Transcript
Page 1: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi
Page 2: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi
Page 3: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi
Page 4: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan

dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat di rampungkan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan bangga dan bahagia saya

khaturkan rasa syukur dan terimakasih kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang Maha Pengasih, karena berkat dan rahmat

kurnianya skripsi ini dapat berjalan sesuai dengan rencananya dan tepat

pada waktunya.

Ibunda Tercinta Marsiana, S.Pd SD yang telah memberikan dukungan dan

doa serta selalu hadir untuk menyemangati saya untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Bapak Adrianus Eliyas yang memelihara dan menyanyangi saya sebagai

bapak yang baik sehingga saya bisa menjalani dan menyelesaikan skripsi

ini penuh dengan keyakinan.

Kakek Ajiku dan Nenek Norima yang masih kuat mendoakan dalam

menyelesaikan skripsi ini hingga menjadi nanti menjadi orang yang

membanggakan untuk semua orang.

Bapak Drs. Suharyanto, MM yang telah bersedia membimbing dan

mengarahkan saya dengan ikhlas hati dan tidak bosan untuk terus

menuntaskan skripsi ini hingga selesai.

Kak Agnes Erni Sugia & Suami beserta Anaknya yang selalu memberi

semangat dan masukan kepada saya.

iv

Page 5: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

Kak Angela Cecilia Multi beserta Suami beserta Anaknya yang menjadi

penghibur di saat mengalami kejenuhan dalam mengerjakan skripsi ini.

Victoria Delima yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi,

mendoakan saya , dan mendukung saya selalu dalam segala hal yang

menjadi tujuan hidup saya.

Om Damianus yang mengantarkan saya pertama kali ke kampus STPMD

“APMD” yang juga merupakan alumni STPMD “APMD” yang menjadi

inspirasi saya.

Om Devoti yang menjadi motivator saya dalam memilih kuliah di STPMD

“APMD”.

Segenap dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

Desa yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi sahabat dan keluarga

yang baik selama dikampus.

Sahabat Tino AME (Fans Tino AME) yang selama ini menjadi semangat

hidup saya dalam menjalani kuliah dan karir saya sehingga semua terukur

sesuai dengan rencana yang ada.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya

persembahkan skripsi ini untuk kalian semua. Semoga skripsi ini dapat

bermamfaat dan berguna untuk kedepannya. Amin

v

Page 6: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

vi

MOTTO

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada

kasih seorang yang

memberi nyawanya untuk sahabat-sahabatnya

(Yoh 15:13)

Page 7: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

vii

INTISARI

Pengadaan air bersih merupakan masalah yang sangat vital yang terjadi di

masyarakat, hal ini tak terbantahkan karena setiap manusia atau masyarakat tidak

dapat hidup jika kekurangan air bersih. Untuk mengatasi hal tersebut, pelbagai desa

di Indonesia mulai mengembangkan pengelolaan sumber mata air untuk pengadaan

air bersih di wilayahnya masing-masing. Seperti halnya di Desa Bleberan,

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Desa Bleberan merupakan

salah satu desa yang sering mengalami krisis air bersih dari tahun ke tahun. Krisis air

bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat

untuk mengelola potensi desa yang ada yaitu sumber mata air. Sumber mata air

inilah yang di kelola oleh pemerintah desa bekerjasama dengan pihak-pihak ketiga

dalam mendistribusikan air bersih ke seluruh masyarakat desa Bleberan.

Selain memenuhi pendistribusian air bersih kepada masyarakat desa

Bleberan, kehadiran pengadaan air bersih ini juga memberikan dampak

kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat desa Bleberan, serta dengan adanya

pengadaan air bersih ini menjadi suatu pendapatan pemerintah desa melalui BUM

Desa. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengelolaan Air

Bersih oleh BUM Desa” dengan rumusan masalah ”Bagaimana Pengelolaan Air

Bersih oleh BUM Desa di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten

Gunungkidul?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode

penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam Objek penelitian mengenai

pengelolaan air bersih oleh BUM Desa yang berlokasi di Desa Bleberan, Kecamatan

Playen, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data yang meliputi: pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Subjek Penelitian/

Informan yang ditetapkan melalui pendekatan purposive dengan jumlah 10 orang

yang semua nya berjenis kelamin laki-laki dan berdasarkan pekerjaan, tingkat

pendidikan dan umur yang berbeda. Serta teknik analisis data berupa Pengumpulan

data, membuat reduksi data, penyajian data & menarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan air bersih di Desa Bleberan terjadi

karena krisis air bersih yang terjadi setiap tahunnya. Sehingga menjadi keprihatinan

pemerintah desa pada saat itu untuk mengangkat potensi sumber mata air yang ada

& didistribusikan kepada warganya. Hingga akirnya Pemerintah desa mendirikan

BUM Desa untuk mengelola air bersih dengan bantuan dari pusat & pihak ke tiga

dengan pelaksana operasionalnya ialah unit kerja PAB. Perencanaan dalam

pengelolaan air bersih terdiri dari rencana produksi, keuangan, fasilitas, pemasaran

& SDM. Terdapat 3 (tiga) subsistem dalam pelaksanaan operasional dalam

pengelolaan air bersih, yaitu : Pembiayaan, Tenik Operasional dan Peran serta

masyarakat. Pemerintah desa mengawal langsung jalannya pengelolaan air bersih

Oleh BUM Desa yang dilaksanakan oleh Unit PAB yang bertanggung jawab kepada

BUM Desa.

Perkembangan pengelolaan air bersih ini bukan tanpa kendala. Pelbagai

kendala tersebut, seperti keterbatasan SDM, kebocororan jaringan pipa, meteran

rusak, jaringan distribusi yang belum optimal, serta lemahnya kesadaran sebagian

pelanggan untuk berpartisipasi dan memenuhi kewajibanya pembayaran.

Kata Kunci : Pengelolaan, Air Bersih, BUM Desa

Page 8: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-

Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi yang berjudul: “Pengelolaan Air

Bersih oleh BUM Desa”. Peneliti benar-benar menyadari sepenuhnya dalam menulis skripsi

ini masih banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan dan perlu dipelajari lebih dalam lagi, usaha

tersebut sudah peneliti lakukan, namun karena terbatas kemampuan peneliti menyebabkan

skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya masukan yang

bersifat membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Kelancaran proses penyusunan skripsi ini

berkat bimbingan, arahan, dan petunjuk serta kerja sama dari berbagai pihak, baik pada tahap

persiapan, penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penyusun dalam kesempatan ini

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penyusun

sampaikan pula kepada yang terhormat :

1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD”Yogyakarta.

2. Bapak Gregorius Sahdan, S. IP, M.A, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Suharyanto, MM. Selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan

dalam persiapan penelitian ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD ”APMD” Yogyakarta yang

telah memberikan ilmu kepada saya selama dibangku perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta yang selama ini tidak mengenal pamrih dalam membimbing dan

menuangkan ilmu pengetahuan kepada saya selama duduk di bangku perkuliahan.

Page 9: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

ix

6. Seluruh Staf Pegawai Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta, atas segala pelayanan yang telah diberikan selama ini guna menunjang

kegiatan perkuliahan yang kami butuhkan selama ini.

7. Bapak Supraptono, selaku Kepala Desa Bleberan beserta jajarannya yang telah berkenan

untuk menerima saya, untuk melakukan kegiatan penelitian di Desa bleberan.

8. Bapak Sardjana, selaku Bendahara BUM Desa berserta jajarannya yang telah berkenan

menerima saya, untuk melakukan penelitian di BUM Desa “Sejahtera” Desa Bleberan.

9. Bapak Udi Waluyo, selaku Ketua Unit PAB beserta jajarannya yang telah berkenan

menerima saya, untuk melakukan penelitian di unit Pengelolaan Air Bersih di Desa

Bleberan.

Semoga atas berkat Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai dalam penelitian ini,

semoga mendapatkan hasil yang baik dan hasil penelitian ini dapat menjadi suatu tugas

akhir peneliti yang dapat berguna bagi seluruh elemen di Kampus STPMD “APMD”

Yogyakarta dan seluruh elemen masyarakat yang terlibat dalam penelitian ini.

Yogyakarta, 5 Oktober 2018

Penyusun

Tino Asprilla Anthon

Page 10: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................................................ vi

INTISARI .................................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 8

E. Kerangka Konseptual ................................................................................................. 9

1. Pengelolaan ............................................................................................................ 9

a. Planning (Perencanaan) …………………………………………………… 10

b. Organizing (Pengorganisasian) …………………………………………….. 11

c. Actuating (Pelaksanaan) ………………………………………..………...... 11

d. Controlling (Pengawasan) …………………………….………….……….. 12

x

Page 11: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

2. Air Bersih ........................................................................................................... 13

a. Definisi Air Bersih …………………………..……………………………. 13

b. Sumber Sumber Air ………………………………………..…………….. 12

c. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih …………………………...…….. 16

d. Sistem Pelayanan Air Bersih ………………...………………….…………. 18

e. Pendistribusian Air Bersih ……………………….………………...………. 19

3. Badan Usaha Milik Desa ..................................................................................... 20

a. Definisi & Prinsip Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ………….…….. 20

b. Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) …………………….. 23

c. Tujuan Berdirinya Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ……….……….. 23

d. Perencanaan Bisnis Usaha Milik Desa (BUM Desa) ………………………. 25

e. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ………………………. 27

f. Kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) …………………..……… 30

F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................... 33

G. Metode Penelitian ...................................................................................................... 33

1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 33

2. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 33

3. Objek Penelitian ............................................................................................ 34

4. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 34

5. Subjek Penelitian ......................................................................................... 35

6. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 38

BAB II PROFIL DESA BLEBERAN & BUM DESA SEJAHTERA .................................... 40

A. Profil Desa Bleberan ............................................................................................... 40

1. Sejarah Desa Bleberan ....................................................................................... . 40

2. Kondisi Geografis Desa Bleberan ..................................................................... 41

3. Demografis Desa Bleberan …………………………………………………… 48

xi

Page 12: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

4. Perekonomian Desa Bleberan …………………………………………...…… 50

5. Kelembagaan Desa Bleberan …………………………………………………. 52

6. Pemerintah Desa Bleberan ……………………………………………………. 54

B. Profil Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) “Sejahtera” .................................... 55

1. Kondisi Umum BUM Desa “Sejahtera” ........................................................... 55

2. Tujuan Pembentukan BUM Desa “Sejahtera” ……………………………….. 56

3. Dasar Hukum BUM Desa “Sejahtera” ……………………………………….. 57

4. Unit Usaha BUM Desa “Sejahtera” ………………………………………….. 58

5. Struktur Kepengurusan BUM Desa “Sejahtera” ……………………………... 59

6. Tingkat Pendidikan Pengurus BUM Desa “Sejahtera” ………………………. 63

BAB III ANALISIS DATA ...................................................................................................... 63

A. Sejarah Pengelolaan Air Bersih di Desa Bleberan .................................................. 64

B. Perencanaan dalam Distribusi Air Bersih .............................................................. 68

C. Pengorganisasian Pengelolaan Air Bersih melalui BUM Desa Sejahtera ................ 71

D. Pelaksanaan dalam Pengadaan dan Distribusi Air Bersih ...................................... 80

E. Pengawasan dalam Pengadaan dan Distribusi Air Bersih ....................................... 84

F. Kedala Pengelolaan Air Bersih ............................................................................... 87

G. Solusi Atas Permasalahan Pengelolaan Air Bersih ................................................. 89

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 91

A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 91

B. SARAN ............................................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PERTANYAAN

LAMPIRAN

xii

Page 13: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Bencana Kekeringan Kab. Gunungkidul Tahun 2003-2013 …… 7

Tabel I.2 Klasifikasi Jenis Usaha BUM Desa ……………………………. 31

Tabel I.3 Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis kelamin ........................... 35

Tabel I.4 Informan Berdasarkan Pekerjaan ................................................. 36

Tabel I.5 Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................. 37

Tabel I.6 Informan Berdasarkan Umur ........................................................ 38

Tabel II.1 Kependudukan berdasarkan Populasi Perwilayah 2017 …….. 42

Tabel II.2 Batas Wilayah Desa Bleberan ..................................................... 42

Tabel II.3 Komposisi Penduduk Padukuhan Berdasarkan Jenis Kelamin… 47

Tabel II.4 Penduduk Berdasarkan Usia ……………………………….… 48

Tabel II.5 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ………………………….. 49

Tabel II.6 Jumlah KK di Pedukuhan Desa Bleberan …………………....... 50

Tabel II.7 Tingkat Pendidikan Pegawai Desa Bleberan …………………... 55

Tabel II.8 Pengurus BUM Desa “Sejahtera” …………………………….... 59

Tabel II.9 Tingkat Pendidikan Pengurus BUM Desa “Sejahtera” ………… 62

Tabel III.1 Jumlah SR (Saluran Rumah) Air Bersih ...................................... 75

Tabel III.2 Nama & Tugas Pengeloaan Air Bersih (PAB) ............................. 75

Page 14: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

xiii

Tabel III.3 Ketentuan Gaji Karyawan Unit Pengelolaan Air Bersih .............. 76

Tabel III.4 Program Kerja Unit PAB……………………………….…….... 77

Tabel III.5 Pencapaian Tiap Bidang Unit PAB .............................................. 78

Tabel III.6 Pendapatan Unit PAB BUM Desa “Sejahtera” Desa Bleberan ... 85

Tabel III.7 Biaya Unit PAB ........................................................................... 85

Page 15: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meskipun di permukaan bumi ini sekitar 70% nya ditempati oleh air,

namun 97% dari air tersebut adalah berupa air asin yang tidak dapat dimanfaatkan

langsung untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup di bumi ini. Jumlah yang

sedikit tersebut harus dihadapkan lagi dengan masalah variasi musim dan

ketimpangan spasial ketersediaan air. Indonesia merupakan negara yang memiliki

dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Dari variasi musim ini pun

sedikit banyak menimbulkan ketimpangan spasial ketersediaan air. Pada musim

penghujan beberapa daerah di Indonesia mengalami kelimpahan air yang sangat

besar dibanding dengan daerah lain yang mengakibatkan terjadinya musibah

banjir dan kerusakan yang lain akibat banjir tersebut, sedangkan pada musim

kemarau di beberapa daerah mengalami kekeringan luar biasa yang

mengakibatkan beberapa masalah seperti : menurunnya produktivitas pertanian

karena kekurangan air, krisis kekurangan air bersih untuk para penduduk, dan lain

sebagainya. Penggunaan air tanah yang terus meningkat harus diiringi dengan

perencanaan pengelolaan yang baik. Hal ini dikarenakan jika pemanfaatan air

tanah yang secara besar-besaran, namun tidak diimbangi dengan pengelolaan

sumber air tanah yang baik, maka lambat laun keberadaan air tanah akan semakin

punah dari muka bumi ini dan akan berdampak buruk bagi seluruh makhluk

hidup.

Page 16: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

2

Air merupakan hal vital bagi manusia yang digunakan untuk kebutuhan

hidup sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dsb. Akses

terhadap air bersih yang memadai akan berdampak pada tingkat kesehatan

masyarakat. Sebaliknya penggunaan air yang tidak layak atau kotor untuk

kehidupan sehari-hari akan membahayakan kesehatan karena menimbulkan

penyakit seperti diare, muntaber, dan penyakit kulit. Oleh karena itu manusia

harus menjaga hal tersebut, selain dunia yang menginginkan keadaan yang bersih

dan sehat, manusia juga menginginkan hal tersebut. Antara lain yaitu dari air, air

yang kita minum apabila tidak bersih maka akan menimbulkan penyakit. Jadi kita

harus sadar bahwa penggunaan air bersih itu merupakan hal terpenting bagi

kesehatan. Tetapi hal tersebut makin banyak dianggap masyarakat sebagai hal

yang biasa, mereka menganggap sudah minum air saja kami sudah bersyukur baik

buruknya air tersebut itu hal biasa. Kalau sudah seperti ini upaya Pemerintah

sangat dibutuhkan dalam penyediaan sumber air bersih baik dari Pemerintah

Pusat, Daerah, sampai ke Desa.

Pada kenyataananya masih ada saja masyarakat yang belum tersedia air

bersih di rumahnya. Padahal, Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)

mengakui air minum yang aman dan sanitasi sebagai hak asasi manusia, yang

berarti setiap orang harus memiliki akses ke air bersih dan sanitasi dasar.

Ketersediaan dan kemudahan terhadap akses air bersih bagi masyarakat juga

dijadikan salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs),

yaitu bahwa pada tahun 2015 sebanyak 68% masyarakat harus mendapatkan akses

terhadap air bersih.

Page 17: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

3

Sebenarnya pengelolaan sumber daya air ini sudah diatur, sebagaimana

kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya tidak akan pernah lepas dari

perkembangan yang terjadi pada tatanan pemerintahan kita. Menindak lanjuti hal

tersebut maka pemerintah Indonesia menargetkan untuk dapat memenuhi 100%

kebutuhan air bersih layak minum baik berupa air minum perpipaan maupun non-

perpipaan yang terlindungi di semua daerah pada tahun 2019. Hal tersebut sesuai

dengan yang diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang

ada di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat.”

Seiring dengan bergulirnya era reformasi tatanan pemerintahan kita juga

memasuki suatu era baru antara lain dengan diamandemennya undang-undang

dasar kita serta dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 23 tahun 2014 mengenai pemerintahan daerah. Sesuai dengan penjelasan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 bahwa pemberian

kewenangan otonomi daerah dan kabupaten/kota didasarkan kepada desentralisasi

dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Tujuan otonomi

daerah menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2014 pada intinya hampir sama, yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatnya kesejahteraan rakyat,

menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis,

dan bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan

memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal . Dan dengan

Page 18: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

4

diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, adanya penegasan pengakuan oleh Negara terhadap hak asal usul

Desa dan kewenangan Desa berskala lokal yang secara eksplisit tertuang dalam

azas rekognisi dan subsidiaritas. Tujuan Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada intinya hampir sama, yaitu mewujudkan

desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan dan demokratis serta memiliki

kewenangan penuh untuk mengurus/mengatur diri sendiri untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat Desa.

Secara keseluruhan, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami surplus

sumber daya air sebesar lebih dari 27 miliar m3 setiap tahunnya. Ketersediaan air

yang masih berlebih tersebut terutama ditemui di wilayah Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Bantul. Air tanah yang tersedia di dua kabupaten tersebut merupakan

bagian dari Sistem Akuifer merapi yang mempunyai ketebalan akuifer yang cukup

tinggi, terutama diwilayah endapan Vulkanik Merapi Muda. Kota Yogyakarta

sebetulnya juga merupakan bagian dari Sistem Akuifer Medrapi, tetapi karena

jumlah penduduknya sangat tinggi menyebabkan daya dukung sumber daya airnya

jauh lebih rendah daripada Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Untuk Kota

Yogyakarta, walaupun ketersediaan sumber dayanya masih sedikit lebih besar dari

tingkat kebutuhannya, tetapi sudah mendekati ambang batas kritis sumber daya

air.

Selanjutnya, jika dilihat secara lebih mendalam, walaupun secara

keseluruhan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta daya dukung sumber daya

airnya cukup baik, untuk wilayah Kabupaten Gunungkidul daya dukungnya

tergolong rendah dan mengalami defisit sumber daya air yang cukup besar.

Page 19: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

5

Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah karst yang

sangat mudah meloloskan air sehingga tidak dijumpai adanya akuifer. Air tanah di

wilayah Kabupaten Gunungkidul hanya terdapat di wilayah Ledok Wonosari pada

sistem Akuifer Kepek dan lembah Sungai Oyo. Faktor kondisi fisik lingkungan

merupakan faktor pembatas utama rendahnya ketersediaan sumber daya air (air

tanah) di Kabupaten Gunungkidul walaupun curah hujannya cukup tinggi. Dengan

demikian, di Kabupaten Gunungkidul diperlukan upaya pemamfaatan air hujan

dengan sistem Penampungan Air Hujan (PAH) pada saat musim penghujan dan

penyediaan air bersih pada saat musim kemarau. Alternatif lain adalah dengan

memamfaatkan sungai bawah tanah yang ketersediaan airnya cukup berlimpah.

Kabupaten Gunungkidul merupakan sebuah daerah di Daerah Istimewa

Yogyakarta yang memiliki luas wilayah terbesar dari pada daerah-daerah lain di

provinsi ini, yakni seluas 1.485,36 km2 atau sekitar 46% dari seluruh wilayah

DIY. Kabupaten yang terletak di sisi paling selatan ini memiliki penduduk

sebanyak 722.479 jiwa yang tersebar dalam 18 kecamatan dengan 144 desa/

kelurahan. Dari jumlah tersebut, baru 72,68% warganya yang mendapat akses

terhadap air bersih. Akses air bersih tersebut di dapat dari sambungan air PDAM

Tirta Handayani yakni sebanyak 34.893 rumah tangga pelanggan atau baru

mencapai 17,35% dari kesuluruhan rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul

pada tahun 2012, sisanya menggunakan air dari sumur maupun sistem pengairan

yang diselenggrakan BUM Desa. (http://gunungkidulkab.go.id/)

Kabupaten Gunungkidul merupakan sebuah daerah di DIY yang tergolong

sulit memperoleh akses air bersih, disebabkan oleh kondisi alamnya yang berupa

jajaran perbukitan karst. Setiap musim kemarau, kekeringan pasti melanda daerah

Page 20: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

6

ini. Dari tahun 2003 hingga tahun 2011 jumlah kecamatan yang mengalami

kekeringan terus meningkat. PDAM Tirta Handayani belum mampu memenuhi

kebutuhan seluruh warga Gunungkidul. Selama ini PDAM Tirta Handayani

memanfaatkan tiga telaga untuk melayani kebutuhan air warga. Banyak mata air

potensial di Gunungkidul yang terdapat terdapat di goa atau sungai bawah tanah,

namun belum dimanfaatkan secara maksimal karena sulitnya menjangkau mata

air. Akibatnya, sebanyak 27,32% warga Gunungkidul belum memperoleh akses

air bersih, sebagian besar dari jumlah tersebut adalah penduduk yang tinggal di

wilayah pedesaan yang sudah sejak lama mengalami krisis air.

Kekeringan semakin parah melanda Gunungkidul pada tahun 2004, ketika

pertambahan penduduk diikuti pula dengan bertambahnya warga yang kekurangan

akses air bersih. Pada tahun 2004 di Kabupaten Gunungkidul, persediaan air

bersih hanya cukup hingga akhir bulan juni 2004. Krisis air di Gunungkidul ini

dirasakan penduduk di 12 dari 18 kecamatan yang ada. Jumlah penderita

kekeringan di 12 kecamatan tersebut mencapai 37.930 keluarga atau 132.625 jiwa.

Kondisi demikian terjadi hampir di seluruh wilayah Gunungkidul.

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian bencana

kekeringan yang melanda Kabupaten Gunungkidul dari tahun 2003-2013, dari

data tersebut tercatat hampir setiap tahun Kabupaten Gunungkidul mengalami

bencana kekeringan secara berkesinambungan.

Page 21: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

7

Tabel I.1

Bencana Kekeringan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003-2013

No Kabupaten Jenis Bencana Tanggal

1 Gunungkidul Kekeringan 22/6/2003

2 Gunungkidul Kekeringan 1/7/2003

3 Gunungkidul Kekeringan 1/1/2004

4 Gunungkidul Kekeringan 1/2/2004

5 Gunungkidul Kekeringan 1/4/2004

6 Gunungkidul Kekeringan 1/5/2004

7 Gunungkidul Kekeringan 1/1/2005

8 Gunungkidul Kekeringan 1/6/2005

9 Gunungkidul Kekeringan 1/11/2005

10 Gunungkidul Kekeringan 1/1/2007

11 Gunungkidul Kekeringan 1/6/2007

12 Gunungkidul Kekeringan 1/5/2008

13 Gunungkidul Kekeringan 1/6/2008

14 Gunungkidul Kekeringan 1/1/2010

15 Gunungkidul Kekeringan 1/8/2011

16 Gunungkidul Kekeringan 1/6/2012

17 Gunungkidul Kekeringan 1/8/2013

(Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016)

Berdasarkan data dan informasi di atas, menunjukkan bahwa sebagian

besar daerah di Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah yang berpotensi

mengalami bencana kekeringan. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya kekeringan

yang terjadi hampir setiap tahun secara berkesinambungan terutama ketika musim

kemarau telah tiba.

Demikian halnya yang terjadi di Desa Bleberan di Kecamatan Playen,

yang dimana pengelolaan air bersih di kelola langsung oleh BUM Desa

“Sejahtera” Desa Bleberan. Pengelolaan air bersih ini dilakukan karena Desa

Bleberan adalah salah satu Desa yang juga terkena krisis air tiap tahunnya apalagi

Page 22: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

8

pada saat musim kemarau. Permasalahan utama dalam mendapatkan air bersih di

Desa Bleberan adalah kekeringan dan kegersangan, perlu perjalanan yang sangat

jauh dengan medan yang tidak mudah untuk mendapatkan atau mencapai sumber

mata air dari permukiman. Ini menjadi perhatian khusus oleh pemerintah desa

pada waktu itu sehingga Pemerintah desa mengupayakan untuk pengadaan air

bersih dan di kelola secara khusus oleh BUM Desa karena pemerintah desa yang

masih terbatas sumber daya manusianya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut, Bagaimana Pengelolaan Air Bersih oleh BUM Desa Sejahtera di Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian iti sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Pengelolaan Air Bersih oleh BUM Desa Sejahtera di Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengelolaan air bersih di Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan ilmu

pengetahuan terutama pengetahuan dibidang ilmu pemerintahan Desa.

2. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Desa untuk ikut serta memajukan

desa sebagai pengelola air bersih.

Page 23: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

9

E. Kerangka Konseptual

1. Pengelolaan

Pengelolaan adalah kata yang semakna dengan manajemen berikut ini

uraian tentang beberapa hal penting terkait tentang manajemen. Menurut John D.

Millet, dalam buku (Sukarna, 2011: 2) menyatakan:

“Management is the process oif directing and facilitating the work of people in

formal group to achieve a desired end”

(Manajemen/ pengelolaan adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas

terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil untuk

mencapai suatu tujuan yang dikehendaki).

Manajemen/ pengelolaan menurut Hasibuan dalam buku Torang (2013:

165) adalah ilmu dan seni untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai

tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Miller dalam buku

Torang (2013:166) menyatakan bahwa manajemen/ pengelolaan adalah proses

memimpin dan melancarkan pekerjaan bagi orang-orang yang terorganisir secara

formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.

Manajemen/ pengelolaan sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau

kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen

berorientasi pada proses (process oriented) yang berarti bahwa manajemen

membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan keterampilan agar

aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai

kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila

tidak menggunakan manajemen yang baik.

Page 24: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

10

Dari beberapa definisi di atas peneliti dapat mendefinikan bahwa

Pengelolaan adalah proses yang mengatur sumber daya manusia untuk

memanfaatkan fasilitas ataupun sumber daya yang ada untuk kepentingan dan

tujuan tertentu.

Menurut George R. Terry, dalam bukunya Sukarna (2011: 10) membagi

empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing

(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan).

Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan POAC.

a. Planning (Perencanaan)

George R. Terry mengemukakan tentang Planning sebagai berikut,

yaitu:

“Planning is the selecting and relating of facts and the making and using

of assumptions regarding the future in the visualization and formulation to

proposed of proposed activation believed necesarry to accieve desired

result.”

(Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta

pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk

masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan

kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.)

Berdasarkan definisi diatas dapat peneelitian definisikan bahwa

Planning/ Perencanaan merupakan suatu proses menggambarkan dan

merumuskan perkiraan-perkiraan atau asumsi untuk tujuan ke depan guna

mencapai hasil yang di inginkan.

Page 25: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

11

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan

dengan yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk

masing-masing unit. George R. Terry mengemukakan tentang organizing

sebagai berikut, yaitu :

Organizing is the determining, grouping and arranging of the various

activities needed necessary forthe attainment of the objectives, the

assigning of the people to thesen activities, the providing of suitable

physical factors of enviroment and the indicating of the relative authority

delegated to each respectives activity.

(Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan

macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

penempatan orang-orang/ pegawai, terhadap kegiatan-kegiatan ini,

penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan

penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap

orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang

diharapkan.)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

penggorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan penyusunan

Program secara terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.

c. Actuating (Pelaksanaan/ Penggerakan)

Selanjutnya setelah penggoragnisasian adalah pelaksanaan yang

menurut George R. Terry dalam bukunya Sukarna (2011: 82) mengatakan

bahwa :

Page 26: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

12

Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to

strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial

planning and organizing efforts.

(Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota

kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk

mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-

usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.)

Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan

tergantung kepada bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok

manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah sampai kebawah. Segala

kegiatan harus terarah kepada sasarannya.

d. Controlling (Pengawasan)

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali

dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah

pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Untuk melengkapi

pengertian diatas, menurut George R. Terry dalam bukunya Sukarna

(2011: 110) mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

Controlling can be defined as the process of determining what is to

accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is the

performance, evaluating the performance, and if the necessary applying

corrective measure so that performance takes place according to plans,

that is conformity with the standard.

(Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus

dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,

Page 27: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

13

menilai pelaksanaan, dan bila mana perlu melakukan perbaikan-perbaikan,

sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan

standard / ukuran).

Definisi di atas menjelaskan bahwa Controlling/ Pengawasan

merupakan proses suatu penilaian terhadap strandar kegiatan/ program

yang sedang dan telah berlangsung guna mencapai tujuan tertentu.

2. Air Bersih

a. Definisi Air Bersih

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah

dimasak. Pengertian lain mengenai air minum menurut Kepmenkes RI

No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau

tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis,

kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum (Permenkes RI

No.416/Menkes/PER/IX/1990).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang

kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan tapi masih memungkinkan

mangandung mikroorganisme dan bahan kimia yang dapat membahayakan

kesehatan oleh karena itu masih perlu ada pengolahan lebih lanjut sepeti terlebih

dahulu dimasak sebelum diminum. Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya

berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk

dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk

diantaranya adalah sanitasi.

Page 28: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

14

b. Sumber-sumber Air

b.1 Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dlam air laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tak memenuhi syarat untuk

air minum.

b.2 Air atmosfir, air meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara

yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka

untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu

menmpung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih

mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif

terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini

akan mempercepat terjadinya korsi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat

lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

b.3 Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air

permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air

permukaan ada 2 macam yakni :

b.3.1 Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

Page 29: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

15

b.3.2 Air rawa/ danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat

organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning coklat.

b.4 Air Tanah

b.4.1 Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur

akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan

jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)

karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk

masing-masing lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Di

samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada

muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air

akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan

untuk sumber air minum melalui sumu-sumur dangkal.

b.4.2 Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pegambilan air tanah dalam,

tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan

memasukkan pipa kedalamannya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya

antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

Kualitas dari air tanah dalam :

Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih

sempurna dan bebas dari bakteri.

Page 30: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

16

b.4.3 Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata

air yang berasal dari tanah dalam, hamper tidak terpengaruh oleh musim dan

kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya

(munculnya permukaan tanah) terbagi atas ; 1.) Rembesan, dimana air keluar dari

lereng-lereng.; 2.) Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran.

c. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

c.1 Persyaratan Kulitatif

Persyaratan kualitatif adalah persyaratan yang menggambarkan mutu atau

kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi:

c.1.1 Syarat-syarat fisik

Syarat fisik ini terdiri dari; 1.) Air tak boleh berwarna; 2.) Air tak boleh

berasa; 3.) Air tak boleh berbau; 4.) Suhu air hendaknya di bawah sela udara

(sejuk ± 25º C); 5.) Air harus jernih. Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus

dipenuhi oleh setiap jenis air minum dimana dilakukan penyaringan dalam

pengolahannya. Kadar (bilangan) yang disyaratkan dan tidak boleh dilampaui

adalah sebagai berikut :Air harus bersih dan tidak keruh , Tidak berwarna apapun ,

Tidak berasa apapun, Tidak berbau apaun, Suhu antara 10-25 C (sejuk), Tidak

meninggalkan endapan

c.1.2 Syarat-syarat kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat

kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan, Cukup

yodium dan pH air antara 6,5 – 9,2.

Page 31: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

17

c.2 Syarat-syarat biologis

Air bersih tida boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)

sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi

batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml.air. Bakteri golongan Coli

ini berasal dari usu besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada

dalam air antara lain adalah : Bakteri typhsum, Vibrio Colerae, Bakteri dysentriae,

Entamoeba hystolotica, Bakteri enteritis (penyakit perut).

c.3 Syarat-syarat radiologis

Air minum tidak boleh mengandung zat yang mengahasilkan bahan-bahan

yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma (Sutrisno dan

Suciastuti, 2010).

c.4 Persyaratan Kuantitatif

Dalam penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia.

Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai

dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Kebutuhan air untuk masyarakat

perkotaan adalah 150 ltr/org/hari (DPU cipta Karya). Jumlah air yang dibutuhkan

sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan sosial ekonomi

masyarakat setempat.

c.5 Persyaratan Kontinuitas

Untuk penyediaan air bersih sangat erat hubungannya dengan kuantitas air

yang tersedia yaitu air baku yang ada di alam. Air baku untuk air bersih harus

dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada

saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan

Page 32: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

18

bahwa jumlah air bersih yang direncanakan dapat memenuhi kebutuhan selama 24

jam.

d. Sistem Pelayanan Air Bersih

Untuk menentukan sistem penyediaan air bersih pada masyarakat, maka perlu

dilakukan klasifikasi sistem pelayanan yang meliputi :

Dalam tinjauan aspek teknis, penyediaan air bersih di bedakan menjadi dua

sistem dalam buku Chatib (1996 : 45), yaitu:

d.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Individual

Sistem penyediaan air bersih individual adalah sistem penyediaan air

bersih untuk penggunaan pribadi atau pelayanan terbatas. Sumber air yang

digunakan dalam sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebabkan

air tanah memiliki kualitas yang lebih baik di banding sumber lainnya. Sistem

penyediaan ini biasanya tidak memiliki komponen transmisi yang dibangun oleh

pengembang untuk melayani suatu lingkungan perumahan yang dibangunnya.

Berdasarkan uraian tersebut, yang termasuk dalam sistem ini adalah sumur gali,

pompa tangan dan sumur bor untuk pelayanan suatu lingkungan perumahan

tertentu.

d.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Komunitas

Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan adalah suatu sistem

penyediaan air bersih untuk masyarakat umum atau skala kota, dan untuk

pelayanan yang menyeluruh, termasuk untuk keperluan rumah tangga

(domestik), sosial maupun industri. Pada umumnya sistem ini merupakan sistem

yang lengkap dan menyeluruh bahkan kompleks, baik dilihat dari segi teknis

maupun sifat pelayanannya. Sumber air yang di gunakan umumnya air sungai

Page 33: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

19

atau sumber mata air yang memiliki kuantitas cukup besar. Sistem ini juga dapat

mempergunakan beberapa macam sumber sekaligus dalam satu sistem sesuai

kebutuhannya. Sistem penyediaan air bersih meliputi berbagai peralatan seperti :

tangki air bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa‐pompa, perpipaan dan

sebagainya.

Sistem penyediaan air meliputi beberapa peralatan seperti tangki air bawah

tanah, tangki air diatas atap, pompa-pompa, perpipaan, dan sebagainya. Dalam

peralatan-peralatan ini, air minum harus dapat dialirkan ke tempat-tempat yang

dituju tanpa mengalami pencemaran. Pada waktu ini sistem penyediaan air bersih

yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.) Sistem

sambungan langsung 2.) Sistem tangki atap, 3.) Sistem tangki tekan, 4.) Sistem

tanpa tangki (booster system) Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air

minum haruslah dibersihkan secara teratur, agar kualitas air dapat dijaga.

e. Pendistribusian Air Bersih

Untuk mendistribusikan air minum/ air bersih kepada konsumen dengan

kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang

baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian

air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen

berada. Menurut Howard S Peavy et.al dalam buku Effendi (2003: 32) sistem

pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut;

e.1. Cara Gravitasi

Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air

mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,

Page 34: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

20

sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap

cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.

e.2. Cara Pemompaan

Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang

diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke

konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau

instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidakdapat memberikan tekanan

yang cukup.

e.3. Cara Gabungan

Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan

tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada

kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi.

Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan

dalam reservoir distribusi.

3. Badan Usaha Milik Desa

a. Definisi dan Prinsip BUM Desa

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa Badan Usaha

Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna

mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar- besarnya

kesejahteraan masyarakat Desa.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa mengamanahkan dalam

Pasal 87 bahwa pemerintah desa dapat mendirikan BUM Desa. BUM Desa harus

Page 35: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

21

dibangun dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan serta

menjalankan usaha di bidang ekonomi atau pelayanan umum untuk kesejahteraan

bagi masyarakat desa. BUM Desa dibentuk melalui musyawarah desa sebagai

bahan pengkajian dan pengambilan keputusan terhadap hal yang dianggap penting

dan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Menurut Pasal 1 ayat (6)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha

Milik Desa, diketahui bahwa BUM Desa adalah usaha Desa yang dibentuk atau

didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya

dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang tentang Desa diatas, dapat kita simpulkan

bahwa BUM Desa adalah lembaga usaha ekonomi desa yang dikelola oleh

masyarakat dan pemerintahan desa dengan semangat gotong royong dalam upaya

memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial masyarakat

yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah mengacu pada pedoman imum Good

Corporate Governance (GCG) Indonesia Tahun 2006 sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga ovbyektivitasnya dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil

inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Page 36: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

22

2. Akuntabilitas (accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG (Good Coorporate

Governance), perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi

oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Dengan menggunakan prinsip-prinsip ini maka BUM Desa telah

menjalankan pedoman imum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia.

Page 37: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

23

b. Dasar Hukum BUM Desa

BUM Desa Pengaturan mengenai pendirian BUM Desa diatur dalam

beberapa peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut; 1.) Undang

Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa; 2.) Peraturan Pemerintah No. 43

tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang nomor 6 tahun 2014

tentang Desa; 3.) Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan

Peraturan Pelaksanaan Undang Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa; 4.)

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 4

Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran

Badan Usaha Milik Desa.

Pendirian BUM Desa merupakan kewenangan lokal berskala Desa

berdasarkan prakarsa dari Desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan

kondisi lokal Desa. Pendirian BUM Desa merupakan bentuk pelaksanaan dari

kewenangan desa sebagaimana tercantum dalam UU Desa No. 6 tahun 2014

tentang Desa, PP Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang

Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik

Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 44 tahun 2016 tentang

Kewenangan Desa.

c. Tujuan Berdirinya BUM Desa

BUM Desa Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Perubahan Badan Usaha Milik Desa,

Page 38: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

24

BUM Desa didirikan dengan tujuan; a.) Meningkatkan perekonomian desa;

b.) Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa;

c.) Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa;

d.) Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/ atau dengan pihak

ketiga; e.) Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan

layanan umum warga; f.) Membuka lapangan kerja; g.) Meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi desa; h.) Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan

pendapatan asli desa.

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan dalam Panduan

Pendirian dan Pengelolaan BUM Desa (2007:5), terdapat 4 (empat) tujuan utama

pendirian BUM Desa, yaitu; 1.) Meningkatkan perekonomian desa;

2.) Meningkatkan pendapatan asli desa; 3.) Meningkatkan pengolahan potensi

desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 4.) Menjadi tulang punggung

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan. Untuk mencapai tujuan BUM

Desa dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan produktif dan konsumtif

masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat

dan Pemerintah Desa. Dinyatakan di dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa BUM Desa dapat didirikan sesuai

dengan kebutuhan dan potensi desa. Maksud kebutuhan dan potensi desa adalah:

a) Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok; b)

Tersedia sumber daya Desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama

kekayaan Desa dan terdapat permintaan di pasar; c) Tersedia sumber daya

manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak

Page 39: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

25

perekonomian masyarakat; d) Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan

ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

d. Perencanaan Bisnis BUM Desa

1. Sumber Modal BUM Desa

Pada tahap awal pendirian BUM Desa, akan banyak pertanyaan mengenai

dari mana modal BUM Desa didapatkan. berikut adalah pemaran tentang Modal

BUM Desa menurut Peraturan Pemerintah (PP) no. 43 Tahun 2014 Pasal 135; 1)

Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa; 2) Kekayaan BUM Desa

merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham; 3)

Modal BUM Desa terdiri atas: a.) penyertaan modal Desa; dan b.) penyertaan

modal masyarakat Desa. Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf a berasal dari APB Desa dan sumber lainnya. Penyertaan modal

Desa yang berasal dari APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat

bersumber dari: a.) dana segar; b.) bantuan pemerintah; c.) bantuan pemerintah

daerah d.) aset Dana yang diserahkan kepada APB Desa. Bantuan Pemerintah dan

pemerintah daerah kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

b dan huruf c disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

2. Sumber Daya Manusia BUM Desa

Sukasmanto (2014:123), salah satu aspek yang tidak kalah pentingnya

untuk dikelola oleh BUM Desa adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang

dimiliki. Manusia (pengelola, manajemen dan karyawan) sebagai motor

penggerak kegiatan usaha perlu dikelola secara profesional. Pengembangan

BUM Desa sangat ditentukan oleh ketersediaan SDM di desa. Akan tetapi SDM

Page 40: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

26

yang dibutuhkan untuk pengembangan BUM Desa di desa saat ini sangat

terbatas, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Pengelolaan SDM menjadi

sangat penting karena SDM lah yang menentukan kesuksesan sebuah BUM

Desa. Menurut Sukasmanto (2014:123), pengelolaan SDM menjadi sangat

penting dalam menentukan kesuksesan sebuah BUM Desa. Manajemen SDM

dapat dimulai dari perencanaan SDM, analisis pekerjaan, Rekruitmen,

Rekruitmen, seleksi, Produktifitas, Pelatihan & Pengembangan, prestasi kerja,

kompensasi serta keselamatan dan kesehatan kerja.

Salah satu aspek terpenting adalah Kompensasi. Kompensasi merupakan

cara manajemen BUM Desa untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan

kepuasan kerja karyawan. Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima

manajer dan karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi

biasanya diwujudkan dalam bentuk sistem penggajian atau pengupahan.

Sistem penggajian di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tingkat

fungsi upah, yaitu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan

keluarganmya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang dan

menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktifitas kerja. Begitu

juga dengan BUM Desa Sistem penggajian yang berlaku di lembaga swasta dan

lembaga pemerintahan pada umumnya menggunakan gaji pokok berdasarkan

jenjang kepangkatan dan masa kerja. Aspek-aspek yang harus diperhatikan

dalam penetuan tingkat upah anatara lain : Aspek kondisi BUM Desa, Aspek

kerterampilan tenaga kerja, Aspek standard hidup dan aspek jenis Pekerjaan.

Page 41: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

27

e. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian,

Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa BUM

Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang

dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainya untuk sebesar

besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Menurut Sukasmanto, dalam buku

Rancang Bangun Bisnis dan Pengelolaan BUM Desa mengatakan bahwa

mengelolaan oragnisasi BUM Desa perlu memulai usaha dengan langkah-langkah

yang benar. Langkah-langkah yang terdiri dari Perencanaan, Pengoragnisasian,

Pengarahan, dan pengendalian.

1.) Perencanaan

Tahap perencanaan ini dilakukan oleh pengurus BUM Desa dan perlu

memerhatikan hal-hal berikut ini : 1) Memeriksa kembali asumsi yang menjadi

dasar rencana operasi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia sudah

sesuai dngan kondisi internal dan BUM Desa; 2) Memastikan bahwa tujuan dapat

dicapai; 3) Menyusun rencana produksi, keuangan, fasilitas, pemasaran, sumber

daya manusia, dan logistik; 4) Menyusun kebijakan berupa pedoman untuk

pengambilan keputusan; 5) Menyusun prosedur dan aturan; 6) Menyusun

anggaran dan kegiatan.

Page 42: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

28

2.) Penggorganisasian

Kesepakatan tentang organisasi BUM Desa dituangkan dalam Anggaran

Dasar dan Rumah Tangga (AD/ ART). Anggaran dasar memuat paling sedikit

rincian nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, kepemilikan modal,

kegiatan usaha, dan kepengurusan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian

pengurus, penetapan operasional jenis usaha, dan sumber permodalan. Oleh

karena itu, AD/ ART sekurang-kurangnya berisi: 1) Badan Hukum, 2) Bentuk

Organisasi, 3) Usaha yang dijalankan, 4) Kepengurusan, 5) Hak dan Kewajiban,

6) Permodalan, 7) Bagi hasil Laba Usaha, 8) Keuntungan & Kepailitan, 9)

kerjasama dengan pihak ketiga, 10) Mekanisme pertanggung jawaban, 11)

Pembinaasn dan pengawasan Sumber Daya Manusia.

2.1 Tujuan Pengoranisasian

Tujuan dari pengorganisasian BUM Desa adalah : 1) Menjamin agar

terjadi pembagian pekerjaan yang harus dilakukan dalam pekerjaan dan unit

tertentu pada BUM Desa, 2) Mengatur pemberian tugas dan tanggung jawab yang

berhubungan dengan pekerjaan masing-masing, 3) Mengkoordinir tugas-tugas

BUM Desa yang beragam, 4) Menyusul kelompok pekerjaan ke dalam unit atau

bagian tertentu, 5) Menetapkan hubungan antar individu, kelompok tugas dan

unit/ bagian, 6) Menetapkan jalur formal otoritas, 7) Mengalokasikan dan

mengerahkan sumber daya organisasi atau mengelola usaha yang dijalankan.

Pengelolaan BUM Desa harus diljalankan dengan menggunakan prinsip

kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable,

dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara profesional,

dan mandiri. Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka

Page 43: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

29

proses penguatan ekonomi desa melalui BUM Desa diharapkan akan lebih

berdaya.

2.2 Menyusun Struktur Organisasi

Pengelolaan BUM Desa berdasarkan AD/ ART. Organisasi pengelola

BUM Desa terpisah dari organisasi pemerintah desa dan paling sedikit terdiri atas

:Penasehat dan pelaksana Operasional yang terdiri dari Direktur/ Manajer dan

Kepala Unit Usaha.

Gambar I.1

Struktur Organisasi BUM Desa

Sumber : Dalam Buku Sukasmanto (2014:27)

Sukasmanto (2014:27-28), Penasihat atau komisaris dipegang oleh kepala

desa. Jika anggota penasihat dan komisaris ditambah dengan tokoh masyarakat

yang lain maka disebut dewan komisaris/ penasihat. Penasihat atau komisaris

mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada

pelaksana operasional atau direksi dalam Komisaris/ Dewan Komisaris Direktur

Penasehat

Direktur

Sekretaris

Kepala Unit

Usaha A

Kepala Unit

Usaha B

Dst.

Bendahara

Page 44: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

30

Sekretaris Bendahara Kepala Unit Usaha dst. B Kepala Unit Usaha A 34

menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa. Penasihat atau komisaris dalam

melaksanakan tugas mempunyai kewenangan meminta penjelasan pelaksana

operasional atau direksi mengenai pengelolaan usaha desa. Pelaksana operasional

atau direksi bertanggung jawab kepada Pemerintah Desa atas pengelolaan usaha

desa dan mewakili BUM Desa di dalam dan di luar pengadilan. Pengelolaan BUM

Desa dilakukan dengan persyaratan: a. Pengurus yang berpengalaman dan atau

profesional. b. Mendapat pembinaan manajeman. c. Mendapat pengawasan secara

internal maupun eksternal. d. Menganut prinsip transparansi, akuntabel, dapat

dipercaya dan rasional. e. Melayani kebutuhan masyarakat dengan baik dan adil.

Struktur di atas merupakan struktur standar, dimana pemerintah desa dapat

menyesuaikan struktur organisasi BUM Desa tersebut menurut kondisi setempat

dan kebutuhan organisasi. Prinsip dasarnya adalah struktur organisasi BUM Desa

harus sesuai dengan tujuan, fungsi dan usaha yang dijalankan oleh BUM Desa.

Bisa jadi BUM Desa belum membutuhkan kepala unit usaha jika masih

menjalankan satu jenis usaha.

f. Kegiatan BUM Desa

Johan (2011:6), usaha atau bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan

atau aktivitas yang mengalokasikan sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu

kegiatan produksi yang menghasilkan jasa atau barang, dengan tujuan barang dan

jasa tersebut dapat dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh

keuntungan atau pengembalian hasil. Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem

Pembangunan dalam Panduan Pendirian dan Pengelolaan BUM Desa (2007:6),

BUM Desa merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang

Page 45: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

31

dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan

ekonomi desa seperti antara lain: a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan

air, listrik desa dan usaha sejenis lainnya. b. Penyaluran Sembilan bahan pokok

ekonomi desa. c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan agrobisnis. d. Industri dan kerajinan

rakyat.

Tabel I. 2

Klasifikasi Jenis Usaha BUM Desa

Tipe Jenis

Usaha Tujuan & sifat Kinerja Mamfaat

Serving Air bersih

Memberikan social

benefit, tidak

economic profit

meskipun

memperoleh laba. Ini

bisnis sosial yang

sederhana dan tidak

terlalu rumit.

Lancar & sehat.

Didukung dengan

antusias oleh

warga. Pasar tidak

menjadi problem,

namun sering

terkendala

problem teknis &

manajerial

Memberi layanan

dasar kepada

masyarakat,

terutama kaum

miskin &

perempuan

Pendapatan desa

Meningkatkan

kualitas kesehatan

Banking Simpan

pinjam

Memberi kredit kecil

yang lunak dan

mudah kepada

warga. Umumnya

dibentuk secara

serentak & seragam

oleh pemerintah.

Sebagian kecil

yang berkembang

& sukses, sebagian

besar mati suri

(gulung tikar)

Akses kredit/

pinjam yang

mudah,

Mengurangi jerat

rentenir,Tetapi

mamfaat itu hilang

jika BUM Desa

gulung tikar

Page 46: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

32

Brokering

&

Renting

Jasa

pembayaran

listrik dan

penyewaan

Meningkatkan

pendapatan desa. Ini

merupakan bisnis

yang sederhana &

menguntungkan,

tidak terkendala

faktor pasar.

Berjalan secara

sehat &

memberikan

keuntungan secara

variatif tergantung

skala ekonominya

Ekonomi desa

semakin bergairah,

pendapatan desa

meningkat serta

meningkatkan

kinerja

pembangunan

desa. Traktor

bahkan menjadi

instrumen proteksi

bagi petani.

Trading

Bisnis

saprotan &

kebutuhan

pokok serta

bisnis hasil

pertanian

Internal desa:

melayani kebutuhan

masyarakat setempat

Eksternal: menjual

hasil pertanian

keluar &

meningkatkan

pendapatan.

Bisnis internal desa

relatif sederhana

serta berskala kecil-

lokal, tetapi bisnis

eksternal sangat

kompleks

Bisnis internal

berjalan &

berkembang

dengan skala kecil.

Bisnis eksternal

rentan & mati suri

karena

keterbatasan

(kualitas, skala,

kapasitas, modal,

pasar)

Masyarakat

setempat mudah

memperoleh

kebutuhan pokok

dan saprotan, bisa

dengan cara kredit.

Bisnis internal

belum berikan

mamfaat secara

signifikan.

Holding Desa wisata

Mengonsolidasikan

berbagai jenis usaha

lokal yang terkait

dengan wisata, guna

meningkatkan

pendapatan

masyarakat &

PADes. Bisnis ini

sangat khs dan

prosfektif bagi desa-

desa yang memiliki

potensi wisata.

Berkembang

sehat,kokoh &

berkelanjutan

Menggairahkan

perekonomian

desa dan membuka

lapangan

pekerjaan,

sekaligus

meningkatkan

pendapatan desa

dan masyarakat.

Sumber : dalam Buku (Sutoro Eko, dkk 2014 : 11)

Page 47: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

33

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Sejarah pengelolaan air bersih di Desa Bleberan

2. Perencanaan dalam pengadaan dan distribusi air bersih.

3. Pengorganisasian pengelolaan air bersih melalui BUM Desa Sejahtera.

4. Pelaksanaan dalam pengadaan dan distribusi air bersih.

5. Pengawasaan dalam pengadaan dan distribusi air bersih.

6. Kendala dalam pengelolaan air bersih.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu Deskriptif Kualitatif, yang bermakna pemaparan

situasi dan peristiwa, mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai

kondisi yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya dilapangan yang dalam hal

ini adalah tentang aktivitas pengelolaan air bersih oleh BUM Desa Sejahtera di

desa Bleberan. Peneliti tidak mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak

menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten

Gunungkidul. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Bleberan karena desa

ini pernah mengalami kekeringan serta kegersangan yang mengakibatkan krisis ari

bersih dan adanya keterbatasan pemerintah desa dalam mengelola air bersih

sehingga diserahkan kepada BUM Desa Sejahtera.

Page 48: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

34

3. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data.

Menurut Sugiyono, objek penelitian yang adalah : ”Suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam buku Sugiyono (2011:38). Objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini

adalah Pengelolaan Air Bersih Oleh BUM Desa di Desa Bleberan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut :

a. Observasi

Obesrvasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan

mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan pendengaran pada

kegiatan pengelolaan air bersih oleh BUM Desa di Desa Bleberan.

b. Teknik Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya

jawab/ wawancara dengan informan, dikerjakan secara sistematis dan

berlandaskan pada tujuan penelitian. Tujuan umum wawancara adalah untuk

mendapatkan pernyataan empiris mengenai keadaan pribadi, peristiwa,

aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan/ persepsi, tingkah laku dan

bentuk keterlibatan dan sebagainya untuk merekonstruksi beragam hal seperti

itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal

itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

Page 49: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

35

c. Teknik Dokumentasi

Metode ini diperlukan guna melengkapi hal-hal yang dirasa belum cukup

dalam data-data yang telah diperoleh melalui pengumpulan lewat dokumen/

catatan yang ada dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

5. Subyek Penelitian

Subjek penelitian (Narasumber/ Informan) ditetapkan melalui

pendekatan purposive yaitu memilih Informan yang dianggap tahu dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui

masalahnya secara mendalam. Dalam teknik ini informan ditetapkan sesuai

dengan kebutuhan akan data dan informasi yang diperlukan dalam buku H.B.

Sutopo (2006: 37). Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode

kualitatif, dimana proses pengambilan data bersifat sampling purpose dengan

cara melalui wawancara terhadap narasumber yang mengetahui permasalahan

secara detail dan mendalam, dan secara akurat. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh penelitian, informan yang diambil selanjutnya dapat di

identifikasi data dari informan sebagai berikut:

a. Deskripsi Informan berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel I.3

Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis kelamin

No Nama Jenis Kelamin

Laki - laki Perempuan

1 Supraptono √ -

2 Sardjana √ -

3 Udi Waluyo √ -

4 Tri Harjono √ -

5 Sugeng √ -

6 Edi √ -

7 Zaenal Abidin √ -

8 Slamet √ -

Page 50: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

36

9 Abisidin √ -

10 Mishabul M. F √ -

Jumlah 10 -

Sumber: Data Wawancara Tahun 2018

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tidak bermaksud

memarjinalkan kaum perempuan, namun kenyataannya yang terjadi

dilapangan membuktikan bahwa kebanyakan kaum laki-laki yang

mendominasi jabatan penting sehingga peneliti lebih mudah untuk

melakukan pendekatan interpersonal di sertai dengan pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti, walaupun demikian perempuan juga mempunyai

kepedulian untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan saran maupun

pendapatnya untuk memajukan desa. Pneleiti juga menemukan fakta

dilapangan jika pengurus di Pemerintahan Desa hampir semua adalah laki-

laki.

b. Deskripsi Informan Berdasarkan Pekerjaan

Tabel I.4

Tabel Informan berdasarkan Pekerjaan

No Kedudukan Jumlah

1 Kepala Desa 1

2 Ketua BUM Desa 1

3 Ketua Unit PAB 1

4 Pegawai PAB 3

5 Mantan Kepala Desa 1

6 Pelanggan Air Bersih 3

Jumlah 10

Sumber : Data wawancara Tahun 2018

Page 51: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

37

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah tokoh-

tokoh yang beperan dan terlibat langsung dalam mempelopori atau

mencetuskan adanya pengelolaan air bersih di Desa Bleberan, serta

kepengurusan BUM Desa dan Unit PAB dari awal berdirinya hingga

sekarang. Peneliti juga tidak melupakan subjek yang menjadi aspek

pengembangan dalam pengelolaan air bersih di Desa Bleberan yaitu

Konsumen atau pelanggan air bersih.

c. Deskripsi Informan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel I.5

Tabel Informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD -

2 SMP/ Sederajat 1

3 SMA/ Sederajat 7

4 Diploma-III 1

5 Sarjana 1

Jumlah 10

Sumber : Data Wawancara 2018

Berdasarkan tabel I.4 dapat dilihat hal ini menunjukan bahwa

sumber daya manusia desa Bleberan dapat dikatakan masih kurang untuk

dapat memajukan Desa Bleberan, memerlukan banyak pengetahuan,

pengalaman dan wawasan sehingga dapat bersaing dengan desa yang lain,

karena sumber daya manusia adalah hal yang utama dalam membangun

desa.

Page 52: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

38

d. Deskripsi Informan Berdasarkan Umur

Tabel I.6

Tabel Informan Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah

1 30-39 4

2 40-49 3

3 50- keatas 3

Jumlah 10

Sumber : Wawancara tahun 2018

6. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J Moleong (2009: 178) analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data. Salah satu cara yang dapat digunakan

sebagai teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ialah mengikuti model

analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam bukunya

HB Sutopo (2006:94).

Dalam model analisis interaktif ini terdiri dari 3 komponen pokok

yaitu Reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya.

Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan berinteraksi, tak bisa

dipisahkan dari kegiatan pengumpulan data sehingga membentuk suatu siklus.

Dengan bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara 3 komponen dengan

komponen pengumpulan data selama proses penelitian berlangsung.

Langkah dalam melakukan proses analisis interaktif diawali dengan

pengumpulan data. Kemudian membuat reduksi data dimana ini merupakan

Page 53: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

39

proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data (kasar) yang

diperoleh dari lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

riset yang dimulai dari bahan reduction yang sudah dimulai sejak peneliti

mengambil keputusan. Data reduction adalah bagian dari proses analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak

penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat

dilakukan.

Langkah selanjutnya adalah penyajian data berupa cerita sistematis

disertai dengan matriks sebagai pendukung sajian data. Reduksi data dilakukan

dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dari lapangan

kemudian menyederhanakan data tersebut sehingga memudahkan penyajian

data. Dari membaca sajian data yang berupa cerita dengan kelengkapan

beragam pendukungnya (matriks, tabel, gambar), peneliti bisa mengusahakan

pikiran yang mengarah pada simpulan. Reduksi dan sajian data ini harus

disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit

yang diperlukan dalam penelitian.

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai

melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan

semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila simpulan

dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian

datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data

yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga

bagi pendalaman data.

Page 54: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

40

BAB II

PROFIL DESA BLEBERAN & BUM DESA SEJAHTERA

A. Profil Desa Bleberan

1. Sejarah Desa Bleberan

Diperkirakan sekitar tahun 1720 ada pengungsian Laskar Mataram dari

wilayah Madiun, yang kala itu masih menjadi bagian dari Kerajaan Mataram.

Laskar-laskar tersebut berjalan berpencar menyusuri Pantai Selatan menuju ke

arah barat dan di antara laskar tersebut diantaranya adalah pemuda Kromo

Wongso.

Dalam perkembangannya, Laskar Kromo Wongso berbaur dengan beberapa

orang pendatang. Sebagai seorang pemuda, Kromo Wongso dikenal sebagai

merupakan pemuda yang gentur tapane ulet, tangguh dalam kanuragan,

bersahaja, dan cepat berinteraksi dengan warga yang ada. Bersama warga

pendatang bersama-sama membangun sebuah perkampungan sebagai tempat

tinggal permanen atau mendirikan planggrok atau gubug. Pada saat itulah Kromo

Wongso mendapatkan bisikan ghaib bahwa untuk dapat membangun willayah ini

menjadi ayem-ayem toto titi tentrem, kali sing rebodo, kali sing sambi kala, agar

menamakan tempat tersebut dengan nama sesuai dengan salah satu sifat pusaka

Kyai Kromo Wongso yang sangat ampuh yaitu Pusaka Kyai Blabar. Maka

tersebutlah nama Blabaran yang saat ini kemudian di sebut dengan Bleberan.

Page 55: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

41

2. Kondisi Geografis Desa Bleberan

Gambar II.1

Peta Desa Bleberan

(Sumber Data : Profil Desa Bleberan 2017)

a. Letak Desa Bleberan

Desa Bleberan merupakan salah satu dari 13 Desa di wilayah Kecamatan

Playen Kabupaten Gunungkidul yang berada di sektor barat. Jarak orbitasi dengan

ibukota Kecamatan adalah 4 km, sedangkan untuk jarak tempuh dengan ibukota

Kabupaten Gunungkidul adalah 10 km, serta jarak dengan Ibukota Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah 40 km. Luas Wilayah Desa Bleberan secara

keseluruhan 16.262.170 Ha yang terdiri dari tanah Sawah tadah hujan seluas

49.300 Ha, Sawah irigasi seluas 15.000 Ha, dan Tegalan seluas 489.217 Ha.

Page 56: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

42

b. Pembagian Administrasri Wilayah per wilayah

Tabel II.1

Tabel Kependudukan berdasarkan Populasi Perwilayah 2017

No Nama Dusun Jumlah RT

1 BLEBERAN 12

2 MENGGORAN I 14

3 MENGGORAN II 11

4 NGRANCANG 8

5 PERON 5

6 PUTAT 7

7 SAWAHAN I 10

8 SAWAHAN II 5

9 SRIKOYO 10

10 TANJUNG I 7

11 TANJUNG II 8

JUMLAH 97

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

c. Batas Wilayah

Tabel II.2

Batas wilayah Desa Bleberan

Sumber : Anggaran Dasar Badan Usaha Milik Desa “‘SEJAHTERA” Tahun 2017

No Batas Wilayah

1 Utara Desa Getas dan Desa Dengok

2 Barat Desa Banyusoco dan Kehutanan

3 Selatan Wilayah Kehutanan RPH Karang Mojo

4 Timur Desa Dengok dan Desa Plembutan

Page 57: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

43

d. Luas Wilayah

Letak geografis Desa Bleberan berada di ketinggian 188,20 m di atas

permukaan laut dengan suhu 23-33 derajat dan dengan kelembaban berkisar 80% -

90%, serta curah hujan pada tahun 2004 sebesar 1.400 mm/th. Dengan jumlah hari

hujan 89 hari. Bulan basah 4-5 bulan, sedangkan bulan kering antara 6-7 bulan.

Desa Bleberan 90% merupakan daerah datar yang terdapat di 7 padukuhan dan

10% tanah berbukit yang terdapat di tiga padukuhan ( Padukuhan Menggoran I,

Menggoran II, dan Ngrancang). Jenis tanah pertaniannya beragam yang

didominasi oleh tanah margalit. Oleh karena itu setiap musim kemarau lapisah

tanah mengalami retak-retak atau lebih dikenal “telo” lebar dan panjang “telo”

tersebut besarnya berkorelasi negatif dengan tingkat kelembaban dan kandungan

bahan organik tanah ini terdapat di wilayah sektor tengah ke timur seperti

Padukuhan Peron, Tanjung I, Tanjung II, Bleberan, Sawahan dan Srikoyo.

Sedankan di sektor tengah sebelah utara tanah berkapur dan untuk wilayah barat

seperti Padukuhan Menggoran I, Menggoran II, dan Ngrancang cenderung tanah

merah.

e. Potensi Alam

Beberapa potensi alam Desa Bleberan yang dapat di kembangkan

diantaranya :

a) Lahan Pertanian

Lahan pertanian di Desa Bleberan 90% adalah merupakan lahan kering, dimana

lahan tersebut mengandalkan dari datangnya curah hujan. Sedang 10% adalah

sawah irigasi yang terdapat di sekitar Air Terjun Sri Gethuk padukuhan

Menggoran. Lebih rinci, penggunaan lahan tersebut antara lain :

Page 58: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

44

1. Sawah Tadah Hujan : 49.3000 Ha pola tanam padi-jagung/kedelai;

2. Sawah Irigasi : 15.000 Ha pola tanam padi untuk sepanjang tahun;

3. Pekarangan : 181.6000 Ha tanaman kedelai, jagung dan ketela;

4. Tegal : 489.2170 Ha tanaman kedelai, jagung, ketela dan sayuraan.

f. Potensi Air

Di Desa Bleberan ketersediaan air bawah tanah sebenarnya sangat cukup

karena adanya 4 sumber mata air yang mempunyai debit cukup besar; a) Sumber

Mata Air Jambe dengan debit 40 – 60 L/dtk. Sumber mata air Jambe terletak di

tanah kehutanan. Dan saat ini telah dikelola oleh BUM Desa guna memenuhi

kebutuhan masyarakat Desa Bleberan wilayah tengah dan timur yang terdiri dari 7

padukuhan. Dengan menggunakan teknologi pompa groundforce 2 buah yang

bertenaga Listrik PLN sebesar 11.000 wat dan Mesin Diesel mampu menopang

kebutuhan air bersih ± 800 Kepala Keluarga. b) Sumber Mata Air Dong Poh Debit

10 – 15 L/Dtk. Sumber mata air tersebut juga terletak di tanah kehutanan. Dan

saat ini telah di manfaatkan untuk kebutuhan air bersih khususnya masyarakat

padukuhan Menggoran, dengan fasilitas pompa listrik yang di kelola oleh

kelompok masyarakat setempat dengan konsumen 350 Kepala Keluarga. c)

Sumber Mata Air Ngandong dengan debit 20 – 30 L/Detik. Sumber mata air ini

lebih banyak di manfaaatkan untuk keperluan mandi cuci masyarakat di

padukuhan Menggoran. Dan sebagian di pompa untuk memenuhi kebutuhan air

bersih di tempat Wisata Gua Rancang Kencono. d) Sumber Mata Air Ngumbul

dengan Debit 40 – 60 L/dtk Mata Air Ngumbul belum termanfaatkan dengan

optimal. Sumber mata air ini baru dipergunakan untuk kebutuhan irigasi sawah

seluas 25 ha di lokasi Wisata Sri Gethuk.

Page 59: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

45

g. Potensi Pariwisata

Sektor Pariwisata Desa Bleberan sangat potensial untuk dapat ditumbuh

kembangkan. Hal ini untuk mendukung bagian dari potensi Kecamatan Playen

yang merupakan kaya akan tempat wisata. Bahkan di tahun 2013 mulai dibangun

dan dikembangkan kawasan hutan Wanagama, dengan dilengkapi rest area,

penangkaran rusa, bumi perkemahan dan fasilitas lain. Desa Bleberan yang kaya

akan potensi alam turut berperan dalam pengembangan wisata yang ada di

Kabupaten Gunungkidul. Desa yang terdiri dari daratan permukiman, pertanian

dan kehutanan ini mempunyai kekayaan Wisata Alam, antara lain :

a. Gua Rancang Kencana;

b. Gua Song Oya dan Gua Cabak;

c. Air Terjun Sri Gethuk;

d. Wisata Pendidikan Surya Sell;

e. Situs Purbakala;

f. Bendung Tanjung;

Sedangkan potensi Wisata Budaya yang dimiliki oleh Desa Bleberan

antara lain :

a) Upacara Ritual Sadranan di padukuhan Bleberan. Pelaksanaan kegiatan

warisan leluhur ini dilaksanakan tiap tanggal 25 Ruwah (penanggalan

jawa) berupa arak-arakan Gunungan Pisang dan Apem yang di arak ke

makam;

b) Upacara Tumpeng Robyong di padukuhan Bleberan. Kegiatan tradisi

masyarakat berupa Robyongan Kenduri yang diselenggarakan khusus

bagi kaum perempuan perdesaan;

Page 60: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

46

c) Doger “Panggah Jati” di padukuhan Peron;

d) Reog Jathilan di padukuhan Tanjung;

e) Kethoprak di padukuhan Tanjung;

f) Hadrah (kesenian kerohanian islam) di padukuhan Menggoran dan

Ngrancang;

g) Slawatan (kesenian kerohanian islam) di padukuhan Putat.

2. Demografis Desa Bleberan

a. Jumlah Penduduk

1.) Kependudukan berdasar Jenis Kelamin

Desa Bleberan terdiri dari 1.263 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah

penduduk sebanyak 5.157 jiwa yang terdiri dari 2.708 jiwa penduduk laki-laki dan

2.449 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk perpadukuhan tersebut

dipaparkan secara lengkap dalam tabel dibawah ini :

Gambar II.2

Kependudukan berdasar Jenis Kelamin

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

Page 61: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

47

Tabel II.3

Tabel Data Kependudukan berdasar Jenis Kelamin

N o Kelompok Jumlah Laki- laki Perempuan

n % n % n %

1 Perempuan 2775 50,10% 0 0,00% 2775 50,10%

2 Laki-laki 2764 49,90% 2764 49,90% 0 0,00

Total 5539 100% 2764 49,90% 2775 50,10%

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

2.) Penduduk Berdasarkan Usia

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa, jumlah penduduk Desa

Bleberan berdasarkan klasifikasikan usia sedikit ada perbedaan dilihat dari

tingkat usia. Hal tersebut dipaparkan dalam tabel dibawah ini:

Gambar II.3

Penduduk Berdasarkan Usia

( Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id)

Page 62: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

48

Tabel II.4

Tabel Penduduk Berdasarkan Usia

N o Kelompok Jumlah Laki- laki Perempuan

n % n % n %

1 Dibawah 1 Tahun 38 0.69% 19 0.34% 19 0.34%

2 2 s/d 4 Tahun 221 3.00% 116 2.09% 105 1.90%

3 5 s/d 9 Tahun 416 7.51% 204 3.68% 212 3.83%

4 10 s/d 14 Tahun 393 7.10% 209 3.77% 184 3.32%

5 15 s/d 19 Tahun 434 7.84% 241 4.35% 193 3.48%

6 20 s/d 24 Tahun 374 6.75% 191 3.45% 183 3.30%

7 25 s/d 29 Tahun 397 7.17% 213 3.85% 184 3.32%

8 30 s/d 34 Tahun 397 7.17% 211 3.81% 186 3.36%

9 35 s/d 39 Tahun 411 7.42% 209 3.77% 202 3.65%

10 40 s/d 44 Tahun 389 7.02% 207 3.74% 182 3.29%

11 45 s/d 49 Tahun 377 6.81% 192 3.47% 185 3.34%

12 50 s/d 54 Tahun 374 6.75% 167 3.01% 207 3.74%

13 55 s/d 59 Tahun 317 5.72% 160 2.89% 157 2.83%

14 60 s/d 64 Tahun 288 5.20% 132 2.38% 156 2.82%

15 65 s/d 69 Tahun 231 4.17% 94 1.70% 137 2.47%

16 70 s/d 74 Tahun 177 3.20% 71 1.28% 106 1.91%

17 Diatas 75 Tahun 304 5.49% 128 2.31% 176 3.18%

5539 100% 2764 49.90%% 2775 50.10

%

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id)

Tabel diatas menggambarkan bahwa persebaran jumlah penduduk Desa

Bleberan berdasarkan usia ada sedikit perbedaan, tetapi jumlah penduduk lakilaki

dan perempuan berdasarkan usia cukup merata. Sebagaimana jenis kelamin, usia

manusia juga merupakan takdir Tuhan, sehingga keadaan tersebut bukan

merupakan hal yang direncanakan, namun terjadi secara ilmiah.

Page 63: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

49

3.) Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Gambar II.4

Penduduk Berdasarkan Pendidikan

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

Tabel II.5

Penduduk Berdasarkan Pendidikan

N

o

Kelompok Jumlah Laki- laki Perempuan

n % n % n %

1 Tidak/ Belum Sekolah 1364 24,63 % 601 10,85% 763 13,78%

2 Tamat SD/ Sederajat 1293 23,34% 642 11,59% 651 11,75%

3 SLTP/ Sederajat 1054 19,03% 527 9,51% 527 9,51%

4 SLTA/ Sederajat 855 15,44% 508 9,17% 347 6,26%

5 Belum Tamat SD/

Sederajat

754 13,61% 379 6,84% 375 6,77%

6 Diploma IV/ Strata I 115 2,08% 58 1,05% 57 1,03%

7 Diploma I/ II 61 1,10% 27 0,49% 34 0,61%

8 Akademi/ Diploma III/

S. Muda

28 0,51% 14 0,25% 14 0,25%

9 Strata II 5 0,09% 3 0,05% 2 0,04%

10 Strata III 1 0,02% 0 0,00% 1 0,02%

Total 5539 100% 2764 49,90% 2775 50,10%

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

Page 64: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

50

4.) Penduduk berdasarkan Jumlah KK

Tabel II.6

Jumlah KK di Pedukuhan Desa Bleberan

No Nama Dusun Jumlah KK

1 BLEBERAN 203

2 MENGGORAN I 249

3 MENGGORAN II 267

4 NGRANCANG 167

5 PERON 100

6 PUTAT 128

7 SAWAHAN I 156

8 SAWAHAN II 125

9 SRIKOYO 162

10 TANJUNG I 108

11 TANJUNG II 80

JUMLAH 1.745

(Sumber data dari website http://bleberan-playen.desa.id )

3. Perekonomian Desa Bleberan

Perekonomian masyarakat Desa Bleberan dan perkembangan dari tahun

2010 s.d 2017 mengalami peningkatan kesejahteraannya. Secara visual, hal ini

dapat dilihat pada meningkatnya daya beli masyarakat. Peningkatan tersebut di

dominasi pada sektor Pertanian 50%, diikuti sektor Wisata 30%, sector peternakan

sapi dan kambing 30%, perikanan 10% dan jasa 10%.

a. Disektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan,

Dengan dilakukan kerjasama masyarakat dan Dinas Kehutanan yang

diperkuat dengan MOu Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKM). Kerja sama

yang sifatnya non-formal berupa pengelolaan hutan bersama masyarakat, cukup

Page 65: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

51

mendongkrak pendapatan masyarakat dalam mendukung swasembada pangan.

Pengelolaan dengan mendukung sektor pertanian antara lain bertujuan

meningkatkan komoditas jagung, kedelai, padi, ketela serta holtikultura seperti:

cabe, kacang panjang, kentimun, dan terong.

Kondisi ini menunjukan bahwa sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi

andalan masyarakat Desa Bleberan yang memang mayoritas petani, berusaha

untuk meningkatkan taraf hidup. Namun, hal ini terkendala dalam kepemilikan

lahan petani yang rata-rata hanya memiliki lahan 0,25 Ha/KK, sehingga di masa

mendatang perlu meningkatkan aspek manejemen kelembagaan. Selain itu,

kedepan perlu mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia dengan didukung

teknologi, memperluas daya dukung lahan, dan pendampingan kelompok-

kelompok tani agar menjadi lebih mandiri.

b. Sektor Industri Masyarakat

Mulai tahun 2013 minat masyarakat terhadap Usaha Kecil Menengah

(UKM) mulai nampak seiring dengan geliat dan perkembangan pariwisata di Desa

Bleberan. Pengelolaan hasil pertanian merupakan andalan usaha yang dijalankan

oleh masyarakat untuk mendukung sektor pariwisata. Melalui berbagai pelatihan

dan pendampingan kekelompok, usaha masyarakat mulai dikenal oleh instansi

guna mendukung perekonomian daerah. Beberapa kelompok industri tersebut

antara lain: makanan hasil olahan pertanian, perikanan, kerajinan alat pertanian,

kerajinan kulit, mebel dan pande besi.

c. Sektor Pariwisata

Di Desa Bleberan pada tahun 2015 ini mengalami perkembangan yang

sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya sarana prasarana wisata,

Page 66: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

52

perdagangan umum, jumlah pengunjung, dan Pendapatan Asli Daerah serta

Pendapatan Asli Desa (PADes). Arah pengembangan pariwisata Desa Bleberan,

pembangunan sarana dan prasarana pendukung potensi alam yang sudah ada,

diharapkan lebih mempunyai daya tarik wisatawan.

4. Kelembagaan Desa Bleberan

Kelembagaan atau organisasi merupakan faktor yang penting dalam

mengembangkan dinamika desa. Lembaga yang ada di desa tersebut merupakan

penjelmaan dari aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Secara umum, dapat

dikatakan bahwa kelembagaan di Desa Wisata Bleberan dibedakan dalam 5 (lima)

jenis, sebagai berikut:

a. Lembaga Pemerintah Desa

Merupakan lembaga formal yang terdapat di Desa Wisata Bleberan.

Lembaga pemerintahan tersebut antara lain :

a) Pemerintah Desa Bleberan, yang terdiri dari Kepala Desa, Seketaris Desa,

3 orang Kepala Urusan (Kaur), Staf Umum, Kepala Bagian dan 11 Kepala

Padukuhan;

b) Badan Perwakilan Desa (BPD) Bleberan yang berkependudukan setara

dengan kepala desa.

b. Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan merupakan lembaga yang dibentuk berdasarkan

kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan di Desa

Bleberan meliputi :

a) PKK, meliputi PKK desa dan PKK dusun

b) 85 Rukun Tangga (RT) dan 11 Rukun Warga (RW)

Page 67: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

53

c) Karang Taruna, merupakan organisasi pemuda di Desa Bleberan

d) Kelompok Tani, terbentuk karena banyak dari penduduk Desa Bleberan

bermata pencaharian sebagai petani, baik sebagai penggarap maupun

buruh tani;

e) Kelompok peternak, merupakan organisasi yang beranggotakan para

peternak dan membawahi pengelolaan Ternak Sapi di Desa Bleberan;

f) Kelompok masyarakat peduli Desa Bleberan yang sadar akan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Bleberan; dan

g) Kelompok perikanan, kelompok ini mulai membudidayakan ikan-ikan air

tawar.

c. Lembaga Ekonomi

Yaitu lembaga yang dibentuk masyarakat untuk menompang

perekonomian. Lembaga perekonomian tersebut meliputi KSU Trisno Sapodo

(Padukuhan Bleberan), Koperasi Tani Manunggal (Padukuhan Menggor) dan

BUM Desa ( UED-SP, Pengelolaan Air Bersih dan Pengelolaan Unit Wisata).

d. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan sarana bagi masyarakat Desa Bleberan

untuk menimba ilmu dan pengetahuan. Lembaga pendidikan tersebut bias bersifat

formal maupun non formal. Adapun lembaga pendidikan yang terdapat di Desa

Bleberan antara lain :10 buah Tk, 2 SD & 1 PAUD.

e. Lembaga Keamanan

Untuk menjaga keamanan, selain dengan menggalakan kesadaran warga

desa secara mandiri, Desa Bleberan juga mempunyai Hansip dan Linmas yang

Page 68: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

54

berpendudukan sebagai lembaga keamanan desa. Berfungsi menjaga ketertiban

dan keamanan yang ada di desa.

5. Pemerintah Desa Bleberan

a. Struktur Pemerintah Desa

Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

yang memiliki peran strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan

dan keberhasilan pembangunan nasional. Sistem kelembagaan Desa Bleberan

dapat dilihat dari Struktur Pemerintahan Desa Bleberan selengkapnya adalah

sebagai berikut :

Gambar II.5

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bleberan

(Sumber hasil dokumentasi 2018)

b. Tingkat Pendidikan Pemerintah Desa Bleberan

Pendidikan aparatur perangkat desa juga menjadi hal yang penting dalam

kelembagaan desa untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat desa.

Page 69: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

55

Berikut ini merupakan tingkat pendidikan aparatur Desa Bleberan pada tahun

2015-2020 yang disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel II.7

Tingkat Pendidikan Pegawai Desa Bleberan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD/ Sederajat 0 0 %

2 SMP/ Sederajat 1 5 %

3 SMA/ Sederajat 17 85 %

4 Perguruan Tinggi/ Sederajat 2 10 %

Jumlah 20 100 %

(Sumber : Profil Desa Bleberan 2015)

B. Profil Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) “Sejahtera”

1. Kondisi Umum BUM Desa “Sejahtera”

Badan Usaha Milik Desa “Sejahtera” Bleberan Kecamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul terbentuk pada tahun 2009 melalui Keputusan Kepala

Desa Bleberan Nomor : 06/KPTS/2009 dengan nama “SEJAHTERA”. Dengan

penguatan tersebut, pemerintah Desa Bleberan beserta lembaganya menyusun

Anggaran Dasar dan Anggaran (AD/ ART) Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul sebagai bagian dari

pedoman kerja dalam mengadakan Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan

Pertanggung jawaban kegiatan. Kegiatan usaha yang disepakati dalam Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART) Badan Usaha Milik Desa (BUM

Desa) tersebut antara lain : Unit Ekonomi Desa Simpan Pinjam (EUD-SP) dan

Unit Pengelolaan Air Bersih (PAB).

Page 70: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

56

Pada tahun 2010 pemerintah desa Bleberan bersama Badan Usaha Milik

Desa (BUM Desa) Desa Bleberan mentgadakan launching Desa Wisata sebagai

upaya untuk mengoptimalkan potensi desa dalam rangka meningkatkan

perekonomian masyarakat desa. Dan di tahun tersebut Badan Usaha Milik Desa

(BUM Desa) Desa Bleberan menambah unit desa wisata sebagai bagian dari

usahanya. Dalam perjalanan, Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa

Bleberan ,engalami peningkatan dalam pengelolannya, baik itu dari segi

pemasukan, penambahan asset maupun serapan tenaga kerja dan pendapatan

ekonomi masyarakat.

2. Tujuan pembentukan BUM Desa “Sejahtera” yaitu :

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Bleberan

dimaksudkan guna mendorong atau mampu menampung seluruh kegiatan

masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat/ budaya setempat,

maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat

melalui program pemerintah. Seangkan maksud dibentuknya Badan Usaha Milik

Desa (BUM Desa) anatar lain ialah : 1) Mendorong perkembangan perekonomian

masyarakat, 2) Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif

masyarakat desa yang berpenghasilan rendah, 3) Mendorong berkembangnya

usaha mikro sektor informal, 4) dan meningkatkan pendapatan asli desa

Badan Usaha Milik Desa “Sejahtera” Bleberan Kecamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul terbentuk pada tahun 2009 melalui Keputusan Kepala

Desa Bleberan Nomor : 06/KPTS/2009 dengan nama “SEJAHTERA”. Dengan

penguatan tersebut, pemerintah Desa Bleberan beserta lembaganya menyusun

Anggaran Dasar dan Anggaran (AD/ ART) Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Page 71: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

57

Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul sebagai bagian dari

pedoman kerja dalam mengadakan Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan

Pertanggung jawaban kegiatan.

3. Dasar Hukum BUM Desa “Sejahtera”

Bahwa dasar Hukum yang menjadi landasan Badan usaha milik Desa

(BUM Desa) “Sejahtera” yang tertulis dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah

Tangga (AD/ ART) ialah sebagai berikut :

1) Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;

2) Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;

3) Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan

Pelaksanaan Undang Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa;

4) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan

Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;

5) Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2008 tentan

Pedoman Pembentukan Badan Usaha Milik Desa sebagaimana diubah

dengan peraturan Daerah Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2010 tentang

perubahan atas peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2008

6) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 55/KEP/2009

Tentang Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5

Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Usaha Milik Desa,

Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Kerjasama Desa, dan Nomor 7

Page 72: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

58

Tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank

Daerah Gunungkidul.

7) Peraturan Desa Nomor 1 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Desa

(BUM Desa) Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

8) Surat Keputusan Kepala Desa Bleberan Nomor 27/KPTS/2015 tentang

Penetapan Pengurus Badan Usaha Milik Desa Bleberan Keamatan Playen

Kabupaten Gunungkidul periode 2015-2018.

4. Unit Usaha BUM Desa “Sejahtera”

BUM Desa yang ada di Desa Bleberan pada saat menjalankan tiga (3) unit

usaha, dimana setiap unit memiliki peran yang sangat andil dalam membangun

prekonomian masyarakat maupun pemberdayaan kepada setiap kelompok-

kelompok masyarakat yang ada di desa. Ketiga unit usaha tersebut antara lain :

a. Unit Pengadaan Air Bersih (PAB)

Unit PAB merupakan pengembangan hasil pembangunan jaringan pipa

kegiatan PKSBBM-IP bantuan pemerintah tahun 2015 dari mata air Jambe

sampai dengan padukuhan Peron. Pada saat ini masyarakat di Desa Bleberan

sepenuhnya menggunakan pelayanan PAB, sehingga pada saat musim kemarau

datang masyarakat tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan air bersih karna pada

saat musim kemaraupun mata air yang ada tidak akan abis dan tetap dapat

disalurkan kerumah warga.

b. Unit Usaha Ekonomi Desa- Simpan Pinjam (UED-SP)

Unit UED-SP merupakan pengembangan hasil bantuan Pemerintah

Daerah untuk usaha simpan pinjam bagi kaum perempuan. UED-SP

Page 73: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

59

diperuntukan bagi masyarakat Desa Bleberan yang membutuhkan dana

pinjaman.

c. Unit Desa Wisata

Dalam unit desa wisata ini, desa Bleberan mempunyai keunggulan objek

wisata yang destinasi wisatawan paling banyak pada Air Terjun Sri Gethuk dan

Gua Rancang.

5. Struktur Kepengurusan BUM Desa “Sejahtera”

Bahwa kepengurusan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa

Bleberan periode 2015-2018 melalui surat keputusan Kepala Desa Bleberan

Nomor : 27/Ktps/2015 tentang Penetapan Pengurus Badan Usaha Milik Desa

(BUM Desa) Desa Bleberan Kecamatan Playen periode tahun 2015 s.d 2018 :

Tabel II.8

Pengurus BUM Desa “Sejahtera”

No Nama Jabatan Unsur Tingkat

Pendidikan

Usia

1 Supraptono Penasehat Kepala Desa SLTP 44

BADAN PENGAWAS

1 H. Hajid Ketua Yayasan Goa

Rancang

Kencana

Magister 56

2 Taufik Ary Wibowo,

S.T

Wakil Ketua Perangkat

Desa

Sarjana 48

3 Rini Iswandari S.Pd Sekretaris BPD Sarjana 40

4 Paryadi Anggota BPD SLTA 55

5 Wasidi Anggota Tokoh

Masyarakat

SLTA 56

6 Susilo Hadi, S.Pd Anggota LPMD Sarjana 45

7 Agus Juriyanto Anggota LPMD SLTA 39

Page 74: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

60

PEGURUS HARIAN (DIREKSI)

1 Suharto, S.H Ketua LPMD Sarjana 44

2 Lilik Hanny

Suryawan, S.P

Sekretaris I Karang

Taruna

Sarjana 37

3 Aris Setyawan,

S.Kom

Sekretaris II Karang

Taruna

Sarjana 38

4 Sardjana Bendahara Tokoh

Masyarakat

SLTA 65

KEPALA UNIT

1 Udi Waluyo PAB Tokoh

Masyarakat

SLTA 53

2 Triawan Haryana,

S.Pd.Jas

UED-SP Profesi Sarjana 42

3 Tri Harjono Wisata Tokoh

Masyarakat

SLTA 56

Sumber : Keputusan Kepala Desa Bleberan Tentang BUM Desa 2015/2018

Tugas pokok dan fungsi pengurus dan Pengelola BUM Desa “Sejahtera”

telah di tetapkan dalam Keputusan Kepala Desa Bleberan Nomor : 27/Ktps/2015

tentang Penetapan Pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa

Bleberan Kecamatan Playen periode tahun 2015 s.d 2018 unutk melaksanakan

Tugas dan tanggungjawab di setiap kegiatan Usaha dan unit-unit kegiatan usaha

Badan Usaha milik Desa dan melaporkan kemajuan perkembangan kepada Badan

Penasehat BUM Desa dan Pemerintah Desa Bleberan. Badan Usaha Milik Desa

(BUM Desa) dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2015.

Badan Pengawas Mempunyai tugas antara lain ; 1.) Mengadakan rapat

koordinasi paling sedikit 3 bulan sekali membahas hal ikhwal terkait dengan

kinerja BUM Desa; 2.) Melakukan pengawasan terhadap penetapan kebijakan dan

pengembangan usaha BUM Desa; 3.) Melaksanakan pemeriksanaan 3 bulan sekali

baik kepada kinerja karyawan dan pengurus BUM Desa. Komisiaris BUM Desa

dalam melaksanakan tugas mempunyai kewajiban; 1.) Memberi nasehat kepada

Direksi dan kepala Unit Usaha dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa; 2.)

Page 75: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

61

Memberi saran dan pendapat dalam pengelolaan BUM Desa; 3.) Mengawasi

pelaksanaan kegiatan usaha BUM Desa. Komisiaris BUM Desa berwenangn; 1.)

Meminta penjelasan dari pengurus mengenai segala persoalan yang menyangkut

pengelolaan BUM Desa; 2.) Melindungi BUM Desa terhadap hal-hal yang dapat

merusak kelangsungan dan citranya.

Direksi BUM Desa mempunyai tugas dan kewajiban ; 1.) mengembangkan

dan membina badan usaha agar tumbuh dan berkembang menjadi lembaga yang

dapat melayani kebutuhan ekonomi warga masyarakat; 2.) Mengusahakan agar

tetap tercipta pelayanan ekonomi desa yang adil dan merata; 3.) Memupuk usaha

kerja sama dengan lembaga-lembaga perekonomian lainnya yang ada di desa; 4.)

Menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi desa untuk meningkatkan pendapat

asli desa; 5.) Menyampaikan laporan kegiatan usaha kepada komisiaris setiap satu

bulan sekali; 6.) Mengadakan rapat koordinasi tiap bulan sekali; 7.) Memberikan

laporan kegiatan setiap usaha kepada masyarakat desa melalui forum musyawarah

desa minimal 1 tahun sekali; 8.) Membuat progress bulanan; 9.) Membuat laporan

bulanan.

Sekretaris Direksi mempunyai tugas; 1.) Melaksanakan surat menyurat untuk

kepentingan BUM Desa; 2.) Menyerapkan segala kebutuhan administrasi BUM

Desa; 3.) Menginventarisir asset BUM Desa; 4.) Melaksanakan tugas sebagai

notulis dalam setiap kegiatan; 5.) Mewakili rapat-rapat jika direksi berhalangan

hadir; 6.) Membuat laporan; 7.) Membuat Progres kegiatan dalam bulan berjalan;

8.) Menyampaikan laporan kegiatan usaha kepada direksi setiap satu bulan sekali.

Page 76: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/557/1/TINO ASPRILLA ANTHON.pdf · Krisis air bersih ini menimbulkan keprihatinan pemerintah desa kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi

62

Bendahara Direksi mempunyai tugas dan kewajiban; 1.) Melaksanakan

pembukaan keuagan BUM Desa; 2.) Menerima dan membukukan setoran dari

unit-unit atau pihak lain; 3.) Mengeluarkan dana ataupun biaya-biaya atas

persetujuan direksi; 4.) membuat pembukuan keuangan setiap bulan; 5.)

Menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan setiap bulan kepada direksi; 6.)

Membuat laporan akhir tahun sesuai dengan ketentuan.

Kepala Unit mempunyai tugas dan kewajiban ; 1.) Melaukan monitoring

kegiatan kepada unit yang menjadi tanggung jawabnya; 2.) Memberikan

pengrahan dan membimbing kegiatan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;

3.) Mencatat segala kejadian dan melaporkan direksi setiap satu bulan sekali.

6. Tingkat Pendidikan Pengurus BUM Desa

Berikut ini merupakan tingkat pendidikan pengurus BUM Desa

“Sejahtera” pada periode tahun 2015 -2018 yang disajikan dalam Tabel berikut:

Berdasarkan tabel pengurus BUM Desa “Sejahtera” paling banyak adalah

Perguruan Tinggi/Sederajat mencapai 64% dari seluruh pengurus yang ada. Hal

ini menunjukan tingkat pendidikan pengurus sudah sangat baik.

Tabel II.9

Tingkat Pendidikan Pengurus BUM Desa

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD/ Sederajat 0 0 %

2 SMP/ Sederajat 1 5 %

3 SMA/ Sederajat 17 85 %

4 Perguruan Tinggi/ Sederajat 2 10 %

Jumlah 20 100 %

(Sumber data : Profil Desa Bleberan 2015)


Recommended