Transcript

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

MUKTI A14103691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN

MUKTI. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam). Di bawah bimbingan RITA NURMALINA SURYANA.

Kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi salah satu penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kelapa sawit secara terintegratif (agroindustri). Pengembangan industri kelapa sawit sebagai proses untuk meningkatkan added value bagi produk-produk yang berbasiskan kelapa sawit, didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah seperti program revitalisasi perkebunan 2006-2010 (Departemen Pertanian,2006) dan subsisdi investasi untuk perkebunan (Departemen Keuangan,2006).

Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan industri kelapa sawit dengan luas areal perkebunan 29.187 ha dan produksi 399.193 ton (2006). Pengembangan industri kelapa sawit baik perluasan lahan maupun perbaikan produktivitas menyebabkan meningkatnya total produksi tandan buah segar (TBS) sehingga membutuhkan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Berdasarkan luas areal dan total produksi, Kabupaten Aceh Utara sudah memenuhi syarat untuk pembangunan pabrik kelapa sawit sebagaimana yang telah direkomendasi oleh pemerintah terkait dengan paket program kebun kredit koperasi primer (KKPA) dan peraturan perizinan pembangunan pabrik kelapa sawit (Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/OT.140/2/2007). Sehingga diperlukan penelitian tentang studi kelayakan pembangunan pabrik kelapa sawit sebagai referensi layak atau tidaknya pembangunan pabrik kelapa sawit untuk dilaksanakan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis kelayakan investasi pembangunan pabrik kelapa sawit berdasarkan aspek teknis, institusional, pasar, sosial dan lingkungan (non-finansial). (2) Menganalisis tingkat kelayakan investasi pabrik kelapa sawit berdasarkan aspek finansial, serta (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan pabrik kelapa sawit terhadap perubahan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi. Penelitian dilakukan pada Agustus-September 2008. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi langsung serta studi literatur. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif serta di kelompokkan menjadi dua skenario, skenario I menggunakan dana sendiri sementara skenario II menggunakan dana pinjaman kredit perbankan. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif melalui observasi dan studi literatur sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode analisis finansial berdasarkan kriteria NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Period serta analisis sensitivitas mengunakan indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan penurunan kapasitas produksi 10 persen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perspektif aspek non-finansial pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS/jam di Kabupaten Aceh Utara layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek non-finansial yang terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, institusional, sosial dan lingkungan tidak terdapat kendala yang dapat menggangu proses operasional maupun tujuan yang

ingin dicapai dari pembangunan pabrik kelapa sawit. Sedangkan dari aspek finansial berdasarkan asumsi-asumsi dan kriteria yang digunakan untuk skenario I (dana sendiri) layak dilaksanakan dengan nilai NPV Rp. 106.698.657.000, IRR 22,34, B/C 2,30, PP 3 tahun 8 bulan. Sementara skenario II (pinjaman) tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial menurut hasil penilaian NPV (-Rp. 30.727.367.000, IRR 9,03, B/C 0,63, PP 6 tahun 4 bulan. Total investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit sebesar Rp.82.368.421.000. Hasil analisis sensitivitas dengan indikator kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi, skenario I (dana sendiri) masih memungkinkan untuk dilaksanakan sedangkan pada skenario II (pinjaman) pembangunan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan.

Saran dari hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan rekomendasi Pemerintah dan Peraturan menteri Pertanian No.26/Permentan/OT.140/2/2007, idealnya Kabupaten Aceh Utara membutuhkan 2 unit Pabrik dengan Kapasitas 30 ton TBS per jam. (2) Pembangunan pabrik kelapa sawit di Kabupaten Aceh Utara penting untuk dilaksanakan untuk menampung lonjakan produksi dan peran aktif Pemerintah Daerah sangat diperlukan. (3) Untuk melindungi petani perkebunan rakyat, sebaiknya pemerintah daerah kabupaten Aceh Utara membentuk BUMD untuk pembangunan pabrik kelapa sawit, dengan pertimbangan luasan lahan dan modal yang dimiliki oleh perkebunan rakyat tidak memadai dan memenuhi syarat untuk perizinan pembangunan pabrik kelapa sawit.

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT

(Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam)

MUKTI A14103691

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul : Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus

Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam)

Nama : Mukti

NRP : A14103691

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. NIP.19550713 198703 2 001

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus Ujian:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul”Analisis Kelayakan

Investasi Pabrik kelapa Sawit, Studi Kasus kabupaten Aceh Utara, Nanggroe

Aceh Darussalam” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

MUKTI A 14103691

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 30

Mei 1980. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Wahi

dan Djuharen. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 1 Samakurok Aceh

Utara (1992), SMPN 1 Samakurok Aceh Utara (1995) dan SMUN 1

Lhokseumawe (1998). Diploma III Program Studi Teknisi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 selasai tahun 2003.

Kemudian tahun 2004 melanjutkan Strata I esktensi Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas segala

Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan

Investasi Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 30 ton TBS/jam (Studi Kasus Kabupaten

Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam)” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada

fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kelayakan

Investasi pembangunan Pabrik Kelapa sawit (PKS) yang meliputi aspek financial

dan non-finansial serta analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya produksi dan

penurunan kapasitas produksi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Utara

Naggroe Aceh Darussalam.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, kritik dan saran

sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Mukti

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses

penyusunan skripsi ini:

1. Keluarga penulis, atas segala pengorbanan dan ketabahan dalam mendidik

penulis.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, atas segala bimbingan, arahan, dorongan

moral dan pengorbanan waktu yang telah diberikan dalam proses

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

3. Tanti Novianti, SP, M.Si, selaku dosen penguji utama serta dosen

evaluator kolokium atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Arif Karyadi Uswandi, SP, selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan

atas koreksi dan saran yang telah diberikan.

5. Pimpinan beserta staff esktensi Manajemen Agribisnis.

6. Yosep Fernando selaku pembahas dalam seminar Skripsi.

7. Rekan dan sahabat, atas segala bantuannya.

8. Unit khusus bantuan korban bencana tsunami IPB, atas batuan biaya

pendidikan.

9. Fredericus Damianus, Direktur Utama PT. Bumi Maju Sawit, Sulawesi

Selatan.

10. Ir. Hasballah, Manager Pengembangan Bisnis PT. PDPA, Nanggroe Aceh

Darussalam.

11. Pengurus dan Penghuni Asrama Mahasiswa Aceh Leuser. Bogor

12. Pengurus Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR) Bogor.

13. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

2.1. Tandan Buah Segar ............................................................................. 8 2.2. Mutu Tandan Buah Segar .................................................................... 8 2.3. Perkebunan Kelapa Sawit .................................................................... 9 2.4. Pengolahan Kelapa Sawit .................................................................... 10 2.5. Penelitian Terdahulu............................................................................ 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 15

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................ 15 3.1.1 Investasi ...................................................................................... 15 3.1.2 Studi Kelayakan Proyek ............................................................... 15 3.1.3 Aspek-aspek Analisis Kelayakan ................................................. 16

3.1.3.1 Aspek teknis .................................................................... 17 3.1.3.2 Aspek Pasar ..................................................................... 17 3.1.3.3 Aspek Institusional ........................................................... 17 3.1.3.4 Aspek Sosial dan Lingkungan .......................................... 18 3.1.3.5 Aspek Finansial ................................................................ 18

3.1.4. Analisis sensitivitas .................................................................... 19 3.1.5. Arus kas ..................................................................................... 20

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................ 20

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 23

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 23 4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 23 4.3. Metode Analisis .................................................................................. 23

4.4. Kriteria Kelayakan Investasi ................................................................ 24 4.5. Asumsi Dasar Yang Digunakan ........................................................... 26

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 29

5.1. Deskripsi Sekilas Kabupaten Aceh Utara ............................................. 29 5.2. Letak Geografis dan Iklim ................................................................... 30 5.3. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................ 30 5.4. Potensi Perkebunan Kabupaten Aceh Utara ......................................... 31

VI. ANALISIS KELAYAKAN NON-FINANSIAL ...................................... 32

6.1. Aspek Teknis ...................................................................................... 32 6.1.1. Lokasi Pabrik ............................................................................ 32 6.1.2. Fasilitas Produksi dan Pendukung ............................................. 33 6.1.3. Ketersediaan Bahan Baku .......................................................... 33 6.1.4. Analisis Kebutuhan Bahan Baku dan Jumlah Produksi .............. 34 6.1.5. Proses Produksi ......................................................................... 35

6.1.5.1. Proses Esktraksi ........................................................... 35 6.1.5.2. Proses Pemurnian ......................................................... 37

6.1.6. Mutu Produk ............................................................................. 38 6.1.7. Hasil Analisis Aspek Teknis ...................................................... 38

6.2. Aspek Manajemen ............................................................................... 39 6.2.1. Bentuk dan Struktur Organisasi ................................................. 39 6.2.2. Penyerapan tenaga Kerja ........................................................... 39 6.2.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen .............................................. 40

6.3. Aspek Pasar ......................................................................................... 40 6.3.1. Gambaran sekilas Perkembangan Produksi dan Konsumsi

Dunia ........................................................................................ 42 6.3.2. Gambaran sekilas Perkembangan Produksi dan Konsumsi

Indonesia .................................................................................. 43 6.3.3. Potensi dan Prospek Pemasaran Minyak Kelapa Sawit .............. 44 6.3.4. Market Share Minyak Kelapa Sawit Indonesia .......................... 47 6.3.5. Sistem Distribusi ....................................................................... 48 6.3.6. Hasil Analisis Aspek Pasar ........................................................ 49

6.4. Aspek Lingkungan dan Sosial ............................................................. 49 6.4.1. Dampak Negatif Kegiatan Operasional Pabrik Kelapa Sawit ..... 50 6.4.2. Dampak Positif Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit .................. 51 6.3.3. Hasil Analisis Aspek Lingkungan dan Sosial ............................. 52

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL .............................................. 53

7.1. Ruang Lingkup Analisis ...................................................................... 53 7.2. Proyeksi Arus Kas ............................................................................... 53

7.2.1 Pengeluaran (Outflow) ................................................................ 54 7.2.1.1 Biaya Investasi ................................................................. 54 7.2.1.2 Biaya Operasional ............................................................ 55

7.2.2 Penerimaan (Inflow) .................................................................... 56

7.3. Proyeksi Laba-Rugi ............................................................................. 57 7.4. Kriteria Kelayakan Investasi ................................................................ 60

7.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................................ 60 7.4.2. Internal rate of Return (IRR) ...................................................... 61 7.4.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ................................................ 61 7.4.4. Payback Period (PP) .................................................................. 62

7.5. Analisis Sensitivitas ............................................................................ 62 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66

8.1. Kesimpulan ......................................................................................... 66 8.2. Saran ................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Luas Area dan Produksi Kelapa Sawit Kab. Aceh Utara

(1997-2006) .............................................................................................. 3 2. Pabrik Kelapa Sawit di Nanggroe Aceh Darussalam .................................. 4 3. Potensi Ketersedian Bahan Baku TBS ....................................................... 34 4. Proyeksi Kebutuhan Kapasitas PKS dan Produksi CPO/PKO .................... 35 5. Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja ....................................................... 40 6. Eskpor CPO dan Produk Turunan.............................................................. 47 7. Rekapitulasi Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit ..................................... 54 8. Biaya Operasional ..................................................................................... 55 9. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi ..................................................... 57 10. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi dan Pajak .............................................. 58 11. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Kelapa sawit ........................ 60 12. Ringkasan Analisis Sensitivitas pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi . 63 13. Ringkasan Analisis Sensitivitas pada Indikator Penurunan Kapasita

Produksi .................................................................................................... 64 �

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Alur Proses Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 30 ton TBS/jam ....................... 10 2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 22 3. Negara-Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit ......................................... 42 4. Negara Pengkonsumsi CPO Terbesar Dunia ................................................ 43 5. Konsumsi Minyak kelapa Sawit Dunia (2004-2007) .................................... 43 6. Pola Konsumsi Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia ............................... 44 �

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Cashflow Skenario I ....................................................................... 71 2. Cashflow Skenario II ...................................................................... 72 3. Cashflow Skenario I, pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi

10% ................................................................................................. 73 4. Cashflow Skenario II, pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi

10% ................................................................................................. 74 5. Cashflow Skenario I, pada Indikator Penurunan Kapasitas

Produksi 10% .................................................................................. 75 6. Cashflow Skenario II, pada Indikator Penurunan Kapasitas

Produksi 10% .................................................................................. 76 7. Proyeksi Laba-Rugi ......................................................................... 77 8. Proyeksi Laba-Rugi, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi ....... 78 9. Proyeksi Laba-Rugi, Pada Indikator penurunan Biaya Produksi ...... 79 10. Produksi, Bahan Baku dan Penjualan .............................................. 80 11. Produksi, Bahan Baku dan Penjualan ,Pada Indikator Penurunan

Biaya Produksi ................................................................................ 81 12. Biaya Operasional .......................................................................... 82 13. Investasi Fisik ................................................................................. 83 14. Proyeksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan kendaraan ................ 86 15. Penyusutan, Modal kerja dan Biaya bahan Pembantu Proses

produksi .......................................................................................... 87 16. Biaya Pra-Operasional dan biaya Administrasi ................................ 88 17. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan ........................................................ 89 18. Penarikan kredit ............................................................................... 91 19. Potensi areal Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat ......... 92 20. Penggunaan Lahan Perkebunan Besar di Kab. Aceh Utara ............... 93 21. Struktur bagan Organisasi dan Bagan pemasaran ............................. 95

� �

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit sebagai penghasil minyak kelapa sawit (Crude palm oil) dan

inti kelapa sawit (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman

perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Hal

ini disebabkan oleh permintaan dan harga produk CPO di pasar dunia meningkat

pesat dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan inovasi terhadap produk-produk turunan dari kelapa sawit yang

dapat digunakan sebagai bahan baku beberapa sektor industri lain (industri hilir).

Berkembangnya industri hilir (downstream industry), dan cerahnya

prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia

mendorong pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kelapa sawit

secara terintegratif (agroindustri). Pengembangan industri kelapa sawit secara

terintegratif dengan cara mensinergikan berbagai potensi yang ada dilakukan

untuk dapat menciptakan added value bagi produk-produk yang berbasiskan

kelapa sawit. Selain itu, Pengembangan industri kelapa sawit secara terintegratif

akan mendorong pertumbuhan pembangunan, terciptanya lapangan pekerjaan

baru, penurunan angka pengangguran dan kemiskinan serta mempercepat proses

alih tehnologi kepada masyarakat (petani).

Pengembangan industri kelapa sawit juga tidak terlepas dari adanya

kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, seperti program

revitalisasi perkebunan 2006 – 2010 yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan Departemen Pertanian. Selain dari itu kemudahan dalam hal perizinan

� �

dan bantuan subsidi investasi untuk perkebunan sebagaimana yang tercantum

dalam Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan No.

117/PMK.06/2006 tentang kredit untuk perkembangan energi nabati dan

revitalisasi perkebunan (KPEN – RP). Penyebaran dan rencana pengembangan

industri kelapa sawit (perkebunan kelapa sawit) di Indonesia sebagian besar

berada di wilayah Sumatera, Kalimatan, Sulawesi dan Papua.

Dalam beberapa dekade terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit terus

meningkat dari 290 ribu hektar pada tahun 1980 menjadi 5,9 juta hektar pada

tahun 2006 (Dirjen. Perkebunan, 2007). Bertambahnya luas perkebunan kelapa

sawit, menyebabkan total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat

pesat, dari 1,71 juta ton (1988) menjadi 5,38 juta ton pada tahun 1997. Tahun

1998, produksi minyak kelapa sawit mengalami penurunan menjadi 5 juta ton,

karena krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Tahun selanjutnya (1999)

kembali mengalami peningkatan sampai dengan awal tahun 2008, produksi

minyak kelapa sawit Indonesia mencapai angka 18 juta ton melampaui total

produksi Malaysia (GAPKI, 2008)1.

Aceh Utara yang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan

kelapa sawit di Indonesia baik dari segi luas areal maupun produksi. Pada tahun

2006 luas tanaman kelapa sawit telah mencapai 29.187 ha dan total produksi

399.193 ton yang terdiri dari perkebunan rakyat 14.834 ha dengan produksi

sejumlah 155.192 ton dan perkebunan besar seluas 14.353 ha dengan produksi

sejumlah 244.001 ton dan diperkirakan akan terus meningkat dimasa yang akan

datang (Tabel .1).

1http://www.gapkiconference.org. Suplai CPO di pangkas. November 2008�

� �

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit kab. Aceh Utara (1997-2006)

Tahun Luas Areal(Ha) Total (Ha)

Produksi (ton)

Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar

2002 12513 12987 25500 304000 2003 12513 12987 25500 364194 2004 13889 13392 27281 365447 2005 14264 14353 28617 392021 2006 14834 14353 29187 399193

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh Utara (2007)

Peningkatan produksi dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit yang

terus meningkat tidak dibarengi dengan pembangunan pabrik kelapa sawit di

sekitar areal perkebunan. Berdasarkan Dinas perkebunan Nanggroe Aceh

Darussalam (Tabel.2), saat ini di Kabupaten Aceh Utara hanya terdapat satu

pabrik kelapa sawit yang merupakan milik PT. Perkebunan Nusantara I yang

berkapasitas produksi 45 ton TBS per jam, dengan kapasitas pengolahan 80% dari

kapasitas terpasang sehingga hanya mampu mengolah tandan buah segar (TBS)

milik perkebunan sendiri menjadi crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil

(PKO).

Berdasarkan luas areal perkebunan dan hasil produksi, Kabupaten Aceh

Utara sudah memenuhi aspek syarat perlu dan aspek syarat cukup untuk

pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS per jam,

sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh pemerintah terkait dengan paket

program kebun kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) dengan luasan

lahan 6000 ha ke atas (PPKS, 2002). Selain itu kontinuitas kecukupan pasokan

TBS bagi pabrik kelapa sawit sudah sesuai dengan peraturan perizinan

pembangunan pabrik kelapa sawit (Peraturan Menteri Pertanian

No.26/Permentan/OT.140/2/2007) yang mengharuskan kapasitas olah terpasang

� �

minimal 20 persen dari kemampuan menyediakan pasokan TBS oleh kebun yang

menjamin pasokan TBS.

Tabel 2. Pabrik Kelapa Sawit di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nama Perusahaan Kapasitas Produksi (ton/jam)

PKS Anugrah 45 PKS Simpang Kiri 30 PKS Alue Gantung 30 PKS Alue Manis 30 PKS Sucofindo Sungai Liput 30 PT. Para Sawita Suruwai 30 PT. Truban 30 PTPN 1 Seumentok 60 PTPN 1 Pulo Tiga 30 PT. Mapoli Raya 30 PKS Alue Nireh 30 PT. Wira Peraca Peurelak 30 PTPN 1 Cot Girek 45 PKS Delima Makmur 30 PT. Astra 45 PKS Sucofindo Rimo 30 PKS Pemda Aceh Selatan 30 PKS Fajar Baizuri Meulaboh 45 PKS Sucofindo Semayam 30 PKS Sucofindo scu dagan 30 PKS Karya Tanah Subur 30 PKS Mapoll Raya 30

Sumber : Dinas Perkebunan NAD (2007)

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan bagian integral dari

pembangunan industri kelapa sawit. Tanpa pabrik kelapa sawit, pengembangan

industri hulu (kebun kelapa sawit) baik perluasan lahan maupun perbaikan

produktivitas di daerah-daerah, seperti Aceh Utara akan sia-sia. Karena sifat dari

produk TBS yang jumlahnya banyak dan mudah rusak, sehingga memerlukan

pengolahan yang cepat. Kehadiran pabrik kelapa sawit pada daerah-daerah sentral

� �

produksi TBS seperti Kabupaten Aceh Utara, sangat membantu petani yang

memiliki luas lahan yang relatif terbatas, untuk menampung hasil produksi dari

kebun yang di usahakannya. Selama ini petani harus menambah biaya transportasi

untuk pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit lain di wilayah (Kab. Aceh

Timur, Tamiang atau Prov.Sumatra Utara) yang jaraknya lebih jauh dari areal

perkebunan. Oleh karena itu tidak sedikit TBS yang dihasilkan dari kebun,

terlantar dan membusuk di sekitar tempat pengumpulan.

Lambatnya proses penanganan terhadap TBS tentu saja menyebabkan

penurunan kualitas dan harga jual TBS menjadi rendah. Selain itu terjadi

perpindahan sumber pendapatan daerah ke daerah lain (Kab. Aceh Timur,

Tamiang atau Prov. Sumatra Utara) dari proses penciptaan nilai tambah produk

kelapa sawit yang dihasilkan oleh sektor perkebunan rakyat Kabupaten Aceh

Utara. Untuk mengantisipasi lonjakan produksi TBS perkebunan rakyat dan

hilangnya potensi sumber pendapatan daerah, maka diperlukan pembangunan

pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam.

Investasi pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS

per jam di Kabupaten Aceh Utara selain memberikan manfaat juga menimbulkan

biaya dan resiko. Hal ini menuntut perlunya perencanaan yang tepat dan objektif

untuk menganalisis manfaat dan resiko atas kegiatan investasi tersebut. Salah satu

analisis yang diperlukan adalah studi kelayakan investasi. Analisis ini dilakukan

untuk melihat layak atau tidaknya investasi dilakukan berdasarkan aspek aspek

yang dikaji sehingga dapat memberikan gambaran tepat kepada para investor yang

berminat dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di Kabupaten Aceh

Utara.

� �

Dengan adanya pembangunan pabrik kelapa sawit, akan menciptakan

kawasan ekonomi baru dengan tumbuhnya sektor formal dan informal seperti

sekolah, pasar, sarana kesehatan, tranportasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu saja

akan menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi

masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Aceh Utara.

Berdasarkan gambaran kondisi di atas, maka di dapat perumusan masalah

yang akan di kaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Seberapa besar kelayakan investasi untuk pembangunan pabrik kelapa sawit

kapasitas 30 ton TBS per jam.

2. Bagaimana kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional,

finansial dan pasar.

3. Bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik kelapa sawit terhadap

perubahan biaya dan kapasitas produksi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan non finansial pembangunan pabrik kelapa sawit yang

meliputi aspek teknis, institusional, pasar,sosial dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial pembangunan pabrik kelapa sawit.

3. Menganalisis sensitivitas investasi pembangunan pabrik kelapa sawit terhadap

perubahan biaya dan kapasitas produksi.

� �

1.4 Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan segera dari hasil penelitian

ini adalah:

1. Diperolehnya bahan informasi untuk investasi pembangunan pabrik kelapa

sawit bagi pemerintah atau pihak pihak yang ingin menanamkan investasi

pada bidang agroindustri.

2. Mengetahui manfaat dan kendala sosial dari pembangunan pabrik kelapa sawit

bagi petani perkebunan rakyat dan masyarakat lokal.

3. Peneliti, mahasiswa, dan pihak-pihak lain yang memerlukan informasi tentang

pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tandan Buah Segar (TBS)

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineeensis Jacq.), tergolong jenis palma

yang buahnya kaya akan minyak nabati. Kelapa sawit yang dikenal adalah jenis

Dura, Psifera, dan Tenera, merupakan tanaman tropis yang termasuk kelompok

tanaman tahunan. Tenera ( Dura x Psifera ) merupakan tanaman yang saat ini

banyak dikembangkan. Buahnya mengandung 80 persen daging buah dan 20

persen biji yang batok atau cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 - 40

persen terhadap buah.

Buah yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah segar

(TBS). Bentuk, susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis

tanaman dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gr/

butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan

(PPKS dalam Mangoensoekarjo,2003).

2.2 Mutu Tandan Buah Segar

TBS, yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan

baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak CPO dan

inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di

tempat penampungan (loading ramp). Menurut Siregar (2003), hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penentuan mutu TBS yang akan dimasukkan ke dalam pabrik

antara lain: Sortasi Panen, penimbangan TBS di Loading Ramp dan Material

Passing Digester (MPD).

2.3 Perkebunan Kelapa Sawit

Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu

perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.

Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR), yang

pola dasarnya merupakan bentuk gabungan antara perkebunan rakyat dengan

perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta, dengan tata hubungan

yang bersifat khusus.

Produktivitas perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh kelas lahan,

tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis (1992) membedakan kelas

lahan pengembangan kelapa sawit ke dalam empat kelas dengan produktivitas

rata-rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4 – 25 tahun berturut-turut sebesar

25,10 ton TBS/ha/tahun; 22,95 ton TBS/ha/tahun; 20,86 ton TBS/ha/tahun; dan

17,71 ton TBS/ha/tahun. Untuk semua kelas lahan, produktivitas meningkat antara

umur 15 hingga 21 tahun dan memasuki masa tua pada umur 22 tahun.

Berdasarkan data tersebut maka tanaman kelapa sawit digolongkan ke dalam dua

kelompok yaitu (Lubis,1992):

a. Tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu tanaman berumur 1-3 tahun.

b. Tanaman menghasilkan (TM) yaitu tanaman berumur 4 – 25 tahun.

• Tanaman remaja menghasilkan (TRM) berumur 4 – 8 tahun.

• Tanaman dewasa menghasilkan I (TDM I) berumur 9 – 14 tahun.

• Tanaman dewasa menghasilkan II (TDM II) berumur 15 – 21 tahun.

• Tanaman tua menghasilkan (TTM) berumur 20 – 25 tahun.

�� �

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit

Dalam sistem pengolahan kelapa sawit dikenal dua jenis proses sesuai

dengan produk yang akan dihasilkan. Pertama adalah proses pengolahan untuk

menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dan kedua adalah proses pengolahan untuk

menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO). Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa

sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS yang diikuti dengan

proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa

tahapan proses yang berjalan secara seimbang dan terkait satu sama lain. Tahapan

pengolahan TBS menjadi CPO menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2002)

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Proses Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 30 Ton TBS/jam Sumber: Pusat Penelitian kelapa Sawit (2002)

�� �

2.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Harahap (2003) mengenai Prospek Pembangunan

Pabrik Mini CPO Untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal di kota Dumai provinsi

Riau. Hasil dari analisis kelayakan investasi pada tingkat suku bunga 20 persen

menunjukkan bahwa pendirian pabrik pengolahan sawit (PKS) mini CPO

kapasitas 5 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Sementara melalui analisis

sensitivitas menunjukkan bahwa batas toleransi perubahan harga TBS untuk PKS

mini CPO ini adalah Rp 575 per kg.

Dampak yang dirasakan dari pembangunan PKS mini CPO kapasitas 5 ton

TBS per jam secara analisis kualitatif dapat dirasakan, seperti terbukanya

lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terciptanya pembangunan sarana dan

prasarana fisik dan timbulnya industri-industri kecil dari hasil produk kelapa sawit

beserta turunannya. Akan tetapi secara kuantitatif seperti berapa besar tingkat

pendapatan masyarakat setempat sebagai dampak pembangunan PKS mini CPO

tidak dapak dibuktikan. Pola yang paling tepat untuk membangun PKS mini CPO

di kota Dumai provinsi Riau adalah melalui pola koperasi usaha perkebunan

dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat selaku anggota koperasi.

Hasil penelitian Hartopo (2005) tentang Analisis Kelayakan Finansial

Pabrik Kelapa Sawit Mini, Studi Kasus Pabrik Kelapa Sawit Aek Pancur,Tanjung

Merawa, Medan, Sumatera Utara. Bedasarkan hasil uji kelayakan, kegiatan

investasi pembangunan industri PKS Mini kapasitas olah 5 ton TBS per jam

dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang

digunakan berturut-turut sebagai berikut : NPV = Rp 1.711.942.000 ; IRR = 28,22

persen ; Net B/C Ratio = 1,827 dan Payback period Sembilan tahun.

�� �

Analisis sensitivitas PKS mini pada skenario pertama yang menggunakan

harga beli TBS sebesar Rp 508,17 per kg TBS dengan rendemen minyak 19

persen dan rendemen inti 3,5 persen, menurut kriteria kelayakan dinyatakan layak.

Dalam skenario tersebut, PKS mini dapat beroperasional dengan baik pada NPV =

Rp. 483.478.000 ; IRR = 17,19 persen; Net B/C Ratio = 1,181 dan PP 10 tahun.

Sedangkan skenario dua tiga menurut kriteria investasi usaha pembangunan PKS

mini dinyatakan tidak layak sama sekali. Skenario dua menggunakan harga beli

TBS sebesar Rp 713 per kg dengan rendemen 21 persen dan rendemen inti 4

persen, skenario tiga menggunakan harga beli TBS sebesar Rp. 643,25 per kg

dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa harga beli TBS dan kualitas rendemen sangat berpengaruh

terhadap kelayakan PKS mini.

Hasil analisis eksternalitas atau dampak adanya PKS mini menimbulkan

eksternalitas positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Eksternalitas positif

yang ditimbulkan, yaitu 1) sarana dan prasarana pendukung yang lebih baik

seperti listrik, telepon, dan jalan raya; 2) biaya transportasi TBS yang dimiliki

oleh kebun rakyat dan swasta lebih rendah dan pendapatan masyarakat menjadi

meningkat. Eksternalitas negatif antara lain 1) kerusakan yang ditimbulkan PKS

mini seperti air sungai yang jelek, kebisisngan mesin PKS yang bekerja 20 jam

per hari dan kendaraan angkut minyak CPO maupun TBS, dan polusi udara; 2)

keamanan dari lingkungan di kebun rakyat dan swasta seperti pencurian TBS; 3)

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak pabrik (masalah timbangan TBS yang

masuk ke pabrik).

�� �

Ilyas (2006) melakukan penelitian mengenai Program Pengembangan

Agroindutsri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Dalam Menunjang Perekonomian

Kota Dumai Propinsi Riau, menunjukkan bahwa agroindustri pengolahan minyak

kelapa sawit memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian kota

Dumai, karena mempunyai efek multipler terhadap tenaga kerja sebesar 1,51

dengan pertumbuhan kesempatan kerja 4,68 persen. Selain itu memberi efek

multipler pendapatan terhadap daerah sebesar 27,02. Hal ini menunjukkan bahwa

permintaan dari luar wilayah kota Dumai terhadap produk agroindustri

pengolahan minyak kelapa sawit cukup besar.

Nugroho (2008) tentang Kelayakan Usaha Pembibitan Pre-nursery Kelapa

Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) pada PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Medan,

Sumatra Utara, menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan

secara finansial dan non finansial berdasarkan kriteria kriteria yang digunakan.

Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan dua skenario yaitu kelayakan

finansial tanpa memperhitungkan inflasi dan kelayakan finansial dengan

memperhitungkan inflasi.

Noviayanti (2008) tentang Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan

Tapioka (Studi Kasus Pengrajin Tapioka Uhan di Desa Cipambuan, Kecamatan

Babakan Madang, Kabupaten Bogor) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis

finansial dan non finansial usaha tersebut layak untuk dilaksanakan sesuai dengan

kriteria investasi yang digunakan. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua

skenario yaitu pengolahan tapioka dengan bahan baku ubi kayu belum dikupas

dan pengusahaan tapioka dengan bahan baku ubi kayu sudah dikupas. Analisis

�� �

sensitivitas yang dilakukan menggunakan pendekatan penurunan harga output dan

kenaikan biaya operasional sebesar 7 persen.

Pada penelitian terdahulu (Harahap dan Hartopo) sama-sama menganalisis

pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 5 ton TBS per jam (mini) dengan alat

analisis yang sama. Sedangkan pada penelitian kali ini yang dianalisis adalah

pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam (kapasitas sedang) serta

berbeda dalam pendekatan penggunaan indikator sensitivitas yang digunakan

dalam penelitian. Sementara pada penelitian (Ilyas) persamaannya berhubungan

dengan komoditi penelitian yang dipilih sedangkan perbedaannya berkaitan

dengan maksud dan tujuan dari penelitian. Kemudian pada penelitian Nugroho

dan Noviayanti persamaannya terkait dengan alat analisis yang digunakan,

sementara perbedaannya terletak pada objek penelitian.

�� �

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang

memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha

(Kasmir,2003). Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis,

yaitu:

a. Investasi nyata (real investment)

Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset)

seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

b. Investasi finansial (financial investment)

Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian

saham, obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

3.1.2 Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan

harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan

dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang

disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu

perencanaan menyeluruh perusahaan, perencanaan nasional atau program

pembangunan pertanian (Gittinger,1986). Berdasarkan definisi tersebut maka

proyek dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang mengeluarkan biaya untuk

mendapatkan manfaat.

�� �

Kasmir (2003) menyimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan adalah

suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau

usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau

tidak usaha dijalankan. Umar (2007) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek

merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk

jangka waktu tertentu.

Pemilihan proyek sebagian didasarkan kepada indikator, nilai dan

hasilnya. Manfaat suatu proyek didefenisikan sebagai segala sesuatu yang

membantu suatu tujuan. Sedangkan biaya suatu proyek merupakan segala sesuatu

yang mengurangi suatu tujuan (Gittinger,1986). Paling tidak ada lima tujuan

mengapa sebelum proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan

(Kasmir,2003) yaitu: (1) menghindari resiko, (2) memudahkan perencanaan, (3)

memudahkan pelaksanaan pekerjaan, (4) memudahkan pengawasan, dan (5)

memudahkan pengendalian.

3.1.3 Aspek-aspek Analisis Kelayakan

Dalam menganalisis dan merencanakan suatu proyek harus

mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan

bagaimana keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu penanaman investasi

tertentu. Masing-masing aspek saling berhubungan dan saling mempengaruhi

dengan yang lainnya. Menurut Gittinger (1986) aspek-aspek tersebut terdiri dari

aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar,

aspek finansial, dan aspek ekonomi. Pada penelitian ini aspek yang

dipertimbangkan dan dianalisis yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek

institusional-organisasi-manajerial, aspek finansial, dan aspek sosial/lingkungan.

�� �

Urutan penilaian aspek mana yang harus didahulukan tergantung dari

kesiapan penilai dan kelengkapan data yang yang ada. Tentu saja dalam hal ini

dengan mempertimbangkan prioritas mana yang harus didahulukan lebih dahulu

dan mana yang berikutnya.

3.1.3.1 Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan

output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger,1986).

Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis seperti

lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses

produksi serta teknologi yang digunakan.

3.1.3.2 Aspek Pasar

Aspek-aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output

yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk

kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger,1986). Analisis pemasaran

penting dilakukan untuk mengetahui tingkat permintaan dan penawaran terhadap

barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari pelaksanaan proyek. Atau

dengan kata lain, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk atau jasa

yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para

pesaing. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk

menangkap peluang pasar dan pasar potensial yang ada.

3.1.3.3 Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Aspek ini berkaitan dengan pengorganisasian dan pengelolaan

sumberdaya-sumberdaya yang terlibat dalam pelaksanaaan proyek. Analisis

dilakukan berkenaan dengan model dan personal manajerial yang digunakan

� �

dalam proses pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan

perencanaan dan operasional harus sesuai dengan bentuk dan tujuan dari proyek.

3.1.3.4 Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi sosial

yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan

sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek

yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger,1986).

Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara inplisit dan eksplisit terhadap

pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu

analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek

terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan akibat adopsi tehnologi atau

penerapan alat-alat mekanis yang mengurangi keterlibatan tenaga kerja manusia.

Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan

proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang

merugikan dari proyek yang direncanakan. Pembangunan proyek mungkin saja

akan merusak sumber-sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek.

Lokasi pelaksanaan proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk

menghindari rusaknya kelestarian lingkungan.

3.1.3.5 Aspek Finansial

Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan

pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap pihak-

pihak yang terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk

menentukan proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien

� �

dengan cara mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan

proyek serta pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger,1986).

Rencana anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk

mengetahui berapa besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang

digunakan untuk membiayai pelaksanaan proyek. Analisis finansial dapat juga

digunakan sebagai pertimbangan dalam permohonan kredit investasi dan kredit

modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai

pembangunan proyek. Dalam analisis ini kriteria-kriteria yang digunakan adalah

payback period, net present value (NPV), internal rate return (IRR), profitability

index serta rasio-rasio keuangan.

3.1.4 Analisis Sensitivitas

Salah satu keuntungan analisis proyek secara finansial ataupun ekonomi

yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari analisis tersebut dapat diketahui

atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal di luar

jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Gittinger (1986)

mengemukakan bahwa analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu analisa

untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang

berubah-ubah. Sementara menurut Kadariah (1978), yang dimaksud dengan

analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu teknis analisis untuk menguji

secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila

terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang di buat dalam

perencanaan.

Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian

yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang

�� �

pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: (1) harga, (2)

keterlambatan pelaksanaan, (3) kenaikan biaya, dan (4) hasil. Analisis sensitivitas

dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pengganti (switching value), dilakukan

secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat

diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar

NPV sama dengan nol.

3.1.5 Arus Kas (Cash flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan

dalam suatu peride tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang

diterima (cash in) dan biaya yang dikeluarkan (cash out) baik jenis maupun

jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi

pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang (Kasmir,2003). Cash flow

mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash flow yang berhubungan

dengan pengeluaran investasi, Operasional cash flow berkaitan dengan

operasional usaha dan Terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang

dianggap tidak memiliki nilai ekonomis lagi (Umar, 2007).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Industri hulu dan industri hilir kelapa sawit memiliki keterkaitan yang

sangat erat dalam perkembangan industri kelapa sawit. Di antara kedua industri

tersebut terdapat industri perantara yaitu pabrik kelapa sawit (PKS). Penelitian

tentang analisis kelayakan investasi pabrik kelapa sawit didasari oleh

meningkatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang tidak

dibarengi dengan penambahan jumlah pabrik kelapa sawit. Lonjakan hasil

�� �

produksi kebun kelapa sawit tidak dapat ditampung dengan baik oleh pabrik

kelapa sawit yang ada. Kondisi tersebut tentu saja tidak efisien bagi petani, karena

harus menambah biaya transportasi untuk mengangkut TBS ke pabrik pengolahan

yang jaraknya jauh dari areal perkebunan yang diusahakan.

Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan pembangunan pabrik kelapa sawit

untuk memaksimalkan potensi yang ada secara optimal. Sebelum pembangunan

pabrik kelapa sawit maka diperlukan studi kelayakan untuk menilai aspek-aspek

yang terkait agar investasi yang dilakukan bisa memberikan manfaat serta untuk

menghindari resiko–resiko yang ditimbulkan oleh pembangunan pabrik kelapa

sawit.

Studi kelayakan investasi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

dengan menggunakan kriteria-kriteria investasi. Hasil perhitungan kriteria

investasi digunakan untuk menentukan layak atau tidak investasi pabrik kelapa

sawit dilaksanakan. Hasil analisis diharapkan dapat membantu dalam pengabilan

keputusan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit. Secara lebih rinci alur

kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

�� �

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit.

Perkebunan Kelapa sawit

Pabrik Kelapa sawit

Aspek Teknis

Aspek konstitusional

Aspek Sosial dan

lingkungan

Aspek Pasar

Tidak Layak Layak

Pengembangan Pembangunan Pabrik

Kelapa sawit

Aspek Finansial, NVP, IRR, NET B/C, Payback Periot, Analisis�sensitivitas�

Peningkatan Produksi dan perluasan lahan sehingga Membutuhkan

Tambahan Kapasitas Pengolahan

Manfaat dan Biaya

�� �

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

dikarenakan Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu wilayah potensial dari

segi luas areal dan jumlah produksi untuk pengembangan industri kelapa sawit.

Waktu pengambilan data dimulai dari bulan Agustus sampai dengan September

2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek

yang berkaitan dengan proses pembangunan pabrik kelapa sawit. Data yang

dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

langsung melalui observasi di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari

informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet, buku, jurnal,

balai penelitian, instansi-instansi pemerintah, dan literatur-literatur yang berkaitan

dengan penelitian.

4.3 Metode Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

aspek-aspek kelayakan pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) yang dilakukan

di Kabupaten Aceh Utara yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek

institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek finansial.

�� �

Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software

Microsoft Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi

untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi secara deskriptif. Analisis

kuantitatif meliputi analisis finansial pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS)

dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net present

Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),

Payback Period dan analisis sesitivitas.

4.4 Kriteria Kelayakan Investasi

a. Net Present Value (NPV)

NPV suatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur

proyek. Di dapat dari selisih antara total PV (Present Value) manfaat dan biaya

pada setiap tahun kegiatan usaha dimasa yang akan datang. Kriteria dan keputusan

dalam analisis ini adalah layak jika NPV > 0 sedangkan bila NPV < 0, usaha

tersebut tidak layak untuk di usahakan (Kadariah, 1978). Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

keterangan: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Tingkat suku bunga n = Umur ekonomis proyek t = Waktu

b. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat pengembalian internal selama

umur proyek. IRR merupakan discount rate yang menjadikan manfaat bersih

�� �

sekarang sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan discount

rate yang telah ditentukan, maka usaha layak dilaksanakan sedangkan jika IRR

lebih kecil dari discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk

dilaksanakan (Kadariah, 1978). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan : i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif I2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih

terhadap total dari biaya bersih (Kadariah, 1978). Metode ini diguna untuk melihat

berapa besar maanfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap

investasi yang dikeluarkan. Bila Net B/C lebih besar sama dengan 1 usaha

dianggap layak untuk dilaksanakan dan jika B/C kurang dari 1 maka usaha tidak

layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t Ct = total biaya pada tahun ke-t i = tingkat diskonto yang berlaku n = umur ekonomi proyek d. Payback Period

Payback Period merupakan salah satu metode dalam menilai kelayakan

suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal.

=

=

<−+−

>−+−

= n

0tttt

tt

n

0tttt

tt

0) C B(untuk i)(1BC

)0C B(untuk i)(1C B

B/CNet

�� �

Dasar yang digunakan untuk perhitungan adalah aliran kas (Net Cashflow).

Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat

pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk dilaksanakan

(Kasmir, 2003). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:

e. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan

dari perubahan-perubahan kondisi di luar jangkauan asumsi yang telah dibuat

pada saat perencanaan. Pada penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan dengan

pendekatan perubahan akibat kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas

produksi sebesar 10 persen. Penentuan kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen

merujuk pada data inflasi rata-rata Indonesia dalam satu dekade terakhir yangg

tidak lebih dari 10 persen per tahun. Sedangkan penentuan penurunan kapasitas

produksi sebesar 10 persen merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar

untuk kebutuhan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor non

teknis yang mungkin terjadi.

4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan

Sebagai dasar perhitungan finansial dalam studi kelayakan investasi,

asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Umur ekonomis proyek 15 tahun, ditentukan berdasarkan umur teknis

bangunan pabrik.�

2. Kapasitas terpasang pabrik 30 ton TBS per jam.�

�� �

3. Jumlah jam operasional, 12 jam/hari, ditentukan berdasarkan jam operasional

rata-rata pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara dan Riau pada kondisi normal.

Sedangkan di NAD dalam satu dekade terakhir kondisinya tidak normal

karena faktor keamanan sehingga tidak dijadikan sebagai tolok ukur.

4. Jumlah hari kerja, 25 hari per bulan, 300 hari per tahun, dengan asumsi hari

minggu libur serta hari libur nasional dan hari besar keagamaan.�

5. Kebutuhan bahan baku TBS akan dipenuhi dari kebun rakyat dan kebun

swasta yang ada di Kab. Aceh Utara dan daerah sekitarnya berdasarkan

proyeksi ketersedian bahan baku per tahun.

6. Analisis di kelompokkan menjadi dua skenario berdasarkan struktur

pendanaan (sumber modal). Dengan komposisi pendanaan sebagai berikut :�

• Skenario I: seluruh biaya investasi menggunakan dana sendiri. �

• Skenario II: seluruh biaya investasi menggunakan fasilitas kredit

perbankan.�

7. Jangka waktu pinjaman kredit selama 10 tahun.�

8. Tingkat suku bunga kredit investasi 15 persen per tahun, berdasarkan suku

bunga kredit investasi yang berlaku pada Bank BPD untuk kredit investasi

yaitu sebesar 15 persen, tanggal 8 juli 2008.�

9. Rendemen CPO 21 persen dan Kernel 4 persen. Asumsi ini berdasarkan potensi rata-

rata rendemen CPO dan Kernel di Indonesia ( Lubis, 1992 ).

10. Asumsi harga TBS, CPO dan Kernel sebagai berikut:

• TBS Rp. 1.655

• CPO Rp. 8.861

• Kernel Rp. 4.900

� �

Keterangan: Asumsi harga berdasarkan Kantor Pemasaran Bersama PT.

Perkebunan Nusantara, tanggal 8 juli 2008.

11. Biaya modal (faktor diskonto) untuk skenario I (dana sendiri), 7 persen

berdasarkan tingkat bunga deposito bulan juli 2008. Skenario II (pinjaman),

15 persen berdasarkan suku bunga kredit investasi, bulan juli 2008.

12. Asumsi biaya-biaya lain:

• Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus.

• Biaya asuransi sebesar 1,5 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik

(proyeksi).

• Biaya pemeliharaan pabrik 2,5 persen dihitung dari total biaya investasi

pabrik (proyeksi).

• Perhitungan pajak penhasilan berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun

2000 tentang pajak penghasilan badan usaha.

• Perhitungan pajak perolehan hak guna usaha (HGU) berdasarkan Undang-

Undang No. 12 tahun 1994.

• Nilai sisa dari hasil penjualan asset dikenai pajak penjualan sebesar 10

persen.

� �

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Deskripsi sekilas kabupaten Aceh Utara

Kabupaten Aceh Utara hingga tahun 2006 memiliki 850 desa dan 2

kelurahan, yang terbagi ke dalam 56 buah mukim. Sebanyak 780 buah desa

berada di kawasan dataran dan 72 desa di kawasan berbukit. Desa yang terletak di

daerah berbukit dijumpai di 12 kecamatan. Yang paling banyak desanya di

kawasan perbukitan adalah di Kecamatan Sawang, Syamtalira Bayu, Nisam, Kuta

Makmur, dan Muara Batu. Di samping itu, terdapat 40 buah desa yang berada di

kawasan pesisir.

Kabupaten Aceh Utara yang beriklim tropis, musim kemarau berlangsung

antara bulan Februari sampai Agustus, sedangkan musim penghujan antara bulan

September sampai Januari. Suhu dimusim kemarau rata-rata 32.8oC dan pada

musim penghujan rata-rata 28oC.

Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini terdiri dari berbagai jenis

tumbuh - tumbuhan antara lain; kayu merbau, damar, damar laut, semantok,

meranti, cemara, kayu bakau, rotan dan sebagainya. Semua jenis tumbuh-

tumbuhan hidup subur dikawasan hutan merupakan kekayaan dan potensi yang

dapat mendukung pembangunan ekonomi jika mampu dikelola dengan baik tanpa

merusak kelestarian alam dan lingkungan. Sedangkan fauna, terdiri dari berbagai

jenis hewan liar seperti gajah, harimau, badak, rusa,indus kijang, orang hutan,

babi, ular dan lain-lain sebagainya.

�� �

5.2 Letak Geografis dan Iklim

Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD) yang terletak di bagian pantai pesisir utara pada

96.52.00o - 97.31.00o Bujur Timur dan 04.46.00o - 05.00.40o Lintang Utara.

Kabupaten Aceh Utara memiliki wilayah seluas 3.296,86 Km2 dengan batas-batas

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka;

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah;

3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur;

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Bireuen.

Kabupaten Aceh Utara memiliki curah hujan rata-rata 86,9 mm per tahun

dengan hari hujan rata-rata sebanyak 14 hari per bulan. Curah hujan tertinggi rata-

rata terjadi setiap tahunnya pada bulan Mei. Kecepatan angin rata-rata 5 knots,

dan maksimum 14,66 knots dengan arah angin terbanyak dari Timur Laut dengan

temperatur maksimum 34,0oC dan minimum 19,6oC. Temperatur maksimum

terjadi pada bulan Juli dan April, sementara temperatur minimum terjadi pada

bulan Januari setiap tahunnya.

5.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kota Kabupaten Aceh Utara sebagaimana

tergambar dalam PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sangat dipengaruhi

oleh sektor pertambangan dan penggalian, terutama sub sektor pertambangan

minyak dan gas. Selama kurun waktu 2000 hingga 2005, pertumbuhan ekonomi

menunjukkan kecenderungan yang menurun seiring dengan menurunnya

�� �

pertumbuhan sub sektor pertambangan minyak dan gas. Bahkan sejak tahun 2004

hingga tahun 2005 sektor ini mengalami pertumbuhan negatif, namun pada tahun

2006 kembali terjadi pertumbuhan yang positif.

5.4 Potensi Perkebunan Kabupaten Aceh Utara

Daerah Aceh Utara memiliki potensi besar di bidang perkebunan dan

kehutanan. Perkebunan di daerah Aceh Utara menghasilkan kelapa sawit sebagai

komoditi unggulan. Sedangkan karet, kelapa, kelapa hybrida, kakao dan pinang

sebagai komoditi andalan. Selain yang disebutkan tersebut, daerah Aceh Utara

juga menghasilkan komoditi lain seperti kopi, cengkeh, pala, lada, kapuk/ randu,

kemiri, sagu, aren, nilam, tebu, kunyit serta jahe.

Perkembangan pembangunan perkebunan di Aceh Utara untuk saat ini

dari luas wilayah potensial yang ada, masih sangat kecil yang dimanfaatkan.

Untuk komoditi unggulan (kelapa sawit), untuk tahun 2007 lahan yang

dikembangkan baru 940 Ha, memiliki cadangan areal seluas 28.250 Ha.

Sedangkan untuk komoditi andalan juga masih memiliki areal yang belum

dikembangkan yaitu kelapa memiliki cadangan areal seluas 2.375 Ha, karet seluas

1.400 Ha, kelapa hybrida luas areal cadangannya seluas 250 Ha, kakao luas areal

cadangannya 6.450 Ha dan areal pinang yang belum dimamfaatkan seluas 21.050

Ha.2

2http://www.acehutara.go.id�

�� �

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

6.1 Aspek Teknis

Analisis aspek teknis atau aspek operasi menyangkut dengan hal-hal yang

berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik

akan berakibat fatal bagi proyek dikemudian hari. Kelengkapan kajian aspek

teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap usaha

memiliki karakteristik dan prioritas tersendiri. Aspek teknis dilakukan untuk

melihat kesiapan pelaksana proyek dalam menjalankan usaha dalam hal ketepatan

lokasi, jadwal pelaksanaan, bahan baku, proses produksi dan mutu produk yang

dihasilkan.

6.1.1 Lokasi Pabrik

Lokasi pembangunan pabrik kelapa sawit terletak di Gampong (desa)

Peureupok, Kecamatan Syamtalira Aron, kabupaten Aceh Utara dengan luas lahan

sekitar 10 ha. Untuk mencapai lokasi pabrik kelapa sawit yang ditetapkan, dari

kota Lhokseumawe dapat ditempuh melalui jalan darat selama kurang lebih 40

menit dengan jarak tempuh sekitar 27 Km. Sedangkan jarak lokasi pabrik kelapa

sawit ke pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Krueng Geukuh dapat ditempuh

dalam waktu selama 1 jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 35 Km.

Kondisi jalan dari Lhokseumawe ke jalan masuk lokasi merupakan jalan negara

dengan aspal (hotmix) yang cukup baik, begitu pula jalan dari lokasi proyek ke

pelabuhan Krueng Geukuh. Dasar pemilihan lokasi pabrik kelapa sawit mencakup

beberapa faktor seperti; Ketersedian sumber air, drainase, daya dukung tanah,

infrastruktur, dan dekat dengan lokasi perkebunan.

�� �

6.1.2 Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi

Investasi fasilitas produksi beserta peralatannya untuk proses operasional

pabrik dengan kapasitas produksi 30 ton TBS per jam dapat dilihat secara lengkap

pada Lampiran 13. Sedangkan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk

menunjang kelancaran operasional pabrik yaitu : kendaraan, perumahan, fasilitas

pengadaan air, laboratorium, gudang, peralatan telekomunikasi dan peralatan

pemadam kebakaran. Pembangunan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung

dilakukan dalam beberapa tahapan yang terdiri dari pekerjaan sipil, rancang

bangun arsitektur dan rancang bangun struktur.

Pekerjaan sipil merupakan tahapan pertama yang meliputi persiapan dan

pematangan tanah untuk bangunan pabrik dan bangunan pendukungnya, sarana

prasarana pabrik, dan infrastruktur. Tahapan kedua yaitu rancang bangun

arsitektur untuk bangunan pabrik dan bangunan penunjang lainnya. Rancang

bangun arsitektur dilakukan untuk memudahkan penataan ruang atau tempat

sehingga penggunaan lahan dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan

kebutuhannya. Kemudian dilanjutkan dengan rancang bangun struktur yang terdiri

dari bangunan pabrik, instalasi mesin-mesin beserta perlengkapannya.

6.1.3 Ketersediaan Bahan Baku

Pembangunan pabrik kelapa sawit pada prinsipnya adalah untuk

menampung hasil TBS dari perkebunan rakyat yang melimpah dan sisanya dari

perkebunan besar swasta yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Secara umum

kondisi perkebunan di Kabupaten Aceh Utara dapat dikatakan baik, khususnya

dari aspek sanitasi dan teknik budidaya tanam. Bibit yang digunakan jenis

�� �

Tennera, dengan populasi tanaman pada saat tanam umumnya bervariasi berkisar

antara 130 sampai 140 pokok per ha.

Berdasarkan data yang disajikan pada (Tabel.1) perkembangan luas areal

perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Utara telah mencapai 29.187 ha

dengan total produksi 399.193 ton per tahun. Dengan asumsi produktifitas rata-

rata 17 ton TBS/ha/tahun, produksi TBS tersebut lebih dari cukup untuk

mendukung pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton per jam. Potensi realisasi

produksi perkebunan rakyat sebagai sumber bahan baku utama dapat dilihat pada

Lampiran 19. Sedangkan potensi lahan untuk pengembangan perkebunan besar di

Kabupaten Aceh Utara disajikan dalam Lampiran 20.

Tabel 3. Potensi Ketersedian Bahan Baku TBS per Tahun

Keterangan Persedian (ton) Terpakai(diolah) TBS yang tersedia (perkebunan rakyat dan perkebunan swasta) 399.193 TBS yang diolah oleh PTPN I cot girek,kapasitas 45 ton TBS/jam 129.600 TBS yang diolah oleh PKS yang akan dibangun kapasitas 30 ton TBS/jam 108.000 TBS yang tersisa (dapat dipasarkan ke luar daerah) 161.593

6.1.4 Analisis Kebutuhan Bahan Baku dan Jumlah Produksi

Saat ini, di Kabupaten Aceh Utara hanya terdapat satu pabrik kelapa sawit

yaitu PTPN I, yang berlokasi di Cot Girek dengan kapasitas 45 ton TBS per jam.

Keberadaan PTPN I tidak memberikan dampak apapun terhadap kelancaran

pasokan bahan baku TBS ke pabrik kelapa sawit yang direncanakan, karena

ketersedian bahan baku TBS jauh lebih besar dari kapasitas olah pabrik kelapa

sawit yang dimiliki oleh PTPN I. Berdasarkan kapasitas terpasang pabrik yaitu

�� �

sebesar 30 ton TBS per jam, dalam satu hari pabrik bekerja normal selama 12 jam,

dalam sebulan 25 hari dan dalam setahun bekerja selama 300 hari, maka

kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi beserta produk

yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 4. Proyeksi Kebututuhan kapasitas PKS dan Produksi CPO/Kernel

Uraian Jumlah Kapasitas terpasang 30 ton

Jam kerja/hari 12 jam

Hari kerja/bulan 25 hari

Hari kerja/tahun 300 hari

Kebutuhan kapasitas olah/hari 360 ton

Kebutuhan kapasitas olah/bulan 9.000 ton

Kebutuhan kapasitas olah/tahun 108.000 ton

Produksi CPO/hari (rendemen 21%) 75,6 ton

Produksi CPO/bulan (rendemen 21%) 1.890 ton

Produksi CPO/tahun (rendemen 21%) 22.680 ton

Produksi Kernel/hari (rendemen 4%) 14,4 ton

Produksi Kernel/bulan (rendemen 4%) 360 ton

Produksi Kernel/tahun (rendemen 4%) 4.320 ton

6.1.5 Proses Produksi

Proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit,

terdiri dari proses ekstraksi secara mekanis dilanjutkan dengan proses pemurnian.

Dimana pentahapan pengolahan atau arus proses produksi dari tandan buah segar

(TBS) sampai menjadi CPO/Kernel secara garis besar dapat diuraikan sebagai

berikut:

6.1.5.1 Proses Eskstraksi

Tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun di angkut dengan truk

atau trailer kemudian di timbang. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui

�� �

volume TBS yang masuk ke pabrik dan lain-lain. Setelah dilakukan penimbangan,

kemudian dilakukan penyortiran untuk menentukan berapa persen TBS yang

layak diterima untuk diproses. Kemudian disimpan di Loading Ramp sebelum

dapat diproses pada proses pengolahan pertama (sterilisasi). Sebaiknya dari proses

penerimaan, penimbangan sampai penyimpanan, waktu yang dipergunakan harus

sependek mungkin, untuk dapat menghindari penurunan kualitas.

Tahapan pertama dalam proses ekstrasi minyak dan kernel dari Tandan

Buah Segar (TBS) adalah proses perebusan. Keberhasilan dalam proses perebusan

akan sangat mempengaruhi effisiensi dari proses ekstrasi selanjutnya, karena hasil

perebusan akan memberi efek pada proses perontokan, pelumatan dan proses

kempa/pengepresan. Setelah proses perebusan, kemudian dilanjutkan dengan

proses pemisahan berondolan dengan janjangan (threshing). Berondolan yang

telah dipisahkan dari janjangan masuk ke dalam digester, sementara janjangan

diangkut ketempat pembakaran tandan kosong (incenarator) atau digunakan

untuk Land Application.

Berondolan yang masuk kedalam digester kemudian dilumatkan sehingga

menjadi bubur. Untuk memudahkan proses pelumatan di dalam digester dilakukan

pemanasan dengan injection steam. selanjutnya buah dipress (pressing) untuk

memisahkan minyak kasar (Crude Oil) dari serat dan biji buah. Untuk

mempermudah proses pengepressan ditambahkan air panas, kemudian minyak

yang masih bercampur air keluar melalui dinding press cage yang mempunyai

perforasi untuk dimurnikan serta ampas + biji keluar dari Cylinder press cake

untuk dipisahkan. Proses pengepressan merupakan dasar perhitungan kapasitas

�� �

pabrik, oleh sebab itu harus dioperasikan secara optimal sehingga tidak

mengganggu rantai pengolahan.

6.1.5.2 Proses Pemurnian

Crude Oil dan air yang keluar dari screw press pada proses pengepressan

di pompakan ke crude oil gutter sebelum masuk ke sand trap tank. Kemudian dari

sand trap dialirkan ke vibrating screen (saringan getar), untuk memisahkan

serabut fiber yang terbawa. Saringan getar ini adalah saringan berganda yang

berfungsi untuk menyaring minyak (crude oil) yang masih mengandung kotoran.

Minyak kemudian ditampung dalam separating tank. Minyak yang keluar dari

separating tank dimurnikan dalam purifier (oil purifier) secara sentrifugal untuk

menurunkan kadar air dan kotoran. Selanjutnya dikeringkan lagi dengan alat

Vacuum Dryer karena kadar air (Moisture content) dari minyak yang keluar dari

purifier masih tinggi, supaya kadar asam lemak bebas (FFA) minyak tidak naik

terlalu cepat selama penyimpanan dalam storage tank .

Sedangkan air sludge yang masih bercampur minyak keluar melalui

bagian bawah separating tank selanjutnya diolah dengan mempergunakan sludge

separator. Minyak yang dihasilkan dikembalikan ke separating tank. Sedangkan

kotoran dalam bentuk lumpur kering dapat dipakai sebagai pupuk setelah diolah.

Sementara Ampas yang bercampur dengan biji yang keluar dari screw press

masuk ke dalam depericarper (pemisah ampas). Alat ini bekerja secara

pneumatis, yaitu sabut (ringan) terhisap ikut dengan udara dibawa ke ruangan

ketel uap dan dipakai sebagai bahan bakar. Sedangkan biji bersama benda-benda

padat lainnya jatuh ke bawah untuk diolah selanjutnya.

� �

Biji-biji tersebut dikeringkan dengan udara panas dalam silo untuk

menurunkan kadar air yang ada pada inti (kernel) dan pada cangkang (shell)

supaya mudah pemisahan inti dengan cangkang. Pemisahan dilakukan dengan dry

separator system, Sebelum dipisahkan terlebih dahulu biji dipecahkan dengan nut

cracker. Inti (kernel) yang sudah terpisah dikeringkan lagi dalam silo (Kernel

Silo), kemudian kernel yang sudah kering sebagian diolah di kernel plan dengan

sistim press.

6.1.6 Mutu Produk

Kualitas minyak kelapa sawit (CPO) terutama ditentukan oleh kadar asam

lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA). Biasanya TBS yang dipanen

menurut kriteria matang yang normal mengandung kadar FFA = 1,2 persen. Pada

saat memanen, kemudian ditumpuk dan menunggu transportasi ke pabrik akan

naik 0,75 persen dan selama pengolahan FFA akan naik sekitar 0,3 persen. Jadi

CPO yang baik mutunya pada saat akan dipasarkan mengandung FFA sekitar 2,5

persen (Siregar, 2003).

6.1.7 Hasil analisis Aspek Teknis

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, secara umum tidak di

temukan hambatan atau kendala yang dapat menggangu aktivitas proses produksi

dan operasional pabrik kelapa sawit terutama yang menyangkut dengan

ketersediaan bahan baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan

pabrik kelapa sawit dengan kapasitas produksi 30 ton TBS per jam dari segi aspek

teknis sangat mendukung dan layak untuk dilaksanakan.

� �

6.2 Aspek Manajemen

6.2.1 Bentuk dan Struktur Organisasi

Bentuk badan usaha yang digunakan adalah perusahaan terbatas (PT)

dengan nama ditentukan dikemudian hari berdasarkan keputusan bersama para

pemegang saham. Struktur organisasi yang merupakan keseluruhan dari organisasi

manajemen proyek pembangunan pabrik kelapa sawit disajikan dalam Lampiran

21. Pembangunan dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengoperasian

Pabrik Kelapa Sawit secara sentralistik dikendalikan oleh top manajemen.

Sedangkan pelaksanaan kegiatan produksi dan operasional pabrik kelapa sawit

didelegasikan langsung kepada manajer pabrik.

Pada bagian ini pembahasan aspek manajemen untuk pabrik kelapa sawit

lebih ditekankan pada manajemen tingkat pabrik, yang dipersiapkan seefisien

mungkin dan didasarkan pada fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan organisasi. Pada tingkat pabrik, manajemen akan dipimpin langsung oleh

manajer yang dibantu oleh beberapa staff, menurut tugas dan tanggung jawab

masing-masing.

6.2.2 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan dan rekruitmen tenaga kerja mulai dilakukan pada saat masa

kontruksi tetapi dalam jumlah terbatas. Pada umumnya merupakan tenaga kerja

kontraktor pelaksana pembangunan pabrik. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan

secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Pada tahap pertama dilakukan untuk

keperluan pengawasan dan alih teknologi pabrikasi pabrik kelapa sawit. Tahap

berikutnya dilakukan untuk kebutuhan ketenagakerjaan pada saat pabrik

beroperasi secara komersial.

�� �

Komposisi penggunaan tenaga kerja untuk Pengoperasian pabrik kelapa

sawit, terdiri dari tenaga kerja staf dan non staf. Kemudian di bagi menurut tugas,

wewenang dan fungsi dari pekerjaan yang ada sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Sebelum ditempatkan, semua tenaga kerja terlebih dahulu di bekali dengan

pelatihan dan training. Jumlah kebutuhan tenaga kerja pabrik seluruhnya

diperkirakan 113 orang dengan komposisi seperti yang di sajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Pengunaaan Tenaga Kerja Staff dan Non Staff PKS Kapasitas 30 ton TBS/jam

Jabatan Jumlah

Manajer 1 Asisten Manager 1 KTU ( Adm & keuangan) 1 Kepala Departemen 4 Proses 48 Kantor 10 Keamanan 13 Laboratorium 11 Sopir 14 Bengkel/workshop 6 Pelayan 2 Tukang Kebun 2 Total 113

6.2.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen

Hasil analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa dari aspek organisasi

manajerial dan ketersediaan kebutuhan tenaga kerja cukup mendukung untuk

pengelolaan dan pengoperasian pabrik sehingga pembangunan pabrik kelapa sawit

layak untuk dilaksanakan.

6.3 Aspek Pasar

Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu produk perkebunan

yang memiliki nilai tinggi dan banyak diperdagangkan di pasar dunia. Manfaat

�� �

dari minyak kelapa sawit sendiri sangat bervariasi. Banyak industri yang dapat

menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku produknya seperti industri

minyak goreng, industri bahan makanan, industri kosmetik dan energi

terbaharukan.

Cerahnya prospek minyak kelapa sawit (CPO) di masa yang akan datang,

merupakan peluang pasar yang sangat menjanjikan bagi produsen-produsen

minyak kelapa sawit termasuk Indonesia. Meningkatnya permintaan akan minyak

kelapa sawit terutama disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut3:

• Minyak kelapa sawit dikenal sebagai minyak nabati dengan biaya produksi

yang paling murah dan hasil produksi yang paling tinggi, dibandingkan

dengan minyak nabati lainnya. Kenyataan ini menjadikan minyak kelapa

sawit sebagai minyak nabati dengan tingkat konsumsi tertinggi diantara

minyak nabati lainnya.

• Peningkatan konsumsi minyak nabati di negara-negara berkembang seperti

Cina dan India sejalan dengan peningkatan populasi dan pendapatan perkapita

di negara tersebut.

• Meningkatnya popularitas bio-energi menimbulkan permitaan tambahan dari

minyak nabati termasuk minyak kelapa sawit, selain permintaan tradisional

untuk makanan.

Di sisi lain, pertumbuhan pasokan minyak kelapa sawit dunia terbatas,

karena daerah ekologi yang cocok untuk penanaman (perkebunan kelapa sawit),

terletak pada beberapa daerah tertentu di Afrika Barat, Amerika Tengah, Amerika

Selatan dan Asia Tenggara. Dari semua daerah tersebut, hanya Indonesia dan

Malaysia yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama dari segi

3http://www.smart-tbk.com. Annual Reports 2008�

�� �

luas areal yang ditanam maupun tingkat produksi minyak kelapa sawit yang

dihasilkan.

6.3.1 Gambaran Sekilas Perkembangan Produksi dan Konsumsi Dunia

Perkembangan produksi minyak kelapa sawit (CPO) dunia mengalami

peningkatan pesat semenjak tahun 1970-an dan saat ini merupakan salah satu

komoditas utama minyak nabati dunia. Negara-negara penghasil utama minyak

kelapa sawit dunia adalah Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand dan Colombia

(Gambar 3). berdasarkan informasi dari United Stated Department of Agriculture

(USDA) sampai dengan awal tahun 2008 produksi minyak kelapa sawit dunia

mencapai 40,797 juta ton.

��������������������������������������Gambar 3. Negara-Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit (CPO) Dunia. Sumber: United Stated Department of Agriculture dalam PT.Gozco Plantation4

Eropa dan Amerika merupakan pasar utama minyak kelapa sawit (CPO)5,

akan tetapi permintaan yang lebih besar berasal dari negara-negara berkembang

untuk keperluan bahan baku industri, energi dan makanan seperti China, India dan

Indonesia dan Malaysia (Gambar 4). Pada tahun 2006, konsumsi minyak kelapa

sawit dunia mencapai 37 juta ton dan sampai dengan awal tahun 2008 telah

mencapai 40,45 juta ton (Gambar 5).

4http://www.gozco.co.id. Prospektus Usaha .2007�5http://www.eye-aceh.org. Tanaman Emas pasca Tsunami di Aceh.2006�

�� �

Gambar 4. Negara Pengkonsumsi CPO Terbesar Dunia (juta ton)�Sumber: United Stated Department of Agriculture dalam PT.Gozco Plantation

Gambar 5. Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Dunia 2004-2007 (juta ton) Sumber: United Stated Department of Agriculture dalam PT. Gozco Plantation

6.3.2. Gambaran Sekilas Perkembangan Produksi dan Konsumsi Indonesia

Indonesia merupakan negara produsen minyak kelapa sawit (CPO)

terbesar di dunia. Hingga awal 2008, produksi minyak kelapa sawit Indonesia

telah mencapai 18 juta ton (GAPKI, 2008). Perkembangan pesat industri kelapa

sawit Indonesia di dukung oleh luas areal perkebunan, kebijakan pemerintah serta

biaya tenaga kerja yang relatif murah di bandingkan dengan negara lain. Pada

tahun 2007, sekitar 46 persen dari total produksi minyak kelapa sawit dunia

berasal dari Indonesia, disusul oleh Malaysia yang berkontribusi sekitar 41 persen

dari total produksi dunia. Sampai dengan tahun 2006, luas lahan yang ditanami

�� �

kelapa sawit telah mencapai 5,9 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bahkan di prediksikan pada tahun 2009 akan mencapai 9 juta hektar yang

sebagian besar terkonsentrasi di pulau sumatera yaitu sekitar 60 persen dan

merupakan areal dengan pohon kelapa sawit yang telah mencapai usia puncak

panen.

Sebagian besar (60 %) dari total produksi minyak kelapa sawit Indonesia

di ekspor ke luar negeri, sedangkan sisanya digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri (domestik). Untuk penggunaan domestik, industri minyak

goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 29,6 persen dari total

produksi sedangkan sisanya digunakan oleh industri oleokimia, sabun dan

margarine (Gambar 6). Beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng

kelapa ke minyak goreng kelapa sawit, menyebabkan perkembangan industri

minyak goreng kelapa sawit meningkat pesat. Konsumsi perkapita minyak goreng

Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dan khusus untuk minyak goreng kelapa

sawit sebesar 12,7 kg per tahun.

�Gambar 6. Pola Konsumsi Minyak Kelapa Sawit (CPO) di Indonesia.�Sumber: Departemen Perindustrian Indonesia (2007), diolah.

6.3.3. Potensi dan Prospek Pemasaran Minyak Kelapa Sawit (CPO)

Secara kuantitatif, Indonesia relatif jauh lebih unggul dibandingkan

dengan negara lain dari segi sumber daya alam dan manusia. Dari sisi sumberdaya

�� �

alam Indonesia masih memiliki luas lahan untuk pengembangan perkebunan

kelapa sawit yang masih sangat luas yang mencapai 9 juta hektar lebih. Sementara

dari sisi sumberdaya manusia, jumlah sumberdaya manusia yang dimiliki

Indonesia masih sangat besar untuk perkebunan kelapa sawit yang kebutuhan

tenaga kerja sangat besar. Disamping itu, dengan tingkat produktifitas tanaman

yang ada saat ini, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan produktifitas dengan

penggunaan bibit unggul dan pengelolaan produksi yang lebih professional.

Di tinjau dari sisi permintaan, diperkirakan permintaan terhadap produk

minyak kelapa sawit akan tetap tinggi dimasa-masa yang akan datang. Di banding

dengan produk subtitusinya seperti minyak kedele, minyak jagung dan minyak

bunga matahari, preferensi terhadap minyak kelapa sawit diperkirakan masih

relatif tinggi. Tingginya preferensi terhadap minyak kelapa sawit disebabkan

minyak kelapa sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan produk

subtitusinya. Keunggulan tersebut antara lain adalah lebih tahan lama untuk

disimpan, tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, tidak cepat bau, memiliki

kandungan gizi tinggi serta bermanfaat sebagai bahan baku berbagai jenis indutri

(Oil Word).

Berkaitan dengan produktifitas dan biaya produksi, minyak kelapa sawit

memiliki produktifitas relatif lebih tinggi dan biaya produksi yang relatif lebih

rendah di banding minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit bisa mencapai

produksi hingga 3,5 ton per hektar (bahkan lebih), sedangkan biji kedele hanya

mencapai 0,4 ton per hektar dan biji matahari mencapai 0,5 ton per hektar.

Menurut Oil Word biaya produksi rata-rata minyak kedele mencapai US$ 300 per

ton, sedangkan minyak sawit hanya mencapai US$ 160 per ton. Selain itu

�� �

Indonesia memiliki keunggulan komparatif yaitu biaya tenaga kerja yang lebih

rendah di bandingkan dengan negara lain.

Keunggulan lain adalah dari sisi pengembangan produk yang diperoleh

dari produk utama yaitu; minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, serta produk

sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk turunan yang dihasilkan

dari pengembangan minyak kelapa sawit diantaranya adalah minyak goreng,

produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alcohol, glycerine, metallic

soap, stearic acid, methyl ester dan stearin. Sedangkan produk-produk yang

dihasilkan dari pemanfaatan limbah diantaranya adalah pupuk organik, kompos,

kalium, dan serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit. Arang aktif dari

tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot,

serta papan partikel dari batang. Pakan ternak dari batang dan pelepah serta pupuk

organik dari limbah cair yang berasal dari proses produksi minyak kelapa sawit.

Berdasarkan perpespektif harga dan pertumbuhan ekspor, perkembangan

harga minyak kelapa sawit di pasar dunia berfluktuatif dan bersifat kompleks yang

menyangkut faktor alam (iklim), biologis (masa tanaman belum menghasilkan

yang lama) dan issue-issue dunia terkini sehingga penawaran dan permintaan

jangka pendek menjadi tidak elastis. Fluktuasi harga komoditas perkebunan masih

akan menjadi fenomena yang harus disiasati pada masa-masa mendatang.

Sedangkan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun terus

mengalami tren meningkat seiring dengan issue pemanasan global dan

pemanfaatan energi terbaharukan serta meningkatnya konsumsi dunia. Bahkan

diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut dalam

persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup

�� �

banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir dan

perkembangan energi alternatif.

Tabel 6. Ekspor CPO dan Produk Turunan (dalam ribu metric ton) Tahun Total Ekspor CPO dan ProdukTurunan Porsi CPO (%) 2001 4330 41,57 2002 6355 44,06 2003 7225 40,14 2004 9260 41,04 2005 10520 43,73 2006 12140 41,19

Sumber: GAPKI (2007), diolah

6.3.4. Market Share Minyak Kelapa Sawit Indonesia.

Indonesia dan Malaysia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama

dalam ekspor minyak kelapa sawit mengingat belum ada perkembangan yang

signifikan dari negara-negara pesaing lain. Persaingan minyak kelapa sawit di

pasar internasional cukup ketat, terutama berasal dari Asia Tenggara seperti

Malaysia dan Singapura. Dari Asia Tenggara sendiri, Malaysia yang merupakan

pesaing utama mempunyai pasar yang cukup luas, sehingga minyak kelapa sawit

Indonesia tidak dapat dengan mudah dipasarkan di pasar internasional.6

Walaupun Malaysia mempunyai pasar yang cukup luas, namun bukan

merupakan ancaman yang serius bagi Indonesia. Karena negara tersebut saat ini

menghadapi kendala lahan yang semakin sempit sehingga merupakan hambatan

untuk melakukan eksploitasi, sedangkan Singapura pada hakekatnya tidak

mempunyai areal tanaman akan tetapi mengimpor dari negara lain seperti

Malaysia dan Indonesia. Peranan Singapura sebagai pengekspor minyak kelapa

sawit dunia tidak akan menjadi masalah serius, asalkan peranan sektor industri

hilir ditingkatkan dan gencar melakukan promosi di luar negeri.

6http://www.eye-aceh.org. Tanaman Emas pasca Tsunami di Aceh.2006�

� �

Sampai dengan awal tahun 2008, Indonesia telah mampu melampaui

produksi Malaysia dan menjadi produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia.

Bahkan, banyak investor Malaysia yang melirik dan berminat menanamkan

investasinya pada lahan perkebunan di Indonesia yang dianggap strategis bagi

pengembangan bisnis kelapa sawit karena sulit mencari lahan kosong di Malaysia.

Pangsa pasar minyak kelapa sawit Indonesia adalah China, India, Malaysia,

Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan tingkat pertumbuhan permintaan 7 persen

per tahun. China merupakan pasar potensial bagi Indonesia diikuti oleh India serta

hampir 80 persen impor CPO China dan India berasal dari Indonesia untuk

kebutuhan pangan maupun bahan baku industri7. Indonesia sendiri dengan jumlah

penduduk lebih dari 200 juta merupakan konsumen terbesar kedua dunia setelah

China.

6.3.5. Sistem Distribusi

Saluran distribusi TBS dan CPO/PKO di Indonesia, secara garis besar

sangatlah sederhana begitu juga yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara. Dimana

TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan

milik Negara selanjutnya diolah oleh pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga

menghasilkan CPO dan inti sawit (PKO). Kemudian produksi CPO atau PKO oleh

pabrik kelapa sawit milik PTPN dipasarkan melalui Komite Pemasaran Bersama

(KPB), sedangkan produksi yang dihasilkan pabrik kelapa sawit swasta dapat di

jual langsung ke pasar atau dapat juga dipasarkan melalui KPB.

Untuk pasar ekspor, KPB atau swasta melalui agen lokal yang saling ber

hubungan satu sama lainnya melakukan aktifitas bisnis serta bertransaksi dengan

agen luar negeri, seperti di Rotterdam (Belanda), Hamburg, Bremen (Jerman),

7http://www.Kapan lagi. Permintaan Biofuel meningkat, dongkrak harga CPO. Januari 2007�

� �

New York (AS), Guang Dong (China), New delhi (India), Kuala Lumpur

(Malaysia) serta Singapura. Kemudian CPO/PKO dikirim ke negara tujuan

dengan menggunakan kapal melalui pelabuhan-pelabuhan yang berada didaerah

sentral produksi kelapa sawit. Gambar bagan rantai pemasaran komoditi kelapa

sawit di kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Lampiran 21.

6.3.6. Hasil Analisis Aspek Pasar

Secara keseluruhan berdasarkan kajian terhadap aspek pasar

mengindikasikan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk

dilaksanakan dan memiliki prospek cerah dimasa yang akan datang. Bentuk pasar

merupakan pasar oligopoli ditandai oleh sedikitnya penjual dan hambatan masuk

yang sedikit sulit karena kebutuhan modal yang besar. Segmentasi pasar

merupakan pasar industri serta pasar sasaran yaitu pasar ekspor. Kendala yang

dihadapi hanya berkaitan dengan permasalahan promosi yang kurang, baik

melalui pameran dagang maupun lobbying oleh pemerintah sehingga sering kali

mendapat kesulitan untuk memperluas pangsa pasar, jika dibandingkan dengan

negara pesaing.

6.4. Aspek Lingkungan dan Sosial

Pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam dapat

digolongkan ke dalam kegiatan investasi berskala besar yang dilaksanakan untuk

menghasilkan dampak sosial ekonomi yang lebih baik. Namun jika ditinjau dari

segi lingkungan, kegiatan pembangunan pabrik kelapa sawit tentu saja akan

merubah tata ruang yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan di sekitar

lokasi pembangunan pabrik kelapa sawit. Identifikasi munculnya dampak yang

�� �

merugikan dengan adanya pembangunan Pabrik kelapa sawit perlu dilakukan

untuk memudahkan kemungkinan penanganan dan pengelolaan. Identifikasi

dilakukan mulai dari periode masa pembangunan sampai dengan masa setelah

beroperasi secara komersial.

6.4.1. Dampak Negatif Kegiatan Operasional Pabrik kelapa Sawit

Dampak yang mungkin terjadi diantaranya mencakup: (a) Timbulnya

bunyi suara pabrik pada daerah sekitar pabrik; (b) Kegiatan penggunaan air sungai

dan timbulnya buangan limbah yang berasal dari pabrik; (c) Timbulnya buangan

asap pabrik. Dari kegiatan tersebut yang dapat memberikan dampak negatif

terhadap lingkungan adalah butir (b), sedangkan yang lain sifatnya hanya lokal

dan intensitasnya rendah. Pengaruh bunyi suara pabrik pada daerah sekitar pabrik,

tidak akan menggangu daerah pemukiman dan perumahan karyawan pabrik.

Sedangkan pengaruh buangan asap jumlahnya tidak akan mempengaruhi kondisi

udara sekitar lingkungan.

Buangan limbah pabrik yang berasal dari kondensat, sludge, clay bath dan

air pencucian pabrik sebelum dibuang ke perairan bebas terlebih dahulu mendapat

proses penanganan untuk memisahkan minyak kasar dan sludge dengan

menggunakan alat Intergrated Clarification Tank. Sludge yang berasal dari alat

ini akan dikeringkan dengan rotary dryer yang menggunakan gas buang ketel uap

sebagai pemanas. Dengan memakai peralatan ini, banyaknya limbah akan

berkurang sekitar 35 persen. Kemudian sludge ditampung dalam silo untuk

dikeringkan dan selanjutnya dapat dipakai sebagai pupuk

�� �

Untuk pengolahan limbah hydrocylone dilakukan dengan cara

mengendapkan dan memisahkan zat padat yang berasal dari clay bath dengan alat

Primary Sedimentation Tank. Sedangkan untuk pengolahan kondensat sterilizer

dilakukan dengan cara menurunkan temperatur dari 80o C menjadi 30 – 35o C

yang berasal dari sterilizer dan clay bath dengan alat Equalization/cooling pound.

Selanjutnya diproses secara anaerobic oleh microorganisme dengan alat

Anaerobic pond sehingga kadar BOD dan COD-nya turun. Setelah mengalami

perlakuan tersebut, air buangan/limbah tidak akan mencemari tempat buangan.

6.4.2. Dampak positif Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit

Proyek pembangunan pabrik kelapa sawit akan memberikan dampak

positif dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dari berbagai

tingkat dan jenis keahlian. Proses penciptaan lapangan pekerjaan yang terjadi oleh

proyek pembangunan pabrik kelapa sawit akan lebih luas lagi dengan adanya

multiplier effect baik backward maupun forward linkages dari proyek seperti

timbulnya lapangan pekerjaan di sektor perdagangan, transportasi dan industri

kecil maupun besar.

Terbukanya lapangan pekerjaan baru, berarti adanya tambahan pendapatan

bagi pihak-pihak yang terlibat. Pihak yang secara langsung memperoleh kenaikan

pendapatan adalah para petani yang menjual TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS)

dan penduduk sekitar proyek yang menjadi karyawan proyek. Pihak lain yang

memperoleh tambahan pendapatan adalah pemerintah daerah dan pusat.

Pendapatan tambahan bagi pemerintah berupa pajak-pajak yang terdiri dari PPh,

PPn, PBB dan PE. Selanjutnya penjualan hasil pengolahan kelapa sawit

menambah nilai ekspor dari perusahaan-perusahaan besar, sehingga akan

�� �

menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan

nasional.

Selain itu proyek pembangunan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu

cara pemerataan pembangunan sekaligus juga pemeratan kesempatan berusaha

dan pemeratan penduduk. Kebijakan pemerintah ini akan memberikan kesempatan

kepada pihak swasta untuk berusaha, sehingga keseimbangan kekuatan sosial

ekonomi antara pihak swasta dan pemerintah dapat terwujud. Jika dikaitkan

dengan pemerataan penduduk, maka proyek pembangunan pabrik kelapa sawit

berpotensi dalam mendorong penduduk untuk bermigrasi dari daerah yang padat

penduduknya ke wilayah yang masih kurang penduduknya.

6.4.3. Hasil Analisis Aspek Lingkungan dan Sosial

Berdasarkan hasil analisis aspek lingkungan dan sosial dapat disimpulkan

bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena dapat

menciptakan lapangan pekerjaan baru serta memberikan pengaruh positif terhadap

perubahan sosial ekonomi. Dampak negatif yang timbul dari proyek,

penanganannya sudah direncanakan dan diantisipasi dengan baik.

�� �

BAB VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

7.1 Ruang lingkup Analisis

Ruang lingkup analisis meliputi pembangunan pabrik kelapa sawit dengan

kapasitas 30 ton TBS per jam, penyediaan bahan baku, bahan pembantu proses

produksi beserta sarana dan prasarana penunjang. Pabrik kelapa sawit dibangun

untuk mengolah TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta yang

ada di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Produk akhir

yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit berupa CPO dan Kernel.

Dasar perhitungan harga adalah harga yang berlaku sekarang dan

dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 15 tahun dengan

masa pembangunan proyek selama 18 bulan. Analisis finansial yang akan

dilakukan meliputi analisis investasi pembangunan proyek, pembiayaan proyek,

proyeksi laba-rugi dan proyeksi arus dana pada proyek beserta penilaian terhadap

sensitivitas proyeksi apabila ada perubahan yang mendasar pada variabel yang

sangat menentukan seperti penurunan kapasitas produksi dan kenaikan biaya

produksi.

7.2 Proyeksi Arus Kas

Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan

gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas

diproyeksikan selama 15 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih

antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang

diterima dari kegiatan bisnis (pabrik kelapa sawit).

�� �

7.2.1 Outflow (Pengeluaran)

Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi

pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri

dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow menggambarkan pengeluaran-

pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik..

7.2.1.1 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan awal

(star up cost) pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per

jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara. Biaya investasi ini

meliputi bangunan pabrik beserta instalasi permesinan, perumahan, gudang,

kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Total jumlah

investasi keseluruhan sebesar Rp. 82.368.421.000. Berikut ini di sajikan

rekapitulasi biaya investasi pada (Tabel 7) sedangkan rincian lengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 7. Rekapitulasi Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit

No Uraian Jumlah umur Teknis Nilai(Rp.000)

1 Pabrik 1 Unit 15 tahun 75.357.246 2 Kendaraan 18 unit 10 tahun 3.561.000 3 Perumahan + mess + gudang 19 unit 20 tahun 2.850.000 4 Jalan 3,5 Km 10 tahun 600.175

total Investasi Fisik 82.368.421

Pembangunan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam dilakukan

selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek 15 tahun di tetapkan berdasarkan

umur ekonomis pabrik.Biaya re-investasi yang dikeluarkan hanya untuk investasi

kendaraan dan jalan dikarenakan umur ekonomisnya lebih pendek dari umur

ekomonis proyek yaitu sebesar Rp. 4.161.175.000. Sementara untuk kebutuhan

�� �

lahan menggunakan HGU (hak guna lahan) seluas 10 hektar dengan masa

pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Biaya

perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-Undang No.12 tahun 1994

tentang pajak perolehan atas pengelolaan tanah dan bangunan.

7.2.1.2 Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala

dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi agar

pengoperasian pabrik berjalan dengan lancar. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya. Biaya

tetap merupakan biaya rutin yang harus dikeluarkan sehubungan dengan

pengoperasian pabrik yang terdiri dari biaya administrasi, pemeliharaan pabrik,

biaya pemeliharaan asset lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan

biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari

gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi.

Rekapitulasi biaya operasional secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 8. Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000)

Uraian Tahun

0 1 2 3 s/d 15

Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275

B. Adm dan Kantor 7300.000 1.210.000 1.210.000

Pembelian Tbs 62.937.000 161.838.000 179.820.000

B. Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932

B. Pemeliharaan asset lainya 516.570 1.033.140 1.033.140

B.B. Pembantu Proses Produksi 2.079.000 5.346.000 5.940.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685

Total 68.869.554 173.885.032 192.461.032

Dari Tabel 8. di atas, tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan

pabrik sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga tidak membutuhkan biaya

�� �

operasional dan proses produksi belum dapat dilakukan. Setelah pembangunan

pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke-1 pabrik mulai berproduksi secara

komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70 persen tahun

ke-1 serta 90 persen pada tahun ke-2 dari kapasitas terpasang pabrik yang

disebabkan oleh belum optimalnya pasokan bahan baku ke pabrik. Total biaya

operasional pada tahun ke-1 adalah Rp. 68.869.554.000 dan Rp. 173.885.032.000

pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-15 pabrik sudah

dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring

dengan stabilnya pasokan bahan baku ke pabrik. Jumlah total biaya operasional

per tahun sekitar Rp.192.461.032.000.

7.2.2 Inflow (Penerimaan)

Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi

pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri

dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh

dari hasil penjualan produk yang terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai

sisa diperoleh dari nilai barang modal (asset) yang tersisa pada saat umur proyek

berakhir.

Pendapatan penjualan yang merupakan hasil penjualan produk sangat

dipengaruhi oleh kemampuan produksi pabrik serta harga penjualan. Produksi

CPO dan Kernel yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari kapasitas olah

terpasang pabrik,tingkat rendemen CPO, rendemen Kernel dan pasokan bahan

baku TBS ke pabrik. Kemampuan pasokan bahan baku TBS ke pabrik per hari ini

kemudian dijadikan dasar penentuan tolok ukur pengoperasian pabrik per hari.

�� �

Dalam penelitian ini, kapasitas olah terpasang pabrik adalah 30 ton TBS

per jam, tingkat rendemen CPO 21 persen, rendemen Kernel 4 persen, harga jual

CPO Rp. 8.861 per kg, Kernel Rp. 4.900 per kg serta waktu pengoperasian pabrik

12 jam per hari atau 50 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun

pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70

dan 90 persen dari kapasitas rencana, baru pada tahun ke tiga pasokan bahan baku

TBS di perkirakan normal. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada output

produksi dan penerimaan hasil penjualan produk. Berikut ini disajikan

Rekapitulasi penerimaan (inflow), produksi dan hasil penjualan selama umur

proyek (Tabel 9).

Tabel 9. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000)

Thn

Bahan baku (ton)

Produksi CPO (ton)

Nilai Penjualan CPO (Rp.000)

Produksi Kernel (ton)

Nilai Penjualan Kernel (Rp.000)

Nilai Sisa (Rp.000)

Jumlah (Rp.000)

0

1 37.800 7.938 70.338.618 1.521 7.452.900 77.791.518

2 97.200 20.412 180.870.732 3.888 19.051.200 199.921.932

3 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

4 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

5 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

6 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

7 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

8 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

9 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

10 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

11 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

12 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

13 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

14 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 222.135.480

15 108.000 22.680 200.967.480 4.320 21.168.000 2.793.090 224.928.570

Ttl 1.539.000 323.190 2.863.786.590 61.569 301.688.100 2.793.090 3.165.474.690

7.3 Analisis Laba-Rugi

Proyeksi laba-rugi didasarkan pada besarnya volume penjualan dan harga

jual produk yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, serta selisihnya terhadap

� �

biaya produksi setiap tahun. Analisis laba-rugi digunakan untuk mengetahui

perkembangan profitabilitas usaha dari tahun ke tahun selama pabrik kelapa sawit

beroperasi secara komersial. Selain itu laporan laba-rugi juga digunakan sebagai

instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang

harus dibayarkan kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan kondisi-kondisi yang diasumsikan, berikut ini disajikan rekapitulasi

proyeksi laba-rugi dan pajak yang dihasilkan selama 15 tahun berturut-turut sesuai

dengan umur ekonomis pabrik (Tabel 10). Sedangkan rincian lengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 10. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000) Tahun Skenari I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman) Laba Bersih Pajak Laba Bersih Pajak

0 1 2.033.582 846.535 -3.297.515 2 14.014.037 5.981.016 6.014.005 2.552.431 3 16.560.321 7.072.280 9.425.156 4.014.353 4 16.560.321 7.072.280 10.290.025 4.385.011 5 16.560.321 7.072.280 11.154.893 4.755.668 6 16.560.321 7.072.280 12.019.762 5.126.326 7 16.560.321 7.072.280 12.884.630 5.496.984 8 16.560.321 7.072.280 13.794.498 5.867.642 9 16.560.321 7.072.280 14.614.367 6.238.300 10 16.560.321 7.072.280 15.479.235 6.608.958 11 16.560.321 7.072.280 16.344.103 6.979.616 12 16.560.321 7.072.280 16.560.321 7.072.280 13 16.560.321 7.072.280 16.560.321 7.072.280 14 16.560.321 7.072.280 16.560.321 7.072.280 15 16.560.321 7.072.280 16.560.321 7.072.280

Total 231.331.792 98.767.191 184.964.443 80.314.409

Pada semester kedua tahun ke-1 pabrik kelapa sawit mulai beroperasi

secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh revenue dari hasil

penjualan CPO dan kernel. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi

diperkirakan sebesar 70 persen dan 90 persen dari kapasitas normal. Revenue yang

� �

didapatkan dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya untuk skenario

I memperoleh laba bersih sebesar Rp. 2.033.582.000 pada tahun pertama dan Rp.

14.014.037.000 pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih

meningkat menjadi Rp. 16.560.321.000 secara konstan untuk setiap tahunnya,

setelah kapasitas produksi pabrik beroperasi secara optimal (kapasitas

rencana).total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis

pabrik untuk skenario I adalah sebesar Rp.231.331.792.000.

Sementara skenario II, pada tahun pertama proyeksi laba-rugi bernilai

negatif (rugi) sebesar Rp.3.297.515.000 disebabkan oleh beban bunga kredit

investasi. Tahun-tahun berikutnya kemampuan usaha dalam menghasilkan laba

bersih terus mengalami peningkatan karena pabrik kelapa sawit sudah dapat

dioperasikan pada kapasitas optimal serta beban biaya yang terus berkurang.

Kemudian pada tahun ke-12 dan seterusnya proyeksi laba bersih mulai stabil

seiring dengan berakhirnya pelunasan hutang investasi pada tahun ke-11. Total

akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik untuk

skenario II adalah sebesar Rp. 184.964.443.000.

Sedangkan pajak yang merupakan manfaat yang ditransfer kepada

masyarakat (pemerintah) memiliki korelasi dengan besar kecilnya profit yang

diperoleh dari kegiatan komersial pabrik kelapa sawit. Perhitungan pajak

dilakukan berdasarkan Undang Undang No.17 Tahun 2000 dengan ketentuan

sebagai berikut : 0 – 50 juta dikenakan pajak 10 persen, 50 – 100 juta dikenakan

pajak 15 persen dan 100 juta ke atas dikenakan pajak 30 persen. Total akumulasi

pajak selama umur proyek untuk skenario I sebesar Rp.98.767.191.000 dan

skenario II sebesar Rp.80.314.409.000.

�� �

7.4 Kriteria kelayakan Investasi

Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan

dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria

yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil

yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis

dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan

Payback period (PP). Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis kriteria

investasi untuk kedua skenario yang digunakan (Tabel 11). Sedangkan rincian

lengkap analisis kelayakan investasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 11. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik kelapa Sawit

Kriteria Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman) NPV 106.698.657.000 - 30.727.367.000 IRR 22,34 9,03 B/C 2,30 0,63 PP 3 thn, 8 bln 6 th, 4 bln

7.4.1 Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh

dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan

discount rate 7 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount

rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu

investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Penggunaan discount rate

tersebut (7 % dan 15 %) dikarenakan biaya modal yang diinvestasikan ke dalam

proyek berasal dari sumber yang berbeda sehingga biaya yang ditimbulkan oleh

setiap keputusan investasi tidak sama.

�� �

Hasil analisis menunjukkan NPV bernilai positif pada discount rate 7

persen untuk skenario I, sebesar Rp.106.698.657.000 dan skenario II pada

discount rate 15 persen bernilai negatif sebesar Rp. 30.727.367.000 selama 15

tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana

investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil

yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II

mengindikasikan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk

dilaksanakan secara finansial.

7.4.2 Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Internal Rate of return dengan discount rate 7 persen dan 15

persen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan proyek dalam menghasilkan

keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan

besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk mendiskontokan seluruh kas

masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek.

Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 22,34 pada skenario I dan 9,03 pada

skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan pabrik kelapa

sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of

capital yang diinginkan pada skenario I sehingga layak untuk dilaksanakan.

Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah

ditentukan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial.

7.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost Ratio dilakukan untuk mengukur berapa besar manfaat

yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana

pembangunan pabrik kelapa sawit menghasilkan nilai B/C Ratio 2,30 pada

�� �

skenario I dan 0,63 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari

proyek ini pada skenario I, lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan sehingga

layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II keuntungan yang

dihasilkan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, maka pembangunan pabrik

kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial pada skenario II

karena manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan.

7.4.4 Payback Period (PP)

Analisis payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka

waktu pengembalian investasi. Hasil analisis proyek pembangunan pabrik kelapa

sawit ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 8

bulan pada skenario I dan 6 tahun 4 bulan pada skenario II. Bila di tinjau dari

umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 15 tahun, maka pembangunan

pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena janka waktu

pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek.

7.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan pabrik

kelapa sawit terhadap perubahan kondisi diluar jangkauan asumsi yang telah

dibuat pada saat perencanaan. Analisis ini dilakukan dan diarahkan pada dua

indikator yaitu bila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas

produksi sebesar 10 persen. Penetapan kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen

merujuk pada data inflasi rata-rata tahunan di Indonesia dalam satu dekade

terakhir yang tidak pernah melebihi dari 10 persen. Sedangkan penurunan

kapasitas produksi 10 persen merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar

�� �

atas penurunan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor nonteknis

yang mungkin terjadi di lapangan.

a. Kenaikan Biaya Produksi (10 %)

Pada indikator kenaikan biaya produksi, analisis sensitivitas dilakukan

dengan asumsi terjadinya kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen. Semua

variabel biaya produksi diproyeksikan mengalami kenaikan kecuali biaya

pembelian TBS dan biaya asuransi. Pengecualian dilakukan karena harga TBS

memiliki korelasi dengan harga CPO dan Kernel, karena naik turunnya harga TBS

dipengaruhi oleh harga CPO dan Kernel. Sedangkan biaya asuransi sifatnya tetap

sehingga tidak berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan produksi. Berikut ini

disajikan ringkasan hasil analisis sensitivitas bila terjadi kenaikan biaya produksi

sebesar 10 persen (Tabel 12).

Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 10 %.

Kriteri Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman) NPV 99.772.392.000 - 35.189.724.000 IRR 21,47 8,12 B/C 2,21 0,57 PP 4 th, 1 bln 6 th, 8 bln

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang dilakukan bila terjadi kenaikan

biaya produksi 10 persen, pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I untuk

semua kriteria investasi yang dipakai, pembangunan pabrik kelapa sawit

memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis ini dapat artikan

bahwa dengan tingkat toleransi kenaikan biaya produksi 10 persen kegiatan

operasional pabrik masih mampu memberikan manfaat pada skenario I.

Sedangkan skenario II tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan hasil yang

�� �

ditunjukkan oleh nilai NPV yang negatif, IRR di bawah cost of capital dan B/C

ratio kecil dari satu. Rincian lengkap proyeksi perhitungan kriteria kelayakan bila

terjadi kenaikan biaya produksi 10 persen dapat dilihat pada Lampiran 3.

b. Penurunan Kapasitas Produksi (10 %)

Analisis sensitivitas dengan indikator penurunan kapasitas produksi,

dilakukan dengan asumsi terjadinya penurunan kapasitas olah pabrik sebesar 10

persen. Penurunan kapasitas olah berimflikasi pada penurunan biaya pengadaan

bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Selain itu, penurunan

kapasitas olah mengakibatkan penurunan volume produksi yang berpengaruh

terhadap pendapatan penjualan atau output yang dihasilkan. Berikut ini disajikan

ringkasan hasil analisis sensitivitas bila terjadi penurunan kapasitas produksi

sebesar 10 persen pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi Sebesar 10 %.

Kriteri Investasi Skenario I (Dana sendiri) Skenario II (Pinjaman) NPV 84.671.172.000 - 45.027.555.000 IRR 19,52 6,09 B/C 2,03 0,45 PP 4 th, 3 bln 8 th, 1 bln

Dari hasil analisis yang dilakukan jika terjadi penurunan kapasitas

produksi sebesar 10 persen (Tabel.13), pembangunan pabrik kelapa sawit pada

skenario I masih layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria investasi

yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan kapasitas produksi

pada tingkat toleransi 10 persen yang berkaitan dengan pasokan atau ketersediaan

bahan baku pada skenario I masih dapat memberikan manfaat serta tidak

menyebabkan aktifitas operasional pabrik kelapa sawit terganggu. Sementara pada

�� �

skenario II menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.. Rincian lengkap proyeksi

perhitungan yang ditimbulkan oleh penurunan kapasitas produksi dapat dilihat

pada Lampiran 5.

�� �

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis aspek non-finansial yang terdiri dari aspek teknis,

aspek pasar, aspek organisasi manajemen dan aspek sosial yang dilakukan,

menunjukkan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30

ton TBS/ jam layak untuk dilaksanakan.

2. Secara finansial berdasarkan asumsi asumsi yang digunakan, skenario I (dana

sendiri) dengan discount factor 7 %, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit

(PKS) kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari

semua kriteria investasi yang digunakan. Nilai NPV sebesar Rp.

106.698.657.000; IRR sebesar 22,34; Net B/C sebesar 2,30; dan Payback

Period selama 3 tahun 8 bulan. Sedangkan skenario II (pinjaman) dengan

discount factor 15 %, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit tidak layak

dilaksanakan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar (- Rp. 30.727.367.000); IRR

sebesar 9,03; Net B/C sebesar 0,63; dan Payback Period selama 6 tahun 4

bulan. Total keseluruhan investasi yang dibutuhkan adalah sebesar

Rp.82.368.421.000.

3. Hasil analisis sensitivitas pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS per

jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan

penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk

dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan.

�� �

8.2. Saran

Saran yang dapat penulis ajukan, antara lain :

1. Berdasarkan luas areal perkebunan dan total produksi TBS sebagaimana yang

telah direkomendasikan oleh Pemerintah serta Peraturan Menteri Pertanian

No.26/Permentan/OT.140/2/2007, idealnya Kabupaten Aceh Utara

membutuhkan 2 Unit Pabrik kelapa sawit (PKS) baru dengan kapasitas 30 ton

TBS/jam.

2. Pembangunan pabrik kelapa sawit sangat penting untuk dilaksanakan untuk

menampung lonjakan produksi TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat

dan perkebunan swasta di Kabupaten Aceh Utara. Pemerintah, terutama

pemerintahan daerah diharapkan dapat berperan serta untuk menarik minat

investor, memfasilitasi dan menjadi mediator antara pihak-pihak terkait untuk

memudahkan investasi.

3. Untuk melindungi petani perkebunan rakyat, Pemerintah Daerah Kabupaten

Aceh Utara sebaiknya membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk

pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) dengan pertimbangan luasan lahan

dan modal yang dimiliki oleh perkebunan rakyat tidak memadai dan

memenuhi syarat untuk perizinan pendirian pabrik kelapa sawit.

� �

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perindustrian. 2007. Pusat Data dan Informasi. Departemen Perindustrian,Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia. 2007. Basis Data Statistik Indonesia.

Departemen pertanian Indonesia, Jakarta. Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh Utara. 2007. Aceh dalam Angka, Nanggroe

Aceh Darussalam. Gittinger,J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. U-Press, Jakarta. Harahap, E. 2003. Prospek Pembangunan Pabrik mini CPO Untuk Meningkatkan

Ekonomi Lokal di Kota Dumai Provinsi Riau. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hartopo. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Pabrik Kelapa Sawit Mini (Studi

Kasus ; Pabrik Kelapa Sawit Aek Pancur, Tanjung Merawa, Medan, Sumatra Utara). Sripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ilyas, Z. 2006. Program Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa

Sawit Dalam Menunjang Perekonomian Kota Dumai Provinsi Riau. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kadariah, Lien. K dan Clive, G. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Kasmir, dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media, Jakarta. Lubis, H. A. U.1992. Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan

Marihat, Sumatra Utara. Noviyanti. 2008. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Tapioka (Studi

Kasus Pengrajin Tapioka Uhan di Desa Cipambuan, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nugroho, Y. 2008. Kelayakan Usaha Pembibitan Pre-nursery Kelapa Sawit

(Elaeis guneensis Jacq.) pada PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Medan, Sumatra Utara. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit.2002.Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit.

Indonesian Oil Palm Researh Institute (IOPRI). Medan. Sumatra Utara.

� �

Rangkuti, F. 2005. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sutojo, S. dan Kleinsteuber, F.2004. Financial management For Non-financial

Executives. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta. Siregar, I. M. 2003. Manajemen Pabrik Kelapa Sawit, Hal 319-484. Dalam

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, 2003. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.

Umar, H. 2007. Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara

Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Lampiran 1. Cash Flow Skenario I

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

Total Inflow 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 224.928.570

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275

Biaya Adm dan Kantor 730.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000

Pembelian TBS 62.937.000 161.838.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932

Biaya Pemeliharan Asset Lain 516.570 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140

Biaya Pembantu Proses Produksi 2.079.000 5.346.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok �� �� �� �� ��

Bunga �� �� �� �� ��

Pajak 846.535 5.981.016 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280

Total Biaya Non-Operasional 846.535 5.981.016 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280

�� Total Outflow 82.368.421 69.716.089 179.866.048 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312 203.694.487 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312

�� Net Benefit -82.368.421 8.075.429 20.055.884 22.602.168 22.602.168 22.602.168 22.602.168 22.602.168 22.602.168 22.602.168 22.602.168 18.440.993 22.602.168 22.602.168 22.602.168 25.395.258

�� DF 7% 1 0,935 0,873 0,816 0,763 0,713 0,666 0,623 0,582 0,544 0,508 0,475 0,444 0,415 0,388 0,362

�� PV -82.368.421 7.550.526 17.508.787 18.443.369 17.245.454 16.115.346 15.053.044 14.081.151 13.154.462 12.295.579 11.481.901 8.759.472 10.035.363 9.379.900 8.769.641 9.193.083

�� NPV 106.698.657 � � � � �

�� NPV + 189.067.078 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 2,30 � � � � �

�� IRR 22,34% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 21.372.761 � � � � �

�� Payback Period 3,85 � � � � �

Lampiran 2. Cash Flow Skenario II

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

Total Inflow 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 224.928.570

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275

Biaya Adm dan Kantor 730.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000

Pembelian TBS 62.937.000 161.838.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932

Biaya Pemeliharan Asset Lain 516.570 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140

Biaya Pembantu Proses Produksi 2.079.000 5.346.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000 5.940.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok 4.118.421 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 4.118.421 �� �� �� ��

Bunga 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 �� �� �� ��

Pajak 2.552.431 4.014.353 4.385.011 4.755.668 5.126.326 5.496.984 5.855.142 6.238.300 6.608.958 6.979.616 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280

Total Biaya Non-Operasional 10.296.053 22.217.891 22.444.287 21.579.419 20.714.550 19.849.681 18.984.813 18.107.445 17.255.076 16.390.208 11.406.919 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280

�� Total Outflow 82.368.421 79.165.607 196.102.923 214.905.319 214.040.451 213.175.582 212.310.713 211.445.845 210.568.477 209.716.108 208.851.240 208.029.126 199.533.312 199.533.312 199.533.312 199.533.312

�� Net Benefit -82.368.421 -1.374.089 3.819.009 7.230.161 8.095.029 8.959.898 9.824.767 10.689.635 11.567.003 12.419.372 13.284.240 14.106.354 22.602.168 22.602.168 22.602.168 25.395.258

�� DF 15 % 1 0,87 0,756 0,658 0,572 0,497 0,432 0,376 0,327 0,284 0,247 0,215 0,187 0,163 0,141 0,123

�� PV -82.368.421 -1.195.457 2.887.171 4.757.446 4.630.357 4.453.069 4.244.299 4.019.303 3.782.410 3.527.102 3.281.207 3.032.866 4.226.605 3.684.153 3.186.906 3.123.617

�� NPV -30.727.367 � � � � �

�� NPV + 51.641.054 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 0,63 � � � � �

�� IRR 9,03% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 12.788.209 � � � � �

�� Payback Period 6,44 � � � � �

Lampiran 3. Cash Flow Skenario I Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

Total Inflow 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 224.928.570

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.379.043 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403

Biaya Adm dan Kantor 778.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000

Pembelian TBS 62.937.000 161.838.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 1.036.163 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325

Biaya Pemeliharan Asset Lain 568.227 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454

Biaya Pembantu Proses Produksi 2.286.900 5.880.600 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 ������������

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok �� �� �� �� ��

Bunga �� �� �� �� ��

Pajak 688.399 5.651.785 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230

Total Biaya Non-Operasional 688.399 5.651.785 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230

�� Total Outflow 82.368.421 70.085.075 180.634.252 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097 204.504.272 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097

�� Net Benefit -82.368.421 7.706.443 19.287.680 21.792.383 21.792.383 21.792.383 21.792.383 21.792.383 21.792.383 21.792.383 21.792.383 17.631.208 21.792.383 21.792.383 21.792.383 24.585.473

�� DF 7% 1 0,935 0,873 0,816 0,763 0,713 0,666 0,623 0,582 0,544 0,508 0,475 0,444 0,415 0,388 0,362

�� PV -82.368.421 7.205.524 16.838.145 17.782.585 16.627.588 15.537.969 14.513.727 13.576.655 12.683.167 11.855.056 11.070.531 8.374.824 9.675.818 9.043.839 8.455.445 8.899.941

�� NPV 99.772.392 � � � � �

�� NPV + 182.140.813 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 2,21 � � � � �

�� IRR 21,47% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 20.595.134 � � � � �

�� Payback Period 4,00 � � � � �

Lampiran 4. Cash Flow Skenario II, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

��tal Inflow 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 224.928.570

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.379.043 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403 1.926.403

Biaya Adm dan Kantor 778.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000 1.306.000

Pembelian TBS 62.937.000 161.838.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000 179.820.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 1.036.163 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325 2.072.325

Biaya Pemeliharan Asset Lain 568.227 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454 1.136.454

Biaya Pembantu Proses Produksi 2.286.900 5.880.600 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000 6.534.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 ������������

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok 4.118.421 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 4.118.421 �� �� �� ��

Bunga 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 �� �� �� ��

Pajak �� 2.223.200 3.667.302 4.037.960 4.408.618 4.779.276 5.149.934 5.520.592 5.891.250 6.261.907 6.632.565 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230

Total Biaya Non-Operasional 10.296.053 21.888.660 22.097.236 21.232.368 20.367.500 19.502.631 18.637.763 17.772.895 16.908.026 16.043.157 11.059.868 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230

�� Total Outflow 82.368.421 79.692.729 196.871.127 215.715.103 214.850.235 213.985.367 213.120.498 212.255.630 211.390.762 210.525.893 209.661.024 208.838.910 200.343.097 200.343.097 200.343.097 200.343.097

�� Net Benefit -82.368.421 -1.901.211 3.050.805 6.420.377 7.285.245 8.150.113 9.014.982 9.879.850 10.744.718 11.609.587 12.474.456 13.296.570 21.792.383 21.792.383 21.792.383 24.585.473

�� DF 15 % 1 0,87 0,756 0,658 0,572 0,497 0,432 0,376 0,327 0,284 0,247 0,215 0,187 0,163 0,141 0,123

�� PV -82.368.421 -1.654.054 2.306.409 4.224.608 4.167.160 4.050.606 3.894.472 3.714.824 3.513.523 3.297.123 3.081.191 2.858.763 4.075.176 3.552.158 3.072.726 3.024.013

�� NPV -35.189.724 � � � � �

�� NPV + 47.178.697 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 0,57 � � � � �

�� IRR 8,12% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 11.999.208 � � � � �

�� Payback Period 6,86 � � � � �

Lampiran 5. Cash Flow Skenario I, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000)

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

Total Inflow 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 202.715.022

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275

Biaya Adm dan Kantor 730.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000

Pembelian TBS 53.946.000 143.856.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932

Biaya Pemeliharan Asset Lain 516.570 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140

Biaya Pembantu Proses Produksi 1.782.000 4.752.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok �� �� �� �� ��

Bunga �� �� �� �� ��

Pajak �� 287.673 4.889.752 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016

Total Biaya Non-Operasional 287.673 4.889.752 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016

�� Total Outflow 82.368.421 59.869.227 160.198.784 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048 184.027.223 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048

�� Net Benefit -82.368.421 6.771.417 17.509.600 20.055.884 20.055.884 20.055.884 20.055.884 20.055.884 20.055.884 20.055.884 20.055.884 15.894.709 20.055.884 20.055.884 20.055.884 22.848.974

�� DF 7% 1 0,935 0,873 0,816 0,763 0,713 0,666 0,623 0,582 0,544 0,508 0,475 0,444 0,415 0,388 0,362

�� PV -82.368.421 6.331.275 15.285.881 16.365.601 15.302.639 14.299.845 13.357.219 12.494.816 11.672.524 10.910.401 10.188.389 7.549.987 8.904.812 8.323.192 7.781.683 8.271.329

�� NPV 84.671.172 � � � � �

�� NPV + 167.039.593 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 2,03 � � � � �

�� IRR 19,52% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 18.909.295 � � � � �

�� Payback Period 4,36 � � � � �

Lampiran 6. Cash Flow Skenario II, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000)

No Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A Inflow �� �� �� �� ��

1. Nilai Penjualan 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932

2. Nilai Sisa �� �� �� �� 2.793.090

Total Inflow 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 202.715.022

B Outflow �� �� �� �� ��

1. Biaya Investasi dan Reinvestasi 82.368.421 4.161.175 �� �� �� ��

2.Biaya Operasional ��

Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275 1.751.275

Biaya Adm dan Kantor 730.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000 1.210.000

Pembelian TBS 53.946.000 143.856.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000 161.838.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932 1.883.932

Biaya Pemeliharan Asset Lain 516.570 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140 1.033.140

Biaya Pembantu Proses Produksi 1.782.000 4.752.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000 5.346.000

Asuransi 411.343 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685 822.685

Total Biaya Operasional 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 ����������

3.Biaya Non-Operasional

Angsuran Pokok 4.118.421 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 8.236.842 4.118.421 �� �� �� ��

Bunga 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 �� �� �� ��

Pajak �� 1.461.166 2.923.088 3.293.746 3.664.404 4.035.062 4.405.720 4.776.378 5.147.036 5.517.694 5.888.351 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016

Total Biaya Non-Operasional 10.296.053 21.126.626 21.353.022 20.488.154 19.623.286 18.758.417 17.893.549 17.028.681 16.163.812 15.298.944 10.315.654 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016

�� Total Outflow 82.368.421 69.877.607 176.435.658 195.238.054 194.373.186 193.508.318 192.643.449 191.778.581 190.913.713 190.048.844 189.183.976 188.361.861 179.866.048 179.866.048 179.866.048 179.866.048

�� Net Benefit -82.368.421 -3.236.963 1.272.726 4.683.878 5.548.746 6.413.614 7.278.483 8.143.351 9.008.219 9.873.088 10.737.956 11.560.071 20.055.884 20.055.884 20.055.884 22.848.974

�� DF 15 % 1 0,87 0,756 0,658 0,572 0,497 0,432 0,376 0,327 0,284 0,247 0,215 0,187 0,163 0,141 0,123

�� PV -82.368.421 -2.816.158 962.181 3.081.992 3.173.883 3.187.566 3.144.305 3.061.900 2.945.688 2.803.957 2.652.275 2.485.415 3.750.450 3.269.109 2.827.880 2.810.424

�� NPV -45.027.555 � � � � �

�� NPV + 37.340.866 � � � � �

�� NPV - -82.368.421 � � � � �

�� Net B/C 0,45 � � � � �

�� IRR 6,09% � � � � �

�� rata-rata kas bersih/tahun 10.286.653 � � � � �

�� Payback Period 8,01 � � � � �

Lampiran 7a. Laporan Laba-Rugi Skenario I (Rp.000) Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 74.911.401 179.926.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 ��

Laba kotor 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 834.035 5.968.516 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 total 846.535 5.981.016 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 ��

Laba(rugi) Bersih 2.033.582 14.014.037 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 ��

Kumulatif Laba(rugi) 2.033.582 16.047.619 32.607.940 49.168.260 65.728.581 82.288.902 98.849.223 115.409.543 131.969.864 148.530.185 165.090.505 181.650.826 198.211.147 214.771.467 231.331.788

Lampiran 7b. Laporan Laba-Rugi Skenario II (Rp.000) Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 74.911.401 179.926.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 ��

Laba kotor 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak -3.297.515 8.566.435 13.439.509 14.675.035 15.910.561 17.146.088 18.381.614 19.617.140 20.852.667 22.088.193 23.323.719 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 2.539.931 4.001.853 4.372.511 4.743.168 5.113.826 5.484.484 5.855.142 6.225.800 6.596.458 6.967.116 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 total 2.552.431 4.014.353 4.385.011 4.755.668 5.126.326 5.496.984 5.867.642 6.238.300 6.608.958 6.979.616 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 ��

Laba(rugi) Bersih -3.297.515 6.014.005 9.425.156 10.290.025 11.154.893 12.019.762 12.884.630 13.749.498 14.614.367 15.479.235 16.344.103 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 ��

Kumulatif Laba(rugi) -3.297.515 2.716.490 12.141.646 22.431.670 33.586.563 45.606.325 58.490.954 72.240.452 86.854.819 102.334.054 118.678.158 135.238.478 151.798.799 168.359.120 184.919.441

Lampiran 8a Laporan Laba-Rugi Skenario I, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000) Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 75.438.523 181.024.314 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 ��

Laba kotor 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 675.899 5.639.285 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 total 688.399 5.651.785 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 ��

Laba(rugi) Bersih 1.664.597 13.245.833 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 ��

Kumulatif Laba(rugi) 1.664.597 14.910.429 30.660.965 46.411.502 62.162.038 77.912.574 93.663.110 109.413.646 125.164.183 140.914.719 156.665.255 172.415.791 188.166.327 203.916.864 219.667.400

Lampiran 8b Laporan Laba-Rugi Skenario II, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)�

Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 75.438.523 181.024.314 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 ��

Laba kotor 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak -3.824.637 7.469.000 12.282.674 13.518.200 14.753.726 15.989.253 17.224.779 18.460.305 19.695.832 20.931.358 22.166.884 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 2.210.700 3.654.802 4.025.460 4.396.118 4.766.776 5.137.434 5.508.092 5.878.750 6.249.407 6.620.065 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 total 2.223.200 3.667.302 4.037.960 4.408.618 4.779.276 5.149.934 5.520.592 5.891.250 6.261.907 6.632.565 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 ��

Laba(rugi) Bersih -3.824.637 5.245.800 8.615.372 9.480.240 10.345.108 11.209.977 12.074.845 12.939.714 13.804.582 14.669.451 15.534.319 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 ��

Kumulatif Laba(rugi) -3.824.637 1.421.163 10.036.535 19.516.775 29.861.883 41.071.860 53.146.705 66.086.419 79.891.001 94.560.452 110.094.771 125.845.307 141.595.843 157.346.379 173.096.916

Lampiran 9a Laporan Laba-Rugi Skenario I, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000� Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 65.623.401 161.350.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 ��

Laba kotor 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 275.173 4.877.252 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 total 287.673 4.889.752 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 ��

Laba(rugi) Bersih 729.570 11.467.754 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 ��

Kumulatif Laba(rugi) 729.570 12.197.324 26.211.361 40.225.398 54.239.435 68.253.472 82.267.509 96.281.546 110.295.583 124.309.620 138.323.658 152.337.695 166.351.732 180.365.769 194.379.806

Lampiran 9b Laporan Laba-Rugi Skenario II, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000)� Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15 A Revenue 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 ��

B Biaya-biaya Pengeluaran ��

1 Biaya Produksi 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 Total 65.623.401 161.350.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 ��

Laba kotor 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 ��

C Pembayaran Bunga ��

Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882 ��

Pembayaran Bunga Modal Kerja ��

Laba(Rugi) sebelum Pajak -5.160.389 4.928.887 9.801.961 11.037.487 12.273.013 13.508.540 14.744.066 15.979.592 17.215.119 18.450.645 19.686.171 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 ��

D Pembayaran PPH ��

penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 di atas 100 juta = 30 % 1.448.666 2.910.588 3.281.246 3.651.904 4.022.562 4.393.220 4.763.878 5.134.536 5.505.194 5.875.851 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 total 1.461.166 2.923.088 3.293.746 3.664.404 4.035.062 4.405.720 4.776.378 5.147.036 5.517.694 5.888.351 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 ��

Laba(rugi) Bersih -5.160.389 3.467.721 6.878.873 7.743.741 8.608.609 9.473.478 10.338.346 11.203.214 12.068.083 12.932.952 13.797.820 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 ��

Kumulatif Laba(rugi) -5.160.389 -1.692.668 5.186.205 12.929.946 21.538.555 31.012.033 41.350.379 52.553.593 64.621.677 77.554.628 91.352.448 105.366.485 119.380.522 133.394.559 147.408.596

Lampiran 10. Produksi, bahan Baku dan penjualan

Tahun Kapasitas Rencana (%)

Kapasitas Optimal (ton)

Bahan baku TBS (ton)

Harga TBS/kg

Nilai Pembelian (Rp.000)

Produksi CPO (ton)

Harga CPO/kg

Nilai CPO (Rp.000)

Produksi Kernel (ton)

Harga Kernel/kg

Nilai Kernel (Rp.000)

Nilai Penjualam (Rp.000)

0 1 70 30 37.800 1.665 62.937.000 7.938 8.861 70.338.618 1.521 4.900 7.452.900 77.791.518 2 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 3 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 4 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 5 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 6 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 7 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 8 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 9 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480

10 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 11 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 12 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 13 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 14 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480 15 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480

Total 1.539.000 2.382.615.000 323.190 2.863.786.590 61.569 301.688.100 3.165.474.690 �

Lampiran 11. Produksi, bahan Baku dan penjualan, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 %

Tahun Kapasitas Rencana (%)

Kapasitas Optimal (ton)

Bahan baku TBS (ton)

Harga TBS/kg

Nilai Pembelian (Rp.000)

Produksi CPO (ton)

Harga CPO/kg

Nilai CPO (Rp.000)

Produksi Kernel (ton)

Harga Kernel/kg

Nilai Kernel (Rp.000)

Nilai Penjualam (Rp.000)

0 1 60 30 32.400 1.665 53.946.000 6.804 8.861 60.290.244 1.296 4.900 6.350.400 66.640.644 2 80 30 86.400 1.665 143.856.000 18.144 8.861 160.773.984 3.456 4.900 16.934.400 177.708.384 3 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 4 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 5 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 6 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 7 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 8 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 9 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932

10 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 11 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 12 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 13 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 14 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932 15 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932

Total 1.382.400 2.301.696.000 290.304 2.572.383.744 55.296 270.950.400 2.843.334.144 �

� ��

Lampiran 12a. Biaya Operasional pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)

Uraian Tahun

0 1 2 3 s/d 15 Gaji Karyawan dan Staff 1.379.043 1.926.403 1.926.403 B. Adm dan Kantor 778.000 1.306.000 1.306.000 Pembelian Tbs 62.937.000 161.838.000 179.820.000 B. Pemeliharaan Pabrik 1.036.163 2.072.325 2.072.325 B. Pemeliharaan asset lainya 568.227 1.136.454 1.136.454 B.B. Pembantu Proses Produksi 2.286.900 5.880.600 6.534.000 Asuransi 411.343 822.685 822.685 Total 69.396.676 174.982.467 193.617.867

Lampiran 12b. Biaya Operasional pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000)

Uraian Tahun

0 1 2 3 s/d 15 Gaji Karyawan dan Staff 1.253.675 1.751.275 1.751.275 B. Adm dan Kantor 730.000 1.210.000 1.210.000 Pembelian Tbs 53.946.000 143.856.000 161.838.000 B. Pemeliharaan Pabrik 941.966 1.883.932 1.883.932 B. Pemeliharaan asset lainya 516.570 1.033.140 1.033.140 B.B. Pembantu Proses Produksi 1.782.000 4.752.000 5.346.000 Asuransi 411.343 822.685 822.685 Total 59.581.554 155.309.032 173.885.032

� ��

Lampiran 13. Investasi Fisik/ Asset Tetap (Rp.000)

Ket : Data di peroleh dari PT.Bumi Maju Sawit

No Uraian Nilai I Investasi Pabrik

1 Fruit Bunch Reception Station 4.520.434 2 Sterilising Station 2.789.722 3 Threshing Station 3.122.768 4 Pressing Station 3.972.660 5 Clarification Station 3.905.563 6 Oil Despatch Station 2.616.214 7 Depericarping Station 1.273.652 8 Kernel Recovery Station 4.447.262 9 Steam Plant 10.635.426

10 Power Plant 3.648.763 11 Raw Water Treatment 1.824.523 12 Softener Treatment 4000 BOD 1.752.378 13 Effluent Treatment Plant 1.453.549 14 Piping. Valve dll 2.692.436 15 Electrical Work 3.116.142 16 Work Shop Equipment 462.975 17 Laboratory Equipment 383.402 18 Fire Fighting 505.858 19 Civil Work 18.209.842 20 Other 4.023.677

Total Investasi Pabrik (kebutuhan lahan sekitar 6 Ha) 75.357.246 II Investasi Lainnya ��

a Perumahan 2.850.000 b Kendaraan 3.561.000 c Jalan 600.175 Total Investasi Lain (kebutuhan lahan sekitar 4 Ha) 7.011.175 Total Investasi Fisik 82.368.421

� ��

Sub-lampiran 13a. Kebutuhan Kendaraan dan Alat Berat A(Rp.000)

Sub-lampiran 13b. Kebutuhan Perumahan (Rp.000)

No Uraian Biaya/ Unit Kebutuhan Biaya (Rp.000) Kebutuhan Biaya A Kendaraan Staff

1 Mini bus/ Jepp 200.000 2 400.000 2 Pick Up 125.000 1 125.000 3 Sepeda Motor 17.000 8 136.000

Total 661.000 B Kendaraan CPO dan PKO

1 Tanker Truck 350.000 4 1.400.000 2 Standart Truck 150.000 2 300.000

Total 1.700.000 C Alat Berat

1 Loader 1.200.000 1 1.200.000 Total 1.200.000 Total A+B+C 18 3.561.000

No Uraian harga/ Unit Total

(Rp.000) Kebutuhan Biaya Perumahan untuk:

1 Manajer(120 m2) 250.000 1 250.000

2 Assintant Manager (80 m2) 200.000 1 200.000 3 KTU(70 m2) 150.000 1 150.000 4 Kepala Departement (60 m2) 100.000 4 400.000

5 Mess (200 m2) 300.000 2 600.000 6 Gudang(450 m2) 125.000 10 1.250.000

2.850.000

� ���

Sub-lampiran 13c. Proyeksi Biaya Pembuatan Jalan (Rp.000)

Uraian Biaya per Unit Kebutuhan Total

Jalan dalam lokasi proyek 223.730 2 km 447.460 Jalan perumahan 101.810 1,5 km 152.715 Total 600.175

Sub-lampiran 13d. Proyeksi Rincian Biaya Pembuatan Jalan Dalam Lokasi Pabrik (Rp.000)

No Uraian Kebutuhan (m3)

Biaya per Unit(Rp.000)

Total (Rp.000)

1 Kontruksi Jalan a Cut and Fill 5,5 468 2.574 b Perataan 1,05 233 245 c Pemadatan I 1,25 161 201 2 Ketbalan (12 cm) a Stock Piling 1,13 468 529 b Penghamparan 1,13 468 529 c Pemadatan II 1,76 161 283 3 Material a Krikil 80 200 16.000 b Gorong-gorong @ 60 cm 1,8 1.118 2.012

Biaya pembuatan jalan untuk per 100 m 22.373 Biaya pembuatan jalan untuk per 1 km 223.730

Sub-lampiran 13e. Proyeksi Rincian Biaya Pembuatan Jalan Dalam Perumahan (Rp.000)

No Uraian Kebutuhan (M3)

Biaya per Unit(RP.000)

Total Rp.000)

1 Ketebalan (15 cm) a Stock Piling 0,83 468 389 b Penghamparan 0,83 468 389 c Pemadatan 2,5 161 403 2 Material a Krikil 45 200 9.000

Biaya pembuatan jalan untuk per 100 m 10181 Biaya pembuatan jalan untuk per 1 km 101.810

Lampiran 14. Proyeksi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Kendaraan (Rp.000)

Uraian Total Bahan bakar per bulan Pelumas per bulan Pemeliharaan Biaya operasional dan Pemeliharaan Kebutuhan Harga/Ltr Kebutuhan/Bln Biaya Harga/ltr Kebuthan/Bln Biaya per bulan per bulan per tahun A Kendararaan Operasinal Staff dan karyawan 1 Mini bus/ Jeep 2 6 500 6,000 28 6 336 1,268 7,604 91,248 2 Pick Up 1 6 500 3,000 28 6 168 634 3,802 45,624 3 Sepeda Motor 8 6 125 6,000 28 1 224 1,245 7,469 89628 Total 11 18 1125 15,000 84 13 728 3,147 18,875 226,500 B Kendaraan Angkutan CPO dan Kernel 1 Tangker Truck 4 6 1500 36,000 28 12 1,344 7,469 44,813 537,756 2 Standart Truck 2 6 1500 18,000 28 12 672 3,735 22,407 268,884 Total 6 12 3000 54,000 56 24 2,016 11,204 67,220 806,640 Total A+B 17 30 4125 69,000 140 37 2,744 14,351 86,095 1,033,140

� ��

Lampiran 15a. Penyusutan (Rp.000)

Lampiran 15b. Biaya Bahan Pembantu Proses Produksi (Per Ton TBS)

Uraian Nilai Aset Rate Umur Pakai

Penyusutan Nilai sisa

Penyusutan Asset Perumahan 2.850.000 5% 20 124.500 712.500 Alat berat dan kendaraan 3.561.000 10% 10 356.100 1.780.500 Jalan 600.175 10% 10 60.018 300.090 Pabrik 75.357.246 15 5.501.229 0 Total 6.041.847 2.793.090

Uraian Jumlah

a Bahan bakar dan Pelumas 24.000 b Listrik dan Air 19.000 c Bahan Kimia 8.000 d Packing Kernel 4.000 total 55.000

� ��

Lampiran 16b. Biaya Umum dan Administrasi (Rp.000)

No Uraian Rp.000/ Bulan Rp.000/Tahun 1 Telp, Fax dan Mail 9.500 114.000 2 Air dan Listrik 11.500 138.000 3 Alat-alat kantor 2.500 30.000 4 Photo copy dan Printing 1.500 18.000 5 Buku-buku, Koran dan Majalah 500 6.000 6 Pemeliharaan Peralatan kantor 1.500 18.000 7 Perijinan dan lain-lain 5.000 60.000 8 Pelatihan dan Seminar 13.000 156.000 9 Perjalanan Dinas 25.000 300.000

10 Sumbangan sumbangan 5.000 60.000 11 General Supplier 5.000 60.000 12 Biaya perolehan HGU 250.000

Total 80.000 1.210.000

� ���

Lampiran 17. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan (Rp.000)

No Uraian Jlh Gaji/org/bln Thr/org/thn Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 s/d 15

A Direksi

1 Director 1 12,000 12,000 156,000 156,000 156,000

2 Operation Director 1 10,500 10,500 136,500 136,500 136,500

3 Commercial Director 1 10,500 10,500 136,500 136,500 136,500

4 Accounting Staff 1 1550 1550 20,150 20,150 20,150

5 Receptionis 1 975 975 12,675 12,675 12,675

6 Office Boy 1 450 450 5,850 5,850 5,850

7 total 6 467,675 467,675 467,675

B Managenment Pabrik 1 Manager 1 9,750 9,750 126,750 126,750

2 Asistannt Manager 1 5,250 5,250 68,250 68,250

3 Chief Administration 1 2,275 2,275 29,575 29,575

4 Head Departement 4 3,250 3,250 91,000 169,000

Total 7 315,575 393,575

C Karyawan 1 Foreman Processing 2 1,375 1,375 19,250 35,750

2 Ramp Top 2 825 825 11,550 21,450

3 Ramp Button 2 825 825 11,550 21,450

4 Sterillizer Operator 2 550 550 7,700 14,300

5 Sterillizer Attendant 2 550 550 7,700 14,300

6 Cage Hendling 4 750 750 21,000 39,000

7 Press Station 4 475 475 13,300 24,700

8 Clarification Operator 4 550 550 15,400 28,600

9 Kernel station 4 550 550 15,400 28,600

10 Unstripped Bunch Recycling 2 700 700 9,800 18,200

11 Engine Room- Turbin Operator 2 1,375 1,375 19,250 35,750

12 Power Supply - Diesel Engine Operator 2 700 700 9,800 18,200

13 Water Supply - Water Treatment Operator 2 600 600 8,400 15,600

14 Foreman Boiler House 2 1,375 1,375 19,250 35,750

15 Boiler House 4 500 500 14,000 30,000

16 Effluent Treatment Plant 4 700 700 19,600 42,000

17 Oil Despatch Attendance 1 500 500 3,500 6,500

18 Kernel Despatch Attendance 1 500 500 3,500 6,500

19 Mill Campound Cleaning 2 600 600 8,400 15,600

Total 48 238,350 452,250

� ���

Lampiran 17. Lanjutan

No Uraian Jlh Gaji/Org/Bln THR/Org/Thn Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 s/d 15

D kantor Pabrik

Bookkeeping Clerk/ Cashier 1 925 925 6,475 12,025

Production Clerk 1 700 700 4,900 9,100

Inventory Clerk/ Purchasing 2 700 700 9,800 18,200

Despatch Clerk/Expenditure/personalia 1 875 875 6,125 11,375

Bulking Clerk 1 600 600 4,200 7,800

Computer Operator 1 650 650 4,550 8,450

Weighbridge Operator 2 700 700 9,800 18,200

Office Boy 1 450 450 3,150 5,850

Total 10 5600 5600 49,000 91,000

E Scurity Commander 1 825 825 5,775 10,725

Staff 12 700 700 58,800 109,200

Total 13 64,575 119,925

F Laboratorium Laboratory analist 2 1,825 1,825 21,900 47,450

Sample Boy 2 875 875 12,250 22,750

Sorter 1 700 700 4,900 9,100

FFB Grading 6 600 600 25,200 46,800

Total 11 64,250 126,100

G Driver Driver Director/Manager 1 775 775 10,075 10,075 10,075

Truck Driver 12 600 600 50,400 93,600

Pick Up Driver 1 600 600 4,200 7,800

Total 14 10,075 64,675 111,475

H Workshop Foreman Maintenace 1 1950 1950 13,650 25,350

Grade 1 Filter 2 975 975 13,650 25,350

Grade 2 Filter 2 700 700 9,800 18,200

Maintenance Clerk 1 650 650 4,550 8,450

Total 6 41,650 77,350

I Pekerja Lainya Tukan Kebun 2 450 450 6,300 11,700

Pelayan 2 450 450 6,300 11,700

Total 4 12,600 23,400

Total C+D+E+G+H+I 106 10,075 470,425 890,025

�� Total A+B+C+D+E+G+H+I 119 477,750 1,253,675 1,751,275

� ��

Lampiran 18. Penarikan Kredit, Perhitungan Bunga dan Pelunasan Kredit (Rp.000)

Tahun Tingkat Bunga Penarikan Kredit Angsuran Pokok Saldo Akhir Pembayaran

Bunga Per Semester Skenario II Skenario II Skenario II Skenario II Tahun 0 Smtr 1 7.50% 41.184.211 41.184.211 Smtr 2 7.50% 41.184.210 82.368.421 sub total 15.00% 82.368.421 Tahun 1 Smtr 1 7.50% 82.368.421 Smtr 2 7.50% 4.118.421 78.250.000 6.177.632 sub total 15.00% 4.118.421 6.177.632 Tahun 2 Smtr 1 7.50% 4.118.421 74.131.579 5.868.750 Smtr 2 7.50% 4.118.421 70.013.158 5.559.868 sub total 15.00% 8.236.842 11.428.618 Tahun 3 Smtr 1 7.50% 4.118.421 65.894.737 5.250.987 Smtr 2 7.50% 4.118.421 61.776.316 4.942.105 sub total 15.00% 8.236.842 10.193.092 Tahun 4 Smtr 1 7.50% 4.118.421 57.657.895 4.633.224 Smtr 2 7.50% 4.118.421 53.539.474 4.324.342 sub total 15.00% 8.236.842 8.957.566 Tahun 5 Smtr 1 7.50% 4.118.421 49.421.053 4.015.461 Smtr 2 7.50% 4.118.421 45.302.632 3.706.579 sub total 15.00% 8.236.842 7.722.040 Tahun 6 Smtr 1 7.50% 4.118.421 41.184.211 3.397.697 Smtr 2 7.50% 4.118.421 37.065.790 3.088.816 sub total 15.00% 8.236.842 6.486.513 Tahun 7 Smtr 1 7.50% 4.118.421 32.947.369 2.779.934 Smtr 2 7.50% 4.118.421 28.828.948 2.471.053 sub total 15.00% 8.236.842 5.250.987 Tahun 8 Smtr 1 7.50% 4.118.421 24.710.527 2.162.171 Smtr 2 7.50% 4.118.421 20.592.106 1.853.290 sub total 15.00% 8.236.842 4.015.461 Tahun 9 Smtr 1 7.50% 4.118.421 16.473.685 1.544.408 Smtr 2 7.50% 4.118.421 12.355.264 1.235.526 sub total 15.00% 8.236.842 2.779.934 Tahun 10 Smtr 1 7.50% 4.118.421 8.236.843 926.645 Smtr 2 7.50% 4.118.421 4.118.422 617.763 sub total 15.00% 8.236.842 1.544.408 Tahun 11 Smtr 1 7.50% 4.118.421 0 308.882 Smtr 2 7.50% sub total 15.00% 4.118.421 308.882

� ���

Lampiran 19. Potensi Realisasi Area, Produsi dan Jumlah Petani Perkebunan Rakyat

Sumber : Dinas Perkebunan Kab. Aceh Utra (2007)

Ket : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan

TR = Tanaman Rusak

No Kecamatan

Luas Area (Ha) Produksi Produktifitas Pekebun TBM TM TR Jumlah (ton) (Ton/Ha) (KK)

1 Muara Batu - - - - - - - 2 Sawang 606 281 19 906 4645 16.53 755

3 Dewantara 50 - - 50 - 47

4 Nisam 310 229 37 576 3618 15.80 358

5 Kuta Makmur 289 1105 35 1429 18958 17.16 1073

6 Syamtalira Bayu 152 970 12 1134 15861 16.35 720

7 Samudera - - - - - - - 8 Meurah Mulia 13 185 1 199 2881 15.57 107

9 Tanah Pasir - - - - - - - 10 Tanah luas 100 272 8 380 4261 15.67 293

11 Syamtalira Aron - - - - - - - 12 Matang Kuli 107 103 550 760 1707 16.57 510

13 Lkokseukon 280 3852 168 4300 64305 16.69 2270

14 Baktiya 121 622 11 754 10305 16.57 499 15 Seunuddon - - - - - - -

16 Tanah Jambo Aye 330 1037 1934 3301 17642 17.01 1719 17 Cot Girek 29 210 5 244 3475 16.55 140

18 Langkahan 200 141 10 351 2333 16.55 363 19 Baktiya Barat - 97 3 100 1604 16.54 62

20 Paya Bakong - 12 7 19 192 16.00 23

21 Nibong - 17 2 19 181 10.65 31

22 Simpang Kramat 105 195 12 312 3224 16.53 191

Jumlah 2692 9328 2814 14834 155192 9161

� ��

Lampiran.20 Penggunaan Lahan Perkebunan Besar di Kab. Aceh Utara (2007)

No Nama Perusahaan Luas (Ha) Letak Tanah Tahapan proses

Perkembangan Lapangan

1 PT. Isna Praja Buana 3000 Sawang Izin lokasi Tanaman Kakou Nisam 40421-3/01/1994 (berakhir)

2 PT. Teguh Bersama 2500 Baktia Izin lokasi Kelapa sawit Perkasa Lhokseukon 40421-3/09/1994 (pembatalan)

3 Kopkar Irham 600 Tanah Luas Izin lokasi Kelapa sawit meurah Mulia 40421-3/10/P/1997 (berakhir)

4 PT. Teguh Bersama 760 meurah Mulia Izin lokasi Kelapa sawit Perkasa Tanah Luas 40421-3/15/1994 (pembatalan)

5 KUD Pirak Jaya 200 Matang Kuli HGU Kelapa sawit 3/HGU/BPN/175-1995

6 PT. Mandum Payah 10000 Tanah jambo Aye Izin lokasi Kelapa sawit Tamita Lhokseukon 40421-3/21/P/1995

7 PT. Satya Agung 200 meurah Mulia HGU Kelapa sawit 3/HGU/BPN/1996-1997

8 PT. Satya Agung 50 meurah Mulia Izin lokasi Kelapa sawit 40421-3/07/1996

9 PT. Satya Agung 8126 Syamtalira Bayu HGU 9/HGU/DA/1986 10 PT. Satya Agung 1447 Syamtalira Bayu HGU

41/HGU/DA/1988 11 PT. Satya Agung 1913 Syamtalira Bayu HGU

16/HGU/DA/1981 12 PT. Dunia Perdana 5000 Sawang Izin lokasi Kelapa sawit

Nisam 40421-3/06/P/1997 Kuta Makmur Syamtalira Bayu 13 PT. Matang Kuli 200 Matang Kuli Izin lokasi

40421-3/04/1996 14 PT. Narata Indah 200 Meurah Mulia HGU Kelapa sawit

8/HGU/BPN/1996-1997 15 PT. Molimas 200 Meurah Mulia HGU Kelapa sawit

9/HGU/BPN/1996-1997 16 KPN Bina Takana 200 Tanah Luas HGU Kelapa sawit

7/HGU/BPN/1996-1997 17 PT. Molimas 200 Lhokseukon HGU Kelapa sawit

7/HGU/BPN/1997-1998 18 PT. Gunci Geubrina 100 Sawang Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/05/1997 19 Yayasan Rudi 200 Nisam Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/11/P/1997

� ��

Lampiran 20 Lanjuran

No Nama Perusahaan Luas (Ha) Letak Tanah Tahapan proses

Perkembangan Lapangan

20 Yayasan Darunnadewan 200 Nisam Izin lokasi Kelapa sawit Kahlatul arfama 40421-3/12/P/1997 21 Kopotren Rudyah 165 Nisam Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/12/P/1997 22 PT. Bukit Nibong Palm 200 Tanah jambo Aye Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/17/1997 23 PT. Marindo 200 Lhokseukon Izin lokasi Kelapa sawit

Baktia 40421-3/1/1998 24 PT. Persada Indah 174 Kuta Makmur Izin lokasi Kelapa sawit

Makmur 40421-3/2/1998 25 Yayasan 200 Baktia Izin lokasi Kelapa sawit

Santri Malikussaleh 40421-3/4/1998 26 PT. Swindo Seminou 1700 Tanah jambo Aye Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/5/1998 27 PT. Swindo Seminou 700 Lhokseukon Izin lokasi Kelapa sawit

(plasma) 40421-3/15/1998 28 PT. Satya Agung 65 Meurah Mulia Izin lokasi Kelapa sawit

40421-3/7/1998 29 KSU Kawah Sejati 650 Meurah Mulia Izin lokasi Kelapa sawit

Matang Kuli 40421-3/16/1998 30 PT. Blang Kolam 652 Kuta Makmur HGU Kelapa sawit

Adipratama 53/HGU/BPN/89 31 PT. Narata Indah 1737 Syamtalira Bayu HGU Kelapa sawit

33/HGU/BPN/96 32 PT. Bapco 1124 Matang Kuli HGU Kelapa sawit

74/HGU/DA/76 33 PTPN I 7506 Lhokseukon HGU Kelapa sawit

6/HGU/BPN/96 Kakao 34 PT. Blang 5.151 Matang Kuli HGU Kelapa sawit

Ara Company Lhokseukon 14/HGU/DA/1985

� ��

Lampiran.21a Struktur Organisasi di Tingkat Manajemen Pabrik

Lampiran.21b Bagan Rantai Pemasaran

Perkebunan Rakyat

Perkebunan Besar

KUD

Pedagang

PKS

Agen Lokal

KPB Agen LN

Dalam Negeri

Luar Negeri