Transcript
Page 1: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Teori Imitasi (mimesis) dalam Arsitektur

Menurut Vituvius (dalam Norman Crowe) Sebuah cerita yang menerangkan asal-usul timbulnya

rumah bagi manusia yang hingga saat ini menjadi tempat tinggal manusia dicetuskan oleh arsitek Romawi yaitu Vitruvius, yang menyatakan bahwa: manusia sangat terkesan ketika menatap kemegahan cakrawala, dan kemudian merenungkannya, sehingga timbul suatu keinginan untuk mewujudkan cakrawala tersebut dalam kehidupannya dalam bentuk suatu naungan (shelter) bagi kenyamanannya. Kemudian dari perenungannya itu manusia melihat sarang burung Swallow yang terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan, kemudian manusia “meniru” bentuk serta cara pembuatannya.

Page 2: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Vitruvius juga menyebutkan bahwa arsitektur itu berkembang dari trial and error, sehingga dari mitos tersebut diatas dapat disimpulkan bahwasanya “dasar dari suatu penemuan (ciptaan baru) adalah imitasi”

Bahwa meniru (mimesis) adalah suatu hal yang alamiah bagi manusia, dan merupakan kemampuan dari manusia dalam memimpikan sesuatu dan mewujudkannya dalam suatu bentuk,dan mimesis adalah sesuatu yang progressive yaitu berkembang dari waktu ke waktu. Dan didalamnya juga termasuk belajar dari benda yang ada di alam seperti apa adanya yang dapat menciptakan suatu kreatifitas bagi manusia dan bukan suatu kegiatan mengkopi secara harfiah, dan timbul pernyataan “man imitates nature”.

Page 3: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Plato (Dalam Demetri P)

Mimesis bagi Plato adalah sesuatu hal yang berarti negatif dan bukan merupakan suatu kreatifitas, dimana hal tersebut dinyatakan dalam beberapa pernyatannya sebagai berikut:

Meniru merupakan suatu tindakan mendaur ulang dan merupakan suatu proses pengulangan yang tidak pernah berhenti

Meniru merupakan suatu tindakan yang terpenjara (terkungkung),dan tidak ada kreatifitas.

Meniru merupakan tindakan suatu tindakan yang menjunjung kebenaran dan keteraturan, sehingga tidak kreatif

Page 4: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Aristotle (Dalam Demetri)

Dalam teori yang dipaparkannya tentang mimesis disebutkan bahwa, secara umum bahwa seni adalah meniru dari alam, dan arsitektur termasuk di dalamnya. Arsitektur memiliki hubungan dengan alam, dan dapat dilacak keberadaannya dari sejarah yunani.

Page 5: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Meniru bukan berarti menjiplak secara harfiah terhadap suatu bentuk (literal) Meniru bukan berarti membuat duplikasi dari sebuah model atau bentuk Meniru bukan menjiplak maupun mensimulasi dari benda-benda fisik yang

ada disekeliling kita. Meniru bukan seperti apa yang telah dinyatakan oleh Plato yang menganngap

sebagai menjiplak dari suatu jiplakan (a copy of a copy). Mengerti tentang maksud dari meniru ( imitasi) adalah suatu pengetahuan

tentang alam. Meniru suatu benda akan dapat membuat kita untuk lebih dapat

memahaminya. Meniru merupakan suatu proses transformasi alam pada hal-hal tertentu yang

melalui proses seleksi dari arsitek untuk menggambarkan sesuatu yang relevan.

Meniru merupakan suatu proses pengalaman yang kognitif, suatu cara untuk memahami dunia, suatu hal yang alamiah bagi manusia dari masa kecilnya dalam mengerti sesuatu di alam, dan bukan merupakan suatu tindakan yang sewenang-wenang.

Page 6: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Arnheim ( Dalam Antoniades)

Dalam pernyatannya tentang mimesis Arnheim memiliki dua pendapat yaitu mimesis tidak hanya dapat dilihat secara visual saja, tetapi juga dari makna yang dikandung didalamnya ( as “look” and as “it is”).

Namun disini dia menekankan juga bahwa meniru secara visual adalah bukan semata-mata mengkopi/ menjiplak secara harfiah (literal), namun disini juga memerlukan suatu pemikiran yang tajam dalam menyajikan suatu obyek. Jika meniru hanya semata-mata menjiplak dari suatu obyek secara literal, maka hal tersebut bukanlah merupakan suatu karya arsitektur maupun teknologi, tapi adalah suatu kebodohan.

Page 7: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Horatio Greenough ( Dalam Antoniades)

Dalam bukunya Form and Function, dia menyatakan bahwa penggunaan mimesis dan rasionalisasi adalah kegiatan mengkopi imaji (images) dan gaya (styles) dari masa lampau, dengan menekankan keindahan bentuk sebagai alasannya (seperti pendapat Corbusier). Dia menekankan bahwa imitasi tersebut terkait dengan historical precedence dari arsitektur klasik pada masa lampau. Meniru adalah merupakan suatu tindakan seni (dan arsitektur juga termasuk didalamnya), dan mencakup sebuah pemikiran dan perasaan.

Menurutnya bahwa dalam berkreasi dengan meniru tidak hanya berdasarkan tampilan visual belaka/ karakter eksternal belaka, tetapi juga berdasarkan pengertian internal (dasar) termasuk struktur dan geometri shell,serta hukum-hukum alam yang terkait sehingga dapat membantu mengembangkannya secara logis.

Page 8: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Hume (Dalam Demetri P)

Hume menyatakan bahwa mimesis adalah bukan merupakan suatu reproduksi dari benda yang ada di alam, dan dia menemukan bahwa alam menimbulkan suatu anthropomorpic image.

Disini dia mencontohkan bahwa tiang/ kolom bangunan adalah merupakan bentuk peniruan dari sebuah batang pohon.

Page 9: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Le Corbusier (DalamDemetri P)

Corbusier menyatakan juga bahwa bentuk dari kolom adalah merupakan peniruan dari bentuk suatu batang pohon (seperti pendapat Hume),namun disini Corbu menyatakan bahwa secara kenyataan tidak ada sesuatu pun di alam yang dapat mendekati kemurnian dan kesempurnaan dari “humbles machine”, dimana batang pohon tidak lurus.

Jadi dia lebih cenderung menyatakan geometri secara alamiah tidak dapat terlihat pada pohon, tapi kita harus menginterpretasikannya ke dalam suatu bentuk/ wujud yang kita kerjakan. Dia menemukan bahwa geometri alami menentukan tingkat ketepatan dari poros/ kutub machine. Imajinasi klasik dengan melihat batang pohon dan kestabilan yang terdapat didalamnya,menimbulkan aspirasi secara mekanikal geometri untuk membuat suatu kolom dengan bentuk silinder.

Dari hal diatas dapat dilihat bahwa Corbu menyatakan bahwa dalam meniru bukan merupakan bentuk visual tetapi cenderung pada esensi yang terdapat di dala benda tersebut.

Page 10: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Charles Jencks (DalamJencks, Sign Symbol, danLanguage of Post- Mo Arch)

Arsitektur merupakan suatu bahasa yang dapat mengungkapkan sesuatu. Dalam hal ini bahasa dalamarsitektur memiliki dua buah makna yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna kiasan (konotasi). Dalam contohnya, elevator terlihat sebagai suatu kotak aluminium yang tertutup, penuh tombol dan sebagainya (denotasi), sedangkan secara konotasi dapat berarti suatu teknilogi yang canggih, kecepatan, dan bangunan pencakar langit.

Didalam pengungkapan sebuah karya arsitektur menggunakan tanda-tanda (sign). Dan dia mengklasifikasikan simbul-simbul tersebut kedalam Indexical, Iconic dan Simbolic Sign,

Page 11: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Robert Venturi (Dalam Venturi)

Duck, yaitu bebek, yang berarti peniruan secara harfiah (mentah), tanpa memerlukan suatu interpretasi, bangunan dianggap sebagai sebuah patung, karena dengan jelas menyimbulkan sesuatu.

Decorative Shed, disini berarti menambahkan suatu dekorasi maupun simbul pada suatu bangunan yang dapat memberi maksud dari suatu rancangan.

Page 12: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Menurut Quatreme de quincy (dalam Demetri)

Dalam pernyataannya tentang mimesis, dia menyatakan bahwa apa yang menjadi persyaratan utama dari meniru yang paling dibutuhkan adalah apa yang disebut sebagai imaji (image). Tujuan dari meniru dalam seni adalah untuk mempresentasikan keadaan sebenarnya dengan menggunakan imajinasi. Dengan mencontonkan peniruan dari sebuah kolom terhadap suatu batang pohon, dia menyebutkan bahwa kemiripan sebuah kolom tidak diselesaikan dengan render seperti batang pohon itu sendiri, namun kemiripan itu sendiri lebih terkait dengan makna yang ada didalamnya.

Page 13: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Sisi Positif Imitasi Imitasi merupakan suatu bentuk kreatifitas yang mutlak dilakukan dalam

hal mempertahankan kaidah-kaidah dalam suatu tempat yang berlaku,dan memberikan suatu ciri khusus, misalnya seperti yang diungkapkan oleh Scruton, tentang ornamen pada katedral Rouen. Hal ini juga berlaku di Indonesia terhadap kaidah-kaidah arsitektur nusantara, tidak hanya dalam hal ornamen tetapi juga kedalam tipologi bangunan yang membedakan antara bangunan keagamaan, rumah tinggal dan sebagainya yang sampai saat inimasih tetap dipertahankan, khususnya pada bangunan ibadah.

Imitasi sebagai salas satu saluran dalam kreatifitas sangat menunjang kita untuk berimajinasi tentang hal-hal yang ada di alam yang belum pernah terwujudkan sebelumnya, sehingga dapat menimbulkan sutu tantangan bagi kita di dalam mewujudkannya.

Page 14: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Dalam mewujudkan suatu bangunan yang mengambil bentuk dari alam,membutuhkan suatu penalaran yang lebih jauh bagi kita untuk lebih memahami suatu obyek secara mendalam baik secara internal maupun secara eksternal, sehingga hal ini tentu saja akan lebih mendekatkan kita kepada alam itu sendiri, dan akan bisa menghargai serta menghomati alam tersebut.

Suatu imitasi yang baik akan dapat menimbulkan suatu usaha yang lebih bagi pengamat dalam mengetahui suatu wujud arsitekturnya kepada pemahaman baik dari segi visual maupun makna yang terkandung didalamnya.

Imitasi juga membantu di dalam menemukan suatu teknologi yang didasarkan atas bentuk-bentuk geometri dari alam itu sendiri, yang kemudian terus berkembang danberevolusi sehingga dapat mewujudkan sesuatu yang lebih sempurna dari hari ke hari.

Imitasi adalah merupakan suatu salah satu bahasa dari arsitektur yang dapat berkomunikasi antara wujud fisik dengan pengamat maupun lingkungannya.

Imitasi dapat memberikan suatu simbul atau ciri khusus terhadapsuatu bentu/wujud arsitektur.

Page 15: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Sisi Negatif Imitasi: imitasi dengan cara harfiah adalah merupakan suatu cara yang

tidak memiliki unsur dalam berkreatifitas, dan hal ini disarankan untuk dihindari bagi arsitek, karena hal tersebut sama saja dengan menjiplak atau mengkopi dan merupakan suatu hal yang memalukan.

imitasi dapat merupakan suatu perangkap bagi arsitek dalam berkreatifitas, bila arsitek tersebut hanya terpaku terhadap suatu obyek dari segi visual saja tanpa lebih lanjut memahami makna atau kekuatan yang ada didalamnya.

imitasi dapat menimbulkan dualisme makna yang berbeda terhadap suatu bangungan yaitu secara konotatif maupun denotatif, sehingga hal ini sering terjadi diluar keinginan dari sang arsitek yang telah menetapkan suatu ide awal dari karyanya.

Page 16: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Penggunaan Imitasi dalam Karya Arsitektur

Penggunaan imitasi dalam arsitektur dapat dikategorikan kedalam dua bagian yang dapat diklasifikasikan sebagiai berikut:

Penggunaan imitasi terhadap keseluruhan bangunan baik dari tampilan visual eksternal, ruang dalam(interior), maupun dari maknanya , yaitu as look and as it is, Contoh : Casa Batlo di Barcelona oleh Antonio gaudi, TWA Building Kennedy Airport di New York oleh Eero Saarinen.

Penggunaan imitasi hanya pada bagian tertentu saja dari bangunan seperti pada srtuktur bangunan, maupun ornamen yang terdapat di dalamnya. Contoh: Stuttgart airport oleh Von Gerkan Marg and Partners yang diambil dari bentuk pohon gambar , dan konstruksi atap dari Westminster Hall yang diambil dari bentuk perahu

Page 17: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi

Page 18: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi

Page 19: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi

Page 20: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi

Page 21: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi

Page 22: Teori Imitasi (Mimesis) Dalam Arsitektur

Contoh bangunan dengan teknik Imitasi