Download doc - Urogenital Lbm 1

Transcript

UROGENITAL LBM 1 “PANAS MENDADAK, NYERI PINGGANG”

STEP 1

1. PyuriaKonsentrasi sel darah putih yg lbh dr normal yg ditemukan dlm urineBiasanya ada pus di dalam urineDikatakan pyuria jk scr mikroskopik, didapatkan >10 leukosit/mm kubik atau >5 leukosit per lapang pandang besar

2. ProteinuriaAdanya protein di dalam urine >150mg (dewasa), >140mg(anak-anak)

3. Eritrosit dismorfikAdanya kelainan bntuk eritrosit, tanda ada kelainan di glomerulusBentuknya heterogen, hipokromik, tersebar tdk beraturan

4. HematuriaDitemukannya darah (sel eritrosit)dalam urine krn kerusakan glomerulus, trauma, batu sal kemih, nefrotoksin, dll

5. Nyeri ketok kostovertebraTanda ada kelainan pada ginjal, obstr pd pertemuan uretropeutrikNyeri pada sudut yang terbentuk oleh kosta terakhir dan vertebra

6. Nyeri suprapubikNyeri di daerah suprapubis (dibawah pusar)

STEP 21. Anatomi, fisiologi, histologi system urogenital2. Apakah gejala panas, menggigil, dan nyeri pinggang muncul bersamaan?3. Mengapa didapatkan suhu badan meningkat pd pasien?4. Mengapa menggigil dan nyeri pinggang?5. Mengapa kencing terasa sakit, sedikit2, sering, dan tdk bs ditahan?6. Mengapa didapatkan nyeri ketok kostovertebra?7. Bagaimana melakukan px ketok kostovertebra?8. Mengapa ada pyuria, proteinuria, hematuria, eritrosit dismorfik?9. DD

STEP 31. Anatomi, fisiologi, histologi system urogenital

Anatomi2 pasang ren, 2 pasang ureter, vesica urinaria, uretraRen ; mnghasilkan urine, mengalirkan urine dgn gerakan peristaltic menuju ureter, mngatur elektrolit dan tekanan darahUreter : menyalurkan urinevesica urinaria ; menampung urine uretra ; pengeluaran urinehistologyrennefron ada korteks, medulla, lengkung henlekomp tubular dan vascularada TCP (sel besar, cuboid, lumen sempit, ada brush cell), TCD (sel kecil, lumen lebar, melanjut sbg tubulus collectivus, ada macula densa yg bfungsi mnyerap bnyk Na dan membuang kalium saat konsumsi diuretik)

proses pembentukan urine :-filtrasi-absorbsi-reabsorbsi

Awalnya darah menuju ginjal Glomerulus didlm kapsula bowman, darah disaring (plasma) TCP (absorbsi) TCD (reabsorbsi) tubulus collectivus ekskresi urine

2. Apakah gejala panas, menggigil, dan nyeri pinggang muncul bersamaan?Peradangan rubor, calor, dolor, tumor, function lesaNyeri pinggang panas menggigil

3. Mengapa didapatkan suhu badan meningkat pd pasien?4. Mengapa menggigil dan nyeri pinggang?5. Mengapa kencing terasa sakit, sedikit2, sering, dan tdk bs ditahan?

rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit keadaan ini adalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli – buli karena inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli – buli, adanya obstruksi infravesika atau karena kelainan buli – buli nerogen.Setiap hari, orang normal rata – rata berkemih sebanyak 5 hingga 6 kali dengan volume kurang lebih 300 ml setiap miksi. Frekuensi atau polakisuria adalah frekuensi berkemih yang lebih normal. Keadaan ini bisa terjadi karena kapasitas buli – buli yang menurun sehingga sewaktu buli – buli terisi pada volume yang belum mencapai kapasitasnya, rangsangan miksi sudah terjadi. Penyebab menurunnya kapasitasnya buli – buli yang mengalami inflamasi oleh benda asing di dalam lumen buli – buli.Sumber : Dasar – dasar urologi, basuki B Purnomo

6. Mengapa didapatkan nyeri ketok kostovertebra?7. Bagaimana melakukan px ketok kostovertebra?8. Mengapa ada pyuria, proteinuria, hematuria, eritrosit dismorfik?

Proteinuria adalah ditemukannya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu >150 mg/hari atau >140 mg/hari pada anak-anak. Proteinuria merupakan tanda lesi nefron/glomerulus. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis apabila kadarnya >200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Hal-hal yang menyebabkan proteinuria:a. Perubahan permeabilitas glmerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein

plasma normal terutama albuminb. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasic. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low molecular weight protein (LMWP)

dalan jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulusd. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon

untuk inflamasiBUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM JILID II EDISI V. INTERNA PUBLISHING. 2009

i. HematuriaBerdasar lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan

non glomerulus untuk memisahkan bidang nefrologi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan di urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan herediter atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Eritrosit bila berikatan dengan protein Taam-Horsfall akan membentuk silinder eritrosit. Ini merupakan petunjuk penyakit glomerulus yang merupakan penanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit nefron/glomerulus biasanya hanya ditemukan sel darah merah saja tanpa silinder.

BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM JILID II EDISI V. INTERNA PUBLISHING. 2009Leukosituria atau pyuria adalah adanya leukosit didalam urine. Hal tersebut dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

9. DDISK (krn ada pyuria, nyeri ketok, proteinuria)a. Definisi

Adanya infeksi di saluran kemih, bs menyerang sal kemih atas (ginjal,ureter)/ bawah (prostat, VU, uretra, scrotum, penis)

b. EtiologiPaling sering disebabkan oleh bakteri (biasanya E.coli), ada tipe P (mnginfeksi sampai ginjal), baktrei penghasil enzim urea (mngubah urine mnj suasana basa), ada tipe pili1Bisa disebabkan oleh jamur, virus

c. PatogenesisBs secara ascending (dr organ uretra bs naik sampai ke ginjal), bs krn organ sktr sal kemih infeksiSecara ascending;Di usus ada flora normal (E.coli) hidup scr komensal di vagina, inf tjd saat imun tubuh turunAda inf pd kemih tubuh ada perlawanan (dgn mbuang urine) urine selain utk dibuang, urine memiliki pH asam jadi jg bs membunuh bakteri yg ada di uretra (uretritis), bakteri2 menginfeksi sal kemih : menuju uretra vas deferens testis VU (cystitis) ureter ginjal (pyelonefritis)Penyebaran :Reinfection >6mggu, mikroorganisme berlainanRelapsing infection mikroorganisme sama

Kerusakan ginjal proteinuria urine keruh tdpat Kristal, menghambat tjd penumpukan urine bs menimbulkan infeksi

Bs scr hematogen,limfogen, eksogenPaling sering terkena pd wanita

d. PatofisiologiProteinuria disebabkan oleh :- Perubahan permeabilitas glomerulus (normalnya protein tdk merembes)- Kegagalan tubulus mereabsorsi protein- Sekresi yg meningkat dr akibat respon inflamasi

Hematuria

- Kerusakan scr makroskopis : kel sal kemih bawah- Kerusakan scr mikroskopis : kel sal kemih atas

e. Manifestasi klinisKeluhan panas, nyeri pinggang, kencing sakit, sedikit, sering, tdk bs ditahan, proteinuria, pyuria, hematuriaISK atas : menggigil, demam, nyeri pinggangISK bwh : panas di uretra, kencing sedikitf. Faktor resikoHomoseksual, pengantin baru (honeymoon cystitis), wanita hamil, tdk higienis, penggunaan kateter, DMg. KlasifikasiISK komplit (kerusakan secara anatomis), ankomplitISK atas, bawahISK dgn penyulit (batu ginjal), tanpa penyulit (bakteri, jamur)h. Penegakan diagnosisi. prognosis

Batu ginjal (krn ada proteinuria, hematuria)Glomerulonefritis (krn hematuria, eritrosit dismorfik)

STEP 7 Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di

dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganismelain.

Sumber : Rahardjo P., Sualit E., Infeksi Saluran Kemih, dalam Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Balai Penerbit FKUI Edisi IV, 1999, 265–73Infeksi Saluran Kemih (ISK) keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 102 hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105

bakteri/ml (Coyle dan Prince, 2005).

Etiologi

Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :

- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending)

- Hematogen

- Limfogen

- Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.(1)

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi.(1) Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No. Mikroorganisme Persentase biakan(%)

1. Escherichia coli 50-90

2. Klebsiela sp. atau Enterobacter sp.

10-40

3. Proteus sp. 5-10

4. Pseudomonas aeroginosa 2-10

5. Staphylococcus epidermidis 2-10

6. Enterococci sp. 2-10

7. Candida albicans 1-2

8. Staphylococcus aureus 1-2

Jenis penyebab ISK non-bakterial adalah biasanya adenovirus yang dapat menyebabkan sistitis hemoragik. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, danMycobacterium tuberculosa . Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien dengan penyakit imunnocompromised, dan

pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen .

Purnomo BB: Dasar-Dasar Urologi 2nd Edition . Jakarta, Sagung Seto. 2003

Klasifikasi

ISK dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :1. ISK atas : Pyelonefritis akut (PNA) dan pyelonefritis kronis (PNK)2. ISK bawah :     - pada wanita biasa terjadi sistitis dan sindrom uretra akut.    - pada pria biasa terjadi sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis.3. ISK sederhana (uncomplicated)4. ISK tipe berkomplikasi (complicated)Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam

Infeksi saluran kemih bagian bawah terdiri dari sistitis (kandung kemih), uretritis (uretra), serta prostatitis (kelenjar prostat).

Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari pielonefritis yaitu infeksi yang melibatkan ginjal (Coyle dan Prince, 2005).

Infeksi saluran kemih (ISK) dari segi klinik dibagi menjadi:1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/ uncomplicated urinary tract infection), yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguan struktur maupun fungsi saluran kemih.2. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection), yaitu bila terdapat hal – hal tertentu sebagai infeksi sa luran kemih dan kelainan struktur maupun fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin ; batu saluran kemih, kista ginjal, tumor ginjal, abses ginjal, residu urin dalam kandungan kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004).

Infeksi pada saluran kemih ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :1. Infeksi saluran kemih bagian atas : Pyelonefritis

Pielonefritis adalah radang saluran kemih disertai paling sedikit 2 kelainan dalam kaliks ginjal. Pielonefritis merupakan penjalaran dari infeksi di tempat lain (sepsis/bakteriemia). Penjalaran LimfogenTerutama dari tractus Gastroinstestinalis (ada hubungan langsung antara KGB Kolon dan ginjal) Penjalaran AscendingMelalui lumen tractus urinarius (dengan adanyla refluks / radang mikroskopik sepanjang ureter).

Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana Pielonefritis akut disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke saluran kemih dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal, jarang sekali menjadi suatu kegagalan ginjal.

Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri, namun juga faktor-faktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pielonefritis kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya jaringan parut. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Diduga bahwa pielonefritis menjadi diagnose yang sungguh-sungguh dari sutu pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.2. Infeksi saluran kemih bagian bawah : Cystitis, Uretritis.

Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya.

Rute infeksi Terdapat 3 rute invasi bakteri ke dalam saluran kemih, antara lain:

Ascending routeBakteri periurethral melalui uretra bermigrasi ke atas menuju vesika urinaria yang jika terus berlanjut dapat mencapai ureter hingga ginjal. Dapat pula terjadi akibat aktivitas seksual atau pada pemasangan kateter yang tidak higienis. HematogenikSering kali disebabkan oleh Staphylococcus aureus; Sering ditemukan pada pasien immunocompromised LymphogenicRute infeksi ini masih memiliki bukti scientific yang minimal.

Manifestasi Klinis

Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di

uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik

2. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.Infeksi Saluran Kemih I, R Nur Brusiana Suandi

Patogenesis

Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel uroepitel dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter dan menyebabkan gangguan peristaltiknya. Melekatnya bakteri ke sel uroepitel ini akan meningkatkan virulensi bakteri tersebut. Pada ISK, dilatasi urinary collecting system ini dapat terjadi, tanpa obstruksi atau refluks vesico ureter.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh suatu glikopreotein, lapisan musin yang berfungsi sebagai antibakteri. Robeknya lapisan ini menyebabkan bakteri melekat dan membentuk koloni dipermukaan mukosa kemudian masuk menembus epitel dan mengadakan peradangan.             Infeksi akut/kronis berulang pada vesice urinaria akibat infeksi berulang mengakibatkan perubahan dinding vesika dan memicu inkompetensi katup vesico ureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada waktu berkemih (waktu kontraksi kandung kemih), hal ini disebut refluks. Refluks ini dapat melebar dan mengakibatkan kerusakan pielum dan parenkim ginjal (pielonefritis) yang terjadi secara hematogen maupun limfogen. 

PatofisiologiPenegakan diagnosis

1. Pemeriksaan fisik

i. Pemeriksaan ginjal

Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai 2 tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.

ii. Pemeriksaan vesica urinaria

Diperhatikan adanya benjolan/massa atau jarigan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Dengan palpasi dan perkusi, dapat ditentukan batas vesica urinaria.

iii. Pemeriksaan genitalia eksterna

Diperiksa kemungkinan adanya kelainan pada penis/uretra.

iv. Pemeriksaan skrotum dan isinya

Perhatikan apakah terdapat pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau ada hipoplasi kulit skrotum yang sering dijumpai pada kroptokismus.

v. Rectal toucher

Dinilai:

Tonus sphincter ani dan reflex bulbo-cavernosus

Mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rectum

Menilai keadaan prostat

vi. Pemeriksaan neurologi

Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya lesi neurologi yang mengakibatkan kelainan pada system urogenitalis, seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer.

2. Pemeriksaan urin

Meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur urin.

Leukosit dapat diperiksa dengan dipstick atau secara mikroskopik. Dikatakan pyuria apabila didapatkan >10 leukosit/mm3 atau terdapat >5 leukosti/LPB.

Kultur urin digunakan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang cocok.

Dikatakan bakteriuria apabila didapatkan >105 cfu (colony forming unit)/mL pada pengambilan urin porsi tengah, sedangan pada pengambilan porsi urin melalui aspirasi suprapubik dikatakan bermakna bila didapatkan >103 cfu/mL.

3. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan LED, atau didapatkannya sel-sel muda pada sediaan apus darah menandakan adanya proses inflamasi akut.

Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, hepar, hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman.

DASAR-DASAR UROLOGI, EDISI KEDUA. BASUKI PURNOMO. SAGUNG SETO. 2003BATE’S GUIDES TO PHYSICAL EXAMINATION

 1.        Anamnesis :

Keluhan umum : demam, menggigil, lemah, lekas capek, anoreksia, mual, muntah & sakit kepala. Rasa nyeri : nyeri pinggang, nyeri suprapubik, nyeri inguinal & perineum, nyeri di skrotum.

Gangguan miksi : disuria, hematuria, urgensi, frekuensi, & nokturia.

2. Pemeriksaan Fisik : Febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut kostovertebrata.

3. Laboratorium : Lekositosis, Lekosituria, kultur urin positif : bakteri >105/ml urin.

4. Kriteria diagnosis bakteriuria berdasarkan gambaran klinis dan cara pengambilan sample :

102 Colony Forming Unit (CFU) coliform/ml urin atau > 105 CFU non-coliform/ml urin, pada wanita dengan gejala ISK

≥103 CFU bakteri/ml urin, pada pria dengan gejala ISK

≥105 CFU bakteri/ml urin (2kali pemeriksaan dengan jarak 1 minggu), pada wanita dan pria tanpa gejala ISK

≥102 CFU bakteri/ml urin, pada pasien dengan kateter

berapapun jumlah CFU bakteri/ml urin, pada pasien dengan gejala ISK dengan pengambilan sampel urin dari kateterisasi suprapubik

Pemeriksaan PencitraanPencitraan dilakukan pada semua anak yang terbukti menderita ISK untuk pertama kali. Akan

tetapi jenis pencitraan yang akan dilakukan tergantung pada umur penderita, manifestasi klinik dan pemeriksaan fisik serta tersedianya alat radiologi yang ada dan ekspertisenya. Jenis pemeriksaaan berbeda pada penderita ISK dengan panas tinggi, apalagi disertai sepsis daripada dengan anak yang

hanya mengeluh disuria dan polakisuria. Tujuan utama pemeriksaan pencitraan pada ISK adalah untuk melihat kelainan anatomis yang merupakan factor predisposisi.5

1. USG (Ultrasonografi). Dengan USG dapat dilihat:a. Struktur anatomis saluran kemih, meskipun fungsinya nolb. Besar/ukuran ginjalc. Dilatasi dari pelviokalises, ureter dan anomali vesika urinaria.d. Batu saluran kemih

2. Foto polos abdomen. Jarang dilakukan kecuali ada dugaan kuat kearah batu saluran kemih dan sebagai persiapan

pielografi intravena (PIV)3. Pielografi intravena (PIV). Dilakukan bila tidak ada alat pencitraan korteks DMSA. Gambaran PIV sama dengan kombinasi USG dan DMSA. Dosis radiasi DMSA lebih rendah dari PIV dan tanpa zat kontras sehingga kemungkinan alergi.4. Pemeriksaan Renografi isotop DTPA atau MAG 3. Dilakukan untuk melihat adanya obstruksi dan menilai fungsi ginjal kiri dan kanan secara terpisah.5

1. Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya

Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau hal – hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan tersebut antara lain berupa:

a. Foto polos abdomen

Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak

b. Pielografi intravena (PIV)

Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.

c. Sistouretrografi saat berkemih

Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral, terutama pada anak – anak.

d. Ultrasonografi ginjal

Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.

e. Pielografi antegrad dan retrograde

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.

f. CT-scan

Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan

adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.

g. DMSA scanning

Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks ginjal dibanding ultrasonografi.

Penatalaksanaan

Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.

I. Antibiotika Orala. Sulfonamida

Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah.

b. Trimetoprim-sulfametoksazolKombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

c. Penicillin Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk

terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.

Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.

d. CephaloporinCephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.

e. TetrasiklinAntibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.

f. QuinolonAsam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

g. NitrofurantoinAntibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.

h. AzithromycinBerguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial.

i. Methanamin Hippurat dan Methanamin MandalatAntibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap infeksi.

II. Antibiotika Parenteral.a. Amynoglycosida

Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.

b. PenicillinPenicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.

c. CephalosporinCephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.

d. Imipenem/silastatinObat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam.

e. AztreonamObat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

Preventif Infeksi Saluran KemihAgar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal berikut:

Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced

(seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung

permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.

Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.

Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.Sumber : Rujukan

1. Kumalawati J. Diagnosis bakteriologik infeksi saluran kemih dengan biakan urin. Lokakarya pemeriksan laboratorium klinik pada penyakit infeksi. Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM. 1993.

2. Kumalawati J. Prosedur pengambilan urin untuk pemeriksaan mikrobiologik. Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM. 1998.

3. Sonnenwirth AC, Jarrett L. Gradwohl’s clinical laboratory methods and diagnosis. 8th edition. St Louis, TheCV Mosby Company; 1980.

4. Meares EM. Prostatitis. Med Clin of North Am 1991 (75) : 405-424.5. Pappas PG. Laboratory in the diagnosis and management of urinary tract infections. Med Clin of

North Am 1991 (75) : 313-25.6. Semeniuk H, Church D. Evaluation of the lecocyte esterase and nitrite urine dipstick screening

tests for detection of bacteriuria in womwn with suspected uncomplicated urinary tract infections. Journal of clinical microbiology 1999 : 3051-2.

7. Schaeffer J.A. Infections of the urinary tract. Dalam : Walsh PC. Campbell`s Urology Vol 1. 8 th

edition. WB Saunders Company. 2002;533-553.