Download doc - Skizofrenia (Ko Dw)

Transcript
Page 1: Skizofrenia (Ko Dw)

David Wyanto

10 2007 159

Blok 22 Neurology and Behaviour Science

Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang termasuk dalam kelompok gangguan

neurokognitif di mana terjadi gangguan dalam proses pikir dan persepsi. Pada tahun

1911, oleh Alfred Bleuler, memperkenalkan istilah “skizofrenia” yang ditandai

dengan empat gejala A yang menonjol (Asosiasi yang abnormal, gangguan Afek,

Autisme, dan Ambivalensi). Seseorang dikatakan menderita skizofrenia jika gejala-

gejala skizofrenia sudah dialami sekitar sekurangnya 1 bulan dan gejala menetap

sekurangnya selama 6 bulan. Jika kurang dari itu maka orang tersebut dikatakan

menderita psikotik akut atau lir-skizofrenia.

Jumlah penderita skizofrenia adalah sekitar 1% dari total populasi dunia. Jumlah pasti

penderitanya di Indonesia, belum diketahui hingga sekarang. Skizofrenia dimulai

antara masa remaja menengah sampai dewasa muda. Pada pria, onset gangguan ini

umumnya bermula pada usia awal dua puluhan (15-25) sedangkan pada wanita

bermula pada akhir tiga puluhan (25-35). Bila pria menderita skizofrenia maka lebih

parah daripada perempuan. Sedangkan jumlah penderitanya sendiri seimbang pada

kelompok pria dan wanita. Juga tidak ditemukan perbedaan dalam kelompok ras yang

berbeda-beda. Skizofrenia berupa sindrom yang heterogen, di mana diagnosisnya

belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu. Diagnosisnya

ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang dinyatakan karakteristik untuk

skizofrenia.

Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang

mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun defisit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Karena permulaan serangan pada usia

muda maka individu dengan skizofrenia menjadi beban keluarga dan memerlukan

Page 2: Skizofrenia (Ko Dw)

penanggulangan yang berlangsung lama.

Riwayat Psikiatrik

Anamnesis adalah wawancara seksama yang dilakukan pasien yang berguna untuk

menunjang diagnosis penyakit seorang pasien. Seringkali, diagnosis yang baik sudah

dapat menentukan penyakit seseorang. Anamnesis merupakan gabungan dari keahlian

mewawancarai dan pegetahuan yang mendalam tentang gejala dan tanda suatu

penyakit sehingga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai

untuk penyakit tersebut.

Anamnesis dibedakan menjadi 2 yaitu

Auto anamnesis = Anamnesis yang dilakukan kepada pasien

sendiri

Allo anamnesis = Anamnesis yang dilakukan terhadap keluarga

atau pengantarnya

(tuliskan tanggal wawancara, nama (inisial) orang yang diwawancara, hubungannya

dengan pasien, tempat wawancara)

A. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke

dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai

indicator waktu, berapa lama mengalami hal itu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang adalah cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai

kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Uraikan

secara kronologis onset gangguan kejiwaannya, perkembangan gejala, faktor-faktor

yang mempengaruhi (stresor organobiologik, psikososial), dampak gangguan pada

fungsi pekerjaan, fungsi sosial dan kegiatan sehari-hari, pernah diobati/dirawat di

mana sebelum dibawa ke RS, diberikan obat apa, bagaimana reaksinya; upayakan

sedapat mungkin sampai didapat kesan diagnosis sementara gangguan jiwanya.

Page 3: Skizofrenia (Ko Dw)

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Gangguan psikiatrik

Uraikan secara kronologis onset penyakit yang pertama kali, usia awitan,

perkembangan gejala, faktor-faktor yang mempengaruhi (faktor organobiologik,

psikososial). Dampak gangguan pada fungsi pekerjaan, fungsi sosial dan kegiatan

sehari-hari. Pernah diobati/ dirawat di mana, diberikan obat apa (warna obatnya),

bagaimana reaksinya; efek samping obat, kepatuhan pengobatan, upayakan sedapat

mungkin sampai didapat kesan diagnosis gangguan jiwanya pada saat itu, hasil

pengobatannya (efek terapeutiknya), gejala sisa, remisi parsial / remisi total, kegiatan

setelah terapi)

Gangguan medik

Penyakit / gangguan fisik yang pernah dialami, diagnosis, terapi,kondisi setelah

terapi.

Penggunaan zat psikoaktif

Uraikan jenis zat psikoaktif yang pertama kali digunakan, kapan, dosis, frekuensi,

cara pemakaian, dampak penggunaannya, gejala putus zat, terapi, sembuh / masih

menggunakan zat itu atau menambah/ mengganti dengan zat lain, pemakaian terakhir.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat perkembangan fisik

Dari dalam kandungan sampai dengan saat ini, kondisi ibu saat kehamilan, keadaan

pada saat partus, cacat bawaan, perkembangan fisik, motorik, pernah sakit yang

bermakna, kecelakaan yang bermakna, kejang, operasi, dirawat, gejala sisa dll.

Riwayat perkembangan kepribadian

Mulai dari masa kanak, remaja, dewasa, lansia

Pola perkembangan psikomotor, psikososial, kognitif, dan moral

Kualitas komunikasi orang tua – anak (pola asuh)

Page 4: Skizofrenia (Ko Dw)

Sifat, temperamen, karakter, kebiasaan

Gangguan perkembangan atau perilaku

Pola pergaulan, hubungan sosial, hubungan interpersonal, persepsi diri

Identitas diri, citra diri, tokoh idola, hobi

Problem emosional

Terdapat ciri-ciri/gangguan kepribadian tertentu

Riwayat pendidikan

Mulai dari masuk sekolah. Prestasi pelajaran, kegagalan, keberhasilan, berhenti,

pindah sekolah, kegiatan di luar sekolah, kegiatan setelah berhenti sekolah.

Riwayat pekerjaan

Mulai dari pertama kali bekerja, di mana, jenis pekerjaan, lama bekerja, alasan

berhenti/pindah, gaji, hubungan dengan atasan/bawahan/teman sejawat, dll.

Kehidupan beragama

Latar belakang pendidikan agama; sikap terhadap agama; ketaatan beribadah;

pandangan agama tentang kehidupan sekarang, bunuh diri, AIDS, dan gangguan jiwa;

pengaruh agama dalam kegiatan/kehidupan sehari-hari.

Riwayat kehidupan psikoseksual dan perkawinan

Masa pacaran,dijodohkan/pilihan sendiri, harapan terhadap pasangan hidup,

kehidupan seksual, keharmonisan perkawinan, kehamilan yang diharapkan, kelahiran

anak, siapa pencari nafkah utama, alasan perceraian, alasan rujuk, alasan kawin lagi;

kehidupan seksual sebelum menikah, dsb. Bila belum menikah bagaimana kehidupan

psikoseksualnya, pernah berpacaran, melakukan hubungan seksual, dsb.

Riwayat keluarga

Gambar pohon keluarga (segiempat untuk laki-laki, lingkaran untuk

perempuan, yang sakit jiwa diarsir, pasien diberi tanda panah, bila sudah

meninggal dunia diberi garis silang diagonal)

Tuliskan identitas masing2 anggota keluarga yg bermakna (umur, pendidikan,

status perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, beri tanda bila mengalami

gangguan jiwa (yang diarsir), jenis gangguan jiwanya, sebab kematian dll)

Page 5: Skizofrenia (Ko Dw)

E. Situasi kehidupan sosial sekarang

Sebaiknya dengan kunjungan rumah (dengan surat pengantar dari RS)

Kondisi fisik tempat tinggal dan lingkungan

Jumlah penghuni dalam rumah, hubungannya dengan pasien

Interaksi keluarga dengan pasien, sikap keluarga terhadap kondisi psikososial

pasien

Kesan kondisi sosial dan ekonomi keluarga

Status Mental

A. Deskripsi Umum

Penampilan

Deskripsikan apa yang tampak: sikap, cara berpakaian, dandanan . make up, postur

tubuh, rambut, jenggot, kumis, kebersihan diri, tampak lebih tua / muda / sesuai usia,

dll.

Kesadaran

Kesadaran neurologik/sensorium : compos mentis, apatis, somnolen, sopor, sporo-

koma, koma, delirium

Kesadaran psikiatrik (kualitas kesadaran)

Tampak terganggu (sikap, perilaku, gerak-gerik, ekspresi wajah yg tidak

wajar, sehingga didapat kesan sebagai orang yang sedang terganggu jiwanya)

Tampak tidak terganggu (sikap, perilaku, gerak-gerik, ekspresi wajah tampak

wajar, sehingga didapat kesan sebagai orang yang tidak tampak terganggu

jiwanya)

Perilaku dan aktivitas psikomotor

Perilaku dan aktivitas psikomotor seperti tenang, gelisah, cemas, katatonia, stereotipi,

hiperaktivitas, kompulsi, menarik diri, dll, pada saat :

sebelum wawancara

selama wawancara

Page 6: Skizofrenia (Ko Dw)

sesudah wawancara

Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif, indeferen, apatis, curiga, antisosial, bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen,

tegang, seduktif dan lain-lain.

Kualitas berbicara

Cara berbicara : spontan/tidak, cepat/lambat, keras/lemah, lancar, tersendat,

gagap, dramatik, monoton, sambil menggerutu/bergumam dan lain-lain

Gangguan berbicara : afasia, disartria/pelo, latah (ekolalia), dll

B. Alam Perasaan (Emosi)

Suasana perasaan (mood)

Emosi yang bersifat menetap (musimnya emosi), berlangsung lama, internal, yang

dapat dikemukakan pasien, dan mempengaruhi pesepsi/perilaku seseorang tentang

dunia sekitarnya, secara obyektif dapat dilihat dari cara berbicaranya, ekspresi

wajahnya, gerak-gerik tubuhnya, nada suaranya, kecepatan berbicaranya,

banyak/sedikit pembicaraannya

Eutim: suasana perasaan yang biasa, wajar, normal (normothyn)

Hipertim: suasana perasaan yang meningkat (bahagia, senang, gembira, puas,

terhibur, ekstasi / kenikmatan indrawi, hipoman sampai mania)

Distim: suasana perasaan yang iritabel (marah, beringas, benci, jengkel,

berang, tersinggung, bermusuhan, mengamuk, kebencian patologik sampai

mengarah ke tindak kekerasan, agresif)

Hipotim: suasana perasaan yang menurun (murung, pedih, muram, sedih,

melankolis, berkabung, putus asa, malu, ditolak sampai disforik, depresi)

Ketakutan: suasana perasaan yang berupa cemas, takut, khawatir, waswas,

waspada, ngeri sampai anxietas, fobia, panik, atau waham

Kosong: suasana perasaan yang inadekuat untuk dimasukkan ke salah satu

bentuk mood diatas

Siklotim: suasana perasaan yang bergelombang

Page 7: Skizofrenia (Ko Dw)

Afek/ekspresi afektif

Respons emosional secara eksternal, yang tampak pada saat wawancara (hidup emosi,

cuacanya emosi), emosi yang sesaat/jangka pendek; tampak dari reaksi yang timbul

setelah membicarakan sesuatu hal yang dapat memicu emosi, yang dinilai adalah:

Arus : reaksi emosinya :cepat / lambat

Stabilitas : stabil (tak banyak berubah) / labil (cepat berubah)

Kedalaman : emosi yang dalam / dangkal

Skala diferensiasi : luas / sempit (reaksi emosi terhadap hal-hal yang tidak

langsung(luas) atau yang langsung/jelas (sempit))

Keserasian : serasi (reaksi emosi yang sesuai dengan rangsangan emosi), atau

tidak serasi (dirangsang yang sedih, reaksinya senang)

Pengendalian : kuat / lemah (pengedalian respons emosi)

Ekspresi : wajar / terbatas / tumpul / datar

Dramatisasi : ada / tidak ada (echt / unecht) – “acting emosional”

Empati : dapat / tidak dapat diraba-rasakan (kemampuan pemeriksa

menempatkan dirinya sebagai pasien dan sebaliknya)

C. Gangguan Persepsi (Persepsi panca indera)

Halusinasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Ilusi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Deprsonalisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Derealisasi (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

D. Sensorium dan Kognisi (Fungsi Intelektual)

Faktor organik spesifik yang mempengaruhi fungsi mental susunan saraf pusat

Sensorium (Kesadaran neurologik) => lihat pada deskripsi umum

Merupakan fungsi luhur yang paling rendah; sedangkan fungsi kognitif

merupakan fungsi luhur yang lebih tinggi seperti:

o Taraf pendidikan : sesuai dengan tingkat pendidikan / akademik

o Pengetahuan umum : luas, sempit, kurang

o Kecerdasan : diatas rata-rata, rata-rata, dibawah rata-rata (bila perlu IQ

test)

Page 8: Skizofrenia (Ko Dw)

o Konsentrasi

o Perhatian

o Orientasi (waktu, tempat, perorangan)

o Daya ingat : jenis / tingkat (jangka panjang, jangka pendek, segera).

Gangguan : amnesia, paramnesia, blackout

Pikiran abstrak (kemampuan berpikir konseptual, mengetahui arti peribahasa;

mengetahui persamaan beberapa benda)

Visuospasial (kemampuan menirukan gambar yang bertumpang tindih seperti

pentagon, segitiga, lingkaran; kemampuan menggambar jam)

Bakat kreatif (kreatifitas berdasarkan bakat pasien)

Kemampuan menolong diri sendiri (mandi, makan, mengganti pakaian dll)

E. Proses Pikir

Arus pikiran

Produktifitas (miskin / kaya ide, terbatas, loncat gagasan, logorrhea)

Kontinuitas (Asosiasi longgar : sirkusmstansialitas, tangensialitas, inkoherensi

dll)

Hendaya berbahasa (neologisme, word salad, asosiasi bunyi, dll)

Isi Pikiran

Waham, obsesi, fobia (ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Ideas of reference (gagasan rujukan : ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Ideas of influence (gagasan pengaruh : ada / tidak ada, jenisnya, isinya)

Preokupasi dalam pikiran (kecendrungan pikiran, pola sentral dalam pikiran)

F. Pengendalian impuls

Kemampuan mengendalikan impuls agresivitas, seksual, dorongan kehendak, dan

perilaku psikososial yang bisa membahayakan diri atau orang lain.

G. Daya Nilai

Daya nilai sosial (norma sosial): Persepsi pasien tentang perilakunya yang

dapat membahayakan dirinya atau lingkungannya, yang pernah dilakukannya

Page 9: Skizofrenia (Ko Dw)

(pasien yang pernah memukul ibunya, ditanyakan apakah memukul ibu itu

boleh atau tidak, kalau boleh mengapa, kalau tidak juga mengapia?)

Uji daya nilai: Persepsi pasien tentang suatu peristiwa yang dikemukan

pemeriksa; seperti apa yang akan dilakukan pasien bila menemui sebuah

amplop tertutup yang ada alamatnya dan ada perangkonya

Daya nilai realitas: kalau terganggu, dalam hal apa?

H. Tilikan

1. Menyangkal bahwa dirinya sakit

2. Mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit pada saat yang bersamaan

3. Menyalahkan orang lain / faktor eksternal sebagai penyebab sakitnya

4. Sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tak diketahui dalam

dirinya

5. Sadar bahwa dirinya sakit tetapi tidak bisa menerapkan pengetahuannya dalam

mengatasi penyakitnya

6. Sadar bahwa dirinya sakit dan sudah bisa menerapkannya sampai

kesembuhannya (tilikan emosional sejati).

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain selain

kelainan jiwanya (komorbiditas).

Status Internistik

Keadaan umum Sistem Kardiovaskular

Kesadaran Sistem Respiratorius

Tensi Sistem Gastrointestinal

Nadi Sistem Muskuloskeletal

Suhu badan Sistem Urogenital

Frekuensi pernapasan Sistem Dermatologi

Tinggi badan dan berat badan Kelainan Khusus lainnya

Bentuk badan

Page 10: Skizofrenia (Ko Dw)

Status Neurologik

Gejala rangsang meningeal dan tekanan intracranial

Mata (gerakan : kelumpuhan, nistagmus, dll)

Pupil (bentuk, rangsang cahaya, konvergensi, reaksi kornea)

Pemeriksaan oftalmoskopik (fundus, retina, papil oedem,dll)

Motorik dan sensibilitas

Fungsi luhur

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pada scenario perlu dilakukan pemeriksaan urin untuk mengetahui penderita

menggunakan obat psikotropika atau tidak. Sedangkan pada pemeriksaan lainnya

dilakukan atas indikasi penyakit organobiologiknya (komorbid).

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada penderita Skizofrenia bukan ditujukan untuk

mendiagnosis. Tetapi ditujukan untuk bidang penelitian serta untuk melihat kelainan

struktur dan fungsi yang dihubungkan dengan gejala yang timbul pada pasien.

Kelainan struktur otak yang bisa ditemukan pada pasien skizofrenia dengan

pemeriksaan MRI :

Regio otak Kelainan yang ditemukan

Serebrum

Serebelum

Ventrikel

Lobus temporal

Pengurangan volume korteks dan

kelainan waktu relaksasi

Inkonklusif

Lebih kecil terutama sisi kiri

Kelainan waktu relaksasi dan

pengurangan volume gray matter

Kelainan waktu relaksasi dan pengecilan

amigdala-hipokampus-parahipokampus

terutama sisi kiri

Mengecil dan kelainan waktu relaksasi ;

Page 11: Skizofrenia (Ko Dw)

Lobus frontal

Nukleus kaudatus

Septum pelusidum

Thalamus

Korpus calosum

Girus singulat

penurunan fosfolipid turnover

Dapat lebih kecil atau besar

Membesar dan peningkatan kavum

septum pelusidum

Lebih kecil

Perubahan bentuk atau normal

Lebih kecil pada kedua sisi

Pencitraan dengan PET pada pasien skizofrenia

Kelompok kerja Gambaran klinis Gambaran PET

Retardasi psikomotorik Retardasi pada afek,

pembicaraan dan

pergerakan

Penurunan aliran darah di :

- prefontral

- parietal kiri

peningkatan aliran darah di

: nucleus kaudatus

Gangguan penilaian realita Halusinasi dan waham Peningkatan aliran darah

di :

- striatum

parahipokampus

ventral kiri

Penurunan di :

- Singulat posterior

kanan

- Temporal posterior

kanan

Disorganisasi Gangguan afek pikir dan

afek yang tidak serasi

Peningkatan di :

- singulat post.

Kanan

- thalamus

mediodorsal

Page 12: Skizofrenia (Ko Dw)

penurunan di :

- frontotemporal

kanan

- area Broca

- girus angular kiri

dan kanan

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis gangguan jiwa maka menggunakan Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi 3 (PPDGJ III).

Pada scenario 3 pasien memiliki gejala :

halusinasi auditorik (menyuruh melakukan sesuatu, membicarakan dan

mengomentari tingkah lakunya)

waham aneh, paranoid

gejala negatif (mengurung diri, tidak kuliah)

halusinasi (8 bulan) dan gejala negatif (1 minggu)

Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan

adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom skizofrenia

dalam kelompok-kelompokpenting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama

untuk diagnosis.

Kelompok simptom tersebut :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda; atau

Page 13: Skizofrenia (Ko Dw)

Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal)

Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.

b) Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap sesuatu kekuatan dari luar.

Delusional perception : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c) Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien

mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri jenis suara

halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

(d) Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk

asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-

valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

Page 14: Skizofrenia (Ko Dw)

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan

stupor;

(h) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

(i) Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall

quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed atitude), dan

penarikan diri secara sosial.----

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala tersebut

tetapi yang lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis

pertama kali sebagai gangguan psikotik lir-skizofrenia akut.

Skizofrenia tipe Paranoid

Ini adalah skizofrenia yang paling sering dijumpai. Gambaran klinis didominasi oleh

waham yang relatif stabil, sering bersifat paranoid, disertai oleh halusinasi (terutama

halusinasi pendengaran), dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, kehendak, dan

pembicaraan, serta gejala katatonik tidak menonjol.

Pedoman diagnostik :

Kriteria Skizofrenia terpenuhi

Gejala tambahan :

o Halusinasi yang mengancam atau memerintah pasien/halusinasi suara

o Halusinasi pembauan atau gustatorik

o Waham dikejar-kejar, control

o Gangguan afektif, kehendak, katatonik relatif tidak nyata/tidak

menonjol

Dengan gejala-gejala yang ada maka pasien menderita Skizofrenia Paranoid.

Page 15: Skizofrenia (Ko Dw)

Diagnosis Banding

Skizofrenia tipe Hebefrenik

Pada tipe ini terjadi disintegrasi emosi, dimana emosinya bersifat kekanak-kanakan,

ketolol-tololan, seringkali tertawa sendiri kemudian secara tiba-tiba menangis

tersedu-sedu. Terjadi regresi total, dimana individu menjadi kekanak-kanakan.

Individu mudah tersinggung atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi sarkasme

(sindiran tajam) dan menjadi marah meledak-ledak atau explosive tanpa sebab.

Kepribadian premormid khas pemalu & senang menyendiri. Gejala umum skizofrenia

harus tetap ada sebelum mendiagnosis subitpe ini. Perlu pengamatan 2 atau 3 bulan

lamanya untuk mematiskan bahwa perilaku yang khas seperti diuraikan di atas

memang benar bertahan. Gangguan afektif, dorongan, kehendak, serta gangguan

proses berpikir umumnya menonjol. Perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud

(khas)Adanya preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat.

Pedoman diagnostik :

a) Memenuhi kriteria umum diagnosa skizofrenia

b) Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)

c) Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.

Untuk meyakinkan diperlukan pengamatan selama 2-3 bulan untuk memastikan

gambaran lihat yang bertahan, antara lain perilaku yang tidak bertanggungjawab dan

tidak dapat di ramalkan, kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku tanpa

tujuan dan perasaan :

- Afek dangkal dan tidak wajar

- Proses fikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu

(inkoheren)

- Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya

menonjol. Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.

Skizofrenia tipe Katatonik

Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang esensial dan

dominan dan dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor,

atau antara sifat penurut yang otomatis atau negativisme. Sikap dan posisi tubuh yang

Page 16: Skizofrenia (Ko Dw)

dipaksakan dapat dipertahankan dalam waktu yang lama. Gejala skizofrenia harus

tetap ada sebelum mendiagnosis subitpe ini. Fenomena katatonik dapat berkombinasi

dengan suatu keadaan seperti bermimpi dengan halusinasi pemandangan yang jelas.

Untuk mendiagnosis skizofrenia katatonik harus terdapat 1 atau lebih dari perilaku

berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

Stupor (kurang reaktif terhadap lingkungan dan ativitas spontan) atau mutisme

Kegelisahan (gerakan motor tak bertujuan dan tanpa stimuli eksternal)

Berpose (mempertahankan sikap tubuh tak wajar)

Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap instruksi atau

bergerak kea rah berlawanan)

Rigiditas

“waxy flexibility” (mempertahankan posisi anggota gerak dan tubuh yang

dilakukan dari luar)

gejala-gejala lain (comman automotism)

Etiologi dan Patofisiologi

Sampai saat ini belum diketahui etiologi pasti skizofrenia. Skizofrenia tidak dapat

dinilai dari aspek biologis saja tapi harus dipandang melalu aspek biopsikososial,

sehingga pasien dapat dilihat secara utuh.

Pendekatan Biologis

A. Faktor Genetik

Seperti halnya psikosis lain, schizophrenia nampaknya cenderung berkembang lewat

keluarga. Penelitian terhadap munculnya schizophrenia dalam keluarga biasanya

diadakan dengan mengamati penderita schizophrenia yang ada di rumah sakit jiwa

dan kemudian meneliti tentang perkembangan kesehatannya serta mencari

keterangan dari berbagai pihak untuk menentukan bagaimana schizophrenia dan

psikosis lainnya muncul di antara keluarga penderita. Dari penelitian yang dilakukan

ditemukan bahwa resiko timbulnya psikosis, termasuk schizophrenia, sekitar empat

kali lebih besar pada hubungan keluarga tingkat pertama (saudara kandung, orang tua,

anak kandung) dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

Semakin dekat hubungan genetis antara penderita schizophrenia dan anggota

Page 17: Skizofrenia (Ko Dw)

keluarganya, semakin besar kemungkinannya untuk terkena schizophrenia. Hal ini

menunjukkan bahwa kecenderungan terkena schizophrenia dapat ditularkan secara

genetis. Keluarga penderita schizophrenia tidak hanya terpengaruh secara genetis

akan tetapi juga melalui pengalaman sehari-hari. Orang tua yang menderita

schizophrenia dapat sangat mengganggu perkembangan anaknya. Hal ini

menimbulkan persoalan tentang mana yang lebih berpengaruh : genetis atau

lingkungan. Hubungan biologis atau genetis dengan penderita schizophrenia

nampaknya merupakan faktor yang paling menyolok untuk menimbulkan

schizophrenia. Schizophrenia muncul sebagai akibat dari interaksi gen tunggal dan

tekanan lingkungan..

B. Faktor Biokimia

Skizofrenia ditandai dengan delusi, halusinasi, perilaku yang secara social tidak dapat

diterima dan asosiasi yang tidak adekuat (gejala positf). Kekurangan motivasi dan

emosi (gejala negatif). Pada beberapa pasien gejala negatif yang mendominasi (tipe

1), jika gejala positif yang mendominasi (tipe 2).

Pada skizofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa terutama di

kortes prefrontalis, pada tipe 2 terdapat penurunan jumlah substansia nigra.

Atrofi penonjolan dendrit dari sel pyramidal di korteks predfrontalis dan girus

singulata. Penonjolan dendrit mengandung sinaps glutamatergik, jika atrofi maka

transmisi glutamatergik terganggu. Pada area yang terkena pembentukan GABA juga

menurun sehingga penghambatan sel pyramidal berkurang.

Avaibilitas atau agonis dopamin yang berlebihan menimbulkan gejala skizofrenia.

Penghambat reseptor dopamine-D2 telah sukses digunakan untuk terapi skizofrenia.

Penurunan reseptor D1 dan D2 di korteks prefrontalis berkaitan dengan gejala

negatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh dopamine yang meningkat.

Dopamin berperan sebagai transmitter melalui beberapa jalur :

Jalur dopaminergik ke sistim limbic (mesolimbik)

Ke korteks (system mesokorteks)

System tubuloinfundibular, dopamine mengatur pelepasan hormon hiposisis

(pelepasan prolaktin)

Page 18: Skizofrenia (Ko Dw)

Dopamine mengatur aktifitas motorik pada system nigrostriatum

Pelepasan dan kerja dopamine ditingkatkan oleh beberapa zat yang meningkatkan

perkembangan skizofrenia. Jadi pengobatan dopaminergik pada penyakit Parkinson

dapat menimbulkan gejala skizofrenia.

Serotonin mungkin juga berperan karena kerja serotonin nya berlebihan dapat

menyebabkan halusinasi, dan banyak obat antipsikotik akan menghambat reseptor 5-

HT2.

C. Otak

Page 19: Skizofrenia (Ko Dw)

Sekitar 20-35% penderita schizophrenia mengalami beberapa bentuk kerusakan otak.

Penelitian dengan CT-scan dan MRI memperlihatkan bahwa sebagian penderita

schizophrenia memiliki ventrikel serebral yang jauh lebih besar dibanding dengan

orang normal. Itu berarti jika ventriker lebih besar dari normal, jaringan otak pasti

lebih kecil dari normal. Pembesaran ventrikel berarti terdapat proses memburuknya

atau berhentinya pertumbuhan jaringan otak. Bebebrapa penelitian memperlihatkan

bahwa lobus frontalis, lobus temporalis, dan hipokampus yang lebih kecil pada

penderita schizophrenia. Penelitian dengan PET (Positron Emission Topography)

pada penderita schizophrenia memperlihatkan tingkat metabolisme yang rendah

pada lobus frontalis.

Kelainan syaraf ini dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan

oleh virus yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin.

Akan tetapi, jika kerusakan otak terjadi pada masa awal perkembangan seseorang,

pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada masa dewasa.

Weinberger mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi dengan proses

perkembangan otak yang normal. Lobus frontalis merupakan struktur otak yang

terlambat matang, khususnya pada usia dewasa. Dengan demikian, luka pada daerah

tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan

dalam perilaku.

Pendekatan Psikoanalisa

Menurut Freud kepribadian terdiri atas 3 (tiga sistem atau aspek, yaitu : id, ego dan

super ego. Pada schizophrenia, pola kepribadian immature yang berkaitan dengan

impuls seksual dan agresi merupakan predisposisi untuk menimbulkan gangguan

tersebut. Berkembangnya gangguan schizophrenia lebih lanjut biasanya diawali oleh

apa yang disebut sebagai precipitating event atau peristiwa pencetus. Dalam

menghadapi peristiwa pencetus tersebut, melalui pola kepribadian yang immature,

individu mengembangkan defence mechanism yang berlebihan, dimana individu

akan mengembangkan pola penyelesaian masalah yang tidak berhubungan dengan

realita yang ada, yang sampai akhirnya antar aspek-aspek kepribadian terjadi

disintegrasi atau terpecah. Kondisi tersebut, menyebabkan putusnya hubungan antara

individu dengan dunia nyata. Dalam hal ini terjadi beberapa defence mechanism yang

saling berbenturan secara bersamaan. Misalnya, pada mulanya individu menggunakan

Page 20: Skizofrenia (Ko Dw)

mekanisme pertahanan rasionalisasi. Kemudian, rasionalisasi tersebut direpressnya.

Kemudian, individu mengungkapkan hal yang berlawanan dengan perasaan yang

direpressnya melalui reaksi formasi. Oleh karena itu, simptom delusi dan halusinasi

yang dikembangkan oleh schizophrenia merupakan defence terhadap defence yang

lain.

Pendekatan Teori Belajar (sosial)

Tingkah laku schizophrenia sebagai hasil proses belajar lewat pengkondisian dan

pengamatan. Seseorang belajar untuk "menampakkan" tingkah laku schizophrenia bila

tingkah laku demikian lebih memungkinkan untuk diperkuat daripada tingkah laku

yang normal. Teori ini menekankan nilai penguatan stimulasi sosial. Schizophrenia

mungkin muncul oleh karena lingkungan tidak memberi penguatan akibat pola

keluarga yang terganggu atau pengaruh lingkungan lainnya sehingga seseorang tidak

pernah belajar merespon stimulus sosial secara normal. Bersamaan dengan itu,

mereka akan semakin menyesuaikan diri dengan stimulus pribadi atau idiosinkratis.

Selanjutnya, orang-orang akan melihat bahwa mereka sebagai orang aneh sehingga

mengalami penolakan sosial dan pengasingan yang akan semakin memperkuat

tingkah laku yang aneh. Perilaku aneh ini akan semakin bertahan karena tidak ada

penguatan dari orang lain berupa perhatian dan simpati. Pandangan tersebut didukung

oleh pengamatan dengan pengkondisian peran. Beberapa penelitian memperlihatkan

bahwa perilaku yang aneh dapat dibentuk melalui proses penguatan. Akan tetapi

fakta ini belum dapat memperlihatkan apakah tingkatan perilaku yang aneh pada

schizophrenia dapat dijelaskan melalui penmgalaman belajar. Selain itu, fakta lain

menunjukkan bahwa beberapa orang yang hidup dalam lingkungan yang keras dan

tertekan tetapi tidak menarik diri ke dalam dunia khayalannya dan tidak bertingkah

aneh. Beberapa penderita schizophrenia bahkan tumbuh dalam lingkungan keluarga

yang mendapat dukungan sosial.

Teori belajar sosial menerangkan bahwa gejala-gejala schizophrenia terjadi dalam

lingkungan rumah sakit jiwa. Dalam lingkungan tersebut, penderita belajar dengan

mengamati perilaku pasien lain dan mengikutinya. Hal ini diperkuat lagi oleh petugas

yang memberi perhatian khusus pada penderita yang berperilaku aneh. Pandangan ini

sesuai dengan pengalaman di sekolah dimana guru memberi perhatian khusus justru

pada anak yang nakal. Barangkali beberapa perilaku schizophrenia dapat diterangkan

Page 21: Skizofrenia (Ko Dw)

dengan peniruan dan penguatan, akan tetapi banyak orang menderita schizophrenia

tanpa lebih dahulu bertemu dengan penderita lainnya. Selain itu, kenyataannya justru

gejal-gejala schizophrenialah yang menyebabkan seseorang dimasukkan ke rumah

sakit jiwa, dan bukannya akibat yang diperoleh di dalam rumah sakit jiwa.

Epidemiologi

Jumlah penderita skizofrenia adalah sekitar 1% dari total populasi dunia. Jumlah pasti

penderitanya di Indonesia, belum diketahui hingga sekarang. Skizofrenia dimulai

antara masa remaja menengah sampai dewasa muda. Pada pria, onset gangguan ini

umumnya bermula pada usia awal dua puluhan (15-25 tahun) sedangkan pada wanita

bermula pada akhir tiga puluhan (25-35 tahun). Sangat jarang pasien dengan umur

<10 tahun atau >45 tahun. Bila pria menderita skizofrenia maka lebih parah daripada

perempuan. Karena hormon estrogen merupakan antidopaminergik. Sedangkan

jumlah penderitanya sendiri seimbang pada kelompok pria dan wanita. Juga tidak

ditemukan perbedaan dalam kelompok ras yang berbeda-beda.

Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita

penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis.  Bunuh diri adalah penyebab umum

kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba

bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko

bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid

yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai

50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian

menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena

penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan.  Hal yang

biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali

populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok

membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan

metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme.  Beberapa laporan

mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah

tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi

terhadap Skizofrenia.

Page 22: Skizofrenia (Ko Dw)

Faktor Risiko

Penggunaan halosinogen, mariyuana, simpatomimetik yang tidak terkontrol

atau penyalahgunaan obat. Lisergic acid diethylamid (LSD) dan canabis

menimbulkan halusinasi (agonis reseptor serotonin).

Sperma dari pria berumur 45-49 tahun akan meningkatkan risiko skizofrenia

pada anaknya dua kali lipat dibandingkan dengan pria berumur 25 tahun. Pada

pria berumur >50 tahun maka risiko skizofrenia pada anak meningkat tiga kali.

Kembar monozigot 65% dan dizigot 12%

Kedua orang tua menderita skizofrenia maka risiko pada anak 46%. Jika salah

satu orang tua maka risikonya 5-10%

Lahir pada musim dingin atau awal musim semi 60% (dikaitkan dengan

infeksi virus tapi tidak terbukti)

Ibu hamil yang malnutrisi dan terkena infeksi virus

Perjalanan Skizofrenia

Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melalui

fase-fase:

1. Fase premorbid

Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normatif.

2. Fase prodromal

Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat muncul

simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau

bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai 5 tahun. Pada

fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang mendasar

(pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul simtom yang nonspesifik, misal gangguan

tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan

adanya defisit perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial.

Simtom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti

sudah mendekati mulai menjadi psikosis.

3. Fase psikotik

Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase

Page 23: Skizofrenia (Ko Dw)

stabilisasi dan kemudian fase stabil.

Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai

adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau.

Simtom negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak mampu

untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.

Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan acute

treatment.

Pada fase stabil terlihat simtom negatif dan residual dari simtom positif. Di

mana simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah

dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai asimtomatis,

sedangkan individu lain mengalami simtom nonpsikotik misalnya, merasa

tegang (tension), ansietas, depresi, atau insomnia.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi:

1. Terapi somatik: terdiri dari obat anti psikotik

2. Terapi psikososial

3. Perawatan rumah sakit (Hospitalize)

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,

penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat

perbaikan klinis. Modalitas psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke

dalam regimen obat dan harus mendukung regimen tersebut. Sebagian besar

pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaian kombinasi pengobatan

antipsikotik dan psikososial.

Medikamentosa

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola pikir yang

terjadi pada Skizofrenia. Pemilihan obat pada dasarnya semua obat anti psikosis

mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama

pada efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan

jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu

Page 24: Skizofrenia (Ko Dw)

tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka

waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan

yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat

antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik,

maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih

menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya

bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah

tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita

adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik

generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,

mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan

gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa:

gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan

menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala

negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik

seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi. APG I

dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama

dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan

pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala

dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila

dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine

digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit

tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau

antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat

jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan

sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah

clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon. 

Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu

Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

Waktu paruh  : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

Page 25: Skizofrenia (Ko Dw)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak

mengganggu kualitas hidup penderita.

Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau

haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk

pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan. 

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran

dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda),

dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian

dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis

maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday

1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan

paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali).

Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian

mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah,

diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian

anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl

3x2 mg/hari.

Skema Medikamentosa Pada Skizofrenia :

Page 26: Skizofrenia (Ko Dw)

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Page 27: Skizofrenia (Ko Dw)

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat

penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan

kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan

akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah

tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat

antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk

mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.

Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan

dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan

antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan

mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,

sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan

tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif

terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya

lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan

obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal.

Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana

timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan

komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan

penanganan yang segera.

Terapi Psikososial

Page 28: Skizofrenia (Ko Dw)

Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan

pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur

tubuh aneh dapat diturunkan.

Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena

skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari

penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi

terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga

adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan

angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-

50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,

bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien

skizofrenia.

Page 29: Skizofrenia (Ko Dw)

Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek

terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien

skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien

sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,

jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang

diinterpretasikan oleh pasien.

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan;

pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan

kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah

sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah

lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama

yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

eksploitasi.

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang

sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

Page 30: Skizofrenia (Ko Dw)

kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan

di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan

termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di

rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo

cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum

diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran

listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus.

Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien

karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya

perbaikan setelah pemberian antipsikotik.

Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma

aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas

otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak

adalah tumor otak.

Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada

vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi

sel-sel otak.

Prognosis

Page 31: Skizofrenia (Ko Dw)

Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang

mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25%

individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami

perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang

akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial /

pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood,

sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik

sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial

buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem

pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun,

sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

Page 32: Skizofrenia (Ko Dw)

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama. Jakarta : Depkes. 1993

2. Frankenburg FR. Schizophrenia. 2010. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/288259-overview.

3. Gerstein PS. Schizophrenia (Emergency Medicine). 2009. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/805988-overview.

4. Ariswenni SA. Pencitraan Fungsional Otak Pada Skizofrenia. Pendekatan

Holistik Terhadap Skizofrenia. Jakarta : Yayasan Kesehatan Jiwa

“Dharmawangsa”. 2005.

5. Indriyani I. Kelainan Struktur Otak dan Fungsinya pada Saudara Kandung

Sehat Pasien Skizofrenia. Pendekatan Holistik Terhadap Skizofrenia. Jakarta :

Yayasan Kesehatan Jiwa “Dharmawangsa”. 2005.

6. Dixon L, Perkins D, Calmes. Practice Guideline for the Treatment of Patients

With Schizophrenia. 2009. Diunduh dari :

http://www.psychiatryonline.com/pracGuide/loadGuidelinePdf.aspx?

file=Schizophrenia_Guideline%20Watch. 7. Silbernagl S, Lang F. Skizofrenia. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003

8. Hidayat D. Status Psikiatri. Buku Keterampilan Medik (Skills Lab). Jakarta :

Fakultas Kedokteran Ukrida. 2009.

9. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1. Ilmu Kedokteran Jiwa :. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI. 2008.

10. Luana NA, Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya. 2007. Diunduh dari :

http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm.

11. Loebis B. Skizofrenia : Penanggulangan Pemakai Antipsikotik. 2007. Diunduh

dari : http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007/bahagia_

loebis.pdf.

12. Irwan M, Sinuhadji, et al. Penatalaksanaan Skizofrenia. 2008