43
MAKALAH “ANALISIS CERPEN” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sastra Oleh: 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . Agung Subandi Dwi Silviya Indah O. Nailul Mukfiyah Novita Widianingsih Rohmat Andy Arif M. (100210402031) (130210402065) (130210402045) (130210402078) (130210402017) Kelas A Kelompok 7 UNIVERSITAS JEMBER Jl. Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegal Boto

analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Citation preview

Page 1: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

MAKALAH

“ANALISIS CERPEN”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Teori Sastra

Oleh:

1.

2.

3.

4.

5.

Agung Subandi

Dwi Silviya Indah O.

Nailul Mukfiyah

Novita Widianingsih

Rohmat Andy Arif M.

(100210402031)

(130210402065)

(130210402045)

(130210402078)

(130210402017)

Kelas A Kelompok 7

UNIVERSITAS JEMBER

Jl. Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegal Boto

Telp./Fax (0331) 339029

JEMBER

2013

Page 2: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas

Teori Sastra dalam hal menganalisis cerpen.

Tugas ini kami kerjakan secara berkelompok atas perintah bapak

Siswanto. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Siswanto atas waktu dan bimbingan yang di kasih kepada kami

tentang materi teori sastra.

2. Ibu Endang atas bimbingannya tentang materi teori sastra

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan

yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pihak manapun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 26 November 2013

Tim Penulis

2

Page 3: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Daftar Isi

Judul .................................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................................................. 2

Daftar Isi .......................................................................................................................................... 3

1. BAB I Pendahuluan..............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................................5

2. BAB II Pembahasan............................................................................................................6

2.1 Cerpen “Air Akar”................................................................................................6

2.2 Kode Bahasa.......................................................................................................15

2.3 Kode Sastra.........................................................................................................24

2.4 Kode Budaya.......................................................................................................26

3. BAB III Penutup .................................................................................................................28

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................28

Daftar Pustaka.............................................................................................................................29

3

Page 4: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali

duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen

merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000

kata. (Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72) 

Cerpen merupakan suatu cerita yang dikarang oleh pengarang

untuk berbagai tujuan. Diantaranya sebagai hiburan dan rekreasi

pembaca. Pada kesempatan kali ini kami mendapat tugas tentang

menganalisis cerpen yang bertujuan untuk mempermudah pembaca

dalam memahami dan mengerti apa yang dimaksud atau isi yang

terkandung dalam cerpen tersebut. Dalam analis ini kami mencoba

mencari makna dengan memecahkan kode bahasa, kode sastra, dan kode

budaya.

Alasan kami memilih cerpen “Air Akar” ini karena cerpen ini sangat

menarik, dengan menggunakan bahasa sastra yang indah. Dari judulnya

saja dapat terbayangkan oleh kita, betapa karya ini memiliki makna yang

terpendam. Oleh karenanya kami akan menggali makna cerpen tersebut

di dalam makalah kami ini.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah

yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa makna dari cerpen “Air Akar” jika dilihat dari kode Bahasa?

2. Apa makna dari cerpen “Air Akar” jika dilihat dari kode Sastra?

3. Apa makna dari cerpen “Air Akar” jika dilihat dari kode Budaya?

4

Page 5: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

1.3Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna cerpen “Air Akar” melalui kode bahasa.

2. Untuk mengetahui makna cerpen “Air Akar” melalui kode sastra.

3. Untuk mengetahui makna cerpen “Air Akar” melalui kode budaya.

5

Page 6: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cerpen “Air Akar”

Air Akar

LANGIT menggelegar, terus menggelegar, seolah seorang raksasa

tengah muntab karena sarapan tak kunjung tiba. Rupanya, raksasa itu

sudah lapar benar, hingga tak cukup baginya hanya meraung. Ususnya

sudah melilit, perutnya sakit tak kepalang. Ia akhirnya menangis,

menangis sejadi-jadinya. Jarum-jarum bening bagai berebutan

menciumi pucuk-pucuk karet, seolah tahu benar betapa pohon-pohon

tua itu meranggas karena kemarau yang memamah beberapa purnama.

Daun-daun kering yang menyelimuti hamparan tanah di bawah

payungan kanopi karet, kini lindap, basah, lembab, lalu mempersilakan

cacing, kalajengking, dan pacat menggeliat, mencari makan ke sana-ke

mari. Tak lama, raksasa itu lelah juga. Wajah langit kembali merona

biru laut. Di salah satu lembah, dekat Sungai Lubukumbuk, bianglala

melengkungkan cahaya tujuh warna. Memang, sebagaimana di kampung

lain, penduduk Kampung Nulang yang sebagian besar menyadap karet itu

juga percaya bahwa beberapa bidadari kerap singgah di kampung

mereka, di lembah yang sejuk oleh semak bambu, perdu, dan pohon-

pohon besar tak bernama. Namun, mereka tak pernah tahu bahwa Tuhan

telah menurunkan seorang bidadari di tengah-tengah mereka.

Bunga Raya, demikian guru dua puluh enam tahun itu diberinama

oleh kedua orang tua yang sudah bertamasya ke angkasa ketika usianya

masih dapat dihitung dengan sejumlah jari di sebelah tangan. Namun

begitu, tak banyak yang tahu perihal namanya yang indah itu. Penduduk

Kampung Nulang memanggilnya Bunda Guru dapat diendus bahwa

6

Page 7: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

murid-muridnyalah yang memberi gelar itu, murid-murid yang merasa

tenang, damai, dan bahagia bila diajarnya.

Lain lagi halnya dengan penduduk Kampung Nulang. Bunga Raya

memang masih dipanggil Bunda Guru, tapi bukan guru seperti di

tempatnya mengajar, melainkan guru orang-orang yang sakit. Ya, bagi

mereka, Bunda Guru adalah mantri yang hebat. Mantri? Seorang guru jadi

mantri? Bagaimana bisa?

ADALAH satu tahun yang lalu, ketika Bunga Raya menjejakkan kaki

di sebuah SD di kampung yang berjarak lebih dari dua puluh kilometer

dari Lubuklinggau. Saat memperkenalkan diri di hadapan murid-murid

kelas lima, salah seorang murid tiba-tiba mengerang kesakitan sambil

memegang perutnya. Kelas gaduh. Bunga Raya meminta beberapa anak

laki-laki yang badannya bongsor untuk membopongnya ke ruang guru.

Dibaringkanlah ia di atas kedua meja yang didempetkan. Bunga Raya

bertanya apa yang dimakan murid itu pagi tadi. Tak ada kata-kata yang

keluar dari mulutnya kecuali erang kesakitan. Untunglah salah seorang

temannya memberitahu bahwa pagi tadi murid itu sebenarnya tidak

diperkenankan berangkat ke sekolah oleh orangtuanya karena sejak

malam tadi hampir setiap satu jam sekali ia hilir-mudik ke Sungai

Lubukumbuk untuk buang hajat. Kala itu Bunga Raya melengkungkan

kedua ujung bibirnya ke atas. Ia dapat mengira-ngira apa yang tengah

mendera muridnya itu. Ia menyuruh salah seorang seorang murid yang

rumahnya dekat dengan sekolah untuk membuat segelas oralit dan

membawanya ke sekolah.

“Oralit?”

Ah, ingat sekali Bunga Raya bagaimana ekspresi beberapa muridnya

ketika membunyikan kata itu dalam intonasi bertanya. Bahkan anak

muridnya yang tengah menderita sakit perut itu pun menghentikan

7

Page 8: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

erangannya seketika demi memastikan apa yang baru saja ia dengar.

Sore harinya, kedua orangtua Nalin, demikian nama anak yang terserang

diare itu, mendatangi kediaman Bunga Raya di belakang sekolah. Sempat

berdesir bulu kuduk Bunga Raya mendapati kedatangan mereka. Ia

sudah khatam bagaimana tabiat penduduk Kampung Nulang yang

berdarah panas, mudah naik pitam, dan gampang main tangan. O, apa

yang terjadi dengan Nalin? Butir demi butir keringat tumbuh dari kening

Bunga Raya. Namun semua kekhawatirannya menguap serta-merta

ketika mengetahui maksud kedatangan mereka. Ternyata Nalin sudah

sembuh. Mereka berterimakasih sembari membungkukkan badan. Ah,

singkuh nian Bunga Raya. Beberapa hari setelahnya, Bunga Raya dikirimi

beras, sayur-mayur, ikan-ikan sungai, bahkan tempoyak, sejenis asam

durian khas Sumatera. Pada hari yang lain (mungkin ayah Nalin mengira

Bunga Raya juga akan menyadap karet seperti perempuan Kampung

Nulang pada umumnya), ia dikirimi sebotol cuka para, semacam air keras

berwarna gelap yang sering digunakan untuk mencetak karet sebelum

siap dijual. Bunga Raya tetap menerimanya (ia berencana akan

memberikannya kepada penyadap karet sekitar yang membutuhkan).

Barulah Bunga Raya paham dengan siapa ia berhadapan. Orangtua

Nalin adalah dua orang terpandang. Ayahnya adalah juragan karet yang

juga petinggi puak. Ibunya adalah seorang tabib (Ah, syukurlah ia tidak

seperti tabib kebanyakan yang pongah. Ia mengakui betapa tak ada apa-

apanya ia dibanding Bunga Raya yang berhasil menyembuhkan sakit perut

anaknya). Benarlah kata orang, mulut adalah tali terpanjang untuk

menyambung kabar dalam lingkaran. Ya, sejak saat itu, saban hari, ada-

ada saja orang yang datang ke kediaman Bunga Raya untuk berobat.

Sudah habis liur membasahi lidah, sudah lelah mulut menganyam kata,

demi menyangkal keyakinan penduduk tentang karomah yang kata

mereka diturunkan kepadanya, namun orang-orang kampung pandai

nian membuatnya tak kuasa menolak menjalani peran baru itu. Ada-ada

8

Page 9: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

saja sanggahan dan desakan mereka. Beginilah orang kampung, bila

keyakinan sudah bersarang, tak ada guna menghindar dari permintaan!

Mati nian, Bunga Raya!

Seiring matahari yang tak lelah menggelinding di cakrawala, Bunga

Raya harus berdamai dengan kenyataan yang tak pernah diduga-duga.

Dengan mengendarai sepeda motor kreditan, ia rajin ke kota setelah jam

mengajar berakhir untuk membeli sejumlah obat di apotek.

Namun … ternyata tak mudah meyakinkan penduduk untuk

mengonsumsi obat-obatan moderen. Mereka masih mengira, oralit yang

diberikan kepada Nalin tempo hari adalah ramuan rahasia. Walau sudah

Bunga Raya ceritakan tentang mudahnya membuat oralit, tapi mereka

masih bergeming selama itu bukan dari Bunga Raya sendiri. Maka,

setelah berulang kali bolak-balik ke kota, setelah berulangkali

berkonsultasi dengan beberapa dokter, ahli herbal, dan teman-temannya

yang peduli, Bunga Raya akhirnya dapat membuat Air Akar. Demikianlah

sari umbi-umbian dan akar-akaran itu diberinama. Air Akar diyakini

dapat menyembuhkan sejumlah penyakit dan keluhan. Ramuan cokelat

pekat itu biasanya dimasukkan ke dalam botol dan dapat digunakan

untuk waktu berbulan-bulan. Memang rasanya pahit tak kepalang.

Namun, ini bukan tentang rasa yang kerap diributkan orang-orang kota.

Ini tentang tampilan yang harus berkarib dengan alam dan kampung

yang sederhana. Untuk itu semua, Bunga Raya merelakan sebagian

gajinya terpakai. Ya, Bunga Raya sadar benar, tak cukup hanya dengan

bismilah untuk mengurusi nyawa orang!

Ternyata Tuhan memang Mahaadil. Setiap tabiat mulia yang ditanam,

tentulah akan tiba masa panen buahnya. Dan buah itu, bukan hanya

dipetik Bunga Raya, tapi juga dinikmati para penduduk yang telah

menahbiskannya sebagai guru serbabisa. Sejumlah keluhan yang lazim di

9

Page 10: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

derita penduduk, seperti kepala pusing, masuk angin, dan lesu yang

berkepanjangan, dapat diatasi dengan Air Akar. O, Bunga Raya, ini bukan

hanya tentang kemujaraban akar dan umbi-umbian. Ini juga tentang

karomah Tuhan, zat yang takkan mendiamkan hamba yang sudah

lintang-pukang mengikhtiarkan kebaikan ….

Bunga Raya sadar benar. Bagaimanapun, negara menempatkannya di

Kampung Nulang untuk mengabdi sebagai guru, bukan sebagai mantri.

Maka, demi menjalankan kewajibannya tanpa mengabaikan orang-orang

yang datang berobat, ia meminta Bu Mindu, seorang janda yang berjualan

rempah di pasar kalangan saban Selasa, untuk membantunya di rumah.

Ah, siapalah yang kuasa menolak permintaan Bunda Guru yang

termasyhur nama, ilmu, kepandaian, dan kebaikan hatinya. Dan seolah

berjodoh, tak membutuhkan waktu lama, Bu Mindu sudah cakap

melayani keluhan ringan penduduk yang datang ketika Bunga Raya

tengah mengajar di SD. Singkat cerita, Bunga Raya benar-benar terbantu

karenanya. Ya, Bunga Raya dapat menjalankan dua perannya dengan hati

yang bungah.

Namun, tentulah bukan kehidupan namanya, bila kebaikan bisa

berlayar tanpa diusik gelombang. Beberapa guru menjulukinya mantri

abal-abal, mantri yang memanfaatkan kebodohan para penduduk untuk

menangguk rupiah. Mereka seolah-olah mengkambinghitamkan

persediaan beras, sayur-mayur, lauk-pauk, atau bahkan kain lasem yang

Bunga Raya miliki sebagai dasar gunjingan. Terakhir, Bunga Raya

mendapati mereka menggunjingkan dedikasinya terhadap anak-anak

didiknya

“Terlampau sibuk cari uang dengan menjual ramuan, bisa-bisa PNS baru

tu menelantarkan anak-anak di sekolah.”

10

Page 11: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Awalnya, Bunga Raya terbakar oleh sindiran itu, namun setelah

dipikirnya masak-masak, tak guna melayani orang-orang yang tak dapat

membuktikan ucapannya, tak guna menanggapi orang-orang yang

diragukan pengabdiannya. Ya, lucu rasanya bila guru-guru yang kerap

terlambat, justru sibuk menggunjingkan guru yang rajin. Lagipula, apa

hubungannya dengan statusnya sebagai PNS baru. Apalah guna masa

kerja yang lama bila tak paham jua tentang tugas dan kewajiban. Ya, dua

jam pelajaran pertama di SD itu hampir selalu ditangani Bunga Raya

seorang. Kadang ia meminta Bu Mindu dan Wak Samin, penjaga sekolah

yang sudah pikun itu, untuk memastikan bahwa anak-anak didiknya

tidak membuat kegaduhan di kelas-kelas yang lain. Sungguh, bila

diperturutkan, betapa jengkel ia kepada kepala sekolah dan dewan guru

yang kerap datang terlambat dan alpa mengajar.

“Jangan samakan mereka denganmu yang tinggal di kampung ini, Bunda

Guru,” ujar kepala sekolah ketika Bunga Raya mengeluhkan kedisiplinan

yang tidak tegak lagi di SD Nulang. “Apalagi sekarang ’kan pengujung

tahun, maklumilah bila mereka berhalangan datang karena hujan lebat.”

Bunga Raya diam, mencerna kata-kata dari pimpinannya itu.

“Dan … rekan-rekanmu itu tak bisa tinggal di Nulang sepertimu karena

mereka punya rumah dan keluarga di Lubuklinggau….”

Bunga Raya menunduk. Matanya hangat. O, Ayah, Ibu, di mana…?

“Bukan maksud Bapak menyinggung perasaanmu…”

Sejak itu, Bunga Raya belajar tahu diri. Ya, di antara sepuluh orang

guru (termasuk kepala sekolah), hanya ia seorang yang memilih tinggal

di Kampung Nulang setelah SK pengangkatan pegawai diterima. Ia pun

memahami betapa jarak Nulang-Lubuklinggau sejatinya tidak

11

Page 12: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

dihubungkan oleh jalan yang lurus. Bahkan, tak lebih seperempatnya

yang beraspal. Selebihnya adalah jalan-jalan koral, tanah liat yang

bergelombang, kelokan yang melengkung, dan tanjakan serta turunan

yang di salah satu sisinya jurang menganga bersembunyi di balik rimbun

pakis haji dan rumput kanji. Belum lagi, beberapa jembatan yang harus

dilalui adalah bilah-bilah papan merbau yang tua, rapuh, basah, dan

berlubang di beberapa bagian. Dan di pengujung tahun seperti saat ini,

tentulah hujan menjadi penyempurna yang indah untuk semua keadaan

yang mengenaskan itu. Bunga Raya kibaskan lamunannya. Ia binar-

binarkan wajahnya. Ia lapang-lapangkan dadanya. Begitulah. Begitulah

yang kerap dilakukannya bila sedih yang merundung kian

menggelisahkan.

  AHAD itu, Bunga Raya mengajak Bu Mindu ke Lubuklinggau. Sebelum

men-starter sepeda motor, ia menitipkan kunci kepada Wak Samin. Ia

juga berpesan; kalau ada yang datang berobat, silakan kembali bakda

ashar.

Selain membeli bahan makanan dan barang keperluan rumah tangga

lainnya, kepergian Bunga Raya ke kota juga untuk menemui beberapa

orang yang selama ini mengajarinya membuat Air Akar. Ia memang sudah

meminta Bu Mindu untuk membawa ramuan yang isinya tinggal

seperempat botol itu. Sejak empat hari yang lalu, Bunga Raya tidak

nyaman dengan bau yang menguap dari ramuan itu. Benarlah, semua

orang kompeten yang ia temui menyatakan Air Akar sudah waktunya

diganti.

Setelah menunaikan shalat zuhur di masjid dekat simpang pasar, dan

memastikan bahwa semua barang sudah dibeli dan keperluan sudah

ditunaikan, mereka menyusun barang-barang di sepeda motor agar tidak

jatuh selama perjalanan. Baru setengah perjalanan ditempuh, langit

12

Page 13: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

perlahan-lahan kelam. Jarum-jarum bening bagai berebutan menusuk

pakaian Bunga Raya dan Bu Mindu. Mereka berteduh di bawah pohon

kelengkeng di tepi jalan. Mereka gegas mengenakan mantel yang sudah

disiapkan di dalam boks sepeda motor. Namun, tangis raksasa itu

terlampau hebat hingga hujan menghalangi pandangan Bunga Raya

meskipun lampu sorot jauh telah dinyalakan. Beberapa kali mereka

menepi untuk menunaikan ashar atau sekadar berteduh di bawah kanopi

pohon rimbun. Tepat ketika azan magrib ditangkap gendang telinga,

mereka telah tiba di rumah berpagar rerimbun kembang sepatu.

Pintu rumah tampak terbuka. Lampu-lampu sudah dinyalakan. Ah,

Wak Samin memang cekatan, pikir Bunga Raya. Bunga Raya mengucap

salam. Suara Wak Samin menjawab salam terdengar dari dapur. Bunga

Raya masuk, duduk di kursi beberapa saat setelah membuka mantel. Bu

Mindu langsung ke belakang untuk mengambil wuduk. Tak lama, Wak

Samin muncul dari bilik praktik.

“Bunda Guru, tadi ada anak tujuh tahunan dari kampung seberang yang

mau berobat.”

“O ya? Saya mohon maaf, Wak. Kami telat datang ….”

“Ya. Saya suruh tunggu, tapi karena orangtuanya ada pekerjaan

mendesak, jadi anaknya dititipkan di sini untuk diobati. Paling sebentar

lagi mereka datang untuk menjemput.”

“Anaknya mana, Wak?”

“Sudah saya obati.”

“Maksud Wak?”

13

Page 14: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

“Tadi Bunda Guru lama sekali pulangnya. Saya lihat anak itu pun sudah

sesak napasnya. Saya ambil Air Akar di dapur. Saya tuangkan ke gelas.

Saya suruh dia minum.”

“Air Akar?” Bunga Raya memeriksa tasnya. Sebotol Air Akar ada di sana.

Perasaannya tak enak. Gegas ia bangkit dan menuju ke dapur. “Air Akar

yang mana, Wak?” Nada suaranya mulai cemas.

“Anak itu memang mengerang kesakitan ketika menenggaknya. Tapi saya

teringat kata-kata Bunda Guru, kalau minum obat itu memang rasanya

tidak enak.” Wak Samin menyusul Bunga Raya sambil nyerocos penuh

percaya diri seakan ia benar-benar berjasa telah membantu Bunda Guru

dalam melakukan pengobatan.

“Bunda Guruuu!” Teriakan Bu Mindu dari ruang praktik mengejutkan

Bunga Raya dan Wak Samin.

Bunga Raya beristighfar serta-merta. Di pembaringan, di lihatnya

seorang anak kecil dengan tubuh biru-kaku terbujur dengan bibir yang

terbakar. Bu Mindu menangis. Bunga Raya mengalihkan pandangan ke

arah Wak Samin. Jantungnya berdegup terburu-buru. Wak Samin gegas

ke belakang. Ia mengambil sebuah botol sirup yang berisi cairan cokelat

pekat.

“Saya sering melihat Bunda Guru memberikan Air Akar ini kepada orang-

orang yang sakit,” ujar Wak Samin sembari menunjukkan botol di

tangannya. “Sepertinya ini obat semua penyakit. Apalagi anak itu cuma

mengerang sebentar. Setelah itu langsung tenang, bahkan langsung tidur.”

Bunga Raya menyambar botol itu dari tangan Wak Samin. Bu Mindu

terperangah. Tenggorokannya tercekat. Bibir Bunga Raya menggigil.

Bahunya turun naik menahan buncah. Kepalanya bagai bergasing.

14

Page 15: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Bunga Raya dan Bu Mindu bersitatap. Ada marah dan ketakutan yang

menyala di mata-mata itu. Tangannya bergetar. Botol di tangannya jatuh.

Pecah. Beling-beling berserakan. Isinya muncrat di kaki kanan Wak

Samin. Laki-laki berumur itu mengerang kesakitan. Jari-jari sebelah

kakinya terbakar seketika. Wak Samin berguling-guling menahan sakit,

menahan sakitnya kulit yang terbakar, menahan sakitnya jari-jari kaki

yang terbakar, terbakar oleh cuka para!

2.2 Kode Bahasa

Kode bahasa, dimana pembaca dituntut untuk menguasai makna

yang terkandung dalam karya sastra tersebut, dengan menaklukkan

tanda baca, dan sebagainya menggunakan kajian denotatif/konotatif

maupun kajian teori rifatter.

Dalam makalah ini kami menggunakan kajian denotatif/ konotatif,

yang diuraikan di bawah ini.

Air Akar

Konotatif : ramuan obat serbaguna warisan leluhur.

Dedukatif : air dan akar yang di campurkan menjadi satu bentuk.

1. Menggelegar

Konotatif : langit mengeluarkan suara yaitu tanda akan turun hujan.

Denotatif : suara seperti halilintar.

2. Raksasa

Konotatif : akan turun hujan (badai yang hendak datang).

Denotatif : sosok seperti manusia yang berbadan sangat besar melebih

pohon.

3. Tengah

Konotatif : proses terjadinya hujan.

15

Page 16: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Denotatif : posisi yang bukan berada di antara depan dan belakang.

4. Muntab

Konotatif : hujan telah mulai turun.

Denotatif : mengeluarakan.

5. Jarum-jarum

Konotatif : air hujan.

Denotatif : banyak jarum.

6. Bening

Konotatif : jernih.

Denotatif : tidak tercampur debu bersih dan berkilau.

7. Berebutan

Konotatif : butiran air hucarjan yang jatuh secara bersamaan.

Denotatif : ada beberapa orang atau yang lain yang saling mengambil

suatu hal yang bisa dilakukan dengan cara di perlombakan.

8. Menciumi

Konotatif : samapai

Denotatif : orang yang memberi kasih sayang dengan bentuk suatu

ciuman.

9. Pucuk-pucuk

Konotatif : berada di ujung daun rumput.

Denotatif : ujung yang berada yang paling atas dan paling runcing.

10. Karet

Konotatif : ujung dari rumput yang paling ujung.

Denotatif : tumbuhan besar yang getahnya diambil dan dimanfaatkan

untuk bahan membuat ban dan peralatan lainnya.

11. Meranggas

Konotatif : basah terkenak air hujan.

Denotatif : memberi selimut.

12. Purnama

Konotatif : tumbuhan-tumbuhan kecil.

16

Page 17: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Denotatif : nama dari bulan .

13. Menyelimuti

Konotatif : melindungi

Denotatif : kain yang di selimutkan kepada seseorang agar tidak

kedinginan.

14. Mempersilakan

Konotatif : menyuruh.

Denotatif : mengetujuinya.

15. Raksasa

Konotatif : akan turun hujan.

Denotatif : sosok seperti manusia yang berbadan sangat besar melebih

pohon.

16. lelah

Konotatif : hujannya telah berhenti.

Denotatif : capek.

17. Kembali

Konotatif : hujan sudah tidak turun.

Denotatif : datang.

18. Merona

Konotatif : terang.

Denotatif : cahaya.

19. Bianglala

Konotatif : pelangi.

Denotatif : pelangi.

20. hilir-mudik

Konotatif : mondar mandir.

Denotatif : pulang kampung.

21. Erangannya

Konotatif : menahan rasa sakit.

Denotatif : keluhan karena sakit.

17

Page 18: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

22. Berdesir

Konotatif : berdiri.

Denotatif : bersuara.

23. Butir

Konotatif : satu air keringat.

Denotatif : barang yang kecil-kecil.

24. Menguap

Konotatif : mengetahui.

Denotatif : rasa ngatuk dan bisa juga uap dari asam.

25. Nian

Konotatif : malu.

Denotatif : benar atau sungguh.

26. Tali

Konotatif : ikatan.

Denotatif : utas panjang yang di pakai untuk mengikat.

27. Terpanjang

Konotatif : paling erat.

Denotatif : jarang paling jauh antara ujung ke ujung.

28. Lingkaran

Konotatif : keluarga.

Denotatif : benda yang bulat.

29. Liur

Konotatif : ludah.

Denotatif : air yang gental yang keluar dari mulut.

30. Menganyam

Konotatif : merangkai atau berbicara.

Denotatif : suatu kesenian yang menggunakan bahan bambu.

31. Berkarib

Konotatif : berbaur.

Denotatif : berkawan dekat.

18

Page 19: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

32. Mengkambinghitamkan

Konotatif : membicarakan keburukan yang belum tentu benar adanya.

Denotatif : membicarakan keburukan yang belum tentu benar adanya.

33. Terbakar

Konotatif : marah

Denotatif : habis dilalap api.

34. Kelam

Konotatif : mendung.

Denotatif : masa lalu yang buruk.

35. Jarum-jarum

Konotatif : tetesan air hujan.

Denotatif : rumput jarum.

36. Menusuk

Konotatif : masuk.

Denotatif : memasukkan barang runcing.

37. Ditangkap

Konotatif : mendengar.

Denotatif : di ambil atau di pegang.

38. Tercekat

Konotatif : sakit.

Denotatif : cerdik dan tangkas.

39. Bersitatap

Konotatif : berhadap hadaapan.

Denotatif : melirik.

40. Bergasing

Konotatif : pikirannya tidak karuan atau kacau.

Denotatif : alat permainan terbuat dari kayu bundar dan bagian bawah

agak lancip cara memainkannya diputar menggunakan tali.

19

Page 20: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Jika cerpen ini dibahasakan kembali, maka isi dari cerpen ini akan

terurai seperti di bawah ini,

Air akar

Langit yang mendung di sertai dengan suara seperti halilintar, seakan

datang hujan yang sangat deras setelah beberapa menit kemudian rupanya

hujan pun telah turun dengan deras, air hujan tersebut telah membasahi

seluruh permukaan bumi ini. Air hujan tersebut samapai membasahi seluruh

rumput yang ujungnya tajam seperti kawat ikut basah sampai pada

permukaan tanah dan berkilauan air hujan, seakan perpohonan tua tersebut

memberi selimut pada beberapa tumbuhan di bawahnya tersebut. Daun-daun

kering yang berada di bawah tanah ikut lindap, lembab, basah tetapi

bermanfaat bagi para bintang untuk mencari makanan bagi mereka. Dan

tidak lama kemudian hujan pun mulai redah dan langit terlihat cerah dan

terang kembali dan mengeluarkan warna langitnya kembali. Di salah satu

sungai yaitu sungai Lubukumbuk pelangi mengeluarakan keindahnya dengan

tujuh warna yang indah sekali. Dan penduduk Kampung Nulang pun percaya

bahwa setelah muncul pelangi pasti ada bidadari yang ikut turun tersebut,

tetapi penduduk Kampung Nulang tidak percaya bahwa Allah S.W.T telah

menurunkan bidadari kepada kampungnya untuk mengubah Kampung

Nulang lebih baik lagi.

Bunga raya adalah seorang guru yang beusia enam puluh tahun, orang

tua bunga raya memberi nama setelah orang tuanya rekreasi ke angkasa. Dan

akan tetapi penduduk Kampug Nulang tidak memanggilnya bunga raya tapi

memanggilnya Bunda guru dan lagi pula anak-anak didiknya senang bersama

beliau di karenakan murid-muridnya merasa tenang, damai, dan bahagia bila

di didik oleh Bunda Guru.

Lain lagi dengan Pendudung Kampung Nulang memanggil Bunga Raya

dengan sebutan Bunda Guru bukan karena Bunda Raya itu mendidik anak-

20

Page 21: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

anak mereka tetapi di karenakan bunda raya di anggap sebagai orang-orang

sakti yang dapat menyembuhkan penyakit orang-orang.

Pada satu tahun yang lalu. Bunda Guru baru mengajar di salah satu SD

yang berada di Kampung Nulang, suatu ketika salah satu anak didik Bunda

Guru pingsan dan Bunda Guru memintak tolong kepada salah satu muridnya

yang berbadan berbadan besar untuk menggendong teman ke ruang guru.

Bunda Guru bertanya ke pada si anak yang pingsan tersebut tapi anak

tersebut tidak menjawab, lalu temannya menjawab pertanyaan Bunda Guru

tersebut, lalu temannya menceritakan bahwa si anak ini sudah sakit dari

rumah si anak ini sakit perut dan dengan orang tuanya ini si anak tidak boleh

masuk sekolah dengan orang tuanya di karenakan sakit tetapi anak ini tetap

nekat buat masuk sekolah. Lalu Bunda Guru menyuruh salah satu muridnya

untuk membuatkan oralit. Semua murid didiknya tersebut terkejut saat

Bunda Guru menyebutkan kata-kata oralit. Dan sore harinya kedua orang tua

Nalin murid yang menderita sakit perut tersebut mendatangi rumah Bunga

Raya yang terletak dibelakang sekolah. Bulu kuduk bunga raya berdiri karena

mengetahui orang tua didiknya kerumah bunga raya. Bunga raya mengetahui

bahwa orang tua muridnya bersifat cepat marah dan lain sebagainya. Jadi

bunga raaya takut terjadi apa-apa dengan anak didiknya yng di obati di

sekolah tadi. Air keringat yang mulai bermunculan satu demi satu di dahi dan

di badan bunga raya. Manun kekhawatiran tersebut mulai sirna ketika bunga

raya mengetahui ke datangan orang tua Nalin, ternyata Nalin sudah sembuh

dan orang tua Nalin setiap harinya memberi beras, sayur, dan lain-lainnya

kepada bunga raya.

Bunga raya paham atas semua itu, bunya raya mengerti siapa kedua

orang tua dari Nalin. Ayah Nalin adalah juragan karet dan petinggi puak,

seadangkan ibunya adalah seorang tabib. Bilang Bunga raya percaya atas

pepata bilang yaitu mulut adalah seutas panjang yang di pakai untuk berjalan

paling jauh antara ujung ke ujung.dan sejak saat itu banyak orang yang

berdatangan ke rumah Bunga raya untuk berobat. Bunga raya sudah kata

21

Page 22: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

untuk bilang ke pada semua Penduduk Kampung Nalin bahwa dy bukan

seorang dukun atau yang lainnya, tetapi semua penduduk tidak

mendengarkan omongan bunga raya. Beginilah orang Kampung jika udah

percaya atas suatu kepercayaan maka sulit untuk mengubah kepercayaan

tersebut.

Seiring berjalannya waktu, bunga raya tidak pernah bosan setiap

pulang dari kerjanya sebagai seorang guru bunga raya pasti membeli obat di

apotek.

Namun sulit sekali untuk penduduk Kampung Nalin untuk

mengosumsi obat-oobatan yang sekarang telah modern. Penduduk masih

tidak percaya dengan obat tersebut mereka masih percaya dengan oralit

yang dibuat oleh bunga raya, walaupun bunga rasa s udah memberi tau

bagaimana cara membuat oralit tetap saja pennduduk itu lebih percaya

kepada oralit yang di buat bunga raya. Sejak itu bunga raya bolak-balik dari

desa ke kota, maka sejak itu bunga raya sering berkonsultasi dengan

beberapa dokter dan teman-teman dekatnya maka munculah ramuan Air

Akar tersebut. Ramuan coklat tersebut di taruk kedalam botol yang akan

bertahan biasanya selama berbulan-bulan. Rasanya yang sangat pahit tetap

saja di cari oleh banyak masyarakat dan inilah tampilan yang harus

bersahabat dengan alam dan kampung yang sederhana dan bunga raya rela

sampai menyisihkan gaajiannya bagi kesehatan masyarakat Kampung Nulang

dann dengan baca bismillah insya Allha akan lancar dalam segala hal. Bunga

raya menanam suatu ramoan untuk membuat air akar dan air akar itu di

guunakan untuk kepentingan masyarakat Kampung Nulang.

Bunga raya meminta seorang janda yang bernama Bu Mindu untuk

membantunya dalam menganangi masyarakat yang berobat ke padanya dan

ibu Mindu pun menerima tawaran bunga raya siapa sih yang mau menolak

permintaan dari bunga raya.

22

Page 23: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Namun ada juga yang iri kepada bunga raya dengan menjulikinya

sebagai mantri yang memanfaatkan kebodohan yang sedang berlangsung di

kampung Nulang. Teman-teman kerjannya yang iri tersebut membicarakan

keburukan yang belum tentu keburukan tersebut benar adanya. Dan

omongan-omongan yang tidak baik tersebut samapai terdengar oleh bunga

raya.

Pada awalnya bunga raya marah seperti amarnya habis di lalap api,

namun setelah di pikir-pikir buat apa kita marah-marah seperti itu tidak ada

gunanya buat bunga raya. Dan bunga raya pun lucu melihat para karyawan

kerjanya yang males-malesan dan bunga raya pun menghadap ke kepala

sekolah untuk mengeluhkan kedisiplinan yang tidak berjalan dengan baik.

Tetapi yang kepala sekolah itu mala memarhi bunga raya dan bunga raya

hanya lah keluar dari ruang kepala sekolah dengan wajah kusam. Sejak itu lah

bunga raya belajar tahu diri. Jalan yang berada Nulang-Lubuklinggau yang

jalannya tidak di perbaiki dan satu sisi jurang menganga bersembunyi di

balik rumput-rumput yang berada di pinggir-pinggir jalan.

Ahad itu, bunga raya mengajak bu mindu ke Lubuklinggau untuk

membeli sebuah bahan makanan dan lain-lainnya dan juga bunga raya

membawa seperempat botol air akar dan semua orang berhak mengambil

keputusan yaitu pendapat mereka tentang air akar itu sudah waktunya di

ganti. Setelah semua sudah selesai di beli setelah sholat zuhur mereka

memeriksa semua bahan-bahan yang di belinya. Setelah setengah perjalanan

langit pun mulai mendung dan air hujan pun mulai berjatuhan dan masuk

kedalam baju bunga raya dan ibu mindu dan mereka pun mulai berteduh dan

mereka pun mulai menggunakan jas hujan yang berada di sepeda motor.

Setelah itu tepat ketika azan magrib terdengar oleh telinga, mereka telah

sampai rumah. Setelah di rumah pintu rumah telah terbuka dan lampu-

lampu telah menyala. Pikir bunga raya pak samin adalah orang yang cekatan.

Tapi pikiran itu salah setelah pak samin berkata bahwa ada tamu yang datang

yaitu ada seorang orang tua dan seorang anak yang datang kerumahnya

23

Page 24: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

untuk menyembuhkan penyakitnya dan orang tua itu menitipkan anaknya

kepada pak samin dan pak samin memberi obat yang biasanya bunga raya

kasih kepada pasiennya. Ternyata ramoan yang di kasik oleh pak samin itu

bukan ramoan yang biasanya bunga raya kasik ke para pasiennya. Dan bunga

raya dan bu mindu segera kebelakang ke anak itu dan bunga raya kaget

melihat anak itu tubuhnya mulai membiru dan bibir yang mulai terbakar dan

bu mindu malai menangis. Bunga raya ketakuatan meliahat kondisi si anak

takut tterjadi apa-apa dengan anak itu. pak samin menunjukkan botol cairan

yang di kasik kan ke si anak itu dan bunga raya langsung menyambar botol

tersebut dari tangan wak samin. Dan bunga raya diam untuk menahan rasa

kacau dan keruh pada hati bunga raya. Dan kepala bunga raya bagaikan alat

mainan yang terbuat dari kayu bundar dan bagian bawahnya agak lancip cara

memainkannya di putar menggunakan tali karena ketakuatan yang bukan

kepalang. Bunga raya dan bu mindu saling melihat. Dan botol yang di pegang

oleh bunga raya jatuh dan cairan itu muncrat ke kaki wak samin. Wak samin

itu merasa kesakitan dengan cairan itu dan kulit wak samin terbakar dan wak

samin menahan kesakitan jari-jari kakinya yang terbakar, terbakar oleh

cairan keras.

2.3Kode Sastra

Menurut Teew (1991: 14) kode sastra adalah kode yang berkenaan

dengan hakikat, fungsi sastra, karakteristik sastra, kebenaran imajinatif

dalam sastra sebagai sistem semiotik, sastra sebagai dokumen sosial, dan

sebagainya.

Unsur-Unsur Intrinsik dan ekstrinsik

1.    Unsur – Unsur Intrinsik

a.  Tema : pengabdian seseorang di sebuah desa, untuk mengenalkan

tentang pengobatan yang berasal dari alam.

24

Page 25: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

b.  Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin

dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui

perkenalan klimaks dan penyelesaian.plot n alur cerpen di atas

menggunakan alur maju mundur, alur mundur terlihat saat bunga

raya mengingat masa lalunnya bersama kedua orang tuannya.

c.  Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan

dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam

karyanya. Tokoh pada cerpen di atas yaitu

1. Bunga raya adalah seorang guru sekali gus seorang mantri yang

dapat membantu orang ketika sakit wataknya baik, sabar patang

menyerah dan suka menolong.

2. Nalin seorang siswa yang sedang sakit berwatak penurut.

3. Orang tua nalin, bapaknya juragan karet dan ibunya seorang

tabib. berwatak baik, tau cara membalas budi orang lain yang

telah membantu anaknya, seorang terpandang dalam masyarakat

dan seorang kaya raya.

4. Penduduk desa berwatak iri kepada Bunga Raya dan

berprasangka buruk, dan tidak peduli dengan usaha yang

dilakukan oleh bunga raya.

5. Bu mindu seorang janda yang berjualan rempah di pasar

kalangan saban Selasa, yang memiliki watak baik, percaya

kepada bunga raya dan membantu pekerjaan bunga raya

dirumahnya.

6. Wak samin penjaga sekolah yang sudah pikun, berwatak baik,

suka membantu bunga raya ketika bunga raya sedang tidak ada

di kelas.

7. Setting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar

ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh,

dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat,

waktu dan sosial. Setting atau latar pada cerpen di atas yaitu.

kampung nulang tempat kelahirannya bunga raya.

25

Page 26: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

SD Nulang tempat bunga raya mengajar.

Rumah Bunga Raya

Seiring matahari yang tak lelah menggelinding di cakrawala

menunjukan waktu siang hari di apotek.

e.  Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan

cerita.sudut pandang di atas yaitu memakai sudut pandang ke 2,

karena cerpen di atad di ceritakan oleh orang lain atau orang ke 2.

f.  Amanat, Seseorang yang memiliki semangat tinggi untuk melakukan

sebuah perubahan untuk membantu masyarakat dalam mengobati

penyakit yang diderita masyarakat.

2.     Unsur – Unsur Ekstrinsik

Cerpen juga memiliki unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur luar yang

berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk karya sastra. unsur

ekstrinsik itu antara lain

a. Kondisi social

Masyarakatnya masih memiliki kepercayaan yang di anut oleh

nenek moyangnya. Pengobatan yang memakai ramuan yang

tradisonal dan alami, tidak percaya dengan pengobatan Modern.

b. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan masih ada unsur ke daerahannya, seperti

pada kata “Wak” adalah sebutan untuk orang laki laki yang sudah

tua di daerah Sumatera.

1.3Kode Budaya

Menurut Chapman (1980:26) Kode budaya adalah pemahaman

terhadap latar belakang, konteks, dan sistem sosial budaya.

Benny Arnaslahir dan tinggal di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Bersama sang istri, ia mengelola BENNYINSTITUTE, lembaga sosial-

kebudayaan di kampung halamannya. Cerpen “Air Akar” ialah peraih

26

Page 27: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

penghargaan Cerpen Terbaik 2012 dari Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.

Jika dilihat dari biografi singkat pengarang, puisi ini diciptakan

untuk mengangkat salah satu budaya di kampung halamnnya yakni,

Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Dengan puisi ini pengarang dapat

memplubikasikan wilayah tersebut kemuka umum dengan tujuan

peningkatan dibidang pariwisata serta mempublikasikan bahwasannya

wilayah tersebut memiliki sesuatu yang unik dan bermanfaat bagi semua

halayak.

Air Akar adalah ramuan obat sebarguna warisan leluhur. Dahulu,

orang-orang tua di Lubuklinggau kerap membuat dan menggunakannya

untuk pengobatan. Air Akar tidak hanya terbuat dari jenis akar dan umbi-

umbian (seperti bangle, kunyit, jahe, bawang putih, dll.), tapi juga dari

bunga dan daun-daunan seperti kumiskucing, sisiknaga, altowali, greges,

meniran, dan kejibeling.

Dalam cerpen ini bukan hanya masalah obat tradisional saja yang

dibahas, melainkan budaya iri dengki yang telah melekat didalam diri

masyarakat. Hal ini tergambar pada rasa iri para guru di SD desa tersebut

pada Bunga Raya. Selain itu, ada budaya mencari muka yang ditunjukkan

oleh Wak Samin terhadap Bunga Raya yang akhirnya membawa petaka.

Pengarang ingin mengkritik budaya iri dengki, sok berkuasa, dan

unjuk muka ini, agar budaya ini dapat dihilangkan dari diri masyarakat

luas. Selain itu pengarang ingin menyampaikan bahwasannya budaya

kolot yang terkesan miliknya penduduk primitif, dimana sangat sulit

menerima perubahan (modernisasi) tidaklah baik. Disini terlihat dari

susahnya menyakinkan para penduduk mengenai obat-obatan modern.

27

Page 28: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali

duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen

merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000

kata. (Edgar Allan Poe, Jassin (1961:72) 

Dalam menganalisis cerpen ini dengan menaklukkan kode bahasa,

didapat makna sesungguhnya dari suratan bahasa yang digunakan

pengarang. Dari kode bahasa , sangatlah jelas bahwa pengarang ingin

menyampaikan bahwasannya ada seorang guru yang berhati mulia,

berjiwa penolong, dan tidak mudah menyerah.

Dari kode sastra didapat, dalam penokohannya tokoh utama

berprofesi sebagai guru dan sebagai seorang tabib yang bersemangat

tinggi dalam membantu masyarakat. Gaya bahasa yang digunakan dalam

cerpen tersebut tedapat unsur kedaerahan dan alur yang digunakan

adalah alur maju-mundur. Sudut pandang yang tercermin dalam cerpen

ini adalah sudut pandang orang ke-dua.

Dari kode budaya didapat, makna yang sangat mendalam mengenai

tradisi dan moderenisasi. Dimana pengarang ingin menyampaikan bahwa

obat-obatan tradisional yang telah ditinggalkan oleh sebagian besar

masyarakat sangat berguna dan tidak kalah berkasiat dengan obat-

obatan modern. Pengarang juga ingin menyampaikan bahwasanya

budaya iri, sok berkuasa, dan unjuk muka tidaklah baik. Budaya seperti

ini yang telah melekat di diri masyarakat kita dapat menciptakan mala

petaka yang tiada kiranya.

28

Page 29: analisis cerpen Air akar karya Benny Arnas

Daftar Pustaka

http://lakonhidup.wordpress.com/

http://google.com

29