Download docx - SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Transcript
Page 1: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

NAMA KELOMPOK :

1. AHMAD ALFAN SURURI (121810201025)

2. ILLAVI PEBRIAN PRASETI (121810201027)

3. M. AINUR ROFIQ (121810201038)

MAGNETIC PROPERTY OF SOLID

1. Pendahuluan

Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Asal kata

magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia kecil. Menurut cerita di

daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah ditemukan sejenis batu yang memiliki sifat dapat

menarik besi atau baja atau campuran logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi atau baja

inilah yang disebut magnet. Untuk bisa mengambil suatu barang dari logam (contoh obeng besi)

hanya dengan sebuah magnet, misalkan pada peralatan perbengkelan biasanya dilengkapi dengan

sifat magnet sehingga memudahkan untuk mengambil benda yang jatuh di tempat yang sulit

dijangkau oleh tangan secara langsung. Bahkan banyak peralatan yang sering digunakan, antara

lain bel listrik, telepon, dinamo, alat-alat ukur listrik, kompas yang semuanya menggunakan

bahan magnet.

Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak

dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet

kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut magnet

elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah sembarangan

(tidak teratur) sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-

kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara dan selatan.

Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet

yang paling besar berada pada kutub-kutubnya.

Page 2: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Magnet dapat menarik benda lain, beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang

lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap

magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh

magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah

oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional (SI) adalah

Tesladan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber (1weber /m2=1 tesla) yang

mempengaruhi luasan satu meter persegi.

2. Bahan Magnetik

Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen

pembentuknya. Berdasarkan perilaku molekulnya di dalam Medan magnetik luar, bahan

magnetik terdiri atas tiga kategori, yaitu paramagnetik, feromagnteik dan diamagnetik. Masing-

masing jenis bahan tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang khas dan berbeda-beda. Bahan-

bahan yang ada di alam semesta masing-masing memiliki sifat-sifat yang khas (karekteristik)

yang dapat dimanfaatkan untuk proses industri. Perkembangan, penemuan dan pemilihan bahan-

bahan sangat menentukan proses dan hasil suatu industri, karena bahan-bahan memiliki sifat dan

karakteristik yang berbeda-beda dimana sifat dan karakteristik bahan ditentukan oleh struktur

intern penyusun bahan tersebut. Dengan sifat dan karakteristiknya ternyata jenis bahan

feromagnetik paling banyak dipilih sebagai bahan untuk teknik dan industri, seperti pada aplikasi

untuk motor listrik, generator, loadspeaker dan beberapa aplikasi yang lain.

a. Bahan Diamagnetik

Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing

atom/ molekulya adalah nol, tetapi medan magnet akibat orbit dan spin elektronnya tidak nol

(Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet

permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam

atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan resultan medan

magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan magnet luar tersebut.

Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron. Karena atom

mempunyai elektron orbital, maka semua bahan bersifat diamagnetik. Suatu bahan dapat bersifat

magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak

Page 3: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

berpasangan. Dalam bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya

bahan ini tidak menarik garis gaya. Permeabilitas bahan ini: µ<μ0 dengan suseptibilitas magnetik

bahan: χm<0. Nilai bahan diamagnetik mempunyai orde 10−5 m3/kg. Contoh bahan diamagnetik

yaitu: bismut, perak, emas, tembaga dan seng.

b. Bahan Paramagnetik

Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing

atom/ molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis total seluruh atom/ molekul

dalam bahan nol, hal ini disebabkan karena gerakan atom/ molekul acak, sehingga resultan

medan magnet atomis masing-masing atom saling meniadakan (Halliday & Resnick, 1989). Di

bawah pengaruh medan eksternal, mereka mensejajarkan diri karena torsi yang dihasilkan. Sifat

paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet

luar.

Gambar 1. Arah domain-domain dalam bahan paramagnetic sebelum diberi medan magnet luar

Bahan ini jika diberi medan magnet luar, elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian

rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat

paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet

luar.

Page 4: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Gambar 2. Arah domain dalam bahan paramagnetic setelah diberi medan magnet luar

Dalam bahan ini hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini

sedikit menarik garis-garis gaya. Dalam bahan paramagnetik, medan B yang dihasilkan akan

lebih besar dibanding dengan nilainya dalam hampa udara. Suseptibilitas magnet dari bahan

paramagnetik adalah positif dan berada dalam rentang 10−5sampai 10−3 m3/ Kg, sedangkan

permeabilitasnya adalah µ>µ0. Contoh bahan paramagnetik : alumunium, magnesium dan

wolfram.

c. Bahan Ferromagnatik

Bahan ferromagnetik mempunyai resultan medan magnet atomis besar, hal ini

disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ini banyak spin elektron yang tidak

berpasangan, masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan menimbulkan medan

magnetik, sehingga medan magnet total yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar

(Halliday & Resnick, 1989). Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan

ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom tetangganya menyebabkan

sebagian besar atom akan mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok, kelompok inilah

yang dikenal dengan domain.

Domain-domain dalam bahan ferromagnetik, dalam ketiadaan medan eksternal, momen

magnet dalam tiap domain akan paralel, tetapi domain-domain diorientasikan secara acak, dan

yang lain akan terdistorsi karena pengaruh medan eksternal. Domain dengan momen magnet

paralel terhadap medan eksternal akan mengembang, sementara yang lain mengerut. Semua

domain akan menyebariskan diri dengan medan eksternal pada titik saturasi, artinya bahwa

Page 5: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

setelah seluruh domain sudah terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi

pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang perlu disearahkan, keadaan ini disebut

dengan penjenuhan (saturasi). Bahan ini juga mempunyai sifat remanensi, artinya bahwa setelah

medan magnet luar dihilangkan, akan tetap memiliki medan magnet, karena itu bahan ini sangat

baik sebagai sumber magnet permanen. Permeabilitas bahan : μ≫μ0 dengan suseptibilitas bahan

: χm ≫0 . Contoh bahan ferromagnetik : besi, baja. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik akan

hilang pada temperatur Currie. Temperatur Currie untuk besi lemah adalah 770o C dan untuk baja

adalah 1043o C.

Sifat bahan ferromagnetik biasanya terdapat dalam bahan ferit. Ferit merupakan bahan

dasar magnet permanen yang banyak digunakan dalam industri- industri elektronika, seperti

dalamloudspeaker, motor-motor listrik,dynamo dan KWH- meter.

Bahan ferromagnetik mula-mula memiliki magnetisasi nol pada daerah yang bebas

medan magnetik, bila mendapat pengaruh medan magnetik yang lemah saja akan memperoleh

magnetisasi yang besar. Jika diperbesar medan magnetnya, akan makin besar pula

magnetisasinya. Eksperimen menunjukkan bila medan magnetik ditiadakan, magnetisasi bahan

tidak kembali menjadi nol. Jadi bahan ferromagnetik itu dapat mempunyai magnetisasi walaupun

tidak ada medan, sehingga bahan dikatakan memiliki magnetisasi spontan. Di atas temperatur

Curie, ferromagnetik berubah menjadi paramagnetik

Gambar 3. Histeresis untuk bahan ferromagnetic

(sumber : John R Reitz, 1993)

Page 6: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Apabila kurva magnetisasi dilanjutkan dengan mengurangi besarnya medan magnet H

maka rapat fluk magnetik B akan turun, tetapi turunnya rapat fluk magnetik B tidak mengikuti

kurva naiknya (Gambar 4). Rapat fluk magnetik B turun membentuk kurva baru menuju titik Br

ketika medan magnet H sama dengan nol, sehingga pada gambar jelas sekali terlihat bahwa

ketika medan magnet H = 0, rapat fluk magnetik B tidak sama dengan nol, akan tetapi berada

pada titik Br, hal ini menunjukkan bahwa pada bahan tersebut masih terdapat rapat fluk magnetik

yang tertinggal. Titik Br disebut sebagai kerapatan fluk remanensi atau remanensi bahan yaitu

besarnya rapat fluk magnetik B yang tertinggal pada bahan pada saat medan magnet H

samadengan nol. Ketika medan magnet H dibalik arahnya maka rapat fluk magnetik B akan

mencapai nilai nol di titik Hc. Titik Hc ini disebut sebagai gaya koersif atau koersivitas bahan

yaitu besarnya medan magnet atau intensitas H yang diperlukan unrtuk mengembalikan rapat

fluk magnetik menjadi nol. Apabila siklus ini diteruskan maka akan didapat kurva dengan bentuk

simetris yang dikenal dengan fenomena histeresis seperti pada Gambar 1 di atas.

Dari kurva histeresis dapat diketahui besarnya koersivitas bahan Hc, remanensi bahan Br

dan permeabilitas bahan µ yang besaran-besaran tersebut menentukan sifat dan karakteristik

kemagnetan suatu bahan.

3. Perilaku Magnetik

B=μH

B=μ0 H+μ0 M

↓ ↓ → induksi yang dihasilkan oleh sampel

Induksi yang dihasilkan oleh medan

χ=M /H χ=suseptibilitas magnetik

B=μ0 H+μ0 M χ

B=μ0 H (1+ χ )=μH

μ0 (1+ χ )=μ

Page 7: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

(1+ χ )= μμ0

=μr μr=permitivitasrelatif

Keterangan : B = rapat fluk magnetic

μ = permitivitas (m0 :ruanghampa ¿

H = medan magnet

M = magnetisasi

4. Perilaku Bahan dalam Medan Magnet

Perilaku Tipe nilai χ

Perubahan χ dengan

mningkatnya

temperatur

Ketergantungan

medan ?

Diamagnetisme −8 ×10−6 untuk Cu Tidak ada Tidak

paramagnetisme menurun Tidak

Paramagnetisme

pauli

8.3 ×10−4 untuk MnTidak ada Tidak

Ferromagnetisme 5 ×103 untuk Fe Menurun Iya

antiferromagnetisme 0 sampai10−2 meningkat iya

Perilaku magnetic mungkin dibedakan dengan nilai χ dan μ dan dengan temperaturnya dan

ketergantungan medan

Nilai positif vs negative : hanya material diamagnetic yang menunjukkan χ

negative

Nilai absolute : material ferromagnetic menunjukkan nilai positif yang sangat

besar.

Ketergantungan temperature : diamagnetic tidak tergantung pada temperature,

material antiferromagnetik meningkat dengan meningkatnya temperature dan

Page 8: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

paramagnetik dan material ferromagnetic menurun dengan meningkatnya

temperature.

Ketergantungan medan : hanya bahan ferro dan antiferromagnetik yang

tergantungan pada medan.

5. Efek Temperature

Bahan paramagnetic : memenuhi hokum Curie

χ=CT

C : konstanta Curie; T: temperature

Tidak ada interaksi spontan di antara electron tidak berpasangan yang berdekatan. Dengan

meningkatnya temperature penjalaran lebih sulit dan χ menurun.

Bahan paramagnetic menunjukkan beberapa magnetic (ferromagnetic) :

Hukum Curie-Weiss

χ= CT−θ

θ=konstantaWeiss

Ada interaksi spontan di antara spin yang berdekatan.

Paramagnetik : hokum Curie; T menurun, c meningkat

Page 9: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

6. Medan B

B adalah medan magnet primer memenuhi persamaan Maxwell

∇ . B=0 , operator vector ∇ artinya ( ∂∂ x

,∂

∂ y,

∂∂ z )

'∇ .' merupakan divergnsi (div) suatu vector. Scalar produk ∇ . B=∂ Bx

∂ x,∂ B y

∂ y,∂ B z

∂ z

∇ . B=0 dapat dituliskan dalam bentuk integral, sebagai berikut :

∫S

B . dA=0 hukum Gauss

Hubungan di antara medan B dan rapat arus j (satuannya A m2) dalam keadaan tetap diberikan

oleh persamaan Maxwell yang mana dapat juga dituliskan dalam bentuk titik atau dalam bentuk

integral. Kita mengasumsikan tidak ada variasi. Contoh : magnetostatis

Dalam bentuk titik ∇× B=μo j

Dalam bentuk integral ∫loo p

B . dl=μo, hokum ampere

Dalam bentuk turunan δB=− (μo/4 π ) Ir × δl/r3 Hukum biosavart

7. Medan H

Berbeda dengan magnet padat yang mana rapat arus j berasal dari konstribusi dari arus dalam

rangkaian eksternal j o (yang dapat mengukur) dan mengkonstribusi dari arus atomic Jm yang

menciptakan magnetisasi bahan (arus tidak dapat diukur). Hubungan di antara Jm dan M yaitu

∇× M=Jm dan ∇× B=μo ( J0+Jm ). Karena ∇×( Bμ0

−M )=μ0 J 0 maka H=( Bμ0

−M)

Page 10: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Atau

B=μ0 ( H+M )

Hokum Ampere untuk medan H tidak tergantung pada arus J M. ∇× H=J 0 atau dalam bentu

integral ∫loop

H .dI=¿ I 0 ¿

Medan H bukan solenoidal.

Pada ruang bebas, M=0 dan medan H sebanding dengan medan B. tidak ad perbedaan yang

signifikan di antara keduanya

Dalam ruang bebas

B=μ0 H 0

8. Momen Magnetik

Semua magnet dapat dihubungkan terhadap arus listrik

Tidak ada kutub magnet

Arus loop sama dengan momen magnetic m. hubungannya :

m=IA

m adalah momen magnetic, I adalah arus listrik, A adalah luas vector. M merupakan

vector polar satuannya A m2. Arahnya mengikuti aturan tangan kanan.

Medan karena m

Medan magnet B pada solenoidal

Page 11: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

B (r ,θ )=(μom /4 π r3 ) [2 cosθ er+sinθ eθ ]

Momen magnetic (μ) dihubungkan secara langsung terhadap nomer electron yang tidak

berpasangan. Bila terdapat dua buah kutub magnet yang berlawanan +m dan – m terpisah sejauh

l, maka besarnya momen magnetiknya (M⃗ ) adalah

M⃗=m / r̂

dengan M⃗ adalah sebuah vektor dalam arah vektor unit r̂ berarah dari kutub negatif ke kutub

positif. Arah momen magnetik dari atom bahan non magnetik adalah acak sehingga momen

magnetik resultannya menjadi nol. Sebaliknya di dalam bahan-bahan magnetik, arah momen

magnetik atom-atom bahan itu teratur sehingga momen magnetik resultan tidak nol.

Gambar 4 Arah momen magnetic bahan non magnetik

Page 12: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Gambar 5 Arah momen magnetic bahan magnetik

momen magnet mempunyai satuan dalam cgs adalah gauss . cm3atau emu dan dalam

SI mempunyai satuan A . m2

9. Momen Magnetik Spin Elektron

Sifat magnetic dari electron yang tidak berpasangan muncul dari spin electron dan gerak

orbital electron.

Magneton Bohr (BM) : merupakan konstanta alam yang muncul dari efek magnetic. Momen

magnetic biasanya diekspresikan sebagai perkalian magneton Bohr.

BM= eh4 πmc

e = muatan electron

h = konstanta Plank

m = massa electron

c = kecepatan cahaya

momen magnetic electron tunggal :

μs=g√s ( s+1 )

μs=1.73 BM

g = perbandingan gyromagnetik-2 (untuk momen magnetic spin electron)

Page 13: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

s = bilangan quantum spin

S = penjumlahan bilangan quantum spin ¿ 1 elektron tidak berpasangan

μs=g√s ( s+1 )

10. Momen Magnetik Orbit Elektron

Gerak electron di sekitar nucleus mungkin dalam beberapa bahan, memberikan kenaikan

pada momen orbitalnya, yang mengkonstribusi untuk momen magnetic secara keseluruhan.

μS+L= [4 S (S+1 )+L (L+1 ) ]1 /2 L: bilangan kuantum momentum sudut orbital

I=−ev2 πr

m=IA=(−ev2 πr ) π r2=(−ev

2 )r

Pada teori quantum Bohr, momentum sudut orbital L dikuantisasi dalam satuan ħ

h=konstanta Plank , 6.62× 10−34 J . s

ħ= h2 π

, 1.055 ×10−34 J . s

momentum sudut orbital : I=r me v satuannya J

m=−ml( eħ2 me

)=ml μB

Page 14: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Besaran eħ

2me merupakan magneton Bohr ( μB ). Satuan dasar kemagnetan atom :

μB=9.274 × 10−24 A m2

IonJumlah electron yang

tidak berpasanganμS (cale ) μS+L(cale )

μ(observed)

V 4+¿¿ 1 1.73 3.00 1.8

V 3+¿¿ 2 2.83 4.47 2.8

Cr3+¿ ¿ 3 3.87 5.20 3.8

Mn2+¿¿ 5 (spin tinggi) 5.92 5.92 5.9

Fe3+¿¿ 5 (spin tinggi) 5.92 5.92 5.9

Fe2+¿¿ 4 (spin tinggi) 4.90 5.48 5.1-5.5

Co3+¿¿ 4 (spin tinggi) 4.90 5.48 5.4

Co2+¿ ¿ 3 (spin tinggi) 3.87 5.20 4.1-5.2

¿2+¿¿ 2 2.83 4.47 2.8-4.0

Cu2+¿ ¿ 1 1.73 3.00 1.7-2.2

11. Magnetisasi

Di hadapan medan magnet, bahan menjadi bermagnet; yang mana pengujian yang sangat

kecil sekaliitu akan ditemukan untuk mengetahui banyaknya dipole yang sangat kecil, dengan

penjajaran selama beberapa arah. Kita telah mendiskusikan dua mekanisme yang menghitung

untuk polarisasi magnetik ini: (1) paramagnetism (dipole berasosiasi dengan putaran elektron

tidak berpasangan mengalami torsi mendekati garisnya yang sejajar terhadap medan) dan (2)

diamagnetik (kecepatan orbit elektron diubah dalam beberapa cara untuk mengubah momen

Page 15: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

orbital dipole dalam arah berlawanan terhadap medan). Kita menggambarkan keadaan polarisasi

magnetik dengan besaran vektor :

M ≡ magnetik dipole per unit volume

M disebut magnetisasi; itu bermain aturan analogous terhadap polarisasi P dalam elektrostatik.

Magnetisai (kemagnetan) tidak dapat dipisahkan dari mekanika kuantum. Momen dipole

magnet (momen magnet) untuk sebuah atom bebas berasal dari 3 sumber utama yaitu spin

electron, orbit electron dan perubahan momen magnet orbit yang diinduksi oleh medan magnet

luar.

Magnetisasi (M) didefinisikan sebagai momen dipole magnet (μ) per satuan volume (V) maka :

M= μV

, sedangkanuntuk superkonduktor M =−B4 π

Bila suseptibilitas medan magnet (daya tembus medan magnet) per satuan volume didefinisikan

(X)

χ=MB

= μVB

→ cgs

χ=μ0MB

=μ0μ

VB→ MKS

Contoh untuk superkonduktor : χ=−B/ 4 πB

=−14 π

Page 16: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

12. Kemagnetan electron pada zat padat

Kemagnetan dalam atom bebas diturunkan dengan pengisian kulit.

Electron dalam pengisian kulit mempunyai pasangan spin dengan ↑ dan↓ dan tidak ada

memon. Hanya electron yang tidak berpasangan yang kulitnya tidak terisi yang

mempunyai momen. Kemagnetan pada zat padat cenderung dirusak oleh interaksi kimia

pada electron luar :

Electron mentransfer untuk mengisi kulit dalam senyawa ion. Misalnya Na+¿Cl−¿¿ ¿

kedua ion yaitu 2 p6

Formasi ikatan kovalen dalam semikonduktor

Formasi iktan dalam metal

Formasi iktan d dan s dalam metal. Ikatan s tidak mempunyai momen. Ikatan d mungkin

mempunyai 1 jika mereka dekat. Nikel mempunyai konfigurasi 3 d9.4 4 s0.6. ada 0.6 elektron 3d

yang tidak berpasangan, m=0.6 μB

Keberadaan kemagnatan bahan tergantung pada struktur Kristal dan komposiisnya.

Momen atomic besi dalam senyawa berbeda dalam magneton Bohr/Fe

γ−F e2 O3 α−Fe YF e2 γ−Fe YF e2 Si2

ferrimagnet ferromagnet ferromagnet antiferromagnet Pauli paramagnet

5.0 2.2 1.45 Tidak stabil 0

Page 17: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

13. Susceptibility dan Permeability Magnetik

Dalam material paramagnetik dan diamagnetik, magnetisasi didukung oleh medan; ketika

B dipindah, M hilang. Dalam kenyataannya, untuk kebanyakan zat magnetisasi sebanding

terhadap medan, mengahasilkan medan yang tidak terlalu kuat. Kesebandingannya dapat

ditunjukkan :

M= 1μ0

χ m B

Tetapi custom dictate yang mana itu dituliskan dalam bentuk H debagai ganti B :

M= χ m H

Konstanta kesebandingan χm disebut susebtibilitas magnet; itu merupakan besaran

dimensi yang berubah-ubah dari satu zat ke zat yang lainnya-positif untuk paramagnet dan

negative untuk diamagnet.

14. Material Magnet lemah dan Magnet Kuat

Material magnetik diklasifikasikan menjadi dua yaitu material magnetic lemah atau soft

magnetic materials maupun material magnetic kuat atau hard magnetic materials. Penggolongan

ini berdasarkan kekuatan medan koersifnya dimana soft magnetic atau material magnetic lemah

Page 18: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

memiliki medan koersif yang lemah sedangkan material magnetic kuat atau hard magnetic

materials memiliki medan koersif yang kuat. Hal ini lebih jelas digambarkan dengan diagram

histerisis atau hysteresis loop sebagai loop.

Gambar 6. Histeris material magnet (a) Material Lunak (b) material keras

Diagram histeresis di atas menunjukkan kurva histeresis untuk material magnetic lunak

pada gambar (a) dan material magnetic keras pada gambar (b). H adalah medan magnetik yang

diperlukan untuk menginduksi medan berkekuatan B dalam material. Setelah medan H

ditiadakan, dalam specimen tersisa magnetisme residual Br, yang disebut residual remanen, dan

diperlukan medan magnet Hc yang disebut gaya koersif, yang harus diterapkan dalam arah

berlawanan untuk meniadakannya. Magnet lunak mudah dimagnetisasi serta mudah pula

mengalami demagnetisasi, seperti tampak pada Gambar 6 Nilai H yang rendah sudah memadai

untuk menginduksi medan B yang kuat dalam logam, dan diperlukan medan Hc yang kecil untuk

menghilangkannya.

Magnet keras adalah material yang sulit dimagnetisasi dan sulit di demagnetisasi. Karena

hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m2) merupakan energi per satuan volume,

luas daerah hasil integrasi di dalam loop histerisis adalah sama dengan energi yang diperlukan

untuk satu siklus magnetisasi mulai dari 0 sampai +H hingga –Hsampai 0. energi yang

dibutuhkan magnet lunak dapat dapat diabaikan; medan magnet keras memerlukan energi lebih

Page 19: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

banyak sehingga pada kondisi-ruang, demagnetisasi dapat diabaikan. Dikatakan, magnetisasi

permanen

15. Sifat-Sifat Magnet

Sifat-sifat kemagnetan suatu bahan dapat diperlihatkan dalam kurva histerisis yaitu kurva

hubungan intensitas magnet (H) terhadap medan magnet (B). Seperti ditunjukkan pada gambar 7

merupakan kurva histerisis pada saat magnetisasi.

Gambar 7. Kurva saat proses magnetisasi

(Sumber : Moulson A.J. et all, 1985)

Pada gambar 7 di atas tampak bahwa kurva tidak berbentuk garis lurus sehingga dapat

dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak linier. Dengan kenaikan harga H, mula-mula B

turut naik cukup besar, tetapi mulai dari nilai H tertentu terjadi kenaikan nilai B yang kecil dan

makin lama nilai B akan konstan. Harga medan magnet untuk keadaan saturasi disebut dengan

Bs atau medan magnet saturasi. Saturasi magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan,

nilai medan magnet B akan selalu konstan walaupun medan eksternal H dinaikkan terus. Bahan

yang mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang ditunjukkan

kurva (a). Sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras

seperti yang ditunjukkan kurva (c). Sesudah mencapai saturasi ketika intensitas magnet H

diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata kurva B tidak melewati jalur kurva semula. Pada

harga H = 0, medan magnet atau rapat fluks B mempunyai harga Br ≠0 seperti ditunjukkan pada

kurva histerisis pada gambar 7. Harga Br ini disebut dengan induksi remanen atau remanensi

bahan. Remanen atau ketertambatan adalah sisa medan magnet B dalam proses magnetisasi pada

saat medan magnet H dihilangkan, atau remanensi terjadi pada saat intensitas medan magnetik H

berharga nol dan medan magnet B menunjukkan harga tertentu.

Page 20: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

Pada gambar 8 tampak bahwa setelah harga intensitas magnet H = 0 atau dibuat negatif

(dengan membalik arus lilitan), kurva B(H) akan memotong sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc

inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan.

Intensitas magnet Hc ini disebut koersivitas bahan. Koersivitasdigunakan untuk membedakan

hard magnet atau soft magnet. Semakin besar gaya koersivitasnya maka semakin keras sifat

magnetnya. Bahan dengan koersivitas tinggi berarti tidak mudah hilang kemagnetannya.Untuk

menghilangkan kemagnetannya diperlukan intensitas magnet H yang besar. Bila selanjutnya

harga diperbesar pada harga negatif sampai mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol,

berbalik arah dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva

B(H) akan membentuk satu lintasan tertutup yang disebut kurva histeresis. Bahan yang

mempunyai koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah hilang. Bahan seperti itu baik untuk

membuat magnet permanen.

Gambar 8 Kurva Histerisis material magnaetik

(Moulson A.J., et all., 1985)

16. Aplikasi

a. Transformator atau inti motor : merupakan material magnetic lemah, hysteresis rendah

dan hilangnya arus eddy

Page 21: SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

b. Magnet permanen : merupakan material magnet keras, temperature curie tinggi

c. Penyimpanan informasi : merupakan material magnet lemah, loop hysteresis unik, system

digital biner.