Download pdf - Trauma Kapitis

Transcript

BAB I PENDAHULUANKasus trauma kapitis banyak dijumpai di samping trauma tulang, oleh karena bila penderita jatuh pada kecelakaan lalu lintas, sering kepala terkena lebih dahulu. Di Surabaya, frekuensi trauma kapitis meningkat dengan 18 % setiap tahunnya, sehingga secara kumulatif dalam lima tahun frekuensi dapat mencapai 100 % Trauma kapitis merupakan keadaan gawat darurat, sehingga harus segera ditangani. Pada trauma kapitis gangguan yang timbul dapat mengenai kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf otak, dan pembuluh darah. Banyak pasien korban kecelakaan yang mendatangi unit gawat darurat, dengan kondisicidera kepala, denganrata-rata 300 : 100.000 dari populasi pertahunnya membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit, dan 9 : 100.000 daripopulasimengalami kematian,halini terhitung dari 5000 pasien setiaptahunnya yang didata di Inggris. Sebagian dari kasus kematian ini tidak dapatterelakkan, tetapi sebagian kasus dapat dicegah. Penyebab yang paling utama dari cidera kepala adalah, kecelakaan lalulintas, jatuh, perkelahian, kecelakaan kerja, baikdi rumah maupun pada saat olah raga. Frekuensi penyebab terjadinyaciderakepalasangatlah bervariasi, bergantungjugadari usia pada masing-masing tempat di banyak negara. Di banyak negara, kegiatan preventif (pencegahan) dan punitif (pemberianhukuman) dalam pengukuran ambang batas alkohol, serta penggunaan sabuk pengaman,danketersediaan airbag, danjugapenggunaanhelm keselamatan, telah menurunkan jumlah angka kejadian. Sekali cidera kepala terjadi, tidak ada yang dapat mengelakkan kerusakan akibat benturan. Tujuan dari manajemen Cidera kepala adalah untuk meminimalisirkan kerusakan yang terjadi yang akanmengarahke komplikasi sekunder.

1

BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI KEPALAII.I ANATOMI Anatomi kepala terdiri dariy y y y y y

Kulit kelapa (scalp) Tulang tengkorak Meningen Otak Cairan serebrospinalis Tentorium

A. Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan (SCALP) yaitu :y y y y y

Skin Connective tissue atau sub kutan Aponeorosis galea Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar Perikranium

Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi pembuluh kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak. B. Tulang tengkorak Tulang tengkorak terdiri dari kubah atau kalvaria dan basis kranii. Kalvaria di regio temporalis tipis, namum dilapisi oleh otot temporalis. Sedangkan basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi atau dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu :

2

y y y

Fossa anterior Fossa media Fossa posterior

Fossa anterior adalah tempat dari lobus frontalis, fossa media adalah tempat lobus temporalis, sedangkan fosa posterior ad alah ruang bagian bawah batang otak dan serebelum.

C. Meningen Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arakhnoid, piamater. Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dan kranium. Karena tidak melekat erat pada selaput arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (subdura) yang terletak antara duramater dan arakhnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural . Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Pada beberapa tempat tertentu duramater membelah menjadi 2 lapis

3

membentuk sinus venosus besar yang mengalirkan darah vena dari otak. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Sinus sigmoideus umumnya lebih dominan di sebelah kanan. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menybabkan laserasi pada arteri-arteri ini dapat menyebabkan perdarahan epidural. Arteri yang paling sering mengalami cidera adalah arteri meningea media yang terletak di fosa temporalis (fosa media). Dibawah duramater terdapat selaput arakhnoid yang tipis dan tembus pandang, setelah itu terdapat lapisan piamater yang melekat erat pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh cidera kepala.

4

D. Otak Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum dan batang otak. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang dipisahkan oleh falks serebri (lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia atau disebut hemisfer dominan. Lobus fr ontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara motorik). Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Pada lobus temporal untuk mengatur fungsi memori tertentu. Sedangkan lobus parietalis untuk proses penglihatan. Batang otak terdiri dari mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian ayas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi untuk kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula obl ngata terdapat pusat o kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medula spinalis di bawahnya. Jika ada lesi kecil saja pada batang otak akan dapat menyebabkan defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan, terletak dalam fosa posterior.

5

E. Cairan serebrospinalis CSS dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan kecepatan produksi 20ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui voramen monro menuju ventrikel III, kemudian ke akuaduktus silvii menuju ventrikel IV, selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang subarakhnoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Jika terdapat darah dala CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan intrakranial atau hidrochepalus komunikan post trauma.

6

F. Tentorium Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang

supratentorial yang terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media dan ruang infratentorial yang berisi fosa kranii posterior. Mesensefalon (midbrain) menghubungkan hemisfer serebri dengan batang ota (pons dan medula k oblongata) dan berjalan melalui celah lebar tentorium serebeli yang disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.III) berjalan sepanjang tepi tentorium, dan saraf ini dapat tertekan bila terjadi herniasi lobus temporal, yang umum nya diakibatkan oleh adanya masa supratentorial atau edema otak. Serabut serabut parasimpatik berfungsi melakukan konstriksi pupil mata berjalan pada sepanjang permukaan nervus okulomotorius. Jika paralisis pada serabut ini menyebabkan penekanan nervus III akan mengakibatkan dilatasi pupil oleh karena tidak ada hambatan aktivitas serabut simpatik II.2 FISIOLOGI A. Tekanan Intrakranial Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial. Kenaikan tekanan intrakranial dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan ataupun memperberat iskemia. Tekanan intrakranial normal pada keadaan istirahat sebesar 10mmHg. Jika tekanan intrakranial lebih tinggi dari 20 mmHg akan mengakibatkan hasil yang buruk. B. Doktrin Monro-Kellie Adalah suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertian dinamika TIK. Konsep utamanya volume intrakranial harus selalu konstan. Bila ada massa seperti hematoma, kompensasi intrakranial mengeluarkan darah vena dari ruang intrakranial dengan volume yang sama, TIK akan tetap normal. Namun jika mekanisme kompensasi ini sudah terlampaui, maka kenaikan jumlah massa yang sedikit saja akan menyebabkan tekanan intrakranial yang tajam atau fase dekompensasi.

7

C. Aliran Darah ke Otak (ADO) ADO normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55ml/100gr jaringan otak permenit. Pada anak usia 1 tahun hampir sama dengan ADO orang dewasa, tetapi pada usia 5 tahun ADO bisa mencapai 90ml/100gr/menit, dan secara gradual menurun sebesar ADO dewasa. Cidera otak berat s ampai koma dapat menurunkan 50% dari ADO dalam 6-12 jam pertama sejak trauma. ADO biasanya akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita koma, ADO tetap berada di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah trauma. ADO yang terlampau rendah tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme otak segera setelah trauma, sehingga akan mengakibatkan iskemi otak fokal ataupun menyeluruh. Jadi untuk mempertahankan ADO tetap konstan, pembuluh darah prekapiler otak memiliki kemampuan untuk berk onstriksi atau dilatasi sebagai respon terhadap perubahan kadar PO2 atau PCO2 darah atau disebut autoregulasi kimiawi. Pada cidera otak berat dapat mengganggu kedua mekanisme autoregulasi tersebut. Konsekuensinya adalah terjadi penurunan ADO karena trauma akan mengakibatkan iskemi dan infark otak. Iskemi dengan mudah diperberat oleh adanya hipotensi, hipoksia, atau hipokapnia karen hipoventilasi a yang agresif. Oleh karena itu semua tindakan ditujukan untuk meningkatkan aliran darah dan perfusi otak dengan c ara menurunkan volume intravaskuler, mempertahankan tekanan arteri rata-rata dan mengembalikan oksigenasi.

8

BAB III PEMBAHASAN

I. DEFINISI Cidera kepala adalah trauma pada kepala tanpa menyebabkan gang guan dari fungsi jaringan otak. Sedangkan cidera otak adalah trauma pada kepala yang disertai oleh gangguan fungsi dari otak baik fungsi motorik, sensorik atau autonom. Cidera otak sekunder adalah cidera otak yang disebabkan karena salah dalam penanganannnya II. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA Mekanisme Tumpul - Kecepatan tinggi - Kecepatan rendah Tembus Benturan - Luka tembak - Cidera tembus lain - Kompresi - Akselerasi - Deselerasi Guncangan - Akselerasi - Deselerasi Beratnya Ringan Sedang Berat Morfologi Fraktur tengkorak :y y

- GCS 14 -15 - GCS 9 13 - GCS 3 - 8

Kalvaria Basis kranii

- Garis vs Bintang - Depresi / non depresi - Terbuka / tertutp

9

-

Dengan

/

tanpa

kebocoran CSS - Dengan / tanpa paresis N.VII Lesi Intrakranial : Fokal - Epidural - Subdural - Coup - Contracoup - Intraserebral Difus - Konkusi - Konkusi multipel - Hipoksia / iskemik

Cidera kepala di klasifikasikan dala berbagai aspek. Berdasarkan mekanisme, beratnya, morfologi. A. Mekanisme cidera kelapa Cidera otak dibagi atas cidera tumpul dan cidera tembus. Cidera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Sedangkan cidera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan. B. Beratnya cidera GCS atau Glasgow Coma Scale digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cidera otak. Jenis Pemeriksaan Mata (E)y

Nilai

Spontan

4 3

10

y y y

Terhadap suara Terhadap nyeri Tidak ada

2 1

Verbal (V)y y y y y

Orientasi baik Bicara kacau atau bingung Kata-kata tidak teratur Suara tidak jelas Tidak ada

5 4 3 2 1

Motorik (M)y y y y y y

Ikut perintah Melokalisir nyeri Fleksi normal Fleksi abnormal Ekstensi abnormal Tidak ada

6 5 4 3 2 1

C. Morfologi 1. Fraktur Kranium Dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis/linier atau bintang/stelata dan dapat pula terbuka atau tertutup. Untuk memastikannya harus dilakukan CT scan dengan teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda klinis dari fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda nya antara lain :y y

Raccoon eyes Ekimosis retroaurikule (bettle sign)

11

y y y

Rhinorrhea, otorrhea Paresis nervus facialis Gangguan pendengaran

Fraktur dasar tengkorak yang menyilang kanalis karotikus dapat merusak arteri karotis. Fraktur kranium terbuka dapat mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaput dara. Bila ditemukan fraktur linier pada kalvaria kemungkinan adanya perdarahan intrakranial meningkat sampai 400 kali. Pada penderita koma kemungkinan ditemukannya perdarahan intrakranial pada fraktur linier adalah 20 kali karena resiko adanya perdarahan intrakranial memang sudah lebih tinggi. 2. Lesi Intrakranial Lesi ini di klasifikasikan sebagai lesi fokal atau lesi difus, walaupun kedua jenis ini sering terjadi bersamaan. Yang termasuk lesi fokal adalah

12

y y y

Perdarahan epidural Perdarahan subdural Perdarahan intracerebral

A. Cidera otak difus Mulai dari konkusi ringan sampai dimana gambaran CT scan normal sampai kondisi yang sangat buruk. Pada konkusi penderita biasanya kehilangan , kesadaran dan mungkin mengalami amnesia retro atau anterograd. Cidera otak difus yang berat biasanya diakibatkan karena hipoksia, iskemi dari otak karena syok yang berkepanjangan atau periode apneu yang terjadi segera setela trauma. h Selama ini dikenal istilah cidera aksonal difus (CAD) prognosanya sangat jelek. Karena ada kerusakan dalam akson dan terlihat pada manifestasi klinis. B. Perdarahan epidural Relatif jarang terjadi. Kemungkinan hanya 0,5% dari semua kasus cidera otak dan 9% dari penderita yang mengalami koma. Hematom epidural terletak diluar dura tetapi terletak di dalam rongga tengkorak dan cirinya berbentuk biconveks. Sering terletak di area temporal atau temporoparietaldan biasanya disebabkan oleh arteri meningea media akibat fraktur tulang tengkorak. Gumpalan darah yang terjadi biasanya berasal dari arteri, namun dapat juga terjadi akibat robekan vena. Biasanya akan terjadi lucid interval. Lucid interval adalah suatu keadaan sadar diantara dua tidak sadar setelah terjadi cedera otak.

13

GCS 15 13 11 9 7 5 3 0 Time Grafik 1.1 Lucid Interval C. Perdarahan subdural Peradarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural kira-kira 30% dari cidera otak berat. Perdarahan ini terjadi akibat robeknya venavena kecil yang superfisial di korteks serebri atau laserasi otak. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak di bawahnya lebih berat dan prognosanya jauh lebih buruk dibanding perdarahan epidural D. Kontusio dan perdarahan intraserebral Kontusio terjadi 20% sampai 30% dari cidera otak berat dan sebagian besar terjadi pada lobus frontalis. Kontusio serebri dapat dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi perdarahan intracerebral yang membutuhkan tindakan operasi.

14

BAB IV DIAGNOSAIV.IPemeriksaan fisiky y y

Periksa jalan nafas Pemeriksaan neurologis Periksa kesadaran penderita (GCS)

IV.II Pemeriksaan penunjang Pemeriksaa CT scan harus segera dilakukan secepat mungkin, segera setelah hemodinamik normal. Pemeriksaan CT Scan ulang harus juga dapat dikerjakan bila terjadi perubahan status klinis penderita dan secara rutin 12 -24 jam setelah trauma bila dijumpai gambaran kontusio atau hematom pada CT scan awal.

15

BAB V PENATALAKSANAANV.I Penatalaksanaan cidera otak ringan

Penatalaksanaan cidera kepala ringan Observasi atau dirawat di RS CT scan tidak ada CT scan abnormal Semua luka tembus Riwayat hilang kesadaran Kesadaran menurun Sakit kepala sedang-berat Intoksikasi alkohol atau obat-obatan Kebocoran liquor Tidak ada keluarga di rumah GCS < 15 Defisit neurologis fokal

Dipulangkan dari RS Tidak menenuhi kriteria rawat

Penatalaksanaan cidera otak sedang Definisi : penderita tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih dapat menuruti perintah GCS 9-13

16

Pemeriksaan awal : DL CT scan Observasi

Setelah dirawat : Pemeriksaan neurologis periodikCT scan ulang bila kondisi pasien memburuk

Penatalaksanaan awal cidera otak berat Definisi : penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana Kesadaran menurun GCS 3-8 Pemeriksaan : ABCDE Primary survey dan resusitasi Secondary survey Re evaluasi neurologis - Respon buka mata - Respon motorik - Respon verbal - Reflek cahaya pupil Obat-obatan - manitol - hiperventilasi sedang (PCO2 < 35 mmHg) - antikonvulsan

V.II Penatalaksanaan non operatif A. Primary survey dan resusitasi

17

Cidera otak sering diperburuk akibat cidera otak sekunder. Penderita cidera otak berat dengan hipotensi mempunyai mortalitas 2 kali lebih banyak dibanding penderita tanpa hipotensi. a. Airway dan Breathing Terhentinya pernafasan sementara sering terjadi pada cidera otak dan dapat mengakibatkan gangguan sekunder. Intubasi endotrakeal d ini harus segera dilakukan pada penderita koma. Dilakukan ventilasi dengan oksigen 100%. b. Sirkulasi Hipotensi biasanya disebabkan oleh cidera otak itu sendiri kecuali pada stadium terminal dimana medula oblongata sudah mengalami penderita dengan hipotensi harus segera dilakukan gangguan. Perdarahan intrakranial tidak dapat menyebabkan syok hemoragik. Pada volume yang hilang. B. Secondary Survey Pemeriksaan neurologis serial harus selalu dilakuakn untuk deteksi dini adanya gangguan neurologis. Tanda awal dari he rniasi lobus temporal (unkus) adalah dilatasi pupil dan hilangnya refleks pupil terhadap cahaya. C. Terapi medikamentosa Tujuan utama perawatan intensif adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan sekunder terhadap otak yang telah mengalami cidera. Prinsip dasarnya adalah bila sel saraf diberikan suasana yang optimal untuk pemulihan, maka diharapkan dapat berfungsi normal kembali. 1. Cairan intravena Bertujuan untuk resusitasi, agar penderita tetap dalam keadaan normovolemi. Penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat menyebabkan hiperglikemi yang berakibat buruk pada cidera otak. Cairan stabilisasi untuk mencapai euvolemia.Pemberian cairan untuk mengganti

18

yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan garam fisiologi yaitu Ringers Laktat. 2. Hiperventilasi Hiperventilasi dilakukan dengan menurunkan PCO2 dan akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak. Hiperventilasi yang berlangsung terlalu lama dan agresif dapat menyebabkan iskemia otak akibat terjadinya vasokontriksi serebri berat sehingga menimbulkan gangguan perfusi otak. PCO2 dipertahankan pada 35 mmHg atau lebuh. Hiperventilasi dalam waktu singkat (PCO2 antara 25-30 mmHg). 3. Manitol Manitol digunakan untuk menurunkan TIK yang meningkat. Dosis yang dipakai 1g/kgBB diberikan secara bolus intravena. Indikasi karena pemakaian manitol adalah deteriosasi neurologis yang akut, sepertiterjadinya dilatasi pupil, hemiparesis atau kehilangan kesadaran. Manitol menurunkan tekanan atau volume cairan cerebrospinal dengan cara meninggikan tekanan osmotik plasma. Dengan cara ini, air dari cairan otak akan berdifusi kembali ke plasma dan ke dalam ruangan ekstrasel. 4. Furosemid atau Lasix Obat ini diberikan bersama manitol untuk menurunkan TIK. Dosis yang adalah 0,3-0,5 mg/kgBB secara intravena. Pemberiannya bersamaan dengan manitol karena mempunyai efek sinergis dan memperpanjang efek osmotik serum manitol. 5. Barbiturat Bermanfaat untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap obatobat lain. Namun barbiturat ini tidak dianjurkan pada fase akut resusitasi. 6. Antikonvulsan Epilepsi pasca trauma terjadi 5% dengan cidera otak tertutup dan 15% pada cidera kepala berat. Fenitoin bermanfaat untuk mengurangi terjadinya kejang dalam minggu pertama. Untuk dosis awal adalah 1g secara intravena dengan kecepatan pemberian 50mg/menit. Dosis pemeliharaan biasanya 100mg/8 jam. Pada pasien dengan kejam lama,

19

pemberian diazepam atau lorazepam sebagai tambahan fenitoin sampai kejang berhenti. Karena dapat menyebabkan cidera otak sekunder. VII.III Penatalaksanaan Operatif 1. Luka kulit kepala Hal melakukan yang terpenting adalah membersihkan luka sebelum penjahitan. Debridement yang tidak adekuat akan

menyebabkan infeksi luka kepala. Perdarahan dari luka kulit kepala dapat diatasi dengan penekanan, kauterisasi atau ligasi pembuluh darah besar. Jahit, pasang klips atau staples. Inspeksi, apakah ada fraktur tengkorak atau benda asing. 2. Fraktur impresi tengkorak Fraktur depresi yang tidak signifikan dapat ditolong dengan menutup kulit kepala yang laserasi. 3. Lesi massa intrakranial Dilakukan kraniotomi dan atau burrhole. Kraniotomi biasanya dimaksudkan suatu tindakan yang lebi besar daripada sekedar membuat lubang bor. Burrhole pada kranium untuk eksplorasi atau evakuasi hematom (SDH kronis atau higroma) VII.IV Tehnik Operasi 1. Kraniotomi atau Trepanasi Trepanasi / kraniotomiadalahsuatutindakanmembukatulangkepala yang bertujuanmencapaiotakuntuktindakanpembedahandefinitif. ecarasementar S amembuatbone flapdandisingkirkandarikepalasupayabisadilakukanpengeluarandaribekuan darah SDH atau EDH.Bone flapdidapatdenganmengeborempattitikpadakraniumdanmembuatgaris linear yang menghubungkanempattitiktersebutsehinggaterbentuk bone flap.

20

2. Burrhole Tindakan pembedahan yang ditujukan langsung pada tempat lesi atau tempat adanya bekuan darah EDH dan mengeluarkan bekuan darah tersebut dengan hanya membuat satu lubang pada tempat lesi.

21

DAFTAR PUSTAKA1. Syamsuhidayat, R. Wim, de Jong. Buku-Ajar Ilmu Bedah, Ed.-2. Jakarta: EGC; 2004. 2. Kenneth W. Lindsay and friends; Section IVlocalised Neurological Disease and Itsmanagement A Intracranial HEAD INJURY; Neurology and Neurosurgery Illustrated, Third Edition, Churcil Livingston, 1997; page 214233. 3. ATLS, advanced trauma life support, edisi 7 4. Denise L Morales; Brain Contusion Imaging, Emedicinie, Updated: http://emedicine.medscape.com/article/337782Feb 22, 2010. 5. Williams, Norman S. Bailey and Loves Short Practice of Surgery. Hodder Arnold. Great Britain. 2004

22