20
ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015] 9th ISDEV International Islamic Development Management Conference (IDMAC2015) 715 ALASAN PETANI MUSLIM MENJUAL HASIL TUAIAN KEPADA PERAIH DI DESA GLAGAHAGUNG KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI Moh. Qudsi Fauzy Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Perniagaan Universitas Airlangga Email: [email protected] Lusiana Ulfa Hardinawati Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Perniagaan Universitas Airlangga email: [email protected] Abstract It is shown in this study that most of the Muslim farmers’ crops in Glagahagung village are sold to the middlemen. Therefore, the this study aims to find out the reasons of the Muslim farmers sell their crops to the middlemen and to know the trading practice done by the middlemen. This study is a case study with descriptive qualitative approach. This study discovered several reasons of the Muslim farmers in Glagahagung village selling their crops to the middlemen, they are: 1) the place is close to the rice field, 2) the whole crops can only be bought by the middlemen, 3) the farmers are accustomed to sell their crops tho the middlemen, 4) the middlemen is the only buyer of the farmers’ crops, 5) the middlemen ease the selling of the crops, and 6) the middlemen provide workers to harvest the crops. Those reasons demonstrate that the middlemen is perceived as something that can give advantage to the Muslim farmers in Glagahagung village. Nevertheless, though giving advantages, there are some middlemen who contravene the Islamic business norms in crops trading with the Muslim farmers in Glagahagung village. Keywords: Farmers, Selling, Middleman, Selling and Buying, Islamic Business Norm

Moh. Qudsi Fauzy & Lusiana Ulfa Hardinawati

Embed Size (px)

Citation preview

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 715

ALASAN PETANI MUSLIM MENJUAL HASIL TUAIAN KEPADA PERAIH

DI DESA GLAGAHAGUNG KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN

BANYUWANGI

Moh. Qudsi Fauzy

Departemen Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Perniagaan

Universitas Airlangga

Email: [email protected]

Lusiana Ulfa Hardinawati

Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam

Fakultas Ekonomi dan Perniagaan

Universitas Airlangga

email: [email protected]

Abstract

It is shown in this study that most of the Muslim farmers’ crops in Glagahagung

village are sold to the middlemen. Therefore, the this study aims to find out the

reasons of the Muslim farmers sell their crops to the middlemen and to know the

trading practice done by the middlemen. This study is a case study with descriptive

qualitative approach. This study discovered several reasons of the Muslim farmers in

Glagahagung village selling their crops to the middlemen, they are: 1) the place is

close to the rice field, 2) the whole crops can only be bought by the middlemen, 3)

the farmers are accustomed to sell their crops tho the middlemen, 4) the middlemen

is the only buyer of the farmers’ crops, 5) the middlemen ease the selling of the

crops, and 6) the middlemen provide workers to harvest the crops. Those reasons

demonstrate that the middlemen is perceived as something that can give advantage

to the Muslim farmers in Glagahagung village. Nevertheless, though giving

advantages, there are some middlemen who contravene the Islamic business norms in

crops trading with the Muslim farmers in Glagahagung village.

Keywords: Farmers, Selling, Middleman, Selling and Buying, Islamic Business Norm

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 716

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

pada 2010 Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Negara dengan jumlah

muslim terbanyak di dunia, dan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 88% penduduk

Indonesia menganut agama Islam. Jumlah petani di Indonesia menurut Badan Pusat

Statistik atau BPS (2014) pada tahun 2013 sebesar 31.705.337 orang. Yang terdiri

atas 24.362.157 orang dalam kalangan lelaki dan 7.343.180 orang dalam kalangan

wanita.

Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani, perdagangan hasil

pertanian pastinya banyak terjadi di Indonesia. Kelemahan utama pembangunan

pertanian di Indonesia adalah pelaksanaan pasca tuaian, dimana pelaksanaan pasca

tuaian termasuk di dalamnya adalah pemasaran hasil tuaian dan pemasaran hasil

tuaian di Indonesia sangat erat kaitannya dengan peraih. Peraih menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1991: 1039), merupakan kata benda yang memiliki

pengertian sebagai pedagang perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya

dari petani atau pemilik pertama); peraih. Harga beli pada umumnya lebih rendah

daripada harga pasar.

Sebagai desa dengan penduduk majoriti muslim dan majoriti penduduk bekerja

sebagai petani, seharusnya, petani muslim di Desa Glagahagung menerapkan syariah

Islam dalam setiap tindakannya, kerana Islam mendefiniskan agama bukan hanya

berkaitan dengan spiritualitas dan ritualitas, namun agama Islam merupakan

keyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek

kehidupan manusia (P3EI, 2008:14).

Berdasarkan Surat al-Maidah ayat 8, dijelaskan setiap tindakan orang yang beriman

sebaiknya dengan berlandaskan keadilan. Begitu pula seorang peraih yang

melakukan jual beli hasil tuaian, padahal dalam faktanya masih terdapat peraih-

peraih yang melakukan amalan di luar norma perniagaan Islam ketika melakukan

jual beli hasil tuaian dengan petani.

Dari uraian data dan pemahaman mengenai hubungan petani dan peraih di atas,

penulis sangat tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui, apakah alasan yang

menyebabkan petani muslim menjual hasil tuaian pada peraih?

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan pertanyaan, iaitu:

1. Apakah alasan yang menyebabkan petani muslim di Desa Glagahagung,

Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, menjual hasil tuaiannya

kepada peraih?

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 717

Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui bahawa tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui penyebab petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan

Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi menjual hasil tuaiannya pada peraih, dan untuk

mengetahui amalan jual beli yang dilakukan oleh peraih.

LANDASAN TEORI

Landasan Pustaka

1. Penjualan

Menurut Swastha (Prasetyo, 2012:8) penjualan adalah interaksi antara individu

saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai

atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak

lain.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan

Penjualan dipengaruhi oleh banyak hal. Aktiviti penjualan dipengaruhi oleh banyak

faktor yang berguna untuk meningkatkan keberkesanan perusahaan, oleh sebab itu

seorang pengusaha perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

penjualan. Menurut Swastha (Prasetyo, 2012:9), faktor-faktor yang mempengaruhi

penjualan adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan dan Kemampuan Penjual

Kedudukan dan kemampuan terdiri atas pemahaman atas beberapa masalah penting

yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual

adalah:

a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

b. Harga produk atau jasa

c. Syarat penjualan, seperti pembayaran dan pengiriman

2. Kedudukan pasar

Pasar mempengaruhi kegiatan dalam transaksi penjualan baik sebagai kelompok

pembeli atau penjual. Kedudukan pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor, iaitu jenis

pasar, kelompok pembeli, daya beli, frekuensi pembelian, serta keinginan dan

keperluannya.

3. Modal

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 718

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang

dagangan di tempatkan atau untuk membesarkan usaha. Modal perusahaan dalam

penjelasan ini adalah modal kerja perusahaan yang digunakan untuk mencapai target

penjualan yang dianggarkan, misalnya dalam menyelenggarakan stok produk dan

dalam melaksanakan kegiatan penjualan memerlukan usaha seperti alat

pengangkutan, tempat untuk menjual, usaha promosi dan sebagainya.

4. Kedudukan Orginisasi Perusahaan

Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjualan yang dipegang oleh orang-

orang yang ahli di bidang penjualan.

5. Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kempen, dan pemberian hadiah

sering mempengaruhi penjualan kerana diharapkan dengan adanya faktor-faktor

tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama. Norma

berperniagaan atau jual beli yang penting dalam Islam iaitu keadilan dan

perdagangan yang jujur. Keadilan dapat menyeimbangkan keadaan, akan terjadi

kekacauan dalam sebuah masyarakat. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT

yang bermaksud;

‘Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi

dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu

kaum, mendorongā kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,

kerana adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan’ (al-Maidah, 5:8)

3. Norma Perniagaan Islam

Norma perniagaan bererti aturan dalam hidup bermasyarakat dalam jual beli. Norma

perniagaan islam adalah sebagai berikut (Rivai dkk., 2012:397-420):

1. Larangan Najash, iaitu menawar harga tanpa memiliki maksud untuk

mengambil kiriman komoditi diistilahkan sebagai najash dan tidak

diperbolehkan.

2. Larangan Khalabah (Pemasaran yang menyesatkan). Khalabah bererti

menyesatkan, seperti merayu-rayu klien yang polos dan kurang berhati-hati

dengan melebih-lebihkan mutu komoditi. Hal ini dilarangan kerana tidak etis,

seorang menampilkan produknya dengan cara tertentu, sementara

kenyataannya tidak begitu.

3. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan. Syariah menaruh

keutamaan besar bagi pernah informasi dalam pasar. Seseorang harus

memberikan kesempatan luas kepada klien untuk melihat dan memeriksa

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 719

komoditi yang akan dibelinya. Informasi yang tidak akurat atau menipu

adalah dilarang dan dinilai sebagai sebuah dosa.

4. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban. Firman Allah SWT dalam Surah al-

Isra’ ayat 34 menjelaskan mengenai kesepakatan dan kewajiban, iaitu sebagai

berikut:

‘Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara

yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;

Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya’ (al-

Isra’, 17:34)

Kontrak perniagaan dan kewangan berkonsekuensi pada hak dan kewajiban

para pihak dan pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi

kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan tak

hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama. Salah

satu ciri munafik, yang dijelaskan dalam syariah adalah bahawa mereka tak

pernah memenuhi janji.

5. Kerjasama dan menghilangkan kesengsaraan. Saling membantu, perpaduan

dan menanggung bersama atas kerugian dan bahaya adalah norma-norma

penting dari kerangka ekonomi Islam dibandingkan dengan struktur ekonomi

konvensional, dimana persaingan yang kejam menimbulkan banyak amalan

tidak beretika, seperti penipuan dan pemalsuan.

6. Pemasaran bebas dan penetapan harga yang adil. Islam memberikan

kebebasan asasi untuk memasuki jenis usaha atau transaksi halal apapun.

Meskipun demikian, ini tidak bererti bebas tak tekendali untuk berkontrak.

Perdagangan diizinkan jika dilakukan atas komoditi yang diperbolehkan

sesuai dengan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh Syariah Islam.

Sehubungan dengan adanya berbagai jenis transaksi seperti bai;, ijarah, dan

jasa.

7. Bebas dari dharar (kerosakan). Bebas dari dharar merujuk pada bahaya,

menyelamatkan orang lain dari bahaya apapun yang disebabkan sebuah

kontrak antara dua pihak. Konsep hak dan kewajiban di dalam Islam sama

halnya dengan sistem-sistem yang lain. Tentunya hak disokong jauh lebih

kuat dalam kerangka Islam. Dengan syarat hak atau opsi untuk pihak yang

dirugikan dalam mendapat informasi dalam rangka mengembalikan

posisinya. Negara dan para pembuat dasar bertugas untuk memastikan

penyelenggaraan yang adil, serta keadilan untuk segalanya, serta bahawa

kekuatan dengan kepentingan tetap tidak menciptakan kesengsaraan untuk

masyarakat.

8. Larangan terhadap ketidak jujuran dalam takaran dan timbangan. Ketidak

jujuran dalam mengukur dan menimbang mendapat perhatian khusus dalam

al-Qur’an, kerana amalan seperti ini telah merampas hak orang lain. Selain

itu, amalan seperti ini juga menimbulkan kesan yang sangat buruk dalam

dunia perdagangan, iaitu timbulnya ketidakpercayaan pembeli terhadap para

pedagang yang tidak jujur. Oleh kerana itu, pedagang yang tidak jujur dalam

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 720

mengukur dan menimbang mendapat ancaman siksa di akhirat. Allah SWT

berfirman dalam Surat al-Muthaffifin ayat 1-6:

‘Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang tidak jujur, orang-orang

yang tidak jujur di sini ialah orang-orang yang tidak jujur dalam

mengukur dan menimbang. (iaitu) orang-orang yang apabila menerima

takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka

mengukur atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahawa Sesungguhnya mereka

akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (iaitu) hari (ketika)

manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?’ (al-Muthaffifin,

83:1-6)

6. Larangan rekayasa harga. Rasulullah SAW menyatakan, bahawa harga di

pasar ditentukan oleh Allah SWT. Ini bererti bahawa harga di pasar tidak

boleh diintervensi oleh siapa pun. Anas r.a meriwayatkan bahawa pernah di

Madinah terjadi kenaikan harga barang, kemudian para sahabat meminta

kepada Rasulullah SAW agar menetapkan harga. Namun, beliau menolaknya,

ini bererti kerana harga barang di pasar memang benar-benar tidak boleh

diintervensi.

7. Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar). Islam memerintahkan kepada

pemilik harta untuk mengembangkan harta mereka dan menginvestasikannya.

Sebaliknya, melarang mereka untuk membekukan dan tidak

memfungsikannya. Tidak ada yang menimbun barang ketika diperlukan

kecuali orang yang berdosa. Barangsiapa yang menimbun makanan selama

40 hari, maka ia terlepas dari Allah SWT dan Allah SWT terlepas

daripadanya. Ancaman itu datang kerana orang yang menyimpan itu ingin

membangun dirinya di atas penderitaan orang lain dan dia tidak peduli

apakah manusia kelaparan atau telanjang, yang terpenting dia mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya.

4. Definisi Petani

Petani menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 1008) adalah orang yang

pekerjaannya bercucuk tanam. Menurut Hanafie (2010: 83-84), pertanian merupakan

proses penghasilan yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan haiwan.

Terlaksananya proses tersebut dalam mencapai pengembangan pertanian sangat

tergantung pada peranan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam bidang

pertanian, bentuk usaha pertanian didominasi oleh pertanian rakyat.

5. Definisi Peraih

Hagani (2011) menjelaskan bahawa peraih adalah pedagang yang berkembang secara

tradisional di Indonesia dengan membeli komoditi dari petani, dengan cara

berperanan sebagai pengumpul (ghaterer), pembeli (buyer), pedagang (trader),

pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus. Peraih selama

ini dikenal sebagai profesion yang negatif kerana kebanyakan mereka juga

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 721

berperanan sebagai seorang rentenir, yang memberikan bantuan modal dengan bunga

tinggi, dan apabila peminjam gagal membayar, peraih tidak segan melakukan

tindakan kasar seperti menyewa debt collector untuk menyita jaminan atau

memukuli peminjam. Meminjam wang dari peraih banyak dijadikan pilihan oleh

petani yang tidak memiliki banyak modal kerana syarat-syarat peminjaman wang di

peraih tidak begitu sulit, bahkan ada peraih yang tidak meminta jaminan sama sekali

saat meminjamkan wangnya.

6. Peraih dalam Islam

Peraih yang bertindak sebagai perantara dagang sebenarnya diperbolehkan, apalagi

jika peraih tidak mengambil keuntungan atau bayaran, maka itu diperbolehkan

kerana orang tersebut dianggap telah melakukan kebaikan kerana telah membantu

menjualkan barang dagangan. Selain membeli hasil tuaian dari petani dengan harga

rendah, peraih juga sering melakukan amalan peminjaman modal untuk petani.

Peminjaman modal ini juga sangat rawan riba kerana terkadang ada peraih yang

memberi tambahan kos untuk meminjamkan modal pada petani. Tambahan kos

inilah yang dikhawatirkan mengandung riba.

7. Riba

Menurut Rivai dkk. (2012: 124-125), Riba secara etimologis bererti kenaikan,

penambahan, ekspansi, atau pertumbuhan. Terdapat beberapa pendapat dalam

penjelasan riba, namun secara umum terdapat kesamaan yang menegaskan bahawa

riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam

meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat Islam. Dalam

hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an yang bermaksud;

‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu’ (al-Nisa’, 4:29)

Selain pada surah al-Nisa ayat 29, riba dijelaskan pula dalam al-Qur’an dalam surah

al-Baqarah ayat 278, al-Ruum ayat 39, al-Nisa ayat 160-161, dan Ali Imran ayat 130.

Dengan banyaknya surat yang membahas mengenai larangan riba ini, sangat jelas

bahawa dalam Islam riba adalah salah satu hal sangat dilarang, dan harus dihindari.

KAEDAH KAJIAN

Pendekatan Kajian

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 722

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Kaedah kualitatif dipilih kerana kaedah ini merupakan kaedah yang tepat untuk

memperoleh data yang mendalam bagi rumusan masalah yang peneliti teliti, iaitu:

apakah alasan yang menyebabkan petani muslim menjual hasil tuaian pada perai?

Kaedah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaedah kajian kes dengan reka

bentuk kes tunggal (single case) kerana peneliti hanya melakukan penelitian di Desa

Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Rumusan masalah penelitian ini memerlukan jawapan melalui kajian Literatur,

pemerhatian, dan temu bual mendalam dengan petani muslim di Desa Glagahagung,

Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi yang menjual hasil tuaiannya pada

peraih. Untuk mendapatkan jawapan yang tepat atas rumusan masalah tersebut,

penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan strategi kajian kes.

Skop Kajian

Rwang lingkup penelitian ini pada intinya adalah untuk mengetahui alasan yang

menyebabkan penyebab petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan

Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi memilih menjual hasil tuaiannya pada peraih,

serta untuk mengetahui manfaat dari amalan jual beli hasil tuaian dan peminjaman

modal oleh peraih. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis amalan jual beli peraih

yang melanggar norma perniagaan beli Islam.

Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan data primer dan sekunder. Data

primer dan sekunder menurut Iskandar (2009: 118-119) adalah sebagai berikut:

1. Data primer: data yang berupa teks hasil temu bual dan diperoleh melalui

temu bual dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam

penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.

2. Data sekunder: data berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh

oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.

Kaedah Pemilihan Informan

Kaedah pemilihan informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:218), purposive sampling

adalah teknik pemilihan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam

penelitian ini dipilih sembilan informan, satu informan merupakan informan kunci

(key informan), key informan (informan utama) yang dijadikan sumber data dalam

penelitian ini adalah ketua kelompok tani. Key informan dipilih berdasar

pertimbangan individu tersebut telah cukup lama dan intensif menyatu dengan

kegiatan yang akan diteliti. Individu ini juga dianggap mengetahui dan paham betul

keseluruhan permasalahan petani muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan

Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 723

Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 informan. 1 informan sebagai key

informan, dan 8 informan yang bekerja sebagai petani di Desa Glagahagung,

Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Semua Informan ini diperoleh

dengan beberapa kriteria yang penerapannya bersifat purposive sampling, kriteria

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Petani yang beragama Islam atau Petani muslim

2. Petani muslim yang dipilih adalah petani muslim yang menanam tanaman

3. Penelitian difokuskan untuk mengetahui alasan yang menyebabkan petani

muslim menjual hasil tuaiannya pada peraih, untuk itu dipilih petani muslim

yang benar-benar pernah menjual hasil tuaiannya pada peraih.

4. Penelitian hanya difokuskan pada petani muslim yang telah bekerja selama

lebih dari 10 tahun dan pernah lebih dari sekali berinteraksi dan menjual hasil

tuaiannya kepada peraih, hal ini dilakukan supaya data yang dihasilkan dalam

penelitian ini lebih tepat dan terpercaya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategik dalam

penelitian, kerana tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data.

Menurut Iskandar (2009:121), dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data

yang populer digunakan lebih banyak pada pemerhatian berperanan serta (participan

observation), temu bual mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Penelitian ini memerlukan dua jenis data iaitu data primer dan sekunder. Tahap-tahap

untuk mendapatkan data primer adalah sebagai berikut:

1. Kajian rintis akan dilakukan. Pada tahap ini peneliti akan memerhati serta

meninjau lokasi yang akan dijadikan objek penelitian.

2. Saat di lokasi atau objek penelitian. Saat di lokasi penelitian, peneliti akan

menjelaskan maksud, tujuan, dan alasan melakukan penelitian. Kemudian

peneliti akan melakukan pemerhatian turut serta dan temu bual kepada ketua

kelompok tani untuk memperoleh gambaran kondisi dan situasi petani

muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten

Banyuwangi.

3. Saat pengumpulan data, peneliti akan melakukan pemerhatian turut serta dan

temu bual langsung kepada subjek penelitian, iaitu petani muslim di Desa

Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Data sekunder penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Kajian kepustakaan penelitian,

2. Browsing, mengunjungi laman sesawang yang menunjang penelitian, seperti

laman sesawang Kementerian Pertanian, situs-situs agama Islam yang banyak

membahas mengenai hukum jual beli menggunakan jasa peraih yang berguna

untuk referensi penelitian.

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 724

Teknik Kesahan Data

Iskandar (2009: 151) menyebutkan, kesahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan boleh dipercayai (reliabilitas).

Dalam sebuah penelitian, diperlukan kesahan agar penelitian tersebut dapat diyakini

kredibilitinya, salah satu caranya menggunakan triangulasi. Penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. untuk memastikan data yang

diperoleh dari informan sudah sah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Triangulasi sumber dilakukan dengan menyoal kepada orang-orang terdekat

informan, seperti tetangga atau saudara. Serta peraih, untuk memastikan apakah

pernyataan informan dengan yang dikerjakan peraih memiliki kesamaan. Triangulasi

teknik dilakukan dengan cara, pertama, peneliti melakukan pemerhatian; kedua, temu

bual; dan kemudian baru melakukan dokumentasi. Pemerhatian, temu bual, dan

dokumentasi dilakukan pada satu sumber data yang sama. Apabila dengan teknik

pengujian kredibiliti data dengan pemerhatian dan dokumentasi menghasilkan data

yang berbeza-beda, maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada

informan, untuk memastikan data mana yang dianggap paling benar, atau mungkin

semuanya benar namun sudut pandangnya berbeza-beda.

Teknik Analisis Data

Analisis model Miles dan Huberman (Iskandar, 2009:139-142), dapat dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

2. Display atau persembahan data

3. Mengambil kesimpulan dan pengesahan.

Pembahasan penelitian nantinya berisi penyebab petani muslim di Desa Glagahagung

menjual hasil tuaiannya pada peraih, serta untuk mengetahui amalan jual beli hasil

tuaian oleh peraih.

DAPATAN DAN PERBINCANGAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam laman sesawang Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, menyebutkan sektor

pertanian merupakan sektor ekonomi paling dominan jika diperhatikan berdasarkan

struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Khusus dalam sektor pertanian ini,

terdapat dua sub sektor didalamnya yang sangat berpotensi, iaitu sub sektor tanaman

bahan makanan dan sub sektor perikanan laut.

Peranan sub sektor tanaman bahan makanan dapat menyumbang penghasilan padi

Jawa Timur, kerana Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu daerah pertanian

padi. Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang

mempunyai luas wilayah terbesar, sehingga dengan adanya ketersediaan luas daerah

tersebut, kesempatan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian akan mempunyai

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 725

peluang besar. Namun begitu tidak semua tanah mempunyai tahap kesuburan yang

sama.

Desa Glagahagung berada di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi,

Provinsi Jawa Timur. Desa ini berjarak sekitar 45 Kilometer dari Kota Banyuwangi.

Dalam Profil Desa Glagahagung (2013), disebutkan bahawa Desa Glagahagung

memiliki luas lahan persawahan mencapai 826,38 ha/m2. Hasil pendapatan utama

majoriti penduduk di Desa Glagahagung adalah petani, pengusaha kecil dan

menengah, dan Pegawai Negeri Sipil. Jumlah total penduduk di Desa Glagahagung

mencapai 7.198 (total lelaki dan perempuan), dengan majoritinya beragama Islam

sebanyak 7.190 (total lelaki dan perempuan).

Komoditi tanaman pertanian di Desa Glagahagung adalah tanaman makanan, seperti

padi, kekacang. Serta, tanaman holtikultur atau tanaman kebun, seperti cabai, melon,

semangka, jeruk, buah naga, dan lainnya. Tanaman makanan adalah segala jenis

tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Contohnya adalah padi,

kekacang, dan jagung. Hasil tanaman kebun disebut dalam istilah pertanian moden

sebagai holtikultur. Komoditi holtikultur adalah sayuran, buah, dan tanaman hias.

Namun, di Desa Glagahagung, kebanyakan yang ditanam hanyalah sayuran dan buah

yang dapat dijual lagi.

Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan temu bual secara mendalam kepada

beberapa informan supaya dapat mencapai temuan penelitian, teknik pengambilan

data menggunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini

berjumlah 9 informan yang diperincikan dalam Jadual 1.

Dari 9 informan, terdapat 1 informan yang merupakan key informan iaitu informan

pertama, key informan ini selain bekerja sebagai petani, juga merupakan ketua

kelompok tani di Desa Glagahagung, key informan dipilih dengan pertimbangan

telah mengerti dan memahami betul tentang selok-belok petani dan pertanian di Desa

Glagahagung. Key informan ini juga terlibat secara aktif dalam kegiatan yang

menjadi perhatian peneliti dan dianggap sebagai orang yang mempunyai maklumat

secara keseluruhan mengenai permasalahan petani di Desa Glagahagung.

Jadual 1: Karakteristik Informan

Nama Jenis Tanaman Teknik Sampling Tanggal Temu

bual

Amsin Setiawan Makanan Purposive

Sampling

20/5/2014

Aminoto Makanan Purposive

Sampling

21/5/2014

Minhaji Makanan dan Purposive 21/5/2014

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 726

Holtikultur Sampling

Sunirman Makanan dan

Holtikultur

Purposive

Sampling

21/5/2014

Suprayitno Makanan dan

Holtikultur

Purposive

Sampling

22/5/2014

Darwin Santoso Makanan Purposive

Sampling

22/5/2014

Aminudin Makanan dan

Holtikultur

Purposive

Sampling

22/5/2014

Nur Ahmad

Zainudin

Makanan Purposive

Sampling

22/5/2014

Suwanto Makanan dan

Holtikultur

Purposive

Sampling

22/5/2014

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2014.

PERBINCANGAN

Definisi Peraih Menurut Petani Muslim di Glagahagung

Untuk mengetahui pemahaman petani muslim di Desa Glagahagung mengenai

peraih, maka peneliti menyoal tentang pengertian peraih kepada informan, sehingga

peneliti dapat mengetahui, sama ada petani benar-benar memahami makna peraih.

Dari Jadual 2, berdasarkan jawapan 9 informan, dapat diketahui seluruh informan

telah memahami bahawa peraih adalah orang yang membeli hasil tuaian dari petani.

Namun, hanya informan 1, informan 2, informan 3, dan informan 8 yang mengetahui

secara benar dan sesuai dengan makna peraih yang sebenarnya menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia iaitu pedagang perantara, meskipun, dalam penjelasannya

informan mengungkapkan dengan bahasa yang berbeza.

Jadual 2: Definisi Peraih Menurut Petani Muslim di Desa Glagahagung

Informan Pengertian Peraih

Informan 1 Orang yang membeli barang dari seorang petani atau seorang

pedagang yang kemudian dijadikan barang yang dapat dikonsumsi

untuk dijual lagi kepada konsumen.

Informan 2 Pembeli barang yang kemudian dijual lagi.

Informan 3 Orang yang menjadi perantara penjualan, yang membeli kemudian

menjualnya.

Informan 4 Pedagang yang membeli hasil tuaian dari petani.

Informan 5 Orang yang membeli hasil pertanian

Informan 6 Orang yang membeli hasil petani, yang dimaksudkan hasil petani

adalah hasil pertanian petani.

Informan 7 Orang yang membeli hasil tuaian.

Informan 8 Orang yang melakukan jual beli barang yang bertujuan untuk

mendapatkan hasil (laba).

Informan 9 Orang yang menerima barang hasil dari petani.

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 727

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.

Peraih sebagai pedagang perantara maksudnya adalah peraih membeli barang

kemudian menjual lagi, seperti yang dilakukan oleh peraih pada umumnya yang

membeli barang hasil tuaian dari petani kemudian menjualnya lagi kepada pengilang,

peraih besar, atau jualan terus di pasar.

Alasan Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim di Desa

Glagahagung

Dari sembilan informan, terdapat 5 jawapan berbeza mengenai alasan petani muslim

menjual hasil tuaiannya di peraih. Sedangkan 4 jawapan lainnya mempunyai jawapan

yang sama iaitu, kerana hanya peraih yang membeli hasil tuaian. Jawapan ini

diberikan oleh informan 4, informan 6, Informan 8, dan informan 9.

Jadual 3: Alasan Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim

di Desa Glagahagung

Informan Alasan Menjual

Kepada Peraih

Keterangan

Informan 1 Tempatnya dekat

dengan sawah

Tempat peraih dekat dengan sawah, sehingga

dapat mengurangkan kos pengedaran.

Informan 2 Kemampuan

membeli dalam

jumlah yang banyak

Peraih yang mampu membeli seluruh hasil

tuaiannya atau sesuai keperluan, sedangkan

di pasar, meskipun harganya tinggi tapi pasar

hanya mampu membeli sedikit dari hasil

tuaiannya.

Informan 3 Mengurangi risiko Informan ingin meminimakan kerugian yang

mungkin saja terjadi apabila informan

menjualnya di tempat lain. Kerana, selama ini

informan hanya terbiasa menjual hasil

tuaiannya kepada peraih.

Informan 4 Hanya peraih yang

membeli hasil tuaian

Kerana tidak ada tempat penjualan hasil

tuaian lagi selain peraih di Desa

Glagahagung.

Informan 5 Meminimalisir

pengeluaran dan

pembayaran

Kerana tidak merumitkan, peraih membantu

petani untuk mengangkut hasil tuaiannya juga

ketika akan dijual. Lalu, pembayaran di

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 728

fleksibel peraih juga mudah, sesuai dengan keinginan

dan keperluan informan.

Informan 6 Hanya peraih yang

membeli hasil tuaian

Kerana di sekitar Desa Glagahagung adanya

peraih saja. Tidak mungkin dapat dijual

kepada pengilang, sedangkan pasar hanya

menerima produk olahan hasil tuaian saja.

Informan 7 Menyediakan tenaga

kerja atau buruh

Lebih mudah dan menjimatkan kos untuk

mencari tenaga atau buruh untuk menuai

Informan 8 Hanya peraih yang

membeli hasil tuaian

Kerana tidak ada pilihan lain. Pembeli hasil

tuaian hanya peraih.

Informan 9 Hanya peraih yang

membeli hasil tuaian

Kerana tidak ada pilihan lain selain menjual

di peraih.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.

Maka, dari hasil temu bual mendalam dengan sembilan informan, dapat dibuat

kesimpulan bahawa alasan petani muslim menjual hasil tuaiannya di peraih, adalah

sebagai berikut:

1. Tempatnya dekat dengan sawah

2. Kemampuan membeli dalam jumlah banyak

3. Mengurangi risiko

4. Hanya peraih yang membeli hasil tuaian

5. Peraih menyediakan tenaga kerja (buruh atau kuli) untuk membantu menuai.

Manfaat Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih Menurut Petani Muslim Di Desa

Glagahagung

Jadual 4 menunjukkan manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani

muslim di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Dari

9 informan yang menyebutkan manfaat menjual hasil tuaian di peraih, terdapat 4

informan dengan jawapan yang sama, iaitu informan 2, informan 6, informan 7, dan

informan 8 yang menjawab bahawa manfaat menjual di peraih adalah membantu.

Sehingga, dapat dibuat lima kesimpulan manfaat yang diperoleh dari jawapan

informan, iaitu:

1. Meminima pengeluaran

2. Membantu

3. Syaratnya mudah

4. Terjualnya seluruh hasil tuaian

5. Pembayarannya fleksibel

Dengan begitu dapat dilihat bahawa terdapat berbagai manfaat yang dirasakan oleh

petani berkat menjual hasil tuaiannya kepada peraih.

Jadual 4: Manfaat Menjual Hasil Tuaian Kepada Peraih

Informan Manfaat Menjual Keterangan

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 729

Hasil Tuaian Kepada

Peraih

Informan 1 Meminimalisir

Pengeluaraan

Peraih sangat dekat dengan sawah

sehingga meminimakan pengeluaran

untuk mengangkut hasil tuaian, tidak

merumitkan, dan menyita waktu

petani ketika menjual.

Informan 2 Membantu Peraih membantu petani untuk

menjual hasil tuaiannya yang

berjumlah banyak.

Informan 3 Syaratnya mudah Peraih memudahkan proses

penjualan, peraih juga menyediakan

tenaga sendiri untuk menuai hasil

tuaian, sehingga petaninya cukup

menunggu menyaksikan hasil

timbangan saja.

Informan 4 Kemampuan membeli

dalam jumlah banyak

Peraih mampu membeli hasil tuaian

petani dalam jumlah berapapun dan

dalam keadaan apapun, baik basah

maupun kering.

Informan 5 Pembayarannya

fleksibel

Peraih mempermudah petani dalam

menjual hasil tuaiannya. Pembayaran

di peraih juga sesuai dengan

keinginan dan keperluan petani.

Informan 6 Membantu Membantu menjual hasil tuaian

petani.

Informan 7 Membantu Petani tidak perlu mencari peraih,

kerana peraih datang sendiri ke

petani. Buruh tuaian disediakan oleh

peraih..

Informan 8 Membantu Dengan adanya peraih, petani tidak

perlu bingung dimana harus menjual

hasil tuaiannya.

Informan 9 Syaratnya mudah Peraih menerima hasil tuaian dari

petani apa adanya. Boleh basah atau

kering. Sehingga, petani tidak perlu

repot untuk mengeringkan padinya

apabila padinya masih basah dan

pada saat yang sama cuaca tidak

panas.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.

Pelanggaran Norma Perniagaan Islam Yang Dilakukan Oleh Peraih

Setelah dilakukan temu bual mendalam dengan informan yang menjual hasil

tuaiannya pada peraih. Penelitian ini menemukan kesimpulan bahawa setiap

informan setidaknya pernah sekali merasakan pelanggaran norma perniagaan Islam

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 730

oleh peraih. Dari hasil temu bual mendalam dengan 9 informan, Jadual 1.5

menunjukkan pelanggaran norma perniagaan Islam yang pernah dialami oleh peraih.

Jadual 5: Pelanggaran Norma Perniagaan Islam yang Dilakukan oleh Peraih

Pelanggaran Norma Perniagaan Islam

yang pernah

dialami petani

Informan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Larangan Najash √ √ √ √ √ √

Larangan Khalabah (Pemasaran yang

menyesatkan)

√ √ √ √ √

Keterbukaan, Transparansi, dan

Membantu Pemeriksaan

√ √

Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban √ √ √ √ √ √ √

Kerja Sama dan Menghilangkan

Kesengsaraan

Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga

yang Adil

√ √ √ √ √

Bebas dari Dharar (kerusakan) √ √

Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam

Takaran dan Timbangan

√ √ √ √

Larangan Rekayasa Harga √ √ √

Larangan Penimbunan Barang (Ihtikar) √ √ √ √ √ √ √ √

TOTAL 8 2 5 5 4 1 6 3 7

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2014.

Dari Jadual 5, diketahui bahawa setiap informan pernah mengalami kerugian akibat

pelanggaran norma perniagaan Islam yang dilakukan oleh peraih. Dari 9 informan,

informan terbanyak yang pernah mengalami pelanggaran norma perniagaan Islam

adalah informan pertama dan informan sembilan. Informan pertama merupaka key

informan, iaitu seorang ketua kelompok tani yang mengetahui betul keadaan petani

di sekitar Desa Glagahagung, jadi sangat wajar apabila informan mengetahui paling

banyak pelanggaran-pelanggaran norma perniagaan Islam yang dilakukan oleh

peraih. Sedangkan informan dengan jumlah pelanggaran norma perniagaan Islam

yang dilakukan oleh peraih paling sedikit dialami oleh informan keenam. Informan

keenam menyatakan hal ini mungkin terjadi kerana peraih tempat menjual hasil

tuaian informan keenam adalah peraih langganan, yang mungkin saja tidak tega

merugikan informan, kerana diantara informan keenam dan peraihnya memiliki

kedekatan emosional.

Berikut ini merupakan daftar jenis pelanggaran norma perniagaan Islam, diurutkan

dari pelanggaran norma perniagaan Islam yang paling sering dilanggar hingga yang

tidak pernah dilanggar oleh peraih, dan diketahui serta dialami oleh informan:

1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)

2. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban

3. Pelanggaran najash

4. Larangan Khalabah

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 731

5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil

6. Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam Takaran dan Timbangan

7. Larangan Rekayasa Harga

8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan

9. Bebas dari Dharar (kerusakan)

10. Kerja Sama dan Menghilangkan Kesengsaraan

Temuan Lain dalam Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui alasan petani petani muslim menjual hasil tuaian

kepada peraih, serta untuk mengetahui manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh

peraih. Berdasarkan temu bual peneliti dengan informan, terdapat temuan lain di luar

fokus penelitian ini, antara lain:

1. Petani di Desa Glagahagung pernah mendapatkan bantuan modal benih padi

dari pemerintah, namun bantuan tersebut telah berhenti.

2. Hasil tuaian yang masih basah harganya lebih rendah daripada hasil tuaian

yang sudah kering. Hal ini cukup merugikan petani kerana saat musim hujan

petani tidak dapat mengeringkan hasil tuaiannya.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten

Banyuwangi. Penelitian ini hanya mengambil 9 informan yang mewakili petani

tanaman makanan dan petani tanaman holtikultur, dari 9 informan, terdapat 1 key

informan yang merupakan ketua kelompok tani di Desa Glagahagung. Keterbatasan

informan dalam penelitian ini merujuk pada proses pengumpulan data informan yang

mengalami kesulitan kerana data dari informan sangat terbatas, serta informan

memiliki keterbatasan latar belakang pendidikan, sehingga data yang digali belum

cukup memberikan informasi lengkap terkait dengan penelitian ini, namun, 9

informan yang mewakili dalam penelitian ini sudah memberikan data yang cukup

representatif sehingga bisa memberikan data yang diharapkan dan mendukung

penelitian ini.

Penelitian ini hanya dapat menyimpulkan alasan, manfaat, dan kerugian yang

dirasakan oleh petani akibat menjual hasil tuaian di peraih secara umum dan garis

besarnya saja, kerana peneliti terkendala untuk menggali informasi lebih mendalam

sebab para informan cenderung tidak mau menjelaskan jawapan secara rinci.

KESIMPULAN DAN CADANGAN

Kesimpulan

Alasan petani muslim menjual hasil tuaiannya kepada peraih di Desa Glagahagung,

Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, adalah sebagai berikut:

1. Tempatnya dekat dengan sawah

2. Kemampuan membeli dalam jumlah banyak

3. Mengurangi risiko

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 732

4. Hanya peraih yang membeli hasil tuaian

5. Menyediakan tenaga kerja atau buruh tuaian

Manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani muslim di Desa

Glagahagung, adalah sebagai berikut: Manfaat menjual hasil tuaian kepada peraih menurut petani muslim di Desa Glagahagung, adalah sebagai berikut:

1. Meminima pengeluaran

2. Membantu

3. Syaratnya mudah

4. Terjualnya seluruh hasil tuaian

5. Pembayarannya fleksibel

Hampir semua peraih tempat petani menjual hasil tuaiannya melakukan pelanggaran

norma perniagaan dalam Islam. Pelanggaran norma perniagaan ini mengakibatkan

petani mengalami kerugiaan material. Pelanggaran norma perniagaan yang paling

banyak dilakukan oleh peraih adalah penimbunan barang. Urutan pelanggaran norma

perniagaan Islam yang dilakukan oleh peraih dan diketahui serta dialami oleh petani

adalah sebagai berikut:

1. Larangan Penimbunan Barang (Ikhtikar)

2. Memenuhi Kesepakatan dan Kewajiban

3. Pelanggaran najash

4. Larangan Khalabah

5. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga yang Adil

6. Larangan terhadap Ketidak jujuran dalam Takaran dan Timbangan

7. Larangan Rekayasa Harga

8. Keterbukaan, Transparansi, dan Membantu Pemeriksaan

9. Bebas dari Dharar (kerusakan)

10. Kerja Sama dan Menghilangkan Kesengsaraan

Cadangan

Cadangan yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi petani muslim

Diharapkan supaya petani dapat lebih teliti saat memilih peraih. Kebanyakan

petani mengalami kerugian material kerana dilanggarnya perjanjian yang telah

disepakati sebelumnya dengan peraih, oleh kerana itu petani dapat menjangka

dengan membuat perjanjian bertulis, supaya ketika terjadi pelanggaran perjanjian

di lain waktu, peraih dapat mempertanggung jawabkannya.

2. Bagi Peraih

Diharapkan supaya peraih lebih bijak dalam menjalankan profesionnya. Kerana

sebagai pembeli hasil tuaian petani, dan penentu harga pembelian hasil tuaian,

peraih memiliki peranan yang sangat penting untuk petani. Peraih diharapkan

selalu bersikap jujur dan adil kepada petani.

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 733

3. Bagi Lembaga Kewangan Mikro Syariah

Sangat dianjurkan untuk Lembaga Kewangan terkait mendirikan Lembaga

Kewangan Mikro Syariah di Desa Glagahagung.

4. Bagi pemerintah

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pemasaran pertanian. Dengan

memberikan solusi pemasaran yang tepat kepada petani, petani tidak perlu lagi

untuk hanya bergantung dengan peraih ketika menjual hasil tuaianannya. Selain

itu, diharapkan pemerintah untuk memberi penanda aras harga pembelian hasil

pertanian kepada peraih dan rutin menginformasikannya kepada petani.

5. Bagi Aparat Pemerintah di Desa Glagahagung

Diharapkan dapat memberikan solusi pengeringan padi petani dengan cara

mengadakan alat pengering padi yang dapat dipinjamkan kepada petani yang

tuaian.

6. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti topik yang lebih mendalam lagi mengenai sistem jual

beli hasil tuaian yang dilakukan oleh peraih. Supaya dapat diketahui sistem

penjualan hasil tuaian oleh petani, sistem jual beli hasil tuaian oleh peraih, sistem

jual beli hasil tuaian yang sesuai syariat Islam, dan sistem penjualan hasil tuaian

diharapkan oleh petani muslim.

RUJUKAN

Badan Pusat Statistik (BPS). (2014). Jumlah Petani Menurut Sektor/subsector dan

Jenis Kelamin Tahun 2013, (Online).

http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/Jadual?searchabel=Jumlah+

Petani+menurut+Sektor%2FSubsektor+dan+Jenis+Kelamin+Tahun+2013&ti

d=23&search-wilayah=Indonesia&wid=0000000000&lang=id. diakses 22

Juni 2014 pukul 23:16

Departemen Agama Republik Indonesia. (2007). AL-QURAN. Bandung: CV Penerbit

Diponegoro

Hagani, Suwardi. (2011). Pemberdayaan Peraih untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Petani, (Online). http://suwardihagani.wordpress.com/tag/peraih/. diakses 12

Desember 2013 pukul 19:11

http://www.mapsofworld.com, diakses 22 Juni 2014 pukul 23:20

Iskandar. (2009). Kaedah Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (2014). BDA Pertanian, (Online).

http://banyuwangikab.go.id/page/bda/pertanian.html. diakses 22 Mei 2014

pukul 22:30

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2008). Ekonomi Islam.

Jakarta: Rajagrafindo Persada

ISBN 978-967-394-230-5 [PROCEEDINGS OF IDMAC2015]

9th ISDEV International Islamic Development Management Conference

(IDMAC2015) 734

Prasetyo, Nova Anjar. (2012). Hubungan Antara Biaya Promosi dan Biaya

Distribusi dengan Volume Penjualan pada PT. Salama Nusantara. Tidak

diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Rivai V., Amiur N, dan Faisar A.A. (2012). Islamic Business and Economics Ethics.

Jakarta: Bumi Aksara

Salim dan Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern

English Press

Sugiyono. (2011). Kaedah Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (cetakan ke-

14). Bandung: Alfabeta