17
Cahyo Hasanudin, M.Pd. Kritik Terapan dalam Kritik Sastra Indonesia Modern Pertemuan ke-11

7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Cahyo Hasanudin, M.Pd.

Kritik Terapan dalam Kritik

Sastra Indonesia Modern

Pertemuan ke-11

Page 2: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

PADA SUATU HARI NANTI

(Sapardi Djoko Damono)

Pada suatu hari nanti

Jasadku tak akan ada lagi

tapi dalam bait-bait sajak ini

kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi di antara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun disela-sela huruf sajak ini

Kau takkan letih-letihnya kucari

Page 3: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Balai Pustaka atauperiode (1920-1932)

Kritik sastra para redaktur Balai Pustaka didasari teorisastra yang berdasarkan pada aturan-aturan umumuntuk buku yang akan diterbitkan, yaitu aturan tidakboleh melanggar moral masyarakat, agama, dan politikPemerintah Hindia Belanda. Jadi, kritiknya bertipepragmatik.

Oleh karena itu, Belenggu yang dianggap melanggarkesusilaan masyarakat ditolak sama sekali, tidak pedulisecara literer, secara estetik mungkin bernilai sangattinggi

Page 4: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Balai Pustaka atauperiode (1920-1932)

Salah asuhan yang masih mengandung nilai pendidikan,sesuai dengan tujuan pendidikan, naskah Salah Asuhanversi pertama (versi asli) harus diubah, padahal secaraliterer berdasarkan kriteria estetik bernilai tinggiditinjau dari segi gaya bahasa dan gaya ceritanya, begitujuga ditinjau dari segi ekstra estetik mungkin bernilaitinggi berhubung menggambarkan kehidupan manusiadengan watak-watak senyatanya, segala baik buruknyahingga dapat menimbulkan kontemplasi pembaca akan“nasib manusia”.

kritik sastra Balai Pustaka bertipe pragmatik sepertihalnya kritik Muhammad Yamin.

Page 5: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Balai Pustaka atauperiode (1920-1932)

Kritik terapan periode Balai Pustaka atau periode 1920-1933 adalah bertipe pragmatik, impresionistik, judisial,bermetode deduktif, dan penilaiannya absolut,menomorsatukan tujuan pendidikan (sebagian kriteriaekstra estetik)

di atas kriteria ekstra estetik yang lain dan kriteriaestetik. Akan tetapi, kritik pragmatik itu jugamenunjukkan penilaian secara estetik yang menilaikarya Abdoel Moeis itu secara literer bernilai tinggi,terutama pertimbangan St. Pamuntjak dan redakturyang menolak pertimbangan O’brien.

Page 6: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Pujangga Baru atauperiode (1933-1942)

Pada umumnya, kritik terapan pada periode PujanggaBaru yang bersifat impresionistik hanya menanggapi hal-hal yang pokok yang terutama menarik perhatiankritikus

kurang adanya analisis menyeluruh pada unsur (norma)karya sastra, dan penilaian yang absolut, menunjukkanpandangan yang berat sebelah, maka kritik terapanmereka belum dapat menunjukkan makna karya sastrayang dikritiknya secara maksimal, bahkan kadang terlaludangkal karena pandangan yang kurang luas.

Hal seperti ini tampak misalnya pada kasus Belenggu,yang secara “beramai-ramai” dikritik mereka, lebih-lebihkritik yang memberi nilai sangat negatif pada Belenggu.

Page 7: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Angkatan 45

1. Kritik Sastra Terapan Kelompok Angkatan 45 (Periode1942-1955)

Kritik terapan para tokoh Angkatan 45 berjenis(bercorak) judisial, yaitu kritik yangmempertimbangkan atau memberi penilaian kepadakarya sastra yang dikritik dengan sandaran kriteriatertentu

Kriteria terapan Angkatan 45 terutama ditulis oleh H.B.Jassin yang merupakan kritikus utama Angkatan 45.

Di samping itu, kritik sastra yang berwibawa lainnyaditulis oleh Chairil Anwar dan Asrul Sani

Page 8: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode Angkatan 45

2. Kritik Sastra Terapan Kelompok Lekra (Periode 1950-1965)

Corak kritik terapan kelompok Lekra hampir samadengan kritik terapan kelompok Angkatan 45, yaituesaistis dan impresionistik

Kriteria penilaiannya tegas, mutlak, sesuai denganpaham yang dianut realisme sosialis dan “seni untukrakyat”, “politik adalah panglima”.

Kritik sastra Revolusioner yang merupakan varian Lekratidak berbeda kritiknya dengan Lekra, berorientasipragmatik politik, menolak humanisne universal danpaham “seni untuk seni” yang merupakan pahamborjuis.

Page 9: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1956-1975

1. Kelompok Kritikus Sastrawan

Corak kritik terapan para sastrawan periode 1956-1976itu pada umumnya seperti kritik terapan Angkatan 45:esaistis, impresionistik, judisial, tanpa analisis ataupunkalau ada analisis tidak mendalam dan merenikmengenai semua norma sastranya. Penilaiannyaberdasarkan keseimbangan bentuk dan isi ataupenggabungan kriteria estetik dan ekstra estetikbersama-sama secara padu.

Page 10: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1956-1975

2. Kelompok Kritikus Akademik

Dalam kritik akademik taraf pertama, para kritikusakademik itu, karya sastra dianalisis, secara terpisah-pisah, hingga jaringan hubungan pada umumnyamenjadi hilang. Karya sastra tidak lain hanya kumpulanfrgmen

Kemesraanya menjadi hilang, berakibat makna karyasastra tidak tertangkap secara penuh atau sebanyak-banyaknya, bahkan nilai seninya sebagai karya sastramenjadi hilang

Para kritikus akademik aliran kritik sastra Rawamangunitu kemudian menyebut aliran kritiknya sebagaistrukturalisme.

Page 11: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1956-1975

3. Kritik Terapan Kritik Sastra Metode Ganzheit

Metode Ganzheit lebih mampunyai pola atau metodepembicaraan yang tertentu daripada kritik parasastrawan lainnya yang lebih bersifat mana suka danesaistik, membicarakan masalah yang kebetulanmenarik perhatiannya, tidak menyeluruh

Contoh Metode Ganzheit adalah kritik terapanGoenawan dan Arief Budiman.

Goenawan di antara para sastrawan yang menulis kritiksastra paling menonjol dan cemerlang

Goenawan pertama kali tampil dalam forum sastrasebagai esais (kritikus), baru kemudian ia terkenalsebagai penyair

Page 12: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

1. Kritik Sastra Terapan yang Dihasilkan KritikusSastrawan

Kritik sastra terapan bertipe ekspresif (meskipunmementingkan pembicaraan karya sastranya sendiri)

Coraknya impresionistik, membicarakan kesan-kesanpokok karya sastra yang dikritiknya, dan corak kritiknyajudisial dengan memberikan penilaian baik dan buruk

Jarang sekali ada analisis struktur instrinsik

Kritiknya dikenakan pada cerpen, novel, dan kumpulansajak

Kritiknya tidak berdasar pada teori sastra dan metodekritik sastra tertentu, tetapi berdasar kelaziman yangbersifat mana suka

Page 13: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

2. Kritik Sastra Terapan dengan Metode Ilmiah TarafPertama

Kritik sastra terapan sesunguhnya sama corak, wujud,dan sifatnya dengan kritik sastra terapan denganmetode ilmiah pada periode 1956-1975 yang berupaskripsi sarjana yang diterbitkan pada tahun 1960-an

Kritik terapan ini tidak didasari teori kritik sastratertentu dan metodenya yang khusus menurut sistemyang konsekuen

Digunakan metode ilmiah dengan teknik penulisanilmiah yang umum

Page 14: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

3. Kritik Sastra Terapan dengan Metode Ilmiah Taraf Kedua

Bersifat ilmiah dengan dilandasi teori sastra atau kritiksastra tertentu dengan metode khusus

Kritik terapan berupa esai (artikel, kritik), makalah, karyapenelitian sastra, skripsi sarjana, dan disertasi

Teori sastra (teori kritik sastra) tertentu itu berupa teorisastra atau kritik sastra yang mempunyai metode sendiridan sistem sendiri yang harus dilaksanakan secarakonsekuen untuk memahami karya sastra.

Teori sastra (teori kritik sastra) tertentu misalnyastrukturalisme, semiotik, intertekstual, estetika resepsi, dansoiologi sastra (di antaranya teori strukturalisme genetik)

Page 15: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

3a. Kritik Sastra dengan Teori Strukturalisme

Pertama kali, dalam pendahuluan dikemukakan teoristrukturalisme dengan mengutip pendapat ahli sastra

Bab selanjutnya, karya sastra dianalisis dan dicari atauditunjukkan hubungan antarunsurnya dan efek-efekapa yang ditimbulkan oleh hubungan antar unsur itu

Bab III berupa penilaian. Penilaian itu didasarkan padajumlah satuan-satuan pada tiap kode itu

Bab IV adanya simpulan berdasarkan analisis danpenilaiannya yang ada pada pokoknya

Page 16: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

3b. Kritik Sastra dengan Teori dan Metode Intertekstual

Kritik intertekstual ini untuk memahami makna karya sastradengan melihat hubungannya dengan karya sastra (teks)lain

Pada mulanya dikemukakan teori hubungan intertekstualsebagai dasar analisis, kemudian secara perbandingandijajarkan atau dipertentangkan struktur dan unsur-unsurkarya sastra tersebut

Contoh karya yang pernah diintertekstual berdasarkanstruktur cerita dari masalahnya (emansipasi) roman SitiNurbaya, Layar Terkembang, dan belenggu.

Siti Nurbaya merupakan hipogram Layar Terkembang danBelenggu. Layar Terkembang merupakan hipogramBelenggu

Page 17: 7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern

Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1976-1988

3c. Kritik Sastra Terapan dengan Teori dan Metode SosiologiSastra

Dapat dikatakan Sapardi Djoko Damono adalah kritikusyang pertama kali mempergunakan teori dan metodesosiologi sastra secara ilmiah.

Dalam pendahuluan bukunya Novel Sastra IndonesiaSebelum Perang (1979: 3-6), dikemukakan teori danmetode sosiologi sastra sebagai landasan kritiknya

Ia mengutip pendapat Grebstein dan Swingewood tentangkaitan novel dengan masyarakat , maka untuk dapatmemahami novel harus ditinjau lingkungan, kebudayaan,dan peradaban yang mendasarinya

Ia juga mengutip teori Lucien Goldmann dan Lowenthalsebagai dasar analisisnya yang sosiologis yang berhubungandengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mendasarikarya sastra.