i
UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS SEKOLAH
MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ (KEJAR PAKET)
PADA KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH (QT)
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Siti Rohmaniah
NIM 23010150142
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DA ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Orang yang sukses itu tidak selalu orang yang pintar tapi orang yang sukses adalah
orang yang gigih dan pantang menyerah
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Datun dan Ibu Kasih Sabarti yang selalu
memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar menjadi orang
yang bermanfaat.
2. Kepada segenap staf pendamping di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT)
yang telah membantu dan memberi informasi serta dukungannya.
3. Kepada semua narasumber yang telah bersedia memberikan informasinya.
4. Mas Muhammad Nashirin yang telah mendampingi memberikan motivasi dan
dorongan serta teman-teman yang telah bersedia dalam dokumentasi penelitian.
5. Keluarga besar Pondok Pesantren Ittihadul Asna yang selalu memberi motivasi dan
bantuannya.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan mahasiswa PAI angkatan 2015 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, semoga kita mencapai kesuksesan bersama. Amiin
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan hidayah dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad Saw, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benerang. Skripsi ini
disusun sebagai syarat mecapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dorongan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
melalui ruang penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. Sa’adi, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi
6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam di FTIK IAIN Salatiga.
Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan
ix
saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca. Mudah-mudaha skripsi yag
sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 16 Agustus 2019-08-16
Penulis
Siti Rohmaniah
23010150142
x
ABSTRAK
Rohmaniah Siti. 2019. Upaya Peningkatan Minat Belajar Anak Putus Sekolah Melalui
Pendidikan Akhlaq (kejar paket) Pada Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
(Studi Kasus Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) Tahun 2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci : Anak Putus Sekolah dan Kejar Paket
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komunitas Belajar Qaryah
Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ( Studi Kasus Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah (QT) Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) Tahun
2019. Pertanyaan pertama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana pengelolaan kejar paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT)?
(2) Apa upaya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus
sekolah melalui pendidikan akhlaq? (3) Apa saja faktor penghambat dan pendorong
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, peneliti menggunakan jenis penelitian
lapangan (field researce) Dan bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini
diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan
tringulasi sumber sebagai instrumen untuk pengecek validitas data. Sumber data dalam
penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil wawancar pimpinan (QT), pendamping
serta peserta didik, dan sumber data sekunder yaitu berupa foto kegiatan terkait di
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengelolaan di Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah (QT) yaitu meliputi perencanaan dan pelaksanaan. (2) Upaya
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dalam membina anak putus sekolah melalui
pendidikan akhlaq yaitu perencanaan dan pembinaan peserta didik di Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah (QT). Pembinaan peserta didik yang berkaitan dengan aspek
akademik meliputi pembinaan prestasi akademik (seni dan olah raga) sesuai bakat dan
minat seperti bimbingan pendidikan melalui tau i, menjadikan lingkungan alam sekitar
sebagai laboratorium belajar, penyelenggaraan bimbingan belajar, membuat media,
penyelengaraan gelar karya, pembinaan dalam bidang seni yang meliputi (forum film,
forum musik dan forum sanggar), serta evaluasi peserta didik. Pembinaan peserta didik
yang berkaitan dengan aspek non akademik meliputi pembinaan dan ketaqwaan Tuhan
Yang Maha Esa serta pembinaan budi pekerti luhur dan akhlaq mulia. (3) Penghambat
dan pendorong Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina minat
belajar anak putus sekolah yang paling utama yaitu peserta didik itu sendiri.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
DEKLARASI ........................................................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................................ v
MOTO ..................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
E. Pengesahan Istilah ....................................................................... 5
F. Kajian Pustaka ............................................................................. 6
G. Metode Penelitian ....................................................................... 7
H. Sistematika Penulisan .................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar....................................................... 24
xii
2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Belajar ........... 25
B. Anak Putus Sekolah
1. Pengertian Anak Putus Sekolah ................................................. 27
2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ....................................... 28
3. Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat dalam Memperdayaka
Aak Putus Sekolah ...................................................................... 34
C. Pendidikan Akhlaq
1. Pengertian Pendidikan Akhlaq .................................................. 36
2. Landasa Nilai Pendidikan Akhlaq ............................................. 39
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlaq .......................................... 41
4. Tujuan Pendidikan Akhlaq ........................................................ 44
D. Kejar Paket
1. Pendidikan Non Formal ............................................................. 48
a. Pengertian Pendidikan Non Formal ..................................... 48
b. Tujuan Pendidikan Non Formal ........................................ 49
c. Karakteristik Pendidikan Non Formal ................................. 50
2. Pendidikan Kesetaraan .............................................................. 51
a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan ...................................... 51
b. Komponen Program Pendidikan Kesetaraan ....................... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 63
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 64
C. Sumber Data .................................................................................... 64
D. Tekik Pengumpulan Data ................................................................ 65
E. Analisis Data ................................................................................... 66
xiii
F. Pegeceka Keabsaha Data ................................................................. 67
G. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambara Umum Kmuitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) ........... 70
1. Latar Belakang Berdirinya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
(QT) ........................................................................................... 70
2. Visi dan Misi ............................................................................. 71
3. Tujuan ........................................................................................ 72
4. Struktur Organisasi .................................................................... 72
5. Peserta Didik ............................................................................. 74
6. Sarana da Prasarana ................................................................... 75
7. Sumber Dana ............................................................................. 76
8. Pendamping (Tutor) ................................................................... 76
B. Hasil Penelitian
1. Pengelolaan Kejar Paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
(QT) ........................................................................................... 79
a. Perencanaan ......................................................................... 79
b. Pelaksanaan ......................................................................... 82
2. Upaya Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah dalam Membina
Anak Putus Sekolah Melalui Pendidikan Akhlaq (Kejar Paket)
a. Perencanaan dan Pe mbinaan Peserta Didik di Komunitas
Belajar Qaryah Thayyibah (QT) .......................................... 86
b. Pembinaan Peserta Didik yang Berkaita degan Aspek
Akademik ............................................................................ 87
xiv
c. Pembinaan Peserta Didik yang Berkaita dengan Aspek Non
Akademik ............................................................................ 94
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran di
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) ............................. 96
BAB V PEUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 100
B. Saran ............................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 103
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................................. 124
LAMPIRAN
xv
1
BA B I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah dari Allah sekaligus generasi penerus dalam
suatu keluarga, Kelompok serta bangsa dan Negara yang perlu dididik dan
dipelihara agar tumbuh kembang menjadi baik. Masa depan bangsa ada ditangan
anak-anak masa sekarang. Oleh karena itu, mereka perlu dipersiapkan sejak masa
kanak-kanak hingga masa dewasa dengan memberikan jaminan pendidikan bagi
perkembangan kecerdasan dan mentalnya. Agar setiap anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi insan berakhlaq mulia, berbudi pekerti luhur dan memiliki
kesetabilan emosi, Maka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk
dapat mengenyam pendidikan, terutama ditingkat dasar, menengah dan akhir.
Pemerintah, masyarakat dan terutama orang tua wajib bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak. Sebagai mana dijelaskan dalam undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 7 ayat (2), bahwa orang tua dari
anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada
anaknya. Begitupun masyarakat, dalam pasal 9 dijelaskan bahwa masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Kemudian dalam pasal 11 ayat (2), dijelaskan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun.
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami
keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan
perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa
2
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan
Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa anak putus sekolah adalah murid yang
tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau
murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Anak putus sekolah
(drop out) adalah anak yang karena suatu hal tidak mampu menanamkan pada
jenjang pendidikan dasar menengah maupun akhir secara formal (Depag RI,
2003: 4).
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta
didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak
dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang
anak yang hanya mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar (SD) sampai kelas V
SD, maka disebut sebagai putus sekolah SD. Jika anak yang mengikuti
pendidikan Sekolah Menengah hanya sampai kelas VIII maka disebut putus
sekolah SMP, dan seterusnya (Gunawan, 2000: 71).
Indonesia memiliki program wajib belajar 9 tahun, mulai dari Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Hal ini dijelaskan dalam peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar,
dalam pasal 1 ayat (2) bahwa “Pendidikan Dasar adalah jenjang Pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) (Yunus dalam
Pradata, 2015: 176). Begitu juga dalam agama Islam dijelaskan yang artinya:
هللاُ به طريًقا ِمن ُطُرِق الَجنَّة سهل لَك طريًقا يطلُُب فيه ِعْلًما،َمن س
3
Artinya:”...Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga... “.
(HR. Muslim Hadist Arbain Nawawiyah Nomor 36)
Jadi kita tidak perlu khawatir jika menempuh jalan mencari suatu ilmu,
karena berdasarkan hadist di atas, maka janji Allah adalah memudahkan jalan
kita menuju surga. Meski telah ada kemudah-kemudahan dalam menuntut ilmu,
misal program pemerintah yang telah dilaksanakan seperti wajib belajar 9 tahun,
tetapi masih saja ada warga atau masyarakat yang tidak mendapatkan akses
pendidikan hingga banyaknya anak putus sekolah.
Orang tua menjadi kepala keluarga. Keluarga adalah sebagai persekutuan
hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkat ketentraman dan
kedamaian hidup adalah terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup
keluarga yang demikian itu maka, islam memandang keluarga bukan hanya
sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni s ebagai
lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan
bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akhirat. Nabi
Muhammad sendiri di utus oleh Allah pertama-tama diperintahkan untuk
mengajarkan Islam lebih dahulu kepada keluarga sebelum masyarakat luas.
Keluarga harus diselamatkan terlebih dahulu sebelum keselamatan masyarakat
(Arifin, 1977: 74).
Jadi, orang tua mempunyai peranan yang mendasar terhadap keberhasilan
pendidikan anak, sedangkan tugas dan tanggung jawab untuk hal tesebut adalah
tugas bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah serta anak itu
sendiri. Masa anak adalah masa kritis dan rental, masa ketergantungan dengan
pihak lain khususnya dengan orang tua dan lingkungan sosial. Oleh karena itu,
jika orang tua karena kondisi tertentu, tidak dapat menjalankan fungsi dan
4
perannya sebagai orang tua, maka anak akan menghadapi masalah dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.
Di Indonesia ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan
pelayanan penidikan terutama untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah.
Mahalnya biaya pendidikan menjadi faktor utama yang membuat mereka tidak
mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak sekalipun
sekolah dasar. Padahal pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif
dalam meningkatkan pembangunan bangsa.
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan setiap negara. Negara yang
memperhatikan kualitas dan kuantitas pendidikannya akan lebih maju daripada
negara yang kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Peran pendidikan
dalam hal ini adalah menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya guna bagi
bangsa dan negara yang pada akhirnya berdampak positif pada kemajuan negara
tersebut diberbagai bidang. Sebagai penjelasan arti pendidikan pada UU Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang berbunyi, ”pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki
kakuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Tim Kreatif UN, 2011: 44), maka artinya bahwa pembangunan
pendidikan berpengaruh positif terhadap kemajuan bangsa.
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan
tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung juga diluar kelas.
Pendidikan bukan hanya bersifat formal, tetapi juga yang nonformal. Secara
5
substansial, pendidikan tidak terbatas pengembangan intelektualitas manusia,
artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana prasarana
utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.
Di dalam UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikian Nasional Pasal 10 Ayat (1), pendidikan itu hanya dibagi dua, yaitu
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar
mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan, pendidikan luar
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui
kegiatan belajar megajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
Jadi pendidikan tidak harus dilaksanakan disekolah (formal) tetapi juga dapat
dilaksanakan diluar sekolah (non formal). Undang-undang No.20 tahun 2013
Pasal 16 ayat (14) menyatakan bahwa suatu pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim serta suatu pendidikan yang sejenis.
Pendidikan nonformalv menjadi wacana internasional dalam kebijakan
pendidikan dimulai pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Pendidikan nonformal
merupakan pengakuan akan pentingnya pendidikan, belajar dan pelatihan yang
terjadi diluar lembaga pendidikan yang diakui. Fordham (1993) menyatakan
bahwa tahun 1970-an ada empat ciri terkait dengan pendidikn nonformal: (1)
relevan dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung, (2) peduli dengan
kategori orang tertentu, (3) fokus dengan rumusan dan tujuan yang jelas, (4)
fleksibel dalam organisasi dan metode (Marzuki, 2012: 143).
6
Salah satu pendidikan nonformal yaitu dengan pendidikan kesetaraan.
Dalam Undang-Undang sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal
26 dalam penjelasan ayat (3) bahwa Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu
program dari pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum
setara SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang mencakup program paket A, paket
B, paket C (Depdiknas, 2003: 60).
Pernyetaraan hasil belajar pendidikan kesetaraan di atur oleh Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat (6):
“Pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan lembaga yang dituju oleh
pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
Pendidikan kesetaraan itu sendiri merupakan sebuah program yang
memberikan pelayanan pendidikan yang tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin,
ras, kondisi sosial budaya, ekonomi, agama dll.
Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar
kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi konten, metodologi,
dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan tersebut lebih
memberikan konsep-konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan
permasalahan lingkungan dan melatih kecakapan hidup berorientasi kerja atau
berusaha sendiri.
Pendidikan kesetaraan menampung warga masyarakat putus sekolah
dengan alasan sosial ekonomi tidak dapat melanjutkan ke pendidikan formal.
Pendidikan kesetaraan paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan
Paket C setara SMA/MA, sebagai bagian dari pendidikan yang ditunjukan bagi
7
peserta didik yang berasal dari masyarak yang kurang beruntung, tidak pernah
sekolah putus sekolah dan putus lanjut serta usia produktif. Pendidikan
kesetaraan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup,
dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup,
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlaq wajib
dimulai sejak usia dini karena masa kanak-kanak adalah masa yang paling
kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. yang dimaksud pendidikan
akhlaq adalah pembiasaan seorang anak untuk berakhlaq baik. yang termasuk
dalam pendidikan akhlaq adalah menjauhkan anak dari akhlaq yang tercela.
Seorang anak akan tumbuh baik sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh
sang pendidik kepadanya.
Dengan pendidikan akhlaq yang baik ini, seorang anak akan
menyongsong masa depan yang cerah, didunia dan akhirat. Kebutuhan terhadap
pendidikan akhlaq sangatlah urgen karena pengaruh akhlaq yang baik akan
berdampak pada individu anak tersebut dan masyarakat. Oleh karena itu, sejak
masa awal pertumbuhan anak, pendidikan akhlaq wajib mendapat perhatian yang
serius dari setiap orang tua dan pendidik.
Apabila pendidikan akhlaq tidak ditanamkan dalam diri peserta didik
sejak kecil, maka tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan peserta
didik pada suatu yang tidak di inginkan oleh masyarakat luas. Misalkan ada
seorang pelajar membentak, memukul, saling adu jotos sama teman-temannya
dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang tidak kita inginkan, lebih-lebih bagi
orang tua.
8
Belakangan ini umat Islam dilanda berbagai masalah terutama dalam
pendidikan akhlaq terhadap peserta didik yang menuntut adanya solusi yang
terbaik dalam memecahkan permasalahan tersebut. Melihat dari permasalahan
ini, Al-Attas dan Ibnu memberikan analisis bahwa yang menjadi penyebab para
pelajar melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Islam bersumber dari
kurangnya pembinaan pendidikan akhlaq terhadap peserta didik baik yang
bersifat formal dan non-formal (Baharuddin, 2007: 1).
Menurut Islam pendidikan akhlaq adalah faktor penting dalam membina
suatu umat membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia
yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlaq
(Asmaran, 1994: 47).
Kondisi seperti inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR ANAK PUTUS
SEKOLAH MELALUI PENDIDIKAN AKHLAQ (KEJAR PAKET) PADA
KOMUNITAS BELAJAR QARYAH THAYYIBAH (QT)
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini menetapkan fokus pada:
1. Bagaimana pengelolaan kejar paket di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
(QT)?
2. Apa upaya komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak
putus sekolah melalui pendidikan akhlaq ?
3. Apa saja faktor penghambat dan pendorong komunitas belajar Qaryah
Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
9
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kejar paket di komunitas belajar
Qaryah Thayyib (QT) ?
2. Untuk mengetahui upaya komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam
membina anak putus sekolah melalui pendidikan akhlaq ?
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong komunitas belajar
Qaryah Thayyibah (QT) dalam membina anak putus sekolah ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan khususnya mengenai lembaga komunitas belajar Qaryah
Thayyibah (QT).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga dan Tutor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan lembaga dantutor untuk dapat membina anak putus sekolah.
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah
sebagai bahan koreksi atau evaluasi dalam pengelolaan kejar paket di
komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) sehingga pelaksanaannya bisa
lebih baik lagi.
c. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir serta mengetahui lebih
10
dalamtentang peran komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT) dalam
membina anak putus sekolah.
E. Pengesahan Istilah
Untuk mendapatkan kejelasan dari judul diatas, penulis perlu
memberikan pengesahan terhadap istilah-istilah yang ada, istilah-istilah tersebut
adalah antara lain.
1. Minat
Istilah minat itu sendiri dalam pemakaian sehari-hari sebagaimana
dapat dili hat dari kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, perhatian, keinginan
dan kesukaan (Depdiknas,2002).
2. Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan dan sikap menurut Sugihartono dkk (2007:74).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan dalam menemukan kebutuhan hidup.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya mel alui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-
pengalaman (Bahrudin dkk, 2007: 12).
3. Anak Putus Sekolah
Putus sekolah adalah predikat yang diberikat kepada mantan peserta
didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga
tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan beikutnya
(Gunawan, 2004: 71).
11
Putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berhentinya
anak dari sebuah lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang disebabkan oleh beberapa faktor
sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
berikutnya.
4. Pendidikan Akhlaq
Pendidikan akhlaq diartikan sebagai perbuatan mendidik,
pengetahuan didik atau pendidikan, dan pemeliharaan badan, batin dan
jasmani. Dengankata lain akhlaq adalah pranata perilaku yang mencerminkan
pola prilaku manusia dalamsegala aspek kehidupan (Ahmadi, 2008: 201).
Dengan mempelajari ilmu akhlaq, manusia dapat mengetahui ciri-ciri
perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dapat membedakan mana
perbuatan yang tergolong baik dan mana perbuatan yang tergolong buruk.
Kemudian dalam melakukan hal akan dapat mempertimbangkan sekiranya
perbuatan seperti apa yang tidak merugikan orang lain.
F. Kajian Pustaka Peneliti Terdahulu
Kajian tentang upaya peningkatan minat belajar anak putus sekolah
melalui program pendidikan akhlaq (kejar paket), memang bukan pertama kali
oleh para penulis, terutama penelitian jurnal atau skripsi. Berikut kajian
penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis sebagai
acuan.
Pertama, penelitian tentang Pusat Kegiatan Belajar Mengajar yang
dilakukan oleh Wahyu Endardi mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2006 yang berjudul “Peran PKBM Maker Dalam
Rangka Meningkatkan dan Pendapatan Masyarakat di Desa Ngipak, Kecamatan
12
Karang Mojo, Gunung Kidul”. Penelitian ini memfokuskan pada proses
pelaksanaan belajar paket B serta pengadaan perpustakaan umum, disamping itu
juga penelitian ini memfokuskan kajian kepada upaya peningkatan pendapatan
masyarakat yaitu dengan mendirikan Kelompok Belajar Usaha (KBU).
Penelitian yang dilakukan saudara Wahyu Endardi memiliki kesamaan dengan
penelitian ini yakni membahas tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM). Namun, terdapat perbedaan dalam fokus penelitiannya yakni penelitian
yang dilakukan oleh Wahyu Endardi hanya fokus pada program paket B,
perpustakaan umum, dan KBU. Sedangkan program yang menjadi fokus
penelitian ini meliputi program kesetaraan (Paket B dan C).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Marlina Ekawati di Universitas
Negeri Yogyakarta tahun 2010 di Krapyak Kulon Sewon Bantul. Dengan tema
Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Kesetaraan Bagi Santri Salafi Melalui
PKBM Pesantren Al-Kandiyas, adalah dengan mengadakan program kesetaraan
yang meliputi Paket A, Paket B, Paket C. Penelitian yang dilakukan oleh saudari
Marlina Ekawati memiliki kesamaan yakni upaya yang dilakukan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam pemenuhan program pendidikan
kesetaraan. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini yakni penelitian
yang dilakukan Marlina Ekawati fokus pada program kesetaraan Paket A, B dan
C. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini hanya meliputi
program kesetaraan Paket B dan C.
Ketiga, penelitian yang dilakukan Restu Handayani di Universitas Negeri
Semarang tahun 2017 yang beralamat di Jl. Bridgen Sudiarto No. 32 Ungaran.
Dengan tema Pengelolaan Program Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket C di
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Citra Ilmu. Penelitian yang dilakukan oleh
13
Restu Handayani memiliki kesamaan yaitu upaya yang dilakukan Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) dalam pemenuhan program pendidikan kesetaraan
(Kejar Paket). Namun, terdapat perbedaan dalam penelitiannya yakni penelitian
yang dilakukan oleh saudari Restu Handayani hanya fokus pada program Paket
C. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini meliputi program
kesetaraan Paket B dan C.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Siti Ariyanti di Institut Agama
Islam Negeri Salatiga tahun 2017 yang beralamat di Desa Genting Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang. Dengan tema Peran Pusat Kegiatan Masyarakat
(PKBM) dalam Membina Masyarakat Putus Sekolah (Studi Kasus PKBM
Bustanul Muslimin Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)
Tahun 2017. Penelitian yang dilakukan Siti Ariyanti mempunyai kesamaan
dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang PKBM. Namun,
terdapat perbedaan dalam penelitiannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
saudari Siti Ariyanti membahas program (Paket A, B Dan C), KBU, dan
pendidikan Life Skill. Sedangkan program yang menjadi fokus penelitian ini
yakni hanya membahas program (Paket B dan C).
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Isa Isnaini Wahyuningrum di
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2015 yang beralamat di Desa Tirtomulyo
Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Dengan tema Partisipasi Belajar Peserta
Didik Paket C Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mandiri Kecamatan
Kretek Kabupaten Bantul. Penelitian yang dilakukan Isa Isnaini Wahyuningrum
mempunyai kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang
PKBM. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitiannya yaitu penelitian yang
14
dilakukan saudari Isa Isnaini Wahyuningrum hanya terfokus pada program paket
C. Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah program (Paket B dan C).
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode, antara lain:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
penelitian kualitatif. Menurut Creswell, riset kualitatif mengandung
pengertian adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan terhadap
apa yang terjadi pada berbagai individu atau kelompok, yang berasal dari
persoalan sosial atau kemanusiaan (Santana, 2010: 1).
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengumpul
data. Dapat pula digunakan berbagai instrumen sebagai pendukung tugas
peneliti namun fungsinya hanya terbatas. Oleh karena itu, kehadiran peneliti
dilapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah
(QT) Alamat Jln. Raden Mas Said No. 12 Kalibening Kec. Tingkir Kota
Salatiga.
4. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
sumber, di ataranya:
15
a. Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung
dari tangan pertama di komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT), serta
mewawancarai narasumber-narasumber terkait. Dalam penelitian ini yang
termasuk data primer adalah kejar paket di komuitas belajar Qaryah
Thayyibah (QT) yang diperoleh melalui wawacara dengan pihak terkait
antara lain: pimpian, pendamping (tutor) dan peserta didik (anak putus
sekolah).
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang mengandung dan
melengkapi sumber-sumber dari data primer. Adapun data skunder dalam
penelitian ini adalah dokumentasi, laporan-laporan, serta buku-buku dan
lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian dan untuk memperkuat
hasil penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat serta memperhatikan relevansi
data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data
menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
Teknik observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatat
secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomenal, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Zaenal, 2011: 153). Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan upaya
16
peningkatan minat belajar anak putus sekolah melalui pendidikan akhlaq
(Kejar Paket) pada Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).
b. Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,
perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan orang yang diwawancarai (Burgi, 2011:
155).
Interview atau wawancara dalam penelitian ini yang dilakukan
terhadap responden yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
upaya peningkatan minat belajar anak putus sekolah melalui pendidikan
akhlaq (kejar paket) pada komunitas belajar qaryah thayyibah (QT)
dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.
Dalam wawancara, peneliti akan menggali sebanyak mungkin
data yang terkait dengan pengelolaan Komunitas Belajar Qaryah
Thayyibah (QT) dan upaya untuk membina anak putus sekolah. Pada
peneliti ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait di
dalam Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT) yang terdiri dari ketua
(QT), pengelola (QT), tutor (QT) dan siswa belajar (QT). untuk
mempermudah pelaksanaan wawancara peneliti akan menggunakan alat
rekaman dan instrumenlain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan
kepada subjek penelitian. Dokumentasi yang diketik dapat berupa
17
berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dalam teknik ini digunkan
untuk memperoleh data mengenai upaya peningkatan minat belajar anak
putus sekolah melalui pendidikan akhlaq (kejar paket) (Sukandarrumidi,
2004: 100).
Dalam dokumentasi ini peneliti mencari dokumen-dokumen
penting yaitu foto ketika wawancara dengan pendamping dan pertanyaan-
pertanyaan wawancara yang mendukung data berkaitan dengan peneliti
dan untuk memperkuat data yang di dapat dilokasi penelitian yaitu di
Desa Kalibening Kec Tingkir Kota Salatiga.
6. Analisis Data
Analisis data (Bogdan & Biklen dalam Lexy J. Moleong 1989: 248)
adalah upaya yang dilaukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan orang lain. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data peneliti mengunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
(Saebani,2008: 189).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan.
Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik
triangulasi.
18
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sebagai pembanding terhadap
data-data itu (Moleong, 2011: 332).
8. Tahap-Tahap Penelitian
Disini peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap masalah-
masalah yang ada di sekitar komunitas belajar Qaryah Thayyibah (QT), dari
berbagai masalah yang timbul kemudian penulis menarik kesimpulan
menjadi sebuah judul penelitian. Kemudian penulis mengumpulkan data-data
yang diperoleh di lapangan lalu dianalisis dan digabungkan dengan data-data
yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding (Susanti,
2013: 9) dan kemudian disajikan dalam bentuk penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika
pembahasannya dibagi menjadi lima BAB, yang berisi hal-hal pokok yang dapat
dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini. Adapun perinciannya
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi teori tentang: Uraian tentang
pentingnya minat belajar, pentingnya pendidikan, pendidikan
menurut Islam, pendidikan menurut Undang-Undang, pengertian
19
anak putus sekolah, pengertian pendidikan akhlaq dan pendidikan
kesetaraan (kejar paket).
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam
penelitian Di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum Komunitas
Belajar Qaryah Thayyibah (QT) (latar belakang, visi dan misi,
struktur organisasi, program-program, penyelenggaraan program
dan sumber pendanaan) serta penyajian dari hasil penelitian
tentang Pengelolaan Kejar Paket di Komunitas Belajar Qaryah
Thayyibah (QT), Upaya Peningkatan Minat Belajar Anak Putus
Sekolah Melalu Pendidikan Akhlaq Di Komunitas Belajar Qaryah
Thayyibah (QT), serta Faktor Pendorong dan Penghambat
Pembelajaran diKomunitas Belajar Qaryah Thayyibah (QT).
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-
saran atau rekomendasi serta lampiran-lampiran.
20
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat belajar adalah suatu penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu yang ada diluar diri. Seseorang memiliki minat
terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar tehadap subjek tertentu. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas
akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang
(Djamarah, 2008: 166).
Minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai, (Syah, 2006: 84).
Ada beberapa cara untuk meningkatkan minat belajar, cara tersebut antara
lain adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (2)
menghubungkan dengan persoalan yang lampau, (3) Memberi kesempatan
untuk mendapatkan hasil yang baik, (4) Menggunakan berbagai macam
bentuk mengajar.
Seseorang harus memiliki minat belajar yang besar agar dapat menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang rendah akan
menghasilkan prestasi yang rendah (Sardiman, 2007: 102).
Menurut Djaali (2007: 121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.
Pernyataan tersebut akan mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat
akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari
21
rasa senang pada sesuatu. Slameto (2010: 57) berpendapat bahwa minat
sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Beberapa pendapat menunjukkan adanya unsur perasaan
senang yang menyertai minat seseorang. Melihat beberapa para ahli di atas,
dapat di ketahui ciri-ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal,
antara lain: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang
merupakan akibat dari rasa senang.
2. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Minat Belajar
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah suatu norma, harapan, dan kepercayaan dari
personil-personil yang terlibat dalam organisasi tempat belajar, yang
memberikan dorongan untuk bertindak dan mengarahkan pada prestasi
siswa yang tinggi (Sulhan, 2006: 21).
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Di
dalam lingkungan seorang anak didik saling berinteraksi antara
lingkungan biotik dan abiotik. Selama hidup, anak didik tidak dapat
menghindari diri dari 2 aspek yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap belajar anak didik, yaitu:
1) Lingkungan Hidup
Lingkungan alami atau lingkungan hidup adalah lingkungan
tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha didalamnya.
2) Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial merupakan suatu hidup dalam kebersamaan
dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya (Djamarah,
2008: 166).
22
b. Faktor Instrumental
Faktor instrumental ada beberapa bagian yaitu:
1) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur
substansi dalam pendidikan.
2) Program
Setiap sekolah memiliki program pendidikan yang di susun
untuk di jalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang
dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah
yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.
3) Sarana dan Fasilitas
Misalnya, gedung sekolah yang memiliki ruang kelas, ruang
kepala sekolah, ruang dewan guru, perpustakaan, laboratorium dan
semua yang bertujuan untuk memberi kemudahan pelayanan anak
didik.
4) Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.
Kehadiran guru mutlak diperlukan didalam pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa minat
dalam belajar mempunyai peran dalam keberhasilan belajar karena
dengan adanya minat siswa menaruh perhatian dan memperkecil
kebosanan siswa dalam belajar, lebih konsentrasi dalam belajar, serta
siswa mengingat materi pelajaran dalam jangka panjang sehingga
menunjukkan prestasi akademik/prestasi belajar yang lebih tinggi.
23
Indikator minat belajar meliputi adanya rasa senang/suka dalam belajar,
adanya perhatian dalam belajar, adanya keterlibatan atau partisipasi siswa
serta adanya keaktifan siswa dalam belajar.
B. Anak Putus Sekolah
1. Pengertian Anak Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan
peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan,
sehingga tidak dapat melanjutkan jenjang studinya ke jenjang pendidikan
berikutnya. Misalnya seorang anak yang hanya mengikuti pendidikan di
Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 5 SD, maka disebut sebagai putus sekolah
SD. Jika anak yang mengikuti pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
hanya sampai kelas 2 maka disebut putus sekolah SMP, dan seterusnya
(Gunawan, 2000: 71).
Di indonesia terdapat undang-undang wajib belajar untuk anak-anak
di atas umur tujuh tahun dan tidak bersekolah dapat dinyatakan sebagai anak
nakal karena melnggar undang-undang. Namun, sebagian dari mereka yang
tidak bersekolah memang karena kondisi yang tidak memungkinkan,
misalnya karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan atau karena
masyarakat memang tidak mementingkan sekolah untuk anak-anaknya
(Sarwono, 2008: 210).
Menurut Ahmad (dalam Riqa, 2015: 13) anak putus sekolah adalah
berhentinya belajar seorang murid di tengah-tengah tahun ajaran karena
berbagai alasan tertentu yang mengharuskan dan memaksanya untuk berhenti
sekolah. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
24
putus sekolah adalah suatu predikat yang diberikan kepada anak yang tidak
menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan berbagai alasan tertentu.
2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Faktor penyebab anak putus sekolah terdiri dari beberapa faktor
antara lain seperti kondisi ekonomi yang kurang baik, keadaan sarana dan
prasarana yang kurang mendukung, dan motivasi anak untuk bersekolah yang
rendah. Selain itu, faktor lingkungan tempat tinggal anak dan lingkungan
bermain juga sangat berpengaruh terhadap kebelangsungan pendidikan anak
(Risqa, 2015: 14). Sedangkan menurut Slameto (1995: 54-71), faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar anak dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu.
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi belajar anak meliputi faktor
jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
Pertama, faktor jasmaniah yang berkaitan kesehatan fisik. Sehat
berarti keadaan baik segenap badan dan bebas dari penyakit. Kesehatan
seseorang akan berpengaruh pada aktivitas sehari-harinya, termasuk pada
aktivitas belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatannya terganggu, selain itu ia akan cepat lelah dan kurang
bersemangat dalam belajar.
Kedua, faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian,
minat, bakat, kematangan dan kesiapan.
1) Intelegesi
25
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari kecakapan
untuk menghadapi dan menyelesaikan sesuatu ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan tepat. Intelegensi ini berpengaruh terhadap
kemajuan belajar anak.
2) Perhatian
Pehatian berkaitan dengan mata pelajaran yang diikuti siswa
didalam kelas. Ketika belajar, siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajari. Jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak suka
lagi belajar.
3) Minat
Minat merupakan kecenderungan terhadap apa yang disukai,
kemudian ia perhatikan secara terus menerus. Jika siswa belajar tidak
pada sesuatu yang diminati, maka siswa tidak bersemangat dalam
belajar.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang yata sesudah belajar atau
berlatih. Tetapi jika anak sudah memutuskan untuk berhenti belajar
atau sekolah maka bakat tidak akan terlihat.
5) Motif
Motif berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Motif ini
merupakan penggerak atau pendorong seseorang melakukan sesuatu,
termasuk belajar atau memutuskan untuk tidak belajar atau putus
sekolah.
26
6) Kematangan
Kematangan merupakan suatu fase dimana pertumbuhan
seseorang atau alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
7) Kesiapan
Kesiapan ini merupakan faktor terakhir yang mempengaruhi
anak untuk belajar. Jika anak sudah siap untuk belajar, maka anak
akan dapat menerima ilmu dengan baik. sebaliknya jika anak tidak
siap dalam belajar maka akan sulit untuk memperoleh hasil yang baik
dalam belajar sehingga salah satunya akan jatuh terjadi fenomena
putus sekolah.
Ketiga, faktor kelelahan. Kelelahan dibagi menjadi dua yaitu
kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk mengistirahatkan
atau membaringkan tubuh sejenak. Sedangkan, kelelahan rohani
terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk belajar menjadi hilang. Kelelahan ini sangat terasa di
bagian kepala (pusing-pusing) sehingga akan sulit untuk
berkonsentrasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dibagi
menjadi tiga di antaranya, faktor keluarga, faktor sekolah dan
masyarakat.
27
1) Faktor Keluarga
Anak belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang
berupa bagaimana orang tua mendidik, bagaimana hubungan dengan
orang tua atau anggota keluarga dan bagaimana keadaan ekonomi
untuk menunjang anak dalam belajar.
Pertama, cara orang tua dalam mendidik sangat berpengaruh
dalam keberhasilan belajar si anak. Karena pada dasarnya, keluarga
merupakan sumber pendidikan pertama sebelum anak belajar
disekolah. Orang tua yang mendidik anaknya degan baik akan
berpengaruh baik pula pada belajar si anak. Tetapi jika orang tua acuh
atau kurang memperhatikan pendidikan si anak maka akan
menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
Kedua, hubungan anak dengan orang tua atau anggota
keluarga lainnya juga mempengaruhi belajar anak. Wujud hubungan
ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian atau diliputi oleh kebencian atau sikap acuh tak acuh.
Demi kelancaran belajar si anak maka perlu diusahakan hubungan
yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan
yang penuh pengertian dan kasih sayang.
Ketiga, keadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor yang
mempengaruhi belajar anak. Anak yang sedang belajar harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain sebagainya. Selain itu juga
kebutuhan fasilitas belajar yang terdiri dari ruang belajar, meja, kursi,
penerangan dan peralatan belajar. Fasilitas belajar tersebut akan
28
terpenuhi jika kelurga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam
keluarga miskin, maka kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,
akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar juga terganggu.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, di siplin sekolah dan keadaan gedung sekolah.
3) Faktor Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang
tidak terpelajar, penjudi, mabuk-mabukan akan berpengaruh jelek
pada anak yang berada di lingkungn tersebut. Anak-anak akan tertarik
serta ikut berbuat seperti apa yang dilakukan orang-orang di
sekitarnya. Akibatnya, belajarnya terganggu bahkan anak kehilangan
semangat belajar. Sebaliknya, jika keadaan orang-orang skitar
terpelajar dan terdiri maka anak akan terdorong untuk belajar lebih
giat lagi.
Di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
anak, jika keseluruhan faktor dapat dipenuhi dan dijalankan dengan
baik maka belajar anak akan berjalan maksimal dan sebagaimana
mestinya. Tetapi jika faktor-faktor di atas tidak terpenuhi maka
semangat belajar anak akan terputus, bahkan hingga putus sekolah.
29
3. Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat Dalam Memperdayakan Anak
Putus Sekolah
Masalah putus sekolah merupakan masalah yang harus segera
ditangani dan diselesaikan. Hal tersebut merupakan tugas kita semua, baik
pemerintah maupun masyarakat. Menurut Gunawan (2000: 72-73)
penanganan putus sekolah dapat melalui stategi dan pemikiran-pemikiran
sosiologi pendidikan, yaitu terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan untuk
memperdayakan anak putus sekolah sehingga tidak mengganggu
kesejahteraan sosial, di antaranya:
a. Langkah Preventif
Yaitu membekali para peserta didik dengan ketrampilan-
ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini untuk menghadapi
berbagai tantangan-tantangan hidup di tengah masyarakat. Dengan
adanya ketrampilan yang mereka miliki, sehingga mereka dapat mandiri
dan tidak menjadi beban masyarakat. Misalnya, ketrampilan-ketrampilan
kerajinan, perbengkelan, elektronik, batik dan sebagainya.
b. Langkah Pembinaan
Yaitu memberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang
mengikuti perkembangan zaman, melalui bimbingan dan latihan-latihan
dalam lembaga-lembaga sosial atau pendidikan luar sekolah seperti
karangtaruna, PKK, LKDM, dan sebagainya.
c. Langkah Tindak Lanjut
Langkah tindak lanjut setelah pembinaan adalah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk terus maju melangkah melalui
penyediaan fasilitas-fasilitas yang menunjang sesuai kemampuan masing-
30
masing. Misalnya, memberikan penghargaan, bonus, keteladanan hingga
berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program Belajar
Jarak Jauh (BJJ). Menurut Suyanto (2010: 348), untuk mencegah siswa
tinggal kelas dan putus sekolah dapat di lakukan dengan dua hal, antara
lain:
1. Pemasyarakatan lembaga pendidikan pra sekolah
2. Penanganan siswa yang bermasalah
Adanya penangan siswa yang bermasalah, khususnya yang memiliki
prestasi belajar relatif buruk disekolah hingga putus sekolah bisa dengan
perhatian khusus dari pihak guru dan sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak putus
sekolah adalah berhentinya belajar seorang murid di tengah-tengah taun
ajaran, sehingga tidak dapat melanjutkan jenjang studinya ke jenjang
pendidikan berikutnya.
C. Pendidikan Akhlaq
1. Pengertian Pendidikan Akhlaq
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan aspek-
aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Akan
tetapi, suatu proses yang digunakan dalam usaha kependidikan adalah proses
yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada
titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah
terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual,
sosial dan hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.
Secara bahasa, pengertian akhlaq diambil dari bahasa arab yang
berarti: perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun). Adapun
31
pengertian akhlaq secara terminologi, para ulama telah banyak
mendefinisikan, di antaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-
Akhlak, beliau mendefinisikan akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang tanpa terlebih dahulu
melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam
kitabnya Ihya‟ Ulum Al-Din menyatakan bahwa akhlaq adalah gambaran
tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran (Alim, 2011: 151).
Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan
atau sikap dapat di katagorikn akhlaq apa bila memenuhi kriteria sebagai
berikut: (1) Perbuatan akhlaq yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya, (2) Perbuatan akhlaq adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, (3) Perbuatan
akhlaq adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, (4) Perbuatan
akhlaq adalah perbuatan yang di lakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main, berpura-pura atau bersandiwara.
Akhlaq adalah suatu kebiasaan dalam diri manusia yang dilakukan
dengan mudah dan tanpa pertimbangan terlepas itu baik atau buruk. Menurut
Imam Al-Ghazali, aspek ruhaniyah menjadi motor penggerak dalam diri
manusia, yang meliputi al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Secara
ringkasnya, peran keempat aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Al-qalb, indikasi dari al-qalb dapat diperhatikan melalui ciri-ciri
sebagai berikut: (1) selamat dari setiap nafsu yang menyalahi ajaran
Allah, (2) selamat dari hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan dan
32
kebenaran, (3) selamat dari penghambaan selain Allah, (4) bila
mencintai dan membenci sesuatu hanya karena Allah, (5) memiliki
sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, (6) memiliki
keseimbangan mental dan (7) memiliki empati dan kepekaan sosial.
2. Al-ruh atau nyawa, adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar
dengan perantara urat-urat yang merasuk kebagian-bagian lainnya.
Dan perjalanannya ruh pada badan, banjirnya cahaya-cahaya
kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, pencuiman dari
padanya atau semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya
lampu yang diputar disudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu
tidak sampai kesuatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan
cahay itu. Kehidupan ini diumpamakan seperti cahaya yang
menyinari dinding-dinding. Nyawa itu ibarat lampu, perjalanan ruh
atau gerakannya terhadap hati seperti merapatnya cahaya kesudut-
sudut ruangan.
3. An-nafs, atau nafsu dibedakan menjadi dua bagian, yaitu nafs sebagai
substansi badani yang berpotensi amoral, mengtabaikan
pertimbangan akal atau hati nurani, dan nafs sebagai substansi ruhani
yang berpotensi baik dan beradab.
4. Al-aql, memiliki empat potensi, yaitu: (1) potensi yang dapat
membedakan ciri manusia dengan hewan, (2) potensi yang dapat
mengetahui perbuatan baik yang selanjutnya diamalkan dan
perbuatan buruk selanjutnya ditinggalkan, (3) potensi yang dapat
menyerap pengalaman, dan (4) potensi yang dapat mengantarkan
33
seseorang untuk mengetahui akibat dari segala tindakan (Imam Al
Ghazali, 2009: 5).
Keempat faktor tersebut berada dalam jiwa manusia. Maka dari itu,
akhlaq baik maupun buruk, tergantung pada keadaan jiwa manusia itu
sendiri. Mengenai keadaan jiwa manusia, Imam Al-Ghazali memakai istilah
untuk menjelaskannya, yakni al-qalb, al-nafs, al-ruh dan al-aql. Di samping
itu, Imam al-Ghazali juga menjelaskan tentang berbagai sifat yang secara
alami (bersifat bawaan) terdapat dalam jiwa manusia, yaitu: sifat jahat, sifat
hewani, sifat syaitan dan sifat malaikat.
Dilihat dari analisi Imam al-Ghazali mengenai hakikat jiwa dan
fungsinya diatas, maka untuk melihat akhlaq yang ada pada manusia tidak
dapat diukur dari perilaku yang tampak jelas, melainkan juga dilihat dari
motivasi yang mendasari sebuah perilaku manusia. Karena akhlaq, sifat dan
sikap manusia sangat tergantung dari jenis jiwa yang berkuasa pada diri
manusia itu sendiri.
2. Landasan Nilai Pendidikan Akhlaq
Pendidikann akhlaq tidak terlepas dari pembinaan kehidupan
beragama peserta didik secata total. Didalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (1)
Pendidikan Pancasila, (2) Pendidikan Agama dan (3) Pendidikan
Kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat di pahami bahwa bidang
studi pendidikan agama merupakan komponen dasar dalam kurikulum
pendidikan nasional (Akmal, 2008: 21).
34
Al-Quran dan As-Sunnah merupakan sumber ajaran akhlaq.
Sebagaimana di ketahui oleh umat Islam bahwa Al-Quran bukanlah hasil
renungan manusia, melainkan firman dari Allah, Tuhan yang maha bijaksana
dan maha pandai. Nabi Muhammad Saw juga bukanlah mausia biasa, karena
Tuhan Yang Maha Sempurna tidaklah menciptakan manusia biasa untuk
menjadi utusan-Nya. Namun, Allah menciptakan manusia mulia yang
sempurna akhlaqnya untuk menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia
yaitu Nabi Muhammad Saw (Burhanuddin, 2000: 37).
Kesempurnaan akhlaq Rasulullah Saw juga ditunjukkan dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah ra, berkata:
“Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Quran.” (HR.Muslim).
Hadist tersebut menggambarkan bagaimana sempurnanya akhlaq Rasulullah.
Hadist Rasulullah meliputi ucapan dan tingkah laku beliau merupakan
sumber ajaran akhlaq setelah Al-Quran. Allah berfirman:
’
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah
kepada Allah Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
(QS.Al-Hasyr: 7).
Dalam ayat tersebut, jelaslah bahwa Rasulullah merupakan contoh
yang sempurna bagi umat manusia dalam menerapkan akhlaq luhur di
kehidupan sehari-harinya. Maka Allah pun memerintahkan agar selalu
mengikuti jejak Rasulullah (Departemen Agama, 2004: 595).
35
Sebagai sumber pendidikan akhlaq setelah Al-Quran, As-Sunnah juga
mengandung penjelasan tentang tatanan kehidupan dari setiap perkataan,
perbuatan, dan izin Nabi Muhammad SAW, untuk kemaslahatan dalam
membina manusia secara perlahan menjadi mukmin yang kaffah. Kaitan As-
Sunnah dengan pendidikan tertuang dalam peranan As-Sunnah itu sendiri
diantaranya adalah, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam
Al-Quran, sebagai penjelasan isi Al-Quran. Menambah atau mengembangkan
sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlaq
Pendidikan Akhlaq adalah suatu usaha sadar dalam mendidik dan
memberikan bimbingan berdasarkan ajaran agama yang bertujuan untuk
membentuk budi pekerti yang baik dalam diri manusia dan menjauhkan dari
perbuatan yang buruk. Berdasarkan pengertian tersebut, ruang lingkup
pendidikan akhlaq mencakup segala perbuatan manusia dalam segala aspek
kehidupannya yang mana akan ditetapkan apakah perbuatan itu buruk
sehingga harus dihindari, dan apakah perbuatan itu baik sehingga harus
dibiasakan untuk dilakukan.
Akan tetapi, tidak semua perbuatan manusia dapat di katagorikan
kedalam perbuatan akhlaq. Sebagaimana telah di sebutkan ciri-ciri akhlaq
yaitu akhlaq adalah perbuatan yang tertanam di dalam jiwa manusia, di
lakukan dengan mudah tanpa pemikiran yang panjang, timbul dalam diri
manusia itu sendiri, di lakukan dengan sesungguhnya, dan di lakukan ikhlas
karena Allah semata (khusus akhlaq yang baik). Maka perbuatan alamiah
manusia seperti berkedip, makan ketika lapar, atau melakukan sesuatu di
bawah tekanan bukanlah termasuk perbuatan akhlaq. Sehubungan dengan ini,
36
Ahmad Amin mengatakan bahwa objek ilmu akhlaq adalah membahas
perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau
buruk (Abuddin, 2014: 7).
Sejalan dengan itu, Asmaran mendefinisikan akhlaq ialah ilmu yang
mengajarkan manusia berbuat baik. dan mencegah perbuatan jahat dalam
pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya. Dalam
definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan akhlaq
mencakup 3 aspek, yaitu:
a. Akhlaq Kepada Allah
Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlaq terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah.
Dalam hal ini, yaitu dengan menyadari bahwa hanya Allah yang berkuasa
atas dirinya. Keyakinan seperti ini harus ditanamkan dengann kuat dalam
hati manusia sebagai hamba Allah. Karena dengan melihat bahwa di
hidupkannya manusia pun bukan atas kehendak ataupun usaha manusia
itu sendiri. Kemudian dalam mempersiapkan segala macam kebutuhan
rohani seperti akal pikiran juga bukan atas dasar kuasa manusia,
melainkan semuanya adalah nikmat dari Allah. Allah SWT. Berfirman:
Artinya: “ dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Penguasa lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl:
18) (Departemen Agama, 2004: 269).
b. Akhlaq Kepada Sesama Manusia
37
Dalam menjalani hidup, tentunya manusia menginginkan
kehidupan yang damai tanpa permusuhan. Islam melarang perbuatan
kejahatan seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta
benda orang lain tanpa alasan menceritakan aib seseorang
dibelakangnya. Di dalam Al-Quran disebutkan:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
berburuk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari npurba-
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlahbmenggunjingnya satu sama lai. Adakah
seseorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Tubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujarat:
12) (Departemen Agama, 2004: 269).
c. Akhlaq Terhadap Lingkungan
Manusia hidup bersinggungan langsung dengan alam sekitarnya.
Sehingga manusia perlu menjaga kelestarian alam yang kebaikannya pun
akan kembali kepada manusia sendiri, binatang tumbuhan dan benda-
benda tak bernyawa semuanya adalah ciptaan Allah, dan kesemuanya
memiliki ketergantungan kepada-Nya, atau dapat dikatakan pula sebagai
umatnya (Departemen Agama, 2004: 517).
4. Tujuan Pendidikan Akhlaq
Tujuan pendidikan akhlaq secara psikologi memiliki kaitan erat
dengan tingkah laku individual manusia termasuknilai-nilai akhlaq yang
38
mengangkat drajat manusia ke drajat yang lebih sempurna. Berkenaan
dengan hal tersebut, Ahmad Amin dalam Abuddin Nata mengatakan tujuan
mempelajari ilmu akhlaq dan permasalahannya penyebabnya kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai baik dan sebagian perbuatan
lainnya sebagi buruk. Membayar hutang kepada pemiliknya termasuk
perbuatan baik, sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk
(Abuddin, 2005: 98).
Keteranngan tersebut memberi petunjuk bahwa tujuan pendidikan
akhlaq adalah agar dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan
perbuatan yang buruk. Caranya dengan mengetahui segala hal mengenai
bagaimana seharusnya manusia bermuamalah dengan sesamanya, yaitu
dengan berbuat baik kepada sesama dan menghormati serta menjalankan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dilingkungannya.
Lebih luas lagi, melihat tujuan akhir dari setiap ibadah ialah agar
manusia bertaqwa kepada Allah, yaitu menjalankan segala nperintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Ini berarti melakukan perbuatan-
perbuatan baik (Akhlaqul Karimah) dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat
(akhlaqul madzumah). Dengan demikian, orang yang bertaqwa pastinya
adalah orang yang berakhlaq mulia. Jadi, pendidikan akhlaq meliputi segala
perbuatan dalam kehidupan manusia disegala bidang, baik kepada sesama
manusia maupun kepada Allah SWT.
Dengan mempelajari ilmu akhlaq, manusia dapat mengetahui ciri-ciri
perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dapat membedakan mana
perbuatan yang tergolong baik dan mana perbuatan yang tergolong
perbuatam buruk. Kemudian dalam melakukan suatu hal akan dapat
39
mempertimbangkan sekitarnya perbuatan seperti apa yang tidak mengikat
orang lain, untuk selanjutnya dilatih terus menerus sehingga akhlaq luhur
tertanam kuat dalam hatinya. Selain itu, dalam beribadah kepada Allah,
akhlaq luhur akan membawa manusia dekat kepada Allah (Bukhari, 2012:
43).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlaq
adalah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik. dan mencegah
perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk
sekelilingnya.
D. Kejar Paket
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional,
kelompok Belajar termasuk dalam kategori pendidikan nonformal. Kelompok
Belajar (yang lebih dikenal dengan singkatan Kejar) merupakan suatu kelompok
yang anggotanya terdiri atas usia sekolah maupun anak yang lewat usia
sekolahnya, tetapi masih diberi kesempatan untuk belajar. Hal ini di karenakan,
pemerintah telah menghimpun dalam suatu gerakan yang mewajibkan setiap
orang menjadi orang terpelajar melalui gerakan wajib belajar.
Program berarti kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan,
lembaga, institut dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasikan
dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.
Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus
dan umum. Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai
“rencana”. Jika seorang siswa yang di tanya oleh guru, apa programnya sesudah
lulus dalam menyelesaikan pendidikan disekolah yang di ikuti maka arti
40
“program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang
akan dilakukan setelah lulus. Ada tiga pengertian penting dan perlu di tekankan
dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu
kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi
jamak yang berkesinambungan dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.
Program kejar paket merupakan lingkup dari pendidikan luar sekolah,
dimana institut atau lembaga ini berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia melalui jalur pendidikan nonformal. Sedangkan lingkup
pendidikan luar sekolah tersebut meliputi: (1) Pendidikan anak usia dini yang
dilakukan melalui kelompok bermain dan taman penitipan anak, (2) Pendidikan
kesetaraan yang dilakukan melalui program Paket A setara SD, Paket B setara
SMP, dan Paket C setara SMA, (3) Pendidikan kecakapan hidup yang menjadi
bidang garapan program Kelompok Belajar Usaha (KBU), kursus-kursus,
pelatihan keterampilan, magang dan sanggar, (4) Pendidikan kepemudaan, (5)
Pendidikan atau pemberdayaan perempuan, (6) Pendidikan orang usia lanjut.
1. Pendidikan Non Formal
a. Pengertian Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah suatu kegiatan pendidikan
terorganisasi dan sistematis, diluar sistem persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan
yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya (Sudjana, 2004: 22-23).
Depdiknas memberikan pengertian pendidikan nonformal adalah
usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk perkembangan
41
kepribadian serta kemampuan anak diluar sekolah atau diluar sistem
persekolahan. Sulaiman Joeseof menjelaskan bahwa pendidikan non
formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi
tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tepat dan ketat.
Sedangkan menurut Vebriarto (1984: 23) pendidikan non formal ialah
pendidikan yang teratur, dengan dasar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan-peraturan yang tepat dan ketat. Selanjutnya dalam
UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 1, disebutkan bahwa pendidikan
non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan
pelengkap pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat (Depdiknas, 2003: 60).
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan non
formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem
persekolahan baik di lembaga maupun tidak, melalui kegiatan belajar
mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan,
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap
pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat.
b. Tujuan Pendidikan Non formal
Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan, pendidikan non
formal bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang
sangat luas jenis, level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas inilah
42
muncul pendidikan non formal yang bersifat multi purpos. Ada tujuan-
tujuan pendidikan non formal yang terfokus pada pemenuhan kebutuhan
belajar tingkat dasar semacam pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam,
keterampilan vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikp sosial,
sikap sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum
dan kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup.
Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang di
tujukan untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinya
pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan perluasan dan pendidikan
nilai-nilai hidup. Contohnya program pendidikan non formal yang di
tujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya
pengajian, sekolah minggu,berbagai latihan kejiwaan, meditasi
“manajemen kolbu”, latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby,
pendidikan kesenian, dan sebagainya. Dengan pendidikan ini hidup
manusia berusaha di isi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika
dan makna (Abdulhak, 2012: 44).
c. Karakteristik Pendidikan Non formal
Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
pendidikan sekolah. Namun keduanya pendidikan tersebut saling
menunjang dan melengkapi. Dengan meninjau sejarah dan banyaknya
aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non formal memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan di
pergunakan. Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang
43
fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta
didik.
2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan
belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan
pengontrolan kegiatan belajar.
3) Waktu penyelenggaraan relative singkat, dan pada umumnya tidak
berkesinambungan.
4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel,
dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh
peserta didik.
5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan
penekanan pada belajar mandiri.
6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik
adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan di antara kedua pihak
bersifat informal dan akarab, peserta didik memandang fasilitator
sebagai narasumber dan bukan sebagai instrumen (Abdulhak, 2012:
25).
2. Pendidikan Kesetaraan
a. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 2 dalam penjelasan ayat (3) di sebut
bahwa pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA yang mencangkup program Paket A setara SD/MI, Paket B
setara SMP/MTs dan Paket C setara SMA/MA (Depdiknas, 2003: 60).
44
Direktorat penidikan kesetaraan (2003: 60) menyatakan bahwa
pendidikan kesetaraan adalah pendidikan non formal yang mencakup
program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs dan Paket C
setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasa pengetahuan.
Keterampilan fungsional, serta mengembangkan sikap dan kepribadian
propesional peserta didik. Pendidikan kesetaraan meliputi program
Kesetaraan Paket A, Kesetaraan Paket B, Kesetaraan Paket C. Istilah
“Setara” mempunyai makna sepadan atau sejajar yang berarti peserta
didik lulusan program pendidikan kesetaraan memperoleh pengakuan
dalam hal bobot, nilai, ukuran atau kadar, pengaruh, kedudukan fungsi,
dan kewenangan yang setara atau sama dengan peserta didik lulusan
pendidikan formal (sekolah). Program ini ditunjukan bagi peserta didik
yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak sekolah,
putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin
meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidup. Program ini juga
melayani warga masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam
memenuhi kebutuhan belajarnya sebagai dampak dari perubahan
peningkatan taraf hidupnya (Depdiknas, 2003: 60)
Karakteristik peserta didik pendidikan kesetaraan adalah anggota
masyarakat yang kurang beruntung dan memperoleh kesempatan
menempuh pendidikan melalui jalur formal, termasuk di antaranya
karena faktor geografi, emografis, ekonomi, psikologi, sosial dan budaya.
Sasaran pendidikan kesetaraan yaitu:
1) Petani, yang mana mereka hidup di lingkungan pertanian yang secara
ekonomi dan geografis tidak mampu mengikuti pendidikan formal.
45
2) Masyarakat pesisir khususnya nelayan, pengolah dan pembudidaya
ikan
3) Masyarakat pondok pesantren salafi
4) Masyarakat perkotaan (anak jalanan) yang secara ekonomi, sosial,
psikologi tidak bisa mengikuti pendidikan formal
5) Masyarakat lainnya yang terasing dan terpinggiran karena alasan
geografi.
Berdasarkan acuan Kurikulum Pendidikan Kesetaraan
(Depdiknas, 2004: 5) program ini bertujuan:
1) Membentuk warga belajar yang beriman, bertaqwa, berkarakter, dan
bermartabat,
2) Memberikan pembelajaran bermakna dan berproduktif dengan
standar yang memadai,
3) Memberikan kecakapan hidup yang berorentasi mata pencarian,
kewirausahaan, kejuruan dan pekerjaan, dan
4) Memberikan pembekalan untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan
hidup dimasyarakat.
b. Komponen Program Pendidikan Kesetaraan
1) Peserta Didik atau Warga Belajar
Warga belajar menurut Umberto Sihombing (2001: 36) adalah
anggota masyarakat yang ikut dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Istilah ini memiliki konotasi bahwa adanya aspek keterlibatan
46
masyarakat dalam proses pembelajaran terutama pada program
pendidikan nonformal. Warga belajar merupakan anggota masyarakat
yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pembelajaran. Peserta
didik merupakan warga masyarakat yang menjadi sasaran program
pendidikan kesetaraan pada umumnya warga masyarakat pendidikan
kesetaraan berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi.
Sasaran pendidikan kesetaraan adalah kelompok masyarakat usia 10
tahun keatas yang belum tuntas wajib belajar 9 tahun terutama bagi
anak usia wajib belajar, sasaran utama adalah peserta didik putus
sekolah usia 3 tahun diatas usia sekolah dan sebagian usia sekolah
sebagai layanan khusus bila akses terhadap sekolah formal tidak ada
(Direktorat Pendidikan Kesetaraan Dirjen PNFI Depdiknas, 2009:
19).
2) Pendidik (tutor)
Istilah tutor adalah pendidikan secara luas identik pengertian
dengan instrukur dalam pelatihan dan guru atau pendidik
dipendidikan formal. Pendidik adalah seseorang yang memiliki
kriteria yang tetap ditetapkan oleh pemerintah dan direktur oleh
penyelenggara program.
Secara akademis pendidikan adalah tenaga pendidikan yakni anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik,
tutor, fasilitator, pamong belajar, widyaswara, instruktur dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususan (Suwarno, 2006: 37-38).
3) Penyelengaraan Program
47
Penyelengaraan program adalah organisasi atau lembaga yang
menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan. Organisasi atau
lembaga tersebut berupa: Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM),
Pondok Pesantren, Takmir Masjid, Majelis Tklim, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Yayasan yang berbadan hukum, Yayasan yang
dimiliki badan usaha, Organisasi kemasyarakatan, Organisasi
Keaga