perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN
(STUDI KASUS IPAL SEMANGGI KOTA SURAKARTA)
DEVELOPMENT STRATEGY OF URBAN WASTEWATER MANAGEMENT (CASE STUDY SEMANGGI WWTP SURAKARTA CITY)
TUGAS SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dikerjakan oleh :
DONI ARIEF KURNIAWAN
I0106053
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Doni Arief Kurniawan, 2011, Development Strategy of Urban Wastewater Management (Case Study Semanggi WWTP Surakarta City), Thesis. Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta need for optimization and maintenance of sanitation systems infrastructure urban environments, which include Waste Water Processing Installation (IPAL) Semanggi. Semanggi WWTP has a wider service area than other waste treatment installations in Surakarta. This study was made to create a strategic step in the development of urban waste water treatment facilities Semanggi WWTP Surakarta.
This study uses statistical description method with the method of SWOT analysis. SWOT analysis is used to identify factors that produce internal and external aspects of the strength (Strength), weakness (Weakness), opportunities (Opportunity) and threats (Threats) of the problems faced in the management of waste, especially those served by the WWTP Semanggi. Once the factors are known, it can be formulated strategies that are suitable for companies using Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) refers to the internal matrix, the external matrix, SWOT quadrants, and the matrix IE (Internal-External). Based from the results of research on the development strategy of urban waste water treatment (WWTP case study Semanggi Surakarta) produced three of the most attractive alternative strategies for development and proper management of urban waste water. The resulting strategy is the strengthening of policies related to the intensify of dissemination and communication in order to arouse public awareness and involvement of the importance of good sanitation. Maintain coordination with relevant agencies to strengthen the legal regulations. Increase Cash Flow and Levies by utilizing cooperation with relevant parties and the participation of the community.
Keywords: WWTP, SWOT, Strategy.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Doni Arief Kurniawan, 2011, Strategi Pengembangan Pengelolaan Air Limbah Perkotaan (Studi Kasus IPAL Semanggi Kota Surakarta), Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kota Surakarta perlu adanya optimalisasi dan pemeliharaan infrastruktur sistem sanitasi di lingkungan perkotaan, yang diantaranya adalah Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi. IPAL Semanggi mempunyai daerah layanan yang lebih luas daripada instalasi pengolah limbah lainya yang ada di Surakarta. Penelitian ini dibuat untuk membuat langkah strategis dalam upaya pengembangan pengelolaan air limbah perkotaan dengan fasilitas IPAL Semanggi Surakarta ini. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi statistik dengan metode analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menghasilkan aspek kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) dari permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan limbah, khususnya yang dilayani oleh IPAL Semanggi. Setelah faktor-faktor diketahui maka dapat dirumuskan strategi yang cocok untuk perusahaan dengan teknik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) mengacu pada hasil matriks internal, matriks eksternal, kuadran SWOT, dan matriks IE (Internal-Eksternal). Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan pengelolaan air limbah perkotaan (studi kasus IPAL Semanggi Kota Surakarta) dihasilkan tiga alternatif strategi yang paling menarik dan tepat untuk pengembangan pengelolaan air limbah perkotaan. Strategi yang dihasilkan adalah penguatan kebijakan terkait dengan mengintensifkan sosialisasi dan komunikasi guna menggugah kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pentingnya sanitasi yang baik. Pertahankan koordinasi dengan lembaga terkait untuk memperkuat regulasi hukum. Meningkatkan Arus Kas dan Retribusi dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak terkait dan partisipasi dari masyarakat. Kata Kunci : IPAL, SWOT, Strategi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Manusia dapat
secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang di
kehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan berbagai macam gejala yang
bersifat negatif, diantaranya adalah masuknya energi dan juga limbah bahan atau
senyawa lain ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan
tanah yang akan menurunkan kualitas lingkungan hidup.
Air merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia di bumi ini yang tidak dapat
melangsungkan hidupnya tanpa tersedianya air. Hidup manusia mutlak
membutuhkan air, karena dalam penyusun tubuh manusia 85% komponennya
terdiri dari air. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, mandi,
mencuci, untuk pengairan pertanian, sanitasi, transportasi, baik di sungai maupun
di laut. Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional
(Arya W, 1995).
Aktivitas rumah tangga banyak yang memanfaatkan air khususnya air bersih
untuk keperluan sehari-hari. Akibat dari penggunaan air untuk aktivitas rumah
tangga maka menghasilkan air limbah yang berupa limbah rumah tangga.
Pencemaran air merupakan salah satu sumber pencemaran yang ada di Indonesia,
dan limbah rumah tangga adalah sumber penyebab pencemaran yang paling
dominan. Pencemaran air ini di timbulkan dari sektor-sektor industri maupun
rumah tangga. Dan akibat dari pencemaran air tersebut adalah menurunnya kadar
kualitas air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010
pasal 1 butir (1) tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, dinyatakan bahwa
limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan
pemukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Sedangkan Pengolahan Air Limbah Domestik Terpadu
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
adalah sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara bersama-sama
(kolektif) sebelum dibuang ke air permukaan (www.menlh.go.id).
Kota Surakarta mempunyai jumlah penduduk lebih dari 550.000 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk rata-rata 0,64% pertahun dalam luas wilayah 44,040 km2.
Meskipun laju pertumbuhan penduduk relatif rendah namun dengan adanya
orang-orang yang datang pada siang hari untuk melakukan kegiatan bisnis di Kota
Surakarta maka penduduk Kota Surakarta seolah-olah menjadi 3 kali lipat dari
jumlah penduduk sebenarnya. Pengolahan limbah domestik Kota Surakarta telah
diputuskan dalam Surat Keputusan (SK) Walikota Surakarta Nomor 002 Tanggal
26 Juni 1998, menunjuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta
sebagai pengelola air limbah domestik. Disamping itu juga terdapat Peraturan
Daerah Nomor 03 Tahun 1999 tanggal 27 Mei 1999 tentang pengolahan limbah
cair, yang mengatur tentang IPAL, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
jaringan air limbah, sambungan rumah serta peralataan penunjang lainnya. Kota
Surakarta memiliki 3 unit pengolah air limbah, yaitu IPAL Semanggi, IPAL
Mojosongo dan IPLT Putri Cempo (Angen Santi, 2010).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas Kota Surakarta yang
menjadi sentra bagi kota di sekitarnya, dirasakan perlu adanya optimalisasi dan
pemeliharaan maupun perbaikan infrastruktur secara berkelanjutan. Salah satu
infrastruktur yang sangat penting diperhatikan adalah perihal perbaikan sistem
sanitasi di lingkungan perkotaan, diantaranya adalah perbaikan serta
pengembangan IPAL Semanggi. IPAL Semanggi mempunyai daerah layanan
yang lebih luas daripada instalasi pengolah limbah lainnya yang ada di Surakarta.
Pengamatan dan penelaah yang lebih lanjut di IPAL Semanggi sebelum diperluas
pelayanannya atau dilakukan perbaikan. Oleh karena itu penelitian ini adalah
membuat langkah strategis dalam upaya pengembangan pengelolaan air limbah
perkotaan dengan fasilitas IPAL Semanggi Surakarta ini. (www.solopos.co.id).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat dalam
IPAL Semanggi ?
2. Bagaimanakah strategi pengembangan dalam pengelolaan air limbah di
IPAL Semanggi ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, yakni kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat pada IPAL Semanggi.
2. Mengetahui strategi pengembangan dalam pengelolaan air limbah di IPAL
Semanggi.
1.4. Manfaat Penelitian
Menambah pengetahuan dan gambaran permasalahan dalam pengelolaan air
limbah di Surakarta, khususnya di IPAL Semanggi serta mengetahui faktor –
faktor internal dan eksternal, memberikan masukan dan prioritas utama kepada
pihak PDAM tentang langkah strategis dalam pengelolaan dan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah terkait dengan beberapa aspek.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan di satu unit IPAL yang berlokasi di Kelurahan
Semanggi, Kota Surakarta.
2. Responden adalah Karyawan yang bekerja di IPAL Semanggi dan pejabat
dari instansi terkait selaku pengambil keputusan.
3. Metode analisis yang digunakan adalah SWOT dengan meliputi aspek
kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan, hukum, masyarakat, teknologi
dan lingkungan.
4. Limbah yang ditinjau adalah limbah cair non tinja yang masuk ke dalam
IPAL Semanggi.
5. Untuk aspek kelembagaan, data primer berupa jawaban dari kuesioner yang
diisi oleh staf dan pejabat lembaga yang terkait dengan pengelolaan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
limbah di Kota Surakarta sejumlah 5 lembaga di Surakarta yaitu Dinas
Pekerjaan Umum (DPU), Instalasi Pengolah Air Limbah Semanggi (IPAL),
Perusahaan Daerah Air Minum Surakarta (PDAM), Badan Lingkungan
Hidup Pemkot Surakarta (BLH), Badan Lingkungan Hidup UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Pengembangan pengelolaan air limbah perkotaan ada tujuh aspek yang perlu
ditinjau, yaitu aspek teknis, aspek kelembagaan dan manajerial, aspek sosial,
aspek komersial, aspek finansial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan (Robert J.
Kodoatie, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan IPAL di Unit Pengolah
Limbah (UPL) PDAM Surakarta terbagi menjadi dua hal, yaitu faktor pendukung
dan faktor penghambat. Faktor pendukung adalah investasi dana, sarana dan
prasarana, sedangkan yang termasuk ke dalam faktor penghambat adalah Sumber
Daya Manusia (SDM), keadaan masyarakat dan kerjasama antara instansi terkait.
(Marina Pusparini, 2004).
2.2. Dasar Teori 2.2.1. Pengertian dan Pokok-Pokok Permasalahan Pengelolaan Air Limbah
Definisi limbah menurut UU No. 13 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup adalah sisa usaha dan/atau kegiatan. Limbah pada dasarnya berarti suatu
bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia,
maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi,
bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif.
Menurut Robert J. Kodoatie (2003), berdasarkan konsep manajemen pengelolaan
air limbah persoalan yang muncul pada pengelolaan air limbah adalah :
1. Aspek Kelembagaan:
Bentuk kelembagaan yang cocok dengan besarnya kewenangan dan sumber
daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah
maupun kualifikasinya.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Aspek Teknis Operasional:
Keterbatasan sarana dan prasarana pengurasan dan pengumpulan (truk tinja),
instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT), serta instalasi pengolah air limbah
(IPAL) sebelum dibuang ke badan air.
3. Aspek Pembiayaan:
Tidak seimbangnya besar biaya operasional – pemeliharaan (O dan M)
pengelolaan dan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekuesi logis
pelayanan pengelolaan.
4. Aspek Pengaturan:
Tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu
memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara
utuh dalam pengelolaan secara terpusat baik menyangkut pembiayaan dan
teknis operasional sehingga berwawaskan lingkungan.
5. Aspek Peran serta Masyarakat:
Kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan perlu
ditingkatkan.
2.2.2. Gambaran Umum Pengelolaan IPAL Semanggi Sesuai dengan rencana peningkatan kapasitas pelayanan penanganan air limbah
terpusat bahwa pelayanan IPAL Semanggi ditingkatkan kapasitasnya dari 30
liter/detik menjadi 60 liter/detik dan direncanakan mampu melayani 25.000 SR.
IPAL Semanggi ini terletak di daerah Kentheng, Semanggi, Kecamatan Pasar
Kliwon. Wilayah pelayanannya meliputi:
a) Sistem Mangkunegaran (Kalurahan Mangkubumen, Timuran, Ketelan,
Punggawan, Kampung Baru dll).
b) Sistem Kasunanan (Kalurahan Pajang, Sondakan, Tipes, Panularan,
Sriwedari, Baluwarti, Kauman dll).
c) Tambahan baru (Kalurahan Joyosuran, Semanggi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Letak IPAL Semanggi dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini :
Pada lokasi tertentu kondisi lahan tidak memungkinkan mengalirkan air buangan
secara gravitasi, maka di bangun 3 stasiun pompa, yaitu :
1. Stasiun pompa Sibela (2 unit).
2. Stasiun pompa Dempo.
3. Stasiun pompa Malabar.
Kapasitas pompa masing – masing 7 liter/detik. Ketiga stasiun pompa tersebut
masing – masing melayani 200 jiwa dengan asumsi kebutuhan 160 liter/orang/hari
(untuk tahun 2012), faktor generasi air limbah 85% dan besarnya infiltrasi sebesar
5%, maka dalam satu harinya masing – masing pompa dioperasikan selama 1,2
jam per hari. Ketiga stasiun pompa tersebut akan mengalirkan air limbah untuk
ditampung pada slump pump yang berlokasi didekat Kalianyar, kemudian
dipompa ke IPAL dengan kapasitas pompa sebesar 20 liter/detik.
Kapasitas IPAL Semanggi Kota Surakarta ditingkatkan dua kali lipat karena
kapasitas semula 30 liter per detik telah dimanfaatkan sehingga ditambah menjadi
60 liter per detik. Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono yang mewakili
Menteri Pekerjaan Umum meresmikan IPAL tersebut memberikan apresiasinya
terhadap komitmen Pemerintah Kota Surakarta dalam penyehatan sanitasi.
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
#################################################
#################################################
IPLT
IPAL MOJOSONGO(24 L/DET)
PENGGELONTORSISTEM JEBRES
IPAL SEMANGGI (30 L/SET)
#################################################
PENGGELONTORSISTEM MANGKUNEGARAN
PENGGELONTORSISTEM KASUNANAN
Gambar 2.1. Lokasi IPAL Semanggi Surakarta
Skala = 1:50.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut Dirjen CK Budi Yuwono, “Dari 11 kota yang menjadi percontohan
pengolahan air limbah di Indonesia, baru Kota Solo yang instalasinya sudah
dimanfaatkan optimal sehingga bisa ditingkatkan. Kota lainnya bahkan seperti
Bandung, kapasitasnya baru termanfaatkan 30 persen meskipun sudah 15 tahun
beroperasi”. Ditambah dengan pendapat Wakil Walikota Surakarta FX.
Rudiyatmo, peningkatan kapasitas IPAL Semanggi menjadi dua kali lipat ini
menghabiskan biaya sebesar Rp 3,3 miliar yang dilakukan pada 2008. Ia
menargetkan kapasitas baru tersebut dapat termanfaatkan seluruhnya pada 2015.
Menurutnya penyatuan tagihan air minum dan air limbah mampu meningkatkan
jumlah pelanggan IPAL di Surakarta secara signifikan. Lokasi IPAL Semanggi
terletak searah dengan Pasar Klitikan Notoharjo, di Semanggi Selatan. IPAL
tersebut mengelola air limbah di tiga kawasan, Sistem Mangkunegaran
(Kelurahan Mangkubumen, Timuran, Ketelan, Punggawan dan lain-lain), Sistem
Kasunanan (Kelurahan Pajang, Sondakan, Tipes, Sriwedari, Kauman dan lain-
lain), serta tambahan baru, yakni Kelurahan Semanggi dan Joyosuran. Dengan
kemampuan 30 liter/detik menjadi 60 liter/detik diharapkan mendongkrak jumlah
pelanggan IPAL Semanggi dari 6.285 sambungan rumah menjadi 13.000 pada
tahun 2015 nanti.
Sejak dibangun pada 2001 hingga 2008, jumlah pelanggan air kotor Surakarta
dapat meningkat lebih dari 60 persen dari semula 6.600 sambungan rumah (SR)
menjadi 10.839 SR. IPAL Semanggi melayani wilayah selatan Surakarta,
sementara untuk wilayah utara dilayani oleh IPAL Mojosongo dengan kapasitas
24 liter per detik. Pelanggan IPAL Semanggi sendiri berjumlah 6.285 sambungan
rumah yang sebagian besar merupakan rumah tangga dan sisanya merupakan
limbah industri dan rumah sakit (Angen Santi, 2010).
2.2.3. Aspek Kelembagaan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengolah Limbah (UPL) PDAM, adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pengelolaan Air Limbah
Menurut Angen Santi (2010), berdasarkan bagan susunan organisasi, maka
susunan organisasi UPL PDAM terdiri atas:
1. Kepala Bidang Limbah Cair
Sebagai pimpinan penyelenggaraan pengolahan air limbah yang berada di wilayah
Surakarta dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur PDAM.
2. Seksi Perencanaan Limbah Cair
a. Membantu Kepala Kepala Bidang Limbah Cair sesuai dengan bidangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Mengadakan perencanaan dan evaluasi terhadap jalannya program
pengelolaan air limbah.
c. Merencanakan pengembangan jaringan dan proses pengelolaan serta
memonitor pelaksanaan analisis air limbah.
d. Menghimpun, menginventarisasi dan mengolah data.
e. Menyusun jadwal dan program kerja pengolahan air limbah.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Limbah
Cair.
Kepala Bidang Limbah Cair
Ir. Nanang Pirmono
Direktur Utama
Ir. Singgih Triwibowo, M.Si
Direktur Teknik
Drs. Sudiyanto, MM
Seksi Instalasi Limbah Cair
Ir. Muchlis, MT
Seksi Pengolahan Limbah Cair
Nuri Mardewi
Seksi Perencanaan Limbah Cair
Ratih Hastuti, S.Si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Seksi Pengolahan Limbah Cair
Tugas pokoknya adalah membantu Kepala Bidang Limbah Cair serta pelaksanaan
pengoperasian instalasi dan proses air limbah dan jaringan perpipaan.
a. Mengawasi dan menilai pekerjaan pembangunan dan perbaikan yang
diserahkan pada pihak ketiga.
b. Pengawasan operasional jaringan perpipaan air limbah.
c. Mengadakan pemantauan kualitas air.
d. Melaksanakan analisis kimia, fisik dan bakteriologi, pemakaian dan
pengendalian bahan kimia.
e. Melakukan penelitian terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran-
pencemaran sumber air.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kepala Bidang
Limbah Cair.
2.2.4. Sarana dan Prasarana Unit Pengolah Limbah di IPAL Semanggi Dari Angen Santi (2010), sistem pengolahan yang ada di IPAL semanggi dapat
dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini :
Gambar 4.2. Diagram Alir IPAL Semanggi
Gambar 2.3 Diagram Alir IPAL Semanggi
RRuummaahh TTaannggggaa
BBaakk AAeerraassii
BBaakk EEkkuuaalliissaassii SSccrreeeenn GGrriitt CCaammbbeerr
KKee SSuunnggaaii
RRuuaanngg KKoonnttrrooll PPoommppaa && GGeennsseett RRuuaanngg JJaaggaa
PPiippaa
BBaakk SSeeddiimmeennttaassii Pengolahan fisik
Pengolahan biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1. Grit Chamber
Grit Chamber adalah bak yang berfungsi untuk menangkap pasir endapan dari
interseptor, pasir yang kasar akan mengendap secara gravitasi terlebih dahulu dan
pasir halus akan mengendap di ujung Grit Chamber. Air yang masuk dari jaringan
air limbah domestik mengalir secara gravitasi menuju ke unit Grit Chamber.
Bentuk Grit Chamber dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini :
Gambar 2.4. Grit Chamber IPAL Semanggi
2. Bak Ekualisasi
Bak Ekualisasi adalah bak berguna untuk meratakan fluktuasi debit harian,
terutama pada jam-jam puncak, untuk dapat dipompa secara kontinu ke bak
Aerasi.
Gambar 2.5. Bak Ekualisasi IPAL Semanggi
3. Bak Aerasi
Bak Aerasi adalah bak yang berfungsi untuk mengupayakan perpindahan gas dan
penambahan oksigen untuk pengolahan biologi dan oksidasi zat terlarut, dan bola
biofilter sebagai media pelekat untuk mengasimilasi material organik tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.6. Bak Aerasi IPAL Semanggi
Bentuk bola-bola filter yang ada dalam bak aerasi dapat dilihat pada Gambar 2.7
di bawah ini :
Gambar 2.7. Bola-bola biofilter Bak Aerasi IPAL Semanggi
4. Bak Sedimentasi
Bak Sedimentasi adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan flok yang
terbentuk pada unit aerasi dengan gaya berat flok itu sendiri. Bentuk bak
sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.8. Bak Sedimentasi IPAL Semanggi
5. Bak Pengering Lumpur (Sludge Driying Bed)
Bak Pengering Lumpur adalah bak yang berfungsi untuk menampung lumpur
encer dari unit Grit Chamber, unit aerasi, dan unit sedimentasi, dimana lumpur
akan mengendap dan air lumpur akan meresap ke dalam filter kerikil-kerikil yang
akan mengalir menuju unit Grit Chamber. Lumpur yang sudah mengendap dapat
dijadikan kompos. Bentuk bak pengering lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Bak Pengering Lumpur IPAL Semanggi
2.2.5. Kepegawaian 1. Menurut Satuan Unit Kerja
Pegawai UPL PDAM terdiri dari satu orang kepala dan beberapa orang kepala sub
bagian yang memiliki beberapa orang staf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Menurut Satuan Kerja
No Satuan Kerja Jumlah Persentase
1. Kepala UPL 1 7,14 %
2. Kepala Sub Unit 2 14,29 %
3. Staf Sub Unit Perencanaan Limbah 2 14,29 %
4. Staf Sub Unit Administrasi Limbah 1 7,14 %
5. Staf Sub Unit IPAL 5 35,71 %
6. Staf Sub Unit IPLT 3 21,43 %
Jumlah 14 100 %
Sumber: Profil UPL PDAM
Dari Tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai yang menjadi bagian
dari Unit Pengelolaan Limbah hanya berjumlah 14 orang, namun demikian
kualitas dan kualifikasi pegawai tetap menjadi modal utama. Oleh karena itu
beberapa kegiatan dan pelatihan diadakan dengan maksud untuk meningkatkan
ketrampilan dan pendidikan bagi pegawai UPL sehingga akan mampu
meningkatkan kualitas hasil kerja yang diselenggarakan UPL dalam mewujudkan
kondisi lingkungan sanitasi yang sehat.
2. Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Pegawai Unit Pengelolaan Limbah PDAM
No Pendidikan Jumlah Persentase
1. S2 1 7,14 %
2. S1 4 28,57 %
3. Sarjana Muda 0 0 %
4. SLTA 8 57,14 %
5. SLTP 1 7,14 %
Jumlah 14 100%
Sumber: Profil UPL PDAM
Dari Tabel 2.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai yang mempunyai
pendidikan tinggi di atas sarjana muda dengan pendidikan menengah dari SLTA
ke bawah mempunyai rasio yang hampir sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2.2.6. Visi Dan Misi Unit Pengelolaan Limbah PDAM
1. Visi
Menjadi Badan Pengelola Limbah Kota Surakarta dalam upaya pembangunan
lingkungan hidup.
2. Misi
a. Mengembangkan sanitasi Kota Surakarta.
b. Mengambangkan tradisi pengkajian di bidang pengelolaan limbah.
c. Senantiasa memperbaharui diri melalui proses organisasi sesuai dengan
dinamika lingkungan hidup.
d. Berpartisipasi dalam mengembangkan masyarakat yang sadar akan
lingkungan hidup.
2.2.7. Landasan Hukum Pengelolaan Limbah
Landasan hukum pengelolaan limbah PDAM Kota Surakarta antara lain :
1. Surat Perintah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor : 800 / 646 Tanggal 10 Juni 1998
2. Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor : 002 Tahun 1998 Tanggal 26 Juni 1998
Tentang : SOT PDAM Kodya Dati II Surakarta
3. Peraturan Daerah Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor : 3 Tahun 1999 Tanggal 27 Mei 1999
Tentang : Pengolahan Limbah Cair
4. Keputusan DPRD Kota Surakarta
Nomor : 29/DPRD/XI/2002
Tanggal : 29 November 2002
Tentang : Persetujuan Penetapan Tarif Pengolahan Limbah dan Golongan
Pelanggan
5. Keputusan Walikota Surakarta
Nomor : 15 Tahun 2002
Tanggal : 29 November 2002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tentang : Persetujuan Penetapan Tarif Pengelolaan Limbah dan Golongan
Pelanggan
6. Keputusan DPRD Surakarta
Nomor : 10/DPRD/VI/2002
Tentang : Persetujuan Perubahan atas Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Penetapan Tarif Pengolahan Limbah dan
Golongan Pelanggan
7. Keputusan Walikota Surakarta
Nomor : 5 Tahun 2004
Tentang : Perubahan atas keputusan walikota surakarta nomor 15 tahun
2002 tentang persetujuan penetapan tarif pengolahan limbah dan golongan
pelanggan
2.2.8. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi
Pelaksanaan pemungutan retribusi berdasarkan pada SK Walikota Surakarta No.
15 tahun 2002 mengenai Penetapan Tarif Pengelolaan Limbah dan Golongan
Pelanggan Limbah. Obyek tarif pengelolaan limbah adalah jasa pelayanan
pengelolaan limbah yang dikelola dan atau dimiliki oleh perusahaan.
Jaringan instalasi pengelolaan limbah sebagaimana yang dimaksud adalah terdiri
dari:
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
2. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Subyek penetapan tarif pengelolaan limbah cair adalah orang pribadi atau badan
yang memperoleh jasa pelayanan pengelolaan limbah, badan yang dimaksud
dalam hal ini yaitu badan yang berbentuk badan hukum dan badan yang tidak
berbentuk badan hukum. Penetapan tarif pengelolaan limbah didasarkan pada
fungi bangunan. Penetapan struktur dan besarnya tarif pengelolaan limbah
ditentukan oleh golongan pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tabel 2.3. Struktur Tarif Berdasarkan Golongan Pelanggan
Tarif Golongan
Pelanggan Status Peruntukan Bangunan
Tarif Per
Bulan
A Rumah
Tangga I
Rumah Tangga dengan luas bangunan < 21 m2
Tempat Ibadah
Panti Asuhan
Yayasan sosial
Rp. 5.000
B Rumah
Tangga II
Rumah Tangga dengan luas bangunan > 21 m2
MCK
Puskesmas
Rp. 7.500
C Komersial I Sekolah (TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi)
Pemerintahan (Saranan Instansi Pemerintahan, Pasar milik Pemerintah)
Toko kecil, warung kecil, wartel, bengkel sepeda motor, tempat cuci sepeda
motor
Praktek Dokter (Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Dokter
Hewan)
Kasatrian (TNI dan POLRI)
Pondok Pesantren
Toko Obat dan Apotek
Rp.
20.000
D Komersial
II
Toko Sedang dan Besar
Katering
Bengkel mobil dan tempat cuci mobil
Kantor swasta (Asuransi, Keuangan, Laboratorium swasta)
Tempat Hiburan (Diskotik, Karaoke, Pub, Panti Pijat, Bioskop, Salon, Cafe)
Poliklinik Swasta
Tempat Indekost, asrama
Rp.
30.000
E Niaga I Hotel Melati
Perusahaan Kecil (Pegawai < 100 orang)
Supermarket
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Makan
Show Room kendaraan bermotor
Rp.
50.000
F Niaga II Hotel Berbintang
Perusahaan Besar (Pegawai > 100 orang)
Restoran
Kantor Bangunan tinggi
Rumah sakit Swasta
Rp.
100.000
Sumber : PDAM Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2.2.9. Pelaksanaan Koordinasi serta Kerja Sama dengan Dinas atau
Instansi/Lembaga Lain Guna Kelancaran Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan koordinasi dengan dinas atau instansi lain dalam pengelolaan IPAL
masih terbatas dan belum ada kooordinasi secara rutin yang diselenggarakan oleh
UPL Surakarta.
Koordinasi dan kerja sama dianggap juga sebagai salah satu cara terbaik untuk
mencegah ketidakefisienan. Mekanisasinya berawal dan bersumber pada
kesadaran dan kesediaan setiap instansi untuk berkoordinasi dan bekerja sama
dengan instansi atau lembaga lainnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dan
direncanakan.
Dalam Tugas Akhir Marina Pusparini (2004), dijelaskan bahwa pembahasan
mengenai pelaksanaan kooordinasi serta kerjasama dengan dinas atau instansi lain
yaitu mencakup:
1. P2SP (Proyek Pengembangan Sarana Perkotaan) Jawa Tengah
P2SP ini merupakan tangan panjang dari Menteri Pemukiman dan Prasarana
Wilayah yang bekerja sama dengan UPL dalam hal pembangunan proyek sanitasi
di perkotaan dan juga menopang dana operasioanal IPAL selama dua tahun yaitu
tahun 2002 dan 2003.
2. DPU (Dinas Pekerjaan Umum)
Koordinasi serta kerja sama yang dilakukan dengan DPU dalam rangka
pengelolaan limbah yaitu melihat bahwa jaringan limbah yang ada khususnya
peninggalan Belanda ini lebih detail yang memiliki gambarnya adalah DPU. Maka
dari itu UPL berkoordinasi serta bekerja sama dalam hal menangani keluhan-
keluhan dari pelanggan mengenai saluran pipa yang mampet atau tersumbat juga
mengontrol jaringan perpipaan yang merupakan peninggalan Belanda itu.
3. KLH (Kantor Lingkungan Hidup)
Bahwa koordinasi serta kerja sama yang dilakukan terkait dengan pengecekan
hasil olahan air limbah. Apakah sudah layak sebagai mutu air buangan atau
belum, dan juga pengurangan dari kadar “kimia ataupun unsur-unsur beracun”
lainnya yang terkandung dalam air limbah hasil olahan tersebut untuk dibuang ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sungai. Biasanya pengecekan ini dilakukan sebulan sekali langsung dari KLH
sendiri yang melaksanakan.
4. Kelurahan
Yaitu kelurahan sebagai media atau tempat untuk diadakan penyuluhan ataupun
sosialisasi antara UPL dengan warga, terkait pengelolaan limbah dan juga
memberi pengetahuan mengenai pentingnya menggunakan fasilitas saluran
sanitasi air limbah yang dialirkan ke IPAL itu sendiri.
Melihat koordinasi yang selama ini sudah dilakukan oleh UPL dengan
dinas/instansi lain demi kelancaran tugas UPL di atas maka dapat disimpulkan
koordinasi yang rutin itu terkait dengan dana proyek pembagunan IPAL dan biaya
operasional yaitu dengan P2SP serta pihak lain seperti kelurahan, DPU, dan KLH
untuk kemajuan pengelolaan limbah.
2.3. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2007) dalam Irwan Taufik (2011) statistik deskriptif adalah
statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan.
Nugraha Setiawan (2005) dalam Irwan Taufik (2011) menyatakan bahwa analisis
statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data,
serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang diperoleh dari
hasil sensus, survey, atau pengamatan lainnya umumnya masih acak, mentah, dan
tidak terorganisasi dengan baik. Data-data tersebut harus diringkas dengan baik
dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau grafik sebagai dasar untuk berbagai
pengambilan keputusan.
2.4. Metode Sampling
Menurut Uma Sekaran (1992) dalam Irwan Taufik (2011) teknik pengambilan
sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
populasi, sehingga penelitian terhadap sampel, dan pemahaman tentang sikap atau
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karakterstik tersebut pada elemen populasi. Keuntungan dari teknik sampling
antara lain mengurangi biaya, mempercepat waktu penelitian dan memperbesar
ruang lingkup penelitian.
Menurut Nugraha Setiawan (2005) dalam Irwan Taufik (2011) ada 2 cara
pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel secara acak (probability
sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling).
1. Pengambilan sampel secara acak (probability sampling) adalah metode
sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang yang spesifik dan
bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluang setiap anggota populasi
tersebut dapat sama, dapat juga tidak sama. Pengambilan sampel secara acak
terdiri dari :
a. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) adalah
suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki
probabilitas terpilih sama.
b. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih
secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari
daftar populasi dipilih sebagai sampel.
c. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian
anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil
dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini
dilakukan berdasarkan ciri atau karakteristik tertentu dari populasi yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Pengambilan sampel secara kelompok (cluster sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual
melainkan kelompok individual (cluster) berdasarkan ciri atau
karakteristik tertentu, selanjutnya dipilih satu cluster secara acak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diambil sampel dari cluster terpilih ini. Masing-masing cluster dianggap
homogen sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel semua cluster.
e. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling) adalah suatu
teknik pengambilan sampel dilakukan secara bertahap. Tahap pertama
dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya
dilakukan wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan
informasi detail.
2. Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah
metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang
yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi
tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak
meliputi:
a. Accidental sampling (convenience sampling) adalah suatu teknik
pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang
mudah diketahui dan dijumpai.
b. Purposive sampling (judgmental sampling) adalah suatu teknik
pengambilan sampel dimana pemilihan sampel dilakukan dengan memilih
orang-orang yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang
dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
c. Quota sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel
diambil dari subpopulasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu dalam batasan jumlah atau kuota yang diinginkan.
d. Snowball sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat
sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri khusus yang sulit
dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap
responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai
rekan-rekan lain yang mempunyai karakteristik sama yang dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2.4.1. Ukuran Sampel
Menurut Uma Sekaran (1992) dalam Irwan Taufik (2011) sekurang-kurangnya
ada 4 hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel yaitu :
1. Seberapa ketelitian yang dibutuhkan dalam menaksir karakteristik populasi
yang diteliti.
2. Berapa besar keyakinan yang benar-benar diperlukan.
3. Tingkat variabilitas populasi yang diperlukan.
4. Analisis biaya dan manfaat dari meningkatkan ukuran sampel.
Menurut Uma Sekaran (1992) dalam Irwan Taufik (2011) memberikan usulan
dalam menentukan jumlah sampel yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan sekurang-kurangnya 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
2. Seumpama sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, senior/junior,
dan sebagainya) ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah
tepat.
3. Penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel sebaiknya beberapa kali) lebih disukai lebih dari 10 kali atau lebih
besar dari jumlah variabel yang akan dianalisis.
4. Penelitian eksperimen yang sederhana dengan kontrol eksperimen yang
ketat, ukuran sampel bisa 10-20 elemen.
Akan tetapi, dalam kasus ini hanya digunakan beberapa sampel saja. Dikarenakan
responden yang akan dijadikan sampel mempunyai jumlah yang jelas dan pasti,
sehingga untuk teori ukuran sampling yang harus berjumlah antara 30-500 tidak
dapat dipergunakan. Jumlah responden yang dipergunakan itu adalah pejabat yang
ada di tiap instansi yang terkait di dalam pengelolaan limbah cair di Kota
Surakarta, khususnya di wilayah pelayanan yang dimiliki oleh IPAL Semanggi
Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2.5. Kuesioner
Adapun teknik untuk mengetahui pendapat responden dengan menggunakan
pengukuran secara langsung dengan pertanyaan atau pernyataan mengenai
seberapa besar pengharapan suatu atribut yang dirasakan dan responden menilai
antara kesesuaian antara apa yang diharapkan dan yang didapatkan dari pelayanan
selama ini. Pertanyaan atau pernyataan tersebut dapat berupa wawancara atau
kuesioner.
Menurut Yusuf Kuntioaji (2009) dalam Irwan Taufik (2011) kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat
juga dijawab di bawah pengawasan peneliti. Responden diberi kuesioner yang
diisi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang diberikan dan berapa
besar penilaian tersebut. Responden diminta memberi saran atau pendapat
sehubungan pelayanan yang diberikan secara langsung memberikan pernyataan
semisal: sangat penting, penting, cukup penting, tidak penting atau tidak sangat
penting dan sebagainya.
2.6. Skala Pengukuran
Setiap pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner atau wawancara biasanya
mewakili satu variabel. Setiap variabel diukur atau dinilai dengan menggunakan
suatu skala agar dapat diolah. Menurut Supranto (1993) dalam Irwan Taufik
(2011) uji skala Likert adalah pengujian yang dirancang untuk memungkinkan
pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang
menguraikan jasa atau produk.. Skala Likert memungkinkan responden untuk
mengekspresikan intesitas perasaan mereka secara lebih luas dan untuk mengukur
atribut diberi skor. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah
sampai paling tinggi. Skala Likert mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
1. Ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, maka skala likert hanya dapat
mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa
kali satu individu lebih baik dari individu lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena
banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang
sama.
2.7. Strategi dan Metode Analisis SWOT
Dalam penelitian ini, untuk menentukan strategi pengembangan IPAL Semanggi
yang tepat digunakan analisis SWOT.
Menurut Freddy Rangkuti (2002) dalam Riska Bahar (2009) analisis SWOT
(Strenghth, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan bentuk analisis situasi
dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities) dan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Analisis ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi
atau yang mungkin akan dihadapi oleh instansi.
2.7.1. Tahap Identifikasi Faktor Strategi
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif statistik guna menjawab
perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan
ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Sebuah perumpamaan analisis SWOT
berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta,
langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana kita akan
pergi, tetapi peta akan menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan akan berguna jika tujuan telah
ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan tergantung visi misi dan program suatu
organisasi.
Menurut Kuncoro Mudrajad (2006) dalam Riska Bahar (2009) dalam analisis ini
terbagi atas empat faktor dasar yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa
depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
Menurut Kuncoro Mudrajad (2006) dalam Riska Bahar (2009) faktor diatas
menghasilkan faktor-faktor internal dan eksternal dengan pembobotan untuk
mengukur posisi institusi yang bersangkutan. Pembobotan dilakukan dengan
memberikan nilai variabel terhadap kekuatan dan peluang serta kelemahan dan
ancaman. Menurut Riska Bahar (2009) tahap – tahap analisis data dengan faktor
SWOT sebagai berikut:
1. Pemilihan faktor – faktor SWOT
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden, faktor – faktor
internal dan eksternal yang ada dipilih dahulu. Pemilihan ke dalam kelompok
strength, weakness, opportunities dan threats dilakukan dengan cara :
a. Skala ordinal Likert untuk rating ditransformasikan terlebih dahulu
menjadi nilai sebagai berikut:
a) Sangat Lemah : -2
b) Lemah : -1
c) Sedang : 0
d) Kuat : 1
e) Sangat kuat : 2
b. Nilai rating yang sudah ditransformasikan dikalikan dengan bobot (hasil
kuesioner) untuk masing – masing faktor
c. Hasil perkalian untuk masing – masing faktor dijumlahkan dari seluruh
responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Tiap faktor internal dan eksternal diurutkan dari jumlah nilai yang
terbesar.
e. Menghitung nilai rata-rata rating dalam skala 1-4
f. Untuk Pemilahan Faktor-faktor ditentukan dengan memilih 5 faktor yang
mempunyai nilai rating terbesar dimasukan dalam kelompok Strength
atau Opportunities, sedangkan 5 faktor dengan nilai rating yang terendah
dimasukan dalam kelompok Weakness atau Threats. Hal ini dimaksudkan
agar semua faktor dapat diketahui masuk kelompok masing-masing.
2.7.2. Tahapan Perencanaan Strategi
Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu
tahap masukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Tahap akhir analisis kasus
adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan
atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur
maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan
dengan kondisi yang ada.
Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada
kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4. Proses Penyusunan Perencanaan Strategi
1. Tahap Masukan (Input Stage)
Matrik Evaluasi
Faktor Internal
(IFE)
Matrik Evaluasi
Faktor Eksternal
(EFE)
2. Tahap Analisis dan Penyesuaian (Analysis and Matching)
Matriks SWOT / TOWS Matriks Internal
Eksternal (IE)
Kuadran SWOT
3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)
Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
(Quantitave Strategic Planning Matrix)
Sumber: Rangkuti,1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2.7.3. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Pendekatan kuantitatif analisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi
yang sesungguhnya. Setelah ditentukan letak posisi perusahaan, maka dapat
disimpulkan srtategi yang cocok sesuai dengan posisi dan kondisi perusahaan.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan rating faktor – faktor SWOT
Setelah dilakukan pemilahan tiap kelompok faktor–faktor SWOT, maka
selanjutnya mengurutkan nilai rating skala 4 sesuai dengan urutan faktor
SWOT.
2. Penentuan bobot relatif faktor SWOT
Penghitungan bobot relatif faktor terlebih dahulu menghitung severity index
dari tiap faktor SWOT. Faktor strength atau weakness dibuat dalam satu set
dan faktor opportunities atau threats dibuat dalam satu set tersendiri. Jumlah
bobot untuk faktor - faktor S/W dan O/T adalah 1.
Rumus pengukuran Severity Index (Is) adalah
Is = 1005
.5
1∑=ixiai
Dengan :
N = Jumlah total responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
αi = Nilai skala likert yang menyatakan bobot yang diberikan respon ke-i
xi = ni / N
Berdasarkan nilai severity index dilakukan analisis ranking dengan
mengurutkan terlebih dahulu faktor S/W dan O/T berdasarkan nilai severity
index dari yang terbesar. Selisih severity index kemudian ditranformasikan ke
skala Saaty dengan ketentuan seperti Tabel 2.5. Jumlahkan nilai hasil
tranformasi (skala Saaty) untuk tiap faktor, kemudian dihitung nilai eigen
value-nya. Nilai eigen value dilakukan pembulatan (bila perlu) sehingga
diperoleh Bobot faktor Relatif yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pada matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evalution).
Tabel 2.5. Transformasi dan Severity Index ke Skala Saaty Selisih Severity Index Skala Saaty 0 – 5 1 6 – 10 2 11 – 15 3 16 – 20 5 21 – 30 7 31 keatas 9
Sumber: Riska Bahar (2009)
3. Pembuatan matriks IFE (Internal factor Evaluation) dan matriks EFE
(External Factor Evaluation) dan menghitung skor bobot.
Tahapan analisis data diatas dapat dibentuk faktor internal dan eksternal
kemudian dapat diketahui kelompok strength atau opportunities dan
kelompok weakness atau threats.
Menurut Freddy Rangkuti (2002) dalam Riska Bahar (2009) analisis strength,
weakness, opportunities dan threats dilakukan dengan mengembangkan
matriks IFE dan matriks EFE.
2.7.3.1. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor – faktor dominan internal
kegiatan pengembangan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan.
Langkah – langkah analisis sebagai berikut
1. Membuat secara spesifik faktor dominan baik kekuatan dan kelemahan.
2. Menentukan tiap - tiap faktor dengan bobot tertentu. Nilai bobot ini berkisar
antara 0,0 – 1,0. Total bobot dari seluruh faktor harus sama dengan satu.
3. Menentukan nilai rating dalam skala 1 – 4 untuk tiap faktor dominan. Nilai
rating merupakan degree of severity. Nilai 4 = sangat bagus, 3 = di atas rata
rata, 2 = di bawah rata – rata, 1 = buruk sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Mengkalikan nilai rating pada tiap – tiap faktor untuk mendapatkan score
bobot (Weighted Score).
5. Total skor bobot adalah penjumlahan skor bobot tiap faktor. Nilai rata – rata
adalah 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan posisi lemah, sedangkan nilai di
atas 2,5 menandakan posisi kuat. Hasil total skor selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X dalam pemetaan di Matrik IE
6. Selanjutnya dilakukan pengurangan untuk jumlah total skor bobot kekuatan
dengan total skor bobot kelemahan, perolehan angka selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X dalam pemetaan di kuadran SWOT.
2.7.3.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui faktor - faktor dominan eksternal
kegiatan pengembangan yang berkaitan dengan peluang dan ancaman. Langkah
analisis sebagai berikut:
1. Membuat secara spesifik faktor dominan baik peluang dan ancaman.
2. Menentukan tiap - tiap faktor dengan bobot tertentu. Nilai bobot ini berkisar
antara 0,0 – 1,0. Total bobot dari seluruh faktor harus sama dengan satu.
3. Menentukan nilai rating dalam skala 1 – 4 untuk tiap faktor dominan. Nilai
rating merupakan degree of severity. Nilai 4 = sangat bagus, 3 = di atas rata –
rata, 2 = di bawah rata – rata, 1 = buruk sekali.
4. Mengkaitkan nilai rating pada tiap - tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot
(Weighted Score).
5. Total skor adalah penjumlahan dari skor bobot tiap faktor. Nilai rata –rata
adalah 2,5. Nilai di bawah 2,5 menandakan posisi lemah merespon peluang dan
mengatasi ancaman, sedangkan nilai di atas 2,5 menandakan posisi kuat dalam
merespon peluang dan mengatasi ancaman. Hasil total skor selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu Y dalam pemetaan di Matrik IE
6. Selanjutnya dilakukan pengurangan untuk total skor bobot peluang dengan
total skor bobot ancaman, perolehan angka selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu Y dalam pemetaan di kuadran SWOT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2.7.3.3. Kuadran SWOT
Setelah didapatkan hasil perhitungan dari matriks IFE dan EFE, selanjutnya
memetakan titik koordinat X dan Y yang sudah didapatkan kedalam kuadran
SWOT. Kuadran SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.10 sebagai berikut:
Gambar 2.10. Kuadran SWOT
Keterangan :
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan
yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi,
artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya
kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.
2.7.3.4. Matriks IE (Internal Eksternal)
Parameter yang digunakan dalam matrik internal-eksternal ini meliputi parameter
kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan
penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat
yang lebih detail. Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu Strategic
Business Unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri dari atas 9 sel.
Matriks IE terdiri dari 2 dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu X
dan total skor pada matriks EFE pada sumbu Y. Matriks IE dapat dilihat pada
Gambar 2.11 sebagai berikut.
Gambar 2.11. Matriks IE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dari posisi kesembilan Sel dapat diberikan strategi alternatifnya sebagai berikut :
1. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Grow
and Build. Strategi yang cocok adalah strategi intensif seperti market
penetration, market development dan product development. Strategi yang
juga bisa dipilih adalah strategi integrasi, seperti backward, forward
(vertikal integration) dan horizontal integration.
2. SBU yang berada pada sel III, V, atau VII dapat digambarkan sebagai
Hold atau Maintain. Strategi yang cocok adalah market penetration atau
product development.
3. SBU yang berada pada sel VI, VIII, atau IX strateginya adalah Harvest
atau Divesture.
Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang mampu mengendalikan
bisnis yang berada pada sel I.
2.7.4. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT menampilkan delapan kotak, yaitu dua
paling bawah adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan
dua kotak sebelah atas adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat
kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik
pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Setelah hasil analisis SWOT dilakukan yang menghasilkan faktor-faktor internal,
maka berdasarkan hasil tersebut digunakan untuk menentukan strategi-strategi,
yaitu:
1. Startegi SO dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan
kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada.
2. Strategi WO yaitu mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan
peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada.
3. Strategi ST yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam
memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Strategi WT yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam
mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).
Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT dalam tabel matriks seperti Tabel 2.6.
di bawah ini :
Tabel 2.6 Matriks SWOT
Analisis SWOT Strength /kekuatan(S)
Daftar semua kekuatan yang dimiliki
Weakness/kelemahan (W)
Daftar semua kelemahan yang dimiliki
Opportunities/peluang (O)
Daftar semua peluang yang dapat diidentifikasi
Strategi SO
Mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada.
Strategi WO
mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada
Threats/ancaman (T)
Daftar semua ancaman yang dapat diidentifikasi
Strategi ST
mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T)
Strategi WT
mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T)
Sumber : Irwan Taufik, 2011
Kendati demikian analisis SWOT mempunyai keterbatasan. Keterbatasan yang
dipunyai analisis SWOT antara lain :
1. Kekuatan tidak selalu menjadi suatu keunggulan
2. Analisis SWOT terhadap lingkungan eksternal terlalu sempit
3. SWOT memberikan analisis pada keadaan statis dan tidak dinamis
4. SWOT terlalu menekankan pada strategi satu dimensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2.7.5. Tahap Pengambilan Alternatif Strategi
Dari beberapa alernatif yang didapatkan, dipilih strategi yang terbaik
menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Teknik ini secara
obyektif memberikan penilaian strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan
input dari matriks eksternal, matriks internal, kuadran SWOT, matriks SWOT dan
matriks IE, yang digunakan sebagai sumber informasi untuk membuat alternatif
strategi yang akan digunakan.
Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat dan dianalisa, maka tahap selanjutnya
disusunlah daftar prioritas yang harus diterapkan. QSPM merupakan teknik yang
secara obyektif dapat menetapkan strategi altematif yang diprioritaskan.Sebagai
suatu teknik, QSPM memerlukan good intuitive judgement. Tabel perhitungan
QSPM dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Faktor Kunci Bobot Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Internal Faktor Eksternal Total Skor Sumber : Fajar S. Handayani, 2009
Keterangan :
AS = Alternative Score
TAS = Total Alternative Score
Langkah-langkah dalam menyusun QSPM adalah sebagai berikut :
1. Buatlah daftar faktor eksternal (kesempatan/ancaman) dan faktor internal
(kekuatan/kelemahan) di sebelah kiri dari kolom matrik QSPM.
2. Berilah bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal (dari perhitungan
nilai Bobot).
3. Analisis matrik yang sesuai dari langkah kedua dengan mengidentifikasikan
strategi alternatif yang harus diimplementasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Berikan skor altematif (SA) dengan rentang skor sebagai berikut :
1 = tidak memiliki daya tarik
2 = daya tariknya rendah
3 = daya tariknya sedang
4 = daya tariknya tinggi
5. kalikan bobot dengan SA pada masing-masing faktor eksternal / internal
pada setiap strategi untuk mendapatkan nilai TAS.
6. Jumlahkan seluruh skor TAS.
Dari Hasil Perhitungan akan didapatkan nilai TAS untuk tiap alternatif strategi.
Pemilihan strategi didasarkan oleh perolehan nilai TAS yang terbesar, jika
terdapat selisih yang tidak terlalu besar diantara alternatif yang ada, maka dapat
dilakukan combination strategy untuk kedua alternatif tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif statistik dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui analisis SWOT untuk
mengetahui strategi pengembangan limbah perkotaan IPAL Semanggi.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di IPAL Semanggi Surakarta khususnya yang aktif
digunakan sebagai pusat penerima limbah cair dan dengan meninjau wilayah yang
mempunyai sambungan penyalur limbah ke IPAL Semanggi.
3.2.2. Populasi
Populasi sampel penelitian adalah pejabat ataupun petugas yang mengurusi serta
yang mengetahui tentang kebijakan maupun kegiatan pengolahan air limbah.
3.2.3. Responden
Responden adalah orang yang telah mengerti benar tentang perihal yang diamati
yaitu kinerja pengelolaan dan pelayanan kegiatan pengolahan air limbah. Dalam
hal ini Pejabat ataupun petugas dari instansi yang terkait dalam kegiatan
pengolahan air limbah di IPAL Semanggi.
3.2.4. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini
teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam aspek kelembagaan digunakan
teknik Purposive Sampling.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3.3. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari survey dan hasil wawancara dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada pejabat dari IPAL serta dari instansi terkait.
Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk membantu dan menunjang
pelaksanaan survey maupun penelitian. Data sekunder ini merupakan studi
literatur yang diambil dari buku, jurnal, dan literatur lainnya yang berkaitan.
Selain itu juga didapat dari peraturan yang berlaku.
3.4. Peralatan Yang Digunakan
3.4.1. Perangkat Lunak (Software)
Berikut ini beberapa perangkat lunak yang digunakan serta kegunaan dari
perangkat tersebut, antara lain:
a. Microsoft Excel
Digunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan hasil analisis data dalam
bentuk grafik proporsi, mengolah data membuat tabel.
b. Microsoft Word
Digunakan sebagai alat bantu untuk mengolah kata dan membuat tabel.
3.4.2. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan berupa form kuesioner yang digunakan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
3.5. Tahapan Penelitian
3.5.1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan di
IPAL Semanggi Surakarta dimana pejabat dalam instansi yang terkait dalam
bidang sanitasi serta dari pihak IPAL Semanggi belum dikaitkan sebagai alat ukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tentang Pelayanan Pengolahan Air limbah dalam penilaian pengembangan
pengolahan IPAL Semanggi Surakarta. Biasanya atribut alat ukur dikembangkan
berdasarkan pendapat ahli di bidang tersebut.
3.5.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor internal maupun
eksternal guna menyusun langkah strategi pengembangan di IPAL Semanggi
Surakarta. Dimana pejabat dari instansi yang terkait dalam bidang sanitasi sebagai
sasaran alat ukur utama.
3.5.3. Studi Pustaka dan literatur
Studi pustaka dan literatur dilakukan untuk mendapatkan atribut awal. Hal ini
dilakukan dengan penelusuran melalui internet, buku-buku literatur dan jurnal-
jurnal yang terkait.
3.5.4. Desain Kuisioner
Alat ukur penelitian ini adalah pendapat dan persepsi tentang penilaian terhadap
pengolahan limbah maka digunakan skala Likert. Dalam penelitian ini digunakan
dua penilaian dalam setiap variabel, yaitu penilaian dengan pembobotan dalam
pengaruhnya terhadap pengelolaan dan penilaian dengan rating dalam
pengaruhnya terhadap pengembangan. Adapun skor atau penilaian setiap variabel
disajikan seperti tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Pembobotan Dalam Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan.
Tingkat kepentingan
(RATING)
Tingkat Kualitas
(BOBOT)
Nilai atau skor
Sangat penting Sangat Baik 5
Penting Baik 4
Cukup penting Sedang 3
Tidak penting Buruk 2
Sangat tidak penting Sangat Buruk 1
Sumber : Riska Bahar, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Skala likert mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
a. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala likert hanya dapat
mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa
kali satu individu lebih baik dari individu lain.
b. Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena
banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang
sama.
3.5.5. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
primer diambil kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden oleh
peneliti sehingga responden dapat menanyakan hal – hal yang kurang jelas dan
peneliti dapat melakukan wawancara sehubungan jawaban responden. Sebagai
tanda bukti bahwa kuesioner telah dilakukan, peneliti meminta tanda tangan dari
responden.
Selain data dari kuisioner, peneliti juga akan melakukan pengamatan/observasi
dilapangan terkait pengelolaan limbah di IPAL Semanggi.
Data sekunder yang diambil mengenai jumlah karyawan, jumlah sambungan
rumah dan data pendukung lainnya berupa data literatur, peraturan, jurnal karya
tulis dan data lain yang membantu tercapainya penelitian ini.
3.5.5.1. Identifikasi Faktor Strategi
Setelah data sekuder, kemudian dilakukan identifikasi faktor strategi. Identifikasi
faktor strategi dilakukan dengan menganalisa data-data sekunder untuk kemudian
mencari kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan
ancaman (Threatment) berdasarkan data-data yang ada. Keseluruhan data-data
yang ada, baik yang berupa angka maupun berupa informasi, diterjemahkan dalam
bentuk penjelasan yang singkat, padat, jelas dan logis. Rincian identifikasi faktor
strategi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Identifikasi faktor-faktor Internal
Identifikasi faktor-faktor inernal merupakan proses dimana perencana strategi
mengkaji mengenai aspek-aspek yang berasal dari dalam lingkungan obyek yang
diteliti, yang dalam hal ini meliputi aspek teknis operasional, kelembagaan
internal, pembiayaan serta pengaturan. Dimana dengan analisis lingkungan
internal perusahaan dapat meningkatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan
untuk dapat memanfaatkan peluang dan dapat menangani ancaman yang akan
dihadapi. Untuk faktor-faktor internal yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Penilaian Setiap Atribut Faktor-Faktor Internal.
No Aspek Faktor Referensi 1. Kelembagaan a. Struktur Organisasi Robert J.Kodoatie (2003) b. Sumber daya Manusia Marina Pusparini, 2004 c. Kesejahteraan Pegawai Robert J.Kodoatie (2003) d. Orientasi perusahaan Robert J.Kodoatie (2003)
2. Teknis Operasional
a. Sarana dan Prasana penunjang kegiatan
Marina Pusparini, 2004
b. Instalasi pengolah air limbah Marina Pusparini, 2004 3. Pembiayaan a. Arus Kas dan Retribusi Freddy Nelwan,Kawik
Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
b. Ketersediaan Biaya/Modal Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
c. Investasi asing Marina Pusparini, 2004 4. Hukum &
Peraturan a. Kebijakan terkait Robert J.Kodoatie (2003)
b. Regulasi Hukum Robert J.Kodoatie (2003) Hasil Analisis, 2011
2. Identifikasi faktor-faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah faktor-fakor yang berada diluar perusahaan
sehingga suli dikendalikan oleh perusahaan tersebut. Perkembangan perusahaan
banyak dipengaruhi oleh dampak peristiwa, perkembangan, dan sifat perubahan
yang terjadi di lingkunganya. Lingkungan eksternal pada dasarnya diluar dan
terlepas dari perusahaan dan memberi kesempatan bagi perusahaan untuk maju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan berkembang, sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman bagi
perkembangan perusahaan.
Tabel 3.3 Penilaian Setiap Atribut Faktor-Faktor Eksternal.
No Aspek Faktor Referensi 1. Masyarakat a. Kesadaran Masyarakat Marina Pusparini, 2004
b. Keberadaan lembaga lokal Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
c. Partisipasi masyarakat Marina Pusparini, 2004
d. Koordinasi dengan lembaga terkait
Marina Pusparini, 2004
e. Gaya hidup masyarakat Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
f. Komunikasi dan sosialisasi Robert J.Kodoatie (2003)
g. Kesehatan masyarakat Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
2. Teknologi h. Teknologi baru Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
3 Lingkungan i. Dampak lingkungan Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
j. Kualitas, Kuantitas Dan
Kontinuitas Air Bersih
Freddy Nelwan,Kawik Sugiana dan Budi Kamulyan (2003)
Hasil Analisis, 2011
3.5.6. Analisis Data dan Pembahasan
Data hasil kuesioner yang terkumpul kemudian dilakukan analisis dengan analisis
SWOT. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis SWOT diperoleh dari
beberapa literatur. Dari beberapa literatur tersebut disesuaikan dengan adanya
kebijakan tentang pengembangan pengelolaan limbah guna selanjutnya dapat
ditentukan variabel yang termasuk dalam penilaian SWOT internal dan eksternal
yang akan digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan tersebut
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Potensi (Strength) : Kekuatan apa yang dapat dikembangkan agar lebih
tangguh, sehingga dapat bertahan di pasaran, yang berasal dari dalam
wilyah itu sendiri.
2. Masalah (weakness) : Segala faktor yang merupakan masalah atau kendala
yang datang dari dalam wilayah atau objek itu sendiri.
3. Peluang (opportunities) : Kesempatan yang berasal dari luar wilayah studi.
Kesempatan tersebut diberikan sebagai akibat dari pemerintah, peraturan,
atau kondisi ekonomi secara global.
4. Ancaman (treatment) : Merupakan hal yang dapat mendatangkan kerugian
berasal dari luar wilayah atau objek.
faktor kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities)
dan ancaman (Threats) dengan menggunakan skala ordinal likert dan di analisis
menggunakan metode statistic non parametic yaitu dengan menggunakan uji
tanda (Signtest).
Proses analisis dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pemilihan faktor-faktor SWOT.
2. Pemilahan faktor-faktor SWOT.
3. Penentuan rating faktor-faktor SWOT.
4. Penentuan bobot faktor-faktor SWOT.
5. Pembuatan matriks IFE (Intermal Factor Evaluation) dan matriks EFE
(Eksternal Factor Evaluation) dan menghitung skor bobot.
6. Pemetaan dengan Kuadran SWOT dan Matriks IE (Internal-Eksternal)
7. Pembuatan Matriks SWOT
8. Pemetaan Alternatif Strategi dengan QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix)
3.5.7. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan harus dapat menjelaskan rumusan masalah yang
telah ditentukan yaitu mengetahui strategi pengembangan IPAL Semanggi, yaitu
meningkatkan variabel yang berpengaruh dalam kegiatan pengolahan air limbah
mengingat tingkat pengaruh yang tinggi bagi responden tetapi kinerja masih
rendah. Peningkatan tersebut dinilai wajib untuk memaksimalkan pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kepada pelanggan jasa. Variabel yang dinilai responden paling berpengaruh dalam
pengembangan IPAL tetapi jika kondisinya sudah sesuai yang diharapkan dapat
dipertahankan. Namun jika ternyata variabel yang paling berpengaruh dalam
pelayanan terhadap pelanggan pengguna jasa masih jauh dari yang diharapkan
dapat ditingkatkan pihak yang bertanggungjawab untuk memperbaikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3.6. Diagram Alir
Mulai
Latar belakang masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah
Studi pustaka dan literatur
Desain Kuisioner
Pengumpulan data
Data Primer
1. Observasi / Pengamatan 2. Kuisioner
Data Sekunder
1. Tinjauan Pustaka 2. Instansi terkait :
a. Sarana dan prasarana IPAL
b. Jumlah Pelanggan dan Karyawan
selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Menentukan topik
Survey Pendahuluan
Kesimpulan dan saran
Analisis dan Pembahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keterangan :
:Simbol titik terminal, menunjukkan awal dan akhir suatu
proses proses
:Simbol persiapan, menentukan nilai awal suatu penelitian
:Simbol proses, menunjukkan suatu langkah proses
penelitian penelitian
:Simbol kegiatan manual, bahwa urutan proses tersebut
dilakukan secara manual tanpa proses komputer
:Simbol dokumen, menunjukkan data tersebut input dan
output dikerjakan dengan proses manual dan computer
:Simbol keputusan, digunakan untuk suatu pengambilan
keputusan dalam penelitian
:Simbol penghubung, menunjukkan sambungan dari
bagan alir yang terputus di halaman berikutnya.
:Simbol proses identifikasi, menunjukkan suatu operasi
identifikasi yang rincian pembanding telah ditetapkan
:Simbol input atau output, memberikan input atau output
data yang berfungsi sebagai pembanding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3.7. Diagram Alir Prosedur Metode Statistic Non Parametric
Prosedur Pembobotan
Hitung dengan rumus Is
Berdasarkan nilai Severity Index, Ambil faktor yang masuk 5 besar
urutkan faktor dari yang terbesar sehingga menjadi key faktor
untuk tiap kelompok faktor S/W untuk tiap kategori
atau O/P
Selisih Severity Index Jumlahkan nilai skala Saaty tiap
ditranformasikan ke skala faktor. Hitung total jumlah nilai
Saaty sesuai Tabel 3.1 skala Saaty tiap kelompok faktor
S/W atau O/P untuk menghitung
nilai Eigen Value-nya
Total nilai bobot faktor tiap Eigen value dilakukan kelompok
factor S/W atau O/P pembulatan (bila perlu) sehingga
harus sama dengan 1,0 diperoleh bobot faktor
Gambar 3.2 Diagram Alir Prosedur Metode Statistic Non Parametric
Data Kuisioner
Pemilahan Faktor SWOT
Transformasi ke Severity Index
Analisis Ranking
Tranformasi ke Skala Saaty
Hitung Eigen Value
Bobot Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strenghth, Weakness, Opportunities, Threats) merupakan bentuk
analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Analisis ini semata-mata sebuah
analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan analisis yang mampu
memberikan jalan keluar seluruh masalah.
Sebuah perumpamaan analisis SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta.
Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak
menunjukkan kemana kita akan pergi, tetapi peta akan menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan akan
berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan tergantung
visi misi dan program suatu organisasi.
4.1.1 Identifikasi Faktor Strategi
Berdasarkan ringkasan Philip Kotler (Kotler,2008) dalam Eni Dwi Saputri (2011)
diperoleh informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam
identifikasi faktor strategi dilakukan identifikasi terhadap setiap kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman secara mendetail terhadap perusahaan
berdasarkan informasi yang ada. Keseluruhan dara-data yang ada, baik yang
berupa angka maupun yang berupa informasi, diterjemahkan dengan penjelasan
singkat, padat, jelas dan logis.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4.1.1.1. Identifikasi faktor internal
Identifikasi faktor-faktor internal merupakan proses dimana perencana strategi
mengkaji mengenai kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan,
hukum&peraturan terkait, masyarakat, teknologi dan lingkungan. Dimana dengan
analisis lingkungan internal dapat meningkatkan kekuatan dan meminimalkan
kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang dan dapat menangani ancaman.
1. Faktor Kelembagaan
a. Struktur Organisasi
b. Sumber Daya Manusia
c. Kesejahteraan Pegawai
d. Orientasi Perusahaan
2. Teknis Operasional
a. Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan
b. Instalasi Pengolah Air Limbah
3. Pembiayaan
a. Arus Kas Dan Retribusi
b. Ketersediaan Biaya/Modal
c. Investasi Asing
4. Hukum Dan Peraturan
a. Kebijakan Terkait
b. Regulasi Hukum
4.1.1.2. Identifikasi Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar perusahaan
sehinga sulit dikendalikan oleh perusahaan. Perkembangan perusahaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh dampak peristiwa, perkembangan, dan sifat perubahan
yang terjadi dilingkungannya.
1. Masyarakat
a. Kesadaran Masyarakat
b. Keberadaan Lembaga Lokal
c. Pertisipasi Masyarakat
d. Komunikasi dan Sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
e. Koordinasi Dengan Lembaga Terkait
f. Gaya Hidup Masyarakat
g. Kesehatan Masyarakat
2. Teknologi
a. Teknologi Baru
3. Lingkungan
a. Dampak Lingkungan
b. Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih
4.1.2. Analisa Faktor Strategi
Kuesioner ini dibuat untuk menentukan tingkat kepentingan dan kualitas setiap
komponen berdasarkan kondisi dari IPAL Semanggi. Data hasil kuesioner yang
ada dipilah dahulu ke dalam kelompok strength, weakness, opportunities, dan
threats. Data yang digunakan adalah data kinerja/kualitas variabel sebagai nilai
BOBOT dan data pengaruh variabel terhadap kepentingan pengembangan
pengelolaan air limbah perkotaan pada IPAL Semanggi sebagai nilai RATING.
Skala rating sebelumnya ditransformasikan seperti Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Skala Transformasi Rating
Pengaruh setiap variabel terhadap kualitas pengelolaan di IPAL Semanggi
Nilai atau skor Skala transformasi
Sangat Baik 5 2 Baik 4 1 Sedang 3 0 Buruk 2 -1 Sangat Buruk 1 -2
Sumber : Irwan Taufik, 2011
Selanjutnya pemilahan variabel ke dalam strength, weakness, opportunities, dan
threats. Contoh perhitungan untuk tahap pemilahan faktor SWOT seperti pada
Tabel 4.2 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.2. Contoh Rekapitulasi Data Kuesioner
Faktor Internal Lembaga 1 Lembaga 2 Lembaga 3 B R B R B R
1 2 3 4 5 6 7 Struktur Organisasi x y x y x y Sumber Daya Manusia x y x y x y
Sumber : Irwan Taufik, 2011
Keterangan:
Kolom 1 : Faktor-faktor Internal
Kolom 2,4,6 : Nilai bobot hasil kuesioner
Kolom 3,5,7 : Nilai rating hasil kuesioner
x : Nilai hasil kuesioner skala ordinal likert (1-5)
y : Nilai hasil kuesioner skala ordinal likert (1-5)
B : Bobot
R : Rating
Selanjutnya tata cara sama dengan langkah dalam Riska Bahar (2009) seperti
Tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Kuesioner Faktor Internal
No Lembaga 1 2 3 4 5
Faktor Internal B R B R B R B R B R
KELEMBAGAAN
1 Struktur Organisasi 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4
2 Sumber Daya Manusia 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5
3 Kesejahteraan Pegawai 4 5 4 5 3 4 5 5 4 4
4 Orientasi Perusahaan 4 5 4 5 3 4 5 5 4 4
TEKNIS OPERASIONAL
5 Sarana Dan Prasarana Penunjang
Kegiatan 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4
6 Instalasi Pengolah Air Limbah 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4
Di lanjutkan ke halaman 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Lanjutan dari Tabel 4.3.
No Lembaga 1 2 3 4 5
Faktor Internal B R B R B R B R B R
PEMBIAYAAN
7 Arus Kas Dan Retribusi 4 4 5 4 2 4 3 5 4 4
8 Ketersediaan Biaya/Modal 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4
9 Investasi Asing 4 3 4 3 5 4 5 4 3 3
HUKUM & PERATURAN
10 Kebijakan Terkait 5 5 4 5 3 4 5 5 4 4
11 Regulasi Hukum 4 4 4 4 2 4 5 5 4 4
Hasil analisis, 2011
Keterangan :
1 = Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kota Surakarta
2 = Badan Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret
3 = Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Surakarta
4 = Dinas Pekerjaan Umum (DPU)
5 = IPAL Semanggi
B = Bobot
R = Rating
Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Kuesioner Faktor Eksternal
No Lembaga 1 2 3 4 5
Faktor Eksternal B R B R B R B R B R
MASYARAKAT
1 Kesadaran Masyarakat 5 5 4 4 2 4 5 5 2 4
2 Gaya Hidup Masyarakat 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4
3 Kesehatan Masyarakat 5 4 5 4 4 4 4 5 3 3
4 Partisipasi Masyarakat 4 5 5 5 3 4 5 5 2 2
5 Komunikasi Dan Sosialisasi 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4
Di lanjutkan ke halaman 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Lanjutan dari Tabel 4.4.
No Lembaga 1 2 3 4 5
Faktor Eksternal B R B R B R B R B R
6 Keberadaan Lembaga Lokal 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2
7 Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 5 5 5 5 5 4 5 5 2 2
TEKNOLOGI
8 Teknologi Baru 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3
LINGKUNGAN
9 Dampak Lingkungan 4 5 4 5 4 4 3 5 3 3
10 Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas
Air Bersih 4 5 4 5 4 4 3 3 3 3
Hasil analisis, 2011
Keterangan :
1 = Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kota Surakarta
2 = Badan Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret
3 = Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Surakarta
4 = Dinas Pekerjaan Umum (DPU)
5 = IPAL Semanggi
B = Bobot
R = Rating
4.1.2.1. Analisis Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness)
Analisis kekuatan dan kelemahan didapat melalui hasil kuesioner untuk faktor-
faktor internal. Dimana dari hasil kuesioner nantinya didapat nilai bobot dan
rating, kemudian dengan penjumlahan total nilai bobot dikalikan dengan nilai
rating yang sudah di konversikan melalui skala saaty maka akan didapat nilai dari
faktor internal tiap aspek yang ditinjau. Setelah didapatkan nilai dari setiap aspek
internal yang kemudian dibagi dengan jumlah seluruh aspek yang ada, maka akan
didapat nilai rata-rata dari faktor internal. Setelah didapat nilai rata-rata kemudian
hasilnya harus dijadikan skala 4 dengan dibagi 0,8. Kemudian hasil dari nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
setiap aspek internal tadi diambil dari lima urutan nilai rata-rata skala 4 yang
tertinggi, maka aspek tersebut masuk dalam kategori kekuatan (Strength).
Sedangkan untuk lima urutan nilai rata-rata skala 4 yang terendah, dikategorikan
sebagai kelemahan (Weakness). Untuk contoh perhitungan analisis kekuatan dan
kelemahan, dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Contoh Perhitungan Pengelompokan Kategori S/W Dan O/T
Faktor Internal Lembaga 1 Lembaga 2 ∑BxR' Nilai Rata-rata
Kategori Skala 5
Skala 4 B R R’ B R R'
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Struktur Organisasi x y x y
Sumber Daya Manusia x y x y
Sumber : Irwan Taufik, 2011
Keterangan :
Kolom 1 : Faktor-faktor internal
Kolom 2,5 : Nilai bobot hasil kuesioner
Kolom 3,6 : Nilai rating hasil kuesioner
Kolom 4,7 : Nilai rating hasil transformasi sesuai dengan Tabel 4.1.
Kolom 8 : Jumlah nilai bobot dikalikan dengan nilai rating hasil tansformasi
Kolom 9 : Membagi nilai rata-rata dengan jumlah lembaga yang ditinjau.
Kolom 10 : Pemilahan faktor internal berdasarkan nilai rating skala 4 dengan
cara mengalikan nilai dari skala 5 dengan 0,8 , kemudian
mengkategorikan untuk 5 faktor yang mempunyai nilai rating
skala 4 teratas dikelompokkan dalam kekuatan (Strength), dan 5
faktor yang mempunyai nilai rating terendah dikelompokkan
dalam kelemahan (Weakness).
Pemilahan faktor eksternal berdasarkan nilai rating skala 4,
dengan mengkategorikan untuk 5 faktor yang mempunyai nilai
rating skala 4 teratas dikelompokkan dalam peluang
(Opportunities) dan 5 faktor yang mempunyai nilai rating skala 4
terendah dikelompokkan dalam ancaman (Threats).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari hasil survei dengan penyebaran kuesioner ke setiap lembaga yang terkait
dalam permasalahan sanitasi dan pengelolaan di IPAL Semanggi, maka
didapatkan hasil seperti dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perhitungan Pengelompokan Kategori S/W
Faktor
Internal
1 2 3 4 5 ∑BxR' Kategori S/W
Rata-rata Rating Severty Index
B R R' B R R' B R R' B R R' B R R' R skala 5 R skala 4
X1 4 4 1 5 4 1 3 5 2 5 5 2 4 4 1 29 S5 4,4 3,52 88
X2 4 5 2 4 5 2 4 4 1 5 5 2 5 5 2 40 S1 4,8 3,84 96
X3 4 5 2 4 5 2 3 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S2 4,6 3,68 92
X4 4 5 2 4 5 2 3 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S3 4,6 3,68 92
X5 5 4 1 5 5 2 4 4 1 5 5 2 4 4 1 33 S6 4,4 3,52 88
X6 5 4 1 5 4 1 4 5 2 5 5 2 4 4 1 32 W1 4,4 3,52 88
X7 4 4 1 5 4 1 2 4 1 3 5 2 4 4 1 21 W2 4,2 3,36 88
X8 4 4 1 4 4 1 3 4 1 3 5 2 4 4 1 21 W3 4,2 3,36 84
X9 4 3 0 4 3 0 5 4 1 5 4 1 3 3 0 10 W5 3,4 2,72 76
X10 5 5 2 4 5 2 3 4 1 5 5 2 4 4 1 35 S4 4,6 3,68 92
X11 4 4 1 4 4 1 2 4 1 5 5 2 4 4 1 24 W4 4,2 3,36 84
Hasil analisis, 2011
Keterangan:
X1 : Struktur Organisasi.
X2 : Sumber Daya Manusia.
X3 : Kesejahteraan Pegawai.
X4 : Orientasi Perusahaan.
X5 : Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan.
X6 : Instalasi Pengolah Air Limbah.
X7 : Arus Kas dan Retribusi.
X8 : Ketersediaan Biaya/Modal.
X9 : Investasi Asing.
X10 : Kebijakan Terkait.
X11 : Regulasi Hukum.
B : Bobot
R : Rating
R’ : Transformasi nilai rating skala ordinal likert sesuai Tabel 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
∑B x R' : Jumlah nilai bobot dikalikan nilai rating hasil transformasi
Kategori S/W : Berdasarkan nilai rating skala 4 didapatkan nilai tertinggi teratas
mulai dari 3,84 sampai dengan 3,52 maka didapatkan enam faktor
dengan urutan nilai skala 4 teratas dikelompokkan dalam kekuatan
(Strength), dan lima faktor dengan urutan faktor dengan nilai rata-
rata terendah dikelompokkan dalam kelemahan (Weakness)
R Skala 5 : Rata-rata rating
R Skala 4 : Diperoleh dengan mengalikan rata-rata rating skala 5 dengan
0,8
Severity Index : Dihitung dengan rumus
Dengan keterangan :
N = Jumlah total 5 responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
αi = Bobot yang diberikan kepada respon ke-i
xi = ni / N
Adapun tata cara sama penghitungan severity index sama dengan langkah dalam
tugas akhir Riska Bahar (2009) seperti Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Jumlah Frekuensi Yang Menjawab Bobot Tertentu Pada Faktor Internal
Faktor Internal
Bobot Variabel Jumlah
1 2 3 4 5 responden X1 0 0 0 3 2 5 88 X2 0 0 0 1 4 5 96 X3 0 0 0 2 3 5 92 X4 0 0 0 2 3 5 92 X5 0 0 0 3 2 5 88 X6 0 0 0 3 2 5 88 X7 0 0 0 3 2 5 88 X8 0 0 0 4 1 5 84 X9 0 0 2 2 1 5 76
X10 0 0 0 2 3 5 92 X11 0 0 0 4 1 5 84
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Contoh perhitungan severity index :
Severity Index X1 =
Berdasarkan hasil analisis data terhadap pengelompokan kategori S/W pada Tabel
4.6, diperoleh 6 faktor yang dikelompokkan dalam kekuatan (Strength), dan 5
faktor yang dikelompokan dalam kelemahan (Weakness). Adapun hasil pemilahan
faktor internal dapat dilihat seperti Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Pemilahan Faktor Internal
NO FAKTOR INTERNAL RATING KATEGORI
1. Sumber Daya Manusia 3.840 Strength
2. Kesejahteraan Pegawai 3.680 Strength
3. Orientasi Perusahaan 3.680 Strength
4. Kebijakan Terkait 3.680 Strength
5. Struktur Organisasi 3.520 Strength
6. Sarana dan Prasarana Penunjang
Kegiatan
3.520 Strength
7. Instalasi Pengolah Air Limbah 3.520 Weakness
8. Arus Kas dan Retribusi 3.360 Weakness
9. Ketersediaan Biaya/Modal 3.360 Weakness
10. Regulasi Hukum 3.360 Weakness
11. Investasi Asing 2.720 Weakness
Hasil analisis, 2011
4.1.2.2. Analisis Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats)
Analisa peluang dan ancaman merupakan hasil kategori yang didapat dari
pemilahan faktor-faktor eksternal, dimana untuk perhitungan data dari hasil
kuesioner sama dengan perhitungan untuk analisis kekuatan dan kelemahan pada
halaman sebelumnya. Sehingga hasil perhitungan dari kuesioner untuk faktor
eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.9. Perhitungan Pengelompokan Kategori O/T
Faktor Eksternal
1 2 3 4 5 ∑BxR' Kategori
O/T
Rata-rata Rating Severty Index
B R R' B R R' B R R' B R R' B R R' R skala 5 R skala 4 X12 5 5 2 4 4 1 2 4 1 5 5 2 2 4 1 28 O1 4,4 3,52 88
X13 4 4 1 4 4 1 3 4 1 5 5 2 4 4 1 25 T1 4,2 3,36 84
X14 5 4 1 5 4 1 4 4 1 4 5 2 3 3 0 22 T2 4 3,2 80
X15 4 5 2 5 5 2 3 4 1 5 5 2 2 2 -1 29 O5 4,2 3,36 44
X16 4 4 1 4 5 2 4 4 1 5 5 2 4 4 1 30 O2 4,4 3,52 48
X17 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 2 2 -1 14 T5 3,6 2,88 32
X18 5 5 2 5 5 2 5 4 1 5 5 2 2 2 -1 33 O4 4,2 3,36 44
X19 4 4 1 4 4 1 4 5 2 4 4 1 3 3 0 20 T3 4 3,2 28
X20 4 5 2 4 5 2 4 4 1 3 5 2 3 3 0 26 O3 4,4 3,52 28
X21 4 5 2 4 5 2 4 4 1 3 3 0 3 3 0 20 T4 4 3,2 24
Hasil analisis, 2011
Keterangan:
X12 : Kesadaran Masyarakat.
X13 : Gaya Hidup Masyarakat.
X14 : Kesehatan Masyarakat.
X15 : Partisipasi Masyarakat.
X16 : Komunikasi Dan Sosialisasi.
X17 : Keberadaan Lembaga Lokal.
X18 : Koordinasi Dengan Lembaga Terkait.
X19 : Teknologi Baru.
X20 : Dampak Lingkungan.
X21 : Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih.
B : Bobot.
R : Rating.
R’ : Transformasi nilai rating skala ordinal likert sesuai Tabel 4.1.
∑B x R' : Jumlah nilai bobot dikalikan nilai rating hasil transformasi.
Kategori S/W : Berdasarkan nilai rating skala 4 didapatkan nilai tertinggi teratas
mulai dari 3,52 sampai dengan 3,36. Kemudian ditentukan lima
faktor dengan urutan nilai skala 4 teratas dikelompokkan dalam
Peluang (Opportunities), dan lima faktor dengan urutan faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dengan nilai rata-rata terendah dikelompokkan dalam ancaman
(Threats).
R Skala 5 : Rata-rata rating.
R Skala 4 : Diperoleh dengan mengalikan rata-rata rating skala 5 dengan
0,8.
Severity Index : Dihitung dengan rumus
Dengan keterangan :
N = Jumlah total 5 responden
Ni = Jumlah frekuensi jawaban yang menjawab bobot tertentu
αi = Bobot yang diberikan kepada respon ke-i
xi = ni / N
Adapun tata cara penghitungan severity index sama dengan langkah dalam tugas
akhir Riska Bahar (2009) seperti Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Jumlah Frekuensi Yang Menjawab Bobot Tertentu Pada Faktor Eksternal
Faktor Eksternal
Bobot Variabel Jumlah
1 2 3 4 5 Responden X12 0 0 0 3 2 5 88 X13 0 0 0 4 1 5 84 X14 0 0 1 3 1 5 80 X15 0 1 0 1 3 5 44 X16 0 0 0 3 2 5 48 X17 0 1 0 4 0 5 32 X18 0 1 0 1 3 5 44 X19 0 0 1 1 3 5 28 X20 0 0 1 1 3 5 28 X21 0 0 2 1 2 5 24
Hasil analisis, 2011
Berdasarkan hasil analisis data terhadap pengelompokan kategori O/T pada Tabel
4.9, diperoleh lima faktor yang dikelompokkan dalam peluang (opportunities),
dan lima faktor yang dikelompokkan dalam ancaman (threats). Adapun faktor-
faktor yang dikelompokkan seperti Tabel 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.11. Hasil Pemilahan Faktor Eksternal NO FAKTOR EKSTERNAL RATING KATEGORI
1. Kesadaran Masyarakat 3,520 Opportunity
2. Komunikasi Dan Sosialisasi 3,520 Opportunity
3. Dampak Lingkungan 3,520 Opportunity
4. Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 3,360 Opportunity
5. Partisipasi Masyarakat 3,360 Opportunity
6. Gaya Hidup Masyarakat 3,360 Threats
7. Kesehatan Masyarakat 3,200 Threats
8. Teknologi Baru 3,200 Threats
9. Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas
Air Bersih
3,200 Threats
10. Keberadaan Lembaga Lokal 2,880 Threats
Hasil analisis, 2011
4.1.3. Analisis Faktor Strategi Dengan Pendekatan Kuantitatif
4.1.3.1. Penentuan Rating Faktor Strategi
Selanjutnya setelah pemilahan tiap faktor-faktor SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threats) maka dihitung nilai rata-rata rating dalam skala 1-4.
Perhitungan penentuan rating faktor SWOT diperoleh dari penjumlahan semua
rating untuk tiap variabel kemudian dicari reratanya. Hasil rerata merupakan
rerata dengan skala Likert kemudian ditransformasikan menjadi skala 4 dengan
cara mengalikan dengan nilai 0,8 seperti dalam Tabel 4.6. dan Tabel 4.9 di atas.
Berdasarkan analisis data terhadap rating untuk tiap faktor internal dan eksternal
pada Tabel 4.6. dan Tabel 4.9 di atas kemudian disajikan dalam Tabel 4.12. dan
Tabel 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.12. Rating Faktor Internal
No Faktor Internal Rating(R)
Kekuatan (Strength)
1 Sumber Daya Manusia 3.840
2 Kesejahteraan Pegawai 3.680
3 Orientasi Perusahaan 3.680
4 Kebijakan Terkait 3.680
5 Struktur Organisasi 3.520
6 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan 3.520
Kelemahan (Weakness)
1 Instalasi Pengolah Air Limbah 3.520
2 Arus Kas dan Retribusi 3.360
3 Ketersediaan Biaya/Modal 3.360
4 Regulasi Hukum 3.360
5 Investasi Asing 2.720
Hasil analisis, 2011
Tabel 4.13. Rating Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal Rating(R)
Peluang (Opportunities)
1 Kesadaran Masyarakat 3,520
2 Komunikasi Dan Sosialisasi 3,520
3 Dampak Lingkungan 3,520
4 Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 3,360
5 Partisipasi Masyarakat 3,360
Ancaman (Threats)
1 Gaya Hidup Masyarakat 3,360
2 Kesehatan Masyarakat 3,200
3 Teknologi Baru 3,200
4 Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih 3,200
5 Keberadaan Lembaga Lokal 2,880
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.1.3.2. Penentuan Bobot Relatif Faktor Strategi
Penghitung bobot relatif faktor terlebih dahulu menghitung severity index dari tiap
faktor SWOT, kemudian dilakukan analisis rangking yaitu dengan mengurutkan
nilai hasil perhitungan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Tahapan ini
faktor-faktor SWOT akan bergeser sesuai dengan posisi nilai severity index
masing-masing faktor. Selisih severity index kemudian ditransformasikan ke skala
Saaty dengan ketentuan pada Tabel 2.5 Jumlah nilai hasil transformasi (skala
Saaty) untuk tiap faktor, kemudian dihitung nilai eigen value-nya. Hasil
perhitungan severity index faktor internal dan eksternal seperti Tabel 4.7. dan
Tabel 4.10. kemudian dilakukan analisis rangking seperti Tabel 4.14. dan 4.15.
Tabel 4.14. Severity Index Faktor Internal
Faktor Internal IS (Severity Index) Struktur Organisasi 88 Sumber Daya Manusia 96 Kesejahteraan Pegawai 92 Orientasi Perusahaan 92 Sarana Dan Prasarana Penunjang Kegiatan 88 Instalasi Pengolah Air Limbah 88 Arus Kas Dan Retribusi 88 Ketersediaan Biaya/Modal 84 Investasi Asing 76 Kebijakan Terkait 92 Regulasi Hukum 84
Hasil analisis, 2011
Tabel 4.15. Severity Index Faktor Eksternal
Faktor Eksternal IS (Severity Index) Kesadaran Masyarakat 88 Gaya Hidup Masyarakat 84 Kesehatan Masyarakat 80 Partisipasi Masyarakat 44 Komunikasi Dan Sosialisasi 48 Keberadaan Lembaga Lokal 32 Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 44 Teknologi Baru 28 Dampak Lingkungan 28 Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih 24
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Selanjutnya setelah memperoleh severity index masing-masing faktor internal dan
eksternal, maka mencari nilai eigen value-nya masing-masing faktor tersebut
dengan mencari selisih severity index dan ditranformasikan ke skala Saaty tiap
variabel. Hasil skala Saaty kemudian dicari nilai eigen value-nya. Hasil nilai eigen
value variabel nantinya sebagai nilai bobot relatif. Adapun tranformasi severity
index ke skala Saaty seperti Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Tranformasi Severity Index ke Skala Saaty
Selisih Severity Index Skala Saaty
0 – 5 1
6 – 10 2
11 – 15 3
16 – 20 5
21 – 30 7
31 keatas 9
Sumber: Irwan Taufik, 2011
Adapun tata cara sama penghitungan nilai bobot relatif sama dengan langkah
dalam Riska Bahar (2009) disajikan ke dalam Tabel 4.17. dan 4.19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.17. Perhitungan Nilai Bobot Relatif Faktor Internal
Keterangan IS Notasi S2 S3 S4 S7 S1 S5 S6 W1 W2 W4 W3 ∑ Eigen
Sumber Daya Manusia 96 S1 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00 3,00 3,00 5,00 23,00 0,156
Kesejahteraan Pegawai 92 S2 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 5,00 17,00 0,116
Orientasi Perusahaan 92 S3 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 5,00 17,00 0,116
Kebijakan Terkait 92 S4 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 5,00 17,00 0,116
Struktur Organisasi 88 S5 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 3,00 12,50 0,085
Sarana Dan Prasarana Penunjang Kegiatan 88 S6 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 3,00 12,50 0,085
Instalasi Pengolah Air Limbah 88 W1 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 3,00 12,50 0,085
Arus Kas Dan Retribusi 88 W2 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 11,50 0,078
Ketersediaan Biaya/Modal 84 W3 0,33 0,50 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 9,83 0,067
Regulasi Hukum 84 W4 0,33 0,50 0,50 0,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 9,83 0,067
Investasi Asing 76 W5 0,20 0,20 0,20 0,20 0,33 0,33 0,33 0,50 0,50 0,50 1,00 4,30 0,029
146,97 1,000
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keterangan :
Kolom variabel = Faktor-faktor internal
Kolom IS = Severity index
Kolom notasi = Notasi untuk faktor internal
Kolom ∑ = Penjumlahan hasil transformasi ke skala Saaty
Langkah-langkah perhitungan :
1. Mencari selisih antar severity index kemudian ditransformasikan ke dalam
skala Saaty, dimasukkan pada kolom sesuai dengan kode pemilahan faktor
SWOT. Contoh pengubahan ke dalam skala Saaty seperti Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Contoh Pengubahan Ke Dalam Skala Saaty
Kolom Selisih IS Skala Saaty S2:S2 96 - 96 = 0 1
S2:S3 96 - 92 = 4 1
S2:S4 96 - 92 = 4 1
Hasil analisis, 2011
2. Selanjutnya setelah melakukan perhitungan pada tahap pertama seterusnya
sampai baris pertama penuh maka didapatkan nilai ke skala Saaty yang
membentuk sebuah garis diagonal.
3. Perhitungan di bawah garis diagonal (kolom satu ke bawah) merupakan hasil
pembagian antara hasil skala Saaty pada faktor yang sama dengan hasil skala
Saaty selanjutnya.
Contoh : Kolom (S3,S2) =
Kolom (S4,S2) =
4. Baris kedua kolom kedua dilakukan dengan cara seperti perintah 1 sampai 3
kemudian baris ketiga kolom ketiga juga sama caranya sampai terakhir
Kolom Eigen = Hasil pembagian skala Saaty tiap variabel dengan jumlah
skala Saat Jumlah total eigen harus sama dengan 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.19. Perhitungan Nilai Bobor Relatif Faktor Eksternal
Keterangan Is Notasi T1 T2 T3 O1 O2 O3 T4 T5 T6 T7 ∑ Eigen
Kesadaran Masyarakat 88 O1 1,00 1,00 2,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 67,00 0,233
Gaya Hidup Masyarakat 84 T1 1,00 1,00 1,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 66,00 0,230
Kesehatan Masyarakat 80 T2 0,50 1,00 1,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 65,50 0,228
Komunikasi Dan Sosialisasi 48 O2 0,11 0,11 0,11 1,00 1,00 1,00 5,00 5,00 5,00 7,00 25,33 0,088
Partisipasi Masyarakat 44 O5 0,11 0,11 0,11 1,00 1,00 1,00 3,00 5,00 5,00 5,00 21,33 0,074
Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 44 O4 0,11 0,11 0,11 1,00 1,00 1,00 3,00 5,00 5,00 5,00 21,33 0,074
Keberadaan Lembaga Lokal 32 T5 0,11 0,11 0,11 0,20 0,33 0,33 1,00 1,00 1,00 2,00 6,20 0,022
Teknologi Baru 28 T3 0,11 0,11 0,11 0,20 0,20 0,20 1,00 1,00 1,00 1,00 4,93 0,017
Dampak Lingkungan 28 O3 0,11 0,11 0,11 0,20 0,20 0,20 1,00 1,00 1,00 1,00 4,93 0,017
Kualitas,Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih 24 T4 0,11 0,11 0,11 0,14 0,20 0,20 0,50 1,00 1,00 1,00 4,38 0,015
286,94 1,00
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Keterangan :
Kolom variabel = Faktor-faktor eksternal
Kolom IS = Severity index
Kolom notasi = Notasi untuk eksternal
Kolom ∑ = Penjumlahan hasil transformasi ke skala Saaty
Langkah-langkah perhitungan:
5. Mencari selisih antar severity index kemudian ditransformasikan kedalam
skala Saaty, dimasukkan pada kolom sesuai dengan kode pemilahan faktor
SWOT. Contoh pengubahan ke dalam skala Saaty seperti Tabel 4.20.
Tabel 4.20. Contoh Pengubahan ke Dalam Skala Saaty
Kolom Selisih IS Skala Saaty T1:T1 88 - 88 = 0 1
T1:T2 88 - 84 = 4 1
T1:T3 88 - 80 = 8 2
Hasil analisis, 2011
6. Selanjutnya setelah melakukan perhitungan pada tahap pertama seterusnya
sampai baris pertama penuh maka didapatkan nilai ke skala Saaty yang
membentuk sebuah garis diagonal.
7. Perhitungan di bawah garis diagonal (kolom satu ke bawah) merupakan hasil
pembagian antara hasil skala Saaty pada faktor yang sama dengan hasil skala
Saaty selanjutnya.
Contoh : Kolom (T1,T2) =
Kolom (T1,T3) =
8. Baris kedua kolom kedua dilakukan dengan cara seperti perintah 1 sampai 3
kemudian baris ketiga kolom ketiga juga sama caranya sampai terakhir
Kolom Eigen = Hasil pembagian skala Saaty tiap variabel dengan jumlah
skala Saat Jumlah total eigen harus sama dengan 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil perhitungan nilai Eigen value untuk menentukan nilai bobot relatif pada
setiap faktor internal dan eksternal dijumlahkan dan hasilnya sama dengan 1,
penyajian data untuk tiap faktor internal dan eksternal ditunjukan pada Tabel 4.21.
dan Tabel 4.22.
Tabel 4.21. Bobot Faktor Internal
No Faktor Internal BOBOT (B) Kekuatan (Strength)
1 Sumber Daya Manusia 0,156 2 Kesejahteraan Pegawai 0,116 3 Orientasi Perusahaan 0,116 4 Kebijakan Terkait 0,116 5 Struktur Organisasi 0,085 6 Sarana Dan Prasarana Penunjang Kegiatan 0,085
Kelemahan (Weakness) 1 Instalasi Pengolah Air Limbah 0,085 2 Arus Kas Dan Retribusi 0,078 3 Ketersediaan Biaya/Modal 0,067 4 Regulasi Hukum 0,067 5 Investasi Asing 0,029
TOTAL 1,000 Hasil analisis, 2011
Tabel 4.22. Bobot Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal BOBOT (B) Peluang (opportunities)
1 Kesadaran Masyarakat 0,233 2 Komunikasi dan Sosialisasi 0,088 3 Dampak Lingkungan 0,017 4 Koordinasi dengan Lembaga Terkait 0,074 5 Partisipasi Masyarakat 0,074
Ancaman (threats) 1 Gaya hidup masyarakat 0,230 2 Kesehatan Masyarakat 0,228 3 Teknologi Baru 0,017 4 Kualitas,Kuantitas dan Kontinuitas air bersih 0,015 5 Keberadaan Lembaga Lokal 0,022 TOTAL 1,000
Hasil analisis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4.1.3.3. Pembuatan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Selanjutnya setelah diperoleh hasil perhitungan rating (Tabel 4.12.) dan
perhitungan bobot relatif (Tabel 4.21.) maka dibuat matriks IFE dengan
mengambil data dari tabel tersebut. Hasil analisis data untuk perhitungan matriks
IFE ditunjukan pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
No Faktor Internal Bobot (B) Rating (R) Skor (BxR)
Kekuatan (Strength)
1 Sumber Daya Manusia 0,156 3,840 0,601
2 Kesejahteraan Pegawai 0,116 3,680 0,426
3 Orientasi Perusahaan 0,116 3,680 0,426
4 Kebijakan Terkait 0,116 3,680 0,426
5 Struktur Organisasi 0,085 3,520 0,299
6 Sarana Dan Prasarana Penunjang
Kegiatan 0,085 3,520 0,299
Total Kekuatan (S) 0,674 2,477
Kelemahan (Weakness)
1 Instalasi Pengolah Air Limbah 0,085 3,520 0,299
2 Arus Kas Dan Retribusi 0,078 3,360 0,263
3 Ketersediaan Biaya/Modal 0,067 3,360 0,225
4 Regulasi Hukum 0,067 3,360 0,225
5 Investasi Asing 0,029 2,720 0,080
Total Kelemahan (W) 0,326 1,092
Total Seluruh Faktor Internal 1,000 3,568
Hasil analisis, 2011
Setelah didapatkan hasil total untuk setiap faktor, kemudian dilakukan
pengurangan/selisih dari total skor fakor kekuatan dan kelemahan guna
mendapatkan posisi perusahaan yang digambarkan dalam sebuah kuadran SWOT
dan nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi strategi. Dari hasil
perhitungan di atas, didapat nilai total kekuatan (S) adalah 2,477 dan total skor
kelemahan adalah 1,092. Setelah dilakukan pengurangan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Nilai total skor S – W = 2,477 – 1,092 = 1,385 Digunakan sebagai koordinat
titik X.
4.1.3.4. Pembuatan Matriks EFE ( Eksternal Factor Evaluation )
Selanjutnya setelah diperoleh hasil perhitungan rating (Tabel 4.13.) dan
perhitungan bobot relatif (Tabel 4.22.) maka dibuat matriks IFE dengan
mengambil data dari tabel tersebut. Hasil analisis data untuk perhitungan matriks
IFE ditunjukan pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)
No Faktor Eksternal Bobot(B) Rating(R) Skor(BxR)
Peluang (Opprtunities)
1 Kesadaran Masyarakat 0.233 3.520 0.822 2 Komunikasi dan Sosialisasi 0.088 3.520 0.311 3 Dampak Lingkungan 0.017 3.520 0.061 4 Koordinasi dengan Lembaga Terkait 0.074 3.360 0.250 5 Partisipasi Masyarakat 0.074 3.360 0.250 Total Peluang (O) 0.488 1.693
Ancaman (Threats)
1 Gaya hidup masyarakat 0.230 3.360 0.773 2 Kesehatan Masyarakat 0.228 3.200 0.730 3 Teknologi Baru 0.017 3.200 0.055 4 Kualitas,Kuantitas dan Kontinuitas air
bersih 0.015 3.200 0.049
5 Keberadaan Lembaga Lokal 0.022 2.880 0.062 Total Ancaman (T) 0.512 1.669 Total Seluruh Faktor Eksternal 1,000 3,362
Hasil analisis, 2011
Dari hasil perhitungan di atas, didapat nilai total peluang (O) adalah 1,693 dan
total skor ancaman adalah 1,669. Setelah dilakukan pengurangan sebagai berikut:
Nilai total skor O – T = 1,693 – 1,669 = 0,023 Digunakan sebagai koordinat
titik Y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4.1.3.5. Pemetaan Hasil Matriks IFE dan EFE Kedalam Kuadran SWOT
Berdasarkan perhitungan matriks IFE dan EFE didapatkan koordinat untuk
kuadran SWOT dimana diperoleh data titik X dan titik Y dari hasil selisih tiap
faktor. Sehingga didapat hasil bahwa posisi perusahaan berada pada titik (1,385 ,
0,023).
Gambar 4.1. Kuadran SWOT
Berdasarkan Kuadran SWOT didapatkan hasil bahwa posisi perusahaan berada di
kuadran I yang menandakan sebuah perusahaan yang kuat dan berpeluang,
Sehingga rekomendasi strategi yang diberikan adalah dengan Progresif Strategi.
Progresif Strategi artinya adalah perusahaan yang berada pada kondisi prima dan
mantab, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus dilakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
4.1.3.6. Pemetaan Strategi dengan Matriks Internal-Eksternal (IE)
Setelah hasil perhitungan dengan matriks IFE dan EFE (Tabel 4.23 dan Tabel
4.24) didapat skor untuk posisi internal adalah lebih dari 2,50 yaitu sebanyak
3,568. Sehingga berarti secara internal kuat. Sedangkan untuk posisi Eksternal
didapt skor juga lebih dari 2,50 yaitu 3,362, kelembagaan telah merespon dengan
STRENGTH (S)
THREATS (T)
WEAKNESS (W) 1,385 0
0,023
Posisi kelembagaan didalam Intalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi Menurut Kuadran SWOT.
OPPORTUNITIES (O)
KUADRAN I KUADRAN IV
KUADRAN II KUADRAN III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
baik peluang yang ada dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi
ancaman. Kemudian dari hasil skor tersebut dipetakan ke dalam matriks IE
dimana skor internal sebagai nilai sumbu X, dan skor eksternal sebagai nilai
sumbu Y,seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Matriks IE
Dari matriks IFE didapat skor 3,568 sedangkan untuk matriks EFE didapat skor
3,362. Berdasarkan Gambar 4.2 untuk posisi kelembagaan dalam IPAL Semanggi
terletak pada sel I yang digambarkan sebagai Grow atau Build Strategy. Dengan
Strategi yang direkomendasikan adalah market development dan product
development.
4.1.4. Analisa Faktor Strategi Dengan Pendekatan Kualitatif
Berdasarkan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE
(Eksternal Factor Evaluation) diketahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan
(Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats) untuk penerapan SWOT pada IPAL Semanggi adalah sebagai berikut:
1,00 4,00
0
1,00
4,00 I II III
IV V VI
VII VIII IX Unatractive
Moderate
Atractive
Excellent Moderate Weak
Businees Sektor Prospects
Businees Strength
3,568
3,362
Posisi kelembagaan didalam Intalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi Menurut Matriks IE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1. Faktor Kekuatan/Strength (S):
a. Sumber Daya Manusia.
b. Kesejahteraan Pegawai.
c. Orientasi Perusahaan.
d. Kebijakan Terkait.
e. Struktur Organisasi.
f. Sarana Dan Prasarana Penunjang Kegiatan.
2. Faktor Kelemahan/Weakness (W):
a. Instalasi Pengolah Air Limbah.
b. Arus Kas Dan Retribusi.
c. Ketersediaan Biaya/Modal.
d. Regulasi Hukum.
e. Investasi Asing.
3. Faktor Peluang/Opportunities (O):
a. Kesadaran Masyarakat.
b. Sosialisasi dan Komunikasi.
c. Dampak Lingkungan
d. Koordinasi dengan Lembaga Terkait.
e. Partisipasi Masyarakat.
4. Faktor Ancaman/Threats (T):
a. Gaya Hidup Masyarakat.
b. Kesehatan Masyarakat.
c. Teknologi Baru.
d. Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas Air Bersih.
e. Keberadaan Lembaga Lokal.
Setelah didapat kategori untuk faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
kelemahan kemudian dilakukan perpaduan diantara faktor-faktor tersebut
menghasilkan sebuah strategi baru. Perpaduan faktor-faktor tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam sebuah matriks yang dinamakan matriks SWOT, seperti
pada Tabel 4.25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.25. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan/Strength (S): 1. Sumber Daya Manusia. 2. Kesejahteraan Pegawai. 3. Orientasi Perusahaan. 4. Kebijakan Terkait. 5. Struktur Organisasi. 6. Sarana Dan Prasarana
Penunjang Kegiatan.
Kelemahan/Weakness (W): 1. Instalasi Pengolah Air
Limbah. 2. Arus Kas Dan Retribusi. 3. Ketersediaan
Biaya/Modal. 4. Regulasi Hukum. 5. Investasi Asing.
Peluang / Opportunity (O) : 1. Kesadaran Masyarakat. 2. Sosialisasi dan Komunikasi. 3. Dampak Lingkungan 4. Koordinasi dengan Lembaga
Terkait. 5. Partisipasi Masyarakat.
Strategi SO : 1. Penguatan kebijakan terkait
dengan mengintensifkan sosialisasi dan komunikasi guna menggugah kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pentingnya sanitasi yang baik. (S4,O1,O2,O5)
Strategi ST : 1. Meningkatkan Arus Kas
dan Retribusi dengan memanfaatkan kerjasama dengan pihak terkait dan partisipasi dari masyarakat. (W2 ,O4,O5)
2. Pertahankan koordinasi dengan lembaga terkait untuk memperkuat regulasi hukum. (W4,O4)
Ancaman /Threats (T) : 1. Gaya Hidup Masyarakat. 2. Kesehatan Masyarakat. 3. Teknologi Baru. 4. Kualitas, Kuantitas Dan
Kontinuitas Air Bersih. 5. Keberadaan Lembaga Lokal.
Strategi WO : 1. Meningkatkan potensi sumber
daya manusia serta akses sarana dan prasarana air limbah untuk perbaikan kesehatan masyarakat (S1, T2)
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan pegawai agar mampu memanfaatkan teknologi baru dalam menghadapi permasalahan pengelolaan air limbah (S1,S2,T3)
Strategi WT : 1. Penggunaan teknologi baru
pada instalasi pengolah ar limbah untuk menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air bersih. (W1,T3,T4)
Hasil analisis, 2011
4.1.5. Perumusan Alternatif Strategi
Setelah tahap matching stage atau perpaduan antara faktor-faktor SWOT yang
menggunakan kuadran SWOT dan matriks SWOT, dihasilkan beberapa alternatif
strategi, seperti pada Tabel 4.26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.26. Alternatif Strategi
NO ALTERNATIF STRATEGI
1. Product Development a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan kesejahteraan pegawai agar mampu
memanfaatkan teknologi baru dalam
menghadapi permasalahan pengelolaan air
limbah.
2. Market Development a. Meningkatkan potensi sumber daya manusia
serta akses sarana dan prasarana air limbah
untuk perbaikan kesehatan masyarakat.
b. Penggunaan teknologi baru pada instalasi
pengolah ar limbah untuk menjaga kualitas,
kuantitas dan kontinuitas air bersih.
3. Horizontal
Integration
a. Penguatan kebijakan terkait dengan
mengintensifkan sosialisasi dan komunikasi
guna menggugah kesadaran dan partisipasi
masyarakat akan pentingnya sanitasi yang baik.
b. Pertahankan koordinasi dengan lembaga terkait
untuk memperkuat regulasi hukum.
c. Meningkatkan Arus Kas dan Retribusi dengan
memanfaatkan kerjasama dengan pihak terkait
dan partisipasi dari masyarakat.
Hasil analisis, 2011
4.1.6. Tahap Pengambilan Keputusan
Setelah tahapan terdahulu dibuat dan dianalisis, sehingga didapatkan hasil berupa
alternatif strategi seperti pada Tabel 4.26, maka tahap selanjutnya adalah
menyusun daftar prioritas yang harus diimplemetasikan. Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM) merupakan teknik yang secara obyektif dapat
menentukan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai sebuah teknik, QSPM
memerlukan sebuah good intuitive judgement. Sehingga QSPM untuk analisis
alternatif strategi yang sudah dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.27 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.27. Quantitative Strategic Planning Matriks
Faktor Kunci Bobot Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Sumber Daya Manusia 0,156 4 0,626 4 0,626 1 0,156 Kesejahteraan Pegawai 0,116 4 0,463 2 0,231 1 0,116 Orientasi Perusahaan 0,116 1 0,116 1 0,116 3 0,347 Kebijakan Terkait 0,116 2 0,231 1 0,116 4 0,463 Struktur Organisasi 0,085 1 0,085 1 0,085 3 0,255 Sarana dan Prasarana Penunjang
Kegiatan 0,085 3 0,255 4 0,340 1 0,085
Instalasi Pengolah Air Limbah 0,085 3 0,255 4 0,340 1 0,085 Arus Kas dan Retribusi 0,078 1 0,078 1 0,078 4 0,313 Ketersediaan Biaya/Modal 0,067 2 0,134 2 0,134 3 0,201 Regulasi Hukum 0,067 1 0,067 1 0,067 4 0,268 Investasi Asing 0,029 3 0,088 2 0,059 4 0,117 1,000 Kesadaran Masyarakat 0,233 1 0,233 1 0,233 4 0,934 Komunikasi Dan Sosialisasi 0,088 1 0,088 1 0,088 3 0,265 Dampak Lingkungan 0,017 1 0,017 2 0,034 1 0,017 Koordinasi Dengan Lembaga Terkait 0,074 1 0,074 1 0,074 4 0,297 Partisipasi Masyarakat 0,074 1 0,074 1 0,074 4 0,297 Gaya Hidup Masyarakat 0,230 1 0,230 1 0,230 2 0,460 Kesehatan Masyarakat 0,228 4 0,913 4 0,913 1 0,228 Teknologi Baru 0,017 4 0,069 4 0,069 1 0,017 Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas
Air Bersih 0,015 1 0,015 4 0,061 1 0,015
Keberadaan Lembaga Lokal 0,022 1 0,022 1 0,022 4 0,086 1,000 Total Skor 4,134 3,991 5,024 Hasil analisis, 2011 Keterangan :
AS = Alternative Score
TAS = Total Alternative Score
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dari perhitungan Matriks Quantitative Strategic Planning tampak bahwa
alternatif 3 (Horizontal Integration) mempunyai nilai TAS yang terbesar yaitu
5,024, sehingga alternatif 3 merupakan strategi yang paling menarik untuk
digunakan, akan tetapi jika melihat hasil dari alternatif 1 (Product Development)
dan alternatif 2 (Market Development) yang memiliki perbedaan skor yang kecil,
yaitu 4,134 dan 3,991. Jadi dapat dilakukan Combination Strategy untuk alternatif
1 dan Alternatif 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah proses analisis, berikut ini dibuat kesimpulan mengenai pencapaian dalam
penelitian ini dan kemudian saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan
strategi yang dilaksanakan.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan pengelolaan air
limbah perkotaan (studi kasus IPAL Semanggi Kota Surakarta) dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang teridentifikasi dalam aspek internal sebagai kekuatan
(Strength), kelemahan (Weakness), serta faktor-faktor teridentifikasi dalam
aspek eksternal sebagai peluang (Opportunity), ancaman (Threats) pada
kelembagaan yang ada di Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Semanggi
Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
• Kekuatan (Strength) : Sumber Daya Manusia, Kesejahteraan
Pegawai, Orientasi Perusahaan, Kebijakan Terkait, Struktur
Organisasi, Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan.
• Kelemahan (Weakness) : Instalasi Pengolah Air Limbah, Arus Kas
dan Retribusi, Ketersediaan Biaya/Modal, Regulasi Hukum,
Investasi Asing.
b. Faktor Eksternal
• Peluang (Opportunity) : Kesadaran Masyarakat, Komunikasi Dan
Sosialisasi, Dampak Lingkungan, Koordinasi Dengan Lembaga
Terkait, Partisipasi Masyarakat.
• Ancaman (Threats) : Gaya Hidup Masyarakat, Kesehatan
Masyarakat, Teknologi Baru, Kualitas, Kuantitas Dan Kontinuitas
Air Bersih, Keberadaan Lembaga Lokal.
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Alternatif Strategi yang paling menarik dan tepat untuk pengembangan
pengelolaan air limbah perkotaan dalam hal ini mengacu pada permasalahan
di dalam lingkungan IPAL Semanggi Kota Surakarta adalah Horizontal
Integration dengan jalan sebagai berikut :
a. Penguatan kebijakan terkait dengan mengintensifkan sosialisasi dan
komunikasi guna menggugah kesadaran dan partisipasi masyarakat akan
pentingnya sanitasi yang baik.
b. Pertahankan koordinasi dengan lembaga terkait untuk memperkuat
regulasi hukum.
c. Meningkatkan Arus Kas dan Retribusi dengan memanfaatkan kerjasama
dengan pihak terkait dan partisipasi dari masyarakat.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah penulis susun, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Penelitian ini perlu dilakukan studi literatur lebih lanjut terutama dalam
pemilihan variabel agar mendapatkan kuesioner yang efisien dan lebih detail
untuk diberikan kepada responden.
2. Dalam pemilihan variabel sebaiknya dilakukan survey pendahuluan terlebih
dahulu agar terjadi persamaan persepsi antara peneliti dengan obyek yang
akan diteliti.
3. Perlunya menambahkan aspek kemasyarakatan secara lebih luas, yang terkait
dengan pelayanan air limbah.
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat diperluas bukan hanya pada satu lingkup
IPAL Semanggi saja, tetapi dengan meninjau dari IPLT Mojosongo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ajeng Peny. 2005. Peranan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Cair Melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Tangga Di Wilayah Surakarta (Suatu Studi Di Perusahaan Air Minum Daerah Di Surakarta. Skripsi, S1 Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahar, Riska. 2009. Kajian Terhadap Strength, Weakness, Opportunities, Threats Dalam Industri Jasa Konstruksi (Studi Kasus Kontraktor Gred 4,5,6 Untuk Pekerjaan Bangunan Air Di Surakarta). Skripsi, S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Freddy Nelwan, Kawik Sugianan & Budi Kamulyan. 2003. Kajian Program Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Studi Kasus Pengelolaan IPAL Margasari Balikpapan. UGM. Yogyakarta. Handayani, Fajar Sri. 2009. Manajemen Strategi Konsultan Golongan Kecil Dalam Menghadapi Era Kebebasan Investasi. Jurnal Teknik, Media Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pusparini, Marina. 2004. Peranan Unit Pengolahan Limbah (UPL) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta. Tugas Akhir, Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Robert J. Kodoatie, 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Wardhana, Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. Santi, Angen, 2010. Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi Kota Surakarta. Tugas Akhir, Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saputri, Eni dewi. 2011. Perancangan Strategi Pengembangan Usaha dengan Metode Strategi SWOT Analysis di Perusahaan Abon Diamond Ampel Boyolali. Skripsi, S1 Teknik Industri, Jurusan Teknik Insdustri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Taufik, Irwan. 2011. Kajian Strategi Maintenance Gedung Perkuliahan Berdasarkan Persepsi Pengguna Gedung di Universitas Sebelas Maret. Skripsi, S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Websites
www.pdamsolo.or.id. Profile PDAM. 10 Juli 2011
www.sanitasi.net
www.menlh.go.id
www.solopos.co.id