Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2009 insidensi TB diseluruh dunia saat itu adalah 9,1 juta jiwa. Hal ini sebanding dengan 134 orang/100.000 penduduk. Angka ini mengalami peningkatan dengan perkiraan kasus TB pada tahun 2011 yaitu 9,3 juta jiwa. Menurut sumber yang sama sebagian besar kasus TB terdapat di benua Asia (55%) dan Afrika (30%).1

Dilihat dari jumlah penderita TB maka Indonesia menempati urutan ke 4 diantara negara-negara dengan penderita TB terbanyak di seluruh dunia. Didapatkan data TB Indonesia, dimana 169.213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TB BTA negatif, 11.215 adalah kasus TB Extra Paru, 3.709 adalah kasus TB kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh.2Tuberkulosis sebenarnya dapat menyerupai penyakit paru lainnya seperti penumonia, penyakit paru interstitial bahkan keganasan akan tetapi dengan anamnesis yang baik, tuberculosis dapat dengan mudah di tegakkan. Pada dasarnya pasien dengan sistem imun yang baik biasanya terserang tuberkulosis hanya pada satu area saja misalnya pada paru atau salah satu organ ekstra paru sedangkan pada pasien dengan immunokompeten, tuberkulosis dapat terjadi lebih daripada satu organ.3WHO mendefinisikan penderita TB sebagai penderita yang terbukti secara positif terinfeksi tuberkulosis dengan menggunakan metode diagnosa apapun. TB paru didefinisikan sebagai TB yang menyerang parenkim paru dan berdasarkan hasil apusan tahan asam TB dibagi menjadi sputum positif atau sputum negatif.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.1Klasifikasi penyakit tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang diserang kuman Mycobacterium tuberculosis terdiri dari tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru.52.2 Kuman Tuberkulosis

Mycobacterium Tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch dalam tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulensi beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 600C dalam 15 20 menit. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin).1Gambar berikut ini adalah Mycobacterium tuberculosis yang dilihat dengan pewarnaan tahan asam berwarna merah. Sebagian besar bakteri ini terdiri atas asam lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinoman. Lipid inilah yang menyebabkan kuman mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 m.1

Gambar 2.1

Mycobacterium tuberculosis pada pewarnaan tahan asam

Sumber : Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, et al. Fishman's pulmonary disease and disorders 4th ed. New York: MGraw Hill. 20082.3 Cara Penularan

Sumber penularan adalah melalui pasien tuberkulosis paru BTA (+). Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Kuman yang berada di dalam droplet dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam dan dapat menginfeksi individu lain bila terhirup ke dalam saluran nafas. Kuman tuberkulosis yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernafasan, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.1

Penularan Mycobacterium Tuberculosis biasanya melalui udara, hingga kesebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat terjadi peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat terjadi dengan cara kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberkulosis congenital sangat jarang dijumpai.22.4 Risiko Penularan

Risiko penularan tiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% mempunyai arti bahwa pada tiap tahunnya diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak akan menderita tuberkulosis, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis.2

Terdapat beberapa faktor resiko tinggi TB :2 Faktor Usia

: Balita, Puberitas Faktor Obat

: Steroid Sistemik Jangka Panjang, Sistostatik

Faktor Nutrisi

: Gizi Buruk

Faktor Penyakit:: Morbili, Vasisela, HIV AIDS, Keganasan 2.5 Patogenesis Tuberkulosis

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus mereka mempunyai fokus primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberculosis (susceptible).1Lokasi fokus primer pada 2.114 kasus Ghon dan kudlich ialah:1 Paru

95,93%

Usus 1,14%

Kulit 0,14% Hidung

0,09%

Tonsil

0,09%

Telinga tengah 0,09%

Kelenjar parotis 0,05%

Konjungtiva

0.05%

Tidak diketahui 2,14%Perjalanan penyakit tuberculosis dimulai dengan inhalasi basil tuberculosis. Makrofag alveolar menelan basil dan seringkali menghancurkannya. Pada tahap ini destruksi mikobakterium tergantung kepada kapasitas mikrobisidal fagosit pejamu dan faktor virulensi dari mikobakterium. Mikobakterium yang bisa terlepas dari destruksi intraseluler inisial akan menggandakan diri dan hal ini menyebabkan penghancuran makrofag. Ketika hal ini terjadi maka monosit di dalam darah serta sel radang lain akan tertarik ke paru-paru (tahap dua). Monosit akan berdifrensiasi menjadi makrofag yang kemudian kembali siap untuk mengingesti namun tidak membunuh mikobakterium.3Dua sampai tiga minggu setelah infeksi, imunitas sel T terbentuk, melalui antigen-spesifik sel T yang masuk, sel T berproliferasi di dalam lesi awal atau tuberkel dan kemudian mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikobakterium intraseluler. Setelah fase ini pertumbuhan logaritmik awal kumam TB terhenti. Nekrosis padat sentral pada lesi primer ini menghambat pertumbuhan mikrobakterium ekstraseluler. Sebagai akibatnya, infeksi menjadi terhenti atau disebut dormant.3Perkembangan dan penularan dapat terjadi dalam hitungan bulan atau tahun setelah tuberculosis primer pada keadaan imunitas menurun. Fokus perkijuan yang mencair merupakan kondisi yang sempurna untuk pertumbuhan ekstraseluler bagi M. tuberculosis. Pembentukan kavitas dapat menyebabkan ruptur dekat bronkus, menyebabkan menyebar melalui saluran nafas ke bagian-bagian lain dan ke lingkungan sekitar.32.5.1Klasifikasi Dan Gejala Klinis Ada beberapa dan klasifikasi tuberkulosis, Ranke membagi TB dalam 3 stadium, yaitu :1 Stadium pertama : komplek primer dengan penyebaran limfatogen

Stadium kedua

: pada terjadi penyebaran hematogen

Stadium ketiga: tuberculosis paru menahun (chronic pulmonary tuberculosis)Klasifikasi lain dari Tuberkulosisis1

1. Tuberculosis primer

: Merupakan infeksi pertama dari tubekulosis

2. Tuberkulosis subprimer: Merupakan komplikasi Tuberkulosis primer3. Tuberkulosis pascaprimer: reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan eksogen

Sekarang di paki klasifikasi yang membagi tuberculosis menjadi dua stadium, yaitu:11. Tuberculosis primer yang merupakan komplek primer serta komplikasinya

2. Tuberculosis pasca primer.Permulaan tuberkulosis sukar di ketahui secara klinis karena mulai secara perlahan. Kadang kadang ditemukan tanpa keluhan dan gejala. Namun dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas naik turun selama 1 2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.1Gambaran klinis tuberkulosis primer lain adalah panas, batuk, anoreksia dan berat badan menurun. Kadang kadang dijumpai panas seperti tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomengali, dapat juga menunjukan gejala bronkopneumia.12.6 Diagnosis Tuberkulosis

Sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas, tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan Tuberkulosis. Kontak dengan penderita tuberculosis orang dewasa, uji tuberculin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberculosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak.12.6.1 Diagnosis Banding

Banyak diagnosa banding yang dapat dikemukakan karena tuberculosis dapat menimbulkan infeksi yang sistemik yang menyerupai penyakit lainnya. Beberapa diagnosa banding Tuberculosis Paru yang mungkin dapat dipertimbangkan antara lain Aspergillosis, Bronchiectasis, Histoplasmosis, Abses paru, Keganasan, Nocardiosis, dan pneumonia.22.6.2 Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis adalah diagnosis yang ditegakkan berdasarkan ada atau tidaknya gejala pada pasien. Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam/meriang lebih dari sebulan.52.6.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Temuan pemeriksaan fisis cukup terbatas pada TB paru. Terkadang abnormalitas tidak ditemukan pada pemeriksaan thorax. Bunyhi ronkhi biasa ditemukan terutama karena peningkatan produksi sputum. Bunyi wheezing juga terkadang ditemukan akibat obstruksi parsial bronkus dan bunyi amphoric klasik pada kavitas. Terkadang bunyi pernafasan terdengar redup yang berarti menunjukkan ada proses abnormalitas yang cukup parah sebagai komplikasi dari infeksi tuberculosis.6Pada TB paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura sehingga paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi memberikan suara pekak, auskultasi memberikan suara yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. Dalam penampilan klinis TB sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.22.6.4 Pemeriksaan Radiologis

Pada anak uji tuberculin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen paru dan atas indikasi juga dibuat foto rontgen alat tubuh lainnya.

Gambaran radiologi paru yang biasanya dijumpai pada tuberculosis paru ialah:11. Komplek primer dengan atau pengkapuran

2. Pembesaran kelenjar paratrakeal

3. Penyebaran milier

4. Penyebaran bronkogen

5. Atelektasis6. Pleuritis dengan efusi

2.6.5 Pemeriksaan Bakteriologis

Penemuan basil Tuberkulosis memastikan diagnosis tuberculosis , bahan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :11. Bilasan lambung

2. Secret bronkus

3. Cairan pleura

4. Likour serebrospinalis

5. Cairan asites1. Darah

Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan pergeseran hitung jenis ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah (LED) mulai meningkat.42. Tes Tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB terutama pada anak-anak (balita). Sedangkan pada dewasa tes tuberkulin hanya untuk menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium patogen lainnya.4

Komplikasi TuberkulosisPada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.Beberapa komplikasi yang mungkin timbul yaitu batuk darah, pneumotoraks, luluh paru, gagal napas, gagal jantung, efusi pleura.52.8Tipe Penderita Tuberkulosis

Tipe penderita tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi: 5a. Kasus Baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulanb. Kasus Kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan:

Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)

TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis

c. Kasus defaulted atau drop outAdalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

d. Kasus gagalAdalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan terapi kategori 2 dalam pengawasan yang baikf. Kasus bekas TB

Bila didapat hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Kemudian pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tak ada perubahan gambaran radiologi.

2.9 Pengobatan Tuberkulosis Paru2.9.1 Prinsip Pengobatan

Program nasional pemberantasan TB di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Ada 6 macam obat esensial yang telah dipakai yaitu Isoniazid (H), Para Amino Salisilik Asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z).5Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap ini sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.2Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap ini bertujuan untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan.2,42.9.2 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat yang dipakai menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia adalah: 51. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah INH, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon

3. Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat

4. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : Kapreomisin, Sikloserino, PAS (dulu tersedia), Derivat rifampisin dan INH, Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

Tabel 2.1 Jenis dan dosis OAT

ObatDosis(Mg/ KgBB/ Hari)Dosis yg dianjurkanDosis Maks (mg)Dosis (mg) / berat badan (kg)

Harian (mg/ kgBB/hari)Intermitten (mg/ KgBB/kali)< 4040-60>60

R8-121010600300450600

H4-6510300150300450

Z20-30253575010001500

E15-20153075010001500

S15-1815151000Sesuai BB7501000

R8-121010600300450600

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2011

Tabel 2.2 Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap

Berat Badan

(Kg)Fase Intensif (2 bulan)Fase lanjutan (4 bulan)

Harian3x/mingguHarian3x/minggu

RHZE

150/75/400/275RHZ

150/75/400RHZ

150/150/500RH

150/75RH

150/150

30-3722222

38-5433333

55-7044444

>7155555

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2011

2.9.3 Regimen pengobatan (metode DOTS)Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:5A. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi luas.

Paduan obat yang dianjurkan yaitu 2 RHZE/4 RH, 2 RHZE/6HE,

2 RHZE/4R3H3

Paduan ini dianjurkan untuk:

TB paru BTA (+), kasus baru

TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru). Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi

B. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal

Paduan obat yang dianjurkan 2 RHZE/4 RH, 6 RHE dan 2 RHZE/4R3H3

C. TB paru kasus kambuh

Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

D. TB Paru kasus gagal pengobatan

Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila hasil uji resistensi negatif dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal.

E. TB Paru kasus putus berobat

Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

a. Berobat > 4 bulan

1) BTA saat ini negatif

Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.2) BTA saat ini positif

Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lamab. Berobat < 4 bulan

1) Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama

2) Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan diteruskan.

F. TB Paru kasus kronik

Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES. Jika ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil itu (minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal dilakukan selama 18 bulan.

Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.

Pertimbangkan tindakan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.

Tabel 2.3 Ringkasan paduan obat

KasusPaduan obat yang diajurkanKet

I TB paru BTA +

BTA - , lesi luas2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE / 6 HE*2RHZE / 4R3H3

II Kambuh

Gagal pengobatan-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE-3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHEBila streptomi-sin alergi, dapat diganti kanamisin

II TB paru putus berobatSesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau

*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

III TB paru BTA (-) lesi minimal2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau*2RHZE /4 R3H3

IV- KronikRHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

V- MDR TBSesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2011

2.9.4 Kombinasi Obat

Pemakaian obat kombinasi dosis tetap 4 obat sebagai dosis yang efektif dalam terapi TB untuk menggantikan paduan obat tunggal sebagai bagian dari strategi DOTS. Tersedia obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) untuk paduan OAT kategori I dan II. Tablet OAT-KDT ini adalah kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet. Dosis paduan OAT-KDT untuk kategori I, II dan sisipan dapat dilihat pada tabel berikut.6Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori I : 2(RHZE)/4(RH)3Berat badanTahap Intensif tiap hari selama 56 hari

RHZE (150/75/400/275)Tahap Lanjutan 3x seminggu selama 16 minggu

RH (150/150)

30 37 kg2 tablet 4KDT2 tablet 4KDT

38 54 kg3 tablet 4KDT3 tablet 4KDT

55 70 kg4 tablet 4KDT4 tablet 4KDT

> 71 kg5 tablet 4KDT5 tablet 4KDT

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta. 2008Tabel 2.5 Dosis Paduan OAT KDT Kategori II: 2(RHZE)S/(RHZE)/5(HR)3E3

Berat

BadanTahap Intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + STahap Lanjutan 3x seminggu

RH (150/150) + E (400)

Selama 58 hariSelama 28 hariSelama 2 Minggu

30 37 kg2 tab 4KDT + 500mg

Streptomisin inj2 tab 4KDT2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol

38 54 kg3 tab 4KDT + 750mg

Streptomisin inj3 tab 4KDT3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol

55 70 kg4 tab 4KDT + 1000mg

Streptomisin inj4 tab 4KDT4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol

> 71 kg5 tab 4KDT + 1000mg

Streptomisin inj5 tab 4KDT5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta. 2008

Tabel 2.6 Dosis OAT untuk Sisipan

Berat BadanTahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (150/75/400/275)

30 37 kg2 tablet 4KDT

38 54 kg3 tablet 4KDT

55 70 kg4 tablet 4KDT

71 kg5 tablet 4KDT

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta. 2008

2.9.5 Efek Samping Pengobatan

Tabel 2.7 Efek Samping Pengobatan dengan OAT

Jenis ObatEfek Samping RinganEfek Samping Berat

Isoniazid (H)nyeri otot, kesemutan dan gangguan kesadaran, defisiensi piridoksin dan kelainan kulit.Hepatitis, ikhterus

Rifampisin (R)gatal-gatal kemerahan kulit, sindrom flu, sindrom perut. Hepatitis, sindrom respirasi, kadang disertai syok, purpura, anemia hemolitik akut, gagal ginjal

Pirazinamid (Z)Reaksi hipersensitifitas : demam, mual dan kemerahanHepatitis, nyeri sendi, serangan arthritis gout

Streptomisin (S)Reaksi hipersensitifitas : demam, sakit kepala, muntah dan eritema pada kulitKerusakan saraf VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran

Etambutol (E)Gangguan penglihatan Buta warna untuk warna merah dan hijau

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta. 2008DAFTAR PUSTAKA1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Perc. Infomedika Jakarta. 2005

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. 20043. Media Aesculapius FKUI. Kapita selekta kedokteran jilid II, edisi III. Jakarta 20004. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Harrisson's Principle of internal medicine 17th ed. New York: MGraw Hill companies. 2008

5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 20116. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta. 2008

19