34
Standar Kompetensi : Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara . Kompetensi Dasar : Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi Sumber : koleksi penulis

BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Standar Kompetensi :

Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara

.

Kompetensi Dasar :Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran

Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi

Sum

ber :

kol

eksi

penu

lis

Page 2: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

2

Pembiasaan :

Ajaklah siswa membaca Al Qur'an selama 5-10 menit sebelum memulai pelajaran agama islam. Bacaan bisa dipilih dari surah-surah yang berkaitan dengan materi pelajaran atau membaca bacaan-bacaan dalam salat.

Page 3: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

3

Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. tidak diturunkan di

negara kita indonesia, tetapi diturunkan di Jazirah arab. Lalu bagaimana ajaran

Islam tetap lestari dan dapat sampai di Indonesia? Siapa orang yang berjuang

membawakan ajaran tersebut sampai di sini? Dengan cara apa ajaran Islam

sampai? Dan bagaimana keadaan dan perkembangan ajaran Islam setelah itu di

Indonesia? Berikut kita perhatikan bersama penjelasan mengenai hal-hal tersebut

di bawah ini.

A. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Secara historis, proses masuknya agama islam ke Indonesia belum dapat

dipastikan waktunya. Beberapa sejarawan menyebutkan abad ke-7 sebagai awal

masuknya islam. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia

pada abad ke-13. Berdasarkn penelitian para ahli, agama Islam dibawa dan

dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gurajat, Arab, dan Persia. Ajaran

ini diterima oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara. Dengan

demikian, melalui para saudagar inilah agama Islam mulai berkembang pesat yang

ditandai adanya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai.

Perkembangan agama islam di Indonesia berlangsung sangat cepat. Hal ini

tidak terlepas dari peranan para saudagar muslim, dan mubalig, yang dalam hal ini

termasuk peran walisongo. Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai-

nilai islam kepada masyarakat setempat. Nilai- nilai ajaran islam tersebut di

sampaikan melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan. Peranan Saudagar

Muslim dalam Penyebaran Agama Islam

Dengan berbagai upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh para saudagar

muslim tersebut, kehadiran Islam di nusantara bukan hanya berkenan di kalangan

masyarakat barat, melainkan juga telah menyentuh masyarakat kelas atas, seperti

kaum bangsawan, tokoh masyarakat, kepala suku, dan para uleebalang (ketua

adat).

Page 4: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

4

Perjuangan para saudagar muslim tidak berhenti sampai di situ. Mereka

terus berjuang dan tak kenal lelah menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam pada

masyarakat haingga berhasil.

1. Peranan Wali Songo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam

Selain para pedagang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam

penyebaran agama Islam di Indonesia adalah ulama dan mubaliq. Penyebaran

agama Islam khususnya di jawa dikembangkn oleh sejumblah wali. Untuk

mengoordinasikan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut,

dibentuklh sebuah orgnisasi Wali Songo (Ulama Sembilan) yang beranggotakan

sembilan orang wali.

Wali adalah seseorang yang mamiliki kepribadian baik dan dianggap dekat

dengan Allah swt. Serta mempunyai kemampuan atau kekuatan yang tidak

dimiliki oleh manusia biasa. Pendapat lain mengatakan bahwa seorang wali adalah

orang yang selalu dijaga oleh Allah swt dan senantiasa berbakti kepada-Nya.

Wali Songo mangembangkan agama Islam antara abad ke-14 sampai abad

ke-16M. Dalam buku Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa dalam berdakwah para

wali ini dinggap sebagai sekelompok mubaliq untuk daerah penyiaran tertentu.

Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam

pemerintahan. Oleh karena itu, mereka diberi gelar sunan atau susunan

(junjungan).

Berikut ini di antara Wali Songo yang berperan dalam menyiarkan dan

mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa.

a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Magribi karena

berasal dari wilayah Magribi (Afrika Utara). Namun, ia lebih dikenal dengan

sebutan Sunan Gresik karena selama lebih 20 tahun ia berhasil mencetakkader

penyebaran agama Islam pertama di Pulau Jawa. Ia berdakwah secara intensif dan

bijaksana. Meskipun bukan orang jawa, tetapi ia mampu mengatasi keadaan

Page 5: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

5

masyarakat setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik

simpati masyarakat kepada Islam. Di antara upayanya, yaitu menghilangkan

sistem kasta dalam masyarakat.

b. Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah)

Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di

Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak

setuju terhadap adat istiadat masyarakat jawa pada masa itu, misalnya kebiasaan

mengadakan sesajin atau selamatan. Namun, para wali lain berpendapat bahwa hal

itu tidak dapat dihilangkan dengan segera, melainkan dengan cara memasukkan

nilai-nilai Islami di dalamnya. Sunan Ampel juga di anggap sebgai penerus cita-

cita dan perjuangan Sunan Gresik.

c. Sunan Bonang (Maulana Makhdun Ibrahim)

Sunan Bonang termasuk Wali yang menyebarkan agama Islam dengan

cara menyesuaikan kebudayaan masyarakat Jawa, seperti wayang dan musik

gamelan. Untuk itu dia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai

keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat

(syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah

Sekaten.

d. Sunan Drajat (Maulana Syaifuddin)

Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa sosial tinggi.

Sumbangsih nya terhadap yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit cukup

banyak. Perhatiaannya yang demikian besar terhadap masalah sosial sangat tepat

karena ia hidup pada saat kerajaan majapahit runtuh dan rakyat mengalami krisis

yang memprihatinkan. Selain itu, dalam berdakwah ia juga menggunakan media

kesenian. Pangkur adalah salah satu ciptaannya.

e. Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin)

Sunan Giri yang aslinya bernama Raden Paku merupakan seorang wali

yang menyebarkan agama Islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan.

Page 6: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

6

Ia pernah belajar di Pesantren Anpel Denta dan juga sebagai pendiri Pesantren

Giri. Dapat dikatakan bahwa Sunan Giri merupakan tokoh pemersatu Indonesia di

bidang pendidikan agama islam.

f. Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)

Sunan Kalijaga selain dikenal sebagai seorang wali, juga sebagai

budayawan dan seniman. Karena wawasannya yang luas dan pemikirannya yang

tajam, ia tidak hanya disukai oleh rakyat tetapi juga para cendekiawan dan

penguasa. Sunan Kalijaga melakukan dakwahnya dengan cara berkelana. Sarana

dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit. Alur cerita dan tokoh

wayang memuat nilai-nilai islam. Di antara lagu yang diciptakannya adalah

Dandanggula.

g. Sunan Muria (Maulana Umar Said)

Sunan Muria termasuk salah satu Wali Songo yang dikenal pendiam,

tetapi sangat tajam fatwanya. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai guru

tasawuf. Dalam menyebarkan agama Islam ia lebih memfokuskan di daerah

pedesaan kerena ia sendiri tinggal di tempat yang jauh dari keramaian bersama

rakyat biasa. Ia juga seorang wali yang menyukai seni. Dua tembang yang

bernuansa Islam hasil ciptaan nya adalah Sinom dan Kinanti. Tembang Sinom

umumnya melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat. Adapun tembang Kinanti

bernada gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan

falsafah hidup.

h. Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)

Wali Songo yang mendapat gelar wali Al ilmi (orang berilmu luas) adalah

Sunan Kudus karena memiliki berbagai ilmu agama, seperti ilmu tauhid, dan

fikih. Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak

untuk melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di Kudus

yang disebut Menara Kudus karena disampingnya terdapat Bedug Masjid.

i. Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)

Page 7: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

7

Salah seorang Wali Songo yang sangat berperan dalan penyebaran agama

Islam di Cirebon-Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati. Ia merupakan cucu Raja

Pajajaran yang lahir di Mekah. Setelah Dewasa, ia memilih berdakwah di Jawa

dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.

Adapun para wali dalam mengembangkan agama Islam di wilayah luar

Jawa adalah :

1) Syekh Samsuddin, telah berhasil menyiarkan dan mengembangkan agama

Islam di daerah Kalimantan Barat.

2) Datuk Ribandang, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di

daerah Sulawesi.

3) Sunan Giri, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam ke daerah

Nusa Tenggara, Banjarmasin, Ternate, Maluku, dan daerah-daerah lainnya

disamping Pulau Jawa sendiri sebagai pusat kegiatannya.

4) Syekh Burhanudin, telah berjasa dalam menyiarkan agama Islam di

Ulakan-Minangkabau.

2. Peranan Pedagang Muslim

Pedagang-pedagang Muslim mendarat di daerah-daerah pesisir seperti

Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera serta Sunda Kelapa dan

Gresik di Jawa. Dari daerah ini Islam menyebar ke daerah pesisir Indonesia

lainnya seperti Bengkulu, Banten, Demak, Giri, Gowa, Tanjungpura, Banjar,

Kutai, Ternate, Tidore, Gorontalo, Jailolo dan Papua. Dari daerah pesisir ini

Islam menyebar ke daerah pedalaman.

Jalan masuknya Islam ke Indonesia diperkirakan melalui dua jalur, yaitu :

1. Jalur Utara, melalui Jazirah Arab - Damaskus – Baghdad – Gujarat

(India) – Ceylon (Srilanka) - Indonesia.

2. Jalur Selatan, melalui Jazirah Arab – Yaman – Gujarat (India) – Ceylon

(Srilanka) – Indonesia.

B. Cara Penyebaran Islam di Indonesia

Page 8: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

8

Kedatangan agama baru ini menarik perhatian penduduk lokal. Secara

garis besar penyebaran Islam di Indonesia melalui tiga jalur, yaitu

perdagangan, hubungan sosial (perkawinan dan politik), dan pengajaran

(pesantren, tasawwuf dan kesenian).

1. Jalur Perdagangan.

Kesibukan lalu-lintas perdagangan sekitar abad ke-7 sampai abad

ke-16 telah melibatkan pedagang-pedagang Muslim dari Arab, Persia

dan India. Melalui transportasi laut mereka sampai di daerah pesisir

Indonesia. Sambil berdagang mereka berdakwah baik melalui sikap

mereka yang menampilkan sikap akhlakul karimah seperti berlaku jujur,

sopan, ramah, benar dalam menakar dan menimbang barang dagangan

(da’wah bil hal); maupun secara lisan dengan menjelaskan ajaran-ajaran

Islam secara langsung (da’wah bil lisan).

Masuknya Islam dengan cara perdagangan ini sangat efektif,

karena yang terlibat dalam urusan perdagangan bukan hanya rakyat kecil

tetapi juga para bangsawan dan raja, bahkan banyak diantaranya sebagai

pemilik kapal dan pemilik saham.

Selanjutnya para pedagang Muslim ini mendirikan pemukiman dan

masjid serta mendatangkan mullah dari negeri asalnya untuk mengajar

agama. Berpusat di masjid inilah kemudian Islam menyebar ke daerah

pedalaman.

2. Jalur Hubungan Sosial

Penyebaran Islam melalui jalur hubungan sosial terjadi melalui dua

cara, yaitu dengan cara perkawinan dan politik. Dari segi ekonomi para

pedagang Muslim mempunyai status sosial yang lebih tinggi dibanding

rakyat setempat. Hal ini menjadi daya tarik rakyat pribumi terutama para

bangsawan untuk menikahkan anak mereka dengan pedagang Muslim

atau anaknya, tentu saja sebelum menikah anak-anak bangsawan ini

Page 9: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

9

harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian yang terjadi antara

Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati

dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang

menurunkan Raden Patah (Raja Demak yang pertama). Melalui jalur

perkawinan ini, selanjutnya Islam berkembang secara turun temurun.

Dari sisi politik, masuk Islamnya raja atau bangsawan sangat

berpengaruh terhadap keyakinan yang dianut rakyatnya. Melalui

kewibawaan ataupun kebijakannya raja dan bangsawan mengislamkan

rakyatnya. Demikian yang terjadi di Jawa, Maluku dan Sulawesi. Di

samping itu karena alasan politis juga, kerajaan-kerajaan Islam yang

sudah berdiri kerapkali menaklukan daerah baru yang belum Islam.

Kemenangan ini menarik perhatian rakyat di daerah taklukan dan

sekitarnya untuk masuk Islam. Misalnya Raden Patah membantu

Pangeran Samudra memerangi kerajaan Daha, setelah mendapat

kemenangan Pangeran beserta rakyatnya masuk Islam.

Para ulama mempunyai hubungan dekat dengan raja bahkan

beberapa diantaranya menjadi penasehat. Sebagai penghormatan, setelah

seorang ulama wafat jasadnya dimakamkan di dekat makam raja atau

keluarganya.

Cara-cara berdakwah Sunan Drajat banyak dilakukan melalui

kegiatan sosial seperti kegotongroyongan dan santunan.

3. Jalur Pengajaran

Setidaknya tedapat tiga cara masuknya Islam di Indonesia melalui

jalur pengajaran, yaitu pesantren, tasawwuf dan kesenian. pengajaran

Islam yang dilaksanakan di kalangan keluarga bangsawan pada

umumnya dilakukan secara privat, artinya diikuti secara khusus oleh

keluarga bangsawan tersebut dengan mullah sebagai pengajar.

Sedangkan pengajaran untuk kalangan rakyat umumnya berlangsung di

masjid. Pengajaran di masjid ini semakin banyak diikuti oleh para

Page 10: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

10

muallaf, hal ini mendorong para kiai dan ulama semakin serius

menyelenggarakan pendidikan Islam.

Agar proses pendidikan berjalan dengan baik mereka mulai

mendirikan lembaga pendidikan berupa pesantren, sedangkan muridnya

disebut santri. Setelah menyelesaikan pendidikannya para santri kembali

ke daerah masing-masing ataupun dikirim ke daerah baru untuk

menyebarkan Islam. Contohnya pesantren Raden Rahmat di Ampel

Denta (Surabaya) dan pesantren Sunan Giri di Giri (Gresik). Tamatan

pesantren Giri banyak yang dikirim ke Maluku untuk menyebarkan

Islam.

Berdasarkan akar sejarah, pesantren di Jawa menjadi tujuan belajar

para santri dari luar daerah. Setelah tamat, merekapun kembali ke daerah

asalnya untuk melanjutkan Islamisasi, dan banyak di antaranya yang

kemudian mendirikan pesantren sendiri.

Penyebaran Islam melalui tasawwuf atau teosofi (menjauhkan diri

dari kesibukan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan) terutama

diperkenalkan kepada penganut Hindu yang menganut paham teosofi

tersebut. Oleh para muballigh, teosofi Islam disesuaikan dengan alam

pikiran Indonesia saat itu, sehingga Islam lebih mudah diterima.

Diantara para ulama yang berkecimpung di bidang tasawwuf adalah

Hamzah al-Fansuri (Aceh), Syaikh Lemah Abang dan Sunan Panggung

(Jawa).

Jalur kesenian ditempuh oleh para muballigh karena mereka melihat

masyarakat setempat menggandrungi kesenian, misalnya wayang. Sunan

Kalijaga dikenal sebagai muballigh yang mahir memainkan wayang

purwa (wayang kulit). Pagelaran wayang dilaksanakan di beranda

masjid. Di depan masjid sengaja dibuat kolam yang dangkal, tujuannya

agar orang yang akan menonton wayang membersihkan kakinya terlebih

dahulu. Cerita-cerita pewayangan diambil dari Kitab Mahabharata dan

Page 11: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

11

Ramayana, namun oleh Sunan diubah dengan cerita yang bernuansa

Islam demikian dengan tokoh-tokoh wayangnya. Sunan tidak meminta

upah, para penonton hanya diminta mengucapkan dua kalimah syahadat

setelah selesai pertunjukan. Kesenian lain yang digunakan sebagai

sarana Islamisasi adalah sastra (hikayat, babad), seni bangunan dan seni

ukir.

C. Kerajaan Islam di Nusantara

Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam terjadi melalui beberapa cara,

pertama karena adanya raja atau bangsawan yang memeluk Islam yang

kemudian mengubah kerajaaannya menjadi kerajaan Islam, contohnya Gowa -

Tallo; kedua kerajaan yang sudah ada dalam keadaan lemah sehingga menjadi

peluang bagi penguasa daerah pesisir untuk mendirikan kerajaan, misalnya

kerajaan Demak; ketiga karena pemeluk Islam di suatu daerah semakin

banyak dan kuat sehingga membutuhkan pimpinan, misalnya kerajaan

Samudra Pasai.

Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berlangsung mulai abad

ke-11 M sehingga sampai abad ke-18 setidaknya terdapat 17 kerajaan.

1. Kerajaan Islam di Jawa

Islamisasi di Jawa sudah berlangsung sejak abad ke -11 terbukti dengan

ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang bertarikh

475 H atau 1082 M. Berlanjut hingga pada saat Majapahit mencapai puncak

kejayaannya sekitar abad ke -13 sudah banyak penganut Islam, dibuktikan

dengan ditemukannya nisan kuburan Muslim di Troloyo, Trowulan dan

Gresik. Komunitas Muslim dan kuatnya pengaruh penguasa yang sudah

Muslim memicu tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam. Tercatat adanya

beberapa kerajaan Islam di Jawa, seperti Demak, Pajang, Mataram, Cirebon

dan Banten.

Page 12: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

12

a. Kerajaan Demak

Raden Patah adalah raja Demak pertama yang diangkat berdasarkan

kesepakatan Wali Songo, bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman

Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah memerintah

sekitar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raja Demak sepeninggal

Raden Patah adalah Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus), Sultan Trenggono

(Sultan Ahmad Abdul ’Arifin) tahun 1524 – 1546, dan Sunan Prawoto.

Masa keemasan Demak berlangsung pada masa pemerintahan Sultan

Trenggono. Pada masa ini Islam sudah tersebar ke seluruh Jawa dan

Kalimantan Selatan. Ditandai pula dengan beberapa penaklukan seperti Sunda

Kelapa, Majapahit dan Tuban (1527), Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya

(1531), Pasuruan (1535) dan beberapa daerah lain.

Kerajaan Demak berakhir karena pemberontakan beberapa adipati di

sekitar Demak. Pemerintahan Demak dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di

daerah Kartasura.

b. Kerajaan Pajang

Pajang dianggap sebagai penerus kerajaan Demak. Pada mulanya Pajang

merupakan salah satu kadipaten Demak. Setelah terjadi kekacauan di Demak,

penguasa Pajang, Jaka Tingkir segera mengambil alih kekuasaan dan menjadi

raja Pajang pertama, bergelar Sultan Adiwijaya. Penguasa Pajang sepeninggal

Sultan Adiwijaya adalah Aria Pangiri dan Pangeran Benawa.

Puncak kejayaan Pajang dicapai pada masa Sultan Adiwijaya diantaranya

mengenalkan kesusastraan dan kesenian keraton Demak ke masyarakat Pajang

di pedalaman dan berhasil menaklukan Blora (1554) dan Kediri (1577).

Hubungan dengan kerajaan lain pada masa ini umumnya berlangsung baik.

Sepeninggal Sultan Adiwijaya, Pajang diliputi dengan intrik dan perebutan

kekuasaan serta di bawah pengaruh Mataram. Riwayat Pajang berakhir tahun

Page 13: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

13

1618 karena memberontak terhadap Mataram dan berhasil dihancurkan

Mataram.

c. Kerajaan Mataram

Pendiri kerajaan Islam Mataram adalah Ki Gede Pemanahan.

Sepeninggalnya Mataram dipimpin oleh Panembahan Senapati Ingalaga,

Panembahan Seda Ing Krapyak, Sultan Agung, dan Amangkurat I.

Pada masa Sultan Agung (wafat 1646), Mataram sudah menguasai seluruh

Jawa Timur (1636). Pada masa ini pula Belanda mulai masuk ke Jawa dan

mendirikan VOC (Verinidge Oost Indische Compagnie, persekutuan dagang

Belanda). Sultan Agung tidak suka dengan maksud kedatangan Belanda, oleh

karena itu antara keduanya sering terjadi peperangan. Antara tahun 1625 –

1629 Sultan Agung menyerang Batavia yang berakhir dengan kekalahannya.

Karya besar Sultan Agung lainnya adalah mengubah penanggalan Saka

dengan penanggalan Jawa – Islam pada tahun 1633. Sepeninggal Sultan

Agung, Mataram diperintah oleh Amangkurat I.

Masa pemerintahan Amangkurat I diwarnai berbagai konflik, musuh

politik Amangkurat I adalah kalangan yang didukung oleh para ulama. Oleh

karena itu masa pemerintahannya dinodai dengan penumpasan sekitar 5.000

ulama pada tahun 1647 M. Disamping itu campur tangan Belanda semakin

kuat sehingga wilayah Mataran semakin menyempit.

Berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755) Mataram dipecah menjadi dua

yaitu Mataram Surakarta (Kasunanan) dan Mataram Yogyakarta (Kesultanan).

Kemudian muncul lagi pecahan Mataram berikutnya yaitu Mangkunegaran

dan Pakualaman.

Kerajaan Mataram Islam mempunyai andil besar dalam pengembangan

Islam di Jawa. Selain perluasan Islam ke daerah-daerah lain upaya lain untuk

memajukan Islam dilaksanakan melalui pendirian masjid, penerjemahan

naskah Arab ke bahasa Jawa dan pendirian pesantren.

Page 14: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

14

d. Kesultanan Cirebon

Awal abad ke ke -16 Cirebon hanya sebuah pelabuhan kecil bagian

kekuasaan kerajaan Pakuan Pajajaran. Prabu Siliwangi, raja Pajajaran hanya

menempatkan seorang juru labuh bernama Pangeran Walangsungsang. Ketika

berhasil memajukan Cirebon, Pangerang Walangsungsang sudah memeluk

Islam. Tetapi yang berhasil menjadikan Cirebon menjadi kerajaan adalah

Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (1448-1568 M), pengganti

sekaligus keponakan Pangeran Walangsungsang. Dialah pendiri kesultanan

Cirebon kemudian Banten.

Dari Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah lain di

Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan

Banten.

Penguasa Cirebon setelah Sunan Gunung Jati adalah Pangeran Ratu atau

Panembahan Ratu (wafat 1650) dan Panembahan Girilaya. Setelah

Panembahan Girilaya wafat, kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua yaitu

Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Panembahan Sepuh (Martawijaya

bergelar Syamsuddin) dan Kesultanan Kanoman yang dipimpin oleh

Panembahan Anom (Kartawijaya bergelar Badruddin).

e. Kesultanan Banten

Setelah menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera meletakkan dasar

bagi pengembangan agama dan perdagangan (1524-1525 M), selanjutnya

beliau kembali ke Cirebon. Kekuasaan di Banten diserahkan kepada anaknya,

Sultan Hasanuddin.

Saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang (1568), Banten memerdekakan

diri dan Sultan Hasanuddin menjadi raja pertama. Raja-raja Banten

sepeninggalnya adalah Maulana Yusuf, Sultan Muhammad, Sultan Abdul

Mafakhir Mahmud Abdulkadir, dan Sultan Abdulfath Abdulfath.

Page 15: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

15

Melalui Banten Islam tersebar ke Lampung, Bengkulu, Jayakarta dan

Karawang. Kesultanan Banten berakhir karena mulai masuknya Belanda.

2. Kerajaan Islam di Sumatera

Islamisasi pesisir Sumatera sudah dimulai sejak abad ke -7 M. Karena

jumlah penganut Muslim semakin bertambah, timbullah kerajaan-kerajaan

Islam (abad ke-13) seperti Samudera Pasai dan Aceh Darussalam.

a. Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Malik al Saleh yang memerintah

sampai 1207 M. Berturut-turut raja yang memerintah setelah malik al Saleh

adalah Muhammad Malik al Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Manshur Malik

al Zahir, Ahmad Malik al Zahir, Zain al Abidin Malik al Zahir, Nahrasiyah,

Abu Zaid Malik al Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Zain al Abidin, Abdulllah

Malik al Zahir, dan Zain al Abidin.

Samudera Pasai beribukota di daerah Muara Sungai Peusangan (Aceh

timur laut), erupakan salah satu mata rantai perdagangan Arab, India dan

Cina. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran dengan

dirham sebagai mata uangnya. Kerajaan ini pernah disinggahi oleh Ibnu

Batutah, pengembara Muslim asal Maroko pada tahun 1345 M.

Tahun 1521 kerajaan ini ditaklukkan Portugis, kemudian tahun 1524

direbut dan dijadikan wilayah oleh kerajaan Aceh Darussalam.

b. Aceh Darussalam

Kerajaan ini didirikan oleh Muzaffar Syah (1465 – 1497 M), saat terletak

di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Peletak kebesaran kerajaan Aceh adalah

Sultan Alauddin Riayat Syah, ia menggalang kerjasama dengan kerajaan

Turki Usmani.

Pada masa Ali Mughayat Syah (1514 – 1530) Aceh memperluas

wilayahnya ke Pidie dan Sumatera Timur. Raja Aceh sepeninggalnya adalah

Page 16: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

16

Salahuddin, Sultan Alauddin Riayat Syah al Kahar, dan Iskandar Muda,

Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah, Ratu Taj al Alam dan raja-raja

perempuan lainnya.

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan

Iskandar Muda (1608 – 1637). Pada masa pemerintahannya wilayah Aceh

meliputi seluruh pesiri timur dan barat Sumatera dan Minangkabau.

Raja Aceh yang terakhir adalah Iskandar Tsani, dia memerintah dengan moderat

dan adil, pengetahuan agama berkembang pesat.

Masjid Agung Baiturrahman Banda Aceh

(Sumber : Ensiklopedi Islam)

)

c. Kerajaan Islam di Sulawesi

Penyebaran Islam di Sulawesi sebenarnya sudah dirintis oleh Sultan Babullah

dari Ternate. Ia mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Gowa-Tallo

yang merupakan dua kerajaan kembar di Sulawesi. Kedua kerajaan ini biasa

disebut dengan kerajaan Makassar. Melalui perjanjian ini Sultan Babullah

berusaha mengajak raja Gowa-Tallo untuk masuk Islam, tetapi gagal. Baru setelah

kedatangan Datu’ Ri Bandang ke Gowa-Tallo, Islam berhasil masuk ke Gowa-

Tallo.

Page 17: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

17

d. Kerajaan Gowa – Tallo

Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna (1593 – 1639) adalah raja Gowa

– Tallo pertama yang masuk Islam pada tahun 1605. Setelah itu penyebaran Islam

dilakukan berdasarkan perjanjian raja-raja Bugis – Makassar. Perjanjiani ini

mengharuskan raja yang menemukan ”hal baik” agar memberitahukannya kepada

yang lain. Oleh karena itu Sultan Alauddin menyampaikan ”pesan Islam” kepada

kerajaan lainnya. Penguasa Gowa setelah Alauddin adalah Sultan Malikussaid

kemudian Sultan Hasanuddin (1653 – 1659).

Gowa merupakan musuh utama VOC. Pada masa pemerintahan Sultan

Hasanuddin terjadi peperangan besar dengan VOC yang bersekutu dengan Aru Palaka,

seorang Pangeran Bugis. Pertempuran ini berakhir dengan penandatanganan Perjanjian

Bongaya (1667).

Bekas Istana kerajaan Gowa, sekarang dijadikan museum.

(Sumber : Ensiklopedi Islam)

Perjanjian Bongaya mengakibatkan kekuasaan Gowa di Sulawesi semakin

lemah dan digantikan Bone. Tahun 1672 Aru Palaka menjadi Raja Bone. Kerajaan

Islam di Sulawesi mulai lemah ketika Belanda berhasil memperkuat posisinya

dengan menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Timur pada akhir abad

ke -17.

Page 18: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

18

e. Kerajaan Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone

Selain Gowa – Tallo, di Sulawesi terdapat kerajaan lain seperti Luwu, Wajo,

Soppeng, dan Bone (kerajaan Bugis). Islamnya kerajaan Bugis diawali dari seruan

Sultan Alauddin atas dasar perjanjian raja-raja Bugis – Makassar tentang ”hal

baik” tersebut di atas. Luwu segera menerima seruan tersebut. Tiga kerajaan lain

yakni Kerajaan Bone, Soppeng dan Wajo menolak, kemudian terjadilah

peperangan antara kedua belah pihak. Peperangan ini disebut dengan Musu

Selleng atau Perang Islam. Ketiga kerajaan tersebut tergabung dalam persekutuan

Tellumpoco. Karena mengalami kekalahan Kerajaan Wajo masuk Islam pada

tahun 1610 dan Bone tahun 1611. Dengan masuk Islamnya Bone maka seluruh

wilayah Sulawesi Selatan sudah masuk Islam, kecuali Tana Toraja.

Page 19: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

19

1. Sejak abad ke 7 – 8 M pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India sudah

singgah di wilayah Nusantara.

2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui jalur perdagangan,

hubungan sosial (perkawinan, politik) dan pengajaran (pesantren, tasawwuf,

kesenian).

3. Penyebaran Islam di Jawa dilakukan oleh Walisongo, yaitu : Sunan

Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan

Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria.

4. Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Indonesia adalah Samudera Pasai,

Cirebon, Giri, Ternate, Demak, Aceh Darussalam, Banten, Kutai, Buton,

Palembang, Pajang, Mataram, Goa, Banjar, Kotawaringin, Bima, Siak Sri

Indrapura.

Agama Islam yang kita anut sekarang ini diturunkan di Tanah arab, yang

letaknya sangatlah jauh dari tempat kita hidup sekarang ini. Coba bayangkan

seandainya tidak ada orang yang mau membawa dan menyebarkan ajaran Islam

dari tanah arab sampai ke negara kita ini, tentulah kita akan menjadi orang yang

hidup dalam kegelapan (jahiliyah). Pernahkah kamu bersyukur kepada Allah dan

kepada mereka (para suhada dan mubaligh) yang telah mengorbankan waktu,

harta, tenaga, dan bahkan nyawanya untuk sampainya Islam kepada kita? Untuk

itu, marilah kita senantiasa terus bersyukur kepada Allah dan tetap mendoakan

kepada para syuhada dan mubaligh agar mereka semua selalu dalam lindungan

Page 20: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

20

Allah swt. Di samping itu kita berusaha untuk tetap menerima dan mengamalkan

ajaran-ajaran Islam dengan khusu’ dan istiqamah, diiringi usaha untuk

menyebarkan kepada orang lain walaupun sangat sederhana.

Dakwah : penyiaran ajaran Islam

Syiar : penyebaran ajaran Islam

Mubaligh : orang yang menyiarkan ajaran Islam

Syahid : orang yang mati dalam membela Islam

Jihad : memperjuangkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh

Tabayun : meminta penjelasan

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling

tepat !

1.Islam masuk ke Indonesia pada abad ….

a. 10 M

b. 11 M

Page 21: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

21

c. 12 M

d. 13 M

2.Ajaran Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang, kecuali ….

a. India

b. Arab

c. Gujarat

d. Eropa

3.Yang bukan merupakan cara penyebaran Islam di Indonesia adalah ….

a.perkawinan

b.penataran

c.kesenian

d.perdagangan

4.Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam dengan cara gamelan adalah ….

a.Sunan Gunung Djati

b.Sunan Giri

c.Sunan Kudus

d.Sunan Drajat

5.Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah ….

a.Demak

b.Majapahit

c.Samudra Pasai

d.Padang

6. Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa adalah ....

a.Pajang

b.Demak

c.Banten

d.Mataram

7. Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah ....

a. Malik al Saleh

Page 22: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

22

b.Muhammad Malik al Zahir

c. Mahmud Malik al Zahir

d. Manshur Malik al Zahir

8. Pendiri kerajaan Islam Mataram adalah ....

a.Ki Gede Pemanahan

b.Panembahan Senapati Ing Alaga

c.Panembahan Seda Ing Krapyak

d.Sultan Agung, dan Amangkurat I.

9. Tradisi sekaten diadakan untuk memperingati Maulid Nabi yang

dilaksanakan di Kota ....

a.Solo

b.Semarang

c.Demak

d.Surabaya

10. Tradisi Dugderan yang dilaksanakan di Kota Semarang bertujuan untuk

menyambut datangnya bulan .....

a. Muharam

b. Syawal

c. Ramadhan

d. Maulud

B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!

1. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh ....

2. Islam masuk di Pulau Jawa pada tahun ....

3. Walisongo yang menyebarkan Islam di Cirebon adalah ....

4. Raja pertama kerajaan Samudra Pasai adalah ....

5. Kesenian sekaten di Kota Solo sebenarnya berasal dari kata ....

C. Pasangkan kalimat di bawah sehingga menjadi benar!

Page 23: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

23

1 Sunan Kalijaga A Cirebon

2 Sunan Giri B Wayang Kulit

3 Sunan Muria C Raden Paku

4 Sunan Ampel D Maulana Umar Said

5 Syarif Hidayatullah E Surabaya

D. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Sebutkan dan jelaskan

cara penyebaran Islam di Indonesia!

2. Sebutkan 3 kerajaan

Islam di Pulau Sulawesi!

3. Sebutkan seni dan tradisi

Islam yang masih ada sampai sekarang!

4. Mengapa cara dakwah

walisongo bisa diterima oleh masyarakat di Pulau Jawa?

5. Siapakah orang yang

berjasa membawa ajaran Islam sampai di Indonesia?

TUGAS INDIVIDU

Buatlah ringkasan tentang Walisongo, cara yang digunakan dalam pendekatan

dakwahnya, dan dimana ia menyebarkan ajaran Islamnya? Kemudian

kumpulkan kepada Bapak/Ibu Gurumu untuk dinilai.

TUGAS KELOMPOK

Buatlah kelompok, dan coba diskusikan bersama teman dan Bapak/Ibu

Gurumu, tentang:

Page 24: BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

24

Masuknya Islam di Indonesia

Cara penyebaran Islam di Indonesia

Kerajaan-keraan Islam di Pulau Jawa

Cara penyiaran Islam Walisongo

Kerajaan Islam di Sumatra

Kesenian dan tradisi Islam yang ada Jawa Tengah