Transcript
Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN BAYAH MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA

SETELAH MENDAPAT PENYULUHAN

Nila Rosalina Hidayati, Saleha Sungkar, Beti Ernawati Dewi

Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu

mendapatkan pengetahuan mengenai malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

murid sekolah mengenai gejala klinis pada malaria setelah mendapat penyuluhan di Kecamatan Bayah,

Provinsi Banten. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada

tanggal 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan mengenai gejala klinis pada malaria. Hasilnya menunjukkan, responden perempuan berjumlah

60 orang (56,6%) dan laki-laki 46 orang (43,4%). Usia < 12 tahun 41,5% dan > 12 tahun 58,5%. Tingkat

pengetahuan baik sebanyak 9 orang (8,5%), cukup 18 orang (17%), dan kurang 79 orang (74,5%).

Seluruh responden pernah mendapat informasi mengenai gejala klinis pada malaria. Berdasarkan uji chi-

square, tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan usia,

jenis kelamin, dan sumber informasi paling berkesan. Pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak

terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan kegiatan, jumlah

sumber informasi dan riwayat menderita dalam keluarga. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gejala

klinis pada malaria tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari,

jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga.

Kata kunci: gejala klinis; malaria; murid sekolah; tingkat pengetahuan

Knowledge Level Regarding Malaria Clinical Manifestations of Students in Bayah Subdistrict

After Given A Health Education.

Abstract

Malaria is a public health problem in Indonesia. Therefore, people need to gain knowledge about malaria.

This study aims to determine knowledge level regarding malaria clinical manifestations of students in

Bayah after getting health education. The study was conducted with cross-sectional design. Data was

collected on 16-18 October 2009 by interviewing respondents using a questionnaire consisting

questions about clinical manifestations on malaria. The results show female respondents totaled 60 people

(56,6%) and male respondents 46 people (43,4%). There are 9 people (8,5%) with good knowledge level, 18

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

people (17%) moderate knowledge level, and 79 people (74,5%) with poor knowledge level. All

respondents had received information about malaria clinical manifestations. Chi-square test showed no

significant differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with age,

gender, and the most impressive source of information. Kolmogorov-Smirnov showed no significant

differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with daily activities, the

number of information sources and history of suffering from malaria in the family. It can be concluded that

knowledge level regarding malaria clinical manifestations and not associated with all respondents demographic

characteristics.

Keywords: clinical manifestations; knowledge level; malaria; students

Pendahuluan

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Malaria menjadi salah satu perhatian global karena

kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi.

Malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia, salah satunya di

Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pada umumnya KLB disebabkan

oleh perubahan lingkungan, migrasi penduduk dan pembangunan yang tidak berwawasan

lingkungan sehingga tempat perindukan vektor malaria semakin meluas. Pada tahun 2005,

terjadi KLB malaria di Kabupaten Lebak yang menyebabkan 480 orang menderita

malaria dan di Kecamatan Bayah sebanyak 191 orang.1 Pada tahun 2006 terdapat 400

penderita malaria dan pada tahun 2007 menurun menjadi 209 orang. Pada tahun 2008

terdapat 109 penderita malaria namun meningkat kembali menjadi 205 orang pada tahun

2009.2

Malaria menimbulkan gejala klinis berupa menggigil, demam tinggi dan berkeringat.3

Jika gejala tersebut tidak diatasi dapat mengakibatkan komplikasi berupa kejang, hipoglikemi,

syok, koma, dan kematian.4 Oleh karena itu, untuk mencegah komplikasi dan kematian,

warga perlu diberikan penyuluhan mengenai gejala klinis malaria. Jika telah mengenal gejala

klinis, diharapkan warga dapat segera memberikan pertolongan pertama dan segera

ke puskesmas untuk mendapat pertolongan definitif. Karena sebagian besar warga

Bayah berpendidikan rendah dan umumnya anak mereka lebih pandai, maka penyuluhan

diberikan kepada murid sekolah. Selain penyuluhan, leaflet dan booklet mengenai malaria

juga diberikan kepada murid untuk dipelajari di rumah. Diharapkan, murid sekolah akan

menyampaikan hasil penyuluhan tersebut kepada orangtua dan keluarga mereka di rumah.

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Satu bulan sesudah mendapat penyuluhan dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah

tingkat pengetahuan murid telah mencapai kategori baik.

Tinjauan Teoritis

1 Malaria

1.1 Definisi dan Epidemiologi

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang

eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Malaria

memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali.5 Malaria sampai

saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup

tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh dunia, terutama negara - negara beriklim

tropis dan subtropis. Menurut WHO, pada tahun 2008, 109 negara di dunia merupakan

negara endemis.6 Sekitar 2,5 milyar penduduk dunia berisiko dan setiap tahunnya

ditemukan 350-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan lebih dari satu juta kematian

terutama di negara-negara benua Afrika.7,8

Di Indonesia, daerah yang mempunyai kasus malaria tinggi dilaporkan dari kawasan timur

Indonesia antara lain provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi

Tenggara.4 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta

penderita malaria dengan 38 000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk

Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Dari 293 kabupaten/kota

di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria.4,9 Di pulau Jawa

terdapat 86 131 kasus malaria. Dari total kasus tersebut, sebanyak 830 kasus terjadi di Jawa

Barat dan 311 kasus di Banten. Terdapat 26 daerah endemis malaria di Banten, termasuk

Kabupaten Lebak. Pada tahun 2005, terdapat KLB malaria di Kabupaten Lebak dengan

jumlah penderita mencapai 184 orang dan 173 diantaranya merupakan penduduk

Kecamatan Bayah.2

1.2 Etiologi

Malaria disebabkan oleh Plasmodium dari kelas Sporozoa dan ditularkan melalui gigitan

Anopheles yang menyerang eritrosit manusia.10 Terdapat 4 spesies malaria yaitu P. vivax,

P. falciparum, P. malariae dan P. ovale. P. vivax menyebabkan malaria vivax yang

disebut juga sebagai malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae

atau malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P.

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini

paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam

waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan

berbagai komplikasi di dalam organ tubuh.9,11

1.3 Patogenesis

Plasmodium, parasit malaria, memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia

dan nyamuk Anopheles betina.11

1.5 Gejala Klinis

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi

malaria. Berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium, daerah asal infeksi,

usia (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan

kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya.5

Manifestasi Umum Malaria

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit

(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan

pada pengobatan sebelumnya atau padaderajat resistensi hospes. Selain itu juga cara

infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfusi

darah yang mengandung stadium aseksual).19

2. Gejala prodromal

Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam. Keluhan antara lain

lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, perut

tak enak, diare ringan dan kadang- kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal

sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan pada P. falciparum dan P. malariae

keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.19

3. Gejala umum

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria paroxysm) secara berurutan:

a. Periode dingin

Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus diri dengan

selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi

saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15

menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.19

b. Periode panas

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas tubuh tetap tinggi, dapat

sampai 40°C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri

kepala, muntah-muntah, dapat terjadi syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat

sampai 2 jam

atau lebih.1

c. Periode berkeringat

Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi

keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh

seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali. Di daerah

endemis malaria dimana penduduk telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik

di atas timbul tidak berurutan bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang

muncul gejala lain. Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam.

Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium

eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.20,21

Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, lebih sering terjadi pada infeksi

P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat atau tidak ada.

Terdapat beberapa keadaan klinik pada perjalanan infeksi malaria, yaitu:

a. Serangan primer

Yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang

terdiri dari dingin/ menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat

pendek atau panjang tergantung dari banyaknya parasit dan keadaan imunitas

penderita.19

b. Periode laten

Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya

terjadi diantara dua keadaan paroksismal. Periode laten dapat terjadi sebelum atau sesudah

serangan primer. Pada periode tersebut parasit tidak ditemukan dalam peredaran darah tapi

infeksi masih berlangsung.19

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

c. Rekrudesensi

Berulangnya gejala klinis dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya

serangan primer.Rekrudesensi dapat terjadi sesudah periode laten serangan primer. 19

d. Rekurensi

Berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.

Keadaan tersebut juga menerangkan apakah gejala klinis disebabkan oleh kehidupan

parasit yang berasal dari bentuk di luar eritrosit (hipnozoit) atau parasit dari bentuk

eritrositik.19

e. Relaps

Relaps merupakan keadaan berulangnya gejala kilnis atau parasitemia yang lebih lama dari

waktu di antara serangan periodik dari infeksi primer. Istilah relaps dipakai untuk

menyatakan berulangnya gejala klinis setelah periode lama dari masa laten, sampai 5

tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati)

pada malaria vivax atau ovale.1

Malaria vivaks

Pada hari-hari pertama panas irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten. Pada

saat itu perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas

menjadi intermiten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan

paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam

waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai

menurun setelah 14 hari, limpa masih membesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir

minggu kelima, panas mulai turun. Manifestasi klinis malaria vivax dapat berat, tetapi tidak

terlalu berbahaya, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria

serebral dapat terjadi walaupun jarang (pada P. vivax multinucleatum). Edema tungkai

disebabkan oleh hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi

karena seringnya terjadi relaps. Terdapat 3 tipe relaps pada malaria vivax yang bergantung

pada sub- spesies Plasmodium:

Tipe I: inkubasi pendek (12-20 hari), relaps sering terjadi dan periode laten tidak memanjang.

Tipe II: inkubasi pendek (2-20 hari), periode laten panjang (7-13 bulan), diikuti satu atau

lebih relaps selama periode laten.

Tipe III: inkubasi panjang (6-9 bulan), periode laten panjang (7-13 bulan), relaps terjadi

sesudah serangan primer yang terlambat atau selama periode

laten.19

Malaria malariae

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Pada serangan pertama, gejala mirip dengan malaria vivax, namun, serangan demam pada

malaria ini lebih teratur dan terjadi sore hari.Malaria ini dapat menyebabkan kelainan

ginjal yang dapat bersifat menahun dan progresif serta berprognosis buruk.Dibandingkan

dengan malaria vivax, anemia pada malaria ini kurang jelas, namun splenomegali dapat

mencapai ukuran yang besar. Nefrosis pada malaria kuartana sering terjadi pada anak di

Afrika.Meskipun parasitemia tidak tinggi (1%), namun semua stadium parasit aseksual

dapat ditemukan pada darah tepi.

Mekanisme rekurensi pada malaria ini disebabkan oleh parasit dari daur eritrosit menjadi

banyak yang stadium aseksual dari daur eritrositnya dapat bertahan lama di dalam tubuh

manusia. Parasit-parasit ini terlindung dari pertahanan sistem imun humoral maupun

selular manusia karena memiliki faktor evasi, yaitu parasit dapat menghindar dari pengaruh

zat antibodi dan fosgositosis, selain itu variasi antigen yang terus menerus berubah menjadi

penyebab bertahannya parasit-parasit tersebut.22

Malaria ovale

Merupakan bentuk yang paling ringan di antara semua jenis malaria. Gejala klinis

hampir sama dengan malaria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan

perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan

menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba. Parasitemia seperti

pada malaria vivax, dan gametosit terlihat pada minggu pertama.19

Malaria falciparum

Merupakan bentuk yang paling berat yang ditandai dengan panas irregular, anemia,

splenomegali, parasitemia yang banyak, dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14

hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, dan parasitemia tinggi dan

menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai, yaitu sakit

kepala, nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit sulit

ditemukan pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya irregular dan tidak

periodic dan sering terjadi hiperpireksia dengan temperature diatas 40°C. Gejala lain berupa

banyak keringat walaupun temperature normal. Jika infeksi memberat nadi cepat, mual,

muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai

lebih sering dan sering pada perabaan; hati membesar dan timbul ikterus. Terdapat

anemia ringan dan leukopeni dengan monositosis. Infeksi dapat segera diatasi bila pada

stadium dini penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik.19 Pembesaran limpa

(splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria. Limpa akan teraba 3 hari setelah

serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia

karena P. falciparum. Anemia disebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan,

eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan gangguan pembentukan

eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis).

Jenis anemia pada malaria dapat berupa anemia hemolitik, normokrom dan normositik

atau hipokrom. Dapat juga terdapat anemia makrositik bila terdapat kekurangan asam folat.

Pada darah tepi selain parasit malaria, dapat ditemukan polikromasi, anisositosis, poikilositosis,

sel target, basophilic stippling pada sel darah merah.Pada anemia berat dapat terlihat Cabot’s

ring, Howel Jolly bodies dan sel darah merah yang berinti.23

Metode penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan

cross sectional yaitu penelusuran dilakukan pada suatu saat tertentu, artinya tiap subyek

hanya diobservasi satu kali, pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan

tersebut, dan tidak ada perlakuan terhadap responden. Pengambilan data pada tanggal 16-18

Oktober 2009, yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bayah, Kecamatan

Bayah, Provinsi Banten. MTs dipilih karena merupakan sekolah yang memiliki jumlah murid

terbanyak di Kecamatan Bayah. Populasi target pada penelitian ini adalah murid sekolah

di Kecamatan Bayah. Populasi terjangkau penelitian ini adalah murid MTs Negeri Bayah

yang berada di lokasi pengambilan data pada tanggal 16 – 18 Oktober 2009. Subjek penelitian

ini adalah murid MTs Negeri Bayah yang berada di lokasi pengambilan data pada tanggal

16 – 18 Oktober 2009,dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada

penelitian ini yaitu tercatat sebagai murid MTs Negeri Bayah, berada di lokasi

pengambilan data saat pengambilan data berlangsung, serta bersedia diwawancarai dalam

penelitian ini. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah murid MTs yang tidak mampu

berkomunikasi dengan baik, tidak hadir di tempat saat pengambilan data, dan tidak kooperatif

saat proses pengambilan data.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

simple random sampling. Dipilih 106 murid secara acak kemudian hasilnya akan

digunakan untuk memilih responden penelitian. Seluruh murid MTs yang terpilih, secara

langsung akan menjadi responden penelitian dengan menjawab langsung pertanyaan kuesioner

dari peneliti.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari,

jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

menderita malaria dalam keluarga. Variabel tergantungnya yaitu tingkat pengetahuan mengenai

gejala klinis malaria. Pengambilan data responden penelitian dilakukan secara langsung tanpa

ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada murid MTs Negeri Bayah di lokasi penelitian

sehingga validita dan reabilitas responden dapat dipertanggungjawabkan. Verifikasi data

dilakukan oleh peneliti setelah wawancara selesai. Data yang didapatkan dari pengisian

kuesioner diperiksa kelengkapan dan kesesuaiannya segera setelah pengambilan data selesai

dilakukan. Data yang telah lengkap dan sesuai diklasifikasikan sesuai dengan skala

pengukurannya masing-masing yaitu numerik, ordinal, dan nominal. Jenis kelamin,

kegiatan sehari-hari, sumber informasi yang paling berkesan dan riwayat menderita

malaria dalam keluarga diklasifikasikan ke dalam skala nominal, sedangkan kelompok usia ke

dalam skala ordinal. Selain itu, kumulasi nilai pengetahuan responden tentang malaria akan

diklasifikasikan ke dalam skala ordinal. Data dianalisis menggunakan program SPSS 17.0.

Analisis univariat digunakan untuk distribusi frekuensi variabel dependen dan variabel

independen. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Dalam menganalisis hubungan antara tingkat

pengetahuan murid kelas 7-8 MTs Negeri Bayah dengan karakteristik demografi mereka,

peneliti menggunakan uji chi-square dan uji Kolmogorov-Smirnov.

Hasil penelitian

Data Umum

Kecamatan Bayah terletak di wilayah selatan Kabupaten Lebak dengan jarak

140 km dari Ibukota Kabupaten. Kecamatan Bayah memiliki luas sebesar 15.643 Hektar

dengan kondisi tanah perbukitan dan sebagian lahan kehutanan, perkebunan, tambang

batubara, tambang emas dan tambang pasir. Tambang tersebut sering meninggalkan banyak

lubang galian yang akan terisi air saat hujan. Kondisi tersebut sesuai dengan tempat

berkembangbiak vektor malaria, yaitu Anopheles.

MTs Negeri Bayah merupakan salah satu sekolah di Kecamatan Bayah yang

setara dengan sekolah menengah pertama (SMP). Jumlah semua murid adalah 371 orang

(laki-laki 55% dan perempuan 45%). Jumlah tersebut terdiri atas kelas VII (112 murid), VIII

(132 murid), dan IX (127 murid). Di kelas VII terdapat 43 murid laki-laki dan 69 murid

perempuan, di kelas VIII terdapat 65 murid laki-laki dan 67 murid perempuan, serta di

kelas IX terdapat 56 murid laki-laki dan 71 murid permepuan. Kelas VII, VIII, dan IX

masing-masing terdiri atas 4 kelas sehingga terdapat total 12 kelas.

Data Khusus

Survei dilakukan terhadap 106 murid MTs. Responden terbanyak berusia >12

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Variabel Kategori Jumlah % Usia ≤ 12 tahun 44 41,5

> 12 tahun 62 58,5

Jenis kelamin

Laki-laki

46

43,4

Perempuan 60 56,6

Riwayat menderita malaria

Tidak

84

79,2 Ya 22 20,8

Kegiatan

Pengajian

54

50,9 Membantu di rumaha 4 3,8 Bermain di sekitar rumahb 48 45,3

tahun (58,5%), responden yang tidak memiliki riwayat menderita malaria dalam keluarga

(79,2%) lebih banyak daripada responden yang memiliki riwayat menderita malaria

dalam keluarga. Responden perempuan (56,6%) lebih banyak daripada responden laki-laki.

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pengajian 50,9% (Tabel 4.2.1).

Tabel 4.2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kegiatan dan Riwayat

Menderita Malaria

Tabel 4.2.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi

Jumlah Sumber Informasi Jumlah %

Tidak Mendapat Informasi 0 0 Hanya 1 Sumber Informasia 18 17,0

2 Sumber Informasib 17 16,0

3 Sumber Informasic 23 21,7

4 Sumber Informasid 17 16,0

5 Sumber Informasie 12 11,3

6 Sumber Informasif 19 17,9 Keterangan: a, b, c dan d digabung untuk keperluan analisis

e dan f digabung untuk keperluan analisis

Dari Tabel 4.2.2 diketahui bahwa semua responden pernah mendapat informasi mengenai

malaria dan umumnya responden mendapatkan informasi dari tiga sumber

(21,7%).

Pada Tabel 4.2.3 diketahui bahwa 57,5% responden menyatakan sumber informasi

tentang yang paling berkesan didapat dari petugas kesehatan.

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) 61 57,5 Media elektronik (televisi, radio)a 32 30,2 Keluargab 4 3,8 Media cetak (koran, majalah)c 3 2,8 Temand 3 2,8 Sekolahe 2 1,9 Lain-lainf 1 0,9 Tetanggag 0 0

Tabel 4.2.3 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang

Paling Berkesan

Sumber Informasi yang Paling Berkesan Jumlah %

Keterangan: a, b,c, d, e, f, g digabung untuk keperluan analisis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai

gejala klinis pada malaria tergolong kurang (74,5%). Sementara itu,

17% responden tergolong sedang dan 8,5% berpengetahuan baik. Tingkat pengetahuan

responden mengenai gejala klinis pada malaria dinilai berdasarkan pengetahuannya terhadap

gejala utama pada malaria, gejala malaria lainnya, pola demam pada malaria, dan gejala

malaria yang sudah parah.

Pertanyaan pertama pada kuesioner adalah mengenai gejala utama pada malaria.

Sebanyak 26,4% responden menjawab demam tinggi. Sebagian besar responden lainnya

(68,9%) menjawab demam tinggi atau menggigil atau berkeringat banyak dan sisanya

tidak mengetahui gejala utama malaria (4,7%).

Pertanyaan kedua pada kuesinoer adalah mengenai gejala malaria lainnya.

Sebayak 10 orang menjawab dengan lengkap yaitu mual muntah, lemas, nyeri otot, pucat, dan

pusing. Sebanyak 81 responden memilih mual muntah, lemas, pucat, pusing, sedangkan

nyeri otot dijawab 6 orang, sisanya tiga orang menjawab tidak tahu

Pertanyaan ketiga pada kuesioner adalah mengenai pola demam malaria. Didapatkan

hasil sebanyak 24 responden (22,6%) yang menjawab kambuh pada waktu tertentu

tergantung jenis malaria, 37 responden (35%) menjawab demam terus menerus, serta 45

responden (42,4%) menjawab tidak tahu.

Pertanyaan keempat adalah mengenai tanda malaria yang sudah parah. Sebanyak

42,4% responden menjawab tidak sadarkan diri dan kulit dingin, 25% menjawab demam

tinggi terus menerus, 2,0% menjawab kencing hitam, 2,0% menjawab kulit kuning, 23%

menjawab tidak tahu, dan sisanya 5,6% responden menjawab dengan lengkap (tidak

sadarkan diri, demam tinggi terus menerus, kencing hitam, kulit dingin, kulit kuning).

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Buruk Sedang Baik Usia < 12 tahun 36 6 2 ,300 chi-square

> 12 tahun

43

12

7

Jenis kelamin

Laki-laki 38 5 3 ,238 chi-square

Perempuan 41 13 6

Kegiatan sehari-hari

Pengajian

34

10

5

,970

Kolmogorov-

Smirnov Selain

Pengajian 45 8 4

Jumlah sumber informasi

< 3

>3

48

31

8

10

2

7

,351 Kolmogorov- Smirnov

Sumber informasi yang paling

Petugas kesehatan

46

33

9

9

6

9

,690

chi-square

berkesan Non petugas kesehatan

riwayat

Tidak

66

12

6

,523

kolmogorov-

menderita malaria

Ya 13 6 3 smirnov

Pada Tabel 4.2.4 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai gejala

klinis malaria tidak berbeda bermakna dengan usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari,

jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita

malaria dalam keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tida

berhubungan dengan karakteristik demografi responden.

Tabel 4.2.4 Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis

Malaria dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

Variabel Kategori

Tingkat Pengetahuan P Uji

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Diskusi

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Kinis Malaria

Pengetahuan merupakan komponen penting dalam kehidupan. Peningkatan pengetahuan

mengenai kesehatan mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang. Salah satu cara untuk

meningkatkan pengetahuan adalah dengan memberikan penyuluhan, dalam hal ini

pengetahuan mengenai gejala klinis malaria. Peningkatan pengetahuan tersebut diharapkan

dapat membuat seseorang mengenal gejala klinis malaria dengan benar agar dapat

mewaspadai gejala awal malaria dan segera berobat ke dokter atau rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai

gejala malaria masih tergolong kurang. Sudarsono,30 berpendapat bahwa pengetahuan

berperan terhadap kejadian malaria yaitu seseorang dengan tingkat pengetahuan yang

baik akan memberikan kepedulian yang lebih besar.

Faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang kurang antara lain jarak

survei tingkat pengetahuan dengan penyuluhan yang jauh (satu bulan) dan hanya satu

kali, sehingga responden mungkin lupa mengenai penyuluhan yang didapat. Studi yang

dilakukan oleh Amri et al,31 menunjukkan bahwa penyuluhan lebih baik dilakukan

minimal tiga kali berturut-turut dengan selang waktu satu bulan. Kemungkinan

lainnya responden kurang mengerti mengenai apa yang disampaikan dalam penyuluhan.

Pemberi materi penyuluhan adalah mahasiswa yang belum memiliki pengalama dalam

memberikan penyuluhan. Fathi et al,32 menyatakan keberhasilan penyuluhan juga

ditentukan oleh pengalaman dan kefasihan tenaga penyuluh. Oleh karena itu, pengalaman

sangat penting dalam memberikan penyuluhan agar penyuluhan tersebut tepat sasaran dan

dapat meningkatkan pengetahuan. Materi penyuluhan sebaiknya berdasarkan hasil survei

sehingga penyuluhan sesuai dengan kebutuhan responden. Hasil survei menunjukkan

jawaban kuesioner yang salah adalah pola demam, gejala malaria lainnya dan tanda malaria

yang sudah parah. Oleh karena itu, untuk penyuluhan berikut, materi harus ditekankan

pada hasil survei tersebut.

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Kelompok Usia

Semakin tinggi usia seseorang semakin bertambah pengalamannya, semakin bertambah

pengalaman dalam hidupnya semakin bertambah pula tingkat pengetahuannya. Singgih,33

menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang adalah

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

usia. Notoatmodjo,34 juga melaporkan bahwa pengetahuan seseorang semakin bertambah

dari pengalaman yang diperoleh, namun pada penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan

bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai gejala kinis malaria dan kelompok usia.

Artinya, tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan usia. Hal

tersebut mungkin dapat disebabkan oleh jarak usia responden yang pendek dan tingkat

pendidikan responden karena bersekolah di satu sekolah yang sama. Hal ini sesuai

dengan penelitian Sharma et al,35 mendapatkan hasil bahwa usia tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan pengetahuan.

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jenis Kelamin

Pada umumnya, perempuan lebih sering berinteraksi, bersosialisasi, dan bertukar

informasi sehingga pengetahuan mereka lebih baik daripada laki-laki termasuk dalam hal

gejala klinis malaria. Laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk

mendapatkan informasi mengenai gejala klinis malaria. Hal tersebut didukung oleh studi

Saikhu et al,36 dan Theresia et al,37 yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki

hubungan dengan pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, penyuluhan sebaiknya

diberikan kepada semua murid tanpa mempertimbangkan jenis kelamin untuk mendapatkan

informasi tersebut.

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jumlah Sumber

Informasi

Secara umum, semakin banyak jumlah sumber informasi yang didapat, semakin baik

tingkat pengetahuan seseorang. Diharapkan dengan banyaknya pilihan sumber informasi,

murid mendapatkan penyuluhan secara berkala dan dengan metode yang variatif. Jumlah

informasi yang lebih banyak akan membantu murid mengingat materi penyuluhan,

menelusuri materi lebih dalam dan mempermudah penerapannya di kehidupan sehari-

hari. Salah satu penelitian yang menyatakan hal tersebut adalah penelitian Neto et al,38

yang mengatakan semakin banyak jumlah informasi yang tersedia akan semakin baik

tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu hal.

Pada penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak

berhubungan dengan jumlah sumber informasi responden. Oleh karena itu, peningkatan

kualitas informasi harus dilakukan seperti mengadakan penyuluhan dalam bentuk

ceramah dan diskusi secara berkala. Meningkatkan penyediaan fasilitas juga perlu

dilakukan seperti melengkapi buku malaria di perpustakaan sekolah dan menyediakan alat

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

kebersihan agar murid dapat membersihkan lingkungan sekolah secara rutin. Maharaj et

al,39 menyatakan untuk meningkatkan pengetahuan penting melakukan peningkatan

ketersediaan informasi. Hal tersebut didukung oleh Notoatmodjo,34 yang menyatakan

bahwa ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang memudahkan untuk memperoleh

informasi sehingga pengetahuan seseorang dapat ditingkatkan.

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jumlah Sumber

Informasi Paling Berkesan

\Saat menyampaikan penyuluhan, pemberi informasi yang tepat akan mempengaruhi

seberapa besar seseorang dapat mengingat akan materi yang disampaikan. Semakin

menarik semakin besar pula kesempatan seseorang untuk memperhatikan dan memahami

informasi yang disampaikan sehingga tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin tinggi.

Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan

dengan sumber informasi yang paling berkesan. Dengan kata lain, sumber informasi

tertentu tidak dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang. Hal

tersebut mungkin disebabkan murid hanya terkesan pada cara dan teknik penyampaian

informasi tanpa disertai ketertarikan pada isi informasi sehingga materi yang harus

disampaikan menjadi terlupakan. Kemungkinan lainnya adalah penyuluhan tidak dilakukan

dengan frekuensi yang cukup, rutin dan teratur. Jika penyuluhan hanya sekali, maka

informasi yang diperoleh hanya bersifat short term memory dan sulit diingat untuk

long term memory. Pada penelitian ini, penyuluhan diberikan satu bulan sebelumnya

sehingga mungkin responden lupa walaupun sumber itu berkesan bagi mereka. Dengan

demikian, penyuluhan sebaiknya dilakukan rutin dan teratur. Maharaj et al,39

melaporkan petugas kesehatan hanya memberikan sedikit informasi malaria yang dapat

dimengerti. Menurut Sukowati et al,30 menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah

memberikan penyuluhan secara khusus mengenai malaria melainkan menggabungkan

penyuluhan dengan penyakit lain. Berdasarkan hal itu, penyampaian informasi harus

disampaikan dengan bahasa sederhana sehingga lebih mudah untuk dimengerti.

Hubungan Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Riwayat

Menderita Malaria dalam Keluarga

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pengalaman yang didapatkan oleh seseorang

akan membuat pengetahuannya mengenai hal tersebut meningkat, termasuk dalam hal

pengalaman menderita atau menghadapi penderita penyakit tertentu seperti malaria. Hal

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

serupa juga terjadi bila keluarga seseorang pernah menderita malaria dengan merawat atau

mendengar cerita dari keluarga tersebut. Peningkatan pengetahuan tersebut pula dapat

diperoleh dari petugas kesehatan atau dokter saat melakukan konsultasi. Notoatmodjo,34

melaporkan bahwa pengalaman yang dialami diri sendiri maupun orang lain akan

memperluas pengetahuan seseorang, namun pada penelitian ini tidak didapatkan tingkat

pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan riwayat menderita malaria

dalam keluarga. Salah satu kemungkinan penyebab tidak adanya hubungan tersebut

adalah kurangnya edukasi mengenai gejala malaria terutama terhadap penderita

malaria, sehingga responden yang memiliki riwayat sakit malaria tidak mengetahui bahwa

gejala yang dialami adalah gejala malaria. Selain itu mungkin dapat disebabkan komunikasi

dalam keluarga yang kurang baik sehingga di dalam keluarga tidak terjadi pertukaran

informasi dengan baik. Dengan demikian, penyuluhan mengenai malaria perlu diberikan

kepada semua murid tanpa memandang riwayat sakit malaria.

Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Kegiatan Sehari-hari

Responden

Semakin sering seseorang beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari, semakin banyak untuk

saling bertukar informasi atau pengalaman dengan orang lain sehingga dapat menambah

pengetahuan yang dimiliki. Notoadmodjo,34 menyatakan bahwa sosial budaya merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan mengenai gejala klinis malaria tidak

berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Dengan kata lain hasil penelitian ini menjukkan

bahwa kegiatan sehari-hari tidak dapat

dijadikan acuan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang.

Kesimpulan

1. Pengetahuan murid madrasah mengenai gejala klinis pada malaria tergolong kurang.

2. Responden perempuan 56,6% dan laki-laki 43,4%, sebagian besar memperoleh

informasi dari tiga sumber, dan memilih petugas kesehatan sebagai sumber informasi yang

paling berkesan.

3. Tingkat pengetahuan murid mengenai gejala klinis pada malaria tidak berhubungan

dengan karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari,

jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat

menderita malaria dalam keluarga).

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

Saran

1. Tingkat pengetahuan murid madrasah mengenai gejala klinis pada malaria perlu

ditingkatkan agar mencapai kategori baik, yaitu dengan memberikan penyuluhan dalam

bentuk diskusi yang dilakukan minimal tiga kali berturut-turut dengan selang waktu satu

bulan.

2. Penyuluhan dilakukan tanpa memperhatikan karakteristik demografi responden, tetapi dengan

memperhatikan jawaban yang salah pada kuesioner.

Daftar pustaka

1. Wijaya AM. Pola Penularan Malaria Di Daerah Ekosistem Pantai: Wabah KLB Malaria di

Puskesma DTP Bayah Kabupaten Lebak. Jakarta; 2006.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Data Kasus Malaria Bulanan. Lebak: Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak; 2009.

3. World Health Organization. Guidelines for The Treatment of Malaria. 2nd Ed. 2010; 117.

4. Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1994.

5. Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setati S

(editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. h. 2813-25.

6. World Health Organization. World malaria report 2008 [online]. Diunduh dari:

http://apps.who.int/malaria/wmr2008/. [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009].

7. Center for Disease Control and Prevention. Malaria facts. 2007 April; Diunduh dari:

http://www.cdc.gov/Malaria/facts.htm. [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009].

8. World Health Organization. Guidelines fot the treatment of malaria; 2006.

Diunduh dari http://apps.who.int/malaria/docs/TreatmentGuidelines2006.pdf. [Diunduh pada

tanggal 4 Oktober 2009]

9. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta;

2006. h.1-12, 15-23, 67-68.

10. Departemen Kesehatan RI. Penatalaksanaan kasus malaria. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkea RI; 2009.

11. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus hidup Plasmodium malaria. Dalam Harijanto PN

(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:

EGC; 2000. h. 38-52.

12. Departemen Kesehatan RI. Modul entomologi malaria 3. Jakarta: Bakti Husada; 2003. h.

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

41-4.

13. Center for Disease Control and Prevention. Anopheles Mosquitos. 2008 June 30. Diunduh

dari: http://www.cdc.gov/Malaria/biology/mosquito/. [Diunduh pada tanggal 4 Oktober

2009].

14. World Health Organization. World malaria situation in 1994. Part I–III. Wkly Epidol Rec

1997: 72: 269 – 70.

15. NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Mosquitos. 2008

June 30. Diunduh dari:

http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/anopheles_farauti_egg.jpg. [Diunduh pada

tanggal 10 Februari 2010].

16. NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Larvae. 2008

August 16. Diunduh dari:

http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/anopheles_annulipes_larvae.j pg [Diunduh

pada tanggal 10 Februari 2010].

17. NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Pupa. 2008 August

16. Diunduh dari:

http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/anopheles_annulipes_pupa2.jpgDiunduh

pada tanggal 10 Februari 2010].

18. Center for Disease Control and Prevention. Anopheles Mosquitos. 2008 June 30. Diunduh

dari: http://www.cdc.gov/Malaria/biology/mosquito/ [Diunduh pada tanggal 4 Oktober

2009].

19. Harijanto PN. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi II. Jakarta: EGC; 2009. h.86-96.

20. WHO. Malaria: Know the facts. World Health Organization Newsletter. 1998; 13(1): 6-7.

21. US Departemen of Health and Human Service. Malaria. National Institute of Allergy

and Infectious Diseases; 2002: 8.

22. Pribadi W. Plasmodium vivax, malariae, ovale, dan falciparum. Dalam: Gandahusada

S, Ilahude (editor). Parasitologi kedokteran. 3rd Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003. h.

189-95.

23. US Departemen of Health and Human Service. Malaria. National Institute of Allergy

and Infectious Diseases; 2002: 9.

24. World Health Organization. WHO: Indonesia Confronts Malaria Epidemics in Poor Rural

Areas. Diunduh dari: http://www.searo.who.int/LinkFiles/Advocacy_Efforts_window_sear-

sep04- ino.pdf [diunduh pada 21 Januari 2010, pukul 21.00].

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN …

25.Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Konsensus penanganan

malaria. 2003.

26. Prabowo A. Malaria: mencegah dan mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara; 2006.

27. Muhibbin S. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2002

28. Purwanto MN. Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktik. Ed. 2. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2003.

29. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 1997:34-9.

30. Sukowati S, Sapardiyah S, Lestary EW. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat

tentang malaria di daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi

Kesehatan. Jakarta 2003.

31. Amri Z, Rivai A. Penurunanan prevalensi penyakit cacing usus dan peningkatan

pencapaian target pemetik teh di perkebunan teh x Jawa Barat. 21 APOSHO annual

meeting and conference; 7 September 2005: Denpasar.

32. Fathi, Keman S, Wahyuni CU. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan

demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005; 2: 1 – 10.

33. Wowolumaya C. Survey epidemiologi sederhana. Edisi ke-2. Jakarta: Panorama; 2001.

34. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: PT Rineka

Cipta; 2003

35. Sharma KA, Bhasin S, Chaturvedi S. Predictors of knowledge about malaria in India. J

Vect Born Dis. 2007; 44: 189-97.

36. Saikhu A et al. Malaria in Indonesia: A Summary of Recent Research into Its

Enviromental Relationships. Australia: Griffith University. 2002.

37. Theresia M. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Pencegahan Malaria di Daerah Endemis. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga. 2001.

38. Neto MC, Pinto PA, Coelho JC. An information gateway model. Évora, Portugal:

Universidade de Évora; 2001.

39. Maharaj et al. Community Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) on Malaria in

Swaziland: A Country Earmarked for Malaria Elimination. Malaria Journal.

2009; 8: 29 dol: 10.

Tingkat pengetahuan..., Nila Rosalina H, FK UI, 2011


Recommended