23
POVERTY ALLEVIATION - IGA PROJECT Desa Muara, Kec. Teluknaga, Kab. Tangerang “A project submitted to make social betterment” Sidi Rana Menggala

Poverty project : Income Generated Activity

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Poverty project : Income Generated Activity

POVERTY ALLEVIATION - IGA PROJECT

Desa Muara, Kec. Teluknaga, Kab. Tangerang

“A project submitted to make social betterment”

Sidi Rana Menggala

Page 2: Poverty project : Income Generated Activity

Daerah Riset

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang Banten. Peneliti memilih Desa tersebut karena desa tersebut merupakan daerah

tertinggal secara ekonomi dan termarjinalkan oleh sistem pemerintahan Kabupaten Tangerang.

Desa Muara merupakan daerah pesisir pantai yang mata pencaharian utama masyarakat adalah

sebagai nelayan, buruh dan joki pemancingan/tambak.

Latar Belakang

Keberadaan keuangan mikro tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha penanggulangan

kemiskinan. Bahkan perhatian dan usaha untuk mengembangkan keuangan mikro terutama

didasarkan pada motivasi untuk mempercapat usaha penanggulangan kemiskinan. Hal ini pulalah

yang mendasari berbagai lembaga internasional bergerak langsung dalam kegiatan keuangan

mikro maupun dalam pengembangan lembaga keuangan tersebut.

Pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak sarana dan program baik yang

bersifat langsung maupun tak langsung. Usaha ini dapat berupa transfer payment dari pemerintah

misalnya, program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga berencana, maupun

usaha yang bersifat produktif misalnya melalui pinjaman dalam bentuk micro credit.

Secara hipotesis, kaitan antara pemberdayaan kredit mikro dengan upaya pengentasan

kemiskinan merupakan pintu masuk relatif mudah bagi orang yang akan menjadi pengusaha

pemula. Jika pengusaha pemula ini tumbuh dan berkembang akan terentaskan karena menjadi

pengusaha atau karena trickledown effect dari semakin banyaknya pengusaha mikro.

Pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak sarana dan program, termasuk

didalamnya adalah program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga berencana dan

tentu saja adalah melalui pinjaman dalam bentuk micro credit. Upaya pengentasan kemiskinan

yang dilakukan oleh pemerintah selama ini lebih menitikberatkan bentuk-bentuk transfer atau

subsidi, padahal dalam rantai kemiskinan tidak selalu harus diatasi dengan cara tersebut. Aspek

yang lebih penting adalah memutus mata rantai kemiskinan yang dapat dilakukan antara lain

dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat miskin menjadi produktif.

Page 3: Poverty project : Income Generated Activity

Pasar/permintaan yang ada dalam microfinance berasal dari rumah tangga, dan perusahaan yang

bergerak secara unregulated dalam sektor ekonomi informal. Bank Dunia memperkirakan

potensi pasar untuk kredit mikro di seluruh dunia saat ini tidak kurang dari angka 100 juta

nasabah. Kondisi umum sektor informal sering digambarkan seperti langka modal, kepemilikan

bersifat keluarga, skala kecil, status tidak legal, beroperasi di pasar unregulated, relatif mudah

keluar masuk pasar, padat karya, pendidikan informal dan ketrampilan rendah, jam kerja tidak

tertentu, sedikit pemakaian alat, penggunaan sumber daya sendiri, dan penjualan/pemasaran

bersifat domestik.

Banyak pakar dan pelaku bisnis turut memikirkan dan mengembangkan usaha kredit mikro

dalam berpartisipasi mengentaskan kemiskinan dan memeratakan pendapatan. Sehingga dapat

mengangkat harkat dan martabat mereka. Berbagai alternatif dan strategi dalam layanan kredit

mikro telah direncanakan dan dilkaukan dalam menaklukan hambatan dan tantangan yang

dihadapi dalam usahanya mencapai keberhasilan.

Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasikan permasalahannya yaitu:

1. Apa dan bagaimana sebenarnya kredit mikro (microfinance)?

2. Mengapa kredit mikro dan apa urgensinya?

3. Kesulitan-kesulitan apa yang menghambat usaha kredit mikro?

4. Seberapa besar peluang usaha kredit mikro?

5. Strategi apakah yang dilakukan agar usaha kredit mikro mencapai keberhasilan?

6. Sejauh manakah usaha kredit mikro dalam mengentaskan kemiskinan?

Profil Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang

Muara, sebuah desa yang terletak di kecamatan Teluk Naga, Provinsi Banten adalah sebuah desa

yang tidak jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, lambang kemajuan zaman. Namun

ironisnya hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kemajuan peradaban masyarakat setempat,

yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, buruh tambak, dan petani.

Page 4: Poverty project : Income Generated Activity

Hal tersebut dapat dilihat dari 6000 jumlah populasi masyarakatnya, hanya 6 orang saja yang

sanggup mengecap bangku kuliah. Rata- rata masyarakat hanya sanggup menyekolahkan

anaknya hingga tahap Sekolah Dasar. Infrastruktur yang kurang memadai & keterbatasan biaya,

menyebabkan masyarakat setempat sulit untuk menyekolahkan anak- anaknya hingga ke jenjang

yang lebih tinggi.

Geografis

Desa muara terletak di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang dan termasuk desa IDT

(Inpres Desa Tertinggal). Letak desa ini kurang lebih 7 km dari kota kecamatan atau 23 km dari

ibukota kabupaten. Perjalanan ke lokasi dapat ditempuh dari ibu kota kecamatan dengan

mengendarai angkutan umum dan ojek, dengan kondisi jalanan sebagian berbatu, becek bila

musim hujan tiba, serta berlubang.

Untuk mencapai Teluk Naga, dapat dilakukan dari jalan tol bandara, menuju ke kawasan

pergudangan (jalan Perancis) – perempatan Dadap, ke arah barat lau melewati Kosambi dan

Salembaranjati, lalu ke arah utara. Dari desa Salembaranjati, Teluk Naga dapat dijangkau

melalui jalan aspal yang sudah rusak sepanjang kurang lebih lima kilometer. Di sepanjang jalan

ini terdapat kawasan pertambakan

Batas-batas wilayah Teluk Naga antara lain adalah:

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, Laut Jawa

Sebelah selatan berbatasan dengan desa Salembaran Jati

Sebelah barat berbatasan dengan desa Tegalangus, dan desa Tanjung Pasir.

Dalam Peta Geologi Lingkungan, disebutkan bahwa kampung Muara dan sekitarnya secara

morfologi merupakan pematang pantai (beach ridge) serta merupakan pedaratan (flat plains).

Selain itu, wilayah permukiman di kampong Muara juga merupakan kawasan pertambakan yang

berpotensi banjir (flood prone area).

Page 5: Poverty project : Income Generated Activity

Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah buruh tani dan nelayan pinggir.

Pendapatan mereka rata-rata berkisar Rp 10.000 – Rp 15.000,-/hari/keluarga dengan tanggungan

4-9 orang, sehingga bisa disebut lebih dari 75% adalah keluarga pra sejahtera. Minimnya

pendapatan mereka berimplikasi pada rendahnya kualitas SDM. Banyak warga hanya tamat SD

atau tidak tamat, bahkan menurut data tahun 2000, terdapat 494 jiwa tidak bisa membaca.

Page 6: Poverty project : Income Generated Activity

Orang Betawi Teluk Naga tinggal wilayah pesisir sebelah barat kota Jakarta,tepatnya di

kampung Muara tanah preman, desa Muara, kecamatan Teluk Naga, kabupatenTangerang.

Wilayah kampung nelayan ini letaknya 10 kilometer di sebelah utara Bandara Soekarno- Hatta

dan berada di sebelah barat dan selatan dari kepulauan Seribu. Namun akses darat menuju

bandara lebih sulit dijangkau jika dibandingkan dengan akses laut menuju kepulauan Seribu

(sumber informasi mantan Kepala Desa Muara, Bpk. Yatno : 08964646777).

Pengertian Microfinance

Mikro dalam istilah microfinance lebih menjelaskan mengenai ‘inferiority’ atau keterbatasan,

yaitu inferioritas dari masyarakat miskin (the poors) yang sulit atau terbatas aksesnya kepada

pelayanan jasa keuangan/perbankan. Beberapa definisi mengenai microfinance antara lain

sebagai berikut:

International Management Communications Corporation (IMCC): microfinance sebagai

seperangkat teknik dan metode perbankan non-tradisional untuk membuka akses seluas-

luasnya kepada sektor yang tidak tersentuh jasa keuangan formal.

The Foundation for Development Cooperation: microfinance sebagai penyediaan jasa

keuangan khususnya simpanan dan pinjaman bagi rumah tangga miskin yang tidak

memiliki akses ke lembaga keuangan formal.

Asian Development Bank: microfinance sebagai penyediaan layanan keuangan yang

seluas-luasnya, seperti deposito, pinjaman, jasa pembayaran, transfer uang dan asuransi

kepada orang miskin dan rumah tangga berpenghasilan rendah dan kepada usaha-usaha

kecil/mikro.

Marguerite S. Robinson : microfinance sebagai layanan keuangan skala kecil khususnya

kredit dan simpanan yg disediakan bagi mereka yang bergerak di sektor pertanian,

perikanan atau peternakan; yang mengelola usaha kecil atau mikro yg meliputi kegiatan

produksi, daur ulang, reparasi atau perdagangan; yang menyediakan layanan jasa; yang

bekerja untuk memperoleh upah atau komisi; yg memperoleh penghasilan dari/dengan

cara menyewakan tanah, kendaraan, tenaga hewan ternak, atau peralatan dan mesin-

mesin; dan kepada perseorangan atau kelompok baik di pedesaan maupun di perkotaan di

negara-negara berkembang.

Page 7: Poverty project : Income Generated Activity

Kesimpulan: Tidak ada definisi baku mengenai microfinance, kecuali bahwa semuanya

mengkaitkan microfinance dengan kegiatan pelayanan keuangan bagi masyarakat miskin (the

poors) yang mempunyai keterbatasan akses ketika berhubungan dengan lembaga keuangan

formal.

Microbanking

Layanan microfinance bisa dilakukan oleh pemerintah, individu, swasta, LSM, Lembaga

Keuangan formal ataupun informal. Layanan microfinance yang dilakukan oleh perbankan

disebut microbanking. Microbanking adalah bagaimana perbankan yang merupakan lembaga

keuangan formal harus bisa melayani sektor mikro, yang umumnya bersifat informal, atau

bagaimana sektor mikro yang informal bisa masuk dalam sektor perbankan yang formal.

Kondisi umum Pasar dalam Microfinance

Pasar/permintaan yang ada dalam microfinance berasal dari rumah tangga, dan perusahaan yang

bergerak secara unregulated dalam sektor ekonomi informal. Bank Dunia memperkirakan

potensi pasar untuk kredit mikro di seluruh dunia saat ini tidak kurang dari angka 100 juta

nasabah. Kondisi umum sektor informal sering digambarkan seperti langka modal, kepemilikan

bersifat keluarga, skala kecil, status tidak legal, beroperasi di pasar unregulated, relatif mudah

keluar masuk pasar, padat karya, pendidikan informal dan ketrampilan rendah, jam kerja tidak

tertentu, sedikit pemakaian alat, penggunaan sumber daya sendiri, dan penjualan/pemasaran

bersifat domestik.

Profil nasabah dalam microfinance

Tenaga kerja: memperkerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya, Aktiva tetap: relatif

kecil karena labor intensive, lokasi: disekitar rumah, umumnya di luar pusat bisnis, Pemasaran :

tergantung pada lokal dan jarang terlibat kegiatan ekspor impor, Manajemen: ditangani sendiri

dengan teknik sederhana, Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang di atur hukum,

perijinan, pajak, perburuhan dan lain-lain.

Page 8: Poverty project : Income Generated Activity

Pendekatan pelayanan dalam microfinance

1. Teori supply-leading finance. Muncul pasca Perang Dunia II (akhir 1940-

1950).Merupakan kombinasi tiga pendapat saat itu : 1) Pemerintah di negara yang baru

merdeka, bertanggung jawab atas pembangunan bidang ekonomi dinegaranya.2)

Perkembangan ekonomi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dibidang

pertanian secara cepat dan luas.3)Kebanyakan petani tidak sanggup menanggung bunga

kredit yang mereka butuhkan untuk membeli alat-alat pertanian modern.

2. The Poverty lending approach. Konsentrasi pada pengentasan kemiskinan melalui

instrumen kredit yang biasanya disertai dengan layanan tambahan, seperti pelatihan

terkait baca tulis, menghitung, kesehatan gizi, keluarga berencana dsb nya. Lewat

pendekatan ini, pemerintah dan pihak donor membiayai kredit untuk orang miskin,

dengan bunga di bawah suku bunga pasar. Tujuannya adalah menjangkau orang miskin,

terutama yang miskin “papa”, untuk membantu keluar dari lembah kemiskinan serta

memberdayakan mereka (contoh: Grameen Bank of Bangladesh)

3. The Financial system approach. Menekankan pada jangkauan luas kepada orang miskin

yang memiliki kegiatan ekonomi (the economically active poor) baik kepada peminjam

maupun penyimpan. Lebih ditekankan untuk institusi yang telah mandiri, karena adanya

peningkatan permintaan pembiayaan mikro di seluruh dunia. Institusi ini dapat memenuhi

permintaan nasabah akan layanan jasa keuangan yang nyaman dan memadai (contoh:

BRI Unit of Indonesia, BancoSol of Bolivia, ASA of Bangladesh).

4. Prinsip umum pengelolaan microfinance.

Demand driven/demand following/market driven. Pelayanan dan pengembangan

produk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi nasabah mikro.

Accessibility. Pelayanan terbuka bagi seluruh lapisan (sektor) melalui pendekatan

sistem dan prosedur yang mudah, persyaratan yang sesuai, lokasi yang strategis,

sehingga mudah diakses, dan mengurangi biaya transaksi bagi nasabah.

Simplicity. Organisasi, sistem operasional, administrasi, pengawasan dan sistem

informasi didesain secara sederhana, mudah, mdengan memperhatikan efisiensi

dan efektivitas.

Page 9: Poverty project : Income Generated Activity

Transparancy. Sistem kegiatan terbuka, baik hak dan kewajiban bagi pekerja

maupun nasabah, melalui sistem reward and punishment yang fair, fitur produk

yang memberi banyak pilihan, dan sistem informasi yang user friendly.

Cost Recovery. Harus mampu menutup semua biaya dan mampu menghasilkan

laba yang memadai.f). Sustainability. Kelangsungan kegiatan didukung oleh

prinsip dan sistem yang berjalan dengan baik, dan menjamin kelangsungan

pelayanan bagi nasabah potensial, dan menyumbang manfaat bagi pengembangan

kinerja pelayanan itu sendiri, sehingga tercipta sistem keuangan mikro yang

berkesinambungan.

Segment Pasar

Microfinance memiliki keunikan dalam melayani masyarakat yakni terfokus pada masyarakat

miskin yang terbagi menjadi empat kelompok:

Kelompok I, yakni the poorest of the poor. Penduduk miskin yang tidak memiliki sumber

pendapatan karena faktor usia, sakit, cacat fisik sehingga tidak memiliki pendapatan.

Kelompok II, yaitu labouring poor. Kelompok miskin yang bekerja sebagai buruh

dengan penghasilan sangat terbatas dan bersifat tidak tetap atau musiman yang umumnya

bekerja di sektor pertanian atau sektor-sektor lain yang bersifat padat karya.

Kelompok III, adalah self-employed poor. Merupakan penduduk miskin yang

berpenghasilan relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar dengan bekerja di

sektor informal.

Kelompok IV, ialah economically active poor. Golongan yang telah memiliki kekuatan

ekonomi dengan sumber pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup

dasar dan memiliki surplus income.

Tujuan

State of practice microfinance sekarang tidak terlepas dari sejarah kelahirannya yaitu untuk

menanggulangi masalah-masalah yang berkaitan dengan kemiskinan. Selanjutnya pengembangan

microfinance menjadi salah satu agenda untuk mencapai The Millennium Development Goals

untuk mengurangi jumlah penduduk dunia menjadi separuhnya pada tahun 2015. Hal ini

Page 10: Poverty project : Income Generated Activity

kemudian diperkuat dengan Resolusi PBB No.A/58/488 tentang the International Year of

Microcredit 2005 yang mendorong microfinance sebagai sektor keuangan yang inklusif.

Microbanking. Layanan microfinance bisa dilakukan oleh pemerintah, individu, swasta, LSM,

Lembaga Keuangan formal ataupun informal.

Layanan microfinance yang dilakukan oleh perbankan disebut microbanking. Microbanking

adalah bagaimana perbankan yang merupakan lembaga keuangan formal harus bisa melayani

sektor mikro, yang umumnya bersifat informal, atau bagaimana sektor mikro yang informal bisa

masuk dalam sektor perbankan yang formal.

Urgensi Microfinance

Ketersediaan sumber daya finansial yang cukup pada saat yang tepat merupakan salah satu faktor

penting bagi individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi kondisi

ideal tersebut hampir tidak mungkin terjadi pada masyarakat miskin karena terbatasnya resource

sehingga memerlukan adanya intervensi keuangan untuk menutup gap yang ada. Ada lima pola

intervensi microfinanc, misalnya dalam pembiyaan yakni:

1. Income smoothing

Menutup kebutuhan keuangan karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran

karena faktor musim atau siklus upahan. Umumnya petani membutuhkan dana pada masa

tanam untuk membeli sarana produksi dan memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga.

Hal yang sama juga terjadi pada para pekerja atau buruh yang menerima upah secara

berkala.

2. Cash flow injection

Mengatasi aliran kas (terjadi kesenjangan antara aktiva lancar dan pasiva lancar) yang

terutama bagi usaha mikro yang menerapkan sistem pembayaran kredit atau karena ada

kebutuhan strategis misalnya untuk memenuhi kontrak bisnis yang bersifat sesaat.

3. Emergency relief

Merupakan asistensi keuangan untuk mengatasi kebutuhan mendadak karena adanya

musibah keluarga, sakit dan bencana alam, kehilangan pekerjaan, biaya pendidikan dan

kebutuhan jangka pendek lainnya karena umumnya masyarakat miskin tidak memiliki

tabungan atau asuransi.

Page 11: Poverty project : Income Generated Activity

4. Asset building

Menyediakan dana yang bersifat jangka panjang untuk membeli aktiva tetap (peralatan

rumah tangga), kendaraan, hewan ternak, properti, dan lain-lain yang memiliki nilai

ekonomi tinggi atau dapat dikonversikan kembali menjadi uang.

Program Kemasyarakatan berbasis microfinance: Income Generated Activity (IGA)

Program-program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Masyarakat Mandiri

bertujuan untuk membuat komunitas dampingan dapat mandiri menjalankan kegiatan usaha dan

lembaga lokal yang akan didirikan. Masyarakat yang menjadi mitra program pun harus

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Adapun kriteria mitra dampingan secara umum adalah

sebagai berikut :

Kelompok pelaku usaha mikro dan kecil

Memiliki usaha homogen/sejenis (sektor pertanian, perikanan, kerajinan dll)

Tidak berdaya terhadap akses ekonomi

Tinggal di wilayah yang memiliki potensi sumber daya lokal/sentra produksi

Memiliki pendapatan di bawah upah minimum

Bisnis dan Investasi

Pengembangan usaha mitra dampingan merupakan salah satu syarat agar kegiatan pemberdayaan

dapat terus berlanjut. Bagi anda yang memiliki modal usaha dan ingin ikut membantu

memberdayakan masyarakat dapat bekerjasama dengan Masyarakat Mandiri. Bentuk kerjasama

dapat dilakukan dengan menjadi reseller produk hasil pemberdayaan ataupun menginvestasikan

modal yang anda miliki kepada Masyarakat Mandiri untuk digunakan mengembangkan usaha

mitra.

Microfinance sebagai Spin Off

Microfinance adalah langkah awal bagi program pemberdayaan masyarakat. Didalam tahap ini

terdapat beberapa hal yang terkait antara lain: kelompok sasaran, penyiapan dan peningakatan

kemampuan kelompok sasaran, seleksi anggota, tahap pemberian kredit, pengelolaan dana, dan

indikator keberhasilan.

Page 12: Poverty project : Income Generated Activity

Kelompok sasaran

Penerima manfaat (target group) program ini adalah kelompok yang sudah ada dalam masyarakat

(existing group/indigenous) di tingkat RT baik laki-laki maupun permempuan.

Penyiapan dan peningkatan kemampuan kelompok sasaran yang diawali dengan kegiatan:

1. Sosialisasi program

2. Peningkatan kohesifitas kelompok

3. Pendataan identitas anggota kelompok dan keluarganya

4. Identifikasi minat dan kebutuhan serta potensi anggota

5. Pendampingan perencana usaha

6. Peningkatan kemampuan kelompok sasaran yang kegiatannya meliputi:

· Pelatihan pembukuan dan pelaporan untuk ketua anggota

· Pelatihan manajeman usaha,magang dan kemitraan usaha

· Pelatihan pengambilan keputusan

· Pendataan identitas anggota dan keluarganya

Seleksi anggota

Pada tahap pertama calon anggota mengejukan diri sebagai anggota, lalu anggota kelompok

lainnya melakukan seleksi secara kolektif untuk menerima atau menilak anggotanya yang baru.

Dengan kata lain anggota baru harus mendapatkan referensi dari anggota lama dan mendapatkan

persetujuan dari kelompok.

Tahapan pemberian kredit modal usaha, dimana terdapat empat tahap pemberian kredit yaitu:

rescue (darurat), recovery (pemulihan), development (pengambangan), dan entrepreneur

(wirausaha).

1. Rescue (Rp. 100.000,00)

Bantuan diberikan kepada mereka yang baru memulai usaha. Waktu pengembalian selama lima

bulan atau Rp. 20.000,00 perbulan, bunga sebesar 24% pertahun, dengan komponen:

Rp. 1000/bulan untuk biaya operasional

Rp. 500/bulan untuk tanggung renteng

Rp. 500/bulan untuk dana sosial

Simpanan anggota Rp. 5000 dibayar dimuka

Page 13: Poverty project : Income Generated Activity

2. Recovery (Rp. 300.000)

Bantuan diberikan kepada mereka yang mengalami keterpurukan akibat krisis dan mereka yang

telah membuka usaha, setelah memperoleh bantuan rescue. Waktu pengembalian selama enam

bulan atau Rp. 50.000 per bulan, bunga sebesar 24% pertahun dengan komponen:

Rp. 3000/bulan untuk biaya operasional

Rp. 1500/bulan untuk tanggung renteng

Rp. 1500/bulan untuk dana sosial

Simpanan anggota Rp. 20.000 dibayar dimuka

3. Development (Rp. 500.000)

Bantuan diberikan kepada mereka yang terentas dan yang akan mengembangkan usaha, setelah

memperoleh bantuan recovery. Waktu pengembalian selama enam bulan atau Rp. 50.000 per

bulan.

Bunga sebesar 24% pertahun dengan komponen

Rp. 5000/bulan untuk biaya operasional

Rp. 2500/bulan untuk tanggung renteng

Rp. 2500/bulan untuk dana sosial

Simpanan anggota Rp. 30.000 dibayar dimuka

4. Entrepreneur (Rp. 1.000.000)

Bantuan diberikan kepada mereka yang usahanya relatif stabil dan diharapkan mempu

mengakses kredit perbankan.

seleksi anggota berdasarkan:

Tidak pernah menunggak selama menjadi anggota

Volume usaha meningkat

Mengikuti pelatihan manajemen

Waktu pengembalian selama enam bulan atau Rp. 100.000 per bulan, bunga sebesar 24%

pertahun dengan komponen

Rp. 10.000/bulan untuk biaya operasional

Rp. 5000/bulan untuk tanggung renteng

Rp. 5000/bulan untuk dana sosial

Simpanan anggota Rp. 70.000 dibayar dimuka

Page 14: Poverty project : Income Generated Activity

4.1 Enterpreneur Plus: besarnya pinjaman Rp 1.500.000,- dengan masa pengembalian

sepuluh bulan, angsuran 195.000,-

4.2 Enterpreneur Plus 2: besaranya pinjaman Rp 2.000.000,- dengan masa pengembalian

sepuluh bulan, angsuran 250.000,-

Untuk pinjaman yang lebih dari Rp 2.000.000,- direkomendasikan ke PPMK guna mendapatkan

pinjaman yang lebih besar lagi.

Pengelolaan Dana

Tanggung renteng, jika ada anggota yang tidak mempu membayar karena berbagai

macam penyebab, maka seluruh anggota akan mengganti dengan dana bersama.

Tabungan/simpanan, untuk penambahan modal awal dan perluasan kesempatan untuk

menjadi anggota.

Dana sosial, digunakan untuk memberikan pelayanan sosial dasar yang meliputi

pendidikan dan kesehatan.

Indikator Keberhasilan

Partisipasi tingkat I berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang bersumber dari peningkatan

pendapatan.

Kohesifitas anggota, yang ditandai dengan:

Interaksi sosial yang tinggi, baik pada kelompok secara intern maupun interaksi antar kelompok

dengan pengurus koperasi.

Community meeting secara rutin

Pengembangan dan Mobilisasi Sumberdaya (communtity management)

Pelayanan sosial sebagai mobilisasi sumberdaya berarti bahwa pelayanan sosial yang

dilakukan sebagian didanai secara mandiri dengan sumber dari iuran anggota, dan

diwadahi oleh lembaga perkumpulan iuran kesejahteraan masyarakat. (PIKMA)

Indikator keberhasilan

1. Partisipasi tingkat dua berupa ketersediaan akses terhadap sumber daya

Page 15: Poverty project : Income Generated Activity

2. Partisipasi tingkat tiga adalah tingkat penyadaran anggota yang diperoleh melalui

pelatihan-pelatihan pengkaderan dan praktek lapangan

Mobilisasi sumberdaya dalam program kegiatan berupa

Dana, berupa iuran

Tenaga, berupa kader

Pengambilan keputusan

Pengembangan, penguatan dan jaringan institusi (Institusional Buliding)

Pembentukan institusi tingkat Desa

Kopaga (Koperasi Warga untuk pengambangan ekonomi)

Pikma (perkumpulan iuran kesejahteraan masyarakat), untuk pelayanan sosial

Lembaga mitra warga (setingkat LKMD/K) untuk pengambilan keputusan dan advokasi.

Kelompok sasaran

Kelompok-kelompok formal dan informal yang mempunyai kegiatan dalam satu wilayah

kelurahan/desa, focus target group adalah ibu-ibu dan kelompok difabel.

Program intervensi

Pendataan kelompok untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok formal dan informal

Pelatihan team Buliding dan Communtiy development

Kemampuan menyusun action Plan

Penguatan jaringan antar kelompok formal dan informal

Indikator keberhasilan

Partisipasi tingkat empat

Berupa keikut-sertaan dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan

Partisipasi tingkat lima

Berupa partisipasi politik berupa curah pendapat dan advokasi antara masyarakat melalui

instutusi dengan pemerintah lokal dan daerah.

Rekonsiliasi kelompok

Page 16: Poverty project : Income Generated Activity

Melibatkan kelompok tradisional yang bersifat informal dan kelompok yang bersifat

formal

Kesimpulan

Secara umum, pengertian micro-finance adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

miskin dalam bentuk tabungan, deposito dan pinjaman. Namun dalam perkembangannya, micro-

finance memiliki arti sebagai suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk meretas

kemiskinan.

Kegiatan micro-finance di Indonesia diatur oleh UU No. 20 tahun 2008, di Indonesia micro-

finance lebih dikenal sebagai koperasai. Pengertian koperasi sendiri adalah suatu kegiatan bisnis

yang dilakukan oleh beberapa orang untuk kepentingan bersama yang berlandaskan asas

kekeluargaaan dan prinsip gerakan ekonomi rakyat.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa micro-finance (koperasi) adalah

jalan keluar bagi Indonesia dalam menghapus kemiskinan yang akut saat ini. Micro-finance

(koperasi) yang diketuai oleh satu orang dan dijalankan oleh beberapa orang ini, menjadi sebuah

kunci untuk membantu masyarakat ekonomi kelas bawah untuk memenuhi hidupnya dan

membuat mereka sadar akan pentingnya menabung. Sehingga mereka nantinya memiliki dana

sendiri untuk memenuhi hidupnya dan tidak perlu lagi susah mencari utang yang berbunga besar

kepada pihak lain, melainkan dapat melakukan pinjaman dengan mengembalikan pinjaman

sesuai kesepakatan dan mereka juga mendapat untung dari kegiatan pinjaman tersebut nantinya.

Di Indonesia kegiatan micro-finance ini juga terkenal sebagai UKM (Usaha Kecil dan

Menengah), kegiatan ini adalah menolong sebuah usaha kecil seperti industry rumahan dan

industry kecil lainnya dalam memperoleh dana untuk melanjutkan kehidupan usaha. Kegiatannya

juga diatur oleh UU No. 220 tahun 2008, dimana usaha – usaha ini dibedakan menjadi:

* Usaha Mikro : usaha produktif yang dimiliki oleh perorangan atau suatu badan usaha yang

kriterianya memenuhi usaha mikro berdasarkan UU

* Usaha Kecil : usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dimiliki perorangan atau

badan usaha yang merupakan anak perusahaan atau cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

Page 17: Poverty project : Income Generated Activity

bagian langsung ataupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang kriterianya

sesuai dengan usaha mikro yang diatur oleh UU

* Usaha Menengah : usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang merupakan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian langsung dan tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dimana jumlah kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunannya diatur oleh UU.

* Usaha Besar : usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh suatu badan usaha dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunannya lebih besar dari usaha menengah,

meliputi usaha milik Negara atau pemerintah dan swasta, usaha patungan dan usaha asing yang

berkegiatan di Indonesia.

Berdasarkan pengertian diatas yang didapat dari Undang – Undang jelas kita dapat membedakan

bentuk – bentuk usaha yang ada, apalagi disekeliling kita saat ini.

Micro-finance (koperasi) saat ini mulai hilang dimasyarakat, kegiatan UKM yang dulu

dibanggakan kini mulai menipis seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Banyak

masyarakat yang lebih sering menabung di bank daripada melakukan kegiatan koperasi atau

mengikuti kegiatan koperasi disekitar lingkungannya, padahal kegiatan tersebut dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat secara perlahan namun pasti dan adil. Kegiatan UKM

sendiri mulai hilang seiring dengan berkembangnya bisnis online saat ini, walau hanya berpindah

media saja tapi bagi masyarakat menengah ke bawah yang memiliki pengetahuan sedikit

mengenai teknologi sangat membunuh usaha yang dijalankan.

Semoga saja sekarang kita bisa lebih menghargai pertumbuhan yang merata daripada hanya

pertumbuhan yang sia – sia saja bagi kelas ekonomi ke atas, sehingga hanya menimbulkan

ketimangan ekonomi yang semakin signifikan.

Page 18: Poverty project : Income Generated Activity

Daftar Pustaka

Wikipedia : Teluk Naga, Desa Muara

Soetanto Hadinoto, Micro Credit Challenge, 2007

Joanna Ledgerwood, Microfinance Handbook: An Institutional and Financial Perspective,

1998

Deborah Drake, The commercialization of microfinance: balancing business and

development, 2002

Elisabeth Rhyne, Mainstreaming microfinance, 2001

B.S. Kusmuljono, Microfinance : Jembatan Menuju Kemakmuran, 2012

Ali Suyanto Herli , Buku Pintar Pengelolaan BPR Dan Lembaga Keuangan Pembiayaan

Mikro, 2013

Darwin Zahedy Saleh , Potret Dhuafa Perekonomian Indonesia, 2013

Ahmad Subagyo, Grassroot Microfinance, 2009

Marguerite, RobinsonMicrofinance Revolution vol. 1 & 2, 2002. Paradigma Baru

Lembaga Keuangan Mikro, INDEF dan BRI, 1998

Sadoko, Isono, dkk, Pengembangan Usaha Kecil. Pemihakan Setengah Hati. Yayasan

Akatiga. Bandung, 1995

Robinson, Marguirete, The Micro Finance Revolution, Sustainable Finance for the Poor,

The World Bank, 2000

http://mikrobanker.wordpress.com/2009/01/11/apa-mengapa-dan-siapa-microfinance/

http://syarifahmicrofinance.blogspot.com/2009/12/sejarah-grameen-bank.html

http://www.cgap.org/gm/document-1.9.2751/KeyPrincMicrofinance_in.pdf

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_4.htm

Page 19: Poverty project : Income Generated Activity

Appendix I

Peta Petunjuk Arah Menuju Desa Muara (Google Map)

Petunjuk Arah

Soekarno Hatta Airport – Desa Muara Teluk Naga

Approximately 1 hour drive

Address : Jl. Pipa Pertamina, desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

15510

Contact : Mr. Yatno, +089646464777

See Youtube: “Mimpi kami di Muara”, http://www.youtube.com/watch?v=4aptKg9oNts

Page 20: Poverty project : Income Generated Activity

Appendix II

Simulasi Microfinance, jualan bubur kacang hijau dan es kelapa dengan modal Rp.

10.000,-

*Menjual bubur kacang hijau dengan modal Rp.10.000:

· Kacang hijau ½ kg Rp.7.000

· Gula pasir ¼ kg Rp.3.000

Total bahan: Rp.10.000

Dari bahan tersebut saya membuat bubur kacang hijau sebanyak 9 gelas. Saya menjual bubur

tersebut di warung dekat rumah saya dengan harga Rp.3.000/gelas. Bubur habis terjual di hari

pertama saya jualan. Saya berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp.24.000 dan ADM untuk

kepemilikan warung Rp.5.000, jadi laba bersih saya adalah Rp.9.000. Total semua beserta

dengan modal dan laba adalah Rp.19.000.

Hari kedua saya masih menjual bubur kacang hijau dengan modal Rp.19.000, untuk kali ini saya

menambah bahan yaitu:

· Kacang hijau 1kg Rp.14.000

· Gula pasir ¼ Rp.3.000

· Kelapa 1 butir Rp.2.000

Total bahan: Rp.19.000

Dari bahan tersebut saya membuat bubur kacang hijau sebanyak 18 gelas dengan harga

Rp.3.500/gelas. Bubur tersisa 2 gelas dari hasil penjualan di hari kedua tersebut. Saya berhasil

mengumpulkan uang sebesar Rp.56.000 dan ADM untuk kepemilikan warung Rp.5.000,- jadi

laba bersih saya adalah Rp. 32.000. Total semua beserta dengan modal dan laba adalah

Rp.51.000.

Hari ketiga dengan modal Rp.51.000 saya mencoba menjual es kelapa muda di Desa Muara,

Teluk Naga, dengan perincian bahan di bawah ini:

Page 21: Poverty project : Income Generated Activity

· Kelapa muda saya beli dari kebun teman dengan harga Rp.2.000/buah (saya beli

15 buah Rp.30.000)

· Es batu saya buat di rumah

· Sirup Kurnia cap patung Rp.13.000

· Plastik minyak 2 ons Rp.2.000

· Karet pengikat 2 ons Rp.2.000

· Pipet 1 kantong Rp.2.000

Kursi, meja, saya ambil dari rumah

Total bahan: Rp.49.000 (sisa Rp.2.000)

Dari bahan tersebut saya menjual kelapa muda di pinggir Desa Muara, Teluk Naga. Saya

menjual dengan harga Rp.7.000/buah (+es,sirup) dan Rp.5.000/buah (+es, tidak pakai sirup).

Kelapa tersisa hanya 1 buah dari hasil penjualan saya di hari ketiga ini. Saya berhasil

mengumpulkan uang sebesar Rp.94.000 (12 buah terjual dengan harga Rp.7.000 dan sisa nya

terjual dengan harga Rp.5000). Jadi laba bersih saya adalah Rp.45.000.

Total Rp.94.000 + Rp.2.000(uang sisa)= Rp.96.000

Hari ke empat dengan modal Rp.96.000 saya masih menjual kelapa muda dengan perincian

sebagai berikut:

· Kelapa muda saya beli dari kebun teman dengan harga Rp.2.000/buah (saya beli

25 buah Rp.50.000)

· Es batu saya buat di rumah

· Sirup Kurnia cap patung 2 botol Rp.26.000

· Plastik minyak 2 ons Rp.2.000

· Karet pengikat 2 ons Rp.2.000

· Pipet 1 kantong Rp.2.000

Total bahan: Rp.82.000 (sisa Rp.14.000)

Page 22: Poverty project : Income Generated Activity

Dari bahan tersebut saya menjual es kelapa muda di tempat yang sama dan juga harga yang sama

seperti kemarin yaitu Rp.7.000/buah(+es,sirup) dan Rp.5.000/buah (+es, tidak pakai sirup).

Kelapa muda terjual 21 buah di hari ke empat saya jualan dan saya berhasil mengumpulkan uang

sebanyak Rp.141.000 (18 buah terjual dengan harga Rp.7.000 dan sisa nya terjual dengan harga

Rp.5000/buah).

Laba bersih saya adalah Rp.59.000.

Total : Rp.141.000+Rp.14.000(uang sisa)= Rp.155.000

Hari ke lima saya mencoba membuka 2 usaha jualan saya dalam sehari yaitu kelapa muda dan

bubur kacang hijau. Dan berikut perincian nya:

Es kelapa muda:

· Kelapa muda 20 buah Rp.40.000

· Es batu

· Sirup Kurnia cap patung 2 botol Rp.26.000

· Plastik minyak 2 ons Rp.2.000

· Karet pengikat 2 ons Rp.2.000

· Pipet 1 kantong Rp.2.000

Total bahan: Rp.72.000 (sisa Rp.83.000)

Dari bahan tersebut saya menjual kelapa dengan harga yang masih sama yaitu

Rp.7.000/buah(+es,sirup) dan Rp.5.000/buah (+es, tidak pakai sirup). Kelapa muda terjual 16

buah di hari ke lima ini dan saya berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp.110.000 (15 buah

terjual dengan harga Rp.7.000 dan sisa nya terjual dengan harga Rp.5000/buah).

Jadi laba bersih saya adalah Rp.38.000

Bubur kacang hijau:

· Kacang hijau 1kg Rp.14.000

· Gula pasir ¼ Rp.3.000

· Kelapa 1 butir Rp.2.000

Page 23: Poverty project : Income Generated Activity

Total bahan Rp.19.000 (sisa Rp.64.000)

Dari bahan tersebut saya membuat bubur kacang hijau sebanyak 16 gelas dengan harga

Rp.3.500/gelas. Bubur tersisa 3 gelas dari hasil penjualan di hari ke lima tersebut. Saya berhasil

mengumpulkan uang sebesar Rp.45.000 dan ADM untuk kepemilikan warung Rp.5.000, , jadi

laba bersih saya adalah Rp. 21.000. Total semua beserta dengan modal dan laba adalah

Rp.40.000.

Perhitungan jualan hari ke lima adalah:

· Es kelapa muda Rp.110.000

· Bubur kacang hijau Rp.40.000

Total : Rp.150.000+ (sisa Rp.64.000)=Rp.214.000

Saya berhasil mengumpulkan uang, dengan perhitungan sebagai berikut :

pendapatan hari pertama sebesar Rp 19.000,00

pendapatan di hari kedua sebesar Rp 51.000,00

pendapatan di hari ketiga sebesar Rp 96.000,00

pendapatan di hari ke empat sebesar Rp 155.000,00

pendapatan di hari kelima sebesar Rp214.000,00

1. Total penghasilan Rp.214.000,00

2. dikurangi dengan modal awal Rp 10.000,00

3. laba bersih Rp 204.000,00