View
294
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sering terjadi salah persepsi ketika produktvitas di tingkatkan akan menurunkan jumlah pekerja , padahal sebaliknya dengan peningkatan produktivitas diharapkan akan menambah jumlah pekerja sebagai hasil dari perluasan kesempatan berusaha....
Citation preview
KAJIAN PRODUKTIVITAS DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DALAM
RANGKA PENINGKATAN PPRODUK DOMESTIK BRUTO
MELALUI BIMBINGAN KONSULTANSI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
I. Pendahuluan
Peningkatan produktivitas bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih
baik, akan dapat dicapai apabila adanya peningkatan standard kehidupan, hal tersebut
hanya akan dapat dicapai apabila negara memiliki pendanaan yang cukup melalui
pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)
sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. PDB adalah nilai pasar
semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu
atau dengan kata lain merupakan akumulasi dari nilai tambah yang diciptakan
perusahaan dalam suatu wilayah.
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahan
perlu dilakukan peningkatan produktivitas melalui penerapan alat, teknik dan metode
peningkatan produktivitas. Peningkatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1.
Menambah jumlah kapital dan menambah jumlah tenaga kerja , yang kita sebut dengan
penambahan input kuantitatif; 2. Meningkatkan kualitas kapital dan kualitas sistem serta
meningkatkan kualitas tenaga kerja yang lebih kompeten dalam melaksanakan hubungan
kerja di tempat kerja, yang kita sebut penambahan input kualitatif
1
Menurut Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, (SMI) dalam lifetweet
Bank Dunia, Kamis, 12 Juli 2012, Bank Dunia menilai pemerintah Indonesia perlu
mengadakan lebih banyak lapangan kerja di Tanah Air, mengingat jumlah penduduk
produktif yang cukup besar. “Yang harus diperhatikan negara adalah menyediakan
lapangan kerja, terutama bagi usia kerja yang masih muda,” Hal tersebut, lanjutnya,
adalah salah satu upaya yang harus dilakukan, selain menghadirkan kebijakan-kebijakan
yang tetap harus melindungi masyarakat miskin. Terkait dengan krisis ekonomi di Eropa,
Bank Dunia menilai kondisi di Indonesia sendiri masih sangat aman, karena kondisi
pendanaan yang masih sangat terjaga. Kondisi Indonesia bukan seperti Eropa. Masalah
Indonesia bukan masalah defisit dana, tapi bagaimana menggunakan dana yang ada.
II. Masalah Ketenagakerjaan Indonesia
Tingginya unjuk rasa yang dilakukan oleh para buruh di Indonesia pada tahun 2012
merupakan sebuah ancaman pada ketersediaan lapangan kerja di Indonesia. Dampak
dari aksi demo buruh yang terorganisir sangat rapi di Jakarta beberapa waktu lalu cukup
memberikan dampak langsung secara ekonomi maupun politik kepada Indonesia. Dalam
sudut pandang ekonomi sangat jelas apabila aksi demo buruh yang sebenarnya adalah
bentuk lain dari mogok kerja ini mengancam produktivitas dari perusahaan yang
merekrut mereka. Namun prestasi yang mereka torehkan selama ini juga tidak bisa
dipandang sebelah mata. Ambilah kasus demo buruh di Jakarta yang berujung pada
meningkatnya UMR bagi tenaga kerja di DKI Jakarta. Meskipun di satu sisi pastilah
pihak pengusaha yang akan beteriak merasa dirugikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini akan diangkat beberapa kemungkinan dan isu-isu yang
memungkinkan untuk menjadi ancaman bagi tenaga kerja dalam negeri di tahun 2013.
Dalam kaitannya dengan isu global maka praktek outsourcing akan menjadi ancaman
pertama bagi tenaga kerja di Indonesia. Sebenarnya praktek ini juga sudah lama terjadi
di negeri ini tapi dengan semakin keras dan maraknya demo buruh di Indonesia maka
pilihan untuk merekut tenaga kerja luar yang non-permanen akan menjadi pilihan yang
bisa dipilih. Dengan kata lain jika menggunakan tenaga kerja luar yang ditujukan untuk
melakukan efisiensi tenga kerja maka dampaknya adalah berkurangnya ketersediaan
lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Berikutnya adalah pilihan untuk
menggunakan teknologi modern dalam melakukan kegiatan produksi. Teknologi modern
mampu menekan biaya produksi perusahaan dan mengeliminasi pengeluaran yang
dibutuhka untuk membayar gaji buruh dalam urusan produksi. Sekali lagi, masuknya
piranti teknologi modern di Indonesia mampu merenggut pos-pos lapangan kerja yang
bisa diisi oleh masyarakat Indonesia. Artinya, pertumbuhan ketenagakerjaan di
Indonesia akan menurun di tahun 2013.
2
Peningkatan produktivitas perusahaan dan peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh
merupakan prioritas yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam rangka mendorong
peningkatan daya saing, kualitas dan produktivitas yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Peningkatan
produktivitas perusahaan antara lain dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen,
pengunaan bahan baku secara efisien dan efektif, sehingga mampu menciptakan nilai
tambah, produk/jasa yang berkualitas dan berdaya saing untuk dipasarkan di dalam dan
di luar negeri. Dengan meningkatnya produktivitas perusahaan, diharapkan dapat juga
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh untuk dapat hidup layak bersama
keluarganya.
Dalam meningkatkan produktivitas perusahaan tidak lepas dari peran pekerja/buruh,
karena produktivitas pekerja/buruh merupakan salah satu faktor penentu produktivitas
perusahaan. Berbicara mengenai pekerja/buruh berarti harus dikaitkan dengan persoalan
upah. Upah sebagai sumber pendapatan utama pekerja/buruh yang digunakan untuk
memenuhi kesejahteraan sering menjadi titik sentral permasalahan di perusahaan. Hal
tersebut dapat dilihat dari perselisihan hubungan industrial yang diikuti dengan mogok
kerja selama periode dua tahun tahun terakhir (dari tahun 2011s/d 2012), menunjukkan
rata-rata jam kerja yang hilang sebesar 131.295.
Dari jumlah tersebut yang paling dominan adalah mengenai tuntutan kenaikan upah.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa antara pekerja/buruh dengan pengusaha
memandang upah dari sisi yang berbeda, dimana pekerja/buruh melihat upah sebagai
sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu,
pekerja/buruh selalu ingin upahnya ditingkatkan. Sebaliknya, pengusaha melihat upah
sebagai bagian dari biaya produksi, untuk itu penggunaannya harus seefisien mungkin.
Timbulnya tuntutan kenaikan upah seiring dengan dinamika perkembangan kebutuhan
hidup pekerja/buruh, seperti bertambahnya anggota keluarga yang menjadi tanggungan
pekerja/buruh, serta semakin meningkatnya biaya pendidikan dan lain sebagainya,
membuat pekerja/buruh menuntut penyesuaian upah dengan tingkat kebutuhan. Filosofi
upah sebagai imbalan atas jasa yang diberikan pekerja/buruh kepada perusahaan
menjadi terlupakan oleh pengusaha. Oleh karena itu, filosofi upah adalah upah yang
dibayarkan pengusaha kepada pekerja/buruh dapat ditingkatkan, jika jasa yang diberikan
pekerja/buruh kepada perusahaan juga meningkat. Besarnya peningkatan upah yang
diberikan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh hendaknya sebanding dengan tingkat
produktivitas yang dihasilkan pekerja/buruh. Banyaknya tuntutan kenaikan upah seperti
tersebut di atas, mengindikasikan bahwa belum adanya ukuran kenaikan upah yang
dapat diterima oleh semua pihak. Untuk meminimalisir kasus mogok, khususnya yang
3
disebabkan tuntutan kenaikan upah, perlu adanya satu ukuran yang adil, sehingga
kenaikan upah pekerja/buruh dapat dipandang sebagai kepentingan kedua belah pihak
(pekerja/buruh dan pengusaha).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, Pemerintah melalui Undang-undang No.13
tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 92 Ayat (2) telah mengamanatkan :
Pengusaha meninjau upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan
perusahaan dan produktivitas. Serta untuk menindaklanjuti Inpres Nomor 9 Tahun
2013 tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka keberlangsungan
Usaha dan Peningkatan kesejahteraan Pekerja , untuk menyelaraskan kebijakan upah
minimum dengan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil peningkatan produktivitas yang diperoleh melalui peranan
pekerja/buruh haruslah dikembalikan kepada pekerja/buruh sebagai tambahan
penghasilan untuk meningkatkan kesejahteranya. Pendistribusian kembali hasil
produktivitas perusahaan sebagai tambahan pendapatan pekerja/buruh tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pemberian pengupahan
berdasarkan produktivitas..
III. Perluasan Kesempatan Kerja melalui Penerapan Tools dan Teknik Produktvitas
Potret Tenaga Kerja dalam setahun terakhir menurut Suryamin ,Ketua BPS , penduduk
bekerja pendidikan rendah secara persentase mengalami penurunan dari 68,28 persen
pada Agustus 2011 turun menjadi 66,88 persen pada Agustus 2012. Sedangkan
penduduk bekerja dengan pendidikan tinggi meningkat dari 8,8 juta orang pada 2011
menjadi 10 juta orang pada Agustus 2012. terjadi peningkatan pada kelompok penduduk
bekerja yang berpendidikan tinggi. Kecenderungan menurunnya tenaga kerja
berpendidikan rendah dan meningkatnya tenaga kerja berpendidikan tinggi ini
menunjukkan perbaikan kualitas tenaga kerja di Tanah Air.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia 6,2% pada tahun 2012, berimbas
terhadap peluang kerja di Tanah Air yang semakin luas. Sebab, sejauh ini jumlah
permintaan pasar tenaga kerja di Indonesia belum sebanding dengan ketersediaan
tenaga kerja terampil. Permintaan pasar tenaga kerja di Indonesia mencapai 113 juta
orang sementara ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terampil yang tersedia
masih berada pada angka 104 juta orang. Hal ini menunjukkan, pasar tenaga kerja
Indonesia sebenarnya potensial dan akan semakin luas di tahun-tahun mendatang.
Sementara peluang kerja tersebut tidak hanya diperebutkan tenaga kerja lokal namun
juga diperebutkan oleh tenaga kerja asing. Pasalnya, diterapkannya ASEAN Single
Community pada 2015 akan diikuti dengan semakin bebasnya arus SDM terlatih dari
luar negeri yang bisa bekerja di Indonesia. 4
Dalam rangka perluasan kesempatan kerja telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
No.33 tahun 2013 tentang Perluasan kesempatan Kerja, Mengenai kebijakan
perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja, pada pasal menyebutkan,
diarahkan untuk menciptakan dan mengembangkan kesempatan kerja yang produktif
dan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, kelembagaan masyarakat, dan teknologi tepat guna.
Kebiajakan perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja itu dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, swasta, dan lembaga masyarakat yang
bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Kebijakan perluasan
kesempatan kerja di luar hubungan kerja sebagaimana dimaksud dilakukan dalam
bentuk program kewirausahaan,” Pasal 8 Ayat (1)
Dijelaskan dalam PP ini, bahwa program kewirausahaan itu dilakukan dengan pola
pembentukan dan pembinaan tenaga kerja mandiri, sistem padat karya, penerapan
teknologi tepat guna, pendayagunaan tenaga kerja sukarela, dan/atau pola lain yang
dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja.
Untuk mendukung program kewirausahaan itu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
akan memberikan fasilitas melalui kegiatan: a. Permodalan; b. Penjaminan; c.
Pendampingan; d. Pelatihan; e. Konsultasi; f. Bimbingan teknis; dan/atau g.
Penyediaan data dan informasi.
Dalam operasinya perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan nilai tambah
sebagai wujud kesejahteraan pekerja dan pengusaha yang berkelanjutan, untuk itu
pemerintah perlu memberikan pembinaan dan bimbingan konsultansi peningkatan
produktivitas sehingga akan tercipta nilai tambah yang semakin besar dan memiliki
daya saing yang semakin tinggi.
Dengan semakin besarnya nilai tambah yang diciptakan maka akan membuka peluang
untuk melakukan diversifikasi usaha ataupun ekpansi usaha yang akan menciptakan
kesempatan berusaha , sehingga akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas.
Contoh Penerapan Tools dan Teknik Produktivitas di Perusahaan
Pada tahun 2007 Telah dilakukan oleh Direktorat Produktivitas dan Kewirausahaan
bekerjasama dengan Asian Productivity Organization (APO) dalam bentuk
Bimbingan Konsultansi produktivitas kepada PT. Sarandi Karya Nugraha Komplek
Sentris E9, Cibatu-Cisaat, Sukabumi Jawa Barat 43152, Indonesia, Presiden
Direktur ,Mr. Isep Gojali ; memproduksi medical equipment, yang berlokasi di
Sukabumi- Jawa Barat.
5
Bimbingan konsultansi dilakukan selama 8 bulan dangan menerapkan tools dan teknik
produktivitas. untuk peningkatan mutu dan produktivitas di dalam SMEs yang mencakup
berbagai area-area seperti 5S, kaizen, manajemen mutu total (TQM), ISO9000,
informasi dan teknologi komunikasi-komunikasi (ICT), manajemen pengetahuan,
pengukuran produktivitas, atau bidang-bidang lain yang berhubungan.
Temuan pada Hasil diagnosa Persiapan:
a. Pabrik dengan satu luas/lebar lantai dari 6,000 seribu² nampak jauh lebih kecil
disbanding dengan luas sebesar itu.. disamping penuh dengan peralatan-peralatan
dan permesinan di dalam pabrik, sangat banyak works-in-process, produk-produk
rework, produk jadi untuk dikemas, berbagai yang dirakit atau separuh komponen-
komponen yang dirakit dan suku cadang nampak dicampur dengan simpang siur di
dalam bersama-sama[ produk utama seperti tempat tidur rumah sakit (50% ke luar
dari produk-produk total) dan lemari-lemari instrumen (15%) adalah limbak]. 5S
sangat diperlukan.
b. Rework
Tingkat Rework produk utama terlalu tinggi; berkisar pada 40% dari produksi total
dan pada 50% untuk cabinet. Menurut dugaan orang penyebab utama adalah(1)
mutu lebih rendah (banyak rupanya lubang-lubang kecil) dari bahan baku (metal?
sheets dan pipa-pipa) dan (2) pekerjaan proses dari pengecatan manual
pengecatan yang tidak merata di permukaan metal).
Secara teoritis, kemungkinan pemecahan nampak untuk mendapat(kan penyerahan
dari bahan baku dari kualitas yang baik melalui menjengkelkan menerima
pemeriksaan dan untuk memperkenalkan proses lukisan mesin.
c. Pemerikasan Penerimaan
ditandai satu tempat untuk menggolongkan bahan baku" di bawah pemeriksaan", "
lolosi" dan" ditolak", tetapi beberapa di antara mereka adalah juga dicampur di
dalam bersama-sama tanpa nota/catatan tertentu.
Tidak ada meja-meja untuk pekerjaan pemeriksaan diperlengkapi, sehingga
inspektur-inspektur sedang meletakkan semua penyerahan secara langsun di atas
lantai dan memeriksa dalam suatu berjongkok posisi.
d. Memotong/ Menekan/ Pengerjaan Dengan Messin/ Mengelas/ Finishing
6
Untuk menjaga dari kecelakaan selagi bekerja, semua operator harus memakai
barang-barang keselamatan yang digambarkan dipapan instruksi di masing-
masing tempat kerja. Papan merek di seksi pemotongan, sebagai contoh,
menggambarkan 4 barang-barang keselamatan: " google", " masker", " penutup
telinga" dan" hand-gloves". Hanya sedikit operator memakai mereka per instruksi.
Tempat kerja sungguh gelap pada masing-masing tempat kerja dengan langit-langit
tinggi tetapi lebih sedikit jendela kaca atap. Lampu-lampu berpijar tidak banyak
dalam jumlah menggantung tinggi dari langit-langit tidak memberi cahaya cukup.
Salah satu dari usul-usul adalah untuk gunakan plat-plat plastik bening pada
tempatnya di dalam penggantian atap-atap.
Semua proses pengerjaan metal menghasilkan suara gaduh dan Sangay bising
dengan nada sangat tinggi. Ini akan mempengaruhi kesehatan dari tidak hanya
operator pada setiap bagian tetapi juga semua pekerja di dalam pabrik, sepanjang
hari. Mereka yang berada di workshopharus memakai penutup telinga.
e. Menginventarisir di dalam Gudang
Produk-produk jadi:
Gudang dengan satu luas/lebar lantai dari 500 m² dan 6m di dalam tingginya
adalah penuh dengan inventori sekitar 2,000 potongan produk jadi (setara
dengan$ 100,000); 75% dari mereka diproduksi per pesanan pembelian dan
masih menunggu untuk instruksi penyerahan dari para pelanggan, meskipun
demikian itu adalah terlambat. Ini tidak hanya mempengaruhi arus kas
perusahaan, tetapi juga biaya-biaya banyak tenaga kerja dan waktu sia-sia untuk
penyerahan terlambat bekerja.
Hasil Yang dicapai
Setelah menerapkan 5S dan KAIZEN di Pabrik dihasilkan :
1. Karyawan Yang lebih disiplin
2. Karyawan telah dilatih menerapkan tolls dan teknik produktivitas
3. Proses produksi yang lebih cepat dengan memperpendek jarak proses
Production to Finished Good Before After
From materials to finished good 420m 210m
From Sub-con to finished good 216m 123m
From medium material to finished good 166m 30m
Ratio of toilet usage & total employee 1:25 1:10
7
4. Hasil produksi :
PRODUCTION DATA YEAR 2007 TO MAY 2009
Prodution
YEAR Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
‘07 2.730 2.745 1.139 0.352 0.574 1.231 1.229 1.908 2.783 2.594
3.49
6 4.700
Accm 2.730 5.475 6.614 6.966 7.540 8.771 10.000 11.908 14.691 17.285
20.7
81 25.481
‘08 2.640 1.687 2.006 2.305 1.422 1.455 2.485 2.011 3.363 4.478
4.00
6 5.655
Accm 2.639 4.326 6.332 8.637 10.059 11.514 13.999 16.010 19.373 23.851
27.8
57 33.512
Production total 07 : 25m & Total Prod 08 : 33m From the above data, there is an increase of production 31%
5. Efisiensi penggunaan Energi dari solar ke Gas (LPG)
Type Total Purchase 2007-
2008
(June-May)
Total Purchase
2008-2009
(June-May)
Solar
Gas Elpiji
235.805.562
0
0
114.030.000
Total Rp 235.805.562 114.030.000
6 . Peningkatan kesejahteraan Karyawan :
a. Dari 6 hari Kerja dalam seminggu menjadi 5 hari kerja
b. Dari 2 shift menjadi 1 shift
c. Kenaikan upah rata-rata 15% pada tahun 2008
d. Bagi karyawan senior yang berprestasi diberikan kesempatan untuk menjadi Subkon
PT. Sarandi, sehingga saat ini sdh terbentuk subkon (wiarusaha baru) sebanyak 22
subkon masing masing menyerap tenaga kerja antara 5 sampai dengan 20 orang.
Yang berarti terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak kuarng lebih 300 orang,
permodalan dibantu oleh PT. Sarandi sebagai penjamin kepada Lembaga Keuangan
dan menjamin produk mereka dibeli oleh PT. Sarandi karya Nugraha.
e. Seluruh pekerja diberkan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua (ASTEK)
8
Kesimpulan :
1. Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dapat dilakukan melalui penambahan
input Kuantitatif Yaitu : penambahan Jumlah Investasi dan Penambahan Jumlah
Tenaga Kerja, sehingga akan berdampak terhadap perencanaan TK dan
peningkatan keterampilan dan kompetensi SDM agar dapat diserap oleh Idustri yang
baru.
2. Disisi lain peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui input kualitatif dengan
cara meningkatkan kualitas Pekerja dan Kapital terpasang dengan cara
meningkatkan kompetensi Pekerja dan mengoptimalkan sistem dan mesin yang
tersedia di perusahaan agar dapat terciptanya Nilai Tambah yang lebih besar.
3. Dalam perluasan kesempatan kerja dapat dilakukan melalui bimbingan Konsultansi
dan pendampingan peningkatan produktivitas diperusahaan sehingga pada
gilirannya dapat menyerap tenaga kerja baru dengan mempertahankan tenagakerja
yang ada (tanpa PHK) sesuai dengan PP. No.3 tahun 2013 tentang Perluasan
Kesempatan Kerja
9