Transcript
Page 1: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Vol. 4 • Oktober 2017

Mia MariaMimpi Yang Menjadi Kontribusi Nyata

Alia SwastikaAktif Promosikan Seni Rupa Kontemporer

Agung HujatnikajennongKomponen Seni Rupa

Seni Rupa KontemporerMenyiapkan Pondasi Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Nirwan Ahmad ArsukaGaruda Raksasa Indonesia Timur

Page 2: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Vol. 4 • Oktober 2017

Mia MariaMimpi Yang Menjadi Kontribusi Nyata

Alia SwastikaAktif Promosikan Seni Rupa Kontemporer

Agung HujatnikajennongKomponen Seni Rupa

Seni Rupa KontemporerMenyiapkan Pondasi Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Nirwan Ahmad ArsukaGaruda Raksasa Indonesia Timur

C O V E R S T O R Y

EVE 3.6 Acrylic on canvas 150 x 150 cm 2017

Karya: Jabbar Muhammad (IG: @JabbarMuhammad.id) Exhibited at RUCI Art Space

08-11 | P R O F I L

MIMPI YANG MENJADI KONTRIBUSI NYATA UNTUK SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

18 | P R O F I L

NIRWAN AHMAD ARSUKA GARUDA RAKSASA INDONESIA TIMUR

12-15 | P R O F I L

ALIA SWASTIKA AKTIF PROMOSIKAN SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

04-07 | W A C A N A

MENYIAPKAN PONDASI SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

Kendati diakui beberapa pelaku industri bahwa pasar seni tengah tak sebergairah beberapa tahun lalu, namun nama Indonesia terus melejit di kancah seni rupa internasional.

Menjadi pelukis dan penulis seni rupa adalah mimpi Mia Maria kala muda. Kini, ia bermimpi Indonesia memiliki sistem pendidikan seni rupa yang mumpuni.

16-17 | P R O F I L

AGUNG HUJATNIKAJENNONGKOMPONEN SENI RUPA AGUNGHUJATNIKAJENNONG

Foto

: Ret

as

19 | G A L E R I F O T O

D A F T A R I S I0302

Page 3: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Perkembangan Indonesia di bidang seni rupa kontemporer memang sangat kaya. Saat ini kita juga bisa melihat pertumbuhan di bidang Seni Rupa Kontemporer dengan banyaknya talenta, kolektor, dan peminat dari Indonesia yang mengikuti acara dan juga pameran berskala lokal maupun internasional.

Pameran di Indonesia pun sudah mulai sangat terbuka, bahkan seniman internasional tidak segan untuk hadir. Salah satunya adalah Artjog, di mana peserta internasional hadir pada pameran Indonesia.

Saya melihat dengan banyaknya acara dan pameran seni rupa kontemporer di Indonesia, maka secara alamiah akan menarik kurator senior yang ada di Indonesia, dan memberikan kesempatan pada junior untuk meregenerasi. Kurator junior Indonesia harus ikut dibimbing oleh kurator senior agar terus berkembang.

Tidak ada art yang akan maju kalau tidak bisa di exhibit. Saya melihat bahwa di Indonesia adanya kekurangan exhibition atau tempat untuk showcase seni. Salah satunya Seni Rupa Kontemporer yang sedang happening sekarang ini, art installation, di mana instalasinya dirancang untuk mengubah persepsi suatu ruang yang bisa indoors atau outdoors.

Bekraf sudah berbicara pada beberapa Pemerintah Daerah, untuk melangsungkan pameran art installation, di mana pamerannya tidak tertutup dalam satu ruang, namun dilangsungkan dalam satu kota. Melalui satu tema yang dipilih dan diinterpretasikan melalui banyak seniman, hal ini akan menarik banyak pengunjung untuk ikut hadir pada acara tersebut.

Bekraf juga memberikan kesempatan pada kurator dan seniman Indonesia untuk memperluas wawasan dengan fasilitasi untuk mengikuti pameran-pameran internasional. Dengan begitu, kurator dan juga seniman national akan membawa ilmu dari luar untuk diterapkan pada Indonesia.

Be inspired and be inspiring. Teruslah belajar dan terus sharing pada sesama pelaku kreatif. Karena pengalaman berkreasi kalau tidak di share selain tidak akan membantu lingkungan namun juga tidak akan membantu diri sendiri.

Triawan MunafKepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

Badan Ekonomi Kreatif adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor.

Kantor

Gedung Kementerian BUMN, Lt 15, 17, 18Jl. Merdeka Selatan No. 13, Jakarta Pusat - 10110.

Email

[email protected]

Twitter

@bekrafid

Pengelola Media

GRID Kompas Gramedia

Be Inspired and Be Inspiring

Kurator junior Indonesia harus ikut dibimbing oleh kurator senior agar terus berkembang.

www.bekraf.go.id

E D I T O R I A L

Page 4: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Kendati diakui beberapa pelaku industri, bahwa pasar seni tengah tak sebergairah beberapa tahun lalu. Namun, nama Indonesia terus melejit di kancah seni rupa internasional.

MENYIAPKAN PONDASI SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

Bila di media massa kita kerap mendapat kabar baik tentang berbagai pameran seni rupa kontemporer dari para seniman Indonesia yang digelar berbagai galeri, maka di media sosial milik para seniman kita bisa menemukan kabar yang lebih membuat bungah tentang berbagai perjalanan residensi dan pameran mereka di pelbagai pelosok, baik regional hingga internasional, mulai yang digelar oleh galeri komersial, hingga berbagai pasar seni, biennale, triennale, juga pameran koleksi milik museum di berbagai belahan dunia.

Adalah hal yang lazim dan menyenangkan, menerima kabar dan mengikuti perjalanan para seniman ke berbagai belahan bumi untuk kerja rupa mereka. Demikian juga dengan para kurator Indonesia yang kerap terlibat dengan banyak proyek seni rupa kontemporer di luar Indonesia. Mereka tak lagi hanya milik seni rupa Indonesia, melainkan pula milik dunia.

Demikian pula wajah seni rupa di Indonesia. Gairah seperti merebak di banyak lini seni. Satu yang terlihat cukup signifikan perubahannya adalah jumlah pengunjung yang terus bertambah dari setiap pameran. Sekitar sepuluh hingga lima tahun lalu, pameran seni rupa

W A C A N A0504

Page 5: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

rasanya hanya ramai kunjungan di hari pembukaannya. Wajah-wajah yang datang ke acara tersebut pun, umumnya wajah-wajah yang mudah dikenali karena biasanya memang orang-orang itu saja –biasanya seniman, pemilik galeri, kolektor, jurnalis dan pengamat seni- yang kerap datang ke acara-acara seni rupa.

Seni Rupa BicaraKeterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair, biennale, treinnale dan

program seni lainnya seperti pameran di pelbagai galeri komersial, memberi catatan baik yang menarik perhatian dunia. Seni rupa kontemporer Indonesia tak lagi hanya anteng duduk diam di sudut menungggu kesempatan. Para seniman dan stakeholder-nya sigap menjemput juga membuka peluang.

Sejak awal tahun ini, pameran dan aktivitas serta kabar seputar seni rupa terus memenuhi agenda. Kabar tentang akan dibukanya Museum MACAN pada 5 November 2017 yang sudah terdengar sejak pertengahan tahun 2016 kembali datang. Pelbagai program acara digelar secara berkala sepanjang bulan berjalan menuju waktu pembukaan.

Kabar tentang museum yang berada di jalan Panjang kawasan Kebun Jeruk Jakarta Barat itu, disusul pula dengan pengumuman Jakarta Biennale 2017 tentang tema serta nama direktur artistik serta tim kurator yang akan menggawangi perhelatan dua tahunan tersebut.

Seniman seni performatif Melati Suryodarmo didaulat sebagai Direktur Artistik. Bersama Melati, terlibat juga empat kurator yang terdiri dari Hendro Wiyanto (Jakarta), Annissa Gultom (Jakarta), Phillipe Pirotte (Frankfurt), dan Vit Havranek (Praha). Kecuali Hendro yang memang ‘dilamar’ oleh Melati, ketiga kurator lain terpilih lewat program open call dan mereka terpilih setelah melewati sebuah proses seleksi yang ketat.

Pada September 2017, Melati dan keempat kurator baru saja melansir daftar lengkap nama seniman yang terlibat dalam gelaran biennale ke-17 sejak pertama kali diadakan pada 1974 ini. Dari sekitar 50 nama tersebut, para seniman Indonesia bersanding dengan banyak seniman dari berbagai negara. D

okum

enta

si A

dity

a N

oval

i

Tak hanya dua agenda itu, berbagai pameran digelar di berbagai lokasi di Jakarta sejak awal hingga paruh tengah tahun ini. Beberapa yang layak dicatat misalnya, pameran paralel Paviliun Indonesia yang digelar berbarengan di Jakarta dan Venice. Paviliun Indonesia di Venice Biennale tahun ini mengetengahkan karya seniman Tintin Wulia berjudul 1001 Martian Homes yang masih mengeksplorasi persoalan perbatasan dan migrasi manusia yang cukup lama menjadi isu yang kerap ditampilkan seniman Indonesia yang bermukim di Australia dalam karya-karyanya.

Dari Paviliun Indonesia di Senayan City, salah satu pusat perbelanjaan premium di Jakarta, pengunjung bisa berinteraksi dengan pengunjung Paviliun Indonesia yang ada di Arsenale, salah satu venue utama Venice Biennale. Badan Ekonomi Kreatif yang menjadi penanggung jawab acara ini sebenarnya ingin memberi kesempatan bagi warga Jakarta untuk bisa menikmati karya Tintin tersebut tanpa harus jauh-jauh pergi ke Italia. Upaya itu nyatanya merupakan sebuah terobosan baru yang untuk pertama kalinya dilakukan sepanjang sejarah biennale tertua di dunia itu.

Kesibukan skena seni itu terus berlanjut hingga memasuki semester kedua 2017, ketika Sekretariat Negara Republik Indonesia untuk kedua kalinya kembali menggelar pameran koleksi lukisan-lukisan yang dimiliki Istana Kepresidenan di Galeri Nasional. Pameran pertama koleksi Istana Kepresidenan ini diadakan pada 2016 dengan menampilkan 28 karya dari jumlah total koleksi Istana Kepresidenan yang mencapai lebih dari 3000 karya.

Tahun 2017 ini, dalam pameran bertajuk Senandung Ibu Pertiwi

Page 6: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

yang berlangsung pada 2 hingga 30 Agustus 2017 itu, dipamerkan sebanyak 48 karya, hampir dua kali lipat dari jumlah yang dipamerkan dalam tahun sebelumnya. Upaya untuk membuat koleksi Istana Kepresidenan bisa diakses dan dilihat oleh masyarakat luas mendapat pujian dan tanggapan amat positif dalam bentuk antusiasme pengunjung yang sangat tinggi. Sebab sebelum diadakannya pameran ini untuk pertama kali, hanya segelintir kecil masyarakat Indonesia saja yang memiliki kemudahaan mengakses karya-karya yang disimpan di beberapa Istana Kepresidenan, terutama di Istana Bogor.

Dua pasar seni yang digelar berdekatan waktu penyelenggaraannya, Art Bazaar Jakarta dan Art Stage Jakarta, juga dapat dicatat sebagai sebuah penanda mulai ajegnya kedudukan seni rupa kontemporer Indonesia di peta seni rupa dunia, bila melihat nama-nama galeri dari luar negeri yang ikut serta dalam kedua pasar seni tersebut.

Dalam sebuah perbincangan di sela jamuan makan siang untuk wartawan menjelang penyelenggaraan Art Stage pertama pada 2016, Direktur Art Stage Lorenzo Rudolf mengatakan, Indonesia memiliki potensi seni rupa kontemporer sangat besar yang amat menjanjikan. Bila merujuk pada jumlah seniman dan jumlah karya yang dihasilkan oleh dunia seni rupa Indonesia, menurutnya, tak berlebihan untuk menyebut Indonesia sebagai salah satu kekuatan utama seni rupa di kawasan Asia Tenggara.

Apresiasi yang Lebih BaikHeri Dono, salah satu seniman Indonesia yang ikut membidani lahirnya seni rupa kontemporer Indonesia mengatakan, terjadi perkembangan amat signifikan pada

apresiasi pemirsa seni rupa dunia pada eksistensi seniman Indonesia. “Dulu, pertama kali saya ikut pameran di luar negeri itu tempat penyelenggaraannya di museum etnologi dan bukan museum seni rupa. Agak salah tempat, tapi saya melihat itu sebagai kesalahpahaman melihat seni dari Indonesia. Saat itu, mereka menganggap semua karya seni dari Indonesia adalah seni tradisi, padahal meskipun elemen yang dipakai mungkin memang elemen tradisional, tapi persoalan yang diwacanakan dalam karya tersebut sebenarnya sangat kekinian pada zamannya,” Heri mengenang.

Namun menurut Heri, seiring berjalannya waktu dan semakin intensifnya keikutsertaan Indonesia di berbagai ajang seni rupa dunia, ditunjang pula dengan pergerakan informasi yang semakin mudah diperoleh, seni rupa Indonesia telah mendapat apresiasi dan tempat yang sangat lebih baik dibanding pada awal dekade 90-an.

Booming senirupa pada dekade 2000-an, dikatakan Heri menjadi momen yang penting dicatat dalam perkembangan seni rupa kontemporer

Indonesia. Pemirsa seni rupa internasional mulai melirik sumber-sumber seni rupa baru Asia di luar Cina dan Jepang. “Masa-masa itu, mulai banyak galeri dan kolektor mancanegara datang ke kantong-kantong seni rupa di Indonesia. Kebanyakan dari mereka terkejut dan kagum melihat betapa kaya, variatif dan kompleksnya potensi seni rupa yang dimiliki Indonesia,” kata Heri.

Hal tersebut, menurut Heri, meningkatkan antusiasme para stakeholder seni rupa dunia memamerkan karya-karya seni rupa Indonesia. Perkembangan teknologi informasi yang membuat dunia telah menjadi seperti sebuah kota kosmopolitan tanpa sekat geografi dan batas negara ini, membuat terjadi pertukaran wacana yang amat cepat sehingga karya-karya seni rupa memiliki muatan global yang bisa dengan mudah dipahami secara universal kendati ia menggunakan simbol-simbol tradisional di dalamnya.

Hal ini menjadi preseden baik bagi seniman-seniman juga para profesional lain dalam seni rupa. “Dari yang tadinya hanya sebagai pemirsa,

Foto

: Ind

ah A

riani

0706 W A C A N A

Page 7: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

pelan-pelan seniman dan kurator dari Indonesia mulai mendapat tempat sebagai peserta bahkan pengambil keputusan dalam ajang-ajang penting seni rupa di berbagai negara. Itu berlangsung terus hingga kini,” kata Heri.

Kondisi ini juga ditangkap oleh Aditya Novali, salah satu seniman yang juga kerap berpameran di berbagai negara. “Saya kira, saat ini cukup banyak karya perupa Indonesia yang kini sudah dikoleksi kolektor ataupun institusi luar. Dunia yang semakin “sempit” karena adanya dunia maya dan jejaring virtual membuat batas negara ataupun wilayah menjadi makin kabur dan mereka tidak terlalu peduli lagi dengan asal negara dan batas fisik wilayah,” Aditya mengatakan.

Namun menurutnya, sebuah karya seni tetap perlu memilki konteks yang benar dalam merespon sebuah era karena ia menjadi sebuah refleksi peradaban dan perubahannya. “Saya juga percaya bahwa eksekusi akhir sebuah karya seni harus paripurna, sesuai apa yang memang diinginkan- tanpa mencari alasan karena keterbatasan teknis ataupun material. Dan menurut saya kedua hal ini yang akan membawa dengan sendirinya

karya seni Indonesia lebih global,” Aditya berpendapat.

Masih menurut Aditya, perbincangan dan diskusi selalu menjadi sesuatu yang penting dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang sebuah karya. Apalagi di dunia seni rupa kontemporer yang tidak terbatas pada karya-karya visual semata. “Apabila sebuah karya secara visual mengandung unsur yang “Indonesia”, mungkin akan lebih cepat untuk dikenali, tetapi menurut saya karya yang menampilkan “Indonesia” secara lebih berlapis dan konstekstual akan lebih puitis dan menimbulkan diskusi yang bermakna untuk mengetahui berbagai hal yang sebetulnya terjadi di negara tercinta ini lewat sebuah karya yang mungkin tidak terlihat “Indonesia”,” katanya.

Baik Heri mau pun Aditya sama-sama sepakat bahwa pemahaman yang baik tentang perkembangan seni rupa global menjadi kunci penting yang perlu dipegang untuk bisa masuk ke kancah seni rupa kontemporer dunia. Namun Heri menekankan, seorang seniman wajib untuk lebih dulu mengetahui dengan sangat baik berbagai hal penting dari seni

rupa Indonesia dan apa yang ingin ia kontribusikan untuk seni rupa dunia. “Menurut saya, memasarkan wacana itu jauh lebih penting ketimbang sekadar mewacanakan pasar.

Orientasi untuk memiliki pernyataan yang ingin disampaikan lewat karya, saya pikir sebenarnya jauh lebih penting ketimbang sekadar membuat karya-karya yang sesuai dengan selera pasar,” kata Heri.

Itu sebabnya, menurut Heri, amat penting dan mendesak upaya untuk membangun infrastruktur seni rupa yang lebih baik daripada yang sudah ada. “Kita nyaris tak punya yang namanya Museum Wacana, di mana seni rupa bisa dibicarakan secara substansial dan terpisah dari persoalan jual beli dan fluktuasi pasar,” katanya.

Ide untuk membuat “Perahu Kebudayaan” muncul dari Heri Dono ketika ditanyakan padanya, apa saja kiranya hal yang bisa dilakukan untuk bisa mencapai tempat lebih besar itu. “Perlu ada pembenahan infrastruktur seni rupa di berbagai daerah dan upaya-upaya pendidikan yang baik supaya seni rupa tak hanya berpusat di Jawa dan Bali saja perkembangannya. Barangkali kita bisa menggagas program Perahu Kebudayaan untuk membawa misi seni ke berbagai daerah. Bikin residensi dan membuat pameran seni rupa dan pertunjukan di pelabuhan-pelabuhan supaya pelabuhan bisa kembali ke fungsinya semula sebagai tempat akulturasi budaya dan bukan sekadar tempat perdagangan,” Heri menjelaskan dengan bersemangat. Barangkali, ini akan jadi pekerjaan rumah yang serius bagi pemerintah. Tapi tampaknya ide ini tak mustahil dicoba untuk bisa membangunkan pondasi yang kokoh bagi seni rupa kontemporer Indonesia dan memungkinkannya melejit tinggi di kancah seni rupa dunia.

Foto

: Ind

ah A

riani

Page 8: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Menjadi pelukis dan penulis seni rupa adalah mimpi Mia Maria kala muda. Kini, ia bermimpi Indonesia memiliki sistem pendidikan seni rupa yang mumpuni.

MIMPI YANG MENJADI KONTRIBUSI NYATAUNTUK SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

Mia Maria

P R O F I L0908

Page 9: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Beberapa tahun yang lalu, Mia Maria identik dengan Galeri Linggar, tak hanya sebagai pemilik, perempuan yang mengambil pendidikan kurator di Victorian Colllege of the Arts setelah menamatkan pendidikan lukisnya di Amerika ini, juga turut mengurasi pameran seni rupa yang tengah berlangsung di galerinya tersebut, yang berada di bilangan Kemang Timur, Jakarta Selatan. Selain di galerinya, Mia juga mulai aktif sebagai kurator di banyak pameran dan sejumlah proyek eksperimental di tempat lain, di antaranya Comic Demonic (2011), Parallab (2012), Proyek Pribadi (2012), dan Grafitti On Sejarah (2014). Selain mengurasi, Mia juga menjadi penuli seni rupa untuk pelbagai media di Indonesia dan Singapura.

Lahir dan besar di keluarga seniman dan desainer dengan ibu seorang pelukis, persinggungan Mia dengan seni rupa terjadi sejak mula hidupnya. Usia lima tahun, putri dari Josepnhine Linggar ini mulai melukis dan menyimpan cita-cita menjadi pelukis dan penulis ketika ia remaja, kala teman-teman seusianya lebih

bermimpi menjadi model, penyanyi atau bintang film. Cita-cita Mia tak pernah berubah hingga ia lulus sekolah menengah atas dan melanjutkan pendidikan ke sekolah lukis di Amerika. Kurator adalah profesi yang dipilih kemudian oleh Mia, dari percakapannya yang cukup intensif dengan beberapa seniman senior Indonesia yang kerap datang ke galeri ibunya.

Menjadi salah satu kurator di Singapore Biennale 2013, dan pada 2014 terlibat dalam tim yang menyusun cetak biru seni rupa Indonesia untuk Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain menjadi ketua divisi Seni Rupa di Dewan Kesenian Jakarta, Mia kini dipercaya menjadi Head of Education and Public Programs di Museum MACAN, sebuah museum seni rupa kontemporer milik swasta yang akan dibuka di Jakarta pada November 2017 mendatang. Retas berkesempatan berbincang dengan Mia tentang perjalanannya sebagai kurator dan mimpi-mimpinya untuk pendidikan seni rupa Indonesia. Fo

to: R

etas

Dok

umen

tasi

Mia

Mar

ia

Page 10: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Sebagai kurator, apa kiprah awal yang Anda anggap sebagai titik balik yang memantapkan kiprah di bidang seni rupa?

Di tahun 1998 saya pulang dari sekolah lukis di Amerika, saat itu di galeri Ibu saya, saya banyak menghabiskan waktu dengan seniman-seniman seperti Nyoman Gunarsa, Krijono, dan juga kurator dan penulis yang lagi top di masa itulah, di situ saya menemukan bahwa Indonesia perlu banyak kurator. Saya mulai bosan dengan lukisan saya sendiri, maka saya mencari sekolah yang cocok di Australia. Saya menemukan VCA – Victorian College of the Arts, yang katanya sekolah seni paling top di Australia. Saya berdoa, saya bilang, kalau Tuhan ijinkan saya jadi kurator, saya diterima di sekolah yang satu ini. Saya gak daftar sekolah lain saat itu, dan ternyata diterima.

Saat mulai terjun ke kancah seni rupa Indonesia, bagaimana kondisi art scene dalam negeri kala itu dan bagaimana Anda melihat Indonesia art scene saat ini?

Saya kembali ke Indonesia akhir tahun 2005. Putri saya Amara baru lahir saat itu, maka saya belum mulai bekerja sampai tahun 2007. Waktu itu seni kontemporer di Indonesia mulai mengalami art boom. Pak Jim Supangkat sering main ke galeri kami di Kemang, dan mulailah dia memperkenalkan saya ke teman-teman di seni rupa seperti Farah Wardani, Vivi Yip, Lie Fhung, dan lain-lain. Saat itu memang seru sekali. Seni rupa seperti sedang pesta pora. Banyak sekali pameran, banyak sekali perkembangan karya dan semua orang semangat menjalin jejaring.

Hal paling penting apa yang menurut Anda perlu diupayakan oleh semua stakeholder seni rupa Indonesia untuk bisa mengangkat potensi Indonesia ini ke panggung yang lebih besar di tingkat internasional, dan membuat seni rupa Indonesia punya posisi tawar serta kedudukan penting di tingkat dunia?

Edukasi publik, penulisan seni rupa, etika kerja yang profesional, dan jejaring. Itu semua yang harus digiatkan.

Pelajaran penting apa yang Anda petik dan bisa diterapkan untuk memajukan seni rupa Indonesia?

Sama dengan yang saya katakan sebelumnya. Tapi bila merunut pada jenjang kepentingannya, urutannya akan menjadi etika kerja yang profesional, kemudian edukasi publik, lalu penulisan seni rupa yang bertanggung jawab, dan baru pentingnya membangun jejaring.

Saat menangani Jakarta Biennale 2015 Anda menggagas pembuatan buku Seni Rupa untuk sekolah-sekolah. Apa yang melatarbelakangi pembuatan buku tersebut?

Kebutuhan untuk menutup gap pengetahuan dasar seni rupa. Guru-guru dan murid-murid patut mendapat dukungan untuk bisa memahami dan menikmati kegiatan seni rupa dengan pengetahuan dasar yang benar dan cukup. Maka di buku itu kami berikan pengetahuan dasar selengkap yang kami bisa berikan saat itu. Misalnya menjelaskan tentang apa sih performance art?

Dokumentasi Mia Maria

P R O F I L1110

Page 11: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Apa bedanya galeri dan museum? Apa itu profesi kurator dan art handler? Kenapa itu semua penting dan sebagainya.

Anda saat ini dipercaya sebagai Direktur Pendidikan dan Program Publik di Museum MACAN. Hal apa saja yang Anda lakukan dalam kapasitas tersebut?

Ada beberapa jenis. Pertama adalah School Relation. Ini upaya untuk membangun platform networking dan berbagi pengetahuan bagi pengajar seni di Jakarta.

Saat ini memang masih di Jakarta dulu. Hal kedua, Education Material, mengembangkan materi ajar berdasarkan karya-karya di pameran yang diadakan di Museum MACAN. Materi ajar ini, yang kami sebut sebagai Education Resource Kit, ditujukan untuk mendukung para pengajar seni rupa dari Grade satu hingga 12 dalam mengajar di kelas, bisa didownload gratis dari website kami nantinya.

Kami juga akan menciptakan Children Museum Guide dan teks-teks mediasi untuk anak-anak, membuat Children Art Space untuk mengkurasi dan berkolaborasi dengan seniman untuk menciptakan karya seni (commissioned) dan aktifitas di dalam Children Art Space Museum MACAN. Saya juga ingin menciptakan program public, termasuk di dalamnya symposium, diskusi seni, tur, lokakarya, dan sebagainya serta menciptakan komunitas volunteer yang terdidik dan juga nantinya program magang.

Kelompok masyarakat yang mana yang menjadi target utama dalam program pendidikan seni rupa yang Anda buat di Museum MACAN?

Guru, murid dari TK sampai mahasiswa, dan masyarakat umum.

Apakah mungkin membuka akses yang lebih besar bagi masyarakat –khususnya masayarakat menengah ke bawah- untuk bisa berkenalan, mendapat pengetahuan dan kesempatan untuk mengapresiasi seni?

Tentu, apalagi di Jakarta. Komunitas seni Indonesia dan Asia Tenggara banyak dimulai dari grass root, sejak jaman sanggar dulu. Saya rasa seni di Indonesia milik semua. Lewat Dewan Kesenian Jakarta, itu hal yang berusaha kami wujudkan lewat program2 komite seni rupa, seperti Proyek Seni Perupa Perempuan, dan workshop kurator.

Adakah bayangan, seperti apa idealnya pemirsa seni Indonesia dapat dibentuk melalui program-program edukasi?

Pemirsa yang santai dalam menikmati dan terlibat dengan seni. Tidak mundur dengan kalimat “nggak ngerti ah.”

Apa impian terbesar Anda untuk perkembangan seni rupa Indonesia dan langkah apa yang ingin Anda lakukan untuk membawanya makin memiliki posisi penting dalam peta seni rupa dunia?

Membawa pelaku seni rupa kancah internasional ke dalam negeri.

Di luar seni rupa, hal apa yang Anda lakukan untuk mengisi waktu luang?

Main dengan anak, keluarga dan sahabat. Masak, mempelajari food healing, yoga, meditasi, menemani pasangan saya vintage hunting dan menjelajah kuliner dunia.

Hal apa yang menurut Anda paling penting dimiliki seseorang untuk bisa menjalani dan menikmati hidup?

Harmoni, dimulai dengan diri sendiri, lalu harmoni dengan orang lain dan seisi dunia. D

okum

enta

si M

ia M

aria

Page 12: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

P R O F I L1312

Perempuan kelahiran Yogyakarta ini dikenal sebagai salah satu kurator seni rupa yang diperhitungkan di Tanah Air. Bernama lengkap Alia Swastika, perempuan kelahiran 1980 ini juga sukses mengenalkan para pegiat seni rupa ke kelas Internasional lewat ajang kreatif Biennale Jogja yang dimulai sejak tahun 2011.

AKTIF PROMOSIKAN SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

Alia Swastika

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

Page 13: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Tak Berencana Jadi Kurator Mengenal dunia seni ternyata sudah disukai oleh Alia sejak kecil. Hal ini disebut menjadi kebiasaan karena ketika berkunjung ke rumah nenek di Jawa Timur, ia sering kali diajak menonton pertunjukan seperti ludruk dan ketoprak, seni budaya tradisional. Alia mengaku sangat menikmati momen-momen tersebut dan tak pernah bisa melepaskan ingatan manisnya terhadap kegiatan seni tradisi.

Lalu, Alia juga menjelaskan ketika tengah menempuh studi di SMU 3 Yogyakarta, sekolahnya berdekatan dengan ruang seni yang berpengaruh seperti, Bentara Budaya dan Karta Pustaka. Alia bahkan semakin sering mendatangi dan mengunjungi setiap kegiatan seni yang digelar. Tak hanya menikmati seni semata, Alia bahkan mulai terbiasa menuliskan berbagai topik budaya untuk media kampusnya.

Namun, Alia mengakui bahwa menjadi kurator sejatinya tak pernah masuk dalam rencana hidupnya. Hanya karena keterlibatannya di berbagai kegiatan seni, akhirnya Alia terjun dan yakin menekuninya. “Diawalinya dengan bekerja sebagai manajer artistik di Cemeti Art House, saya akhirnya belajar banyak sekali tentang wacana seni dan pengorganisiran pameran. Saya berkenalan dengan para seniman dan melihat proses penciptaan karya. Saya merasa enjoy, seperti menemukan arah dan tujuan hidup,” ujarnya.

Page 14: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Lewat seni, Alia percaya bisa mengubah cara pandang sekelompok orang yang berdampak pada perubahan sosial seni yang lebih luas. Dengan menjadi kurator maka Alia merasa terlibat dari bagian perubahan tesebut, dan menggunakan penciptaan seni sebagai manifestasi identitas personal dan visi dalam kehidupannya.

Alia juga memiliki pengalaman mumpuni sebagai kurator, ia pernah mengurasi seniman seperti Eko Nugroho, Tintin Wulia, Wimo Ambala Bayang, Jompet Kuswidananto, dan juga acara internasional seperti Art of Dubai (2012), hingga seri Equator Jogja Biennale.

“Hal yang paling saya nikmati dengan pekerjaan sebagai kurator adalah terlibat dalam proses penciptaan. Mulai dari penggodokan ide, membangun narasi, merencanakan eksekusi, supervisi di lapangan,” katanya bersungguh-sungguh.

Bermodal Kuat MentalBerada di dunia seni punya tantangan tersendiri menurut Alia. Dirinya harus selalu siap dengan

perubahan dan kegagalan. Selain itu, Alia juga menyebut dibutuhkan dedikasi dan memiliki integritas terhadap dunia seni itu sendiri. “Harus professional, jadi gak benar kalau dunia seni itu dianggap serba santai atau seenaknya. Ada profesionalisme juga. Dan, sebagai kurator kita harus punya pandangan luas dan seimbang terhadap aspek-aspek seperti ini,” pungkasnya dengan bijak.

Menekuni profesi sebagai kurator juga disebut Alia ada lika likunya. Ia mengaku merasa tertarik ketika justru menghadapi masalah atau merasa hampir gagal. “Kalau bicara pameran internasional, sering sekali rencana menjadi gagal total, karena birokrasi yang berbelit. Kesulitan kita untuk mendatangkan karya dari luar negeri, misalnya. Jadi sering juga saya nongkrong ke Tanjung Priok atau mendatangi petugas imigrasi dan pengiriman untuk menego soal-soal yang sangat teknis,” ceritanya.

Giatnya Alia dalam seni akhirnya mendatangkan kepercayaan dari Dewan Pembina Yayasan Biennale Yogyakarta. Alia dipilih untuk menjadi kurator dalam pameran Biennale Jogja (BJ), Equator #1,

2011: Indonesia-India saat pertama kali diselenggarakan di tahun 2011. “Saya dipilih tersebut, yang bagi saya agak mengagetkan karena pada waktu itu saya merasa masih sangat muda, kurang pengalaman. Tapi saya merasa sangat terhormat bisa terpilih. Jadi saya merasa harus melakukan sebaik-baik yang saya bias,” ujar kurator termuda di BJ saat itu.

Alia yang hanya memiliki waktu hanya sekitar enam bulan harus bekerja keras dan belajar banyak tentang birokrasi dari direktur Yayasan, Ibu Yustina Neni. Belum lagi, Alia juga dengan cepat mengajak seniman Indonesia dan India untuk menafsi sejarah dan narasi tentang religiositas

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

1514 P R O F I L

Page 15: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

dan spiritualisme, karena sejarah Indonesia dan India dalam konteks ini sangatlah kuat. Keberhasilan Alia dalam agenda ini juga membuatnya kembali dipercaya sebagai direktur BJ ketiga, Equator #3, 2015: Indonesia-Nigeria.

Pamorkan Seni Rupa Kontemporer untuk Go InternasionalMelalui agenda Biennale Jogja (BJ), Alia mengungkapkan bahwa agenda ini mendapatkan pengakuan dari skena seni intenasional. “Konsep yang diusung oleh Biennale Jogja ini berkaitan dengan gagasan ekuator. Ini adalah gagasan yang sangat genuine dan provokatif, dan kita sebenarnya punya potensi

untuk mengembangkannya sebagai suara alternatif dalam internasionalisasi seni yang semakin seragam. Saya sangat bangga memperkenalkan gagasan-gagasan ini kepada dunia internasional,”jelasnya.

Alia juga menjelaskan bahwa dukungan besar dari dunia seni internasional misalnya bisa dilihat dari banyaknya tamu-tamu penting dari berbagai museum dan institusi untuk melihat langsung Biennale Jogja. “Seharusnya ini juga menjadi catatan penting bagi kelompok birokrat untuk terus meningkatkan dukungan kepada Biennale di Indonesia, karena ini kesempatan untuk bisa menunjukkan kapasitas kita yang besar pada dunia,”serunya. Pegiat seni akan mendapatkan dampak langsung dari agenda biennale atau ArtJog menurut Alia. “Di kota tersebut terjadi berbagai peristiwa seni lainnya yang sangat menarik dikunjungi. Studio-studio seniman juga selalu penuh jadwal kunjungan yang memungkinkan mereka menjalin relasi lebih luas dengan institusi dari negara lain, dan biasanya ini cukup produktif untuk membawa mereka ke medan internasional,” ucapnya dengan yakin.

Alia bahkan merasa seniman Indonesia punya potensi sangat besar jika mereka didorong untuk melihat kekayaan konteks sejarah sosial politik dan budaya Indonesia sebagai pijakan berkarya. Sayangnya menurut Alia para seniman seringkali tidak punya akses untuk melakukan hal-hal tersebut.

“Menurut saya ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dan dimulai semenjak sekarang. Kesempatan untuk memperdalam konteks karya dan punya akses dana untuk memproduksi karya merupakan elemen penting dalam penciptaan. Jika seniman sudah punya karya kuat, maka dengan sendirinya akan menarik perhatian berbagai pihak yang berkepentingan. Saya percaya pondasi awal adalah karya dan visi yang kuat dari seniman. Market akan muncul dengan sendirinya jika karya-karyanya kuat,” jelasnya panjang lebar.

Hingga kini Alia pun masih terus berkarya mempersiapkan pameran seni rupa kontemporer dalam rangka Eurapolia. “Dalam proses pengerjaan dan ditambah dengan menjadi produser album dari sebuah band rock Jogja, Melancholic Bitch,” ujarnya menutup percakapan.

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

Dok

umen

tasi

Alia

Sw

astik

a

Page 16: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

P R O F I L1716

Dalam perkembangan seni rupa kontemporer, ada satu peran yang tak bisa dianggap kecil dalam membentuk wacana –atau bahkan juga pasar- yang membuat perbincangan tentang karya, juga seniman serta konstelasi seni rupa terus bergulir. Peran itu adalah kurator, yang awalnya lebih dilekatkan sebagai sebutan untuk ahli yang bertanggung jawab untuk mengampu benda-benda koleksi di sebuah museum. Namun seiring berjalannya waktu, definisi kurator mengalami perluasan, dan sebutan tersebut juga diterapkan pada orang yang memilih seniman dan karya-karya yang dipamerkan dalam sebuah pameran. Umumnya, seorang kurator saat ini tak hanya dituntut untuk memahami perkembangan dan kode etik dan hukum yang berlaku dalam pengumpulan karya, serta terlibat aktif dalam pergerakan wacana, melainkan juga perlu mengetahui seluk beluk pasar.

Agung Hujatnikajennong merupakan salah satu kurator yang aktif dan memiliki relasi luas dari jagat seni rupa Indonesia. Pria kelahiran 1976 yang memperoleh doktor dan menjadi pengajar di almamaternya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini dipercaya menjadi kurator begitu banyak pameran di berbagai negara, selain menjadi kurator tetap Selasar Sunaryo di Bandung. Seniman-seniman ternama seperti Agus Suwage, Dadang Christanto, Handiwirman Saputra, Heri Dono, Jompet Kuswidananto, Mella Jaarsma dan banyak seniman-seniman muda pernah terlibat dalam pameran-pameran yang ia ampu.

KOMPONEN SENI RUPA AGUNG HUJATNIKAJENNONG

Sebagai kurator, posisinya penting dalam peta seni rupa. Namun menurut Agung Hujatnikajennong, kurator hanyalah satu komponen dari sebuah sistem besar.

Agung Hujatnikajennong

Dok

umen

tasi

Agu

ng H

ujat

nika

jenn

ong

Page 17: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Menurut Agung, saat ini, sebagai penggagas maupun eksekutor pameran, kurator memiliki peran lebih banyak dalam menentukan karya seni apa yang layak dan seniman mana yang harus diketahui oleh publik. Dalam kaitan dengan perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, pameran menjadi sarana yang paling penting untuk melakukan pembentukan diskursus-diskursus mutakhir, yang dipicu oleh tema kuratorial ataupun karya-karya yang dipamerkan. “Dalam perkembangan mutakhir, kekuratoran menjadi praktik yang tidak lagi melulu ‘vokasional’. Praktik kuratorial bertransformasi bersama perkembangan seni rupa kontemporer yang sarat dengan eksperimentasi teknis maupun konseptual, berangsur-angsur mengalami individualisasi, hingga kurator menjadi ‘pengarang’ yang memiliki otoritas tersendiri,” Agung mengatakan.

Dalam kapasitasnya tersebut, seorang kurator kemudian mencoba menemukan dan mengembangkan metode riset, konsep maupun ‘citarasa’ masing-masing. Dalam situasi mutakhir semacam ini, Agung menganggap penting untuk kembali menegaskan bahwa tugas mendasar kurator, sebagai profesi yang secara historis terikat pada institusi museum, adalah sebagai mediator bagi karya seni/seniman dengan publik. Penegasan itu boleh jadi dianggap sebagai sebuah upaya untuk memberi pernyataan bahwa kepopuleran seniman bukan tujuan utama, melainkan hanya dampak dari diterimanya diskursus kuratorial tertentu oleh publik.

Menurutnya, tidak ada rumusan pasti mengenai waktu yang dibutuhkan untuk merumuskan suatu ide pameran. “Riset kuratorial itu pengalaman sepanjang hidup. Terus-menerus melihat dan menonton karya

seni atau pameran, mewawancarai seniman dan membaca literatur saja tidak cukup. Jeda dan kontemplasi juga penting supaya kerja kuratorial tidak menjadi mekanis dan masinal. Dalam pengalaman Agung, ia mencatat proses yang paling menarik dari sebuah kerja kuratorial adalah ketika memahami bagaimana rencana dan realisasi seringkali tidak sinkron. Pengalaman berhadapan dengan kegagalan-kegagalan juga menarik karena membuat kita menjadi lebih manusiawi.

Seperti disebutkan sebelumnya, Agung pun menyinggung lagi elemen-elemen yang secara tradisional dianggap sebagai kecakapan kuratorial yang perlu dikuasai oleh seorang kurator. Kecakapan kuratorial itu antara lain mencakup penguasaan atau pemahaman tentang sejarah seni rupa dan teori seni, metode-metode riset untuk merumuskan tema dan gagasan untuk sebuah pameran, serta cara-cara mengkomunikasikan tema juga gagasan itu kepada publik, termasuk di dalamnya melalui strategi presentasi ataupun program publik. “Apapun jenis karya seni yang ditampilkan, di manapun pameran itu diselenggarakan, kecakapan-kecakapan adalah modal dasar yang tidak bisa ditawar. Intuisi maupaum imajinasi tetap dibutuhkan untuk bisa mengambangkan kecakapan-kecakapan itu ke dalam kerja kreatif,” Agung mengungkapkan. Namun dalam kenyataannya, menurut Agung, untuk mencapai tujuan tersebut, kurator tidak mungkin bekerja sendirian. Ada jejaring ekonomi politik yang kompleks dalam dunia seni rupa kontemporer regional dan internasional. “Kurator hanyalah salah satu komponen dalam jejaring itu,” kata Agung.

Dok

umen

tasi

Agu

ng H

ujat

nika

jenn

ong

Dok

umen

tasi

Agu

ng H

ujat

nika

jenn

ong

Page 18: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

GARUDA RAKSASA INDONESIA TIMUR Seni rupa kontemporer Indonesia di pentas dunia itu kelihatannya mirip garuda raksasa yang masih tertidur di sarang.

Nirwan Ahmad Arsuka

Begitulah pandangan Nirwan Ahmad Arsuka, pendiri Pustaka Bergerak saat ditanya soal seni rupa kontemporer di Indonesia. Lebih lanjut ia mengibaratkan ketika dahulu orang mengira burung garuda ini baru saja menetas dan masih perlu belajar terbang. Tapi sejak ditemukannya banyak peninggalan karya rupa purba di gua-gua prasejarah Indonesia, semakin dikenalinya banyak khazanah kita yang kaya, garuda raksasa ini tampak seperti burung yang punya masa silam gemilang tapi kini sudah lupa bagaimana caranya mengepakkan sayap.

Kuantitas yang masih minim, ternyata tak menutup jalan seniman lainnya untuk bangkit, kembali mengepakkan sayapnya untuk membuka ruang dan memamerkan karya agar seni rupa, khususnya di Indonesia Timur agar lebih ditengok oleh pasar global. Untuk itulah sebuah ajang seni rupa dua tahunan berskala internasional, Makassar Biennale digelar tahun 2015 lalu di Societeit de Harmonie.

Gelaran ini tidak lepas dari peran Nirwan Arsuka, sebagai sosok di balik layar. Keterlibatannya dalam Makassar Biennale, sangat kuat. Ia banyak berdiskusi dan melempar pertanyaan dan pendapat kepada para seniman, penggiat dan pengusung Makassar Biennale.

“Kadang-kadang juga provokasi, untuk ikut membangunkan kekuatan kita di Timur. Kini saya coba bantu memetakan kekuatan sendiri, menjalin sinergi, sembari membaca peta yang lebih besar. Kita memang perlu mengenali baik di bagian mana kita bisa menelurkan sumbangan yang minimal tidak mubazir,” ujarnya.

Ajang seni rupa dua tahunan berskala internasional tersebut akhirnya kembali dihelat tahun ini. Sebagai kegiatan dan forum kebudayaan, Makassar Biennale (MB) melaksanakan serangkai program kerja yang bertujuan mengembangkan

wacana dengan menggelar pameran, seminar, diskusi, hingga publikasi.

Di Balik Kegelisahan Di balik itu semua, sebenarnya ada sebuah kegelisahan yang ada di benak seorang Nirwan Arsuka, terutama dalam industri seni di Indonesia. Menurutnya, kegelisahan utama yang terasa adalah belum berpadunya semua unsur penting untuk membentuk industri seni di Indonesia.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa industri seni di Indonesia itu lebih banyak berdenyut sebagai industri rumah tangga, dan belum jadi industri dengan visi dan determinasi modern. “Nah, yang kedua, yang lebih penting, adalah menghimpun dan menciptakan khazanah karya yang bisa disajikan ke dunia global,” tegasnya.

Ia kembali menambahkan bahwa seni rupa kontemporer Indonesia sebenarnya punya peluang yang sangat besar: mereka bisa melahirkan karya yang merupakan reaksi dari karya-karya yang berkembang di Eropa dan Amerika.

“Tapi, yang lebih menarik, seniman Indonesia bisa berkarya mengolah sekaligus melampaui khazanah tradisionalnya, lalu menyajikannya ke pentas dunia. Ini memang tak mudah. Kalau seniman Indonesia belum bisa memproduksi dan mengekspor karya yang besarannya kolosal, tentu seniman kita masih (dan sudah) bisa menghasilkan karya yang besarannya lebih mungkin ditangani,” tandasnya.

Oleh sebab itu, sebuah ruang seni bernama Makassar Biennale yang menjadi salah buah pikirnya, bisa menjadi ajang agar garuda tadi mampu mengepakkan sayapnya ke pasar global. Ia pun mengaku dukungan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada gelaran ini sangat besar.

“Semoga Bekraf bisa menghasilkan berbagai terobosan yang lebih bertenaga lagi,” pungkasnya.

Dok

umen

tasi

Nirm

an A

hmad

Ars

uka

18 P R O F I L

Page 19: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Beragam Kegiatan Bekraf dalam Membangkitkan Ekonomi Kreatif Indonesia

Foto

-foto

Dok

umen

tasi

Bekr

af

G A L E R I F O T O 19

Page 20: Seni Rupa Kontemporer - bekraf.go.id · kerap datang ke acara-acara seni rupa. Seni Rupa Bicara Keterlibatan Indonesia dalam ajang-ajang seni rupa internasional seperti art fair,

Desain Komunikasi Sosial44,93%

Televisi dan Radio

Aplikasi danGame Developer

46,21%

51,43%

78,26%

81,28%

82,22%

Desain Komunikasi Sosial

Melakukan InovasiMelakukan Penelitiandan Pengembangan

Televisi dan Radio

Aplikasi danGame Developer

62,30% 28,65%

RISET, EDUKASI, DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI EKONOMI KREATIF

Kendala yang Dihadapi Usaha/Perusahaan Ekonomi Kreatif

62,30% Pengusaha Ekonomi Kreatif telah berupaya melakukan inovasi khususnya pada sub sektor Aplikasi dan Game Developer, Televisi dan Radio. serta Desain Komunikasi Visual.

71,35% Pengusaha Ekonomi Kreatif telah berupaya melakukan penelitian dan pengembangan (litbang).

Pemasaran domestik merupakan kendala utama yang dihadapi pelaku Ekonomi Kreatif, terutama bagi subsektor Seni Rupa, Kriya, dan Musik

Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi KreatifKerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

37,40%

31,56%

17,21%

9,63%

31,88%

41,89%

21,23%

22,26%21,08%

16,04%13,52%

21,08%

Riset dan Pengembangan

Edukasi Infrastruktur Fisik

InfrastrukturTIK

PemasaranDalamNegeri

PemasaranLuar

Negeri

Regulasi HKTI HubunganKelembagaanDalam Negeri

HubunganKelembagaan

AksesPerbankan

Akses NonPerbankan