Download doc - tugas Maternitas

Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu

mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk

mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan benar, setiap ibu perlu

mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan

melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang kedua dan

seterusnya. Mengapa ? Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri,

yang mempunyai variasi dan spesifikasi sendiri. Dengan demikian ibu perlu

belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini, agar dapat berhasil dalam

menyusui. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini dan dukungan

serta bimbingan yang optimal dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan

yang merawat ibu selama hamil, bersalin dan masa nifas.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas tentang perkembangan

kehamilan (trim, ester ketiga) munculah beberapa permasalah yang akan

dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apakah yang manajemen laktasi ?

2. Bagaimanakah tahap proses manajemen laktasi ?

3. Apa sajakah masalah-masalah dalam laktasi?

1.3. TUJUAN

1.3.1.Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat

umum agar dapat memahami dan mengerti tentang pentingan ASI bagi

bayi dalam manajemen laktasi.

1.3.2.Tujuan Khusus

1

a. Agar mahasiswa dapat mengerti lebih jauh lagi tentang manajemen

laktasi

b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui

penatalaksanaan manajemen laktasi dengan benar.

1.4. MANFAAT

1.4.1.Bagi instansi

Instansi pendidikan dapat menjadikan sebagai masukan/bahan

untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk pengabdian kepada

masyarakat.

1.4.2.Bagi penulis

Agar penulis dapat mengetahui lebih jau lagi perkembagan pada kehamilan dan dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah ini.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk

nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya

kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola , yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

1.1.1. Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian

dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot

polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus

yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),

kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang

lebih besar (duktus laktiferus).

3

1.1.2. Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar

melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di

dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos

yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

1.1.3. Papilla

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/

datar, panjang dan terbenam (inverted).

2.2. Pengertian Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.

(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon

yang berperan adalah :

1. Progesteron , berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran

alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah

melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.

2. Estrogen , berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk

membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap

rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu

menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen,

karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

3. Follicle stimulating hormone (FSH)

4

4. Luteinizing hormone (LH)

5. Prolaktin , berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.

6. Oksitosin , berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada

saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot

halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk

ejection reflex.

7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan,

plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam

pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi

ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced

lactation).

2.3. TAHAP PROSES MANAJEMEN LAKTASI

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai

pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui

selanjutnya. (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)

Agar laktasi berjalan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi,

meliputi perawatan payudara, pratektek menyusui yang benar, serta

dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya.

1.1.4. Perawatan Payudara

Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan

perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan

bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak

terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik

setelah menyusui. Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada

payudara berupa pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang,

sakit dan tampak jelas gambaran pembuluh darah dipermukaan kulit

5

yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery daerah aerola

tampak lebih nyata dan menonjol.

Perawatan payudara yang diperlukan :

1. Mengganti pakaian dalam (BH / bra) nya dengan ukuran yang lebih

sesuai atau lebih besar, dan dapat menopang perkembangan

payudaranya. Biasanya diperlukan BH ukuran 2 nomor lebih besar

dari ukuran yang biasa dipakai.

2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara

untuk menunjang produkis ASI dan mempertahankan bentuk

payudara setelah selesai masa laktasi.

Bentuk latihan : duduk sila dilantai. Tangan kanan memegang

bagian lengan bawah kiri sejajar pundak. Tekan pegangan tangan

kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot

dasar payudara.

3. Menjaga hygiene/kebersihan sehari-hari, termasuk payudara,

khususnya daerah puting dan aerola.

4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk

menghindari keadaan kering dan kaku akibat hilangnya ‘pelumas’

yang dihasilkan kelenjar Montgomery.

5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada

sumbatan sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.

Cara melakukan : kompres masing-masing puting susu selama 2-3

menit dengan kapas dibasahi minyak. Tarik dan putar puting

kearah luar 20 kali, kearah dalam 20 kali untuk masing-masing

puting. Pijat daerah aerola untuk membuka saluran susu. Bila

keluar cairan, oleskan ke puting dan sekitarnya. Bersihkan

payudara dengan handuk lembut.

6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyembul

keluar dengan bantuan pompa putting (nipple puller) pada minggu

terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu

menyusui :

6

1. Nutrisi / gizi ibu hamil

Berdasarkan angka kecukupan gizi, kebutuhan tambahan

kalori wanita hamil kurang lebih 285 kkal per hari. Penambahan

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan wanita yang tidak hamil /

menyusui, yaitu wanita dengan aktifitas ringan 1900 kkal / hari,

kerja sedang 2100 kkal / hari, dan kerja berat 2400 kkal / hari.

Adapun kecukupan yang seimbang kira-kira 40 kkal / kgBB,

dengan komposisi protein 20 -25%, lemak 10-25% dan karbohidrat

50-60%. Jumlah cairan yang perlu diminum oleh wanita hamil

tidak banyak berbeda dari wanita tidak hhamil, sekitar 2 liter per

hari.

2. Istirahat

Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari.

Kegiatan dan gerakannya sehari-hari harus memperhatikan

perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya. Di antara

waktu kegiatannya tersebut diperlukan waktu untuk istirahat

(santai) guna melemaskan otot-otot. Bagi wanita yang bekerja,

hendaknya dapat diatur agar cuti hamil dan bersalinnya diambil

sebanyak mungkin setelah ia bersalin sehingga ia dapat menyusui

bayinya selama mungkin sebelum bekerja.

3. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda

Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain. Minuman

kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk

menyerap kalsium dan zat besi.

4. Pemakaian obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk

bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu

diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.

5. Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada

daerah gigi dan mulut karena dapat menjalar ke organ tubuh lain

dan mengganggu kehamilan

7

6. Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian

nyaman, yaitu yang longgar, ringan, mudah dipakai, dan menyerap

keringat.

1.1.5. Cara penyimpanan ASI

Menurut dr Suririnah, cara penyimpanan ASI dan batas waktu

penyimpanan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Bila akan diberikan dalam waktu 6 jam setelah pengambilan dapat

disimpan dalam suhu ruangan, tak perlu disimpan di lemari

pendingin.

2. Disimpan dalam termos yang diberi es batu bisa bertahan hingga

24 jam.

3. Bila akan diberikan dalam waktu 72 jam, ASI disimpan di dalam

lemari pendingin (di bawah 5 derajat Celsius, bukan dibuat dalam

keadaan beku).

4. Bila akan diberikan dalam waktu 3 bulan, ASI disimpan di bagian

atas lemari pendingin (freezer), dibekukan pada suhu di bawah -18

derajat Celsius. Dengan penyimpanan khusus ini dapat dibekukan

untuk 6 bulan. Ini biasanya dilakukan pada kasus ketika ibu akan

pergi dalam jangka waktu tertentu, sehingga perlu mengumpulkan

sejumlah ASI sebelumnya.

Membekukan ASI akan merusak beberapa antibodi dalam susu, dan

sebaiknya sedapat mungkin menggunakan ASI segar. Setelah

disimpan, saat akan diberikan kepada anak pun perlu penanganan

khusus, yakni:

1. Ambil ASI yang disimpan berdasarkan waktu pemerahan ASI

(yang pertama diperah harus diberikan lebih dulu). Catatlah

waktu dan tanggal pemerahan di wadah penyimpanan ASI

tersebut.

2. Untuk ASI yang disimpan di lemari pendingin cukup

dihangatkan dengan cara meletakkan botol di wadah berisi air

hangat selama 15 menit, sambil dikocok secara perlahan.

8

3. Untuk ASI beku, keluarkan botol susu yang berisi ASI beku.

Setengah jam sebelum waktu menyusui, rendamlah di dalam

wadah berisi air hangat. Atau pindahkan ASI beku ke lemari

pendingin bagian bawah semalam sebelumnya. Saat akan

digunakan esok hari, susu akan mencair, kemudian hangatkan.

ASI beku yang dicairkan dapat tahan 24 jam dalam lemari

pendingin. Ingat, jangan membekukan kembali ASI yang sudah

dipindah ke lemari pendingin tersebut.

4. Jangan memanaskan di atas kompor dan microwave karena

akan merusak kandungan vitamin dalam ASI.

5. Buanglah ASI yang tersisa setelah diberikan pada bayi, jangan

menyimpan kembali ke lemari pendingin atau dipanaskan.

6. Berikan ASI dengan menggunakan sendok kecil sesuap demi

sesuap.

media yang terbaik  untuk menyimpan ASI adalah botol dari stainless steel

(baja antikarat), namun ini tidak banyak dijual. Pilihan terbaik kedua

adalah botol yang terbuat dari gelas (kaca), dan terbaik ketiga botol

plastik. Pilihan terakhir adalah menyimpan ASI perah di dalam plastik

yang lembek, sebab akan banyak zat-zat di dalam ASI yang akan

tertinggal (menempel) pada dinding plastik, sehingga bayi akan

kekurangan zat-zat tersebut. Jadi.. media penyimpan ASI bisa

diperingkatkan sebagai berikut:

1. Botol Stainless Steel (tahan karat)

2. Botol Kaca dengan tutup tahan karat dan tertutup rapat

9

3. Botol Plastik BPA free

4. Botol susu yang belum BPA free tapi lulus BP POM

5. Kantong ASI

6. Kantong plastic food grade untuk menyimpan makanan

1.1.6. Reflek-reflek Penting dalam Laktasi

1. Pada Ibu

1) Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak

(hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon prolaktin

yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI. Jadi makin sering bayi mengisap, makin

banyak prolaktin yang dilepas dan makin banyak ASI yang

diproduksi. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering adalah

cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.

2) Let down reflex

Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut

"let down reflex". Melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi

rahim yang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan mengurangi

perdarahan. Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan

memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak

dini). Terjadinya refleks aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu. Rasa

10

kuatir atau kesusahan akan menghambat refleks tersebut.

Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu

mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang

teringat pada bayinya saat berada jauh dari bayinya itu.

2. Pada Bayi

1) Rooting reflex

Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh ke

arah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan

membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

Keadaan ini dikenal dengan sebutan "rooting reflex".

2) Refleks mengisap

Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-

langit dalam mulut bayi. Jika putting susu ibu menyentuh langit-

langit belakang mulut bayi, terjadi refleks menghisap dan terjadi

tekanan terhadap daerah areola oleh gusi, lidah bayi serta langit-

langit, sehingga isi sinus laktiferus diperas keluar ke dalam rongga

mulut bayi.

3) Refleks menelan

Bila ada cairan di dalam rongga mulut, terjadi refleks menelan.

1.1.7. Langkah Menyusui yang Baik dan Benar

1. Persiapan mental dan fisik ibu setiap akan menyusui. Ibu harus

dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas air sebelum

menyusui. Hindari menyusui pada keadaan lapar dan haus.

2. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi

dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk

menopang tangan yang menggendong bayi.

3. Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci

bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk

dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian oleskan ke

seluruh putting dan areola. Cara menyusui yang terbaik adalah bila

ibu melepaskan BH dari kedua payudaranya.

11

4. Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya ("on demand"), jangan

dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap

2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua

payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing- masing sekitar

10 menit. Mulailah selalu dengan payudara sisi terakhir yang

disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

5. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui

tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH.

Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.

6. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu

dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi

tidak kembung dan muntah.

1.1.8. Posisi Menyusui yang Benar

Posisi menyusui sangat menentukan bagi kenyamanan bayi dan ibu

sendiri. Baik kita tidur di rumah, berdiri, duduk, atau bahkan saat kita

sedang berada di atas kendaraan.

1. The cradle. Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir.

Bagaimana caranya? Pastikan punggung Anda benar-benar

mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut Anda, sampai

kulitnya dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya

menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.

12

2. The cross cradle hold. Satu lengan mendukung tubuh bayi dan

yang lain mendukung kepala, mirip dengan posisi dudukan tetapi

Anda akan memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi

menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting

payudara kecil.

13

3. The football hold. Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan

kaki di belakang Anda dan bayi terselip di bawah lengan Anda,

seolah-olah Anda sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi

terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau

untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal

untuk menopang bayi.

14

4. Saddle hold. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk

menyusui dalam posisi duduk. Ini juga bekerja dengan baik jika

bayi Anda memiliki pilek atau sakit telinga. Caranya, bayi Anda

duduk tegak dengan kaki mengangkangi Anda sendiri.

15

5. The lying position. Menyusui dengan berbaring akan memberi

Anda lebih banyak kesempatan untuk bersantai dan juga untuk

tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat bayi

menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal.

Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda.

16

1.1.9. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama masa menyusui

1. Nutrisi ibu menyusui

Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya akan

mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas asinya, ibu menyusui

sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat

badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5

kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya

mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), ibu

membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6

bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari.

Jumlah cairan yang dibutuhkan ibu menyusui dianjurkan minum 8

– 12 gelas perhari.

2. Istirahat

Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab

utamanya adalah kelelahan pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan

tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.

3. Obat – obatan

Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu

mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif

atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi

produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.

4. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui

Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar,

bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel

betul pada payudara, mulut bati membuka lebar, sebagian besar

areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan

dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap

lengan bayi berada pada satu garis lurus.

5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi

Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup

pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut:

17

1) Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2

minggu

2) Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve

pertumbuhan normal

3) Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari

4) Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus).

5) Payudara ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding

sebelumnya

6. Diluar waktu menyusui

Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng.

Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat menyusui

bayinya.

7. Ibu bekerja

Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan

juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti

telah habis dan ibu harus bekerja kembali.

8. Pemberian makanan pendamping ASI

Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia

bayi 4 – 6 bulan. BIla ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping

ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan

setelah ibu berada di rumah.

9. Penyapihan

Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara

bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan

anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap

dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.

10. Klinik laktasi

Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki

pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu dalam masa menyusui

bahwa ia selalu dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi

yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga

18

terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang

terdekat.

11. Kelompok pendukung ASI

Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI DI

lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk

mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar berhasil menyusui

bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan

tersebut. Melalui kelompok ini, ibu-ibu menyusui dapat

mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami

masalah dalam menyusui bayinya.

2.4. MASALAH DALAM LAKTASI

2.4.1. Payudara Bengkak (Engorgement)

Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari

ketiga atau keempat sesudah melahirkan akibat stasis di vena dan

pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Sering

terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang. Bila tidak

dikeluarkan, ASI menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi

lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit

payudara Nampak lebih merah mengkilat, ibu demam, dan payudara

terasa nyeri sekali. Untuk pencegahan, susukan bayi segera setelah

lahir bila memungkinkan tanpa dijadwal(on demand). Keluarkan ASI

dengan tanpa/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. Lakukan

perawatan payudara pasca persalinan secara teratur. Keluarkan sedikit

ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek sehingga putting

lebih mudah ditangkap/diisap bayi. Untuk mengurangi rasa sakit pada

payudara, berikan kompres dingin.

2.4.2. Kelainan Putting Susu

1. Putting susu datar. Bila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu

jari dibelakang putting susu, putting normal akan menonjol ke luar.

Bila tidak, berate putting datar. Saat laktasi putting menjadi lebih

tegang/ menonjol karena rangsang bayi menyebabkan otot polos

19

putting berkontraksi. Namun, putting masih sulit ditangkap/diisap

olehmulut bayi.

2. Putting susus terpendam dan putting susu tertarik ke dalam. Dapat

terjadi pada tumor dan penyempitan saluran air susu. Kelainan ini

seharusnya diketahui sejak hamil/sebelumnya sehingga dapat

diperbaiki dengan gerakan menurut Hoffman, yaitu dengan

meletakkan kedua jari telunjuk/ibu jari di areola mammae

kemudian diurut (massae) ke arah berlawanan. Perawatan payudara

pranatal dilakukan secara teratur. Bila tidak dapat dikoreksi, ASI

dikeluarkan dengan manual/pompa, kemudian diberikan dengan

sendok/gelas/pipet.

3. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Lecet (Cracked Nipple)

Penyebabnya adalah:

1. Putting tidak masuk ke mulut bayi sampai areola.

2. Iritasi akibat membersihkan putting dengan sabun, lotion, krim,

dll.

3. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) pendek sehingga sulit

mengisap sampai areola, hanya sampai putting.

4. Menghentikan menyusu (mengisap) kutrang hati-hati.

Dapat sembuh bila teknik menyusui benar, yaitu bibir bayi

menutup areola sehingga tidak Nampak dari luar, putting diatas

lidah bayi, dan areola diantara gusi atas dan bawah.

Sebagai penatalaksanaan, jangan membersihkan puting

susu dengan sabun, alkohol, lotion, krim, dan obat-obat iritan

lainnya. Setelah selesai menyusu, melepaskan isapan bayi dengan

menekan dagu bayi atau pijithidungnya atau masukkan jari

kelingking ibu yang bersih kemulut bayi. Tetap menyusui bayi

mulai dri putting yang tidak sakit. Hindari tekanan local pada

putting dengan cara mengubah-ubah posisi menyusui.untuk putting

yang sakit, kurangi frekuensi dan lama menyusui. Sebelum diisap,

putting yang lecet diolesi es untuk mengurangi rasa sakit. Untuk

20

menghindari payudara bengkak, ASI dikeluarkan dengan manual

kemudian diberikan dengan sendok,gelas, atau pipet.

Bila dengan tindakan tersebut putting tetap nyeri, cari sebab

lain, misalnya moniliasis. Putting susu lecet akan memudahkan

infeksi payudara (mastitis).

2.4.3. Saluran Air Susu Tersumbat (Obstructive Duct)

Terjadi sumbatan pada satu/lebih saluran air susu yang

dapat disebabkan tekanan jari waktu menyusui, pemakaian BH terlalu

ketat, maupun komplikasi payudara bengkak yang berlanjut sehingga

ASI dalam saluran air susu tidak segera dikeluarkan dan menjadi

sumbatan. Hal ini diatasi dengan perawatan payudara pasca persalinan

secara teratur dan gunakan BH yang menopang payudara, bukan

menekan. Keluarkan ASI dengan manual/pompa setiap selesai

menyusui bila payudara terasa penuh. Berikan kompres hangat pada

payudara sebelum menyusui untuk mempermudah bayi mengisap

putting susu. Berikan kompres dingin sesudah menyusui untuk

mengurangi rasa sakit/bengkak.

2.4.4. Radang Payudara (Mastitis)

Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu

setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu.

Biasanya diawali dengan putting susu lecet/luka. Gejala yang bisa

diamati: kulit lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan

bebenjol-benjol.

2.4.5. Abses Payudara

Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya

peradangan. Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah

mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tetapi lebih penuh/bengkak

berisi cairan.

2.4.6. Air Susu Ibu Kurang

Menilai kecukupan ASI bukan dari seringnya bayi

menangis,ingin selalu menyusu pada ibunya, atau payudara yang tersa

21

kosong/lembek meski produksi ASI cukup lancar. Melainkan dari

kenaikan berat badan bayi.

2.4.7. Bayi Bingung Putting

Terjadi karena bayi diberi susu formula dalam botol

bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan

minum dari botol sangat berlainan. Bayi yang minum susu botol tidak

terlalu berusaha keras karena susu dapat terus keluar tanpa diisap. Oleh

sebab itu, bayi yang terbiasa minum susu botol sulit/enggan menyusu

dari ibunya. Tanda bingung putting adalah bayi menghisap putting

seperti menghisap dot, terputus-putus/sebentar-sebentar. Bayi dapat

pula menolak menyusu ibu.

Untuk mencegah bayi bingung putting, usahakan bayi

hanya menyusu ibu dengan cara menyusui yang benar, lebih sering dan

lama serta tak terjadwal ( on demand ). Ibu perlu lebih sabar dan

telaten waktu menyusui serta melakukan perawatan payudara pasca

kelahiran secara sistematis dan teratur.

2.4.8. Bayi enggan menyusui

Penyebab bayi enggan menyusui :

1. Hidung tertup lender/ingus karena pilek sehingga sulit

menghisap/bernafas

2. Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri untuk menghisap

3. Terlambat dimulaianya menyusu waktu di rumah sakit karena tidak

dirawat gabung

4. Ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja

5. Bayi binggung putting karena disamping menyusui diberi minuman

dalam botol

6. Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapat makanan tambahan

terlalu dini

7. Teknik menyusui yang salah

8. ASI kurang lancar atau terlalu deras

9. Bayi dengan frenulum linguae (tali lidah) pendek.

22

Penanggulangan kasus ini adalah dengan mengajarkan ibu

cara yang baik untuk membersihkan lubang hidung bayi. Berikan

pengobatan bila mulut bayi sariawan/moniliasis. Selain itu, berikan

lebih banyak kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar

lebih mengenal sifat/cirinya.

2.4.9. Bayi sering mengangis

Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga

bila seorang bayi menanggis, pasti ada sebabnya dan perlu ditolong.

Penyebab mungkin sekali adalah lapar, kesepian, bosan, popok

basah/kotor atau sakit. 80% dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi

dengan menyusukan bayi dan teknik menyusu yang benar.

2.4.10. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

2500 grm tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering

ditemui refleks mengisap/menelan lemah, bahkan kadang-kadang

tidak ada, bayi cepat lelah, saat menyusui sering tersedak atau malas

mengisap dll.

Penanggulangannya adalah dengan memberikan dukungan

agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. Usahakan agar waktu

menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap 1-2 jam) dan bayi

selalu dalam keadaan hangat.

2.4.11. Bayi sumbing

Susukan bayi dengan sumbing palatum mole dalam posisi

bayi tegak/berdiri agar ASI tidak masuk kedalam hidung. Bila

sumbing pada bibir atas, bayi disusui sambail ibu menutup sumbing

dengan jari agar pengisapan sempurna. Bayi dengan sumbing

palatum durum dan bibir sulit menghisap putting susu dengan

sempurna. ASI dapat dikeluarkan dengan manual/ pompa kemudian

diberikan dengan sendok/pipet atau botol.

23

2.4.12. Laktasi pada ibu bekerja

Yang perlu diperhatikan adalah perlunya menjelaskan

keuntungan pemberian ASI sebanyak-banyaknya bagi bayi. Nasihati ibu

agar selama masu cuti, bayi memperoleh ASI sebanyak mungkin.

2.5. Menejement Laktasi Untuk Ibu Bekerja

Bekerja bukanlah halangan untuk memberikan ASI eksklusif. Dengan

kesungguhan, ketekunan dan komitmen penuh, kita bisa sukses menyusui

6 bulan tanpa SUFOR bahkan 2 tahun tanpa SUFOR.

Hal-hal yang harus dilakukan :

1. Perahlah ASI sebanyak si kecil minum ASI selama kita tinggal

kerja. Sebutlah kita berangkat dari rumah pk. 07.30 dan kembali

pk.19.30 atau 12 jam diluar. Si kecil biasanya minum ASI setiap 2-

3 jam sehingga jika ditinggal 12 jam dia minum susu sekitar 5

kali.. Jadi perahlah ASI 5 kali sehari. Perahan pertama yaitu

dinihari seperti yang telah dilakukan sejak si kecil berusia 1 bulan.

Kedua pk. 09.00, ketiga pk. 12.00, ketiga pk. 15.00 dan keempat

pk. 17.30.

2. Tetaplah memerah ASI minimal sekali sehari di hari libur dan

menyusui langsung selama kita bersama si kecil. Janganlah

memberikan ASIP ketika kita bersama si kecil.

2.5.1. Cara Memompa Asi Dengan  Breast Pump

1. Persiapan

24

1) Cucilah tangan dengan sabun dan peralatan memompa

(breast pump) dengan sabun khusus cuci peralatan

makan bayi atau sabun cuci piring food grade. Sterilkan

peralatan pompa dengan air minum yang mendidih, atau

jika tidak ada air mendidih, gunakan air dispenser yang

panas.

2) Siapkan air minum hangat untuk diminum saat

memompa

3) Bawalah foto atau handphone yang berisi foto atau video

si kecil.

4) Gunakan tempat yang nyaman, bersih dan tertutup untuk

memompa. Misalnya pompalah ASI di kamar ketika kita

di rumah, ruang laktasi atau toilet yang bersih ketika di

kantor atau di luar rumah.

5) Buatlah dirimu santai, tenang dan nyaman, misalnya

dengan mendengarkan music atau bersenandung,

melakukan gerakan relaksasi  bisa membuat kita lebih

santai

2. Proses memompa

1) Rakit breast pump sesuai dengan petunjuk pemakaian.

Beda breast pump beda pula cara merakitnya.

2) Buka bra lalu bersihkan puting dengan air minum dan

keluarkan sedikit ASI lalu oleskan di daerah aerola

sebagai desinfektan.

3) Kompres payudara dengan air hangat agar pembuluh

darah kedaerah payudara melebar sehingga darah yang

mengalir ke payudara lebih banyak, karena bahan baku

ASI adalah darah.

4) Pasang corong tepat di payudara kita, cari posisi yang

tepat dan nyaman, lalu mulailah pompa ASI dari

payudara kanan dan kiri secara bergantian sampai

akhirnya sulit keluar. ASI yang pertama keluar adalah

25

foremilk yang berwarna putih encer. Foremilk ini

berguna untuk menghilangkan rasa haus bayi, memiliki

kandungan lemak yang rendah dan tinggi protein.

5) Jika ASI sudah sulit keluar dan belum ada tanda-tanda

muncul LDR (Let Down Reflect alias ASI “meluncur”

sendirinya dengan deras), tutuplah kembali bra,

minumlah air hangat kemudian lihat foto/video si kecil

dan kilikitik puting dari luar bra lalu tunggu sebentar

sampai payudara terasa “terisi” dan mulailah kembali

memompa. Mengelitik putting dari luar bra bertujuan

untuk menstimulus agar ASI keluar, teknik yang sama

dengan yang dilakukan oleh bayi kita. Coba saja

perhatikan cara si kecil menyusu: 1) menyedot payudara

dengan cepat dan memainkan puting  2) menunggu

beberapa saat 3) menyusu dengan ritme yang lebih

teratur.

6) LDR dapat muncul beberapa kali, jadi jika saat

“memancing LDR” pertama selesai dilakukan namun

kita belum mencapai target atau merasa bisa

menghasilkan ASI lebih banyak, lakukan teknik diatas

berulang-ulang. Memompa ASI hingga payudara benar-

benar kosong biasanya dilakukan dalam 15-45 menit.

ASI yang keluar belakangan biasanya lebih pekat, ASI

yang demikian dinamakan hindmilk. Hindmilk

mengandung lebih banyak lemak. Semakin pekat

hindmilk menunjukkan bahwa payudara kita mulai

kosong.

7) Finishing touch dilakukan dengan memerah ASI dengan

tangan untuk memastikan payudara benar-benar sudah

kosong. Memompa dengan tangan juga bertujuan untuk

memijat payudara.

26

3. Setelah memompa

1) Langsung alokasi ASI ke botol-botol ASIP sesuai dengan

porsi minum si kecil. Satu botol untuk sekali minum. Ini

untuk memudahkah baby sitter atau keluarga dirumah

dalam memberikan ASIP (tinggal mengganti sealing disc

dengan dot) serta untuk meminimalkan ASI terbuang.

Isilah tiap botol mulai 60-120ml tergantung jumlah ASI

yang biasa diminum bayi.

2) Langsung cuci kembali peralatan memompa dengan

sabun cuci botol food grade dan disimpan di tempat yang

tertutup kering dan bersih agar sewaktu-waktu akan

digunakan kembali tinggal disterilkan saja.

27

28

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian

integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. (Direktorat Gizi

Masyarakat, 2005)

3.2. Saran

Bagi keluarga agar memberi motivasi kepada ibu untuk untuk memberikan

ASInya kepada bayinya bukan menggantinya dengan susu pabrik

Bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pelayanan dan memberikan

pelayanan secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,Lowdermik,Jensen.2005.IV. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.

Jakarta.EGC

FK UI.2001.III.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius FK UI.Jakarta

Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 12:00 WIB

http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html

JNPK-KR/POGI.2007.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta

29

30