25
1 PERENCANAAN DESAIN PEMBELAJARAN Bahan Ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB Oleh: Diny Handayani, S.Si., M.Ed Sadiah Kusumahwati, M.Ed PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2009

4.perencanaan desain pembelajaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4.perencanaan desain pembelajaran

1

PERENCANAAN DESAIN PEMBELAJARAN

Bahan Ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB

Oleh:

Diny Handayani, S.Si., M.Ed

Sadiah Kusumahwati, M.Ed

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2009

Page 2: 4.perencanaan desain pembelajaran

2

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

MATA TATARAN: PERENCANAAN DESAIN PEMBELAJARAN

I. Tujuan Pembelajaran

A. Peserta dapat mendeskripsikan pengertian dan tujuan desain

pembelajaran

B. Peserta dapat menguraikan tiga pendekatan dalam melakukan identifikasi

masalah dalam desain pembelajaran

C. Peserta dapat menjelaskan karakteristik siswa yang harus

dipertimbangkan dalam perencanaan desain pembelajaran

D. Peserta dapat menguraikan pentingnya rumusan tujuan dalam desain

pembelajaran

E. Peserta dapat menguraika jenis-jenis strategi yang berkaitan dengan

desain pembelajaran

F. Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi

pembelajaran

II. Ruang Lingkup Materi

A. Desain pembelajaran

B. Identifikasi masalah

C. Analisis karakteristik siswa

D. Tujuan pembelajaran

E. Strategi pembelajaran

F. Evaluasi pembelajaran

III. Evaluasi

A. Pre tes (bersama dengan materi lain di awal Diklat)

B. Tugas (dalam bentuk Portofolio)

C. Post tes (bersama dengan materi lain di akhir Diklat)

Page 3: 4.perencanaan desain pembelajaran

3

IV. Daftar Bacaan

Hasan, Hamid. Evaluasi Kurikulum, 2008, UPI & Rosdakarya. Bandung

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E., Instructional

media and technologies for learning, 1999, Prentice-Hall, Upper Saddle

River, NJ

Klein, S. P., Hoepfner, R., Bradley, P.A., Wooley, D., Dyer, J.S., & Strickland,

G.P., Procedures for needs-assessment evaluation: A symposium

(Report No.67), 1971, University of California, Center for the Study of

Evaluation, Los Angeles.

Mager, R.F., Analysis performance problems (2nd ed.), 1984, The Center for

Effective Performance, Atlanta, GA.

Mager, R.F., Goal Analysis (2nd ed.), 1984, Lake. Belmont, CA.

Morrison, Ross & Kemp. Designing Effective Instruction, 2007, Jonh Wiley &

Sons,Inc. USA

Reigeluth C.M., dan Merrill, M.D. Knowledge Base for Improving Our Methods

of Instruction. Educational Psikologist, 1978

Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 2008,

Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Scriven, M., The methodology of evaluation, 1967. In R. W. Tyler, R. M.

Gagné, & M. Scriven (Eds.), Perspectives of curriculum evaluation,

39-83. Chicago, IL: Rand McNally.

Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and

domains of the field, 1994, Association for Educational Communications

and Technology, Bloomington, IN.

Seels, Barbara & Glasgow, Exercise in Instructional Design, 1990, Merii

Publishing Company

Tyler, R.W., Basic Principles of Curriculum and Instruction, 1949, University of

Chicago Press, Chicago.

Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, 2006, Bumi Aksara PT,

Jakarta

Page 4: 4.perencanaan desain pembelajaran

4

Worthen, Blaine R. and Sanders, James R., Educational Evaluation :

Alternative Approaches and Practical Guidelines, 1987, White Plains,

N.Y. Pitman Publishing Inc

Page 5: 4.perencanaan desain pembelajaran

5

PERENCANAAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

A. Desain pembelajaran

Disain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah,

dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang,

mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT

1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang

mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang

sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta

membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang

kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika

analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.

Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam

memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.

Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk

memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.

Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam

perencanaan desain pembelajaran. Keempat hal tersebut mewakili pertanyaan-

pertanyaan berikut:

1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau

peserta ajar)

2. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)

3. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik untuk dipelajari? (strategi

pembelajaran)

4. Bagaimanakah cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?

(prosedur evaluasi)

Lembar Informasi

Page 6: 4.perencanaan desain pembelajaran

6

B. Identifikasi masalah

Sebelum kita memulai desain pembelajaran, kita harus bertanya terlebih dahulu

mengapa kita memerlukan pengajaran? Dalam kondisi seperti apakah yang

disarankan untuk melakukan pengajaran itu? untuk lebih jelasnya, mari kita tinjau

contoh berikut:

Nilai rata-rata yang diperoleh kelas tujuh dalam mata pelajaran matematika di

kota Bandung dibawah rata-rata nilai yang telah ditetapkan. Situasi seperti ini

menunjukkan bahwa siswa tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan nilai mereka, banyak cara yang

bisa dilakukan, salah satunya yaitu dengan menambahkan satu atau dua unit

pengajaran lagi. Tetapi, apakah dengan menambah pengajaran itu dapat

memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi?

Disinilah tahap pengidentifikasian masalah dilakukan, untuk mengetahui apakah

pengajaran yang dilakukan bisa dijadikan bagian dari solusi masalah yang ada.

Sekali kita tahu akar permasalahannya, maka kita dapat mengetahui pengajaran

seperti apakah yang dapat memecahkan persoalan tadi, dan seorang desainer

pembelajaran harus sudah dapat menentukan cara yang paling sesuai dan tepat.

Untuk itu para desainer dapat menggunakan salah satu atau kombinasi dari

ketiga bentuk pendekatan yang berbeda-beda berikut dalam mengidentifikasi

masalah, yaitu:

a. Analisis Kebutuhan

Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan

analisis kebutuhan sebagai suatu proses yang menentukan kebutuhan dalam

pendidikan dan apa yang menjadi prioritasnya. Kebutuhan yang diartikan

sebagai suatu kondisi dimana terdapat suatu kesenjangan antara apa yang

diterima oleh siswa dengan apa yang diharapkan diterima oleh siswa.

Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Seels dan

Glasgow (1990) yang menyatakan bahwa analisis kebutuhan adalah proses

Page 7: 4.perencanaan desain pembelajaran

7

mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari

kesenjangan tersebut untuk dipecahkan.

Berdasarkan pengertian di atas disebutkan bahwa analisis kebutuhan adalah

suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaannya. Proses

yang diawali dengan perencanaan, mengumpulkan data, menganalisa, dan

berakhir pada mempersiapkan laporan akhir. Secara lengkap kegiatan

analisis kebutuhan digambarkan oleh Morisson, dkk dalam Gambar 2-1.

Gambar 2-1. Proses analisis kebutuhan

Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) proses tersebut mempunyai empat

fungsi, diantaranya adalah:

1. Proses untuk mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugas-

tugas tertentu, yaitu masalah apa yang mempengaruhi performance.

2. Proses untuk mengidentifikasi kebutuhan yang bersifat kritis, termasuk

kebutuhan yang mempengaruhi dari segi financial, keselamatan, atau

mengganggu stabilitas lingkungan pendidikan.

3. Proses untuk menyusun prioritas guna menyeleksi suatu intervensi.

4. Proses yang menyediakan data dasar untuk menguji efektifitas suatu

pembelajaran.

Tahap 1:

Perencanaan

Tahap 2:

Mengumpulkan data

Tahap 3:

Menganalisa

Tahap 4:

Laporan Akhir

Page 8: 4.perencanaan desain pembelajaran

8

b. Analisis Tujuan

Kadang-kadang pendekatan analisis kebutuhan tidak praktis dan realistis,

oleh sebab itu biasa digunakan pendekatan alternatif lainnya untuk

mendefinisikan masalah, yaitu analisis tujuan. Mager (1984a)

mendeskripsikan analisis tujuan sebagai suatu metode untuk mendefinisikan

yang tidak terdefinisikan. Beberapa desainer menganggap analisis tujuan

sebagai suatu bagian penting dalam proses analisis kebutuhan. Tidak seperti

analisis kebutuhan yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah, analisis

tujuan dimulai dengan memberikan saran berupa suatu permasalahan.

Misalnya, seorang kepala sekolah memintamu untuk mengatur suatu

pelatihan internet bagi guru di sekolahnya. Ketika anda tidak mengenal para

guru, anda dapat menghadiri pertemuan fakultas keguruan misalnya dan

mengadakan analisis tujuan untuk menentukan apa yang para guru inginkan

dalam pelatihan itu.

Analisis tujuan juga dapat menggunakan data dari analisis kebutuhan untuk

menyusun prioritas. Misalnya, analisis kebutuhan mengidentifikasi kebutuhan

untuk melaksanakan pelatihan internet bagi para guru. Dari data tersebut,

analisis tujuan akan menggunakan kebutuhan tersebut serta mewawancara

kegiatan pelatihan itu untuk menentukan tujuan pengajaran.

Sejalan dengan Klein, dkk (1971) dan Mager (1984a), Morisson dkk (2007)

memaparkan ada enam tahapan dalam analisis tujuan, diantaranya: (1)

identifikasi tujuan, dengan mengikutsertakan para ahli yang memahami

permasalahan yang sedang dihadapi untuk menentukan satu atau dua tujuan

yang berhubungan dengan kebutuhan tadi. Suatu tujuan yang mengarahkan

kita pada permasalahan yang ada; (2) menyusun hasil yang ingin dicapai,

artinya membiarkan para ahli tadi untuk membuat sejumlah hasil yang ingin

dicapai untuk setiap tujuan yang sudah dibuat. Hasil tersebut harus

mengidentifikasikan sikap yang ditunjukkan siswa; (3) memperbaiki hasil,

Page 9: 4.perencanaan desain pembelajaran

9

tahap ini adalah tahap utama penyeleksian, seperti sorot semua hasil yang

ada dan hapus jika ada yang double, kombinasikan hasil yang serupa dan

lain sebagainya untuk memperjelas pernyataan hasil akhirnya; (4)

mengurutkan hasil, urut dan pilihlah hasil yang paling penting.

Mengurutkannya itu bisa berdasarkan manfaatnya, hal-hal yang dapat

menyebabkan masalah jika hal tersebut diabaikan, atau criteria-kriteria yang

relevan lainnya. (5) memperbaiki hasil kembali, tahap ini memverifikasi

kebutuhan yang ada dan hasil yang ingin dicapai memiliki saling keterkaitan

dengan tugasnya, yaitu dengan cara mengidentifikasikan kesenjangan antara

hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada. (6) membuat final

ranking, maksudnya mengurutkan kembali urutan hasil yang ingin dicapai

dengan mempertimbangkan seberapa penting hasil yang ingin dicapai itu

dapat mendukung pengajaran, kemudian mempertimbangkan pula efek

secara keseluruhan dari hasil tadi.

c. Analisis performance

Mager (1984b) mendeskripsikan analisis performance sebagai suatu bantuan

untuk mengidentifikasi masalah performance. Rosetti (1999) mendeskripsikan

proses ini sebagai pencarian sumber masalah. Analisis ini membantu untuk

memutuskan apakah hasil pelatihan itu benar-benar dialamatkan pada

masalah agar diselenggarakannya pelatihan atau karena adanya intervensi

lain yang lebih mengena.

Kebutuhan atau masalah individu ataupun suatu organisasi sering berubah-

ubah, masalah hari ini belum tentu sama dengan masalah yang akan

dihadapi satu atau enam bulan yang akan datang. Oleh sebab itu, analisis

kebutuhan, analisis tujuan dan analisis performance sering dibatasi oleh

waktu dan harus selalu diperbaharui.

Page 10: 4.perencanaan desain pembelajaran

10

Pertanyaan selanjutnya, kapan desainer pembelajaran melakukan analisis

terhadap permasalahan yang ada? Roseti (1999) mengidentifikasi ada 4 peluang

untuk mengidentifikasi masalah yang muncul, diantaranya pada saat

memperkenalkan atau menyambut suatu produk baru. Kesempatan kedua yaitu

pada saat merespon permasalahan yang terjadi. Ketiga, pada saat menyadari

adanya kebutuhan untuk mengembangkan kompetensi sumber daya manusia,

sehingga mereka selalu dapat berkontribusi kepada pertumbuhan suatu

organisasi. Dan yang keempat adalah pengembangan strategi, dimana suatu

analisa dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membuat keputusan

dalam merencanakan suatu strategi.

C. Analisis Karakteristik Siswa

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, komponen dasar pertama dalam

suatu perencanaan desain pembelajaran adalah siswa. Proses pembelajaran

pada hakikatnya bertujuan untuk membelajarkan siswa agar memperoleh tujuan

yang ingin dicapai, oleh sebab itu siswa harus dijadikan pusat dari segala

kegiatan. Dengan demikian, analisis siswa merupakan suatu hal yang sangat

penting sebelum merencanakan suatu desain pembelajaran untuk mengetahui

kondisi siswa, seperti informasi apa saja yang harus diterima ataupun yang

dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum? Masalah apa saja yang mereka

hadapi dalam proses belajar? dan lain sebagainya. Kemudian keputusan-

keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaranpun

disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan

kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu

sendiri.

Page 11: 4.perencanaan desain pembelajaran

11

Diawal analisa, tugas yang paling penting dilakukan adalah mengidentifikasi

karakteristik mereka yang paling krusial terhadap pencapaian tujuan pelatihan.

Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1999) menyarankan kepada para

desainer untuk mempertimbangkan tiga buah karakteristik siswa diawal proses

analisa, yaitu: karakteristik umum, karakteristik yang spesifik dan gaya belajar.

Karakteristik umum merupakan variable yang luas, seperti jenis kelamin, usia,

pengalaman kerja, pendidikan, dan suku bangsa. Kemudian karakteristik yang

spesifik meliputi kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa untuk

mengikuti pelatihan. Sedangkan gaya belajar lebih kepada sifat perorangan

dalam melakukan tugas belajarnya dan memproses informasi. Sebagian dari

mereka suka mencari metode-metode tertentu yang paling sesuai untuk belajar.

Selama ini, telah diketahui bahwa daripada menghadiri kuliah dan membaca teks

materi, beberapa individu lebih nyaman belajar dari media visual, dan ada pula

yang lebih nyaman lagi belajar dari aktifitas fisik dan manipulasi objek.

D. Tujuan Pembelajaran

Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi

suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan

diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan

rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat

penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran

adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat

tujuan yang harus dicapai.

Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan

pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk

mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses

pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara

Page 12: 4.perencanaan desain pembelajaran

12

optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru

merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga

dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam

melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat

merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan

untuk membantu siswa belajar.

Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya,

dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi

pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar,

serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat

keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan

sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.

Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa

telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan

kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap

siswa dan kualitas suatu sekolah.

E. Strategi Pembelajaran

Desain pembelajaran dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu strategi penyampaian

dan strategi pembelajaran. Strategi penyampaian menggambarkan lingkungan

belajar secara umum. Lingkungan belajar ini mulai dari presentasi pengajaran

biasa hingga ke interaksi multimedia mutakhir atau pengajaran bebasis web.

Strategi ini sering di klasifikasikan sesuai dengan tingkat pemahaman

perindividu. Pengajaran perindividu ini menunjukkan isi materi atau tujuan

pembelajaran yang disesuaikan untuk setiap individu pelajar. Sehingga hal ini

memungkinan adanya seorang pelajar yang masih mempelajari unit satu

sementara pelajar yang lain sudah ke unit lima. Sedangkan pendekatan

kelompok adalah tipe pengajaran dimana ketika ujian semua peserta ajar

mengikutinya sesuai jadwal yang ditetapkan.

Page 13: 4.perencanaan desain pembelajaran

13

Tingkatan kedua adalah strategi pembelajaran, yang menjelaskan serangkaian

formula dan metoda pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dimana, tujuan utama

kita adalah mendesain suatu pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga

pelajar dapat menunjukkan hasil yang reliable setiap waktu. Formula tadi

mendeskripsikan metoda yang paling optimum untuk setiap tipe isi pembelajaran,

membimbing dalam merancang urutan pembelajaran dan merealisasikannya ke

dalam strategi penyampaian. Biasanya metode ini dibuat berdasarkan pada

penelitian atau pengalaman. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat strategi pembelajaran:

• Apakah cara terbaik untuk mengajarkan fakta, konsep, peraturan, prosedur,

kecakapan individu, atau sikap?

• Bagaimana saya dapat membuat pembelajaran yang bermakna?

• Bagaimana saya dapat mengajarkan tujuan pembelajaran yang berfokus

pada kecakapan individu?

• Cara terbaik apakah untuk menyajikan isi materi sehingga setiap pelajar

dapat mencapai tujuan pembelajaran?

Belajar adalah sebuah proses aktif dimana pelajar menggagas hubungan yang

bermakna antara pengetahuan yang baru diterima dengan pengetahuan yang

dimiliki pelajar sebelumnya. Strategi perancangan pembelajaran yang baik akan

memotivasi pelajar untuk secara aktif membuat hubungan antara apa yang

diketahui pelajar dengan informasi yang baru diterima.

Menurut Hamzah (2006), setidaknya ada tiga jenis strategi yang berkaitan

dengan pembelajaran, yaitu:

1. Strategi pengorganisasian pembelajaran

2. Strategi penyampaian pembelajaran

3. Strategi pengelolaan pembelajaran

Strategi penyampaian pengajaran menekankan pada media apa yang dipakai

untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan pelajar,

dan dalam struktur belajar mengajar yang bagaimana. Strategi pengelolaan

Page 14: 4.perencanaan desain pembelajaran

14

menekankan kepada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi

pengorganisasian dan strategi penyampaian pengajaran, termasuk pula

pembuatan catatan tentang kemajuan belajar peserta ajar.

Rumusan Strategi Pembelajaran

Rumusan berikut adalah berguna sebagai panduan pembuatan strategi

pembelajaran guna mencapai tampilan isi masing-masing.

1. Rumusan untuk Fakta Pengajaran

Fakta adalah asosiasi pernyataan hubungan antara dua hal tertentu. Untuk

fakta yang nyata, di awal presentasi sebaiknya pelajar dihadapkan pada

pengalaman langsung dengan objek pembelajaran. Misalnya untuk

menyampaikan fakta bahwa isi buah manggis itu berwarna putih, maka kita

harus membuka atau membelah buah manggis tersebut dan membiarkan

pelajar mengetahui warna isi buah tersebut. Ketika mengajarkan fakta yang

abstrak, maka pengajar pertama-tama mencari representasi yang mewakili

fakta, misalnya dengan menampilkan gambar dari artefak.

2. Rumusan untuk Konsep Pengajaran

Konsep adalah kategori yang digunakan untuk gagasan atau sesuatu yang

serupa untuk mengorganisir pengetahuan. Rekomendasi strategi

pemanggilan kembali untuk konsep adalah semacam pengulangan, latihan,

peninjauan dan membantu mengingat kembali.

3. Rumusan untuk Prinsip dan Peraturan Pengajaran

Prinsip atau aturan adalah pernyataan yang menyatakan hubungan antara

konsep-konsep.

4. Rumusan untuk Prosedur Pengajaran

Prosedur adalah bagian dari langkah-langkah pelajar untuk memenuhi tugas.

Seperti konsep dan prinsip, prosedur dapat pula diambil dalam bentuk

pemanggilan kembali (recall) atau aplikasi. Menampilkan kembali menuntut

pelajar untuk membuat daftar urutan atau menggambarkan langkah-langkah

dalam prosedur, sedangkan aplikasi menuntut pelajar untuk

mendemonstrasikan prosedur tersebut.

Page 15: 4.perencanaan desain pembelajaran

15

5. Rumusan untuk Kecakapan Individu Pengajaran (Interpersonal Skills)

Interpersonal skill selaras dengan membangun kemampuan berkomunikasi.

Penampilan untuk Interpersonal skill ini dapat berupa recall ataupun aplikasi,

dengan tekanan pokok pada aplikasi.

6. Rumusan untuk Sikap Pengajaran

Sikap terdiri dari kepercayaan dan asosiasi behavior atau respon. Strategi

untuk mengajarkan perubahan sikap adalah sama dengan strategi untuk

tujuan interpersonal. Rumusan untuk sikap adalah model behavior,

membangun model verbal dan imaginasi, menggunakan latihan mental.

F. Evaluasi Pembelajaran

Proses evaluasi berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tugas utama guru

dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan

data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan

data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program

pembelajaran. Sedangkan tugas desainer, selain menentukan instrument juga

perlu merancang cara menggunakan instrument beserta kriteria keberhasilannya.

Hal ini perlu dilakukan, sebab dengan kriteria yang jelas dapat ditentukan apa

yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau bahan pelajaran.

Dalam perencanaan dan desain pembelajaran, rancangan evaluasi merupakan

hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Melalui evaluasi yang tepat, maka

kita dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan peserta belajar

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan

evaluasi seorang desainer pembelajaran dapat mengambil keputusan apakah

program pembelajaran yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak, bagian

mana yang dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu diperbaiki.

Ada beberapa pengertian evaluasi. Pengertian evaluasi yang yang dikemukakan

oleh Worthen dan Sanders (1987) adalah proses pengumpulan informasi untuk

membantu pengambil keputusan dan didalamnya terdapat perbedaan mengenai

siapa yang dimaksudkan dengan pengambil keputusan. Tyler (1949)

Page 16: 4.perencanaan desain pembelajaran

16

memfokuskan evaluasi pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang

terjadi pada hasil belajar (behavior). Hasil belajar tersebut umumnya diukur

dengan tes. Guba dan Lincoln (Hamid Hasan, 1988) mendefinisikan evaluasi

sebagai suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu

yang dipertimbangkan (evaluation). Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut

dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.

Dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni

pengukuran, assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement

merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu

yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan

instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran

ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1. tujuan pengukuran,

2. ada objek ukur,

3. alat ukur,

4. proses pengukuran,

5. hasil pengukuran kuantitatif.

Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan

mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan

dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi secara

etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti value, yang

secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi

terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:

a. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.

b. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah

berdasarkan atas tujuan yang jelas.

c. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk

keperluan pengambilan keputusan.

Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat

diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam

Page 17: 4.perencanaan desain pembelajaran

17

hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much”

untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan

evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih

dahulu dilakukan pengukuran.

Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation)

secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran

terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya,

dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran

(measurement) serta pembandingan (assessment).

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh

seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, pengajar

akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,

hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun

langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:

(1) perencanaan,

(2) pengumpulan data,

(3) verifikasi data,

(4) analisis data, dan

(5) interpretasi data.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana

pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti

bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan

pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau

tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu

dapat dinyatakan dengan nilai.

Evaluasi pembelajaran adalah hal yang penting dilakukan dalam proses

perencanaan dan desain pembelajaran. Setelah memahami karakteristik pelajar,

kita mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan memilih strategi pengajaran untuk

Page 18: 4.perencanaan desain pembelajaran

18

menyempurnakannya. Pada akhirnya kita harus menguji instrumen dan materi

untuk mengukur tingkat pengetahuan pelajar, kemampuan dan perubahan sikap

pelajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui evaluasi yang tepat bukan

saja kita dapat menentukan keberhasilan pelajar mencapai tujuan pembelajaran,

akan tetapi juga sekaligus dapat melihat efektivitas program desain yang kita

rencanakan. Dalam hal ini evaluasi berarti proses penggunaan pengukuran atau

taksiran untuk membuat pendapat /penilaian tentang sesuatu.

Dalam tahap ini kita menguji tujuan dan bagian utama dari evaluasi serta

memperhatikan konsep penting peran evaluasi dalam proses perencanaan

pengajaran. Hamalik (2003) menjelaskan pentingnya perencanaan evaluasi

sebagai berikut:

1. Rencana evaluasi membantu kita untuk menentukan apakah tujuan-tujuan

telah dirumuskan dalam artian tingkah laku. Hal ini akan memudahkan

perencanaan suatu tes untuk mengukur prestasi peserta ajar. Penulisan

suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa tujuan-tujuan dan jika perlu

mengadakan revisi sebelum kita merancang pengajaran.

2. Berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada, selanjutnya kita dapat

menyiapkan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Dengan

informasi tersebut dapat kita ketahui apakah peserta ajar telah memahami

tujuan, apakah mereka telah mencapainya, dan sebagainya.

3. Rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes.

Untuk menyusun tes yang baik, diperlukan persiapan matang yang mungkin

akan menyita waktu yang cukup banyak.

Berdasarkan ketiga hal tersebut kemampuan untuk mengembangkan alat

evaluasi merupakan suatu keharusan bagi seorang desainer pembelajaran.

Karakteristik Evaluasi

Ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi, yaitu:

1. Evaluasi merupakan proses

Dalam suatu pelaksanaan evaluasi seharusnya terdiri dari berbagai macam

tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian, evaluasi bukanlah hasil

Page 19: 4.perencanaan desain pembelajaran

19

atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Evaluasi dilakukan untuk

menentukan judgement terhadap sesuatu.

2. Berhubungan dengan pemberian nilai atau arti

Berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu memiliki nilai

atau tidak. Dengan kata lain, evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang

dinilai.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan,

mengumpulkan informasi, dan menyajikan informasi yang berguna bagi

menetapkan alternatif keputusan. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan,

evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2) Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.

3) Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.

4) Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam

rangka perbaikan.

Evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerja dan memberikan informasi untuk

perbaikan. Ada beberapa fungsi evaluasi, yaitu:

a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi peserta ajar.

Melalui evaluasi peserta ajar akan mendapatkan informasi tentang efektivitas

pembelajaran yang dilakukannya.

b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana

ketercapaian peserta ajar dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.

c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program

kurikulum, khususnya untuk perbaikan program selanjutnya.

Page 20: 4.perencanaan desain pembelajaran

20

d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh peserta ajar secara

individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa

depan dan pengembangan karir.

e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam

menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya, apakah

tujuan itu perlu diubah atau ditambah.

f. Evaluasi sebagai umpan balik penentuan kebijakkan untuk semua pihak yang

berkepentingan dengan pendidikan

Evaluasi sering dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan.

Siswa dievaluasi setelah ia selesai melakukan suatu pelajaran, apakah ia

berhasil atau tidak. Kurikulum dievaluasi setelah diimplementasikan, apakah

kurikulum tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum, bagian-

bagian mana yang perlu dievaluasi. Fungsi evaluasi seperti contoh diatas

diformulasikan oleh Scriven (1967) dalam istilah formatif dan sumatif.

Evaluasi Formatif

Formatif adalah fungsi evaluasi untuk memberikan informasi dan pertimbangan

yang berkenaan dengan upaya untuk memperbaiki suatu pembelajaran dalam

proses pengembangan atau belum selesai. Evaluasi formatif dilakukan selama

proses pembelajaran berlangsung untuk melihat kemajuan belajar peserta ajar.

Fungsi formatif suatu evaluasi hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu

berkenaan dengan proses dan bukan berfokus pada hasil. Bahkan ahli

perencana pembelajaran handal pun tidak begitu menyukai untuk membuat

pengajaran yang sempurna pada saat pertama. Terlihat luar biasa ketika

konsep atau gagasan tidak berjalan seperti yang direncanakan ketika

diterapkan di dalam kelas. Evaluasi formatif menjadi bagian penting proses

perencanaan pangajaran, hal ini berfungsi untuk menginformasikan

insruktur/pengajar atau tim perencana, seberapa besar kemajuan program

pengajaran disajikan sesuai tujuan pembelajaran. Evaluasi formatif lebih

berguna ketika dilakukan selama pembuatan dan ujicoba. Dapat dilakukan

Page 21: 4.perencanaan desain pembelajaran

21

ketika proses. Jika rencana pengajaran berisikan kelemahan, hal ini akan dapat

diidentifikasi dan di eliminasi sebelum penerapan keseluruhan.

Hasil tes, reaksi pelajar, observasi kerja pelajar, tinjauan oleh ahli materi

pelajaran, dan saran-saran dari kolega dapat menjadi indikator kekurangan

dalam sekuen, prosedur atau material pembelajaran. Evaluasi formatif adalah

kontrol mutu dari proses pembuatan perencanaan pengajaran. Dalam hal ini

kita belajar bagaimana mengevaluasi kemajuan sesuai dengan perencanaan.

Tes formatif dan revisi adalah penting untuk keberhasilan perencanaan desain

pembelajaran. Biasanya berhubungan tidak hanya kesesuaian tujuan

pembelajaran, isi materi, strategi pembelajaran dan material tapi juga untuk

peranan individu, penggunaan fasilitas dan perlengkapan, jadwal, dan faktor

lain yang secara bersamaan mempengaruhi penampilan optimal dalam

pencapaian tujuan. Perlu diingat, proses perencanaan adalah interaksi

berkelanjutan, dimana setiap elemen mempengaruhi elemen yang lain.

Perencana pengajaran dan pengajar perlu menggunakan evaluasi formatif.

Untuk perencana, biasanya fokus pada keefektifan materi. Sehingga jika

pelajar berpenampilan buruk, kesimpulannya adalah materi, tidak hanya pelajar

yang disalahkan (Hellebrandt & Russel, 1993,p.22). Untuk pengajar, fokus

kepada pelajar. Jika pelajar tidak menampilkan perubahan yang berarti seperti

yang diharapkan, dan keefektifan pembelajaran telah didemonstrasikan,

kesimpulannya adalah pelajar, bukan materi yang disalahkan.

Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan oleh perencana pengajaran

untuk mendapatkan data selama evaluasi formatif:

1. Memberikan tujuan pembelajaran untuk setiap unit atau pelajaran, apakah

tingkat pembelajaran dapat diterima? Apakah kelemahan yang jelas

terlihat/nyata?

2. Apakah pelajar dapat menggunakan pengetahuannya atau menampilkan

kemampuan pada tingkatannya? Adakah yang menunjukkan kelemahan?

3. Berapa lama waktu pengajaran dan pembelajaran yang dibutuhkan?

Apakah dapat diterima?

Page 22: 4.perencanaan desain pembelajaran

22

4. Apakah kegiatannya terlihat sesuai dan teratur untuk pengajar dan pelajar?

5. Dimana materi nyaman dan mudah untuk ditempatkan, digunakan dan

diarsipkan?

6. Apakah reaksi pelajar terhadap metode pelajaran, kegiatan, materi, dan

metode evaluasi?

7. apakah setiap tes perunit dan hasil yang lain mengukur taksiran kepuasan

tujuan pembelajaran?

8. Apa perbaikan dalam program terlihat penting ( isi, format dsb.)?

9. Apakah keadaan pembelajaran telah sesuai?

Evaluasi Sumatif

Fungsi sumatif adalah apabila evaluasi itu digunakan untuk melihat

keberhasilan suatu program yang direncanakan. Fungsi ini berhubungan

dengan pencapaian suatu hasil yang dicapai suatu program.

Fungsi sumatif tidak dapat diterapkan ketika perencanaan pengajaran masih

berproses. Dimana fungsi ini memberikan pertimbangan terhadap hasil

pengembangan dapat berupa dokumen rencana pembelajaran, hasil belajar,

ataupun dampak pembelajaran lingkungan belajar. Evaluasi sumatif dilakukan

selama menilai tingkat dimana hasil utama tercapai diakhir pembelajaran.

Apakah akan dilakukan postes perunit dan ujian akhir untuk pengajaran. Untuk

mengukur keefektifan pelajar, evaluasi sumatif juga sering mengukur hal-hal

sebagai berikut.

Page 23: 4.perencanaan desain pembelajaran

23

- Ketepatgunaan pembelajaran

- Biaya dari pembuatan program

- Kelangsungan biaya

- Reaksi terhadap program pembelajaran

- Keberlangsungan keuntungan suatu program

Kelangsungan keuntungan suatu program dapat ditetapkan mengikuti pelajar

yang menyelesaikan program pembelajaran untuk menutupi dimanapun dan

kapanpun mereka menggunakan pengetahuannya, kemampuannya, dan

sikapnya. Berdasarkan fungsi sumatif ini maka akan dihasilkan suatu

pertimbangan apakah perlu dilanjutkan karena keberhasilannya dan masih

dianggap relevan dengan perkembangan serta tuntutan, atau harus diganti

karena ketidaksesuai dengan tuntutan.

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memutuskan penilaian atau

keberhasilan seseorang atau sesuatu (misalnya pelajaran, program, proyek).

Sebelum melakukan evaluasi, kita harus menentukan tujuannya. Dari

keseluruhan tujuan kelengkapan pelatihan dan pendidikan adalah untuk

menetapkan keberhasilan pelajar dalam pembelajaran. Apakah hasil evaluasi

akan digunakan untuk meningkatkan bagaimana pelatihan diajarkan? Apakah

hasil evaluasi digunakan untuk menilai bahwa pengajaran telah dilakukan?

Atau telah dialihkan untuk suatu waktu. Hal yang menarik ini saling membantu,

tetapi biasanya pendekatan evaluasi dilakukan sesuai/ tergantung kepada hal

yang lebih berguna, yaitu evaluasi formatif, sumatif, atau pendekatan

konfirmatif.

Evaluasi Konfirmatif

Di dunia bisnis pelatihan seringkali ditawarkan kepada karyawan setelah

permasalahan yang terjadi selesai diatasi. Evaluasi konfirmatif adalah

rancangan pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan

atau pembelajaran sesuai dengan apa yang telah dilakukan (permasalahan

yang telah diatasi).

Page 24: 4.perencanaan desain pembelajaran

24

Peranan Tujuan Pembelajaran

Desain pembelajaran berkaitan erat dengan proses pencapaian tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran. Sebab segala kegiatan

pembelajaran muaranya pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan

pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yakni kemampuan yang

harus dimiliki oleh peserta ajar. Kompetensi yang harus dicapai dirumuskan

dalam bentuk perubahan perilaku yang terukur yang selanjutnya dinamakan

objective. Perubahan perilaku sebagai objective dikembangkan oleh Merger

dalam format ABCD, yaitu Audience (siapa yang harus memiliki kemampuan),

Behavior (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki), Condition

(dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan

kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), Degree (kualitas

atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal).

Bentuk perumusannya dapat dilihat pada contoh berikut ini. Disampaikan

tentang Teknik presentasi dengan powerpoint (C), diharapkan peserta belajar

(A), dapat mengoperasikan (B) tools dalam powerpoint dengan tepat sesuai

fungsinya (D).

Dalam rumusan tujuan pembelajaran diatas, yakni dapat mengoperasikan.

Perilaku tersebut merupakan perilaku yang terukur yang dapat diobservasi.

Kata mengoperasikan merupakan perilaku yang spesifik atau yang kita sebut

sebagai kompetensi. Oleh karena tujuan pembelajaran atau kompetensi

merupakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, maka desainer

pembelajaran harus segera merumuskan item tes sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang dirumuskan. Perumusan tes setelah perumusan tujuan

bukan hanya berguna dalam menentukan indikator keberhasilan, akan tetapi

juga berfungsi untuk mengecek ketepatan rumusan tujuan (Sanjaya Wina

2008). Perhatikan contoh berikut.

Page 25: 4.perencanaan desain pembelajaran

25

Rumusan Tujuan Evaluasi

Setelah Kegiatan Belajar Mengajar

berakhir, diharapkan peserta ajar

dapat mengemukakan perbedaan

pengertian antara evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif.

Coba anda kemukakan, apa

perbedaan pengertian antara

evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif.

Dari rumusan tersebut, tampak jelas bahwa perubahan perilaku yang

terkandung dalam tujuan itu dapat diukur, karena memang melalui alat evaluasi

yang dapat ditentukan keberhasilannya. Artinya, apabila diakhir Kegiatan

Belajar Mengajar, kemudian peserta belajar dapat menjelaskankan pengertian

evaluasi formatif dan membedakannya dengan evaluasi sumatif, maka

Kegiatan Belajar Mengajar dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika peserta

belajar tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka dapat dikatakan

Kegiatan Belajar Mengajar tidak berhasil.