Upload
idmac2015
View
279
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 715
ALASAN PETANI MUSLIM MENJUAL HASIL TUAIAN KEPADA PERAIH
DI DESA GLAGAHAGUNG KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN
BANYUWANGI
Moh. Qudsi Fauzy
Departemen Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Perniagaan
Universitas Airlangga
Email: [email protected]
Lusiana Ulfa Hardinawati
Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Perniagaan
Universitas Airlangga
email: [email protected]
Abstract
It is shown in this study that most of the Muslim farmers’ crops in Glagahagung
village are sold to the middlemen. Therefore, the this study aims to find out the
reasons of the Muslim farmers sell their crops to the middlemen and to know the
trading practice done by the middlemen. This study is a case study with descriptive
qualitative approach. This study discovered several reasons of the Muslim farmers in
Glagahagung village selling their crops to the middlemen, they are: 1) the place is
close to the rice field, 2) the whole crops can only be bought by the middlemen, 3)
the farmers are accustomed to sell their crops tho the middlemen, 4) the middlemen
is the only buyer of the farmers’ crops, 5) the middlemen ease the selling of the
crops, and 6) the middlemen provide workers to harvest the crops. Those reasons
demonstrate that the middlemen is perceived as something that can give advantage
to the Muslim farmers in Glagahagung village. Nevertheless, though giving
advantages, there are some middlemen who contravene the Islamic business norms in
crops trading with the Muslim farmers in Glagahagung village.
Keywords: Farmers, Selling, Middleman, Selling and Buying, Islamic Business Norm
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 716
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
pada 2010 Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Negara dengan jumlah
muslim terbanyak di dunia, dan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 88% penduduk
Indonesia menganut agama Islam. Jumlah petani di Indonesia menurut Badan Pusat
Statistik atau BPS (2014) pada tahun 2013 sebesar 31.705.337 orang. Yang terdiri
atas 24.362.157 orang dalam kalangan lelaki dan 7.343.180 orang dalam kalangan
wanita.
Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani, perdagangan hasil
pertanian pastinya banyak terjadi di Indonesia. Kelemahan utama pembangunan
pertanian di Indonesia adalah pelaksanaan pasca tuaian, dimana pelaksanaan pasca
tuaian termasuk di dalamnya adalah pemasaran hasil tuaian dan pemasaran hasil
tuaian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan peraih. Peraih menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1991: 1039), merupakan kata benda yang memiliki
pengertian sebagai pedagang perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya
dari petani atau pemilik pertama); peraih. Harga beli pada umumnya lebih rendah
daripada harga pasar.
Sebagai desa dengan penduduk majoriti muslim dan majoriti penduduk bekerja
sebagai petani, seharusnya, petani muslim di Desa Glagahagung menerapkan syariah
Islam dalam setiap tindakannya, kerana Islam mendefiniskan agama bukan hanya
berkaitan dengan spiritualitas dan ritualitas, namun agama Islam merupakan
keyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek
kehidupan manusia (P3EI, 2008:14).
Berdasarkan Surat al-Maidah ayat 8, dijelaskan setiap tindakan orang yang beriman
sebaiknya dengan berlandaskan keadilan. Begitu pula seorang peraih yang
melakukan jual beli hasil tuaian, padahal dalam faktanya masih terdapat peraih-
peraih yang melakukan amalan di luar norma perniagaan Islam ketika melakukan
jual beli hasil tuaian dengan petani.
Dari uraian data dan pemahaman mengenai hubungan petani dan peraih di atas,
penulis sangat tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui, apakah alasan yang
menyebabkan petani muslim menjual hasil tuaian pada peraih?
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan pertanyaan, iaitu:
1. Apakah alasan yang menyebabkan petani muslim di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, menjual hasil tuaiannya
kepada peraih?
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 717
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui bahawa tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui penyebab petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi menjual hasil tuaiannya pada peraih, dan untuk
mengetahui amalan jual beli yang dilakukan oleh peraih.
LANDASAN TEORI
Landasan Pustaka
1. Penjualan
Menurut Swastha (Prasetyo, 2012:8) penjualan adalah interaksi antara individu
saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai
atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak
lain.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Penjualan dipengaruhi oleh banyak hal. Aktiviti penjualan dipengaruhi oleh banyak
faktor yang berguna untuk meningkatkan keberkesanan perusahaan, oleh sebab itu
seorang pengusaha perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penjualan. Menurut Swastha (Prasetyo, 2012:9), faktor-faktor yang mempengaruhi
penjualan adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan dan Kemampuan Penjual
Kedudukan dan kemampuan terdiri atas pemahaman atas beberapa masalah penting
yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual
adalah:
a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
b. Harga produk atau jasa
c. Syarat penjualan, seperti pembayaran dan pengiriman
2. Kedudukan pasar
Pasar mempengaruhi kegiatan dalam transaksi penjualan baik sebagai kelompok
pembeli atau penjual. Kedudukan pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor, iaitu jenis
pasar, kelompok pembeli, daya beli, frekuensi pembelian, serta keinginan dan
keperluannya.
3. Modal
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 718
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang
dagangan di tempatkan atau untuk membesarkan usaha. Modal perusahaan dalam
penjelasan ini adalah modal kerja perusahaan yang digunakan untuk mencapai target
penjualan yang dianggarkan, misalnya dalam menyelenggarakan stok produk dan
dalam melaksanakan kegiatan penjualan memerlukan usaha seperti alat
pengangkutan, tempat untuk menjual, usaha promosi dan sebagainya.
4. Kedudukan Orginisasi Perusahaan
Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjualan yang dipegang oleh orang-
orang yang ahli di bidang penjualan.
5. Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kempen, dan pemberian hadiah
sering mempengaruhi penjualan kerana diharapkan dengan adanya faktor-faktor
tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama. Norma
berperniagaan atau jual beli yang penting dalam Islam iaitu keadilan dan
perdagangan yang jujur. Keadilan dapat menyeimbangkan keadaan, akan terjadi
kekacauan dalam sebuah masyarakat. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT
yang bermaksud;
‘Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorongā kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
kerana adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan’ (al-Maidah, 5:8)
3. Norma Perniagaan Islam
Norma perniagaan bererti aturan dalam hidup bermasyarakat dalam jual beli. Norma
perniagaan islam adalah sebagai berikut (Rivai dkk., 2012:397-420):
1. Larangan Najash, iaitu menawar harga tanpa memiliki maksud untuk
mengambil kiriman komoditi diistilahkan sebagai najash dan tidak
diperbolehkan.
2. Larangan Khalabah (Pemasaran yang menyesatkan). Khalabah bererti
menyesatkan, seperti merayu-rayu klien yang polos dan kurang berhati-hati
dengan melebih-lebihkan mutu komoditi. Hal ini dilarangan kerana tidak etis,
seorang menampilkan produknya dengan cara tertentu, sementara
kenyataannya tidak begitu.
3. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan. Syariah menaruh
keutamaan besar bagi pernah informasi dalam pasar. Seseorang harus
memberikan kesempatan luas kepada klien untuk melihat dan memeriksa
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 719
komoditi yang akan dibelinya. Informasi yang tidak akurat atau menipu
adalah dilarang dan dinilai sebagai sebuah dosa.
4. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban. Firman Allah SWT dalam Surah al-
Isra’ ayat 34 menjelaskan mengenai kesepakatan dan kewajiban, iaitu sebagai
berikut:
‘Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;
Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya’ (al-
Isra’, 17:34)
Kontrak perniagaan dan kewangan berkonsekuensi pada hak dan kewajiban
para pihak dan pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi
kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan tak
hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama. Salah
satu ciri munafik, yang dijelaskan dalam syariah adalah bahawa mereka tak
pernah memenuhi janji.
5. Kerjasama dan menghilangkan kesengsaraan. Saling membantu, perpaduan
dan menanggung bersama atas kerugian dan bahaya adalah norma-norma
penting dari kerangka ekonomi Islam dibandingkan dengan struktur ekonomi
konvensional, dimana persaingan yang kejam menimbulkan banyak amalan
tidak beretika, seperti penipuan dan pemalsuan.
6. Pemasaran bebas dan penetapan harga yang adil. Islam memberikan
kebebasan asasi untuk memasuki jenis usaha atau transaksi halal apapun.
Meskipun demikian, ini tidak bererti bebas tak tekendali untuk berkontrak.
Perdagangan diizinkan jika dilakukan atas komoditi yang diperbolehkan
sesuai dengan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh Syariah Islam.
Sehubungan dengan adanya berbagai jenis transaksi seperti bai;, ijarah, dan
jasa.
7. Bebas dari dharar (kerosakan). Bebas dari dharar merujuk pada bahaya,
menyelamatkan orang lain dari bahaya apapun yang disebabkan sebuah
kontrak antara dua pihak. Konsep hak dan kewajiban di dalam Islam sama
halnya dengan sistem-sistem yang lain. Tentunya hak disokong jauh lebih
kuat dalam kerangka Islam. Dengan syarat hak atau opsi untuk pihak yang
dirugikan dalam mendapat informasi dalam rangka mengembalikan
posisinya. Negara dan para pembuat dasar bertugas untuk memastikan
penyelenggaraan yang adil, serta keadilan untuk segalanya, serta bahawa
kekuatan dengan kepentingan tetap tidak menciptakan kesengsaraan untuk
masyarakat.
8. Larangan terhadap ketidak jujuran dalam takaran dan timbangan. Ketidak
jujuran dalam mengukur dan menimbang mendapat perhatian khusus dalam
al-Qur’an, kerana amalan seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain
itu, amalan seperti ini juga menimbulkan kesan yang sangat buruk dalam
dunia perdagangan, iaitu timbulnya ketidakpercayaan pembeli terhadap para
pedagang yang tidak jujur. Oleh kerana itu, pedagang yang tidak jujur dalam
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 720
mengukur dan menimbang mendapat ancaman siksa di akhirat. Allah SWT
berfirman dalam Surat al-Muthaffifin ayat 1-6:
‘Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang tidak jujur, orang-orang
yang tidak jujur di sini ialah orang-orang yang tidak jujur dalam
mengukur dan menimbang. (iaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
mengukur atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahawa Sesungguhnya mereka
akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (iaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?’ (al-Muthaffifin,
83:1-6)
6. Larangan rekayasa harga. Rasulullah SAW menyatakan, bahawa harga di
pasar ditentukan oleh Allah SWT. Ini bererti bahawa harga di pasar tidak
boleh diintervensi oleh siapa pun. Anas r.a meriwayatkan bahawa pernah di
Madinah terjadi kenaikan harga barang, kemudian para sahabat meminta
kepada Rasulullah SAW agar menetapkan harga. Namun, beliau menolaknya,
ini bererti kerana harga barang di pasar memang benar-benar tidak boleh
diintervensi.
7. Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar). Islam memerintahkan kepada
pemilik harta untuk mengembangkan harta mereka dan menginvestasikannya.
Sebaliknya, melarang mereka untuk membekukan dan tidak
memfungsikannya. Tidak ada yang menimbun barang ketika diperlukan
kecuali orang yang berdosa. Barangsiapa yang menimbun makanan selama
40 hari, maka ia terlepas dari Allah SWT dan Allah SWT terlepas
daripadanya. Ancaman itu datang kerana orang yang menyimpan itu ingin
membangun dirinya di atas penderitaan orang lain dan dia tidak peduli
apakah manusia kelaparan atau telanjang, yang terpenting dia mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
4. Definisi Petani
Petani menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1008) adalah orang yang
pekerjaannya bercucuk tanam. Menurut Hanafie (2010: 83-84), pertanian merupakan
proses penghasilan yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan haiwan.
Terlaksananya proses tersebut dalam mencapai pengembangan pertanian sangat
tergantung pada peranan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam bidang
pertanian, bentuk usaha pertanian didominasi oleh pertanian rakyat.
5. Definisi Peraih
Hagani (2011) menjelaskan bahawa peraih adalah pedagang yang berkembang secara
tradisional di Indonesia dengan membeli komoditi dari petani, dengan cara
berperanan sebagai pengumpul (ghaterer), pembeli (buyer), pedagang (trader),
pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Peraih selama
ini dikenal sebagai profesion yang negatif kerana kebanyakan mereka juga
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 721
berperanan sebagai seorang rentenir, yang memberikan bantuan modal dengan bunga
tinggi, dan apabila peminjam gagal membayar, peraih tidak segan melakukan
tindakan kasar seperti menyewa debt collector untuk menyita jaminan atau
memukuli peminjam. Meminjam wang dari peraih banyak dijadikan pilihan oleh
petani yang tidak memiliki banyak modal kerana syarat-syarat peminjaman wang di
peraih tidak begitu sulit, bahkan ada peraih yang tidak meminta jaminan sama sekali
saat meminjamkan wangnya.
6. Peraih dalam Islam
Peraih yang bertindak sebagai perantara dagang sebenarnya diperbolehkan, apalagi
jika peraih tidak mengambil keuntungan atau bayaran, maka itu diperbolehkan
kerana orang tersebut dianggap telah melakukan kebaikan kerana telah membantu
menjualkan barang dagangan. Selain membeli hasil tuaian dari petani dengan harga
rendah, peraih juga sering melakukan amalan peminjaman modal untuk petani.
Peminjaman modal ini juga sangat rawan riba kerana terkadang ada peraih yang
memberi tambahan kos untuk meminjamkan modal pada petani. Tambahan kos
inilah yang dikhawatirkan mengandung riba.
7. Riba
Menurut Rivai dkk. (2012: 124-125), Riba secara etimologis bererti kenaikan,
penambahan, ekspansi, atau pertumbuhan. Terdapat beberapa pendapat dalam
penjelasan riba, namun secara umum terdapat kesamaan yang menegaskan bahawa
riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat Islam. Dalam
hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an yang bermaksud;
‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu’ (al-Nisa’, 4:29)
Selain pada surah al-Nisa ayat 29, riba dijelaskan pula dalam al-Qur’an dalam surah
al-Baqarah ayat 278, al-Ruum ayat 39, al-Nisa ayat 160-161, dan Ali Imran ayat 130.
Dengan banyaknya surat yang membahas mengenai larangan riba ini, sangat jelas
bahawa dalam Islam riba adalah salah satu hal sangat dilarang, dan harus dihindari.
KAEDAH KAJIAN
Pendekatan Kajian
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 722
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Kaedah kualitatif dipilih kerana kaedah ini merupakan kaedah yang tepat untuk
memperoleh data yang mendalam bagi rumusan masalah yang peneliti teliti, iaitu:
apakah alasan yang menyebabkan petani muslim menjual hasil tuaian pada perai?
Kaedah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaedah kajian kes dengan reka
bentuk kes tunggal (single case) kerana peneliti hanya melakukan penelitian di Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Rumusan masalah penelitian ini memerlukan jawapan melalui kajian Literatur,
pemerhatian, dan temu bual mendalam dengan petani muslim di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi yang menjual hasil tuaiannya pada
peraih. Untuk mendapatkan jawapan yang tepat atas rumusan masalah tersebut,
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan strategi kajian kes.
Skop Kajian
Rwang lingkup penelitian ini pada intinya adalah untuk mengetahui alasan yang
menyebabkan penyebab petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi memilih menjual hasil tuaiannya pada peraih,
serta untuk mengetahui manfaat dari amalan jual beli hasil tuaian dan peminjaman
modal oleh peraih. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis amalan jual beli peraih
yang melanggar norma perniagaan beli Islam.
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer dan sekunder menurut Iskandar (2009: 118-119) adalah sebagai berikut:
1. Data primer: data yang berupa teks hasil temu bual dan diperoleh melalui
temu bual dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam
penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.
2. Data sekunder: data berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.
Kaedah Pemilihan Informan
Kaedah pemilihan informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:218), purposive sampling
adalah teknik pemilihan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam
penelitian ini dipilih sembilan informan, satu informan merupakan informan kunci
(key informan), key informan (informan utama) yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah ketua kelompok tani. Key informan dipilih berdasar
pertimbangan individu tersebut telah cukup lama dan intensif menyatu dengan
kegiatan yang akan diteliti. Individu ini juga dianggap mengetahui dan paham betul
keseluruhan permasalahan petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan
Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 723
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 informan. 1 informan sebagai key
informan, dan 8 informan yang bekerja sebagai petani di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Semua Informan ini diperoleh
dengan beberapa kriteria yang penerapannya bersifat purposive sampling, kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Petani yang beragama Islam atau Petani muslim
2. Petani muslim yang dipilih adalah petani muslim yang menanam tanaman
3. Penelitian difokuskan untuk mengetahui alasan yang menyebabkan petani
muslim menjual hasil tuaiannya pada peraih, untuk itu dipilih petani muslim
yang benar-benar pernah menjual hasil tuaiannya pada peraih.
4. Penelitian hanya difokuskan pada petani muslim yang telah bekerja selama
lebih dari 10 tahun dan pernah lebih dari sekali berinteraksi dan menjual hasil
tuaiannya kepada peraih, hal ini dilakukan supaya data yang dihasilkan dalam
penelitian ini lebih tepat dan terpercaya.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategik dalam
penelitian, kerana tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data.
Menurut Iskandar (2009:121), dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data
yang populer digunakan lebih banyak pada pemerhatian berperanan serta (participan
observation), temu bual mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.
Penelitian ini memerlukan dua jenis data iaitu data primer dan sekunder. Tahap-tahap
untuk mendapatkan data primer adalah sebagai berikut:
1. Kajian rintis akan dilakukan. Pada tahap ini peneliti akan memerhati serta
meninjau lokasi yang akan dijadikan objek penelitian.
2. Saat di lokasi atau objek penelitian. Saat di lokasi penelitian, peneliti akan
menjelaskan maksud, tujuan, dan alasan melakukan penelitian. Kemudian
peneliti akan melakukan pemerhatian turut serta dan temu bual kepada ketua
kelompok tani untuk memperoleh gambaran kondisi dan situasi petani
muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi.
3. Saat pengumpulan data, peneliti akan melakukan pemerhatian turut serta dan
temu bual langsung kepada subjek penelitian, iaitu petani muslim di Desa
Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Kajian kepustakaan penelitian,
2. Browsing, mengunjungi laman sesawang yang menunjang penelitian, seperti
laman sesawang Kementerian Pertanian, situs-situs agama Islam yang banyak
membahas mengenai hukum jual beli menggunakan jasa peraih yang berguna
untuk referensi penelitian.
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 724
Teknik Kesahan Data
Iskandar (2009: 151) menyebutkan, kesahan data merupakan konsep penting yang
diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan boleh dipercayai (reliabilitas).
Dalam sebuah penelitian, diperlukan kesahan agar penelitian tersebut dapat diyakini
kredibilitinya, salah satu caranya menggunakan triangulasi. Penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. untuk memastikan data yang
diperoleh dari informan sudah sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Triangulasi sumber dilakukan dengan menyoal kepada orang-orang terdekat
informan, seperti tetangga atau saudara. Serta peraih, untuk memastikan apakah
pernyataan informan dengan yang dikerjakan peraih memiliki kesamaan. Triangulasi
teknik dilakukan dengan cara, pertama, peneliti melakukan pemerhatian; kedua, temu
bual; dan kemudian baru melakukan dokumentasi. Pemerhatian, temu bual, dan
dokumentasi dilakukan pada satu sumber data yang sama. Apabila dengan teknik
pengujian kredibiliti data dengan pemerhatian dan dokumentasi menghasilkan data
yang berbeza-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada
informan, untuk memastikan data mana yang dianggap paling benar, atau mungkin
semuanya benar namun sudut pandangnya berbeza-beda.
Teknik Analisis Data
Analisis model Miles dan Huberman (Iskandar, 2009:139-142), dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
2. Display atau persembahan data
3. Mengambil kesimpulan dan pengesahan.
Pembahasan penelitian nantinya berisi penyebab petani muslim di Desa Glagahagung
menjual hasil tuaiannya pada peraih, serta untuk mengetahui amalan jual beli hasil
tuaian oleh peraih.
DAPATAN DAN PERBINCANGAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam laman sesawang Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, menyebutkan sektor
pertanian merupakan sektor ekonomi paling dominan jika diperhatikan berdasarkan
struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Khusus dalam sektor pertanian ini,
terdapat dua sub sektor didalamnya yang sangat berpotensi, iaitu sub sektor tanaman
bahan makanan dan sub sektor perikanan laut.
Peranan sub sektor tanaman bahan makanan dapat menyumbang penghasilan padi
Jawa Timur, kerana Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah pertanian
padi. Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
mempunyai luas wilayah terbesar, sehingga dengan adanya ketersediaan luas daerah
tersebut, kesempatan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian akan mempunyai
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 725
peluang besar. Namun begitu tidak semua tanah mempunyai tahap kesuburan yang
sama.
Desa Glagahagung berada di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi,
Provinsi Jawa Timur. Desa ini berjarak sekitar 45 Kilometer dari Kota Banyuwangi.
Dalam Profil Desa Glagahagung (2013), disebutkan bahawa Desa Glagahagung
memiliki luas lahan persawahan mencapai 826,38 ha/m2. Hasil pendapatan utama
majoriti penduduk di Desa Glagahagung adalah petani, pengusaha kecil dan
menengah, dan Pegawai Negeri Sipil. Jumlah total penduduk di Desa Glagahagung
mencapai 7.198 (total lelaki dan perempuan), dengan majoritinya beragama Islam
sebanyak 7.190 (total lelaki dan perempuan).
Komoditi tanaman pertanian di Desa Glagahagung adalah tanaman makanan, seperti
padi, kekacang. Serta, tanaman holtikultur atau tanaman kebun, seperti cabai, melon,
semangka, jeruk, buah naga, dan lainnya. Tanaman makanan adalah segala jenis
tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Contohnya adalah padi,
kekacang, dan jagung. Hasil tanaman kebun disebut dalam istilah pertanian moden
sebagai holtikultur. Komoditi holtikultur adalah sayuran, buah, dan tanaman hias.
Namun, di Desa Glagahagung, kebanyakan yang ditanam hanyalah sayuran dan buah
yang dapat dijual lagi.
Gambaran Umum Subjek Penelitian
1. Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan temu bual secara mendalam kepada
beberapa informan supaya dapat mencapai temuan penelitian, teknik pengambilan
data menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 9 informan yang diperincikan dalam Jadual 1.
Dari 9 informan, terdapat 1 informan yang merupakan key informan iaitu informan
pertama, key informan ini selain bekerja sebagai petani, juga merupakan ketua
kelompok tani di Desa Glagahagung, key informan dipilih dengan pertimbangan
telah mengerti dan memahami betul tentang selok-belok petani dan pertanian di Desa
Glagahagung. Key informan ini juga terlibat secara aktif dalam kegiatan yang
menjadi perhatian peneliti dan dianggap sebagai orang yang mempunyai maklumat
secara keseluruhan mengenai permasalahan petani di Desa Glagahagung.
Jadual 1: Karakteristik Informan
Nama Jenis Tanaman Teknik Sampling Tanggal Temu
bual
Amsin Setiawan Makanan Purposive
Sampling
20/5/2014
Aminoto Makanan Purposive
Sampling
21/5/2014
Minhaji Makanan dan Purposive 21/5/2014
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 726
Holtikultur Sampling
Sunirman Makanan dan
Holtikultur
Purposive
Sampling
21/5/2014
Suprayitno Makanan dan
Holtikultur
Purposive
Sampling
22/5/2014
Darwin Santoso Makanan Purposive
Sampling
22/5/2014
Aminudin Makanan dan
Holtikultur
Purposive
Sampling
22/5/2014
Nur Ahmad
Zainudin
Makanan Purposive
Sampling
22/5/2014
Suwanto Makanan dan
Holtikultur
Purposive
Sampling
22/5/2014
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2014.
PERBINCANGAN
Definisi Peraih Menurut Petani Muslim di Glagahagung
Untuk mengetahui pemahaman petani muslim di Desa Glagahagung mengenai
peraih, maka peneliti menyoal tentang pengertian peraih kepada informan, sehingga
peneliti dapat mengetahui, sama ada petani benar-benar memahami makna peraih.
Dari Jadual 2, berdasarkan jawapan 9 informan, dapat diketahui seluruh informan
telah memahami bahawa peraih adalah orang yang membeli hasil tuaian dari petani.
Namun, hanya informan 1, informan 2, informan 3, dan informan 8 yang mengetahui
secara benar dan sesuai dengan makna peraih yang sebenarnya menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia iaitu pedagang perantara, meskipun, dalam penjelasannya
informan mengungkapkan dengan bahasa yang berbeza.
Jadual 2: Definisi Peraih Menurut Petani Muslim di Desa Glagahagung
Informan Pengertian Peraih
Informan 1 Orang yang membeli barang dari seorang petani atau seorang
pedagang yang kemudian dijadikan barang yang dapat dikonsumsi
untuk dijual lagi kepada konsumen.
Informan 2 Pembeli barang yang kemudian dijual lagi.
Informan 3 Orang yang menjadi perantara penjualan, yang membeli kemudian
menjualnya.
Informan 4 Pedagang yang membeli hasil tuaian dari petani.
Informan 5 Orang yang membeli hasil pertanian
Informan 6 Orang yang membeli hasil petani, yang dimaksudkan hasil petani
adalah hasil pertanian petani.
Informan 7 Orang yang membeli hasil tuaian.
Informan 8 Orang yang melakukan jual beli barang yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil (laba).
Informan 9 Orang yang menerima barang hasil dari petani.
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 727
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Peraih sebagai pedagang perantara maksudnya adalah peraih membeli barang
kemudian menjual lagi, seperti yang dilakukan oleh peraih pada umumnya yang
membeli barang hasil tuaian dari petani kemudian menjualnya lagi kepada pengilang,
peraih besar, atau jualan terus di pasar.
Alasan Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim di Desa
Glagahagung
Dari sembilan informan, terdapat 5 jawapan berbeza mengenai alasan petani muslim
menjual hasil tuaiannya di peraih. Sedangkan 4 jawapan lainnya mempunyai jawapan
yang sama iaitu, kerana hanya peraih yang membeli hasil tuaian. Jawapan ini
diberikan oleh informan 4, informan 6, Informan 8, dan informan 9.
Jadual 3: Alasan Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim
di Desa Glagahagung
Informan Alasan Menjual
Kepada Peraih
Keterangan
Informan 1 Tempatnya dekat
dengan sawah
Tempat peraih dekat dengan sawah, sehingga
dapat mengurangkan kos pengedaran.
Informan 2 Kemampuan
membeli dalam
jumlah yang banyak
Peraih yang mampu membeli seluruh hasil
tuaiannya atau sesuai keperluan, sedangkan
di pasar, meskipun harganya tinggi tapi pasar
hanya mampu membeli sedikit dari hasil
tuaiannya.
Informan 3 Mengurangi risiko Informan ingin meminimakan kerugian yang
mungkin saja terjadi apabila informan
menjualnya di tempat lain. Kerana, selama ini
informan hanya terbiasa menjual hasil
tuaiannya kepada peraih.
Informan 4 Hanya peraih yang
membeli hasil tuaian
Kerana tidak ada tempat penjualan hasil
tuaian lagi selain peraih di Desa
Glagahagung.
Informan 5 Meminimalisir
pengeluaran dan
pembayaran
Kerana tidak merumitkan, peraih membantu
petani untuk mengangkut hasil tuaiannya juga
ketika akan dijual. Lalu, pembayaran di
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 728
fleksibel peraih juga mudah, sesuai dengan keinginan
dan keperluan informan.
Informan 6 Hanya peraih yang
membeli hasil tuaian
Kerana di sekitar Desa Glagahagung adanya
peraih saja. Tidak mungkin dapat dijual
kepada pengilang, sedangkan pasar hanya
menerima produk olahan hasil tuaian saja.
Informan 7 Menyediakan tenaga
kerja atau buruh
Lebih mudah dan menjimatkan kos untuk
mencari tenaga atau buruh untuk menuai
Informan 8 Hanya peraih yang
membeli hasil tuaian
Kerana tidak ada pilihan lain. Pembeli hasil
tuaian hanya peraih.
Informan 9 Hanya peraih yang
membeli hasil tuaian
Kerana tidak ada pilihan lain selain menjual
di peraih.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Maka, dari hasil temu bual mendalam dengan sembilan informan, dapat dibuat
kesimpulan bahawa alasan petani muslim menjual hasil tuaiannya di peraih, adalah
sebagai berikut:
1. Tempatnya dekat dengan sawah
2. Kemampuan membeli dalam jumlah banyak
3. Mengurangi risiko
4. Hanya peraih yang membeli hasil tuaian
5. Peraih menyediakan tenaga kerja (buruh atau kuli) untuk membantu menuai.
Manfaat Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim Di Desa
Glagahagung
Jadual 4 menunjukkan manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani
muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Dari
9 informan yang menyebutkan manfaat menjual hasil tuaian di peraih, terdapat 4
informan dengan jawapan yang sama, iaitu informan 2, informan 6, informan 7, dan
informan 8 yang menjawab bahawa manfaat menjual di peraih adalah membantu.
Sehingga, dapat dibuat lima kesimpulan manfaat yang diperoleh dari jawapan
informan, iaitu:
1. Meminima pengeluaran
2. Membantu
3. Syaratnya mudah
4. Terjualnya seluruh hasil tuaian
5. Pembayarannya fleksibel
Dengan begitu dapat dilihat bahawa terdapat berbagai manfaat yang dirasakan oleh
petani berkat menjual hasil tuaiannya kepada peraih.
Jadual 4: Manfaat Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih
Informan Manfaat Menjual Keterangan
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 729
Hasil Tuaian Kepada
Peraih
Informan 1 Meminimalisir
Pengeluaraan
Peraih sangat dekat dengan sawah
sehingga meminimakan pengeluaran
untuk mengangkut hasil tuaian, tidak
merumitkan, dan menyita waktu
petani ketika menjual.
Informan 2 Membantu Peraih membantu petani untuk
menjual hasil tuaiannya yang
berjumlah banyak.
Informan 3 Syaratnya mudah Peraih memudahkan proses
penjualan, peraih juga menyediakan
tenaga sendiri untuk menuai hasil
tuaian, sehingga petaninya cukup
menunggu menyaksikan hasil
timbangan saja.
Informan 4 Kemampuan membeli
dalam jumlah banyak
Peraih mampu membeli hasil tuaian
petani dalam jumlah berapapun dan
dalam keadaan apapun, baik basah
maupun kering.
Informan 5 Pembayarannya
fleksibel
Peraih mempermudah petani dalam
menjual hasil tuaiannya. Pembayaran
di peraih juga sesuai dengan
keinginan dan keperluan petani.
Informan 6 Membantu Membantu menjual hasil tuaian
petani.
Informan 7 Membantu Petani tidak perlu mencari peraih,
kerana peraih datang sendiri ke
petani. Buruh tuaian disediakan oleh
peraih..
Informan 8 Membantu Dengan adanya peraih, petani tidak
perlu bingung dimana harus menjual
hasil tuaiannya.
Informan 9 Syaratnya mudah Peraih menerima hasil tuaian dari
petani apa adanya. Boleh basah atau
kering. Sehingga, petani tidak perlu
repot untuk mengeringkan padinya
apabila padinya masih basah dan
pada saat yang sama cuaca tidak
panas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Pelanggaran Norma Perniagaan Islam Yang Dilakukan Oleh Peraih
Setelah dilakukan temu bual mendalam dengan informan yang menjual hasil
tuaiannya pada peraih. Penelitian ini menemukan kesimpulan bahawa setiap
informan setidaknya pernah sekali merasakan pelanggaran norma perniagaan Islam
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 730
oleh peraih. Dari hasil temu bual mendalam dengan 9 informan, Jadual 1.5
menunjukkan pelanggaran norma perniagaan Islam yang pernah dialami oleh peraih.
Jadual 5: Pelanggaran Norma Perniagaan Islam yang Dilakukan oleh Peraih
Pelanggaran Norma Perniagaan Islam
yang pernah
dialami petani
Informan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Larangan Najash √ √ √ √ √ √
Larangan Khalabah (Pemasaran yang
menyesatkan)
√ √ √ √ √
Keterbukaan, Transparansi, dan
Membantu Pemeriksaan
√ √
Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban √ √ √ √ √ √ √
Kerja Sama dan Menghilangkan
Kesengsaraan
Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga
yang Adil
√ √ √ √ √
Bebas dari Dharar (kerusakan) √ √
Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam
Takaran dan Timbangan
√ √ √ √
Larangan Rekayasa Harga √ √ √
Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar) √ √ √ √ √ √ √ √
TOTAL 8 2 5 5 4 1 6 3 7
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.
Dari Jadual 5, diketahui bahawa setiap informan pernah mengalami kerugian akibat
pelanggaran norma perniagaan Islam yang dilakukan oleh peraih. Dari 9 informan,
informan terbanyak yang pernah mengalami pelanggaran norma perniagaan Islam
adalah informan pertama dan informan sembilan. Informan pertama merupaka key
informan, iaitu seorang ketua kelompok tani yang mengetahui betul keadaan petani
di sekitar Desa Glagahagung, jadi sangat wajar apabila informan mengetahui paling
banyak pelanggaran-pelanggaran norma perniagaan Islam yang dilakukan oleh
peraih. Sedangkan informan dengan jumlah pelanggaran norma perniagaan Islam
yang dilakukan oleh peraih paling sedikit dialami oleh informan keenam. Informan
keenam menyatakan hal ini mungkin terjadi kerana peraih tempat menjual hasil
tuaian informan keenam adalah peraih langganan, yang mungkin saja tidak tega
merugikan informan, kerana diantara informan keenam dan peraihnya memiliki
kedekatan emosional.
Berikut ini merupakan daftar jenis pelanggaran norma perniagaan Islam, diurutkan
dari pelanggaran norma perniagaan Islam yang paling sering dilanggar hingga yang
tidak pernah dilanggar oleh peraih, dan diketahui serta dialami oleh informan:
1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)
2. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban
3. Pelanggaran najash
4. Larangan Khalabah
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 731
5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil
6. Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam Takaran dan Timbangan
7. Larangan Rekayasa Harga
8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan
9. Bebas dari Dharar (kerusakan)
10. Kerja Sama dan Menghilangkan Kesengsaraan
Temuan Lain dalam Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui alasan petani petani muslim menjual hasil tuaian
kepada peraih, serta untuk mengetahui manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh
peraih. Berdasarkan temu bual peneliti dengan informan, terdapat temuan lain di luar
fokus penelitian ini, antara lain:
1. Petani di Desa Glagahagung pernah mendapatkan bantuan modal benih padi
dari pemerintah, namun bantuan tersebut telah berhenti.
2. Hasil tuaian yang masih basah harganya lebih rendah daripada hasil tuaian
yang sudah kering. Hal ini cukup merugikan petani kerana saat musim hujan
petani tidak dapat mengeringkan hasil tuaiannya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi. Penelitian ini hanya mengambil 9 informan yang mewakili petani
tanaman makanan dan petani tanaman holtikultur, dari 9 informan, terdapat 1 key
informan yang merupakan ketua kelompok tani di Desa Glagahagung. Keterbatasan
informan dalam penelitian ini merujuk pada proses pengumpulan data informan yang
mengalami kesulitan kerana data dari informan sangat terbatas, serta informan
memiliki keterbatasan latar belakang pendidikan, sehingga data yang digali belum
cukup memberikan informasi lengkap terkait dengan penelitian ini, namun, 9
informan yang mewakili dalam penelitian ini sudah memberikan data yang cukup
representatif sehingga bisa memberikan data yang diharapkan dan mendukung
penelitian ini.
Penelitian ini hanya dapat menyimpulkan alasan, manfaat, dan kerugian yang
dirasakan oleh petani akibat menjual hasil tuaian di peraih secara umum dan garis
besarnya saja, kerana peneliti terkendala untuk menggali informasi lebih mendalam
sebab para informan cenderung tidak mau menjelaskan jawapan secara rinci.
KESIMPULAN DAN CADANGAN
Kesimpulan
Alasan petani muslim menjual hasil tuaiannya kepada peraih di Desa Glagahagung,
Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:
1. Tempatnya dekat dengan sawah
2. Kemampuan membeli dalam jumlah banyak
3. Mengurangi risiko
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 732
4. Hanya peraih yang membeli hasil tuaian
5. Menyediakan tenaga kerja atau buruh tuaian
Manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani muslim di Desa
Glagahagung, adalah sebagai berikut: Manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani muslim di Desa Glagahagung, adalah sebagai berikut:
1. Meminima pengeluaran
2. Membantu
3. Syaratnya mudah
4. Terjualnya seluruh hasil tuaian
5. Pembayarannya fleksibel
Hampir semua peraih tempat petani menjual hasil tuaiannya melakukan pelanggaran
norma perniagaan dalam Islam. Pelanggaran norma perniagaan ini mengakibatkan
petani mengalami kerugiaan material. Pelanggaran norma perniagaan yang paling
banyak dilakukan oleh peraih adalah penimbunan barang. Urutan pelanggaran norma
perniagaan Islam yang dilakukan oleh peraih dan diketahui serta dialami oleh petani
adalah sebagai berikut:
1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)
2. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban
3. Pelanggaran najash
4. Larangan Khalabah
5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil
6. Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam Takaran dan Timbangan
7. Larangan Rekayasa Harga
8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan
9. Bebas dari Dharar (kerusakan)
10. Kerja Sama dan Menghilangkan Kesengsaraan
Cadangan
Cadangan yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi petani muslim
Diharapkan supaya petani dapat lebih teliti saat memilih peraih. Kebanyakan
petani mengalami kerugian material kerana dilanggarnya perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya dengan peraih, oleh kerana itu petani dapat menjangka
dengan membuat perjanjian bertulis, supaya ketika terjadi pelanggaran perjanjian
di lain waktu, peraih dapat mempertanggung jawabkannya.
2. Bagi Peraih
Diharapkan supaya peraih lebih bijak dalam menjalankan profesionnya. Kerana
sebagai pembeli hasil tuaian petani, dan penentu harga pembelian hasil tuaian,
peraih memiliki peranan yang sangat penting untuk petani. Peraih diharapkan
selalu bersikap jujur dan adil kepada petani.
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 733
3. Bagi Lembaga Kewangan Mikro Syariah
Sangat dianjurkan untuk Lembaga Kewangan terkait mendirikan Lembaga
Kewangan Mikro Syariah di Desa Glagahagung.
4. Bagi pemerintah
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pemasaran pertanian. Dengan
memberikan solusi pemasaran yang tepat kepada petani, petani tidak perlu lagi
untuk hanya bergantung dengan peraih ketika menjual hasil tuaianannya. Selain
itu, diharapkan pemerintah untuk memberi penanda aras harga pembelian hasil
pertanian kepada peraih dan rutin menginformasikannya kepada petani.
5. Bagi Aparat Pemerintah di Desa Glagahagung
Diharapkan dapat memberikan solusi pengeringan padi petani dengan cara
mengadakan alat pengering padi yang dapat dipinjamkan kepada petani yang
tuaian.
6. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat meneliti topik yang lebih mendalam lagi mengenai sistem jual
beli hasil tuaian yang dilakukan oleh peraih. Supaya dapat diketahui sistem
penjualan hasil tuaian oleh petani, sistem jual beli hasil tuaian oleh peraih, sistem
jual beli hasil tuaian yang sesuai syariat Islam, dan sistem penjualan hasil tuaian
diharapkan oleh petani muslim.
RUJUKAN
Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Jumlah Petani Menurut Sektor/subsector dan
Jenis Kelamin Tahun 2013, (Online).
http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/Jadual?searchabel=Jumlah+
Petani+menurut+Sektor%2FSubsektor+dan+Jenis+Kelamin+Tahun+2013&ti
d=23&search-wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id. diakses 22
Juni 2014 pukul 23:16
Departemen Agama Republik Indonesia. (2007). AL-QURAN. Bandung: CV Penerbit
Diponegoro
Hagani, Suwardi. (2011). Pemberdayaan Peraih untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Petani, (Online). http://suwardihagani.wordpress.com/tag/peraih/. diakses 12
Desember 2013 pukul 19:11
http://www.mapsofworld.com, diakses 22 Juni 2014 pukul 23:20
Iskandar. (2009). Kaedah Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (2014). BDA Pertanian, (Online).
http://banyuwangikab.go.id/page/bda/pertanian.html. diakses 22 Mei 2014
pukul 22:30
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2008). Ekonomi Islam.
Jakarta: Rajagrafindo Persada
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]
9th ISDEV International Islamic Development Management Conference
(IDMAC2015) 734
Prasetyo, Nova Anjar. (2012). Hubungan Antara Biaya Promosi dan Biaya
Distribusi dengan Volume Penjualan pada PT. Salama Nusantara. Tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Rivai V., Amiur N, dan Faisar A.A. (2012). Islamic Business and Economics Ethics.
Jakarta: Bumi Aksara
Salim dan Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press
Sugiyono. (2011). Kaedah Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (cetakan ke-
14). Bandung: Alfabeta