55
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam

Contoh isi proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh isi proposal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata

pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang

demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang

akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat

global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang

dinamis.

Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar

memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati

keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan

kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga

negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik

kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya,

dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam

Page 2: Contoh isi proposal

2

menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan

di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang

memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan

lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan

sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada

kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4)

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).1

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin

akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam

kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila

Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan

pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan

Pancasila (Somantri, 2001 : 103).

Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar

mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta

1 http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-

sdmi/ ( Diakses pada tanggal ….)

Page 3: Contoh isi proposal

3

bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada

bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan

Sejarah. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21 (dalam Hidayati, 2008:1.26), ada

lima macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan

terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan

yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) kegiatan manusia

misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi dan

transportasi; (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi, segala aspek geografi dan

antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh;

(4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari

sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh tentang tokoh-tokoh dan kejadian-

kejadian yang besar; (5) anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari

makanan, pakaian, permainan, keluarga. Kemudian strategi penyampaian pengajaran IPS,

sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan:

anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, Negara dan dunia.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru

dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan

guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan

metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa

kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam saja dan mudah jenuh dalam

pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru, juga menjadi faktor

kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.2

2 http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi -bloom-sebagai-tujuan.html ( Diakses pada tanggal

….)

Page 4: Contoh isi proposal

4

Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan gambaran

yang terjadi di MI NU Terate Gresik. Berdasarkan observasi awal peneliti kolaborasi

yang dilakukan pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa guru kurang variatif dalam

menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya berupa

ceramah dan lebih menekankan pada hafalan, keaktifan siswa untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal, sehingga siswa kurang

berminat dan antusias juga merupakan penyebab kurang optimalnya pembelajaran, serta

guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media dan penggunaan alat peraga selama

proses pembelajaran.

Hal itu didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi proses

pembelajaran IPS siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 masih dibawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 64. Data keaktifan

dan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 71, dengan rata-

rata kelas 63,25 untuk nilai ulangan harian. Dengan melihat data keaktifan dan hasil

belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk

ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kualitas

pembelajaran IPS menjadi meningkat.3

Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan guru kelas V, untuk memecahkan masalah

pembelajaran IPS yang kurang kondusif karena keaktifan siswa kurang, tim kolaborasi

menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Untuk

memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka ditetapkan alternatif tindakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam

pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru. Dengan penggunaan pendekatan

dalam pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan

3 Data hasil wawancara 8 April 2014 memperlihatkan bahwa nilai mapel IPS siswa kelas V belum memenuhi KKM di MI NU Terate Gresik. Sumber: Survey tanggal 8 April 2014

Page 5: Contoh isi proposal

5

siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun

suatu model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori

dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba

mengembangkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan metode

make a match.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah

ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut

Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus

pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi;

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).4

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan

adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran.5

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan

metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan

merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode

4 Lie,Anita. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning Ruang-ruang Kelas. (Jakarta: PT.Grasindo,2002)hal 2 5 Isjoni.Cooperative Learning.(Pekanbaru: Alfabeta,2007).hal.15

Page 6: Contoh isi proposal

6

ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan

jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi

poin.

Dari ulasan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan mengkaji melalui

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa

Kelas V MI NU Terate Gresik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A

Match”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V

MI NU Terate Gresik ?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas V MI NU Terate Gresik ?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas V MI NU Terate Gresik dalam

mengelola pembelajaran IPS ?

3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI NU Terate Gresik pada pelajaran

IPS ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:

Page 7: Contoh isi proposal

7

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V MI NU Terate Gresik

melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS, menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa suatu kontribusi terhadap

pengembangan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini

juga di harapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Manfaat teoritis

1) Sebagai bahan referensi atau pedukung penelitian yang selanjutnya

2) Menambah pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial

3) Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran IPS

b. Manfaat praktis

1) Bagi Siswa

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa dapat

menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Bagi Guru

Page 8: Contoh isi proposal

8

Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran

yang dapat dijadikan pedoman atas pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru

dapat berbenah diri untuk lebih mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran

yang lain dan memotivasi guru untuk berpikir inovatif.

3) Bagi Sekolah/Lembaga

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat

memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan

pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu pendidikan dapat

meningkat.

Page 9: Contoh isi proposal

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Kerangka Teori

a. Pengertian Belajar

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar

dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal

lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai berikut :

1) Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang

sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang

dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

2) Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran

ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar

siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun

sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal.

3) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003,

Bab I Pasal Ayat 20)

4) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat

individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam

sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil

belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. (Sugandi, 2005: 9)

Page 10: Contoh isi proposal

10

5) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan

kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik

agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)

Berdasarkan konsep tentang pembelajaran di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat

siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang

belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

b. Pengertian Kualitas Pembelajaran

Berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas, Pudji Muljono (2006:29)

menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung lima rujukan:

yaitu “(1) kesesuaian; (2) daya tarik; (3) efektivitas; (4) efisiensi; dan (5)

produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk konsep

kualitas pembelajaran dari Pudji Muljono (2006:29-30) adalah sebagai berikut:

Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan

karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan,

cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras

dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam

pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas juga harus mempunyai daya tarik yang

Page 11: Contoh isi proposal

11

kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan arena itu

mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah

diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa

saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa

yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan

lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang sengaja

dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan

untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat dan merangsang

pembentukan kepribadian peserta didik.

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara

definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai

tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964). Efektivitas ini sesunguhnya merupakan

suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar

diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi

produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap

orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat

kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997).

Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau

dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing

the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu

dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan,

pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap

kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan

dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari

Page 12: Contoh isi proposal

12

kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik,

masyarakat dan pemerintah).

Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,

biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat

dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung

meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran

mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian

kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar

belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian

tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar

sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang

merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan

pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan

mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah

mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk

menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling

menguntungkan.

Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang

memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak.

Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses

pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta),

penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai

macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan

sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran

sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan

Page 13: Contoh isi proposal

13

yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh

masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.6

Depdiknas (2001:4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks

pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan

bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa

sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi

keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti

ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan,

perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat

meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,

rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi,

tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar

proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa

tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi

kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan

merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang

berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu

dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila

pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara

harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang

menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat

belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Berdasarkan

pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat

6 http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html. ( Diakses pada tanggal ….)

Page 14: Contoh isi proposal

14

barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan

dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun

yang tersirat.

Pembelajaran merupakan inti proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya

peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran.

Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran memegang peran kunci.

Subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut: peserta

didik; pengajar; materi dan bahan; metode, strategi dan pendekatan; media; sarana

dan prasarana; biaya; dan kurikulum tersembunyi. Komponen-komponen tersebut

saling berinteraksi, melengkapi dan integrasi, dan bukan merupakan komponen

yang terpisah, berdiri sendiri, dan tidak saling tergantung satu sama lain. Sebagai

suatu komponen yang terintegrasi, semua komponen tersebut harus terpenuhi

dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas meliputi beberapa komponen, yaitu,

kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran atau

alat pembelajaran, dan evaluasi. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik.

Komponen peserta didik adalah salah satu komponen terpenting karena

adanya kebutuhan peserta didik inilah yang memicu suatu proses

pembelajaran. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang

harus ditransformasikan menjadi lulusan yang berpengetahuan luas, kompeten,

berketerampilan tinggi, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan

norma di dalam masyarakat tempat mereka berada. Proses pembelajaran pada

hakikatnya adalah proses transformasi yang memungkinkan tujuan

pembelajaran tercapai dengan baik dengan dukungan berbagai komponen

dalam suatu sistem pembelajaran.

Page 15: Contoh isi proposal

15

b. Pengajar.

Pengajar memiliki peran strategis dalam proses pembelajaran karena

fungsinya sebagai nara sumber dan/atau fasilitator dalam proses pembelajaran.

Pada tingkat pendidikan usia dini dan pendidikan dasar, proses pembelajaran

sangat tergantung pada pengajar yang seringkali menjadi model peran bagi

para siswanya. Kompetensi dan profesionalisme pengajar sangat penting

dalam proses transformasi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran

yang dikehendaki.

c. Materi dan bahan.

Materi dan bahan ajar didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kurikulum

yang telah disepakati. Bahan pembelajaran berperan penting dalam proses

pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

peserta didik, menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan atau

dunia tempat tinggalnya, serta berperilaku sesuai dengan norma masyarakat.

Materi dan bahan ajar disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dalam

pembelajaran tersebut.

d. Media.

Media berfungsi membantu peserta didik dan pengajar dalam menciptakan

suatu proses pembelajaran yang efektif. Pemilihan media pembelajaran yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang

diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif.

Dengan demikian, proses pembelajaran maupun hasilnya menjadi lebih

berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

e. Sarana dan prasarana.

Page 16: Contoh isi proposal

16

Proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung dengan baik tanpa

tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses

pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat

keras maupun perangkat lunak.

f. Biaya.

Salah satu subsistem dalam pembelajaran adalah biaya. Ketersediaan biaya

yang dapat menunjang kebutuhan setiap subsistem merupakan unsur penentu

tercapainya kualitas pembelajaran. Rekrutmen dan pengorganisasian peserta

didik, insentif pengajar yang berkeadilan, pengembangan dan penyediaan

bahan ajar yang berkualitas, penyediaan dan penggunaan media yang tepat

guna, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seluruhnya

membutuhkan biaya yang cukup. Namun ketersediaan dana pendidikan yang

yang berlebih sekalipun tidak menjamin terjadinya kualitas pendidikan bila

dana tersebut tidak diarahkan dan tidak difokuskan pada peningkatan kualitas

pembelajaran.

g. Kurikulum tersembunyi.

Dalam proses pembelajaran satu hal yang penting pula adalah adanya

kurikulum tersembunyi. Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari

materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas.

Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antara

pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah, bahkan lingkungan tempat

tinggal peserta didik amat sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Sarana

dan prasarana yang disediakan sekolah merupakan suatu prasyarat mutlak

berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana yang

dimiliki peserta didik baik yang dipergunakan di sekolah maupun dalam

Page 17: Contoh isi proposal

17

proses belajar mandiri di rumah sangat menentukan bekerhsilan proses

pembelajaran pula.7

Jadi kualitas pembelajaran merupakan suatu gambaran mengenai

baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi kesesuaian,

daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu

kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran

atau alat pembelajaran, dan evaluasi.

c. Hakikat Pembelajaran IPS

Menurut Sumantri, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan

sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam

nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu

pendidikan.

Menurut Mulyono Tj, IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner

(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan

integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi

budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,

menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari

berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.8

7 http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi-inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/ ( Diakses pada tanggal ….) 8 Ischak. Pendidikan IPS di SD.( Jakarta: Universitas Terbuka,2004).hal.36

Page 18: Contoh isi proposal

18

Hakikat IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta

menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek

kehidupan secara terpadu, yang bertujuan membentuk warga negara yang

berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah

kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang

baik dan bertanggung jawab.9

Tujuan IPS menurut Kurikulum 2006 di tingkat SD/MI menyatakan bahwa

pengetahuan sosial bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan

dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan

dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan

masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,

ditingkat lokal, nasional dan global. (KTSP 2006:82)

Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid

Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang

baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang

berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci

Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah

laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar,

(3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah

9 Ibid.hal.42

Page 19: Contoh isi proposal

19

sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-

nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja

sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari IPS antara lain: (1)

pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar

sebagai sumber belajar; (2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat; (3)

kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga; (4) kemampuan

mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota

masyarakat.10

Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan

menengah adalah agar siswa dapat: (1) mensistematisasikan bahan, informasi,

dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya

menjadi lebih bermakna; (2) lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah

sosial secara rasional dan bertanggung jawab; (3) mempertinggi rasa toleransi dan

persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. (Hidayati, 2008:1.12)

Munculnya rasional pendidikan IPS adalah sebagai berikut: (1) Karena siswa

berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda (2) Masalah sosial sangat

10 Ibid.hal.42

Page 20: Contoh isi proposal

20

luas, kompleks, rumit, dan abstrak. (3) Dengan pendidikan IPS, siswa bisa

dibimbing dan diarahkan untuk menghadapi masalah sosial disekitarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS

adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala

dan masalah sosial yang meliputi: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah,

geografi, dan politik. IPS terdiri dari berbagai himpunan pengetahuan tentang

kehidupan sosial dan dari realita-realita kehidupan sehari-hari di dalam

masyarakat. Di dalam IPS, dihimpun semua materi yang berhubungan secara

langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan masyarakat serta yang

menyangkut dengan pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat

yang berguna.

d. Keterampilan Dasar Mengajar Guru

Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan

guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta

membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi,

persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa

tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau

keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang

harus dimiliki oleh seorang guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat

melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. As.

Glicman, 1991 (dalam Sukirman, 2007). Turney (Uzer Usman, 2010:74)

Page 21: Contoh isi proposal

21

mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang

sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:

1) Keterampilan bertanya

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang

dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-

hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus

efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar,

bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan

baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif

terhadap siswa, yaitu:

Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,

Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu

masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan,

Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir

itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,

Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,

Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Keterampilan bertanya di bedakan atas :

Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai

beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan

segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah:

Page 22: Contoh isi proposal

22

Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan,

pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan

pemberian tuntunan.

Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya lanjut merupakan

lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan

usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar

partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri.

Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan

komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen

bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya

lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah :

Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan,

Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan

peningkatan terjadinya interaksi.

2) Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah

bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi

tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan

informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya

sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon

terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan

berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

a. Tujuan Pemberian Penguatan

Page 23: Contoh isi proposal

23

Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses

belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian

siswa terhadap pelajaran. (b). Merangsang dan meningkatkan motivasi

belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku

siswa yang produktif.

b. Jenis-jenis Penguatan

1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan

menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan

sebagainya.

2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak

isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact),

penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa

simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).

c. Prinsip Penggunaan Penguatan

Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu

kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan

respons yang negatif.

3) Keterampilan menggunakan variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses

interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa

sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan

ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Tujuan menggunakan variasi

Page 24: Contoh isi proposal

24

adalah: (1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada

aspek-aspek belajar mengajar yang relevan; (2) Untuk memberikan

kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki

pada siswa tentang hal-hal yang baru; (3) Untuk memupuk tingkah laku yang

positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih

hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik; (4) Guna memberi kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

4) Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan

yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan

yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana

dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama

kegiatan menjelaskan.

a. Tujuan Memberikan Penjelasan

1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil,

fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-

masalah atau pertanyaan.

3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat

pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran

dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan

Page 25: Contoh isi proposal

25

Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi

dua, yaitu : (1) Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara

keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang

dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai

dengan hubungan yang telah ditentukan; (2) Penyajian suatu penjelasan,

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan

contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan

prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang

akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif

terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah

kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan

belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi

gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa,

mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam

proses belajar-mengajar.

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik

perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai

usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan

dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali

penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat

ringkasan, dan mengevaluasi.

Page 26: Contoh isi proposal

26

6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai

pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan

masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa

menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses

yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih

bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan

kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di

dalamnya keterampilan berbahasa. Komponen-komponen keterampilan

membimbing diskusi : (1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic

diskusi; (2) memperluas masalah atau urutan pendapat; (3) menganalisis

pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikir siswa; (5) menyebarkan

kesempatan berpartisipas; (6) menutup diskusi.

7) Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang

menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu

penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang

produktif.

Page 27: Contoh isi proposal

27

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu

mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana

yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan

keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen

keterampilan, antara lain:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini

berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan

mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member

perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok,

memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member

penguatan.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap

gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang

optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang

berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon

yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor

sekolah, atau orang tua siswa.

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan

yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan

yang berlebihan (teachers instruction). (2) kesenyapan (fade away)

Page 28: Contoh isi proposal

28

(3).ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4)

penyimpangan (digression) (5) bertele-tele (overdwelling).

8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu

berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk

perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan

guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan

yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan

pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan

membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang

telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru

sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan

tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang

esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang

cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih

baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen

keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang

sistematis dan objektif.

e. Aktivitas Belajar Siswa

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan

belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. (Sadirman 2004: 95)

Page 29: Contoh isi proposal

29

berpendapat bahwa “belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah

laku, jadi melakuakan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Senada dengan hal di atas, (Gie 1985:6) mengatakan bahwa “keberhasilan siswa

dalam belajaar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses

pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas

secara sadar yang dilakukan seseoarang yang mengakibatkan perubahan dalam

dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung

pada sedikit banyaknya perubahan.” Aktivitas siswa dalam pembelajaran

mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Sadirman, 2004:99) bahwa : Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,

tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas

dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi

keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas,

mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan

yang dapat menunjang prestasi belajar.

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa

dalam pengorganisasian pengetahuan, apakaj mereka aktif atau pasif. Banyak

jenis aktivitas yang dapt dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Dalam Sadirman, 2004:101)

menggolongkan aktoivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaa, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi

saran, menegluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

Page 30: Contoh isi proposal

30

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

berternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,

memecahkankan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitasbelajar siswa adalah

rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga

menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu

melakukan kegiatan kegiatan.

f. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan

siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang

berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap

anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran

Page 31: Contoh isi proposal

31

artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum

menguasai bahan pembelajaran.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa belajar kelompok.

2. Kelompok dibentuk heterogen.

3. Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada

perorangan.

(Anshori, 2009 : 2 )

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu

memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani,

2008:1). Selain itu pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah kelompok

strategi pengajaran yang mana melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama, disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa

yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa

berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara

kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan

mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan

sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah (Triatno, 2007:42).

Pembelajaran kooperatif ini sering pula disebut sebagai metode gotong

royong karena dilakukan melalui kerjasama antara beberapa orang siswa atau

antara kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Dalam proses kerja sama

Page 32: Contoh isi proposal

32

atau gotong royong, siswa dapat saling mengisi dan bertukar pikiran secara aktif

sehingga dapat memberikan banyak manfaat dan tujuan seperti (1) mendorong

siswa belajar, bekerja dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, baik

tugas individu maupun tugas kelompok; (2) menumbuh kembangkan sikap dan

perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif; dan (3) mendorong

siswa yang pendiam atau pasif untuk lkut berperan secara aktif (Dyah Sriwilujeng

dan Ari Pudjiastuti, 2004:11).

g. Make A Match

Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)

Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari

Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu

secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana

pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat

asik dan menyenangkan.

A. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal

dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’

maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’

secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.

Page 33: Contoh isi proposal

33

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya.

7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke

semua siswa.

8. Kesimpulan/penutup.11

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match

Tidak ada metode pembelajaran terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk

materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Metode

make a match demikian juga, mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan metode make a match adalah sebagai berikut:

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika;

efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi;

efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar;

Kekurangan Metode Make a Match

jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang;

11 http://s1pgsd.blogspot.com/model -pembelajaran-make-match lorna.htm ( Diakses pada tanggal ….)

Page 34: Contoh isi proposal

34

pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa

berpasangan dengan lawan jenisnya;

jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang

kurang memperhatikan;

harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak

mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;

menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan

kebosanan.12

12 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html ( Diakses pada tanggal ….)

Page 35: Contoh isi proposal

35

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif,

partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan

terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK

yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam

harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar ( Riyanto, 2001)

Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :

1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran

2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara

untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas

3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat

4. Melaporkan hasil penelitian

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V MI NU Terate Gresik pada mata pelajaran IPS.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu pada

Survey tanggal 8 April 2014

3. Subyek Penelitian

Page 36: Contoh isi proposal

36

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 8

siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di MI NU

Terare Gresik.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

D. Rancangan Tindakan

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran IPS mengenai Perjuangan

Melawan Penjajahan dengan menelaah indikator bersama tim kalaborasi.

b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match.

c. Menyiapkan alat-alat peraga dan media pembelajaran yang akan digunakan :

peluit, alat tulis, kertas, dan gambar-gambar yang relevan dengan materi yang

akan disampaikan yaitu tentang gambar-gambar rumah adat dari tiap daerah di

Indonesia.

d. Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar

kerja siswa.

Page 37: Contoh isi proposal

37

e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru.

E. Pelaksanaan penelitian

Dalam Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama

yaitu melakukan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match dengan menggunakan media gambar yang berkaitan dnegan

perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Siklus kedua dilakukan

untuk memperbaiki pembelajaran yang pertama dengan metode yang sama dan

dilakukan dengan dua pertemuan.

F. Siklus Penelitian

4.1 Siklus I Pertemuan 1

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Belanda”

2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :

a. KTSP

b. silabus Kelas V

c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang

Susilaningsih, dkk

d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti

Syamsiah, dkk

3. alat evaluasi berupa :

Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Unjuk Kerja Performance

Page 38: Contoh isi proposal

38

4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan

pembelajaran IPS.

5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPS.

b. Pelaksanaan Tindakan

a) pra kegiatan (± 5 menit)

(1) salam

(2) pengkondisian Kelas

(3) doa

(4) presensi

b) kegiatan awal (± 10 menit)

(1) Guru melakukan apersepsi

(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan

pembelajaran dengan baik.

(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) kegiatan inti (± 25 menit)

Eksplorasi

(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.

(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan

melawan penjajahan Belanda.

Elaborasi

Page 39: Contoh isi proposal

39

(3) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran

Make A Match.

(4) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan

membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok

jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk

berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk

menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.

(5) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match

yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan

kelompok penilai.

(6) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua

kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan

memprediksi jawaban kartu yang dipegang.

(7) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan

kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya,

kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai.

(8) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.

Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu

jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

(9) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari

hasil kegiatan kelompok.

Konfirmasi

(10) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing

kelompok.

Page 40: Contoh isi proposal

40

(11) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap

materi yang baru saja di pelajari.

(12) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.

d) kegiatan akhir (± 20 menit)

(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk

bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih

kurang jelas.

(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja

disampaikan dan membuat ringkasan.

(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi

(4) umpan balik

Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.

c. Observasi

1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada

pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam

pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

Page 41: Contoh isi proposal

41

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 1

Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model

pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah

selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan

kerja kelompok.

2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1

pertemuan 2 apakah efektif atau tidak.

3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 1

4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 1 pertemuan 2

1.2 Siklus I Pertemuan 2

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Jepang”

2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :

a. KTSP

b. silabus Kelas V

c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan

Endang Susilaningsih, dkk

d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti

Syamsiah, dkk

3. alat evaluasi berupa :

Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Unjuk Kerja Performance

Page 42: Contoh isi proposal

42

4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan

pembelajaran IPS.

5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPS.

b. Pelaksanaan Tindakan

a. pra kegiatan (± 5 menit)

1. salam

2. pengkondisian Kelas

3. doa

4. presensi

b. kegiatan awal (± 10 menit)

(1) Guru melakukan apersepsi

(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan

pembelajaran dengan baik.

(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. kegiatan inti (± 25 menit)

Eksplorasi

(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.

(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan

melawan penjajahan Jepang.

Page 43: Contoh isi proposal

43

Elaborasi

(7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran

Make A Match.

(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan

membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok

jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk

berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk

menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.

(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match

yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan

kelompok penilai.

(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua

kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan

memprediksi jawaban kartu yang dipegang.

(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan

kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan

pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju

kelompok penilai.

(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.

Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu

jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari

hasil kegiatan kelompok.

Konfirmasi

Page 44: Contoh isi proposal

44

(14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing

kelompok.

(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap

materi yang baru saja di pelajari.

(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.

d. kegiatan akhir (± 20 menit)

(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk

bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih

kurang jelas.

(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja

disampaikan dan membuat ringkasan.

(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi

(4) umpan balik

Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.

d. Observasi

1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada

pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam

pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

Page 45: Contoh isi proposal

45

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan ke 2

Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model

pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah

selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan

kerja kelompok.

2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1

pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak.

3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 2

4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2

4.2 Siklus II Pertemuan 1

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dengan materi “Tokoh pergerakan nasional dan peranan

sumpah pemuda”

2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :

a. KTSP

b. silabus Kelas V

c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan

Endang Susilaningsih, dkk

d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti

Syamsiah, dkk

3. alat evaluasi berupa :

Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Page 46: Contoh isi proposal

46

Unjuk Kerja Performance

4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan

pembelajaran IPS.

5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPS.

b. Pelaksanaan Tindakan

a. pra kegiatan (± 5 menit)

1. Salam

2. pengkondisian Kelas

3. doa

4. presensi

h. kegiatan awal (± 10 menit)

(1) Guru melakukan apersepsi

(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan

pembelajaran dengan baik.

(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

i. kegiatan inti (± 25 menit)

Eksplorasi

(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.

(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang tokoh pergerakan

nasional dan peranan sumpah pemuda.

Elaborasi

Page 47: Contoh isi proposal

47

(7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran

Make A Match.

(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan

membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok

jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk

berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk

menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.

(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match

yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan

kelompok penilai.

(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua

kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan

memprediksi jawaban kartu yang dipegang.

(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan

kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan

pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju

kelompok penilai.

(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.

Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu

jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari

hasil kegiatan kelompok.

Page 48: Contoh isi proposal

48

Konfirmasi

(14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing

kelompok.

(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap

materi yang baru saja di pelajari.

(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.

j. kegiatan akhir (± 20 menit)

(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk

bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih

kurang jelas.

(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja

disampaikan dan membuat ringkasan.

(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi

(4) umpan balik

Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.

c. Observasi

1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran

IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match.

2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran

IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match.

Page 49: Contoh isi proposal

49

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 1

Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model

pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah

selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan

kerja kelompok.

2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II

pertemuan ke 1 apakah efektif atau tidak.

3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 1

4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II pertemuan 2

1.4 Siklus II Pertemuan 2

a. Perencanaan

1. Menyusun RPP dengan materi “perjuangan mempersiapkan kemerdekaan”

2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa :

a. KTSP

b. silabus Kelas V

c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang

Susilaningsih, dkk

d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti

Syamsiah, dkk

3. alat evaluasi berupa :

Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)

Page 50: Contoh isi proposal

50

Unjuk Kerja Performance

4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan

pembelajaran IPS.

5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran IPS.

b. Pelaksanaan Tindakan

a) pra kegiatan (± 5 menit)

(1) salam

(2) pengkondisian kelas

(3) doa

(4) Presensi

b) kegiatan awal (± 10 menit)

(1) Guru melakukan apersepsi

(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan

pembelajaran dengan baik

(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) kegiatan inti (± 25 menit)

Eksplorasi

(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar.

(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang usaha

mempersiapkan kemerdekaan.

Page 51: Contoh isi proposal

51

Elaborasi

(1) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make

A Match.

(2) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi

tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan

kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan

kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke

kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban.

(3) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu

membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok

penilai.

(4) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua

kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan

memprediksi jawaban kartu yang dipegang.

(5) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan

kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya,

kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai.

(6) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan.

Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu

jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

(7) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari

hasil kegiatan kelompok.

Page 52: Contoh isi proposal

52

Konfirmasi

(1) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing

kelompok.

(2) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi

yang baru saja di pelajari.

(3) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik.

d) kegiatan akhir (± 20 menit)

(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk

bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih

kurang jelas.

(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja

disampaikan dan membuat ringkasan.

(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi.

(4) umpan balik

Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya.

d. Observasi

1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran

IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match.

2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran

IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match.

Page 53: Contoh isi proposal

53

d. Refleksi

1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 2

Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model

pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah

selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan

kerja kelompok.

2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II

pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak.

3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 2

4. Apabila ketuntasan kemampuan siswa mengerjakan soal pada siklus

II pertemuan 2 sudah tercapai, maka siklus 2 dianggap berhasil

Page 54: Contoh isi proposal

54

DAFTAR PUSTAKA

Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

SD/MI.

(Sumber : http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-

ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi/)

Atika. 2010. Taksonomi Bloom Sebagai Tujuan Pembelajaran IPS (mencakup analisis,

tujuan, beserta contohnya).

(Sumber : http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi-bloom-sebagai-tujuan.html)

Cepiriyana. 2006. Hakikat Kualitas Pembelajaran.

(Sumber http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat_kualitas_pembelajaran.html)

Endonesa. 2009. Media Pembelajaran.

(Sumber : http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/media-pembelajaran/)

Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari

Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Junaidi. 2010. Aktivitas belajar Siswa.

(Sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html)

Krisna. 2010. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran.

(Sumber: http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciripembelajaran/)

Laria, Kartika 2008. Kajian Pustaka Media Pembelajaran.

(Sumber : http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html)

Page 55: Contoh isi proposal

55

Muhidin, Sambas Ali. 2011. Keterampilan Mengajar Guru.

(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/keterampilan-mengajar-guru.html)

Muhidin, Sambas Ali. 2009. Kualitas Proses Pembelajaran.

(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html)

Pargito. 2010. Kebijakan Kurikulum IPS.

(Sumber : http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/10/07/kebijakan-kurikulum-ips/)

Ramadhan, Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match

(Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2073915-model-pembelajaran-

kooperatif-match/#ixzz1SVBp6XbB)

Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugandi, Achnad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.

Sutisna. 2010. Khasanah Inovasi Difusi Inovasi dan Implikasi Inovasi Terhadap

Kualitas-Pembelajaran

(Sumber : http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-

implikasi-inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/)

Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatife “Make A Match”

(Sumber: http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/)

Widodo, Rachmad. 2009. Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994)

(Sumber : http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-

lorna-curran-1994/)