Transcript

Resusitasi pada Neonatus Preterm dengan Asfiksia

Kelompok D7

Meilan Tahir Refra (102010026) Ani Kusumadewi Akbar (102010061)Veronica C Angel Leiwakabessy (102010160)Piter Pical (102010235)Karolus Refandake (102010275)Jasreena Kaur Sandal (102010362)Muhammad S bin Baharudin (102010391)Mohamed Asri bin Mohamed Zaini (102008283)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No.6 Jakarta 11510Telephone : (021) 5694-2061 (hunting),Fax : (021) 563-1731

PendahuluanAsfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penilaiian statistic dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Brendes yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.Asfiksia neonatorum disebabkan oleh banyak hal, antaranya ialah faktor plasenta(solusia plasenta, degenerasi vaskuler), faktor maternal(hipotensi, syok, anemia), faktor uterus yang mengalami kontraksi memanjang atau hiperaktivitas dan faktor janin sendiri seperti infeksi. Fetal distress adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolism janin menuju metabolism anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2.1Kira-kira 6% dari semua bayi baru lahir dan lebih dari 50% bayi yang dilahirkan premature memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri secara baik dengan kehidupan ekstrauterin. Kesulitan tersebut mencakup mengembangkan dan mengisi paru dengan udara, membentuk pernapasan ritmis, dan berubah dari pola sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa. Bila terjadi kesulitan-kesulitan ini, bayi memerlukan resusitasi.

PembahasanPemeriksaan Rutin Pada Bayi Baru LahirSegera setelah bayi lahir, pemeriksaan yang singkat dan teliti pada wajah, mata, mulut, dada, abdomen, tulang belakang dan ekstremitas harus dapat menyingkirkan kelainan mayor. Tangisan yang kuat serta warna kemerahan pada wajah dan tubuh menunjukkan penyesuaian diri yang baik terhadap kehidupan yang independen. Lebih dari 48 jam setelah lahir, semua bayi harus diperiksa menyeluruh dan pada waktu luang setelah riwayat kesehatan keluarga, kehamilan, dan persalinana diketahui secara rinci. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dihadiri oleh ibu atau lebih ideal lagi oleh kedua orang tua. Pemeriksaan medis pertama ini merupakan prsedur skrining dan bertujuan untuk menemukan gangguan-gangguan yang memerlukan tatalaksana dini. Bayi harus telanjang dalam ruang yang hangat dan ibu sebaiknya dapat melihat dengan jelas apa yang anda kerjakan.pemeriksaan harus menyeluruh dan dalam urutan yang logis. Pertama kali nilai ukuran keseluruhan, proporsi dan maturitas kemudian cari kelainana structural mulai dari kepala dan mata kemudian telinga, mulut, dada, abdomen, ekstremitas, tangan dan kaki. Cacat setiap tanda-tanda tambahan, jari-jari tambahan, dan juga cekungan kulit tambahan. Pemeriksaaan lain adalah untuk menilai perilaku dan respons bayi. Ibu dan bidan biasanya akan segera menceritakan kepada anda tentang perilaku, pola makan, menangis dan tidur bayi. Bayi yang terlalu lemas, selalu tidur, iritabel atau tidak dapat diam, ataupun bayi yang reflex isapnya lemah memerlukan evaluasi lebih teliti, terutama dalam hubungannya dengan pemberian ASI yang memuaskan. Orang tua harus diberi penerangan tentang kelainan-kelainan minor. 2

Apgar ScoreApgar Score merupakan system pengukuran sederhana dan handal untuk derajat stress intrapartum saat lahir. Kegunaan utama system skor ini adalah untuk memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai factor yang mungkin berkaitan dengan masalah pulmonal.Ada 5 hal yang dinilai dalam APGAR score, yakni:1. Appearance (Warna kulit)Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah muda setelah tercapainya ventilasi yang efektif.Kebanyakan bayi yang pucat saat lahir mengalami vasokonstriksi perifer. Vasokonstriksi biasanya disebabkan oleh asfiksia, hipovolemia, atau asidosis berat. Alkalosis respiratorik (missal, akibat ventilasi bantuan yang terlalu kuat), penghangatan berlebihan, hipermagnesemia, atau konsumsi alcohol akut pada ibu dapat menyebabkan vasodilatasi. 2. Pulse (denyut jantung)Frekuensi denyut jantung normal saat lahir antara 120-160 denyut per menit. Denyutan di bawah 100 kali per menit biasanya menunjukkan asfiksia dan penurunan curah jantung.3. Grimace (Kepekaan reflex)Respon normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior melalui lubang hidung adalah menyeringai, batuk atau bersin.4. Activity (tonus otot)Semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera setelah lahir. Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang lemah biasanya asfiksia, mengalami depresi akibat obat atau menderita kerusakan SSP.5. Respiration (upaya bernapas)Bayi normal akan mengap-megap saat lahir, menciptakan upaya bernapas dalam 30 detik dan mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi 30-60 kali per menit pada usia 2 sampai 3 menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau tidak teratur terjadi oleh berbagai sebab, termasuk asidosis berat, asfiksia, infeksi janin, kerusakan SSP, atau pemberian obat pada ibu (barbiturate, narkotik, dan trankuilizer).2,3

Skor Apgar ini biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna. Skor apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal.2

Skor012

Appearance (warna kulit)Biru, pucatTubuh merah muda, ekstremitas biruSeluruh tubuh merah muda

Pulse (denyut jantung)Tidak ada< 100x/menit>100 x/menit

Grimace (Kepekaan reflex)Tidak adamenyeringaiMenyeringai & batuk atau bersin

Activity (tonus otot)LemasEkstremitas sedikit fleksiGerakan aktif

Respiration (upaya bernapas)Tidak adaLambat, tidak teraturBaik, menangis

Tabel 1. Sistem Skor APGARHasil penilaian skor apgar:1. 7-10. Bayi sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.1. 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflex iritabilitas tidak ada. Terdapat pada keadaan asfiksia sedang.1. 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflex iritabilitas tidak ada. Terdapat pada keadaan asfiksia berat.2

AnamnesisAnamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnesis.Tujuan anamnesis yaitu untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa kondisi yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnesis saja, membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.1Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis dimulai dengan mencari keterangan mengenai nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sebagainya. Keterangan yang didapat ini kadang sudah memberi petunjuk permulaan kepada kita.1Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut:1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan diagnosis)1. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)1. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor predisposisi dan faktor risiko)1. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)1. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)1. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya.Yang paling penting tanyakan riwayat kelahirannya dan apakah si ibu menggunakan obat-obatan khusus saat kehamilan dan pada saat melakukan anastesi sebelum section Caesar.

Pemeriksaan Fisik1. Denyut jantung janinFrekuensi normal ialah antara 120-160 denyutan semenit; selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.21. Mekonium dalam air ketubanMekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.2Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan pH darah janinDengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.2Diagnosis gawat janin sangat penting untuk dapat menyelamatkan dan dengan demikian membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut. Jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR. Nilai APGAR mempunyai hubungan erat dengan beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setelah bayi lahir. Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan.21. ElektrokardiografDi beberapa klinik elektrokardiograf janin digunakan untuk terus menerus mengawasi keadaan denyut jantung dalam persalinan.2Resusitasi neonatusPengertian Secara umum, banyak pengertian mengenai resusitasi dari berbagai keadaan antara lain adalah resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. 1. Tujuan resusitasi adalah untuk membantu dengan inisiasi dan pemeliharaan ventilasi yang cukup dan oksigenasi, curah jantung dan perfusi jaringan yang memadai, dan suhu inti normal dan glukosa serum. Tujuan ini dapat dicapai lebih mudah ketika faktor risiko diidentifikasi awal, masalah neonatal diantisipasi, peralatan tersedia, personil berkualitas dan tersedia, dan rencana perawatan dirumuskan. Sejumlah besar kondisi antepartum dan intrapartum ibu membawa peningkatan risiko asfiksia intrapartum.41. Peralatan resusitasiVentilasi pada neonatus dapat menggunakan beberapa macam alat seperti:1. Self-inflating bags1. Flow-inflating bag1. T-piece resuscitator1. Laryngeal mask airways1. Endotracheal tube

Self-inflating bags merupakan alat yang paling banyak dipakai dalam ventilasi manual. Alat ini memiliki katup pengaman yang menjaga tekanan inflasi sebesar 35 cm H2O. Namun katup pengaman ini kurang efektif bila digunakan terlalu kuat.5

Sumber : http://www.nzdl.org/gsdl/collect/who/archives/HASH0176.dir/p05.gifGambar 1.Self Inflating BagFlow-inflating bags atau balon tidak mengembang sendiri dapat mengembang apabila ada sumber gas. Alat ini tidak memiliki katup pengaman. Selain itu, dengan alat ini dapat dialirkan oksigen aliran bebas dan lebih baik dalam resusitasi neonatus.T-piece resuscitator merupakan alat yang dapat mengatur aliran udara serta juga dapat membatasi tekanan yang diberikan. Tekanan inflasi yang diinginkan dan waktu inspirasi lebih stabil dengan alat ini dibandingkan dengan self-inflating bags dan flow-inflating bags. Laryngeal mask airway (LMA) merupakan alat yang dapat digunakan apabila penggunaan sungkup sudah tidak efektif. Ukuran yang biasa digunakan yaitu 1. 5

Sumber : http://www.hospitalmanagement.net/contractor_images/intersurgical_2/5_solus.jpgGambar 2.Laryngeal mask airway (LMA)Indikasi penggunaan endotracheal tube antara lain:1. Penghisapanmekonium dari trakea1. Saat ventilasi menggunakan sungkup sudah tidak efektif1. Koordinasi dengan kompresi dada1. Penggunaan Epinefrin1. Keadaan resusitasi khusus (seperti hernia diafragma kongenital)

Untuk mengurangi terjadinya hipoksia saat melakukan intubasi, sebaiknya dilakukan pre-oksigenasi, dengan cara memberikan oksigen aliran bebas selama 20 detik. Biasanya digunakan blade yang lurus pada tindakan ini. Blade no.1 digunakan untuk bayi aterm, no.0 untuk bayi preterm, dan no.00 untuk bayi yang sangat preterm. Ukuran dari endotracheal tube dipilih berdasarkan berat dari neonatus.Posisi dari endotracheal tube yang benar dapat ditandai dengan peningkatan laju nadi, adanya pengeluaran CO2, terdengarnya suara nafas, pergerakan dinding dada, adanya embun pada selang, dan tidak ada distensi abdomen saat ventilasi. Apabila tidak ada peningkatan dari laju nadi dan tidak ada pengeluaran CO2, posisi dari endotracheal tube harus diperiksa dengan laringoskop.5Ukuran ETBerat (gram) Usia gestasi (minggu)

2,5 38

Tabel 2.Ukuran Endotracheal tube tergantung berat bayi dan usia gestasi.1. Manajemen resusitasiPeralatan harus tersedia dan tim resusitasi terbiasa dengan lokasi dan cara penggunaannya. Tim resusitasi sebaiknya telah diorganisasi sebelumnya, dengan peran tertentu untuk tiap individu. Pemimpin harus tetap dijelaskan, dengan semua anggota tim harus menyalurkan informasi melalui pemimpin tim.karenanya pemimpin harus mengetahui semua intervensi dan perubahan status penderita. Dokumentasi harus diperhatikan. Sebaiknya hal ini merupakan satu-satunya tanggung jawab salah satu anggota tim. Jika mungkin , salah satu anggota tim harus menyampaikan kondisi terbaru keadaan penderita selama resusitasi kepada keluarga atau dokter keluarga.Keputusan untuk menghentikan upaya resusitasi seringkali sulit. Dukungan psikologis pada keluarga penderita. Sangatlah penting dan serungkali diberikan ileh personalia medis, petugas social dan rohaniawan. Dukungan psikologis pada seluruh tim tidak boleh diabaikan.Bayi yang saat lahir tidak membutuhkan resustasi, secara umum dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan 4 karakteristik berikut ini secara cepat:1. Apakah bayi lahir setelah umur gestasi cukup bulan ?Walaupun >90% bayi dapat beradaptasi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin tanpa perlu bantuan, sebagian besar bayi cukup bulan. Bila bayi lahir kurang bulan, kemungkinan besar memerlukan resustiasi. Ini karean paru bayi premature kurang berkembang, usaha napas masih lemah dan kurangmampu mempertahankan suhu tubuh setelah lahir. Karena itu, bayi premature perlu dievaluasi , berikan langkah awla resutasi dan letakkan di bawah alat pemancar panas1. Apakah cairan amnion bersih dari mekonium dan tanda infeksi ?Bila terdapat mekonium dalam cairan ketuban atau pada kulit bayi yang pergerakannya lemah makan perlu dilakukan intubasi dan pengisapan trakea seblum melakukan langkah resusitasi lainnya. 1. Apakah bayi bernapas atau menangis ?Pernapasan dapat dilihat dengan memperhatikan dada bayi. Tangis yang kuat juga menandakan pernapasa. Pernapasan megap-megap merupakan tanda masalah yang berat dan memerlukan intervensi sama seperti tidak adanya usaha napas(apnu)1. Apakah bayi mempunyai tonus otot yang baik ?Bayi cukup bulan yang sehat, ekstremitasnya dalam keadaan fleksi dan bergerak aktif. Bila jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah ya maka bayi tidak membutuhkan resusitasi dan tidak boleh dipisahkan dari ibunya. Bayi dapat dikeringakan, diletakkan langsung di dada ibu dan diselimuti dengna kain kering untuk mempertahankan suhu. Pengawasan pernapasan, aktivitias, dan warna kulit harus terus dilanjutkan. Namun apabila ada jawaban tidak dari 4 karakteristik tersebut , berarti resusitasi dilakukan . 3,4,5

Resusitasi mengikut skor ApgarPenanganan adalah berbeda mengikut derajat keparahan dari skor Apgar.2Skor Apgar 0-21. Bayi-bayi ini mengalami asfiksia berat, memerlukan ventilasi segera dan mungkin memerlukan pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika ventilasi menggunakan sungkup serta kantong tidak segera berhasil, lakukan intubasi trakea dan kembangkan serta ventilasikan paru dengan oksigen yang cukup(biasanya 80-100%) untuk mempertahankan PaO2 atau saturasi oksigen yang normal (87-92% untuk bayi prematur dan 92-97% untuk neonatus cukup bulan). 1. Pengembangan yang sama diantara kedua apeks dada saat inspirasi menunjukkan ventilasi kedua paru;ini merupakan tanda yang lebih baik daripada auskultasi. 1. Bunyi napas bilateral tidak memastikan bahwa kedua paru mendapat ventilasi karena bunyi napas dihantarkan dengan baik pada dada yang kecil, bahkan bila ada atelektasis atau pneumotoraks.21. Bila ventilasi adekuat, frekuensi denyut jantung meningkat dan sianosis menghilang, kecuali terdapat asidosis metabolik yang berat. Pengukuran pH arteri, PaCO2 dan PaO2 satu-satunya cara yang handal dalam menilai ventilasi yang adekuat. Untuk mulai mengembangkan paru, mungkin diperlukan tekanan sebesar 30-40cm H2O, tetapi tekanan sebesar 20-30cm H2O biasanya sudah mencukupi. Begitu paru mengembang, ventilasi yang adekuat biasanya dapat dicapai dengan tekanan kurang dari 20cm H2O. Pada 2 menit pertama resusitasi, tekanan inflasi (pengembangan) harus dipertahankan selama 1-2 detik pada setiap napas kesepuluh untuk mengembangkan alveoli serta meredistribusi ventilasi dari segmen paru yang terventilasi baik ke segmen yang terventilasi buruk. Tekanan akhir-ekspirasi positif (PEEP, positive end-expiratory pressure) sebesar 3-5cm H2O mungkin perlu dipertahankan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.2

Skor Apgar 3-41. Bayi-bayi ini biasanya berespons terhadap ventilasi kantong serta sungkup. Jika tidak, bayi harus ditangani sebagai bayi dengan skor 0-2. Selain itu,pertimbangkan juga pemberian nalokson jika ibu meminum narkotik.2

Skor Apgar 5-71. Bayi-bayi ini mengalami asfiksia ringan, tetapi biasanya berespons terhadap pemberian oksigen dan pengeringan dengan handuk. Mereka tidak boleh dirangsang dengan memberi tepukan pada kaki atau bokong. Jika bayi tersebut gagal mempertahankan pernapasan yang ritmis saat rangsangan dihentikan, ulangi pemberian rangsangan dan teruskan pemberian oksigen melalui hidung serta mulut. Tentukan obat apa yang telah diterima ibu dan kapan ia memakan obat itu. Jika ibu menerima narkotik 30-60 menit sebelum kelahiran, pertimbangkan pemberian nalokson intramuscular (0,1mg/kgBB) kepada bayinya jika ventilasi tidak adekuat.2Skor Apgar 8-101. Kebanyakan bayi yang lahir hidup mempunyai skor Apgar 8-10 pada usia 1 menit dan jarang memerlukan tindakan resusitasi kecuali pengisapan jalan napas. Neonatus yang sangat prematur atau yang mengalami stress intrauterine yang tidak lazim, pada awalnya dapat tampak sehat, tetapi memerlukan resusitasi beberapa menit setelah lahir. Oleh karena itu, semua bayi harus dievaluasi ulang secara cermat pada usia 5 menit, semua bayi harus diobservasi secara cermat selama 12 jam pertama setelah lahir untuk memastikan bahwa mereka telah beradaptasi dengan baik pada kehidupan ekstrauterin.2

Bentuk asfiksiaKeterangan

Sedang dengan nilai 5-61. Tidak terlalu banyak memerlukan tindakan resusitasi.1. Saluran napas perlu dibersihkan sekaligus merupakan rangsangan sentuh terhadap dimulainya pernapasan.1. Evaluasi berikutnya 5 menit.1. Bila hasilnya baik dengan skor Apgar meningkat maka bayi sudah dapat diselamatkan dari lingkaran setan asfiksia neonatorum.

Berat dengan nilai 1-4Memerlukan resusitasi penuh:1. Terutama bersihkan jalan napas.1. Berikan O2 dengan aliran 2 liter per menit.1. Dilakukan resusitasi dengan masker O2 sehingga secara langsung diharapkan dapat masuk langsung sebagai pertukaran dengan CO2 melalui paru.1. Bila perlu dilakukan pemasangan endotracheal tube sehingga secara langsung diketahui masuk jalan napas. Pemberian O2 dapat lebih tinggi sehingga dapat membantu perkembangan alveoli paru bayi.1. Obat yang perlu diberikan melalui umbilikus:-Bikarbonas natrikus 5-10cc-Naloxone 0,01mg/kg/infuse, sebagai antagonis terhadap morfin, pethidin dan Omnopon.-Pada bayi berat kurang dari 1500g, bikarbonas natrikus tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan perdarahan ventrikuler.-Sebagai gantinya plasma substan/darah 10cc/kg.-Untuk mengatasi kemungkinan hipoglikemi, diberikan larutan glukosa 10%, 20% atau 50% sesuai dengan kebutuhan.1. Bila gagal dapat dilakukan pemijatan jantung eksternal, dengan kompresi dinding toraks depan atau belakang teratur secara interval.

Tabel 3: Asfiksia dan Resusitasi Neonatus1Pedoman dan rekomendasi kelompok pediatrik dari International Liaison Committee on Resuscitation:5,61. Mencegah hipotermia.1. Cegah hipertermia karena menyebabkan depresi pernapasan.1. Gunakan 100% oksigen dengan positive-pressure ventilation.1. Laryngeal mask digunakan sebagai alternatif untuk metode airway sekiranya bag-mask ventilation tidak efektif atau percobaan untuk intubasi endotrakeal tidak berhasil.1. Konfirmasi intubasi endotrakeal dengan pendeteksi CO2.1. Metode dua jempol untuk kompresi dada lebih sesuai digunakan pada neonatus dengan kedalaman kompresi 1/3 dari diameter anteroposterior dada. Kompresi haruslah dalam untuk menghasilkan pulse.1. Berikan epinefrin jika denyut jantung kekal 60 kali/menit setelah dilakukan 30 detik ventilasi yang adekuat dan kompresi dada.1. Solusi mengandung albumin tidak lagi digunakan sebagai pilihan untuk volume ekspansi, sebaliknya kristaloid isotonic merupakan pilihan pertama.1. Jika vena umbilikal tidak terdapatkan, maka boleh digunakan akses intraosseous.

Gambar 3.Pedoman Algoritme Resusitasi Neonatus Mengikut Skor Apgar5Diagram alur resusitasi Airway (langkah awal)Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan stimulasi napas.1. Memberikan kehangatan. Letakkan bayi di bawah alat pemancar panas,bayi telanjang agar panas dari alat pemancar panas dapat mencapai bayi.1. Meletakkan bayi dengna sedikit menengadahkan kepala. Bayi terlentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu. Dengna demikian posisi faring, laring dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini terbaik untuk melakukan ventilasi dengna balon dan sungkup dan atau untuk pemasangan pipa endotrakeal. Untuk membantu mempertahankan posisi yang benar dapat diletakkan gulungan kain handuk di bawah bahi.1. Bersihkan jalan napas. Bergantung pada adanya mekonium dan tingkat keaktifan bayi. Diagram bagaimana menghisap ciran ketuban bercampur mekonium. Secret dapat dibersihkan dari jalan napas dengna mengusap mulut dan hidung dengan menggunakan handuk, balon penghisap atau kateter penghisap. Bila terdapat secret kental keluar dari mulut, miringkan kepala, secret berkumpul di pipi dengna mudah dapat dibersihkan.balon atau kateter penghisap yang disambungkan kealat penghisap secret mekanik, pastikan bahwa tekanan negative pada saat melakukan pengisapan sekitar 100 mmHg. Mulut dihisap sebelum hidung , untuk memastikan tiada ada secret yang dapat teraspirasi ke dalam trakea dan paru. Setelah jalan napas bersih , tindakan lain untuk merangsang pernapasan dan mencegah kehilangan panas adalah mengeringkan, reposisi kepala, dan rangsangan taktil.4Breathing ( Ventilasi Tekanan Positif )Langkah selanjutnya adalah mengambangkan dan memberikan ventiasi paru-paru. Sering kali pengembangan paru-paru itu sendiri akan memulai usaha napas yang diiuti dengan napas spontan. Jika hal itu tidak terjadi, harus dilakukan pemberian ventilasi paru-paru dengan frekuensi antara 20 dan 30kali per menit dengan tekanan dibatasi sampai 30 cm H2O. kebanyakan bayi akan segera berubah warna menjadi merah muda dan mulai bernapas dalam 2 atau 5 menit.Jalan nafas dibuka dengan maneuver memiringkan kepala mengangkat dagu pada bayi atau anak tanpa trauma. Jika dicurigai ada trauma, jalan napas dibuka dengan mendorong rahang sambil mengimobilisasi spina servikalis. Bila jalan napas telah dibuka, pernapasan penderita dinilai dengan melihat kenaikan dinding dada, mendengarkan ekshalasi udara, dan merasakan aliran udara dari mulut. Jika tidak ada napas spontan, harus diberikan ventilasi. Tergantung peralatan yang tersedia di tangan, hal ini dapat dilakukan melalui ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke sungkup , atau kantong berkatup ke sungkup.Jika diperlukan ventilasi dari mulut ke mulut, posisi jalan napas dipertahankan sambil diberi pernapasan. Untuk bayi berusia kurang dari satu tahun, mulut penolong menutup mulut dari hidung bayi. Jika kenaikanan dinding dada tidak cukup , posisi jalan napas diperbaiki ulang kemudian ventilasi dicoba lagi. Ventilasi tekanan positif dilakukan apabila frekuensi jantung masih