Transcript
Page 1: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA MEDAN

DRA. ANNI KRISNA SIREGAR Fakultas Sastra

Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Penduduk Kotamadya Medan adalah heterogen karena di Kotamadya Medan dijumpai beraneka ragam penduduk antara lain Aceh, Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola Mandailing, Batak Pakpak Dairi, Jawa, Minangkabau, Nias, bahkan Cina dan India banyak dijumpai. Sudah barang tentu tiap-tiap bangsa tersebut mempunayi kebudayaan dan bahasa yang berbeda-beda. Dengan demikian Kotamadya Medan bila ditinjau dari situasi bahasa ternyata adalah suatu kota yang multilingual, karena di Kotamadya Medan dapat kita jumpai beraneka ragam bahasa antara lain bahasa Cina, India, Batak, Jawa, Minangkabau, Nias, Melayu, Aceh, dan lain sebagainya, disamping bahasa Indonesia sendiri sebagai bahasa Nasional dan bahasa pemersatu. Tidaklah mengherankan apabila di Kotamadya Medan dijumpai variasi dialek, dan variasi bahasa tersebut mungkin menguntungkan karena dapat memperkaya bahasa Nasional, tetapi dalam keadaan tertentu mungkin pula merugikan karena dapat membahayakan persatuan Nasional. Seperti sama-sama kita ketahui bahwa selama ini pada dasarnya bahasa Indonesia yang diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan adalah bahasa standart sehingga para pelajar kurang didasarkan akan adanya variasi-variasi sosial bahasa Indonesia yang lain sehingga di dalam diri mereka tertanam sikap hanya bahasa standart yang dipelajari merekalah bahasa yang baik. Sikap bahasa yang demikian ini harus dihindarkan karena akibatnya tidak baik terutama pada jiwa kesatuan bangsa kita. Hendaklah disadari bahwa hidupnya variasi bahasa Indonesia adalah merupakan kekayaan kebudayaan bangsa kita. Oleh karena itu penelitian terhadap variasi bahasa ini perlu dilakukan karena hasil penelitian ini kelak dapat menunjang pengajaran bahasa Indonesia. Seperti sudah dijelaskan bahwa bahasa Indonesia di Kotamadya Medan mempunyai pelbagai variasi yakni bentuk-bentuk penuturan yang khusus. Berdasarkan pemakaiannya variasi ini disebut ragam, sedangkan berdasarkan daerahnya variasi itu disebut dialek (Halliday, 1970: 139). Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan yang terpercaya tentang variasi bahasa Indonesia di Kotamadya Medan. Dalam karya ilmiah ini kami tidak akan menulis semua variasi bahasa yang terdapat di Kotamadya Medan karena itu kami batasi pada variasi dialek bahasa Indonesia. Itu pun kami batasi pada beberapa penutur jadi tidak semiua penutur bahasa Indonesia yang ada di Kotamadya Medan kami uraikan. Kami hanya akan menulis penutur bahasa Indonesia dari daerah : Toba, Karo, Angkola/Amndailing, Simalungun, Jawa, Minangkabau, Melayu Deli, dan Cina. Kami memilih penutur itulah yang menonjol di antara bahasa Indonesia yang ada di Kotamadya Medan.

2002 digitized by USU digital library 1

Page 2: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN VARIASI DIALEK Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di dalam kelompoknya. Bahasa merupakan alat yang menentukan dan memelihara hubungan antar individu mengadakan kontak pikiran dengan individu-individu lainnya dengan menggunakan bahasa. Kelompok masyarakat di Kotamadya Medan di dalam kehidupannya sehari-hari mempergunakan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya. Lingkungan anak-anak akan berbeda bahasanya dengan lingkungan anak muda dan orang tua, demikian juga lingkungan intelektual akan berbeda bahasanya dengan lingkungan tukang beca. Oleh karena itu sering kita jumpai bentuk-bentuk kembar sebagai berikut :

tidak / indak / ndak / dak sudah / udah / dah hendak / endak / ndak entah / antah/ ntah ibu / ibuk / bu bapa / bapak / pak / pa adik / adek / dek/ dik nasik / nasi kira / kera kecil / kecik besok / esok duit / uit masa / masak buka / bukak pirang / perang

Perbedaan bahasa menurut pemakaiannya itu disebut variasi. Ada pun faktor-faktor yang menimbulkan variasi dialek itu ada bermacam-macam antar lain : 2.1 Faktor Kesukuan

Seperti sudah dijelaskan pada 1.1 bahwa di Kotamadya Medan dijumpai bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing, Pakpak/ Dairi, Melayu, Nias, Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, dan lain-lain. Sudah barang tentu suku-suku tersebut dapat mempergunakan bahasa Indonesia walaupun tidak sama baiknya, dan masing-masing suku itu mempunyai bahasa ibu yang dapat dipergunakan dengan baik. Akibat adanya bilingual pada suku-suku itu maka timbullah saling pengaruh pada kedua bahasa itu. Hal ini menimbulkan pelbagai variasi dalam bahasa Indonesia. Variasi itu mungkin berbentuk perubahan fonem, penghilangan salah satu fonem, atau mungkin juga berupa pengurangan suku kata. Di samping itu istilah-istilah yang berasal dari bahasa daerah itu pun ada juga yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Di sini kami terakan beberapa data tentang variasi bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa ibu. Bahasa Indonesia penutur Batak Toba

kemana / kemana berapa / berapa lekas / lekas curi / suri sekolah / sikolah campur / sappur baca / bassa cakap / sakkap

Bahasa Indonesia penutur Batak Karo kemana / kma:na berapa / bra:pa lekas / le:kas curi / cu: ri sekolah / sko:lah campur / ca:mpur

2002 digitized by USU digital library 2

Page 3: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

baca / ba:ca cakap / ca:kap cek / ce:k stop / sto:p.

Bahasa Indonesia penutur Batak Angkola/Mandailing pergi / pogi emak / umak besar / bosar obat / ubat terletak / talotak mengawinkan / mengkawinkan mesjid / masojid kemana / kemano

Bahasa Indonesia penutur Simalungun kemana / kemana berapa / berapa lekas / lekas cari / sari sekolah / sikolah campur / sampur baca / bassa cakap / sakap cek / sek stop / sito:p. Bahasa Indonesia penutur Minangkabau

malas / maleh cabut / cabuit beban / baban lekas / lakeh senang / sanang panas / paneh

Bahasa Indonesia penutur Melayu kemana / kemane, kemano berapa / berape, berapo, barapo di mana / di mane, di mano

Bahasa Indonesia penutur Jawa senang / seneng duduk / dodok akan / aken sedap / sedep datang / dateng dapat / dapet

Bahasa Indonesia penutur Cina kemana / kiman berapa / bolapa lekas / likas curi / culi sekolah / sikola campur / campul tidak / tidak daging / laking makan / makang stop / sitop.

2.2 Faktor Sosial Ekonomi Berdasarkan tinjauan bahasa (W.Labov, 1970) membagi golongan

masyarakat atas Low Economic, Middle Economic dan Hihg Economic. Kelompok-kelompok tersebut biasanya mempergunakan bahasa yang khusus

untuk saling berkomunikasi. Biasanya ada kata-kata yang khusus yang timbul dalam kelompok-kelompok seperti itu. Banyak istilah-istilah yang dikenal oleh golongn ekonomi kuat yang tidak dikenal oleh golongan ekonomi lemah. Hal ini disebabkan oleh jangkauan taraf hidup mereka tidak memungkinkannya. Istilah-istilah asing baik yang melambangkan pengertian benda-benda modern maupun istilah-istilah yang bernilai abstrak hanya dijumpai pada golongan yang berekonomi kuat, sebab golongan ekonomi lemah tidak mempunyai daya jangkau yang cukup. Golongan ekonomi kuat banyak mempergunakan istilah-istilah yang melambangkan benda-benda import sedangkan yang berekonomi lemah hanya mengenal istilah-istilah yang biasa dipakai oleh masyarakat yang berekonami lemah.

Di samping itu faktor pendidikan pun menimbulkan variasi dialek, orang yang berpendidikan tinggi akan berbeda bahasa yang dipergunakannya dengan orang yang berpendidikan rendah. Orang-orang yang berpendidikan tinggi banyak memakai istilah-istilah asing yang tidak dikenal oleh masyarakat biasa terutama

2002 digitized by USU digital library 3

Page 4: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

yang tidak pernah menduduki bangku sekolah, maka tidak mengherankan kalau ada orang yang mengucapkan “go ahead”, menjadi “gohet”, “let go”, menjadi “lego”, “get up” menjadi “gedap”, fair” menjadi “pair”, “film” menjadi “pilim”, “coaching” menjadi “kucing”.

Pemakaian istilah asing yang tidak cocok dengan situasinya dapat menimbulkan komunikasi tidak lancar. Istilah-istilah asing yang biasa dipakai oleh golongan yang tidak terpelajar dengan ucapan yang salah dapat menimbulkan kebingungan dua pihak. Orang yang mengerti istilah itu pun tidak dapat menangkap apa yang diucapkan apabila yang tidak mengerti akan menjadi lebih bingung.

2.3 Faktor Usia Bahasa yang dipergunakan anak-anak tidak sama dengan bahasa yang dipakai oleh para remaja, begitu pula bahasa kaum remaja tidak sama dengan bahasa yang dipakai oleh orang tua-tua. Perbedaan ini bukan hanya soal etiket bahasa tetapi ada faktor-faktor lain. Memang kita ketahui bahwa umumnya adanya perbedaan antara kaun remaja dengan golongan tua adalah juga menunjukkan etiket tetapi dalam kenyataan pemakaian bahasa, timbulnya perbedaan itu tidak hanya soal etiket. Memang dijumpai bentuk-bentuk kebahasaan yang khusus dipakai oleh anak-anak bentuk kebahasaan-bentuk kebahasaan yang khusus dipakai oleh kaum remaja selain bahasa yang bersifat umum yang diketahui oleh semua tingkat usia. Bahasa anak-anak pada umumnya tidak lengkap seperti bahasa yang dipakai oleh golongan tua. Ketidak lengkapan itu bukan saja pada struktur kalimat tetapi juga pada struktur katanya. Pada umumnya bahasa anak-anak selalu berkurang suku katanya. Tidak semua suku kata itu diucapkan. Pada bahasa kaum remaja selalu timbul istilah-istilah baru yang khusus diketahui antar mereka. Bahasa kaum remaja dapat jelas didengarkan melalui siaran-siaran radio amatir di Kotamadya Medan. Pada bahasa anak-anak kita jumpai :

makan / mam minum / mik kencing / pipis, pis pulang / ulang mau / au tidak / dak kueh / ueh nasi / acik pisang / icang jauh / auh datang / atang pergi / igi main / aen tidur / bubuk kerja / erja sekolah / olah menangis / angis duit / uit, uik kacang / acang goreng / oyeng

Pada bahasa kaum remaja kita jumpai : anak gadis / cewek sidia anak muda / cowok minuman keras / tiup ganja / nisan mengintip / ngeten makan / ciak cuci muka / pas foto jalan-jalan / raun-raun banyak tingkah / mantiko berlomba / ngebut tidak punya uang / kanker gagah / cakap bolos / cabut relasi / 267 jual tampang / mejeng.

Anak-anak muda bukan tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik sebagaimana orang tua-tua, hanya saja mereka merasa lebih intim bila memakai bahasa yang jarang dipakai atau tidak diketahui sama sekali oleh orang tua-tua. Kebalikannya orang tua-tua selalu berusaha mempergunakan bahasa Indonesia yang baik.

2002 digitized by USU digital library 4

Page 5: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

2.4 Faktor Perbedaan Jenis Kalimat Wanita biasanya berbicara seperti umumnya kaum wanita, dan lelaki

biasanya berbicara seperti kaum lelaki. Kalau ada laki-laki yang berbicara menggunakan elemen-elemen bahasa yang biasa dipakai oleh kaum wanita maka laki-laki itu akan disebut laki- laki yang kewanita-wanitaan. Sebaliknya wanita yang berbicara menggunakan elemen-elemen bahasa yang biasa dipakai oleh kaum laki-laki maka wanita itu akan disebut wanita yang kelaki-lakian. Oleh karena itu ragam bahasa bila ditinjau dari perbedaan jenis kelamin dapat dibedakan atas :

1. variasi kaum wanita 2. variasi kaum laki-laki / lelaki, dan 3. variasi kaum wadam. Wanita umumnya mempunyai perasaan yang lebih halus dari pada pria.

Mereka lebih berhati-hati, memilih kata-kata yang akan dipergunakannya. Jika ada bahasa sopan dan kurang sopan, mereka lebih suka mempergunakan bahasa sopan di hadapan umum. Kalau pria misalnya mempergunakan kata “dihantam”, maka wanita akan menukarkannya dengan ”dipukul”. Bila pria mengucapkan, “Si A ditendang dari partai anu” maka wanita akan menukarkannya dengan Si A dikeluarkan dari partai anu.

Di samping itu di kalangan wanita terdapat pula istilah-istilah yang dipergunakan yang berhubungan dengan jurusan kewanitaannya yang tidak dikenal oleh kaum pria. Misalnya tisik, jelujur, sulam, kelim, kait, tindik, lipstick, dan lain-lain.

2002 digitized by USU digital library 5

Page 6: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA MEDAN 3.1 Variasi Dialek Menurut Perbedaan Fonologi

Dalam bidang fonologi banyak dijumpai bunyi-bunyi yang terjadi oleh hasil identifikasi fonem pada sistem bahasa pertama dengan fonem pada sistem bahasa kedua. Bunyi yang dihasilkan oleh penutur disesuaikannya dengan aturan bunyi bahasa yang pertama. Jadi dalam bidang fonologi terjadi variasi yang dapat dilihat pengaruhnya di Kotamadya Medan. Seperti telah dikemukakan di muka, penutur yang banyak pengaruhnya terhadap pemakaian ialah penutur bahasa Indonesia dari suku :

a. Batak Toba b. Batak Karo c. Batak Angkola/Mandiling d. Batak Simalungun e. Minangkabau f. Melayu Deli, dan g. Jawa.

Di samping itu penutur bahasa asing yang paling menonjol kevariasiannya adalah penutur bahasa Cina. 3.1.1 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Toba Bidang Vokal 1. Penutur Batak Toba tidak mengenal bunyi [ ∂ ]

Contoh : terik diucapkan [ t ri ? ] sebab diucapkan [ s bab ] teman diucapkan [ tεman ] sedih diucapkan [ sεdih ] sepi diucapkan [ sεpi ]

Bunyi [ ∂ ] bervariasi dengan bunyi [ε ] pada penutur bahasa Batak Toba. 2. Dalam bahasa Indonesia terdapat vokal rangkap (diftong) ai dan au.

Contoh : gulai pulau sampai gurau pantai rantau belai lampau petai kemarau

Vokal rangkap ai bervariasi dengan bunyi [ ε ] Contoh : gulai diucapkan [ gulε ] sampai diucapkan [ sampε ] pantai diucapkan [ pantε ] balai diucapkan [ balε ] petai diucapkan [ pεtε ]

Vokal rangkap au bervariasi dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : pulau diucapkan [ pul∂ ] gurau diucapkan [ gur∂ ] rantau diucapkan [ ratt∂ ] lampau diucapkan [ lapp∂ ] kemarau diucapkan [ kεmar∂ ]

Bidang Konsonan

1. Bahasa Batak Toba tidak mengenal bunyi [ c ], karena itu pada waktu mengucapkan bunyi tersebut maka terjadilah variasi bunyi. Bunyi [ C ] divariasikan dengan [ s ] .

Contoh : cabe diucapkan [ sabε ] calo diucapkan [ sal∂ ]

2002 digitized by USU digital library 6

Page 7: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

cangkul diucapkan [ sakkul ] cabang diucapkan [ sabag ] cari diucapkan [ sari ]

2. Bahasa Batak Toba tidak mengenal bunyi [ k ] di awal kata. Karena itu pada waktu mengucapkan bunyi tersebut di awal kata maka terjadilah variasi bunyi. Bunyi [ k ] divariasikan dengan bunyi [ h ]

Contoh : kambing diucapkan [ habbing ] kapal diucapkan [ hapal ] kartu diucapkan [ hartu ] karangan diucapkan [ harangan ]

3. Bunyi [ h ] pada akhir kata tidak diucapkan. Contoh : sekolah diucapkan [ si?kola ] perintah diucapkan [ pεritta ] menengah diucapkan [ mεnεga ] lebih diucapkan [ lεbi ]

4. Kata-kata yang mempunyai bunyi sengau bagi penutur bahasa Batak Toba selalu dihilangkan dan diganti dengan konsonan yang sama dengan konsonan yang mengikuti bunyi sengau itu.

Contoh : simanjuntak diucapkan [ simajjuttak ] mungkin diucapkan [ mukkin ] antar diucapkan [ attar ] sombong diucapkan [ sobboη ] sandar diucapkan [ saddar ]

3.1.2 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Batak Karo Bidang Vokal

1. Bunyi [ ∂ ] di awal dan tengah kata dalam bahasa Indonesia, sering dihilangkan oleh penutur bahasa Batak Karo.

Contoh : mereka diucapkan [ mre:ka ] keluar diucapkan [ klu:ar ] sekali diucapkan [ ska:li ] berapa diucapkan [ bra:pa ] semua diucapkan [ smu:wa ] selasa diucapkan [ sla:sa ]

Bidang Konsonan 1. Bunyi [ m ] bervariasi dengan bunyi [ n ]

Contoh : belum diucapkan [ be:lun ] 2. Bunyi [ k ] yang seharusnya diucapkan di tengah kata bervariasi dengan

bunyi [ ? ] Contoh : terpaksa diucapkan [ terpa?sa ] saksi diucapkan [ sa:?si ] maklum diucapkan [ ma:?lum ] maksiat diucapkan [ ma?si:at ]

3. Di samping itu penutur bahasa Batak Karo selalu memanjangkan bunyi vokal di antara suku-suku kata. Hal ini terjadi oleh kebiasaan yang ada pada bahasa Karo, variasi semacam ini adalah variasi prosidi.

Contoh : mari diucapkan [ ma:ri ] jangan diucapkan [ ja:nan ] susah diucapkan [ su:sah ] marah diucapkan [ ma:rah ] lepas diucapkan [ l∂:pas ]

4. Bunyi [ j ] bervariasi dengan bunyi [ z ]

2002 digitized by USU digital library 7

Page 8: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

Contoh : jangan diucapkan [ za:n,an ] jari diucapkan [ za:ri ] majal diucapkan [ ma:zal ] jeruk diucapkan [ z∂:ru? ] jerami diucapkan [ zra:mi ]

3.1.3 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Batak Angkola/ Mandailing

Bidang Vokal 1. Penutur bahasa Batak Angkola/Mandailing bila berbahasa Indonesia sering

menggunakan bunyi [ ∂ ]. Contoh : gendang diucapkan [ g∂ndan ] besar diucapkan [ b∂sar ] terus diucapkan [ t∂rus ] tegap diucapkan [ t∂gap ] tepi diucapkan [ t∂pi ]

2. Bunyi [ ∂ ] di awal kata dalam bahasa Indonesia divariasikan dengan bunyi [ u ] oleh penutur Batak Angkola/Mandailing.

Contoh : omak diucapkan [ uma? ] obat diucapkan [ ubat ]

3. Bunyi [ ∂ ] dalam bahasa Indonesia divariasikan dengan bunyi [ a ] oleh penutur Batak Angkola/Mandailing.

Contoh : meninggal diucapkan [ maninηal ] mengikut diucapkan [ maηikut ] menjahit diucapkan [ manjayit ] melompat diucapkan [ maluppat ]

merantau diucapkan [ maratt∂ ] 4. Bunyi [ ∂ ] adakalanya divariasi dengan bunyi [ i? ].

Contoh : sekolah diucapkan [ si?kola ]

Bidang Konsonan Bunyi [ h ] diakhir kata selalu dihilangkan oleh penutur Batak Angkola/Mandailing.

Contoh : petisah diucapkan [ p∂tisa ] sekolah diucapkan [ si?k∂la ] sesudah diucapkan [ sasuda ] lebih diucapkan [ lobi ] menambah diucapkan [ menamba ]

3.1.4 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Simalungun

Bidang Vokal

Bidang Vokal 1. Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ ε ]

Contoh : beban diucapkan [ bεban ] senja diucapkan [ sεnja ] gema diucapkan [ gεma ] lebur diucapkan [ lεbur ] kebun diucapkan [ kεbun ]

2. Bunti [ o ] divariasikan dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : soto diucapkan [ s∂t∂ ]

2002 digitized by USU digital library 8

Page 9: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

foto diucapkan [ p∂t∂ ] toko diucapkan [ tok∂ ] topi diucapkan [ t∂pi ] koordinasi diucapkan [ k∂rdinasi ]

3. Bunyi ai bervariasi dengan bunyi [ ε ] Contoh : pantai diucapkan [ pantε ] cabai diucapkan [ cabε ] petai diucapkan [ pεtε ] kedai diucapkan [ kεdε ] gulai diucapkan [ gulε ]

4. Bunyi [ ai ] bervariasi dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : harimau diucapkan [ harim∂ ] pulau diucapkan [ pul∂ ] kerbau diucapkan [ kεrb∂ ] aula diucapkan [ ∂la ] saudara diucapkan [ s∂dara ]

Bidang Konsonan 1. Bunyi [ c ] bervariasi dengan bunyi [ s ]

Contoh : cangkul diucapkan [ sakkul ] cabai diucapkan [ sabε ] kecap diucapkan [ kεsap ] celana diucapkan [ sεlana ] cemberut diucapkan [ sεmbεrut ]

2. Bunyi [ ? ] pada akhir kata bervariasi dengan bunyi [ k ] Contoh : tidak? diucapkan [ tidak ] sepa? diucapkan [ sεpak ] leta? diucapkan [ lεtak ] tega? diucapkan [ tεgak ] mogo? diucapkan [ m∂gok ]

3.1.5 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Minangkabau

Bidang Vokal 1. Bunyi [ ∂ ] dalam bahasa Indonesia cenderung bervariasi dengan bunyi [ a ]

oleh penutur Minangkabau. Contoh : beban diucapkan [ baban ] ketan diucapkan [ katan ] tenang diucapkan [ tanaη ] senang diucapkan [ sanaη ] benang diucapkan [ banaη ]

2. Bunyi [ i ] bervariasi dengan bunyi [ ia ] Contoh : adik diucapkan [ adia? ] tarik diucapkan [ taria? ] pekik diucapkan [ pakia? ]

3. Bunyi [ ∂ ] bervariasi dengan bunyi [ u ] Contoh : orang diucapkan [ uraη ] obat diucapkan [ ubε? ] tolong diucapkan [ tuluη ]

4. Bunyi [ at ] di akhir kata bervariasi dengan bunyi [ ? ] Contoh : obat diucapkan [ ubε? ] surat diucapkan [ surε? ] pantat diucapkan [ pantε? ]

2002 digitized by USU digital library 9

Page 10: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

darat diucapkan [ darε? ] melarat diucapkan [ malarε? ]

3.1.6 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Melayu Deli Bidang Vokal

1. Bunyi [ a ] di akhir kata bervariasi dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : buka diucapkan [ buk∂ ] lupa diucapkan [ lup∂ ] bawa diucapkan [ baw∂ ] baca diucapkan [ bac∂ ] puja diucapkan [ puj∂ ]

2. Bunyi [ u ] pada suku akhir bervariasi dengan bunyi [∂ ] Contoh : duduk diucapkan [ dud∂? ] tidur diucapkan [ tid∂? ] musuh diucapkan [ mus∂h ] kampung diucapkan [ kamp∂η ] jatuh diucapkan [ jat∂h ]

3. Diftong [ au ] bervariasi dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : kalau diucapkan [ kal∂ ] pulau diucapkan [ pul∂ ] himbau diucapkan [ himb∂ ] ranjau diucapkan [ ranj∂ ] panau diucapkan [ pan∂ ]

4. Diftong [ ai ] bervariasi dengan bunyi [ e ] Contoh : pantai diucapkan [ pante ] gulai diucapkan [ gule ] balai diucapkan [ bale ] inai diucapkan [ ine ] petai diucapkan [ p∂te ]

Bidang Konsonan Bunyi [ r ] (dental) divariasikan dengan bunyi [ R ] (velar)

Contoh : cari diucapkan [ caRi ] beri diucapkan [ b∂Ri ] ramai diucapkan [ Rame ] dari diucapkan [ daRi ] rubuh diucapkan [ Rubuh ]

3.1.7 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Jawa Bidang Vokal 1. Bunyi [ a ] pada suku akhir dalam bahasa Indonesia divariasikan dengan bunyi [

∂ ] Contoh : datang diucapkan [ dataη ] sedang diucapkan [ s∂d∂η ] buangkan diucapkan [ buwaηkan ] malas diucapkan [ mal∂s ] kesal diucapkan [ kesel ]

2. Vokal rangkap “au” divariasikan dengan bunyi [ ∂ ] Contoh : kalau diucapkan [ kal∂ ] pulau diucapkan [ pul∂ ] harimau diucapkan [ harim∂ ] lampau diucapkan [ lamp∂ ]

2002 digitized by USU digital library 10

Page 11: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

3. Vokal rangkap “ai” divariasikan dengan bunyi [∂ ] Contoh : pakai diucapkan [ pake ] lobai diucapkan [ l∂be ] kedai diucapkan [ k∂de ] pantai diucapkan [ pante ] petai diucapkan [ p∂te ]

Hal ini adalah kerena dalam bahasa Jawa terdapat “sandhi” Aturan Sandhi itu adalah :

bunyi “a” + bunyi “u” = bunyi o bunyi ‘a’ + bunyi ‘i’ = bunyi e

Jadi perubahan bunyi dengan dasar persendian merupakan peraturan dalam bahasa Jawa. Begitu banyak pengaruh persendian itu sehingga nama kampung dan nama tempat mengalami persendian.

Contoh : sukaramai diucapkan [ sukarame ] sidoramai diucapkan [ sidorame ] Pulau Brayan diucapkan [ polo brayan ]

4. Bunyi [ a ] bervariasi dengan bunyi [ o ] Contoh : reda diucapkan [ redo ] selasa diucapkan [ saloso ] celana diucapkan [ celono ] selera diucapkan [ sal∂ro ]

Bidang Konsonan 1. Penutur Jawa sering menambah bunyi [ h ] pada akhir kata

Contoh : jumpa diucapkan [ jumpah ] biji diucapkan [ bujih ] mangga diucapkan [ maηgah ] lima diucapkan [ limah ] dua diucapkan [ duwah ]

2. Sebaliknya penutur bahasa Jawa sering menghilangkan bunyi [ h ] yang semestinya harus ada.

Contoh : bodoh diucapkan [ bodo ] 3. Bunyi [ d ] dental diucapkan menjadi [ d ] vioced retoflex palatal.

Contoh : duduk diucapkan [ dudu? ] duka diucapkan [ duka ] durian diucapkan [ duriyan ] demam diucapkan [ d∂mam ]

4. Bunyi [ h ] di awal kata selalu hilang Contoh : hantam diucapkan [ antam ] hapus diucapkan [ apus ] hadir diucapkan [ adir ] hujan diucapkan [ ujan ] hutang diucapkan [ utang ]

5. Bunyi [ t ] dental bervariasi dengan bunyi [ t ] retoflex Contoh : tadi diucapkan [ tadi ] tokoh diucapkan [ tokoh ] tebu diucapkan [ t∂bu ] timba diucapkan [ timba ]

sate diucapkan [ sate ] Di samping itu ada juga kita lihat ragam pada bidang morfotonemik. Seperti halnya dalam bahasa Indonesia proses morfofonemis tersebut ada empat macam yaitu :

1. penambahan fonem 2. pembalikan fonem (metatesis ) 3. pergeseran fonem

2002 digitized by USU digital library 11

Page 12: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

4. penghilangan fonem Dalam bahasa Jawa proses pergeseran fonem tidak ada (tidak terjadi) sehingga pada waktu penutur Jawa berbahasa Indonesia terjadilah ragam yang disebabkan oleh proses pergeseran itu.

Contoh : memperbaiki diucapkan [ m∂mp∂rbai?i ] memasuki diucapkan [ m∂masu?i ] menduduki diucapkan [ m∂ndudu?i ] menaiki diucapkan [ m∂nai?i ] melukai diucapkan [ m∂lu?i ]

3.1.8 Variasi Fonologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Cina Bidang Vokal

1. Bunyi [ a ] pada suku akhir divariasikan dengan bunyi [ e ] oleh penutur Cina. Contoh : hujan diucapkan [ ujen ] hutan diucapkan [ uten ] ketan diucapkan [ k∂ten ] jintan diucapkan [ jinten ]

2. Bunyi [ u ] pada suku akhir bervariasi dengan bunyi [ o ] Contoh : jatuh diucapkan [ yatoh ] masuk diucapkan [ maso? ] sibuk diucapkan [ sibo? ] peluk diucapkan [ p∂lo? ] penuh diucapkan [ p∂noh ]

3. Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ u ] Contoh : tepung diucapkan [ tupung ] semut diucapkan [ sumut ] tebu diucapkan [ tubu ] sembuh diucapkan [ sumbuh ]

4. Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ i ] Contoh : senang diucapkan [ sinaη ] sedang diucapkan [ silaη ] segar diucapkan [ sikal ] seperti diucapkan [ sipalti ] senantiasa diucapkan [ sinaηtiasa ]

Bidang Konsonan 1. Bunyi [ n ] divariasikan dengan bunyi [ η ] pada akhir kata.

Contoh : Medan diucapkan [ mεlaη ] lukisan diucapkan [ lukisaη ] ujian diucapkan [ uyian ] makan diucapkan [ makaη ] jalan diucapkan [ yalaη ]

2. Bunyi [ r ] bervariasi dengan bunyi [ t ] pada akhir kata. Contoh : besar diucapkan [ bosat ] supir diucapkan [ supit ] sumur diucapkan [ sumut ] telur diucapkan [ tolot ] segar diucapkan [ sigat ]

3. Bunyi [ a ] divariasikan dengan bunyi [ l ] di awal dan di tengah kata. Contoh : daging diucapkan [ lakiη ] daun diucapkan [ lauη ] dua diucapkan [ luwa ] sedap diucapkan [ silap ] dengan diucapkan [ lεηaη ]

2002 digitized by USU digital library 12

Page 13: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

sedang diucapkan [ selaη ] Medan diucapkan [ Melaη ]

4. Bunyi [ g ] divariasikan dengan bunyi [ k ] di tengah kata. Contoh : tiga diucapkan [ tika ] daging diucapkan [ lakiη ] rugi diucapkan [ luki ] ragu diucapkan [ laku ]

5. Bunyi [ r ] bervariasi dengan bunyi [ l ] di awal dan di tengah kata. Contoh : rugi diucapkan [ luki ] tarik diucapkan [ tali? ] rokok diucapkan [ lolo? ] orang diucapkan [ olaη ]

6. Bunyi [ h ] hilang pada awal dan tengah kata. Contoh : hampir diucapkan [ ampit ] hidung diucapkan [ iluη ] tahun diucapkan [ taun ] tahan diucapkan [ teaη ] harus diucapkan [ alus ]

7. Bunyi [ j ] divariasikan dengan bunyi [ y ] di awal kata Contoh : jatuh diucapkan [ yatuh ] ujian diucapkan [ uiyan ] jalan diucapkan [ yalaη ] jemur diucapkan [ yemul ] jadi diucapkan [ yadi ]

3.2 Variasi Menurut Perbedaan Morfologis

Seperti diketahui morfologis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata. Untuk membentuk kata harus melalui proses morfologis. Proses morfologis dalam bahasa Indonesia ialah afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Dari ketiga proses yang ada dalam bahasa Indonesia proses afiksasilah yang banyak menimbulkan variasi bagi penutur bahasa Indonesia di Kotamadya Medan. Afiksasi dibagi ke dalam empat bidang pembicaraan yaitu :

1. bidang bentuk 2. bidang distribusi 3. bidang fungsi 4. bidang arti (nosi)

Dari keempat bidang ini, bidang bentuklah yang paling banyak dijumpai variasinya dalam penulisan ini. Kedelapan penutur yang dimaksud, masing-masing mempunyai variasi bidang bentuk dari afiksasi. Di samping itu penutur bahasa Jawa dan bahasa Cina adalah penutur yang paling menonjol, karena merekalah yang paling banyak menimbulkan variasi bidang afiksasi tersebut. Mengenai variasi reduplikasi dan komposisi dalam penulisan ini tidak dijumpai variasi sehingga variasi di bidang ini dapat dikatakan tidak ada. 3.2.1 Variasi Menurut Bidang Bahasa Morfologis Penutur Batak Toba 1. Afiks / m ∂ /

a. Afiks / m ∂ / bervariasi dengan / m ε / bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan kecuali konsonan / k /

Contoh : mengatur / mεηatur / melatih / mεlatih / mengobat / mεηobat / merebus / mεrεbus /

2002 digitized by USU digital library 13

Page 14: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

memotong / mεmotoη / b. Afiks / m ∂ / bervariasi dengan / m ε k / bila melekat pada bentuk dasar yang

dimulai dengan fonem / k / dan fonem / k / tidak luluh. Contoh : mengawinkan / mεkkawinkan / mengalikan / mεkkalikan /

mengelilingkan / mεkkeliliηkan / mengeringkan / mεkkεriηkan /

2. Afiks / b r / Afiks / b r/ bervariasi dengan / b / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan.

Contoh : berdua / bεduwa / bertanya / bεtana /

berkarat / bεkarat / berdarah / bεdarah / berjemur / bεjεmur /

3. Afiks / t∂r / Afiks / t∂r / bervariasi dengan / tε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan.

Contoh : terbuka / tεbuka / termakan / tεmakan / tertidur / tεtidur / tersimpan / tεsimpan / terpijak / tεpija? /

4. Afiks / pe / bervariasi dengan / pε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal konsonan.

Contoh : pengobat / pεηobat / pelari / pεlari / petinju / pεtinju / pengapus / pεηapus / pesuruh / pεsuruh /

5. Afiks / per / bervariasi dengan / pεr / bila melekat pada bentuk yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : peristri / pεristri / perkuda / pεkuda / perdua / pεrduwa / persulit / pεrsulit / perpanjang / pεrpajjaη /

3.2.2 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Batak Karo Penutur bahasa Karo yang ada di Medan juga menimbulkan variasi di bidang bentuk, sama halnya dengan penutur bahasa Batak Toba dan bahasa Batak Angkola/Mandailing. Variasi tersebut dapat kita lihat sebagai berikut : 1. Afiks / m∂ /

Bentuk a. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / η / bila melekat pada bentuk dasar yang

dimulai dengan vokal dan konsonan / k / dan / g /, fonem / k / luluh. Contoh : mengajar / ηajar / mengawal / ηawal / mengantuk / ηantu? / menggoreng / ηgεr∂η / mengganggu / ηgaηgu /

2002 digitized by USU digital library 14

Page 15: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

b. Afiks / m / bervariasi dengan / m / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / p / dan / b /, konsonan / p / luluh.

Contoh : membawa / mbawa / memukul / mukul / memotong / m∂t∂nη / memburu / mburu / membenci / mb∂nci /

c. Afiks / m / bervariasi dengan / n / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / d / dan / t /, / j /, / c /, konsonan / t / luluh.

Contoh : mendaki / ndaki / meniru / niru / menjinjing / njinjiη / mencari / ncari / mendesak / nd∂sa? /

d. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / N / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / s /, konsonan / s / luluh.

Contoh : menyusu / Nusu / menyisir / Nisir / menyuntik / Nunti? / menyepak / Nεpa? / menyembah / N∂mbah /

e. Afiks / m/ bervariasi dengan / η∂ / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / l / dan / r /.

Contoh : melihat / η∂lihat / merokok / η∂roko / merendam / η∂endam / melempar / η∂lempar / merampok / η∂rampok /

3.2.3 Variasi Morfologis Penutur Bahasa Batak Angkola/Mandailing 1. Afiks / m∂ /

a. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / ma / bila melekat pada bentuk dasar dimulai dengan vokal maupun konsonan kecuali konsonan / k /.

Contoh : melapor / malapor / mengarang / maηaraη / menjala / manjala / menumbuk / manumbu? / mengobat / maηubat /

b. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / mak / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / k / dan konsonan / k / tidak luluh.

Contoh : mengawinkan / makkawinka / mengelilingkan / makkaliliηkan / mengura / makkuras / mengalikan / makkalikan / mengawalkan / makkawal /

2. Afiks / t∂r / Afiks /t∂r / bervariasi dengan / tar / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : termakan / tarmakan / tertinggal / tertiηgal / terobat / tarubat / tersepak / tarsipak / tertidur / tartidur /

2002 digitized by USU digital library 15

Page 16: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

3. Afiks / p r / Afiks / p r / bervariasi dengan / par / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : perdua / parduwa / pertingga / partiηgal / peristri / paristri / persulit / parsulit / perpendek / parpεndεk /

4. Afiks / s / Afiks / s∂ / bervariasi dengan / sa / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : sebuah / sabuwah / seikat / saikat / seminggu / samiηgu / selumbung / salumbuη / sekilo / sakilo /

3.2.4 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa

Simalungun Sama halnya dengan penutur bahasa Batak Toba, bahasa Batak Angkola/ Mandailing dan penutur bahasa Batak Karo, penutur bahasa Batak Simalungun yang ada di Medan juga menimbulkan variasi morfologis di bidang bentuk. 1. Afiks / m∂ /

Bentuk Afiks / m∂ / bervariasi dengan / mε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : merokok / mεrokok / membentu / mεmbantu / menulis / mεnulis / menyanyi / mεnani / menggoreng / mεηgorη /

2. Afiks / b r / Afiks / b∂r / bervariasi dengan / bε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : berdua / bεdua / bersalam / bεsalam / bergelombang / bεgεlombbaη / bertanya / bεtana / berdiri / bεdiri /

3. Afiks / t∂r / Afiks / t∂r / bervariasi dengan / tε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : tersiksa / tεsiksa / termakan / tεmakan /

tertidur / tεtidur / terpaksa / tεpaksa / tergoda / tεgoda /

4. Afiks / p∂ / Afiks / p∂ / bervariasi dengan / pε / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : pencuri / pεncuri / perampok / pεrampok /

2002 digitized by USU digital library 16

Page 17: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

pesuruh / pεsuruh / pelaut / pεlaut / penyanyi / pεñañi /

5. Afiks / p∂r / Afiks / p∂r / bervariasi dengan / pε r / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : perdua / pεdua / perdalam / pεrampok / pertiga / pεrtiga / peristri / pεristri /

3.2.5 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Minangkabau

Penutur minangkabau yang ada di Medan juga hanya menimbulkan ragam di bidang bentuk. Hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut. 1. Afiks / m∂ /

Bentuk Afiks / m∂ / bervariasi dengan / ma / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : memukul / mamukul / mangaji / maηaji / mengambil / maambi? / menagih / managih / menumbuk / manumbuk /

2. Afiks / b∂r / Afiks / b∂r / bervariasi dengan / ba / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : bersolek / bas∂lε? / bertinju / batinju / berdua / baduwo / berekor / baikur / bertiga / batigo /

3. Afiks / t∂r / Afiks / t∂r / bervariasi dengan / ta / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal maupun konsonan.

Contoh : terbeli / tabali / terjual / tajual / tergolek / tag∂lε? / terminum / taminum / terjerumus / tajarumus /

4. Afiks / p∂ / Afiks / p∂ / bervariasi dengan / pa / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal maupun konsonan.

Contoh : petinju / patinju / pesuruh / pasuruh / peminum / paminum / pemalas / pamalas / pelari / palari /

5. Afiks / p r / bervariasi dengan / pa / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal maupun konsonan.

Contoh : perkuda / pakuda / perbudak / pabuda? / peristri / paistri /

2002 digitized by USU digital library 17

Page 18: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

perdua / paduwo / percantik / pacanti? /

6. Afiks / s / Afiks / s / bervariasi dengan / sa / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal maupun konsonan.

Contoh : sebuah / sabuwah / seekor / saikur / seinduk / saindu? / semotor / sam∂t∂r / serumah / sarumah /

3.2.6 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa

Melayu Deli 1. Afiks / m /

Bentuk Afiks / m / bervariasi dengan / n / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal, konsonan / k / dan / g /, konsonan / k / luluh.

Contoh : mengajar / ηajar / mengail / ηail / menggaruk / ηgaru? / mengganggu / ηgaηgu / mengambil / ηambil /

Afiks / m / bervariasi dengan / m / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / p /, / tb /, konsonan / p / luluh

Contoh : memukul / mukul / membawa / mbawa / memarut / marut / membasuh / mbasuh / memotong / motoη /

2. Bentuk Afiks / b∂r / bervariasi dengan / b∂R / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal. Afiks / m / bervariasi dengan / n / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / d / dan / t /

Contoh : menolak / n∂la? / menjala / njala / mencuci / ncuci / mendaki / ndaki / menarik / naRi? /

Afiks / m / bervariasi dengan / n / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / s / dan konsonan / s / luluh.

Contoh : menyusu / ñusu / menyisir / ñisir / menyuntik / ñunti? / menyepak / ñepa? / menyembah / ñambah /

3. Afiks / b∂r / Afiks / b∂r / bervariasi dengan / b∂ / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan.

Contoh : berdaun / b∂daun / bertutup / b∂tutup / berbohong / b∂bohoη / berjemur / b∂j∂muR /

2002 digitized by USU digital library 18

Page 19: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

berbaring / b∂baRiη / 4. Afiks / s / bervariasi dengan / sa / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai

dengan vokal dan konsonan. Contoh : seayah / saayah / sebulan / sabulan / serumah / saRumah / seemak / sa∂ma? / sekuat / sakuat /

5. Afiks / kan / Afiks / kan / bervariasi dengan / k / bila melekat pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal dan konsonan.

Contoh : lemparkan / lempaRk∂ / sandarkan / sandaRk∂ / belikan / belik∂ / bangunkan / baηunk∂ / turunkan / tuRunk∂ /

6. Afiks / i / Afik / i / tidak mengalami proses morfofonemik ( pergeseran fonem ), bila melekat pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem / k /.

Contoh : sepaki / sεpa?i / tembaki / tεmba?i / perbaiki / peRbai?i / duduki / dudu?i / naiki / nai?i /

3.2.7 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Jawa Penutur bahasa Jawa yang bertempat tinggal di Medan paling banyak menimbulkan ragam. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa di samping ragam bentuk juga ragam distribusi dan ragam nosi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh aturan bidang morfologi yang ada pada bahasa Jawa diidentifikasikan pada bahasa Indonesia sehingga menimbulkan ragam. 1. Afiks / m / Bentuk a. Afiks / m / bervariasi dengan / -η / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai

dengan vokal dan konsonan / k / dan / g / konsonan / k / dan / g / luluh. Contoh : mengorek / η∂rε /

mengopi / η∂piε / mengobat / η∂bat / mengompol / η∂p∂l / mengait / ηait /

b. Afiks / m / bervariasi dengan / m / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / l /

Contoh : memotong / m∂t∂η / membantu / mbantu / memupuk / mupu? / memukul / mukul / memborong / m∂r∂η /

c. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / η/ bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / l /.

Contoh : melamar / ηlamar / melompat / ηlompat/ melawan / ηlawan /

2002 digitized by USU digital library 19

Page 20: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

melapor / ηlapor / d. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / n / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai

dengan fonem / d /, / t /, / j /, / c / sedang fonem / t / luluh. Contoh : mendukung / ηdukuη /

menjinjing / njinjiη / mencari / ncari / menari / nari / mendesak / ndesa? /

e. Afiks / m / bervariasi dengan / ñ / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan fonem / s / fonem / s / luluh.

Contoh : menyiram / ñiram / menyisir / ñisir /

menyulam / ñulam / menyaring / ñariη /

2. Afiks / i / bervariasi dengan / in / bila melekat pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal dan konsonan

Contoh : ambili / ambilin / sakiti / sakitin / selimuti / s∂limutin / makani / makanin / cucii / cuciin /

3. Afiks / t / bervariasi dengan / k / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal konsonan.

Contoh : terikat / t∂rikat / tersambar / k∂sambar / terlempar / k∂lεmpar / tersenggol / k∂sεηgol / tercucuk / k∂cucu? /

4. Afiks / s / bervariasi dengan / sa? / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan.

Contoh : seikat / sa?ikat / segunung / sa?gunuη / setumpuk / sa?tumpu? / semester / sa?εmεtεr / seisi / sa?isi /

3.2.7.2 Distribusi

Di bidang distribusi yang menimbulkan variasi hanyalah afiks / k /. Afik / k / dalam bahasa Indonesia kurang produktif bila kita bandingkan dengan afiks-afiks yang lain. Dalam bahasa Indonesia afiks ini hanya melekat pada kata bilangan. Penutur bahasa Jawa yang berbahasa Indonesia cenderung melekatkan afiks kepada kata kerja dan kata benda hingga menimbulkan variasi.

Contoh : Afiks / ke / dapat melekat pada kata kerja.

kesambar ketimpa kesenggol kesepak keikat

Afiks / ke / dapat melekat pada kata benda Contoh : kecangkol kesapu ketimba

2002 digitized by USU digital library 20

Page 21: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

kepaku kesemen

Nosi Dalam bahasa Indonesia afiks ke hanya mempunyai nosi yang menyatakan

jumlah dan urutan. Penutur bahasa Jawa cenderung melekatkan afiks ke pada kata benda dan kata kerja. Akibat dari hal tersebut maka timbullah ragam di bidang nosi yang menyatakan tidak sengaja dan menyatakan sanggup. a. Afiks / ke / menyatakan nosi tidak sengaja

Contoh : Tangan anak itu kepotong Matanya kecucuk bambu

b. Afiks / ke / menyatakan sanggup. Contoh : Kecangkol juga olehnya tanah liat itu Sumur itu ketimba juga airnya.

3.2. 8 Variasi Menurut Bidang Morfologis Bahasa Indonesia Penutur Bahasa Cina Penutur bahasa Cina yang ada di Kotamadya Medan menimbulkan variasi di bidang bentuk dan variasi di bidang arti (nosi). Keragaman tersebut muncul sebab golongan tua penutur bahasa Cina sama sekali tidak mengindahkan kaidah bahasa Indonesia karena mereka merasa bahwa bumi Indonesia hanyalah tempat mereka merantau. Hal tersebut ditambah lagi kurangnya assimilasi terhadap semua tingkat. Penutur bahasa Cina sangat sedikit sekali memakai afiks. Oleh sebab itu banyak timbul variasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil panalitian ini. 1. Afiks / m∂ /

a. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / - / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal dan konsonan, kecuali konsonan / r /

Contoh : memakan / makaη / membaca / baca / menggoreng / golεη / menyapu / sapu / menggeser / gεsεt /

b. Afiks / m∂ / bervariasi dengan / m∂l / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / r /.

Contoh : merokok / m∂ll∂l∂? / merusak / m∂llusa? / merampok / m∂llampo? / merasa / m∂llasa / merobek / m∂ll∂bε? /

2. Afiks / p∂ / Afiks / p∂ / bervariasi dengan / p∂l / bila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / r /

Contog : perokok / p∂loko? / perusak / p∂llusa? / perampok / p∂llampo? / perasa / p∂llasa / peronda / p∂llonda /

Nosi Kurangnya pemakaian afiks oleh penutur bahasa Cina menimbulkan variasi di bidang nosi. a. Afiks di dalam bahasa Indonesia selalu menyatakan pasif.

Contoh : dimakan / makaη / diminum / minum / dilempar / lεmpat /

2002 digitized by USU digital library 21

Page 22: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

dipukul / pukut / disuntik / sunti? /

Afik di peroleh penutur bahasa Cina menjadi bentuk aktif. Contoh : / Anjiη itu di pukul adik /

/ Adik pukut anjing / b. Afik / ke / dalam bahasa Indonesia menyatakan urutan bila melekat pada kata

bilangan. Contoh : kedua / luwa /

ketiga / tiga / keempat / ampa? / kelima / lima / keenam / annam /

Afiks / ke / oleh penutur bahasa Cina tidak dipakai bila menyatakan urutan, sehingga nosi yang ditimbulkannya menyatakan jumlah.

Contoh : / rumah kedua dari sini / / lumah luwa dali sini /

c. Afiks / ter / dalam bahasa Indonesia selalu menyatakan tidak sengaja. Contoh : tersepak / s∂pa? /

terpijak / piya? / tercium / cium / tersentuh / s∂ntuh / termakan / makaη /

Afiks ini juga dalam pengucapan selalu dihilangkan sehingga menimbulkan variasi di bidang nosi. Nosi yang menyatakan tidak sengaja, berubah menjadi nosi melakukan perbuatan.

Contoh : / pintu itu tersepak adik / / pintu alek sepa? /

3.3 Variasi Sintaksis

Dalam bagian ini akan dibicarakan variasi struktur. Variasi ini terjadi karena pengaruh struktur kalimat bahasa si penutur. Seperti telah dikemukakan penutur yang banyak menimbulkan variasi ialah penutur bahasa Batak Toba, bahasa Batak Karo, bahasa Batak Angkola/Mandailing, bahasa Batak Simalungun, bahasa Minangkabau, bahasa Melayu Deli, bahasa Jawa, dan bahasa Cina. Ragam Struktur Ragam penutur Batak Toba di bidang struktur dapat ditandai melalui struktur kalimat yang dipergunakannya. Penutur Batak Toba pada umumnya mempergunakan struktur predikat-subyek. Hal ini terjadi karena penutur Batak Toba selalu mengidentifikasikannya dengan struktur bahasa Batak Toba.

Contoh : Pigi aku ayah dulu Mati aku kau bikin

Struktur ini dalam bahasa Indonesia seharusnya. Aku pergi dulu ayah Aku mati kau bikin Di samping hal di atas dapat dilihat pemakian kata ganti yang dipakai tidak pada tempatnya.

Contoh : Datanglah kau ayah dulu ke Medan Janganlah kau mak mati dulu

Struktur ini dalam bahasa Indonesia seharusnya : Datanglah ayah ke Medan Janganlah ibu mati dulu

2002 digitized by USU digital library 22

Page 23: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

Ragam Struktur Bahasa Indonesia penutur Karo juga dapat ditandai melalui strukturnya yaitu predikat-subyek.

Contoh : Membeli buku aku Menanam kol aku Pergi aku ke pasar

Di dalam bahasa Indonesia strukturnya menjadi : Aku membeli buku Aku menanam kol

Aku pergi ke pasar Di samping itu dijumpai pengulangan pemakaian kata ganti yang berfungsi sebagai pokok kalimat.

Contoh : Aku pun heran aku Kaupun kau pukul dia

Kata aku dan kau pada kalimat di atas merupakan pengulangan dari kata pertama yang berfungsi sebagai pokok kalimat. Struktur seperti ini adalah terjemahan dari struktur bahasa Karo. 3.3.1 Variasi di Bidang Struktur Variasi struktur penutur Batak Angkola/Mandailing juga dapat ditandai melalui struktur predikat-subyek.

Contoh : Maluppat ikan itu Datang adek dari sikkola Pulang ayah dari Masojid

Dalam bahasa Indonesia struktur kalimat itu adalah sebagai bentuk. Contoh : Ikan itu melompat Adik pulang dari sekolah Ayah pulang dari masjid.

Penutur Batak Angkola/Mandailing juga memakai kata ganti yang menunjukkan hubungan yang akrab, hingga menimbulkan variasi yang tidak dijumpai dalam bahasa Indonesia.

Contoh : Datanglah kau Ali ke Medan Jangan ribut kau anakku, nanti bangun adikmu.

Dalam bahasa Indonesia struktur kalimat itu adalah sebagai bentuk

Ali datanglah ke Medan Jangan ribut nak, nanti adikmu bangun

Ragam Struktur Ragam struktur penutur bahasa Batak Simalungun juga dapat ditandai melalui struktur predikat-subyek.

Contoh : Marah ibu itu Tertawa orang itu Lari anak itu Makan adik saya

Di dalam bahasa Indonesia struktur menjadi. Ibu itu marah

Orang itu tertawa Anak itu lari Adik saya makan

2002 digitized by USU digital library 23

Page 24: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

Ragam Struktur Bahasa Indonesia penutur Minangkabau dapat juga ditandai strukturnya. Kata penunjuk “itu” sering digunakan walaupun tidak menunjukkan sesuatu seperti dalam bahasa Indonesia.

Contoh : Saya ke Jakarta itu untuk mengurus anak itu. Tentunya kantor itu untuk dipakai pegawai itu. Ibunya menangis itu, sebab kematian ayahnya itu. Adik dipukul itu, karena nakal itu.

Menurut struktur bahasa Indonesia maka struktur kalimat itu menjadi : Saya ke Jakarta untuk mengurus anak itu. Tentunya kantor itu untuk dipakai pegawai Ibunya menangis sebab kematian ayahnya Adik dipukul karena nakal

Ragam selanjutnya dapat dilihat pada kalimat penutur Minangkabau yang menyebutkan pokok kalimatnya berulang-ulang sesuai dengan susunan kalimat si penutur.

Contoh : Saya tidak mau saya Saya pergi saya

Menurut struktur bahasa Indonesia maka struktur kalimat itu menjadi : Saya tidak mau Saya pergi Begitu pentingnya pengulangan itu oleh si penutur Minangkabau hingga menjadi ragam seperti berikut ini :

Contoh : Saya sudah bercita-cita, kalau saya lulus, saya akan pergi ke Medan.

Saya akan menikah, dan saya berhenti bekerja sebab saya harus pindah.

Menurut struktur bahasa Indonesia maka struktur kalimat itu menjadi : Saya sudah bercita-cita, kalau saya lulus akan pergi ke Medan. Saya akan menikah dan akan berhenti bekerja sebab harus pindah.

Ragam Struktur Bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh penutur Melayu Deli sama strukturnya dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu tidak dijumpai ragam struktur pada penutur Melayu Deli. Ragam Struktur Penutur Jawa sering menterjemahkan langsung kalimat bahasa Jawa ke dalam kalimat bahasa Indonesia.

Contoh : Dia mau menang sendiri. Dia pandai sendiri di kelasnya.

Pemakaian kata “sendiri” pada kalimat di atas adalah terjemahan langsung dari kata “dewe” dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia pemakaian kata sendiri itu tidak tepat dipakai dalam kalimat di atas.

Kalimat di atas seharusnya : Dia saja yang mau menang. Dia yang terpandai di kelasnya. Dia dendam kali dihatinya.

Dalam bahasa Jawa kalimat ini berbunyi : Dek e arep menang dewe

2002 digitized by USU digital library 24

Page 25: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

Dek e sing pinter dewe nang kelas e Dek e dendem banget ning atine.

Jelaslah pemakaian “sendiri” itu merupakan pengaruh bahasa Jawa. Disamping itu penutur bahasa Jawa juga sering memakai kata “nya” yang tidak pada tempatnya.

Contoh : Ia memberikan buku itu kepada bapaknya Amat. Aku mengajak ibunya Ali. Rumahnya pak Direktur ramai.

Kata “nya” pada kalimat di atas juga merupakan terjemahan langsung dari kata “e” dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia pemakaian kata “nya” itu tidak tepat dipakai pada kalimat di atas. Kalimat di atas seharusnya berbunyi :

Ia memberikan buku itu kepada bapak Amat. Aku mengajak ibu Ali. Rumah pak Direktur ramai.

Jelaslah pemakaian “nya” itu merupakan pengaruh bahasa Jawa. 3.3.2 Ragam Sintaksis Bahasa Indonesia Penutur Cina Penutur ini yang paling banyak menimbulkan ragam bila mereka berbahasa Indonesia, sebab penutur Cina yang tinggal di Medan belum merasa bahwa bahasa Indonesia adalah bahasanya sendiri, walaupun mereka sudah menjadi warga negara RI. Hal ini perlu mendapat penelitian khusus. Mereka tidak ingin memperbaiki bahasa Indonesia yang mereka pakai. Keragaman yang menonjol terjadi pada golongan tua. Pada golongan muda faktor penunjang sudah kita miliki yaitu adanya usaha pembauran sekolah-sekolah di Medan. Ragam Struktur Penutur Cina bila berbahasa Indonesia tidak memperhatikan penempatan subyrk, predikat, dan obyek sehingga bila mereka berbicara langsung dapat ditandai melalui struktur kalimat yang dipergunakannya yaitu struktur subyek-obyek-predikat.

Contoh : Gua loktol panggil latang tidak mau. S O P

Dalam susunan yang baik seharusnya berbunyi : Saya panggil dokter tetapi tidak mau datang S P O

Contoh : Gua lumah bili manyak S O P

Dalam susunan yang baik seharusnya berbunyi : Saya banyak membeli rumah S P O

Contoh : Gua bubut makang S O P Dalam susunan yang baik seharusnya berbunyi : Saya makan bubur S P O Ragam lain yang kita jumpai ialah : penutur cenderung memakai kata “punya” untuk menyatakan milik. Acuan seperti itu tidak sesuai dengan acuan bahasa Indonesia.

Contoh : kamu punya olang atak sinang Seharusnya berbunyi : Anda sekarang senang

Contoh : Gua punya anak manyak

2002 digitized by USU digital library 25

Page 26: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

Seharusnya berbunyi : Anak saya banyak Contoh : Gua punya lumah yaoh

Seharusnya berbunyi : Rumah saya jauh Ragam selanjutnya : partikel bahasa Indonesia tidak pernah dipakai oleh penutur Cina.

Contoh : Lu pigi lulu, nanti gua latang Seharusnya berbunyi : Kau pergi dulu, nanti saya datang

Contoh : biat hujan gua latang Seharusnya berbunyi : walaupun hujan saya datang

Contoh : biat gua sakit, gua latang Seharusnya berbunyi : saya datang walaupun saya sakit.

Contoh : biat kali tidak panas, gua jumul ayut asin. Seharusnya berbunyi : saya jemur sayur asin itu, walaupun hari tidak panas.

Contoh : biat gua tidak punya lui, gua titak manyak susah. Seharusnya berbunyi : walaupun saya tidak punya uang saya tidak susah.

2002 digitized by USU digital library 26

Page 27: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN

Seperti telah dikemukakan karya ilmiah yang dilakukan dibatasi pada ragam regional bahasa Indonesia. Itupun dibatasi pada penutur bahasa Indonesia dari daerah Toba, Karo, Angkola/Mandailing, Simalungun, Minangkabau, Melayu Deli, Jawa, dan Cina.

Setelah memperhatikan tuturan yang disampaikan oleh para penutur maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Para penutur dapat digolongkan sebagai dwibahasawan. Sebagai dwibahasawan para penutur telah menjadi tempat kontak antar bahasa pertamanya yaitu bahasa ibu dengan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia. Mereka terlibat di dalam praktek menggunakan kedua bahasa itu secara bergiliran. Sebagai akibat daripada pengenalan kedua bahasa itu timbullah ragam dalam tuturannya. Dalam tuturan yang disampaikan oleh para penutur terdapat ragam di bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Ragam itu ternyata pada umumnya timbul karena dorongan faktor struktur bahasa ibu dan bahasa Indonesia yang berkontak.

Antar bahasa ibu para penutur dengan bahasa Indonesia terdapat unsur-unsur yang menunjukkan persamaan dan perbedaan

Ragam yang dihasilkan oleh para penutur setelah dianalisis ternyata pada umumnya timbul dari kesukaran karena perbedaan itu yang oleh para penutur diatasi dengan jalan identifikasi hal-hal yang menunjukkan persamaan. Apakah ragam yang dihasilkan oleh para penutur itu berpengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia atau tidak belum dapat ditetapkan dari sekarang sebab bayak hal lain yang akan ikut menentukannya. Hal ini memerlukan penelitian yang lain.

Walau pun akibatnya belum dapat ditetapkan dari sekarang tetapi melihat kenyataan itu kiranya masalah ini cukup penting untuk mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Ragam yang telah digambarkan dalam penelitian ini kiranya menggambarkan pula ragam yang mungkin terjadi pada seluruh populasi yaitu penutur bahasa Indonesia di Kotamadya Medan 5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman ragam bahasa di Kotamadya Medan ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ragam bahasa di Kotamadya Medan ini perlu dikembangkan lebih jauh karena bukan hanya ragam regional yang dijumpai di Kotamadya Medan

Ragam regional bahasa Indonesia di Kotamadya Medan ini masih perlu dikembangkan, karena masih banyak masalah-masalah yang perlu dibahas lebih dalam.

Dalam menyusun bahan pelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan kesukaran-kesukaran yang dihadapi oleh para penutur baik yang berbahasa ibu bahasa Batak maupun yang berbahasa ibu bahasa Melayu Deli, Minangkabau, Jawa, dan Cina.

Salah satu usaha yang dapat ditempuh dalam menghadapi kesukaran-kesukaran itu ialah dengan mempertimbangkan masalah kedwibahasaan. Pertimbangan itu menyangkut metode pengajaran dan guru.

2002 digitized by USU digital library 27

Page 28: VARIASI DIALEK BAHASA INDONESIA DI KOTAMADYA …library.usu.ac.id/download/fs/sastraindonesia-anni2.pdf · bermacam-macam suku antara lain suku Toba, Karo, Simalungun, Angkola/Mandailing,

DAFTAR BACAAN Gleason, H.A. 955. An Introduction To Descriptive Linguistics. New York : Holt,

Rinchart and Winston. Halim, Amran. 1974. Intonation. Jakarta : Lembaga Bahasa Nasional Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Halliday, M.A.K. dkk. 1970. The Users and Uses of Language. Dalam J.A. Fisman

(ed). Reading in the Sociology of Language. The Hague : Mouton. Halaman 139 – 169.

Hockett. Charles F. 1958. A Causse in Modern Linguistics. New York: The Macmillan

Company. Lyons, Jhon. 1971. New Harisons in Linguistics. Penguin Books. Martined, Andre. Elements of General Linguistics. Translated by Elisabeth Palmen.

London : Faber and Faber. Meuraxa, Dada. 1975. Sejarah Hari Jadinya Kota Medan 1 Juli 1950. Medan:

Sastrawan Nida, Eugene, A. 1952. Morfology. Ann Arbor : The University of Michigan Press. Pike. Kenneth L. 1959. Phonemics. Ann Arbor : The University of Michigan Press. Pohan, Ir. Karnold. Dkk. 1970. Buku Kotamadya Medan Dalam Angka. Medan :

BAPPEDA dan Kantor Statistik Kodya Medan. Pride, J.B. and Holmes, Jenet. 1972. (ed) Sociolinguistics. Penguin Books yang berisi

beberapa artikel antara lain : Tanner N. 1967. Speech and Society among the Indonesian Elite. A Case study of a Multilingual Community. Labouf. W. 1970. The Study of Language in its Social. Context.

Rusyana, Yus. 1975. Interferensi Morfologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh

Anak-anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda Murid Sekolah Dasar di Daerah Jawa Barat. Bandung : Disertai.

………….. 1976. Sumatera Utara Membangun. Medan : Pemerintahan Daerah

Sumatera Utara. Suti, Bayo. 1979. Medan. Medan Menuju Kota Metropolitan. Medan : Yayasan Potensi

Pembangunan Daerah Medan. Weinreich, Uriel. 1970. Languages in Contact Findings and Problems. Mouton : The

Hague.

2002 digitized by USU digital library 28


Recommended