21
Sastra dalam Pembelajaran Sejarah Pertemuan Pertama

1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Sastra dalam Pembelajaran Sejarah

Pertemuan Pertama

Page 2: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Aturan Main dan Dosen

Dosen:

1. Prof.Dr.(em) Rochiati Wiriaatmadja, M.A

2. Dr. Nana Supriatna, M.Ed

3. Wildan Insan Fauzi, M.Pd sfs

Page 3: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apa yang Kita Pelajari

1. Pendahuluan (SAP dan Silabus)

2. Memahami Sastra dan hubungannya dengan pembelajaran Sejarah

3. Perkembangan Sastra pada masa Hindu-Budha

4. Perkembangan Sastra pada masa Kerajaan-Kerajaan Islam sapai Pergerakan Nasional

5. Sastra dalam pandangan Postmodenisme

Page 4: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apa yang Kita Pelajari

1. Fungsi dan Peran Novel dalam Pembelajaran Sejarah

2. Penggunaan Sastra dalam pembelajaran Sejarah

3. Menganalisis Sastra dengan menggunaan teori postkolonial, sosiologi sastra, dan realisme sosial

4. Peningkatan kemampuan Mahasiswa dalam Mengapreasiasi sastra

5. Apresiasi Karya Sastra dalam Pembelajaran Sejarah

Page 5: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apa Itu Sastra

Kata "sastra" berasal dari kata serapan dalam Bahasa Sansekerta yang artinya pedoman atau ajaran.

Sastra bisa dibagi atas sastra lisan dan sastra tertulis

Menurut Panuti Sudjiman, sastrawan, sastra adalah karya lisan atau tulisan yang memiliki ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya

Page 6: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apa Itu Sastra

Sumarno dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.

Mursal Esten, menyatakan sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Ahmad Badrun, berpendapat bahwa Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol- simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.

Page 7: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apa Itu Sastra

Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra yaitu:1. Sastra adalah seni bahasa.2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang

mendalam.3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam

sebuah bentuk keindahan.5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan

kemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengansentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang mempesona.

Page 8: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Kategori sastra

Cerpen atau cerita pendek, suatu bentuk prosa atau karangan yang tak terikat yang dibuat tidak berdasarkan kejadian nyata atau fiktif dengan hanya mengambil satu atau dua bagian kehidupan tokoh utamanya.

Novel, karya fiksi prosa berbentuk naratif yang dalam Bahasa Italia disebut novella, yang artinya sepotong berita atau sebuah cerita. Novel lebih panjang dari cerpen, bisa sekitar 40.000 kata atau lebih dan jalan ceritanya tentang kehidupan sehari-hari tokoh sentral dan menitikberatkan pada sisi uniknya.

Syair. Pantun, jenis puisi lama yang terdapat sampiran dan isi di

dalamnya. Drama, bentuk karya sastra yang dapat diperankan dalam

suatu pertunjukkan.

Page 9: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Sastra dan Konstruk Budaya

sastrawan mengkonstruksi budaya suatu masyarakat melalui karya sastranya.

Setiap sastrawan memotret dan memaknai kehidupan di sekitarnya untuk kemudian diekspresikan melalui karya sastra.

setiap sastrawan memiliki cara pandang dan cara bertutur yang unik, yang berbeda-beda.

Corak intelektual sastrawan yang berbeda akan mewarnai karya-karyanya termasuk dalam memotret realitas masyarakat pada zamannya.

setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari faktor-faktor sosial-politik-kultural (Mahayana, 2007).

Page 10: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Mengapa Sejarah dipelajari?

Sejarah sebagaimana yang diungkap Taupik Abdulah (1999), menyimpan pengalaman berharga yang dapat memberikan kearifan. Oleh sebab itulah, sejarah penting dipelajari agar seseorang dapat mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Sam Wineburg (2007: 6: sejarah perlu diajarkan di sekolah karena memiliki potensi untuk menjadikan manusia lebih berkeperikemanusiaan

Tanpa sejarah, masa lalu hanya digunakan untuk kepentingan praktis saja dan kita menjadi terputus dari berbagai pengalaman kehidupan manusia (P.J. Lee, 1984: 5).

Page 11: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Problem?

peningkatan kemampuan intelektual (ranah kognitif) berupa hapalan materi menjadi tujuan yang paling utama sementara pembelajaran nilai (ranah afektif) menjadi sesuatu yang terabaikan, padahal muatan nilai begitu besar dalam sejarah (Wiriaatmadja, 2002: 149).

Pendidikan Indonesia saat ini lebih banyak mengandalkan intuisi kognitif saja, tanpa memperhatikan aspek perkembangan lain yang dapat menunjang kinerja otak.

para pelajar Indonesia hanya mampu ‘menghafal’ atau ‘peniru’ dibandingkan kemampuan dalam hal memecahkan persoalan baru.

Buku teks merupakan sumber utama yang selama ini digunakan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran si kelas lebih banyak memuat fakta-fakta yang membuat siswa-siswa terbenam dalam lautan fakta. Akibatnya, siswa menjadi merasa jenuh membaca buku teks

Page 12: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Kritik terhadap Sejarah

kritik terhadap pandangan sebagian besar sejarawan yang menganggap mengenai keilmiahan sejarah yang hanya bisa dicapai melalui sejarah empirik, sejarah struktural, prinsif deskriptif analitis, dan penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam sejarah (Purwanto, 2008: 1-2).

Tolstoy: sejarah tidak lain dari sekedar kumpulan cerita yang tak berguna

Sejarah terlalu sibuk dengan hal-hal partikulatif dan kering yang berfungsi hanya sekedar "pelipur lara" saja

Foucolt (Saruf, 2008:89-91) yang menganggap sejarah yang hanya terpaku pada “perayaan” tokoh dan peristiwa besar serta mengabaikan peristiwa-peristiwa biasa.

Page 13: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Kritik terhadap Sejarah

Stephen Greenblatt (Purwanto, 2008: 5): Sejarah merupakan hasil kepentingan kelompok sosial tertentu dalam pertentangannya dengan kelompok lain.

Sir Walter Scott menganggap sejarah sering terasa “palsu”.

Scott menulis Waverley. Inilah novel sejarah pertama yang terbit pada 1810. Sir Walter mengambil sepenuhnya karakter Alasdair Ranaldson MacDonell (1771-1828)

Page 14: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Kritik terhadap Sejarah

Milan Kundera sastrawan Ceko, pemenang Nobel Kesusastraan. Ia berkata,

”Langkah pertama untuk memusnahkan suatu bangsa cukup dengan menghapuskan memorinya. Hancurkan buku-bukunya, kebudayaannya dan sejarahnya, maka tak lama setelah itu, bangsa tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi sekarang dan pada masa lampau. Dunia sekelilingnya bahkan akan melupakannya lebih cepat”.(Priyatmoko, 2009)

Page 15: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Guna Novel

menyeimbangkan intelektual dan pembelajaran nilai, penggunaan emosi sebanyak pikirannya ketika

belajar, kesempatan yang lebih baik untuk mengingat fakta-

fakta sejarah, pembelajaran sejarah lebih menyenangkan, mendekatkan siswa pada masa lalu bangsanya. mengisi kekurangan dalam menggali fakta fakta

sosial atau fakta-fakta mental.

Page 16: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Apresiasi Sastra

Pembelajaran sejarah yang menggunakan telaah novel sejarah akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan jika diawali oleh kemampuan gurunya dalam mengapresiasi novel tersebut

Apresiasi lebih mengacu pada aktivitas memahami, menginterpretasi, menilai, dan pada akhirnya memproduksi sesuatu yang sejenis dengan karya yang diapresiasikan.

apresiasi tidak hanya bersifat reseptif: menerima sesuatu secara pasif. Tetapi, yang lebih penting, apresiasi juga bersifat produktif: menghasilkan sesuatu secara aktif (Tarigan,1995: 84).

Page 17: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Upaya mengapresiasi karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah membaca.

Aminudin (2009: 20) mengemukakan dua konsep membaca yang berkaitan dengan apresiasi sastra, yaitu: membaca estetis dan membaca kritis.

Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan menikmati dan menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra.

Membaca kritis bukan hanya bertujuan memahami, menikmati, dan menghayati saja melainkan juga memberikan penilaian.

Page 18: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa

analisis mahasiswa cenderung dangkal dan terkesan “hanya membuat ringkasan” dari novel tersebut. Bahkan dari penelaahan lebih dalam, ada beberapa mahasiswa yang “copy paste” hasil analisis orang lain terhadap novel tesebut yang terdapat di artikel-artikel di internet;

hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang membaca novel tersebut sepenuhnya bahkan ada yang tidak membacanya sama sekali sehingga tidak semua bagian mereka ungkap. Dengan demikian, ada masalah dalam hal minat membaca mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah;

Page 19: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa

mahasiswa kesulitan dalam membedakan fakta dan fiksi dalam novel dan sepertinya tidak memiliki pengetahuan sejarah yang cukup untuk membandingkan cerita sejarah di novel dengan yang terdapat di buku teks;

mahasiswa kesulitan dalam mengungkap seting sosial, budaya, ekonomi, dan politik serta latar belakang sejarah yang terdapat dalam novel tersebut;

Page 20: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa

sebagian besar mahasiswa tidak dapat memahami cara berpikir pengarang baik itu ideologi atau nilai yang dianut novelis, cara pandangnya terhadap realitas, apalagi membandingkan cara kerja novelis dengan sejarawan;

mahasiswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang teori-teori sastra baik itu teori struktural, sosiologi sastra, postkolonialisme, kajian semiotika, realisme sosialis, dan teori-teori sastra lainnya.

Page 21: 1. sastra dalam pembelajaran sejarah

Mengapa Terjadi?

Rendahnya minat dan kemampuan membaca

rendahnya pengetahuan sejarah mahasiswa. rendahnya pengetahuan dan pemahaman

mahasiswa mengenai teori-teori sastra.