17
ANATOMI DAN FISIOLOGI APARATUS LAKRIMALIS I. PENDAHULUAN Aparatus lakimal adalah suatu kompleks yang mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan pengaliran air mata, dibagi ke dalam komponen sekresi, distribusi, dan ekskresi. II. ANATOMI II.1. KOMPONEN SEKRESI Glandula lakrimalis terdiri atas dua struktur: 1. Bagian Orbita berbentuk kenari yang terletak di dalam fosa lakrimalis di segmen temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis dari m. Levator palpebrae.

Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

ANATOMI DAN FISIOLOGI APARATUS LAKRIMALIS

I. PENDAHULUAN

Aparatus lakimal adalah suatu kompleks yang mencakup struktur-struktur

yang terlibat dalam produksi dan pengaliran air mata, dibagi ke dalam komponen

sekresi, distribusi, dan ekskresi.

II. ANATOMI

II.1. KOMPONEN SEKRESI

Glandula lakrimalis terdiri atas dua struktur:

1. Bagian Orbita berbentuk kenari yang terletak di dalam fosa lakrimalis di

segmen temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra

oleh kornu lateralis dari m. Levator palpebrae.

2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal

dari forniks konjungtivae superior.

Glandula lakrimalis aksesori (glandula Karause dan Wolfring) identik dengan

kelenjar lakrimalis utama tetapi tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar

ini terletak di dalam subtantia propria di konjungtiva palpebra.

Page 2: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

2.2. KOMPONEN DISTRIBUSI

- Lapisan Film Air Mata

Permukaan anterior bola mata dilapisi oleh film air mata yang membentuk

lapisan tipis setebal 7-10 mikrometer yang menutupi epitel kornea dan

konjungtiva. Film air mata terdiri dari tiga lapisan:

1. Lapisan lipid di superfisial dihasilkan oleh kelenjar Meibom, kelenjar Zeis

dan kelenjar Moll.

2. Lapisan akuos di bagian tengah yang dihasilakan oleh kelenjar lakrimalis

utama dan kelenjar lakrimal tambahan Krause dan Wolfring.

3. Lapisan musin di bagian dalam dihasilkan oleh sel goblet konjungtiva

yang terdiri dari glikoprotein.

Gambar 1. Susunan Lapisan Film Air Mata

Page 3: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

2.3. KOMPONEN EKSKRESI

1. Pungtum Lakrimal

Merupakan lubang kecil, berbentuk bulat atau oval, bearad di puncak papila

lakrimalis di medial dari tepi palpebra. Pungtum dari palpebra superior

menghadap ke bawah dan ke posterior. Pungtum dari palpebra inferior

menghadap ke atas dan ke posterior.

2. Kanalikuli Lakrimal

Kanalikulus superior berjalan ke medial dan turun ke bawah. Sementarakanal

likulus inferior berjalan ke medial dan ke atas. Pada pertemuan antara bagian

vertikal dan horisontal, kanalikili melebar disebut ampula.

3. Sakus Lakrimal

Berada di fosa lakrimal, terletak di anterior dari dinding medial orbit. Sakus

lakrimal berakhir di duktus nasolakrimalis.

4. Duktus Nasolakrimalis

Merupakan bagian akhir dari sakus lakrimalis, berakhir di meatus nasi inferior.

Persyarafan glandula lakrimalis:

- Sekretomotor parasimpatis berasal dari nukleus lakrimatoris N Fasialis (

N VII).

- Serabut simpatis postganglion muncul dari ganglion simpatis servikalis

superior.

- Serabut sensoris dari N Lakrimalis cabang oftalnik dari N Trigaminus

(N III).

Page 4: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

Gambar 2. Hubungan Sistem Drainase Lakrimal dan jaringan sekitarnya

III. FISIOLOGI

Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan lakrimal tambahan.

Terdapat dua tipe sekresi air mata yaitu sekresi basal dan sekresi reflek. Kelenjar

lakrimal utama berperan dalam sekresi reflek, yang merupakan respon dari

rangsangan syaraf berupa iritasi fisik, stimulasi psikis dan efek dari rangsangan

cahaya. Sedangkan kelenjar lakrimal tambahan berperan dalam sekresi basal yang

bersifat konstan.

Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui pungtum superior dan

inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan

bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal.

Pergerakan air mata dari forniks konjungtiva superolateral ke sakus

lakrimal. Proses ini dipengaruhi daya kapiler dan gerakan mengedip dari palpebra.

Dengan proses kedipan mata, terjadi konstraksi m. Orbikularis okuli lapisan

Page 5: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

superfisial dan profunda dari bagian kepala m. Orbikularis pretarsal. Terjadi

penekanan ampula dan menyebabkan pemendakan kanalikuli horisontal sehingga

pungtum bergerak ke medial. Secara bersamaan serabut otot profunda dari

muskulus orbikularis preseptal yang melekat pada fasia sakus lakrimalis

berkonstraksi dan terjadi pengembangan sakus lakrimalis. Apertura menutup dari

lateral ke medial menyebabkan pendorongan air mata ke medial (ke sakus

lakrimalis) dan menyebabkan pembesaran sakus lakrimalis sehingga

menimbulkan tekanan negatif. Hal ini meneyabkan penghisapan air mata dari

kanalikuli masuk ke sakus lakrimalis.

Saat palpebra membuka, kanalikuli memanjang menyebabkan

berkurangnya tekanan sehingga terisi air mata. M. Orbikularis relaksasi,

menyebabkan sakus lakrimalis kolaps dan terjadi peningkatan tekanan positif

yang mendorong air mata ke duktus nasolakrimalis menuju hidung. Gaya gravitasi

juga iku berperan penting pada proses pengosongan sakus lakrimalis. Pungtum

bergerak ke lateral, kanalikuli memanjang dan kemudian terisi oleh air mata.

Film air mata berguna untuk membasahi permukaan depan bola

matasehingga dapat berfungsi sebagai suatu kekuatan refraksi, sebagai pelumas

pada pergerakan kelopak mata dan mengandung substansi anti bakteri seperti

lisozim dan betalisis yang melindungi permukaan bola mata.

Lapisan lipid berfungsi meningkatkan tegangan permukaan film air mata,

lubrikasi, sebagai pertahan sepanjang margo palpebra untuk mencegah air mata

mengalir melalui pipi dan menurunkan penguapan akuos. Lapisan lipid

Page 6: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

mengandung komponen Zat polar (fosfolipid, trigliserid, asam lemak bebas) dan

Zat non polar (waxester, kholesterol ester).

Lapisan akuos mengandung berbagai garam an organik, glukosa, oksigen,

urea, bio polimer, berbagai enzim lisozim, imunoglobulin, albumin, globulin serta

berbagai glikoprotein. Fungsi lapisan akuos adalah menyediakan oksigen untuk

memenuhi kebutuhan epitel kornea, meratakan permukaan kornea, sebagai

substansi anti bakteri dan membersihkan debris.

Lapisan musim terdiri dari mukus glikoprotein yang penting untuk

menjaga stabilitas film air mata.

Page 7: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

TEST DIAGNOSTIK SISTEM LAKRIMALIS

1. Pemeriksaan Sistem Sekresi

- Pemeriksaan sekresi basal

Test ini untuk memeriksa kemampuan untuk memeriksa sekresi basal

(kelenjar wolfring dan krause) dengan menghilangkan faktor reflek sekresi

air mata dari kelenjar lakrimal.

- Test Schrimer No.1

Test ini untuk memeriksa fungsi sekresi sistem lakrimal

- Test Schrimer No.2

Test ini untuk menilai reflek sekresi kelenjar lakrimal.

- Test “Break Up Time”

Test untuk melihat fungsi fisiologi film air mata yang melindungi kornea.

2. Pemeriksaan Sistem Ekskresi.

- Test Fluoresin

- Pemeriksaan dengan Sonde

Pemeriksaan ini menentukan letak penyumbatan saluran eksresi air mata.

- Pemeriksaan kanalikuli

Pemeriksaan ini untuk melihat fungsi kanalikuli lakrimal atas dan bawah.

- Test Anel

Untuk menentukan fungsi ekskresi sistem lakrimal.

Page 8: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

GANGGUAN PADA SISTEM LAKRIMAL

I. Gangguan Sistem Sekresi

1.1 Alacrima

Tiadanya air mata sejak lahir. Terjadi pada sindrom Riley-Day

(Dyiautonomia familiar) dan displasia anhidrotik ektodermal. Pada awalnya tanpa

gejala, pasien dapat menunjukkan tanda keratokonjungtivitis sicca yang khas. Bisa

terjadi pula pada keadaaan terputusnya saraf untuk sekresi air mata, karena

neuroma akustik atau operasi sudut cerebellopontin. Hiposekresi lakrima dapat

terjadi pada tumor atau radang kelenjar lakrima.

1.2 Hipersekresi Lakrima

Hipersekresi primer jarang terjadi, dan harus dibedakan dengan obstruksi

duktulus ekskretoriusnya. Hipersekresi sekunder mungkin psikogenik atau sebagai

reflek akibat iritasi pada epitel permukaan atau retina. Keadaan ini dapat

dihentikan dengan memblokade saraf sekresi air mata di ganglion sphenopalatina.

1.3 Lakrimasi paradoksal

Ditandai dengan berair mata saat makan, meskipun mungkin kongenital

keadaan ini didapat setelah mengalami Bell’s Palsy dan akibat dari regenerasi

aberran nervus Fascialis

Page 9: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

1.4 Air Mata berdarah

Akibat perdarahan konjungtiva karena trauma, diskrasia darah. Bisa juga

oleh karena tumor di sakus lakrimalis. Dapat terjadi juga pada penderita hipertensi

yang sedang mimisan dengan perluasan dari duktus nasolakrimalis.

1.5 Dakrioadenitis

Radang akut kelenjar lakrimal. Paling sering pada anak-anak sebagai

komplikasi parotitis epidemika, campak, atau influenza. Dan pada orang dewasa

berhubungan dengan gonore. Dakriadenitis menahun mungkin akibat dari

infiltrasi limfositik jinak, Limfoma, leukimia atau tuberclosis. Sering bilateral

pada sarcoidosis. Bila disertai pembengkakan kelenjar parotis di sebuit syndom

Mikulicz. Gejalanya nyeri hebat, pembengkakan dan pelebaarn pembuluh darah di

temporal palpebra superior seperti kurva huruf S.

II. Gangguan Sistem Eksresi

2.1 Dakriosistitis

Infeksi dari sakus lakrimalis, biasa terjadi pada bayi atau pada wanita

pasca menopause. Biasanya unilateral dan selalu sekunder terhadap obstruksi

duktus nasolakrimalis. Bisa juga terjadi setelah trauma atau disebabkan oleh suatu

dakriolit. Pada anak-anak sering disebabkan oleh infeksi Haemophilus influenzae

dan harus segera di terapi secara agresif karena resiko timbulnya selulitis orbital.

Dakrisistitis akut pada dewasa biasanya disebabkan oleh S.aureus atau S. ß

hemolitikus. Pada yang menahun biasanya di sebabkan oleh S. pnemoniae.

Page 10: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

Gejalanya berair mata dan sekret mukopurulen. Terapinya antibiotik sistemik

yang memadai, disertai dengan menghilangkan obstruksi dengan cara

dakriosistorinostomi.

2.2 Penyakit Kanalikuli

Stenosis kanalikuli terbagi dalam kelainan kongenital dan didapat.

Kelainan kongenital mencakup puncta imperforata, puncta ascecorius, fistula

kanalikuler dan agenesis sistem kanalikuli. Untuk yang didapat biasanya akibat

infeksi virus varicella, herpes simpleks dan adenovirus. Sebab lainnya akibat

obstruksi bahkan obliterasi terjadi pada syndom Stevens-Jhonson dan pemfigoid

bullous. Obstruksi total mengharuskan penggunaan sebuah duktus air mata buatan

untuk mengatasi epiphora (konjungtivodakriosistorinostomi) berupa sebuah

tabung kaca pirex yang diletakkan dalam sakus konjungtiva dalam rongga hidung.

Kanalikulitis merupakan infeksi menahun unilateral disebabkan oleh Actinomyces

israelii, Candida albicans, atau Aspergillus sp. Infeksi biasanya mengenai

kanalikulus bawah, pada orang dewasa menimbulkan konjungtivitis purulen

sekunder. Gejalanya pasien mengeluh mata merah dan ada sekret. Punctum

biasanya sedikit menonjol dan dan isinya dapat dikeluarkan untuk dikultur.

Kemudian dilakukan irigasi untuk menjaga terbukanya saluran kadang diikuti

kanalikulostomi dan dibilas dengan tinctura yodium.

Page 11: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

III. Gangguan Sistem Distribusi

3.1 Sindrom Mata Kering (keratokonjungtivitis sicca)

Dapat disebabkan defesiensi unsur film air mata (aqueus, mucin, atau

lipid), kelainan permukaan palpebra, atau kelainan epitel, tapi yang terpenting

adalah keratokonjungtivitis sicca yang berhubungan dengan arthritis rematoid dan

penyakit autoimun lain disebut sebagai Sindrom Sjogren. Apapun penyebabnya

semua yang secara sekunder menyebakan film air mata tidak stabil. Ciri

histopatologik berupa timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel

konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran

abnormal sel epitel non goblet, peningkatan stratifikasi sel dan penambahan

keratinisasi. Gejalanya pasien mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir,

sekresi mukus berlebihan, sensasi terbakar, fotosensitif, merah, sakit, sulit

menggerakkan palpebra, tapi dapat pula tanpa gejala. Pada pemeriksaan slit Lamp

terlihat tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang mukus

kental kekuningan kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Konjungtiva

bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan

hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fisura interpalpebra. Sel epitel

konjungtiva yang rusak terpulas dengan Bengal rose. Dan defek pada epitel

kornea dapat terpulas dengan flourescein. Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus

pada kornea, penipisan kornea dan perforasi. Kadang terjadi infeksi bakteri

sekunder dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang berakibat

penurunan penglihatan. Terapinya adalah pengantian cairan berupa air mata

buatan dan salep untuk pelumas jangka panjang.

Page 12: Anatomi dan fisiologi aparatus lakrimalis

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell R, Lemp M. The Ocular Appendages. In Clinical Anatomy of the Eye.

Second edition. Blackwell Science, Maldon;1998

2. American Academy of Ophtamology. Lacrymal System in: Orbit, Eyelids and

Lacrimal System. The Foundation of AAO, San Fransisco;2003-2004

3. Vaughn DG, AsburyT, Riordan-Eva P. Palpebra and apparatus Lacrimalis in:

H.S. Jhon, Editor. Ophtamologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika

Jakarta. 1996