Download pdf - teori irigasi

Transcript

BAB II TEORI DASAR2.1 .PENGERTIAN IRIGASI Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja membicarakan dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan dengan pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya dalam suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, dengan menyalurkan serta membagi-bagikannya ke bidangbidang tanah yang akan diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir sungai dan segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan sungai untuk keperluan pertanian. 2.2. KEADAAN-KEADAAN DIMANA IRIGASI DIPERLUKAN Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut : Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial. 2.3. KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN IRIGASI Pada umumnya proyek-proyek irigasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, meskipun akhir-akhir ini kita banyak mendengar apa yang dinamakan proyek kemanusiaan yang tidak terlalu memperhitungkan keuntungan langsung yang dapat dinilai dalam bentuk mata uang. Karena disamping keuntungan langsung, terdapat juga keuntungan tidak langsung antara lain : Membantu pengembangan daerah secara umum. Meningkatkan daya pengadaan bahan baku. Penyediaan lapangan kerja terutama pada waktu pelaksanaan proyek irigasi. Meningkatkan nilai tanah milik. Membuka kemungkinan pengusahaan penanaman jenis-jenis tanaman lainnya yang memberikan hasil cukup besar. Membuka peningkatan kebudayaan masyarakat. Pelayaran

Penyediaan sumber air minum atau air bersih.

2.4. KEBURUKAN-KEBURUKAN IRIGASI Disamping keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan, irigasi dapat juga memberikan akibat yang kurang baik pada daerah bersangkutan, yaitu a.l : Iklim menjadi dingin dan lembab, sehingga menimbulkan ganguan pada daerah yang sebelumnya sudah dingin dan lembab.

Jaringan irigasi yang perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan kurang baik akan menimbulkan genangan air yang dapat memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan nyamuk yang dapat menjadi sumber penyakit malaria. Irigasi secara berlebihan dapat menimbulkan kejenuhan yang terlalu tinggi pada tanah, yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman. Ini terjadi terutama pada daerah-daerah yang drainasenya kurang baik.

2.5. TUJUAN IRIGASI Tujuan irigasi secara langsung maupun tidak langsung untuk pertanian adalah sebagai berikut : Membasahi tanah Dengan pembasahan tanah dimaksudkan agar : Tanah menjadi lunak sehingga mudah diolah. Zat-zat makanan dalam tanah yang diperlukan tanaman dapat larut sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Mencukupi lengas lapang dari tanah agar tetap dalam prosentase yang diperlukan tanaman untuk tumbuh terutama pada musim kering. Merabuk atau menambah kesuburan tanah Mengatur suhu tanah Memberantas hama Membersihkan tanah Mempertinggi muka air tanah Kolmatasi, yaitu peninggian muka tanah denga mengendapkan lumpur dari air irigasi sehingga dengan demikian diperoleh suatu lapisan permukaan tanah yang subur. 2.6. TINGKAT-TINGKAT JARINGAN IRIGASI Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan dalam 3 tingkatan yaitu : 1. jaringan irigasi sederhana 2. jaringan irigasi semi teknis 3. jaringan irigasi teknis Dalam konteks standarisasi ini, hanya jaringan irigasi teknis saja yang ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok dipraktikkan disebagian proyek irigasi di Indonesia. Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya 4 unsur fungsional pokok, yaitu : Bangunan bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya dari sungai atau waduk. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah

Ad. 1. Jaringan Irigasi Sederhana Di dalam proyek-proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air kelebihan akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam suatu kelompok sosial yang sama dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Jaringan irigasi yang masih sederhana ini mudah diorganisir tapi memiliki kelemahan yang serius. Pertama-tama ada pemborosan air, dan karena pada umumnya jaringan irigasi itu terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan yang memerlukan banyak biaya dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan pengelaknnya bukan bangunan tetap atau permanen, maka umurnya mungkin pendek. Ad. 2. Jaringan irigasi Semi - Teknis Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dengan jaringan irigasi semi-teknis ialah bahwa yang belakangan ini bendungnya terletak di tepi sungai lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur dibagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen dijaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengaliran dipakai untuk melayani daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan tetapnya berupa pengambilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalan hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Ad. 3. Jaringan Irigasi Teknis Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun saluran pembuang bekerja tetap sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran air irigasi mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokan-selokan pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhannya berkisar antara 50 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier menerima air dari suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air dalam petak tersier diserahkan kepada petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung dalam suatu jaringan pembuang tersier dan kuarter selanjutnya dialirkan ke saluran pembuang primer. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada salah satu tempat saja pada jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekploitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah debandingkan dengan apabila settiap petani dizinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama. Dalam hal ini khusus dibuat sistem gabungan ( fungsi saluran irigasi dan pembuang digabung ). Walaupun jaringan ini memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahannya juga amat serius sehingga sistem ini umumnya tidak akan diterapkan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan ini adalah pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil. Kelemahannya adalah jaringan jaringan semacam ini sulit diatur dan dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal. 2.7. PETA PETAK Pada peta irigasi terlebih dahulu dibuat peta petak yang merupakan dasar untuk menentukan ukuran berbagai pekerjaan yang diperlukan. Dari petak terlihat seluruh daerah yang akan dialiri, batas dan luasan petak, petak sekunder, tersier dan saluran pembuang. Lokasi pengambilan air pada irigasi, baik berupa bangunan bebas maupun bangunan bendung juga terlihat. Dalam perencanaan jaringan, saluran pembawa harus diletakkan pada daerah tinggi, dapat merupakan saluran garis tinggi atau saluran garis punggung sedangkan saluran pembuang berada di lembah-lembah. Pada pembuatan peta petak digunakan peta mozaik sebagai peta situasi dan peta garis tinggi (contour) dengan skala 1 : 5000 dimana lukisan garis tinggi atau trances yang birinterval 0,5 m. Setelah peta tersebut dipelajari dengan seksama dan telah mendapatkan kesan dan formasi kemiringan lapangan maka dapat diambil ketentuan tanah tinggi yang akan dialiri dan tempat pengambilan di sungai. Bila bangunan pengambilan di sungai merupakan bangunan bebas (free intake) maka perlu dicarikan tempat dimana aliran sungai tidak berpindah. Sedangkan apabila bangunan pengambilan dilengkapi dengan bendung, maka harus dicari lokasi yang agak lurus lalu tentukan ketinggian salauran induk di hilir bangunan pengambilan. 2.8. SALURAN Pada jaringan irigasi, saluran pembawa dapat dibagi : Saluran induk (primer) Adalah saluran yang dimulai dari pintu pemasukan atau pengambilan bebas sampai ke bangunan bagi. Saluran sekunder Adalah saluran yang mengairi satu atau lebih petak tersier dan menerima air dari saluran induk atau saluran tersier sebulumnya.

Saluran tersier Adalah saluran yang mengairi satu petak tersier dan menerima air sekunder. Luas petak tersier 50 150 ha. Saluran kuarter Adalah saluran yang mengairi satu petak sawah dan menerima air tersier. Luas petak kuarter 8 15 ha. Saluran pembuang Adalah saluran yang dipakai untuk membuang air yang telah dipakai petak petani dan mengaliri daerah garis tinggi atau tegak lurus di terletak pada daerah rendah atau lembah-lembah.

dari saluran

dari saluran

pada petakatasnya dan

2.9. BANGUNAN-BANGUNAN YANG ADA Pada jaringan irigasi juga terdapat beberapa bangunan, yang terdiri atas : Bangunan bagi Adalah bangunan yang membagi air dari saluran induk maupun sekunder sesuai jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap petak sekunder. Bangunan bagi sadap Adalah bangunan yang membagi air dari saluran-saluran sekunder dan saluran induk, dimana terdapat bangunan sadap untuk satu atau lebih petak tersier. Bangunan sadap Adalah bangunan yang membagi air dari saluran sekunder ke saluran tersier sesuai jumlah air yang dibutuhkan 2.10. SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIPENUHI DALAM PERENCANAAN 2.10.1.Saluran Kuarter : Petak kuarter mendapat air dari box tersier melalui saluran kuarter dengan syarat : Panjang saluran kuarter < 500 m Panjang antara saluran kuarter ke saluran pembuang < 350 m Petak tersier harus mendapat air hanya dari satu bangunan sadap ke saluran induk maupun sekunder. 2.10.2.Petak Tersier Harus sedapat mungkin kelihatan bebas dan jarak sawah yang terjauh dari bangunan sadap 3 km, agar dapat memudahkan dalam pembagian air. Luas petak tersier tergantung dari bentuk lapangan yang berkisar 50 150 ha. Batas-batas petak tersier sedapat mungkin nyata kelihatan, misalnya ditentukan menurut : Jalan raya / jalan desa Saluran induk / saluran sekunder Saluran pembawa / saluran pembuang Batas kabupaten / kecamatan / desa Sungai

2.11.PERHITUNGAN LUAS PETAK Untuk menghitung luas petak dengan tepat, biasanya digunakan alat plannimeter. Namun dengan cara pendekatan, petak sawah dapat dibagi atas bentuk segitiga, trapesium, empat persegi panjang dan sebagainya, kemudian dikali dengan skala pada peta, maka luas sesungguhnya diperoleh. 2.12.PEMBERIAN NAMA PADA PETA IRIGASI 2.12.1.Sistem supply Saluran-saluran dan bangunan-bangunan dalam suatu jaringan irigasi diberi nama, dan pemberian nama tersebut dengan prinsip bahwa nama-nama harus logis sederhana tapi mampu memberikan gambaran cukup jelas mengenai daerah irigasi yang bersangkutan. Nama harus cukup pendek dan memberikan petunjuk terhadap letak bangunan, saluran pemberi, saluran drainase maupun patak-petak sawah dalam suatu daerah irigasi. Pemberian nama perlu memperhatikan kemungkinan adanya tambahan bangunan-bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunan-bangunan baru tersebut sistem pemberian nama yang telah dilaksanakan tidak perlu diubah. Salah satu contoh sistem pemberian nama adalah sebagai berikut :

Saluran Primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air, tetapi juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut nama daerah yang dilayani. Misalnya suatu saluran primer mengambil air dari sungai Antara dan melayani daerah Kampung Paria, saluran dapat diberi nama saluran Antara, juga dapat diberi nama saluran Kampung Paria.

Saluran Sekunder diberi nama menurut nama desa yang dekat dengan permulaan saluran. Misalnya saluran sekunder Paria, berarti saluran sekunder tersebut permulaannya dekat desa Paria. Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau ruas-ruas. Misal suatu ruas mempunyai nama Rs2 berarti ruas itu terletak antara Bs1 dengan Bs2. Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu ruas, tapi huruf R yang artinya ruas, diganti dengan huruf B yang berarti bangunan. Dalam hal ini bangunan pembagi. Misalnya Bs1 berarti bangunan pembagi pada akhir ruas Rs1.

Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai nama bangunan pembagi di sebelah hilirnya, kemudian ditanbah huruf kecil berturut-turut dari hulu ke arah hilir. Misalnya Bs1a ; Bs1b ; Bs1c ; dan seterusnya.

Saluran tersier diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran tersier itu menerima air, dan huruf B yang berarti bangunan dihilangkan dan diberi tambahan indikasi yang memperjelas posisi saluran. Misal untuk menunjuk arah kanan diberi indikasi ka, tengah ta, kiri ki. Sebagai contoh adalah saluran tersier s2ka (arah aliran pada saluran tersier itu menerima air dari Bs2 dan arah aliran pada saluran tersier itu ke sebelah sisi kanan saluran besar pada Bs2.

Nama suatu unit tersier misalnya : SiKi 90 120

artinya

adalah : unit tersier ini dilayani saluran tersier siki luas unit tersier adalah 90 ha kebutuhan air pada saat rendaman penuh 120 l/dt

2.12.2.Saluran Pembuang Saluran pembuang pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d=drainase). 2.13.RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN 2.13.1.Debit Rencana Berdasarkan luas petak-petak yang akan dialiri, maka debit rencana sebuah saluran dapat dihitung dengan rumus : Q= dimana : Q c A e

A NFR c e= = = = = =

(sumber : Kp 03, hal 4)

NFR

debit rencana (m3/dt) koefisien lengkung kapasitas tegal / rotasi 1 untuk l < 10.000 ha luas daerah yang akan diairi (ha) efisieinsi 0,8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran primer dan sekunder = kebutuhan air normal / netto untuk tanaman padi = 1,2 1,5 l/dt/ha = 1 mm/hr = 1/8,64 l/dt/hr

2.13.2.Koefisien kekasaran strickler Tabel 1.1 Harga-harga kekasaran strickler untuk saluran irigasi tanah

Debit rencana m3/dtk Q > 10 5 < Q < 10 1


Recommended