disebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang

disebut “motivasi ekstrinsik (Djamarah, 2002:115).

Motivasi/Dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu: a. Bahwa motivasi itu

mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia,

perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. b. Motivasi ditandai dengan

munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan

persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku

manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan (Sardiman A. M. 1990:74).

Page 239: Ensiklopedi pendidikan

Motivasi/Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi motivasi bagi anak didik

untuk berbuat dan bekerjasama. Misalnya anak ingin mengetahui isi cerita dari buku

sejarah, maka keingian untuk mengetahui isi buku tersebut menjsdi pendorong bagi

anak didik untuk membacanya (Purwanto, 2007:112).

Motivasi/Dengan mengetahui hasil dan prestasin sendiri, seperti apakah ia mendapat

kemajuan atau tidak, hal ini akan menjadi pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat

lagi. Jadi adanya pengetahuan sendiri tentang kemajuannya, maka motivasi itu akan

timbul (Djiwandono, 2002:359).

Motivasi/Diswa-siswa yang termotivasi untuk berprestasi akan tetap melakukan tugas

lebih lama daripada siswa-siswa yang kurang berprestasi bahkan sesudah mereka

mengalami kegagalan dan menghubungkan kegagalannya itu dengan tidak atau kurang

berusaha dalam belajar, dengan kata lain siswa yang termotivasi untuk mencapai

prestasi ingin dan mengharapkan sukses, sedangkan siswa yang tidak termotivasi untuk

berprestasi cenderung mengalami kegagalan dalam belajar atau sulit mencapai prestasi

yang baik (Weiner dalam Djiwandono, 2002:355).

Motivasi/Faktor-faktor dalam pekerjaan yang mempengaruhi motivasi kerja individu

sebagai berikut: a. Rasa aman (security), yaitu adanya kepastian karyawan untuk

memperoleh pekerjaan tetap, memangku jabatan di perusahaan selama mungkin seperti

yang mereka harapkan. b. Kesempatan untuk maju, yaitu adanya kemungkinan untuk

maju, naik tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian. c. Tipe pekerjaan, yaitu

adanya pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, bakat,

dan minat karyawan. d. Nama baik tempat bekerja, yaitu perusahaan (sekolah) yang

memberikan kebanggaan karyawan bila bekerja di perusahaan atau sekolah tersebut. e.

Rekan kerja, yaitu rekan kerja yang sepaham, yang cocok untuk kerja sama. f. Upah,

yaitu penghasilan yang diterima. g. Penyelia (Supervisor), yaitu pemimpin atau atasan

yang mempunyai hubungan baik dengan bawahannya, mengenal bawahannya, dan

mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh bawahannya. h. Jam

kerja, yaitu jam kerja yang teratur atau tertentu dalam sehari. i. Kondisi kerja, yaitu

seperti kebersihan tempat kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau,

dan sebagainya. j. Fasilitas, yaitu kesempatan cuti, jaminan kesehatan, pengobatan dan

sebagainya (Yunus, 2007:45).

Motivasi/Faktor-faktor itu (yang mempengaruhi motivasi kerja) meliputi faktor internal

yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar

individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan

lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji,

lingkungan kerja, kepemimpinan (Wahjosumidjo, 2001: 42).

Motivasi/Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: a. Adanya

kebutuhan. b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri. c. Adanya cita-

cita atau aspirasi (Azhari, 1996:75).

Page 240: Ensiklopedi pendidikan

Motivasi/Fungsi motivasi adalah sebagai berikut: a) Mendorong manusia untuk berbuat.

b) Menentukan arah perbuatan, yakin kearah tujuan yang ingin dicapai. c) Menyelesaikan

perbuatan, yakni menyelesaikan perbuatanperbuatan yang harus dilakukan (S. Nasution

dalam Rusyan, dkk. 1989:107).

Motivasi/Hadiah dan angka (reward) mempengaruhi motivasi berprestasi (Sardiman,

2002:89).

Motivasi/Hadiah/Macam-macam reward diatas yaitu pemberian angka atau nilai

dijelaskan bahwa angka merupakan motivasi berprestasi yang sangat kuat, siswa yang

mendapatkan angka bagus akan bersemangat dalam belajar sedangkan siswa yang

mendapatkan angka atau nilai jelek mereka juga akan terpacu untuk memperbaiki nilai

tersebut menjadi bagus dengan rajin belajar (Sardiman, 2002:89).

Motivasi/Humanistik memandang motivasi utama manusia bertingkah laku adalah

untuk memenuhi kebutuhan bertingkat dan aktualisasi diri. Tujuan hidup manusia

menurut teori humanistik adalah untuk mencapai hidup penuh makna atau mewujudkan

makna hidup dan kepuasan abadi. Pada aliran humanistik beranggapan bahwa motivasi

utama manusia adalah muncul dari dalam dirinya (internal) (Baharudin, 2001:312-313).

Motivasi/Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Adanya

hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c.

Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e.

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan belajar yang

kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno,

2007:23).

Motivasi/Indikator motivasi berpestasi adalah sebagai berikut: 1) Tekun dalam

menghadapi tugas, 2) Ulet dan tidak mudah putus asa, 3) Menerima pelajaran dengan

baik untuk mencapai prestasi, 4) Senang belajar mandiri, 5) Senang, rajin dalam belajar

dan penuh semangat, 6) Berani mempertahankan pendapat bila benar, 7) Suka

mengerjakan soal-soal latihan (Sardiman, 2002:82-83).

Motivasi/Jadi menyatakan motif dan tujuan perseorangan dapat berpengaruh penting

terhadap tingkah laku seseorang dalam susunan organisasi. Karena kenyataan ini, kita

wajib mengakui dan memperhitungkan sasaran perseorangan dalam setiap pembicaraan

mengenai sasaran organisasi. Konsep sasaran organisasi yaitu sasaran yang ditetapkan

untuk organisasi sebagai keseluruhan tidak akan berguna bagi manajemen bila tidak

dapat dituangkan menjadi sasaran-sasaran tugas perseorangan yang dapat diterima

oleh para pekerja. Jika, sasaran tugas bertentangan dengan kebutuhan sasaran

perseorangan, dan jika manajemen tidak mau dan tidak dapat menciptakan daya tarik

yang cukup untuk meredakanpertentangan tersebut, maka sulit dipercaya bahwa

pekerja mau memberikan sumbangan ke arah pencapaian sasaran organisasi (Hasibuan,

1999:19).

Motivasi/Jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu: motif bawaan, (motive

psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan

Page 241: Ensiklopedi pendidikan

untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya. (Sardiman A. M. 1990:

74).

Motivasi/Konsepsi motivasi tidak terlepas dari kebutuhan manusia, artinya jika

kebutuhan sesorang telah terpenuhi maka seseorang itu kan tergerak (mau) untuk

melakukan sesuatu dan membagi kebutuhan manusia dalam hirarki kebutuhan, bahwa

motivasi manusia berhubungan dengan lima kebutuhan, yaitu: 1. kebutuhan fisik

(Physiological need), 2. kebutuhan untuk memperoleh keamanan dan keselamatan

(Security of Safety Need), 3. kebutuhan bermasyarakat (Social Need), 4. kebutuhan untuk

memperoleh kehormatan (esteem need), 5. kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan

(Self Actualization need). (Handayaningrat, 1982:49).

Motivasi/Maka dari itu pada diri manusia berlaku faktor motivasi dan faktor

pemeliharaan dilingkungan pekerjaanya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan adanya

enam faktor motivasi yaitu: 1. prestasi, 2. pengakuan, 3. kemajuan kenaikan pangkat.

4. pekerjaan itu sendiri, 5. kemungkinan untuk tumbuh, 6. tanggung jawab. Sedangkan

untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: 1.

kebijaksanaan, 2. supervisi teknis, 3. hubungan antar manusia dengan atasan, 4.

hubungan manusia dengan pembinanya, 5. hubungan antar manusia dengan

bawahannya, 6. gaji dan upah, 7. kestabilan kerja, 8. kehidupan pribadi, 9. kondisi

tempat kerja, 10. status (Nursisto, 2002:57).

Motivasi/Meskipun ada beberapa aktivitas manusia yang terjadi tanpa motivasi, namun

hampir semua perilaku sadar mempunyai motivasi, atau sebab. Akhirnya, setiap orang

akan tertidur tanpa motivasi (meskipun orang tua dengan anak kecil mungkin

meragukan hal ini), tetapi pergi ke tempat tidur merupakan tindakan sadar yang

memerlukan motivasi. Pekerjaan para manajer adalah mengidentifikasi dan

menggerakkan motif pegawai untuk berprestasi baik dalam pelaksanaan tugas (Davis

dan Newstrom John W, 1985:67)

Motivasi/Model teori hierarki kebutuhan (Need Hierarchi) dari Maslow (Robbins,

1996:127). Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan

kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materiil maupun non materiil. Dasar

teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas

atau tak henti, alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta

kebutuhannya berjenjang.

Motivasi/Nilai motif pribadi mencakup tiga hal, yaitu kebutuhan prestasi, afiliasi dan

kuasa (McClelland dalam Steers, 1988:33).

Motivasi/Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) suatu perilaku tertentu akan

menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3)

hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang (Yamin, 2003:82) .

Motivasi/Pengertian motivasi mengandung tiga elemen penting sebagai berikut: a.

Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

menusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam

Page 242: Ensiklopedi pendidikan

sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia (walaupun motivasi itu

muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik

manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang.

Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat

menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya suatu

tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini

menyangkut soal kebutuhan (MC. Donald dalam Sardiman, 1986:25).

Motivasi/Penghargaan adalah salah satu bentuk motivasi yang dapat diberikan oleh guru

(Sardiman, 2002:92).

Motivasi/Prestasi/Faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar adalah reward.

(Thorndike, 002:127).

Motivasi/Prestasi/Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi

berprestasi (Syah, 2001:132-139).

Motivasi/Prestasi/Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

motivasi berprestasi (Syah, 2001:132-139).

Motivasi/Prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut. a. Pujian lebih efektif daripada

hukuman. b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat

dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. c. Motivasi yang berasal dari dalam

individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. d. Terhadap jawaban

(perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan

(reinforcement). e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. f.

Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan yang hendak dicapainya maka

perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongannya. g. Tugas-tugas yang

disebabkan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk

mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. h. Pujian-

pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadangkadang diperlukan dan cukup

efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i. Teknik dan proses mengajar yang

bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid j. Manfaat minat yang

telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. k. Kegiatan-kegiatan yang akan

dapat merangsang minat muridmurid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang

berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai. l. Kecemasan yang besar akan

menimbulkan kesulitan belajar. m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat

menimbulkan perbedaan yang lebih baik. n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan

apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi. o. Setiap murid

mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. p. Tekanana kelompok

murid (pergrup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari

orang dewasa. q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid

(Kenneth H. Hover dalam Hamalik, 2007:114-116).

Page 243: Ensiklopedi pendidikan

Motivasi/Proses motivasi seseorang secara bertahap mengikuti pemenuhan kebutuhan,

dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling kompleks. Kebutuhan

fisiologis merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut

fungsi-fungsi biologis seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik,

seks, dan lain-lain. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, seperti terjaminnya

keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan,

kelaparan, perlakuan tidak adil, dan lain sebagainya. Kebutuhan sosial, meliputi

kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota

kelompok, dan sebagainya. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan

dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan, pangkat, dan sebagainya. Kebutuhan

akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi yang dimiliki,

pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, ekspresi diri, dan sebagainya.

Kebutuhan tertinggi menurut Maslow adalah kebutuhan transenden, yaitu kebutuhan

yang meliputi untuk berperilaku mulia, memberi arti bagi orang lain, terhadap sesama,

terhadap alam, dan sebagainya (Nursisto, 2002:52-53).

Motivasi/Salah satu strategi motivasional yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar adalah model ARCS, yaitu Attention, Relevance, Convidance, dan Saticfaction

(Irawan, dkk. 1997:42).

Motivasi/Salah satu teori motivasi berprestasi adalah hadiah dan penguat (reward dan

reinforcer), menunjukkan bahwa ada hubungan atau pengaruh antara motivasi

berprestasi dengan reward (Wlodkoski dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002:330-

342).

Motivasi/Salah satu teori motivasi berprestasi adalah hadiah dan penguat (reward dan

reinforcer), menunjukkan bahwa ada hubungan atau pengaruh antara motivasi

berprestasi dengan reward (Wlodkoski dalam Djiwandono, 2002:330-342).

Motivasi/Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan

tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu

para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi

belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan

ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2007:73).

Motivasi/Sehubungan dengan hal tesebut ada tiga fungsi motivasi: a) Mendorong

manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

Page 244: Ensiklopedi pendidikan

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

(Sardiman, 2007:84).

Motivasi/Seseorang cenderung ikut serta dalam kegiatan organisasi hanya terbatas pada

anggapan bahwa imbalan untuk bekerja yang mereka terima sebanding dengan usaha

(kontribusi) mereka. Karena itu motivasi dan sasaran perseorangan dalam bekerja

menjadi faktor yang penting dalam memahami tingkah laku manusia dan prestasi

organisasi. Pendapat ini mengisyaratkan, bahwa seseorang mempunyai motif tertentu

bekerja pada suatu organisasi ia akan beranggapan, bahwa kebutuhannya akan

terpenuhi melalui organisasi (Steers, 1980:1).

Motivasi/Setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualiasi diri.

Salah satu kebutuhan aktualisasi diri adalah pengetahuan dan pemahaman serta

pemakaian kemampuan kognitif secara positif (Maslow dalam Alwisol, 2005:254).

Motivasi/Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu

berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. kekuatan mental tersebut dapat

tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan

mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Ada tiga

komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan

(Dimyati, 2006:80).

Motivasi/Siswa yang termotivasi untuk mencapai prestasi ingin dan mengharapkan

sukses, serta siswa yang motivasi berprestasinya tinggi cenderung sukses dalam

mencapai prestasi belajarnya menunjukkan bahwa ada pengaruh antara motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar (Weiner dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono,

2002:355).

Motivasi/Strategi motivasional model ARC dapat dikembangkan melalui metode-

metode pembelajaran berbasis konstruktivistik. Sebagai filsafat belajar, pemikiran

konstruktivisme adalah orang hanya dapat memahami apa yang dikonstruksinya sendiri

(Sindhunata, 2000:109).

Motivasi/Teori motivasi terbagi kedalam dua katagori yaitu Teori kepuasan dan Teori

proses. Teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor didalam individu

yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku. Teori

proses menerangkan dan menganalisa bagaimana perilaku didorong, diarahkan,

dipertahankan dan dihentikan (Gibson, 1996:186).

Multikultural /Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai

keragaman kebudayaan (Andersen dan Cusher dalam Mahfud, 2006:168).

Multikultural adalah beberapa kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme

dibentuk dari kata multi (banyak) dan kultural (budaya) secara hakiki, dalam kata itu

terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan

kebudayaannya masingmasing yang unik (Andersen dan Cusher dalam Mahfud,

2006:75).

Page 245: Ensiklopedi pendidikan

Multikultural dipandang sebagai kekuatan keempat (fourth force), melengkapi tiga

kekuatan yang lain, psikoanalisis, behavioris, dan humanis dalam memahami perilaku

manusia. Variabe-variabel dalam yang terlihat dalam proses bimbingan dengan

pendekatan multikultural adalah: keyakinan, nilai-nilai, norma, kebiasaan, status sosial,

ekonomi, asal daerah/tempat tinggal, bahasa, dan jender (Pedersen, 1991:6).

Multikultural/Adanya keragaman etnisitas dapat menumbuhkan kesadaran pengajar

untuk menangani permasalahan yang timbul secara wajar, dan akan berpengaruh pada

proses pembelajaran, memodifikasi strategi untuk menyesuaikan latar belakang

siswa/mahasiswa, serta dapat berkomunikasi secara efektif (Partington G. dan

McCudden V., 1993:209).

Multikultural/Dalam era globalisasi saat ini, pertemuan antar-budaya menjadi

“ancaman” serius bagi anak didik. Untuk mensikapi realitas global tersebut, siswa

hendaknya diberi penyadaran akan pengetahuan yang beragam, sehingga mereka

memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan global, termasuk aspek kebudayaan.

Mengingat beragamnya realitas kebudayaan di negeri ini, dan luar negeri, siswa pada

era globalisasi ini sudah tentu perlu diberi materi tentang pemahaman banyak budaya

atau pendidikan multicultural (Mahfud, 2010:211).

Multikultural/Dalam kajian Islam sebagai suatu perangkat ajaran dan nilai, tentunya kita

semua setuju, bahwa memang Islam telah meletakkan konsep dan doktrin yang

memberikan rahmat bagi al-alamin. Islam sebagai ajaran yang memuat nilai-nilai

normatif, begitu bagusnya dalam memandang dan menempatkan martabat dan harkat

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota sosial (Hasan, 2005:142).

Multikultural/Dalam kehidupan sosial pun pria dan wanita mempunyai hak yang sama.

Perannyalah yang berbeda sesuai kodrat yang dimiliki masingmasing (Lopa, 1999:66).

Multikultural/Dalam konteks ini ditegaskan bahwa perbedaan bukan menjadi

penghalang untuk bersatu padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara (Subagyo, 2006:227).

Multikultural/Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa corak masyarakat

Indonesia yang bhinneka Tunggal Ika ini bukan hanya di maksudkan pada

keanekaragaman suku bangsa, melainkan juga keanekaragaman budaya yang ada dalam

masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Eksistensi keberagaman kebudayaan

tersebut selalu dijaga/terjaga yang bisa tampak dalam sikap saling menghargai,

menghormati, toleransi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya (Subagyo

dkk. 2006:121).

Multikultural/Dalam perspektif yang agak lebih luas, isu multicultural dalam aspek

pluralisme perspektif Islam mengandung simplifikasi yang luar biasa, bahkan seringkali

mengalami reduksi dan terkesan liberal. Di antaranya adalah: pertama, memang Islam

agama wahyu, namun pemahaman orang terhadap Islam bisa bermacam-macam (multi

interpretation). Kesalahpahaman ini bukan saja di kalangan umat Islam, tapi juga pada

pengamat-pengamat asing yang sering memandang Islam dengan wajahnya yang

Page 246: Ensiklopedi pendidikan

tunggal, termasuk dalam memandang pluralisme. Sifat multi interpretasi terhadap Islam

memungkinkan terjadinya diversifikasi terhadap pemahaman keagamaan, baik pada

tingkat kognisi maupun aksi. Kedua, di samping agama wahyu, Islam merupakan produk

sejarah. Oleh karena itu, prinsip-prinsip ilmu sejarah dapat digunakan untuk melihat

tahapan-tahapan perkembangan Islam. Dalam kaitan ini juga orang bisa melihat teks-

teks ajaran agama dengan menggunakan kritik historis, fenomenologi dan sebagainya.

Ketiga, dialektika Islam dengan dunia luar telah melahirkan sebuah sudut pandang

baru terhadap Islam dengan dunia luar telah melahirkan sebuah sudut pandang baru

terhadap Islam yang terkadang keluar dari mainstream esensialnya (Nizar, 2005:216).

Multikultural/Dengan demikian, sebagaimana telah diperlihatkan dalam sejarah

Indonesia dimasa lampau, kemajemukan itu tidak menimbulkan konflik masyarakat,

apalagi kerusuhan sosial. Sebaliknya bahkan menjadi himpunan kekuatan bangsa dalam

menumbuhkan semangat nasionalisme. Kemajemukan itu malah telah menjadi slogan

persatuan dan kesatuan bangsa; Bhineka Tunggal Ika (Ma’arif, 2008:83).

Multikultural/Dengan pendidikan yang demokratis akan lahir generasi masa depan yang

tidak akan kehilangan konteks dan perannya di era keterbukaan dimasa yang akan

datang. Perlu dipahami bahwa pendidikan yang demokratis tidak terpaku pola tertentu,

dalam pengertian bahwa prinsip-prinsip demokrasi dapat ditanamkan sedini mungkin

dalam sistem pendidikan kita, seperti kebebasan berpendapat, membangun tradisi

ilmiah yang obyektif dan progresif, kultur dialog dan sebagainya. Maka, pendekatan

dalam menyelenggarakan pendidikan dalam abad mendatang sangat diperlukan adanya

model pendekatan yang beragam sebagai ganti model pendekatan yang serba seragam

yang sudah tidak lagi sesuai dengan semangat demokrasi, keterbukaan, informasi dan

kesetaraan (Ma’arif, 2008:57).

Multikultural/Di masa depan, keberlakuan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat

akan ditentukan oleh komitmen etik kemanusiaan dalam susunan konstitusi yang tidak

lagi terperangkap pada bentuk-bentuk simbolik yang sering disebut sebagai syariah.

Dalam kehidupan politik yang semakin terbuka dan demokratis juga sulit diapresiasi

prinsip normatif siyasah (politik) dalam format klasik. Hal ini merupakan akibat logis

dari tumbuhnya pola hidup baru yang bersifat global dan multikultural yang juga

menjadi dasar etika sosial (Mulkham, 2003:302).

Multikultural/Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara, antara lain

dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang

disepakati bersama dalam masyarakat (Ali, 2004:270).

Multikultural/Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya maupun pemikiran

(perbedaan pendapat) adalah bagian dari “sunnat Allah” bahkan dapat dikatakan, bahwa

kehidupan ini ada karena dibangun atas keragaman. Oleh karena itu penyelesaiannya

ialah membangun pemahaman yang utuh dan mengembangkan sikap arif dalam

menyikapi perbedaan. Sehingga perbedaan akan menjadi kekuatan yang sinergis, saling

mengisi dan melengkapi dalam membangun peradaban masa depan (Wahid, 2008:172).

Page 247: Ensiklopedi pendidikan

Multikultural/Maka, diskriminasi yang berlandaskan pada perbedaan jenis kelamin

(gender) dan sebagainya tidak memiliki dasar pijakan sama sekali dalam ajaran tauhid

(Muhammad, 2009:11).

Multikultural/Manusia mengembangkan kebudayaan tidak lain sebagai upaya

mempertahankan kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai tantangan yang datang

dari lingkungannya untuk kemudian mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Dalam hal

ini, tidak serta merta meninggalkan tradisi yang telah ada (Sujarwa, 2010:198).

Multikultural/Masalahnya ialah kesediaan masyarakat Islam untuk melakukan kritik

dengan meletakkan seluruh tradisi intelektual dan keberagaman yang selama ini

dijadikan referensi utama yang dibakukan sebagai sesuatu yang terbuka. Gejala

ideologisasi bagi semua pengalaman intelektual dan keagamaan yang relatif dan parsial

perlu dibedakan dari universitas wahyu yang mutlak. Dari sini baru mungkin digagas

pengembangan masyarakat Islam berdasar prinsipprinsip etik yang bisa dan menarik di

apresiasi oleh setiap kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang budaya dan

keagamaan di dalam sebuah kehidupan dunia yang terbuka, demokrasi dan global

(Mulkham, 2003:303).

Multikultural/Multikultural dipandang sebagai kekuatan keempat (fourth force),

melengkapi tiga kekuatan yang lain, psikoanalisis, behavioris, dan humanis dalam

memahami perilaku manusia. Variabe-variabel dalam yang terlihat dalam proses

bimbingan dengan pendekatan multikultural adalah: keyakinan, nilai-nilai, norma,

kebiasaan, status sosial, ekonomi, asal daerah/tempat tinggal, bahasa, dan jender

(Pedersen, 1991:6).

Multikultural/Paradigma keagamaan yang inklusif berarti lebih mementingkan dan

menerapkan nilai-nilai agama dari pada hanya melihat dan mengagungkan simbol-

simbol keagamaan. Paradigma pemahaman keagamaan aktif sosial berarti agama tidak

hanya menjadi alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang

terpenting adalah membangun kebersamaan dan solidaritas bagi seluruh manusia

melalui aksi-aksi sosial yang nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat

manusia (Yaqin, 2005:57).

Multikultural/Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang

keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural

lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (global)

(Muhaimin el Ma’hady dalam Mahfud, 2010:167).

Multikultural/Pendidikan multikultural memegang peranan dan posisi yang strategis

dalam rangka mensukseskan pencapaian tujuan yang bernuansa pada keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu pendidikan multikultural

berupaya untuk mensosialisasikan, menanamkan dan menghargai nilai-nilai

kemajemukan. Setiap siswa ditanamkan untuk menerima keragaman dalam kehidupan

yang harmonis dan saling menolong (Achmaduddin, 2006:44).

Page 248: Ensiklopedi pendidikan

Multikultural/Pendidikan multikultural merupakan suatu wacana lintas batas. Dalam

Pendidikan multikultural terkait masalah-masalah keadilan sosial (Sosial Justice),

demokrasi, dan hak asasi manusia. Tidak mengherankan apabila Pendidikan

Multikultural berkaitan dengan isu-isu politik, sosial, cultural, moral, edukasional dan

agama (Tilaar, 2009: 206-207).

Multikultural/Pendidikan Multikultural sebagai pendidikan untuk People of Color.

Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan

(anugerah tuhan/sunnatullah). Kemudian bagaimana kita mampu menyikapi perbedaan

tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliter (James Banks (1993: 3) dalam

Mahfud, 2006: 168).

Multikultural/Perbedaan jenis kelamin tidak hanya merupakan hal yang berhubungan

dengan warisan biologis. Masyarakat menuntut laki-laki dan perempuan untuk

bertingkah laku berbeda sesuai dengan perannya masing-masing. Untuk memenuhi

harapan ini, anak-anak harus memahami jenis kelamin mereka masing-masing dan

mengintegrasikannya ke dalam konsep diri mereka. Dalam Islam, laki-laki juga

diajarkan untuk melakukan tugas domestik untuk meringankan beban istri di rumah,

jika mereka sedang di rumah (Hasan, 2006:242).

Multikultural/Sebagaimana dikutip oleh Chairil Mahfud meminjam pendapat Andersen

dan Cusher (1994:320), bahwa pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai

pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks (1993:3)

mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai pendidikan untuk People of Color.

Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan

(anugerah tuhan/sunnatullah). Kemudian bagaimana kita mampu menyikapi perbedaan

tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliter (Andersen dan Cusher (1994: 320)

dan James Banks (1993:3) dalam Choirul Mahfud, 2006:168).

Multikultural/Sebagaimana yang dikutip oleh Sukron Kamil, yang menyetujui adanya

prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam tetapi di lain pihak mengakui adanya perbedaan

di antara kalangan Islam. Menurut Nurcholis, dalam bahasa budaya, demokrasi bukanlah

kata benda tetapi lebih merupakan kata kerja, sebagai proses demokratisasi. Demokrasi

adalah suatu kategori dinamis. Ia senantiasa bergerak atau berubah, kadang negatif

(mundur), kadang positif (berkembang maju) (Kamil, 2002:27).

Multikultural/Secara umum, multikultural berarti paham keberagaman (majemuk)

terhadap kultur (adat) yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Keberagaman di sini

meliputi keberagaman suku, agama, ras dan adat istiadat. Di Indonesia, diskursus

multicultural dalam aspek pluralisme khususnya Islam dan pluralisme merupakan tema

yang banyak menjadi sorotan dari para cendekiawan pada dekade 1980-an, bahkan

sampai hari ini. Urgensi memperbincangkan diskursus pluralism berangkat dari kondisi

obyektif bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang cukup tinggi, baik

secara fisik (negara kepulauan) maupun sosial budaya; bukan saja suku, bahasa, adat

Page 249: Ensiklopedi pendidikan

istiadat, bahkan agama yang menunjukkan tingkat heterogenitas yang cukup signifikan

(Nizar, 2005:215-216).

Multikultural/Sejalan dengan pemikiran di atas, Muhaemin el Ma’hady berpendapat

bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai

pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis

dan cultural lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara keseluruhan (global)

(Choirul Mahfud, 2006:168).

Multikultural/Sekolah sebaiknya berperan aktif dalam membangun pemahaman dan

kesadaran siswa tentang pentingnya sikap menghargai dan anti diskriminasi terhadap

etnis lainnya dengan cara membuat pusat kajian atau forum dialog untuk mengagas

hubungan yang harmonis antaretnis. Dengan adanya dialog atau kajian ini diharapkan

akan terbangun pemahaman dan pandangan siswa yang lebih terbuka terhadap etnis

lainnya. Atau bisa juga diadakan pecan atau hari khusus yang mengangkat karakter atau

budaya semua etnis yang ada di sekolah tersebut. Dengan adanya kegiatan semacam ini

siswa dapat memahami berbagai keunikan dan perbedaan karakteristik serta budaya

dari masing – masing etnis (Yaqin, 2005:223).

Multikultural/Sikap sensitif terhadap masalah-masalah yang diskriminatif khususnya

terhadap diskriminasi bahasa yang terjadi di sekolah. Maka niscaya usaha untuk

membangun sikap siswa agar mereka dapat selalu menghargai orang lain yang

mempunyai bahasa dan dialek yang berbeda, sedikit demi sedikit akan dapat tertanam

dan kemudian tumbuh dengan baik (Yaqin, 2005:104).

Murid/Peserta didik diharapkan dapat memiliki pengetahuan, kemampuan serta

ketrampilan untuk mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara mandiri melalui

pembelajaran generatif (Sumadi, 2000:15).

Mutu/Adapun Fungsi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan sama dengan

fungsifungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pemimpin, yaitu

perencanaan (planning), perngorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan

pengawawan (controlling) (Fattah, 2004:1).

Mutu/Edward Deming dalam bukunya Jerome S. Ancaro mengembangkan 14 prinsip

yang mengambarkan apa yang dibutuhkan sekolah untuk mengembangkan budaya

mutu, yaitu sebagai berikut: 1. Menciptakan konsistensi tujuan, yaitu untuk

memperbaiki layanan dan siswa dimaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai

sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia. 2. Mengadopsi filosofi mutu total, setiap

orang harus mengikuti prinsipprinsip Mutu. 3. Mengurangi kebutuhan pengajuan,

mengurangi kebutuhan pengajuan dan inspeksi yang berbasis produksi massal

dilakukan dengan membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan

lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu. 4. Menilai bisnis

sekolah dengan cara baru, nilailah bisnis sekolah dengan meminimalkan biaya total

pendidikan. 5. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya,

memperbaiki mutu dan produktivitas sehingga mengurangi biaya, dengan

Page 250: Ensiklopedi pendidikan

mengembangkan proses “rencanakan/periksa/ubah”. 6. Belajar sepanjang hayat, mutu

diawali dan diakhiri dengan latihan. Bila anda mengharapkan orang mengubah cara

berkerja mereka, anda mesti memberikan mereka perangkat yang diperlukan untuk

mengubah proses kerja mereka. 7. Kepemimpinan dalam pendidikan, merupakan

tanggung jawab manajemen untuk memeberikan arahan. Para manajer dalam

pendidikan mesti mengembangkan visi dan misi untuk wilayah. Visi dan misi harus

diketahui dan didukung oleh para guru, orang tua dan komunitas 8. Mengeliminasi rasa

takut, ciptakan lingkungan yang akan mendorong orang untuk bebas bicara. 9.

Mengelinimasi hambatan keberhasilan, manajemen bertanggung jawab untuk

menghilangkan hambatan yang menghalangi orang mencapai keberhasilan dalam

menjalankan keberhasilan. 10. Menciptakan budaya mutu, ciptakanlah budaya mutu

yang mengembangkan tanggung jawab pada setiap orang. 11. Perbaikan proses, tidak

ada proses yang pernah sempurna, karena itu carilah cara terbaik, proses terbaik,

terapkan tanpa pandang bulu. 12. Membantu siswa berhasil, hilangkan rintangan yang

merampok hak siswa, guru atau administator untuk memiliki rasa bangga pada hasil

karyanya. 13. Komitmen, manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya mutu.

14. Tanggung jawab, berikan setiap orang disekolah untuk bekerja menyelesaikan

transformasi mutu (Edward Deming dalam Arcaro, 2005: 85-89).

Mutu/Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact sedangkan

pengukuran mutu dari sisi pelanggan disebut sebagai quality in perception. Adapun

standar yang dipakai pengukuran quality in fact adalah standar proses dan pelayanan,

yakni yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan tujuan dan

dilaksanakan dengan tanpa kesalahan (zero defect) atau mengerjakan sesuatu yang

benar sejak pertama dan seterusnya (right first time and every time). Standar yang

digunakan untuk pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yakni

kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan

(Suderadjat, 2005:2).

Mutu/Secara rinci tujuan manajemen peningkatan Mutu pendidikan antara lain: a.

Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). b. Terciptanya peserta didik yang aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. c. Tercapainya tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien. d. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang

proses dan tugas administrasi pendidikan. e. Teratasinya masalah mutu pendidikan

(Usman, 2006:8).

Mutu/Sejalan dengan penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi

perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya

(Hasibuan, 2001:87).

Page 251: Ensiklopedi pendidikan

Mutu/Tujuan utama manajemen peningkatan mutu pendidikan adalah produktifitas dan

kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti

peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan

kesempatan kerja pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-

tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi

organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman (Shrode dan Voich

(1974) dalam Fattah, 2004:15).

Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau dikhayalkan

oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, kisah-

kisah sejati. Sedangkan yang berbentuk fiksi antara lain novel, cerpen, cerbung

(Muharimin, 1999: 97).

Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah (Parera,

1993:5).

NHT/Kooperatif model numbered head together merupakan sebuah varian diskusi

kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili

kelompoknya itu. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan metode pembelajaran

kooperatif numbered head together yaitu adanya keterlibatan total semua siswa dan

meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005:78).

NHT/Numbered head together adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan

melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut

(Nurhadi dkk, 2004:67).

NHT/Numbered head together adalah suatu metode belajar di mana setiap siswa

diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok secara acak guru memanggil nomor

dari siswa (Widdiharto, 2004:5).

Nonformal/Karakteristiknya sebagai berikut: a) keluwesan (fleksibilitas) untuk

disesuaikan dengan kebutuhan khusus setempat, serta dalam mengubah-

menyesuaikan kondisi dan kesempatan dalam memilih mata-pelajaran serta memilih

cara mengajarnya dan dalam mengadakan kombinasi pelajaran teori dan latihan praktis.

b) keleluasan untuk disesuaikan dengan keperluan anak-didik, misalnya dengan

mengatur pengajaran sambilan yang disesuaikan dengan tugas pada tempat bekerja

atau dalam kalangan keluarga, dan dengan menyusun satuan-satuan pelajaran yang

tertentu yang boleh dipelajari dan diselesaikan oleh masing-masing siswa dalam jangka

masa dan pada waktu yang lebih cocok – memungkinkan mereka masuk-keluar

berganti-ganti ke dalam proses pengajaran, sesuai dengan kehendak dan kesempatan

masing-masing. c) Kemampuan untuk memanfaatkan tenaga ahli, fasilitas dan

dukungan masyarakat setempat – sementara memupuk rasa turut-memiliki dan turut-

mengurus di kalangan masyarakat bersangkutan – sehingga antara lain diperoleh

Page 252: Ensiklopedi pendidikan

kesempatan pendidikan yang lebih mampu bertahan dalam segi ekonominya (Combs &

Ahmed, 1973:233-234).

Nonformal/Karena pendidikan non-formal itu mencakup beraneka-ragam soal,

golongan konsumen dan tujuan, maka karena pertimbangan praktis mencakup

program-program yang bertujuan memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan

produktivitas dan pendapatan, pada umumnya program yang dirancangkan khusus

untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan (Combs & Ahmed, 1973:3).

Nonformal/Kebanyakan program pendidikan non-formal mempunyai komponen biaya

modal yang relatif rendah (Combs & Ahmed, 1973:295).

Nonformal/Manfaat yang diperoleh dari program-program tersebut (pendidikan non-

formal) melampaui manfaat ekonomi langsung (misalnya yang tercermin pada

peningkatan produksi dan pendapatan) (Combs & Ahmed, 1973:282).

Nonformal/Pendidikan nonformal sebagai usaha pendidikan yang melembaga dan

sistematis (biasanya di luar sekolah tradisional) di mana isi diadaptasikan pada

kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang spesifik (atau situasi yang spesifik) untuk

memaksimalkan belajar dan meminimalkan unsur-unsur lain yang sering dilakukan oleh

para guru sekolah formal (Kleis, 1973:6).

Nonformal/Usaha pendidikan digabung dengan faktor-faktor penting-penting lainnya,

merupakan suatu unsur yang sangat perlu dan seringkali pun sangat besar

produktivitasnya dalam rangka usaha pendidikan itu. Syarat yang mutlak karenanya

ialah agar setiap usaha pendidikan non-formal diakaitkan secara ampuh dengan

kegiatan pembangunan dan pendidikan lainnya. Pada umumnya, agar pendidikan non-

formal itu dapat berhasil guna secara sempurna, ia harus diintegrasikan secara

horizontal dengan faktor-faktor pelengkap dalam bidang pendidikan maupun di luar

bidang tersebut di daerah geografis yang sama dan di samping itu juga secara vertikal

dengan lembaga-lembaga dan kegiatan pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat

memberi umpan atau dukungan kepada kegiatan pendidikan di daerah (Combs &

Ahmed, 1973:383).

Organisasi (pembelajaran di kelas) yang betul-betul efektif adalah organisasi yang

mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja tidak hanya melaksanakan

tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi juga membuat suasana supaya pekerja

lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam

usaha mencapai tujuan (Komariah dan Triatna, 2006:8).

Organisasi merupakan lanjutan dari fungsi perencaan. Dengan adanya struktur yang

jelas akan tergariskan batas tanggung jawab, wewenang dan tugas masing -masing

individu (Harahap, 1992:142).

Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan, akan tetapi juga merupakan mekanisme yang berlangsung

dalam proses kerja sama itu. Oleh karena itu, maka organisasi merupakan alat untuk

Page 253: Ensiklopedi pendidikan

mencapai tujuan. Sebagai alat organisasi dapat baik dan dapat pula buruk bagi

pencapaian tujuan. (Nawawi, 1982:93).

Organisasi/Ada lima fungsi budaya yang penting untuk diaktualisasikan yaitu: Penentu

batas-batas berprilaku. 1) Menumbuhkan kesadaran tentang identitas sebagai anggota

organisasi. 2) Penumbuh komitmen. 3) Pemelihara stabilitas organisasi. 4) Mekanisme

pengawasan (Siagian, 2002 :199-200).

Organisasi/Agar kegiatan antar komponen organisasi dapat dipahami, dan dijadikan

pedoman dalam bekerja, maka perlu dituangkan dalam struktur organisasi. Dengan kata

lain agar antara komponen itu berkaitan satu dengan lainnya, masing-masing

komponen berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kerangka yang

berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan kerja sama. Kerangka kerjasama itu disebut

struktur (Atmodiwirio, 2000:104).

Organisasi/Budaya organisasi seperti itu dikemukakan oleh Keits Davis dan John

Newstorm sebagai berikut: Seperti halnya pribadi seseorang, organisasi selalu unik dan

ingin tampil khas, masing-masing organisasi memiliki budayanya sendiri-sendiri, hal

ini karena dipengaruhi oleh visi dan misi, serta tujuan. Walaupun organisasi itu sejenis,

namun budayanya akan berbeda. Oleh kerena itu, budaya organisasi disebut juga

dengan sifat-sifat internal organisasi yang dapat membedakannya dengan organisasi

lain. Budaya organisasi ini dapat tampil lewat tradisi-tradisi, metode tindakannya sendiri

secara keseluruhan menciptakan suatu iklim (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006:98).

Organisasi/Budaya bersifat dinamis bukan statis. Dorongan budaya ini bertolak dari visi

organisasi mengenai apa yang dapat dicapai dan strategi lembaga untuk menolong

dorongan budaya agar melakukan perubahan organisasi. Budaya organisasi sekolah ini

yang akan menentukan perbaikan mutu dalam kontek kepemimpinan sekolah

(Syafaruddin, 2002:99).

Organisasi/Budaya organisasi dapat mempengaruhi persepsi, pandangan dan cara kerja

orang yang ada di dalamnya. Apakah karyawan menunjukkan kegairahan, disiplin, rasa

suka atau moral-moral yang negatif seperti malas, kurang responsif, apatis, dan

sebagainya, dapat ditentukan oleh pengaruh-pengaruh kultural yang terjadi pada

organisasi. (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006:98).

Organisasi/Budaya organisasi harus dibentuk dan dikembangkan kerena adanya budaya

organisasi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses yang memerlukan

waktu, mulai dari terbentuknya organisasi hingga menjadi organisasi yang mapan,

yang pada gilirannya organisasi itu akan menemukan jati dirinya yang khas (Siagian,

2002:187).

Organisasi/Ciri-ciri organisasi bermutu adalah organisasi yang senantiasa secara

konsisten berorientasi kepada sasaran dan tujuan, sehingga secara optimal dapat

memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Berfokus pelanggan, fokus pada upaya

mencegah masalah, investasi pada manusia, memiliki strategi mencapai kualitas,

memperlakukan keluhan sebagai umpan balik memperbaki diri, memiliki kebijakan

Page 254: Ensiklopedi pendidikan

dalam perencanaan mencapai kualitas, mengupayakan proses perbaikan dengan

melibatkan semua orang, membentuk fasilitator yang berkualitas untuk memimpin

proses perbaikan, mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas dan mampu

menciptakan kualitas, memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap orang, memiliki

strategi evaluasi jelas, memandang kualitas sebagai jalan menuju perbaikan kepuasan

pelanggan, memiliki rencana jangka panjang, memandang kualitas sebagai bagian dari

kebudayaan, dan meningkatkan kualitas sebagai suatu keharusan strategis berdasarkan

misi tertentu dari suatu organsiasi (Permadi, 1999:12-13).

Organisasi/Filsafat organisasi yang di dalamnya mencakup hal-hal sebagai berikut: 1)

Fokus perhatian pada kepuasan pelanggan. 2) Pemupukan loyalitas. 3) Perhatian pada

budaya organisasi. 4) Pentingnya ketentuan formal dan prosedur (Siagian, 2002: 25-

34).

Organisasi/Pengorganisasian ialah 1) penentuan daya dan kegiatan yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan organisasi; 2) proses perencanaan dan pengembagan suatu

organisasi yang akan dapat membawa halhal tersebut kearah tujuan; 3) penugasan

tanggung jawab tertentu; 4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-

individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Ditambahkan pula oleh Handoko (2003)

pengorganisasian ialah pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan

manusia dalam organisasi. Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur

organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan

lingkungan yang melingkupinya (Handoko (2003) dalam Usman, 2006: 127-128).

Organisasi/Prinsip-prinsip organisasi yang di dalamnya meliputi: 1) Kejelasan tujuan,

yaitu tujuan organisasi harus dirumuskan secara jelas agar dapat dipahami oleh

semua personel, dan dapat meyakinkan personel bahwa tujuan dimaksud pantas

untuk dicapai. 2) Fungsionalisasi, yaitu segala jenis fungsi yang akan

diselenggarakan ditempatkan dalam wadah tertentu sehingga tidak ada fungsi yang

tidak jelas pewadahannya. Dan tidak ada fungsi yang bernaung di bawah lebih dari satu

wadah dalam organisasi. Fungsionalisasi ini berguna untuk menghindari terjadinya

tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai jenis kegiatan. 3) Pembagian tugas, yaitu

dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi dilakukan dengan cara membagikan

tugas, dengan dasar bahwa walaupun betapa hebatnya seorang manajer tentu tidak

akan dapat bekerja sendirian. Setiap satuan kerja mempunyai tugas dan kegiatan yang

secara fungsional menjadi tanggung jawabnya. Oleh karenanya, diperlukan uraian tugas

yang kemudian dirinci menjadi uraian pekerjaan setiap orang dalam satuan kerjanya

masing-masing. 4) Penempatan yang tepat, yaitu menempatkan personel sesuai dengan

pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minatnya. Hal ini berfungsi untuk menghindari

kinerja yang hanya bersifat rutinitas, repetitip, dan mekanistik yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kebosanan. Dengan penempatan kerja

yang tepat akan meningkatkan kepuasan kerja yang pada gilirannya akan

meningkatkan produktivitas kerja. 5) Koordinasi, yaitu melakukan tugas-tugas

Page 255: Ensiklopedi pendidikan

organisasi yang bersifat multi-dimensi tidak dengan cara yang berkotak-

kotak, melainkan dengan melihat keterkaitan tugas yang satu dengan tugas yang

lainnya. 6) Departementalisasi, hal ini dilakukan karena tuntutan spesialisasi, dan

pembagian tugas yang tepat. Departementalisasi ini biasanya dilakukan oleh organisasi

yang besar. 7) Kesatuan arah, yaitu setiap kegiatan yang dilakukan dalam organisasi

harus diarahkan hanya pada upaya pencapaian tujuan, karena kegiatan yang tidak

relevan hanya akan sia-sia saja. 8) Kesatuan komando, yaitu seseorang bawahan hanya

bertanggung jawab kepada dan menerima perintah dari atasannya. Jika prinsip ini tidak

diikuti maka akan menimbulkan kerancuan dalam kinerjanya. 9) Rentang kendali, yaitu

suatu kegiatan yang berkaitan erat dengan efektivitas supervisi. 10) Pola pengambilan

keputusan, yaitu pola sentralisasi dan desentralisasi, masing-masing memiliki ciri, dan

dampak yang berbeda terhadap prilaku personel. Itulah sebabnya, kepala sekolah harus

pandai membaca situasi, kondisi, waktu, dan ruang untuk menentukan pola

pengambilan keputusan yang tepat (Siagian, 2002:36-48).

Organisasi/Produktivitas suatu organiasasi harus selalu dapat diupayakan untuk terus

ditingkatkan, terlepas dari tujuannya, misinya, jenisnya, strukturnya, dan ukurannya.

Aksioma tersebut berlaku bagi semua jenis organisasi (Siagian, 2002 :1).

Organisasi/Sedangkan unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi adalah: 1.

Adanya tujuan bersama yang telah ditetapkan. 2. Adanya dua orang atau

lebih/perserikatan masyarakat. 3. Adanya pembagian tugas-tugas yang diatur dengan

hak, kewajiban dan tanggung jawab. 4. Ada kehendak untuk bekerjasama dalam

mencapai tujuan secara individu tujuan tidak dapat dicapai (Bukori, 2005:50).

Organisasi/Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang

menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu yang didalamnya

beserta kerja samanya dengan individu-individu lain dan hubungan anatara unit-unit

kerja itu baik secara vertikal maupun horisontal (Pidarta, 2004:57).

Organisasi/Sumber daya organisasi yang perlu dikelola secara optimal untuk mencapai

tujuan organisasi oleh seorang manajer adalah keuangan, peralatan, informasi dan

orangorangnya (Stoner, 1996:16).

Para ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila

seseorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lainnya

(Silberman, 2001:157).

Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan);

(2) Koherensi (Kepaduan); dan (3) Pengembangan/Kelengkapan paragraph”

(Suriamuharja, 1996:48).

Paragraf/Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah: 1. Sebagai penampung dari

sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan. 2. Memudahkan pemahaman

jalan pikiran atau ide pokok karangan (Tarigan, 1996: 48).

Partisipasi/Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung,

perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi

Page 256: Ensiklopedi pendidikan

apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang

berpartisipasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan

(Daryanto, 2006:29).

Partisipasi/Dimensi hubungan ini mengukur sejauh mana partisipasi personalia yang

ada di sekolah. Dimensi ini mencakup afektif dan interaksi para personel yang ada.

Skala yang dipakai untuk mengukur hubungan adalah dukungan peserta didik, afiliasi,

keretakan, keintiman, kedekatan, dan keterlibatan (Moos dan Arter dalam Hadiyanto,

2004: 179).

Partisipasi/Masyarakat merupakan mitra untuk mengembangkan sekolah. Sekolah tidak

dapat maju pesat tanpa bantuan dari masyarakat. Oleh karena itu, kemitraan dengan

masyarakat harus terus terjalin (Komariah dan Triatna, 2006:57).

PAUD/Berbagai macam pelayanan pendidikan anak usia dini atau prasekolah ditemukan

disekitar kehidupan kita, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun

oleh pihak swasta, baik yang langsung menjangkau anak didik atau melalui pemberian

pelatihan kepada para ibu atau sekaligus yang menjangkau anak dan ibunya. Hal

tersebut membuktikan betapa pentingnya pendidikan untuk anak usia dini

(Patmonodewo, 2000:75-76).

PAUD/Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang

dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan kreativitas anak sesuai dengan

tahap perkembangannya yaitu: a) Berbahasa, perkembangan bahasa mengikuti suatu

urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun terdapat variasi di antara anak

yang satu dengan lainnya, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak

berkomunikasi. Pada aspek pengembangan kemampuan berbahasa yang ingin dicapai

adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat

berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat atau mengungkapkan pikiran dan belajar.

b) Kognitif, perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan

kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Perkembangan ini bertujuan agar

anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam al-

ternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika, matematika,

pengetahuan tuang dan waktu, kemampuan memilih dan mengelompokkan dan

persiapan pengembangan kemampuan berfikir teliti. c) Fisik dan Motorik,

pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan

halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan

koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga

dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. d) Seni,

pengembangan ini bertujuan agar anak dapat menciptakan sesuatu berdasarkan hasil

imajinasinya dan dapat menghargai hasil kreativitas orang lain (Mansur, 2005: 35).

PAUD/Early Childhood Education (pendidikan awal masa anak) terdiri dari pelayanan

yang diberikan dalam tatanan awal masa anak. Biasanya oleh para pendidik anak usia

dini (young children) digunakan istilah Early Childhood (anak masa awal) dan Early

Page 257: Ensiklopedi pendidikan

Childhood Education (pendidikan awal masa anak) dianggap sama (Patmonodewo, 2000:

42-43).

PAUD/Pendekatan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip

perkembangan anak, yaitu: a) Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya

terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis; b) Siklus belajar anak

berulang-ulang; c) Anak belajar melalui interaksi social dengan orang dewasa dan anak-

anak lainnya; d) Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya; e)

Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu. 2)

Berorientasi pada kebutuhan anak, kegiatan pembalajaran pada anak harus senantiasa

berorientasi kepada kebutuhan anak, anak usia dini adalah anak yang sedang

membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis. 3) Bermain sambil belajar atau

belajar seraya bermain, bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada anak usia dini. Upaya-upaya yang dilakukan pendidik hendaknya

dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode,

materi atau bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. 4)

Menggunakan pendekatan tematik, yaitu organisasi dari kurikulum dan pengalaman

belajar melalui pemilihan topik. 5) Kreatif dan inovatif, proses pembelajaran yang kreatif

dan inivatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,

membengkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan

menemukan hal-hal baru. 6) Lingkungan kondusif, lingkungan pembelajaran harus

diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam

lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya

memeprhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. 7) Mengembangkan

kecakapan hidup, proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan

kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas

pembiasaan-pembiasan yang dimiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan

menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasinya serta memperoleh keterampilan dasar

yang berguna untuk kelangsungan hidupnya (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:

8).

PAUD/Yang dimaksud dengan anak usia dini sama dengan anak prasekolah yaitu

mereka yang berusia 3-6 tahun menurut. Mereka biasanya mengikuti program

prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti

program tempat penitipan anak (3-5 tahun) dan kelompok bermain (3 tahun),

sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-

kanak (Patmonodewo, 2000: 19).

Pelatihan adalah proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan metoda

tertentu secara konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan dimaksudkan untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang.

Page 258: Ensiklopedi pendidikan

Biasanya yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerjanya dirasakan perlu untuk dapat ditingkatkan secara terarah dan

pragmatic (Siagian, 1988:175).

Pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan

prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari

pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu (Sikula dalam

Sumantri, 2000: 2).

Pelatihan/Pelatihan diperlukan untuk membantu pegawai menambah kecakapan dan

pengetahuan yang berhubungan erat dengan pekerjaan di mana pegawai tersebut

bekerja. Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan tersebut dapat

disebut latihan, yaitu 1) Latihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya;

2) Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaaan, dalam informasi, dan

pengetahuan yang ia terapkan dalam pekerjaannya sehari-hari; 3) Latihan harus

berhubungan dengan pekerjaan tertentu yang sedang dilaksanakan ataupun pekerjaan

yang akan diberikan pada masa yang akan datang (Moekijat, 1991:4).

Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Tingkat terendah, adalah

pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke

dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, menagrtikan Merah Putih,

menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar. b. Tingkat kedua adalah

tingkat penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang

diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok c. Pemahaman tingkat ketiga

atau tingkat tertinggi adalah tingkat pemahaman ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi

seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang

konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun

masalahnya (Sudjana, 2009: 24-25).

Pemahaman konseptual ditunjukkan dengan kejelasan bahwa pengetahuan yang kaya

akan hubungan-hubungan (Hudojo, 2005: 101).

Pemahaman merupakan aspek mendasar dalam belajar, dan setiap pembelajaran

matematika seharusnya memfokuskan pada bagaimana menanamkan konsep

matematika berdasarkan pemahaman (Abidin, 2004: 57).

Pemahaman prosedural ditunjukkan dua bagian yang berbeda. Pertama, tersusun

sebagai bahasan formal atau sistem representasi simbol matematika. Kedua, terdiri dari

algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas (Hudojo, 2005: 101).

Pemahaman prosedural merupakan pengetahuan tentang urutan kaidah- kaidah,

prosedur- prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soal- soal matematika

(Abidin, 2004: 61).

Pemahaman/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa mampu

mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari

Page 259: Ensiklopedi pendidikan

konsep. Sedangkan indikator pemahaman prosedural adalah siswa mampu mengenali

prosedur atau proses menghitung yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11).

Pemahaman/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa mampu

mengidentifikasikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh

dari konsep. Sedangkan indikator pemahaman prosedural adalah siswa mampu

mengenali prosedural atau proses menghiting yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11).

Pemahaman/Buxton mengemukakan ada empat tingkatan pemahaman yaitu sebagai

berikut: a. Tingkatan pemahaman meniru (Rote Learning), pada tingkatan ini siswa dapat

mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. b. Tingkatan pemahaman observasi

(Observasikoanal Understanding), pada tingkatan ini siwa lebih mengerti setelah melihat

adanya suatu pola (Pattern) atau kecenderungan. c. Tingkatan pemahaman pencerahan

(Insightfull Understanding), tingkatan ini siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik

dan tepat, tetapi baru kemudian menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat

menyelesaikannya setelah berdiskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. d.

Tingkatan pemahaman relasional, tingkat pemahaman ini siswa tidak hanya tahu

tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada

situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks (Wahyudi, www.

Depdiknas.go.id/jurnal/36/tingkatan pemahaman siswa.htm) 1978).

Pemahaman/Kecakapan untuk mengontrol tingkat pemahaman merupakan proses yang

sejalan dengan tingkat perkembangan berpikir seseorang. Artinya semakin tua usia

siswa maka semakin tinggi tingkat kecakapan dalam kemampuan pemahamannya. Hal

ini ada kaitannya dengan tingkat perkembangan perilaku kognitif (Sardiman, 2007: 43).

Pembelajaran bukan menitikberatkan pada “apa yang di pelajari “, melainkan pada

“bagaimana membuat siswa mengalami proses belajar, yaitu cara-cara yang dilakukan

untuk mencapai tujuan yang berkaiytan dengan cara pengorganisasian materi, cara

penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran (Yamin, 2011:70).

Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif

sehingga dapat menghadapi situasi sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali

dengan cara yang memuaskan (Darsono, 2000:71).

Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran

pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009:78).

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada

faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa

keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya

berhasil (Woolfolk dalam Budiningarti, 1998:22).

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: 1) dalam proses pembelajaran

melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar

mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir;

2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus

menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir

Page 260: Ensiklopedi pendidikan

siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2005: 63).

Pembelajaran/Agar dapat mengajar secara efektif maka guru harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut : a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b.

Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif. c. Memberi motivasi belajar

siswa. d. Menguasai bahan pelajaran yang akan disajikan. e. Membuat perencanaan

sebelum mengajar (RPP). f. Melakukan komunikasi atau interaksi belajar mengajar. g.

Melaksanakan penilaian hasil belajar (PHB) siswa (Roestiyah dalam Suryosubroto

1997:14).

Pembelajaran/Ciri dan prinsip dalam proses pembelajaran agar siswa mempunyai

kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini dan mendatang adalah

sebagai berikut : a) Berorientasi pada siswa. b) Mengembangkan metode dan strategi

pembelajaran yang tepat dan beragam. c) Memperhatikan teori pendidikan dan teori

belajar. d) Mengusahakan suasana yang demokratis, partisipatif, dan kooperatif. e)

Mengembangkan penilaian (evaluasi) yang menyeluruh dan beragam (tidak hanya dalam

bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk-bentuk lain: seperti porto folio, tugas (proyek),

karya tulis, karya kerja (kinerja). f) Memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang studi

atau materi yang sedang dipelajari (Muhsetyo, 2006: 03).

Pembelajaran/Ciri-ciri dari pembelajaran antara lain: 1. Pembelajaran dilakukan secara

sadar dan direncanakan secara sistematis; 2. Pembelajaran dapat menumbuhkan

perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; 3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan

belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; 4. Pembelajaran dapat menggunakan

alat bantu belajar yang tepat dan menarik; 5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana

belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa; 6. Pembelajaran dapat membuat

siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis (Sugandi, dkk.,

2000: 25).

Pembelajaran/Dalam pembelajaran, istilah strategi diartikan sebagai suatu pola umum

tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi kegiatan pembelajaran (Rohani, 2004:

32).

Pembelajaran/Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting

adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media

pengajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus

diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan

respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan

konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat

dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengjaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata

dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2002: 15).

Page 261: Ensiklopedi pendidikan

Pembelajaran/Desain pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau persiapan yang

sistematis dalam suatu aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip

pembelajaran serta melalui langkah-langkah pembelajaran yang akan dimanifestasikan

bersama-sama pada peserta didik. Singkat kata, desain pembelajaran merupakan alat

yang dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif

dan efisien (Mulyadi, 2009: 69).

Pembelajaran/Keefektifan pendidikan ditinjau dari dua segi yaitu: 1. Mengajar guru,

yang menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang diajarkan terlaksana. 2.

Belajar siswa, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai

melalui kegiatan belajar mengajar (Simanjuntak dalam Suryosubroto, 1997: 9)

Pembelajaran/Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan

guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi

dasar (BSNP dalam Warsita, 2008: 266).

Pembelajaran/Kombinasi pembelajan secara klasikal, kelompok dan individual

memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran (Usman, 2000:

96-98).

Pembelajaran/Langkah-langkah dalam pembelajaran adalah: 1) Persiapan. Hal yang

harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: 1) Memberikan sugesti yang positif.

contoh: guru menyampaikan bahwa dimensi tiga merupakan materi yang sangat penting

dalam bidang perencanaan bangunan atau konstruksi bangunan. 2) Mengemukakan

tujuan yang harus dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang akan dicapai

adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. 3) Mengingatkan siswa terhadap

materi yang telah dipelajari. contoh: siswa diingatkan tentang dalil Pythagoras, proyeksi

titik terhadap garis, garis tinggi suatu segitiga, luas segitiga serta aturan sinus dan

kosinus (Depdiknas, 2008: 33-34).

Pembelajaran/Lebih tepat, efektifitas pengajaran itu seharusnya ditinjau dari

hubunganya dengan guru tertentu, di dalam situasi tertentu dan dalam usahanya

mencapai tujuantujuan tertentu (Popham, 1992: 7).

Pembelajaran/Membedakan tiga cara pengorganisasian siswa belajar ,yaitu: a)

pembelajaran secara individual; b) pembelajaran secara kelompok; c) pembelajaran

secara klasikal. Ketiga pembelajaran ini memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama

yang berbeda-beda (Dimyati dan Mudjiono, 2000:161-170).

Pembelajaran/Menutup pelajaran. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah

dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas permintaan guru

atau oleh peserta didik bersama guru). b) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk

mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. c) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan

tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individual maupun tugas kelompok)

Page 262: Ensiklopedi pendidikan

sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. d) Memberikan post tes baik secara

lesan, tulisan, maupun perbuatan (Mulyasa, 84).

Pembelajaran/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh

sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah (Mortimer J Adler dalam Permadi,

1999:24).

Pembelajaran/Pada dasarnya pembelajaran melalui tiga tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu proses, maka diperlukan

adanya perencanaan yang seksama dan sistematis (Ibrahim dan Sukmadinata, 1996:31).

Pembelajaran/Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka

tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya guru

harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Seorang guru sebelum

mengajar hendaknya merencakan program pengajaran, membuat persiapan pengajaran

yang hendak diberikan (Suryosubroto, 1997:27).

Pembelajaran/Penggunaan metode pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor antara

lain tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru (Surakhmad, W.; 1979:76).

Pembelajaran/Prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa.

b. Pembalikan makna belajar. c. Belajar dengan melakukan. d. Mengembangkan

kemampuan sosial, kognitif dan kemampuan emosional. e. Mengembangkan

keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan. f. Mengembangkan keterampilan

pemecahan masalah. g. Mengembangkan kreativitas siswa. h. Mengembangkan

kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi i. Menumbuhkan kesadran

sebagai warga yang baik. j. Belajar sepanjang hayat. k. Perpaduan kemandirian dan

kerjasama (Syah, 2007:288-295).

Pembelajaran/Proses belajar mengajar pada hakekatnya proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke

penerima pesan. Pesan berisi ajaran dan didikan yang ada dikurikulum dituangkan oleh

guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-

kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual (Sadiman, 2002:11).

Pembelajaran/Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman dalam

Suryosubroto, 1997:9).

Pembelajaran/Proses pembelajaran dengan pembelajaran model herbart ini

menekankan agar seorang siswa dalam pembelajaran tersebut dapat mengasosiasikan

antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan yang baru yang akan

disampaikan oleh guru. Sehingga adanya suatu jembatan antara pengetahuan yang baru

dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Jadi dalam prinsip ini siswa

mempelajari pelajaran yang akan diterangkan oleh gurunya besok, sehingga siswa

mempunyai persiapan yang matang ketika akan dimulai suatu materi baru (Ahmadi,

1991:23-25).

Page 263: Ensiklopedi pendidikan

Pembelajaran/Selain itu pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu

melahirkan proses belajar mengajar yang berkualitas, yaitu proses belajar mengajar

yang melibatkan partisipasi dan penghayatan peserta didik secara intensif (Suwarno,

2006:161).

Pembelajaran/Sifat pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru sehingga

pelaksanaannya kurang memperhatikan kesuluruhan situasi belajar. Kekurangan dari

model pembelajaran ini adalah guru dominan dalam pembelajarannya sedangkan

peserta didik resisten, guru masih menjadi pemain sedangkan peserta didik sebagai

penonton, dan guru aktif sedangkan peserta didik pasif (Kusnandar, 2007:328).

Pembelajaran/Terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses

pembelajaran, yakni: 1) Menyusun program pengajaran, termasuk merumuskan tujuan.

2) Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut. 3) Menentukan alat

peraga /media pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan

mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang

tercapainya tujuan tersebut. 4) Memilih dan menggunakan metode belajar yang tepat.

5) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai-tidaknya tujuan yang

hasilnya dapat dijadikan sebagai feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas

mengajarnya maupun kuantitas belajar siswa (Usman, 2001:18).

Pembelajaran/Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya

dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian.

(Sudjana 1997:16).

Pembelajaran/Tiga struktur pembelajaran dijelaskan oleh Haris Mudjiman sebagai

berikut: a. Struktur Kompetitif. Struktur pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

formaltradisional adalah struktur kompetitif. Sistem penilaian yang digunakan dalam

struktur ini mendorong siswa untuk berkompetisi dengan kawankawannya. Kemampuan

mereka diukur dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah “menang atau kalah”.

Belajar yang berhasil adalah kalau dapat mengalahkan kawannya sehingga terjadi

persaingan dengan segala akibat baik dan buruknya. b. Struktur Individual.

Pembelajaran dengan struktur individual banyak dijalankan dalam system pendidikan

nonformal atau dalam pendidikan formaltradisional tetapi ada penugasan-penugasan

individual sesuai minat masing-masing. Dalam struktur pembelajaran individual , siswa

berorientasi kepada pencapaian kompetisi. Bila masih terjadi kompetensi, yang terjadi

adalah kompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan kawan-kawannya. c. Struktur

Kooperatif. struktur Pembelajarn ini dapat dilaksanakan di kelas-kelas tradisional dalam

bentuk kerja kelompok, atau di kelas-kelas pendidikan nonformal. Sikap kompetitif

masih ada pada setiap kelompok, tetapi orientasi belajar utamanya adalah ke

pencapaian suatu keompetensi atau pemecahan masalah (Mudjiman, 2005: 70-72).

Pembelajaran/Tiga unsur yang merupakan dasar terpenting dalam kegiatan

pembelajaran yaitu: 1. Orientasi – Memberikan dasar orientasi yang lengkap yang

mencakup isi maupun metode yang dipakai. 2. Latihan – Melatih keaktifan secara

Page 264: Ensiklopedi pendidikan

bertahap langkah demi langkah dengan empat parameter proses belajar yaitu: a.

(Konkret -Verbal – Mental). b. Kelengkapan (Lengkap – Singkat). c. Penguasan (Kurang –

Baik). d. Sifat Persoalan (Khas – Umum). Dengan mempelajari parameter-parameter

secara terperinci apabila belum diperoleh pemecahan dengan baik maka siswa dapat

kembali lagi ke tingkat yang lebih rendah sehingga memungkinkan untuk dapat

menyelesaikan dengan baik. 3. Umpan Balik – Melakukan suatu diagnosa tentang hasil

dari proses belajar mengajar yaitu dengan PS3 (Galperin dalam Tjipto dan Ruijhter

(1985:88).

Pembelajaran/Tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dalam kegiatan formal di sekolah sangat bergantung pada kondisi yang tercipta pada

interaksi antarpersonal. Oleh karena itu, interaksi antarpersonal tersebut harus

dikondisikan dengan kondusif (Saroni, 2006:111).

Pembelajaran/Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal seperti berikut: 1)

Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah. 2) Membina disiplin belajar dalam tiap

kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah. 3) Membina

belajar tertib pergaulan. 4) Membina belajar tertib lingkungan sekolah (Dimyati,

2006:97-100).

Pembelajaran/Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar

sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama,

pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya

tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut (Dimyati dkk., 2006:97-100).

Pembelajaran/Yang dimaksud dengan pelaksanaan proses belajar mengajar adalah

proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan

pendidikan di sekolah. Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid

dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk tujuan

pengajaran (Suryosubroto, 1997:36).

Pemberian tugas pengajuan soal dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut: a)

Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang

diperlukan untuk nmemecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat

pertanyaan berdasarkan informasi tadi. b) Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta

siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita

sekaligus penyelesaiannya. Nanti soal-soal dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain.

Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan kesiapannya.

Soal-soal tersebut nanti digunakan untuk latihan. Nama pembuat soal tersebut

ditunjukkan, tetapisolusinya tidk. Soal-soal tersebut didiskusikan dalam masing-

masing kelompok dan kelas. (c) Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar

sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan

kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat

bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-katanya berbeda.

Dengan mendaftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut akan

Page 265: Ensiklopedi pendidikan

membantu siswa “memahami masalah:,sebagai salah satu aspek pemecahan masalah

(Menon dalam Siswono, 2000:8-9).

Pembiasaan ini dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a) Kegiatan rutin, merupakan

kegiatan yang dilakukan setiap hari misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah

kegiatan, menyanyikan lagu-lagu yang dapat membangkitkan patriotisme, lagu-lagu

religius, memanfaatkan air limbah untuk menyirami tanaman, berjabat tangan dan

mengucapkan salam baik kepada sesame anak maupun kepada guru, dan

mengembalikan mainan pada tempatnya. b) Kegiatan spontan, merupakan kegiatan

yang dilakukan secara spontan. Misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan

bantuan dengan baik, memberi ucapan selamat kepada teman yang mencapai prestasi

baik dan menjenguk teman yang sakit. c) Pemberian tauladan, merupakan kegiatan yang

dilakukan dengan memberi teladan atau contoh yang baik kepada anak, misalnya

memungut sampah yang dijumpai di lingkungan sekolah, mengucapkan salam jika

bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir disekolah tepat waktu, santun

dalam bertutur kata dan tersenyum ketika berjumpa dengan siapapun. d) Kegiatan

terprogram, merupakan kegiatan yang deprogram dalam kegiatan pembelajaran

disekolah, misalnya makan bersama, menyirami tanaman, menjaga kebersihan

lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:3).

Pembiasaan/Inti pembiasaan ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas

mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan usaha pembiasaan. Bila murid masuk

kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar bila masuk ruangan

hendaklah mengucapkan salam; ini juga salah satu cara pembiasaan (Tafsir, 2001:144).

Pemerintah menyerukan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

pemerintah, orang tua dan masyarakat. Seruan ini mengisyaratkan bahwa lembaga

pendidikan hendaknya tidak menutup diri dengan dunia luar yaitu orang tua dan

masyarakat sekitar sebagai teman penanggung jawab pendidikan. Dengan kedua

kelompok inilah sekolah bekerja sama mengatasi berbagai problem pendidikan yang

muncul dan memajukannya (Pidarta, 1988:190).

Pendekatan ini (sosio-emosional) diangkat dari anggapan dasar bahwa suasana yang

mendukung proses balajar dan mengajar yang efektif merupakan fungsi dari hubungan

yang positif antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Oleh sebab itu,

tugas guru dalam mengelola kelas adalah membangun hubungan interpersonal dan

mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif di sekolah (Muljani, 1983:183).

Pendidikan harus dipandang sebagai upaya masyarakat, melalui sekolah,untuk

membantu individu mencapai tugas perkembangannya (developmental task). Havighurst

(1961:2) mengartikan tugas perkembangan itu sebagai … suatu tugas yang muncul

pada atau kira-kira pada saat tertentu dalam jalan hidup individu, yang apabila tugas

itu dapat dilaksanakan dengan berhasil akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan

dalam melaksanakan tugas selanjutnya; sedangkan kegagalan melaksanakannya

menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, membawakan

Page 266: Ensiklopedi pendidikan

penolakan masyarakat pada dirinya, dan kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan tugas

berikutnya (Havighurst, 1961:5).

Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang (peserta didik) agar

ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Ahmad Tafsir dalam

Marimba, 1989:32).

Pendidikan Islam/Cara Rasulullah SAW. Berinteraksi dengan anak-anak, adalah sebagai

berikut. a. Mengajarkan kata Allah kepada anak pada awal pembicaraannya, kemudian

melanjutkan dengan kalimat tauhid. b. Menanamkan kecintaan kepada Allah dan

kecintaan kepada Rasulullah SAW pada awal kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan

membedakan baik-buruk. c. Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak, dimulai dari surat-

surat pendek, kemudian surat panjang dan seterusnya, disertai dengan membiasakan

membaca dan mendengarkan bacaannya. d. Membiasakan anak shalat (Al-‘Akk,

2006:144).

Pendidikan Islam/Materi pendidikan Islam yang paling utama adalah Al-Qur‟an,

keterampilan membaca, menghafal, menganalisa dan sekaligus mengamalkan

ajaranajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang

terkandung di dalam Al-Qur‟an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini (Armai,

2002:30-31).

Pendidikan Islam/Patihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti

sembahyang, doa, membaca Al-Qur’an di sekolah, di masjid, harus dibiasakan sejak

kecil, sehingga lama kelamaan akan tumbuh rasa senang malakukan ibadah tersebut

(Darajat, 1976:77-81).

Pendidikan Islam/Pusat dari pendidikan Islam adalah Metode keteladanan. Guru menjadi

teladan bagi muridnya, pemimpin menjadi teladan bagi masyarakatnya. Sedangkan

teladan bagi semua umat adalah Rasulullah. Rasul meneladankan bagaimana kehidupan

yang dikehendaki Allah karena Rasul itu adalah penafsiran ajaran Allah (Tafsir,

2001:142-143).

Pendidikan Islam/Pusat dari pendidikan Islam adalah Metode keteladanan. Guru menjadi

teladan bagi muridnya, pemimpin menjadi teladan bagi masyarakatnya. Sedangkan

teladan bagi semua umat adalah Rasulullah. Rasul meneladankan bagaimana kehidupan

yang dikehendaki Allah karena Rasul itu adalah penafsiran ajaran Allah (Tafsir,

2001:142-143).

Pendidikan Islam/Selian itu pendidik juga harus menanamkan rasa cinta kepada

Rasulullah SAW pada jiwa anak, sebab cinta kepada Rasulullah SAW termasuk bagian

dari cinta kepada Allah. Seseorang tidak akan menjadi mukmin kecuali dengan

mencintai Allah dan Rasul-Nya (Al-‘Akk, 2006:132).

Pendidikan Islam/Seorang pendidik haruslah menumbuhkan kesadaran bahwa Allah

SWT adalah pencipta semesta alam terhadap anak, diantaranya adalah dengan cara

memperkenalkan ciptaan Allah yang ada disekitarnya, seperti: Allah telah menciptakan

Page 267: Ensiklopedi pendidikan

bermacam-macam tanaman, menciptakan bermacam-macam hewan dan Allah juga

menciptakan semuanya dalam bentuk berpasang-pasangan (Wahyudi, 2005:28).

Pendidikan kejuruan adalah sebagai persiapan memasuki dunia kerja, dengan sedikit

mengenyampingkan asumsi-asumsi yang lain. Pendidikan kejuruan hendaknya tidak

hanya merupakan penyiapan memasuki dunia kerja, tetapi juga ditinjau sebagai upaya

pendidikan berkelanjutan (pendidikan seumur hidup) dan pendidikan kejuruan sebagai

aspek pendidikan pada umumnya (Soeharto, 1998:9).

Pendidikan memberikan berkontribusi besar terhadap pemberdayaan masyarakat

miskin. Pendidikan dan pekerjaan adalah saling terkait, karena pencapaian pendidikan

merupakan jalur utama menuju peranan-peranan pekerjaan yang diinginkan. Apa yang

orang-orang dapat lakukan sangat ditentukan oleh pendidikan apa yang mereka miliki

(McKee, 1981:313).

Pendidikan Seni Rupa di Sekolah yang pada awalnya hanya mencakup kegiatan

menggambar dengan tujuan untuk menghasilkan anak yang terampil menggambar

melalui pelatihan koordinasi mata atau tangan, kemudian hadir dalam cakupan yang

lebih luas dengan tujuan yang beragam seperti: menanamkan kesadaran budaya,

mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan

mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu pendidikan seni

rupa. Keragaman tujuan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah ini merupakan cerminan dari

dinamika masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang, pengaruh keragaman

fokus pembinaan dan aspirasi masyarakat. Konsekuensi dari keragaman ini tentu saja

berdampak terhadap pelaksanaan pendidikan seni rupa (Bongsoe dalam Salam, 2001:8).

Pendidikan seni rupa/Asselbergs dan Knoop (1995) menuliskan tentang apa yang

dilakukan oleh murid dalam kegiatan menggambar di sekolah di Belanda berdasarkan

pendekatan ini sebagai berikut. Siswa belajar menggambarkan garis lurus, sudut, segi

empat, lengkungan, dan lingkaran untuk kemudian menggambarkan bentuk tiga

dimensional yang lebih rumit. Karena guru pada umumnya tidak cukup terampil dalam

hal menggambar seperti yang harus dilakukan ini, maka guru sangat tergantung pada

buku pegangan yang berfungsi sebagai alat bantu mengajar (Asselbergs dan Knoop,

1995:5).

Pendidikan seni rupa/Dengan pemahaman yang baik, akan mampu membuat keputusan

yang cerdas dan arif terutama dalam pembuatan kebijakan, perencanaan, maupun

penilaian program pendidikan seni rupa di sekolah. Hakikat dan tujuan pendidikan seni

rupa juga perlu disosialisasikan di luar lingkungan pendidikan formal, masyarakat luas,

khususnya kalangan orang tua atau wali yang memiliki kedekatan psikologis dengan

baik, amat penting dalam turut serta menyukseskan misi pendidikan seni rupa di

sekolah (Efland dalam Salam, 2003:263).

Pendidikan sosial agar menjadi perfek yang sesuai dengan dua tujuan di atas, maka

adanya penyesuain diri dan kesanggupan untuk mengidentifikasikan diri kepada orang

lain. Yang dimaksud disini adalah menyamakan dirinya atau menganggap dirinya

Page 268: Ensiklopedi pendidikan

sebagai orang lain. Atau dapat dikatakan juga menempatkan dirinya kedalam diri orang

lain. Dalam bahasa jawa hal ini disebut “tepo-sliro”. Artinya menganggap atau

mengandaikan orang lain sebagai dirinya sendiri. Selanjutnya orang harus bisa turut

merasakan, apa yang dirasa oleh orang lain. Di samping itu, untuk kehidupan bersama

diperlukan sifat-sifat seperti: sifat toleransi, sifat sabar, ramah tamah, sopan santun,

tolong menolong, harga-menghargai, hormat-menghormati dan sebagainya

(Indrakusuma, 1973:59-60).

Pendidikan tersebut lebih banyak menekankan pada kerja alat pikiran yang berupa

hafalan dan kurang memperhatikan segi-segi kepribadian, kemasyarakatan, kejiwaan,

fisik, mental para peserta didik, dan ini sangat memprihatinkan. Karena hal ini akan

menjadikan beban bagi peserta didik dan ditakutkan akan menimbulkan beban mental

pada peserta didik (Muhaimin, 2008:111).

Penelitian deskriftif dimaksudkan untuk melakukan pengukuran yang cermat terhadap

fenomena sosial tertentu. Penelitian mengembangkan konsep, menghimpun fakta tetapi

tidak melakukan pengujian hipotesa. Oleh karena itu penelitian ini tidak menggunakan

hipotesis, tetapi hanya akan menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala

atau keadaan disertai dengan interpretasi (Singarimbun, 1995:4).

Penelitian deskriptif menjadi dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan sebagai jenis penelitian yang pada dasarnya

melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema

klasifikasi (Sugiyono (2009: 11) (Mayer dan Greenwood dalam Silalahi, 2009:27).

Penelitian eksperimen harus memenuhi persyaratan seperti: membandingkan dua

kelompok atau lebih dan menggunakan ukuran-ukuran statistik tertentu (statistik

inferensial), juga: 1. Menyamakan dulu kondisi subyek yang dimasukkan ke dalam

kelompokkelompoknya dilakukan secara acak. 2. Memanipulasi secara langsung satu

variabel bebasnya (independent) atau lebih. 3. Melakukan pengukuran (sebagai hasil

eksperimen) terhadap variabel bergantungnya (dependent). 4. Adanya kontrol terhadap

variabel non percobaan (ektraneous variabels) (Ruseffendi, 1994:38).

Penelitian eksperimen untuk membuktikan akibat dari suatu treatment yang sengaja

diciptakan untuk dibuktikan kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1988: 427).

Penelitian yang berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat

digolongkan sebagai berikut: 1) Penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain. 2) Penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu

penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan

variabel mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang

berbeda. 3) Penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau

lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan

Page 269: Ensiklopedi pendidikan

komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat

berfungsi unguk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono,

2003:10).

Penelitian/Ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima: 1. Menggunakan latar ilmiah. 2.

Bersifat deskriptif. 3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil. 4. Induktif. 5. Makna

yang merupakan hal yang esensial (Faisal, 1989: 9).

Penelitian/Hakikat dari suatu fenomena atau peristiwa bagi penganut metode kualitatif

adalah totalitas atau gestalt. Ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman

analisa, objektivitas, sistematika, dan sistemik, bukan kepada statistika dengan

menghitung berapa besar prabobilitasnya bahwa peneliti benar dalam interpretasinya

(Sudjana dan Ibrahim. 1989: 195-196).

Penelitian/Kriteria keabsahan data dapat di lihat sebagai berikut: 1. Tehnik Memeriksa

Derajat Kepercayaan Tehnik ini berfungsi untuk melaksanakan penyelidikan sedemikian

rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Beberapa tehnik yang

digunakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya antara lain: a. Ketekunan

Pengamatan. Tehnik ini bermaksud menemukan ciri-ciri dari unsur persoalan/isu yang

sedang di cari dan kemudian mensahkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Pengamatan yang dimaksud dalam hal ini pengamatan yang dilakukan dengan

sungguh-sungguh terhadap sumber data primer dan data sekunder. b. Triangulasi.

Adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain .

Triangulasi bertujuan mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkan

dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada beberapa fase penelitian pada waktu

yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. c. Kecukupan Referensi. Yang

dimaksud dengan referensi adalah adanya pendukung untuk membukukan data yang

telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman-

rekaman wawancara data, gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh

dokumendokumen yang mendukung. Tehnik ini sangat diperlukan untuk mendukung

kredibilitas data yang ditemukan peneliti (Moleong, 2005: 34).

Penelitian/Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Lofland dan Lofland dalam

Moleong, 2007: 157).

Pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami,

mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih

mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupun mempunyai

relevansi dengan pengalamannya. Untuk mendekatkan siswa terhadap pengalaman

langsung dan pemahaman proses perbaikan sistem kopling maka dapat menggunakan

berbagai jenis metode maupun media pembelajaran (Edgar Dale yang dikutip oleh

Wibawa (1993:16).

Pengalaman/Beberapa indikator pengalaman kerja, yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan

dan latihan Pendidikan dan latihan yang dimiliki oleh guru menentukan hasil yang

Page 270: Ensiklopedi pendidikan

dicapai dalam bekerja akan semakin baik. Pendidikan dan latihan yang baik dimiliki oleh

para guru akan dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam bekerja. b. Masa kerja.

Masa kerja merupakan faktor yang mendukung proses bekerja seorang. Semakin lama

waktu dalam bekerja, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam

bekerja secara lebih baik. c. Kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang dimiliki seorang

akan dapat membuka kesempatan bagi dirinya untuk memperoleh sesuatu yang belum

pernah dimiliki seorang guru. Kesempatan kerja sangat. penting dalam mendukung

diperolehnya pengalaman kerja yang berharga dalam hidupnya (Basu Swastha dan Ibnu

Sukojto, 1998: 282).

Pengawasan juga dimaksudkan untuk menemukan hambatan yang terjadi, sehingga

dapat segera diatasi dan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan metode atau

alat tertentu untuk mencapai tujuan (Depdiknas, 1999:32).

Pengawasan diharapkan mampu mencarikan jalan keluar baik berupa pemikiran maupun

memberikan bantuan teknis operasional untuk memecahkan masalah yang dihadapi

guru/konselor. Supervisi yang terfokus dan konstruktif sangat bermanfaat bagi semua

praktisi, baik bagi yang baru maupun bagi yang sudah berpengalaman, bagi yang

berkompeten maupun yang kurang latihan (Siskandar, 2003:6).

Pengawasan/Dalam proses pengawasan setidaknya ada tiga fase yang harus ada dilalui

dalam pengawasan ini, yaitu: 1) pemimpin harus menentukan atau menetapkan standar;

2) evaluasi; dan 3) corrective action, yakni mengadakan tindakan perbaikan dengan

maksud agar tujuan pengawasan itu dapat direalisir. Sedangkan tujuan utama dari

pengawan ini adalah mengusahkan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan atau

dapat terealisir (Bukhori, Dkk, 2005:119-120).

Pengawasan/Menurut Mudrick pengawasan merupakan proses dasar yang secara

esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses

dasarnya terdiri dari tiga tahap: 1) menentukan standar pelaksanaan; 2) pengukuran

pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar; dan 3) menentukan kesenjangan

(deviasi) antara pelaksaan dengan standar dan recana (Fattah, 2004:101).

Pengawasan/Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi dilakukan di setiap lini

organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah

sekolah (Manullang, 2005:173).

Pengawasan/Unsur-unsur pokok dalam pengawasan terdiri dari: 1. Suatu standar

mengenai performance yang diharapkan. 2. Suatu pengukuran performance yang

sesungguhnya. 3. Suatu perbandingan antara performance yang sesungguhnya dengan

performance yang diharapkan. 4. Laporan mengenai penyimpangan kepada pimpinan.

5. Suatu rangkaian tindakan, keputusan dari pimpinan untuk memilih respon yang

cocok. 6. Suatu metode perencanaan dan pengawasan yang lebih baik untuk mengubah

kondisi (Oemar Hamalik, 1991: 128).

Page 271: Ensiklopedi pendidikan

Pengawasan/Untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan, perlu adanya buku

pemeriksaan untuk di isi oleh pemeriksa (Kosasi, 1999:171-173).

Pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk

menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program

pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu

terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah (Nurhadi, 1983:162).

Pengelolaan kelas/: 1. Dalam setiap kegiatan pengelolaan kelas (termasuk belajar

mengajar), antusias dan kehangatan guru harus ditunjukkan. 2. Setiap tutur kata,

tindakan dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak menantang; tidak menimbulkan

kebosanan tetapi justeru menimbulkan gairah belajar yang produktif. 3. Penggunaan

variasi dalam alat, media, metoda dan gaya berinteraksi adalah kunci sukses

pengelolaan kelas. 4. Kewaspadaan akan jalannya proses kegiatan belajar-mengajar dari

kemungkinan terjadinya berbagai gangguan mengharuskan guru bersikap dan

bertindak luwes. 5. Biasakanlah pemusatan pikiran secara positif dan menghindar pada

hal-hal yang negatif. 6. Pengelolaan kelas tidak bisa lepas dari kepentingan anak untuk

berdisiplin atas dirinya sendiri. Karena itu guru sepantasnya berdisiplin pada dirinya

sendiri agar di hadapan anak menjadi teladan (Bolla, 1985:5-6).

Pengelolaan kelas/Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan

untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya

penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian

kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan

negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman

(Mulyadi, 2009: 46).

Pengelolaan kelas/Adapun prosedur manajemen kelas ini dapat dilakukan secara

preventif (pencegahan) maupun kuratif (penyembuhan) (Mulyadi, 2009:19).

Pengelolaan kelas/Adapun prosedur pengelolaan kelas secara kuratif akan meliputi

langkah-langkah identifikasi masalah, analisa masalah, penetapan alternative

pemecahan masalah, monitoring dan memanfaatkan umpan balik (Muljani, 1983: 168).

Pengelolaan kelas/Asumsi berikut dikembangkan oleh Good dan Brophy (1991), yaitu:

1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti dan

menerimanya. 2. Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara

teratur dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat dan sikapnya.

3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan

memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat dalam

kegiatan produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan yang negatif

menekankan pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang, dan 4. Tujuan guru

adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan bukan semata-mata

melakukan pengawasan yang menekan atas diri mereka (Good dan Brophy, 1991:199).

Pengelolaan kelas/Bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual, yaitu: 1)

Tingkah laku menarik perhatian. Siswa mencari kesempatan pada waktu yang tepat

Page 272: Ensiklopedi pendidikan

untuk melakukan perbuatan yang dianggapnya dapat menarik perhatian orang lain.

Sehingga diberi bantuan ekstra. 2) Tingkah laku mencari kekuasaan. Siswa berperilaku

yang dapat menguasai orang lain seperti mendebat, marah, dan selalu lupa pada

peraturan kelas yang disepakati sebelumnya. 3) Tingkah laku membalas dendam. Siswa

yang berperilaku seperti ini biasanya merasa lebih kuat, misalnya mengancam,

menendang, dan sebagainya. 4) Peragaan ketidakmampuan. Siswa biasanya sangat

apatis terhadap pekerjaan apapun (Djamarah dan Zain, 2006:201).

Pengelolaan kelas/Dalam hal proses pembelajaran, siswa harus menyadari bahwa dia

belajar adalah dengan tujuan tertentu. Keefektifan siswa dalam proses pembelajaran

sebenarnya bergantung pada tingkat kesadaran siswa tersebut di dalam proses.

Semakin tinggi tingkat kesadarannya semakin tinggi pula keefektifannya. Kondisi ini

selanjutnya berdampak pada tingkat penguasaan kemampuan dari siswa yang

bersangkutan (Saroni, 2006:100).

Pengelolaan kelas/Dalam hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam

mengelola kelas adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana

kelompok kelas yang efektif dan produktif. Oleh karenanya guru hendaknya

mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang menyangkut ciri-ciri kelompok

kelas sebagai sistem sosial. Adapun ciri-ciri yang penting dimiliki oleh kelompok kelas

sebagai sistem sosial adalah harapan, kepemimimpinan, kemenarikan, norma,

komunikasi dan keeratan. 1. Harapan adalah persepsi pada guru dan siswa berkenaan

dengan hubungan mereka. 2. Kepemimpinan merupakan tingkah laku yang mendorong

kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. 3. Kemenarikan

merupakan tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas. Tugas

guru dalam pengelolaan kelas menjadi berusaha memperlihatkan empati, saling

pengertian, sikap mendorong teman, saling menerima dan memberikan kesempatan. 4.

Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang

diakui bersama oleh anggota kelompok. 5. Komunikasi merupakan wahana yang

memungkinkan terjadinya interaksi kelompok yang bermakna dan memungkinkan

terjadinya proses kelompok. 6. Keeratan adalah keeratan rasa kebersamaan yang

dimiliki oleh kelompok kelas. Yang mendorong terjadinya keeratan itu adalah adanya

minat terhadap tugas-tugas kelompok, saling menyukai dan anggota kelompok merasa

dibantu oleh kelompok kelas (Muljani, 1983:184).

Pengelolaan kelas/Dasar dalam melakukan kegiatan manajemen kelas berikutnya

sebagai tindak lanjut dari kegiatan manajemen kelas yang sudah dilakukan sebelumnya.

Yakni untuk lebih menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, dengan

diusahakannya pencapaian tujuan melalui kegiatan pengaturan siswa, bahan/alat

pelajaran dan format belajar mengajar yang kesemuanya difokuskan pada penciptaan

kondisi belajar mengajar yang menunjang cara belajar siswa aktif (Burhanuddin,

1994:49).

Page 273: Ensiklopedi pendidikan

Pengelolaan kelas/Dengan kata lain kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya

pengelolaan kelas hendaknya disusun oleh siwa sendiri dengan pengarahan dan

bimbingan pendidik (Muljani, 1983:165-169).

Pengelolaan kelas/Dikatakan secara preventif apabila langkah-langkah/upaya yang

dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk mengatur siswa, peralatan (fasilitas) atau

format belajar mengajar yang tepat yang dapat mendukung berlangsungnya proses

belajar mengajar (Mulyadi, 2009: 20).

Pengelolaan kelas/Guru hendaknya menghindari suasana pengajaran yang kurang baik,

misalnya guru balik bertanya pada siswa yang bertanya, guru menertawakan atau

bersikap sinis terhadap pertanyaan siswa yang menurut anggapan guru tidak pada

tempatnya, dan sebagainya (Masnur dkk., 1987:105).

Pengelolaan kelas/Guru mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan kondisi

belajar yang optimal. Guru perlu bersikap dan bertindak secara wajar, tulus dan tidak

pura-pura terhadap siswa (Mulyadi, 2009:23).

Pengelolaan kelas/Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan

kelas yang baik memiliki tiga ciri, yaitu: 1) Speed, artinya anak dapat belajar dalam

percepatan proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relative singkat.

2) Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan

situasi kelas kondusif. 3) Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa

percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar

berprestasi (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:104).

Pengelolaan kelas/Kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai

kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa

pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia

dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan kelas yang berkaitan

dengan kurikulum dan perkembangan murid (Hadari Nawawi dalam Djamarah dan Zain

2006:177)

Pengelolaan kelas/Kunci utama untuk mengembangkan iklim sosial emosional yang

efektif ada tiga macam, yaitu: 1. Guru hendaknya menampilkan dirinya sebagaimana

adanya di hadapan siswa. 2. Guru mempunyai sikap menerima terhadap siswa, yaitu

sikap mempercayai dan menghormati. 3. Guru memahami siswa dengan penuh simpati,

yaitu dengan penuh kepekaan terhadap perasaan-perasaan siswa (Muljani, 1983:183).

Pengelolaan kelas/Lingkungan yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui

berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut. 1. Memberikan pilihan bagi peserta didik

yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan

pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan

membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah di

sekolah. 2. Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang

berprestasi, atau berprestasi rendah. Dalam system pembelajaran klasikal, sebagian

Page 274: Ensiklopedi pendidikan

peserta didik akan sulit untuk mengikuti pembelajaran secara optimal, dan menuntut

peran ekstra guru untuk memberikan pembelajaran remedial. 3. Mengembangkan

organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi

seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan bahan

pembelajaran yang menrik dan menantang bagi para peserta didik, serta pengelolaan

kelas yang tepa, efektif dan efisien. 4. Menciptakan kerjasam saling menghargai baik

antar peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain. Hal ini mengandung

implikasi bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk

mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sangsi atau

dipermalukan. 5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan

pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing

dan manusia sumber. Sekali-kali cobalah untuk melibatkan peserta didik dalam proses

perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertanggungjawab terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan. 6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai

tanggungjawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak

bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar. 7. Mengembangkan sistem

evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi belajar dan

pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri. Dalam hal ini, guru sebagai

fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka

memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilauinya (Mulyasa, 2008:68-69).

Pengelolaan kelas/Masalah kelompok dalam pengelolaan kelas dikemukakan oleh Louis

V Johson dan Mary A. Bany ada tujuh kategori, yaitu sebagai berikut: 1) kelas kurang

kohesif lantaran alasan karena jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. 2) penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang telah disepakati

sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan. 3)

kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota

kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara sumbang. 4)

membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya

pembinaan semangat kepada badut kelas. 5) kelompok cenderung mudah dialihkan

perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan. 6) semangat kerja rendah atau

melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan

kurang fair. 7) kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti

gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya

(Louis V Johson dan Mary A. Bany dalam Mulyadi, 2009:15).

Pengelolaan kelas/Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas meliputi dua hal,

yakni: 1) Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Dalam pengelolaan kelas

yang menyangkut fisik yaitu meliputi penciptaan lingkungan belajar yang baik agar

proses pengajaran dapat berlangsung dengan sempurna. Diantaranya: a. Penataan

lingkungan fisik. Penempatan tempat duduk siswa, guru, alat dan perabot diatur agar

siswa bergerak leluasa. b. Ventilasi dan penempatan cahaya, ruang belajar yang pengap

Page 275: Ensiklopedi pendidikan

akan menyebabkan kebosanan bekerja, apalagi jika ruang itu gelap. Untuk memperoleh

macam ruangan yang representatif untukk kegiatan belajar, perancangan bangunan

harus bekerjasama dengan ahli kurikulum. c. Penempatan lemari atau rak tempat

penyimpanan barang. Lemari dan perabot lainnya tidak ditaruh dimana saja, tetapi

sebaiknya diatur menurut prinsip: 1). Mudah dalam mengambil barang, 2). Tidak

mengganggu lalu lintas kegiatan. 3) dipandanf estetis. d. Penempatan alat peraga,

media dan gambar-gambar. Alat peraga, model, benda-benda nyata, dll. Harus

ditempatkan sesuai dengan tujuan pengajaran. Alat-alat itu sebaiknya mudah dilihat

dan leluasa untuk diperagakan. Jika menggunakan OHP, sebaiknya ditempatkan

ditempat yang aman dan leluasa untuk dilihat. Gambar digantungkan ditempat yang

cukup menarik, mudah dilihat, dan tidak mengganggu pandangan yang lain. e.

Penempatan lingkungan sosio-kultural. Lingkungan ini utamanya datang dari pihak

guru itu sendiri, yaitu berupa penampilan yang berpengaruh dalam menumbuhkan

suasana belajar mengajar yang merangsang seperti sikap guru yang demokratis dalam

kepemimpinannya; cara berucap yang baik dan benar tulisan yang jelas; suara yang baik;

tidak keras dan tidak lemah; hubungan dengan orang tua yang akrab. f. Disamping yang

sifatnya sosio-psikologis, ada lagi lingkungan yang sifatnya rutin dan organisasional.

Faktor disiplin untuk meraih sukses belajar di sekolah tidak kecil, antara lain kehadiran

siswa dan guru, penjadwalan studi yang tidak membosankan, keikutsertaan dalam

upacara bendera, kunjungan pada orang sakit, pemberian sumbangan sukarela, kepada

orang yang meninggal atau yang mendapat kecelakaan, kegiatan menyukseskan pesta

sekolah dan karya wisata (Wijaya & Rusyan 120-121). 2) Pengelolaan yang menyangkut

siswa (Arikunto, 68). Pengelolaan kelas Menurut Nurhadi adalah upaya untuk

menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang

tinggi dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas,

apabila ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pengelolaan kelas

yang bersifat preventif Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas

dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi

pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses

belajar mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh

atau pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan

berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai

oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar

di kelas. Keterampilan yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil

inisiatif dan mengendalikan pelajaran ini, dapat ditunjukkan melalui sikap tanggap guru,

bahwa guru hadir bersama anak didik. Guru tahu kegiatan mereka apakah

memperhatikan atau tidak. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga

guru dapat menegur mereka walaupun sedang menulis di papan tulis. b. Pengelolaan

kelas yang bersifat kuratif. Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas

yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga

Page 276: Ensiklopedi pendidikan

mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan pengelolaan

kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut dan

kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung

terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Muljani, 1983:13).

Pengelolaan kelas/Pelanggaran disiplin yang bersifat individual, yaitu: 1) Tingkah laku

menarik perhatian. Siswa mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan

perbuatan yang dianggapnya dapat menarik perhatian orang lain. Sehingga diberi

bantuan ekstra. 2) Tingkah laku mencari kekuasaan. Siswa berperilaku yang dapat

menguasai orang lain seperti mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas

yang disepakati sebelumnya. 3) Tingkah laku membalas dendam. Siswa yang berperilaku

seperti ini biasanya merasa lebih kuat, misalnya mengancam, menendang, dan

sebagainya. 4) Peragaan ketidakmampuan. Siswa biasanya sangat apatis terhadap

pekerjaan apapun (Djamarah dan Zain, 2006:201).

Pengelolaan kelas/Pendekatan dalam pengelolaan kelas antara lain adalah sebagai

berikut: 1) Pendekatan Kekuasaan Pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan

yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi,

hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku. 2) Pendekatan Kebebasan.

Pengelolaan kelas bukan membiarkan anak belajar laisses-faire, tetapi memberikan

suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas,

nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar. 3) Pendekatan

Keseimbangan Peran. Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan

yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa

yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang

terjadi di kelas dan aturan yang boleh atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar.

4) Pendekatan Pengajaran . Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk

mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang menguntungkan proses

pembelajaran. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan

pengajaran yang baik. 5) Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial. Pendekatan ini

merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial

yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antara guru-murid dan

murid-murid penting dalam menciptakan hubungan sosial pembelajaran. 6) Pendekatan

Kombinasi. Pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan

untuk mempertahankan dan menciptakan suasana belajar yang baik. Guru memiliki

peran penting untuk menganalisis kapan dan bagaimana tindakan itu tepat dilakukan.

Semua orang mudah melakukan tindakan, tetapi bertindak pada waktu yang tepat,

dengan cara yang akurat dan pada tujuan yang bermanfaat adalah tidak mudah, dan

guru harus dapat mencermati hal itu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:105-106).

Pengelolaan kelas/Pendekatan Elektik disebut juga dengan pendekatan pluralistik, yaitu

manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang

memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang

Page 277: Ensiklopedi pendidikan

memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat

memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan

kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan proses belajar

mengajar berjalan secara efektif dan efisien (Djamarah & Zain, 2006:184).

Pengelolaan kelas/Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)

(Mulyadi, 2009: 46). Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan

sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis

antar guru dengan guru, guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan

kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif

(Mulyadi, 2009:46).

Pengelolaan kelas/Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)

(Mulyadi, 2009:46). Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan

sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis

antar guru dengan guru, guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan

kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif

(Mulyadi, 2009:46).

Pengelolaan kelas/Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification).

Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat

bahwa: a) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses

belajar (Mulyadi, 2009:35).

Pengelolaan kelas/Pendekatan penghukuman atau ancaman. Yaitu kegiatan pengelolaan

kelas yang dilakukan dengan melakukan hukuman atau ancaman. Kegiatan ini dapat

berupa tindakan guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, melarang atau

mengusir siswa dari kegiatan tertentu, mengancam siswa bila melakukan sesuatu yang

dilarang, menghardik, mencemooh, mentertawakan, menghukum seorang siswa untuk

contoh siswa yang lain, atau mungkin memaksa siswa meminta maaf karena perbuatan

yang tercela (Muljani, 1983: 175).

Pengelolaan kelas/Pendekatan penguasaan atau penekanan, yaitu pengelolaan kelas

yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan seorang guru terhadap siswa sehingga

tindakannya untuk mengatasi penyimpangan tingkah laku dilakukan dengan tekanan-

tekanan. Contoh dari pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan memarahi,

menggunakan kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk pengelolaan kelas,

melakukan tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk

melakukan penguasaan terhadap kelas (Muhammad, 1993:93).

Pengelolaan kelas/Pendekatan Proses Kelompok (Group Process). Pendekatan ini

berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan

dasar dari pendekatan ini ialah: 1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam

konteks kelompok sosial. 2) Tugas pokok guru yang utama dalam manajemen kelas

ialah membina kelompok yang produktif dan efektif (Mulyadi, 2009:55).

Page 278: Ensiklopedi pendidikan

Pengelolaan kelas/Pendekatan proses kelompok/Dasar dari pendekatan ini adalah

Psikologi sosial dan dinamika kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai

berikut: 1) Pengalaman belajar di sekolah bagi murid berlangsung dalam konteks

kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan kelas

selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas.

Dengan kata lain kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit

mungkin kegiatan yang bersifat individual. 2) Tugas guru terutama adalah memelihara

kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan

asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan

murid dan bahkan juga guru untuk bekerja sama dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi

murid proses belajar dalam kelompok (group studies) harus dilaksanakan secara efekfif

agar hasilnya lebih baik daripada bilamana murid belajar sendiri-sendiri (produktif). Dari

pemikiran di atas menyiratkan bahwa keiutsertaan para siswa dalam kegiatan-kegiatan

pembelajaran merupakan cara yang efektif untuk membangun suasana belajar yang

memungkinkan mereka untuk saling bagi pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan

sehingga menunjang kecepatan mereka dalam memahami materi pembelajaran dan

sekaligus membangun kebersamaan diantara mereka (Nawawi, 1989:140-142).

Pengelolaan kelas/Prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yang meliputi: a. Hangat dan

Antusias. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias

pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan

pengelolaan kelas. b. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau

bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang,

selanjutnya akan menambah menarik parrhatian anak didik dan dapat mengendalikan

gairah belajar peserta didik c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar

guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,

meningkatkan perhatian anak didik. Kevariasian dalam penggunaannya merupakan

kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d.

Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didk serta menciptakan iklim

belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya

gangguan seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan

sebagainya. e. Penekanan pada hal-hal yang positif Penekanan yang dilakukan guru

tarhadap tingkahlaku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang

negative.penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan positif,

dankesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya

proses belajar mengajar. f. Penanaman disiplin diri. Anak didik dapat mengembangkan

disiplin diri sendiri. Oleh karena itu, guru selalu mendorong anak didik untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri

dan pelaksanaan tanggung jawab (Djamarah dan Zain, 2006:185).

Page 279: Ensiklopedi pendidikan

Pengelolaan kelas/Prosedur manajemen kelas ini dapat dilakukan secara preventif

(pencegahan) maupun kuratif (penyembuhan). Usaha pencegahan itu dimaksudkan agar

siswa memahami aturan atau tata tertib yang berlaku serta akibat-akibat yang akan

terjadi apabila siswa melakukan pelanggaran. Sedangkan yang dimaksud dengan

manajemen kelas secara kuratif adalah langkah-langkah tindakan penyembuhan

terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi-kondisi optimal

dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung (Mulyadi, 2009:25). Usaha

pencegahan lebih efektif daripada penyembuhan (kuratif), oleh sebab itu guru harus

mampu merencanakan dan melaksanakan pengelolaan kelas yang efektif (Mulyadi,

2009:19).

Pengelolaan kelas/Prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-

langkah peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa,

penampilan sikap guru, pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif

pengelolaan kelas, dan pembuatan kontrak sosial dalam proses belajar mengajar

(Muljani, 1983:164).

Pengelolaan kelas/Prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-

langkah peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa,

penampilan sikap guru, pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif

pengelolaan kelas, dan pembuatan kontrak sosial dalam proses belajar mengajar

(Muljani, 1983:164).

Pengelolaan kelas/Sebagai seorang pendidik, guru berkewajiban mengubah

pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa

tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar interaksi itu bersifat sebagai interaksi

pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana yang kondusif yang

mengundang siswa untuk masuk berperan serta dalam proses pendidikan (Muljani,

1983:164-165).

Pengelolaan kelas/Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas

dibagi menjadi dua golongan, yaitu: factor intern siswa dan factor ekstern siswa. Factor

intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku siswa.

Sedangkan factor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,

penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dan sebagainya (Pidarta,

1979:21).

Pengelolaan kelas/Secara umum tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman N. adalah

penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan

social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu

memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan

kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta

apresiasi pada siswa (Djamarah dan Zain, 2006:178).

Pengelolaan kelas/Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen kelas secara kuratif

adalah langkah-langkah tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang

Page 280: Ensiklopedi pendidikan

yang dapat mengganggu kondisi-kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung (Mulyadi, 2009: 25).

Pengelolaan kelas/Selain faktor pendukung tentu juga ada faktor penghambatnya.

Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat.

Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan

keluarga ataupun karena faktor fasilitas (Nawawi, 1989:130).

Pengelolaan kelas/Selain itu, pengalaman guru yang selama ini dilakukan dalam

mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar

perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup berharga dalam melakukan

manajemen kelas (Mulyadi, 2009:24).

Pengelolaan kelas/Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar

pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-

hari di kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai

pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai

perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan yang harus

diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hadari, 1989:121).

Pengelolaan kelas/Setiap murid memiliki perasaan diterima (membership) terhadap

kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan

menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung

berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing (Nawawi,

1989:125-127).

Pengelolaan kelas/Suatu langkah yang mendasar dalam strategi manajemen kelas yang

bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri pendidik sebagai guru. Dalam

kedudukannya sebagai guru, seorang pendidik harus menyadari bahwa dir inya memiliki

tugas dan fungsi yaitu sebagai fasilitator bagi siswanya yang sedang belajar (Saroni,

2006:112).

Pengelolaan kelas/Sudirman N. (Djamarah dan Zain, 2006:178) bahwa secara umum

tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman N. adalah penyediaan fasilitas bagi

bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan

intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan

bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,

perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Djamarah

dan Zain, 2006:178).

Pengelolaan kelas/Suhersimi Arikunto bahwa tujuan diadakannya pengelolaan kelas

adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja tertib sehingga tercapai tujuan

pengajaran secara efektif dan efisien, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib

adalah: a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti

karena tidak tahu akan tugas yang diberikan padanya b. Setiap anak harus melakukan

pekerjaan tanpa mrmbuang waktu, artinya tiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas

menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya (Arikunto, 1992:68).

Page 281: Ensiklopedi pendidikan

Pengelolaan kelas/Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta

didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk

dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Karena pengelolaan

pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa, maka

siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata, dan lamban memerlukan

pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal di atas memberi

petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan pemahaman

awal tentang perbedaan siswa satu sama lain (Wijaya & Rusyan, 1994:136).

Pengelolaan kelas/Tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain: a. Agar pengajaran

dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan

siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan

mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi

kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas

untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang (Wijaya & Rusyan, 1994:114).

Pengelolaan kelas/Tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain: a. Agar pengajaran

dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai

secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan

siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan

mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi

kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas

untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang (Wijaya dan Rusyan, 1994:114).

Pengelolaan kelas/Tujuan diadakannya pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto

adalah agar setiap anak di kelas itu dapat bekerja tertib sehingga tercapai tujuan

pengajaran secara efektif dan efisien, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib

adalah: a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti

karena tidak tahu akan tugas yang diberikan padanya b. Setiap anak harus melakukan

pekerjaan tanpa mrmbuang waktu, artinya tiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas

menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya (Arikunto dan Supardi, 2007:68).

Pengelolaan kelas/Tujuan pengelolaan kelas adalah: a. Mewujudkan kondisi kelas baik

sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan

berkembangnya kemampuan masing-masing siswa. b. Menghilangkan berbagai

hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif. c. Menyediakan fasilitas atau

peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa yang sesuai

dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.

d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan

keindividualannya (PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang dikutip Rachman,

1998/1999:15)

Pengelolaan kelas/Tujuan pengelolaan kelas juga didefinisikan secara beragam. Secara

umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu

Page 282: Ensiklopedi pendidikan

pembelajaran akan tercapai jika tercapainya tujuan pembelajaran (Fathurrohman dan

Sutikno, 2007:104).

Pengelolaan kelas/Tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan

pengajaran, karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil

tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas

adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam

lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana

sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual,

emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Djamarah dan Zain, 1997:199-200).

Pengelolaan kelas/Tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas, yaitu: 1)

kelas kurang kohesif lantaran alasan karena jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi,

dan sebagainya. 2) penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang telah

disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca

perpustakaan. 3) kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya

mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara

sumbang. 4) membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,

misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas. 5) kelompok cenderung mudah

dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan. 6) semangat kerja rendah

atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan

kurang fair. 7) kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti

gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya

(Louis V Johson dan Mary A. Bany dalam Mulyadi, 2009:15).

Pengelolaan kelas/Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan tersebut,

hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen

kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan

pendekatan masing-masing (Mulyadi, 2009:26).

Pengelolaan kelas/Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan tersebut,

hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen

kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan

pendekatan masing-masing (Mulyadi, 2009:26).

Pengelolaan kelas/Untuk membangkitkan kesadaran siswa dalam peran sertanya dalam

proses pembelajaran kelas, tidak cukup hanya guru yang harus berkutat pada metode-

metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas. Proses tersebut

memerlukan keikutsertaan siswa yang sebenarnya merupakan subyek yang sedang

belajar (Saroni, 2006:111-112).

Pengelolaan kelas/Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas,

perlu dikuasai oleh guru prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yang meliputi: a. Hangat dan

Antusias. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias

pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan

pengelolaan kelas. b. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau

Page 283: Ensiklopedi pendidikan

bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang,

selanjutnya akan menambah menarik parrhatian anak didik dan dapat mengendalikan

gairah belajar peserta didik c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar

guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,

meningkatkan perhatian anak didik. Kevariasian dalam penggunaannya merupakan

kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d.

Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didk serta menciptakan iklim

belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya

gangguan seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan

sebagainya. e. Penekanan pada hal-hal yang positif Penekanan yang dilakukan guru

tarhadap tingkahlaku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang

negative.penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan positif,

dankesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya

proses belajar mengajar. f. Penanaman disiplin diri. Anak didik dapat mengembangkan

disiplin diri sendiri. Oleh karena itu, guru selalu mendorong anak didik untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri

dan pelaksanaan tanggung jawab (Djamarah dan Zain, 2006:185).

Pengetahuan konseptual adalah keterkaitan yang terintegrasi dan berhubungan dengan

konsep matematika yang lain (Muhsetyo, 2001:22).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa dikategorikan dalam dua jenis, yaitu

pengetahuan yang sadari, atau pengetahuan yang tidak disadari (Dale, 2003:35).

Pengetahuan/Pengetahuan prosedural ditunjukkan dengan tersusunnya bahasa formal

atau sistem representasi simbol matematika termasuk di dalamnya algoritma atau

aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah (Hiebert dan Lefreve dalam Hudojo,

2005:90).

Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk

mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini, tenaga

kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.

Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan

secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk

meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan

efisien, agar tidak menimbulkan dampak negative (Mulyasa, 2006:151).

Penghitungan realiabilitas dilakukan hanya pada item yang valid. Dalam penelitian ini

untuk mengetahui realibilitas alat ukur dilakukan dengan analisis uji keandalan butir

dengan teknik alpha dari Cronbach (Umar, 2008:120).

Penguatan/Ada enam tujuan pemberian penguatan yaitu: 1. Meningkatkan perhatian

siswa terhadap pembelajarn. 2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar. 3.

Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang

Page 284: Ensiklopedi pendidikan

produktif. 4. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar. 5. Mengarahkan

kepada cara berfikir yang baik atau divergen dan inisiatif sendiri (Hasibuan & Moedjiono,

2008:58).

Penguatan/Ada tiga tujuan pemberian penguatan yaitu: a) Meningkatkan perhatian

siswa terhadap pembelajaran. b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. c)

Meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku laku yang produktif (Mulyasa,

2008:78).

Penuntun bacaan (reading guide) yaitu strategi yang digunakan guru dengan maksud

mengajak siswa untuk mempelajari sesuatu dengan cara membaca suatu teks bacaan

(buku, majalah, Koran dll) sesuai dengan materi bahasan (Fatah, 2008:183).

Penuntun bacaan/Tujuan penerapan strategi reading guide ini, yaitu membantu peserta

didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami suatu materi pokok (SM, 2008:80).

Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi (Romizowski dalam

Abdurrahman; 2009:38).

Perolehan hasil belajar seorang peserta didik melalui indra pandang berkisar 75%,

melalui indra dengar 13%, dan melaui indra lainnya sekitar 12% (Edgar Dale dalam

Arsyad, 2002:15).

Perubahan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya

tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Budiningsih, 2008:34).

Perubahan yang diperkirakan akan terjadi harus dapat diantisipasi dan siap mengambil

langkah-langkah untuk “menampung” dampaknya. Bahkan apabila mungkin dampak

tersebut diubah menjadi peluang bagi organisasi dalam upaya mencapai tujuan dan

berbagai sasarannya termasuk tujuan dan sasaran pribadi para anggotanya (Siagian,

2002:206).

Pesantren/Dalam rangka menghadapi tuntutan masyarakat, lembaga pendidikan

masyarakat termasuk pondok pesantren haruslah bersifat fungsional, sebab lembaga

pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bias dipakai ‘pantu gerbang’

dalam mengahadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetauhan dan teknologi yang terus

mengalami perubahan. Untuk itu lembaga pendidikan, termasuk pondok pesantren

perlu mengadakan perubahan secara terus-menerus seiring denganprkembangan

tuntutan yang ada dalam masyarakat yang lainnya. Pondok pesantern telah lam menjadi

tumpuan pendidikan masyarakat ‘religius’ tidak boleh mengabaikan tuntutan perubahan

tersebut. Meskipun filosofi dasarnya ‘tetap’ dipegang teguh, yakni mendidik

kemandirian masyarakat berdasarkan keyakinan keagamaan, namun dengan adanya

perubahan dalam era global tersebut perlu dilakukan penyesuaian terutama dalam

manajemen pendidikannya, agar keberadaan pendidikan di pesantren tetap eksis dan

tidak terhimpit oleh keberadaan lembaga pendidikan lainnya (Sulthon, 2006:1-2).

Peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan diantarannya adalah: a. Menyelidiki

apa yang telah diketahui siswa. b. Mempelajari cara belajar. c. Mengungkapkan konsepsi

salah. d. Alat evaluasi (Dahar, 1999:129).

Page 285: Ensiklopedi pendidikan

Peta konsep/Ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: a. Peta konsep adalah suatu cara

untuk memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep atau proposisi-proposisi

menjadi lebih bermakna. b. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari

konsep-konsep. Namun, peta konsep ini tidak hanya menggambarkan konsep-konsep

penting, melainkan juga hubungan antara konsep-konsep ini. c. Adanya cara

menyatakan hubungan antar konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama,

maka perlu ditentukan konsep mana yang lebih inklusif. d. Sehubungan dengan ciri yang

ketiga, maka dalam peta konsep menunjukkan adanya hierarki (Dahar, 2000:125).

Peta konsep/Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga

gagasan dalam teori kognitif Ausubel (2000): 1) Struktur kognitif itu diatur secara

herekis, dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih

umum superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang

inklusif dan lebih khusus. 2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami

deferensial progresif. Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna

merupakan proses yang kontinu dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak

arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi konsep-konsep

tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih

inklusif. 3) Penyesuaian intregratif. Prinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar

bermakna akan meningkat, bela siswa menyadari hubunganhubungan baru (kaitan-

kaitan konsep antara kumpulan) konsepkonsep atau proposisi-proposisi yang

berhubungan. Dalam peta konsep penyesuaian intregratifini diperlihatkan dengan

adamya kaitan-kaitan silang (cross links) kumpulan antara konsep-konsep (Ausubel,

2000:132).

Peta konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau

lebih lebih konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam unit sumatik. Winkel (1996:

327) menyatakan bahwa peta konsep adalah jaringan-jaringan konsep yang saling

berhubungan secara hierarkis dari atas ke bawah. Jadi belajar bermakna lebih mudah

berlangsung bila konsep-konsep disusun secara hierarki (Dahar, 1989:122).

Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan

“memetakan” pikiran (Buzan, 2008: 4).

Peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan

mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran merupakan salah satu cara mencatat

materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar (Edward, 2009:64).

Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak

informasi (DePorter, dkk., 2005:175-176).

Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari

ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,

mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide

orisinal dan memicu ingatan yang mudah (DePorter dan Hernacki, 2006:152).

Page 286: Ensiklopedi pendidikan

Peta pikiran/A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other

items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to

generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization,

problem solving, decision making, and writing

(http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map).

Peta pikiran/Metode peta pikiran sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis

narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses

informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter,

dkk., 2005: 176).

Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah

yang akan “memetakan” pikiran (Buzan, 2008:4).

Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari

luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya

pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak

manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya (Buzan, 2007:4).

Peta pikiran/Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk

memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009:64).

Peta pikiran/Sistem mind mapping mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya:

proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya

mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik

perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu

memudahkan siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis

narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk mencari urutan

kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang diharapkan. Siswa akan lebih

mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa

sehari-hari atau pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalaman-

pengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta pikiran. Peta

pikiran tersebut penuh kreativitas siswa dengan gambar dan kata-katanya yang sangat

variatif. Hal ini dapat memicu siswa untuk menulis karangan narasi yang lebih besar

atau menarik siswa untuk menulis narasi. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan

menulis narasi siswa akan meningkat (Edward, 2009:64-65).

Peta pikiran/Sistem peta pikiran mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya:

proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya

mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik

perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu

memudahkan siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis

narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk mencari urutan

kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang diharapkan. Siswa akan lebih

mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa

sehari-hari atau pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalaman-

Page 287: Ensiklopedi pendidikan

pengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta pikiran. Peta

pikiran tersebut penuh kreativitas siswa (Edward, 2009: 64-65).

Peta pikiran/Tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah

tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi

panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan

memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk

mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. 2) Menggunakan gambar atau

foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang

membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar

sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak

berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. 3) Menggunakan warna yang menarik. Karena

bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih

hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 4)

Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang

tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak

bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal

sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan

diingat. 5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan

garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis

seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6) Menggunakan satu kata

kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak

daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran. 7) Menggunakan gambar. Karena seperti

gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata (Buzan, 2008:15).

Pola berpikir yang dikembangkan matematika seperti dijelaskan di atas memang

membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif (Shadiq,

2004:3).

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek maupun subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:90-91).

Portofolio/Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam

menggunakan portofolio di sekolah, antara lain; (1) saling percaya (mutual trust) antar

siswa dan guru, (2) kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa, (3) milik

bersama (join ownership) antara guru dan siswa, (4) kepuasaan (satisfaction), (5)

kesesuaian (relevance), dan (6) penilaian proses dan hasil (Majid, 2008:202).

Portofolio/Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio

terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

Saling Percaya, Keterbukaan, Kerahasiaan, Milik Bersama, Kepuasan dan Kesesuaian,

Budaya Pembelajaran, Refleksi, Berorientasi Pada Proses dan Hasil Belajar (Sanjaya,

2006:198-200).

Page 288: Ensiklopedi pendidikan

Portofolio/Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1)

adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil,

(3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4)

kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan

dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan melalui refleksi diri dan

evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran (Marhaeni dalam Lilik,

2010:25).

Portofolio/Jenis-jenis portofolio yaitu: (1) Portofolio proses – Portofolio proses

menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan perkembangan

peserta didik dari waktu ke waktu. Tujuan portofolio proses adalah untuk membantu

peserta didik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari

waktu ke waktu, dan menunjukkan pencapaian hasil belajar. Salah satu bentuk

portofolio proses adalah portofolio kerja yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih

koleksi evidence peserta didik, memantau kemajuan atau perkembangan dan menilai

peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar siswa sendiri. (2) Portofolio

produk – Portofolio produk menekankan pada penguasaan (masteri) dari tugas yang

dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator

pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukan evidence yang paling baik, tanpa

memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Tujuan portofolio

produk adalah untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang

telah dicapai. Contoh portofolio produk yaitu portofolio tampilan dan portofolio

dokumentasi (Arifin, 2009:207).

Portofolio/Kekurangan penilaian portofolio antara lain yaitu: 1) Membutuhkan

waktu dan kerja ekstra. 2) Penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan

penilaian yang lain. 3) Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir

sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian. 4) Jika guru melaksanakan

proses pembelajaran yang bersifat teacher oriented, kemungkinan besar inisiatif dan

kreativitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian portofolio tidak dapat

dilaksanakan dengan baik. 5) Orang tua peserta didik sering berpikir skeptis karena

laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk angka. 6) Penilaian portofolio masih relatif

baru sehingga banyak guru, orang tua dan peserta didik yang belum mengetahui dan

memahaminya. 7) Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas. 8) Analisis terhadap

penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat dikuranginya penggunaan

angka. 9) Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional. 10) Dapat

menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail

(Arifin, 2009:206).

Portofolio/Kelebihan penilaian portofolio antara lain yaitu: 1) Dapat melihat

pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu

berdasaarkan feed-back dan refleksi diri. 2) Membantu guru melakukan penilaian secara

adil, objektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi

Page 289: Ensiklopedi pendidikan

kreativitas peserta didik di kelas. 3) Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung

jawab terhadap apa yang mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas dalam

rangka implementasi program pembelajaran. 4) Meningkatkan peran serta peserta didik

secara aktif dalam kegiatan pembelajarn dan penilaian. 5) Memberi kesempatan kepada

peseta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka. 6) Membantu guru

mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran. 7) Terlibatnya berbagai

pihak, seperti orang tua, guru, sekolah, dalam melihat pencapain kemampuan peserta

didik. 8) Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assessment),

refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). 9)

Memungkinkan guru melakukan penilaian secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada

kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang ditentukan. 10) Guru dan peserta

didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar.

11) Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik yang

pandai dan kurang pandai. 12) Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap

usaha belajar peserta didik (Arifin, 2009: 205).

Portofolio/Manfaat portofolio yaitu: 1) Guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan

siswa. 2) Guru dan murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan siswa. 3) Siswa dapat

menjadi partner dalam proses penilaian. (4) Siswa dapat menemukan bakat dan

kemampuannya. 5) Penilaian tersebut obyektif. 6) Meningkatkan interaksi siswa dan

guru untuk mencapai tujuan. 7) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar,

mempunyai kebanggaan (pride), rasa memiliki, dan menumbuhkan kepercayaan diri. 8)

Mencapai ketuntasan belajar, bukan sekedar tuntas materi. 9) Guru bersama pengawas

dapat mengevaluasi program pengajaran. 10) Meningkatkan profesionalisme guru

(Arifin, 2009:201).

Portofolio/Pada hakekatnya terdapat dua bentuk portofolio, yaitu portofolio produk dan

portofolio proses. Portofolio produk adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan

hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana

proses untuk mencapai evidence itu terjadi. Portofolio tampilan (show portfolio) dan

portofolio dokumentasi (documentary portfolio) merupakan contoh portofolio produk

(Cole, Ryan dan Kick dalam Surapranata dan Hatta, 2004: 46).

Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan

karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil

selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan

peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata dan Hatta, 2004:21).

Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama

proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang

dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau perkembangan

siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata

pelajaran yang bersangkutan (Sanjaya, 2006:194).

Page 290: Ensiklopedi pendidikan

Portofolio/Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang

bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan

merefleksi suatu pekerjaaan/tugas atau karya melalui pengumpulan bahan-bahan yang

relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil

pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu

(Arifin, 2009:198).

Portofolio/Portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1)

Menghargai perkembangan yang dialami siswa. 2) Mendokumentasikan proses

pembelajaran yang berlangsung. 3) Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang

terbaik. 4) Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan

eksperimentasi. 5) Meningkatkan efektifitas pembelajaran. 6) Bertukar informasi dengan

orang tua/wali peserta didik dan guru lain. 7) Membina dan mempercepat pertumbuhan

konsep diri positif pada siswa. 8) Melakukan kemampuan refleski diri, dan membantu

siswa dalam merumuskan tujuan (Majid, 2008:202).

Portofolio/Salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu portofolio adalah

portofolio dapat memungkinkan guru untuk mengakses perkembangan pemahaman

siswa terhadap suatu pelajaran (Karim dalam Kristina, 2006:19).

Portofolio/Secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk,

yaitu portofolio ideal (ideal portfolio), portofolio penampilan (show portfolio), portofolio

dokumentasi (documentary portfolio), portofolio evaluasi (evaluation portfolio) dan

portofolio kelas (classroom portfolio) (Nitko dalam Majid, 2008:202).

Portofolio/Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan

penilaian portofolio. Tahapan terebut antara lain: 1) Menentukan tujuan portofolio. 2)

Menentukan isi portofolio. 3) Menentukan kriteria dan format penilaian. 4) Pengamatan

dan penentuan bahan portofolio. 5) Menyusun dokumen portofolio (Sanjaya, 2005:202-

207).

Portofolio/Tujuan portofolio yaitu: 1) Menghargai perkembangan peserta didik. 2)

Mendokumentasikan proses pembelajaran. 3) Memberi perhatian pada prestasi kerja. 4)

Merefleksikan kesanggupan mengambil risiko dan melakukan eksperimentasi. 5)

Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. 6) Bertukar informasi antara orang tua

peserta didik dengan guru lain. 7) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif

peserta didik. 8) Meningkatkan kemampuan refleksi diri. 9) Membantu peserta didik

merumuskan tujuan (Arifin, 2009: 200).

Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian formatif – Penilaian formatif

adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang

selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses

belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif –

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan

pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.40 (Purwanto, 2001:26).

Page 291: Ensiklopedi pendidikan

Prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu: 1)

kemampuan, perangai dan minat seseorang pekerja 2) kejelasan dan penerimaan atas

peranan seseorang pekerja dan 3) tingkat motivasi pekerja. Meskipun setiap faktor

secara terpisah mempunyai arti penting, tetapi kombinasi dari ketiganya sangat

menentukan kinerja setiap pegawai, yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja

orang secara keseluruhan (Steers dalam Djumiati, 2003:16).

Prestasi/Faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar adalah reward atau

pernyataan kepuasaan dari suatu kejadian (E. L. Thorndike dalam Sri Esti Wuryani

Djiwandono, 2002:127).

Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam

dua faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri manusia) dan faktor ekstern (faktor dari

luar manusia) (Mudzakir dan Sutrisno, 1997:155-168).

Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu: 1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani atau rohani siswa. 2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi

lingkungan sekitar siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbinsyah, 2002:82).

Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan kedalam dua

golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang

bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi,

perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan

faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat (Slameto, 2003:54).

Prestasi/Salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi

berprestasi (Syah, 2001:132-139).

Prinsip-prinsip pembelajaran antara lain: 1. Kesiapan Belajar. Faktor kesiapan baik fisik

maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan

psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. 2.

Perhatian. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar

sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar.

3. Motivasi. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa

tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa

agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik. 4. Keaktifan Siswa. Kegiatan

belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. 5. Mengalami Sendiri. Prinsip

pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip

keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar

yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam. 6. Pengulangan. Untuk

mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca, berfikir,

mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang

Page 292: Ensiklopedi pendidikan

dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. 7. Materi Pelajaran Yang Menantang.

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini

motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran

yang bersifat menantang atau problematis. 8. Balikan Dan Penguatan. Balikan atau

feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa

dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan

dan kelemahannya. 9. Perbedaan Individual. Masing-masing siswa mempunyai

karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu

minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama (Sugandi, dkk., 2000:27).

Problem solving adalah metode yang melibatkan sejumlah proses dan aktivitas kognitif

yang kompleks. Metode ini merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan

jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai permasalahan, baik secara pribadi

maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Orientasi

pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah

pemecahan masalah (Daneshamooz dkk., 2011:313).

Produktifitas sekolah berkaitan dengan bagaimana mengasilkan lulusan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman (Mulyasa, 2005: 71).

Produktivitas/Berdasarkan pengertian teknis produktivitas dapat diukur dengan dua

standar utama, yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Secara fisik,

produktivitas diukur diukur secara kuantitatif seperti banyaknya keluaran (panjang,

berat, lamanya waktu, jumlah). Sedangkan berdasarkan nilai, produktivitas diukur atas

dasar-dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, prilaku, disiplin, motivasi, dan komitmen

terhadap pekerjaan/tugas (Fattah, 2004:15).

Profesi/Ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut

sebagai profesi adalah; 1) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang,

pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas

dasar sistem; 2) bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis

pendidikan dan mengajar; 3) bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa

pendidikan dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan

(Namsa dkk., 2006:31-32).

Profesi/Ciri-ciri sekaligus syarat-syarat dari suatu profesi sebagai berikut: a. Lebih

mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi. b.

Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk

mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang

mendukung keahliannya. c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi

tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. d.

Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap serta cara kerja. e.

Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. f. Adanya organisasi yang dapat

meningkatkan standar pelayanan disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan

Page 293: Ensiklopedi pendidikan

anggotannya. g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang

anggota yang permanent (Robert W. Richey dalam Namsa, 2006:39).

Profesi/Kualifikasi professional guru pembimbing dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai,dan Sikap a.

Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor/ Guru

Pembimbing harus terus-menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya.

Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya

sendiri, yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang

lain dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.

b. Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus

memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat

dipercaya, jujur, tertib, dan hormat. c.

Konselor harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap saran

ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khusus-nya dari rekan-rekan

seprofesi dan hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-

ketentuan tingkah laku professional sebagai mana diatur dalam kode etik profesi

konseling. d. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus meng-

usahakan mutu kerja yang setinggi mungkin, kepentingan pribadi, termasuk

keuntungan material dan financial tidak diutamakan. e.

Konselor harus terampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur

khusus yang dikembangkan atas dasar wawsan yang luas dan kaidah-kaidah

ilmiah. 2. Pengakuan Kewenangan, yaitu dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan

pengakuan keahlian dan kewenangan oleh organi-sasi

profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh

pemerintah. Organisasi profesi salh satunya yang ada adalah ABKIN (Depdiknas,

2004:16).

Profesi/Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin

menjelaskan, kriteria profesi mencakup: 1) upah, 2) memiliki pengetahuan dan

keterampilan, 3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, 4) mengutamakan layanan,

5) memiliki kesatuan, 6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang

digelutinya (Yamin, 2007: 14).

Profesi/National Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria profesi

keguruan sebagai berikut: a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. b. Jabatan

yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus. c. Jabatan yang memerlukan

persiapan profesional yang lama. d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan

yang bersinambungan. e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang

permanen. f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri. g. Jabatan yang

mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat (Soetjipto & Kosasi, 2004:

18).

Profesi/Profesional merupakan sosialisasi dalam profesi (Power, 1992:37).

Page 294: Ensiklopedi pendidikan

Profesi/Sementara di dalam Standar

Profesi Konseling menyebutkan “profesi” merupakan pekerjaan atau karir yang

bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk

kebahagiaan pengguna berdasarkan norma-norma yang berlaku (Depiknas, 2004:5).

Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria yang bisa

disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel, realistic, timebound).

Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator

kinerja pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-

masing program (Renstra Depdiknas 2005-2009, 2005:84).

Proses belajar terjadi karna adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

yang berasal dari dalam atau faktor yang berasal dari luar diri siswa (Soeharto dkk.,

2003:109).

Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Pendekatan pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari

bahasa yunani, yaitu heurisken yang berarti saya menemukan (Sanjaya, 2007: 196).

PSH/Setiap individu harus dalam posisi tetap belajar dalam sepanjang hidupnya.

Gagasan pendidikan sepanjang hayat merupakan keystone masyarakat belajar (the

learning society). Konsep sepanjang hayat mencakup semua aspek pendidikan,

merangkul segala sesuatu di dalamnya, dengan seluruh yang lebih banyak dari bagian-

bagiannya. Tidak ada sesuatu bagian yang terpisah secara “permanen” dengan

pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan sepanng hayat bukan sistem pendidikan

tetapi prinsip di mana seluruh organisasi dari sebuah system dijumpai, dan selanjutnya

melandasi pengembangan masing-masing komponen (Faure, 1972:181-182).

Psikologi/Konsep diri sebagai pendapat, perasaan atau gambaran seseorang tentang

dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik maupun psikis (sosial, emosi, moral dan

kognitif). Pertama, konsep diri yang menyakut materi yaitu pendapat seseorang tentang

segala sesuatu yang dimilikinya, baik yang menyakut harta benda maupun bentuk

tubuhnya. Kedua, konsep diri yang menyangkut sosial, yaitu perasaan orang tentang

kualitas hubungan sosialnya dengan orang lain, merasa orang lain menyayanginya,

menghormati dan memerlukan atau sebaliknya. Ketiga, konsep diri yang menyangkut

emosi yaitu pendapat seseorang bahwa dia sabar, bahagia, senang, gembira, berani dan

sebagainya. Keempat, konsep diri yang menyangkut moral, yaitu pandangan seseorang

tentang dirinya bahwa ia jujur, bersih, penyayang dan taat beragama, sedangkan konsep

diri yang menyangkut kognitif adalah pendapat seseorang tentang kecerdasan baik

dalam memecahkan masalah maupun prestasi akademik. Konsep diri merupakan

pandangan seseorang tentang dirinya, berdasarkan pandangan atau penilaian orang lain

terhadap dirinya (Mudjiran, 2007:134).

Psikologi/Perubahan yang dialami seorang remaja tidak hanya menyakut perubahan

yang dapat diamati secara langsung, misalnya tinggi badan, berat badan, wajah ataupun

Page 295: Ensiklopedi pendidikan

tingkah laku tetapi juga perubahan yang tidak dapat diamati yaitu salah satunya konsep

diri (Gunarsa Singgih, 2008:23).

PsikologiMasa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak dengan masa

dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional

(Larson,dkk. dalam Santrock, John. W., 2007:20).

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan

bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya, manusia baik sebagai

individu maupun anggota masyarakat di hadapkan pada hal-hal yang membuatnya

hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup (Abdul

Majid, 2006:132).

Psikologis/Salah satu tahap perkembangan psikodinamik seseorang pada masa remaja

adalah Intimacy vs Isolation” Pada periode ini remaja termotivasi untuk berhasil melalui

perkembangan sosial, yaitu membentuk intimasi dalam proses pembentukan identitas

yang tetap dan berhasil (Erikson dalam Feist, Gregori. J & Jest Feist, 2010:307).

PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap

kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan

keahlian mengajar, dan sebagainya (McNiff dalam Arikunto, 2007:102).

PTK/Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, yaitu (1) penelitian, (2)

tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto,

2007:2-3).

PTK/Karakteristik PTK tersebut, antara lain: 1) adanya tindakan yang nyata yang

dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, 2)

menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan, 3) sumber permasalahan berasal dari

masalah yang dialami guru dalam pembelajaran, 4) permasalahan yang diangkat bersifat

sederhana, nyata, jelas, dan penting, 5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti,

6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu me ningkatkan profesionalisme

guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah

pengetahuan (Arikunto, dkk., 2007:62).

PTK/McTaggart, mengemukakan ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang

penelitian tindakan kelas (PTK), diantaranya adalah sebagai berikut: 1. PTK adalah suatu

pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah

perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori,

melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. 3.

PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning,

acting, observing, reflecting, the re-planning. 4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan

partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan

mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 5. PTK menumbuhkan

Page 296: Ensiklopedi pendidikan

kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan

PTK. 6. PTK adalah proses belajar yang sistematis , dalam proses tersebut menggunakan

kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7. PTK memerlukan

orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru). 8. PTK memerlukan

gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang

menantangnya (memeberikan hipotesis tindakan) (Arikunto, 2007:2-3).

PTK/Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: 1. Perencanaan

- Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. 2. Pelaksanaan Tindakan – Tahap

kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan – Tahap

ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit

kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena

seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. 4. Refleksi –

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan

dalam bahasa indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

guru pelaksana sudah selesei melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2007:16-

19).

Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan

berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-

peristiwa penting dan baru masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio juga

dapat dijadikan sebagai media pendidikan dan pengajaran yang cukup efektif (Asnawir

& Usman, 2002:83).

Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan

berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-

peristiwa penting dan baru masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio juga

dapat ijadikan sebagai media pendidikan dan pengajaran yang cukup efektif (Asnawr &

Usman, 2002).

Ranah afektif – Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,

seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri

(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).

Ranah afektif/Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value

Complex) – Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga

menjadi karakteristik gaya-hidupnya

(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Karakterisasinya

mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa,

sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas

dalam mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 1996:248).

Page 297: Ensiklopedi pendidikan

Ranah afektif/Penerimaan (Receiving/Attending) – Penerimaan mencakup kepekaan

akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan

itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru (Winkel, 1996:

248).

Ranah afektif/Penghargaan – Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian

itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu

dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin

(Winkel, 1996: 248).

Ranah afektif/Pengorganisasian (Organization) – Memadukan nilai-nilai yang berbeda,

menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten

(http:// id.wikipedia.org/ wiki/Taksonomi_ Bloom./2008/05/02/). Pengorganisasian

juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan

pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada

suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak

begitu penting (Winkel, 1996: 248).

Ranah afektif/Tanggapan – Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan

tanggapan (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.)

Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut: (a) Pengetahuan, mencakup

kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

Pengetahuan itu berkaitan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip

atau metode. (b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari. (c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode

dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. (d) Analisis, mencakup

kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian – bagian sehingga struktur

keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi maslah menjadi bagian

yang kecil. (e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program kerja (Bloom dalam Daryanto, 2010: 100).

Ranah kognitif/Analisis – Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci

suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik (Winkel, 1996: 247). Di tingkat analisis,

seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat

dari sebuah skenario yang rumit. (http:// id.wikipedia.org/ wiki/Taksonomi_

Bloom./2008/05/02/.).

Ranah kognitif/Aplikasi – Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang

konkret dan baru (Winkel, 1996: 247). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan

Page 298: Ensiklopedi pendidikan

untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam

kondisi kerja (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).

Ranah kognitif/Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban

pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu (Winkel, 1996: 247). Evaluasi dikenali

dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,

dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai

efektivitas atau manfaatnya (http:// id.wikipedia.org/

wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).

Ranah kognitif/Pemahaman – Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari (Winkwl, 1996:247).

Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,

laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya (http:// id.wikipedia.org/

wiki/Taksonomi_ Bloom./2008/05/02/).

Ranah kognitif/Pengetahuan – Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan

sebagainya (Winkel, 1996: 247).

Ranah kognitif/Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola baru (Winkel, 1996: 247). Sintesis satu tingkat di atas analisa.

Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah

skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi

yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. (http://

id.wikipedia.org/ wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).

Ranah psikomotor/Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan

motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin (http://

id.wikipedia.org/ wiki/Taksonomi_ Bloom./2008/05/02/).

Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar

kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga situasi belajarmengajar

makin efektif dan efisien (Soewadji Lazaruth, 1988: 33).

Rekrutmen dilaksanakan dalam suatu organisasi karena kemungkinan adanya lowongan

dengan beraneka ragam alasan yaitu sebagai berikut: 1. Berdirinya organisasi baru. 2.

Adanya perluasan kegiatan organisasi. 3. Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan

kegiatan-kegiatan baru. 4. Adanya pekerja yang pindah keorganisasi lain. 5. Adanya

pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak hormat. 6. Adanya pekerja

yang berhenti karena memasuki usia pension. 7. Adanya pekerja yang meninggal dunia

(Gomes, 1995:105).

Rekrutmen guru merupakan satu aktivitas manajemen yang mengupayakan

didapatkannya seorang atau lebih calon pegawai yang betul-betul potensial untuk

menduduki posisi tertentu di sebuah lembaga (Bafadal, 2003:21).

Page 299: Ensiklopedi pendidikan

Rekrutmen/Agar proses penarikan berhasil, maka perlu menyadari berbagai kendala.

Batasan-batasan ini bersumber dari pelaksana penarikan dan lingkungan eksternal.

Berikut kendala-kendala yang paling umum: 1. Kebijaksanaan-kebijaksanaan

Organisasional. Diantara kebijaksanaan organisasional penting yang akan

mempengaruhi penarikan adalah sebagai berikut: a. Kebijaksanaan promosi.

Kebijaksanaan promosi dari dalam dimaksudkan untuk memeberikan kepada karyawan

sekarang kesempatan pertama untuk mengisi lowongan-lowongan pekerjaan. b.

Kebijaksanaan kompensasi Kendala umum yang dihadapi pelaksana penarikan adalah

kebijaksanaan-kebijaksanaan penggajian atau pengupahan. Organisasi biasanya

menetapkan .range. upah untuk berbagai pekerjaan yang berbeda. Besarnya

kompensasi yang ditawarkan organisasi akan mempengaruhi minat pencari kerja untuk

menjadi pelamar serius. c. Kebijaksanaan status karyawan. Banyak perusahaan

mempunyai kebijaksanaan penerimaan karyawan dengan status honorer, musiman, atau

sementara, atau part time. d. Kebijaksanaan Penerimaan Tenaga Lokal. Perusahaan

mungkin mempunyai kebijaksanaan untuk menarik tenaga-tenaga lokal di mana

perusahaan berlokasi dan beroperasi. 2. Rencana-rencana Sumber Daya Manusia (SDM),

rencana ini membantu untuk proses penarikan karena meringkas kebutuhan-kebutuhan

penarikan di waktu yang akan datang. 3. Kondisi-kondisi Lingkungan Eksternal, dalam

hal ini seperti halnya kondisi perekonomian, penjualan dan perubahan perilaku pesaing

juga sering memaksa perusahaan untuk menyelesaikan upaya penarikannya. Persaingan

yang semakin ketat untuk memperebutkan tenaga-tenaga yang berkualitas memerlukan

program perekrutan yang lebih agresif. 4. Persyaratan-Persyaratan Jabatan, persyaratan

yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh setiap organisasi. 5. Kebiasaan-

kebiasaan Pelaksana Penarikan, keberhasilan pelaksana penarikan dimasa lalu akan

membentuk kebiasaan-kebiasaan. Dengan demikian para pelaksana penarikan

memerlukan unpan balik positif dan negatif, agar tidak hanya menggantungkan diri

pada kebiasaan yang telah terbentuk (Handoko, 1987:71).

Rekrutmen/Aktivitas rekrutmen melayani tiga tujuan dalam proses penyusunan pegawai

yaitu: 1.Aktivitas ini memikat pelamar yang melamar kesempatan kerja. Ukuran dan

karakteristik kelompok pelamar membatasi sampai di mana aktivitas penyusunan

pegawai berikutnya mencapai tujuannya. Tidak ada pilihan yang cermat dapat dibuat

untuk kuantitas pelamar yang tidak mencukupi atau kelompok pelamar dengan

kualifikasi yang tidak tepat. Aktivitas rekrutmen menysisihkan pelamar yang tidak tepat

dan memfokuskan pada calon yang akan dipanggil kembali. 2.Aktivitas rekrutmen dapat

mempengaruhi apakah pelamar menerima tawaran pekerjaan yang mereka terima Jika

pelamar menolak tawaran pekerjaan, tidak ada jumlah pilihan yang cermat dapat

mengisi lowongan pekerjaan. 3.Aktivitas rekrutmen merupakan pertukaran informasi

Perekrut mengumpulkan beberapa informasi yang digunakan untuk menyeleksi pelamar

selama proses rekrutmen. Selama proses rekrutmen pelamar mendapatkan informasi

Page 300: Ensiklopedi pendidikan

yang dapat membantu mereka memutuskan apakah kesempatan kerja yang ditawarkan

adalah cocok untuk mereka (Simamora, 1995:166).

Rekrutmen/Dalam proses rekrutmen secara konseptual dapat dikatakan bahwa langkah

yang segera mengikuti proses rekrutmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian

dari rekrutmen. Jika proses rekrutmen ditempuh dengan baik, maka hasilnya ialah

adanya sekelompok pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin bahwa hanya

yang paling memenuhi semua persyaratannyalah yang diterima sebagai pekerja dalam

organisasi yang memerlukannya (Siagian, 2000:102).

Rekrutmen/Dasar-dasar program rekrutmen yang baik mencakup faktor-faktor sebagai

berikut: 1. Program rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi syarat. 2.

Program rekrutmen mengkompromikan standar seleksi. 3. Berlangsung atas dasar yang

berkesinambungan. 4. Program rekrutmen itu kreatif, imaginative, dan inovatif

(Sulistiyani & Rosidah, 2003:136).

Rekrutmen/Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses rekrutmen adalah sebagai

berikut: 1. Menentukan dan membuat kategori kebutuhan Sumber Daya Manusia jangka

pendek dan jangka panjang 2. Selalu memperhatikan perubahan kondisi di dalam pasar

tenaga kerja. 3. Mengembangkan media (promosi) rekrutmen yang paling sesuai untuk

menarik para pelamar. 4. Menyimpan data tentang jumlah dan kualitas peramal pekerja

dari setiap sumber 5. Menindaklanjuti dari setiap permohonan pelamar kerja untuk

kemudian melakukan evaluasi efektivitas dengan upaya rekrutmen yang telah dilakukan

(Stoner dalam Irianto, 2000:40).

Rekrutmen/Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses rekrutmen adalah sebagai

berikut: 1. Menentukan dan membuat kategori kebutuhan Sumber Daya Manusia jangka

pendek dan jangka panjang. 2. Selalu memperhatikan perubahan kondisi di dalam pasar

tenaga kerja. 3. Mengembangkan media (promosi) rekrutmen yang paling sesuai untuk

menarik para pelamar. 4. Menyimpan data tentang jumlah dan kualitas peramal pekerja

dari setiap sumber. 5. Menindaklanjuti dari setiap permohonan pelamar kerja untuk

kemudian melakukan evaluasi efektivitas dengan upaya rekrutmen yang telah dilakukan

(Stoner dalam Irianto, 2000:40).

Rekrutmen/Penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian dan pemikatan para calon

karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan (Handoko, 1987:69).

Rekrutmen/Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah karyawan

potensial yang akan di seleksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi

(Handoko,1984: 240).

Rekrutmen/Saluran-saluran (rekrutmen) yang dapat digunakan diantara: a. Job Posting

(maklumat Pegawai), yaitu organisasi mengumumkan lowongan-lowongan pegawai

melalui buletin, sekolah, perusahaan atau surat edaran. Metode ini memberikan

kesempatan yang sama (adil) kepada seluruh pegawai yang memenuhi syarat untuk

mendapatkan pegawai tang lebih baik. b. Skills Inventory (persediaan keahlian), yaitu

organisasi mencari arsip-arsip calon potensial yang berbobot untuk posisi yang kosong.

Page 301: Ensiklopedi pendidikan

c. Referrals (rekomendasi pegawai), yaitu dapat merekomendasikan teman atau rekan

sejawat profesional untuk sebuah lowongan. d. Walks in, adalah para pencari kerja yang

datang langsung ke departemen SDM untuk mencari kerja. e. Writes in, adalah surat-

surat langsung yang dikirim dari lembaga. Organisasi yang menerima banyak surat

lamaran langsung haruslah mengembangkan cara efisien untuk menyeleksi lamaran-

lamaran tersebut dan menyimpan arsip lamaran yang memenuhi syarat. f. Advertising

(pengiklanan), dengan iklan para pelamar dapat mengetahui lowongan pekerjaan seperti

radio, majalah dan lain-lain (Sulistiyani dan Rosidah, 2003:71).

Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus memungkinkan siswa

bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang

satu dengan siswa yang lainnya saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruang kelas

tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan. Jika ruangan

tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya menggunakan hiasan-hiasan yang

mempunyai nilai pendidikan. Dalam pengaturan ruang kelas harus diusahakan

memenuhi ukuran 8 m x 7 m (Majid, 167).

Sampel/Ada dua cara pengambilan sampel yaitu: a) Random sampling. Adalah

pengambilan sampel dengan cara tidak memilih-milih individu yang akan dijadikan

sampel. Cara pengambilan random sampling ada 3 yaitu: 1) Undian. Cara ini dilakukan

sebagaimana kita melakukan undian. 2) Ordinal. Cara ini dilakukan dengan jalan

mengambil jumlah subjek yang diperlukan dengan mengambil urutan dari atas ke

bawah. 3) Menggunakan tabel bilangan random. Cara ini dilakukan dengan bantuan

tabel random yang umumnya terdapat pada buku-buku statistik. b) Non ramdom

sampling. Adalah suatu cara pengambilan sampel apabila tidak memberikan

kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel,

macam-macam non random sampling adalah sebagai berikut: 1) Quota sampling.

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai

ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. 2) Purposive sampling.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif. 3) Accidental sampling.

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel

bila dipandang orang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4) Proporsional

sampling. Merupakan teknik yang digunakan bila populasi mempunyai unsur / anggota

yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. 5) Stratified sampling.

Merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi

berstrata tetapi kurang proporsional atau populasi terdiri dari susunan kelompok-

kelompok yang bertingkat-tingkat. 6) Double sampling. Penggambilan sampel yang

menggunakan adanya sampel kembar (Sugiyono, 2003: 74-78).

Sampel/Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar

Page 302: Ensiklopedi pendidikan

dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung dari: a. kemampuan

peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan

dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya

resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 2005: 134).

Sampel/Jumlah sampel minimal 4 atau 5 kali jumlah variabel yang digunakan didalam

analisis (Malhotra, 1999: 416).

Sampel/Langkah-langkah random sampling dengan cara undian sebagai berikut: 1)

Membuat daftar nama siswa kelas dua termasuk anggota populasi. 2) Memberi nomor-

nomor undian yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subjek. 3) Menggulung

kertas kecil-kecil. 4) Memasukkan gulungan kertas tersebut ke dalam kaleng lalu

dikocok. 5) Satu persatu gulungan kertas dikeluarkan dari kaleng. 6) Mengambil kertas

gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan (Hadi, 1996: 70).

Sampel/Untuk menentukan besarnya sampel dapat dilakukan dengan cara (1) bila

populasi besar persentase kecil saja sudah dapat memenuhi syarat; (2) besarnya sampel

hendaknya jangan kurang dari 30 (Suparmoko, 1998: 42).

Sampel/Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1998:

120).

Sarana dan prasarana yang ada disekolah perlu dikelolah dengan baik melalui

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen sarana parsarana. Manajemen sarana prasarana

pendidikan bertugas emngatur dan menjaga sarana dan prasaran pendidikan agar dapat

memberikan konstribusi secara optomal dan berarti pada jalannya proses pendidikan

(Hendiyat, 99).

Sarana dan prasarana yang ada disekolah perlu dikelolah dengan baik melalui

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen sarana parsarana. Manajemen sarana prasarana

pendidikan bertugas emngatur dan menjaga sarana dan prasaran pendidikan agar dapat

memberikan konstribusi secara optomal dan berarti pada jalannya proses pendidikan

(Hendyat: 99).

Sarana yang diambil sebagian bantuan dari masyarakat berbentuk perangkat alat,

bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di

sekolah. Sedangkan prasarana yang di butuhkan adalah semua perangkat perlengkapan

dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan sekolah

(Bafadal, 2004: 8).

Sarana/Berbagai sumber daya dan dana merupakan ‘benda mati’, maka sarana

prasarana tersebut harus digunakan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya selama mungkin (Siagian, 2002: 2).

Sarana/Pengadaan saran dan prasarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang

bisa ditempuh, yaitu ; pembelian dengan biaya pemerintah, pembelian dengan biaya

SPP, bantuan dari BP3, dan bantuan dari masyarakat lain (Suryobroto, 116).

Page 303: Ensiklopedi pendidikan

Sarana/Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang

bisa ditempuh, yaitu ; pembelian dengan biaya pemerintah, pembelian dengan biaya

SPP, bantuan dari BP3, dan bantuan dari masyarakat lain (Suryosubroto, 116).

Sarana/Penyimpanan merupakan kegiatan pengurus penyelenggara dan pengaturan

persediaansarana dan prasarana didalam ruang penyimpanan. Penyimpanan dilakukan

agar barang atau sarana prasarana yang sudah diadakan tidak rusak sebelum tiba saat

pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan sifat-sifat barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna barang tidak

susut sebelum barang dipakai (Kosasi, 1999: 171).

Sarana/Penyimpanan merupakan kegiatan pengurus penyelenggara dan pengaturan

persediaansarana dan prasarana didalam ruang penyimpanan. Penyimpanan dilakukan

agar barang atau sarana prasarana yang sudah diadakan tidak rusak sebelum tiba saat

pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan sifat-sifat barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna barang tidak

susut sebelum barang dipakai (Kosasi, 1999: 171).

Sarana/Penyunsunan daftar kebutuhan sarana prasarana disekolah didasrakan atas

pertimbangan bahwa ; pengadaan kebutuhan sarana prasarana karena berkembangnya

kebutuhan sekolah, pengadaan saran prasarana untuk penggantian barang-barang

yang rusak atau hilang, dan pengadaan sarana prasarana untuk persediaan barang

(Kosasi, 1999: 70).

Sarana/Penyunsunan daftar kebutuhan sarana prasarana disekolah didasrakan atas

pertimbangan bahwa; pengadaan kebutuhan sarana prasarana karena berkembangnya

kebutuhan sekolah, pengadaan saran prasarana untuk penggantian barang-barang

yang rusak atau hilang, dan pengadaan sarana prasarana untuk persediaan barang

(Kosasi, 170).

Scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian

(Cazden dalam Yamin; 2011: 166).

Scaffolding/4 tahapan pada proses pembelajaran scaffolding yaitu: Tahap pertama –

Guru menjelaskan materi didepan kelas dan siswa memperhatikan penjelasan guru

dengan seksama. Tahap kedua – Guru menilai pemahaman siswa dengan cara

memberikan tugas. Selama tahap ini guru memberikan bantuan kepada siswa. Tahap

ketiga – Guru mulai mengurangi bantuan yang diberikan kepada siswa. Tahap keempat

– Guru menghilangkan bantuan sama sekali apabila siswa telah dapat menyelesaikan

tugas secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan dari guru (Vygotsky dalam Hartman,

2002).

Scaffolding/Kenzie (2000) scaffolding juga mempunyai karakteristik khusus, yaitu: (1)

Scaffolding provides clear directions (scaffolding memberikan petunjuk yang jelas).

Guru mengantisipasi adanya masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi oleh siswa,

sehingga guru mengembangkan selangkah demi selangkah pembelajaran-

pembelajaran, yang mana menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa untuk memenuhi

Page 304: Ensiklopedi pendidikan

harapan mereka. (2) Scaffolding clarifies purpose (scaffolding menjelaskan tujuan-

tujuan pembelajaran). Pendekatan scaffolding ini membantu para siswa untuk

memahami mengapa mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan

mengapa hal tersebut penting untuk dikerjakan. (3) Scaffolding keeps students on the

task (scaffolding menunjukkan siswa pada tugasnya). Penyediaan struktur-struktur

pembelajaran yang menyediakan jalan bagi para siswa, membantu siswa untuk dapat

membuat keputusan-keputusan jalan mana yang dipilih atau apa saja yang akan

dijelajahi sepanjang jalan tersebut. Tetapi mereka tidak menyimpang dari jalan tersebut

sebagai jalan yang ditunjuk yang akan diberikan kepada mereka. (4) Scaffolding offers

assessment to clarify expectations (scaffolding menawarkan penaksiran untuk

memperjelas tujuan-tujuan). Sejak awal kegiatan pembelajaran, siswa diberikan contoh-

contoh yang berupa latihan-latihan soal dan rubrik – rubrik yang ditunjukkan kepada

para siswa. (5) Scaffolding points students of worthy sources (scaffolding mengarahkan

siswa ke sumber belajar yang bermutu). Guru menyediakan sumber-sumber pelajaran

untuk mengurangi kebingungan dan frustasi serta memberikan arahan tentang sumber

mana yang pantas digunakan siswa, agar siswa dapat memutuskan sumber mana yang

akan digunakan. (6) Scaffolding reduces uncertainly, surprise and disappointment

(scaffolding mengurangi ketidakpastian, keheranan dan kekecewaan). Guru

mengadakan evaluasi terhadap pelajaran – pelajaran yang sudah dipelajari untuk

menentukan area permaslahan yang mungkin muncul atau ada, kemudian mengadakan

perbaikan-perbaikan untuk untuk mengurangi kesulitan-kesulitan sehingga proses

pembelajaran dapat dimaksimalkan. (7) Scaffolding delivers efficiency (scaffolding

memberi efisiensi). Pendekatan scaffolding memberikan keefisienan, dimana dalam

proses pembelajaran mereka melakukan sesuai dengan rencana pembelajaran dan

mengerjakan tugas-tugas tepat pada waktunya dan sesuai dengan jalan yang

ditunjukkan sehingga apa yang mereka usahakan dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. (8) Scaffolding create momentum (scaffolding menimbulkan semangat).

Dalam proses pembelajaran, banyak guru menyediakan bantuan-bantuan tidak hanya

berupa pemecahan masalah, tetapi juga dorongan atau motivasi ketika siswa mengalami

frustasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, sehingga lebih mudah mengerjakan

tugas-tugas yang sulit karena bantuan-bantuan tersebut.

Scaffolding/Pembelajaran/Vygotsky (2000) mengungkapkan bahwa terdapat 2 kunci

utama dalam pembelajaran dengan pendekatan scaffolding yaitu; (1) memberikan

pemahaman, dimana siswa harus dapat membangun pemahamannya sendiri dan dapat

menyelesaikan tugas secara mandiri, (2) bantuan sementara, dimana bantuan yang

diberikan oleh guru hanya bersifat sementara. Guru akan mengurangi bantuan kepada

siswa dan pada akhirnya tidak memberikan bantuan sama sekali apabila siswa sudah

dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri.

Scaffolding/Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat yang lebih tinggi

ketika mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang yang lebih ahli atau melalui teman

Page 305: Ensiklopedi pendidikan

sejawat yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011:

167).

Scaffolding/The instructional scaffolding initially provides extensive instructional

support, or scaffolding, to continually assist the student to building their understanding

of new content and process. The temporary scaffolding provided by the instructor is

removed to reveal the impressive permanent structure of student understanding

(Hartman, 2002: 1).

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono

menyatakan kualitas pendidikan merupkan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan (Tjiptono, 1995: 51).

Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan

kenaikan tingkat menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung

makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan

adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan dilembaga

tersebut telah mencapai keberhasilan (Supriyanto, 1997: 225).

Segitiga istimewa merupakan segitiga yang memiliki sifat-sifat khusus (istimewa), baik

mengenai hubungan panjang sisi-sisinya maupun hubungan besar sudut-sudutnya

(Adinawan dan Sugijono, 2007: 123-126).

Sekolah memiliki budaya tersendiri sebagai berikut: “Sekolah sebagai organisasi,

memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi,

kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan prilaku orang-orang yang

ada di dalamnya (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006 :101).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat

mendorong untuk belajar yang lebih giat. faktor sekolah ini meliputi metode mengajar,

kurikulum, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan masih banyak lagi

(Slameto, 1988: 66).

Sekolah unggul merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk

memiliki sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh ditunjang oleh akhlakul karimah

(Departemen Agama RI, 2004:41).

Sekolah yang telah diberi kewenangan penuh untuk memformulasikan ukuran

keberhasilan dan kualitas pendidikannya pun akhirnya memiliki ketergantungan penuh

terhadap budaya organisasi yang dipimpin oleh kepala sekolah dan pihak-pihak lain

yang berkepentingan terhadap sekolah. Secara alamiah proses hidup mati organisasi

selalu tergantung kepada kemampuan organisasi memenuhi harapan dan kebutuhan

stakeholdernya (Prabowo, 2008: 2).

Page 306: Ensiklopedi pendidikan

Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan

siswa diluar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak)

yang baik dan kuat (Chafidz, 1998: 39).

Sekolah/Ada empat tujuan yaitu : Efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan

menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja, dapat digunakan sebagai kriteria

untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. Efektivitas produksi,

yang berarti menghasilkan sejumlah lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

yang berlaku (Sergiovanni dan Carver (H.M. Daryanto, 2006 : 17).

Sekolah/Bagaimana melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap pembuyaran, yang

mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya konvensional dalam PBM dapat

mengancam kelangsungan hidup sekolah, dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai

sasaran ubah diyakinkan dan dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM,

ditempuh melalui mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM

bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau kegelisahan guru

dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan penurunan teguran atau ancaman

terhadap kejadian yang biasanya terjadi 2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya

baru dikenalkan, tanggapan baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui

mekanisme identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber

utama informasi/model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber informasi/model

PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain 3. tahap pembekuan kembali, yang

mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara

sebagai kestabilan dan kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian

penghargaan atas prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi,

1999: 95-97).

Sekolah/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik, tetapi tidak

ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek (Ronald Edmonds dalam

Permadi, 1999: 30).

Sekolah/Beberapa prasyarat mempersiapkan perubahan di sekolah: 1. persiapan

berkaitan dengan materi ubah, yang mana perubahan terencana adakalanya

memasukkan ide, praktek dan objek yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi

kalangan internal sekolah. Sesuatu yang baru tersebut sifatnya kualitatif untuk

mengatasi masalah sendiri (indigeneous problem). Maka kepala sekolah harus berupaya

menemukan dan merumuskan inovasi apa yang hendak diterapkan di lingkungan

sekolahnya, karena ini berkaitan dengan pengembangan kreativitas. Yang perlu

diperhatikan adalah sifat-sifat dari inovasi yang dapat berpengaruh terhadap tingkat

penerimaan (adopsinya). 2. persiapan berkaitan dengan pelaku perubahan, yang mana

perubahan melibatkan orang secara individual, kelompok atau institusi. Pihak yang

diberi tanggung jawab dalam penyebaran inovasi disebut agen pembaharu. Untuk

meyebarkan suatu inovasi, kepala sekolah perlu mengidentifikasi dan harus menetapkan

siapa-siapa yang menjadi agen pembaharunya. 3. persiapan berkaitan dengan sasaran

Page 307: Ensiklopedi pendidikan

ubah (klien) ubah, yang mana sekelompok sosial yang dijadikan sasaran ubah adalah

klien perubahan. Kepala sekolah sebagai pengelola perubahan dituntut mengenal

kliennya, karena ada tidaknya perubahan terletak pada keadaan kliennya. Kemungkinan

respon yang muncul dalam penyelenggaraan perubahan dapat diantisipasi lebih dini,

penerapan strategi perubahan didasarkan atas pertimbangan kendala-kendala yang

dihadapi (Permadi, 1999: 92-94).

Sekolah/Ciri-ciri sekolah unggul adalah sekolah yang memiliki indikator sebagai

berikut: (1) prestasi akademik dan non-akademik di atas rata-rata sekolah yang ada di

daerahnya; (2) sarana dan prasarana dan layanan yang lebih lengkap; (3) sistem

pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang; (4) melakukan seleksi yang

cukup ketat terhadap pendaftar; (5) mendapat animo yang besar dari masyarakat, yang

dibuktikan banyaknya jumlah pendaftar disbanding dengan kepasitas kelas; (6) biaya

sekolah lebih tinggi dari sekolah disekitarnya (Ekosusilo, 2003:41).

Sekolah/Dalam budaya (kultur) sekolah, kreativitas bermakna dalam hidup dan

berperanan sangat penting, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan

(mengaktualisasikan) dirinya, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang

berfungsi sepenuhnya; kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk

melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, karena

di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan

penalaran (berpikir logis); bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri

pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu;

kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya, dengan

ide-ide, penemuan baru, teknologi baru (Munandar, 1999: 31).

Sekolah/Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia sekolah memiliki peranan

strategis sebagai institusi penyelenggra kegiatan pendidikan (Syafaruddin, 2002: 87).

Sekolah/Dalam upaya mengelola perubahan di sekolah ada beberapa tahap yang harus

dilakukan sebagai berikut: 1) Menemukan. Pada tahap ini kepala sekolah berupaya

menemukan hal-hal yang harus diatasi. 2) Mengkomunikasikan. Masalah yang telah

ditemukan dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mendapat kejelasan

tentang masalah yang telah ditemukan. 3) Mengkaji dan menganalisa. Masalah

yang ditemukan dan telah dikomunikasikan pada tahap ini dikaji secara cermat untuk

mencari faktor-faktor penyebabnya melalui data-data yang relevan. 4) Mencari

dukungan. Untuk meyakinkan bahwa masalah benar-benar terjadi, kepala sekolah

mencari sumber, baik orang maupun sarana yang menguatkan adanya masalah dan

mencari jalan untuk melakukan perubahan. 5) Menerima perubahan. Pada tahap ini

perubahan dimulai, sebagai problem solving untuk memecahkan masalah (Mulyasa,

2006: 186).

Sekolah/Dari pihak masyarakat, khususnya dari pihak orang tua, sekolah efektif ialah

sekolah yang mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat/ keluarga. Dari aspek proses belajar-mengajar, sekolah efektif ialah sekolah

Page 308: Ensiklopedi pendidikan

yang memberikan peluang berlangsungnya proses belajar-mengajar dengan hasil

optimal. Bagaimana dari aspek guru, kepala sekolah, dan dari siswa itu sendiri? Mungkin

banyak lagi pertanyaan dan rumusan yang dapat dibuat (Surya, 2004: 165-166).

Sekolah/Iklim sekolah adalah suasana sosial psikologis di mana iklim kelas berada di

dalamnya (Hadiyanto, 2004:177).

Sekolah/Iklim sekolah merupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus

dialami oleh guru-guru, mempengaruhi mereka dan berdasar pada persepsi kolektif

tingkah laku mereka (Hadiyanto, 2004:178).

Sekolah/Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial yang menentukan pembinaan

pribadi anak dan sosialisasi serta pembudayaan suatu bangsa (Syafaruddin, 2002:88).

Sekolah/Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala

sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah (Mulyasa,

2006:151).

Sekolah/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu: tersedianya

sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan;

penekanan pada becoming tidak semata-mata being; kesempatan bebas terhadap

media kebudayaan; kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai

tantangan; menghargai dan dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain;

toleransi dan minat terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi

yang berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan

penguatan (Arieti dalam Utami Munandar, 2002:197).

Sekolah/Lulusan sekolah khususnya di Indonesia dinilai bermutu rendah dalam

komparasi Internasional (Suderadjat, 2005:4).

Sekolah/Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi

manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan

sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. … Oleh

karena itulah maka dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan,

mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat, melalui kegiatan

ikut membentuk kepribadian anak-anak agar menjadi manusia dewasa yang mampu

berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya (Nawawi, 1982:27).

Sekolah/Perubahan budaya sekolah pada

pokoknya ditentukan oleh atmosfer budaya yang dikembangkan oleh kepala

sekolah bersama dengan guru-guru (Safaruddin, 2002:99).

Sekolah/Setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa

hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu proses pendidikan,

yang pada akhirnya dapat “mewujudkan terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses

aktualisasi potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau

digunakan dalam kehidupan” (Hari Suderadjat, 2005:6).

Sekolah/Tahapan melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap pembuyaran, yang

mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya konvensional dalam PBM dapat

Page 309: Ensiklopedi pendidikan

mengancam kelangsungan hidup sekolah, dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai

sasaran ubah diyakinkan dan dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM,

ditempuh melalui mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM

bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau kegelisahan guru

dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan penurunan teguran atau ancaman

terhadap kejadian yang biasanya terjadi. 2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya

baru dikenalkan, tanggapan baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui

mekanisme identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber

utama informasi / model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber informasi /model

PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain. 3. tahap pembekuan kembali, yang

mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara

sebagai kestabilan dan kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian

penghargaan atas prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi,

1999: 95-97).

Sekolah/Tuntutan terhadap pelayanan terbaik juga menjadi perhatian manajemen mutu

terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. Sekolah-sekolah pada dewasa ini tidak hanya

cukup menawarkan program studi dengan kurikulum tertentu, orang tua dan pelajar

menjadi puas. Akan tetapi, sekolah juga harus menyediakan alat-alat belajar dan

mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan

proses pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan sarana

dan fasilitas belajar yang baik dan fungsional, tempat bermain pelajar, serta pelayanan

yang prima terhadap pelajar, guru, orang tua, dan masyarakat. Situasi dan kondisi

sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi positif bagi mutu proses dan mutu

produk (lulusan) sekolah (Syafaruddin, 2002:37).

Sekolah/Untuk mengembangkan budaya kreatif di sekolah berbagai persyaratan sebagai

berikut: 1. profesionalisme sebagai prasyarat kreativitas mengandung arti seseorang

harus menguasai secara tuntas bidang keahliannya, disertai komitmen dan dorongan

untuk mencapai prestasi yang setingginya. 2. toleransi terhadap perbedaan pendapat,

dengan peningkatan kemampuan dalam penguasaan iptek hanya mungkin terjadi

melalui sintesis dan perpaduan antara perspektif dan argumentasi yang berbeda-beda.

Tradisi (budaya) yang dibangun di lingkungan pendidikan adalah bahwa suatu gagasan

dan pendapat hendaknya benar-benar didasari pemikiran yang jernih dan dudukung

buktibukti yang dapat diuji kebenarannya. 3. keterbukaan, kesediaan dan kesiapan

untuk menerima informasi, gagasan dan nilai baru yang konstruktif. Dengan

keterbukaan kita akan terhindar dari perangkap wawasan sempit yang dapat

menghambat perkembangan kreativitas. Keterbukaan menuntut adanya aturan dan

etika yang jelas sebagai pedoman berpikir dan bertindak. Keterbukaan mensyaratkan

adanya kekenyalan budaya yang berpijak pada jati diri bangsa. Budaya yang kenyal

adalah budaya yang terbuka bagi masuknya unsur budaya yang positif dan konstruktif

serta cukup kuat dalam mencegah masuknya unsur budaya yang destruktif. Agar tidak

Page 310: Ensiklopedi pendidikan

menjurus budaya destruktif, kreativitas harus senantiasa dibingkai nilai etika desertai

keimanan dan ketaqwaan sehingga memberi bobot yang seimbang dalam poses

pembangunan nasional (Wardiman Djojonegoro dalam Supriadi, 1997: vii).

Self-efficacy. Konsep itu berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki

kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan (Bandura,

1977:191-215).

Sementara fungsi keluarga menurut Beirstadt seabagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi

adalah sebagai berikut: 1). Menggantikan keluarga. 2). Mengatur dan menguasai

impuls-impul sexuil. 3). Bersifat membantu. 4). Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan.

5). Menunjukkan status (Ahmadi, 1991:108).

Seorang individu akan berpikir menggunakan pemikiran-pemikiran masa lalu dan

berbagai pengalaman yang akhirnya digabungkan menjadi suatu pemikiran

pengetahuan/ keberadaan baru. Oleh karena itu, bahan-bahan yang dipelajari di

sekolah harus diberikan dalam suatu rangkaian yang teratur (Herbart dalam Smith,

1986:223).

Seperti halnya berlaku untuk guru, pendidikan tenaga kependidikan nonguru (konselor,

laboran, pengembang kurikulum, teknisi sumber belajar, pengelola satuan pendidikan,

pustakawan) perlu dipersiapkan secara matang melalui pendidikan yang struktur

kurikulum dan penyelenggaraannya dirancang dan dilaksanakan dengan baik dan

akuntabel untuk menunjang penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu (cetak

tebal oleh penulis) (Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan (Jalal dan Supriadi, 2001:

251).

Sertifikasi (certification) mengandung makna, jika hasil penelitian atas persyaratan

pendaftaran yang diajukan calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan

kepadanya diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang

dimilikinya (Danim, 2002: 30).

Sikap tersusun atas tiga komponen yang saling menunjang. Robbins (2001)

mengemukakan bahwa sikap ketiga komponen itu, yaitu pengertian (cognition),

komponen keharuan (affect), dan perilaku (behavior ).

Komponen kognitif suatu sikap adalah segmen pendapat

atau keyakinan akan suatu sikap. Komponen afektif dari suatu sikap adalah segmen

emosional atau perasaan dari suatu sikap dan dicermin- kan dalam pernyataan.

Sedangkan komponen perilaku dari suatu sikap merujuk kesuatu maksud untuk

berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu (Robbins,

2001:138).

Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: menerima, merespons, menghargai,

bertanggung jawab (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:130).

Sikap mendidik anak. Bebrapa pedoman umum untuk diketahui sebagaimana berikut

ini: a). Orang tua hendaknya membantu anak-anak dalam memecahkan problem yang

dihadapi anak-anak. Misalnya, menjawab pertanyaan anak-anak tentang dunia dan

Page 311: Ensiklopedi pendidikan

lingkungannya. b). Orang tua hendaknya bijakasana dalam mendidik anak-anaknya agar

dapat berkembang semaksimal dan jangan memaksa tetapi menganjurkan. c).

Memberikan pengarahan pada tindakan anak-anak ke hal-hal yang positif, ingat

terutama pada masa puber, bila tidak ada pengarahan yang baik dapat berakibat

tindakan asusila, krisis kepercayaan, tindakan berandalan dan kewibawaan. d).

Memberikan jawaban, penjelasan, ssegala sesuatu yang perlu diketahui anak dengan

jujur dan disesuaikan dengan perkembangannya. e). Berikan kebebasan pada anak

untuk selalu bertanya kepada anda sebagai orang tua. Adakan hubungan sikap terbuka.

Orang tua merupakan teman dan pelindung bukan polisi yang selalu menghukum

kebebasan anak jangan diartikan membiarkan, tetapi kebebasan dalam arti pengarahan.

f). Ciptakan suasana yang enak di rumah tangga misalkan tentang rukun, gembira dan

aman. g). Jangan menyalahkan anak kalau tak berkembang sesuai dengan masanya,

tetapi koreksilah diri sendiri dahulu bukan mustahil kesalahan terletak pada orang tua

(Kartono, 1992:43).

Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap

yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan

atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap

lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana

pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996:84).

Sikap/An attitude is a learned predisposition to respond in a con- sistently favorable

or unfavorable manner respect to a given object (Hudgins, 1983:288).

Sikap/Lingkungan kerja juga mempengaruhi sikap dalam bekerja se- seorang,

bagaimana iklim lingkungan kerja, perhatian pimpinan terhadap

kinerja karyawan, bagaimana kondisi sosial atau anggota kelompok rekan sekerja

(Robbins, 2001:139).

Sikap/Sikap mental yang sudah berkembang dengan sangat baik dalam diri seseorang

akan memberikan bentuk pada pengalaman orang itu terhadap obyek sikap mereka. Hal

tersebut akan mempengaruhi pemilihan informasi yang ada disekeliling orang tersebut,

mana yang akan diperhatikan dan mana yang akan diabaikan. Sementara sikap

berubah dengan sangat perlahan, dan sikap dapat berganti-ganti bila orang

dihadapkan pada informasi dan pengalaman yang baru (Herbert Kelman dalam

Davidolff, Linda L., 1981:334).

Sikap/Sikap hanya mengandung komponen efektif, tidak mengandung komponen

kognitif dan kecenderungan berperilaku/ konatif. Sikap adalah

predisposisi seseorang untuk menyatakan setuju atau tidak setuju

secara konsisten terhadap sesuatu masalah yang dihadapi (Zamroni, 1992:26).

Sikap/Sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi instrumental atau fungsi

penyesuaian, atau fungsi manfaat. Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini

sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh

mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek

Page 312: Ensiklopedi pendidikan

sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan

bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap

menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap

objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh

mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai

fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri

secara baik terhadap sekitarnya. 2. Fungsi pertahanan ego. Ini merupakan sikap yang

diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil

seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau

egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan ego. 3. Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan

jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan

mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan

keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan

sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. 4. Fungsi pengetahuan. Fungsi

ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.

Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu,

akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini

berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan

tentang pengetahuan orang tersebut objek sikap yang bersangkutan (Katz dalam

Walgito, 1990:110).

Sikap/Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana

individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam

kehidupan (Slameto, 2003:188).

Sikap/Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua

adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap

selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike),

menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu (Berkowitz, dalam

Azwar, 2000: 5).

Sikap/Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

kondisi yang memungkinkan antara lain: fasilitas, faktor dukungan dari pihak lain.

(Soekidjo Nototmodjo, 2003: 133).

Sikap/Tiga komponen tersebut adalah kognitif (cognitive), kom- ponen afektif

(affective), dan komponen konatif (conative) (Azwar, 1995:23).

Sikap/Tipe ukuran sikap yang paling sering dipakai adalah questioner self-report yang

disebut skala sikap dan biasanya meliputi respon setuju atau tidak dalam beberapa

kelompok-kelompok. Ukuran self-report mudah digunakan namun ukuran itu dapat

memiliki sifat kemenduaan (ambiguity) atau adanya ukuran lain. Sikap dari skala sikap

ini adalah isi pernyataan yang berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukuran

Page 313: Ensiklopedi pendidikan

atau pernyataan tidak langsung yang kurang jelas untuk tujuan ukurannya bagi

responden (Bringham dalam Azwar, 2000:138).

Simulasi/Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi (menunjang) penggunaan permainan

simulasi yaitu: 1) Tidak bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk

bermain, di mana manusia cenderung untuk memperoleh kesegaran moril dengan

menikmati permainan yang ada. Kesegaran ini diperoleh dari karakteristik yang ada

dalam setiap permainan, termasuk permainan simulasi, yaitu menarik, memikat, penuh

variasi, dan menggairahkan. Dalam praktik diketemukan gejala yang berupa

kecenderungan untuk bermain simulasi dan bermain lagi tanpa ada rasa bosan yang

menyelubungi. 2) Praktis: permainan simulasi sangat mudah dilaksanakan karena

peraturan-peraturan permainannya dapat dicerna oleh masyarakat tua, muda, pria

maupun wanita bahkan oleh anak-anak. Disamping itu, permainan simulasi dapat

dilaksanakan setiap saat, tergantung kemauan kelompok. 3) Ekonomis; sarana untuk

menyelenggarakan permainan simulasi sangat murah dan mudah didapat, misalnya

papan bermain dapat dibuat dari bahan kertas atau kalau tidak ada kertas, permainan

dapat dilakukan diatas lantai, untuk tanda permainan dapat digunakan pecahan genting

dan sejenisnya. 4) Tepat Guna; permainan simulasi dapat menyampaikan informasi

mengenai kesadaran sosial, saling menghormati, mensyukuri nikmat maupun pesan-

pesan pembangunan, disamping itu dapat mengungkapkan aspirasi perasaan dan

pendapat masyarakat. 5) Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. 6)

Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap,

dan kurang motivasinya. 7) Simulasi melatih siswa agar mampu berfikir kritis (Zuhairini

dkk., 1983:117).

Simulasi/Dalam penerapan metode simulasi memiliki beberapa aturan sebagai berikut:

a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima

orang. b. Guru menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap

kelompok. c. Guru berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang

bahasa. d. Kesalahan umum dibicarakan secara umum. e. Diusahan agar anggota

kelompok berani mengemukakan pendapat. f. Guru mencatat kesalahan yang selalu

muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi. g. Untuk memperbaiki

kesalahan, sebaiknya siswa yang memperbaikinya (Suyatno dkk, 2008: 23).

Simulasi/Kelebihan dari metode simulasi antara lain: a. Memupuk daya cipta, sebab

simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masing-masing dalam membawakan

peranannya. b. Simulasi dapat dijadikan sebagai sebgai bekal siswa untuk menghadapi

situasi sebenarnya yang akan dihadapi di lingkungan yang lebih luas. c. Simulasi dapat

membiasakan dan memberikan keterampilan kepada siswa untuk menanggapi dan

bertindak secara spontan. d. Memupuk keberanian dan kemantapan siswa didepan

orang banyak. e. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman

tidak langsung yang diperlukan siswa dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang

problematis. f. Siswa berkesempatan menyalurkan perasaan yang tependam, sehingga

Page 314: Ensiklopedi pendidikan

memperoleh kesegaran, kepuasan serta kesehatan jiwa kembali. g. Dapat

mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki siswa, misalnya dalam

seni drama. h. Siswa dapat belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain

(Suyatno dkk, 2008: 32).

Simulasi/Kelemahannya ialah: a. Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum

dapat dilaporkan lebih riset. b. Terlalu mahal biayanya. c. Banyak orang meragukan

hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang penting. d.

Menghendaki pengelompokkan yang fleksibel;perlu ruang dan gedung. e. Menghendaki

banyak imajinasi dan guru maupun siswa. f. Menimbulkan hubungan informasi antara

guru dan siswa yang melebihi batas. g. Sering mendapat kritik dari orang tua karena

dianggap permainan saja (Suyatno dkk, 2008: 32).

Simulasi/Keseluruhan perlengkapan permainan simulasi yang siap dimainkan tersendiri

dari: 1) Lembaran permainan, yang memuat pesan-pesan dan gambar-gambar yang

sesuai dengan topik permainan. 2) Kartu-kartu pesan, yang berisi pesan-pesan yang

tidak dipaparkan dalam lembaran permainan. Kartu-kartu ini dapat diberi tanda khusus,

misalnya bintang, bendera merah putih, gambar buah-buah dan lainlain. 3) Alat penentu

langkah dapat berupa dadu, kubus yang dituliskan angka 1,2,3,4, atau kartu-kartu yang

berisi angka-angka 1-13 atau gulungan kertas (lot) yang bertuliskan angka 1-6. 4)

Tanda untuk bermain bagi masing-masing pemain, dapat berupa segi empat dari kertas

manila, atau benda-benda lainnya misalnya kancing baju, uang logam dan lain-lain

(Nasih & Kholidah, 2009:145).

Simulasi/Langkah-langkah Permainan Simulasi: a. Meneliti masalah yang banyak dialami

anak. Terutama yang menyangkut bidang pendidikan dan sosial. b. Merumuskan tujuan

yang ingin dicapai dalam permainan itu. Dalam melakukan hal ini anggota kelompok

atau siswa supaya diikutsertakan. c. Membuat daftar sumber-sumber yang dapat

dipakai untuk membantu menyelesaikan topik yang akan digarapnya, misalnya alat-alat

yang diperlukan, buku sumber, dan waktu yang sesuai untuk mengerjakan tugas antara

guru dan siswa. d. Memilih situasi dalam kehidupan sebenarnya yang ada kaitannya

dengan kehidupan siswa. Pelajari stuktur situasi tersebut, dan aturanaturan yang

mengatur perilaku mana yang dibolehkan dan perilaku mana yang tidak boleh

dilakukan. e. Membuat model atau skenario dari situasi yang sudah dipilih, untuk

permainan yang akan dimainkan selama 45 menit dapat dibuat 10-13 pesan termasuk

pesan yang ditulis dalam kartu terpisah. Isi masingmasing pesan harus disesuaikan

dengan keadaan dan kejadian yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.

Identifikasi siapa saja dan berapa orang yang akan terlibat dalam permainan tersebut.

Pemegang peran apa saja yang diperlukan dan apa peran masing-masing. Apakah

pemain bermain dalam satu kelompok atau lebih dari satu kelompok. f. Membuat alat-

alat permainan simulasi. Misalnya; beberan, kartu-kartu pesan, kartu-kartu yang berisi

kegiatan yang harus dilakukan untuk mengisi kegiatan selingan dan sebagainya (Nasih

& Kholidah, 2009:143).

Page 315: Ensiklopedi pendidikan

Simulasi/Pemakaian metode simulasi akan mencapai tujuan yang maksimal apabila

menerapkan beberapa prinsip di bawah ini, yaitu: a. Simulasi dilakukan oleh kelompok

siswa. b. Semua siswa harus dilibatkan sesuai dengan peranannya. c. Penentuan topik

disesuaikan dengan kemampuan kelas tingkat sekolah, dan situasi tempat. d. Petunjuk

simulasi disiapkan terlebih dahulu. e. Dalam kegitan simulasi harus mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. f. Harus diingat bahwa simulasi bertujuan untuk

membentuk keterampilan anak didik agar mereka dapat menghadapi kenyataan hidup

dengan baik. g. Pelaksanaan simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan

berurutan. h. Dalam proses simulasi hendaknya dapat terintegrasikan beberapa ilmu,

terjadinya sebab akibat, pemecahan masalah, dan sebagainya (Arief, 2002:184).

Simulasi/Pengertian operasional dari metode simulasi adalah suatu usaha untuk

memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau keterampilan

tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (Arief, 2002:183).

Simulasi/Penggunaan metode simulasi memiliki beberapa alasan sebagai berikut: a. Ada

situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata dalam situasi

sebenarnya, misalnya keadaan bulan dan rotasi bumi dan bulan, serta matahari atau

keadaan kebakaran pasar, keadaan perang, dan sebagainya. b. Terdapat konsep-konsep

yang harus diresapi dan dan dirasakan peserta didik secara langsung, misalnya suasana

perjuangan atau mempertahankan kemerdekaan, saling hormat menghormati sesama

manusia, dan sebagainya. c. Menanamkan sikap-sikap normatif kepada peserta didik

yang harus direfleksikan dalam apresiasi jiwa. d. Agar peserta didik dapat berperan dan

berkomunikasi dengan baik (Sumantri dkk., 1998/1999:162).

Simulasi/Permainan simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya membantu

siswa untuk mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan-

aturan sosial. Dalam hal ini peserta permainan dapat memerankan peran yang sama

sekali asing baginya. Permainan simulasi hampir sama dengan permainan peranan tetapi

dalam permainan simulasi kadang-kadang pemain menghalangi pemain lainnya.

Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik bermain peran

dengan teknik diskusi (Nasih & Kholidah, 2009:141).

Simulasi/Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena: a. Menyenangkan siswa. b.

Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa. c. Memungkinkan

eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d.

Mengurangi hal-hal yang verbalitas atau abstrak. e. Tidak memerlukan pengarahan yang

pelik dan mendalam. f. Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi

kemingkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang

sehat. g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/kurang cakap. h.

Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. i. Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat

abilitas yang berbeda-beda (Roestiyah, 2008:22).

Simulasi/Topik-topik dalam permainan simulasi disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan latar belakang lingkungan anak, dengan demikian mereka tidak

Page 316: Ensiklopedi pendidikan

merasa melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai. Permainan simulasi cocok dipakai

untuk memotivasi anak belajar, terutama bila bahan pelajaran yang dipelajari kurang

menarik. Permainan simulasi selain berguna untuk memperkenalkan konsep-konsep

dan menanamkan pengertian tentang sesuatu hal juga mempunyai kekuatan untuk

membangkitkan minat dan perhatian anak (Zuhairini dkk.,1983: 115).

Simulasi/Tujuan penggunaan metode simulasi adalah sebagai berikut: a. Melatih

keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari- hari. b. Membantu

mengembangkan sikap percaya diri pedeserta didik. c. Mengembangkan persuasi dan

komunikasi. d. Melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang dapat digunakan memecahkan masalah. e. Meningkatkan

pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari. f. Meningkatkan keaktifan

belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serupa

dengan kejadian yang sebenarnya (Sumantri dkk., 1998/1999: 161).

Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 dikemukakan Pendidikan Nasional bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman dan bertqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetauhan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan (UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4).

Sistem/Karakteristik sistem terbuka: 1) Mendatangkan energi. 2) Mentransformasikan

energi. 3) Mengekspor hasil. 4) Sebuah rangkaian peristiwa. 5) Negentropi. 6) Balikan

negative. 7) Homeostatis. 8) Diferensiasi. 9) Ekuifinalitas. (Mudyahardjo, 2001:46-47).

Sistem/Karakteristik teori sistem: 1) Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian-

bagian adalah hal yang kedua. 2) Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara

bagian-bagian dalam satu sistem. 3) Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan

yang tak dapat dipisahkan. 4) Bagian-bagian memainkan peranan mereka dalam

kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan. 5) Sifat bagian dan fungsinya

dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan-

hubungan bagiannya. 6) Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau

sebuah konfigurasi dari energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak

kompleks. 7) Segala sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan

bagian-bagian serta hubungan-hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-

angsur (Mudyahardjo, 2001:41-42).

Sistem/Tipe-tipe sistem: 1) Sistem alami dan sistem buatan. Sistem alami merupakan

benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hokum-hukum

alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat diramalkan secara ilmiah.

Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang, dilaksanakan, dandikendalikan

oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan

hasil diatur manusia. 2) Sitem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah

sistem yang struktur bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan

Page 317: Ensiklopedi pendidikan

lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian-

bagian tersusun secara tetap dan bentuk organisasinya berjalan otomatis. Sistem

terbuka adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dengan

masukan dari lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah, dalam usaha dapat

mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk

operasinya dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah karakteristik

dan posisinya (Mudyahardjo, 2001:45-46).

Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat yang lebih tinggi ketika

mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang yang lebih ahli atau melalui teman

sejawat yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011:1

67).

Siswa/Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan

menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat

tercapai (Sardiman, 1988: 84-85).

Siswa/Kedudukan siswa sendiri sebagai salah seorang warga negara Indonesia, juga

memiliki hak dan kewajiban dalam pendidikan nasional, sebagaimana yang tertuang

dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hak

peserta didik menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, antara lain: a). Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; b). Mendapatkan pelayanan

pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; c). Mendapatkan beasiswa

bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; d).

Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai

pendidikannya; e). Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain

yang setara; f). Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar

masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Siswa/Kewajiban peserta didik menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, antara lain: a). Menjaga norma-norma pendidikan untuk

menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; b). Ikut menanggung

biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari

kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(UU.20.2003).

Siswa/Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar (Slameto, 2003:109).

Snowball throwing/Langkah-langkah metode pembelajaran snowball throwing adalah

sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) Guru membentuk

kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi, 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke

kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh

guru kepada temannya, 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja

Page 318: Ensiklopedi pendidikan

untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan

oleh ketua kelompok, 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari

satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit, 6) Setelah siswa mendapat

satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7)

Guru memberikan kesimpulan, 8) Evaluasi, 9) Penutup (Kisworo, 2008: 11).

Snowball throwing/Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode

pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua

kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat

pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain

yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo,

2008:11).

Sorogan/Istilah sorogan berasal dari kata Sorog (Jawa) yang berarti menyodorkan kitab

ke depan kyai atau asistennya (Nata, 2001:108).

Sorogan/Metode Sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana santri maju satu persatu

untuk menbaca dan menguraikan isi kitab atau al-Quran di hadapan seorang guru atau

kyai (Wahyu Utomo,yamg dikutip A.Arif, 2002:150).

Sorogan/Pengertian metode sorogan terdiri dari dua kata, yaitu metode dan sorogan.

Kata “metode” mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu

tujuan. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos berarti. “jalan atau cara

(Arifin, 2003:65).

Sorogan/Sorogan sebagai cara mengajar per kepala, yaitu setiap santri mendapat

kesempatan tersendiri untuk memperoleh pelajaran secara langsung dari kyai

(Hasbullah, 1995:145).

Sosialisasi/Sosialisasi merupakan proses memilih dan mencari: nilai, sikap, minat,

keterampilan, dan pengetahuan yang berkaitan dengan profesi atau pembudayaan

profesi (Merton dalam Power, 1992: 37).

SQ3R/Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson yang secara spesifik

dirancang untuk memahami isi teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah dan

laporan penelitian (Syah, 1995:130).

STAD/Dalam metode pembelajaran STAD, para siswa didalam kelas dibagi menjadi

beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok

(Nurhadi dkk., 2004:65).

STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapan-tahapan dalam

penyelenggaraan yaitu: – Tahap penyajian materi, Tahap kegiatan kelompok, Tahap tes

individu, Tahap penghitungan skor perkembangan individu, Tahap pemberian

penghargaan (Isjoni, 2007: 51).

STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapan-tahapan dalam

penyelenggaraan yaitu: Tahap penyajian materi. 2) Tahap kegiatan kelompok. 3) Tahap

Page 319: Ensiklopedi pendidikan

tes individu. 4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu. 4) Tahap pemberian

penghargaan (Isjoni, 2007:51)

STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Deviasion) dikembangkan oleh Robert

Slavin dan kawan-kawannyadi Universitas John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004:64).

STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Deviasion) dikembangkan oleh Robert

Slavin dan kawan-kawanya dari Universitas John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004:64).

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan

peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalamsuatu mata pelajaran. (Warsita,

2008:24).

Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pembelajaran dalam mengelola

kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis

sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasaioleh peserta didik secara efektif

dan efisien (Warsita, 2008:25).

Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan skema-skema. Seorang

individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus

disebabkan karena bekerjanya schemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis,

sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya (Jean Piaget dalam

Suherman, 2001: 38).

Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas),yaitu kumpulan skema-skema. Seorang

individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus

disebabkan karena bekerjanya schemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis,

sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya (Suherman, 2001:38).

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Lofland dan Lofland dalam Moleong,

2007:157).

Supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara

individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (Sahertian,

2000:19).

Supervisi dapat dimengerti sebagai kegiatan

pengawas sekolah yang menyelenggarakan kepengawasan dengan tugas pokok

mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, bimbingan, contoh, dan saran

kepada guru pembimbing (guru kelas) dan tenaga lain dalam bimbingan dan konseling

di sekolah (Prayitno, 2001:24).

Supervisi antara lain meliputi aspek teknologi pengajaran, teori kurikulum,

kokurikuler, interaksi kelompok, sikap, tanggung jawab, bimbingan dan konseling,

disiplin, proses belajar mengajar, komunikasi, teori kepribadian, filsafat pendidikan,

dan sejarah pendidikan (Oliva, 198:13).

Supervisi dalam bidang pendidikan dimaksudkan sebagai upaya mengutamakan

pelayanan kepada guru yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mereka bekerja

lebih baik dari sebelumnya (Purwanto, 1998:24).

Page 320: Ensiklopedi pendidikan

Supervisi dibutuhkan di sekolah menengah karena: a) Adanya pertumbuhan yang pesat

dari sekolah-sekolah menengah dan meningkatnya jumlah murid-muridnya, sehingga

menyebabkan timbulnya masalah-masalah pengajaran, yang mana membutuhkan

adanya program supervisi yang baik. b) Guru-guru sekolah menengah hanya terbatas

dari lulusan sekolah pendidikan guru yang secara terbatas dipersiapkan dalam hal

mengajar. Oleh karena itu, bagi mereka dibutuhkan pembinaan yang baik. c) Adanya

perubahan metode-metode mengajar yang lebih menekankan perbedaan-perbedaan

individual, hal ini menuntut adanya pembinaan bagi guru yang pada umumnya kurang

pengalaman dalam menggunakan metode-metode yang baru (Sardjonopriyo, 1992:3-

4).

Supervisi dilakukan oleh pengawas dan atau kepala sekolah (Sukardi, 2000:242).

Supervisi guru pembimbing di sekolah-sekolah kita lebih difokuskan kepada supervisi

administratif, kurang menekankan pada aspek supervisi klinis dan pengembangan

(Taufiq, 2003:5).

Supervisi merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di

lapangan. Supervisi menekankan kepada pertumbuhan profesional dengan inti

keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh kepribadian dan sikap professional

(Gaffar, 1987:158-159).

Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai

supervisor (Mulyasa, 2004: 111).

Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi

yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat

konstruktif, supervise yang bersifat kreatif. 1). Supervisi yang bersifat korektif –

Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk mencari-cari kesalahan orang

yang disupervisi (guru-guru). 2). Supervisi yang bersifat preventif – Kegiatan supervisi

ini lebih menekankan usaha untuk melindungi guru-guru dari berbuat salah. Guru-guru

selalu diingatkan untuk tidak melakukan kesalahan dengan memberikan mereka

batasan-batasan, larangan-larangan atau sejumlah pedoman dalam bertindak. 3).

Supervisi yang bersifat konstruktif Tipe supervisi jenis ini ialah supervisi yang

berorientasi ke masa depan, menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan, belajar

dari pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara antusias mengusahakan

perkembangan. 4). Supervisi yang bersifat kreatif – Kegiatan supervisi ini, lebih

menekankan pada usaha menumbuhkembangkan daya kreatifitas guru, dimana peran

kepala sekolah hanyalah sebatas mendorong dan membimbing (Briggs dalam Lazaruth,

1988:33).

Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi

yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat

konstruktif, supervisi yang bersifat kreatif (Briggs dalam Lazaruth, 1988:33).

Page 321: Ensiklopedi pendidikan

Supervisi/5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi sebagai inspeksi, laissez

faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai latihan bimbingan (Burton dan

Brueckner dalam Purwanto, 2002:92).

Supervisi/Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka kepala sekolah sebagai

supervisor ia harus memiliki ketrampilan dasar sebagai seorang supervisor yaitu: 1)

keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, 2) keterampilan dalam proses

kelompok, 3) keterampilan dalam kepemimpinan kependidikan, 4) keterampilan dalam

mengatur personalia sekolah dan 5) keterampilan dalam evaluasi (Kimball Wiles dalam

Sehartian, 2000:18).

Supervisi/Apabila supervisi

dimengerti sebagai kegiatan pengawasan, maka pengawasan adalah

kegiatan yang amat penting dalam menilik, dan mengarahkan fungsi- fungsi

manajemen lainnya (Sukardi, 2003:150).

Supervisi/Beberapa prinsip positif dan prinsip negatif dalam supervisi pendidikan. 1).

Prinsip positif: a). Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif. b).

Supervisi harus kreatif dan konstruktif. c). Supervisi harus scientific dan efektif. d).

Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru. e). Supervisi

harus berdasarkan kenyataan. f). Supervisi harus memberikan kesempatan kepada

supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation. 2). Prinsip negative: a).

Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter. b). Seorang supervisor tidak boleh

mencari kesalahan pada guru-guru. c). Seorang supervisor bukan inspektur yang

ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan

dilaksanakan dengan baik.d). Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih

tinggi dari para guru. e). Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan

hal kecil dalam cara guru mengajar. f). Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa,

bila ia mengalami kegagalan (Soetopo dan Soemanto, 1984:42-44).

Supervisi/Ciri supervisi klinis adalah: a. Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi

atau memerintah, tetapi tercipta hubungan manusiawi. b. Supervisi timbul dari harapan

dan dorongan guru pembimbing sendiri. c. Tingkah laku melakukan kegiatan/mengajar

merupakan satuan yang terintergrasi, maka harus di analisis. d. Suasana dalam supervisi

harus penuh dengan kehangatan, kedekatan dan keterbukaan. e. Aspek yang disupervisi

tidak hanya keterampilan melaksanakan tugas tetapi juga aspek kepribadian. f.

Instrumen Observasi yang digunakan merupakan hasil kesepakatan antara kepala

sekolah dengan guru pembimbing. g. Balikan harus cepat diberikan dan harus obyektif.

h. Percakapan balikan harus datang dari guru pembimbing lebih dulu bukan dari kepala

sekolah (Sahertian, 2000:38-39).

Supervisi/Dalam melaksanakan supervisi bimbingan konseling, supervisor hendaknya

bekerja sesuai dengan proses yang teratur yaitu melalui langkah-langkah: a)

perencanaan program supervisi, b) pengumpulan dan penilaian data, c) menganalisis

Page 322: Ensiklopedi pendidikan

hasil penilaian, d) melaksanakan pembinaan, e) menyusun laporan hasil supervise

(Prayitno, 2001:33).

Supervisi/Delapan fungsi supervisi: 1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2)

Memperlengkapi kepemimpinan sekolah; 3) Memperluas pengalaman guru-guru; 4)

Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5) Memberikan penilaian dan fasilitas yang

terus menerus; 7) Memberikan pengetahuan atau skill kepada setiap anggota staf; 8)

Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru-

guru (Sahertian, 1991:26).

Supervisi/Fungsi kegiatan supervisi pendidikan dirinci sebagai berikut: 1).

Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2). Melengkapi kepemimpinan sekolah; 3).

Memperluas pengalaman guru-guru; 4). Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5).

Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; 6). Menganalisis situasi belajar

dan mengajar; 7). Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota

staf; 8). Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan

guru-guru dalam mengajar (Lazaruth, 1988:34).

Supervisi/Fungsi kepengawasan layanan bimbingan antara lain memantau, menilai,

memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di

sekolah (Depdikbud, 1994:20).

Supervisi/Fungsi supervisi adalah proses membantu para guru dalam memecahkan

masalah-masalah yang mengganggu dan menghalangi berlangsungnya efektifitas

dalam proses pendidikan (Gaffar, 1992:144).

Supervisi/Fungsi supervisi dibedakan menjadi dua bagian besar yakni: 1). Fungsi utama

ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan

pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. 2). Fungsi tambahan

ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik

dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri

dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat (Pidarta, 1999:

15-19).

Supervisi/Fungsi supervisi pendidikan ialah penelitian, evaluasi, perbaikan, dan

pembinaan (Soepardi, 1988: 68-69).

Supervisi/Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-hal sebagai berikut: 1).

Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam

menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. 2). Mengembang dan mencari

metode-metode belajar mengajar yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik

dan lebih sesuai 3). Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru

dan siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf

sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan. 4). Berusaha

meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai sekolah dengan

cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk work shop, seminar, in

service training, up grading, dan sebagainya (Depag, 2004: 29).

Page 323: Ensiklopedi pendidikan

Supervisi/Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu para guru

memperoleh arah diri dan memecahkan sendiri masalah-masalah pengajaran yang

mereka hadapi (Sagala 2003:233).

Supervisi/Made Pidarta mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi lebih bersifat

proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh

personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan

yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong

mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Pidarta, 1999: 2).

Supervisi/Melaksanakan supervisi bimbingan konseling, supervisor hendaknya bekerja

sesuai dengan proses yang teratur yaitu melalui langkah-langkah: a) perencanaan

program supervisi, b) pengumpulan dan penilaian data, c) menganalisis hasil penilaian,

d) melaksanakan pembinaan, e) menyusun laporan hasil supervise (Prayitno, 2001:33).

Supervisi/Metode yang dipakai dalam melaksanakan supervisi dinamakan teknik

supervisi yang dapat berupa teknik individual apabila melaksanakan supervise terhadap

perseorangan dan teknik kelompok apabila melakukan supervisi terhadap sekelompok

guru (Pidarta (1992: 209).

Supervisi/Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan

memperbaiki proses belajar-mengajar secara total (Purwanto, 2002: 77).

Supervisi/Prinsip supervisi klinis meliputi: a. Supervisi dilaksanakan berdasarkan

inisiatif dari guru pembimbing b. Hubungan manusiawi bersifat interaktif dan rasa

kesejawatan c. Suasana bebas, guru pembimbing bebas untuk mengemukakan

pandangan nya, kepala sekolah berusaha untuk memahami apa yang diharapkan oleh

guru pembimbing d. Obyek kajian adalah kebutuhan profesional yang nyata dialami oleh

guru pembimbing e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus

diperbaiki (Sahertian, 2000:39).

Supervisi/Prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Supervisi yang bersifat konstruktif. 2)

Supervisi yang bersifat realistis. 3) Supervisi yang bersifat demokratis. 4) Supervisi yang

bersifat objektif (Lazaruth, 1988: 33).

Supervisi/Sergiovanni dalam Pidarta (1999) mengemukakan pernyataan bahwa: 1).

supervisi lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses yang

digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek

tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain,

untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam Pidarta,

1999: 2).

Supervisi/Supervisi: “…is considered the province of those responsible for instructional

improvement. While we hold this view, we add to this instructional emphasis

responsibility for all school goals which are achieved through or dependent upon the

human organization of the school (Sergiovanni dalam Bondi & Wiles, 1986: 9).

Page 324: Ensiklopedi pendidikan

Supervisi/Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari

organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin dicapai supervisi, maka

hal itu merupakan tujuan supervise (Pidarta, 1999: 15).

Supervisi/Teknik supervisi yang dapat dipakai oleh supervisor menurut Pidarta (1992:

210) meliputi: “…observasi kelas, pertemuan formal, pertemuan informal, rapat guru,

kunjungan kelas, supervisi sebaya, supervisi dengan mengunjungi sekolah lain, dan

supervisi melalui pertemuan-pertemuan pendidikan.

Supervisi/Teknik supervisi. Bila ditinjau dari banyaknya guru, terdiri dari: a). Teknik

kelompok: Adalah teknik supervisi yang dipakai oleh supervisor manakala terdapat

banyak guru yang mempunyai masalah yang sama. Teknik-teknik yang dapat dipakai

antara lain; rapat guru-guru, workshop, seminar, konseling kelompok. b). Teknik

perorangan, Adalah teknik yang dipergunakan apabila sesorang guru memiliki masalah

khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik-teknik yang dapat

dipakai antara lain; orientasi bagi guru-guru baru, kunjungan kelas, individual

converence, dan intervisitation. 2). Bila ditinjau dari cara menghadapi guru, terdiri dari:

a). teknik langsung: (1) menyelenggarakan rapat guru, (2) kunjungan kelas, (3)

menyelenggarakan workshop, (4) mengadakan converence. b). Teknik tidak langsung:

(1) melalui questioner, (2) melalui buku presensi guru, (3) melalui jurnal mengajar, (4)

melalui buku piket guru, (5) melalui bulletin board, 3). Bila ditinjau dari banyaknya guru

dan cara menghadapi guru, terdiri dari: a). Teknik kelompok, Yaitu teknik yang

digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.

Teknik-teknik itu antara lain: (1) pertemuan orientasi bagi guru baru, (2) rapat guru, (3)

studi kelompok antar guru, (4) diskusi, (5) tukar-menukar pendapat (sharing of

experience), (6) lokakarya (workshop), (7) diskusi panel, (8) seminar, (9) pelajaran

contoh (demonstration teaching), (10) bulletin supervise, (11) mengikuti diklat, (12)

membaca langsung, (13) symposium. b). Teknik individual/ perorangan: (1) kunjungan

kelas (classroom visitation), (2) kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya, (3)

kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya, (4) kunjungan atas undangan, (5)

observasi kelas (classroom observation), (6) percakapan pribadi (individual conference),

(7) percakapan pribadi setelah kunjungan kelas, (8) percakapan pribadi melalui

percakapan sehari-hari, (9) saling mengunjungi kelas, (10) menilai diri sendiri (self

evaluation) (Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 1984:44-53).

Supervisi/Teknik-teknik yang digunakan dalam supervisi pendidikan antara lain: 1).

Mengadakan kunjungan kelas. 2). Mengadakan kunjungan observasi. Ada 2 macam

observasi kelas: (a) Observasi langsung; (b) Observasi tak langsung. 3). Membimbing

guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa atau mengatasi masalah yang

dialami siswa. 4). Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan

pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain: (a) Menyusun program catur

wulan/semester. (b) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran. (c)

Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas. (d) Melaksanakan teknik-teknik

Page 325: Ensiklopedi pendidikan

evaluasi pengajaran. (e) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar

mengajar. (f) Mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler (Harahap,

1983:11).

Supervisi/Terdapat 5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi sebagai

inspeksi, laissez faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai latihan bimbingan.

Dari pendapat mengenai tipe-tipe supervisi oleh kepala sekolah tersebut, maka dapat

diuraikan sebagai berikut: 1). Supervisi sebagai inspeksi – Tipe supervisi ini adalah

kegiatan pengawasan yang semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan

guru atau bawahan. Inspeksi dijalankan dengan maksud untuk mengawasi apakah guru

atau bawahan sudah menjalankan apa yang sudah diinstruksikan. Jadi pada intinya,

inspeksi berarti kegiatan mencari-cari kesalahan. 2). Laissez faire – Kepengawasan tipe

ini sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan laissez faire adalah tipe supervisi yang

membiarkan guru-guru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa bimbingan dan

petunjuk. 3). Coercive supervision Tipe supervisi ini hampir serupa dengan inspeksi,

tipe supervisi ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si pengawas

bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut

pendapatnya sendiri. 4). Supervisi sebagai latihan bimbingan Supervisi ini lebih

menekankan kepada pemberian latihan dan bimbingan kepada guru-guru dalam

melaksanakan tugasnya (Burton dan Brueckner dalam Purwanto, 2002:92).

Supervisi/Tujuan konkrit dari supervisi pendidikan secara nasional antara lain: 1).

Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. 2). Membantu guru

dalam membimbing pengalaman belajar murid. 3). Membantu guru dalam

menggunakan alat pengajaran modern, metode-metode, dan sumber-sumber

pengalaman belajar. 4). Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil

pekerjaan guru itu sendiri. 5). Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka

merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya. 6). Membantu guru-guru agar waktu

dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah (Hendiyat Soetopo

dan Wasti Soemanto, 40-41).

Supervisi/Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi belajar mengajar atau

bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya (Sukardi, 2000:241).

Supervisi/Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sehingga dalam

hal ini bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga untuk pengembangan

potensi kualitas guru (Sehartian, 2000:19).

Supervisi/Tujuan supervisi antara lain membantu guru-guru agar dapat: 1) Melihat

dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan; 2) Membimbing anak didik dalam proses belajar

mengajar; 3) Mengefektifkan penggunaan sumber-sumber belajar; 4) Mengevaluasi

kemajuan belajar anak didik, teman-temannya dan masyarakat; dan 5) Mencintai

Page 326: Ensiklopedi pendidikan

tugasnyaa agar dapat melaksanakan dengan penuh rasa tangung jawab (Lazaruth, 1994:

34).

Supervisi/Tujuan supervisi bimbingan konseling menurut jenisnya yaitu: 1) Tujuan

supervisi klinis adalah peningkatan keterampilan profesional dan fungsi-fungsi etis

konselor. 2) Tujuan supervisi pengembangan adalah peningkatan program bimbingan

dan konseling dan pengejaran perkembangan profesional konselor. 3) Tujuan supervisi

administratif adalah jaminan bahwa konselor mempunyai kebiasaan pekerjaan yang

patut dilakukan, mematuhi hukum dan kebijakan, hubungan baik dengan staf sekolah

yang lain dan orang tua, dan kegiatan pendidikan lainnya yang secara efektif dikerjakan

di sekolah (Taufik, 2003:4).

Supervisi/Tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan keterampilan profesional dan

fungsi-fungsi etis konselor (Taufik, 2003:4).

Supervisi/Tujuan supervisi membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan

sekolah sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar mengajar yang sebaik-baiknya (Buku

Petunjuk Pelaksanaan Supervisi di Sekolah, 1994:3).

Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan

mengajar yang lebih baik (Soetopo dan Soemanto, 1984: 40).

Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan

mengajar yang lebih baik (Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 1984: 40).

Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan dibedakan menjadi: 1). Tujuan akhir adalah

untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang bersifat total).

Dengan demikian sekaligus akan dapat memperbaiki masyarakat. 2). Tujuan kedua ialah

membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke

waktu secara kontinyu (dalam rangka menghadapi tantangan perubahan jaman). 3).

Tujuan dekat ialah bekerjasama mengambangkan proses belajar mengajar yang tepat.

Tujuan-tujuan tersebut perlu ditambah dengan; 4). Tujuan perantaraan ialah membina

guru-guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja

secara manusiawi (Sergiovanni dalam Pidarta, 1999: 20).

Supervisi/Yang dapat menjadi petugas supervisi di sekolah adalah: 1) kepala sekolah,

2) Pengawas sekolah, 3) koordinator bidang studi yang sudah berpengalaman, dan 4)

ketua laboratorium senior (Pidarta, 1995:52).

Supevisi/Tujuan supervisi bimbingan konseling adalah untuk: 1) Mengendalikan kualitas

pelaksanaan layanan bimbingan konseling dan hasilnya, 2) Mengembangkan

profesionalisme petugas bimbingan konseling/guru pembimbing dan 3) memotivasi

petugas bimbingan konseling/guru pembimbing agar dapat berkelanjutan

melaksanakan kegiatankegiatan bimbingan konseling, menemukan dan memperbaiki

kesalahan dan kekurangan (Abimanyu, 2005:2).

Taman Siswa/Dewantara, 1962: 4) bahwa ”Dalam pendidikan harus senantiasa diingat

bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga macam: berdiri sendiri, tidak tergantung pada

orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Beratlah kemerdekaan itu! Bukan hanya

Page 327: Ensiklopedi pendidikan

tidak terperintah saja,akan tetapi harus dapat menegakkan dirinya dan mengatur

perikehidupan dengan tertib. Hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan

dengan kemerdekaan orang lain.

Taman Siswa/Ki Hajar dewantara memberikan gambaran mengenai Pancadarma itu

sebagai berikut: ”berikan kemerdekaan kepada anak-anak kita; bukan kemerdekaan

yang leluasa, tetapi yang terbatas oleh tuntutan-tuntutan kodrat alam yang nyata, dan

menuju kearah kebudayaan, yaitu keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar

kebudayaan itu dapat menyelematkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri

dan masyarakat, maka perlulah dipakai dasar kebangsaan, akan tetapi jangan sekali-

kali dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar

kemanusiaan (Dewantara, 1959).

Taman Siswa/Sistem pendidikan itu dikembangkan berdasarkan lima asas yang dikenal

sabagai panca Darma Taman Siswa, Panca Darma ini meliputi: 1) Asas kemerdekaan

yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup tinggi, baik hidup sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat. 2) Asas kodrat alam,yang berartiu bahwa pada

hakikatnya manusia itu, sebagai mahluk, adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak

dapat lepas dari alam, tetapi ia akan berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan

kodrat alam yang mengandung kemajuan itu. Oleh karena itu, setiap individu harus

berkembang dengan sewajarnya. 3) Asas kebudayaan,yang berarti bahwa pendidikan

harus membawa kebudayaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan

zaman, kemajuan dunia dan kepentingan rakyat lahir batin pada setiap zaman dan

keadaan. 4) Asas kebangsaan yang tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan,

malah harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata, dan oleh karena itu tidak

mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu

dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak

menuju ke arah kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa. 5) Asas kemanusiaan

yang menyatrakan bahwa darma setiap manusia itu adalah perwujudan kemanusiaan

yang harus terlihat pada kesucian batin dan adanya rasa cinta kasih terhadap sesama

manusia dan terhadap mahluk Tuhan seluruhnya (Natawidjaya, ed., 1978).

Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran (Sanjaya,

2007: 127).

Teknik korelasional/Tujuan teknik korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti

berdasarkan hasil pengumpulan data, apakah terdapat hubungan antara variabel atau

tidak. (2) untuk menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel tersebut kuat,

sedang atau lemah. dan (3) ingin memperoleh kepastian secara matematis apakah

hubungan antar variabel merupakan hubungan yang meyakinkan (signifikan) atau

hubungan yang tidak meyakinkan (Sudijono, 2004: 188).

Teknologi komunikasi adalah perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware

software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi yang

bertujuan agar komunikasi berhasil (komunikatif). Teknologi komunikasi lebih

Page 328: Ensiklopedi pendidikan

menekankan pada perangkat elektronik. Bahwa yang dimaksud teknologi komunikasi

adalah mikro computer, teleconferencing, teleteks, videoteks, interaktifcable television

dan comunicatiaon satellite (Munir, 2004:16).

Teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi

yaitu: guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut

melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa

interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran

(instructional) (Knirk dan Gustafson dalam Sagala, 2007: 64).

Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari perkembangan alat informasi yang

digunakan untuk tujuan pendidikan (Nasution, 1987: 20).

Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem- sistem,

teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia

(Nasution, 1987: 7).

Teknologi pendidikan berkaitan erat dengan keseluruhan metodologi dan serangkaian

teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran Cleary,

et.al,1976 dalam Pannen (1999:86).

Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan

orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah mencari

jalan pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah

yang menyangkut semua aspek belajar manusia. (Yusufhadi, 1986: 1).

Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terpadu yang

melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah,

mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan

masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia (Miarso, 1986: 1).

TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapan-tahapan dalam

penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topik atau materi dan mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok. 2) Merencanakan tugas belajar (para siswa menyusun rencana

bersama). 3) Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5)Menyajikan

laporan akhir. 5) Evaluasi (Utomo (2004:138).

TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapan-tahapan dalam

penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian materi. 2) Tahap belajar kelompok. 3) Tahap

tournament. 4) Tahap pemberian penghargaan. 5) Pada metode pembelajaran kooperatif

tipe GI ini, siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang (Utomo,

2004:136).

TGT/Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapan-tahapan dalam

penyelenggaraan-penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian materi. 2) Tahap belajar

kelompok. 3) Tahap tournament. 4) Tahap pemberian penghargaan. 4) Group

Infestigation (GI) (Utomo, 2004: 136).

TGT/Pada metode pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa dibagi kedalam kelompok

yang beranggotakan 4-5 orang (Isjoni, 2007: 58).

Page 329: Ensiklopedi pendidikan

TGT/Pada metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pengelompokkan

siswa, format pembelajaran, dan lembaran kerja atau tugas yang diberikan sama dengan

pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaanya pada metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa memainkan pertandingan-pertandingan

akademik di dalam tournament (Utomo, 2004:136).

TGT/Pada metode pembelajaran TGT pengelompokan siswa, format pembelajaran, dan

lembaran kerja atau tugas yang diberikan sama dengan pada metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Perbedaannya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT

siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik didalam tournament (Utomo,

2004:136).

Think-Pair-Share adalah teknik pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Lyman yang

mampu mengubah asumsi bahwa teknik resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan

dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan (Nur Hadi, 2003:65).

Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share merupakan

model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara siswa dalam suatu

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melaksanakan model

pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share siswa memungkinkan dapat berpikir

kritis, pemahaman, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memilki keterampilan,

baik keterampilan dalam berpikir (Thinking Skill) maupun keterampilan sosial (Social

Skill), seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan

dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku

yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni, 2009:35).

Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share akan

membantu siswa memperoleh pengalaman (pemahaman). Dalam model pembelajaran

kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa

atau tugas-tugas akademis siswa, beberapa ahli berpendapat, bahwa model

pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep

sulit (Isjoni, 39).

Tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat

memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal (Sudjana, 2008: 24).

TIK/ICT merupakan juga penciptaan, pemeliharaan dan penggunaan sistem informasi,

manajemen dengan menyoroti penggunaan Teknologi Informasi Elektronika sebagai

instrument utamanya, meskipun harus diakui bahwa pengolahan informasi dapat

dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak menggunakan Teknologi Elektronika seperti

secara mekanis dan bahkan juga secara manual (Saigian, 2001:15).

TIK/Kemajuan ICT telah memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar didalam

kelas tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas dengan menggunakan media komunikasi

seperti telepon, komputer, internet, dan email. Juga memungkinkan guru memberikan

pelayanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Begitu juga halnya dengan

siswa ia dapat memperoleh informasi dalam bentuk yang luas dari berbagai sumber

Page 330: Ensiklopedi pendidikan

melalui Cyberspace atau ruang maya dengan menggunakan computer atau internet (

Suprianto, 2008:28).

TIK/Manfaat Pembelajaran Berbasis ICT itu terdiri atas 4 hal, yaitu: a) Meningkatkan

kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik. b. Memungkinkan terjadinya

interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). c.

Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal

audience). d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities) (A. W. Bates (Bates, 1995)

dan K. Wulf (Wulf, 1996) dalam Munir: 2004:20-24).

TIK/Salah satu jenis teknologi yang menjadi semakin penting dalam masyarakat modern

adalah teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Keduanya sesungguhnya memiliki

kesamaan pengertian atau dapat dipertukarkan satu dengan lainnya, karena proses

mengalir, berpindah, atau dipertukarkannya informasi akan membentuk suatu kegiatan

yang dinamakan komunikasi. Demikian pula sebaliknya, substansi dari komunikasi

adalah dipertukarkannya informasi. Teknologi komunikasi atau teknologi informasi

adalah piranti keras, struktur organisasi dan nilai-nalai sosial, di mana individu

mengumpulkan, memproses dan mempertukarkan informasi dengan individu lainnya

(Yasin, 1997:83).

TIK/Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk mengolah data,

memproses, mendapatkan, menyusun, memanipulasi data berbagai cara untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas (Wawan Wardiana dalam Munir, 2004:12).

Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

intelegensi yang rendah (Slameto, 1988:58).

TK/Pada Taman Kanak-Kanak, kurikulum itu disebut dengan istilah Program Kegiatan

Belajar (PKB) (Bafadal, 2005:6).

TK/Pemerintah telah memutuskan bahwa pendidikan TK merupakan wadah untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai

dengan sifat alami anak. Sedangkan kesempatan untuk mengembangkan diri itu

memerlukan fasilitas dan sarana pendukung dalam berbagai bentuk seperti saran

pendidikan yang menunjang. Semua fasilitas dan kesempatan pengembangan diri anak

tersebut tersedia di TK (Patmonodewo, 2000: 56).

TK/Pendidikan prasekolah memperhatikan beberapa prinsip pendidikan antara lain: 1)

TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah, untuk itu perlu menciptakan

situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan; 2) masing-

masing anak perlu mendapat perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan

kebutuhan anak usia prasekolah; 3) perkembangan adalah hasil proses kematangan dan

proses belajar; 4) kegiatan belajar TK adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan

yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari; 5) sifat kegiatan belajar di TK merupakan

pengembangan kemampuan yang telah diperoleh di rumah; 6) bermain merupakan cara

yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik (Depdiknas, 2004: 7).

Page 331: Ensiklopedi pendidikan

TSTS (Two Stay Two Stray) dasarnya adalah diskusi kelompok dan setiap kelompok

mempunyai tanggung jawab masing-masing (Hammiddy, 2010:316).

TSTS adalah cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok

lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua bertamu ke kelompok lain dan dua peserta

didik lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja

kelompok, kembali ke kelompok asal, dan laporan kelompok (Ngalimun (2012:140).

TSTS adalah cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok

lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua bertamu ke kelompok lain dan dua peserta

didik lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja

kelompok, kembali ke kelompok asal, dan laporan kelompok (Ngalimun, 2012:140).

TSTS dasarnya adalah diskusi kelompok dan setiap kelompok mempunyai tanggung

jawab masing-masing (Hammiddy, 2010:316).

Tujuan adalah sesuatu yang akan dituju atau akan dicapai dengan suatu kegiatan atau

usaha. Dalam kaitannya dengan pendidikan maka menjadi suatu yang hendak dicapai

dengan kegiatan atau usaha dalam kaitannya dengan pendidikan.tujuan pendidikan

adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya

untuk dicapai melalui usaha. Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah

perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan

baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan

masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup (Mansur, 2005: 329-330).

Tujuan hidup manusia menurut teori humanistik adalah untuk mencapai hidup penuh

makna atau mewujudkan makna hidup dan kepuasan abadi. Pada aliran humanistik

beranggapan bahwa motivasi utama manusia adalah muncul dari dalam dirinya (internal)

(Baharudin, 2001:312-313).

Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola prilaku dan pola

kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-beda

sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka

menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu (Idris & Jarnal,

1992:31).

Tujuan khusus dari pendidikan anak usia dini adalah: a. Memberi kesempatan kepada

anak untuk memenuhi kebutuhankebutuhan fisik maupun psikologinya dan

mengembangkan potensipotensi yang ada padanya secara optimal sebagai individu

yang unik. b. Memberi bimbingan yang seksama agar anak memiliki sifat dan kebiasaan

yang baik, sehingga mereka dapat diterima oleh masyarakatnya. c. Mencapai

kematangan mental dan fisik yang dibutuhkan agar dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi (Patmonodewo, 2000:58).

Tujuan menempati posisi yang penting dalam semua aktifitas, apalagi dalam interaksi

edukatif, tujuan dapat memberikan arah kegiatan yang jelas. Guru sebaiknya

merumuskan tujuan pembelajarannya sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas.

Dengan cara itu guru akan mudah menyeleksi (Djamarah, 2005:27).

Page 332: Ensiklopedi pendidikan

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa pada siswa agar memperoleh berbagai

pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi

pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali

sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau

tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu

proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku

yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti:

perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang

dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya

hidupnya (Sugandi, dkk., 2000: 25).

Tujuan pendidikan agama islam menjadi tiga yaitu: a. Tujuan umum, ialah tujuan yang

akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan

cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah

laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. b. Tujuan akhir, pendidikan islam itu

berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini

telah berakhir pula. Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang

merupakan ujung dari taqwa, dan sebagai akhir dari proses pendidikan itulah yang

dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. c. Tujuan sementara, tujuan sementara ialah

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional, ialah

tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Darajat

dkk., 2006:30-32).

Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-

ketentuan seperti yang dikehendaki pembukaan dan isi Undangundang Dasar 1945 (Tap

MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3).

Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita

harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan (Roestiyah

(dalam Djamarah, 2002: 48).

Tujuan teknik korelasional adalah: 1) untuk mencari bukti berdasarkan hasil

pengumpulan data, apakah terdapat hubungan antara variabel atau tidak. 2) untuk

menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel tersebut kuat, sedang atau

lemah. dan 3) ingin memperoleh kepastian secara matematis apakah hubungan antar

variabel merupakan hubungan yang meyakinkan (signifikan) atau hubungan yang tidak

meyakinkan (Sudijono, 2004:188).

Tujuan/Adapun tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang

maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

Tujuan/Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga hal: a)

Tujuan Pendidikan Nasional, b) Khususan setiap lembaga, dan c) tingkat usia peserta

Page 333: Ensiklopedi pendidikan

didik. Tujuan instituonal itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman belajar

kepada peserta didik (Idris & Jarnal, 1992: 31).

Tujuan/Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa arab dinyatakan

dengan ghayat atau maqasid. Sedangkan dalam arti inggris, istilah “tujuan” dinyatakan

dengan “goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu

mengandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak

dicapai melalui upaya atau aktivitas (Arifin, 1991: 222).

Tujuan/Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan bertujuan meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi

budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar

dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Tap MPR

No. IV/ MPR/ 1978).

Tujuan/Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,

mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani (Tap MPR No. II/ MPR/

1988; Purwanto, 2003:36).

Tujuan/Pendidikan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan sumber daya

manusia (SDM) sebelum memasuki dunia kerja (Zanun dalam Samsudin, 2003:10).

Tujuan/Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah yang

jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai pendidikan

nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang masing-

masing memiliki tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional. Oleh karena itu,

setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan tujuan

pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya tujuan

tersebut (Zuhairini & Ghofir, 2004:2).

Tujuan/Selanjutnya tujuan pendidikan harus pula mendidik dan menumbuhkan serta

mengembangkan jiwa pancasila dalam kehidupan anak didik baik di rumah maupun di

sekolah sehingga benar-benar akan terciptalah manusia Indonesia yang sesuai dengan

yang diinginkan oleh dasar dan tujuan Negara (Daradjat, 1975: 8).

Tujuan/Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu

perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.

Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian mannusia, sehingga

menggejala dalam perilaku lahiriyahnya. Dengan kata lain perilaku lahiriyah adalah

cermin yang memproyeksi nilai-nilai ideal yang telah mengacu di dalam jiwa manusia

sebagai produk dari proses kependidikan (Arifin, 1991:99).

Tujuan/Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar kecuali

mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal

(Arikunto, 2002:74).

Page 334: Ensiklopedi pendidikan

Tujuan/Zakiyah Darajat mengklasifikasikan tujuan pendidikan agama islam menjadi tiga

yaitu: a. Tujuan umum, ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh

aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan

pandangan. b. Tujuan akhir, pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka

tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Mati dalam

keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa,

dan sebagai akhir dari proses pendidikan itulah yang dapat dianggap sebagai tujuan

akhirnya. c. Tujuan sementara, tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional, ialah tujuan praktis yang akan

dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Darajat, 30-32).

Tutor sebaya dipilih karana kebanyakan siswa lebih mudah menerima bantuan atau

pengajaran dari teman-temannya dari pada menerima bantuan atau pengajaran dari

gurunya, meskipun guru sudah memilih metode mengajar yang lebih sesuai bagi

siswasiswanya. Siswa-siswa tersebut tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri

untuk bertanya atau meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman

teman akrab (Arikunto, 1992:2).

Tutor sebaya ini ditunjuk oleh guru dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai

berikut: 1) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan. 2) Mengetahui

cara mengajarkan bahan tersebut. 3) Memiliki hubungan emosional yang baik,

bersahabat dan menjunjung situasi tutoring. 4) Siswa yang berprestasi akan lebih

menunjang pengajaran dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut

akan lebih mempunyai kepercayaan diri (Soekartawi, 1995:2).

Tutor sebaya/Metode tutor sebaya memiliki beberapa kebaikan dan kelemahan.

Beberapa manfaat atau kebaikannya antara lain: 1) Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi

beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan terhadap gurunya. 2) Bagi

siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring ini akan mempunyai akibat memeperkuat

konsep yang sedang dibahas, dengan memberitahukan kepada siswa lain maka seolah-

olah ia menelaah serta menghafalkan kembali. 3) Bagi siswa yang menjadi tutor,

kegiatan tutoring merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung

jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4) Mempercepat

hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Kelemahan atau

kesulitan metode tutor sebaya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dapat

disebutkan antara lain: 1) Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena

hanya berhadapan dengan kawannya sehingga hasilnya kurang memuaskan. 2) Ada

beberapa anak yang masih malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh

kawannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu metode ini sukar dilaksanakan karena

perbedaan kelamin antar tutor dengan siswa yang diberi materi pelajaran. 4) Bagi guru

sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang

Page 335: Ensiklopedi pendidikan

siswa yang harus dibimbing. 5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo

belajarnya dapat mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya (Djamarah dan Zain,

2002:9).

Tutor sebaya/Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengistilahkan dengan istilah

tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah siswa yang mempunyai umur atau usia

yang hampir sama atau sebaya. Istilah ini untuk membedakan “tutor serumah”, yaitu

pengajaran yang dilakukan oleh orang tua, kakak, atau anggota keluarga yang lain yang

bertempat tinggal serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk

membedakan dengan tutor dilakukan oleh staf pengajar yang lain yang bukan dari siswa

(Djamarah dan Zain, 2002:29).

Tutorial adalah cara lain dari sistem pengajaran yang dapat dipakai oleh pengajar

(Soekarwati, 1995:2).

Video Compact Disc adalah system penyimpanan dan rekaman video dimana signal

audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetic (Arsyad, 2002:6).

Video Disc atau Video Compact Disc merupakan sistem penyimpanan informasi gambar

dan suara pada piringan (Sadiman, 1996:95).

Video/Dengan Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai materi pelajaran

memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses pertumbuhan

tanaman, kehidupan berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa

lalu. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan

baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya

dapat disajikan melalui video. Alat ini dapat diputar kembali yang memungkinkan

terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran

(Ibrahim, 2003: 17-118).

Video/Kelebihan Media Video: a. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang

singkat dari rangsangan luar lainnya. b. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar

penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli atau spesialis. c. Demonstrasi yang

sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru

bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya. d. Menghemat waktu dan rekaman

dapat diputar berulang-ulang. e. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi

bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau. f. Keras lemah suara yang ada bisa

diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar g. Gambar

proyeksi biasa di bekukan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur dimana

dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di tangan guru.

h. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya. 2. Kekurangan Media Video: a.

Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan. b. Sifat

komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan pencarian bentuk

umpan balik yang lain. c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan

secara sempurna. d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks (Sadiman, dkk,

2003:74-75).

Page 336: Ensiklopedi pendidikan

Video/Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk

program dokumenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan

fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di

ruang kelas (Uno, 2007:5-126).

Video/Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai materi pelajaran

memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses pertumbuhan

tanaman, kehidupan berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa

lalu. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan

baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya

dapat disajikan melalui film video. Alat ini dapat diputar kembali yang memungkinkan

terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran

(Ibrahim & Nana Syaodih. 2003:117-118).

Visi dan misi dimaksudkan untuk menjadikan sebuah organisasi memiliki jati diri yang

khas yang membedakannya dengan organisasi lainnya. Visi dan misi yang dimiliki oleh

sekolah harus merupakan karakteristik unik yang dapat diterjemahkan dalam aktifitas-

aktifitas yang lebih operasional. Sehingga dalam melahirkan visi dan misi sekolah yang

baik setidaknya mencakup tugas dan fungsi, filosofi dasar organisasi, apa yang akan

ditawarkan, apa dan untuk siapa sekolah tersebut ( Asrin, 2006:53).

Visi itu kemudian menjadi arahan dari semua komponen yang ada di sekolah. Semua

kolponen yang mengarah kepada visi itu pun kemudian akan menjadi lembaga ideal.

Lembaga yang tidak bingung dalam merumuskan program kerja dan juga indikator

keberhasilan program kerja (Prabowo, 2008:71).

Visi/Secara lengkap penyusunan visi yang baik harus: a) Menggambarkan kepercayaan-

kepercayaan dan kebutuhan stake holder sekolah. b) Menggambarkan apa yang

diinginkan dimasa yang akan datang; c) Spesifik hanya khusus untuk sekolah tertentu.

d) Mampu memberikan inspirasi. e) Jangan mengasumsikan pada sistem yang sama

pada saat ini; f) Terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang

ada, metodologi, fasilitas dan proses pembelajaran (Prabowo, 2008:73).

Visual/Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan

informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu

oleh elemen lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002:72-74).

Vygotsky/Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain

kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas,

sedangkan ativitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar

dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal

ini guru (Isjoni, 51-57).

Wawancara/Teknik wawancara merupakan teknik utama yang lebih banyak digunakan

untuk mencari data di lapangan. Agar kegiatan wawancara berjalan baik dan dapat

mencapai sasaran yang diinginkan maka di samping wawancara bebas dilakukan pula

Page 337: Ensiklopedi pendidikan

wawancara terpimpin, yaitu dalam kegiatan wawancara digunakan pedoman wawancara

atau instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan (Moleong

1988:116).