Download pdf - SSJ (Alergi respi)

Transcript

Bagian Ilmu Kesehatan AnakTutorial Kasus Respirologi-AlergiFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

SINDROM STEVEN JOHNSON

Disusun oleh:Rheza Giovanni (1510029012)Yuji Aditya (1510029...)

Pembimbing:dr. Sukartini, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya berkat limpahan berkat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan refleksi kasus dengan judul Sindrom Steven Johnson pada Seorang Anak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan hingga terselesaikannya tutorial kasus ini, diantaranya:1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si selaku Rektor Universitas Mulawarman2. Bapak dr. H. Emil Bachtiar Moerad, Sp.P, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. 3. dr. Sukartini, Sp. A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman selaku Ketua Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unmul serta selaku dosen Pembimbing Klinik yang dengan sabar memberikan arahan, motivasi, saran dan solusi yang sangat berharga dalam penyusunan laporan kasus ini dan juga yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan solusi selama penulis menjalani co.assisten di lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak.4. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan kepada kami. 5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu. Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang..

Samarinda, 18 Januari 2016

Penulis

Tutorial

SINDROM STEVEN JOHNSON

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Ilmu Kesehatan AnakRHEZA GIOVANNIYUJI ADITYA

Menyetujui,

dr. Sukartini, Sp. A

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTERUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDAJANUARI 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI41. PENDAHULUAN52. KASUS73. TINJAUAN PUSTAKA18I. Sindroma Steven JohnsonA. Definisi18B. Epidemiologi18C Anatomi dan fisiologi18D. Patogenesis22E. Diagnosis23F. Penatalaksanaan29G. Prognosis334. PEMBAHASAN34DAFTAR PUSTAKA37

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSindrom Stevens-Johnson merupakan kelainan pada kulit yang serius, di mana kulit dan selaput lendir bereaksi keras terhadap obat atau infeksi.[1] Seringkali, Stevens-Johnson sindrom diawali dengan gejala mirip flu, diikuti dengan ruam merah atau keunguan yang menyakitkan yang menyebar dan lecet, akhirnya menyebabkan lapisan atas kulit mati.[1]Penyebab pasti dari SSJ saat ini belum diketahui namun ditemukan beberapa hal yang memicu timbulnya SSJ seperti obat-obatan atau infeksi virus.[2] Mekanisme terjadinya sindrom pada SSJ adalah reaksi hipersensitif terhadap zat yang memicunya.[2]

1.2TujuanTujuan pembuatan tutorial kasus ini adalah :1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan yang terdapat pada kasus.3. Melatih mahasiswa dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.

BAB IILAPORAN KASUS

Pasien masuk RS pada tanggal 11 Januari 2016 dari IGD RSUD A.W. Sjahranie Samarinda. Anak dirawat di ruang melati pada tanggal yang sama.

Identitas pasien Nama : An. MSA Jenis kelamin : Laki-laki Umur: 6 tahun Alamat: Jl. Bengkuring Raya Blok A RT. 70 Samarinda Anak ke: 2 dari 2 bersaudara MRS: 11 Januari 2016

Identitas Orang Tua Nama Ayah: Tn. S Umur: 44 tahun Alamat: Jl. Bengkuring Raya Blok A RT. 70 Samarinda Pekerjaan: Pegawai Swasta Agama: Islam Suku: Jawa

Nama Ibu: Ny. I Umur: 42 tahun Alamat: Jl. Bengkuring Raya Blok A RT. 70 Samarinda Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Agama: Islam Suku: Jawa

A. RESUME IGDSubyektif:Kulit melepuh sejak 3 hari yang lalu di hampir seluruh tubuh, Demam (-), Nyeri saat BAK (+), BAB tidak ada (-), Muntah (-). Gejala muncul setelah minum obat. Obat yang diminum: cefadroxil syrup, paracetamol tablet, methydrolil.

Obyektif:1. Tanda-tanda vital: Nadi 139x/menit, RR: 26x/menit, T: 37,6 C TD: 100/702. Kesadaran: GCS E3V4M53. Kepala: anemis (-|-) , ikterik (-|-), sianosis (-), napas cuping hidung (-), terdapat luka dibagian pinggir bibir4. Thorax: Retraksi intercosta (-), whe (-|-), rho (-|-) Vesikuler (+/+), terdapat ruam-ruam serta vesikel di dada5. Abdomen: Soefl, Flat, BU(+)N, timpani, nyeri tekan (-)6. Ekstremitas: ekstremitas superior dan inferior akral hangat, CRT 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Pada SSJ yang berat diiberikan terapi cairan dan elektrolit, serta diet tinggi kalori dan protein secara parenteral. Dapat diberikan infus, misalnya dekstrose 5%, Nacl 9%, dan Ringer laktat berbanding 1:1:1 setiap 8 jam. Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi. Pada daerah erosi dan ekskoriasi dapat diberikan krim sulfodiazin perak. Pada kasus purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg iv sehari. Lesi mulut diberi kenalog in orabase, betadine gargle, dan untuk bibir yang kelainannya berupa krusta tebal kehitaman dapat diberikan emolien misalnya krim urea 10%. Pemberian obat tetes mata baik antibiotik maupun yang bersifat garam fisiologis setiap 2 jam, untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder dan terjadinya kekeringan pada bola mata. Pemberian obat salep dapat diberikan pada malam hari untuk mencegah terjadinya perlekatan konjungtiva. Intravena Imunoglobulin (IVIG). Dengan dosis 0,2-0,75 g / kg berat badan per hari selama empat hari berturut-turut. Pemberian IVIG akan menghambat reseptor FAS dalam proses kematian keratinosit yang dimediasi FAS. Transfusi darah 300 cc selama 2 hari jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari.Efek transfusi darah (whole blood) ialah imunorestorasi. Bila terdapat leukopenia prognosisnya menjadi buruk, setelah pemberian transfusi leukosit cepat menjadi normal. Selain itu darah juga mengandung banyak sitokin dan leukosit, jadi meningkatkan daya tahan tubuh.Indikasi pemberian transfusi darah pada SSJ dan NET ialah Bila telah diobati dengan dosis adekuat setelah 2 hari belum ada perbaikan. Bila terdapat purpura generalisata Jika terdapat leukopeniaSetelah sembuh dari SSJ tidak boleh menggunakan kembali agen atau senyawa yang penyebab. Obat dari kelas farmakologis yang sama dapat digunakan asalkan obat tersebut secara struktural berbeda dengan obat penyebabnya.[5] Karena faktor genetik diduga berperan dalam kerusakan kulit dan timbulnya lepuh akibat obat, sehingga obat yang dicurigai tidak boleh digunakan dalam darah pasien. Tidak ada statistik khusus tentang risiko penggunaan ulang obat yang salah atau kemungkinan desensitisasi pada pasien dengan SSJ.[5]II.10. PrognosisSSJ adalah penyakit dengan morbiditas yang tinggi, yang berpotensi mengancam nyawa. Tingkat mortalitas adalah 5%, jika ditangani dengan cepat dan tepat, maka prognosis cukup memuaskan.[4]Lesi biasanya akan sembuh dalam 1-2 minggu, kecuali bila terjadi infeksi sekunder. Sebagian besar pasien sembuh tanpa gejala sisa.[5]Bila terdapat purpura yang luas dan leukopenia prognosisnya lebih buruk. Pada keadaan umum yang buruk dan terdapat bronkopneumonia, dapat menyebabkan kematian.[2] Pengembangan gejala sisa yang serius, seperti kegagalan pernafasan, gagal ginjal, dan kebutaan, menentukan prognosis.[4] Sampai dengan 15% dari semua pasien dengan sindrom Stevens-Johnson (SSJ) meninggal akibat kondisi ini. Bakteremia dan sepsis meningkatkan resiko kematian.[6]

BAB IVPEMBAHASAN

AnamnesisTeoriKasus

Gejala prodormal berkisar antara 1-14 hari berupa demam tinggi, malese, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot, dan atralgia yang sangat bervariasi.[3] Lesi kulit: Berupa macula yang meluas Papul, bulla, urtikaria Membentuk bullosa yang bisa pecah meninggalkan kulit yang gundul Epidermiolisis Gatal dan panas pada luka Lesi mukosa Lesi berupa vesikel yang cepat membentuk bulla dan pecah Menimbulkan erosi dan eksoriasi serta cepat menjadi krusta Lokasi mulut (100%), genital (50%), Hidung (8%), Anal (4%), saluran pencernaan dan saluran cerna Lesi mata Kelainan mata, merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis purulen, blefarokonjungtivitis, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema, penuh dengan nanah sehingga sulit dibuka, dan disertai rasa sakit.[3] Nyeri dada Nyeri tenggorokan Sakit menelan Malaise Bercak merah di wajah, bibir, lidah, mukosa pipi, tangan, tubuh, kaki, genital, anal Bercak berubah menjadi bulla, erosi, eksoriasi kemudian menjadi krusta Lesi panas dan gatal Krusta pada bibir Riwayat sulit BAB sejak lesi muncul Sulit makan dan membuka mulut Sulit BAK Ada riwayat peradangan mata

Pemeriksaan FisikTeoriKasus

Lesi kulit: Berupa macula yang meluas Papul, bulla, urtikaria Membentuk bullosa yang bisa pecah meninggalkan kulit yang gundul Epidermiolisis Gatal dan panas pada luka Lesi mukosa Lesi berupa vesikel yang cepat membentuk bulla dan pecah Menimbulkan erosi dan eksoriasi serta cepat menjadi krusta Lokasi mulut (100%), genital (50%), Hidung (8%), Anal (4%), saluran pencernaan dan saluran cerna Lesi mata Kelainan mata, merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa konjungtivitis purulen, blefarokonjungtivitis, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema, penuh dengan nanah sehingga sulit dibuka, dan disertai rasa sakit.[3] Lesi kulitMacula yang meluas menjadi bula dan pecahPapul dan bulla pada wajah, tubuh dan ekstrimitas Lesi mukosaMenjadi erosi -> eksoriasi -> krusta pada mukosa bibir, lidah, genital (glans dan batang penis), skrotum Lesi mataRiwayat kelopak mata bengkak dan merah 5 hari sebelum masuk RS,

Pemeriksaan PenunjangTeoriKasus

Darah lengkap Pemeriksaan imunologik Kultur kuman dan Uji resistensi dari darah dan tempat lesi, Pemeriksaan histopatologik biopsi kulit. Darah lengkap Serum elektrolit GDS

PenatalaksanaanTeori Kasus

Hindari faktor pencetus yang dicurigai Rawat inap Masuk ruangan isolasi khusus luka bakar atau ICU Kortikosteroid Antibiotik spectrum luas Antihistamin Infus dan transfuse KCL Imuniglobulin IV Agen hemostatic Diet Multivitamin Rawat luka kulit dengan krim antibiotic, kompres dengan nacl atau darrow, dan sufratule Perawatan mata diberi obat salep mata berupa antibiotic, lubrikasi mata dengan air mata buatan, kompres nacl Perawatan mukosa mulut dengan betadine gurgle, bila nyeri berlebihan bisa diberi anestetik topical (lidokain 2%) - D5 1/2 NS 1400 cc / 24 jam - Inj. Cefotaxime 3 x 500 mg (hari ke 2) - Inj. Metilprednisolone 32,5 Mg (hari 1) - CTM 3 x 1,8 mg P.O- Cetirizine 1x1 cth- Nistatin 3 gtt 1- Rawat luka : Kompres NaCl + Salep Zalf genta + hidrocortison Ibuprofen 3x1 cth

BAB VKESIMPULAN

Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum yang bervariasi dari ringan sampai berat. Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti, pada umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat yang paling sering adalah oxicam NSAID, sulfonamide, fenitoin, dan penisilin. Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III dan reaksi hipersensitivitas tipe IV. SSJ menyebabkan pengelupasan kulit kurang dari 10% permukaan tubuh, pada selaput lendir dapat menimbulkan krusta kehitaman, dan pada mata menyebabkan konjungtivitis purulenta. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk mendiagnosis SSJ kecuali pemeriksaan histopatologis. Diagnosis banding dari Sindrom Steven Johnson yaitu Nekrolisis Epidermal Toksik, Staphylococcal Scalded Skin Syndrom, dan Eritema Multiforme. Dan komplikasi pada SSJ yang paling sering terjadi adalah bronkopneumonia. Penanganan Sindrom Steven Johnson dilakukan dengan menghentikan obat penyebab, memberi terapi cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral pada penderita dengan keadaan umum berat. Penggunaan steroid sistemik masih kontroversi. IVIG dapat diberikan untuk mencegah kerusakan kulit yang lebih lanjut dan antibiotik spektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. SSJ adalah penyakit dengan morbiditas yang tinggi, yang berpotensi mengancam nyawa. Jika ditangani dengan cepat dan tepat, maka prognosis cukup memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pierre-Dominique Ghislain MD, Jean-Claude Roujeau MD : Pengobatan reaksi obat yang parah: Stevens-Johnson Syndrome, Toxic epidermal dan sindrom hipersensitif Necrolysis. Dermatology Online Journal 8(1): 5. 2002. 2. Djuanda, A. Hamzah, M. Sindrom Stevens Johnson. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2007 : 163-166. 3. Mansjoer, A. Suprohaita. Wardhani, WI. Setiowulan, W. Erupsi Alergi Obat. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta 2002 4. Wolff, K., Johnson R.A Suurmond, D. Stevens Johnson Syndrom. Fitzpatrick Dermatology Atlas. 5th Edition. 2007. The McGraw-Hill.5. Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC. 6. http://www.dermis.net/dermisroot/en/30254/diagnose.htm 7. http://emedicine.medscape.com/article/756523-overview8. http://en.wikipedia.org/wiki/Stevens%E2%80%93Johnson_syndrome2