Download docx - Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Transcript
Page 1: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

FUNGSI OTAK:1. lobus frontalis

untuk proses belajar, abstraksi2. lobus temporal

untuk diskriminasi bunyi,

3. lobus parietaldiskriminasi waktu

4. oocipitaldiskriminasi visual dan beberapa aspek memori

5. sistim limbicperhatian, memori, daya ingat, flight of idea

Gangguan mental organic

Definisi

Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik

atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri, termasuk gangguan mental

simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder

dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral)

PPDGJ III

Etiologi

o Etiologi Organobiologik

Penyakit otak (serebral) seperti gangguan degenerative, infeksi pada

otak, gangguan cerebrovaskular, trauma kapitis, epilepsy, neoplasma,

toksik (NAPZA), dan herediter.

Penyakit sistemik (Ekstracerebral) seperti gangguan metabolisme,

endokrin/hormonal, infeksi sistemik atau penyakit autoimun.

o Etiologi Psikologik

Seperti krisis yaitu suatu kejadian yang mendadak ; konflik, suatu

pertentangan batin; tekanan khususnya dalam dirinya, seperti kondisi

fisik yang tidak ideal; frustasi, suatu kegagalan dalam mencapai

Page 2: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

tujuan; dan sudut pendidikan dan perkembangan seperti salah asih,

salah asah, salah asuh; dan tak perpenuhinya kebutuhan psikologik

seperti rasa aman, nyaman, perhatian, kasih saying.

o Etiologi Sosio-kultural

Problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, problem hokum /

criminal dan problrm psikososial lainnya.

Simposium Sehari Kesehatan Jiwa, dr. Dan Hidayat SpKJ

MANIFESTASI KLINIS

1. Gangguan fungsi kognitif

Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya

belajar (learning).

2. Gangguan sensorium

Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian

(attention).

3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang:

Persepsi (halusinasi)

Isi pikiran (waham/delusi)

Suasana perasaandan emosi (depresi, gembira, cemas)

PPDGJ III

Klasifikasi

Blok Gangguan Mental Organik menggunakan 2 kode :

Sindrom psikopatologik (misalnya, Demensia)

Page 3: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Gangguan yang mendasari (misalnya, Penyakit Alzheimer) PPDGJ III

DEMENSIA

Definisi

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan

fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat

dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan

ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian,

dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian

pasien juga terpengaruhi.

SINOPSIS PSIKIATRI , KAPLAN DAN SADOCK

Page 4: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat

kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang

multipel

(PPDGJ-III )

Suatu defisit yang didapat dalam fungsi intelektual, termasuk gangguan

bahasa, kognisi ( perhitungan, pertimbangan, dan abstraksi ), ketrampilan

visuo-spasial, dan ingatan

( BUKU SAKU PSIKIATRI, EGC )

etiologi

Obat-obatan : anticholinergics (mis.Atropin dan senyawa sejenis); antikonvulsan (mis. Phenytoin, barbiturat); antihipertensi (clonidirie, methydopa, propranolol); psychotropics (haloperidol, phenothiazines); dan lain-lain (misalnya: quinidine, bromide, paraldehyde, disulfiram).

Metabolic-gangguan sistemik gangguan elektrolit atau asam-basa; hypo-, hyperglycemia; anemia berat; polycythemia Vera; hyperlipidemia; gagal hepar; uremia; insufisiensi pulmonal; hypopituitarism; dysfungsi thyroid, adrenal, atau parathyroid; dysfungsi cardiac; degenerasi hepatolenticular.

Gangguan Intracranial : insufisiensi cerebrovascular, meningitis atau encephalitis khronis, neurosyphilis, epilepsy, tumor, abscess, hematoma subdural, multiple sclerosis, normal pressure hydrocephalus.

Keadaan defisiensi : vitamin B12, defisiensi folat, pellagra (niacin).

Gangguan collagen-vascular : systemic lupus erythematosus, temporal arteritis, sarcoidosis, syndrom Behcet.

lntoksikasl eksogen : alcohol, carbon monoxide, organophosphates, loluene, trichloroethylene, carbon disulfide, timbal (lead), mercury, arsenic, thallium, manganese, nitrobenzene, anilines, btomide, hydrocarbons.

(Kecerdasan pada usia lanjut dan demensia,FKUI,Prof.Dr.dr.SM.Lumbantobing)

Page 5: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Dari segi etiologi dibedakan antara demensia reversibel dan

irreversibel. Untuk demensia reversible penyebabnya adalah :

1. Drugs

Antidepresi, antiansietas, sedatif, antiaritmia, antihipertensi,

antikonvulsan, obat-obat jantung termasuk digitalis, obat-obat

antikolmergik.

2. Emosi/depresi

Depresi, shizofrenta, mania, psikosis.

3. Metabolik / endokrin

Penyakit tiroid, hipoglikemi, hipernatremi dan hiponatremi,

hiperklasemi, gagal ginjal, gagal hati, penyakit Cushing, penyakit

wilson.

4. Eye/ear nutrisi

Difensiasi tiamin, difensiasi vitamin B12 (anemia pernisiosa), Difensiasi

asam fosfat, difensiasi vitamin B6 (pellagra).

5. Trauma

Trauma kranioserebal, hematon subdural akut dan kronis.

6. Tumor

Glioma, meningioma, tumor metastatis.

7. Infeksi

Meningitis dan ensefalitis bakterialis, meningitis dan ensefalitis Akibat

jamur, meningitis akibat kriptokokus, meningitis dan Ensefalitis viral,

abses otak, neurosifilis, AIDS.

8. Autoimun

Page 6: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Lupus eritematosus diseminata, multiple sklerosis. Dan di samping itu

ada juga arterioseklerosis dan alkohol.

Untuk dementia yang irreversibel penyebabnya adalah:

1. Penyakit degeneratif

Penyakit Alzaimer, dementia Frontotemporal, penyakit Huntington,

penyakit Parkinson, penyakit Lewy bodies, atrofi olivopontoserebelar,

amiotropik lateral sklerosis/ dementia parkinsonism kompleks.

2. Penyakit vaskular

Infrak multipel, emboli serebral, arteritis, anoksia skunder akibat henti

jantung, gagal jantung atau keracunan karbon monoksida.

3. Trauma

Trauma kranioserebral berat

4. Infeksi

Sub akut spongiform ensefalopati (creutzfeldt-jacob disease), post

ensefalitis, Leukoensefalopati multifokal progresif.

Klasifikasi

Demensia tipe Alzheimer

Demensia Vaskular

Demensia karena kondisi medis umum

Demensia karena penyakit HIV

Demensia karena trauma kepala

Demensia karena penyakit Parkinson

Demensia karena penyakit Huntington

Demensia karena penyakit pick

Demensia karena penyakit Creutfeldt- Jacob

Page 7: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Demensia menetap akibat zat

Demensia karena penyebab multiple

Demensia yang tidak ditentukan (YTT)

Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

1) Dari segi gambaran klinik :

Demensia global

Global : menyeluruh. Kemunduran fungsi diseluruh bidang

Demensia afasik

Afasia : tidak bisa berbahasa. Kemunduran terutama di bidang bahasa.

Demensia visuoperseptif.

Kemunduran terutama di bidang visual, memahami rangsang visual ( penglihatan )

2) Dari segi anatomi dibedakan antara ;

Demensia kortikal

Demensia yang terjadi karena kerusakan di daerah korteks otak

Demensia subkortikal

Demensia yang terjadi karena kerusakan di daerah subkorteks, misalnya di daerah ganglia basal.

3) Dari segi etiologi dan perjalanan penyakit

Demensia yang reversibel

Demensia irreversibel

(NEUROGERIATRI,FKUI,Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing,SpS(K),SpKJ)

KLASIFIKASI

a. Demensia tipe alzheimerSINOPSIS PSIKIATRI PPDGJ-III

Page 8: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan

kemampuan dalam mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )

2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan

untuk aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh )

c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik adalah utuh )

d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak )

Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan penurunan kognitif yang terus-menerus

Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan salah satu dari berikut :1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang

menyebabkan defisit progresif dalam daya ingat dan kognisi ( misalnya, penyakit serebrovaskular, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural, hidrosefalus tekanan normal, tumor otak )

2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia ( misalnya, hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV )

3) Kondisi akibat zat Defisit tidak terjadi semata-mata selama

perjalanan suatu delirium Gangguan tidak lebih baik diterangkan

oleh gangguan aksis I lainnya ( misalnya, gangguan depresif berat, skizofrenia )

Terdapatnya gejala demensia Onset bertahap ( insidious onset

) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba” orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil ( plateau ) secara nyata

Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus, yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia ( misalnya hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma subdural

Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neurologik kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu ( walaupun fenomena ini dikemudian hari dapat bertumpang tindih )

b.Demensia vaskularSINOPSIS PSIKIATRI PPDGJ-III

Page 9: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan

kemampuan dalam mempelajari informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )

2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan

untuk aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh )

c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik adalah utuh )

d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak )

Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

Tanda dan gejala neurologis fokal ( misalnya, peninggian refleks tendon dalam, respon ekstensor plantar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelamahan pada satu ekstremitas ) atau tanda” laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskular ( misalnya, infark multipel yang mengenai korteks dan substansia putih di bawahnya )yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan gangguan

Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium

Terdapatnya gejala demensia Hendaya fungsi kognitif

biasanya tidak merata ( mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik dari ( insight ) dan daya nilai (judgment) secara relatif tetap baik

Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan neuropatologis

c. Demensia karena kondisi medis umum lainSINOPSIS PSIKIATRI

Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari

informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )

2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun

fungsi motorik adalah utuh )c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda

walaupun fungsi sensorik adalah utuh )d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,

Page 10: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan

yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari salah satu kondisi medis yang tertulis di bawah ini

Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium

d.Demensia menetap akibat zatSINOPSIS PSIKIATRI

Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :1) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari

informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )

2) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :a) Afasia ( gangguan bahasa )b) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun

fungsi motorik adalah utuh )c) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda

walaupun fungsi sensorik adalah utuh )d) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,

mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan

yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

Defisit tidak terjadi semata” hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat

Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat ( misalnya, suatu obat yang disalahgunakan, medikasi )

e.Demensia karena penyebab multipelSINOPSIS PSIKIATRI

Perkembangan defisit kognitif yang dimanifestasikan oleh baik :3) Gangguan daya ingat ( gangguan kemampuan dalam mempelajari

informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya )

4) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut :e) Afasia ( gangguan bahasa )f) Apraksia ( gangguan kemampuan untuk aktivitas motorik walaupun

fungsi motorik adalah utuh )g) Agnosia ( kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda

walaupun fungsi sensorik adalah utuh )h) Gangguan dalam fungsi eksekutif ( yaitu merencanakan,

mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak ) Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing” menyebabkan gangguan

yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya

Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan memiliki lebih dari satu penyebab ( misalnya,

Page 11: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

trauma kepala ditambah penggunaan alkohol kronis, demensia tipe Alzheimer dengan perkembagan demensia vaskular selanjutnya )

Defisit tidak terjadi semata” selama perjalanan delirium

f. Demensia yang tidak ditentukanSINOPSIS PSIKIATRI

Kategori ini digunakan untuk mendiagnosis demensia yang tidak memenuhi kriteria tipe spesifik yang dijelaskan dalam bagian ini. Contohnya adalah gambaran klinis demensia yang tidak terdapat bukti cukup untuk menegakkan etiologi spesifik

Page 12: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Berdasarkan tahapannya:

1. Normal / ditentukan dengan BSF dan AAMI (Aged associated memory impairtment)

2. Pre demensia (CIND dan MCI) Pikunnya pasiennya lebih singkat.

3. Demensia

Page 13: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Patofisiologi

Dementia Degeneratif Primer

Dikenal juga dengan nama dementia tipe alzheimer, adalah suatu keadaan yang

meliputi perubahan dari jumlah, struktur dan fungsi neuron di daerah tertentu

dari kortex otak. Terjadi kekusutan neurofiblier dan plak-plak neurit dan

perubahan aktivitas kolinergik di daerah-daerah tertentu di otak. Penyebab tidak

diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya

faktor kromosom atau genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam

aluminium, akibat infeksi virus lambat/ pengaruh lingkungan lain.

Dementia Multi Infark

Dementia ini merupakan jenis kedua terbanyak setelah penyakit alzheimer. Bisa

didapatkan secara tersendiri atau bersama dengan dementia jenis lain.

Didapatkan sebagai akibat/ gejala sisa dari stroke kortikal atau subkortikal yang

berulang. Oleh karena lesi di otak seringkali tidak terlalu besar, gejala strokenya

( berupa defisit neurologik) tidak jelas terlihat. Dapatan yang khas adalah bahwa

gejala dan tanda menunjukkan penurunan bertingkat (stepwise), di mana setiap

episode akut menurunkan keadaan kognitifnya. Hal ini berbeda dengan dapatan

pada penyakit alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif

pada penyakit alzheimer, di mana gejala dan tanda akan berlangsung progresif.

Page 14: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Dementia pada Penyakit Neurologik

Berbagai penyakit neurologik sering disertai dengan gejala dementia.

Diantaranya yang tersering adalah penyakit parkinson, khorea huntington dan

Page 15: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

hidrocephalus bertekanan normal. Gejala mirip dementia sub kortikal, yaitu

selain didapatkan dementia juga gejala postur dan langkah (gait) serta depresi.

Sindroma Amnestik dan Pelupa Benigna Akibat Penuaan

Pada dementia amnestik terdapat gangguan menori (daya ingat)/ hal yang baru

terjadi, biasanya penyebabnya adalah :

–>Defisiensi tiamin ( sering akibat pemakaian alkohol berlebihan )

–>Lesi pada struktur otak bagian temporal tengah ( akibat trauma atau anoksia )

–>Iskemia global translen (sepintas) akibat insufisiensi cerebrovaskuler.

4.Penyakit alzheimer

Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary

Tangles (NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar

mengenai daerah asosiasi korteks khususnya pada aspek medial dari lobus

temporal.

Meskipun adanya NFTs dan plak senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer,

mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab, dapat juga ditemukan pada

berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan Alzheimer,

seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia

pugilistika dan pada proses penuaan normal. Distribusi NFTs dan plak senilis

harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati topograpfik yang khas untuk

Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di

hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila

terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil

sudah merupakan suatu keadaaan yang abnormal.

Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang dapat dijumpai

pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan memori,

meliputi : (1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich (2) Benang-benang

neuropil Braak , serta (3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.

Page 16: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang

mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-

bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang

berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-

lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel neuron terutrama pada

daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-neuron yang

bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter

asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan

terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.

gejala klinis

Pada stadium awal demensia pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental, fatigue, dan kecenderungan

Page 17: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

untuk gagal jika suatu tugas adalah baru atau kompleks atau memerlukan penggeseran strategi pemecahan maslah. Defek utama dalam demensia melibatkan orientasi, ingatan, persepsi, fungsi intelektual, dan pemikiran, dan semua fungsi tersebut menjadi secara progresif terkena saat proses penyakit berlanjut.

G angguan Daya Ingat

Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan biasanya paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi, seperti melupakan nomor telepon, perca-kapan, dan peristiwa hari tersebut. Saat perjalanan dimensia berkembang, gangguan emosional menjadi parah, dan hanya informasi yang dipelajari paling baik (sebagai contohnya, tempat kelahiran) dipertahankan.

Orientasi

Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu, orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. Tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.

Gangguan Bahasa

Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa mungkin ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik, tidak tepat, atau berputar-putar. Pasien mungkin juga memiliki kesulitan dalam menyebutkan nama suatu benda.

Perubahan Kepribadian

Page 18: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Sifat kepribadian sebelumnya mungkin diperkuat selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga mungkin menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek perilaku mereka terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham paranoid biasanya bersikap bermusuhan terhadap anggota keluarga dan pengasuhnya. Pasien dengan gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak.

Psikosis

Diperkirakan 20 sampai 30 persen pasien demensia, terutama pasien dengan demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 sampai 40 persen pasien memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik (kejar) dan tidak sistematik, walaupun waham yang kompleks, menetap, tersistematik dengan baik juga dilaporkan pada pasien demensia. Agresi fisik dan bentuk kekerasan lainnya adalah sering pada pasien demensia yang juga mempunyai gejala psikotik.

Gangguan Lain

Psikiatrik. Di samping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40 sarnpai 50 persen pasien demensia, walaupun sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis-yaitu, emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.

Neurologis. Tanda neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia adalah kejang, yang terlihat pada kira-kira 10 persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer dan 20 persen pasien dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis yang atipikal, seperti sindroma lobus parietalis nondominan. Refleks primitif-seperti refleks menggenggam, moncong, mengisap, kaki-tonik, dan palmomental mungkin ditemukan pada pemeriksaan neurologis, dan jerks mioklonik ditemukan pada 5 sampai 10 persen pasien.

Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan-seperti nyeri kepala, pusing, pingsan,

Page 19: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur-mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartria, dan disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan demensia lain.

Reaksi katastropik. Pasien mempunyai kesulitan dalam generalisasi dari suatu contoh tunggal dalam membentuk konsep, dan dalam mengambil perbedaan dan persamaan di antara konsep-konsep. Selanjutnya, kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk memberikan alasan secara logis dan untuk membuat pertimbangan yang sehat adalah terganggu. Goldstein juga menggambarkan suatu reaksi katastropik, yang ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah keadaan yang me-negangkan. Pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subyek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain. Tidak adanya pertimbangan kontrol impuls yang buruk sering ditemukan khususnya pada demensia yang terutama mempengaruhi lobus frontalis. Contoh dari gangguan tersebut adalah bahasa yang kasar, humor yang tidak sesuai, pengabaian penampilan dan higine pribadi, dan mengabaikan aturan konvensional tingkah laku sosial.

Sindroma "sundowner." Sindroma downer ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif. Sindroma juga terjadi pada pasien demensia jika stimuli eksternal, seperti cahaya dan isyarat yang menyatakan interpersonal adalah menghilang.

Onset yang perlahan-lahan dengan perjalanan yang memburuk secara progresif, tidak adanya tanda neurologis, tidak adanya riwayat trauma atau penyakit serebrovaskular, hasil tes darah yang normal, dan bukti atrofi kortikal pada CT scan berarti diagnosis demensia tipe Alzheimer. Karena tidak terdapat ciri psikotik atau gangguan mood, diagnosis dicatat tanpa komplikasi. Beratnya demensia dinyatakan sebagai moderat karena pasien memerlukan suatu pengawasan.

Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

Page 20: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Gangguan Psikologis Gangguan Perilaku

Jenis Bentuk Jenis Bentuk

1. Waham (Delusi)

·  Isi pikiran yang salah diyakini kebenarannya

·  Tidak dpt dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada

1.  Wandering

·  Mondar-mandir·  Mencari-cari/

membututi pengasuh/keluarga/ orang lain kemana pun pergi.

·  Berjalan mengelilingi rumah

·  Keluar rumah /kabur /keluyuran

2. Halusinasi ·  Halusinasi dengar

·  Halusinasi penglihatan

·  Halusinasi Haptic

2.  Restlessness

Sangat gelisah sehingga tidak bisa diam barang sejenak

3. Misidentifikasi / Mispersepsi

·  Merasa bukan dirinya

·  Merasa bahwa istri/suami bukan lagi pasangan hidupnya

·  Tidak dapat mengidentifikasi kejadian

3.  Agitasi Aktivitas verbal (bicara) maupun motorik (fisik) yang berlebihan dan tidak selaras. Misalnya marah-marah, ngamuk-ngamuk, ngomel terus, dsb.

4. Depresi ·  Murung, sedih, menangis

·  Ingin mengakhiri hidupnya

·  Uring-uringan dan mudah tersinggung

4. Agresivitas ·  Agresivitas fisik seperti : memukul, menendang, mendorong, mencakar, menggigit orang atau menggerayangi barang orang lain

·  Agresivitas Verbal seperti : menjerit, berteriak, membuat

Page 21: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

suara gaduh, marah meledak-ledak.

5. Apatis ·  Tak ada minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai, termasuk kegiatan sehari-hari.

·  Perawatan diri terganggu.

·  Interaksi sosial menjadi sangat berkurang.

5. Disinhibisi Kelakuan yang tidak sesuai budaya dan norma-norma sosial yang berlaku karena terganggunya/hilangnya fungsi pengendalian diri. Perilakunya menjadi kurang sopan, kurang terpuji, memalukan dan sebagainya.

6.   Cemas ·  Menanyakan hal yang sama berulang-ulang

·  Meremas-remas tangan

·  Tidak dapat duduk diam

Pedoman diagnostic

ANAMNESIS

Data anamnesis diambil dari pasien dan anggota keluarganya. Karena umumnya pasien tidak lagi dapat memberikan keterangan yang akurat karena gangguan fungsi mentai yang dideritanya, maka keterangan keluarga, kawan ataupun teman sekerjanya sangat penting untuk maksud verifikasi informasi yang telah disampaikan oleh paisen. Di samping itu alo-anamnesis juga berguna untuk penelusuran informasi lebih jauh.

Alo-anamneis tersebut lebih bail< dilakukan tanpa pasien ikut serta dalam wawancara, untuk menghindari distorsi informasi yang timbul akibat rasa sungkan pada pasien. Sehingga data yang diambil benar-benar akurat. Bagi seorang dokter perlu mencari data pokok menuju diagnosis

Page 22: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

demensia. Sintomatologi yang penting dan harus dicari tersebut adalah :

1. Perubahan tingkah laku. Secara umum, apakah pasien menunjukkan tingkah laku yang berubah dibanding sebelumnya ? Bila ya, bagaimana perubahan yang terjadi tersebut ? Apakah perubahaan tersebut secara pelan-pelan namun konsisten ( penyakit degeneratif ) ? Atau berciri bertahap, setiap tahap terjadi mendadak. dan semakin memburuk (stepwise alterations) sebagai ciri DMI ?

2. Perubahan emosi dan hubungan sosial. - Perubahan emosi bisa merupakan simton dari demensia maupun

depresi. Maka perlu dicari lebih lanjut tanda-tanda depresi lainnya.

- Adakah kecemasan dan agitasi ? Apakah pasien merasa ”semua serba tidak betul" ?

- Apakah gairah kerja, kehangatan dengan keluarga. dan kegiatan hobinya menurun ?

- Adakah tanda-tanda paranoia atau konfabulasi ?

- Adakah keluhan-keluhan fisik yang tak ada kaitannya dengan kelainan fisiknya (psikosomatik) ?

- Apakah pasien menunjukkan perubahan tingkah laku yang memalukan ?

- Adakah penurunan gairah seksual ?

- Apakah tidak mau lagi melakukan perkumpulan atau pertemuan sosial lainnya? Juga apakah pertimbangan dan keputusan sosialnya terganggu ?

- Apakah sekarang lebih temperamental, mudah tersinggung atau agresif ?

Page 23: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

3. Kemunduran fungsi kognitif. - Apakah daya ingat ( memori ) nya terganggu ?

Daya ingat ini merupakan data yang paling penting, mengingat demensia apapun penyebabnya mempunyai gejala awal berupa kemunduran daya ingat. Pada stadium awal, memori yang terganggu adalah memori yang baru. Jadi, mintalah pasien untuk mengingat hal-hal yang baru terjadi. Umumnya ingatan jangka panjangnya masih cukup baik.

- Apakah pasien mendapat kesulitan dalam melakukan pekerjaannya ?

Karena " abstract reasoning" dan konseptualisasi pasien terganggu, umumnya akan mendapat kesulitan dalam bekerja, khususnya menyelesaikan masalah yang non-rutin atau yang agak rumit.

- Apakah (pasien sering tersesat ketika berjalan atau berkendaraan di lingkungan yang baru/tempat yang tidak rutin dilalui ?

Pasien demensia, khususnya karena penyakit Alzheimer sering mengalami disorientasi visuospasial dan geografi.

- Apakah pasien mendapat kesulitan dan sering membuat kesalahan dalam melakukan aktivitas motorik yang kompleks?

Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya apraksia. Bila dengan menanyakan apakah ada kesulitan dalam mengancingkan baju, memasang tali sepatu dan kegiatan sehan-hari yang membutuhkan ketrampilan motorik kompleks lainnya.

- Bagaimana kemampuan berbahasanya ?

Apakah ada tanda-tanda bicara melantur lepas dari konteks (tangensial)? Bicara tidak " to the pint " ( sirkumlokusi ) ? Kesulitan dalam menjelaskan hal-hal yang kompleks apalagi ka!au materinya banyak? Kesulitan dalam mengingat nama orang atau benda (anomia)? Kesulitan dalam menulis ( agrafia ) ?

Page 24: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

4. Tingkat kesadaran. Apakah tingkat kesadarannya berfluktuasi ? Bila ya, hal tersebut bukan ciri dari demensia tetapi lebih cocok untuk delirium. Tingkat kesadaran pada demensia umumnya baik dan konsisten .

. Data anamnesis sebagaimana yang terlera di atas diperlukan untuk keperluan diagnosis klinik demensia. Selanjutnya, karena faktor penyebab demensia cukup banyak maka hal-hal di bawah ini juga perlu ditanyakan pada pasien-pasien yang diduga mengidap demensia. - Penyaki serebrovaskuler. Tanyakan riwayat TIA, hipertensi,

DM, riwayat stroke sebeiumnya.

- Serangan epilepsi. Bila karena sebab-sebab vaskuler atau neoptastik.

- Sakit kepala. Dapat dikaitkan dengan tumor otak, infeksi susunan saraf pusat, hidrosefalus atau depresi.

- Gerak involunter. Adanya khorea rrlengarahkan pernikiran ke khorea Huntington.

- Keseimbangan tubuh terganggu. Mengarah ke parkinsonisme dan ”progressive supranuclear palsy". Dapat juga terjadi pada hidrosefalus.

- Riwayat operasi kelenjar tiroid atau gejala hipotiroidi. Demensia bisa merupakan simton dari miksudema.

Page 25: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

- Riwayat perdarahan subarakhnoidea. Bisa berkembang menjadi hidrosefalus.

- Trauma. Trauma bisa menimbulkan demensia akihat hematom subdural. Riwayat trauma sebelumnya bisa membawa pemikiran adanya kerusakan jaringan otak yang menyebabkan demensia.

- Riwayat penyakit kelamin. Sifilis bisa menyebabkan demensia paralitka.

- Karsinoma. Secara khusus yang berasal dari jaringan retikuloendotelium. Pengaruh metastase langsung ke otak atau " remote effect" bisa menimbulkan simtom demensia.

- Penggunaan obat-obatan jangka panjang. Obat yang potensial menimbulkan efek demensia adalah barbiturat, anti depresan. dan obat-obat psikotropik.

- Penggunaan alkohol dan obat-obat tertarang/narkotika.

- Riwayat AIDS.

a. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium rutin

- Darah lengkap mendeteksi kelainan sistemik dan blood dyscrasia.

- Urinalisis infeksi saluran kemih dan diabetes- Elektrolit serum mendeteksi gangguan elektrolit/metabolik- Kalsium darah mendeteksi hiper/hipokalsemia- BUN mendeteksi uremia- Fungsi hati mendeteksi ensefalopati hepatik- Hormon tiroid mendeteksi hipo/hipertiroidisme- Kadar asam folat & vit.B12 serum mendeteksi defisiensi.- Absorpsi antibodi treponemal fluresen mendeteksi neurosifilis

dann pemeriksaan HIV pd pasien resiko tingi hanya atas indikasi. Diagnosis Pencitraan (imaging)

CT scan, MRI sangat membantu dan harus dilakukan bila perjalanan klinis demensia atipikal, awitan (onset) demensia dibawah 60 tahun, ada kecurigaan meningitis, hidrosefalus, riwayat tumor/kanker, riwayat pemakaian obat antikoagulan/blood discrasia, strbke, lesi fokal, riwayat inkontinensia urine, gangguan gait pada awal demensia atau curiga

Page 26: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

hematom (trauma kapitis) sebagai penyebab demensia.

PET (positron emission tomography) dan SPEeT (single photon emission computed tomography) dapat memperlihatkan kelainan metabolik pasien Alzheimer di kedua kortek temporoparietal namun pemeriksaan ini tidak spesifik dan tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin demensia,

Pemeriksaan EEG Pemeriksaan cairan otak

Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan (onset) demensia akut (< 8 minggu), penyandang dengan imunosupresan, rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal (nyeri kepala, kejang dan neuropati saraf otak), hidrosefalus normotensif, tes Sifilis (+), penyangatan meningeal pada CT scan (meningitis).

Pemeriksaan genetikaApolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid

polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4. Setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda. Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia Alzheimer tipe awitan (onset) lambat atau tipee sporadik menyebabkan pemakaian genotip APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin meningkat. Namun demikian evaluasi genotipe APOE adalah tidak berguna bila secara klinis tidak ditemukan gejala Alzheimer karena banyak orang dengan tes allel 4 positif tidak memperlihatkan tanda-tanda Alzheimer. National Institute of Health U.S.A (1997) menganjurkan penyelidikan ulang dalam pemakaian marker ini.

Marker-marker lain yaitu tau, Amiloid beta 42, protein p 97, dan mutasi mitokondria masih dalam penelitian. Pemeriksaan marker-marker ini masih terlalu dini dan tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.

Konsensus pengenalan & penatalaksanaan demensia Alzheimer & demensia lainnya, Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003

Perbedaan delirium dan demensia

Page 27: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Gambaran Delirium DemensiaRiwayat Penyakit akut Penyakit kronikAwal Cepat Lambat launSebab Terdapat penyakit lain

(infeksi, dehidrasi, guna/putus obat

Biasanya penyakit otak kronik (spt Alzheimer, demensia vaskular)

Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahunPerjalanan sakit Naik turun Kronik progresifTaraf kesadaran Naik turun NormalOrientasi Terganggu, periodik Intak pada awalnyaAfek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemasAlam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnyaBahasa Lamban, inkoheren,

inadekuatSulit menemukan istilah tepat

Daya ingat Jangka pendek terganggu nyata

Jangka pendek & panjang terganggu

Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali sundowning

Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran NormalTidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus

tidurnyaAtensi & kesadaran

Amat terganggu Sedikit terganggu

Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibelPenanganan Segera Perlu tapi tak segera

Delirium Demensia

Terjadi secara tiba-tiba Terjadi secara perlahan

Berlangsung selama beberapa minggu

Bisa menetap

Berhubungan dengan pemakaian Bisa tanpa penyakit

Page 28: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

obat atau gejala putus obat, penyakit berat, kelainan metabolisme

Hampir selalu memburuk di malam hari

Sering bertambah buruk di malam hari

Tidak mampu memusatkan perhatian Perhatiannya 'mengembara'

Kesiagaan berfluktuasi dari letargi menjadi agitasi

Kesiagaan seringkali berkurang

Orientasi terhadap lingkungan bervariasi

Orientasi terhadap lingkungan terganggu

Bahasanya lambat, seringkali tidak dapat dimengerti & tidak tepat

Kadang mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yg tepat

Ingatannya bercampur baur, linglungIngatannya hilang, terutama untuk peristiwa yang baru saja terjadi

Gambaran Demensia Delirium Pseudodemensia

Umur

Riwayat

Awal

Lamanya

Perjalanan

Biasanya lansia

Kronik

Lambat laun

Berbulan-bulan/

bertahun-tahun

Tak spesifik

Akut

Cepat

Berhari-hari/

berminggu-

minggu

Tak spesifik

Gangguan afek

Samar

Berhari-hari/

berminggu-minggu

Page 29: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Taraf

kesadaran

Orientasi

Afek

Alam pikiran

Daya Ingat

Persepsi

Psikomotor

Tidur

Atensi &

kesadaran

Reversibilitas

Kronik progresif

Normal

Intak pd awalnya

Labil tapi tidak

cemas

Turun jumlahnya

Jgk pendek dan

jgk panjang

terganggu

Halusinasi jarang

(kecuali fase

berat)

Normal (kecuali

fase berat)

Sedikit

terganggu

Sedikit

terganggu

Umumnya

ireversibel

Naik turun

Naik turun

Terganggu,perio

dik

Cemas dan

iritabel

Sering terganggu

Jgk pendek

terganggu secara

nyata

Halusinasi

(terutama visual)

Retardasi, agitasi

,atau campuran

Terganggu

Amat terganggu

Sering reversibel

Cepat

Distress

Apatis

Depresi

Turun jumlahnya

Agak terganggu

Kadang-kadang

Apatis

Terganggu

Apatis

Reversibel

DD

1.Delirium

Page 30: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

      Gangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada dementia. Delirium juga dicirikan oleh menurunnya kemampuan untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian secara wajar. Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara dementia menununjukkan gejala yang relatif lebih stabil. Gangguan kognitif yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan lebih mengarah kepada dementia. Delirium dapat menutupi gejala dementia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi delirium atau dementia, maka dianjurkan untuk memilih dementia sebagai diagnosis sementara, dan mengamati penderita lebih lanjut secara cermat untuk menemukan gangguan yang sebenarnya

2. Amnesia

      Amnesia dicirikan oleh gangguan memori yang berat tanpa gangguan fungsi kognitif lainnya (afasia, apraksia, agnosia, dan gangguan fungsi eksekutif)

3. Retardasi Mental

      Retardasi mental dicirikan oleh fungsi intelektual di bawah rata-rata, yang diiringi oleh gangguan dalam penyesuaian diri, yang awitannya di bawah 18 tahun. Apabila dementia tampak pada usia di bawah 18 tahun, diagnosis dementia dan retardasi mental dapt ditegakkan bersama jika kriterianya terpenuhi

4. Skizofrenia

      Pada skizofrenia, mungkin terjadi gangguan kognitif multipleks, tetapi skizofrenia muncul pada usia lebih muda, di samping itu, dicirikan oleh gejala yang khas tanpa disertai etiologi yang spesifik. Yang khas, gangguan kognitif pada skizofrenia jauh lebih berat daripada gangguan kognitif pada dementia

5. Depresi

      Depresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan memori, sulit berpikir dan berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan intelektual secara menyeluruh. Terkadang penderita menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status mental

Page 31: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

dan neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, seringkali sulit untuk menentukan apakah gejal kognitif merupakan gejala dementia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan melalui pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan yang ada, urutan munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif, perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta hasil pengobatan. Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat perbedaan antara dementia dengan depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua diagnosis dapat ditegakkan bersama

Demensia Tipe Alzheimer lawan Demensia Vaskular

Biasanya, demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer dengan pemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama suatu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit serebrovaskular.

Demensia Vaskular lawan Serangan Iskemik Transien

Serangan iskemik transien (transient ischemic attacks) adalah episode singkat disfungsi neurologis fokal yang berlangsung kurang dari 24 jam (biasanya 5 sampai 15 menit). Walaupun terdapat berbagai mekanisme yang mungkin bertanggung jawab, episode seringkali disebabkan oleh mikroembolisasi dari suatu lesi intrakranial proksimal yang menyebabkan iskemia otak transien, dan episode biasanya menghilang tanpa perubahan patologis yang bermakna pada jaringan parenkim Kira-kira sepertiga pasien dengan serangan iske-mik transien yang tidak diobati selanjutnya mengalami suatu infark otak; dengan demikian, pengenalan serangan iskemik transien adalah suatu strategi klinis yang penting untuk mencegah infark otak.

Page 32: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Dokter harus membedakan episode yang mengenai sistem vertebrobasilar dari yang mengenai sistem arteri karotis. Pada umumnya, gejala penyakit vertebrobasilar mencerminkan suatu gang-guan fungsional transien pada batang otak atau lobus osipital; gejala distribusi karotis mencerminkan kelainan retina atau hemisferik unilateral. Terapi antikoagulan, obat anti-aglutinasi trombosit seperti acetylsalicylic acid (aspirin), dan pembedahan rekonstruktif pembuluh darah ekstrakranial dan intrakranial telah dilaporkan efektif dalam menurunkan risiko infark pada pasien dengan serangan iskemik transien.

Delirium

Pembedaan antara delirium dan demensia mungkin lebih sulit dibandingkan yang dinyatakan oleh DSM-IV. Tetapi, pada umumnya, delirium dibedakan oleh adanya onset yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif selama perjalanan hari, eksaserbasi nokturnal dari gejala, gangguan jelas pada siklus bangun-tidur, dan gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol

Depresi

Beberapa pasien dengan depresi mempunyai gejala gangguan kognitif yang dapat sulit dibedakan dari gejala demensia. Gambaran klinis seringkali disebut sebagai pseudodemensia, walaupun istilah disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi adalah istilah yang lebih disukai dan lebih deskriptif. Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala depresif yang menonjol, mempunyai lebih banyak tilikan terhadap gejalanya dibandingkan pasien demensia, dan seringkali mempunyai riwayat episode depresif di masa lalu.

Gangguan Buatan Factitious Disorders)

Orang yang berusaha mensimulasi kehilangan ingatan, seperti pada gangguan buatan, melakukan hal tersebut dalam cara yang aneh dan tidak konsisten. Pada demensia yang sesungguhnya, ingatan akan tempat dan waktu hilang sebelum ingatan terhadap orang, dan ingatan yang belum lama hilng sebelum ingatan yang lama.

Page 33: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Skizofrenia

Walaupun skizofrenia mungkin disertai dengan suatu derajat gangguan intelektual didapat, gejalanya jauh kurang berat dibandingkan gejala yang berhubungan dengan psikosis dan gangguan pikiran yang ditemukan pada demensia.

Penuaan Normal

Ketuaan tidak selalu disertai dengan adanya penurunan kognitif yang bermakna, tetapi suatu derajat ringan masalah ingatan dapat terjadi sebagai bagian dari proses penuaan normal. Kejadian normal tersebut seringkali disebut sebagai kelalaian akibat penuaan yang ringan (benign senescent forgetfulness) atau gangguan daya ingat yang berhubungan dengan penuaan (age-associarted memory impairment). Keadaan tersebut dapat dibedakan dari demensia oleh keparahannya yang ringan dan oleh kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak mengganggu secara bermakna pada kehidupan sosial atau pekerjaan pasien.

Page 34: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Penatalaksanaan

Page 35: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa
Page 36: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

• Penatalaksanaan

Pertama perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan bantuan pengasuh perlu.

Page 37: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

• Koridor tempat jalan, tangga, meja kursi tempat barang keperluannya

• Tidak diperbolehkan memindahkan mobil dsb.

• Diberi keperluan yang mudah dilihat, penerangan lampu terang, jam dinding besar, tanggalan yang angkanya besar

• Obat:

• Nootropika:

• o Pyritinol (Encephabol) 1 x 100 - 3 x 200 mg

• o Piracetam (Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg

• o Sabeluzole (Reminyl)

• o Ca-antagonist:

• o Nimodipine(Nimotop 1- 3 x 30 mg)

• o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v./i.m.

• o Cinnanzine (Stugeron) 1 - 3 x 25 mg

• o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuse

• o Pantoyl-GABA

• Acetylcholinesterase inhibitors

• o Tacnne 10 mg dinaikkan lambatlaun hingga 80 mg. Hepatotoxik

• o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg 1x /hari

• o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg

• o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg

• o Memantine 2 x 5 mg 10 mg

Farmakologik1. Obat obat antipsikotik

Page 38: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Halloperidol ( obat anti psikotik)Cara kerja : menghambat kompetitif reseptor dopamine. Dopamine dihambat di post sinaptik pada system dopaminergik yg mesolimbik.

2. Rivastigmine, Tacrine, donepezil.Obat pikun Karen pasien sering mengalami lupa.Kerjanya : menghambat acetylcolinerase ( enzym yang bertujuan mengurangi salah 1 neurotransmitter dan acetyl colin) meningkatkan kadar Ach.Obat ini bersifat simptomatik sajaaaaaaaaaaaaaaa.Obat-obatan golongan Ach-esterase inhibitor.

Perbedaan demensia dengan gg psikotik?

DEMENSIA GG PSIKOTIKGg. Mental organic Gangguan Fungsional

Macam macam gangguan daya ingat1. Hiperamnesia2. Amnesia3. Paramnesia

Seperti déjà vu

Page 39: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

4. Demensia

Definisi Gangguan yang ditandai oleh gejala tunggal suatu

gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan

Tidak dapat dibuat jika pasien mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti pada demensia, atau gangguan perhatian dan kesadaran, seperti pada delirium

Etiologi Diensefalik (nuclei dorsomedial dan garis tengah dari

thalamus) dan struktur lobus midtemporalis (hipokampus, korpus mamilaris, amigdala)

Defisiensi tiamin, hipoglikemia, hipoksia, ensefalitis herpes simplekmerusak lobus temporalis terutama hipokampus

Tumor, penyakit serebrovaskuler, prosedur bedah, plak multiple sklerosis, kejang, terapi ECT, trauma kepalagangguan daya ingat

Epidemiologi Amnesia paling sering pada gangguan penggunaan alcohol

dan cedera kepalaDiagnosis

Menurut DSM-IV: perkembangan gangguan daya ingat yang

dimanifestasikan oleh gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumya

gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakana pada fungsi social dan pekerjaan

Gambaran klinis Amnesia anterograd Amnesia retrograde disorientasi waktu dan tempat sering tjd, oarng jarang

Page 40: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa

Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, daya ingat jauh untuk informasi yang dipelajari secara mendalam baik, daya ingat segera tetap intak

Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin), perlahan (defisiensi gizi, tumor)

Perjalanan: singkat (short duration/ transien) </= 1 bln, lama (long duration) > 1 bln

Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi, bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.

DD Demensiagangguan daya ingat + gangguan kognitif

lainnya Deliriumgangguan daya ingat + gangguan atensi dan

kesadaran Penuaan normalgangguan daya ingat tidak

menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi social dan pekerjaan

Gangguan dissosiatiflebih mungkin mengalami kehilangan orientasi pada dirinya sendiri dan lebih mungkin menderita deficit daya ingat yang lebih selektif dibandingkan pasien gangguan amnestik

Gangguan buatandaya ingat tidak konsisten dan tidak mempunyai bukti-bukti penyebab

Pengobatan Psikodinamika:

fase pemulihan 1.: o tdk mampu memproses apa yg tjd, ego runtuh o klinisi sbg ego penolong: menjelaskan apa yg

tjd, mengembalikan fs ego yg hilang. fase 2: realisasi kejadian pasien mjd marah,

dikorbankan, orang lain jahat ( proyeksi)o klinisi menerima keadaan tsbt tanpa

membalas/menghukum, menjelaskan apa yg tjd/pengalaman internalnya dg perlahan

fase 3 integratif: dpt menerima apa yg tjd o klinisi memberi semangat, pasien kesedihan.

Page 41: Willy Sgd 20 Lbm 3 Jiwa