38
Fungsi Retina • Retina merupakan suatu struktur yang kompleks. • Fungsi fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) menangkap cahaya mengubah rangsangan cahaya menjadi menjadi impuls saraf dilanjutkan ke saraf optik ke korteks visual. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Ablasio retina

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ablasio retina

Fungsi Retina

• Retina merupakan suatu struktur yang kompleks.

• Fungsi fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) menangkap cahaya mengubah rangsangan cahaya menjadi menjadi impuls saraf dilanjutkan ke saraf optik ke korteks visual.

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 2: Ablasio retina

Sirkulasi retina

Arterial system• Arteri retina sentral: arteri akhir yang

memasuki nervus opticus. Lapisan:– Intima : lapisan paling dalam, satu lapis endotelium– Internal elastic lamina: antara intima dan media– Media: sebagian besar otot polos– Adventitia : paling luar, jaringan ikat longgar

• Arteriol retina: berasal dari arteri retina sentral yang mengandung otot polos

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Page 3: Ablasio retina

• Kapiler: terdiri atas sel endotel dan perisit (autoregulasi sirkulasi mikrovaskular, kemampuasn kontraktilitas)

• Sistem vena :– Venula kecil: memiliki struktur yg sama dengan kapiler

namun lebih besar– Venula besar: mengandung otot polos– Vena: otot polos dan jaringan elastis

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Page 4: Ablasio retina

Ablasio Retina

Page 5: Ablasio retina

Ablasio Retina

• Pemisahan retina neurosensori dari lapisan enpitel berpigmen retina di bawahnya.

• Bagian retina yang mengandung sel batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan

Page 6: Ablasio retina

Etiologi • Malformasi kongenital• Kelainan metabolisme• Penyakit vaskuler• Inflamasi intraokuler • Neoplasma• Trauma• Perubahan degeneratif (likuefaksi) dalam viterus atau retinaPenderita rabun jauh (miopia) Faktor keturunan Komplikasi, diabetus melitus

Page 7: Ablasio retina

Patofisiologi Ablatio RetinaRetina : jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri

dari sel-sel dan serabut saraf.

Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding melapisi dinding rumah.

Retina berfungsi seperti kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina.

Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik

Pada Ablatio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina dan bercampur dengan cairan sub retina

Page 8: Ablasio retina

Klasifikasi Ablasio Retina : Ablatio Rhegmatogen : robekan dalam retina yang menembus sampai badan mata masuk

ke ruang sub retina, cairan terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.

Ablatio oleh karena tarikan : retina terdorong ke luar dari lapisan epitel oleh ikatan atau

sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.

Ablatio eksudatif : penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses peradangan,

gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular.

Page 9: Ablasio retina

Manifestasi Klinis

• otopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang.

• Muncul bintik-bintik hitam yang beterbangan di lapang pandang (floaters)

• Klien melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak di lapang pandang pandangan kabur dan kehilangan lapang pandang

• Tidak ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala

Page 10: Ablasio retina

Pemeriksaan Penunjang pada Ablatio Retina

• Pemeriksaan visus

• Ophtalmoskop indirek

• USG mata

Page 11: Ablasio retina

Manajemen Terapi Ablatio Retina

• Prosedur penatalaksanaan Ablatio Retina dilakukan operasi pelipatan (bucking) skklera/scleral bucking : pengikatan kembali retina yang terlepas.

Page 12: Ablasio retina

Pengelolaan penderita sebelum operasi

• Mengatasi kecemasan• Membatasi aktivitas• Penutup mata harus selalu dipakai untuk

mencegah atau membatasi pergerakan bola mata

• Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.

Page 13: Ablasio retina

Pengelolaan penderita setelah operasi

• Istirahatkan pasien (bed rest total) minimal dalam 24 jam pertama.

• Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.• Evaluasi penutup mata• Bantu semua kebutuhan ADL• Perawatan dan pengobatan sesuai program

Page 14: Ablasio retina

PENGKAJIAN

Data Subyektif• Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya

terang dan bintik-bintik hitam yang beterbangan di ruang pandang.

• Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang.

• Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba.

Page 15: Ablasio retina

Diagnosis keperawatan ditemukan di Retina ablatio pasien

• Pra operasi• 1.Perubahan sensori persepsi; pandangan

2.Cemas3.Defisit perawatan diri

• Post Operatif• • Nyeri akut

• Resiko infeksi• Defisit perawatan diri

Page 16: Ablasio retina

Retinopati

• Retinopati kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang.

• Dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain penyakit sistemik.

• Cotton wall patches gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri prepapil terjadi daerah nonperfusi di dalam retina.

• Terdapat beberapa macam retinopati diabetikum, retinopati hipertensi, retinopati prematuritas, retinopati anemia, dan lain-lain.

Page 17: Ablasio retina

RETINOPATI DIABETIKUM

Page 18: Ablasio retina

Pendahuluan• Retinopati diabetik merupakan salah satu penyebab utama

kebutaan pada usia produktif di negara barat (20 – 65 tahun)• Faktor resiko retinopati:

– Hiperglikemia kronik– Hipertensi– Hiperkolesterolemia– Merokok– nefropati

• Pasien dengan DM tipe I akan mengalami awitan penyakit 3-5 tahun. Untuk penderita DM tipe II dapat datang dengan sudah mengalami retinopati atau retinopati merupakan keluhan pasien. Perkembangan retinopati menjadi lebih cepat saat kehamilan.

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 19: Ablasio retina

Retinopati Diabetik

Komplikasi diabetes yang disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan pembuluh darah yang memberi nutrisi retina sebagai akibat kontrol glukosa darah yang tdk adekuat.

Page 20: Ablasio retina

Skrining

• Kapan? Maksimal 3 tahun sejak diagnosis DM tipe I ditegakan, ketika didiagosis DM tipe II, dan setiap tahunnya. Pada wanita hamil dengan DM: trisemester pertama, diulang setiap 3 bulan sampai persalinan.

• Fotografi tujuh bidang merupakan gold-standard. Pilihan lain fotografi dua bidang 45 derajat (makula dan diskus)

Page 21: Ablasio retina

Patogenesis

• Kapilaropati : degenerasi , proliferasi sel endotel

• Perubahan haematologi : deformasi eritrosit, peningkatan agregasi platelet, peningkatan viskositas plasma

• Oklusi mikrovaskular : neovaskularisasi

Page 22: Ablasio retina

Klasifikasi Retinopati Diabetik

Retinopati Nonproliferatif

• Mikroangiopati progresif kerusakan/sumbatan pembuluh darah kecil

Retinopati Proliferatif

• Neovaskularisasi

Advanced Diabetic Eye Diseased

• Tractional retinal detachment

• Perdarahan vitreous yang persisten

• Neovaskular glaukoma

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 23: Ablasio retina

Retinopati Nonproliferatif

• Merupakan suatu mikroangiopati progresif kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil.

• Kelainan awal : penebalan membran basal endotel dan berkurangnya jumlah perisit terbentuknya kantung mikroaneurisma.

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 24: Ablasio retina

Klasifikasi RD Non Proliferatif

RDNP Ringan

• Mikroaneurisma

RDNP Sedang

• Mikroanerisma luas

• Perdarahan intraretina (dot/blot)

• Cotton wool

RDNP Berat

• Cotton wool• Kelainan

mikrovaskular intraretina (IRMA)

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 25: Ablasio retina

Perdarahan Retina

Anonymous. Diseases of the Retina. http://web1.ncoptometry.org/nonpro.aspx. 2012 [cited on March 18, 2013].Anonymous. Vitreus and Retina. Available on: http://dro.hs.columbia.edu/fshem.htm. 2003. [cited on March 18, 2013].

Page 26: Ablasio retina

Hard Eksudat

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Page 27: Ablasio retina

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Page 28: Ablasio retina

• Pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru kebocoran protein serum

• Kelainan awal: pembuluh darah baru pada diskus optikus atau bagian retina lainnya.

Retinopati Proliferatif

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 29: Ablasio retina

Retinopati Proliferatif

• Neovaskularisasi yang terbentuk berproliferasi ke permukaan posterior vitreous rapuh rusak perdarahan viterous penurunan penglihatan mendadak

• Neovaskularisasi perubahan menjadi fibrosa fibrovaskular rapat traksi vitreoretina ablasio retina

• Neovaskularisasi iris

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 30: Ablasio retina

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Page 31: Ablasio retina

Tatalaksana• Pengendalian hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. • Terdapat edema makula focal laser (lesi setempat) atau grid

laser (lesi setempat). Micropulse laser memberikan hasil sama efektif dengan jaringan parut lebih sedikit.

• Penyuntikan intravitreal triamcinolone atau anti-VEGF.• Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP) menurunkan insidensi

gangguan penglihatan.• Pasien nonproliferatif berat dengan gula darah yang sulit

dikrontrol• Vitrektomi dilakukan segera pada perdarahan vitreous luas

pasien DM tipe I, ablasio retina,

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Page 32: Ablasio retina

RETINOPATI HIPERTENSI

Page 33: Ablasio retina

pendahuluan

• Retinopati hipertensi kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi.

• Dari penelitian epidemiologi sejak tahun 1990 didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas.

• Retinopati hipertensi arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara;2010.

Page 34: Ablasio retina

patogenesis

Spasme pembuluh

darah retina

Peningkatan tekanan darah

persisten

Penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika

media dan hialinisasi

Spasme arteriol yang lebih berat,

arteriovenous nicking, perubahan refleks

cahaya

Progresi sklerosis dan hialinisasi copper wire lebih lanjut: silver wire

Dinding arteriol diinfiltrasi lemak

& kolesterol sklerosis

Retinopati hipertensi

Gambaran perdarahan dan eksudat (cotton wool patches) pada makula star figure

Page 35: Ablasio retina

University of Maryland Medical Center. Hypertensive Retinopathy. Available from: http://www.umm.edu/patiented/articles/000576.htm. [cited on March18, 2013].

Page 36: Ablasio retina

Klasifikasi menurut RSCM

Tipe 1 •Fundus hipertensi dengan retinopati (+/-), sklerosis (-), terdapat pada orang muda. Arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan tajam, perdarahan (+/-), eksudat (+/-)

Tipe 2 •Fundus hipertensi retinopati sklerosa senil (+/-), terdapat pada orang tua. Pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan sheating setempat. Perdarahan retina (+/-), edema papil (-).

Tipe 3 •Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada orang muda. Penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena crossing, perdarahan multipel, cotton wool patches, makula star figure.

Tipe 4 •Hipertensi yang progresif. Edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure exudate yang nyata.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

Page 37: Ablasio retina

Klasifikasi menurut Scheie

Stadium I•Terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil.

Stadium II •Penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan kadang-kadang penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras.

Stadium III •Lanjutan stadium II, dengan eksudat cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat diastol di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.

Stadium IV •Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

Page 38: Ablasio retina

Diagnosis dan tatalaksana

• Diagnosis anamnesis dan pemerisksaan fisik. Pemeriksaan penunjang funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri. Pemeriksaan laboratorium menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi.

• Tatalaksana mengatasi hipertensi perubahan gaya hidup dan kombinasi dengan terapi medikamentosa.

• Penurunan tekanan darah diharapkan dapat mencegah perburukan yang disebabkan oleh kondisi iskemik yang dapat merusak nervus optikus.

Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara;2010.Theng Oh K. Ophthalmologic Manifestation of Hypertension. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview. [cited on March 18, 2013].