Download pptx - Vibrio Parahaemolyticus

Transcript
Page 1: Vibrio Parahaemolyticus

Vibrio parahaemolyticus

DIII Reguler A/Semester III 2014

Page 2: Vibrio Parahaemolyticus

Qurrota A’yunina Dwinda Riyana (P27834013008)Arinah Filzah(P27834013016)Widya Ulfa Rohmawati(P27834013024)Caterina Ayu Susanti(P27834013032)

Page 3: Vibrio Parahaemolyticus

Pendahuluan

Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan.

Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar.

Page 4: Vibrio Parahaemolyticus

Klasifikasi

Kingdom : BacteriaFilum : ProteobacteriaKelas : Gamma ProteobacteriaOrder : VibrionalesFamily : VibrionaceaeGenus : VibrioSpecies : Vibrio parahaemolyticus

Page 5: Vibrio Parahaemolyticus

Morfologi

Bakteri Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri gram negatif, halofilik, bersifat motil atau bergerak, berbentuk bengkok atau koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan oksidasi, fakultatif anaerob dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan tidak dapat membentuk spora serta bersifat zoonosis.

Perubahan bentuk morfologi Vibrio parahaemolyticus dapat terjadi dengan perlakuan suhu dingin dan kondisi lingkungan yang tidak menunjang.

Page 6: Vibrio Parahaemolyticus

Bentuk bakteri Vibrio parahaemolyticus

Page 7: Vibrio Parahaemolyticus

Habitat Vibrio parahaemolyticus

1. Muara sungai (brackish water atau estuaries)

2. Pantai (coastal waters) tetapi tidak hidup pada laut dalam (open sea).  

3. Hidup di perairan Asia Timur.  

Bakteri ini tumbuh pada air laut dengan kadar NaCl optimum 3% (berkembang baik pada kadar NaCl 0,5% - 8 %)  pada kisaran suhu 5 -  43 OC, pH 4,8 –11 dan water activity (aw) 0,94- 0,99.   

Page 8: Vibrio Parahaemolyticus

Patogenisitas Vibrio parahaemolyticus

Masa inkubasi yang dilaporkan untuk keracunan makanan oleh Vibrio parahaemolyticus bervariasi dari 2 jam sampai 4 hari meskipun biasanya 9 - 25 jam.  

Penyakit bertahan hingga 8 hari dan dicirikan oleh diare profuse berair bercampur darah atau lendir, muntah, nyeri perut,  dan demam.  Vibrio parahaemolyticus dapat menembus epitel usus untuk mencapai lamina propria.  

Page 9: Vibrio Parahaemolyticus

Distribusi Penyakit.

1. Jepang, menyebabkan wabah  foodborne disease dan menjadi penyebab 50-70% penyakit gastroenteritis.

2. Asia Tenggara3. Amerika Serikat

Beberapa KLB dengan korban yang banyak terjadi di AS yang disebabkan karena mengkonsumsi seafood yang tidak dimasak dengan sempurna. Kasus-kasus ini terjadi terutama pada musim panas.  

Page 10: Vibrio Parahaemolyticus

Distribusi penyakit gastroenteritis akibat bakteri Vibrio parahaemolyticus

Page 11: Vibrio Parahaemolyticus

Proses Penularan

Bakteri Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi produk makanan laut seperi udang, kerang, ataupun ikan mentah yang dimasak kurang sempurna.  

Penularan juga dapat terjadi pada makanan yang telah dimasak sempurna namun tercemar oleh personal/individu yang pada saat bersamaan menangani produk ikan mentah.

Page 12: Vibrio Parahaemolyticus

Kerang yang terkontaminasi bakteri Vibrio parahaemolyticus

Page 13: Vibrio Parahaemolyticus

Siklus Hidup Vibrio parahaemolyticus

Page 14: Vibrio Parahaemolyticus

Teknik Isolasi dan Identifikasi

1. Penentuan total Vibrio parahaemolyticus dapat dilakukan dengan metode MPN (Most probable number) konvensional.

2. Menggunakan konfirmasi biokimia atau dengan pemupukan pada media non selektif yang dilanjutkan dengan deteksi menggunakan pelacak (probe) gen TLH (thermolabile hemolysin).  

3. Untuk identifikasi strain Vibrio parahaemolyticus patogen dapat dilakukan dengan uji kanagawa atau menggunakan pelacak DNA dengan atau tanpa kombinasi dengan PCR (Polymerase Chain Reaction /perbanyakan copy sekuens DNA) untuk mendeteksi gen didalam Vibrio parahaemolyticus.

Page 15: Vibrio Parahaemolyticus

Patologi dan Gejala Klinis

a. Gastroenteritis (Diare akut dan / atau muntah akut). Disebabkan adanya invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah sehingga disebut diare inflamasi.

b. Terjadi kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.

c. Kejang perut yang tiba-tiba dan berlangsung selama 48 – 72 jam.

d. Mual, Muntah, Sakit kepala, Badan terasa panas dingin.

e. Pada sebagian kecil kasus juga menyebabkan septisemia .

 

Page 17: Vibrio Parahaemolyticus

Media pertumbuhan VibrioMedia yang digunakan untuk deteksi vibrio dalam pangan dan air dikembangkan berdasarkan pertimbangan kemampuan bakteri ini untuk tumbuh cepat pada pH alkali, tahan terhadap efek penghambatan yang diberikan oleh garam empedu dan natrium tellurite, dan toleran terhadap garam (NaCl).  

Media diperkaya yang umum digunakan untuk Vibrio antara lain :

1) APW (broth alkaline peptone water), 2) NTSB (salt trypticase soy broth) dan 3) SPB (salt polimiksin broth).

Page 18: Vibrio Parahaemolyticus

Sedangkan media selektif yang digunakan adalah:1) TCBS (thiosulfate-citrate-bile-saccharose).

Kelemahan media ini adalah tidak terlalu spesifik membedakan Vibrio parahaemolyticus dari V. hollisae, V. mimicus dan V. vulnificus yang sama-sama membentuk koloni berwarna hijau.  

2) Mengembangkan media selektif CV (chromogenic agar) yang mengandung substrat untuk ß-galaktosidase (CV) pada CV agar, yang bisa membedakan Vibrio parahaemolyticus dari koloni peng-ganggu sebagai koloni berwarna violet.

Page 19: Vibrio Parahaemolyticus

Koloni Vibrio parahaemolyticus pada agar CV (a. warna ungu)   dan TCBS (b.warna hijau)

Page 20: Vibrio Parahaemolyticus

Cara Pengendalian

1. Memasak dan memanaskan makanan laut (seafood) dengan benar dan tepat. Karena Vibrio sp mudah rusak oleh panas.

2. Memperhatikan kondisi tubuh saat musim panas. Karena kejadian infeksi atau kontaminasi akibat Vibrio parahaemolyticus banyak terjadi pada musim panas dan kondisi air yang hangat.

Page 21: Vibrio Parahaemolyticus

Cara Pencegahan

a. Memasak produk makanan laut dengan cara pemanasan yang benar dan sempurna.

b. Memperhatikan kebersihan pribadi (good personal hygiene practice).

c. Melakukan pemblansiran yang merupakan pemanasan pendahuluan bahan pangan yang biasanya dilakukan untuk makanan sebelum dikalengkan, dibekukan, atau dikeringkan untuk menghambat atau mencegah aktivitas enzim dan mikroorganisme.  

d. Pemberian Imunisasi aktif dengan vaksin mati whole cell, yang diberikan secara parenteral kurang bermanfaat untuk penanggulangan wabah maupun untuk penanggulangan kontak.

Page 22: Vibrio Parahaemolyticus

TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT


Recommended