sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Modul 9 LBM 1
SKENARIO
An. Laki-laki, 10 th, dibawa ke dokter. Sejak 1 minggu yg lalu merasa nyeri
dan bengkak di tungkai bawah kanan dibawah lutut yg bertambah parah.
Keluhan disertai demam, 3 minggu yg lalu penderita disuntik di paha kanan.
Dari px.fisik, suhu badan 39°C. Px extremitas: paha kanan proximal bengkak,
kemerahan. Palpasi: hangat, nyeri, konsistensi kenyal, sebagian kistik.
Penderita dapat menggerakkan tungkai, tapi nyeri gerakan fleksi dan
ekstensi.
Step 1
Kistik: Setiap rongga atau ruang yang ada dalam tubuh, benjolan keras
tidak berkapsul
Ekstensi: gerakan memperbesar sudut
Fleksi: Gerakan memperkecil sudut
Ekstremitas: Alat gerak tubuh, tungkai tubuh
Step 2
Mengapa merasa nyeri dan bengkak pada tungkai bawah kanan,
dibawah lutut bertambah parah?
Apa yang menyebabkan paha kanan proksimal bengkak dan
kemerahan?
Mengapa saat palpasi terasa hangat?
Mengapa saat palpasi terasa nyeri?
Mengapa saat palpasi terasa kenyal?
Mengapa terdapat kistik?
Apa hubungan demam dengan nyeri dan bengkak?
1
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Mengapa penderita dapat menggerakkan tungkai, tetapi nyeri pada
gerakan fleksi maupun ekstensi?
Apakah ada hubungan dan manifestasinya saat penderita disuntik pak
mantri?
Apa diagnosis dan diagnosis bandingnya, dan bagaimana penegakan
diagnosisnya?
Apa Etiologinya?
Bagaimana patofisiologinya?
Bagaimana penatalaksanaannya?
Apakah factor resikonya?
Apa saja klasifikasi penyakitnya?
Step 3
Tulang
Stuktur tulang:
o Epiphysis proksimal ujung atas
o Epiphysis distal ujung bawah
o Diaphysis/corpus batang/badan
o Metaphysis antara epiphysis dan diaphysis
o Epiphysis itu pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada
dewasa, epiphysis akan bersatu dengan metaphysic sehingga
tulang itu tidak lagi mengalami pertumbuhan
o Wanita: Pertumbuhan tulang <20 th, selebihnya itu hanya
hormonnya yang berkembang
Lapisan tulang
Fungsi:
2
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
o Fungsi mekanis tempat penyangga tubuh
o Fungsi protektif untuk melindungi organ vital
o Fungsi metabolic untuk cadangan dan tempat metabolism
berbagai mineral
o Fungsi hemopoitik untuk tempat pembentukan dan
perkembangan sel darah (di medulla)
Macam-macam tulang
o Bentuk pipa, pipih, pendek, tak beraturan, berisi udara
Mengapa merasa nyeri dan bengkak pada tungkai bawah kanan,
dibawah lutut bertambah parah?
o Nyeri karena luka menimbulkan bakteri bakteri pindah
melalui aliran darah ke metaphisis tulang (karena pada
metaphysic pembuluh darahnya berkelok-kelok maka darah
mengalir lambat) didekat lempeng pertumbuhan akibat
perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan nyeri
o Bengkak karena inflamasi, tekanan hidrostatik pembuluh darah
meningkat, air keluar ke jaringan karena permeabilitas yang
meningkat sehingga timbul bengkak
Apa yang menyebabkan paha kanan proksimal bengkak dan
kemerahan?
o Bakteri masuk melewati lubang kulit bersamaan dengan
suntiknya sehingga mengakibatkan adanya inflamasi akibat
bakteri yang masuk.
o Kemerahan infeksi itu terjadi akibat antigen masuk
menyebabkan vasodilatasi yang menyebabkan kemerahan
3
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
o Di proksimal karena bakteri berjalan melalui pembuluh darah
ke metaphysic tulang ke proksimal
Mengapa saat palpasi terasa hangat, dan nyeri?
o Bakteri mengendap dekat sinusoid, bakteri berkembang
menimbulkan nyeri sehingga menyebabkan inflamasi yang
diawali oleh panas (vasodilatasidarah mengalir lebih cepat dan
membawa panas sehingga hangat).
Mengapa saat palpasi paha kanan terasa kenyal?
Mengapa terdapat kistik?
Apa hubungan demam dengan nyeri dan bengkak?
o Demam menandakan inflamasi, nyeri dan bengkak karena
inflamasi
o Demam dikarenakan adanya infeksi tubuh memberi respon
dengan metabolism untuk menolak bakteri sehingga
menyebabkan suhu tinggi dan demam
o Bakteri masuk darah makrofag memberi protection
Mengapa penderita dapat menggerakkan tungkai, tetapi nyeri pada
gerakan fleksi maupun ekstensi?
o Dapat digerakkan karena infeksi tidak sampai ke sendi
o Nyeri karena infeksi sampai di sinusoid
Osteomyelitis
4
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Apa Definisinya?
o Osteomyelitis (peradangan tulang pada bagian myelum akibat
infeksi virus, bakteri pada tulang; peradangan tulang yang
menyerang metaphysic yang sifatnya melalui pembuluh darah
atau hematogen maupun secara langsung)
Apa Etiologinya?
o Langsung/perkontinuitatum: trauma suntikan, luka tusuk,
pembedahan
o Hematogen: bakteri (staphylococcus aureus, dll)
Apa saja klasifikasi penyakitnya?
o Akut
o Subakut
o Kronis
o Pasca operasi
o Akibat fraktur tulang
Berdasar Etiologi:
Osteomyelitis akut hematogenus staphylococcus aureus
Osteomyelitis vertebra staphylococcus aureus dan gram
negative lain (mikrobakterium tuberculosis)
Osteomyelitis insufisiensi kombinasi mikroorganisme aerob
dan anaerob
Primer masuknya bakteri melalui kutan
Sekunder masuknya bakteri melalui darah
5
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Bagaimana patofisiologinya?
o Akut:
a. Osteomyelitis Hematogen melewati aliran darah, letaknya
jauh, banyak alirannya, terjadi pada anak-anak
b. Osteomyelitis Dirak kontak langsung dengan jaringan,
bakteri akibat trauma atau pembedahan, menyerang tulang
sekunder yang mengakibatkan infeksi pada tulang sekunder
o Subakut: penyebaran infeksi staphylococcus aureus, bakteri
gram negative, bakteri anaerob
o Kronik: osteomyelitis akut yang tidak segera diobati
Apa diagnosis dan diagnosis bandingnya, dan bagaimana penegakan
diagnosisnya?
o Diagnosis: Osteomyelitis (peradangan tulang pada bagian
myelum akibat infeksi virus, bakteri pada tulang; peradangan
tulang yang menyerang metaphysic yang sifatnya melalui
pembuluh darah atau hematogen maupun secara langsung)
o Diagnosa banding: Atritis rematoid, penyakit gout, poliomyelitis
o Penegakan diagnosis: anamnesis, pemeriksaan fisik, karena
adanya peradangan pada tulang akibat bakteri akibat trauma,
pembedahan, pembuluh darah, dll
Apa Manifestasi kliniknya?
Bagaimana penatalaksanaannya?
Apakah factor resikonya?
Mengapa metaphysic sering kena?
STEP 4
MAPING
6
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
STEP 5
LI
STEP 6
Independent Learning
STEP 7
TULANG
Tulang merupakan rangka pembentuk dan penopang
tubuh utama manusia, termasuk jaringan dan organ didalamnya.
Kerangka manusia terdiri dari tulang keras, tulang rawan
(kartilago), sendi, serta ligament (jaringan ikat) dan tendon.
Tulang adalah jaringan keras yang merupakan komponen utama
pembentuk rangka (Iskandar, 2009)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24509/5/
Chapter%20I.pdf
7
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Stuktur tulang:
8
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka
kolagen yang mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama
hidroksiapatit. Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks
dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium,
magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-bahan tersebut berasal
dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian
menjadi tulang, proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan
menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan
bentuknya. Secara umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara
keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d. Melindungi organ –organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk
berkontraksi dan bergerak).
f. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
g. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam
sum-sum tulang).
9
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Lapisan tulang
a. Periosteum
10
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar
tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel
pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi,
pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang kompak (korteks)
Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang
memiliki tekstur halus dan sangat kuat. Tulang kompak
memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi
padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan
tulang tangan. Delapan puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh
tulang kompak. Sel tulang kompak berada di lakuna dan menerima
nutrisi dari kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak
dan disalurkan melalui kanal havers yang mengandung pembuluh
darah. Di sekeliling tiap kanal havers, kolagen tersusun
dalam lapisan konsentris dan membentuk silinder yang
disebut osteon (sistem Havers) atau disebut juga tulang
keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu
suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang.
Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella yang
konsentris dan berlapis-lapis. Pada lamella terdapat rongga-
rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat
osteosit. Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang
menuju ke segala arah disebut kanalikuli yang berhubungan
11
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
dengan lakuna lain. Di antara sistem havers terdapat
lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak berkaitan
dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum
menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang
berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers.
Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus.
1. Circumferential dalam. 2. Lamela2, 3.a , 10 : kanalis
havers, b. lamela, c. lakuna. 6. Kanalis volkman. 7.
Circumferential luar.
c. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di
dalam korteks dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai
dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga.
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi
tipis tulang yang disebut trabekula.
12
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak
di permukaan lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel
tulang ke dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein dalam matriks
tulang tersusun atas kolagen tipe I.
13
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang
telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi
sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
14
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
15
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
http://www.produgen.co.id/?m=pr&s=news&a=view&id=34&cid=90
http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=987
http://belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net/?p=12
Macam-macam tulang
1.2 Tipe-tipe Tulang
1.2.1Berdasarkan Jaringan Penyusun dan Sifat-sifat Fisiknya
a. Tulang Rawan ( Kartilago )
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung
pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya
16
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
(perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang
rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu
condroithin sulfat yang di dalamnya terdapat serabut kolagen
elastin. Maka dari itu, tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat
dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada saat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga
yang disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu
kondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe, yaitu :
Tulang rawan hialin
Yaitu tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-
serat kolagen dan
kondrosit. Tulang rawan
hialin dapat kita
temukan pada laring,
trakea, bronkus, ujung-
ujung tulang panjang,
tulang rusuk bagian
depan, cuping hidung, dan rangka janin.
Tulang rawan elastic
Yaitu tulang yang
mengandung serabut-
serabut elastis. Tulang
rawan elastis dapat kita
temukan pada daun
telinga, tuba eustachi
(pada telinga ) dan laring.
17
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Tulang rawan fibrosa
Yaitu tulang
yang mengandung
banyak sekali
bundle-bundel serat
kolagen sehingga
tulang rawan fibrosa
sangat kuat dan
lebih kaku. Tulang
inio dapat kita
temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis
pubis diantara dua tulang pubis.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan
hanya ditemukan di beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping
telinga, antar tulang rusuk (cortal cartilage) dan tulang dada, sendi-
sendi tulang, antar ruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
b. Tulang Keras ( Osteon )
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang yang
sebenarnya berfungsi untuk menyusun berbagai sistem rangka.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar, yaitu osteoblas, osteosit, dan
osteoklas.
1. Osteoblas
18
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Merupakan sel pembentuk tulang yang memproduksi kolagen
tipe I dan berespon terhadap perubahan PTH. Tulang baru dibentuk
oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks
tulang. Bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
terperangkap dalam matriks tulang yang mengandung mineral
2. Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik
tulang. Osteosit ini merupakan sel-sel tulang dewasa.
3. Osteoklas
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah terbentuk
di sekitarnya dengan mengeluarkan asam yang melarutkan kristal
kalsium fosfat dan enzim yang menguraikan matriks organik. Sel ini
berinti banyak, dapat bergerak, serta melekat di tulang melalui
integrin di tonjolan membran yang disebut sealing zone.
1.2.2 Berdasarkan Bentuk
a. Tulang Pipa
Tulang pipa bentuknya bulat, memanjang, bagian tengahnya
berlubang, seperti pipa. Di bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum
merah berfungsi untuk pembentukan sel darah merah.
Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang
bersendian (epifisis), bagian tengah (diafisis), dan cakra epifisis yang
berada di antara epifisis dengan diafisis. Pada anak-anak cakra epifisis
berupa tulang rawan yang mengandung osteoblas, sehingga masih
mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada orang dewasa, cakra
epifisis berupa tulang keras yang menyebabkan epifisis dan diafisisnya
menyatu, sehingga tidak lagi mengalami pertumbuhan.
Contoh : Tulang lengan, tulang paha, tungkai dan ruas-ruas tulang jari.
19
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
b. Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak
dan tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah yang
berfungsi untuk pembuatan sel darah merah dan sel darah putih.
Contoh : Tulang rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan
tulang dahi.
c. Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang).
Didalamnya juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan
sel darah merah dan sel darah putih.
Contoh : Tulang-tulang pada pergelangan tangan, pergelangan kaki,
dan telapak tangan.
20
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
d. Tulang tidak beraturan
Selain ke tiga macam tulang tersebut di atas yang sudah dijelaskan
secara rinci, ada juga kelompok tulang yang tidak beraturan karena
bentuknya tidak teratur.
Contoh : Tulang punggung dan tulang rahang.
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar,
contohnya os humerus dan os. femur.
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi.
21
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os. scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os. vertebrae.
22
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os. maxilla.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
http://www.produgen.co.id/?m=pr&s=news&a=view&id=34&cid=90
http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=987
http://belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net/?p=12
MASALAH PADA SKENARIO
23
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Umumnya infeksi terjadi pada tulang panjang seperti femur, tibia,
fibula, humerus, radius, dan ulna. Infeksi dimulai pada daerah metafisis.
Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu :
Teori vaskuler
Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan membentuk
sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lambat. Aliran
darah yang lambat pada daerah ini memudahkan bakteri berkembang
biak.
Teori fagositosis
Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem
retikuloendothelial. Bila terjadi infeksi maka bakteri akan difagosit oleh
sel-sel fagosit matur di tempat ini. Meskipun demikian, di daerah ini
terdapat juga sel-sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit
bakteri, sehingga beberapa bakteri yang tidak difagosit akan
berkembang biak di daerah ini.
1. Palmer P.E.S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Cetakan IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
2. Armstrong Peter/ Wastie Martin L. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mengapa merasa nyeri dan bengkak pada tungkai bawah kanan,
dibawah lutut bertambah parah?
Apa yang menyebabkan paha kanan proksimal bengkak dan
kemerahan?
24
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Mengapa saat palpasi terasa hangat, dan nyeri?
Mengapa saat palpasi paha kanan terasa kenyal?
Konsistensi bengkak: kenyalcairan sinovial
Mengapa terdapat kistik?
Vasodilatasieksudatbengkakkonsistensi kistik(cairan dll)
Sebagian sudah mengeras???
Apa hubungan demam dengan nyeri dan bengkak?
Inflamasi, selalu demam atau tidak?
Demam lokal? Demam sistemik?
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme
(virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non
infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya.
Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel
darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen
endogen)” yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di
hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang
temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus
cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang
sekali melebihi 41ºC.
Mengapa penderita dapat menggerakkan tungkai, tetapi nyeri pada
gerakan fleksi maupun ekstensi?
Infeksi menyebar ke cairan sinovialsendi… bisa juga otot2 yg
ikut berperan.
25
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
OSTEOMYELITIS
Apa Definisinya?
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-
kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-
kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan
oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya
osteomyelitis adalah infeksi lain.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
Osteomielitis berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan
myelo yang berarti sumsum, yang dikombinasikan dengan itis yang
berarti inflamasi. Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan
pada tulang baik akut maupun kronik.
http://www.scribd.com/doc/37461500/osteomielitis
Apa Etiologinya?
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana
26
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka
yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita
diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid,
telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis
rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi
lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
Apakah factor resikonya????
o Penyakit sel sabit (sickle cell)
o Kondisi lain yang berisiko untuk terjadi infark tulang
o Penggunaan obat intravena
o Trauma lokal
o Fraktur terbuka
o Adanya implantasi orthopedic buatan
27
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
o Insufisiensi vaskular
o Neuropati
o Diabetes melitus
Dambro/Griffith’s 5-Minutes Clinical Consult
Mengapa metaphysic sering kena?
Umumnya infeksi terjadi pada tulang panjang seperti femur, tibia,
fibula, humerus, radius, dan ulna. Infeksi dimulai pada daerah metafisis.
Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu :
Teori vaskuler
Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan membentuk
sinus-sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lambat. Aliran
darah yang lambat pada daerah ini memudahkan bakteri berkembang
biak.
Teori fagositosis
Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem
retikuloendothelial. Bila terjadi infeksi maka bakteri akan difagosit oleh
sel-sel fagosit matur di tempat ini. Meskipun demikian, di daerah ini
terdapat juga sel-sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit
bakteri, sehingga beberapa bakteri yang tidak difagosit akan
berkembang biak di daerah ini.
4. Palmer P.E.S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Cetakan IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
5. Armstrong Peter/ Wastie Martin L. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
28
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Apa saja klasifikasi penyakitnya?
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung
melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder Adalah kuman-kuman mencapai tulang
melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya
infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Osteomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang
paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
29
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
Bagaimana patofisiologinya?
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada
osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam
3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses
tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati,
namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang
30
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga
tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
a
Pembagian osteomyelitis yang umum dipakai yaitu :
1. Osteomyelitis primer
Disebabkan oleh penyebaran secara hematogen dari tempat lain.
Osteomyelitis primer dibagi menjadi osteomyelitis hematogen akut
dan kronik.
2. Osteomyelitis sekunder (osteomyelitis perkontinuitatum)
Disebabkan oleh penyebaran kuman dari daerah sekitarnya, seperti
bisul dan luka.
Osteomyelitis hematogen akut
Kelinan ini sering ditemukan pada anak-anak, dan sangat jarang pada
orang dewasa.
Patofisiologi :
Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh
pada fase bakteriemia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis
tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hyperemia dan edema di
daerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam
tulang dimana jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan
menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan
31
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
dalam tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul
trombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya menyebabkan
nekrosis tulang. Disamping proses yang disebutkan diatas,
pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam
periosteum sepanjang diafisis (terutama pada anak-anak), sehingga
terbentuk suatu lingkungan tulang yang disebut involukrum dengan
jaringan sekuestrum di dalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir
minggu kedua. Apabila pus menembus tulang maka terjadi aliran pus
(discharge) dari involukrum keluar melalui lubang yang disebut kloaka
atau melalui sinus dari jaringan lunak dan kulit.
Osteomyelitis kronis
Bila osteomyelitis akut tidak diobati secara efektif maka prosesnya
berlanjut menjadi osteomyelitis kronis. Osteomyelitis kronis dapat pula
terjadi setelah fraktur terbuka atau tindakan operasi pada tulang.
Patofisiologi :
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada
tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan
mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronik yang disebut “abses brodie”.
Daerah penyebaran osteomyelitis antara lain :
Penyebaran kearah korteks, membentuk abses subperiosteal dan
sellulitis pada jaringan sekitarnya.
Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak.
Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan
fistel. Abses dapat menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang
dan menyebabkan kematian (sekuester).
32
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Penyebaran kearah medulla.
Penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya
intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Jarang terjadi
penetrasi ke epifisis.
7. Palmer P.E.S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Cetakan IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
8. Armstrong Peter/ Wastie Martin L. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
9. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
D. PATOFISIOLOGI
Tulang yang terinfeksi menyerang soft tissue dan sumsum tulang hingga
terjadi
pembengkakan jaringan tersebut. Oleh karena itu menekan dinding luar
tulang, terjadilah kompresi pada sumsum tulang. Proses ini menyebabkan
pasokan darah ke tulang menjadi berkurang atau berhenti. Pasokan darah
yang tidak memadai ini lama-lama membuat jaringanj-jaringan pada tulang
menjadi mati. Pada daerah yang jaringannya sudah mati tidak dapat
melakukan perbaikan jaringan kembali dan mengobati infeksi sel bahkan
dengan antibiotik yang seharusnya dapat mmbantu memerangi infeksi.
Sehingga infeksiterus berulang hingga dapat menyebar keluar jaringan
tulang hingga mengenai jaringanlunak sekitarnya seperti otot yang
kemudian terbentuk kumpulan nanah.
Osteomyelitis dapat menyebar melalui aliran darah, penyebaran langsung
(infeksi), infeksi jaringan lunak sekitarnya.
33
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Gambaran patologis bervariasi tergantung umur pasien, tempat terjadi
infeksi,
tingkat infeksi mikroorganisme, dan respon host. Bagaimana pun
berdasarkan variasinyaditemukan ciri khas dengan adanya tanda radang,
supurasi, nekrosis, pembentukan tulagbaru dan terjadi resolusi dan
penyembuhan.
Ciri-ciri tanda radang:
Stadium Peradangan
Perubahan awal adalah reaksi radang akut dengan gangguan vaskuler,
cairan eksudat, dan infiltrate leukosit PMN. Tekanan intraosseus meningkat
secara cepat, menyebabkan semakin sering kesakitan, obstruksi peredaran
dan trombosis intravaskuler. Sering pada stadium awal jaringan iskemik
harus diobati segera.
Stadium Supurasi
Pada 2 sampaui 3 hari, terbentuk pus berada di dalam tulang dan memaksa
menuju permukaan melalui kanal Volkmann dimana akan terbentuk
subperiosteal abses. Dari situpus ini akan menyebar sepanjang tepi
tulang, untuk masuk kembali ke tulang pada daerah lainnya, atau menyebar
melalui jaringan lunak yang mengelilinginya. Pada bayi, infeksi sering
menyebar melalui fisis menuju epifisis dan kadang ke persendian. Pada anak
yang lebih tua, fisis merupakan sarana untuk penyebaran secara langsung
tapi pada sebagian metafisis intra kapsular (sperti pada tanggul), pus dapat
melewati periosteum menuju persendian. Pada orang dewasa, abses lebih
cenderung menyebar melalui celah medular.Infeksi vertebrata dapat
menyebar melalui end-plate, dan discus intervertebralis ke tulangyang
bersebelahan.
34
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Stadium Nekrosis
Peningkatan intraosseus, vaskular statis, trombosis, dan periosteum yang
terlepas meningkatkan kompensasi pembuluh darah, pada hari ke 7
biasanya ditemukan kejadian kematian tulang secara mikroskomis. Racun
bakteri dan enzim dari leukosit juga dapat berperan dalam proses destruksi
tulang. Pada bayi, lempeng pertumbuhan sering rusakdan tidak dapat
diperbaiki dan dapat mengalami nekrosis avaskuler. Dengan tingkat
pertumbuhan dari jaringan granulasi batas antara tulang yang mati dan
hidup dapat terlihat. Bagian dari tulang mati terpisah sebagai bagian
sekuestrumyang bervariasi bentuknya dari kecil ke besar. Makofag dan
limfosit juga meningkat jumlahnya, dan sisanya perlahan dihilangkan dengan
kombinasi fagositosis dan reabsorbsi osteoklast. Bagaimanapun sekuestrum
yang besar menetap pada saluran tulang, tidak dapat dilalui sehingga terjadi
destruksi tulang akhir.
Stadium pembentukan tulang baru
Tulang baru terbentuk dari bagian dalam dari periosteum yang terlepas,ini
merupakan ciri infeksi piogenik dan biasanya terlihat jelas pada akhir
minggu ke dua. Seiring perjalanan waktu, tulang baru menebal dan
membentuk involukrum yang berdekatandengan jaringan yang terinfeksi
dan sekuestrum. Jika infeksi, pus dan tulang sekuestrum yang tipis
bertahan/menetap dapat berlanjut menjadi perforasi pada involukrum
danmelalui saluran menuju ke permukaan kulit, pada kondidi ini dikenal
osteomielitis kronis.
Stadium resolusi dan penyembuhan
³Once osteomyelitis, osteomyelitis forever´. Jika infeksi ini dikendalikan dan
tekanan
35
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
intraosseus dibebaskan pada stadium awal, maka perkembangan ini dapat
dicegah.
Tulang disekitar daerah infeksi sebagai tempat osteoporosis awal (mungkin
akibat
hiperemi).
Dengan penyembuhan didapatkan jaringan fibrosis dan bentukan tulang
baru yang posisinya berbeda dari normalnya, hal ini bersama dengan reaksi
periosteum menghasilkan jaringan sklerosis dan penebalan tulang. Pada
beberapa kasus, remodeling dapat membentuk kembali tulang kebentuk
normal, sebaliknya pada penyembuhan yang terdapat bunyi, tulang akan
secara permanen berubah.
Osteomielitis hematogen biasanya mengenai metaphysis dari tulang
panjang(ujung tulang tungkai-proximal tibia atau pada distal dan proximal
femur, dan lengan)pada anak-anak. Pada bayi, dimana masih ada anastom
osis bebas antara pembuluh darah metaphysealdan epiphyseal,
infeksi dapat dengan mudah mengandap di epiphysis. Pada orang dewasa,
infeksi hematogen lebih banyak pada tulang belakang (vertebrae) daripada
tulang panjang. Sedangkan pada orang yang menjalani hemodialisa ginjal
dan penyalahgunaan obat suntik illegal, rentan terhadap infeksi tulang
belakang (osteomielitisvertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong
logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan
panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberculosis
juga bias meindeksi tulang belakang (penyakit Pott).Osteomielitis yang
paling sering terjadi melalui penyebaran langsung darimikroorganisme ke
dalam tulang bias karena penetrasi luka (pada patah tulang terbukaselama
pembedahan tulang) maupun kontaminasi benda yang tercemar yang
menembustulang pada waktu operasi. Infeksi pada sendi buatan
(arthroplasty), biasanya didapatselama pembedahan dan bias menyebar ke
tulang didekatnya. Osteomielitis pada jaringanlunak di sekitarnya bisanya
terjadi pada pasien dengan beberapa penyakit vaskuler.
36
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bias menyebar ke tulang
setelahbeberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bias timbul di
kanker atau ulkus dikulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau
diabetes (kencing manis). Suatuinfeksi pada sinus, rahang atau gigi, bias
menyebar ke tulang tengkorak.
Faktor host terutama meliputi penahanan terhadap infeksi.
Penyebabnya, factorhost bisa mempengaruhi individu-individu terhadap
perkembangan osteomielitis,misalnya karena malnutrisi, atau
immunosupresi, dan bias karena suatu suatu penyakitseperti diabetes.
Banyak faktor lokal dan sistemik yang mempengaruhi kemampuan
hostuntuk mendapatkan respon terhadap infeksi.
http://www.scribd.com/doc/37461500/osteomielitis
PATOGENESIS
Terjadinya suatu oeteomielitis selalu dimulai dari daerah metafisis
karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak
mengandung sinusoid. Penyebaran osteomilitis dapat terjadi sebagi berikut:
1. Penyebaran ke arah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis
pada jaringan sekitarnya.
2. Penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak.
Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel.
Abses dapat menyumbat dan menekan aliran darah ke tulang dan
mengakibatkan kematian jaringan tulang.
3. Penyebaran ke arah medulla.
4. Penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya
intrartikuler, misalnya sendi panggul pada anak-anak.
Pada awalnya terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi
hyperemia dan oedem. Karena tulang bukan jaringan yang dapat
37
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
berekspansi maka tekanan dalam tulang ini menyebabka nyeri local yang
hebat. Infeksi dapat pecah ke ruang subperioeteum kemudian menembus
subkutis dan menyebar menjadi selulitis atau menjalar ke rongga
subperiosteum ke diafisis. Penjalaran subperiosteal kea rah diafisis akan
merusak pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis
tulang yang disebut sekuester.
Pada tahap lanjut, periosteum akan membentuk tulang baru yang
disebut involukrum yang akan membungkus tulang yang mati dan menutup
tempat peradangan. Bila pembentukan tulang baru berlanjut, tempat
tersebut menjasi sklerotik, disebut Garres scleroting osteomyelitis.
Apa diagnosis dan diagnosis bandingnya, dan bagaimana
penegakan diagnosisnya?
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya
menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu
terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru.
Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal.
Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan
peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses
diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan
periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada
sinar – x. pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan
untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan
infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
38
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang.
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden
osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomielitis.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
I. GAMBARAN RADIOLOGIS
Osteomyelitis pada tulang panjang
Kelainan tulang yang dilihat pada foto rontgen biasanya baru dapat
dilihat pada hari ke 10-14 setelah infeksi. Tanda pertama yang dapat
dilihat adalah adanya pembengkakan jaringan lunak dekat tulang yang
terkena (soft tissue swelling). Bila tidak diobati maka tampak daerah
radioluscent terutama di daerah metafisis. Periost terangkat yang
disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui medulla ke korteks.
Daerah radioluscent ini menyebar kemana-mana di dalam shaft bone
tetapi tidak pernah menyebrangi epiphyseal plate.
Pada fase yang kronis akan terbentuk sekuester yang terlihat sebagai
butir-butir kecil osteosklerotik dari tulang yang mati yang dikelilingi
bagian radioluscent oleh karena resorbsi tulang. Selain itu, terdapat
cloaca dan involukrum (pembungkus tulang yang lama), yang
terbentuk karena reaksi untuk membentuk tulang baru yang
sebelumnya ditempati oleh eksudat dibawah periost.
39
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Bila foto pertama belum terlihat kelainan tulang, sedangkan klinis
dicurugai osteomyelitis, maka sebaiknya foto diulang 1 minggu
kemudian.
Osteomyelitis pada vertebra
Pada stadium awal tampak tanda-tanda destruksi tulang yang
menonjol, selanjutnya terjadi pembentukan tulang baru yang terlihat
sebagai sclerosis. Lesi dapat berawal di bagian sentral atau tepi korpus
vertebra. Pada lesi yang berawal di tepi korpus vertebra, discus cepat
mengalami destruksi dan sela discus akan menyempit. Dapat timbul
abses paravertebra yang terlihat sebagai bayangan berdensitas
jaringan lunak sekitar lesi. Abses ini lebih mudah dilihat di daerah
thoracal, karena kontras dengan paru-paru. Di daerah lumbal lebih
sukar dilihat, tanda yang penting adalah bayangan psoas menjadi
kabur.
Osteomyelitis pada tulang pelvis
Paling sering terjadi di tulang ilium dan meluas ke sendi sacro-iliaca.
Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tidak
teratur, biasanya disertai sekuester yang multiple. Sering terlihat
sclerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fistula.
Abses brodie
Abses ini bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spongiosa tulang
dekat ujung tulang. Bentuk abses biasanya bulat atau lonjong dengan
pinggiran sklerotik, kadang-kadang terlihat sekuester. Abses tetap
terlokalisasi dan kavitas dapat secara bertahap terisi jaringan
granulasi.
Osteomyelitis sclerosing garre
40
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Suatu osteomyelitis sub akut, terdapat kavitas yang dikelilingi oleh
jaringan sklerotik pada daerah metafisis dan diafisis tulang panjang.
Pada foto terlihat adanya kavitas yang difus dan dikelilingi oleh
jaringan tulang yang sklerotik.
II. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Foto polos
Tampak normal hingga 10 hari (2 minggu) setelah infeksi. Tanda awal
berupa pembengkakan jaringan lunak. Tulang yang terinfeksi akan
kehilangan detailnya dan menjadi tidak berbatas jelas dengan reaksi
periosteal (yaitu suatu periost yang terangkat oleh pus yang kemudian
akan membentuk tulang baru dibawahnya).
Pada osteomyelitis kronis dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis
dan sclerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan
mungkin adanya sekuestrum.
2. CT Scan
Mendeteksi massa jaringan lunak dan sekuestrum yang disebabkan
oleh osteomyelitis.
3. MRI
Suatu teknik yang sensitif dalam mendeteksi infeksi.
4. Pemeriksaan radioisotop / pemindaian isotop tulang
Dengan menggunakan technetium, gallium, atau sel-sel darah putih
yang telah ditandai. Semuanya dapat menunjukkan peningkatan
aktifitas walaupun tidak spesifik.
5. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya efusi pada sendi.
41
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
III. DIAGNOSA BANDING
a. Tumor ganas primer tulang (osteosarkoma)
Seperti halnya osteomyelitis, osteosarkoma biasanya mengenai
metafisis tulang panjang, sehingga pada stadium dini sulit dibedakan
dengan osteomyelitis. Pada stadium lanjut di osteosarkoma dapat
ditemukan pembentukan tulang yang lebih banyak serta adanya
infiltrasi tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan
lunak. Selain itu, dapat ditemukan segitiga Codman.
b. Ewing’s sarcoma
Tampak destruksi tulang yang bersifat infiltratif. Reaksi periosteal
kadang-kadang menyerupai kulit bawang yang berlapis-lapis dan
tampak massa jaringan lunak yang besar.
c. Arthritis supuratif akut
d. Sellulitis
IV. KOMPLIKASI
Kontraktur sendi
Fraktur patologi
Kerusakan epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
Keganasan pada jaringan epidermis (karsinoma epidermoid)
Penyakit amiloid
10. Palmer P.E.S, dkk. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter
Umum. Cetakan IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
11. Armstrong Peter/ Wastie Martin L. Pembuatan Gambar
Diagnostik. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
12. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Penerbit
FKUI. Jakarta.
42
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Apa Manifestasi kliniknya?
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
Bagaimana penatalaksanaannya?
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran daerah.
43
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka
terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai
waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila
infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
44
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan
salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan
pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat
diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu
otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang
utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan
asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna
atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Osteomyelitis
(By Iwan Sain, S.Kp)
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak
pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh
metabolisme kalsium, mineral dan organ hemopoetik.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).
Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit),
yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Sekitar 70% dari
45
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan
ketegangan tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga
menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
1) Bagian-bagian dari tulang panjang yaitu:
a) Diafisis ( batang )
Merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk
silinder, bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki
kekuatan yang besar.
b) Metafisis
Adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir
batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekula
atau spongiosa yang mengandung, sumsum merah.metafisis
juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon pada epifisis.
c) Epifisis
Lempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada
anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
Bagian epifisis yang letaknya dekat dengan sendi tulang
panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan
memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh
lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yaitu: yang
mengandung sel-sel yang berproliferasi dan berperan dalam
proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Pada tulang
epifisis terdiri dari 4 zone, yaitu:
Daerah sel istirahat
Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis
Zona proliferasi
Pada zona ini terjadi pembelahan sel, dan disinilah terjadi
pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini
46
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
didorong ke arah batang tulang, ke dalam daerah
hipertropi.
Daerah hipertropi
Pada daerah ini, sel-sel membengkak, menjadi lemah dan
secara metabolik menjadi tidak aktif.
Daerah kalsifikasi provisional
Sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal.
Bila daerah proliferasi mengalami pengrusakan, maka
pertumbuhan dapat terhenti dengan retardasi pertumbuhan
longitudinal anggota gerak tersebut atau terjasi deformitas
progresif bila terjadi hanya sebagian dari lempeng tulang
yang mengalami kerusakan berat.
Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari
komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-
serat kolagen dan protein non kolagen. Sedangkan sel tulang
terdiri dari:
Osteoblas
Sel tulang yang bertagunag jawab terhadap proses formasi
tulang, yaitu; berfungsi dalam sintesis matrik tulang yang
disebut osteoid, suatu komponen protein dalam jaringan
tulang. Selain itu osteoblas juga berperan memulai proses
resorpsi tulang dengan cara memebersihkan permukaan
osteoid yang akan diresorpsi melalui berbagai proteinase
netral yang dihasilkan. Pada permukaan osteoblas,
terdapat berbagai reseptor permukaan untuk berbagai
mediator metabolisme tulang, termasuk resorpsi tulang,
sehingga osteoblas merupakan sel yang sangat penting
pada bone turnoven.
Osteosit
47
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Sel tulang yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini
berasal dari osteoblas, memilliki juluran sitoplasma yang
menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit
lainnya dan juga dengan bone lining cell di permukaan
tulang. Fungsi osteosit belum sepenuhnya diketahui, tetapi
diduga berperan pada trasmisi signal dan stimuli dari satu
sel ke sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit berasal
dari sel mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum
tulang, periosteum dan mungkin endotel pembuluh darah.
Sekali osteoblas mensintesis osteosid, maka osteoblas
akan berubah menjadi osteosit dan terbenam di dalam
osteoid yang disintesisnya.
Osteoklas
Sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses
resorpsi tulang. Pada tulang trabekular osteoklas akan
membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif
yang disebut: lakuna howship. Sedangkan pada tulang
kortikal, osteoklas akan membentuk kerucut sedangkan
hasil resorpsinya disebut: cutting cone, dan osteoklas
berada di apex kerucut tersebut. Osteoklas merupakan sel
raksasa yang berinti banyak, tetapi berasal dari sel
hemopoetik mononuklear.
48
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
2) Faktor pertumbuhan osteogenik:
a) Hormon pertumbuhan (GH)
Hormon ini mempunyai efek langsung dan tidak
langsung terhadap osteoblas untuk meningkatkan remodeling
tulang dan pertumbuhan tulang endokondral. Efek
langsungnya yaitu: dengan melalui interaksi reseptor GH
pada permukaan osteoblas, sedangkan efek tidak
langsungnya melalui produksi insulin like growth faktor-1
(IGF)
b) TGF β
Merupakan polipeptida dengan BM 25.000. TGF β
berfungsimenstimulasi replikasi proteoblas, sintesis kolagen
49
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
dan resorpsi tulang dengan cara menginduksi opoptosis
osteoklas.
c) Fibroblas Growth Faktor (FGF)
FGF 1 dan 2 adalah polipeptida dengan BM 17000
yang berperan pada neovaskulrisasi, penyembuhan luka dan
resorpsi tulang. FGF 1 dan 2 akan merangsang replikasi sel
tulang sehingga populasi sel tersebut meningkat dan
memungkinkan tejadinya sintesis kolagen tulang.
d) Platelet-Derived Growth Faktor (PDGF)
Merupakan polipeptida dengan BM 3000 dan pertama
kali diisolasi dari trombosit dan diduga berperan penting pada
awal penyembuhan luka. PDGF berfungsi merangsang
replikasi sel dan sintesis kolagen tulang.
e) Vaskular Endotelial Growth Faktor (VEGF)
VEGF berperan sangat penting pada osifikasi
endokondral. Semua osifikasi endokondral, terjadi invasi
pembuluh darah ke dalam eawan sendi selama mineralisasi
matriks, opoptosis kondrosit yang hipertropik, degenerasi
matriks dan formasi tulang
3) Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon, antara
lain :
a) Hormon Paratiroid
Mempunyai efek langsung dan segera pada mineral
tulang, menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan
bergerak memasuki serum. Disamping itu, peningkatan kadar
hormon paratiroid secara perlahan-lahan menyebabkan
peningkatan jumlah dan akttivitas osteoklas, sehingga terjadi
demineralisasi.
50
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
b) Hormon Pertumbuhan
GH tidak mempunyai efek langsung terhadap
remodeling tulang, tetapi melalui perangsangan IGF 1. Efek
langsung GH pada formasi tulang sangat kecil, karena sel-sel
tulang hanya mengekpresiksn reseptor GH dalam jumlah
kecil.
c) Kalsitonin
Kalsitonin menyebabkan kontraksi sitoplasma
osteoklas dan pemecahan osteoklas menjadi sel mononuklear
dan menghambat pembentukan osteoklas.
d) Estrogen dan Androgen
Mempunyai peranan penting dalam maturasi tulang
yang sedang tumbuh dan mencegah kehilangan masa tulang.
Reseptor estrogen pada sel-sel tulang sangat sedikit
diekspresikan sehingga sulit diperlihatkan efek estrogen
terhadap resorpsi dan formasi tulang. Eatrogen dapat
menurunkan resorpsi tulang secara tidak langsung melalui
penurunan sintesis berbagai sitokin, seperti IL-1, TNF-α, IL-6.
e) Hormon Tiroid
Berperan merangsang resorpsi tulang, hal ini akan
menyebabkan pasien hipertiroidisme akan disertai
hiperkalsemia dan pasien pasca menopouse yang mendapat
supresi tiroid jangka panjang akan mengalami osteopenia.
f) 1,25-dehidroksivitamin D [1,25 (OH)2 D]
Merupakan vitamin D aktif yang berperan menjaga
hemostasis kalsium dengan cara meningkatkan absorpsi
kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dan tulang pada
keadaan kalsium yang adekuat.
Di tulang, 1,25 (OH)2 D akan menginduksi monositik
stem cell di sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi
51
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
osteoklas. Setelah itu sel ini kehilangan kemampuannya
untuk bereaksi terhadap 1,25 (OH)2D.
Pada proses mineralisasi tulang 1,25 (OH)2 D berperan
dalam menjaga konsentrasi Ca dan P di dalam cairan
ekstraseluler sehingga deposisi kalsium hidroksiapatit pada
matriks tulang akan berlangsung baik.
4) Penyembuhan tulang
Ada beberapa tahap dalam penyembuhan tulang, antara lain:
a) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami
respon yang sama dengan bila ada cedera di lain tempat
dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera
dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah
tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan
52
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
diinvasi oleh makrofag. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
b) Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematom akan mengalami
organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendolan
darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi
fibroblas dan osteoblast, yang akan menghasilkan kolagen
dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patah tulang.
Terbentuknya jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan (osteoid)
dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.
c) Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang
rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur.
Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk
menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan
pengrusakan tulang dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3-4
minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan
atau jaringan fibrosa.
d) Osifikasi
Pembentukan kalus mengalami penulangan dalam 2-3
minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral.
Mineral terus ditimbun sampai tulang benar-benar telah
bersatu dengan keras. Pada patah tulang orang dewasa
normal, penulangan memerlukan waktu 3sampai 4 bulan.
e) Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi
pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
53
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, tergantung
beratnyamodifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan
pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan konselus,
serta stress fungsional pada tulang
Doenges,Marylinn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian keperawatan perawatan
pasien.Jakarta:EGC.
Ethel,Sloane.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC.
Arief Mansjoer,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid
2.Jakarta:Media Esculapius. Fakulta Kedokteran Indonesia.
Rasjad,Chairuddin.2008.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta: Yarsif
Waatampone
Reksoprodjo,Soelarto.1995. Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Smeltzer,Suzanne C.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Sylvia,A.1995.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:
EGC.
54
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
55
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
http://intan.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/05/Sistem-Endokrin1.pdf
3.1.3 Metabolisme Kalsium
56
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Kalsium plasma dalam tubuh manusia sebagian besar ada yang
berdifusi, antara lain terionisasi menjadi Ca2+ atau berkompleks
dengan HCO3-, sitrat, dan lain-lain. Sedangkan sisanya yang tidak
berdifusi berikatan dengan protein albumin dan globulin.
Metabolisme kalsium dalam tulang terdiri atas dua tipe :
Cadangan pertukaran cepat terjadi pada pertukaran antara
tulang dan CES dan penyesuaian ekskresi kalsium melalui urine.
Cadangan pertukaran lambat terjadi pada penyesuaian
penyerapan kalsium di usus dan penyesuaian ekskresi kalsium
melalui urine. Penyerapan berlangsung lebih stabil.
Terdapat dua sistem homeostatik yang independen, namun
berinteraksi dalam mempengaruhi kalsium tulang, yaitu:
Sistem pengaturan Ca2+ plasma
Bergerak keluar masuk pada cadangan yang pertukarannnya
cepat.
Sistem pada remodelling tulang
Remodelling tulang meliput deposisi tulang (pembentukan dan
pengendapan) serta resorbsi tulang (pembuangan) yang
berlangsung secara terus-menerus.
Sejumlah besar kalsium disaring di ginjal dan sebagian besar
diserap kembali di tubulus proksimal, distal, dan lengkung henle.
Setelah diserap di saluran cerna, Ca2+ dibawa keluar usus oleh suatu
sistem dalam brush border sel epitel yang diaatur oleh 1,25-
dihidrokolekalsiferol. Jika asupan Ca2+ tinggi, maka Ca2+ plasma
meningkat, dan kadar 1,25-dihidrokalsiferol meenurun. Penyerapan
Ca2+ mengalami adaptasi berupa peningkatan, jika asupan kalsium
rendah dan penurunan jika asupan kalsium tinggi. Penyerapan kalsium
57
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
juga menurun oleh zat-zat yang membentuk garam tidak larut dengan
Ca2+ atau oleh alkali, sedangkan peningkatan penyerapan dapat
dilakukan dengan diet tinggi protein pada orang dewasa.
I.1 Fosfor
Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh. Fosfor
penting untuk fungsi otot dan sel-sel darah merah, pembentukan
adenosine trifosfat (ATP) dan 2,3-difosfogliserat (DPG), dan
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, juga untuk sistem saraf dan
perantara metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Kadar normal
serum fosfor berkisar 2,5 dan 4,5 mg/dl dan dapat setinggi 6 mg/dl
pada bayi dan anak-anak.
Fosfor adalah anion utama dari cairan intraseliler (CIS). Kira-kira
85% fosfor tubuh terdapat didalam tulang dan gigi, 14% adalah
jaringan lunak, dan kurang dari 1% dalam cairan ekstraseluler (CES).
Karena simpanan intraseluler besar, pada kondisi akut tertentu, fosfor
dapat bergerak ke dalam atau ke luar sel, menyebabkan perubahan
dramatik pada fosfor plasma. Secara kronis, peningkatan subtansial
atau penurunan dapat terjadi dalam kadar fosfor intraseluler tanpa
perubahan kadar bermakna. Jadi, kadar fosfor plasma tidak selalu
menunjukan kadar intraselular. Meskipun kebanyakan laboratorium
dan laporan elemen fosfor, hampir semua fosfor yang ada dalam tubuh
berbentuk fosfat (PO43-) dan istilah fosfor dan fosfat sering digunakan
secara bertukaran.
Fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang
mempunyai variasi luas dalam fungsi vital, termasuk pembentukan
58
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
subtansi penyimpangan energi ( misal, adenosintrifosfat (ATP)),
pembentukan sel darah merah 2,3 difosfogliserat (DPG), yang
memudahkan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak, dan pemeliharaan keseimbangan
asam basa. Selain itu, fosfor adalah penting untuk saraf normal dan
fungsi otot dan memberi struktur penyokong untuk tulang dan gigi.
Kadar PO43- plasma bervariasi sesuai usia, dengan pengecualiaan
sedikit peningkatan pada PO43- wanita setelah menopause. Makanan
yang mengandung glikosa, insulin atau gula menyebabkan penurunan
sementara pada PO43- karena perpindahan PO4
3- serum ke dalam sel-
sel.
Status asam basa juga akan mempengaruhi keseimbangan fosfor.
Alkalosis, terutama alkalosis pernafasan, dapat menyebabkan
fosfatemia karena perpindahan fosfor intraseluler. Mekanisme pasti
untuk perpindahan ini tidak sepenuhnya dipahami tapi mungkin
berhubungan dengan glikolisis seluler karena alkalosis dengan
peningkatan pembentukan metabolik mengandung fosfor sedang.
Asidosis respiratori dapat menyebabkan perpindahan fosfor keluar dari
sel-sel dan memperberat hiperfosfatemia.
Kadar fosfat CES diatur oleh kombinasi faktor-faktor, termasuk
masukan diet, absropsi usus, eksresi ginjal, dan secara hormonal
terikat secara erat pada kalsium. Rentang normal untuk fosfor serum
2,5-4,5 mg/dl (1.7-2,6 mEq/L).
II. Demineralisasi / Mineralisasi
Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke
dalam jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses
59
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium
dari jaringan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresorpsi dan dibentuk
tulang baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan
kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang
dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar adalah proses lokal
yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh populasi sel yang
disebut unit remodeling tulang. Dalam proses ini melibatkan dua
komponen utama yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas merupakan sel jaringan tulang yang berperan
mensintesis kolagen untuk membentuk osteoid sebagai bahan
dasar tulang.
b. Osteoklas
adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel
mirip-monosit yang terdapat di tulang.
4.1 Mineralisasi Tulang
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat
berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan
tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh
rangsangan hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang
dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas
berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan
matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut
60
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap
pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan
berikutnya. Sebagian osteoblas tetap menjadi bagian dari osteoid, dan
disebut osteosit atau sel tulang sejati.
4.1.2Faktor yang Mempengaruhi Mineralisasi
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap
tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi.
Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat
dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang,
cairan interstisium, dan darah.
Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor
kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan
tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-
hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan
tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang
penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara
langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung
dengan merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini
meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi
tulang.
4.2 Demineralisasi Tulang
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara
bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi
karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel
fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit
yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai
asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis.
61
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan
tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di
suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. Osteoblas
mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru.
Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti
dengan tulang baru yang lebih kuat.
4.2.1Faktor yang Mempengaruhi Demineralisasi
Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas
osteoblas berkurang. Akibatnya, aktivitas osteoklas akan lebih tinggi
untuk menyerap tulang. Sehingga, defisiensi hormon ini juga
mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum
dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D
dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang kuat dalam
makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama
dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh
kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid.
Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap
penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan
aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk
membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum
bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran
hormon paratiroid lebih lanjut.
62
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Osteomyelitis dapat menyerang umur berapapun, namun paling sering
terjadi pada rentang umur 3-12 tahun. Osteomyelitis terdapat dua kali lebih
banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Penyebab osteomyelitis antara
lain bakteri staphylococci, H. influenzae dan Mycobacterium
tubercolosis. Osteomyelitis sekunder (melalui gigitan hewan) dapat
disebabkan oleh Pasteurella multocida.
Osteomyelitis memiliki gambaran yang khas yaitu adanya abses berisi nanah
(pus) dan sekestra (sequestra). Pada mulanya mikroorganisme masuk
melalui aliran darah atau trauma lalu menginfeksi tulang. Setelah itu leukosit
datang ke tempat terjadinya infeksi dan melepaskan enzim untuk menelan
mikrorganisme yang juga bersifat melisis tulang. Pus akan dibawa melalui
kapiler darah ke tempat jejas, namun hal bersifat mengganggu aliran darah.
Sehingga terbentuk suatu area mati pada tulang yang disebut dengan
sekestra (sequestra), yaitu suatu gambaran untuk infeksi kronik. Tubuh lalu
membentuk daerah tulang yang baru di sekitar daerah nekrosis/sekestra.
Daerah ini disebut involucrum.
Referensi
[1] Dugdale DC. Walking abnormalities. [Online]. 2009 March 26 [cited 2009
Sept 15]; Available from:
URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003199.htm
[2] Atkinson W, Wolfe S, Hamborsky J, McIntyre L, eds. Epidemiology and
Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 11th ed. Washington DC: Public
Health Foundation; 2009
[3] Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso. Mengenal penyakit
polio. [Online]. 2007 Feb 3 [cited 2009 Sept 16]; Available from:
URL:http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=153
63
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
[4] Teitel D. Arthritis. [Online]. 2009 Jan 10 [cited 2009 Sept 16]; Available
from: URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001243.htm
[5] Borigni JM. Juvenille rheumatoid arthritis. [Online]. 2009 May 31 [cited
2009 Sept 15]; Available from:
URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000451.htm
[6] Brusch JL. Septic Arthritis. [Online]. 2008 Aug 25 [cited 2009 Sept 160;
Available from: URL:http://emedicine.medscape.com/article/236299-overview
[7] Patient UK. Septic arthritis. [Online]. 2008 Dec 11 [cited 2009 Sept 15];
Available from: URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Septic-Arthritis.htm
[8] Joseph TN. Achilles tendinitis. [Online]. 2008 July 29 [cited 2009 Sept 15];
Available from:
URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001072.htm
[9] Vorvick L. Tendinitis. [Online]. 2008 Aug 11 [cited 2009 Sept 15];
Available from:
URL:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001229.htm
[10] Goodman B. A vaccine for arthritis rheumatoid. [Online]. 2009 [cited
2009 Sept 16]; Available from:
URL:http://www.arthritistoday.org/conditions/rheumatoid-arthritis/news-and-
research/rheumatoid-arthritis-vaccine.php
[11] Eustice C, Eustice R. Arthritis vaccine – a reality sooner rather than later.
[Online]. 2008 Aug 16 [cited 2009 Sept 16]; Available from:
URL: http://arthritis.about.com/b/2008/08/16/arthritis-vaccine-a-reality-
sooner-rather-than-later.htm
infeksi di di rongga lain menyebar ke darah (bakteremia), yang kemudian
membawa bakteri untuk ke rongga dalam tulang
Lokasi: tergantung usia.
64
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
anak - femur distal dan tibia proksimal.
dewasa - umumnya - vertebra, sendi sternoklavikularis, sendi sacroiliac,
simfisis pubis.
http://ocw.tufts.edu/Content/6/readings/207699
A.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test darah
X-rays, 3-4 minggu setelah terinfeksi, mungkin akan tampak pada
x-ray
Bone scan dengan memasukkan warna pada tulang. Mengetahui
fraktur atau tumor
Biopsi
Diagnosa osteomielitis didapatkan dari gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik, selain itu juga dapat dilaksanakan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang lain untuk menegakkan
diagnosa osteomielitis yang lebih akurat.
Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri
penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau
tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil
contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.
Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
menunjang diagnosa osteomielitis :
Pemeriksaan darah, meliputi :
CBC (Complete Blood Count)
65
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Digunakan untuk menentukan ukuran, jumlah dan usia dari berbagai
sel darah yang berbeda pada volume darah yang spesifik. Selain itu
digunakan untuk melihat adanya infrksi pada darah. Pada
osteomielitis akut dapat ditemukan jumlah leukosit yang meningkat,
namun jumlahnya jarang meningkat diatas 15.000/mm3 . Pada left
to the shift biasanya terjadi peningkatan jumlah sel PMN leukosit.
Sedangkan pada osteomielitis kronis, jumlah leukositnya biasanya
normal.
ESR (Erytricyte Sedimentation Rate)
Digunakan untuk mengukur kecepatan seldarah merah turun
mencapai tempat yang paling dasar pada sebah tes pembuluh
darah. Ketika mendapat pembengkakan (swelling) dan inflamasi
(radang), protein-0protein darah bergerombol bersama-sama dan
menjadi berat dari pada normal. Jadi ketika diukur, sel-sel darah
merah turun dan menjadi cepat mencapai dasar. Secaraumum, sel-
sel darah yang turun cepat mempunyai tanda keradangan.
Pada osteomielitis akut dan kronis, terjadi peningkatan sel darah
merah (eritrosit) dan eritrosit menurun setelah diberi penanganan
dengan baik.
CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan tes darah untuk membantu mendeteksi adanya inflamasi
atau keradangan. Pada osteomielitis akut dan kronis, terjadi
peningkatan CRP.
Aspirasi atau biopsy tulang
Merupakan sebuah jarum kecil yang dimasukkan kedalam daerah
yang tidak normal pada bagian tubuh, dengan suatu teknik untuk
mendapatkan jaringan biopsi. Jenis biopsi ini dapat memnberikan
diagnosa tanpa melalui pembedahan.
X-Rays
66
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Suatu tes diagnostik dimana menggunakan sinar energi
elektromagnet yang tidak terlihat untuk menghasilkan gambaran
dari jaringan-jaringan bagian dalam, tulang-tulang dan organ-organ
ke dalam film.
Scan Tulang Radionucleide
Suatu gambaran atau X-rays yang diambil dari tulang setelah
sebuah pewarna dimasukkan kemudian diserap oleh jaringan tulang.
Alat ini digunakan untuk mendeteksi tumor dan abnormalitas tulang.
CT-Scan (Computed Tomography Scan)
Merupakan suatu gambaran prosedur diagnostik yang menggunakan
kombinasi dari sinar X dab teknologi komputer untuk menghasilkan
gambaran cross sectional (slice), keduanya horizontal dan vertikal
dari tubuh. Sebuah CT-Scan dapat menunjukkan gambaran secara
menyeluruh dari bagian pada tubuh tersebut, termasuk tulang, otot,
lemak dan organ-organ. CT-scan lebih mendetail daripada X-rays.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Merupakan suatu prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi
dari magnet yang besar, radiofrekuensi dan sebuah komputer untuk
menghasilkan gambaran yang mendetail dari organ-organ dan
struktur-struktur dalam tubuh.
CT-Scan dan MRI tidak selalu dapat membedakan infeksi dengan
kelainan tulang lainnya.
USG (Ultrasonografi)
Merupakan suatu teknik diagnostik dimana menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi dan sebuah komputer untuk
menghasilkan gambaran dari pembuluh darah, jaringan-jaringan dan
organ-organ. USG digunakan untuk melihat organ-organ dalam
seperti fungsi organ tersebut dan melihat darah mengalir melalui
bermacam-macam pembuluh darah.
67
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
B. DIAGNOSA
Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan
pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat
membantu diagnosis definitive awal. Pemeriksaan darah
memperhatikan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap
darah. Kulur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan
jenis antibiotika yang sesuai.
Pada Osteomielitis kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan
periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada
sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
area terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan
untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic yang tepat.
C. DIAGNOSA BANDING
a. Cellulitis
Ini sering terjadi kekeliruan dengan osteomielitis, karena terdapat
kemerahan superficial yang tesebar merata dan lymphangitis.
Bakteri yang menginfeksi biasanya Staphylococcus atau
Streptococcus.
b. Acute Suppurative Arthtritis
Adanya tenderness yang merata atau difus dan semua pergerakan
sendi terhambat sperti terjadi spasme otot.
c. Streptococcal Necrotizing Myositis
Bakteri yang menginfeksi Streptococcus haemolytic group A dan B.
ering terjadi kekeliruan dengan osteomielitis dan cellulitis.
68
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
Meskipun kasus ini jarang ditemui, tapi bisa menyebabkan nekrosis
otot, septikemia dan meninggal. Gejalanya adalah nyeri yang
hebat, pembengkakan, demam dan tanda-tanda sakit lainnya yang
merupakan tanda yang darurat.
d. Sickle Cell Crisis
Memiliki gambaran yang tidak dapat dibedakan dengan
osteomielitis akut. Bakteri yang meninfeksi adalah golongan
Salmonella.
e. Acute Rheumatism
Adanya nyeri yang ringan dan berpindah ari satu sendi ke sendi
yang lain.
f. Gaucher’s Disease
Merupakan pseudo-osteitis yang mempunyai gambaran
tersembunyi menyerupai osteomielitis. Diagnosis ini dibuat dengan
ditemukan bentuk penyakitnya, terutama pembesaran hepar dan
limpa.
D. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian antibiotik efektif bila belum ada pus
b. Antibiotik tidak mensterilkan jaringan avascular atau abses dan
harus dilakukan operasi pembersihan
c. Kemudian diberi antibiotik untuk mencegah infeksi berulang
d. Operasi jangan sampai terlambat, hingga terjadi ischemic bone dan
soft tissue
e. Diberikan antibiotik setelah pembedahan
f. General supportive care—cairan IV, analgenisk dan posisi yang
nyaman
g. Jiak tidak terdapat abses, diberikan antibiotic IV berdasarkan gram
yang sesuai
69
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
h. Antibiotik empiris, mulai diberikan jika stain gramnya negatif dan
dimonitor secara hati-hati. CRP harus diperiksa setiap 2-3 hari. Bila
tidak ada respon klinik selama 24-48 jam, abses kemudian dicari
dan dipertimbangkan melakukan operasi drainage.
Ada 4 aspek yang penting dalam penanganan, yaitu :
Penangan umum yang membantu :
Pada anak yang mengalami bingung memerlukan kenyamanan.
Untuk itu perlu analgesik dengan interval yang berulang. Selain itu,
juga diperlukan pemberian cairan secara IV untuk mengatasi
dehidrasi akibat septicemia dan demam.
Penanganan splintage
Berguna untuk kenyamanan dan juga untuk mencegah kontraktur
sendi.
Terapi antibiotik
Untuk anak-anak dan dewasa yang terinfeksi melalui aliran darah,
pengobatan paling efektif adalah antibiotik. Jika bakteri
penyebabnya tidak dapat ditentukan, maka diberikan antibiotik
yang efektif untuk melawan Staphylococcus aureus (bakteri yang
paling sering ditemukan sebagai penyebabnya), dan pada
beberapa kasus melawan bakteri yang lainnya. Tergantung pada
beratnya infeksi, pada awalnya antibiotik diberikan secara
intravena (melaui pembuluh darah), selanjutnya diberikan per-oral
(ditelan) selama 4-6 minggu. Bebrapa penderita bahkan
memerlukan antibiotik sampai berbulan-bulan.
Jika infeksi bisa ditemukan pada stadium awal, biasanya tidak
diperlukan pembedahan. Akan tetapi kadang-kadang suatu abses
memerlukan pembedahan untuk mengeluarkan nanahnya. Orang
dewasa yang mengalami infeksi tulang belakang, biasanya akan
mendapatkan antibiotik selama 6-8 minggu, kadang-kadang
disertai dengan istirahat total. Mungkin diperlukan pembedahan
70
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
untuk mengeringkan abses atau untuk menstabilkan tulang
belakang yang terkena.
Jika infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya,
pengobatannya lebih kompleks. Biasanya semua jaringan dan
tulang yang mati diangkat melalui pembedahan, dan ruang kosong
yang ditinggalkannya, diisi dengan tulang, otot atau kulit yang
sehat. Selanjutnya infeksi diobati dengan antibiotik. Antibiotik
diberikan bberapa minggu sebelum pembedahan, sehingga sendi
yang terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi
buatan yang baru.
Kadang pengobatan bisa gagal dan infeksinya berlanjut,
sehingga diperlukan pembedahan untuk menggabungkan sendi
atau mengamputasi anggota gerak yang terkena. Apabila infeksi
yang menyebar dari ulkus di kaki karena pasokan darah yang buruk
atau karena kencong manis, sering melibatkan sejumlah bakteri
dan sulit untuk diobati hanya dengan antibiotik saja, mungkin
diperlukan pembedahan untuk mengangkat tulang yang terinfeksi.
Surgical drainage :
Jika antibiotik diberikan lebih cepat, drainage sering tidak
diperlukan lagi. Bila ada tanda-tanda pus (pembengkakan,
oedema), baru dilakukan drainage.
Terapi antibiotik :
o Nafcilin
o Ceftriaxon = Ceptesidine
o Cefazolin
o Ciprofloxacin
o Clindamycin
o Vancomycin
o Linezoid
71
sgd 20 modul 9 lbm1 Annisa Rahim
E. PEMBEDAHAN
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan adalah
adanya sequester, adanya abses, rasa sakit yang hebat, serta bila
mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan ( karsinoma
epidermoid ). Salah satu tindakan pembedahan adalah Drainase
bedah ( chirurgis ) yang dilakukan bila :
Pengobatan local dan sistemik dalam 24 jam pertama gagal.
Pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra
oseus kemudian dilakukan pemeriksaan biakan kuman dan uji
sensitivitas.
Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan NaCl 0,9 dan dengan antibiotic.
F. PROGNOSA
Dalam kebanyakan kasus, infeksi ini disembuhkan dengan obat
antibiotik. Dalam kasus parah osteomielitis, infeksi dapat sangat
merusak tulang, sekitar otot, tendon, pembuluh darah. Sehingga perlu
pembersihan jaringan yang terinfeksi
http://www.scribd.com/doc/37461500/osteomielitis
PR dokter Nur….
Apakah osteomyelitis bisa menyebabkan tulang menjadi panjang dan pendek? Bagaimana
mekanismenya?
Cari lagi tentang INFLAMASI!!!
72
Recommended